SKRINING FITOKIMIA DAN PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERTA KANDUNGAN TOTAL FENOL EKSTRAK BUAH LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Kurratul Aini, Betty Lukiati, Balqis Program Studi Biologi, FMIPA e-mail:
[email protected] Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Indonesia
ABSTRACT: This research aims to find out; (1) the content of active substances, (2) testing antioxidant activity, and (3) knowing the content of total phenols of the fruit chayote extracts. The content of the active compound of chayote extract may be known through phytochemical screening by using specific reagents. Testing of antioxidant activity is carried out by spectrophotometry method at 517 nm wavelength using a difenilpikril hidrazil (DPPH) as free radicals. Total phenol content of fruit extracts chayote is carried out by spectrophotometry method at a wavelength of 360 nm by using sulfanilat acid reagents. The results showed that the extract of the fruit of chayote contains alkaloids, phenolics and flavonoids, but not detected to contain the compounds these terpenoids. Antioxidant activities of ethanol extracts of the fruit of chayote with IC50 values of weak 191,554% µg/mL, and total phenol which is very low, amounted to 0.78%. Keywords: screening of phytochemicals, antioxidant activity, total phenols, chayote ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) kandungan senyawa aktif, (2) melakukan uji aktivitas antioksidan, dan (3) mengetahui kandungan total fenol dalam ekstrak buah labu siam. Kandungan senyawa aktif ekstrak labu siam dapat diketahui melalui skrining fitokimia dengan menggunakan reagen tertentu. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 517 nm dengan menggunakan difenilpikril hidrazil (DPPH) sebagai radikal bebas. Kandungan total fenol ekstrak buah labu siam dilakukan dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 360 nm dengan menggunakan reagen asam sulfanilat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah labu siam mengandung senyawa alkaloid, fenol, dan flavonoid, tetapi tidak terdeteksi mengandung senyawa golongan terpenoid. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah labu siam lemah dengan nilai IC50 sebesar 191,554 µg/mL, serta total fenol yang sangat rendah, yakni sebesar 0,78%. Kata kunci: skrining fitokimia, aktivitas antioksidan, total fenol, labu siam
PENDAHULUAN Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas. Radikal bebas bersifat sangat reaktif dan mampu mengoksidasi senyawa biologi seperti karbohidrat, DNA, lipid dan protein. Antioksidan dibedakan menjadi antioksidan sintetik dan antioksidan alami berdasarkan sumber perolehannya (Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan antioksidan sintetik tidak aman bagi kesehatan, karena dapat bersifat karsinogenik (Ho dalam Tran, 2013). Antioksidan alami yang dapat diperoleh dari buah dan sayur saat ini banyak
digunakan sebagai alternatif pengganti antioksidan sintetik. Buah labu siam merupakan salah satu contoh yang oleh masyarakat saat ini banyak digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk penyakit diabetes Maity et al., (2010). Buah labu siam ini berpotensi sebagai antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) kandungan senyawa aktif, (2) melakukan uji aktivitas antioksidan, dan (3) mengetahui kandungan total fenol dalam ekstrak buah labu siam. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan skrining fitokimia dan menghitung persentase peredaman DPPH oleh ekstrak buah labu siam serta menghitung kandungan total fenol ekstrak buah labu siam. Perhitungan persentase peredaman selanjutnya akan dianilisis dengan persamaan regresi linear sederhana untuk menentukan nilai IC50. 1. Skrining Fitokimia Skrining fitokimia meliputi uji alkaloid, uji fenol, uji flavonoid, dan uji terpenoid dengan menggunakan reagen tertentu. a. Uji Alkaloid Uji alkaloid dilakukan dengan mengambil 1 mL ekstrak buah labu siam, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Beberapa tetes reagen Mayer, Wagner, dan Dragendorff ditambahkan ke dalam tabung yang telah diisi ekstrak buah labu siam. Terbentuknya endapan pada sampel uji menunjukan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid. Endapan putih terbentuk dengan penambahan reagen Mayer, endapan berwarna coklat terbentuk dengan penambahan reagen Wagner dan endapan berwarna jingga terbentuk dengan penambahan reagen Dragendorff. b. Uji Flavonoid Uji flavonoid dilakukan dengan memanaskan 5 mL ekstrak etanol buah labu siam selama lima menit di dalam tabung reaksi, kemudian ditambah beberapa tetes HCl pekat, selanjutnya ditambahkan bubuk Mg secukupnya. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua selama 3 menit. c. Uji polifenol Uji polifenol dilakukan dengan mengambil ekstrak segar buah labu siam sebanyak 1 mL direaksikan dengan larutan FeCl3 1%, jika terjadi warna hijau, merah, ungu, biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan menunjukkan adanya senyawa fenol. d. Uji terpenoid Uji terpenoid dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard. Ekstrak buah labu siam dilarutkan dengan 0,5 mL etanol, kemudian ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrat, selanjutnya ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya larutan hijau biru menunjukkan adanya triterpenoid. 2. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH Kristal DPPH sebanyak 4 mg dilarutkan dalam etanol sampai dengan 100 ml sebagai standart dengan konsentrasi 40 µg/ml. Larutan standart dijaga pada suhu 250 C dan terlindung dari cahaya, serta segera digunakan. Sampel esktrak buah labu siam dibuat dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 µg/ml, masingmasing sebanyak 300 ml dilarutkan dalam DPPH 40 µg/ml sampai dengan 3 ml.
Sampel diinkubasi selama 30 menit pada suhu 250 C dan dalam keadaan gelap, selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm dengan etanol sebagai larutan blanko. Aktivitas antioksidan dihitung berdasarkan persentase peredaman radikal bebas DPPH oleh senyawa antioksidan. Percobaan tersebut dilakukan secara duplo dengan 3 kali ulangan. Data absorbansi yang diperoleh akan dimasukkan pada tabel pengamatan, sperti Tabel 3.2. Data absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menentukan % peredaman aktivitas antioksidan ekstrak etanol buha labu siam terhadap radikal bebas DPPH. 3. Kandungan total fenol ekstrak labu siam Larutan sampel yang berupa ekstrak labu siam ditambah dengan 1 mL reagen A (campuran asam sulfinat 7,64%, H2SO4 , NaNO2 4,8%, dengan perbandingan 5:1:5), ditambah 0,5 mL reagen B (NaOH 8%). Campuran antara larutan sampel dan reagen diinkubasi pada suhu 100 C selama 30-40 menit, selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofometer UV-Vis pada panjang gelombang 360 nm. Hasil pengukuran sampel dibandingkan dengan fenol sebagai larutan standart. Larutan standart dibuat dengan menggunakan larutan fenol dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 ppm dengan perlakuan yang sama, kemudian diukur absorbansinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Hasil penelitian dari skrining fitokomia ekstrak etanol buah labu siam menunjukkan bahwa labu siam mengandung senyawa golongan alkaloid, fenol, dan flavonoid, tetapi tidak terdeteksi mengandung senyawa golongan terpenoid seperti yang tertera pada tabel 1. Hasil uji terpenoid menunjukkan hasil negatif dengan menggunakan reagen Liebermann-Burchard. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Khandelwal dalam Maity et al. (2013) yang menyebutkan bahwa ekstrak labu siam mengandung senyawa alkaloid, fenol, flavonoid, saponin, karoten, karbohidrat, dan glikosida. Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Labu Siam
No.
Senyawa
1.
Alkaloid
2.
Flavonoid
3.
Polifenol
4.
Terpenoid
Reagen
Keberadaan senyawa
Mayer Wagner Dragendorff Bubuk Mg, HCl pekat FeCl3 1%
+ + + +
LiebermannBurchard
-
+
Keterangan Terbentuk endapan putih Terbentuk endapan coklat Terbentuk endapan jingga Terjadi perubahan warna dari coklat menjadi merah kecoklatan Terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kuning Tidak terjadi perubahan warna menjadi hijau biru pada larutan uji.
Robinson (1995), menyatakan bahwa karoten adalah senyawa yang merupakan golongan tetraterpenoid, sehingga tidak bisa terdeteksi menggunakan reagen Liebermann-Burchard. Reagen Liebermann-Burchard digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpena dengan memberikan reaksi hijau biru. Etanol digunakan sebagai pelarut sehingga kemungkinan besar karotenoid yang
terkandung dalam ekstrak labu siam tidak terekstraksi, oleh karena itu variasi penggunaan pelarut dapat dilakukan untuk memastikan kualitas kandungan ekstrak yang didapatkan. Pengujian senyawa alkaloid dengan menggunakan reagen Mayer, Wagner, dan Dragendorff, menyebabkan reaksi pengendapan karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid mengganti ion iod dalam reagen Mayer, reagen Dragendroff, dan reagen Wagner. Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya endapan jingga terhadap penambahan reagen Dragendroff, hal ini karena nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam. Terbentuknya endapan putih kekuningan pada penambahan reagen Mayer karena nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Marliana dkk, 2005; Sangi dkk., 2008). Endapan coklat yang terbentuk dengan penambahan reagen Wagner disebabkan oleh ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Marlina dkk, 2005). Pengujian polifenol dilakukan dengan melakukan penambahan FeCl3. Perubahan warna terjadi ketika penambahan FeCl3 yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa polifenol. Pada penambahan FeCl3 pada ekstrak uji menghasilkan merah atau warna hijau kehitaman yang menunjukkan bahwa sampel mengandung senyawa polifenol. Warna merah pada uji flavonoid disebabkan terbentuknya garam flavilium (Achmad dalam Marlinda, 2012). Pengujian senyawa terpenoid menunjukkan hasil negatif yang dilakukan dengan menggunakan reagen Liebermann-Burchard tetapi tidak terbentuk warna hijau biru pada larutan uji. Warna hijau biru yang timbul pada uji tersebut disebabkan pembentukan ikatan rangkap terkonjungasi yang terbentuk akibat polimerasi hidrokarbon tak jenuh. Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Buah Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Uji aktivitas antioksidan dilakukan berdasarkan aktivitas penangkapan elektron radikal bebas DPPH yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Peredaman radikal bebas oleh antioksidan terjadi ketika elektron tak berpasangan menjadi berpasangan dengan adanya sebuah donor hidrogen, sehingga membentuk DPPH yang lebih stabil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak labu siam pada larutan DPPH akan menyebabkan pemudaran warna, dari ungu tua menjadi ungu muda. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi reaksi reduksi oksidasi (redoks) antara radikal bebas DPPH dengan antioksidan ekstrak buah labu siam yang menghasilkan produk stabil dan air (H2O). Produk inilah yang dapat mempengaruhi warna menjadi pudar. Aktivitas antioksidan esktrak buah labu siam diperoleh berdasarkan persentase peredaman radikal bebas DPPH oleh esktrak buah labu siam, yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata Nilai abssorbansi dan Persentase Peredaman Radikal Bebas DPPH oleh Esktrak Buah Labu Siam
Konsentrasi esktrak labu siam (µg/ml) 0 10 20 30 40 50
Rerata nilai absorbansi pada panjang gelombang 517 nm
Persentase peredaman
1.5366667 1.3633333
64.9465006
1.3733333
64.2957414
1.3433333
66.248019
1.2733333
70.8033334
1.2233333
74.0571294
Nilai rerata absorbansi dari ekstrak etanol buah labu siam yang diperoleh, kemudian dihitung % peredaman radikal bebasnya. Perhitungan persentase peredaman radikal bebas dapat dihitung menggunakan rumus : × 100%
% peredaman radikal bebas =
Daya peredaman radikal (%)
Hasil perhitungan % peredaman radikal bebas kemudian dibandingkan dengan konsentrasi sampel yang digunakan dengan membuat sebuah grafik. Persamaan regresi linier didapatkan dari grafik yang berisi hubungan antara konsentrasi sampel dengan daya peredaman radikal (%) seperti pada Gambar 1. 25 y = 0.213x + 9.199 R² = 0.876
20 15 10 5 0 0
10
20
30
40
50
60
Konsentrasi ekstrak buah labu siam (µg/ml)
Gambar 1. Hubungan antara Konsentrasi Sampel dengan Daya Peredaman Radikal (%)
Perhitungan yang telah dilakukan terhadap nilai IC50 untuk aktivitas antioksidan buah lau siam, yakni sebesar 191, 554 µg/ml, sehingga aktivitasnya termasuk kategori lemah. Nilai IC50 diperoleh dari suatu persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dan persen penangkapan radikal. Ekstrak labu siam terbukti mengandung senyawa dari golongan fenol, flavonoid, dan alkaloid yang merupakan senyawa yang bersifat sebagai reduktor sehingga dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas. Senyawa fenol digunakan sebagai antioksidan untuk mencegah oksidasi dari asam lemak (Vermerris, 2006). Fungsi polifenol sebagai penangkap dan pengikat radikal bebas dari rusaknya ion – ion logam. Gugus hidroksil
menyebabkan senyawa fenol mampu menangkap radikal bebas. Fenol mengamankan sel dari serangan senyawa oksigen reaktif seperti oksigen singlet, superoksida, radikal peroksida, radikal hidroksil dan peroksinitrit (Sirait, 2007). Reaksi peredaman radikal bebas oleh polifenol. Aktivitas antioksidan senyawa polifenol berkaitan erat dengan struktur rantai samping dan juga substitusi pada cincin aromatiknya. Aktivitas peredaman radikal bebas senyawa polifenol diyakini dipengaruhi oleh jumlah dan posisi hidrogen fenol dalam molekulnya. Aktivitas antioksidan yang lebih tinggi akan dihasilkan pada senyawa fenol yang mempunyai jumlah gugus hidroksil yang lebih banyak pada inti flavonoidnya (Es-Safi, et al, 2007). Flavonoid merupakan senyawa golongan fenol yang berfungsi sebagai pereduksi yang baik dan menghambat banyak reaksi oksidasi secara non enzim. Senyawa flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan dan merupakan donor hidrogen (Robinson, 1995). Flavonoida bersifat sebagai reduktor sehingga dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas. Sifat antioksidan dari flavonoid berasal dari kemampuan untuk mentransfer sebuah elektron ke senyawa radikal bebas (Gupta, et al, 2010, Meng, et al, 2010) dan juga membentuk kompleks dengan logam (Pietta, 2000). Kedua mekanisme itu membuat flavonoid memiliki beberapa efek, diantaranya menghambat peroksidasi lipid, menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas dan menghambat aktivitas beberapa enzim (Shahidi, 1997). Hasil uji total fenol ekstrak labu siam menunjukkan nilai yang sangat rendah, yakni sebesar 0,78 gr per 100 ml. Hasil uji tersebut sangat berkaitan dengan aktivitas antioksidan ekstrak labu siam yang juga ternyata sangat lemah. Senyawa fenol mempunyai kemampuan untuk menyumbangkan hidrogen, maka aktivitas antioksidan senyawa fenol dapat dihasilkan pada reaksi netralisasi radikal bebas yang mengawali proses oksidasi atau pada penghentian reaksi radikal berantai yang terjadi (Es-Safi, et al, 2007). Rendahnya kandungan total fenol dalam ekstrak labu siam ini dapat dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan. Menurut Tursiman, dkk (2012), perbedaan jenis pelarut mempengaruhi hasil ekstrak yang dihasilkan. Fenol terdiri atas bermacam-macam zat yang memiliki kepolaran yang berbeda-beda. Golongan senyawa yang termasuk fenol misalnya flavonoid memiliki ikatan dengan gugus gula sehingga menyebabkan flavonoid bersifat polar, sedangkan senyawa minyak atsiri biasanya cenderung bersifat non polar. Kelarutan senyawa fenol terbanyak tidak selalu terdapat dalam ekstrak polar, tetapi tergantung dari struktur senyawa fenol yang dijumpai (Markham, 1988). Penggunaan pelarut etanol yang bersifat semipolar diduga menyebabkan tidak semua fenol dalam labu siam terekstrak. Aktivitas antioksidan berbanding lurus dengan total fenol, semakin tinggi kandungan fenol dalam suatu bahan semakin tinggi pula aktivitasnya sebagai antioksidan (Huang et all., 2005). Alkaloid mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem sikliknya serta mengandung substituen yang bervariasi seperi gugus amina, amida, fenol, dan metoksi sehingga alkaloid bersifat semipolar. Senyawa alkaloid, terutama indol, memiliki kemampuan untuk menghentikan reaksi rantai radikal bebas secara efisien (Yuhernita dan Juniarti, 2011). Senyawa berbasis nitrogen dari tumbuhan berpotensi menghambat berbagai proses oksidatif. Senyawa radikal turunan dari senyawa amina memiliki tahap terminasi yang sangat lama, dengan demikian
mampu menghentikan reaksi rantai radikal secara efisien (Shukla, et al., 1997). Reaksi peredaman radikal bebas oleh senyawa alkaloid. Uji skrining fitokimia untuk alkaloid yang dilakukan dengan menggunakan tiga reagen, yakni Dragendroff, Mayer, dan Wagner memperlihatkan hasil positif, yakni esktrak labu siam mengandung alkaloid. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak etanol buah labu siam mengandung senyawa aktif yang bersifat sebagai antioksidan berupa fenol, flavonoid, dan alkaloid yang sangat bermanfaat. Komponen alkaloid dalam labu siam mampu memperlancar peredaran darah dan mencegah penyakit stroke, sehingga dapat digunakan untuk terapi herbal, yakni proses penyembuhan dengan menggunakan ramuan berbagai tanaman berkhasiat obat. Terapi herbal saat ini sedang populer di kalangan masyarakat karena dinilai sebagai pengobatan yang mempunyai efek samping sedikit, murah, dan mudah didapat (Utami, 2003). PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal berikut; (1) Hasil skrining fitokimia ekstrak buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) terbukti mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, dan fenol, tetapi tidak terdeteksi mengandung senyawa golongan terpenoid; (2) Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) menunjukkan hasil yang sangat lemah dengan nilai IC50 sebesar 191,554 µg/mL; (3) Kandungan total fenol dalam ekstrak buah labu siam sangat rendah, yakni sebesar 0,78 % dari fenol standart. Saran Berdasarkan pembahasan di atas, maka saran yang diajukan yakni sebagai berikut; (1) Sebaiknya digunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) untuk skrining fitokimia sehingga dapat diperoleh macam kandungan senyawa aktif yang lebih akurat; (2) Pemeriksaan uji kuantitatif alkaloid dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilanjutkan dengan densitometer atau menggunakan High Performance Liquid Cromatography (HPLC) dengan detektor spektrofotometer; (3) Digunakan variasi pelarut dalam proses ekstraksi buah labu siam, seperti menggunakan metanol, n-butanol, dan etil asetat, sehingga didapatkan senyawa yang lebih banyak macamnya. DAFTAR RUJUKAN Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. 1999. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan Diet Supleme. Jakarta: Trubus Agriwidya. hal. 36-40. Es-Safi, N.E., Ghidouche, S. dan Ducrot, P.H. 2007. Flavonoids: hemisynthesis, reactivity, characterization and free radical scavenging activity. Molecule; 12(9): 2228-58. Firdous, S. M., Sravanthi, K., Debnath, R. and Neeraja, K. 2012. Protective Effect Of Ethanolic Extract And Its Ethylacetate And N-Butanol Fractions Of Sechium Edule Fruits Against Carbon Tetrachloride Induced Hepatic Injury In Rats. Int J Pharm Pharm Sci. Vol 4. Issue 1. 354-359. Gupta, V.K. , Kumria, R., Garg, M. and Gupta, M. 2010. Recent Updates on Free Radicals Scavenging Flavonoids: An Overview. Asian Journal of Sciences 9(3); 108-117.
Huang D., Ou B. and Prior R.L. 2005. The chemistry behind antioxidant capacity assays. J. of Agricultural and Food Chemistry. 53:1841-1856. Maity, S., Firdous, S.M. and Debnath, R. 2013. Evaluation Of Antidiabetic Activity Of Ethanolic Extract Of Sechium Edule Fruits In Alloxan-Induced Diabetic Rats. World Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences. Volume 2, Issue 5, 3612-3621. Markham, K.R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB. Marliana, S.D., Suryanti, V. dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. 3 (1): 26-31. Marlinda, M., Sangi, M.S., dan Wuntu, A.D. 2012. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal Mipa Unsrat Online.1 (1) 24-28. Meng, X., Munishkina, L.A., Fink, A.L. and Uversky, V.N. 2010. Effects of Various Flavonoids on the α-Synuclein Fibrillation Process. Hindawi Access to Research Parkinson’s Disease, Volume 2010 (2010), Article ID 650794. Pietta, P.G. 2000. Flavonoids as Antioxidants. J. Nat. Prod. 63 (7), pp 1035–1042. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. Sangi, M. S., Runtuwene, M.R.J., Simbala, H.E.I. and Makang, V.M.A. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog, 1(1):47-53. Shahidi, F. (Ed.), Kadaswarmi, C., Middleton, E. and Shukla, V.K.S. 1997. Natural Antioxidants: Chemistry, Health Effects, and Applications. Illionis: AOCS Press. Shukla, V.K.S, Wanasundara, P.K.J.P.D and Shahidi, F. 1997. “Antioxidant from Oilseeds”. In: F. Shahidi. (Ed), Natural Antioxidants: Chemistry, Health Effects, and Applications. Illionis: AOCS Press. Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: ITB Press. Tran, A. V. 2013. Do BHA and BHT Induce Morphological Changes and DNA Double-Strand Breaks in Schizosaccharomyces pombe?. Scripps Senior Theses. Paper 152. Tursiman, P. A., dan Nofiani, R. 2012. Total Fenol Fraksi Etil Asetat dari Buah Asam Kandis (Garcinia dioica Blume). Jkk. Volume 1 (1), Hal. 45-48. Utami, P. 2003. Tanaman obat untuk mengatasi rematik & asam urat. Depok: Agro Media Pustaka. Vermerris, W. and Nicholson, R.L. 2006. Phenolic Compound Biochemistry. Netherlands: Springer. Yuhernita dan Juniarti. 2011. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak Metanol Daun Surian Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan. Makara, Sain. Vol. 15. No. 1.