Denny Wibowo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 821–826, September 2013
ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PETERNAK KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS (ANALYSIS OF BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME CONTRIBUTION OF RABBITS FARMS IN BANYUMAS DISTRICT) Denny Wibowo, Krismiwati Muatip, Hudri Aunurohman Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
[email protected] ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pendapatan, efisiensi usaha dan kontribusi pendapatan usaha ternak kelinci di Kabupaten Banyumas dan mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi efisiensi usaha ternak kelinci. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung. Responden yang digunakan adalah peternak kelinci sebanyak 35 peternak. Peternak responden setidaknya telah beternak lebih dari satu tahun. Ternak kelinci yang dimiliki merupakan kelinci yang diproduksi untuk menghasilkan keuntungan dan bukan untuk kesenangan. Variabel yang diukur meliputi pendapatan, efisiensi usaha dan kontribusi pendapatan usaha ternak kelinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, usaha ternak kelinci di Kabupaten Banyumas memberikan pendapatan selama satu bulan sebanyak Rp 469.365 dengan efisiensi usaha sebesar 1,48 dan rentabilitas sebesar 8,46 persen. Usaha ternak kelinci di Kabupaten Banyumas memberikan kontribusi terhadap pendapatan total keluarga peternak sebesar 14,16 persen. Faktor jumlah ternak dan biaya penyediaan bibit secara parsial berpengaruh terhadap efisiensi usaha ternak kelinci. Kata kunci : Pendapatan, efisiensi usaha, kontribusi pendapatan, faktor sosial ekonomi, ternak kelinci ABSTRACT The research aims to find out the revenue, business efficiency and income contribution of rabbits farms in Banyumas district and find out the social and economic factors that affect the business efficiency of rabbits farms. Data collection was done using questionnaires and direct observation. Respondents used are rabbit breeders as much as 35 breeders. the respondents have breeding at least more than one year. Owned rabbits produced to make a profit and not for pleasure. Variables that are measured include income, business efficiency and revenue contribution of rabbits farms. The results showed that the operating revenues of rabbit farms for one month in Banyumas district was Rp 469.365 with business efficiency by 1,48 and profitability by 8,46 percent. Rabbit farms business in Banyumas district contributes to the total income of the family farmers amounted to 14.16 percent. Factor of the number of livestock and the cost of the provision of rabbits had an effect on the efficiency of rabbit farms. Keyword : Revenue, business efficiency, income contribution, social and economic factors, rabbits PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia semakin tahun semakin meningkat, hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan ternak sebagai sumber protein hewani. Ternak kelinci merupakan salah satu ternak yang memiliki potensi dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani yang cukup besar. Potensi tersebut dilihat dari kandungan nutrisi yang dimiliki serta kemudahan dalam pemeliharaan ternak kelinci. Ternak kelinci berkembang biak dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak serta
821
Denny Wibowo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 821–826, September 2013
memliki nutrisi yang baik. Kadar protein daging kelinci sebesar 20,8% dengan kadar lemak yang rendah sebesar 10.2% dan memiliki kolesterol yang rendah (Iskandar, 2005). Kabupaten Banyumas merupakan tempat yang cocok untuk pemeliharaan kelinci. Suhu udara yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin menyebabkan kelinci mudah beradaptasi dengan lingkungan. Dilihat dari potensi pasar, Lokawisata Baturaden merupakan lokasi terbanyak dalam pemasaran daging kelinci. Suhu dingin di kaki Gunung Selamet menjadikan produk olahan daging kelinci seperti sate kelinci menjadi produk yang mudah diperjualbelikan. Ternak kelinci selain menghasilkan daging (kelinci potong) juga dipelihara peternak sebagai ternak hias. Oleh sebab itu, beternak kelinci sangat potensial untuk dijadikan sebagai lapangan pekerjaan. Usaha ternak kelinci dalam perkembangannya tidak terlepas dari berbagai masalah yang dihadapi. Masalah dalam pengembangan ternak kelinci antara lain kurangnya suplai untuk bibit yang berkualitas untuk kelinci pedaging maupun hias, pemeliharaan masih bersifat tradisional sehingga kurang cepat berkembang, pengetahuan teknologi produksi dan pemasaran kurang memadai, tidak adanya catatan recording tentang produktivitas usaha, dan tingginya minat beternak kelinci yang belum diiringi dengan meningkatnya konsumsi daging kelinci. Untuk itu, pengembangan usaha ternak kelinci ke depan perlu diatur guna dapat meningkatkan sistim agribisnis dengan menjalin keterkaitan pra produksi (bibit, pakan, dan kandang), proses produksi (sistim budidaya) dan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran hasil). Strategi usaha peternakan kelinci yang berorientasi agribisnis memerlukan kerjasama yang harmonis antara peternak, organisasi, swasta dan lembaga/institusi pemerintah. Kerjasama yang baik diharapkan mampu mengembangkan populasi ternak kelinci di Kabupaten Banyumas, sehingga beternak kelinci dapat dijadikan salah satu usaha yang memberikan kontribusi pendapatan bagi peternak. METODE Metode yang digunakan adalah metode survei dengan sampel peternak atau responden yang ditetapkan secara purposive sampling sebanyak 35 responden yang berada di Kabupaten Banyumas. Pengambilan sampel wilayah berdasarkan kecamatan yang memiliki peternak kelinci yaitu Kecamatan Ajibarang, Baturaden, Cilongok, Kedung Banteng, Patikraja, Sokaraja, Sumampir, Sumbang, dan Tambak. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung. Metode penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu responden telah beternak kelinci lebih dari satu tahun dan ternak kelinci yang dimiliki merupakan kelinci yang diproduksi untuk menghasilkan keuntungan dan bukan untuk kepentingan hobby. Penghitungan pendapatan usaha ternak serta Return/Cost (R/C) ratio digunakan untuk analisis efisiensi usaha ternak kelinci. Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Total pendapatan usaha ternak merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Return/Cost (R/C) ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya (Soekartawi. 1995) Menurut Riyanto (1997), rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Rentabilitas juga diartikan sebagai kemampuan suatu usaha dalam menggunakan modal untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Oleh karena itu, pengertian rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan.
822
Denny Wibowo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 821–826, September 2013
Analisis kontribusi pendapatan dibutuhkan untuk menghitung seberapa besar kontribusi pendapatan usaha ternak kelinci setiap peternak kelinci dalam usaha peningkatan penghasilan keluarga di Kabupaten Banyumas. Rumus kontribusi pendapatan : Menurut Sudjana (2002), untuk mengetahui pengaruh faktor-fakor sosial ekonomi tersebut terhadap pendapatan usaha ternak kelinci digunakan Rumus : Y
= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
Keterangan : Y = Pendapatan usaha ternak kelinci X1 = Jumlah ternak (ekor) X2 = Lama beternak (tahun) X3 = Pendidikan (tahun) X4 = Biaya pakan (Rp/bulan) X5 = Biaya penyediaan bibit (Rp/bulan) a = Konstanta (nilai Y1 apabila X1, X2 ….Xn = 0) b = Koefisien Regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) Data yang telah dihitung diuji dengan menggunakan uji F untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi secara bersama-sama kemudian diuji dengan uji t untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi secara parsial. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan, Efisiensi Usaha dan Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Kelinci di Kabupaten Banyumas. Efisiensi dalam suatu usaha adalah perbandingan antara jumlah sumber daya yang digunanakan untuk mencapai hasil. Menurut Solichin (2009), Efisiensi teknis adalah konsep yang menyatakan hubungan atau rasio input-output pada suatu proses produksi baik dalam satuan fisik, nilai atau kombinasi keduanya tanpa secara khusus memperlihatkan keuntungan maksimal, dalam hal ini yang penting adalah memaksimalkan rata-rata input tertentu. Efisiensi dalam menjalankan usaha ternak kelinci merupakan tindakan seorang peternak dalam menggunakan biaya untuk mendapatkan keuntungan serta mempertimbangkan faktor-faktor dalam melaksanakan manajemen sehingga menekan pengeluaran modal. Kontribusi pendapatan usaha ternak kelinci merupakan besarnya pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak kelinci dibandingkan dengan pendapatan total keluarga peternak. Pendapatan usaha ternak kelinci merupakan selisih total biaya yang digunakan dengan total penjualan yang didapatkan. Besarnya kontribusi pendapatan suatu usaha dilihat dari sumbangan yang diberikan suatu usaha terhadap total pendapatan keluarga.
823
Denny Wibowo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 821–826, September 2013
Tabel 1. Analisis Usaha dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga Peternak Kelinci di Kabupaten Banyumas No 1. 2. 3. 4. 2.
Uraian Jumlah Biaya Produksi (Rp) Jumlah Penerimaan (Rp) Pendapatan Usaha Ternak Kelinci (Rp) Pendapatan Total Keluarga Peternak (Rp) Efisiensi Usaha a. R/C Ratio b. Rentabilitas (%) 3. Kontribusi Pendapatan (%) Sumber : Data Primer Diolah
Rata-rata 978.863 1.448.229 469.365 3.314.286 1,48 8,46 14,16
Mayoritas peternak kelinci di Kabupaten Banyumas adalah seorang wiraswasta dan belum menjadikan usaha ternak kelinci sebagai usaha yang berorientasi terhadap keuntungan. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak yaitu Rp 3.314.286. Kontribusi usaha ternak kelinci yaitu sebanyak 14,16 persen atau sebesar Rp 469.365. Kecilnya persentase kontribusi pendapatan ternak kelinci dipengaruhi oleh jenis usaha, jumlah ternak, cara penyediaan bibit dan pemasaran hasil produksi. Usaha ternak kelinci masih dijadikan usaha sampingan peternak, atau peternak belum menjalankan usahanya secara lebih serius maupun dengan skala industri. Kontribusi pendapatan ternak kelinci dipengaruhi oleh skala usaha, proses produksi dan pasca produksi usaha ternak kelinci. Jumlah ternak dan cara penyediaan bibit diduga merupakan faktor yang mempengaruhi kontribusi pendapatan usaha ternak kelinci. Jumlah ternak yang dimiliki peternak kelinci berpengaruh terhadap hasil produksi yang dapat dijual. Cara penyediaan bibit peternak kelinci yang lebih banyak menyediakan sendiri, berpengaruh terhadap biaya yang digunakan namun meningkatkan jumlah ternak yang dimiliki. Pemasaran ternak kelinci yang masih didalam kota merupakan faktor yang mempengaruhi kontribusi pendapatan usaha ternak kelinci. Pengaruh Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Efisiensi Usaha Ternak Kelinci di Kabupaten Banyumas Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi angka efisiensi usaha yaitu jumlah ternak, lama beternak, tingkat pendidikan peternak, biaya pakan, dan biaya penyediaan bibit. Tabel 2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Usaha Variabel Coefficients t Stat Konstanta 1,3749397 4,7419994 Jumlah Ternak 0,0133888 1,7582359 Lama Beternak 0,0397301 0,8060445 Pendidikan -0,0029405 -0,1839506 Biaya Pakan -0,0000003 -0,7387926 Biaya Bibit -0,0000010 -3,6534854 2 R = 0,48 F Sign = 0,0013*** F hit = 5,563 Sumber : Data Primer Diolah 824
P-value 0,0000519 0,089258* 0,4267778 0,8553324 0,4659707 0,001***
Denny Wibowo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 821–826, September 2013
Keterangan : * = Tingkat Signifikansi 90 persen ** = Tingkat Signifikansi 95 persen *** = Tingkat Signifikansi 99 persen Berdasarkan Tabel 12 diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 1,3749397 + 0,0133888 X1 + 0,0397301 X2 – 0,0029405X3 - 0,0000003 X4 – 0,0000010 X5 Koefisien determinasi R square (R2) yang diperoleh sebesar 0,48 yang berarti bahwa variasi dari variabel dijelaskan secara bersama-sama berpengaruh sebesar 48 persen terhadap rasio efisiensi usaha. Variabel jumlah ternak memiliki P value 0,0893 (P<0,1), yang berarti jumlah ternak berpengaruh terhadap efisiensi usaha. Semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara meningkatkan efisiensi usaha karena dalam peternakan kelinci tradisional jumlah ternak tidak terlalu berpengaruh dengan pertambahan jam kerja dan biaya tenaga kerja. Jumlah ternak yang dipelihara peternak berpengaruh terhadap hasil beternak yang dapat dijual untuk mendapatkan keuntungan. Hasil penelitian ini selaras dengan pernyataan Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri, sehingga semakin banyak ternak maka semakin tinggi juga pendapatan bersih yang diperoleh. Variabel biaya penyediaan bibit berpengaruh sangat nyata terhadap efisiensi usaha dengan P value 0,001 (P<0,01), yang berarti biaya pembelian bibit berpengaruh sangat nyata terhadap rasio efisiensi usaha dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Peternak kelinci di Kabupaten Banyumas sebagian besar (45,71 %) menyediakan bibit dengan membeli dari peternak lain dan menyediakan sendiri dengan melakukan seleksi sehingga peternak dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan jumlah ternak. Pembelian bibit kelinci dapat menambah jumlah biaya yang dikorbankan untuk proses produksi namun pembelian bibit juga untuk memperbaharui bibit yang ada dipeternakan untuk menghindari perkawinan sedarah. Peternak kelinci di Kabupaten Banyumas memperoleh bibit dari dua sumber yaitu membeli dari peternak lain dan menghasilkan bibit sendiri. Menurut Sarwono (2009), bibit yang baik harus memenuhi kriteria yaitu kelinci harus sehat, tidak memiliki cacat tubuh, bobot hidup seimbang dengan standar bobot hidup pada bangsanya, berasal dari keturunan yang mempunyai anak banyak (>8 ekor), produksi susu baik, dan mempunyai sifat keindukan dalam mengasuh anaknya, serta tidak kanibal. SIMPULAN Usaha ternak kelinci di Kabupaten Banyumas memberikan pendapatan selama satu bulan sebanyak Rp 469.365 dengan efisiensi usaha sebesar 1,48 dan rentabilitas sebesar 8,46 persen. Usaha ternak kelinci di Kabupaten Banyumas memberikan kontribusi terhadap pendapatan total keluarga peternak sebesar 14,16 persen. Faktor jumlah ternak dan biaya penyediaan bibit secara parsial berpengaruh terhadap efisiensi usaha ternak kelinci. DAFTAR PUSTAKA Iskandar, T. 2005. Beberapa Penyakit Penting pada Kelinci di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci.
825
Denny Wibowo dkk /Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 821–826, September 2013
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar- dasar Pembelanjaan Negara. Yogyakarta : BPFE Sarwono, B. 2009. Kelinci Potong dan Hias. PT Agromedia Pustaka. Cetakan kedua belas Revisi. Jakarta Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta. Solichin ,D,S. 2009. Kajian Ekonomis Penggunaan Daya Mesin Kapal Purse Seine di Perairan Pekalongan. Universitas Diponegoro. Semarang Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
826