Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W PENGARUH TINGKAT SERAT KASAR DALAM RANSUM PELET TERHADAP IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN PADA KELINCI REX THE EFFECT LEVEL OF CRUDE FIBER IN RATION OF PELLETS ON THE PROTEIN EFFICIENCY RATIO OF REX RABBIT
Yanuar Adi P.W *, Rd. Hery Supratman**, Rachmat Wiradimadja ** * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 ** Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Serat Kasar dalam Ransum Pelet Terhadap Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex” bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat serat kasar yang terbaik terhadap imbangan efesiensi protein. Penelitian menggunakan kelinci rex sebanyak 18 ekor, umur 60 hari sebagai objek. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan yang diberikan terdiri atas tiga tingkat serat kasar dalam ransum (P1=10% ; P2=14% ; P3=18%) dengan enam kali ulangan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian tingkat serat kasar dalam ransum pelet kelinci rex 10% - 18% memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap Imbangan Efisiensi Protein. Imbangan Efisiensi Protein terbaik dihasilkan pada tingkat pemberian serat kasar 14% dalam ransum pelet dengan nilai IEP 1,09. Kata Kunci : Kelinci rex, serat kasar, ransum pelet, imbangan efisiensi protein ABSTRACT A research “The Effect Level of Crude Fiber in Ration of Pellets on The Protein Efficiency Ratio for Rex Rabbit” was aimed to find out level of crude fiber that have a good effect for protein efficiency ratio for rex rabbit. The research using 18 heads of rex rabbit with 60 days in age for object. The research using experimental design with complete random design for method. There was three kinds treatment various level of crude fiber in ration of pellets (P1=10% ; P2=14% ; P3=18%) with six repeattation. Result of analysis statistic show that crude fiber in ration for rex rabbit with protein efficiency ratio. The protein efficiency ratio most good at ration for rex rabbit is giving 14% proportion of crude fiber in ratio of pellets with value 1.09. Keywords : Rex Rabbit, Crude Fiber, Ration of Pellets, Protein efficiency ratio
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W PENDAHULUAN Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap daging dari tahun ke tahun menunjukkan suatu peningkatan.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh pertambahan
penduduk yang tinggi. Menanggapi hal tersebut perlu dilakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ternak kelinci adalah salah satu komoditas peternakan yang memiliki kualitas daging lebih baik dibandingkan dengan daging sapi, domba dan kambing. Struktur serat lebih halus dengan warna dan bentuk fisik menyerupai daging ayam. Salah satu jenis kelinci penghasil daging yaitu kelinci rex. Kelinci rex mempunyai bentuk tubuh yang bulat dan berisi sehingga cocok untuk dijadikan penghasil daging, dan diminati oleh para peternak sebagai kelinci pedaging. Pengembangan ternak kelinci mempunyai prospek yang menjanjikan, karena tidak membutuhkan lahan yang luas, modal awal relatif sedikit, cepat berkembang biak, mudah dipelihara, relatif mudah dalam penyediaan makanan. Produksi kelinci sangat ditentukan oleh makanan yang dikonsumsi. Untuk meningkatkan produktivitas, kelinci perlu diberi pakan yang cukup, berkualitas dan mudah dicerna. Salah satu dari komponen zat makanan adalah serat kasar. Kelinci termasuk pseudo ruminan yaitu monogastrik herbivor yang tidak dapat mencerna serat kasar dengan maksimal. Serat kasar merupakan komponen yang sukar dicerna oleh organ pencernaan kelinci sehingga akan mempengaruhi kecernaan zat-zat makanan lainnya seperti protein, lemak, mineral dan vitamin. Serat kasar yang tidak tercerna akan membawa sebagian zat-zat makanan terutama protein dan energi keluar bersama feses sehingga protein ransum tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu keuntungan ternak kelinci mempunyai sifat coprophagy yaitu aktifitas memakan kembali feses yang lunak hasil fermentasi dalam tubuh menjadi zat-zat makanan yang mudah dicerna dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Kekurangan serat kasar dalam ransum kelinci dapat menimbulkan enteritis, yaitu penyakit yang menyerang alat pencernaan (diare) sedangkan serat yang berlebihan akan mengurangi karbohidrat yang terlarut dan menurunkan kecernaan ransum. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat serat kasar dalam ransum pelet terhadap imbangan efisiensi protein pada kelinci.
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah kelinci rex lepas sapih (60 hari) dengan rataan bobot badan ± 1000 g (KV = 12,27%) yang diperoleh dari peternakan Rajawali Rabbit, Sumedang. Nasoetion, 1992 menyatakan bahwa koefisien variasi dibawah 15% di anggap seragam. Jumlah kelinci yang digunakan sebanyak 18 ekor, Secara acak kelinci dibagi ke dalam 18 kandang, sehingga setiap kandang berisi satu ekor. Setiap kandang diberi tanda untuk memudahkan pencatatan data. 2. Peubah yang diamati 1. Konsumsi Ransum Diukur berdasarkan jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan jumlah ransum yang tersisa (Cheeke, 1987). Konsumsi ransum = (Jumlah pakan yang diberikan) - (Jumlah pakan yang tersisa). 2. Konsumsi Protein Konsumsi protein, diperoleh dengan cara menghitung konsumsi ransum yang diberikan dikalikan dengan kandungan protein ransum. Konsumsi protein(g) = (Konsumsi ransum (g)) × (kandungan protein ransum (%)) 3. Pertambahan Bobot Badan Diperoleh dengan cara menimbang kelinci setiap akhir minggu berdasarkan bobot pada saat ditimbang dikurangi bobot sebulan sebelumnya, lalu dibagi tiga puluh (jumlah hari dalam sebulan) untuk mendapat bobot badan per hari (Soeharsono, 1979). Penimbangan dilakukan satu kali selama penelitian.
Rumus :
Keterangan : PBB = Pertambahan Bobot Badan W1 = Bobot Badan Awal W2 = Bobot Badan Akhir T1 = Waktu Penimbangan Awal T2 = Waktu Penimbangan Akhir
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W 4. Imbangan Efisiensi Protein Imbangan Efisiensi Protein (IEP), diperoleh dengan cara menghitung Pertambahan Bobot Badan (PBB) dibagi dengan konsumsi protein (Anggorodi, 1994). Rumus =
Keterangan : IEP PBB KP
= Imbangan Efisiensi Protein = Pertambahan Bobot Badan = Konsumsi Protein
3. Metode Penelitian 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan diawali dengan memilih bahan pakan yang disusun menjadi ransum dan telah diketahui kandungan nutrisinya. Tahap selanjutnya menggabungkan bahan-bahan pakan. Setelah ransum tercampur dibentuk menjadi pelet. 2. Tahap Pelaksanaan -
Sebelum Percobaan, dilakukan masa penyesuaian untuk semua perlakuan selama 1
minggu. Tujuannya untuk menghilangkan pengaruh ransum terdahulu dan membiasakan dengan ransum percobaan, serta mengetahui besarnya kebutuhan ransum kelinci. -
Ransum percobaan diberikan dua kali setiap harinya (pukul 08.00 WIB dan 17.00
WIB). Jumlah pemberian ransum sesuai hasil perkiraan kebutuhan ransum kelinci pemberian air minum diberikan ad libitum. -
Pengumpulan data konsumsi ransum dilakukan dengan menimbang ransum yang
diberikan dikurangi ransum tersisa. Penimbangan bobot badan dilakukan seminggu sekali pada pagi hari saat kelinci belum diberi pakan. Data Imbangan Efisiensi Protein diperoleh berdasarkan data konsumsi protein dan pertambahan bobot badan. 4. Analisis statistik Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (Complitely Randomized Design). yang terdiri atas tiga tingkat perlakuan serat kasar, masing-masing diulang sebanyak enam kali sehingga didapat 18 ekor kelinci. Perlakuan yang dicobakan sebagai berikut: P1 = Ransum yang mengandung serat kasar 10% P2 = Ransum yang mengandung serat kasar 14% P3 = Ransum yang mengandung serat kasar 18%
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W Untuk mengetahui setiap perlakuan digunakan sidik ragam dengan model matematika, sebagai berikut: Yij
j
Keterangan rumus : Yij µ τᵢ ϵ ij i j Asumsi :
= = = = = =
Respon (peubah yang diamati) Rataan umum Pengaruh perlakuan ke-i Pengaruh komponen galat Banyaknya perlakuan Banyaknya pengulangan
1.
Nilai ϵij menyebar normal.
2.
Nilai harapan ϵij = 0.
Hipotesis yang diuji: H0
: P1 = P2 = P3
H1
: P1 ≠ P2 ≠ P3 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan (Pi) yang berbeda.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam yang di sajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Sidik Ragam Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhit
Perlakuan
t-1=2
JKp
KTp
KTp/KTg
Galat
t(r – 1) = 15
JKg
KTg
Total
tr – 1 = 17
JKt
Ftabel 0,05
Keterangan : DB = Derajat Bebas, JK = Jumlah Kuadrat, KT = Kuadrat Tengah Kaidah Keputusan : 1. Bila Fhit < Ftab 0,05 maka terima H0, berarti tidak ada perbedaan diantara setiap perlakuan. 2. Bila Fhit > Ftab 0,05 maka tolak H0, berarti ada perbedaan paling sedikit sepasang perlakuan yang tidak sama. Untuk mengetahui tingkat perbedaan antara pengaruh perlakuan digunakan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 5% dengan rumus sebagai berikut :
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W
√ LSR = SSR . Sx Keterangan : Sx r LSR SSR KTg
= = = = =
Standar error Ulangan Least Significant Range Studentized Significant Range Kuadrat Tengah Galat
Kaidah Keputusan : Apabila ada selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR ternyata: d < LSR, maka tidak berbeda nyata d > LSR, maka berbeda nyata HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Terhadap Konsumsi Ransum Konsumsi Ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak bila ransum tersebut diberikan ad libitum (Parakkasi, 1986).
Hasil pengamatan mengenai pengaruh
tingkat serat kasar terhadap konsumsi ransum disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Terhadap Konsumsi Ransum Perlakuan Ulangan
P1
P2
P3
…g/ekor/hari… 1
86,30
85,00
87,30
2
81,00
86,60
86,00
3
82,30
85,30
86,60
4
80,00
82,30
90,30
5
84,30
83,30
91,30
6
82,60
81,60
88,60
Total
496,80
504,10
530,10
Rataan
82,80
84,00
88,35
Keterangan : P1 : Ransum mengandung 10% serat kasar. P2 : Ransum mengandung 14% serat kasar. P3 : Ransum mengandung 18% serat kasar.
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan konsumsi ransum kelinci yang mengandung serat kasar sebesar 10% (P1) memiliki rataan jumlah konsumsi ransum 82,80 g/ekor/hari, Pemberian ransum yang mengandung serat kasar sebesar 14% (P 2) memiliki rataan jumlah konsumsi ransum 84,00 g/ekor/hari dan pemberian ransum yang mengandung serat kasar sebesar 18% (P3) 88,35 g/ekor/hari. Hasil analisis ragam pengaruh tingkat serat kasar terhadap jumlah konsumsi ransum pada kelinci rex menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antar perlakuan (P>0,05). Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh tingkat serat kasar pada ransum kelinci rex memberikan pengaruh pada konsumsi ransum, Serat kasar yang tinggi dalam ransum akan menyebabkan konsumsi yang tinggi, dan dapat disimpulkan dengan memberikan serat kasar yang cukup pada kelinci akan berpengaruh optimal terhadap konsumsi ransum.
2. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Terhadap Konsumsi Protein Konsumsi protein merupakan salah satu cara untuk mengukur jumlah protein yang dikonsumsi oleh ternak. Protein dibutuhkan oleh ternak salah satunya untuk pertumbuhan. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan terhadap konsumsi protein disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Terhadap Konsumsi Protein Perlakuan Ulangan
P1
P2
P3
…g/ekor/hari… 1
14,60
14,40
14,80
2
13,70
14,70
14,60
3
13,90
14,50
14,70
4
13,60
13,90
15,30
5
14,30
14,10
15,50
6
14,00
13,80
15,00
Total
84,10
85,40
89,90
Rataan
14,00
14,23
14,90
Keterangan : P1 : Ransum mengandung 10% serat kasar. P2 : Ransum mengandung 14% serat kasar. P3 : Ransum mengandung 18% serat kasar.
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan konsumsi protein yang diberi tingkat serat kasar berbeda berada pada kisaran 14,00 – 14,90 g/ekor/hari. Untuk mengetahui pengaruh tingkat serat kasar terhadap konsumsi protein dilakukan analisis sidik ragam. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rataan konsumsi protein pada kelinci memberikan pengaruh yang berbeda antar perlakuan.
Dinyatakan oleh Parakkasi (1986) bahwa hewan akan
mengkonsumsi protein seiring dengan kuantitas ransum yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh tingkat serat kasar pada kelinci rex memberikan pengaruh terhadap konsumsi protein, karena konsumsi protein dipengaruhi oleh konsumsi ransum sehingga semakin tinggi konsumsi ransum maka semakin tinggi seekor ternak mengkonsumsi protein. 3. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Terhadap Pertambahan Bobot Badan Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pertambahan bobot badan pada kelinci Rex. Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menambahkan serat kasar pada tingkat 10%, 14%, dan 18%. Hasil pengamatan penelitian yang dilakukan selama satu bulan mengenai pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan setiap ekor perhari dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Terhadap Pertambahan Bobot Badan Perlakuan Ulangan
P1
P2
P3
…g/ekor/hari… 1
12,00
14,30
12,30
2
15,30
17,60
13,30
3
14,60
21,60
10,60
4
12,60
15,30
12,00
5
10,00
13,30
12,30
6
12,60
12,30
14,00
Total
77,10
94,40
74,50
Rataan
12,85
15,73
12,41
Keterangan : P1 : Ransum mengandung 10% serat kasar. P2 : Ransum mengandung 14% serat kasar. P3 : Ransum mengandung 18% serat kasar.
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan kelinci yang diberi perlakuan berbagai tingkat serat kasar dalam ransum adalah 12,41 – 15,73 g/ekor/hari. Kelinci yang diberikan perlakuan ransum mengandung serat kasar 14% memiliki pertambahan bobot badan tertinggi dengan rataan sebesar 15,73 g/ekor/hari. P1 dan P3 memiliki rataan bobot badan harian masing-masing sebesar 12,85 dan 12,41 g/ekor/hari. Menurut Reksohadiprojo (1995), pertambahan bobot badan kelinci secara umum berkisar antara 8 sampai 20 gram. Kelinci rex yang diberi ransum dengan tingkat serat kasar berbeda menghasilkan pertambahan bobot badan yang berbeda, ransum yang mengandung serat kasar berbeda berpengaruh dalam pertambahan bobot badan, tetapi dengan memberikan serat kasar yang tinggi mengakibatkan konsumsi ransum yang tinggi sedangkan serat kasar rendah akan mengkonsumsi ransum rendah. 4. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Penelitian ditujukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap imbangan efesiensi protein.
Imbangan Efisiensi Protein (IEP), diperoleh dengan cara menghitung
pertambahan bobot badan dibagi dengan konsumsi protein (Anggorodi, 1994).
Hasil
pengamatan penelitian yang dilakukan selama satu bulan mengenai pengaruh perlakuan terhadap imbangan efisiensi protein ekor/hari disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Perlakuan Ulangan
P1
P2
P3
…g/ekor/hari… 1
0,82
0,99
0,83
2
1,11
1,19
0,91
3
1,05
1,48
0,72
4
0,92
1,10
0,78
5
0,69
0,94
0,79
6
0,90
0,89
0,93
Total
5,49
6,59
4,96
Rataan
0,91
1,09
0,82
Keterangan : P1 : Ransum mengandung 10% serat kasar. P2 : Ransum mengandung 14% serat kasar. P3 : Ransum mengandung 18% serat kasar.
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W Hasil pengamatan pada penelitian pengaruh perlakuan terhadap imbangan efisiensi protein berkisar antara 0,82 – 1,09. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh tingkat serat kasar terhadap imbangan efisiensi protein pada kelinci rex dihitung dengan analisis ragam. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa rataan imbangan efisiensi protein pada perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda antar perlakuan. Perbedaan antar perlakuan terhadap efisiensi protein tersebut disebabkan oleh faktor serat kasar. Serat kasar merupakan komponen yang sukar dicerna oleh organ pencernaan kelinci sehingga akan mempengaruhi kecernaan zat-zat makanan lainnya seperti protein, lemak, mineral dan vitamin. Serat kasar yang tidak tercerna akan membawa sebagian zat-zat makanan terutama protein dan energi keluar bersama feses sehingga protein ransum tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Kandungan serat yang tinggi dalam ransum akan
mempersingkat penahanan partikel ransum tersebut di dalam saluran pencernaan dan kemudian dengan cepat partikel yang tidak dapat dicerna dikeluarkan bersama feses keras sehingga pada akhirnya memperbesar kesempatan untuk mengkonsumsi ransum (Farel dan Rahardjo, 1984).
Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan imbangan efisiensi protein
coprophagy, yaitu proses memakan kembali feses lunak dan mencerna kembali (Blakely dan Bade, 1992), semakin tinggi kandungan serat kasar dalam ransum maka akan memaksimalkan proses coprophagy yang terjadi dalam pencernaan kelinci dan akan menyumbangkan beberapa zat nutrisi yang dihasilkan dari proses ini. Proses coprophagy pada kelinci rex menyumbangkan beberapa zat nutrisi seperti asam amino, asam lemak terbang, vitamin B dan vitamin K, tetapi dalam penelitian ini banyak proses coprophagy yang terganggu akibat feses lunak hasil fermentasi (caecotrophy) jatuh ke dalam bak penampungan feses sehingga proses coprophagy tidak maksimal. Selain itu, sistem pencernaan pada kelinci tidak optimal seperti milik ternak ruminansia yang dapat mencerna pakan hasil fermentasi di dalam tubuh dengan maksimal. Berdasarkan hasil analisis uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa kelinci rex yang diberi perlakuan serat kasar 14% memberikan hasil yang optimal dalam efisiensi protein pada rataan 1,09 ekor/hari.
Pemberian serat kasar sebesar 14% dapat mempengaruhi
penyerapan protein di dalam tubuh kelinci rex. Hasil penelitian ini diperkuat oleh pernyataan Lebas (1980), bahwa serat kasar sebesar 14% dapat memberikan hasil yang optimal pada kelinci.
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengaruh tingkat serat kasar pada ransum kelinci memberikan nilai imbangan efisiensi protein yang berbeda. Pemberian tingkat serat kasar sampai dengan 18% dalam ransum pelet berpengaruh terhadap imbangan efisiensi protein kelinci rex lepas sapih. Pemberian tingkat serat kasar dalam ransum pelet sebesar 14% memberikan pengaruh terbaik terhadap imbangan efisiensi protein ransum kelinci rex yaitu 1,09. SARAN Untuk mendapatkan Imbangan Efisiensi Protein terbaik pada pemeliharaan kelinci lepas sapih, disarankan pemberian ransum pelet dengan tingkat serat kasar sebesar 14%. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Chekee, P. R. 1987. Rabbit Feeding and Nutrition. Oregon State University. Corvalis, Oregon. Kartadisastra, H, R. 1994. Kelinci Unggul. Kanisius, Yogyakarta. Lebas, F., P. Coudert, R. Rouvier dan H. De Rachambeau. 1980. The Rabbits, Husbandry, Health and Production. Food AgricultureOrganization of The United Nation, Rome. Nasoetion, A.H. 1992. Panduan Berfikir dan Meneliti secara Ilmiah Bagi Remaja. Gramedia. Jakarta. Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soeharsono. 1979. Pengaruh Berbagai Macam Makanan Penguat Pada Tingkat Protein Kasar yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ternak Kelinci. Proccendin Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor.
Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex..............................Yanuar Adi Prasetyo W LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Yanuar Adi Prasetyo Wibowo
NPM
: 200110110156
Judul Artikel
: Pengaruh Tingkat Serat Kasar dalam Ransum Pelet Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Pada Kelinci Rex
Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini.
Jatinangor, tanggal 9 September 2016 Mengetahui, Pembimbing Utama,
Penulis,
(Dr. Ir. Rd. Hery Supratman, MS.)
(Yanuar Adi Prasetyo Wibowo)
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Rachmat Wiradimadja, MS.)