Peningkatan Efisiensi Pakan Kelinci Menggunakan Ransum Berbasis Limbah Nabati Pasar Sayur Pada Peternakan Kelinci Pemula Badriyah dan Usman Ali
ABSTRAK Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pada peternak kelinci pemula tentang sistem pemeliharaan kelinci secara intensif dan strategi pemberian pakan menggunakan ransum berbasis limbah nabati dari pasar sayur sehingga dapat menekan biaya pakan, sekaligus memberikan perbaikan manajemen pemeliharaan dan sistem pemasaran serta solusi permasalahan yang dihadapi peternak kelinci. Program penerapan IPTEKS ini diawali observasi ulang ke peternakan kelinci sasaran tanggal 25 Juli 2009, dilanjutkan kegiatan pendampingan pada peternak kelinci selama 2 minggu mulai tanggal 4 – 18 Agustus 2009. Khalayak sasaran untuk kegiatan penerapan Ipteks adalah peternak kelinci di wilayah sekitar Sengkaling (Bpk.Suwarno) dan pasar Dinoyo Malang (Bpk.Supriyono). Metode yang digunakan dalam program IPTEKS ini adalah observasi lapang, penyuluhan dan demo praktek penyusunan pakan kelinci serta pendampingan dalam pemeliharaan kelinci secara intensif dengan mengendalikan semua aspek dalam sapta usaha peternakan kelinci. Hasil program penerapan IPTEKS dideskripsikan sebagai berikut: program ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi peternakan kelinci sasaran , tahap kedua bimbingan dan penyuluhan dilakukan secara terpisah dan bergilir dari peternak satu ke peternak lainnya dengan materi yang sama ditambah pembahasan pemecahan masalah yang dihadapi peternak, tahap ketiga dilakukan demo praktek penyusunan pakan komplit yang menggunakan pakan basal berupa limbah sayur (daun kubis, wortel, daun sawi, slada air, bayam , kangkung dan kacang panjang) yang sebelumnya menggunakan rumput lapang yang fisiknya tidak keras. Kemudian dilanjutkan diskusi dengan para peternak, dan tahap keempat dilakukan pendampingan di UKM peternak kelinci pemula sasaran. Disimpulkan bahwa program ini diminati oleh khalayak sasaran dengan baik, sistem pemeliharaan kelinci sudah intensif, semua aspek dalam sapta usaha peternakan belum dikendalikan dengan baik, pemberian pakan masih konvensional dengan mengandalkan rumput lapang yang kualitasnya rendah dan sulit diperoleh pada musim kemarau. Kemudian disarankan sebaiknya kandang kelinci dibersihkan terus setiap hari untuk mencegah penyakit kudis, administrasi rekording harus jelas agar memudahkan dalam pengelompokkan kelinci dengan model persilangan dan pemuliaan kelinci yang diinginkan. Penggantian pakan hijauan rumput lapang dengan limbah sayur dari pasar tradisional sehingga memudahkan dalam pengadaan pakan yang berarti menekan biaya pakan meskipun konsentrat tetap harus diberikan dan terus mengembangkan pasar dan konsumen langsung di lokasi pariwisata terdekat. Kata Kunci : Efisiensi pakan, ransum, limbah sayur, peternak kelinci pemula.
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
1
PENDAHULUAN Analisis Situasi Dalam upaya mendukung program pemerintah untuk penganekaragaman bahan pangan dan pemenuhan gizi protein hewani bagi masyarakat Indonesia sebesar 56 g/kapita/hari, serta kelinci dipandang sebagai ternak unggulan untuk obyek wisata sekaligus mascot terbaru kota Batu. Oleh karena itu usaha peternakan kelinci merupakan alternatif pilihan terbaik bagi masyarakat setempat untuk mengembangkan bisnis kelinci secara intensif untuk tambahan pendapatan keluarga. Kelinci di daerah obyek pariwisata selain dimanfaatkan masyarakat untuk konsumsi protein hewani yang lezat bentuk olahan sate kelinci yang khas Malang, juga dipandang sebagai hewan kesayangan bagi anak dan pelancong luar kota serta bagi masyarakat sadar gizi memilih daging kelinci sebagai makanan kaya gizi dan aman dari kolestrol. Selain sebagai penghasil daging berkualitas, kelinci juga dapat menghasilkan kulit dan pupuk organik sebagai hasil samping. Fakta di lapang menunjukkan bahwa telah banyak bermunculan peternak kelinci baru (pemula) di wilayah dekat obyek pariwisata. Umumnya kondisi mereka masih konvensional dengan pengetahuan dan ketrampilan yang kurang serta dalam pemberian pakan seharusnya tidak hanya mengandalkan tersedianya hijauan lapang saja. Keberadaan usaha peternakan kelinci ini diharapkan sebagai upaya divertifikasi usaha berbagai komoditas ternak atau penganekaragam bidang usaha yang dapat meningkatkan pendapatan dan harkat hidup serta ketahanan pangan bagi masyarakat. Selain itu prospek pengembangan dan peluang pemasaran kelinci di sekitar kota Batu sangat strategis utamanya daging kelinci sudah dikenal sebagai bahan baku sate kelinci sebagai makanan khas Malang. Dalam usaha peternakan kelinci secara intensif, maka segala sesuatu kebutuhan ternak harus disediakan dalam kandang dan ternak tidak perlu diumbar
sehingga penyediaan pakan mutlak diperlukan. Strategi pemilihan suatu bahan pakan bagi ternak sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan kandungan nutrisi saja tetapi sedapat mungkin menghindari dari kompetisi kebutuhan pangan manusia dan murah serta cukup tersedia di sekitar lokasi peternakan sehingga dapat menekan biaya pakan karena porsi biaya pakan mencapai 70% biaya produksi. Salah satu alternatif untuk menekan biaya pakan ternak yaitu dengan memanfaatkan limbah organik nabati dari pasar sayur di sekitar dekat peternakan. Limbah organik nabati yang terdapat di pasar tradisional beragam jenisnya berupa afkiran sayuran antara lain: kubis, wortel, brokoli, slada, sawi, kapri, kacang panjang dan buangan kulit kecambah, umbi-umbian serta limbah parutan biji kelapa termasuk ampasnya dll. Bentuk kesegaran limbah ini bermacam-macam, maka untuk bahan afkiran sayuran yang berkadar air tinggi sebaiknya dilayukan di bawah terik matahari untuk menjaga tidak cepat rusak dan stoking bahan pakan terjamin sebagai pengganti pakan basal yang perlu ditambahkan dengan bahan pakan konsentrat sehingga lebih praktis. Kelinci sebagai salah satu komoditas ternak yang mudah berkembang biak serta tidak banyak membutuhkan modal, cukup ruangan atau lahan sempit, kelinci juga penghasil daging yang berprotein tinggi dan sedikit berlemak karena frekuensi respisasi tinggi sehingga daging kelinci aman dari resiko kolestrol (Nugroho, 1982). Kelinci berbeda dengan monogastrik lain tetapi termasuk herbivora dengan digester mikrobial sekum lebih dominan seperti kuda sehingga tingkat toleransi terhadap pakan berserat tinggi dan protein rendah sebesar 1215% relatif sama dengan standar protein pakan bagi ruminansia. Perumusan Masalah Sebagian besar peternak kelinci sasaran, masih menggunakan sstem pemeliharan kelinci secara konvensional terutama dalam strategi pemberian pakan dengan hanya mengandalkan hijauan pakan berupa rumput dan hijauan lapang, dimana
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
2
biaya pakan membutuhkan investasi terbesar mencapai 70% dari biaya produksi. Sebetulnya kebutuhan pakan kelinci dapat dipenuhi dari pemberian bahan limbah nabati pasar yang melimpah upaya untuk mengurangi biaya pakan tanpa mengurangi efisiensi pakan. Agar pendapatan masyarakat setempat meningkat serta kegiatan bisnisnya lebih leluasa, maka diperlukan diversifikasi usaha beternak kelinci secara intensif menggunakan limbah nabati pasar yang masih kaya gizi dan mudah diperoleh karena tidak jauh dari lokasi peternakan. TUJUAN DAN MANFAAT PENERAPAN IPTEKS Tujuan Penerapan IPTEKS Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pada peternak kelinci pemula tentang sistem pemeliharaan kelinci secara intensif dan strategi pemberian pakan menggunakan ransum berbasis limbah Nabati dari pasar sayur sehingga dapat menekan biaya pakan. Hal ini berarti pula meningkatkan daya guna limbah nabati yang biasanya dibuang begitu saja yang dapat mencemari dan mengurangi estiteka lingukungan. Selain itu kegiatan ini akan memberikan perbaikan manajemen pemeliharaan dan sistem pemasaran serta solusi dari permasalahan yang dihadapi para peternak kelinci. Manfaat kegiatan Manfaat kegiatan bagi khalayak sasaran adalah dari sisi ekonomi peternak kelinci dapat memanfaatkan limbah nabati pasar sebagai pakan basal yang murah sehingga dapat menekan biaya pakan yang diikuti pendapatan dan keuntungan bertambah, sedangkan disisi ipteks maka peternak dapat mengembangkan ternak kelinci secara intensif dan strategi pemberian ransum dari campuran limbah nabati pasar yang masih layak diberikan pada kelinci dan patabel. Selain itu kegiatan ini menjunjang program pemerintah dalam pencapaian swasembada pangan hewani tahun 2010.
METODE PENERAPAN IPTEKS Metode penerapan Ipteks ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: Observasi ke lokasi sasaran dan mengevaluasi sistem pemeliharan kelinci dan strategi pemberian pakan yang dilakukan serta sistem pemasaran sehingga dapat memberikan arahan pemecahan masalah yang dihadapinya. Memberikan penyuluhan tentang sistem pemeliharaan kelinci dan strategi pemberian pakan yang dilakukan serta sistem pemasaran, dilanjutkan diskusi interaktif pada semua peternak yang dipilih. Mengadakan demo praktek pembuatan pakan komplit yang ideal dan palatable untuk kelinci sehingga perkembangan dan pertumbuhan kelinci optimal. Mendampingi dan membimbing para peternak dalam pemeliharaan kelinci yang menuju peternakan yang intensif dan professional. Dilanjutkan dengan pembinaan bagaimana teknis recording dan mengevalusi efisiensi pakan serta analisa usaha yang ditekuni ditambah diskusi lingkup pemasaran dan keuntungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Program penerapan ipteks ini diawali dengan kegiatan tim pengabdi melakukan survei ulang ke lokasi peternakan kelinci di sekitar pasar sayur Dinoyo milik Bapak Supriyono dan peternakan kelinci milik Bapak Suwarno di Desa Landungsari, Kecamatan DAU, Kabupaten Malang yang lokasinya berdekatan tempat rekreasi Sengkaling. Kedua peternak tersebut merupakan peternakan kelinci pemula dan telah senantiasa berusaha untuk berkembang lebih maju. Hasil observasi dan wawancara dengan peternak kelinci maka tim pengabdi mendapatkan temuan hal-hal sebagai berikut: Para peternak kelinci menggunakan induk kelinci lokal dan disilangkan dengan berbagai jenis pejantan unggul yaitu anggora berbulu panjang, rex berbulu karpet dan New Zealand white sehingga anakannya merupakan
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
3
perpaduan kelinci lokal dengan pejantan unggul. Kelinci lokal lebih adaptif dan toleran terhadap lingkungan sekitar. Manajemen mengawinkan kelinci betina dimasukkan ke sangkar pejantan dan diulang pada hari ke 5-6 hari berikutnya, apabila betina sudah bunting maka akan bersuara khas seolah memberikan kode bahwa dia bunting dan pejantan tidak mau mengawininya. Kandang kelinci model bertingkat disekat dan lantai dari belahan bambu, untuk kelinci indukan dan pejantan dikandangkan secara individu sedangkan kelinci lepas sapih seumur dikandangkan secara koloni dan dipisahkan menurut jenis kelaminnya. Kelinci betina pertama kali dikawinkan umur lebih dari 6 bulan tergantung dari jenis kelinci, demikian pula pejantan yang digunakan sebagai pemacek umur lebih dari 1 tahun. Hal ini peternak sudah mempertimbangkan dewasa tubuh sehingga menghasilkan bakalan kelinci berbobot badan normal dan kuat sehingga mengurangi mortalitas anak kelinci. Induk bunting dikandangkan dalam sangkar sendiri sampai melahirkan dengan masa bunting 32 sampai 35 hari, kemudian pada masa laktasi induk disatukan dengan anakannya sampai lepas sapih sekitar umur 1,5 bulan, setelah itu induk kelinci baru dikawinkan (Sarwono, 1985). Pakan yang diberikan menggunakan hijauan pakan basal rumput lapang yang masih segar yang dilayukan terlebih dahulu secara ad libitum pada sore hari, sedang pada pagi sampai sore hari kelinci diberi pakan konsentrat dari campuran bekatul dan pollard dengan perbandingan sama sebesar 50% yang dibasahi dengan air agar konsentrat tidak berdebu dan untuk memudahkan proses konsumsi pakan. Jumlah pemberian konsentrat dibatasi (restriction) dan terkontrol. Pemberian air minum secara ad libitum yang diletakkan pada botol aqua yang digantung posisi terbalik dan tutupnya dilubangi sebesar paku, sehingga kelinci
minum dengan cara mengisap air dari lubang botol. Beberapa kendala dan permasalahan yang sering dihadapi peternak kelinci sasaran yaitu: mortalitas anak kelinci masa laktasi cukup tinggi mencapai 25%, Sulit mendapatkan hijauan pakan (rumput lapang) yang berkualitas apalagi musim kering, timbulnya penyakit mencret dan perut kembung, pemasaran masih menunggu jasa pedagang yang mendatangi peternakan. Lokasi peternakan kelinci yang satu dengan lainnya berbeda kecamatan dan jumlah peternak kelinci per wilayah ini sedikit, maka penyuluhan dan bimbingan dilakukan secara individu pada masingmasing peternak kelinci dan langsung di dalam kandang sekaligus diberikan teori penyusunan ransum yang meliputi penggunaan limbah sayur dari pasar Dinoyo, Lowokwaru, Malang (sayur kubis, daun sawi, wortel, slada air, bayam dan kangkung) dipilih yang tidak kotor dan masih layak diberikan pada kelinci, sebelum diberikan pakan dilayukan dahulu untuk menghindari penyakit kembung. Secara detail materi penyuluhan disajikan pada lampiran 2. Dalam acara bimbingan dan penyuluhan tentang budidaya kelinci secara komersiel juga dibahas beberapa permasalahan yang dihadapi peternak guna dicari jawaban atau solusi pemecahannya. Sedang sistem pemasaran kelinci dijual melalui jasa pedagang keliling. Harga kelinci lokal lepas sapih umur 1, 5 bulan bervariasi antara Rp. 20.000 sampai dengan Rp. 25.000,. Dengan analisa usaha pemeliharaan kelinci berarti harus mengitung biaya produksi dan pendapatan dari penjualan produk yang dihasilkannya. Biaya produksi meliputi pembuatan kandang dan peralatan, calon indukan dan pejantan, pengadaan pakan, obat-obatan, konsumsi makan 3 x sehari, tambahan suplemen dan tenaga kerja. Namun dalam tenaga kerja, peternak tidak mengambil tenaga kerja luar semua pekerjaan dilakukan oleh peternak sendiri. Salah satu peternak kelinci punya usaha pembuatan tempe dan dijual keliling,
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
4
dan limbahnyapun telah dimanfaatkan sebagai campuran konsentrat dengan bekatul, pollard dan jagung giling. Masalah permodalan, para UKM peternak kelinci pemula dapat memanfaatkan atau mengajukan pinjaman usaha dari pegadaian atau BPR terdekat yang bunganya hampir mirip dengan pegadaian sebesar 2,5% per bulan. Dengan demikian kegiatan penerapan IPTEKS ini dengan melakukan bimbingan, penyuluhan, dan demo praktek penyusunan ransum yang menggunakan pakan basal limbah nabati pasar sayur (Usman Ali, 2008) dan bahan pakan konsentrat, maka pengetahuan dan ketrampilan peternak dapat meningkat dengan produktifitas lebih baik sekaligus membantu program pemerintah dalam penganekaragaman serta penyediaan protein hewani bahan pangan. Selain itu usaha agrobisnis kelinci ini digemari masyarakat karena kelinci sebagai hewan kesayangan dan dagingnya lezat, kaya protein serta kandungan lemak rendah sehingga omzet penjualan juga meningkat dan memberi keuntungan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan program penerapan IPTEKS, maka tim pengabdi menyimpulkan bahwa: Sistem pemeliharaan yang dilakukan semua peternak kelinci sudah secara intensif, dimana kelinci dikandangkan terus menerus tanpa ada umbaran dan segala kebutuhan kelinci dipenuhi dalam kandang. Namun kondisi kandang kelinci milik bpk. Supriyono kurang bersih, pada bagian sisi kandang ditempati kandang unggas ayam dan itik manila. Ransum yang diberikan masih menggunakan pakan konvensional yang menggandalkan rumput lapang sebagai pakan basal yang ditambah konsentrat dalam jumlah dan komposisi nutrien masih kurang.
Dalam pengendalian semua unsur sapta usaha peternakan sudah dilakukan dengan baik yang diawali dengan studi banding pada peternakan kelinci yang mapan di koperasi Akur Bumiaji, Batu, Malang. Kelinci yang dijual umumnya lepas sapih seharga Rp. 20.000, sampai Rp 25.000, dengan sistem pemasaran kelinci melalui jasa pedagang keliling yang biasanya datang pada pertengahan bulan. Saran Akhirnya tim pengabdi dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut: Kandang sebaiknya dibersihkan terus setiap hari untuk mencegah penyakit kudis Rekording harus diadakan agar memudahkan dalam pengelompokkan kelinci dan model persilangan dan pemuliaan kelinci yang diinginkan Penggantian pakan hijauan rumput lapang dengan limbah sayur dari pasar tradisional sehingga memudahkan dalam pengadaan pakan yang berarti dapat menekan biaya pakan meskipun konsentrat tetap harus diberikan. Omzet penjualan ditingkatkan terus agar tenaga kerja lebih efisien, serta pemasaran diperluas lagi sehingga bisnis ini menjanjikan dan menguntungkan.
Daftar Pustaka Nugroho, H. 1982. Beternak Kelinci Secara Modern. Penerbit Eka Offset, Semarang. Sarwono. B. 1985. Beternak Kelinci Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Usman Ali, 2008. Penggunaan konsentrat Dalam Ransum Berbasis Limbah Nabati Pasar Tradisional Untuk penggemukan Kelinci Jantan. Jurnal SAINTEK, ISSN 1693-8917, Vol. 5 No. 1, Juni 2008. Penerbit Kopertis Wil. VII Surabaya.
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
5