Dian Kurniawati dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):391-396, April 2013
TOTAL PROTEIN PLASMA (TPP) DAN FIBRINOGEN DARAH PADA KELINCI YANG TERINFEKSI KOKSIDIOSIS DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS (PLASMA PROTEIN TOTAL (PPT) AND FIBRINOGEN IN BLOOD OF RABBITS INFECTED COCCIDIOSIS AT RABBIT FARMS IN BANYUMAS DISTRICT) Dian Kurniawati, Mohandas Indradji dan Diana Indrasanti Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh koksidiosis terhadap Total Protein Plasma (TPP) dan jumlah fibrinogen darah pada kelinci di Kabupaten Banyumas. Penelitian menggunakan metode survei dan metode laboratoris. Pengambilan sampel menggunakan metode convenient sampling/ accident sampling/ selected sampling (tidak terikat). Sasaran penelitian adalah peternakan kelinci di Kabupaten Banyumas. Model analisis yang digunakan adalah Pengujian Student (T test). Hasil penelitian diperoleh rataan total TPP kelinci yang terinfeksi koksidiosis 4,5777 x 106 dan rataan TPP kelinci yang tidak terinfeksi koksidiosis 5,2333 x 106. Rataan jumlah fibrinogen darah kelinci yang terinfeksi koksidiosis 0,5 gr/dL dan rataan jumlah fibrinogen darah kelinci yang tidak terinfeksi koksidiosis 0,8 g/dL. Meskipun hasil uji t menunjukan bahwa koksidiosis tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan total TPP (P > 0,05) dan fibrinogen darah (P > 0,05). Kata kunci : Koksidiosis, Total Protein Plasma (TPP), Fibrinogen, Kelinci ABSTRACT The aim of this research was to determine the effect of rabbit coccidiosison the number of Protein Plasma Total (PPT) and the number of fibrinogen in Banyumas. The research used survey methods and laboratory methods. The samplied was taken by convenient sampling method/ accident sampling /selected sampling (not attached). Target of the research was rabbit farms in Banyumas. The analysis model used was Student Testing (T test). The results were obtained by averaging the number of Protein Plasma Total (PPT) of infected rabbit coccidiosis 4,5777 x 106 and the average the number of Protein Plasma Total (PPT) of total non-infected rabbits coccidiosis 5,2333 x 106. The average number of fibrinogen infected rabbit coccidiosis 0,5 gr/dL and the average number of fibrinogen uninfected rabbit coccidiosis 0,8 g/dL. Altought The T test results showed that coccidiosis did not significantly affect the the number of Protein Plasma Total (PPT) (P > 0,05) and the number of fibrinogen (P> 0.05). Keywords: Coccidiosis, Plasma Protein Total (PPT), Fibrinogen, Rabbit PENDAHULUAN Kelinci merupakan salah satu komoditi peternakan yang potensial sebagai penyedia daging. Kelinci juga mempunyai kualitas daging yang baik dengan kadar protein tinggi (20,8%), namun kadar lemak rendah (10,2%) dan kolestrol rendah (5,2%) dibandingkan daging ternak lain (Iskandar, 2001). Budidaya kelinci memiliki prospek yang sangat menguntungkan karena kelinci memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil daging, ternak hias, penghasil bulu (Priyono, 2009).
391
Dian Kurniawati dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):391-396, April 2013
Populasi ternak kelinci yang ada pada tahun 2006 sebanyak 8.069 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 5.617 ekor, jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah populasi kelinci sebanyak 2.452 ekor (30,39%), salah satu penyebabnya adalah diare dan buruknya sanitasi oleh peternak (Dinas Perikanan dan Peternakan, 2010). Sutisna (2008), menyatakan bahwa menjaga kebersihan lingkungan termasuk sangkar, tempat pakan dan tempat minum setiap hari, dengan sanitasi yang baik akan menekan perkembangan penyakit yang akan menyerang baik terhadap ternak kelinci maupun peternak itu sendiri. Penyakit koksidiosis menjadi salah satu kendala yang sangat diperhitungkan oleh peternak dan menimbulkan hambatan dalam budidaya kelinci, dikarenakan mempunyai mortalitas yang cukup tinggi yaitu 15 – 35% (Licois et al., 2000). Koksidiosis merupakan infeksi protozoa yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan penggunaan nutrisi, hal ini mengakibatkan mortalitas yang tinggi pada kelinci. Iskandar (2001), menyatakan bahwa pembengkakan hati karena infeksi Eimeria sp., secara langsung mempengaruhi aktifitas pencernaan dan secara fungsional menyebabkan diare dengan tinja yang banyak mengandung ookista. Selain diare gangguan pencernaan yang lain adalah penurunan nafsu makan. Barriga and Arnoni (1979), menerangkan bahwa penurunan nafsu makan erat kaitannya dengan terganggunya proses metabolisme dan permulaan terjadinya kekurangan gula dan berlanjut dengan penurunan bobot hidup. Pada infeksi sangat berat (inokulasi 105 ookista bersporulasi), penurunan bobot hidup mulai nampak pada hari ke-7 sesudah infeksi (Joyner et al., 1983). Kisaran nilai standar total protein plasma (TPP) yakni berkisar 4,5 sampai 5,5 gl/dL. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schalm (1986), bahwa Protein Plasma akan meningkat dalam darah ketika tubuh berusaha melawan infeksi melelui sistem immunoglobulin (Harvey, 2001). Koksidiosis diduga mempengaruhi nilai dari beberapa parameter darah, dalam hal ini total protein plasma dan fibrinogen darah (Ruff, 1991).Oleh karena itu perlu diketahui pengaruh penyakit koksidiosis terhadap total protein plasma dan fibrinogen darah pada kelinci di sentra peternakan kelinci di Kabupaten Banyumas. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di sentra peternakan kelinci di Kabupaten Banyumas, antara lain di Karanggintung, Sumampir, Sokaraja, Rempoah, Banjarsariwetan dan laboratorium Kesehatan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Materi penelitian meliputi kelinci yang terinfeksi koksidiosis 16 ekor dan yang tidak terinfeksi 4 ekor, sehingga total jumlahnya sebanyak 20 ekor. Penelitian ini menggunakan metode survei dan metode laboratoris yaitu pemeriksaan feses dengan metode natif dan metode sentrifuse (Fajar, 2011) serta pemeriksaan darah (Harvey, 2001). Metode pengambilan sampel wilayah menggunakan metode convenience sampling/ accident sampling/ selected sampling (tidak terikat) (Sugiyono, 2011). Metode Analisis Model analisis yang digunakan adalah Pengujian Student (T test) (Sugiyono, 2011). Perhitungan Statistik Untuk Total Protein Plasma (TPP)
392
Dian Kurniawati dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):391-396, April 2013
Keterangan : Y1 : Total protein plasma kelinci tidak terinfeksi Y2 : Total protein plasma terinfeksi koksidiosis N : Jumlah sampel DB : Derajat bebas (N1 + N2 – 2) Perhitungan Statistik Untuk Nilai Fibrinogen Darah
Keterangan : Y1 : Nilai fibrinogen darah kelinci tidak terinfeksi Y2 : Nilai fibrinogen darah terinfeksi koksidiosis N : Jumlah sampel DB : Derajat bebas (N1 + N2 – 2) HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Banyumas mempunyai iklim tropis basah dengan rata-rata suhu udara rata-rata o 26,3 C. Suhu minimum sekitar 24,4o C dan suhu maksimum sekitar 30,9o C.Wilayah yang layak untuk beternak kelinci menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), adalah 15-20oC. Sedangkan di Kabupaten Banyumas mempunyai rata-rata suhu udara rata-rata 27,3oC, hal ini cukup berpengaruh terhadap perkembangbiakan kelinci dan tingkat infeksi penyakit. Hai ini juga dinyatakan oleh Smith dan Mangkoewidjojo (1988), apabila suhu lebih dari 27 oC akan mengalami penurunan produktivitas dan kemampuan reproduksi. Dengan keadaan geografis Kabupaten Banyumas yang sebagian besar wilayahnya bersuhu tinggi, maka kabupaten Banyumas kurang ideal untuk perkembangbiakan kelinci. Ookista pada Gambar. 1 merupakan hasil isolasi dari ternak kelinci di Kabupaten Banyumas yang terinfeksi koksidiosis yang disebabkan oleh Eimeria sp.
(a) (b) Gambar 1. Ookista Eimeria sp. kelinci yang terinfeksi koksidiosis di Karanggintung, Kabupaten Banyumas (a) belum bersporulasi dan (b) bersporulasi. 393
Dian Kurniawati dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):391-396, April 2013
Berdasarkan Gambar 1 (a) ookista dari Eimeria sp., yang belum bersporulasi (inaktif) terdapat satu sporokista, sedangkan pada ookista yang bersporulasi (aktif) (b) ditemukan empat sporokista, masing–masing berisi dua sporozoit. Ookista bersporulasi terdapat sporozoid dan membentuk menjadi tropozoid, menghasilkan skizon dan berkembang menjadi merozoid generasi kedua. Hal ini juga dinyatakan oleh Iskandar (2001), bahwa terjadi proses sporulasi pada satu ookista yang di dalamnya terdapat delapan sporozoit. Tampubolon (1992), menambahkan bahwa ookista inaktif terdapat satu sporokista dan ookista aktif empat sporokista yang berisi dua sporozoid yang biasanya memanjang dengan satu ujung membulat dan ujung lainnya meruncing eperti sosis. Ookista bersifat resisten terhadap kondisi lingkungan, meskipun kemampuan bertahan bervariasi menurut keadaaan. Ookista dapat hidup selama berminggu – minggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tabbu (2002), bahwa kejadian koksidiosis biasanya lebih rendah pada cuaca panas dan kering dibandingkan dengan cuaca yang dingin dan lembab. Koksidia menginfeksi dalam tubuh hewan tergantung pada dosis ookista yang bersporulasi dan yang tertelan dengan kecepatan berproduksi di dalam induk semang (Hanjani,1998). Infeksi koksidiosis akan menurunkan pH usus dan plasma protein, sehingga menekan protein serum dan memudahkan kuman untuk berkembangbiak (Ruff, 1991). Tabel 1. Hasil rataan dan simpang baku TPP Variabel Rataan Simpang Baku t Hitung (Sd) TPP (Y1) 4,5777 x 106 771,42 t Hit 0,99 ** 6 (Y2) 5,2333 x 10 104,13 (Y1 = Kelinci terinfeksi koksidiosis ; Y2 = Kelinci tidak terinfeksi koksidiosis)
t Tabel 0,05 0,01 2,101 2,875
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan jumlah TPP sampel kelinci yang terinfeksi koksidiosis mengalami penurunan dibandingkan dengan kelinci normal dengan nilai TPP 5-9 x 109 (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988 ; Malole dan Utami, 1989) . Berdasarkan Tabel 1 kelompok kelinci yang terinfeksi koksidiosis memiliki rataan (Y1) TPP sebesar 4,5777 x 106 lebih rendah daripada rataan (Y2) TPP sampel kelinci tidak terinfeksi koksidiosis yaitu sebesar 5,2333 x 106 (Tabel 1.). Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh koksidiosis terhadap TPP darah kelinci tidak nyata (P > 0,05). Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Hana dkk., (2011) bahwa kelinci yang terinfeksi Eimeria magna pada hari ke-2, mengalami penurunan TPP. Lester et al., (2005) menambahkan bahwa koksidiosis dapat menyebabkan stres pada kelinci dan menurunkan plasma serum yang berakibat pada kematian. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi Eimeria sp., dapat menurunkan nilai TPP pada kelinci yang terinfeksi koksidiosis. Menurut Bayer (1963), dimana protein plasma erat hubungannya dengan imunitas dan Eimeria sp. menyebabkan lemahnya imunitas tubuh. Ada kemungkinan hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan pakan yang tidak memadai, sehingga sistem kekebalan tubuh berkurang. Fibrinogen mempunyai peranan penting dalam aglutinasi darah yang berfungsi sebagai parameter yang baik dalam kasus peradangan atau perdarahan (Hana dkk., 2011).
394
Dian Kurniawati dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):391-396, April 2013
Tabel 2. Hasil rataan dan simpang baku fibrinogen darah Variabel Rataan Simpang Baku t Hitung (Sd) Fibrinogen (Y1) 0,5 0,64 t Hit 0,67 ** (Y2) 0,8 0,87 (Y1 = Kelinci terinfeksi koksidiosis ; Y2 = Kelinci tidak terinfeksi koksidiosis)
t Tabel 0,05 0,01 2,101 2,875
Rataan nilai fibrinogen darah pada sampel kelinci yang terinfeksi koksidiosis mengalami penurunan dibandingkan dengan kelinci yang normal nilai fibrinogen darah normal pada kelinci adalah 0,3–0,9 (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988 ; Malole dan Utami, 1989). Kelompok kelinci yang terinfeksi kosidiosis memiliki rataan nilai fibrinogen darah yaitu 0,5gr/dL. Hasil tersebut lebih kecil dari rataan nilai fibrinogen darah pada sampel kelinci yang tidak terinfeksi koksidiosis yaitu 0,8gr/dL. Penurunan nilai fibrinogen darah diduga disebabkan oleh infeksi koksidiosis. Penurunan nilai fibrinogen darah akibat infeksi koksidiosis berbanding lurus dengan penurunan TPP. Saat TPP mengalami penurunan maka nilai fibrinogen darah juga mengalami penurunan. Hal ini juga dinyatakan oleh Guyton (1993), bahwa salah satu penyebab konsentrasi fibrinogen menurun dan adanya indikasi ganguan penyakit secara umum, traumatik, dan infeksi adalah koksidiosis. Koksidiosis pada kelinci berpengaruh terhadap penurunan fibrinogen darah. Namun tidak berpengaruh nyata (P<0,05). Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Hana dkk., (2011) bahwa kelinci yang terinfeksi Eimeria magna pada hari ke-2, mengalami penurunan nilai fibrinogen darah. Dimana hal ini dikarenakan adanya peradangan atau perdarahan pada dinding mukosa usus. SIMPULAN Koksidiosis pada kelinci berpengaruh terhadap penurunan total protein plasma (TPP) dan nilai fibrinogen darah. Namun pengaruhnya tidak signifikan (P>0,05).
DAFTAR PUSTAKA Barriga, O.O. and J.V. Arnoni. 1979. Eimeria stiedae: Weight, Oocyst output and hepatic fungtion of rabbit with graded infection. Exp. Parasitol. 483: 407-417. Beyer, T. 1963. Immunity in experimental coccidiosis of the rabbit caused by heavy infective doses of Eimeria intestinalis. In: Ludvik J, et al. (eds) Progress in protozoology. Czech Academy of Sciences, Prague, p 448. Dinas Perikanan dan Peternakan. 2010. Laporan statistik kasus penyakit pada hewan ternak di kabupaten Banyumas. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banyumas. Fajar, Maruf. 2011. “Comparasion the prevalence of gastrointestinal helminthiasis in dairy cattle at ngelom and kletek villages district taman Of Sidoarjo”. Artikel Ilmiah. 22-25. http://www.hu.mtu.edu/reader/online/20/allen20.html (diakses Oktober 2012). Guyton, A. C.,1993. Textbook of Medical Physiologi. 10th edition. Appleton and Lange. San Fransisko, USA. Diterjemahkan oleh Tengadi, K. A., R. Tandean., R. M. Mawi, 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 101-112. Hana. A. 2011. Profil Darah, Peristaltik dan Neuron Mienterik Nitrergik Usus Halus Kelinci (Orictolagus cuniculus) yang Diinfeksi Eimeria magna. Disertasi.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 395
Dian Kurniawati dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):391-396, April 2013
Hanjani, S.U. 1998. Imunisasi pasif terhadap koksidiosis sekum pada ayam. Skripsi. http://respository.ipb.ac.id.handle.944. Diakses 16 februari 2013. Harvey, John.W. 2001. Blood and bone marrow of domestic animals; Atlas Of Veterinary Hematology. Philadelphia. Iskandar, T. 2001. Studi patogenitas dan waktu sporulasi Eimeria stiedae galur lapang pada kelinci. Widyariset, LIPI. 3: 173-184. Joyner, J.P., J. Catchopole, B. Hein and Berret.1983. E. stiedae in Rabbits: The Demontration of Responses to Chemotherapy. Res. Vet. Sci. 34(1):64-67. Lester VK, HL tarpley and KS Latimer. 2005. Small mammals hematology: Leucosyte identification and plasma serum in rabbits and guinea pigs. Dept. of pathology college of veterinary medicine. University of Georgia, Athens. diakses 17 februari 2013. Licois, D., P. Coudert and N. Nere. 2000. Epizootic rabbits enterocolitis and coccidiosis a criminal conspiracy. 7thRabbits Congress Valence-Espagne. Malole MBM dan Utami S. 1989. Penggunaan hewan percobaan di laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Priyono. 2009. Melirik potensi kelinci. http:://www.ilmu peternakan.co.cc/blogger/archive html. [di akses 10 april 2012]. Ruff, M.D. 1991. Interaction of low levels of coccidipis, other disease. Poultry Digest. 22: 28-34. Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI-Press. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sutisna, A. 2008. Usaha budidaya dan pemasaran produk kelinci di wilayah jawa barat. Makalah lokakarya nasional potensi dan pengembangan usaha kelinci di Lembang. Jawa Barat. Tabbu, C.R. 2002. Penyakit ayam dan penanggulangannya. Kanisius. Yogyakarta. Tampubolon, M. 1992. Petunjuk laboratorium protozoologi. Pusat Antar Ilmu Hayati, IPB Bogor.
396