EFEK PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP KOLESTEROL TOTAL DAN PROFIL LIPOPROTEIN PLASMA DARAH DARAH KELINCI (Oryctolagus cuniculus)
DIAN GANDA PRAMANA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ABSTRAK DIAN GANDA PRAMANA. Efek Pemberian Ekstrak Tempe Terhadap Kolesterol Total dan Profil Lipoprotein Plasma Darah Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Dibimbing oleh SUS DERTHI WIDHYARI dan I NYOMAN SUARSANA. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek pemberian ekstrak tempe terhadap profil kolesterol total, TGA (triglyceride acid), HDL (High density lipoprotein), dan LDL (Low density lipoprotein) plasma darah kelinci dalam keadaan hiperkolesterolemia serta mengetahui pengaruh perbedaan dosis ekstrak tempe yang diberikan. Sebanyak 18 ekor kelinci ras New Zealand White berumur 5 bulan dengan berat badan berkisar antara 1.5-1.8 kg telah digunakan dalam penelitian ini. Kelinci dibagi dalam 6 kelompok perlakuan. Kelompok I: kelompok kontrol, tidak diberi perlakuan kolesterol maupun ekstrak tempe, kelompok II: kelompok hiperkolesterolemia, yang diberi perlakuan kolesterol 0,1 g/kg bb/hari, tanpa pemberian ekstrak tempe, kelompok III: kelompok hiperkolesterolemia dan pemberian simvastatin 15 mg/kg bb/hari, serta kelompok IV-VI: kelompok hiperkolesterolemia dan diberi ekstrak tempe masing-masing dengan dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb/hari. Pemberian kolesterol, obat simvastatin dan ekstrak tempe dilakukan selama 9 minggu dan setiap 3 minggu dilakukan pemeriksaan terhadap kadar kolesterol total, TGA, HDL dan LDL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tempe 100, 200 dan 400 mg/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol masing-masing sebesar 21%, 48%, dan 58%, kadar TGA masing-masing sebesar 12%, 19%, dan 20%, kadar LDL sebesar 25%, 47%, dan 46%. Selain itu, pemberian ekstrak tempe pada kisaran dosis tersebut dapat meningkatkan kadar HDL masing-masing sebesar 6%, 53%, dan 57%. Pada pemberian ekstrak tempe 200 and 400 mg/kg menghasilkan rasio kolesterol total:HDL dengan nilai rasio sebesar 2.5:1 dan 2:1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak tempe mampu menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, dan LDL serta mampu menaikan kadar HDL pada plasma kelinci hiperkolesterolemia. Pemberian dosis ekstrak tempe yang lebih besar dapat memberikan efek penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan peningkatan kadar HDL yang lebih baik. Kata Kunci: Tempe, LDL, HDL, kolesterol, trigliserida, hiperkolesterolemia.
ABSTRACT DIAN GANDA PRAMANA. The Influence of Tempe Extract Based on Total Cholesterol and Lipoprotein Profile in blood plasma of rabbits (Oryctolagus cuniculus). Under the supervision of SUS DERTHI WIDHYARI and I NYOMAN SUARSANA. The present study was conducted to observe the influence of tempe extract based on profile of total cholesterol, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), and triglycerides acid (TGA) in blood plasma of rabbits in hypercholesterolemic condition and study the effect of tempe extract dose difference that given. Eighteen male New Zealand white rabbits with 5 months old of 1.5-1.8 kg weight were used for this study. They were divided into six groups; first group was control group, without treatment of both tempe extract and cholesterol, second group was hypercholesterolemic group that was treated by cholesterol 0,1 g/kg bb/day, without tempe extract treatment, third group was in hypercholesterolemic condition followed by treatment with simvastatin 15 mg/kg body weight/day, and other groups which were fourth until sixth groups were in hypercholesterolemic condition and followed by tempe extract 100, 200 and 400 mg/kg body weight/day,. The cholesterol, simvastatin and tempe extract were administrated orally for nine weeks. The rabbits were examined every three weeks for the cholesterol level, HD, LDL, and TGA. The result showed that treatment of 100, 200, 400 mg/kg body weight/day tempe extract can decrease the cholesterol total level by 21%, 48%, and 58%, TGA level by 12%, 19%, and 20%, LDL level by 25%, 47%, and 46% and also it can increase the HDL level by 6%, 53%, and 57%, . The cholesterol-HDL ratio of the treatment of 200 and 400 mg/kg BW was 2.5:1 and 2:1. From this research we can conclude that tempe could decrease the cholesterol, triglyceride and LDL level and can increase the HDL level in rabbit with hipercholesterolemic conditions. The higher dose of tempe extract given can decrease the cholesterol, tryglicerida,and LDL level and increase the HDL level. Key word: Tempe, cholesterol, triglyceride, LDL, HDL, hypercholesterolemia.
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE TERHADAP KOLESTEROL TOTAL DAN PROFIL LIPOPROTEIN PLASMA DARAH KELINCI (Oryctolagus cuniculus)
DIAN GANDA PRAMANA B04104127
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Skripsi : Efek Pemberian Ekstrak Tempe Terhadap Kolesterol Total dan Profil Lipoprotein Plasma Darah Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Nama : Dian Ganda Pramana NRP : B04104127
Disetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
drh. I Nyoman Suarsana M.Si NIP : 132.061.320
Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, M.Si. NIP : 131.879.351
Diketahui, Wakil Dekan
Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 131.669.942
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan contoh yang baik bagi umatnya untuk berusaha dengan keras. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu dan Bapak yang senantiasa memberikan doa dan dukungan semangat yang sangat luar biasa bagi anaknya tercinta. Kepada Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, M.Si. dan drh. I Nyoman Suarsana M.Si selaku dosen pembimbing yang sangat sabar mendampingi dan membimbing selama penulisan skripsi ini. Kepada Dr. drh. S. Hamdani Nasution selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan arahan selama masa kuliah dan penelitian. Teman sepenelitian, Andro yang selalu membantu di kandang dan selalu menyemangati disaat malas datang.
Teman – teman
asteroidea, teman- teman yang sudah banyak membantu (Agus F, Jefry, Gugi, Tresna, Indra, Ronaldo, Mahar, Kombo, Heryu, Loren, Dimut, Foci, Dina, Sari), terima kasih telah memberikan warna dimasa sulit kuliah di FKH, dan semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan semangat penulis ucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
RIWAYAT HIDUP Dian Ganda Pramana dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1986 di Bogor dari Ayahanda Yadi Suwardi dan Ibunda Septapiani Sari Bulan. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara. Penulis bersekolah di TK Pertiwi lulus pada tahun 1992, kemudian melanjutkan ke SD Negeri 1 Cisarua lulus pada tahun 1998, kemudian melanjutkan ke SLTPN 3 Bogor lulus pada tahun 2001, kemudian melanjutkan ke SMUN 3 Bogor lulus pada tahun 2004 dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan melalui jalur USMI. Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi kampus. Penulis menjadi anggota Himpro SATLI periode 2005-2008, anggota Himpro HKSA periode 2005-2008.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................ v DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................... Tujuan Penelitian ............................................................................................. Hipotesis........................................................................................................... Manfaat Penelitiain ..........................................................................................
1 3 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4 Tempe....... ....................................................................................................... Kolesterol dan Metabolismenya ...................................................................... Lipoprotein (TGA, HDL, dan LDL) ............................................................... Hiperkolesterolemia ......................................................................................... Hiperlipidemia.................................................................................................. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) ......................................................................
4 6 9 12 13 13
METODOLOGI ............................................................................................. 14 Waktu dan Tempat ......................................................................................... Alat dan Bahan ............................................................................................... Metode ............................................................................................................. Pembuatan Ekstrak Tempe .................................................................... Perlakuan Hewan Uji ............................................................................. Analisis Plasma Darah ............................................................................ Analisis Data........................................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
14 14 14 14 15 17 18 19
Kadar Kolesterol Total ..................................................................................... Jumlah Trigliseride Acid (TGA) .................................................................... Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) .......................................................... Kadar High Density Lipoprotein (HDL) .......................................................... Perbandingan Kolesterol HDL .........................................................................
19 22 25 28 31
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... Simpulan ........................................................................................................ Saran ............................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
32 32 32 33
DAFTAR TABEL Halaman 1 Rata-rata kolesterol total plasma darah kelinci……………….…………. 19 2 Jumlah trigliserida plasma darah kelinci…………..……………… 23 3 Jumlah LDL plasma darah kelinci …………………………………….. 26 4 Hasil pengamatan kadar HDL plasma darah kelinci…………………….. 29 5 Perbandingan kolesterol total dan HDL pada akhir penelitian (minggu 9)………………………………………………………………... 31
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Rumus kimia kolesterol…………………………………….………… 7 2 Mekanisme pembentukan kolesterol..................................................... 9 3 Kelinci New Zealand White…………………………………………. 13 4 Metode pembuatan ekstrak tempe........................................................ 15 5 Grafik perubahan kadar kolesterol plasma darah kelinci…............. 21 6 Grafik perubahan kadar trigliserida plasma darah kelinci …..………. 24 7 Grafik perubahan kadar LDL plasma darah kelinci…………………. 27 8 Grafik perubahan kadar HDL plasma darah kelinci............................. 30
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kolesterol ...................................................................................................... 39 2 Trigliserida .................................................................................................... 43 3 LDL ............................................................................................................... 47 4 HDL .............................................................................................................. 51
PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit jantung atau penyakit kardiovaskuler (PKV) dan penyakit degeneratif cenderung meningkat dari tahun ketahun.
Di Indonesia, dengan
adanya program pemerintah tentang perbaikan kualitas gizi, terjadinya perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan masyarakat, menyebabkan meningkatnya kematian akibat penyakit ini. Data epidemiologi menunjukan adanya keterkaitan antara pola makan makanan yang tinggi akan kolesterol, penyakit hiperkolesterol dan kejadian aterosklerosis. Penyakit jantung bertanggung jawab atas 50% kematian di Amerika pada tahun 1982, itu sama dengan total kematian 979.000 orang, dan 20%-nya berumur dibawah 65 tahun. Sedangkan di Swedia, kematian akibat penyakit jantung adalah sebesar 40% dari orang yang berumur antara 50-60 tahun. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia (Wilhemsen 1986 dalam Brata-Arbai 2001). Di indonesia, kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan survey yang dilaksanakan pada tahun 1972, 1980 dan 1986 menunjukan bahwa kematian akibat penyakit jantung mengalami peningkatan. Di tahun 1972, kematian akibat penyakit jantung berada di urutan ke-11, urutan ke-3 di tahun 1986 dan pada tahun 1992 menjadi di urutan ke-2 sebagai penyakit yang paling mematikan di Indonesia (SKRT 1980, SKRT 1986, Sumantri 1993 dalam Brata-Arbai 2001). Meningkatnya kesejahteraan yang disertai dengan kemajuan yang pesat menyebabkan berubahnya pola dan gaya hidup masyarakat kepada makanan siap saji yang sebagian besar merupakan makanan yang kaya akan kandungan lemak dan kolesterol serta rendah kandungan serat dan antioksidan. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya kandungan trigliserida dan kolesterol dalam tubuh. Kelebihan trigliserida dapat disimpan dalam jaringan lemak sebagai cadangan energi, sedangkan kelebihan kolesterol tidak dapat disimpan. Sekarang ini, kelebihan kolesterol menjadi hal yang sangat ditakuti karena dapat menyebabkan aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (PJK), stroke
serta gagal ginjal. Aterosklerosis dapat dicegah dengan pemberian obat penurun kolesterol sehingga jumlah LDL turun. Paradigma yang terjadi yaitu seringkali obat-obatan tersebut bukan hanya menurunkan LDL tetapi juga menurunkan HDL, padahal kadar kolesterol HDL yang tinggi sangat diperlukan untuk mengurangi resiko terjadinya aterosklerosis. Kacang-kacangan, terutama kacang kedelai dan olahannya banyak mengandung zat gizi dan serat yang sangat baik untuk kesehatan. Kandungan gizinya seperti protein, asam lemak tak jenuh dan flavonoid bersama dengan serat merupakan zat-zat yang mempunyai efek hipokolesterolemik (penurun kadar kolesterol) dan normokolesterolemik. Kacang kedelai dan olahannya merupakan komponen penting dalam diet karena menyediakan nilai gizi yang tinggi. Kedelai memberikan isoflavon dan protein dengan kualitas tertinggi dibandingkan dengan protein nabati lainnya (Suprapti 2006 didalam Syafril 2006). Selain sebagai sumber protein yang baik, kacang kedelai juga kaya akan zat gizi lain seperti kalsium, seng dan vitamin B. Produk-produk hasil olahan kacang kedelai seperti tempe, tahu atau oncom seringkali dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan menengah ke bawah sehingga masih ada kelompok masyarakat yang merasa enggan untuk memasukkan tempe sebagai salah satu bagian dari menu makannya (Suprapti 2003). Namun setelah diketahui daya guna dan manfaatnya secara pasti bagi kesehatan, tempe mulai banyak dicari dan digemari masyarakat, baik dalam maupun luar negeri.
Menurut Sofian (2005), pemberian sampel produk
fermentasi kacang kedelai dapat menurunkan kadar kolesterol lebih baik dibandingkan
dengan
obat
penurun
kolesterol
(provakol).
Penurunan
koleterolPemberian ekstrak tempe diketahui dapat mencegah atau melindungi selsel hati dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas (Suarsana et al. 2006). Konsumsi tempe juga dapat menurunkan pertumbuhan sel-sel kanker dan sangat efektif dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah, juga menurunkan resiko keropos tulang dan osteoarthritis (Alberts 2000).
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh pemberian ekstrak tempe terhadap kadar kolesterol, asam trigliserida (TGA), HDL (High density lipoprotein), dan LDL (Low density lipoprotein) serta mengetahui pengaruh perbedaan besar dosis ekstrak tempe yang diberikan.
Hipotesis Hipotesis yang dapat diajukan adalah pemberian ekstrak tempe mampu menurunkan kadar lipid darah pada kelinci yang mengalami hiperkolesteremia.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang penggunaan tempe untuk menurunkan kadar lipid darah, sehingga dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.
TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe sebagai salah satu produk olahan kedelai mengandung 48,0% protein, 24,7% lemak dan 13,5% karbohidrat yang di hitung berdasarkan bobot keringnya (Muchtadi et al. 1992). Selain itu tempe juga mengandung serat sekitar 2,9% dan berbagai vitamin dan mineral penting untuk pertumbuhan seperti vitamin B kompleks, kalsium, fosfor, dan zat besi. Jenis serat yang terdapat di dalam tempe adalah selulosa, hemiselulosa, lignin, dan bahan-bahan lain seperti protopektin, asam pektinat dan asam pektat (Fardiaz et al. 1987). Selain zat-zat di atas, kedelai dan tempe sebagai hasil olahannya, juga mengandung senyawa aktif dari golongan isoflavon. Isoflavon utama yang di temukan di dalam kedelai dan produk fermentasinya di antaranya daidzein (7,4’-dihidroksi isoflavon), genistein (5,7,4’-trihidroksi isoflavon) dan faktor II (5,7,4’-trihidroksi isoflavon) (BrataArbai 2001). Kritchevsky et al. (1975) yang dikutip dalam Brata-Arbai (2001), membuktikan bahwa makanan dasar yang dicampur dengan banyak serat tumbuhan dapat mengurangi kadar kolesterol dalam serum darah. Menurut Sitori dari Medical Research Center Milan, Italy, menu dari kedelai yang diberikan kepada pasien yang mempunyai kadar kolesterol sangat tinggi, dapat menurunkan kadar kolesterolnya ke tingkat yang normal. Hasil yang sama dilaporkan oleh Kowly dan Hodges, beberapa sukarelawan di penjara selama 24 minggu diberi makanan yang berasal dari kedelai sebagai sumber protein. Ternyata kesehatan dan berat badannya tidak terpengaruh, sedangkan kandungan kolesterol dan trigliseridanya turun dengan drastis. Selama proses fermentasi terjadi sintesa antioksidan di tempe, yang diketahui sebagai faktor II (5, 7, 4 trihydroxy isoflavone) (Brata-Arbai 2001). Selama fermentasi juga terjadi peningkatan kandungan mineral tempe, seperti meningkatnya kandungan kalsium, zink.
Selain mengandung mineral, tempe
sebagai bahan makanan yang dapat menurunkan kolesterol juga mengandung alpha dan gamma tocopherol (vitamin E) sebagai antioksidan, yang menjaga sel dari kerusakan akibat proses oksidasi. Antioksidan dapat didefinisikan sebagai
senyawa yang dapat menunda, mencegah dan memperlambat proses oksidasi lipid.
Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau
mencegah terjadinya reaksi oksidasi oleh radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell 1990). Menurut Asikin (2001), sifat radikal bebas dapat berakibat toksit bagi sel dengan perannya memulai rangkaian reaksi peroksidasi lipid menghasilkan radikal yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan DNA, RNA, protein dan membran sel. Perubahan dan kerusakan molekul-molekul penting ini berperan dalam perubahan degeneratif dan mendasari berbagai penyakit degeneratif seperti, penuaan, atherosklerosis, diabetes, arthitis dan perubahan neoplastik. Antioksidan yang telah berhasil diisolasi dari kedelai dan olahannya salah satunya adalah isoflavon dari senyawa flavonoid. Isoflavon lain dari kedelai adalah trihidroksiisoflavon yang hanya terdapat pada produk kedelai terfermentasi (Pratt 1992). Selain Isoflavon, kedelai dan produk olahanya merupakan sumber berbagai macam senyawa antioksidan yang termasuk kedalam golongan dari turunan asam siamat, fosfolipida, tokoferol, asam amino dan peptida (Shahidi & Naczk 1995).
Isoflavon adalah senyawa bioaktif, banyak ditemukan dalam
konsentrasi tinggi pada kedelai sampai 3099 mikrogram/g (Klump et al. 2001). Isoflavon yang berasal dari tempe diketahui bersifat hipolipidemik, antidiare dan anti infeksi terhadap E. Coli (Karyadi 2000). Coward et al. (1993) menyatakan bahwa makanan orang Amerika dan Asia yang berasal dari kedelai yang mengandung glisitein, daidzein, dan beberapa glikosida-nya dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara pada wanita dan sel prostat pada pria. Penelitian lain menyatakan bahwa wanita Asia yang makanannya mengandung 60-90 mg isoflavon dapat mengatasi gejala-gejala menopause dan mengurangi kadar kolesterol (Pakasi 2000). Selain itu senyawasenyawa lain yang terdapat di dalam kedelai dan tempe seperti protein, asam lemak tak jenuh, serat dan yang lainnya juga terbukti mempunyai efek hipokolesterolemik dan normokolesterolemik, karena fungsinya yang dapat menurunkan dan menormalkan kadar kolesterol, senyawa-senyawa tersebut juga dapat berfungsi dalam mencegah terjadinya aterosklerosis. Menurut Trilaksani
(2003) pencegahan aterosklerosis oleh senyawa-senyawa antioksidan dapat terjadi melalui penghambatan oksidasi LDL yang terjadi di dalam pembuluh darah.
Kolesterol dan Metabolismenya Bahan makanan yang mengandung lemak hewan atau kolesterol sudah lama dipermasalahkan karena kaitannya dengan penyakit jantung pada manusia. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menimbulkan perubahan patologis pada pembuluh darah berupa aterosklerosis.
Aterosklerosis adalah penyempitan
pembuluh darah arteri. Aterosklerosis jika terjadi pada arteri koronaria, maka dapat timbul serangan penyakit jantung yang biasa disebut penyakit jantung koroner. Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang tepat namun jumlahnya bisa meningkat karena asupan makanan yang berasal dari lemak hewani dan makanan-makanan tinggi kolesterol yang biasa disebut sebagai makanan sampah (junkfood). Kolesterol yang berasal dari makanan memegang peranan penting yaitu sebagai sterol utama di dalam tubuh manusia dan komponen di permukaan sel serta komponen di membran intraseluler.
Peran kolesterol adalah sebagai
prekursor empedu yang disintesis di dalam hati yang berfungsi untuk menyerap trigliserol dan vitamin larut lemak dari makanan. Kolesterol merupakan sterol yang banyak terdapat di dalam semua jaringan hewan dan manusia, baik dalam bentuk kolesterol ataupun terikat sebagai ester kolesterol dan dinyatakan sebagai 3-hidroksi-5,6 kolesten (Wirahadikusuma 1985 didalam Sofian 2005). Kolesterol merupakan senyawa yang berdasar pada inti sterol yang dapat dimodifikasi dengan penambahan rantai samping untuk membentuk kolesterol itu.
Gambar 1 Rumus kimia kolesterol. Kolesterol merupakan bahan perantara pembentuk sejumlah komponen penting seperti vitamin D (untuk membentuk tulang), hormon seks (estrogen dan testosteron) dan asam empedu (untuk pencernaan). Kolesterol banyak berperan dalam menimbulkan penyakit kardiovaskular (PKV) pada manusia. Kolesterol membentuk asam kolat sebagai bahan dasar dari asam empudu dan banyak hormon steroid.
Lemak jenuh dalam makanan meningkatkan terbentuknya
kolesterol di dalam hati, akan tetapi lemak-lemak lemak lemak tidak jenuh justru menekan tingkat gkat kolesterol darah (Frandson 1996). Kolesterol dan senyawa turunan esternya dengan asam lemak yang berantai panjang merupakan komponen penting dari plasma lipoprotein dan membran sel bagian luar (Lehninger 1988). Kolesterol tersebar luas dalam jaringan jaring dan produk hewan terutama di otak, jaringan syaraf, darah, empedu, hati, telur dan susu (Marinetti 1990).
Pada manusia, kolesterol sebagian sebagian besar berasal dari hati
(Linder 1992). Kolesterol bebas ataupun dalam bentuk esternya memiliki fungsi fisiologis yang penting. Fungsi kolesterol adalah : (1) komponen esensial membran sel tubuh, yakni untuk regulasi cairan tubuh, (2) unsur dari myelin m lin dalam jaringan saraf, (3) prekursor beberapa jenis biomolekul, seperti hormon steroid, asam empedu, dan vitamin D (Boyer ( 2002). Kolesterol yang ada dalam tubuh berasal dari dua sumber, yaitu dari makanan (eksogen) dan kolesterol endogen yang di sintesa oleh tubuh sendiri (Vytorin 2005). Kolesterol yang disintesa tubuh manusia setiap hari adalah 1 gram sedangkan hasil sintesis dari makanan sekitar 0,3 gram per-hari per (Mayes 1995).
Setelah kolesterol eksogen dicerna dalam usus halus, maka akan
bergabung dengan kolesterol endogen yang disintesis disintesis oleh tubuh kemudian
dinding usus halus akan menyerap kolesterol tersebut (AHA 2005). Dalam sel mukosa usus halus, ester kolesterol, trigliserida dan fosfolipid disintesis kembali dan dibungkus dengan protein selanjutnya disekresikan dalam bentuk kilomikron (Linder 1992). Sintesa kolesterol yang paling aktif terjadi dalam hati, usus halus, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (Anonim 2005). Kolesterol dalam tubuh dikeluarkan melalui dua cara, yaitu diubah menjadi empedu sebagai garam-garam kolesterol dan sterol netral yang dibuang melalui feses (Mayes 1995). Awalnya asam empedu disintesa dalam hati dengan bahan dasar kolesterol.
Asam empedu ini digunakan dalam proses pencernaan,
khususnya lemak dengan cara pembentukan kilomikron (Soraya 2006). Hampir 80% kolesterol diubah menjadi berbagai macam asam empedu (Campbell et al. 2003). Menurut Mayes (1995), biosintesa kolesterol dibagi dalam lima tahap. Tahap 1, asetil-CoA membentuk HMG-CoA (3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA) dan Mevalonat.
Pada awalnya, 2 molekul asetil-CoA berkondensasi membentuk
aseto-asetil-CoA dan reaksi kondensasi ini dikatalisis oleh enzim sitosolik tiolase. Aseto-astil-CoA berkondensasi dengan moleku asetil-CoA selanjutnya untuk membentuk HMG-CoA dan reaksi kondensasi ini dikatalisis oleh enzim HMGCoA sintetase. HMG-CoA diubah menjadi mevalonat dalam proses reduksi dua tahap oleh NADPH dengan dikatalisis oleh enzim HMG-CoA reduktase. Pada tahap ke-2, mevalonat membentuk unit isopronoid yang aktif. Mevalonat mengalami fosforisasi oleh ATP untuk membentuk beberapa senyawa terfosforilasi yang aktif, dengan bantuan reaksi dekarboksilasi maka akan terbentuk unit isoprenoid yang aktif, yakni isopentenilfosfat. Tahap 3, enam unit soprenoid membentuk skualena. Tiga molekol isopentenilpirofosfat mengalami kondensasi membentuk farnesil pirofostat. Proses ini terjadi lewat isomerisasi senyawa isopentenilpirofosfat yang meliputi pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil pirofosfat, diikuti dengan kondensasi hingga terbentuk geranil pirofosfat, kondensasi selanjutnya akan membentuk farsenil pirofosfat. Dua molekul farsenil pirofosfat berkondensasi dalam suatu reaksi eliminasi pirofosfat hingga terbentuk praskualena pirofosfat dan diikuti reduksi NADPH serta pirofosfat radikal sisanya. Senyawa yang dihasilkan adalah skualena.
Gambar 2 Mekanisme pembentukan kolesterol (Anonim 2008)
Tahap ke-4, 4, skualena diubah menjadi lanosterol. Skualena dubah menjadi skualena 2, 3-oksida oksida oleh enzim skualena epoksidase, setelah itu akan terjadi siklisasi oleh enzim lanosterolsiklase menjadi lanosterol. Tahap 5, lanosterol diubah menjadi kolesterol, gugus metil pada C14 dioksidasi menjadi CO2 untuk membentuk 14-dismetil dismetil lanosterol. Dua gugus metal lagi pada C4 dikeluarkan untuk membentuk zimosterol, selanjutnya pergeseran ikatan rangkap dalam cincin B untuk mengambil posisi diantara C5 dan C6.
Akhirnya, kolesterol akan Akhirnya,
terbentuk setelah ikatan rangkap pada rantai samping reduksi.
Pembentukan
kolesterol ini dapat dilihat pada gambar 2.
Lipoprotein (TGA, HDL, dan LDL) Frandson (1996) menjelaskan bahwa trigliserida (TGA) adalah suatu ester gliserol.
Trigliserida terbentuk dari tiga asam ester dan gliserol, gliserol jika hanya
terdapat satu asam ester dalam ikatan dengan gliserol, maka dinamakan monogliserida. Fungsi utama trigliserida trigl adalah sebagai sumber energi. Lemak juga disimpan pan dalam bentuk trigliserida, trigliserida apabila pabila sel membutuhkan energi, maka enzim lipase akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Sel-sel Sel yang membutuhkan uhkan komponenkomponen
komponen
tersebut
kemudian
dimetabolisme
dan
menghasilkan
energi,
karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Kadar trigliserida darah diatas 250 mg/dl pada manusia dianggap abnormal, tetapi kadar yang tinggi ini tidak selalu meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis maupun penyakit jantung koroner. Kadar trigliserida yang sangat tinggi dapat menyebabkan pankreatitis (Anonim 2006). Kolesterol, trigliserida (TGA) dan fosfolipid di-transformasikan dalam bentuk lipoprotein kompleks. Lipoprotein ini berfungsi dalam pengangkutan lipid di dalam darah dari jaringan tubuh ke jaringan tubuh lainnya. Struktur lipoprotein yang mempunyai gugus polar dan nonpolar menyebabkan lipoprotein larut di dalam air dengan membentuk misel. Kulit bagian luar lipoprotein yang bersifat hidrofilik (polar) menghadap ke air dan bagian dalamnya berupa lipid yang bersifat hidrofobik akan di-transfor melalui darah dari usus halus menuju depot lemak dan jaringan (Lehninger 1988). Lipoprotein plasma darah di golongkan menjadi empat kelas, yaitu VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), IDL (Intemedite Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein). Lipoprotein tersebut dipengaruhi oleh kandungan lipid. Selain keempet kelas lipoprotein, pada plasma darah juga terdapat kilomikron yang merupakan molekul dengan densitas rendah dan berukuran lebih besar dibandingkan dengan ke-empat lipoprotein tersebut (Lehninger 1988). Kilomikron terbentuk di dalam mukosa usus halus dari trigliserida yang dipecah melalui metabolisme di dalam usus. Fungsi kilomikron adalah membawa trigliserida ke jaringan tubuh sebagai sumber asam lemak yang dapat segera digunakan atau disimpan sebagai cadangan (Soetardjo 1990). VLDL disintesa di dalam hati dan terdiri dari banyak trigliserida yang berasal dari dalam tubuh (endogen). VLDL berfungsi sebagai kendaraan bagi asam lemak menuju ke jantung, otot dan jaringan adiposa. Dengan bantuan enzim lipase, trigliserida diambil dari VLDL dan masuk ke dalam jaringan sebagai sumber energi yang dapat segera dipakai atau disimpan kembali. Hati mengubah karbohidrat menjadi asam lemak kemudian membentuk trigliserida, trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk very low density lipoprotein (VLDL),
VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi intermediate density lipoprotein (IDL), kemudian IDL melalui serangkaian proses akan berubah menjadi low density lipoprotein (LDL) yang kaya kolesterol. Kirakira ¾ (tiga perempat) dari kolesterol dalam plasma darah normal manusia mengandung partikel low density lipoprotein (LDL). LDL adalah produk akhir dari metabolisme VLDL dan berfungsi membawa kolesterol dari hati ke jaringan tubuh yang memerlukan termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. LDL membawa sekitar 70% kolesterol dalam plasma (Mann dan Skeaff 2002). High density lipoprotein (HDL) bertugas membuang kelebihan kolesterol dari jaringan tubuh ke hati.
Kemudian diubah menjadi asam empedu dan
selanjutnya disimpan atau dibuang melalui empedu ke usus besar sebagai jalur utama mekanisme pembuangan dari tubuh. HDL penting dalam mengatur jumlah kolesterol yang tinggi dalam jaringan tubuh termasuk dalam dinding arteri (Soetardjo 1990). Itulah sebabnya muncul istilah LDL adalah “kolesterol jahat” sedangkan HDL adalah “kolesterol baik”, sehingga seharusnya rasio keduanya harus seimbang. LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan mengambang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B (apolipoprotein-B). LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena mengalami oksidasi atau telah dirusak oleh radikal bebas (Oetoro 2007). LDL yang telah menyusup ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi.
LDL-teroksidasi akan
memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan dan menarik monosit, menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa. Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah.
Keadaan ini akan semakin memburuk karena LDL akan teroksidasi sempurna juga merangsang sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. HDL disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya HDL membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan membawanya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah ApoA (apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat (Guyton & Hall 2007).
Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kolesterol darah meningkat melebihi batas ambang normal yang ditandai dengan meningkatnya kadar LDLkolesterol dan Kolesterol total.
Menurut Grundy (1991), ada tiga tingkatan
kolesterol di dalam serum darah manusia, yaitu kolesterol serum normal dengan kolesterol total <200 mg/dl, batas maksimal kolesterol total adalah 200-239 mg/dl, dan kolesterol serum tinggi >239 mg/dl. Kondisi hiperkolesterolemia terjadi jika kadar kolesterol total melebihi batas normal. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya kadar LDL dalam darah sehingga dapat menimbulkan aterosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner (PJK), dan stroke (Sofian 2005). Kondisi
hiperkolesterolemia
pada
hewan
dapat
dibuat
dengan
menambahkan lemak dan kolesterol dalam makanan yang dibuat sebagai induksi endogen. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyani et al. (1995) terhadap kelinci yang diberi diet mengandung 0,2% kolesterol dan dikombinasikan dengan 5% minyak jagung, memperlihatkan peningkatan kadar kolesterol plasma yang cepat setelah pemberian pakan tersebut. Dilaporkan juga oleh Lith dan Begnen (1993) bahwa penambahan kolesterol murni 0,1% kedalam pakan standar telah dapat membuat tikus mengalami hiperkolesterolemia.
Hiperlipidemia Hiperlipidemia adalah tingginya kadar lemak (kolesterol, trigliserida maupun keduanya) dalam darah.
Menurut Montgomery et al. (1993),
hiperlipedemia adalah kondisi abnormal yang umum pada manusia yang diakibatkan karena kelebihan dari VLDL, LDL dan trigleserida pada plama darah. Dari keempat komponen lipoprotein (VLDL, IDL, LDL dan HDL), LDL dianggap sebagai partikel pembawa kolesterol yang paling arterogenik karena peningkatan LDL akan menigkatkan resiko aterosklerosis.
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Oryctolagus cuniculus biasa disebut juga europe rabbit, old world rabbit dan new zealand white rabbit. Kelinci jenis ini termasuk ke dalam kelinci yang sudah didomestikasi.
Menurut Linnaeus (1758) didalam Tislerics (2000),
klasifikasi kelinci adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Philum
: Chordata
Subphilum
: Vertebrata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Lagomorpha
Famili
: Leporidae
Genus
: Oryctolagus
Species
: Oryctolagus cuniculus
Kelinci jenis ini merupakan kelinci yang paling banyak digunakan dalam penelitian. Kelinci adalah hewan model yang banyak digunakan dalam penelitian selain mencit dan tikus, terutama pada penelitian yang bertujuan untuk mempelajari kandungan gizi suatu produk, percobaan produk medis seperti obatobatan dan studi tentang penyakit-penyakit tertentu (Cheehe et al. 1986 diacu dalam Sofian 2005).
Gambar 3 Kelinci new zealand white
METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2006. Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Departemen KRP (klinik, reproduksi dan patologi) Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, ruang nekropsi Departemen KRP Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor dan laboratorium Fakultas Peternakan.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, kandang pemeliharaan kelinci, alat bedah, alat-alat gelas, tabung reaksi, jarum suntik, kandang jepit, tabung vakutainer, maserator, kain saring, evaporator vacum, corong, pompa vacum, blender, spektrofotometer. Hewan percobaan yang digunakan adalah hewan kelinci (Oryctolagus cuniculus) New Zealand White berusia 5 bulan dengan bobot 1800-1900 gram, jenis kelamin jantan, sehat dan beraktifitas normal. sebanyak 18 ekor.
Kelinci yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain : obat penurun
kolesterol simvastatin, tempe, ransum kelinci jenis Rb 11 dan air mineral isi ulang, kolesterol murni, gum arab, Kit untuk pemeriksaan kolesterol, LDL, HDL dan TGA, IvoMex®.
Metode Pembuatan Ekstrak Tempe. Sebanyak 500 gram tempe yang diperoleh dari pasar Gunung Batu dihancurkan dengan menggunankan blender setelah ditambahkan 500 ml methanol(pa). Larutan dimaserasi dua kali selama dua hari sampai larutan tidak berwarna. Tahap selanjutnya adalah dengan penyaringan dengan kain saring. Supernatan yang diperoleh kemudian diuapkan menggunakan evaporator vacum sampai volume menjadi 1/5-nya. Ekstrak methanol ini kemudian dimaserasi lagi dengan penambahan n-heksana sebanyak 100 ml. Fraksi methanol dipisahkan dengan fraksi n-heksana menggunakan corong sampai n-heksana tidak berwarna
lagi. Fraksi methanol selanjutnya dipekatkan dengan vacum evaporator pada suhu 50oC dengan pompa vakum bertekanan 750 mmHg sampai kental.
Ekstrak
methanol kental ini yang digunakan dalam penelitian. Untuk memenuhi jumlah yang diperlukan dalam penelitian, dilakukan ekstraksi ulang dalam jumlah yang sesuai guna dapat memenuhi kebutuhan penelitian.
Gambar 4 Metode pembuatan ekstrak tempe Perlakuan pada Hewan Uji. Uji Penelitian ini menggunakan 18 ekor kelinci New Zealand White yang berumur 5 bulan dengan berat berkisar antara 1800 gram sampai 1900 gram dan dibagi atas 6 kelompok perlakuan. Sebelum diberi perlakuan terhadap hewan coba, dilakukan masa adaptasi selama 3 minggu, hal ini dilakukan agar kelinci tidak stress sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian.
Selama masa
pengadaptasian kelinci hanya diberi diberi pakan kelinci (Rb11) dalam bentuk pelet dan diberi air minum, diberi obat ektoparasit (IvoMex®) dan diamati kondisi kesehatan. Rb11 merupakan ransum standar untuk kelinci dari Balai Penelitian Ternak (BPPT) Ciawi, dengan kandungan nutrisi per 100 g yaitu lemak (7.77 g), protein (17.81 g), karbohidrat (58.35 g), serat kasar (10.42g) dan energi (347.5 kal). Setelah masa adaptasi daptasi selama 3 minggu, kelinci ditimbang dan dibagi secara acak menjadi enam kelompok perlakuan, masing-masing masing masing kelompok perlakuan terdiri dari tiga ekor kelinci, dan masing-masing masing masing di tempatkan dalam kandang dengan ukuran 62x40x76 cm3 yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Adapun masing-masing masing masing kelompok perlakuan sebagai berikut:
1. Kelompok I
:kelompok kontrol negatif, hanya diberi pakan dan air minum.
2. Kelompok II
: kelompok
kelinci
hiperkolesterolemia
yaitu
dengan
pemberian kolesterol sebanyak 0,1 gr/kg BB/hari. 3. Kelompok III
: kelompok kelinci hiperkolesterolemia dan pemberian simvastatin sebanyak 15 mg/ekor/hari.
4. Kelompok IV
: kelompok kelinci hiperkolesterolemia dan pemberian ekstrak tempe dosis 100 mg/kg BB /hari.
5. Kelompok V
: kelompok kelinci hiperkolesterolemia dan pemberian ekstrak tempe dosis 200 mg/kg BB /hari.
6. Kelompok VI
: kelompok kelinci hiperkolesterolemia dan pemberian ekstrak tempe dosis 400 mg/kg BB /hari.
Sebelum perlakuan, semua kelinci diambil darahnya untuk mengetahui data awal (data base) untuk kadar kolesterol, kadar TGA (trigliserida acid), kadar LDL (low density lipoprotein), dan kadar HDL (high density lipoprotein). Kelinci diberi perlakuan dengan diberikan kolesterol, ekstrak tempe dan simvastatin secara peroral, dilakukan selama 9 minggu setelah masa adaptasi berakhir. Selama masa perlakuan dilakukan pengamatan terhadap berat badan dan pemeriksaan kolesterol, TGA, LDL, HDL plasma darah setiap 3 minggu sekali. Darah diambil dari vena auricularis sebanyak 2-3 ml, dan dimasukkan ke dalam tabung vakutainer kemudian disimpan disuhu kamar, setelah itu tabung disentrifugasi 2000 rpm selama 15 menit untuk memperoleh plasmanya
Analisa Plasma Darah. Penghitungan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida dilakukan dengan metode yang sama tetapi menggunakan reagen yang berbeda.
Sampel darah
kelinci dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen, sampel (reagen kolesterol atau reagen trigliserida) dan diaduk dengan vortex untuk mendapatkan campuran yang homogen dan didiamkan 10 menit kemudian diukur.. Sedangkan analisa kadar HDL dan LDL adalah sampel plasma darah kelinci dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan reagen HDL atau LDL. Campuran ini disentrifuge pada 4000 rpm selama 10 menit, maka akan
didapatkan supernatan yang telah bersih dari reagen. Supernatan sebanyak 50 µl dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan reagen kolesterol sebanyak 500 µl, campuran ini diaduk dan didiamkan 10 menit kemudian diukur. Kadar kolesterol,
trigliserida,
HDL,
dan
LDL
diukur
dengan
Humalyser
spectrophotometer setelah didiamkan 10menit. a. Kolesterol total Analisis kolesterol total plasma ditentukan dengan kit Fluitest REF 4241 LOT D393 dari Biocon Jeran menggunakan metode CHOD-PAP yang merupakan uji fotometrik enzimatik, menggunakan spektrofotometer dengan λ 0,3-546 nm. b. HDL-kolesterol Analisis HDL-kolesterol plasma ditentukan dengan kit Fluitest HDLCHOL REF 410 LOT D312 dari Biocon Jerman menggunakan metode presipitasi (pengendapan). c. LDL-kolesterol Analisis LDL-kolesterol plasma ditentukan dengan kit Fluitest LDLCHOL REF 413 LOT D283 dari Biocon Jerman menggunakan metode presipitasi (pengendapan). d. Trigliserida Analisis trigleserida plasma ditentukan dengan kit Fluitest TG REF 5748 LOT D716 dari Biocon Jerman menggunakan metode GPO yang merupakan uji kolorimetrik enzimatik menggunakan spektrofotometer dengan λ 0,3-546 nm. Analisis Data Data hasil pengamatan (kadar kolesterol total dan profil lipoprotein) dianalisis secara statistik dengan analisis ragam (ANOVA).
Jika perlakuan
memberikan pengaruh yang nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan analisis beda Duncan pada taraf 5% (Steel & Torrie 1993) untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan. program SPSS 13.
Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar kolesterol total Kadar kolesterol total merupakan gabungan dari semua kolesterol yang ada di dalam darah. Hasil dari pemeriksaan plasma darah kelinci menunjukan bahwa kadar kolesterol sampai dengan minggu terakhir pada semua kelompok perlakuan memiliki nilai yang beragam. Kadar kolesterol plasma darah kelinci pada minggu ke-0 berada pada nilai yang relatif sama yaitu pada rentang 50-55 mg/dl, seperti yang ditunjukan pada tabel 1 dan dapat dilihat pada gambar 5 bahwa pada minggu ke-0 semua kelompok pada berada pada titik yang relatif sama. Nilai ini sesuai dengan hasil penelitian Smith dan Mangkoewidjojo (1988) bahwa kadar kolesterol normal kelinci sebesar 10-80 mg/dl, sedangkan menurut Malole dan Pramono (1989) kadar kolesterol normal kelinci sebesar 35-53 mg/dl. Tabel 1 Rata-rata kolesterol total (mg/dl) perperlakuan selama masa perlakuan Kelompok I II III IV V VI
minggu 0
minggu 3
a
53.49
51.68 a
50.39
51.94
b
101.55
100.37 91.39
96.55
129.46
d
199.23
bc
117.05 b
95.88
b
c
b
a
e
252.11
b
a
54.26
187.60
89.14
50.39
d
b
a
a
45.98
c
121.35
minggu 9
a
48.84
a
52.71
minggu 6
a
c
131.80 bc
119.38
b
106.51
Keterangan : Perbedaan huruf pada kolom yang sama menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa kadar kolesterol total kelompok I atau kelompok kontrol negatif selama perlakuan relatif stabil yaitu berkisar antara 4554 mg/dl yang merupakan rentang kolesterol normal berdasar Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Pada kelompok II (kelompok kontrol positif yang hanya diberikan preparat kolesterol) terjadi peningkatan kadar kolesterol yang cukup besar dan melewati batas normal jumlah total kolesterol serum darah pada minggu ke-3 sampai minggu ke-9. Menurut Grundy (1991) kadar kolesterol darah dapat meningkat karena konsumsi makanan yang kaya akan kolesterol dengan jalan
menekan sintesis reseptor LDL sehingga LDL tidak dapat ditangkap oleh sel untuk dimetabolisme. Peningkatan kadar kolesterol mulai terlihat pada 3 minggu pertama setelah pemberian preparat kolesterol, dengan rata-rata peningkatan sebesar 92% dari kondisi awal. Peningkatan kadar kolesterol tertinggi terjadi pada kelompok II sebesar 130% dan peningkatan kadar kolesterol pada kelompok III, IV, V, dan VI berturut-turut adalah sebesar 77%, 99%, 76%, dan 77% dan terjai penurunan jumlah kadar kolesterol kelompok I sebesar 3%. Peningkatan kadar kolesterol pada minggu ke-6 pada kelompok II sebesar 55% dan peningkatan kelompok III, IV, V, dan VI berturut-turut sebesar 13%, 29%, 28%, dan 24%. Peningkatan kadar kolesterol plasma darah kelinci pada minggu terakhir atau pada minggu ke-9 bila terjadi pada kelompok II, IV, dan V dengan peningkatan sebesar 34%, 54%, dan 13%. Pada kelompok I, III, dan VI kadar kolesterol turun sebesar 6%, 5%, dan 11%. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol pada semua kelompok perlakuan yang diberi preparat kolesterol tidak menunjukan perbedaan yang nyata pada minggu ke-0, hal ini ditunjukan dengan huruf superscript yang sama.
Pada
minggu ke-3 kadar kolesterol terlihat perbedaan yang nyata antara kadar kolesterol kelompok II dan kelompok III, IV, V, dan VI. Pada minggu ke-6 kadar kolesterol kelompok III tidak berbeda nyata dengan kelompok yang diberi ekstrak tempe (IV, V, VI) sedangkan kadar kolesterol kelompok I nyata lebih rendah dari pada kelompok II yang mengalami perbedaan nyata dengan kelompok III. Kadar kolesterol pada minggu terakhir menunjukan hasil yang berbeda nyata pada kelompok I, II, III, IV, dan V. Hasil ini menunjukan bahwa ekstrak tempe dengan dosis 100 mg/kg BB – 400 mg/kg BB dapat menurunkan jumlah kolesterol plasma darah kelinci Pada minggu terakhir kelompok VI mampu menurunkan kolesterol total sebasar 12%, tetapi jumlah tingkat kolesterol di kelompok III merupakan yang terendah pada semua kelompok yang diberi preparat kolesterol.
Besar kadar
kolesterol kelompok III tidak berbeda nyata dengan kelompok VI, hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukan bahwa huruf superscript dari kelompok III dan VI sama. Hasil ini menunjukan bahwa ekstrak tempe dengan dosis 400
mg/kg BB dapat menurunkan jumlah kolesterol plasma darah kelinci sama dengan efek obat penurun kolesterol. kolesterol
Gambar 5 Grafik perubahan kadar kolesterol selama masa perlakuan. Pada gambar 5 terlihat pemberian pemberian obat penurun kolesterol pada kelompok III dan pemberian ekstrak tempe pada kelompok IV, V, dan VI memberikan efek yang cukup besar pada kadar kolesterol total seiring lamanya perlakuan. Penurunan kolesterol total pada pemberian ekstrak tempe terlihat terlihat berbeda pada setiap dosis perlakuan, dan semakin besar dosis ekstrak tempe yang diberikan makin baik pengaruhnya pengaruh terhadap besar penurunan jumlah kolesterol. kolesterol Hal ini sesuai dengan pernyataan Esterbauer et al. (1989) didalam Sofian (2005), (2005) yang menyatakan kan bahwa semakin besar konsentrasi suatu zat yang dapat menurunkan atau menghambat sintesis kolesterol maka akan semakin besar pula dayanya untuk menurunkan dan menghambat pembentukan kolesterol sehingga kadar kolesterol yang dihasilkan akan semakin sedikit. sedik Penurunan kadar kolesterol total pada kelinci yang diberi ekstrak tempe, dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Isoflavon dapat menurunkan kadar
kolesterol darah dengan mekanisme sama seperti pengaruh hormon estrogen terhadap kadar kolesterol pada wanita wanita (Lichtenstein 1998). Menurut Gardner et al. (2001), 60% penurunan kolesterol disebabkan oleh kandungan isoflavon dan protein dari tempe. Penurunan kolesterol darah menunjukan bahwa ekstrak tempe
dapat menurunkan jumlah kolesterol darah dan dosis pemberian ekstrak tempe berpengaruh terhadap besar penurunan kolesterol. Kandungan vitamin B komplek dan niasin di dalam tempe juga dapat mempengaruhi penurunan kolesterol dengan cara meningkatkan metabolisme VLDL oleh enzim lipoprotein lipase sehingga mempengaruhi metabolisme trigliserida. Peningkatan produksi asam propionat sebagai hasil metabolisme serat oleh mikroba usus, dapat menekan jumlah aktivitas enzim β-hidroksi-β-metil glutaril CoA reduktase (HMG-CoA reduktase) sehingga biosintesis kolesterol terhambat (Harianto 1996 didalam Wresdiyati 2005). Protein
tempe
juga
dapat
menurunkan
kadar
kolesterol
dengan
meningkatkan reseptor LDL di hati, asam lemak tidak jenuh pada tempe juga dapat mengurangi jumlah kolesterol darah dengan menstimulasi ekskresi kolesterol melalui asam empedu (Brata-Arbai 2001).
Menurut Lichtenstein
(1998), protein tempe dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara mempengaruhi pengeluaran hormon tiroksin dan thyroid-stimulating hormone (TSH) dan meningkatkan ekskresi asam empedu. Menurut Brata-Arbai (2001), serat dan ragi pada tempe dapat menurunkan kadar kolesterol.
Serat adalah
bagian dari tumbuhan yang tidak dapat dicerna. Di dalam usus, serat mengikat asam lemak dan kolesterol sehingga tidak dapat diabsorbsi oleh usus sehingga langsung dibuang bersama feces. Anderson (1994) melaporkan bahwa aksi utama yang menyebabkan penurunan penyerapan kolesterol pada ransum berserat tinggi adalah akibat meningkatnya ekskresi lemak, asam empedu dan kolesterol.
Jumlah Trigliserda Acid (TGA) Jumlah TGA menunjukan kadar lemak yang tersimpan di dalam darah. Jumlah Kadar trigliserida minggu terakhir serum kelinci dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pemberian preparat kolesterol dapat meningkatkan kadar TGA, dan sebaliknya kadar TGA sangat rendah pada kelompok I yang tidak diberi kolesterol. Gambar 6 dapat menunjukan terjadi peningkatan kadar trigliserida pada semua perlakuan kecuali kelompok I.
Tabel 2. Jumlah Triglrserida (mg/dl) plasma darah kelinci selama perlakuan Kelompok I
minggu 0
II III IV V VI
minggu 3
a
59.49
52.31 a a
48.21 a
50.19
124.87 b
101.47
bc
96.67 b
b
110.05 bc
98.89 b
81.03
c
b
87.78
78.77 a
47.18
c
b
a
a
47.62
108.89
83.08
51.28
51.11
b
78.97
minggu 9
a
b
85.13
49.23
minggu 6
a
b
101.59 bc
103.33
b
99.47
Keterangan : Perbedaan huruf pada kolom yang sama, menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Kadar TGA plasma darah kelinci pada minggu ke-0 atau minggu setelah masa adaptasi berada pada nilai yang relatif sama yaitu pada rentang 47-52 mg/dl, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dan pada gambar 6 yang memperlihatkan pada minggu ke-0 kadar trigliserida semua kelompok berada pada titik yang sama. Kadar TGA kelompok I selama masa perlakuan berada pada nilai yang relatif stabil yaitu berkisar antara 47-60 mg/dl. Gambar 6 dapat menunjukan perubahan jumlah trigliserida plasma darah kelinci selama masa perlakuan. Peningkatan kadar TGA mulai terlihat pada minggu ke-3 dengan rata-rata peningkatan sebesar 66% dari kondisi awal dengan peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok II sebesar 73% dan peningkatan jumlah kadar TGA terkecil terjadi pada kelompok I yaitu sebesar 14%.
Kenaikan jumlah kadar trigliserida kelompok II yang
merupakan kelompok dengan tingkat kenaikan terbesar yang terjadi pada minggu ke-3 diikuti oleh kelompok VI sebesar 72%, kelompok IV sebesar 66%, kelompok III sebesar 64%, dan kelompok V sebesar 54%. Kenaikan jumlah trigliserida pada minggu-minggu berikutnya tidak lebih dari 50% dan mengikuti pola kenaikan jumlah kolesterol dan LDL, hal ini terjadi karena penyerapan kolesterol, TGA, dan LDL berada dalam satu kesatuan yaitu dalam bentuk kilomikron.
Apabila kadar VLDL dan LDL tinggi biasanya
trigliserida pun tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan Baraas (1994), yang menyatakan bahwa seperlima dari trigliserida merupakan VLDL.
Gambar 6.. Grafik perubahan kadar trigliserida plasma darah kelinci Pada minggu ke-6 ke 6 kadar TGA plasma darah kelinci semakin meningkat bila dibandingkan dengan pengamatan minggu ke-3, ke 3, peningkatan minggu ke-6 ke pada kelompok II hanya sebesar 28% 2 % dan peningkatan kelompok III, IV, V, dan VI berturut-turut turut sebesar 11%, 1 17%, 26%, dan 28%, %, terjadi penurunan kadar TGA pada kelompok I sebesar 14%. 1 Peningkatan kadar TGA pada minggu terakhir bila dibandingkan dengan pengamatan minggu sebelumnya pada kelompok II, III, IV, dan V masing-masing masing sebesar 15%, 16%, 14%, dan 3%, selain itu pada minggu terakhir terjadi penurunan jumlah kadar TGA pada kelompok I dan VI. Besar penurunan berturut-turut turut 7% dan 4% bila dibandingkan dengan kadar TGA pada pengamatan sebelumnya.
Pada minggu terakhir kelompok VI mampu
menurunkan TGA total sebesar 4% dan merupakan jumlah kadar TGA terendah diantara kelompok yang diberi preparat kolesterol yaitu 99.471 mg/dl dan diikuti oleh kelompok III, V, IV, dan I. Hasil ini menunjukan bahwa pemberian ekstrak tempe dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB dapat menurunkan jumlah TGA plasma darah kelinci. Pemberian ekstrak tempe dan obat penurun kolesterol kolesterol dapat mempengaruhi mempenga jumlah kadar trigliserida plasma darah kelinci, kelinci, walaupun perbedaan besar dosis tidak menunjukan hasil yang berbeda nyata. Hal ini terlihat dari superscript pada kelompok III, IV, V, dan IV yang sama (tidak berbeda nyata P<0,05), dan
superscript berbeda (berbeda nyata P<0,05) dengan 2 kelompok lainnya (kelompok I dan II). Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian ekstrak tempe sebesar 400 mg/kg BB sangat nyata (P<0,01) menurunkan kadar trigliserida serum darah bila dibandingkan dengan kelompok II. Penurunan kadar trigliserida pada plasma darah kelinci yang diberi ekstrak tempe dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tempe mengandung banyak serat yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida dengan cara serat mengikat asam lemak sehingga tidak dapat diabsorbsi dan langsung dibuang bersama feses. Selain itu kandungan protein dan asam lemak tidak jenuh tempe juga dapat menurunkan kadar trigliserida dengan meningkatkan reseptor LDL di hati sehingga menstimulasi ekskresi kolesterol dan trigliserida melalui asam empedu (Brata-Arbai 2001). Kandungan vitamin B komplek dan niasin di dalam tempe juga dapat mempengaruhi penurunan kolesterol dengan cara meningkatkan metabolisme VLDL oleh enzim lipoprotein lipase sehingga mempengaruhi metabolisme trigliserida.
Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Kadar LDL dalam darah diharapkan rendah karena lipoprotein ini mempunyai efek aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
LDL
merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh darah. Hasil pengukuran kadar LDL pada plasma darah kelinci selama masa perlakuan ditunjukan pada tabel 3 dan gambar 7. Pada tabel 3 dapat dilihat kadar LDL pada minggu ke-0 semua kelompok berada pada nilai yang relatif sama yaitu pada rentang 33-44 mg/dl. Kadar LDL yang sama ini juga dapat dilihat pada gambar 7 yang memperlihatkan kadar LDL pada minggu ke-0 berada pada titik yang sama. Gambar 7 menunjukan pemberian preparat kolesterol pada kelompok II dapat meningkatkan kadar LDL yang tinggi pada setiap minggunya dengan rata-rata peningkatan sebesar 76%, sedangkan pada kelompok yang tidak diberi kolesterol kadar LDL relatif tidak berubah.
Terjadi penurunan kadar LDL Pada kelompok yang diberikan ekstrak tempe (kelompok IV, V, dan VI) dan obat penurun kolesterol (kelompok III), dapat dikatakan pemberian ekstrak tempe dan simvastatin depat mempengaruhi kadar LDL plasma darah kelinci. Tabel 3 Jumlah kadar LDL (mg/dl) plasma darah kelinci Kelompok I II III IV V VI
minggu 0
minggu 3
a
33,33
27,64
a a
40,7
26,98 d
b
a
93,4 a
b
a
119
c
136,5 bc
112,6 b
95,9
b
97,6
c
b
99,1
44,7
d
184,13
100,7 b
43
a
29,36
137,3
89,4
minggu 9
a
b
99,2
39
42,2
minggu 6
a
b
98,4 bc
107,9
b
99,2
Keterangan : perbedaan huruf pada kolom yang sama, menunjukan yang hasil berbeda nyata (P<0,05). Setelah tiga minggu perlakuan (minggu ke-3), terjadi peningkatan kadar LDL pada kelompok yang diberikan preparat kolesterol (kelompok II, III, IV, V, dan VI) dengan rata-rata peningkatan sebesar . Menurut Grundy (1991), pakan kolesterol tinggi dapat menghambat dan menekan pembentukan reseptor LDL, sehingga kadar LDL didalam darah meningkat. Pada minggu ini peningkatan kadar LDL terbesar terjadi pada kelompok II yaitu sebesar 154%, dan pada kelompok I terjadi penurunan kadar LDL sebesar 17%, sedangkan pada kelompok III, IV, V, dan VI kenaikan kadar LDL sebesar 120%, 117%, 122%, dan 127%. Berdasarkan tabel 3, kadar LDL plasma darah kelinci pada minggu ke-6 semakin meningkat dari kondisi awalnya (minggu ke-0). Kadar LDL tertinggi ada pada kelompok II (137 mg/dl) dengan peningkatan sebesar 38%, diikuti oleh kelompok IV (119 mg/dl) dengan peningkatan sebesar 27%, kelompok V(113 mg/dl) dengan peningkatan sebesar 14%, kelompok VI (108 mg/dl) dengan peningkatan sebesar 13%, dan kelompok III (101 mg/dl) dengan peningkatan sebesar 13%, serta terjadi penurunan kadar LDL pada kelompok I sebesar 2% sehingga kadar LDL-nya menjadi 27 mg/dl.
Pada minggu ini mulai terlihat
penurunan kadar LDL yang nyata pada kelompok yang diberikan ekstrak tempe
sebagai penurun kadar kolesterol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Potter (1995) bahwa penambahan berbagai jenis serat dapat menurunkan kadar LDL.
Gambar 7.. Grafik perubahan kadar LDL plasma darah kelinci. kelinci Pada minggu ke-9 ke 9 terjadi penurunan kadar LDL plasma darah kelinci di kelompok III, V, dan VI sebesar 3%, 13% dan 8%. Walaupun tinggi penurunan kelompok V lebih besar dari kelompok III dan VI, tetapi kadar LDL plasma darah kelinci yang terendah pada kelompok-kelompok kelompok kelompok dengan pemberian kolesterol ada pada kelompok III (97 mg/dl) dan diikuti oleh oleh kelompok VI (107 mg/dl), V (132 mg/dl), IV (199 mg/dl), dan II (252 mg/dl). Pada pengamatan kadar LDL yang disajikan ditabel 3,, perbedaan huruf superscript pada kelompok I, II, III, dan IV menunjukan bahwa kelompok tersebut memiliki perbedaan nilai yang yang nyata (P<0,05) terhadap kadar LDL diminggu terakhir dan pada kelompok III, V dan VI memiliki huruf superscript sama. Huruf superscript yang sama menunjukan bahwa besar kadar LDL tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil analisis ragam menunjukan penambahan ekstrak tempe dosis 400 mg/kg BB sangat nyata (P<0,01) menurunkan kadar LDL plasma kelinci. Hal ini menunjukan pemberian ekstrak tempe dapat menurunkan kadar LDL darah dan dosis ekstrak tempe yang lebih besar dapat dapat memberikan efek penurunan yang lebih baik terhadap jumlah LDL. Hal ini sesuai dengan penyataan Esterbauer et
al. (1989) didalam Sofian (2005) yang menyebutkan bahwa semakin besar kadar sampel akan semakin besar daya hambatnya. Pengaruh besar dosis ini dapat terlihat dari pemberian ektrak tempe 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB yang dapat memberikan efek yang tidak berbeda nyata dengan pengaruh pemberian obat penurun kolesterol simvastatin terhadap kadar LDL darah. Pemberian ekstrak tempe 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB dapat menurunkan kadar LDL sebanding dengan kemampuan obat penurun kolesterol. Menurut Anthony et al. (1997), kandungan isoflavon dan protein tempe dapat menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL darah. Hubungan LDL dengan total kolesterol akan bersifat searah karena 65% kolesterol berada dalam bentuk LDL, artinya jika kolesterol turun LDL juga turun. Hal ini terjadi karena terhambatnya atau terganggunya proses penyerapan kolesterol di usus dan ekskresi asam empedu lebih besar.
Oleh karena asam empedu terbuat dari
kolesterol, maka rangsangan untuk ekskresi asam empedu berarti meningkatkan laju metabolisme kolesterol sehingga menurunkan total kolesterol dan kadar LDL plasma.
Kemungkinan lain penurunan kadar LDL terjadi karena penurunan
sintesis LDL itu sendiri dan penginduksian reseptor hepatik, akibatnya banyak LDL yang ditangkap reseptor hepatik sehingga konsentrasinya dalam darah menurun.
Kadar High Density Lipoprotein (HDL) HDL merupakan jenis lipoprotein yang mempunyai efek antiaterogenik kuat.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa kenaikan tertinggi kadar HDL pada 3
minggu pertama pada kelompok II sebesar 27% dan diikuti oleh kelompok I dan kelopok V sebesar 20%, kelompok VI sebesar 15%, kelompok III sebesar 14% dan yang terkecil kenaikannya kelompok IV sebesar 10%. Pada minggu ke-6 terjadi penuruan kadar HDL pada semua perlakuan, hal ini disebabkan pemberian kolesterol selain dapat meningkatkan kadar kolesterol total dapat juga menurunkan kadar HDL. Penurunan kadar HDL pada kelompok I sebesar 11%, kelompok II sebesar 5%, kelompok III sebesar 2%, kelompok IV sebesar 5%, kelompok V sebesar 1%, dan kelompok VI sebesar 2%. Kadar HDL tertinggi
pada minggu ke-9 ada pada kelompok VI yaitu sebesar 56,14 mg/dl dengan tinggi peningkatan sebesar 23%, nilai ini hampir 1,5 kali lebih besar dari kelompok kontrol baik positif dan negatif. Tabel 4 Hasil pengamatan kadar HDL (mg/dl) plasma darah kelinci Kelompok I II III IV V VI
minggu 0
minggu 3
a
34,1
28,4 ab
32,6
ab
b
b
40,4
b
42,8
a
37,9 b
45,6 b
46,7
b
50,5 b
b
45,9
a
35,8
44,2 b
b
38,3
ab
b
45,2
41,1
a
33,0
39,3
45,2 b
minggu 9
a
30,2
41,5
39,7
minggu 6
a
b
54,7 b
45,6
b
56,1
Keterangan : perbedaan huruf pada kolom yang sama, menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Hasil analisis kovarian terhadap kadar HDL pada minggu terakhir menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata antara kelompok III dan VI, hal ini menunjukan pengaruh pemberian ekstrak tempe dan simvastatin dapat meningkatkan kadar HDL. Menurut Ross (1999) dalam Soemantri et al. (2001), obat-obatan golongan statin selain mampu menurunkan kadar kolesterol dan LDL, juga dapat meningkatkan kadar HDL dalam darah walaupun kenaikannya hanya beberapa persen saja. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian ekstrak tempe mampu meningkatkan kadar HDL secara nyata (P<0,05), seperti dapat dilihat pada tabel 4. Uji lanjut Duncan menunjukan bahwa peningkatan kadar HDL yang terjadi pada penambahan ekstrak tempe sebesar 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB terhadap kelompok II sangat nyata (P<0,01) dan penambahan 100 mg/kg BB ekstrak tempe menyebabkan peningkatan ekstrak tempe yang nyata (P<0,05). Kadar HDL pada tiga minggu pertama mengalami peningkatan disetiap kelompok dan pada tiga minggu berikutnya kadar HDL mengalami penurunan yang dapat dilihat pada gambar 8. Penurunan kadar HDL pada kelompok V dan VI lebih kecil dibandingkan kelompok I seperti dapat dilihat di tabel 4, hal tersebut menunjukan adanya pengaruh pemberian sampel ekstrak tempe.
Menurutt Liu (1997) kacang kedelai yang mengandung senyawa isoflavon berpengaruh besar terhadap peningkatan kadar HDL selain mampu menurunkan kadar kolesterol dan LDL.
Semakin banyak kedelai yang digunakan maka
efeknya terhadap peningkatan kadar HDL akan semakin semaki besar.. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pada minggu ke-9 ke 9 memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara ekstrak tempe dosis 100 mg/kg BB dengan dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB. Peningkatan kadar HDL disebabkan oleh turunnya kadar LDL dalam darah karena protein tempe dapat meningkatkan reseptor LDL di hati. Turunnya konsentrasi LDL akan berdampak peningkatan konsentrasi HDL, hal ini terjadi karena penurunan LDL akan menyebabkan organ hati kekurangan kolesterol untuk membentuk asam empedu sehingga merangsang sintesis HDL dalam hati dan menyebabkan HDL darah meningkat. Peningkatan kadar HDL yang terjadi sangat bermanfaat dalam menurunkan resiko atherosklerosis karena kandungan kolesterolnya rendah.
Setiap
peningkatan 1 poin HDL, HDL, dapat mengurangi resiko penderita penyakit jantung koroner sebesar 2-3% 3% (Kahl’s 1999 didalam Wresdiyati 2005).
Gambar 8.. Grafik perubahan kadar HDL plasma darah kelinci
Perbandingan Kolesterol-HDL HDL merupakan jenis lipoprotein yang mempunyai efek antiaterogenik kuat. Menurut Selamihardja (1999) HDL dapat digunakan sebagai pengindikasi gejala penyakit jantung koroner (PJK). Seseorang beresiko mengalami PJK bila kadar kolesterol total dibandingkan dengan kadar HDL serum darahnya lebih dari 3,5 menurut AHA (2005) dan 5 menurut Selamihardja (1999). Semakin tinggi kadar HDL semakin baik dan semakin kecil nilai perbandingan kadar kolesterolHDL semakin baik.
Menurut Dalimartha (2002) penurunan kadar kolesterol
sebesar 1% dapat menurunkan resiko terkena serangan jantung sebesar 2%. Nilai perbandingan kolestrerol-HDL pada minggu awal kira-kira sebesar 1,3-1,8. Nilai perbandingan terkecil ditunjukan oleh kelompok IV dan terbesar ditunjukan oleh kelompok I, nilai perbandingan pada minggu awal masih dalam kisaran normal dan tidak ada yang beresiko atherosklerosis. Nilai perbandingan kolesterol HDL pada minggu terakhir perlakuan sebesar 1,5-7 yang dapat dilihat pada tabel 1. Nilai perbandingan kolesterol HDL terendah berada pada kelompok I dan tertinggi di kelompok II. Tabel 5 Perbandingan kolesterol total dan HDL. Kelompok I II III IV V VI
Minggu ke-0 1,9 1,6 1,3 1,2 1,4 1,3
Kolesterol : HDL Minggu ke-3 Minggu ke-6 1,5 1,6 3 5 2 2 2 2
2,3 3 2,6 2,6
Minggu ke-9 1,4 7 2 5,3 2,4 2
Kelompok II memiliki nilai perbandingan kolesterol-HDL sebesar 7 dan kelompok IV memiliki nilai perbandingan kolesterol-HDL sebesar 5, kondisi ini secara teori beresiko terserang PJK atau atherosklerosis karena memiliki nilai perbandingan kolesterol-HDL lebih dari 3,5, sedangkan kelompok lainya memiliki memiliki nilai perbandingan kolesterol-HDL antara 1,5-2,5 hal ini menunjukan ekstrak tempe memiliki kemampuan antiatherogenik. Pada tabel 5, nilai perbandingan kolesterol-HDL kelompok V lebih besar dari kelompok VI, hal ini menunjukan besar pemberian dosis ekstrak tempe membengaruhi efek antiatherogenik dari tempe.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan •
Ekstrak tempe mampu menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, dan LDL serta
mampu
menaikan
kadar
HDL
pada
plasma
kelinci
hiperkolesterolemia. •
Pemberian dosis ekstrak tempe yang lebih besar dapat memberikan efek penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan peningkatan kadar HDL yang lebih baik.
•
Pemberian ekstrak tempe dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB mampu menurunkan kadar kolesterol (21%, 48%, dan 58%), kadar trigliserida (12%, 19%, dan 20%), dan kadar LDL (25%, 47%, dan 46%) serta dapat meningkatkan kadar HDL (6%, 53%, dan 57%) bila dibandingkan dengan kelompok hiperkolesterolemia.
•
Pemberian ekstrak tempe 400 mg/kg BB menghasilkan nilai rasio kolesterol total : HDL sebesar 2:1 yang berarti kelompok ini tidak beresiko terkena atherosklerosis.
•
Ekstrak tempe dapat dijadikan produk alternatif yang dapat mengatasi kondisi hiperkolesterolemia
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak tempe terhadap atherosklerosis secara histopatologis pada kondisi
hiperkolesterolemia
antiatherogenik.
untuk
mengukur
efektifitas
tempe
sebagai
DAFTAR PUSTAKA Alberts J. 2000. What Does Research Say About Effectiveness of Glucosamine and Chondroitin Sulfate Use in Osteoarthritis Sufferers. University of California. Di dalam: Esther Ho, Leigh Anne Rice, Editor. http://www.ochealtinfu.com/index.htm. [Desember 2007] [AHA] American Heart Association. http://www.americanheart.org. [Desember 2007]
2005.
Cholesterol.
Anderson H. 1994. Effects of cabohydrates on the excretion of bile acids, cholesterol, and fat from the small bowel. Am J Clin Nutr. 59 : 785. Anonim. 2005. Lipoprotein. http://en.wikipedia.org/wik/lipoprotein 2008]
[Januari
Anonim. 2006. Kelainan Lipid. http://www.medicastore.com. [Januari 2008]. Anonim. 2008. Cholesterol. http://en.wikipedia.org/wiki/Cholesterol 2008]
[Januari
Asikin N. 2001. Antioksidan dan Penilaian Status Antioksidan. Di dalam Proseding Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan : Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam. Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Anthony MS, Clarkson TB, Bullock BC, dan Wagner JD. 1997. Soy Protein Versus Soy Phytoestrogens in Prevention of Diet Induced Coronary Artery Atherosclerosis of Male Cynomolgus Monkeys. Arteriosler. Thromb. Vasc. Biol.17: 2524–2531. Baraas F. 1994. Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama Brata-Arbai AM. 2001. Cholesterol Lowering Effect of Tempe. Di dalam The Complete Handbook of Tempe. Jakarta : American Soybean Association. Beitz DC and RS Allen. 1984. Lipid Metabolism. Dalam: M. J. Swenson (editor). Dukes Physiology of Domestic Animals. Lomstock Publishing Associates, Ithaca and London. Hlm : 5-78 Bishop DG. 1971. Lipid Metabolism. Dalam: A. R. Johnson and J. B. Davenport (editor). Biochemistry and metodology of Lipids. Wiley, Inc. New York. Hlm: 391-421. Boyer RF. 2002. Concepts in Biochemistry. 2nd Edition. Thomson Learning, Inc. New York. Hlm: 207-518.
Cambell JR, MD Kenealy and KL Cambell. 2003. Animal Science. The Biology, Care and Produktion of Domestic Animals. McGraw Hill Company, Inc. New York. Hlm : 52-316. Cheehe PR, Pathon NM, Templeton GS. 1986. RaBBit Productions. Illionois: The Interstate Printers & Publishers. Coward L, Barnes NC, Setchell KDR, Barnes S. 1993. Genestein and daidzein and their β-glucoside conjugates: antitumor isoflavone in soybean foods from america and asia diets. J Agric Food Chem 41:1961-1967. Fardiaz D, Lumbantoruam M R, Apriyantono A. 1987. Mempelajari Perubahan Komponen “dietary Fiber” Selama Fermentasi Tempe [Laporan Penelitian]. Bogor: Fateta, IPB. Frandson RD. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University Press,Yogyakarta. Gardner CD, Newell KA, Cherin R, dan Haskell WL. 2001. The Effect of Soy Protein With or Without Isoflavones Relative to Milk Protein on Plasma Lipids in Hypercholesterolemic Postmenopausal Women. Am J Clin Nutr. 73:728–35 Gotto A, Biermann EL, Connor WE, Ford CH, Frantz ID, Glueck CJ, Grundy SM, Little JA, Gotto A, Farmer JA. 1988. Risk Factors for Coronary Artery Heart Disease. Heart Disease. A text Book of Cardiovascular Medicine. Third Edition. W.B. Saunders Co. 2:1153-1168. Grundy SM. 1991. Multifactorial etiology of hypercholesterolemia: implication for prevention coronary heart disease. Ateriosclerosis and Trombosis 11: 1619-1635. Guyton CA dan Hall JE. Buku Ajar Fisiologi. Edisi ke-9. Irawati S, penerjemah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology. Karyadi D. 2000. Ciri Fungsional dalam Kerangka Nilai Tambah Gizi, Kesehatan, Pencegahan, dan Pengobatan. Makalah pada Seminar Masa Depan Industri Tempe Menghadapi Milenium III, Gedung BPPT, Jakarta, 14 Februari 2000. Klump SP, Alerd MC, McDonald JL dan Ballam JM. 2001. Determination of Isoflavones in Soy Selected Foods Containing Soy by Extraction, Saponification, and Liquid Chromatography: Colaborative Study. J.AOAC Int. 84(6):1865-1883
Kochar SF dan Rossell B. 1990. Detection Estimation and Evaluation of Antioxidants in Food System. Di dalam Hudson BJF, editor. Food Antioxidants. London: Elvisier Applied Science. Kritchevsky D, SA Tepper, and JA Story. 1975. Simposium Nutritional Perspective and Atherosclerosis: Non-nutritive Fiber and Lipid Metabolism. J. Food Sc., 40: 8-11. Lehninger A L. 1975. Biochemistry. 2nd Edition. Worth Publishers, New York. Lehninger AL. 1988. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Thenawidjaja M penerjemah. Jakarta: Erlangga. Lichtenstein AH.1998. Soy Protein, Isoflavones and Cardiovascular Disease Risk. Am J Clin. Nutr. 128: 1589-1592 Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan: A. Parakkasi. Jakarta: UI-Press. Hlm : 59-86. Lith HAV, Begnen AC. 1993. Dietary Cholesterol Lower the Activity of Buthyryl-Cholinesterase (EC3.1.1.8) but Elevates that of Esters-1 (EC 3.1.1.1) in Plasma of Rats. British Journal of Nutrition. 70:721-726. Liu K. 1997. Soybeans, Chemistry, Technology and Utilization. Singapore: International Thomson Publishing Asia. Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan percobaan di Laboratorium. Bogor: PAU IPB. Mann J, and Skeaff M. 2002. Lipids. Di dalam Mann J And A S Truswell (eds). 2002. Essentisials of Human Nutrition. 2nd Edition. Oxford. Marinetti GV.1990. Disorder of Lipid Metabolisme. New York: Plenum Press. Mayes PA. 1995. Sintesis, Pengangkutan dan Eksresi Kolesterol. Dalam : R K Murray, D K Granner, P A Mayes and V W Rodwell (editor). Harper Biochemistry. Terjemahan : A Hartono. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta. Hlm : 163-177, 302-315 McDonal P, RA Edwards, JFD Greenhalgh dan CA Morgan. 1995. Animal Nutrition. 5th ed. Longman Group Ltd. England. Hlm: 28-48. Montgomery R, Dryr RL, Conway TW, Spector AA. 1993. Biokimia: Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus Jilid 2 Ed. Ke-4 (terjemahan M. Ismadi) Gajah Mada University Press, Yogjakarta.
Muchtadi D, Murdefi Y, Mardinah, Anto S. 1992. Sifat Fungsional dan Nilai Gizi Tepung Tempe serta Pengembangan Produk Olahannya untuk Golongan Rawan Gizi[Laporan Penelitian]. Bogor: Fateta IPB. Oetoro S. 2007. Cara Cerdas Menyingkapi Kolesterol. www.medicastore.com. [Januari 2008]. Potter SM. 1995. An Overview of Propose Mechanishm for hypocholesterolemic Effect of Soy. J Nutr 125:606 S Pakasi LS. 2000. Menopouse : Masalah dan Penaggulangannya. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI. Pratt DE. 1992. Natural Antioxidation from Plant Material. Dalam Huang MT, Ho CT, dan Lee CY, editor. Phenolic Compounds in Food and Their Effects on Health II. American Chemical Society, Washington DC. Selamihardja N. 1999. Kiat Mengelola Kolesterol www.indomedia.com/intisari/1999/nov/kolesterol.htm [Juni 2008] Shahidi F dan Naczk M. Lancester-Basel.
1995.
Food Phenolics.
Tinggi.
Tecnomic Pub. Co. Inc.
Sofian A. 2005. Potensi Produk Fermentasi Kacang Kedelai Sebagai Pengendali Kadar Kolesterol Darah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta : UI-Press Soemantri D, Hindariati E, Rudyamoko. 2001. Peran yang Lebih Luas dari Obat Antilipid pada Aterosklerosis. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/0620 01/pus-4.htm. [Juni 2008] Soetardjo S. 1990. Pengaruh Diit Pada Lipid Darah dan Penyakit Jantung Koroner. Di dalam Anonim. 1990. Gizi Menuju Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Prosiding Kursus Penyegar Ilmu Gizi dan Kongres VIII Persgi. Jakarta. Hlm 174-181. Soraya GE. 2006. Studi Komparatik Kadar Kolesterol darah dan Lemak Total Daging pada Kambing dan Domba Lokal [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, IPB. Steel RGD dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik, Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Stryer L. 1981. Biochemistry. Edisi ke-2. Sanfransisco: Freeman.
Suarsana Nyoman, Suprayogi A, Ni Nyoman Werdi S, Tutik W. 2006. J. Vet Kedokteran Hewan Indonesia. Penggunaan Ekstrak Tempe Terhadap Fungsi Hati Tikus dalam Kondisi Stres. Sulistiyani A, Adelman SJ, Chandrasekaran A, Jayo J, Clair RWS. 1995. Effect of 17-β-Dihydroequilin Sulfate, a Conjugated Equine Estrogen, and Ethynylestradiol on Atherosclerosis in Cholesterol-fed Rabbits. Ateioscler. Thromb. Vasc. Biol. 15:837-846 Suprapti ML. 2003. Pembuatan Tempe. Penerbit: Kanisus, Yogyakarta. Syafril RSP. 2006. Evaluasi Keberadaan Glukosamin pada Tempe Murni [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB. Tislerics, A. 2000. "Oryctolagus cuniculus" (On-line), Animal Diversity Web. http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Oryctolag us_cuniculus.html. (19 Juli 2008) Trilaksani W. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran terhadap Kesehatan. Bogor: IPB. Vytorin. 2005. Source of Cholesterol. http://www.Vytorin.com/ezetimible _simvastatin/vytorin/consumer/source_of_cholesterol/index.jsp. [Juni 2008]. Wirahadikusumah M. 1985. Biokimia, metabolism Energi. Karbohidrat dan Lipid. Bandung: penerbit ITB. Wresdiyati T, Astawan M. 2005. Deteksi Secara Imunohistokimia Antioksidan Superoksida Dismutase (SOD) pada Jaringan Tikus Hiperkolesterolemia yang diberi Pakan Rumput Laut.
LAMPIRAN
LAMPIRAN Kolesterol Descriptives
minggu ke 0k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total minggu ke 3k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total minggu ke 6k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total minggu ke 9k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total
95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper BoundMinimum Maximum 3 53,4883 4,65150 2,68554 41,9334 65,0433 48,84 58,14 3 52,7133 5,85258 3,37899 38,1747 67,2519 46,51 58,14 3 50,3877 5,85264 3,37903 35,8489 64,9264 44,19 55,81 3 50,3877 5,85264 3,37903 35,8489 64,9264 44,19 55,81 3 51,9383 5,85264 3,37903 37,3996 66,4771 46,51 58,14 3 54,2637 4,84139 2,79518 42,2370 66,2904 48,84 58,14 18 52,1965 4,86667 1,14708 49,7764 54,6166 44,19 58,14 3 51,6763 8,08725 4,66918 31,5865 71,7662 44,94 60,65 3 121,3483 11,89057 6,86503 91,8105 150,8862 112,36 134,83 3 89,1387 5,65536 3,26512 75,0900 103,1873 83,15 94,38 3 100,3743 9,08168 5,24331 77,8142 122,9345 92,14 110,11 3 91,3857 4,67790 2,70079 79,7651 103,0062 87,64 96,63 3 95,8803 4,67806 2,70088 84,2594 107,5013 92,14 101,12 18 91,6339 22,32229 5,26142 80,5333 102,7346 44,94 134,83 3 48,8370 4,65100 2,68526 37,2833 60,3907 44,19 53,49 3 187,5970 12,80810 7,39476 155,7799 219,4141 174,42 200,00 3 101,5503 9,39889 5,42645 78,2022 124,8985 93,02 111,63 3 129,4573 9,68183 5,58981 105,4063 153,5083 118,61 137,21 3 117,0540 3,55248 2,05102 108,2292 125,8788 113,95 120,93 3 119,3797 5,85258 3,37899 104,8411 133,9183 113,95 125,58 18 117,3126 42,64527 10,05159 96,1056 138,5195 44,19 200,00 3 45,9770 6,89700 3,98198 28,8439 63,1101 39,08 52,87 3 252,1073 9,29076 5,36402 229,0278 275,1869 243,68 262,07 3 96,5517 8,28861 4,78543 75,9616 117,1417 89,66 105,75 3 199,2337 11,79658 6,81076 169,9293 228,5380 186,21 209,20 3 131,8007 5,78523 3,34010 117,4294 146,1720 126,44 137,93 3 106,5137 7,02302 4,05474 89,0675 123,9598 98,85 112,64 18 138,6973 70,62682 16,64690 103,5754 173,8192 39,08 262,07 ANOVA
minggu ke 0
minggu ke 3
minggu ke 6
minggu ke 9
Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 38,459 364,177 402,636 7740,810 730,033 8470,842 30087,264 829,258 30916,522 83949,437 849,077 84798,514
df 5 12 17 5 12 17 5 12 17 5 12 17
Mean Square 7,692 30,348
F ,253
Sig. ,930
1548,162 60,836
25,448
,000
6017,453 69,105
87,077
,000
16789,887 70,756
237,291
,000
minggu ke 0 a
Duncan
Perlakuan tempe 100mg k. obat tempe 200mg k.positif k.negatif tempe 400mg Sig.
Subset for alpha = .05 1 50,3877 50,3877 51,9383 52,7133 53,4883 54,2637 ,448
N 3 3 3 3 3 3
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu ke 3 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 200mg tempe 400mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 3 51,6763 89,1387 91,3857 95,8803 100,3743 121,3483 1,000 ,127 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 6 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 200mg tempe 400mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
1 48,8370
Subset for alpha = .05 2 3
4
101,5503 117,0540 119,3797 129,4573 1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
,107
187,5970 1,000
minggu ke 9 a
Duncan
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 400mg tempe 200mg tempe 100mg k.positif Sig.
N
Subset for alpha = .05 2 3 4
1 45,9770
3 3 3 3 3 3
96,5517 106,5137 131,8007 199,2337 1,000
,173
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu ke 0 Duncan
a
Perlakuan tempe 100mg k. obat tempe 200mg k.positif k.negatif tempe 400mg Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 50,3877 50,3877 51,9383 52,7133 53,4883 54,2637 ,448
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 3 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 200mg tempe 400mg tempe 100mg k.positif Sig.
5
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 2 3 51,6763 89,1387 91,3857 95,8803 100,3743 121,3483 1,000 ,127 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
1,000
252,1073 1,000
minggu ke 6 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 200mg tempe 400mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 2 3
1 48,8370
101,5503 117,0540 119,3797
1,000
4
117,0540 119,3797 129,4573
,027
,107
187,5970 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 9 a
Duncan
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 400mg tempe 200mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
1 45,9770
2
Subset for alpha = .01 3 4
5
96,5517 106,5137 131,8007 199,2337 1,000
,173
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
1,000
252,1073 1,000
Trigliserida Descriptives
N minggu ke 0 k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total minggu ke 3 k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total minggu ke 6 k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total minggu ke 9 k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total
3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18
Mean 52,3080 49,2310 48,2053 50,1900 51,2823 47,1797 49,7327 59,4873 85,1283 78,9743 83,0770 78,7743 81,0257 77,7445 51,1110 108,8887 87,7777 96,6667 98,8887 103,3333 91,1110 47,6187 124,8680 101,4710 110,0530 101,5873 99,4710 97,5115
95% Confidence Interval for Mean Std. DeviationStd. Error Lower BoundUpper Bound Minimum Maximum 6,15400 3,55301 37,0206 67,5954 46,15 58,46 6,15400 3,55301 33,9436 64,5184 43,08 55,39 9,40039 5,42732 24,8535 71,5572 40,00 58,46 4,59124 2,65075 38,7847 61,5953 46,15 55,19 6,40529 3,69809 35,3707 67,1939 46,15 58,46 4,70020 2,71366 35,5037 58,8556 43,08 52,31 5,69652 1,34268 46,8999 52,5655 40,00 58,46 4,69965 2,71334 47,8128 71,1619 55,39 64,62 9,89117 5,71067 60,5573 109,6994 73,85 92,31 10,80607 6,23889 52,1306 105,8181 67,69 89,23 9,23100 5,32952 60,1459 106,0081 73,85 92,31 9,66491 5,58004 54,7654 102,7833 70,17 89,23 6,40529 3,69809 65,1141 96,9373 73,85 86,15 11,37992 2,68227 72,0854 83,4036 55,39 92,31 6,93915 4,00632 33,8732 68,3488 43,33 56,67 13,87791 8,01241 74,4140 143,3633 93,33 120,00 10,71524 6,18644 61,1595 114,3958 80,00 100,00 6,66650 3,84891 80,1062 113,2272 90,00 103,33 5,09179 2,93974 86,2400 111,5374 93,33 103,33 8,81886 5,09157 81,4261 125,2406 96,67 113,33 21,01975 4,95440 80,6581 101,5639 43,33 120,00 11,44610 6,60841 19,1850 76,0524 38,10 60,32 4,84935 2,79977 112,8216 136,9144 120,64 130,16 5,60245 3,23458 87,5537 115,3883 98,06 107,94 4,84935 2,79977 98,0066 122,0994 104,76 114,29 3,17450 1,83280 93,7014 109,4732 98,41 104,76 4,84935 2,79977 87,4246 111,5174 95,24 104,76 25,18091 5,93520 84,9893 110,0337 38,10 130,16
ANOVA
minggu ke 0
minggu ke 3
minggu ke 6
minggu ke 9
Sum of Squares Between Groups 55,036 Within Groups 496,620 Total 551,655 Between Groups1288,859 Within Groups 912,685 Total 2201,545 Between Groups6503,699 Within Groups 1007,410 Total 7511,109 Between Groups 10293,275 Within Groups 486,053 Total 10779,329
df 5 12 17 5 12 17 5 12 17 5 12 17
Mean Square 11,007 41,385
F ,266
Sig. ,923
257,772 76,057
3,389
,039
1300,740 83,951
15,494
,000
2058,655 40,504
50,825
,000
minggu ke 0 Duncan
a
Perlakuan tempe 400mg k. obat k.positif tempe 100mg tempe 200mg k.negatif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 47,1797 48,2053 49,2310 50,1900 51,2823 52,3080 ,392
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 3 Duncan
a
Perlakuan k.negatif tempe 200mg k. obat tempe 400mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 59,4873 78,7743 78,9743 81,0257 83,0770 85,1283 1,000 ,430
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 6 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 3 51,1110 87,7777 96,6667 96,6667 98,8887 98,8887 103,3333 103,3333 108,8887 1,000 ,077 ,155
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu ke 9 Duncan
a
Perlakuan k.negatif tempe 400mg k. obat tempe 200mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 3 47,6187 99,4710 101,4710 101,5873 110,0530 124,8680 1,000 ,083 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu ke 0 Duncan
a
Perlakuan tempe 400mg k. obat k.positif tempe 100mg tempe 200mg k.negatif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 47,1797 48,2053 49,2310 50,1900 51,2823 52,3080 ,392
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 3 Duncan
a
Perlakuan k.negatif tempe 200mg k. obat tempe 400mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 2 59,4873 78,7743 78,7743 78,9743 78,9743 81,0257 81,0257 83,0770 83,0770 85,1283 ,010 ,430
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu ke 6 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 2 51,1110 87,7777 96,6667 98,8887 103,3333 108,8887 1,000 ,024
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 9 Duncan
a
Perlakuan k.negatif tempe 400mg k. obat tempe 200mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 2 3 47,6187 99,4710 101,4710 101,5873 110,0530 110,0530 124,8680 1,000 ,083 ,015
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
LDL Descriptives
N minggu ke 0 k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total minggu ke 3 k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total minggu ke 6 k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total minggu ke 9 k.negatif k.positif k. obat tempe 100mg tempe 200mg tempe 400mg Total
3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18
Mean Std. Deviation Std. Error 33,3330 6,13802 3,54378 39,0240 11,17690 6,45299 40,6500 6,13802 3,54378 43,0893 7,45181 4,30231 44,7150 5,07718 2,93131 42,2760 3,72563 2,15100 40,5146 7,00628 1,65140 27,6420 3,72563 2,15100 99,1870 5,07718 2,93131 89,4310 11,52626 6,65469 93,4960 9,85710 5,69100 99,1870 3,72563 2,15100 95,9350 5,07718 2,93131 84,1463 26,91727 6,34446 26,9840 4,95589 2,86128 137,3013 8,36180 4,82769 100,7937 9,91289 5,72321 119,0477 8,58426 4,95613 112,6987 8,36180 4,82769 107,9367 9,91289 5,72321 100,7937 36,61336 8,62985 29,3650 4,95589 2,86128 184,1267 8,36180 4,82769 97,6190 7,14300 4,12401 136,5077 9,62270 5,55567 98,4127 4,95645 2,86161 99,2063 5,99205 3,45951 107,5396 48,38486 11,40442
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 18,0853 48,5807 26,83 39,02 11,2590 66,7890 26,83 48,78 25,4023 55,8977 34,15 46,34 24,5780 61,6007 36,59 51,22 32,1026 57,3274 39,02 48,78 33,0210 51,5310 39,02 46,34 37,0304 43,9987 26,83 51,22 18,3870 36,8970 24,39 31,71 86,5746 111,7994 95,12 104,88 60,7982 118,0638 80,49 102,44 69,0096 117,9824 82,93 102,44 89,9320 108,4420 95,12 102,44 83,3226 108,5474 90,24 100,00 70,7607 97,5320 24,39 104,88 14,6729 39,2951 21,43 30,95 116,5295 158,0732 128,57 145,24 76,1687 125,4187 92,86 111,91 97,7232 140,3722 111,91 128,57 91,9268 133,4705 104,76 121,43 83,3117 132,5617 100,00 119,05 82,5863 119,0011 21,43 145,24 17,0539 41,6761 23,81 33,33 163,3548 204,8985 176,19 192,86 79,8748 115,3632 90,48 104,76 112,6036 160,4118 126,19 145,24 86,1002 110,7252 92,86 102,38 84,3213 114,0914 92,86 104,76 83,4783 131,6008 23,81 192,86
ANOVA
minggu ke 0
minggu ke 3
minggu ke 6
minggu ke 9
Sum of Squares Between Groups243,572 Within Groups 590,923 Total 834,495 Between Groups 11698,499 Within Groups 618,667 Total 12317,166 Between Groups 21919,910 Within Groups 869,241 Total 22789,151 Between Groups 39201,475 Within Groups 597,141 Total 39798,615
df 5 12 17 5 12 17 5 12 17 5 12 17
Mean Square 48,714 49,244
F ,989
Sig. ,464
2339,700 51,556
45,382
,000
4383,982 72,437
60,522
,000
7840,295 49,762
157,557
,000
minggu ke 0 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k.positif k. obat tempe 400mg tempe 100mg tempe 200mg Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 33,3330 39,0240 40,6500 42,2760 43,0893 44,7150 ,098
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 3 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 100mg tempe 400mg k.positif tempe 200mg Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 27,6420 89,4310 93,4960 95,9350 99,1870 99,1870 1,000 ,154
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 6 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 400mg tempe 200mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
1 26,9840
Subset for alpha = .05 2 3 100,7937 107,9367 112,6987
1,000
4
107,9367 112,6987 119,0477
,128
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
,154
137,3013 1,000
minggu ke 9 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 200mg tempe 400mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
1 29,3650
Subset for alpha = .05 2 3 97,6190 98,4127 99,2063 136,5077
1,000
,798
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
minggu ke 0 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k.positif k. obat tempe 400mg tempe 100mg tempe 200mg Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 33,3330 39,0240 40,6500 42,2760 43,0893 44,7150 ,098
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 3 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 100mg tempe 400mg k.positif tempe 200mg Sig.
N 3 3 3 3 3 3
4
Subset for alpha = .01 1 2 27,6420 89,4310 93,4960 95,9350 99,1870 99,1870 1,000 ,154
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
1,000
184,1267 1,000
minggu ke 6 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 400mg tempe 200mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 2 3 26,9840 100,7937 107,9367 112,6987 119,0477 119,0477 137,3013 1,000 ,031 ,022
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. minggu ke 9 Duncan
a
Perlakuan k.negatif k. obat tempe 200mg tempe 400mg tempe 100mg k.positif Sig.
N 3 3 3 3 3 3
1 29,3650
Subset for alpha = .01 2 3
4
97,6190 98,4127 99,2063 136,5077 1,000
,798
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
1,000
184,1267 1,000
HDL Descriptives
N Minggu ke-0k.negatif k. positif k.obat tempe100 tempe200 tempe400 Total Minggu ke-3k.negatif k. positif k.obat tempe100 tempe200 tempe400 Total Minggu ke-6k.negatif k. positif k.obat tempe100 tempe200 tempe400 Total Minggu ke-9k.negatif k. positif k.obat tempe100 tempe200 tempe400 Total
3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18
Mean 28,3687 32,6243 39,7167 41,1350 38,2980 40,4257 36,7614 34,0740 41,4813 45,1853 45,1853 45,9260 46,6667 43,0864 30,1753 39,2983 44,2107 42,8070 45,6143 45,6140 41,2866 32,9823 35,7893 50,5263 37,8947 54,7370 56,1403 44,6783
95% Confidence Interval for Mean Std. DeviationStd. Error Lower BoundUpper Bound Minimum Maximum 4,42922 2,55721 17,3659 39,3715 23,40 31,92 7,47229 4,31413 14,0621 51,1865 25,53 40,43 5,35436 3,09134 26,4157 53,0176 34,04 44,68 5,35482 3,09161 27,8329 54,4371 36,17 46,81 4,25500 2,45663 27,7280 48,8680 34,04 42,55 4,25550 2,45691 29,8544 50,9969 36,17 44,68 6,56027 1,54627 33,4990 40,0237 23,40 46,81 5,59244 3,22880 20,1816 47,9664 28,89 40,00 3,39416 1,95962 33,0498 49,9129 37,78 44,44 4,62602 2,67084 33,6937 56,6770 40,00 48,89 6,78887 3,91955 28,3209 62,0498 37,78 51,11 3,39471 1,95993 37,4931 54,3589 42,22 48,89 4,44450 2,56603 35,6259 57,7074 42,22 51,11 6,05660 1,42755 40,0746 46,0983 28,89 51,11 4,38247 2,53022 19,2887 41,0620 25,26 33,68 5,29846 3,05907 26,1362 52,4604 33,68 44,21 7,59079 4,38255 25,3541 63,0672 37,90 52,63 6,76720 3,90704 25,9963 59,6177 37,90 50,53 6,43186 3,71344 29,6367 61,5920 40,00 52,63 4,38231 2,53013 34,7277 56,5003 42,11 50,53 7,47439 1,76173 37,5697 45,0035 25,26 52,63 5,29846 3,05907 19,8202 46,1444 27,37 37,90 4,21050 2,43093 25,3299 46,2488 31,58 40,00 6,31550 3,64626 34,8378 66,2149 44,21 56,84 4,21050 2,43093 27,4352 48,3541 33,68 42,11 5,57025 3,21599 40,8997 68,5743 50,53 61,05 6,43186 3,71344 40,1627 72,1180 50,53 63,16 10,67535 2,51620 39,3696 49,9871 27,37 63,16
ANOVA
Minggu ke-0
Minggu ke-3
Minggu ke-6
Minggu ke-9
Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 393,610 338,021 731,631 340,477 283,124 623,601 527,193 422,537 949,729 1585,747 351,625 1937,371
df 5 12 17 5 12 17 5 12 17 5 12 17
Mean Square 78,722 28,168
F 2,795
Sig. ,067
68,095 23,594
2,886
,062
105,439 35,211
2,994
,055
317,149 29,302
10,823
,000
Minggu ke-0 Duncan
a
perlakuan k.negatif k. positif tempe200 k.obat tempe400 tempe100 Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 28,3687 32,6243 32,6243 38,2980 39,7167 40,4257 41,1350 ,345 ,098
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. Minggu ke-3 Duncan
a
perlakuan k.negatif k. positif tempe100 k.obat tempe200 tempe400 Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 34,0740 41,4813 41,4813 45,1853 45,1853 45,9260 46,6667 ,086 ,255
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. Minggu ke-6 Duncan
a
perlakuan k.negatif k. positif tempe100 k.obat tempe400 tempe200 Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 30,1753 39,2983 39,2983 42,8070 44,2107 45,6140 45,6143 ,084 ,256
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Minggu ke-9 Duncan
a
perlakuan k.negatif k. positif tempe100 k.obat tempe200 tempe400 Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 32,9823 35,7893 37,8947 50,5263 54,7370 56,1403 ,311 ,250
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Minggu ke-0 Duncan
a
perlakuan k.negatif k. positif tempe200 k.obat tempe400 tempe100 Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 28,3687 32,6243 38,2980 39,7167 40,4257 41,1350 ,021
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. Minggu ke-3 a
Duncan
perlakuan k.negatif k. positif tempe100 k.obat tempe200 tempe400 Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 34,0740 41,4813 45,1853 45,1853 45,9260 46,6667 ,014
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Minggu ke-6 Duncan
a
perlakuan k.negatif k. positif tempe100 k.obat tempe400 tempe200 Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 30,1753 39,2983 42,8070 44,2107 45,6140 45,6143 ,014
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000. Minggu ke-9 Duncan
a
perlakuan k.negatif k. positif tempe100 k.obat tempe200 tempe400 Sig.
N 3 3 3 3 3 3
Subset for alpha = .01 1 2 3 32,9823 35,7893 37,8947 37,8947 50,5263 50,5263 54,7370 56,1403 ,311 ,014 ,250
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.