1
TINJAUAN UMUM TERHADAP SISTEM PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH DI BANK SYARI’AH (STUDI PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, TBK CABANG MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
DISUSUN OLEH: SARAH AYU DININGTYAS ZAI 050200258
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih serta Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan sebagian syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum jurusan Hukum Keperdataan dengan Program Kekhususan Perdata Dagang di Universitas Sumatera Utara. Adapun Skripsi ini berjudul “Tinjauan Umum Terhadap Sistim Pembiayaan Pemilikan Rumah di Bank Syariah (Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Medan). Pemilihan judul ini didasari oleh rasa ketertarikan penulis tentang sistem pembiayaan yang dilakukan pada bank syariah khususnya masalah pembiayaan rumah pada saat ini. Harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan manfaat bukan hanya pada penulis sendiri, tetapi juga bagi masyarakat umumnya, dan bagi mahasiswa khususnya yang berada di lingkungan pendidikan hukum. Pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan penulisan skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena penulisadalah manusia biasa dan tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan serta masukan dari Bapak dan Ibu Dosen, oleh karena itu sudah sepatutnya Penulis mengucapkan terima kasih yakni kepada:
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
3
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitaas Sumatera Utara. 3. Bapak Syafruddin Sulung Hasibuan, SH. MH. DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitaas Sumatera Utara. 4. Bapak M. Husni, SH, MH, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitaas Sumatera Utara. 5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH. MS, selaku Ketua Jurusan Hukum Keperdataan dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I 6. Ibu Dra. Zakiah, Mpd, selaku Dosen Pembimbing II. 7. Bapak M. Siddik SH, M.Hum, selaku Dosen Wali semasa perkuliahan. 8. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh Staf Pegawai Fakultas Hukum Universitaas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya baik moril maupun materil bagi penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitaas Sumatera Utara yang penuh dengan perjuangan , suka dan duka ini yaitu kepada : 1. Kedua orangtua penulis yang tercinta yaitu Hazania Zai dan Sri Kusdiningsih Wijaya yang telah memberikan segalanya bagi penulis baik dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat melangkah sampai sekarang ini. 2. Adik-adik yang sangat ku cintai Dwi Hasmitha Zai ( belajar yang serius biar cepet tamat juga ya), Tommi Niasri Zai (do the best to reach your dream),
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
4
Rayhan Duta Arjuna Zai ( tetep jadi adik kecil yang paling mba iyas sayangi, semoga belajarnya tambah rajin bisa dapat rangking 1, jadi anak yang saleh dan mendapatkan semua yang dicita-citaka 3. Keluarga Besar Bank Muamalat Indonesia yang telah memberikan bantuan kepada penulis mendapatkan data-data mengenai skripsi penulis. 4. Keluarga Besar HMI Komisariat Fakultas Hukum Universitaas Sumatera Utara, Bahagia HMI, Yakin Usaha Sampai. 5. Buat sahabat-sabatku tersayang, Rini Sriwahyuni, Angreni F.D, Irma Latifa Sihite, Nova Yusmira, SH, Syarifa Yana, Febrina Anindha dan Mayasari kisah kita akan terekam menjadi memori terindah dalam hidupku 6. Buat Abangda Maratua Harahap, SH yang telah memberikan semangat serta dukungan hingga skripsi ini bisa terselesaikan, Makasih buat semuanya. 7. Buat teman- teman Pengurus Presidium HMI KOMS Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Ketua (Irfan Hariyanto), Sekum (Putra Halomoan Hsb), Ka. PA (Khoiruddin), Ka. PT/KP (Hendra kocik), Ka. Litbang (Erwin H), Ka. UPP ( K fitri Zakiah), Wasekum PA (M. Zeini ), wasekum PT/KP ( Kukuh Tejo), wasekum Litbang (Sheila miranda), wasekum KPP (Atika Ayu), wasekum UPP (Nina wanda), Wabendum- wabendum kakak (Ahmad Sanry Nasution, Alwan Husni Dalimunthe, Rizki Alisahbana ) 8. Buat Senior-Senior Di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang memberikan bimbingan kepada penulis (B’ Khomaidi, B’ Fikri, B’ Paul, B’ Rey, B’ B’ Jamil, B’ Juned, B’ Wahana, B’ Pai, B’Catur, B’dedi, B’Idris, K’ Rini, K’ Een, K’ Intan, K’ Putri, K’ Desi’, K’ Erni, K’ Ika, K’ Karina, K’ fitri).
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
5
9. Buat alumni yang telah memberikan nasehat serta pembelajaran juga membantu penulis selama menjabat sebagi Bendahara Umum Di HMI Koms FH USU (B’ Syahruzal Yusuf, B’ Hasrul Benny, B’ Edi Poer, B’ Erwin, B’ Bambang, B’ Jojo, B’ Marwan, B’ Mulyadi , B’ Darma, B’Aswin, B’ Juliandi, B’ Julisman, B’ Untung , K’ Yus dan alumni lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 10. Buat Temen-temen seperjuangan STB 05 (ios, izul, dudi, silvi, dian, amel, wesi, tika, bulek, rina, etha, nana dll) 11. Buat adik-adikku di FH USU ( ivan, andy, rahmat, anggi, beby, Alvin, daud, anggi jambi, Miranda, ermel, karin, roni, dewi, sudirman, nanda, Amien, Dirga, Ragil, Bin, reza, Panca dll) Hanya Allah Yang dapat membalas segala kebaikan dan jasa-jasa yang diberikan oleh mereka semua. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atas segala kekurangan yang penulis sadari sepenuhnya terdapat dalam skripsi ini, guna perbaikan dikemudian hari.
Wassalam Medan, 10 Maret 2009 Penulis
(Sarah Ayu Diningtyas Zai)
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... v DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii ABSTRAKSI ............................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah........................................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan........................................................... 8 D. Keaslian Penulisan ............................................................................ 9 E. Tinjauan Kepustakaan ....................................................................... 9 F. Metode Penelitian.............................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 14 BAB II : TINJAUAN UMUM TERHADAP PERBANKAN SYARIAH.. 17 A. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Bank Syariah .................................... 17 B. Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Berdirinya Bank Syariah ..................................................................................... 36 C. Tujuan dan Keistimewaan Bank Syariah............................................ 42 D. Kedudukan Bank Syariah Dalam Bidang Hukum .............................. 46 BAB III : PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH ...................................... 52 A. Pengertian Pembiayaan .................................................................... 52 B. Sistem Pembiayaan di Bank Syariah ................................................. 54 C. Prosedur Pemberian Pembiayaan dan Praktik Pembiayaan di Bank Syariah ................................................................................. 65 Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
7
D. Aspek Hukum Pemberian Pembiayaan di Bank Syariah ................... 79 BAB IV: TINJAUAN UMUM TERHADAP SISTEM PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH DI BANK SYARIAH .......................... 83 A. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia………………………. 83 B. Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah di Bank Muamalat Indonesia ........................................................................................... 93 C. Kelebihan dan Kelemahan Pembiayaan Pemilikan Rumah di Bank Muamalat Indonesia ............................................................. 106 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 111 A. Kesimpulan ....................................................................................... 111 B. Saran ................................................................................................. 112 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
8
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tentang Perbandingan Pembiayaan Musyarakah antara Praktik Klasik dengan Praktik Di Indonesia ............................................... 66 Tabel 2 : Tentang Perbandingan Pembiayaan Mudharabah antara Praktik Klasik Dengan Praktik Di Indonesia ............................................. 68 Tabel 3 : Tentang Perbandingan Pembiayaan Murabahah antara Praktik Klasik Dengan Praktik Di Indonesia ............................................. 71 Tabel 4 : Tentang Tahapan Pelaksanaan Pembiayaan Ijarah .......................... 74 Tabel 5 : Tentang Tahapan Pelaksanaan Pembiayaan Ijarah Muntahiah Bit –Tamlik ................................................................................... 75 Tabel 6 : Tentang Tahapan Pembiayaan Salam dan Salam Paralel ................. 76 Tabel 7 : Tentang Tahapan Pembiayaan Istishna dan Istishna Pararel ............ 78
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
9
Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah di Bank Syariah (Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Medan) ABSTRAKSI Prof. Dr. Tan Kamello, SH. M.S.∗ Dra. Zakiah M.pd ∗ Sarah Ayu Diningtyas Zai ∗∗ Perbankan Syariah merupakan solusi bagi kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya yang berlandaskan Al-Quran dan As-sunnah. Salah satu bentuknya adalah dengan memberikan pembiayaan dalam bidang perumahan. Dimana pembiayaan untuk perumahan ini dilakukan dengan pembiayaan musyarakah dan ijarah serta ijarah muntahiah bit-tamlik yaitu pembiayaan yang memberikan opsi bagi nasabah untuk membeli barang yang disewanya pada akhir pembiayaan. Skripsi ini membahas permasalah yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem pembiayaan pemilikan rumah pada perbankan syariah, kelebihan dan kelemahan sistem pembiayaan pemilikan rumah di bank syariah serta penyelesaian apabila terjadi sengketa. Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian dengan metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian empiris. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan yang berasal dari buku-buku, situs internet, maupun peraturan perundangundangan yang terkait dengan judul skripsi ini. Selain itu, dilakukan juga penelitian lapangan yaitu dengan melakukan pengamatan dan penelitian yang dianalisis dengan metode kualitatif untuk mendapatkan data-data yang relevan dan terpadu. Dalam pelaksanaannya sistem pembiayaan pemilikan rumah ini dapat kita lihat dengan jenis pembiayaan yang digunakan oleh bank tersebut yaitu pembiayaan konsumtif, yang artinya pembiayaan yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu masih banyak terdapat kelebihan dan kelemahan dari sistem pembiayaan pemilikan rumah di bank syariah tersebut yang masih perlu diperbaiki lagi. Yang apabila terjadi sengketa antara kedua belah pihak yaitu bank dan nasabah dikemudian hari maka perselisihan tersebut dapat diselesaikan melalui Peradilan Agama sebagaimana di atur dalam UU. No. 3 Tahun 2006, maupun melalui lembaga Arbitrase yang dikenal dengan Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI). Key Word : 1. Sistem pembiayaan 2. Pemilikan rumah 3. Bank Syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) ∗ Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ∗∗ Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam Modern: Neorevivalis dan modernis. 1 Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berdasarkan Islam ini tidak lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adanya lembaga perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariat Islam berkaitan erat dengan gagasan terbentuknya suatu sistem ekonomi Islam. Gagasan mengenai konsep Islam awalnya diwujudkan di Mesir pada decade 1960an dan beroperasi sebagai rural-social bank (semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) kemudian mengenai konsep Islam secara Internasional muncul pada sekitar dasawarsa 70-an, ketika pertama kali diselenggarakan konferensi Internasional tentang ekonomi Islam di Makkah pada tahun 1976. 2 Diantara pemikir-pemikir sistem ekonomi Islam tersebut terdapat pola kecenderungan yang berbeda-beda, pada dasarnya terdapat dua kelompok kecenderungan yaitu kecenderungan teoritis, dengan memberikan alternative konsep dan kecenderungan pragmatis dengan mendirikan lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip Islam. Salah satu
1
Antonio, M. Syafi’I, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta, 2000, hal 18. Sumitro,Warkum, Asas-asas perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (Bamui, Takaful dan Pasar Modal Syariah di Indonesia), Ed.Revisi.,Cet.4,PT Raja Grafindo Perdasa, Jakarta, 2004 hal . 1.
2
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
11
diantara kecenderungan kelompok kedua tersebut adalah mendirikan Bank-bank Islam. Lembaga Perbankan Islam mengalami perkembangan yang amat pesat dengan lahirnya Islamic Development Bank (IDB), di Jeddah pada tahun 1975 yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan sosial bagi Negara-negara anggota dan masyarakat muslim pada umumnya. Setelah itu perkembangan Perbankan Syariah disusul oleh Negaranegara lain dunia seperti Dubai Islamic Bank pada tahun (1975), Kuwait Finance House (1977), Islamic Faisal Bank di Mesir dan Sudan (1978), Jordan Islamic Bank for Finance and Invesment, Bahrain Islamic Bank, dan Islamic International Bank for Investment and development. 3 Pesatnya perkembangan lembaga Perbankan Islam ini karena Bank Islam memiliki keistimewaan-keistimewaan. Salah satu keistimewaan yang utama adalah yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada kebersamaan. Orientasi kebersamaan inilah yang menjadikan Bank Islam mampu tampil sebagai alternatif pengganti sistem bunga yang selama ini hukumnya (halal atau haram) masih diragukan oleh masyarakat Muslim. Namun demikian, sebagai lembaga yang keberadaanya lebih baru debandingkan dengan bank-bank konvensional, Bank Islam menghadapi permasalahan-permasalahan, baik yang melekat pada aktivitasnya maupun pelaksanaanya. Berkembangnya Bank-bank Islam dinegara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank Syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian 3
Solihin, Ahmad Ifham, Ini Lho,Bank Syariah !, Cet 1, Hamdalah (PT Grafindo Media Pratama), Jakarta, 2008, hal. 11.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
12
tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Darmawan Rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Aziz, dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut Tamwil-Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti. 4 Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua,Bogor,Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung pada tanggal 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja tang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait dan lahirlah Bank Muamalat Indonesia sebagai hasil kerja dari Tim Perbankan MUI tersebut. Dimana Akta pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistim syariah ini hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistim bagi hasil”, tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini tercermin jelas dari UU No.7 Tahun 1992, dimana pembahasan perbankan
4
Antonio, M. Syafi’I,Op Cit, hal 25.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
13
dengan sistim bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu dan hanya merupakan “sisipan” semata. Perkembangan Perbankan Syariah pada era reformasi di Indonesia ditandai dengan disetujuinya UU No 10 Tahun 1998. Yang mana dalam Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank Syariah.Undang-undang tersebut juga memberiakn arahan kepada Bank Konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut memberikan peluang bagi masyarakat perbankan dimana sejumlah bank mulai memberikan pelatihan kepada
stafnya
dalam
bidang
Perbankan
Syariah.
Semakin
pesatnya
perkembangan Perbankan Syariah maka dibuatlah Undang-Undang yang khusus mengatur tentang Perbankan Syariah yaitu UU No.21 Tahun 2008 , dimana dalam Undang-Undang ini secara lengkap diatur mengenai perbankan syariah. Dalam Pasal 1 angka 1 UU tersebut dituliskan apa yang dimaksud dengan Pebankan Syariah yaitu: “ Segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.” Selain itu dalam Pasal 1 angka 2 UU tersebut juga dijelaskan mengenai pengertian dari Bank yaitu: “ Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.”
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
14
Sedangkan untuk pengertian Bank Syariah diatur pula dalam pasal 1 angka 7 yaitu : “ Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Selain itu dalam UU ini juga dijelaskan mengenai asas, tujuan dan manfaat dari Perbankan Syariah ini yaitu: Mengenai Asas dari Perbankan Syariah diatur dalam Pasal 2 : “ Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Sedangkan untuk tujuan Perbankan Syariah diatur dalam pasal 3: “ Perbakan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka menigkatkan keadilan,kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.” Dan untuk Fungsi dari Perbankan Syariah diatur dalam Pasal 4: (1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat (2) Bank Syariah dan UUS deapat menjalankan fungsi social dalam lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana social lainnya dan menyalurkan kepada organisasi pengelola zakat. (3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
15
(4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagaimana fungsi Bank Syariah di atas salah satunya adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, dimana penyaluran dana kepada masyarakat ini terdiri dari berbagai macam bentuk Produk Bank Syariah diantaranya adalah: 5 1. Produk Pendanaan 2. Produk Pembiayaan 3. Produk Jasa Perbankan; dan 4. Produk Sosial Salah satunya yang menarik perhatian dari penulis adalah Produk Pembiayaan Syariah yang memberikan pembiayaan kepada nasabahnya untuk mendapatkan pembiayaan khususnya dalam pemilikan rumah. Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi manusia sebagai makhluk hidup. Dimana sebagai umat islam yang memegang teguh idealismenya, kita tidak mau terjebak kedalam kredit yang diberikan oleh bank konvensional, yang berujung pada riba. Oleh karena itu sebagai umat islam kita dapat menentukan pilihan kita sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh agama. Oleh karena itu alternatif pemilihan pembiayaan pemilikan rumah syariah adalah hal yang tepat bagi umat islam yang mendambakan memiki rumah sebagai surga di dunia. Dimana dalam Perbankan Syariah diatur yang pada awalnya bank dan nasabah membeli rumah secara bekerjasama dan kemudian nasabah dapat menyewa manfaat atas rumah yang dibeli tersebut. Selanjutnya nasabah membayar kewajiban sewa atas rumah
5
Ascarya,Akad & Produk Bank Syariah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 111
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
16
tersebut dan sekaligus melakukan pembayaran pengambilalihan rumah yang merupakan bagian dari bank secara bertahap dalam jangka waktu yang yang disepakati oleh nasabah dan bank tersebut, dan pada akhirnya saat jatuh tempo sewa kepemilikan rumah telah sepenuhnya menjadi milik nasabah (100%). 6 Berdasarkan pemaparan diatas, perlu dibahas masalah pembiayaan pemilikan rumah di bank syariah, khususnya di PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk. Dimana perlu diketahui Bank Muamalat adalah Bank Umum Syariah yang juga menyediakan fasilitas pembiayaan pemilikan rumah. Dimana nama produk pembiayaan pemilikan rumah di Bank Muamalat Indonesia tersebut adalah Baiti Jannati yang berarti rumahku surgaku. Sehingga untuk membahas mengenai pembiayaan pemilikan rumah ini penulis melihat peraturan-peraturan yang terkait dalam pembiayaan di bank syariah yaitu pada UU. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, UU. No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, UU. No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, Permen No.06/Permen/M/2008, PBI No.7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpun dan Penyalur dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, PBI No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, PBI No. 8/5/PBI/2006 tentang mediasi perbankan, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSNMUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No.08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah, Fatwa Dewan
6
Juklak Bank Muamalat Indonesia
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
17
Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. dan peraturan-peratuaran pendukung lainnya. Jadi berdasarkan pemaran tersebut diatas maka penulis tertarik untuk membahas hal tersebut dan memilih judul skripsi yaitu : “ Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Pada Bank Syariah (Studi pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk) “. B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan sistem pembiayaan pemilikan rumah pada perbankan syariah? 2. Apakah kelebihan dan kelemahan sistem pembiayaan pemilikan rumah di bank syariah? 3. Bagaimana penyelesaiannya apabila terjadi sengketa? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan dari sistem pembiayaan pemilikan rumah di bank syariah. 2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari sistem pembiayaan pemilikan rumah di bank syariah 3. Untuk mengetahui usaha penyelesaian apabila terjadi sengketa. Sedangkan manfaat dari penulisan ini antara lain:
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
18
1. Bagi masyarakat diharapkan dengan tulisan ini dapat menambah wawasan masyarakat khususnya dalam bidang perbankan syariah untuk memperoleh pembiayaan pemilikan rumah di bank syariah. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan ilmu hukum dalam bidang perbankan sehingga dapat menjadi bahanpertimbangan bagi pembinaan hukum dimasa yang akan datang. D. Keaslian Penulisan Penulisan ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari penulis sendiri dengan masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penulisan ini. Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui dilingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan tentang Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah di Bank Syariah (studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk),dan data yang diperoleh dari perpustakaan skripsi dengan judul ini belum pernah ditulis. Dengan demikian,dilihat dari permasalahan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya yang asli. E. Tinjauan Kepustakaan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 7 Pengertian lain dari Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang dan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat 7
Pasal 1 angka 2 UU. No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
19
penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain. 8 Atau bisa juga dikatakan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu ;intas pembayaran dan peredaran uang. 9 Berdasarkan prinsip kerja Bank, Bank itu ada yang berbentuk konvensional dan ada yang berdasarkan prinsip syariah. Bank konvensional berdasarkan sistem bunga, dimana pengertian bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasar pada prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. 10 Pengertian lainnya adalah harga yang harus dibayar oleh nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). 11 Sedangkan Bank yang dengan prinsip syariah berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, yaitu Prinsip Muamalat berdasarkan Syariat Islam dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. 12 Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelebagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 13 Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 14 Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayaai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 8
A bdurrachman.A, Ensiklopedi Ekonomi Keuangan dan Perbankan, Pradya Paramitha, Jakarta, 1980, hal 79. 9 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal 46 10 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 11. 11 Ibid. 12 Pasal 1 ayat (1) PP.No. 72 Tahun 1992. 13 Pasal 1 angka 1 UU. No. 21 Tahun 2008 14 Ibid angka 7. Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
20
Selain itu pengertian Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan atau yang dipersamakan dengan itu berupa: 15 a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa-beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik. c. Transaksi jual beli dalam bemtuk piutang murabahah, salam,dan istisna. d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil. Sedangkan pembiayaan untuk Kepemilikan rumah adalah salah satu Produk Pembiayaan dari Bank syariah yang memberikan pembiayaan kepada nasabahnya untuk bisa mempunyai rumah dengan pembayaran dengan jangka waktu yang sudah disepakati antara bank dan nasabahnya. F. Metode Penelitian Dalam penyusunan skipsi ini, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan atau mencari data-data yang terdapat dalam praktek, metode-metode pengumpulan bahan ini antara lain : 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan dimana penelitian terutama dilakukan untuk meneliti hukum
15
Ibid angka 25.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
21
dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaedah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaedah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat, yang kemudian didukung dengan data-data sekunder yang diperoleh dari buku-buku, hasil-hasil penelitian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya. Disamping itu digunakan juga pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian dilakukan dengan mempelajari hukum sebagai gejala sosial biasa, sama dengan gejala sosial lainnya,yang kemudian didukung dengan data primer yang diperoleh dari wawancara dengan bank yang bersangkutan dan juga pengamatan berdasarkan gejala-gejala yang ada dimasyarakat. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif, artinya bahwa penelitian ini nantinya dapat memberikan data yang seteliti mungkin tentang sistem pembiayaan pemilikan rumah di Bank Syariah. 3. Lokasi Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan, yang beralamatkan di Jalan Balai Kota No. 10 D-E, Medan. 4. Data yang digunakan Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah : a) Data Primer Adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, yakni hasil dan wawancara yang diperoleh dari PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk. b) Data Sekunder Yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari sumber pertama, yang meliputi :
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
22
1) Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan penulisan skripsi. 2) Buku-buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi. 3) Keterangan-keterangan yang berasal dari literature. 4) Dokumen-dokumen yang bersangkutan dengan judul penulisan. 5) Data dan Studi yang diperoleh dari Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan. 5. Metode Pengumpulan Data a. Library Research (Penelitian Pustaka). Penelitian ini dirumuskan mencari bahan-bahan atau data-data untuk keperluan penulisan ini melalui kepustakaan dengan cara membaca, menafsirkan atau mentransfer buku-buku atau literature, bauk berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Keputusan lainnya yang dianggap penting sebagai pendukung dalam pembuatan skripsi ini b. Field Reserch (Penelitian Lapangan) Maksud dari penelitian ini adalah mengadakan penelitian langsung ke lapangan untuk mengetahui sejauh mana teori, pedoman yang telah tersedia dapat diterapkan dilapangan ataupun apakh praktek yang terdapat dilapangan telah sesuai dengan ketentuan yang ada atau terhadap kenyataan yang ada. Misalnya dengan melakukan wawancara ataupun membuat daftar pertanyaan. Adapun wawacara yang dilakukan penulis adalah pada Bank Muamalat Indonesia,Tbk Cabang Medan.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
23
6. Alat Pengumpul Data Data Primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, didapat dengan menggunakan alat-alat pengumpul data sebagai berikut : a. Wawancara Yaitu mengadakan komunikasi langsung secara verbal dengan instansi yang terkait untuk memperoleh infomasi yang diperlukan. b. Pengamatan Yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap perilaku masyarakat yang bersangkutan terkait dengan penulisan skripsi ini. 7. Analisa Data Analisa data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara menerangkan dan menjelaskan semua data yang diterima dan didapat dari sumber-sumber data. Semua data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara dedultif. G. Sistematika Penulisan Suatu penulisan ilmiah perlu dibatasi ruang lingkupnya, agar hasil yang akan diuraikan terarah dan data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan menghindari data yang membias. Untuk
mempermudah
pemahaman
seperti
yang
telah
diuraikan
sebelumnya, maka pembahasan penulisan ini mencakup 5 bab, yaitu : BAB I
:
PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang pengertian dan penegasan judul dan apa yang menjadi latar belakang permasalahan dalam skripsi ini, merumuskan masalah yang menjadi pokok
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
24
pembahasan, memaparkan tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini, keaslian penulisan
dan tinjauan kepustakaan,
metode pengumpulan data serta sistematika penulisan skripsi ini. BAB II
:
TINJAUAN UMUM TERHADAP BANK SYARIAH Dalam bab ini dikemukakan mengenai pengertian dan prinsipprinsip Bank Syariah, Latar belakang dan Dasar pemikiran berdirinya Bank Syariah, tujuan dan keistimewaaan Bank Syariah, Kedudukan Bank Syariah dalam bidang hukum.
BAB III
:
PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH Dalam bab ini dipaparkan tentang pengetian pembiayaan, sistem pembiayaan di Bank Syariah, prosedur pemberian pembiayaan dan praktik pembiayaan di Bank Syariah, dan aspek hukum dalam pembiayaan di Bank Syariah.
BAB IV
:
TINJAUAN UMUM TERHADAP SISTEM PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH DI BANK SYARIAH Dalam bab ini diuraikan tentang sejarah berdirinya bank Muamalat Indonesia, sistim pembiayaan pemilikan rumah di Bank
Muamalat
Indonesia,
kelebihan
dan
kelemahan
pembiayaan rumah di Bank Muamalat Indonesia. BAB V
:
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini berisikan kesimpulan yang dibuat
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
25
berdasarkan uraian skripsi ini, kemudian dilengkapi dengan saran yang mungkin bermanfaat dimasa yang akan datang.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
26
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN SYARIAH A. Pengertian dan Prinsip-prinsip Bank Syariah Lahirnya bank berdasarkan prinsip syariah di Indonesia telah menambah semarak khasanah hukum dan mempertegas visi tentang kehidupan perbankan di Indonesia. Betapa tidak, karena sebagian besar bangsa Indonesia beragama Islam sehingga kehadiran bank berdasarkan syariah yang notabene dilandasi unsurunsur syariat Islam tersebut benar-benar mendapat sambutan yang positif. Bank Syariah yang identik dengan sebutan bank bagi hasil (profit and loss sharing bank). Dariyanto dalam Kamus Bahasa Indonesia memberikan pengertian Bank sebagai berikut: “Bank adalah lembaga atau perusahaan yang menangani perputaran uang dengan sirkulasi bunga tertentu”. Dalam pasal 1 Angka 2 UU No. 10 Tahun 1998 perubahan atas UU.No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan disebutkan : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Ensiklopedi Islam, Bank Syariah adalah lembaga kuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 7
UU.No 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah disebutkan :
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
27
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Yang dimaksud dengan bank umum syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. M.Amin Aziz dalam bukunya Mengembangkan Bank Islam di Indonesia memberikan pemahamannya tentang Bank sebagai berikut : Bank adalah lembaga yang mendapat izin untuk mengerahkan dana masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat berupa pinjaman
sehingga
berfungsi
sebagai
sarana
perantara
bagi
penabung
(depositor,saver,dan investor) yang mengalami surplus dana dengan peminjam (borrower) yang mengalami deficit dana dalam membiayai usaha yang dilakukannya. Dari pengertian diatas, dapat dilihat bahwa bank bertindak sebagai perantara keuangan (financial intermediaries). 16 Operasional Bank Syariah didasarkan pada Prinsip-Prinsip Dasar Perbankan Syariah yaitu : 1. Prinsip Titipan atau simpanan (DEPOSITORY /AL-WADIAH) Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak yang lain, baik individu maupun badan hokum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja sipenitip menghendakinya. 16 17
17
Aziz. M.Amin, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, Bangkit, Jakarta, 1992, hal.1. Antonio, M. Syafi’I, Op.Cit hal.85
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
28
a. Landasan syariah: Al-Qur’an “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan), kepada yang berhak menerimanya…” (An-Nissa’: 58) “… Jika sebagian dari kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dpercaya itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya…” (Al-Baqarah :283) Al-Hadist Abu
Hurairah
meriwayatkan
bahwa
Rasulullah
saw
bersabda,
“Sampaikanlah amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi hadist ini hasan, sedang Imam Hakim mengatakan shahih). 2. BAGI HASIL (PROFIT-SHARING) a. AL-MUSYARAKAH
(PARTNERSHIP,
PROJECT
FINANCING
PARTICIPATION) Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuksuatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/ekspertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risikonakan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 18 1) Landasan Syariah Al-Qur’an “…maka mereka berserikat pada sepertiga…” (an-Nisaa’:12)
18
Ibid, hal 90.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
29
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (Shaad:24) Al-Hadits Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw.bersabda,”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman,’Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya.”(HR Abu Dawud no.2936, dalam Kitab al-buyu, dan Hakim) 2) Jenis-jenis Al-Musyarakah Al-Musyarakah ada dua jenis: a) Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam hal ini kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan tersebut.19 b) Musyarakah akad, tercipta karena kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah, dimana mereka juga sepakat untuk membagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad ini terbagi menjadi: b.1 Syirkah al-‘Inan Syirkah al-/inan adalah kontak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
19
Ibid, hal 91
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
30
kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati diantara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak,baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka. 20 b.2 Syirkah Mufawadhah Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsidari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian yang sama. Dengan demikian, syarat utamanya adalah kesamaan dana, kerja, tanggung jawab, dan beban dibagi oleh masing-masing pihak. 21 b.3 Syirkah A’maal Syirkah A’maal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. b.4 Syirkah Wujuh Syirkah Wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keutungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis ini tidak
20
Dalam Antonio, M. Syafi’I. Wahbahaz-Zuhaili,al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu,Darul-Fikr, Damaskus, 1997,hal. 3881 21 Dalam Antonio, M. Syafi’i. Abu Bakar Ibn Mas’ud al-Kasani, al-Bada’I was-Sana’I fi Tartib ash-Shara’I, Darul Kitab Al-Arabi, Beirut,hal.72 Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
31
memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasarkan pada jaminan tersebut. Karena lazimnya disebut sebagai musyarakah piutang. b.5 Syirkah al-Mudharabah. Dalam perbankan al-musyarakah ini biasanya dipergunakan pada pembiayaan proyek. 3) Manfaat al-musyarakah adalah :22 a) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. b) Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. c) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah. d) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. e) Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. b. AL-MUDHARABAH (TRUST FINANCING, TRUST INVESTMENT) Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepat pada proses seseorang memukul
22
Antonio,M.Syafi’I, Op.Cit, hal.93
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
32
kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Namun apabila kesalahan dilakukan oleh penglola maka pengelola yang harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.23 1) Landasan Syariah Al-Qur’an “…dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT….” (al-Muzzammil: 20) Berjalan dimuka bumi ini maksudnya adalah melakukan perjalanan usaha. Al-Hadits Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikan syarat-syarat tersebutkepada
Rasulullah saw dan Rasulullahpun
memperbolehkannya.”
(HR.Thabrani)
23
Ibid hal.95
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
33
2) Jenis-jenis al-mudharabah: 24 a) Mudharabah Muthlaqah Yang dimaksud dengan transakasi mudharabah muthlaqah adalah kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. b) Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah juga sering disebut dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah dimana mudhrib dibatasi dengan batasan jenis usaha,waktu, dan daerah bisnis. Dalam perbankan al-mudharabah biasanya diterapkan pada produkproduk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, almudharabah diterapkan pada tabungan bejangka seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan deposito biasa. Juga pada deposito special, dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu. Sedangkan pada sisi pembiayaan, al-mudharabah diterapkan pada pembiayaan modal kerja dan investasi khusus. 3) Manfaat al-mudharabah25 a) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. b) Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 24 25
Ibid, hal.97 Ibid, hal 98
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
34
c) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah. d) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. e) Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. 1) Risiko al-mudharabah: 26 a) Side steaming,nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak. b) Lalai dan kesalahan yang disengaja. c) Penyembunyian. c. AL-MUZARA’AH (HARVEST-YIELD PROFIT SHARING) Al-muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada sipenggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. 27 d. AL-MUSAQOH (PLANTATION MANAGEMENT FEE BASED ON CERTAIN PORTION OF YIELD) Al-musaqoh adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana sipenggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman da pemeliharaan. 26 27
Ibid. Dalam Antonio,M. Syafi’i. fiqh Sunnah III, hal.173
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
35
Sebagai Imbalannya si penggarap mendapatkan bagian tertentu dari hasil panen. 28 3. JUAL BELI (SALE AND PURCHASE) a. BAI’ AL-MURABAHAH (DEFFERED PAYMENT SALE) Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’al-murabahah,penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Bai’al-murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembelian. Dalam kitab al-umm, Imam Syafi’I menamai transaksi sejenis ini dengan istilah al-aamir bisy-syira. 29 1) Landasan Syariah Al-Qur’an “…Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (al-Baqarah: 275) Al-Hadits Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampu gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. ” (HR Ibbnu Majah)
28 29
Ahmad Asy- Syarbasyi, al-Mu’jam al-Iqtisad al-Islami, Dar Alamil Kutub, Beirut, 1987 Antonio, M. Syafi’i,Op.Cit, hal 101
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
36
2) Syarat-Syarat Bai’ al-murabahah: 30 a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c) Kontrak harus bebas dari riba. d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalanya pembelian dilakukan secara utang. Dalam kegiatan perbankan murabahah umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestic maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit (L/C). 3) Manfaat Al-murabahah a) Keuntungan yang timbul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual pada nasabah. b) System yang sangat sederhana, sehingga memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. 4) Resiko Al-Murabahah a) Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran. b) Fluktuasi harga komperatif. Ini terjadi apabila harga suatu barang naik setelah Bank membelikannya untuk nasabah. c) Penolakan oleh nasabah. d) Dijual.
30
Ibid, hal 102
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
37
BAI’ AS-SALAM (IN-FRONT PAYMENT SALE) Bai as-salam adalah pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. 31 1) Landasan Syariah Al-Qur’an “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secar tunai untuk
waktu
yang
ditentukan,
hendaklah
kamu
menuliskannya…”
(al-Baqarah: 282). Al-Hadits “ Barangsiapa yang melakukan salam, hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula,untuk jangka waktu yang diketahui.” (Ibnu Abbas) . 2) Rukun Bai’ as-salam : 32 a) Muslam atau pembeli b) Muslam ilaih atau penjual c) Modal atau uang d) Muslam Filhi atau barang e) Sighat atau ucapan b. BAI’ AL-ISTISHNA’ (PURCHASE BY ORDER OR MANUFACTURE) Bai’ al-istisna adalah kontrak penjual antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Dimana kedua belah pihak sepakat atas harga dan sistim pembayarannya apakah
31
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtihad wa Nihayatul Muqtashid, Darul-Qalam, Beirut, 1988 32 Antoni, M. Syafi’i.Op.Cit, hal 109 Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
38
pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu masa yang akan datang. 33 4. SEWA (OPERATIONAL LEASE AND FINANCIAL) a. Al-Ijarah Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. 34 1) Landasan Syariah Al-Qur’an “Dan, jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah: 233) Al-Hadits Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw. Bersabda,”Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR Ibnu Majah) b. Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik (Financial Lease With Purchase Option) Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik adalah sejenis perpadan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa. 35
33
Ibid, hal 113 Ibid, hal 117 35 Ibid, hal 118 34
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
39
Dalam penerapannya pada umunya bank-bank lebih banyak menggunakan AlIjarah Al-Muntahia Bit-Tamlik karena lebih sederhana dalan pembukuannya. Selain itu, bank pun tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan asset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya. Manfaat dari transaksi al-Ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok. Namun ada juga resiko yang mungkin terjadi dalam alijarah seperti nasabah tidak membayar uang cicilannya dengan sengaja, asset ijarah rusak sehingga menimbulkan penambahan biaya pemeliharaan, nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak mau membeli asset tersebut. 5. JASA (FEE-BASED SERVICES) a. Al-Wakalah (Deputyship) Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat, yaitu pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan. 36 1) Landasan Syariah Al-Qur’an “Dan demikianlah kami bangkitkan mereka agar saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkata salah seorang diantara mereka,’Sudah berapa lamakah kamu berada disini ? Mereka Menjawab, ‘ Kita sudah berada disini satu atau setengah hari. ‘ Berkata yang lain lagi, ‘ Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada disini. Maka, suruhlah salah seorang diantara kamu pergi kekota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik dan hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan
36
Ibid, hal 120
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
40
hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menc\eritakan halmu kepada seseorang pun.” (Al-kahfi: 19) Maksudnya salah satu dari mereka menjadi wakil untuk yang lainya. b. Al-Kafalah (Guaranty) Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam
pengertian
lain,
kafalah
juga
berarti
mengalihkan
tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin. 37 1) Landasan Syariah Al-Qur’an “Penyeru-penyeru itu berseru, ‘ kami kehilangan piala raja dan barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh makanan seberat beban unta dan aku menjamin terhadapanya.” (Yusuf: 72) Al-Hadits Telah dihadapakan dihadapan Rasulullah saw. (mayat seorang laki-laki untuk dishalatkan)… Rasulullah bertanya “Apakah dia mempunyai warisan ? Para sahabat menjawab ,”Tidak.” Rasulullah bertanya lagi “Apakah dia mempunyai utang ?” Sahabat menjawab “ ya, sejumlah tiga dinar” Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (Tetapi Rasulullah sendiri tidak ) Abu Qatadah lalu berkata, “ Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah.” MakaRasulullah pun menshalatkan mayat tersebut. (HR Bukhari no.2127, kitab al-hawalah).
37
Dalam Antonio, M.Syafi’i. Abu Bakar Ibnu Mas’ud al-Kasani, al-bada’i was-Sana’I fi Tartib ash-shara’i, Darul al-kitab al-arabi, Beirut, hal 2
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
41
2) Jenis-jenis Al-Kafalah: a) Kafalah bin-Nafs Merupakan akad memberikan jaminan atas diri (personal guarantee). b) Kafalah bil-Maal Merupakan jaminan pembayaran barang atau pelunasan hutang. c) Kafalah bit-Taslim Merupakan jaminan atas pengembalian barang yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir d) Kafalah al-Munjazah Merupakan jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu dan untuk kepentingan/ tujuan tertentu. e) Kafalah al-Muallaqah Adalah bentuk penyederhanaan dari Kafalah al-Munjazah. c. AL-HAWALAH (TANSFER SERVICE) Adalah pengalihan hutang dari orang yang berutang kepada oranglain yang wajib menanggungnya. Atau disebut juga merupakn pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajibanmembayar hutang. 38 Dalam perbankan kontrak hawalah biasanya diterapkan pada beberapa hal-hal barikut: 1) Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan bank menagihnya kepada pihak ketiga itu. 38
Susanto, Burhanuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2008, hal.276 Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
42
2) Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tgih, tanpa membayarkan dulu piutang tersebut. 3) Bill discounting, dimana nasabah harus membayar fee. 39 Manfaat dari al-Hawalah : 40 1) Memungkinkan penyelesaian hutang dan piutang dengan cepat dan simultan. 2) Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan. 3) Dapat
menjadi
salah
satu
fee-based
income/sumber
pendapatan
nonpembiayaan bagi bank syariah. Resiko dari al-Hawalah adalah adanya kecurangan nasabah dengan memberi invoice palsu atau wanprestasi untuk memenuhi kewajiban hawalah ke bank. d. AR-RAHN (MORTAGE) Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Dimana barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.Secara sederhana rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. 41 1) Landasan syariah Al-Qur’an “ jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah secara tidak tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)…” (al-Baqarah: 283).
39
Antoni, M. Syafi’i.Op.Cit, hal 127 Ibid, 41 Susanto Burhanuddin, Op.Cit. hal 278 40
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
43
Al-hadits “Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah membeli makanan dari seseorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi.” (HR Bukhari no.1926, kitab alBuyu, dan Muslim) Dalam kegiatan perbankan rahn dipakai dalam dua hal : a) Sebagai Produk Pelengkap maksudnya sebagai akad tambahan (jaminan) terhadap produk lain sepeti dalam pembiayaan
bai al-murabahah. Bank dapat menahan barang nasabah
sebagai konsekuensi akad tersebut. b) Sebagai Produk tersendiri Sebagai alternative bagi pegadaian , dimana nasabah dikenakana biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran. Dan bukannya bunga. e. AL-QARDH (SOFT AND BENEVOLENT LOAN) Adalah pemberian hartq kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. 42 1) Landasan syariah Al-Qur’an “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (al-Hadiid: 11) Al-Hadits Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi saw. Berkata, “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan (muslim lainnya) dua kali kecuali yang
42
Ibid, hal 280
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
44
satunya adalah (senilai) sedekah.” (HR Ibnu Majah no.2421, kitab alAhkam;Ibnu Hibban dan Baihaqi). Dalam perbankan akad qardh diterapkan sebagai berikut: 43 a) Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relative pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikannya secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu. b) Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bias menarik dananya, missal tersimpan dalam bentuk deposito. c) Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu sector social. 2) Manfaat al-qardh :44 a) Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek. b) Sebagai pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosialnya, disamping misi komersial. c) Meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah. Resiko dari al-qardh ini terhitung tinggi karena dianggap pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan. f. AKAD JU’ALAH Adalah imbalan tertentu yang diperoleh karena berjasa mengembaliakn barang yang hilang. 45 43 44
AntonioM. Syafi’i, Op.Cit, hal 134 Ibid
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
45
1) Landasan Syariah Al-Quran “Dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.(Yusuf: 72) g. AKAD SHARF Adalah jual beli atara barang sejenis secara tunai. 46 1) Landasan Syariah : Al-Qur’an “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu denganjalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu (an-Nissa: 29) Al-Hadits Menjual emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam (apabila sejenis) maka harus sama ( kualitas dan kuantitasnya) dan harus tunai. Apabila tidak sama (jenis dan kualitasnya) maka jual belikanlah sekehendakmu secara tunai (HR Muslim dan Ahmad). B. Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Berdirinya Bank Syariah Kehadiran bank syariah di Indonesia merupakan konsep yang sangat ditunggu oleh umat muslim di Indonesia. Dengan hadirnya banyak bank syariah maka prisip bagi hasil yang ditawarkan pun beragam, namun dilihat dari sejarah perkembangan pebankan syariah di Indonesia maka harus kita telusuri kembali
45 46
Susanto,Burhanuddin, Op.Cit, hal.281 Ibid, hal.282
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
46
jejaknya saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang berisikan tentang liberalisasi tentang industri perbankan. Pada saat itu para ulama berusaha untuk mendirikan Bank bebas dari bunga, tapi tidak ada satu perangkat hukum yang dapat dijadikan rujukan kecuali bahwa perbankan dapat dijadikan rujukan kecuali bahwa perbankan dapat saja memetapkan bunga 0 %. Prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua,Bogor,Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung pada tanggal 22-25 Agustus 1990. Berawal dari amanat MUNAS IV inilah dimulainya langkah untuk mendirikan Bank Islam. Setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tersebut dan diikuti dengan UU. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang mengakomodir tentang prinsip bagi hasil, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang merupakan Bank Syariah Pertama yang beroperasi Di Indonesia. 47 Gagasan ini kemudian didukung dan diprakarsai oleh beberapa pejabat penting dalam pemerintahan, para pengusaha yang berpengalaman di bidang perbankan. Setelah itu dibentuklah sebuah tim sebagai Steriing Commite untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk berdirinya bank islam Di Indonesia. Tim yamg diketuai oleh DR. Ir. Amin Aziz ini kemudian membentuk tim hokum ICMI
47
Arifin,Zainul,Memahami Bank Syariah Lingkup,Peluang, Tantangan dan Prospek, Alvabet, Jakarta, 1999, hal. 17
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
47
yang diketuai oleh Drs. Karnaen Perwataatmadja guna membantu kelancaran tim MUI khususnya untuk masalah-masalah legal. Hal yang paling utama yang dilakukan tim ini adalah melakukan pendekatan-pendakatan dan konsolidasi kepada pihak terkaitdan melakukan training bagi para calon staff Bank Muamalat Indonesia yang merupakan Bank Islam pertama di Indonesia tersebut melalui Management Development Program (MDP) di LPPI. Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya Ulama tersebut dan beberapa hasil keputusan MUNAS diikuti pula Dengan UU.No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mengakomodir tentang prinsip bagi hasil , maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Umum Syariah pertama yang beroperasi di Indonesia. Dengan banyaknya dukungan dari ummat Islam untuk mendirikan bank tersebut baik dari pemerintah, ulama, maupun masyarakat pada umumnya, maka pada tanggal 1 November 1991 dilaksanakanlah penandatanganan Akte pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) di Sahid Jaya Hotel dengan akte Notaris Yudo Paripurno, SH. Ijin Menteri Kehakiman No. C2.2413.HT.01.01. Pada saat itu menurut Karnaen Perwataatmadja, telah dikumpulkan dana sebanyak Rp 84 Miliyar dan dua hari berseling yaitu tanggal 3 november 1991 total modal menjadi Rp. 116 Miliyar. 48 Kemudian setelah mendapatkan izin Surat Menteri Keuangan RI No.1223/MK/1991,
izin
usaha
Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
No.430/KMK/:01/19922 Tanggal 24 April 1992, selanjutnya pada tanggal 1 Mei 48
Perwataatmadja, Karnain, Antonio, M.Syafi’I, Apa dan Bagaimana Bank Islam,cet.III, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta,1996, hal.84
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
48
1992 Bank Muamalat Telah memulai operasinya dengan memberikan layanan perbankan Islam kepada para nasabahnya. Mengenai dasar pemikiran berdirinya bank syariah bersumber pada AlQur’an dan Al-Hadits yang melarang praktek riba didalam bermuamalat. Selain berdasarkan kepada Al-Qur’an Dan Al-Hadits berdirinya bank syariah juga didasari oleh kenyataan-kenyataan umum sebagai berikut : 1. Praktek-praktek Sistem bunga dan akibatnya Sistem bunga yang dimaksud adalah tambahan pembayaran atas utang pokok pinjaman. Didalam penerapannya system bunga membawa akibat-akibat sebagai berikut : 49 a. Masyarakat / nasabah meghadapi ketidakpastian, bawa hasil perusahaan sari kredit yang diambilnya tdak dapat diramalkan secara pasti. Sementara itu dia tetap membayar persentase berupa pengambilan sejumlah uang tertentu yang tetap berada di atas jumlah pokok pinjaman. Keadaan ini bertentangan dengan Al-Qur’an Surat Lukman ayat (34) yang intinya bahwa hanya Allah yang dapat menegtahui sesuatu yang terjadi dimasa yang akan dating sedangkan manusia tidak bisa meramalkan. b. Penerapan system bunga mengakibatkan eksploitasi (pemerasan) orang kaya terhadap orang miskin. 2. Sistem perbankan yang ada sekarang memiliki kecenderungan terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi ditangan kelompok elite, para banker dan pemilik modal.
49
Sumitro, Warkum, Op. Cit. hal 8-26
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
49
3. Sistem perbankan yang menerapkan bunga menimbulkan laju inflasi semakin tinggi karena ada kecenderungan bank-bank untuk memberikan kredit secara berlebihan, penyebabnya adalah cara penciptaan uang baru tersebut dalam suatu system berdasarkan bunga tergantung pada operasi-operasi peminjaman bank-bank komersial. 4. Sistem perbankan yang menerapkan bunga sekarang dirasakan kurang berhasil dalam membantu memerangi kemiskinan dan meratakan pendapatan baik di tingkat Nasional maupun ditingkat Internasional. Dikatakan kurang berhasil karena bank dengan perangkat bunga kurang memberi peluang kepada kelompok masyarakat miskin untuk mengembangkan usahanya yang lebih mandiri di bidang ekonomi. 5. Dibidang era pembangunan ekonomi setiap Negara dewasa ini peranan lembaga perbankan sangat besar dan menentukan. Dengan beroperasinya bank yang berdasarkan prinsip syariah Islam, diharapkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap terwujudnya sistem ekonomi Islam yang menjadi keinginan setiap Negara Islam atau Negara yang penduduknya mayoritas Islam, seperti Indonesia. Akhirnya secara realitas gagasan berdirinya Bank Syariah tanpa bunga adalah didasarkan pada konsep hokum syirkah dan mudharabah yang secara bertahap telah berevolusi. Selanjutnya alasan secara khusus berdirinya bank syariah adalah : 50 1. Karena masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam sebagian besar masih meragukan hukumnya bunga pada bank-bank konvensional. Keraguan
50
Ibid
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
50
ini berakibat pada sikap mereka untuk memanfaatkan jasa-jasa perbankan yang ada secara tidak maksimal. 2. Meningkatkan pembangunan disektor agama akan meningkatkan kesadaran bagi ummat Islam untuk melaksanakan nilai-nilai dan ajaran agamanya. Peningkatan kesadaran beragama ini akan menimbulkan tuntutan umat islam semakin besar terhadap adanya bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam. 3. Bank-bank konvensional yang beroperasi di Indonesia dirasakan kurang berperan secara optimal didalam membantu memerangi kemiskinan dan meratakan pendapatan, karena operasi bank dengan perangkat bunga kurang memberikan peluang kepada orang-orang miskin untuk membangun usahanya agar lebih produktif. 4. Policy pemerintah di bidang ekonomi khususnya perbankan sangat mendukung bagi beroperasinya bank tanpa bunga di Indonesia. Policy-policy tersebut misalnya deregulasi perbankan 1 juni 1883 yang membebaskan bankbank untuk meningkatkan sendiri tingkat suku bunganya bahkan sanpai 0 %. Pakto 27 Oktober 1988 membuka peluang bagi berdirinya bank-bankswasta baru. Penjelasan lisan pemerintah dalam Rapat Kerja dengan komisi VII DPT RI tanggal 5 juli 1990, menegaskan bahwa tidak ada halangan untuk mengoperasikan bank-bank yang sesuai dengan prinsip syariah, asalkan operasionalisasinya dapat memenuhi criteria kesehatan Bank Indonesia. 5. Undang-undang No.7 Tahun 1992 pasal 1 butir 12 memberi peluang beroperasinya bank dengan system bagi hasil keuntungan. Peluang tersebut
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
51
lebih mendapatkan pijakan hokum yang pasti dengan keluarnya PP No.72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil. 6. Konsep yang melekat (built in concept) pada bank muamalat Indonesia mengenai salah satu wujud bank Islam dengan kebutuhan dan orientasi pembangunan di Indonesia. C. Tujuan dan Keistimewaan Bank Syariah Setelah didalam perjalanan sejarah Bank-bank yang telah ada (bank konvensional) dirasakan mengalami kegagalan menjalankan fungsi utamanya menjembatani antara pemilik modal atau kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, maka dibentuklah, Bank-bank syariah dengan tujuan sebagai berikut :51 1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek ribaatau jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur haram dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat. 2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar, antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan modal. 3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin yang diarahkan
51
Ibid,hal.74-76
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
52
kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju teciptanya kemandirian berusaha. 4. Untuk membantu menanggulangani (mengentaskan garis kemiskinan), yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusahsa produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. 5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi/moneter pemerintah. Dengan aktivitasaktivita Bank syariah yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan system bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan, khususnya bank dan menanggulangani kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak meneter baik dari dalam maupun luar negeri. 6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-Islam yang menyebabkan unat islam berada dibawah kekuasaan bank, sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya. Selain itu bank islam sebagai alternatif bagi bank-bank konvensional yang dianggap kurang berhasil dalam mengemban misi utamanya, memiliki keistimewaan-keistimewaan yang juga merupakan perbedaan jika dibandingkan dengan bank konvensional.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
53
Keistimewaan-keistimewaan Bank Islam tersebut adalah : 52 1. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya. Kuatnya emosional keagamaan ini akan menimbulkan akibat-akibat kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha dan membagi keuntungan secara jujur dan adil, semua pihak yang terlibat dalam Bank Islam akan memiliki tanggung jawab usaha yang sama sesuai dengan ajaran agamanya, sehingga semua pihak akan menerima perolehannya dengan ikhlas. 2. Diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga akan menimbulkan akibat-akibat yang positif. Akibat-akibat itu adalah: a. Cost push inflation, yaitu akibat penerapan sistem bunga pada bank konvensional dapat dihilangkan, sehingga Bank Islam diharapkan mampu menjadi pendukung kebijaksanaan moneter yang handal. b. Memungkinkan persaingan antar bank Islam berjalan secara wajar, karena keberhasilan bank islam ditentukan oleh fungsi edukatif bank didalam membina nasabah dengan kejujuran, keuletan dan profesionalisme. Akibatnya, bank islam akan lebih mandiri dari pengarh gejolak moneter baik dalam maupun luar negeri. 3. Didalam Bank islam, tersedia fasilitas kredit kebaikan (al-Qardhul Hasan) yang diberikan secara Cuma-Cuma.Nasabah hanya berkewajiban menanggung biaya materai, biaya notaries dan biaya studi kelayakan. Keistimewaan jenis fasilitas ini, selain tanpa beban, juga tampak besarnya tingkat kepedulian bank terhadap nasabah tanpa memandang tingkat
52
Ibid,hal 78-79
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
54
ekonominya. Bank memperlakukan nasabah sebagai mitra usaha yang tidak hanya pertimbangan bisnis semata, tetapi juga pertimbangan kemanusiaan. 4. Keistimewaan yang paling menonjol dari Bank Isalam adalah melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi dalam hal : a. Mendorong
kegiatan
investasi dan
menghambat
simpanan
tidak
produktifmelalui system operasi profit and loss sharing sebagai pengganti bunga, baik yang diterapkan kepada nasabah al-mudharabah dan almusyarakah, maupun yang diterapkan kepada banknya sendiri. Dengan sistem ini penyimpan dana diberikan motivasi untuk melakukan investasi yang menguntungkan. b. Memerangi kemiskinan dengan membina golongan ekonomi lemah dan tertindas (dhu’afa dan mustadh’afin) melalui bantuan hibah yang diarahkan oleh bank secara produktif. Dananya bias diperoleh dari zakat dan sedekah; serta melalui pinjaman lunak tanpa bunga (al-qardhul hasan) yang dananya diperoleh dari zakat. Khususnya penerimaan dari infak dananya disalurkan untuk pengembangan sarana ibadah dan pendidikan Islam. c. Mengembangkan produksi, menggalakkan dan memperluas lapangan kerja melalui kredit pemiikan barang/ peralatan modal dengan pembayaran tangguhan (al-murabahah) dan pembayaran cicilan (al-ba/I u bithaman ajil) yang disalurkan kepada pengusaha produsen, pengusaha pedagang perantara, dan konsumen dari brang yang dihasilkkan pengusaha produsen. Dana untuk pengembangan industri, perdagangan dan kesempatan kerja ini
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
55
diperoleh dari peny impanan dana baik dalam bentuk giro, deposito maupun tabungan. d. Meratakan pendapatan melalui sistem bagi hasil dan kerugian baik yang diberlakukan kepada bank sendiri selaku mudarib atau pemegang amanah maupun kepada peminjan dalam operasi mudharabah dan musyarakah. 5. Keistimewaan lain bank islam adalah dengan penerapan sistem bagi hasil berarti tidak membebani biaya diluar kemampuan nasabah dan akan terjamin adanya “keterbukaan”. Dikatakan tidak membebani biaya kepada nasabah diluar kemampuannya karena bank islam tidak menetapkan beban biaya dimuka. Apa yang menjadi kewajiban nasabah adalah membagi hasil dari perolehan usaha secara nyata yang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh bank. Dan akan terjamin keterbukaan, ksrena nasabah selalu dapat mengetahui perkembangan perolehan bank dari sistem bagi hasilnya. Sehingga bank tidak akan bisa menyembunyikan pendapatannya. 6. Adanya kenyataan bahwa dalam kehidupan ekonomi masyarakat modern cenderung menimbulkan pengeksploitasian kelompok kuat (kuat ekonomi plus politik) terhadap kelompok lemah. Kenyataan ini menimbulkan reaksi balik dari kelompok lemah yangamerupakan mayoritas untuk berkreasi bagi muncunnya kehidupan ekonomi yang berkeadilan. Disinilah bank islam dengan sistem bagi hasilnya menawarkan alternatif terhadap kehidupan ekonomi yang berkeadilan itu. D. Kedudukan Bank Syariah Dalam bidang Hukum Dalam rangka pemberian landasan hukum bagi beroperasinya perbankan syariah dalam perubahan Undang-Undang Pokok Perbankan No.14 Tahun 1967
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
56
menjadi UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah dicantumkan ketentuan mengenai pelaksanaan kegiatan Perbankan dengan prinsip bagi hasil yang selanjutnya diatur lebih rinci dalam peraturan pelaksana No. 72 Tahun 1992 tentang Bank dan Bagi Hasil. Setelah Undang-undang No.10 tahun 1992 diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dapat dilihat jelas tentang Bank Syariah, karena pada UU ini sudah tercantum kata-kata Bank syariah. Bahkan pasal 1 Ayat (3) menetapkan bahwa salah satu bentuk usaha adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pokok-pokok ketentuan yang diterapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain : 1. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 2. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah. 3. Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah. Namun selebihnya, menurut Undang-Undang tersebut bank syariah harus tunduk pada seluruh peraturan Bank umum yang berlaku yang umumnyaa belum mengakomodir keunikan bank syariah. Maka Bank Indonesia selaku pemegang otoritas perbankan di Indonesia untuk menjaga kestabilan sistem dan menjamin kepatuhan perbankan syariah terhadap prinsip-prinsip syariah. Berikut ini adalah beberapa produk hukum yang dikeluarkan Bank Indonesia, terkait dengan instrumen pengaturan kegiatan perbankan syariah.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
57
Surat Keputusan dan Peraturan Bank Indonesia di bidang Perbankan Syariah : 53 1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia: No 32/33/KEP/DIR tentang Bank Umum, khususnya Bab XI tentang Perubahan Keguiatan Usaha dan Pembukaan Kantor Cabang Syariah. 2. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia: No 32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah 3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia: No 32/36/KEP/DIR tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. 4. Peraturan Bank Indonesia: No.2/7/PBI/2000 tentang Giro Wajib Minimum (GWM) dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum yang Melakukan Kegiatan Usaha Bedasarkan Prinsip Syariah. 5. Peraturan Bank Indonesia: No.2/8/PBI/2000 tentang Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah. 6. Peraturan Bank Indonesia: No.2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). 7. Peraturan Bank Indonesia: No.6/17/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah. 8. Peraturan Bank Indonesia: No.6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. 9. Peraturan Bank Indonesia: No.7/35/PBI/2005 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia: No.6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah
53
Susanto, Burhanuddin, Op.Cit, hal.66
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
58
10. Peraturan Bank Indonesia: No.7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpun dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah 11. Peraturan Bank Indonesia: No.7/47/PBI/2005 tentang transparansi kondisi keuangan bank perkreditan rakyat syariah 12. Peraturan Bank Indonesia: No7/13/PBI/2005 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum berdasarkan prinsip syariah 13. Peraturan Bank Indonesia: No.8/3/PBI/2006 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan kantor bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip oleh bank umum konvensional. 14. Peraturan Bank Indonesia: No.8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum 15. Peraturan Bank Indonesia: No.8/5/PBI/2006 tentang mediasi perbankan 16. Peraturan Bank Indonesia: No.8/7/PBI/2006 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/13/PBI/2005 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank umum berdasarkan prinsip syariah. 17. Peraturan Bank Indonesia: No.8/21/PBI/2006 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah 18. Peraturan Bank Indonesia: No.8/22/PBI/2006 tentang kewajiban penyediaan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah 19. Peraturan Bank Indonesia: No.8/23/PBI/2006 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia no. 6/21/2004 tentang giro wajib minimum dalam
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
59
rupiah dan valuta asing bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasrkan prinsip syariah. 20. Peraturan Bank Indonesia: No.8/24/PBI/2006 tentang penilaian kualitas aktiva ank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah. 21. Peraturan Bank
Indonesia:
No.8/5/PBI/2006
tentang
perubahan atas
Peratuaran Bank Indonesia No.6/17/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah. 22. Peraturan Bank Indonesia: No.9/1/PBI/2007 tentang system penilaian tingkat kesehatan Bank Umum Berdasarkan prinsip syariah. 23. Peraturan Bank Indonesia: No.9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antar bank berdasarkan prinsip syariah 24. Peraturan Bank Indonesia: No.9/7/PBI/2007 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.8/3/PBI/2006 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan kantor bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip oleh bank umum konvensional. 25. Peraturan Bank Indonesia: No.9/17/PBI/2007 tentang system penilaian tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah 26. Peraturan Bank Indonesia: No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah 27. Peraturan Bank Indonesia No.10/11/PBI/2008 Tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
60
Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, dikembangkan sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip Syariah. Yang mana kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah semakian meningkat, dikarenakan perbankan syariah memiliki kekhususan dibandingkan dengan perbankan konvensional. Dan pengaturan mengenai Perbankan Syariah didalam UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah dirubah dengan UU No.10 Tahun 1998 belum Spesifik sehinggan perlunya diatur secara khusus dalam suatu undang-undang tersendiri. Maka perlulah dibentuk Undang-undang tentang perbankan syariah yaitu UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah yang telah disahkan, maka pengaturan tentang perbankan yang berdasarkan prinsip syariah ini telah terakomodir secara khusus dan Perbankan Syariah telah mempunyai kedudukan hukum yang jelas di Indonesia.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
61
BAB III PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN Dalam perbankan syariah, yang dikenal adalah kata pembiayaan bukannya kata pinjam meminjam karena penggunaan kata tersebut kurang tepat digunakan karena dua hal. Pertama, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan financial dalam islam. Masih banyak metode yang diajarkan yang diajarkan oleh syariah selain pinjaman seperti jual beli, bagi hasil, sewa dan lainnya. Kedua, dalam Islam, pinjam-meminjam adalah akad sosial, bukan akad komersil. Artinya bila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya. Hal ini didasarkan pada hadits riwayat Nabi saw. yang mengatakan bahwa pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba itu adalah haram. Karena itulah dalam perbankan syariah tidak digunakan kata pinjaman atau kredit melainkan yang digunakan adalah pembiayaan (financing). Dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah disebutkan pada Pasal 1 angka 25: Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah atau musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahia bit-tamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna; d. transaksi pinjam memijam dalam bentuk pitang qardh; dan
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
62
e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan Pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil. Dalam perbankan syariah mengenai pembiayaan ini dapat dibagi menjadi tiga hal penting yaitu: 54 1. Return Bearing Financing, yaitu bentuk pembiayaan yang secara komersial menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung resiko kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan. 2. Return Free Financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang yang membutuhkan (poor), sehingga tidak ada keuntungan yang dapat diberikan. 3. Charity Financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak ada klaim terhadap pokok dan keuntungan. Produk-produk pembiayaan Bank Syariah, khususnya pada bentuk pertama, ditujukan untuk menyalurkan investasi dan simpanan masyarakat ke sector riil dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi bersama(Investment Financing) yang dilakukan bersama mitra usaha (kreditor) menggunakan pola Bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) dan dalam bentuk investasi sendiri (trade financing) kepada yang membutuhkan pembiayaan menggunakan jual beli 54
Al-Haran, Saad A.S,Islamic Finance:Partnership Financing,Pelanduk Publication, Selangor Darul Ehsan,1996 Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
63
(murabahah, salam, dan Istishna) dan pola sewa (ijarah dan ijarah muntahia bittamlik). Sedangkan untuk pola pinjaman untuk dana talangan (Qardh). Dari sekian banyak produk pembiayaan bank syariah, tiga produk utama yang mendominasi portofolio pembiayaan bank syariah adalah pembiayaan modal kerja, pembiayaan investasi dan pembiayaan aneka barang, perumahan dan property. B. SISTEM PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. 55 Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut. 1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. 2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi hebuthan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut : a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produsi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil
55
Antonio….Op.Cit hal.160
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
64
produksi, dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. 1. PEMBIAYAAN MODAL KERJA Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan(inventory) yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material), persediaan barang dalam proses (work in process), dan persedian barang jadi (finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing), pembiayaan piutang (receivable financing), dan pembiayaaan persediaan (inventory financing).56 Bank konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut, dengan cara memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk menandai seluruh kebutuhan yang merupakan kombinasi dari komponen-komponen modal kerja tersebut, dengan imbalan berupa bunga. Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema pembiayaan ini disebut dengan mudharabah (trust financing).Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodic 56
Antonio, M.Syafi’I, Bank Syariah:Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, Bank Indonesia dan Tazkia Institute, Jakarta, 1999. Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
65
dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) yang menjadi bagian bank. a. Pembiayaan Likuiditas (Cash Financing) Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbul akibat teradinya ketidaksesuaian (mismatched) antara cash inflow dan cash outflow pada perusahan nasabah. Fasilitas yang biasanya diberikan oleh bank konvensional adalah fasilitas cerukan (overdraft facilities) atau yang biasa disebut kredit rekening Koran. Atas pemberian fasilitas ini, bank memperoleh imbalan manfaat berupa bunga atas jumlah rata-rata pemakaian dana yang disediakan dalam fasilitas tersebut. Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam bentuk qardh timbal balik atau yang disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini, nasabah harus membuka rekening giro dan bank tidak memberikan bonus atas giro tersebut. Bila nasabah mengalami situasi mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia sehingga menjadi negative sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam akad. Atas fasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun kecuali sebatas biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.57 b. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing) Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit, tetapi baik jumlah maupunjangka waktu melebihi
57
Arifin, Zainul, Pasar Uang dan Valuta Asing Berbasis Syariah, Paper dipresentasikan di Bank Indonesia, Jakarta, 21 Desember 1998. Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
66
kapasitas
modal kerja
yang
dimilikinya.
Bank
Konvensional biasanya
memberikan fasilitas berupa hal-hal berikut : 1). Pembiayaan piutang (receivable financing) Bank memberikan pinjaman dana kepada nasabah untuk mengatasi kekurangan dana karena masih tertanam dalam piutang. Atas pinjaman itu, bank meminta cessi atas tagihan nasabah tersebut. Pada dasarnya, nasabah berkewajiban untuk menagih sendiri piutangnya. Akan tetapi, bila bank merasa perlu dengan menggunakan cessi tersebut, bank berhak untuk menagih langsung kepada pihak yang berhutang. Hasil penagihan tersebut pertama-tama digunakan untuk membayar kembali pinjaman nasabah berikut bunganya dan selebihnya dikreditkan kerekening nasabah. Bila ternyata piutang tersebut tidak tertagih, nasabah wajib membayar kembali pinjaman tersebut berikut bunganya kepada bank. 2). Anjak Piutang (Factoring) Fasilitas ini diberikan oleh bank dalam bentuk pengambilalihan piutang nasabah. Untuk keperluan tersebut, nasabah mengeluarkan draf (wesel tagih) yang diaksep oleh pihak yang berutang atau promissory notes (promes) yang diterbitkan oleh pihak yang berutang. Kemudian di endors oleh nasabah. Draf atau promes tersebut lalu dibeli oleh bank dengan diskon sebesar tingkat bunga yang berlaku atau disepakati untuk jangka waktu yang tertera pada draf atau promes tersebut. Bila pada saat jatuh tempo draf atau promes tersebut tidak tertagih, nasabah wajib membayar kepada bank sebesar nilai nominal draf tersebut. Bagi bank syariah, untuk kasus pembiayaan piutang seperti tersebut diatas hanya dapat dilakukan dalam bentuk al-qardh dimana bank tidak boleh meminta
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
67
imbalan kecuali biaya administrasi. Untuk kasus anjak piutang, bank dapat memberikan fasilitas pengambilalihan piutang, yaitu yang disebut hiwalah. Akan tetapi, untuk fasilitas itu pun bank tidak dibenarkan memnta imbalan kecuali biaya layanan atau biaya administrasi dan biaya penagihan. Dengan demikian, bank syariah meminjamkan uang (qardh) sebesar piutang yang tertera dalam dokumen piutang (wesel tagih atau promes) yang diserahkan kepada bank tanpa potongan. Hal itu adalah bila ternyata pada saat jatuh tempo, hasil tagihan itu digunakan untuk melunasi utang nasabah kepada bank. Akan tetapi, bila ternyata piutang terseut tidak ditagih, nasabah harus membayar kembali hutangnya kepada bank. Selain itu, sebagian ulama memberikan jalan keluar berupa pembelian surat utang (bai’ ad-dayn), tetapi sebagian ulama melarangnya. 58 c. Pembiayaan Persediaan (Inventory Financing) Pada bank konvensional dapat kita jumpai adanya kredit modal kerja yang dipergunakan untuk mendanai pengadaan persediaan (inventory financing). Pola pembiayaan ini pada prinsipnya sama dengan kredit untuk mendanai komponen modal kerja lainnya, yaitu memberikan pinjaman dengan bunga. Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi kebutuhan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual beli (al-bai’) dalam dua tahap. Tahap pertama, bank mengadakan (membeli dari supplier secara tunai) barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang disepakati bersama antara bank
58
Bank Islam Malaysia Berhad, Islamic Banking Practice From The Practioner’s Perspective, BIMB , Kuala Lumpur, 1994. Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
68
dengan nasabah. Ada beberapa skema jual beli yang dipergunakan untuk mengapproach kebutuhan tersebut, yaitu sebagai berikut. 1) Bai’ al-Murabahah Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri atas biaya pengadaan bahan baku dan penolong. Melalui proses produksi, bahan baku tersebut akan menjadi barang setengah jadi, kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Bila barang jadi itu dijual dengan kredit, ia berubah menjadi piutang dan melalui proses collection akan berubah menjadi kas kembali. Pembiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya membutuhkan dana untuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu, biaya proses produksi dan penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakan, biaya distribusi,serta biaya-biaya lainnya, dapat ditutup dalam jangka waktu sesuai dengan lamanya perputaran modal kerja tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku sampai terjualnya hasil produksi dan hasil penjualan diterima dalam bentuk tunai (cash). 2) Bai’ al-Istishna’ Bila nasabah juga membutuhkan pembiayaan untuk proses produksi sampai menghasilkan barang jadi, bank dapat memberikan fasilitas bai’alistishna’. Melalui fasilitas ini, bank melakukan pemesanan barang dengan harga yang disepakati kedua belah pihak (biasanya sebesar biaya produksi ditambah keuntungan bagi produsen, tetapi lebih rendah dari harga jual) dan dengan pembayaran dimuka secara bertahap, sesuai dengan tahap-tahap proses produksi. Setiap selesai satu tahap, bank meneliti spesifikasi dan kualitas work in process tersebut, kemudian melakukan pembayaran untuk proses tahap berikutnya, sampai
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
69
tahap akhir dari proses produksi tersebut hingga berupa bahan jadi. Dengan demikian, kewajiban dan tanggung jawab pengusaha adalah keberhasilan proses produksi tersebut sampai menghasilkan barang jadi sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang telah diperjanjikan. Bila produksi gagal, pengusaha berkewajiban menggantinya, apakah dengan cara memproduksi lagi ataupun dengan cara membeli dari pihak lain. Setelah barang selesai, produk tersebut statusnya menjadi milik bank. Tentu saja bank tidak bermaksud membeli barang itu untuk dimiliki, melainkan untuk segera dijual kembali dengan mengambil keuntungan. Pada saat yang kurang lebih bersamaan dengan proses pemberian fasilitas
bai’ al-istishna’
tersebut, bank juga telah mencari potential purchaser dari produk yang dipesan oleh bank tersebut. Dalam praktiknya, potential buyer tersebut telah diperoleh nasabah. Kombinasi pembelian dari nasabah produsen dan penjualan kepada pihak pembeli itu menghasilkan skema pembiayaan berupa istishna’ parallel atau istishna’wal-murabahah, dan bila hasil produksi tersebut disewakan, skemanya menjadi istishna’wal-ijarah. Bank memperoleh keuntungan dari selisih harga beli (istishna) dengan harga jual (murabahah) atau dari hasil sewa (ijarah). 3) Bai’ as-Salam Untuk produksi yang prosesnya tidaka dapat diikuti, seperti produksi pertanian, bank dapat memberikan fasilitas bai’as-salam. Melalui fasilitas ini, bank melakukan pemesanan barang kepada nasabah dengan pembayaran dimuka secara sekaligus dan nasabah
berkewajiban mendeliver barang tersebut pada
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
70
tanggal yang disepakati dalam kontrak. Pada waktu yang bersamaan, bank dapat mencari pembeli atas produksi tersebut. Kombinasi ini disebut salam paralel. 59 Bila produksi itu dilakukan secara terus-menerus dan perputaran modal kerja
tersebut
telah
sedemikian
secepatnya
sehingga
nasabah
memerlukanpembiayaan modal kerja secara evergreen, skema pembiayaan yang paling tepat adalah al-mudharabah. d. Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangan 1) Perdagangan umum Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilakukan dengan target pembeli siapa saja yang datang memiliki barang-barang yang telah disediakan ditempat penjual, baik pedagang eceran maupun pedagang besar. Pada umumnya, perputaran modal kerja perdagangan ini sangat tinggi, tetapi pedagang harus mempertahankan sejumlah persediaan barang yang cukup karena barang-barang yang dijual itu sebatas jumlah persediaan yang ada atau telah dikuasai penjual. Untuk pembiayaan modal kerja perdagangan jenis ini, skema yang paling tepat adalah skema mudharabah. 2) Perdagangan Berdasarkan Pesanan Prdagangan
ini
biasanya
tidak
dilakukan
atau
diselesaikan
ditempatpenjual, yaitu seperti perdagangan luar kota, perdagangan antarpulau, atau perdagangan antar Negara. Pembeli terlebih dahulu memesan barang-barang yang dibutuhkan kepada penjual berdasarkan contoh barangatau daftar barang serta harga yang ditawarkan. Biasanya, pembeli hanya akan membayar apabila barang-barang yang dipesan telah diterimanya. Hal ini untuk menghindari 59
Antonio, M.Syafi’I, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, Bank Indonesia dan tazkia Institute, Jakarta, 1999. Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
71
kemungkinan risiko akibat ketidakmampuan penjual memenuhi pesanan atau ketidaksesuaian jumlah dan kualitas barang yang dikirimkan dengan spesifikasi yang dimaksud dalam surat penawaran atau pemesanan. Berdasarkan pesanan itu, penjual lalu mengumpulkan barang-barang yang diminta dengan cara membeli atau memesan, baik dari produsen maupun pedagang lainnya. Setelah terkumpul, barulah dikirimkan kepada pembelisesuai pesanan. Apabila barang telah terkirim, penjual juga menghadapi kemungkinan risiko tidak dibayarnya barang yang telah dikirimkannya itu. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi kedua belah pihak, bank konvensional telah memberikan jalan keluar dengan fasilitas letter of credit (L/C). bank syariah telah dapat mengadopsi mekanisme L/C itu dengan menggunakan skema al-wakalah, al-musyarakah, al-mudharabah, ataupun al-murabahah. Dalam hal al-wakalah, bank syariah hanya memperoleh pendapatan berupa fee atas jasa yang diberikannya. 2. PEMBIAYAAN INVESTASI Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru. Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah: 1. Untuk pengadaan barang-barang modal; 2. mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah; 3. berjanga waktu menengah dan panjang. Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
72
(project cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Setelah itu, barulah disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsurang (pembayaran kembali) pembiayaan. Penyusunan proyeksi arus kas ini harus disertai pula dengan perkiraan keadaan-keadaan pada masa yang akan datang, mengingat pembiayaan investasi memerlukan waktu yang panjang. Untuk memperkirakannya perlu diadakan perhitungan dan penyusunan proyeksi neraca dan rugi laba(project balance sheet and project income statement ) selama jangka waktu pembiayaan. Dari perkiraan itu akan diketahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (solvency). Melihat luasnya aspek yang harus dikelola dan dipantau maka untuk pembiayaan
investasi
bank
syariah
menggunakan
skema
musyarakah
mutanaqishah. Dalam hal ini, bank memberikan pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan penyertaan dan pemilik perusahaan akan mengambilalih kembali, baik dengan menggunakan surplus cash flow yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang berasal dari storan pemegang saham yang ada maupun dengan mengundang pemegang saham baru. Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah adalah al-ijarah al muntahiabit-tamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri dengan pemilikan. Sumber perusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah amortisasi atas barang modal yang bersangkutan, surplus, dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
73
3. PEMBIAYAAN KONSUMTIF Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer dan kebutahan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti makanan dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa jasa , seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan dan sebagainya. Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi barang jaminan utama (main collateral). Adapun untuk pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yang dapat diikat sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari sumber pendapatan lain dan bukan dari eksploitasi barang yang dibiayaai dari fasilitas ini. Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutan barang konsusi dengan menggunakan skema berikut ini. 60 1. Al-bai’ bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual beli dengan angsuran. 2. Al-ijarah al muntahia bit-tamlik atau sewa beli 3. Al-musyarakah mutanaqhishah atau descreasing participation, dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya 4. Ar-rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa. 60
Sani hasan Ahmad Hamoud, Tathwir al-A’mal al-Mash-rafiyyah bima Yattafiqu wasy-Syariah al-islamiah, Matbaatu asy-syarq wa maktabatuha, Amman, 1992.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
74
Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Adapun kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya tergolong fakir atau miskin. Oleh karena itu, ia wajib diberi zakat atau sedekah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan, yaitu pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apapun. C. PROSEDUR
PEMBERIAN
PEMBIAYAAN
DAN
PRAKTIK
PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH 1. Prosedur Pemberian Pembiayaan Dalam perbankan syariah ada beberapa cara untuk memberikan pembiayaan, karena seperti kita ketahui sebelumnya pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah ada berbagai macam seperti sewa-menyewa, jual-beli, pinjam-meminjam, sewa-menyewa jasa dan lainnya Oleh karena itu ada beberapa prosedur yang harus dilakukan apabila nasabah ingin mendapatkan pembiayaan dari bank syariah antara lain,memenuhi beberapa persyaratan administratif yaitu: a. surat permohonan tertulis, dengan dilampiri proposal yang memuat (antara lain) gambaran umum usaha, rencana atau prospek usaha, rincian dan rencana penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana, dan jangka waktu penggunaan dana. b. Legalitas usaha, seperti identitas diri, akta pendirian usaha, surat izin umum perusahaan, dan tanda daftar perusahaan
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
75
c. Laporan keuangan, seperti neraca dan laporan laba rugi, data persediaan terakhir, data penjualan, dan fotocopi rekening bank. 2. Praktik Pembiayaan Di Bank Syariah a. Praktik Pembiayaan Musyarakah Pada kenyataannya pembiayaan musyarakah yang dilakukan oleh perbankan syariah di Indonesia tidak sama persis dengan konsep klasik musyarakah dalam literature klasik. Dapat kita lihat dalam table berikut ini : Tabel.1 61 No 1
Karekteristik Pokok Tujuan Transaksi
2
3 4 5
Pengelola Usaha Pembagian Hasil Pembayaran bagi hasil dan perhitungan profit rate
Praktik Klasik
Praktik di Indonesia
Investasibersama (kontribusi dana) serta pengelolaan bersama. Parapihak berkontribusi dana.
Pembiayaan atau Penyediaan Fasilitas
Seluruh Pihak Profit and Loss Sharing Dilakukan satu kali diakhir periode. Profit rate dihitung satu kali di akhir atas dasar 100% nilai penempatan dana investor sejak awal periode perjanjian.
Sebagian besar kasus hanya bank yang memberikan kontribusi dana Hanya nasabah bank Revenue sharing Untuk satu kali angsuran pokok: Bagi hasil dibayar secara periodic sesuai dengan perjanjian dan profit rate dihitung atas dasar jumlah nominal bagi hasil per dana awal yang masih 100% digunakan oleh nasabah. Untuk pokok yang diangsur : 1. bagi hasil dibayar periodik sesuai dengan periode angsurang pokok dan profit rate
61
Buchori,et.al, Standarisasi Akad Bagi Perbankan Syariah, Laporan Hasil Kajian,Direktoral Perbankan Syariah,Bank Indonesia,2004 Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
76
6
Kolateral
Tanpa jaminan
dihitung dari jumlah nominal bagi hasil per dana awal 100% atau 2. bagi hasil dibayar periodic sesuai dengan periode angsuran pokok dan profit rate dihitung dari jumlah nominal dari bagi hasil yang didiscount karena menurunnya share dana dalam bank dalam usaha nasabah (descreating partipation) Dengan jaminan
1) Kendala dalam Penerapan Pembiayaan Musyarakah Di Perbankan Syariah a) Kesulitan menarik kembali dana apabila terjadi wan prestasi b) Kesulitan
perhitungan
keuntungan/
bagi
hasil
karena
cicilan
pengembalian dana c) Tidak boleh ada pinjaman 2) Alternatif Solusi a) Menyewa konsultan appraisal untuk menilai asset yang masih tersedia untuk dikembalikan kepada bank. b) Harus ada kesempatan dana pokok yang dicicil oleh nasabah menjadi tabungan beku, yang tidak diakui sebagai cicilan pokok. c) Mencari jaminan dari pihak ketiga. 3) Deviasi dalam pembiayaan musyarakah a) Kurangnya informasi dari pihak bank untuk menjelaskan secara penuh esensidari pembiayaan musyarakah dan keterangan lain yang berkaitan dengan keberadaan produk tersebut. Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
77
b) Dalam proses permohonan pembiayaan musyarakah, titik berat analisis masih lebih terfokus pada analisis kemampuan bayar dan keberadaan jaminan. Analisis usaha yang merupakan esensi dari suatu kegiatan juga telahdilakukan walaupun dalam kapasitas terbatas. Dengan demikian, kesan utang piutang masih lebih kuat dibandingkan kesan investasi. c) Tingkat efektif pengenaan denda dalam pembiayaan musyarakah yang dikaitkan dan/atau disamakan dengan tingkat efektif nisbah bagi hasil (NBH) dikhawatirkan akan tergolong pada riba fadhal Jadi hal-hal diatas perlu diperhatikan dalam standarisasi akad musyaarakah yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam rangka pemurnian ketentuan syariah dengan memperhatikan syarat minimum menurut ketentuan fiqih. b. Praktik Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah dalam praktik di perbankan syariah di Indonesia juga tidak sama persis dengan konsep klasik mudharabah dalam literatur klasik, yang mana perbedaannya dapat kita lihat dalam table berikut ini : Tabel.2 62 No 1 2 3 4
Karekteristik Pokok Tujuan Transaksi Pengelola Usaha Pembagian Hasil Penentuan nisbah bagi hasil
Praktik Klasik
Praktik di Indonesia
Investasi dengan pihak lain (mudharib) Mudharib Profit and Loss Sharing Nisbah bagi hasil tetap selama periode perjanjian
Pembiayaan atau Penyediaan Fasilitas Nasabah (mudharib) Revenue sharing Nisbah bagi hasil dapat berubah selama periode perjanjian (multiple sharing ratio) dan ditetapkan dalam akad
62
Buchori,et.al, Standarisasi Akad Bagi Perbankan Syariah, Laporan Hasil Kajian,Direktoral Perbankan Syariah,Bank Indonesia,2004 Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
78
5
Pembayaran pokok
Dilakukan satu kali diakhir periode
6
Pembayaran bagi hasil Profit Rate
Dilakukan satu kali di akhir periode Dihitung satu kali di akhir periode atas dasar 100% nilai penempatan dana investor sejak awal periode perjanjian
7
8
Dalam hal terjadi kerugian
9
Kolateral
Tanpa jaminan
1) Kendala dalam Penerapan Pembiayaan
diawal periode kontrak 1.Dilakukan satu kali diakhir periode 2.Diangsur Diangsur Dihitung atas dasar dana awal yang masih (dan dianggap) digunakan oleh nasabah Untuk satu kali angsuran pokok: 1. bagi hasil dibayar periodic sesuai dengan periode angsuran pokok dan profit rate dihitung dari jumlah nominal bagi hasil per dana awal 100% atau: 2. bagi hasil dibayar periodic sesuai dengan periode angsuran pokok dan profit rate dihitung dari jumlah nominal dari bagi hasil yang didiscount karena menurunnya share dana bank dalam usaha nasabah Dengan jaminan
Mudharabah Di Perbankan
Syariah a) Kesulitan menarik kembali dana apabila terjadi wan prestasi b) Kesulitan
perhitungan
keuntungan/
bagi
hasil
karena
cicilan
pengembalian dana c) Tidak ada jaminan
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
79
2) Alternatif Solusi a) Menyewa konsultan appraisal untuk menilai asset yang masih tersedia untuk dikembalikan kepada bank. b) Harus ada kesempatan dana pokok yang dicicil oleh nasabah menjadi tabungan beku, yang tidak diakui sebagai cicilan pokok. c) Mencari jaminan dari pihak ketiga. 3) Deviasi dalam pembiayaan mudharabah a) Kurangnya informasi dari pihak bank untuk menjelaskan secara penuh esensidari pembiayaan mudharabah dan keterangan lain yang berkaitan dengan keberadaan produk tersebut. b) Dalam proses permohonan pembiayaan mudharabah, titik berat analisis masih lebih terfokus pada analisis kemampuan bayar dan keberadaan jaminan. Analisis usaha yang merupakan esensi dari suatu kegiatan juga telahdilakukan walaupun dalam kapasitas terbatas. Dengan demikian, kesan utang piutang masih lebih kuat dibandingkan kesan investasi. c) Tingkat efektif pengenaan denda dalam pembiayaan musyarakah yang dikaitkan dan/atau disamakan dengan tingkat efektif nisbah bagi hasil (NBH) dikhawatirkan akan tergolong pada riba fadhal Jadi hal-hal diatas perlu diperhatikan dalam standarisasi akad mudharabah yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam rangka pemurnian ketentuan syariah dengan memperhatikan syarat minimum menurut ketentuan fiqih.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
80
c. Praktik Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah dalam praktik di perbankan syariah di Indonesia juga tidak sama persis dengan konsep klasik murabahah dalam literatur klasik, yang mana perbedaannya dapat kita lihat dalam table berikut ini : Tabel.3 63 No 1
2 3
4
5
6
7
Karekteristik Pokok Tujuan Transaksi
Tahapan Transaksi Proses transaksi
Praktik Klasik Kegiatan jual beli
Dua Tahap
Praktik di Indonesia Pembiayaan Penyediaan barang Satu Tahap
atau Fasilitas/
1. penjual membeli barang dari produsen 2. Penjual menjual barang kepada pembeli
Bank selaku penjual dapat mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari produsen untuk dijual kembali kepada nasabah tersebut. Status Barang telah dimilik Barang belumjelas kepemilikan penjual saat akad dimiliki penjual saat barang pada saat dilakukan akad dilakukan akad Perhitungan 1. perhitungan laba 1. Perhitungan tingkat marjin menggunakan biaya menggunakan transaksi ril Benchmark atas rate 2. Perhitungan laba yang berlaku dalam merupakan lumpsum pasar dan wholesale 2. perhitungan laba menggunakan persentase per annum dan dihitung berdasarkan baki debet pembiayaan Sifat pemesanan 1. Tidak tertulis Tertulis dan mengikat barang oleh 2. Ada dua pendapat: nasabah mengikat dan tidak mengikat Penggunaan Harus transparan Harus transparan harga pokok
63
Buchori,et.al, Standarisasi Akad Bagi Perbankan Syariah, Laporan Hasil Kajian,Direktoral Perbankan Syariah,Bank Indonesia,2004 Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
81
8 9 10
jaminan Tenor Cara pembayaran jual beli Kolateral
Sangat pendek Cash and carry
Jangka panjang (15tahun) Dengan cicilan (ta’jil)
Tanpa jaminan
Dengan jaminan
1) Kendala dalam Penerapan Pembiayaan
Murabahah Di Perbankan
Syariah a) Terkena pajak karena termasuk jual beli b) Terkena pajak berganda karena 2 tahap transaksi c) Klaim nasabah ia tidak berutang pada bank d) Tidak ada referensi biaya 2) Alternatif Solusi a) Menggunakan seminimal mungkin kata”jual beli” dan mengaitkannya dengan ketentuan perbankan. b) Melakukan 1 tahap transaksi: nasabah menerima barang langsung dari penjual. c) Memasukkan klausul dalam perjanjian yang berkaitan dengan undangundang khusus perbankan. d) Mengkredit rekening nasabah dan mendebetnya kembali untuk membayar kepada penjual pertama setelah nasabah memberikan surat kuasa mendebet rekening e) Menggunakan tingkat rata-rata bagi hasil PUAS f) Menyusun indeks harga berbagai industri.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
82
3) Deviasi dalam pembiayaan murabahah a) Kurangnya informasi dari pihak bank untuk menjelaskan secara penuh esensi dari pembiayaan murabahah dan keterangan lain yang berkaitan dengan keberadaan produk tersebut. b) Dalam proses permohonan pembiayaan murabahah, pengikatan jual beli umumnya dilakukan mendahului kepemilikan baranjg oleh bank. Hal ini jelas telah menyalahi baik prinsip fiqh itu sendiri maupun hokum universal bahwa hak menjual merupakan hak turunan dari kepemilikan. c) Dalam pembiayaan murabahah terdapat praktik perwakilan/wakalah yang secara esensi telah menyalahi dua prinsip, yaitu pertama esensi penjual
yang
memiliki
kewajiban
dan
kesanggupan
untuk
menyediakan barang; dan kedua, esensi murabahah itu sendiri maksudnya adalah kesepakatan untuk membelikan barang untuk pihak ketiga yang memesan, dengan transparansi harga pokok dan marjin. d) Dalam pembiayaan murabahah terdapat praktik pencairan dana pembiayaan ke rekening nasabah yang selanjutnya nasabah diminta untuk melakukan pembayaran kepada supplier. Hal ini akan menimbulkan kesan adanya transaksi utang piutang antara bank dan nasabah, bukan transaksi jual beli. Jadi hal-hal diatas perlu diperhatikan dalam standarisasi akad murabahah yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam rangka pemurnian ketentuan syariah dengan memperhatikan syarat minimum menurut ketentuan fiqih.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
83
d. Praktik Pembiayaan Ijarah Secara timbulnya ijarah disebabkan oleh adanya kebutuhan akan barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan keuangan. Dengan kata lain, apabila nasabah memiliki kemampuan keuangan , makapemenuhan kebutuhan barang atau manfaat barang akan dilakukan langsung oleh nasabah kepada pemilik barang tanpa melalui bank syariah. Dengan demikian praktik ijarah yang terjadi pada aktifitas perbankan syariah, secara teknis merupakan perubahan cara pembayaran sewa dari tunai di muka (bank dengan pemilik barang) menjadi angsuran (bank dengan nasabah) dan/atau pengunduran periode waktu pembayaran (disesuaikan dengan kemampuan nasabah) atas biaya sewa yang telah dibayarkan di muka (oleh bank). Berdasarkan kompilasi SOP yang disampaikan oleh Bank Syariah, Adapun tahapan mengenai pelaksanaan ijarah dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4 64 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
64
Tahapan Adanya permintaaan untuk enewa barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syariah Wa’ad antara bank dengan nasabah untuk menyewa barang dengan harga sewa dan waktu sewa yang disepakati Bank syariah mencari barang yang diinginkan untuk disewa oleh nasabah Bank syariah menyewa barang tersebut dari pemilik barang Bank syariah membayar sewa dimuka secara penuh Barang diserahterimakan dari pemiik barang kepada bank syariah Akad antara bank dengan nasabah untuk disewa Nasabah membayar sewa dibelakang secara angsuran Barang diserahterimakan dari bank syariah kepada nasabah Pada akhir periode, barang diserahterimakan kembali dari nasabah ke bank syariah yang selanjutnya akan diserahterimakan ke pemilik barang.
Ibid
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
84
Dari hasil telaahan atas SOP akad ijarah, terdapat beberapa hal yang dapat dicermati lebih jauh, yaitu: 1) Di beberapa bank, penggunaan uang muka dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa nasabah memang benar akan menyewa barang dimaksud dari bank syariah. Uang muka diperlakukan sebagai pembayaran sewa dimuka. 2) Di beberapa bank, penyediaan dana untuk menyewa barang disetorkan langsung ke rekening nasabah, yang selanjutnya atas nama bank syariah (wakalah), nasabah melakukan penyewaan barang dari pemilik barang. e. Praktik P embiayaan Ijarah Muntahia Bit-tamlik Ijarah Muntahia Bit-tamlik
(IMBT) pada dasarnya merupakan perpaduan
antara ijarah denganjual beli. Semakin jelas dan kuat komitmen untuk membeli barang diawal akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila komitmen untuk membeli barang di awal akad tidak begitu kuat dan jelas, maka hakikat IMBT akan lebih bernuansa ijarah. Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT terletak dari adanya opsi untuk membeli barang dimaksud pada akhir periode. Sedangkan dari sisi jual beli, perbedaa IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat barang dimaksud terlebihdahulu melalui akad sewa, sebelum transaksi jual beli dilakukan. Berdasarkan kompilasi SOP yang disampaikan oleh bank Syariah, tahapan pelaksanaan IMBT adalah seperti tabel berikut ini: Tabel 565 No 1 2 65
Tahapan Adanya permintaan untuk menyewa beli barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syariah Wa’ad antara bank dan nasabah untuk menyewa beli barang dengan harga
Ibid
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
85
sewa dan waktu sewa yang disepakati Bank Syariah mencari barang yang diinginkan untuk disewa beli oleh nasabah 4 Bank Syariah membeli barang tersebut dari pemilik barang 5 Bank Syariah membayar tunai barang tersebut 6 Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank syariah 7 Akad antara bank dan nasabah untuk sewa beli 8 Nasabah membayar sewa secara angsuran 9 Barang diserahterimakan dari bank syariah kepada nasabah 10 Pada akhir periode dilakukan jual beli antara bank syariah dengan nasabah Dibeberapa hasil telaah atas SOP akad IMBT, terdapat beberapa hal yang 3
dapat dicermati lebih jauh, yaitu: 1) Di beberapa bank komitmen untuk membeli barang pada akhir periode yang dituangkan dalam wa’ad, cenderung bersifat keharusan/ wajib bagi nasabah. f. Pratik Pembiayaan Salam dan Salam Paralel Secara praktis pelaksanaan kegiata salam dalamperbankan syariah cenderung dilakukan dalam format, salam paralel. Hal ini dapat dipahami karena pertama, kegiatan salam oleh bank syariah merupakan akibat dari adanya permintaan barang oleh nasabah, dan kedua bank syariah bukanlah produsen dari barang yang dimaksud. Berdasarkan kompilasi SOP yang dsampaikan oleh bank syariah, tahapan pelaksanaan salam dan salam paralel adalah seperti tabel berikut ini : Tabel 6 66 No Tahapan 1 Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah pembeli kepada bank syariah sebagai penjual 2 Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh penngiriman barang yang disepakati. 3 Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang yang dimaksud (sesuai batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah). 4 Pengikatan I antara bank sebagai penjual dengan nasabah sebagai pembeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang 66
Ibid.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
86
5 6
7 8
telah ditentukan. Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan sebagian diawal akad dan sisanya sebelum barang diterima (atau sisanya disepakati untk diangsur). Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah sebagai produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan. Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah produsen pada saat pengikatan dilakukan Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah produsen kepada nasabah pembeli pada waktu yang telha ditentukan.
Terdapat beberapa hal yang dapat dicermati lebih jauh mengenai akad salam dan akad salam paralel ini antara lain: 1) Secara umum, pemahaman bank syariah menunjukkan bahwa akad salam dilakukan tidak terbataspada hasil pertanian saja. Setiap pembelian barang apa pun yang mememrlukan tahapan pemesanan, proses produksi, serta penangguhan pengiriman dapat menggunakan akad salam. 2) Praktik akad salam dibank syariah hampir selalu dilakukan dalam format salam paralel. Dalam akad pertama antara nasabah pembeli dan bank syariah, nasabah tidak membayar dimuka barang yang dibeli , tetapi meminta bank syariah untuk embiayai pengadaanya terlebih dahulu. Sedangkan dalam akad kedua, bank syariah memesan baranngdengan pembayaran dimuka dan penyerahan tanggungan. 3) Keuntungan bank syariah atas praktik slam paralel diperoleh dari selisih antara harga beli dan harga jual. 4) Pengakuan piutang salam dilakukan sebagai piutang uang daripada piutang barang.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
87
g. Praktik Pembiayaan Istishna dan Istishna Paralel Seperti halnya praktik salam, secara praktis pelaksanaan kegiatan Istishna dalam perbank syariah cenderung dilakukan dalam format istishna paralel. Hal ini dapat dipahami karena pertama, kegiatan istishna oleh bank syariah merupakan akibat dari adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, kedua bank syariah bukanlah produsen dari baarang dimaksud. Secara
umum
tahapan praktik istishna diperbankan syariah adalah sama dengan tahapan praktik salam. Perbedaanya terletak pada cara pembayaran yang tidak dilakukan secara sekaligus, tetapi dilakukan secara bertahap. Berdasrkan kompilasi SOP yang disampaikan oleh Bank syariah tahapan pelaksanan istishna dan istishna paralel adalah seperti tabel berikut ini : Tabel 7 67 No Tahapan 1 Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah pembeli kepada bank syariah sebagai mustasni. 2 Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh penngiriman barang yang disepakati. 3 Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang yang dimaksud (sesuai batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah). 4 Pengikatan I antara bank sebagai penjual dengan nasabah sebagai pembeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan. 5 Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan sebagian diawal akad dan sisanya sebelum barang diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur). 6 Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah sebagai produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan. 7 Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah produsen pada saat pengikatan dilakukan 8 Pengiriman barang dilakukan langsung oleh produsen kepada nasabah
67
Ibid
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
88
D. ASPEK HUKUM PEMBERIAN PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH Dalam hal pemberian pembiayaan di bank syariah menyangkut beberapa ketentuan mulai dari akad yang dipergunakan seperti yang telah dibahas sebelumnya, serta Undang-Undang yang berkaitan
dengan pemberian
Pembiayaan ini seperti UU. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, UU. No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, UU. No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama,
Permen
No.06/Permen/M/2008,
PBI
No.9/19/PBI/2007
tentang
Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, PBI No. 8/5/PBI/2006 tentang mediasi perbankan, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSNMUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No.08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. Dalam prosedur pemberian pembiayaan sama halnya dengan peraturan hukum positif yang berlaku di Negara kita yaitu KUHPerdata dimana dalam pasal 1338 disebutkan bahwa : “Semua perjanjianyang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undangundang dinyatakan cukup untuk itu.Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Dari ketentuan pasal tersebut, seluruh pakar hukum sepakat menyimpulkan bahwa dalam hal perjanjian, hukum positif (hukum yang berlaku) di Indonesia menganut sistim “terbuka”. Artinya setiap orang bebas untuk membuat perjanjian apa dan bagaimanapun juga, sepanjang pembuatannya dilakukan sesuai dengan
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
89
undang-undang dan isinya tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan. Terbuka disini juga maksudnya adalah bebas tidak saja menyangkut isi atau materinya, namun juga menyangkut bagaimana
cara menyelesaikan
perselisihan yang terjadi atau mungkin dapat terjadi. Dimana perselisihan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam kehidupan dunia ekonomi, harus diantisipasi apabila ada perselisihan yang tidak dapat dimusyawarahkan. Langkah pertama dalam menyelesaikan sengketa antara nasabah dengan pihak bank atau pihak-pihak yang terkait adalah dengan cara negosiasi, atau konsiliasi. Namun setelah upaya itu dilakukan ternyata belum tercapai maka penyelesaian sengketa ditempuh melalui arbitrase atau lembaga peradilan yang berkompeten. 1. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Syariah Pembentukan arbitrase syariah di Indonesia diawali oleh adanya pertemuan cendikiawan Muslim dan Ulama tentang perlunya pembentukan Lembaga Arbitrase berdasarkan hokum Syariah di Indonesia. Pertemuan itu dimotori oleh Dewan Pimpinan MUI pada Tanggan 22 April 1992. Kemudian sebagai tindak lanjut pada tanggal 2 Mei 1992 diadakan pertemuan lanjutan dengan tambahan peserta dari Bank Muamalat Indonesia. Dalam rapat ini berhasil membentuk tim yang bertugas untuk mempelajari dan mempersiapkan bahanbahan bagi kemungkinan berdirinya Lembaga Arbitrase Syariah. Realisasi keputusan itu adalah dengan dikeluarkannya surat keputusan dewan Pimpinan MUI No.392/MUI/V/1992 tanggal 4 Mei 1992 tentang kelompok Kerja Pembentukan Badan Arbitrase Hukum Islam. Kemudian dalam rapat kerja MUI se-Indonesia pada tanggal 24-27 Nobember 1992 rencana pembentukan arbitrase
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
90
syariah menjadi agenda utama. Akhirnya tanggal 21 Oktober 1993 Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) secara resmi didirikan. Kewenangan dari Lembaga ini meliputi kewenangan dibidang yurisdiksi yaitu penyelesaian sengetayang timbul dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lain-lain dimana para pihak sepakat secara tertulis untuk menyelesaikan perkara kepada BAMUI sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Dan Memberikan pendapat tanpa adanya sengketa mengenai suatu persoalan berkaitan dengan perjanjian permintaan para pihak. Kesepakatan klausul semacam ini dapat dicantumkan dalam perjanjian untuk mengadakan arbitrase oleh sekretaris dalam register BAMUI. Prosedur Beracara di BAMUI ditetapkan Pada Aturan BAMUI, 1994 : 209-225. Jadi sekarang dengan mengacu pada UU. No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Putusan Arbitrase bersifat final bagi nasabah dan Bank. 2. Penyelesaian Sengketa Melalui Peradilan Agama Seperti yang kita ketahui Pengadilan Negeri tidak menggunakan syariah sebagai landasan hukum bagi penyelesaian perkara seperti itu, sedangkan awalnya wewenang Pengadilan Agama di batasi UU No. 7 Tahun 1989, dimana Institusi ini hanya bisa memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang menyangkut perkawinan, warisan, wakaf, hibah, dan sedekah. Sehingga Peradilan Agama tidak dapat memeriksa dan mengadili perkara-perkara diluar kelima bidang tersebut. Namun setelah dilakukan perubahan atas UU. No. 7 Tahun 1989 menjadi UU. No. 3 Tahun 2006 dimana ruang lingkup Pengadilan Agama adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang beragama Islam yang menyangkut perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat,
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
91
infaq, shadaqah, dan ekonomi Syari,ah. 68 Dengan demikian setelah adanya kewenangan ini, perkara yang timbul akibat ekonomi syariah dapat diselesaikaan melalui arbitrase syariah dan juga dapat diselesaikan melalui lembaga peradilan agama yang konsisten dengan prinsip syariah.
68
Pasal 49 UU. No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
92
BAB IV TINJAUAN UMUM TERHADAP SISTEM PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH DI BANK SYARIAH A.
SEJARAH BERDIRINYA BANK MUAMALAT INDONESIA PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan di Republik Indonesia pada
tanggal 24 Rabius Tsani atau 1 November 1991 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah berdasarkan akta Notaris Yudo Paripurno, SH No.1 Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik
Indonesia
dalam
Surat
Keoutusan
No.C2-
2413.HT.01.01Th.92 tanggal 21 Maret 1992 dan diumumkan dalam Berita Negara No.34 tanggal 28 April 1992, Tambahan No.1919A. Anggaran dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir didokumentasikan dalam Akta Notaris Anggaran dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir didokumentasikan dalam Akta Notaris Yudo Paripurno,SH No.237 tanggal 28 April 2005, yang kemudian direvisi dengan akta No.150 tanggal 27 September 2005 khususnya mengenai perubahan modal dasar Bank. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Manusia
Republik
Indonesia
dengan
Kehakiman dan Hak Asasi
Surat
Keputusan
No.
C-
32981.HT.01.04.TH.2005 tanggal 13 Desember 2005, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia nomor 13 Tambahan No.1633, tanggal 14 Februari 2006. 69 Sesuai dengan Pasal 3 anggaran dasar Bank Muamalat Indonesia yang terakhir, ruang lingkup kegiatan bank adalah menyelenggarakan usaha perbankan
69
Hasil wawancara dengan Bank Muamalat Indonesia
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
93
dengan prinsip syariah. Berdasarkan Surat Keputusan Meteri Keuangan Republik Indonesia No. 430/KMK.013/1992 tsnggsl 24 April 1992, Bank telah memperoleh izin untuk beroperasi sebagai Bank Umum. Bank memulai aktivitas operasinya pada 27 syawal 1412H atau bertepatan dengan tanggal 1 Mei 1992 dengan dukungan dari tokoh-tokoh dan pemimpin muslim terkemuka serta beberapa pengusaha muslim. Pendiriannya juga mendapat dukungan masyarakat berupa komitmen pembelian saham senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian persero. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.131/KM.017/1995 tanggal 30 Maret 1995, Bank Muamalat Indonesia dinyatakan sebagai bank yang beroperasi dengan system bagi hasil. Dan Bank Muamalat Indonesia secara resmi beroperasi sebagai Bank Devisa sejak tanggal 27 Oktober 1994 berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.27/76/KEP/DIR. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Bank sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa dan produk yang terus dikembangkan. Kantor pusat bank Muamalat berlokasi di Gedung Arthaloka Jalan Jendral Sudirman no.2, Jakarta 10220. Dimana telah mempunyai 51 Cabang, 9 cabang pembantu, 90 kantor kas, 43 gerai, 21 unit pelayanan Syariah, dan 1800 SOPP Pos. Sedangkan Bank Muamalat Indonesia cabang Medan didirikan Pada tanggal 17 April 2000. Dimana cabang medan adalah cabang ke-11 yang dibuka oleh Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia cabang Medan berlokasi di Jalan Balai Kota No.10 D-E Medan
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
94
1. Visi dan Misi Visi PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk adalah: “Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan dipasar spiritual, dikagumi dipasar rasional “. Misi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah: “Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada stakeholder”. 2. Struktur Organisasi Untuk memudahkan pekerjaan dan tanggung jawab agar pelaksanaan rencana kerja perusahaan dapat mencapai target sesuai yang diinginkan maka setiap perusahaan umumnya membuat struktur organisasi, begitu juga halnya dengan Bank muamalat Indonesia Cabang Medan . Struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia cabang Medan dipimpin oleh Presiden direktur yang membawahi direktur keuangan dan administrasi. Kepala Group Internal Audit, dan manajer bisnis. Presiden direktur mengendalikan dan mengawasi langsung unit-unit kerja menurut bidang dan tugasnya, pengendalian usaha pengelolaan administrasi di lingkungan cabang serta cabang pembantu. Selain itu Presiden direktur juga bertugas dalam menetapkan rencana kerja, anggaran, sasaran usaha dan tujuan yang akan dicapai.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
95
Direktur Keuangan dan Administrasi membawahi Asisten Direktur Administrasi dan Manajer operasional. Tugas dari Direktur Keuangan dan Administrasi adalah mengelola administrasi pembiayaan, membantu proses pemberian pembiayaan dan mengelola jaminan bank, melaksanakan penyempurnaan hasil audit. Dan dibantu oleh Asisten Direktur Administrasi dalam mengelola kepagawaian dan mengelola administrasi umum. Sementara Manajer Operasional melakukan verifikasi data nasabah mengenai debitur, mengelola administrasi bank office (data entry dan kliring) transaksi jasa, dan mengelola administrasi pembiayaan. Kepala Group Internal Audit yang membawahi Resident auditor dan bertugas dalam menyelia dan berpartisipasi aktif dalam usaha pengawasan/ pemeriksaan atas transaksi keuangan dan rekening, melakukan pemeriksaan khusus
terhadap
berbagaikegiatan
harian/
manajemen
cabang,
dan
menyiapkan laporan pekerjaan pada pimpinancabang dan manajer. Manajer bisnis bekerjasama dalam memberikan informasi kepada manajer operasional dan Resident Auditor. Manajer bisnis juga bekerja sama dengan manajer Akuntansi dan bertugas dalam memasarkan produk dan jasa perbankan kepada nasabah, mengelola permohonan pembiayaan, melakukan pemantauan nasabah dan kolektibilitas, melayani dan mengembangkan hubungan dengan nasabah, serta mengerjakan tugas lainya dari Presiden Direktur. Sementara itu Menajer Akuntansi bertugas dalam mengelola computer cabang , output laporan cabang dan output dari system, menyediakan/menyelesaikan transaksi DPT (Daftar Pos Terbuka), dan memeriksa kebenaran /akurasi dari system.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
96
STRUKTUR ORGANISASI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG MEDAN
PRESIDENT DIRECTUR
Direktur Keuangan Dan Administrasi Kepala Group Internal Audit ASDIR Administrasi Manajer Operasional
Manajer Bisnis
Resident Auditor
Manajer Akuntansi
Kantor di bawah wilayah cabang (Capem/UPS/KK/GERAI/SOPP) K.kas Serdang, Sisinga Manga Raja, UPS T.Tinggi
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
97
3. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia a. Produk Penghimpun Dana/Penyimpanan Dana 70 Mengamanahkan dana di Bank Muamalat bukan sekedar menyimpan atau menitipkan dana. Dana akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai berbagai macam usaha halal dan produktif bagi kepentingan ummat. Saat ini Bank Muamalat mengimplementasikan pola bagi hasil atas pendapatan (revenue sharing) yang berarti bank membagikan hasil usaha secara penuh dan adil sesuai dengan nisbah yang tela disepakati, sebelum dikurangi biayabiaya operasional Bank. Produk-produk penghimpun dana/ penyimpan dana Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan terdiri dari : 1) Tabungan Mudharabah Tabungan mudharabah adalah investasi syariah yang di aplikasikan dalam Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan menggunakan prinsip mudharabah
mutlaqah
yaitu
pemilik
dana
(shahibul
maal)
memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib/ bank) dalam pengelolaan investasinya. Tabungan mudharabah merupakan investasi yang hanya bisa ditarik sesuai dengan persyaratan tertentu yang disepakati. Tabungan ini dinamakan Shar-E karena dikemas khusus dalam paket instant dan dapat diperoleh di outlet Bank Muamalat dan SOPP diseluruh Indonesia. Dimana kelebihan dari produk ini adalah investasi bagi hasil secara syariah dengan mudah, multi fungsi, fleksibel dan akses yang luas. Selain itu Shar-E menjadi pintu hijrah menuju
70
Hasil wawancara dengan Bank Muamalat Indonesia
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
98
perbankan syariah, sehingga dana masyarakat dapat disalurkan untuk menggerakkan sector riil secara halal. 2) Tabungan Arafah Merupakan tabungan untuk mempersiapkan ibadah haji ke Baitullah secara terencana. Dimana tahun keberangkatan dan besarnya setoran tabungan dapat direncanakan sesuai dengan kemampuan. Tabungan tersebut juga akan memperoleh bagi hasil yang secara otomatis akan ditambahkan kedalam saldo tabungan arafah setiap bulannya, terjamin karena terhubung secara online dengan SISKOHAT Departemen Agama sehungga memperoleh porsi keberangkatan haji. 3) Giro Wadiah Dalam
aplikasi,
Bank
Muamalat
Indonesia
Cabang
medan
menggunakan prinsip Wadiah Yad-Dhamanah dimana bank sebagai penerima dana titipan dapat memanfaatkan dana tersebut. Giro Wadiah dapat ditarik setiap saat dan mendapatkan bonus sesuai dengan kebijakan bank. Giro Wadiah dinyatakan sebesar titipan pemegang giro di bank. 4) Deposito Mudharabah Deposito berjangka mudharabah merupkan investasi yang hanya bisa ditarik pada waktu tertentu yaitu dengan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 sesuai dengan perjanjian antara pemegang deposito mudharabah dengan bank. Dimana dapat diperpanjang secara otomatis pada saat jatuh tempo. Dapat dijadikan jaminan dan dijamin oleh Pemerintah
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
99
melalui Lembaga Penjamin Simpanan. Deposito mudharabah ini juga menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah. 5) Deposito Fulinves Merupakan produk investasi yang menggunakan akad Mudharabah Muthlaqah dan memperoleh fasilitas asuransi syariah, dimana keuntungannya yaitu memperoleh bagi hasil yang sangat menarik setiap bulan dan Investasi disalurkan untuk pembiayaan yang halal. Jangka waktu dari Fulinves ini adalah 6 dan 12 bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis, selain itu dapat dijadikan jaminan pembiayaan dan dijamin oleh Pemerintah melalui LPS 6) DPLK Muamalat Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat, merupakan Badan Hukum yang menyelenggarakan Program Pensiun, yaitu suatu program tabungan pension yang dananya dikelola secara syariah, yang pembayarannya dilakukan secara berkala dan dikaitkan dengan pencapaian usia. Dimana manfaat Pensiun sebesar total iuran ditambah dengan hasil pengembangannya, memberikan produk asuransi jiwa kepada setiap peserta. Keuntungan dari produk ini adalah memberikan jaminan yang berkesinambungan kepada nasabahnya.
b. Produk Pembiayaan Dana 71 Bank Muamalat Indonesia juga menjadikan mitra sebagai usahawan (enterpreneur) yang handal melalui sistem Ekonomi Islam yang
71
Hasil wawancara dengan Bank Muamalat Indonesia
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
100
menjanjikan
keadilan dan
kebersamaan
dalam
berusaha.
Sistem
pembiayaan Bank Muamalat menempatkan nasabah sebagai mitra Bank Muamalat dalam berwirausaha sehingga skema apapun yang dipilih, jual beli ataupun bagi hasil , Bnak Muamalat dengan komitmennya untuk mendukung sektor riil yang
halal, akan memberikan dukungan
pembiayaan. Bahkan tersedia asistensi manajemen untuk memudahkan usaha yang dijalankan, bila para mitra dan nasabah memerlukannya. Produk-produk pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan terdiri dari : 1) Baiti Janati Merupakan fasilitas penanaman dana dalam bentuk kongsi/ kerjasama pemilikan rumah secara syariah dengan pemenuhan aspek syariah/ halal dan bebas dari riba, dengan porsi kepemilikan awal nasabah minimal 10 %, Jangka waktu pembiayaan yang panjang hingga 15 tahun, diperuntukkan bagi (rumah, ruko, rukan dan apartemen), plafond sampai dengan 10 miliar, dan cicilan yang flexible. 2) Piutang Murabahah Fasilitas penyaluran dana dengan sistem jual beli. Bank akan membelikan barang-barang halal apa saja yang dibutuhkan kemudian menjualnya kepada pembeli untuk diangsur sesuai dengan kemampuan pembeli. Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan investasi: pengadaan barang modala seperti mesin, peralatan, dll) maupun pribadi ( misalnyapembelian kendaraan bermotor, rumah, dll).
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
101
3) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh bank untuk dikelola dalam usaha yang telah disepakati bersama. Selanjutnya dalam pembiayaan ini nasabah dan bank sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak bank kecuali kerugian yang yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan. Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan, industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak, dan lain-lain berupa modal kerja dan investasi. 4) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan musyarakah adalah kerjasama pengkongsian yang dilakukan antara nasabah dan Bank Muamalat dalam suatu usaha dimana masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan bersamaberdasarkan porsi dana yang ditanamkan. Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan, industri/manufactoring, usaha atas dasar kontrak dan lain-lain.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
102
B.
SISTEM
PEMBIAYAAN
PEMILIKAN
RUMAH
DI
BANK
MUAMALAT INDONESIA 1. Latar Belakang Rumah adalah surga bagi keluarga. Rumah yang nyaman adalah idaman setiap keluarga. Rumah yang indah menjadi berkah bagi semuanya. Dengan rizki yang bersih dan dana yang halal. Maka Bank Muamalat mengeluarkan produk Pembiayaan Pemilikan Rumah yang diberi nama Baiti Janati dalam rangka mengimplementasikan skema syariah MUSYARAKAH ataupun IJARAH untuk kepemilikan rumah dengan nama produk Baiti Janati dalam penanaman dana di Bank Muamalat Indonesia. Dengan adanya peluang penanaman dana melalui Musyarakah atau iajrah untuk fasilitas penanaman dana Kongsi Pemilikan Rumah Syariah (KPRS) Baiti janati menjadi produk syariah pada penanaman dana untuk pemilikan rumah. Dalam skema ini awalnya nasabah dan BMI membeli rumah secara bekerjasama (Syirkatul Milk) dan kemudian nasabah menyewa manfaat atas rumah itu. Selanjutnya nasabah membayar kewajiban sewa atas rumah tersebut dan sekaligus melakukan pembayaran pengambilalihan rumah yang menjadi porsi BMI secara bertahap sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati, dan pada akhir jatuh tempo sewa maka kepemilikan rumah telah sepenuhnya (100%) menjadi milik nasabah. 2. Landasan Syariah Musyarakah untuk KPRS merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi kebutuhan manusia. Ulama Fiqh menetapkan dasar hukumnya yaitu dibolehkan.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
103
a. Al-Qur’an “ hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….” (Al-Maidah: 1) “…dan
penuhilah
janji
sesungguhnya
janji
itu
pasti
diminta
pertanggungjawabannya “ (Al-Isra : 34) “Orang yang makan riba tidaka dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka demikian itu adalah disebabkan mereka berkata sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai padanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya kepada Allah. Orang yang mengulangi maka orang itu adalah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya (Al-Baqarah : 275) b. Al-Hadits Riwayat Imam al-Tirmidzi dari Amr bin ‘Auf al Muzani, nabi SAW besabda : “perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” Riwayat Imam Majah, al-Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi SAW besabda : “Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain”.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
104
c. Kaidah Fiqh “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. “Kesulitan dapat menarik kemudahan”. “Keperluan dapat menduduki posisi darurat”. “Sesuatu yang berlaku berdasarkan adapt kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara( selama tidak bertentangan dengan syariat)”. d. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) 1) Musyarakah (Syirkatul Milk) Fatwa DSN No.31/DSN-MUI/VI/2002 tanggal 26 Juni 2002 tentang pengalihan hutang. Syirkatul milk dinyatakan dalam penjelasan tentang pengalihan hutang dalam alternative II dari IV alternative cara pengalihan hutang yang menyatakan sebagai berikut : a) Lembaga Keuangan Syariah (LKS) membeli sebagian asset nasabah, dengan seizin Lembaga Keuangan Konvensional (LKK), sehingga dengan demikian terjadilah Syirkatul Milk antara LKS dan nasabah terhadap asset tersebut. b) Bagian asset yang telah dibeli oleh LKS sebagaimana dimaksud angka 1 adalah bagian asset yang senilai dengan hutang (secara cicilan) nasabah kepada LKK. c) LKS menjual secara murabahah bagian asset yang menjadi miliknya tersebut kepada nasabah dengan pembayaran cicilan.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
105
d) Fatwa DSN nomor : 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah berlaku pula dalam pelaksanaan Pembiayaan Pangambilalihan Hutang sebagaiman dimaksud dalam alternative II. 2) Ijarah Fatwa DSN No.09/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 13 April 2000 tentang pembiayaan Ijarah Rukun dan Syarat Ijarah : a) Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah piak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain. b) Pihak-pihak yang berakad, terdiri dari pemberi sewa/ pemberi jasa kepada penyewa/pengguna jasa. c) Objek akad Ijarah yaitu, manfaat barang dan sewa atau manfaat jasa dan upah. Ketentuan objek Ijarah a) Objek ijarah adalah manfaat dan penggunaan barang dan/atau jasa b) Manfaat barang atau jasa harus dapat dinilai dan dapatdilaksanakan dalam kontrak. c) Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan. d) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah. e) Manfaat barang atau jasa harus dikenal secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidak jelasan yang akan menyebabkan sengketa.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
106
f) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Dapat juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. g) Sewa atau upah harus disepakati dalam akad dan wajib dibayar oleh penyewa/pengguna jasa kepada pemberi sewa/pemberi jasa (LKS) sebagai pembayaran manfaat atau jasa. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam ijarah. h) Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa dan jenis lain yang sama dengan objek kontrak. i) Ketentuan dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak. Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah a) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang dan jasa : a.1 Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan a.2 Menanggung biaya pemeliharaan barang. a.3 Menjamin terdapat cacat pada barang yang disewakan. b) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa : a.1 Membayar sewa atau upah dan bertanggungjawab menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak). a.2 Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan. a.3 Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
107
pihak
penerima
manfaat
delam
menjaganya,
ia
tidak
bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. 3. Skema Penanaman Dana a. Pola Executing Skema penanaman dana yang dapat digunakan antara Bank Muamalat (BMI) dengan mitra institusi adalah fasilitas penanaman dana Musyarakah Syirkatul Milk. Demikian pula skema penanaman dana antara mitra dengan end user/nasabah adalah Musyarakah Syirkatul Milk, sehingga terjadi Musyarakah Syirkatul Milk – Paralel. Gambaran skema Musyarakah Syirkatul Milk – Paralel (Pola Executing – Mitra Institusi) sebagai berikut
Cicil Musyarakah & Bayar Bagi Hasil BMI
6
Akad Musyarakah 1 MITRA
NASABAH
Akad Musyarakah (Syirkatul Milk) 2&3 Akad Ijarah 4
5
Bayar Ujrah Ijarah & Bayar Cicilan Musyarakah (Syirkatul Milk)
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
108
Keterangan : 1. BMI melakukan akad Musyarakah Syirkatul Milk dengan Mitra. 2. Mitra melakukan akad Musyarakah Syirkatul Milk dengan Nasabah. 3. Nasabah dan Mitra bekerjasama (Musyarakah-Syirkatul Milk) membeli rumah. 4. Nasabah menyewa manfaat rumah tersebut untuk tempat tinggalnya kepada Mitra. 5. Nasabah membayar kewajiban berupa ujrah dan pembayaran cicilan Musyarakah (pengambialihan porsi Mitra oleh Nasabah secara bertahap). Di akhir masa sewa kepemilikan rumah seutuhnya (100 %) menjadi milik Nasabah. 6. Pembayaran bagi hasil dan cicilan Musyarakah dari Nasabah akan diteruskan ke BMI sesuai dengan porsi bagi hasil BMI dan cicilan Musyarakahnya. Pada pola ini Risiko ada di Mitra Aliansi 1. Untuk Mitra dan Kru Penanaman Dana a. 25 % untuk Pendapatan Bank Muamalat b. 75 % untuk Mitra Aliansi dan Kru Penanaman Dana, yang dibagi lagi menjadi : b.1. 70 % untuk Mitra Aliansi b.2. 30 % untuk Kru Penanaman Dana dengan pembagian : i. 70 % Account Manager ii. 30 % untuk Komite Penanaman Dana dengan pembagian : -
50 % untuk Pemegang Limit
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
109
50 % dibagi untuk Anggota Komite secara merata (prorata). b. Pola Channeling Dalam pola channeling, mitra institusi hanya bertindak sebagai wakil/agent dari BMI sehingga fasilitas penanaman dana yang dilakukan adalah Musyarakah – BAITI JANATI langsung antara BMI dan Nasabah/End User. Gambaran skema Musyarakah Syirkatul Milk (Pola Cahnneling – Mitra Institusi) sebagai berikut :
Akad Wakalah MITRA
1 2
6
BMI NASABAH
Akad Musyarakah (Syirkatul Milk) 3 Akad Ijarah 4 Bayar Ujrah Ijarah & Bayar Cicilan Musyarakah (Syirkatul Milk)
5
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
110
Keterangan : 1. BMI melakukan akad Wakalah dengan Mitra. 2. Mitra sebagai channeling agent/wakil dari BMI melakukan pemasaran dan membantu proses seleksi Nasabah. 3. Nasabah dan BMI bekerjasama (Musyarakah-Syirkatul Milk) membeli rumah. 4. Nasabah menyewa manfaat rumah tersebut untuk tempat tinggalnya kepada BMI. 5. Nasabah membayar kewajiban berupa ujrah dan pembayaran cicilan Musyarakah (pengambialihan porsi BMI oleh Nasabah secara bertahap).Di akhir masa sewa kepemilikan rumah seutuhnya (100 %) menjadi milik Nasabah. 6. Mitra mendapatkan administration fee sebagai channeling agent dari BMI.
Pada pola ini Risiko ada di BMI : a. 50 % untuk Pendapatan Bank Muamalat b. 50 % untuk Mitra Aliansi dan Kru Penanaman Dana, yang dibagi lagi menjadi : b.1. 50 % untuk Mitra Aliansi b.2. 50 % untuk Kru Penanaman Dana dengan pembagian : i. 70 % Account Manager ii. 30 % untuk Komite Penanaman Dana dengan pembagian : -
50 % untuk Pemegang Limit
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
111
-
50 % dibagi untuk Anggota Komite secara merata (prorata).
4. Sumber dana Sumber dana dari Baiti Janati ini berasal dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak terikat (unrestricted investment/mudharabah muthlaqah) dan/ atau dana-dana lain misalnya dari : Instansi pemerintah, pihak lainnya. 5. Tujuan Penggunaan Fasilitas Baiti Janati hanya diberikan kepada nasabah dengan tujuan untuk pembelian/kepemilikan Rumah tinggal, Rumah toko (Ruko), Rumah Kantor (Rukan), Rumah Susun (Rusun), Apartemen. Dimana fasilitas ini tidak diberikan untuk pembelian barang yang bertentangan dengan ketentuan Syariat Islam dan Ketentuan atau Peraturan Pemerintah atau Undang-Undang yang menyangkut dampak lingkungan atau bertentangan dengan norma kesusilaan yang berlaku. 6. Persyaratan Nasabah Kriteria nasabah secara umum adalah : a. Nasabah individu yang dinilai layak (eligible) b. Tidak cacat hukum c. Mempunyai Fix Income (Pendapatan Tetap) d. Mempunyai penghasilan yang dapat dibuktikan. e. Cash Ratio mencukupi (anggaran belanja rumah tangga tercukupi) f. Usia produktif (jangka waktu tidak melebihi usia pensiun).
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
112
7. Plafond Besarnya Plafond Baiti Janati yang dapat diberikan kepada nasabah minimum Rp 40.000.000,- dan maksimum Rp 10.000.000.000,-. Plafond initermasuk dengan harga beli rumah, pajak jual beli, biaya-biaya atas transaksi jual beli, asuransi kebakaran. 8. Porsi Nasabah Besarnya porsi nasabah minimal 10 % dari harga jual rumah keseluruhan. 9. Ketentuan Ujrah dan Pembayaran Cicilan Musyarakah Ketentuan ujrah ditetapkan dengan dasar pertimbangan untuk dapat menutup seluruh biaya bagi hasil dana pihak ketiga yang kompetitif, biaya operasional dan biaya resiko penanaman dana serta menghasilkan keuntungan yang memadai untuk menjaga kelangsungan dan pengembangan kegiatan Bank Muamalat, yang besarnya ditetapkan dalam ALCO. Ujrah ini yang merupakan objek bagi hasil antara bank muamalat dengan nasabah. Dan berdasarkan akad musyarakah dimana porsi BMI dan porsi nasabah, maka atas bagi hasil tersebut juga terdapat porsi nasabah. Besarnya ujrah dapat dievaluasi secara berkala sehingga ujrah dapat berbeda-beda selama jangka waktu sewa, sesuai dengan kebijakan BMI dan wajib disepakati diawal dan dicantumkan didalam akad. Mengenai pembayaran cicilan musyarakah ditetapkan dengan dasar untuk dapat mengambil alih porsi/bagian rumah yang menjadi BMI secara bertahap. Besarnya cicilan itu berdasarkan kemampuan nasabah yang disesuaikan dengan jangka waktu sewa dan wajib disepakati diawal.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
113
10. Jangka waktu Jangka waktu untuk pembiayaan Baiti Janati ini adalah Maksimal 15 tahun. 11. Pembayaran Pembayaran ujrah dan cicilan musyarakah dilakukan selama jangka waktu penanaman dana dan berdasarkan kesepakatan. Apabila terjadi pembayaran musyarakah lebih awal dari jangka waktu yang telah ditetapkan, hal ini disebut penganmilalihan secaa dipercepat, maka ujrah yang belum jatuh tempo menjadi gugur. Dalam hal pengambilalihan secara dipercepat maka besarnya pembayaran adalah sesuai dengan harga pasar dan porsi kepemilikan BMI 12. Biaya Lainnya Biaya lain yang dikeluarkan terdiri atas biaya administrasi sebesar 1% dari plafond, yang diperhitungkan dalam jumlah nominal tertentu dan biaya materai. 13. Jaminan/ agunan Agunan diperlukan dalam setiap pemberian penanaman dana untuk menutup risiko apabila penanaman dana bermasalah, maka agunan dapat digunakan sebagai sumber pelunasan penanaman dana. Agunan berfungsi sebagai sumber alternatif terakhirpelunasan penanaman dana (secondary of repayment ) yang fungsinya sangat penting. Agunan yang dapat dipergunakan adalah rumah yang dibeli, cash collateral, fix asset lain, asuransi penjamin pembiayaan.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
114
14. Monitoring risiko Transaksi Baiti Janati
harus dimonitor secara rutin untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan (side streaaming) serta mencegah terjadinya/ diberlakukannya penyewaan kembali oleh nasabah kepada pihak ketiga. Resiko lainnya adalah sumber pembayaran yang berasal dari pendapatan tetap wajib dimonitor untuk dapat langsung dilakukan
melalui rekening
nasabah di BMI atau harus disepakati adanya Standing Instruction yang dapat mengamankan sumber pembayaran tersebut. Hal lain yang perlu dimonitor adalah kondisi dari rumah tersebut agar dilakukan pengecekan secara berkala agar kondisi rumah tetap terawat dengan baik. Karena sesuai dengan akad bahwa biaya non material menjadi tanggungjawab nasabah dan yang material menjadi tanggungjawab BMI. Selama masa perjanjian nasabah diperbolehkan melakukan renovasi dengan seijin BMI, akan tetapi jika terjadi pelunasan atau penjualan atas rumah tersebut biaya renovasi tidfak diperhitungkan. Resiko BMI terkena pajak jual beli diahir periode sewa dapat dihindari sebab bukti kepemilikan rumah tersebut telah atas nama nasabah. 15. Default (Bermasalah) Jika dalam waktu sewa terjadi pembiayaan bvermasalah maka tahapan yang dilakukan dalam rangka penyelamatan adalah : a. Melakukan penagihan b. Menyewakan rumah tersebut kepihak ketiga lainnya dan hasil sewa tersebut antara BMI dan nasabah berbagi hasil. Bagi hasil yang diperoleh nasabah dapat mengambil porsi yang menjadi milik BMI.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
115
c. Menjual rumah tersebut kepada pihak ketiga lainnya dengan hak BMI sesuai dengan harga pasa dan porsi kepemilikan Bmi, dalm hal ini diperhitungkan juga Apresiasi atas nilai jual rumah tersebut. d. Melalui litigasi. 16. Ketentuan Khusus Jika dalam waktu sewa terjadi perubahan harga (pricing) yaitu: Menjadi lebih kecil atau menurun dari harga awal sehingga menyebabkan ujrah ijarah sebagai porsi bagi hasil Bank turun dan tanpa merubah besarnya ujrah, maka kelebihan atas harga tersebut menjadi porsi bagi hasil nasabah dan digunakan untuk mempercepat pembelian porsi kepemilikan bank atas rumah tersebut. Sedangkan jika harga berubah lebih tinggidari harga awal maka ujrah yang menjadi porsi bagi hasil bank akan mengikuti, tanpa merubah jangka waktu penanaman dana. C.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA. Penyaluran Pembiayaan dana Baiti Jannati dapat dilakukan dengan dua pola
yaitu Pola Executing dan Pola Channeling, untuk menjangkau semua nasabah yang berlokasi menyebar diseluruh pelosok negeri, jadi cara penyaluran pembiayaan Baiti Janati dapat dilakukan dengan bekerjasama melalui mitra aliansi yang strategis, namun dalam setiap pola tersebut juga terdapat kelebihandan kelemahannya tersendiri.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
116
1. Pola Executing Yaitu dimana mitra aliansi bertanggungjawab penuh terhadap end user yang mendapatkan penanaman dana Baiti Janati mulai dari menyeleksi calon nasabah, menyetujui pengajuan, pemenuhan kewajiban sampai dengan lunas termasuk sgala risiko dari pembiayaan tersebut. a. Kelebihan dan kelemahan bagi mitra 1) Dapat melakukan penyaluran pembiayaan dana dengan menggunakan dana murah dari BMI 2) Menambah custemer base mitra aliansi 3) Proses analisa terhadap calon nasabah telah disesuaikan dengan standart BMI 4) Mendapatkan keuntungan dari spread marjin atau selisih bagi hasil. 5) Melakukan penanaman dana yang aman dengan jangka waktu lama sebab termasuk dalam mortage lending 6) Penyediaan modal yang lebih sedikit 7) Fluktuasi outstanding pembiayaan dana lebih landai 8) Tanggung jawab dan resiko penanaman dana sepenuhnya berada dimitra 9) Perlu sistem administrasi yang tertib dan aman 10) Perlu kemampuan mengelola pembiayaan dana secara massal dan ritel. b. Kelebihan dan kekurangan bagi BMI 1) Pengelolaan dana dan monitoring lebih mudah karena sebataskepada mitra. 2) Penyaluran pembiayaan dana dengan nominal yangbesar
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
117
3) Mendapatkan keuntungan dari spread marjin atau selisih bagi hasil 4) Melakukan penanaman dana yang aman debgan jangka waktu lama sebab termasuk dalam mortage lending 5) Fluktuasi/ volatilitas outstanding penanaman lebih landai 6) Tanggung jawab dan risiko penanaman dana sepenuhnya berada dimitra. 2. Pola Channelling Yaitu dimana mitra aliansi sebagai wakil dari BMIdalam melakukan penyaluran pembiayaan dana ke nasabah, sehingga mitra aliansi tidak mempunyai
wewenang
untuk
menyetujui
pengajuan
dan
tidak
bertanggungjawab terhadap risiko dari pembiayaan dana tersebut. a. Kelebihan dan kelemahan bagi Mitra 1) Proses analisa terhadap calon nasabah telah disesuaikan dengan standart BMI 2) Mendapatkan keuntungan dari ujrah sebagai channeling agent 3) Perlu sistem administrasi yang tertib dan aman 4) Tanggung jawab dan risiko pembiayaan tidak berada di mitra b. Kelebihan dan kelemahan bagi BMI 1) Pengelolaan dan monitoring terhadap masing-masing nasabah 2) Menambah customer base 3) Mendapatkan keuntungan dari spread marjin atau selisih bagi hasil 4) Melakukan pembiayaan yang aman dengan jangka waktu yang lama sebab termasukdalam mortage lending 5) Penyediaan modal yang lebih sedikit
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
118
6) Fluktuasi penanaman dana yang lebih landai 7) Penyebaran resiko penanaman dana 8) Perlu sistem administrasi yang tertib 9) Perlu kemampuan mengelola dana secara massal dan ritel 10) Tanggung jawab dan risiko pembiayaan dana sepenuhnya berada di BMI Selain dari kelebihan dan kelemahan yang telah dikemukakan diatas adapula kelebihan dan kelemahan dari pembiayaan ini yang dialami nasabah dengan bank, antara lain : 3. Kelebihan a. Nasabah mendapatkan pembiayaan yang sesuai dengan ketentuan syariah. b. Pembiayaan yang diberikan sampai dengan Rp 10.000.000.000,c. Jangka waktu yang relatif panjang hingga 15 tahun d. Tidak perlu membayar pajak hingga dua kali, karena dalam pembiayaan pemilikan rumah di bank muamalat ini sertifikat kepemilikan langsung atas nama nasabah, berdasarkan kesepakatan Bersama antara BMI 4. Kelemahan a. Akad atau kontraknya adalah kontrak baku yang telah dipersiapkan oleh BMI b. Terlalu banyak tahapan yang harus dijalani, sehingga memerlukan waktu yang lama.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
119
c. Setelah pembiayaan disetujui harga ujrah yang ditetapkan berubahubah sesuai dengan keadaan pasar sehingga menyulitkan pembagian bagi hasil.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bagian-bagian sebelumnya dan permasalahan yang telah dirumuskan, dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Pelaksanaan sistim pembiayaan pemilikan rumahpada perbankan syariah dapat kita lihat dengan jenis pembiayaan yang digunakan oleh bank tersebut, untuk pembiayaan pemilikan rumah ini digunakan jenis pembiayaan konsumtif yang diberikan bank kepada nasabahnya untuk memenuhi kebuthan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Dimana dalam pembiayaan pemilikan rumah ini setiap nasabah yang menginginkan pembiayaan yang diberikan oleh bank harus memenuhi beberapa prosedur yang menjadi syarat utama bank akan mengabulkan pembiayaan yang diajukan nasabah kepada bank. Setelah pembiayaan itu disetujui
oleh bank, maka nasabah harus
memenuhi segala kesepakatan yang dibuat antara bank dan nasabah, dimulai dari akad sampai prosedur pembayaran yang dilakukan. Serta berapa ujrah yang ditetapkan untuk setiap pembiayaan tersebut, hal ini dapat dilihat pada praktik pembiayaaan. 2. Kelebihan dan kelemahan sistim pembiayaan pemilikan rumah dibank syariah antara lain : a. Nasabah mendapatkan pembiayaan yang sesuai dengan syariat islam b. Pembiayaan yang diberikan mencapai Rp 10.000.000.000,-
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
121
c. Jangka waktu yang diberikan 15 tahun d. Tidak memerlukan pembiayaan pajak berlipat atau dua kali pembayaran pajak karena sertifikat sudah atas nama nasabah e. Adanya perlindungan bagi nasabah dan bank itu sendiri karena telah ditandatanganinya kesepakatan atau akad. f. Diharuskan mempunyai asuransi jiwa. 3. Dalam pembiayaan pemilikan rumah ini apabila terjadi sengketa ataupun wan prestasi maka akan diselesaikan terlebih dahulu dengan jalan musyawarah mufakat, namun apabila hal tersebut tidak tercapai maka hal pertama yang dilakukan adalah sesuai dengan yang dituliskan dalam akad pembiayaan bahwa apabila terjadi sengketa maka hal tersebut akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) yang sifat putusannya adalah final, ataupun dapat diselesaikan melalui Peradilan Agama karena sesuai dengan UU. No. 3 tahun 2006 masalah perbankan syariah dapat diselesaikan Peradilan Agama karena sudah menjadi wewenang Peradilan Agama tersebut. B. SARAN Adapun saran yang dapat diberikan adalah : 1. Usaha pemberdayaan ekonomi ummat perlu dikembangkan, untuk itu perlu adanya sosialisasi sistem perbankan syariah ke masyarakat luas, agar masyarakat dapat mempercayai perbankan syariah, sehingga tujuan perbankan syariah dapat terwujud dan teralisasi di tengah-tengah umat Islam 2. Bagi masyarakat pengguna jasa bank hendaknya mempertimbangkan matang-matang segi kelebihan dan kelemahan penggunaan produk
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
122
pembiayaan pemilikan rumah, agar mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. 3. Para pakar syariah perlu mengkaji perkembangan perbankan syariah di Indonesia, agar perbankan Syariah lebih unggul dan bisa menerapakan kemurnian syariah di tengah-tengah masyarakat
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
123
DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Abdurrachman.A,1980, Ensiklopedi Ekonomi Keuangan dan Perbankan, Jakarta : Pradya Paramitha. Abu Bakar Ibn Mas’ud al-Kasani,1997 al-Bada’I was-Sana’I fi Tartib ashShara’I, Beirut: Darul Kitab al- Arabi. Ahmad Asy- Syarbasyi, 1987, al-Mu’jam al-Iqtisad al-Islami, Beirut : Dar Alamil Kutub. Al-Haran, Saad A.S, 1996, Islamic Finance:Partnership Financing, Selangor Darul Ehsan : Pelanduk Publication. Antonio, M.Syafi’I, 1999, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, Jakarta : Bank Indonesia dan Tazkia Institute. Antonio, M.Syafi’I, 1999, Bank Syariah: Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, Jakarta : Bank Indonesia dan Tazkia Institute. Antonio, M. Syafi’I, 2000, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani. Arifin,Zainul, 1999, Memahami Bank Syariah Lingkup,Peluang, Tantangan dan Prospek,Jakarta : Alvabet. Ascarya, 2007, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Aziz. M.Amin, 1992, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, Jakarta : Bangkit Bank Islam Malaysia Berhad, 1994, Islamic Banking Practice From The Practioner’s Perspective, Kuala Lumpur : BIMB Kasmir, 2002, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd, 1988, Bidayatul Mujtihad wa Nihayatul Muqtashid, Beirut: Darul- Qalam. Perwataatmadja, Karnain, 1996, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa. Sani hasan Ahmad Hamoud, 1992, Tathwir al-A’mal al-Mash-rafiyyah bima Yattafiqu wasy-Syariah al-islamiah, Amman: Matbaatu asy-syarq wa maktabatuha.
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
124
Solihin, Ahmad Ifham, 2008, Ini Lho,Bank Syariah !, Jakarta: Hamdalah (PT Grafindo Media Pratama). Sudarsono, 1992, Kamus Hukum, Jakarta: Rineka Cipta. Sumitro,Warkum, 2004, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (Bamui, Takaful dan Pasar Modal Syariah di Indonesia), Jakarta : PT Raja Grafindo Perdasa. Susanto, Burhanuddin, 2008, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta : UII Press. Wahbahaz-Zuhaili, 1997, al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: DarulFiqr. Wijaya, Gunawan, 2003, Hukum Arbitrase, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Zainuddin Ali, Haji, 2008, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika.
Peraturan perundang-undangan UU. No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan UU. No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, UU. No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama. UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, PBI No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, PBI No. 8/5/PBI/2006 tentang mediasi perbankan, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No.08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009
125
Sarah Ayu Diningtyas Zai : Tinjauan Umum Terhadap Sistem Pembiayaan Pemilikan Rumah Di Bank Syari’ah (Studi Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, TBK Cabang Medan), 2009. USU Repository © 2009