UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK METANOL LABU SIAM (Sechium edule Jacq. Swartz) PADA KELINCI JANTAN (Oryctolagus cuniculus) Alifia Stanny1), Widysusanti Abdulkadir2), Hamsidar Hasan3) Program Studi S1 Farmasi FIKK UNG Gorontalo, 96115 Email:
[email protected] ABSTRAK Diuretik adalah senyawa yang dapat meningkatkan kecepatan pembentukan dan pengeluaran volume urin. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek diuretik ekstrak metanol labu siam (Sechium edule Jacq.Swartz) pada kelinci jantan (Oryctolagus cuniculus). Labu siam (Sechium edule Jacq.Swartz) diekstraksi dengan metode maserasi dan pelarut metanol. Hewan uji yang digunakan sebanyak 15 ekor kelinci jantan dan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I diberi suspensi ekstrak metanol labu siam 15%, kelompok II konsentrasi ekstrak metanol labu siam 10% b/v, kelompok III konsentrasi ekstrak metanol labu siam 5% b/v, kelompok IV kontrol positif diberi suspensi hidroklortiazid 0,0175% b/v dan kelompok V kontrol negatif diberi suspensi NaCMC 1% b/v. Diukur volume urin kelinci pada menit ke- 15, 30, 45, 60, 75 dan 90. Data dianalisis dengan analisis ANOVA. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa ekstrak metanol labu siam (Sechium edule Jacq.Swartz) memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan volume urin. Kelompok II yang diberikan ekstrak metanol labu siam 10% menunjukkan peningkatan volume urin yang optimal dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain. Kata Kunci : Diuretik, Ekstrak Metanol Labu Siam, Volume Urin
*)Dr. Widysusanti Abdulkadir, M.Si.,Apt, Hamsidar Hasan, S.Si.,M.Si.,Apt 56
PENDAHULUAN Setiap hari semua makhluk hidup perlu melakukan pengaturan keseimbangan air, elektrolit dan asam basa.. Jika seseorang mengalami kelebihan hidrasi, maka dapat terjadi pengenceran hidrasi dan penumpukan cairan dalam tubuh (udem) (Corwin, 2009). Salah satu obat yang dapat membantu pengeluaran zat-zat di dalam tubuh adalah diuretik. Diuretik atau penyekat beta sering diberikan sebagai terapi hipertensi basis pertama. Terapi diuretik dosis rendah aman dan efektif untuk menghindarkan stroke, infark miokard, gagal jantung kongestif dan mortalitas. Diuretik juga dapat meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun (Suci, 2012). Saat ini, terapi herbal sedang populer di kalangan masyarakat karena dinilai sebagai pengobatan yang mempunyai efek samping sedikit, murah dan mudah didapat (Markus, 2010). Labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz) merupakan tanaman dari famili Cucurbitaceae yang dikenal oleh kebanyakan orang sebagai sayuran. Namun, sejak lama bagian-bagian tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit batu ginjal, arteriosclerosis dan tekanan darah tinggi. Selain itu, dalam pengobatan tradisional buah labu siam juga digunakan sebagai obat penurun panas. Beberapa penelitian menyebutkan labu siam memiliki khasiat sebagai antioksidan, antimikroba, antikolesterol,
antidiabetes dan juga diuretik (Bunga, 2012). Hasil skrinning fitokimia yang dilakukan oleh Soerya dkk, (2005:26-31) ekstrak etanol buah labu siam mengandung alkaloid, saponin, kardenollin atau bufadienol dan flavanoid. Sedangkan hasil analisis KLT ekstrak etanol buah labu siam mengandung alkaloid, saponin, kardenolin atau bufadinenol dan flavanoid. Penelitian yang dilakukan oleh Consolacion Y. Ragasa dkk (2005:251-255) dan Riris Ariani dkk (2014:67-72) mengenai uji efektivitas ekstrak etanol kulit labu siam yang diujikan pada tikus menunjukkan adanya efek diuretik. Sama seperti penelitian oleh Mohamad Adil dan Garima Mishra (2013:109-131), diperoleh hasil bahwa famili Cucurbitaceae termasuk labu siam mempunyai aktivitas diuretik setelah diuji pada tikus albino. Hal tersebut dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Dire (2009:43-48) yang menyebutkan bahwa labu siam memiliki potensi mengubah jumlah senyawa elektrolit dan non elektrolit dalam darah. Berdasarkan penelitianpenelitian sebelumnya, maka akan dilakukan penelitian tentang uji efek diuretik ekstrak metanol labu siam (Sechium edule Jacq.Swartz) pada kelinci jantan (Oryctolagus cuniculus). METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu bejana maserasi (Pyrex), blender, gelas ukur (Pyrex), kandang hewan coba, dan tempat penampung urin.
57
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu aquadest, hidroklortiazid, metanol, Na CMC 1%. Persiapan Sampel Buah labu siam segar sebanyak 40 buah disortasi dari kotoran seperti daun, batang atau tanaman lain. Setelah itu sampel dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dicuci dengan air yang mengalir. Selanjutnya, sampel buah labu siam dirajang tipis-tipis dan dikeringkan di bawah sinar matahari langsung. Kemudian buah labu siam yang telah dikeringkan tersebut disortasi kering lalu dihaluskan menggunakan blender dan diayak sehingga didapatkan dalam bentuk simplisia serbuk. Pembuatan Ekstrak Metanol Labu Siam Pembuatan ekstrak metanol labu siam dilakukan dengan metode maserasi yaitu sebanyak 500 g serbuk buah labu siam ditimbang dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi. Ditambahkan 2700 mL metanol sampai sampel terendam sempurna. Kemudian bejana maserasi ditutup rapat agar semua serbuk tersari sempurna selama 3 hari. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur kamar (15̊ C-20̊ C) selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut melarut sempurna. Campuran serbuk dan pelarut diaduk setiap saat selama 24 jam. Kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil saringan yang diperoleh lalu dipisahkan antara filtrat dan residu. Dimana filtrat ditempatkan pada wadah sebagai filtrat 1 dan residu
dimaserasi kembali dengan pelarut baru sampai pelarut tidak berubah warna. Filtrat yang didapat kemudian dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotary evaporator sampai terbentuk ekstrak kental. Ekstrak lalu dibuat dalam konsentrasi 5% b/v, 10% b/v dan 15% b/v. Pembuatan Suspensi Na-CMC 1% b/v Na CMC sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan sedikit demi sedikit 100 mL air panas (suhu 70̊ C). Digerus hingga membentuk koloid yang kental. Pembuatan Suspensi HCT 0,0175% b/v Tablet hidroklortizaid 50 mg digerus dan ditimbang sebanyak 30 mg untuk mendapatkan konsentrasi 0,0175% b/v. Selanjutnya dimasukkan ke dalam lumpang lalu ditambahkan sedikit demi sedikit larutan koloidal Na CMC 1% b/v sambil digerus hingga homogen. Setelah itu dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicukupkan volumenya sampai 100 ml. Pembagian Kelompok Hewan Uji Hewan uji dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor dengan berat 1-1,5 kg. sebelum diberi perlakuan, semua kelinci dipuasakan selama 8 jam. KP1 : Suspensi ekstrak metanol labu siam 15% b/v KP2 : Suspensi ekstrak metanol labu siam 10% b/v KP3 : Suspensi ekstrak metanol labu siam 5% b/v KP4 : Suspensi Hidroklortiazid (kontrol positif)
58
KP5 : Suspensi Na-CMC 1% (kontrol negatif). Analisis Data Data yang diperoleh dengan menggunakan
ANOVA (Analysis of Varians) dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Differeence).
dianalisis One-Way
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Volume urin diukur pada menit ke-15, 30, 45, 60, 75 dan 90. Data yang terkumpul merupakan data volume urin kumulatif tiap waktu (ml). Rata-rata volume urin peningkatan kumulatif volume urin tiap waktu dapat dilihat pada tabel 3.
Selain itu, Grafik 4.1 menunjukkan data volume urin kumulatif menggabarkan adanya peningkatan volume urin secara keseluruhan selama waktu pengamatan.
Untuk melihat perbedaan yang signifikan dari kelima kelompok maka dilakukan uji One-Way ANOVA (Analysis of Varians) dengan taraf kepercayaan 99.
Kemudian dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) perbedaan volume urin rata-rata antar perlakuan.
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengethui efek diuretik ekstrak metanol labu siam pada kelinci jantan dengan pembanding hidroklortiazid 0,0175% b/v sebagai kontrol positif dan Na-CMC 1% sebagai kontrol negatif. Volume urin kelinci diukur pada menit ke- 15, 30, 45, 60, 75 dan 90.
Bedasarkan tabel 3, pada 15 menit awal, tidak terdapat perbedaan volume urin untuk setiap kelompok perlakan. Perbedaan volume urin terlihat setalah 30 menit, terutama pada kelompok kontrol positif. Menurut Ganiswara, hidroklortiazid mempunyai masa kerja awal yang cepat yaitu 1-2 jam, sehingga terjadi peningkatan volume urin. Begitupun
59
pada kelompk perlakuan ekstrak metanol labu siam yang mulai mempengaruhi penngkatan aktivitas diuretik. Diantara kelima kelompok perlakuan , KP5 menghasilkan volume urin paling sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa Na-CMC tidak memiliki zat aktif yan dapat meningkatkan volume urin. Pada KP4 perlakuan yang diberikan hidroklortizaid menunjukkan volume urin yang paling baik. Ini disebabkan hidroklortiazid merupakan diuretik yang bekerja dengan cara menhambat reabsorpsi natrium dan air di tubulus sehingga menyebabkan diuresis (Departemen Farmakologi dan Terapi, 2007) Peningkatan volume urin pada kelompok I, II dan III (ekstrak metanol labu siam 15%, 10%, 5% b/v) terjadi karena ekstrak metanol labu siam mengandung flavanoid (Soerya, 2005:26-31). Peningkatan volume urin yang paling besar ditunjukkan oleh kelompok I yang diberikan ekstrak metanol labu siam 15%. Dimana rata-rata peningkatan volume urin tiap 15 menitnya sebesar 6-7 ml. Angka tersebut telah mencapai nilai maksimum dari range volume urin diuresis kelinci. Peningkatan volume urin yang melebihi range diuresis dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, seperti kekurangan elektrolit dan aktivitas neurohormonal (Latuconsina, 2014: 176-181). Sedangkan peningkatan yang paling optimal berdasarkan peningkatan volume urin adalah kelompok II yang diberi ekstrak metanol labu siam 10%. Karena berdasarkan peningkatan volume
urin yang dikeluarkan tiap 15 menitnya, kelompok II mempunyai rata-rata peningkatan volume urin sebesar 5-6 ml/15 menit. Dimana angka tersebut masih termasuk dalam range diuresis kelinci yaitu 0,66-6,8 ml/15 menit (Bendtsen, 1999: 565-569). Menurut Iriany (2014), peningkatan volume urin pada ekstrak metanol labu siam diduga karena adanya senyawa flavanoid. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2013) yang menyatakan bahwa flavanoid diduga mempunyai efek sebagai diuretik. Dimana mekanisme kerja flavanoid sebagai diuretik yaitu melalui peningkatan laju glomerolus dan penghambatan reabsorbsi Na+,K+ dan Cl- sehingga terjadi peningkatan elektrolit di tubulus yang menyebabkan diuresis (Sondang, 2014: 287-293). Data yang didapat kemudian di uji dengan menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 99%. Pada uji statistik ANOVA ini, dilakukan uji F untuk melihat pengaruh yang signifikan dari perlakuan yang diberikan pada hewan uji. Berdasarkan uji F, diperoleh bahwa ada pengaruh yang signifikan (yang bermakna) dari perlakuan yang diberikan terhadap hewan uji (F=0,000 dimana F< α 0,01). Hal itu berarti bahwa rata-rata pemberian ekstrak metanol labu siam dapat meningkatkan volume urin. Selanjutnya dilakukan uji Posthoc dengan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui secara lebih detail kelompok yang mempunyai perbedaan yang signifikan.
60
Berdasarkan pengolahan data, didapatkan hasil dari jenis perlakuan yang diberikan, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok yang diberikan Na-CMC dengan kelompok yang diberikan ekstrak 15% dan 10% serta tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang diberikan HCT dan ekstrak 10%. Pemberian ekstrak metanol labu siam 15%, 10% dan 5% menunjukkan adanya peningkatan volume urin pada hewan uji selama 90 menit. Hal itu berarti bahwa ekstrak metanol labu siam mempunyai efek diuretic.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol labu siam (Sechium edule Jacq.Swartz) mempunyai efek diuretik pada kelinci jantan (Orytolagus cuniculus) Dan berdasarkan peningkatan volume urin, ekstrak metanol labu siam (Sechium edule Jacq.Swartz) yang paling optimal sebagai diuretik pada kelinci jantan (Orytolagus cuniculus) adalah ekstrak metanol labu siam 10% b/v dengan persentasi peningkatan volume urin sebesar 46,76%.
DAFTAR PUSTAKA Adil, M., Mishra, G. 2013. Ethnobotany and Diuretic activity of Some Selected Indian Plants: A scientific Review. ISSN vol (2) : 109-121.
Terapi Edisi 5. Balai Penerbit Buku FKUI: Jakarta.
Bendtsen, P., Jones, A.W. 1999. Impact of Water-Induceed Diuresis on Excretion Profiles of Ethanol, Urinary Creatinine and Urinary Osmolality. Journal of Analytical Toxicology Vol. 23: 565-569. Bunga, O.P. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Labu Siam (Srchium edule) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi. Universitas Diponegoro: Semarang Corwin, J.E. 2009. Buku Saku Patofisologi. EGC: Jakarta.
Dicker et al. 2000. The Mechanism of Water Diuresis in Normal Rats and Rabbits as Analysed by Inulin. Journal of Department Pharmacology. Bristol. Dire, G.F. at All. 2009. Evaluation of The biological Effects of a Chayote Extacts: An Experimental Analysis on Wistar Rats. New York Sciene Journal: 43-48. Gordon EA, Guppy, L.J., Nelson, M. 2000. The Antihypertensive Effects of the Jamaican ChoCho (Sechium edule). West Indian Med Journal: 27-31 Harkness, J.E et al. 2013. Biology and Medicine of Rabbits and Rodents Fifth Edition. American College of Laboratory Animal Medicine: USA.
Departemen Farmakologi dan Terapi FKUI. 2007. Farmakologi dan 61
Harris, I. 1994. The Laboratory Rabbit. Anzccart Artikel Vol.7 No.4 Iriany, R. dkk. 2014. Uji Efektivias Ekstrak Etanol Kulit Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq.Swartz) Sebagai Diuretik Pada Tikus Jantan Galur Wistar. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol (3) No.2:67-72. Latuconsina, N.H., Fatimawati., Citraningtyas, G. 2014. Uji Efektivitas Diuretik Ekstak Etanol Biji Salak (Salacca zalacca varietas zalacca (gaert). Voss) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus novergicus). Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat Vol. 3 No. 3: 176-181. Ragasa, C.Y. et al. 2014. Chemical Constituents of Sechium edule Jacq,Swartz. Pharma Chemica Journal Vol (5): 251-255. Soerya, D. dk. 2005. Skrinning Fitokimia dan Analisis KLT Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz) dalam Esktrak Etanol. Biofarmasi Jurnal Vol (3): 2731. Sondang, I dkk. 2014. Uji Efek Etanol Patikan Kebo (Euphorbia hirta Linn.) Sebagai Diuretik Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus novergicus sp.). Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat Vol.3 No.3: 287-293.
62