PEMBIAYAAN KPRS (KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI’AH) DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO
TUGAS AKHIR
Oleh: NIYA RESTI IKASARI NIM: 201 06 005
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM DIII KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM (KPI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2009 i
PEMBIAYAAN KPRS (KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI’AH) DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Keuangan dan Perbankan Islam (KPI)
Oleh: NIYA RESTI IKASARI NIM: 201 06 005
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM DIII KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM (KPI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2009 ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp
: 2 (dua) eksemplar
10 Agustus 2009
Hal
: Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Kepada Yth. Ketua STAIN Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka Tugas Akhir Saudari: Nama
: NIYA RESTI IKASARI
NIM
: 20106005
Judul
: PEMBIAYAAN
KPRS
(KONGSI
PEMILIKAN RUMAH SYARI’AH) DI BANK
MUALAMAT
INDONESIA
CABANG SOLO Dapat diajukan dalam sidang munaqosah. Demikian untuk menjadikan periksa Wassalamu’alaikum Wr.Wb Pembimbing
Abdul Aziz N.P., S.Ag., MM NIP: 19701028 200003 1 001
iii
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No.02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga Website : www. stainsalatiga.ac.id. E-mail :
[email protected] PENGESAHAN TUGAS AKHIR Judul Tugas Akhir
:
PEMBIAYAAN KPRS (KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI’AH) DI BMI CABANG SOLO.
Nama
:
NIYA RESTI IKASARI
NIM
:
201 06 005
Progdi
:
KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM
Telah dipertahankan di depan sidang Munaqasah pada tanggal 20 Agustus 2009 dan dinyatakan lulus sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya. Salatiga, September 2009 KETUA
SEKRETARIS
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag NIP. 19660215 199103 1 001
PENGUJI I
PENGUJI II
Drs. H. Imam Baihaqi, M.Ag NIP. 19540824 198703 1 001
Anton Bawono, SE. M.Si NIP. 19740320 200312 1 001
PEMBIMBING
Abdul Aziz N.P., S.Ag., MM NIP: 19701028 200003 1 001
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-NYA. Sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pembiayaan Pembiayaan KPRS (Kongsi Pemilikan Rumah Syari’ah) di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo” Tugas Akhir ini dibuat guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada program studi Keuangan dan Perbankan Islam (KPI). Dalam terselesainya Tugas Akhir di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo ini, bukanlah merupakan hasil usaha dari praktik semata. namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1.
Bapak DR. Imam Sutomo, M. Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga.
2.
Bapak H. Agus Waluyo, M. Ag, selaku Ketua Program Studi DIII Keuangan dan Perbankan Islam (KPI) STAIN Salatiga.
3.
Bapak Abdul Aziz NP, S. Ag,M.M, selaku dosen pembimbing.
4.
Pimpinan BMI kantor Cabang Solo yang telah memberikan ijin tempat untuk magang.
v
5.
Seluruh karyawan dan kru BMI Cabang Solo yang telah memberikan pengarahan kepada penulis selama magang di BMI Cabang Solo.
6.
Bapak, Ibu, adik dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik spiritual dan material.
7.
Seluruh teman-teman yang telah memberikan bantuan dan pengertiannya sehingga Tugas Akhir ini bisa selesai dengan baik. Penulis menyadari dalam penyelesaian Tugas Akhir di Bank
Muamalat Indonesia ini Cabang Solo jauh dari sempurna. Akhirnya penulis dengan lapang dada menerima saran dan kritik yang bersifat memberi pengarahan dan perbaikan. Mudah-mudahan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah pengetahuan.
Salatiga, Agustus 2009 Penulis
vi
MOTTO
Kesulitan sekeras apapun akan terasa ringan dengan adanya senyuman dari orang yang terpercaya.
Usirlah bayangan kegagalan dan biarkan ia ada di luar hatimu.
vii
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbingku dan menyayangiku yang telah memberi semangat untuk penyelesaian Tugas Akhir ini. 2. Adik-adikku yang tercinta dan kusayangi ( Andika, Angga dan Zahra) yang terus mendukungku khususnya Dek Andi. 3. Para staff dan karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo yang banyak membantu penulis dalam melaksanakan magang di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. 4. Untuk mas Agus terima kasih untuk bantuan yang telah diberikan selama penyelesaian Tugas Akhir ini. 5. Seseorang yang aku sayang yang selalu setia mendampingiku dan terus memberi semangat dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 6. Khusus untuk partner magangku (Mbak Ami dan Mbak Puji) di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. 7. Almamaterku. 8. Teman-teman dan sahabat yang telah mendukung dan selalu setia menemaniku dan membantuku.
viii
ABSTRAK PEMBIAYAAN KPRS (KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI’AH) DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan KPRS pada Bank Muamalat Indonesia cabang Solo. Selain itu juga dalam hal bentuk-bentuk cidera janji yang dilakukan oleh nasabah dan bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam menyelesaikan perselisihan tersebut. Pelaksanaan pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia menggunakan akad musyarakah wal ijarah al muntahia bit-tamlik. Pembiayaan KPRS menggunakan akad musyarakah dan ijarah yang diatur dalam ketentuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Musyarakah dan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 09 DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah, dengan tambahan perjanjian bahwa diakhir masa sewa akan dilakukan pengalihan kepemilikan objek akad dari bank kepada nasabah baik dengan pelunasan pembayaran (prinsip akad al ijarah al muntahia bit-tamlik). Dalam pelaksanaan pembiayaan KPRS nasabah harus menyertakan persyaratan yagn diperlukan yaitu: foto 3x4 (suami dan istri), copy KTP suami istri, copy kartu keluarga, copy surat nikah, slip gaji, surat kuasa pemotongan gaji dan data agunan/jaminan. Prosedur pelaksanaan pembiayaan KPRS dilakukan dengan beberapa tahapan proses pembiayaan yaitu: prosedur pengajuan pembiayaan, prosedur analisis pembiayaan, tahap realisasi pembiayaan dan prosedur pengembalian pembiayaan. Segala hal terkait pedoman pelaksanaan pembiayaan KPRS tertuang dalam surat perjanjian yang ditanda tangani oleh bank, nasabah dan saksi-saksi yang dilakukan di hadapan notaris. Cidera janji yang dilakukan oleh nasabah pada Bank Muamalat Indonesia terbilang kecil. Cidera janji itu berupa keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati, dalam hal keterlambatan pembayaran nasabah dapat dibagi menjadi 2, yaitu nasabah yang terlambat/tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi di luar kehendak nasabah dan nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran. Upaya hukum pertama yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia cabang Solo dalam menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah terkait perjanjian, khususnya dalam hal keterlambatan pembayaran adalah dengan jalan perdamaian (shulh/islah) yaitu lebih pada pendekatan kekeluargaan, jika proses musyawarah mufakat yang diupayakan bank tidak berhasil maka kasus tersebut akan diajukan kepada Basyarnas untuk diselesaikan menurut prosedur yang berlaku di dalam badan arbitrase tersebut. Kata kunci : Pembiayaan KPRS
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................... i Halaman Pengajuan Tugas Akhir......................................................................... ii Halaman Persetujuan Pembimbing ...................................................................... iii Halaman Pengesahan ........................................................................................... iv Kata Pengantar ..................................................................................................... v Halaman Motto .................................................................................................... vii Halaman Persembahan ......................................................................................... viii Abstrak ................................................................................................................. xi Daftar Isi .............................................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................5 C. Tujuan dan Kegunaan .............................................................................6 D. Sistematika Penulisan ..............................................................................7 BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka .........................................................................................9
x
B. Kerangka Teoritik ....................................................................................10 1
Pengertian Pembiayaan..................................................................... 10
2
Unsur-unsur Pembiayaan ................................................................. 11
3
Jenis-jenis Pembiayaan..................................................................... 12
4
Pengertian Pembiayaan KPRS ......................................................... 15
5
Jenis-jenis KPR................................................................................. 15
6
Bentuk-bentuk jaminan..................................................................... 16
BAB III LAPORAN OBJEK A. Sejarah Bank Muamalat Indonesia .........................................................19 B. Latar Belakang Sejarah dan Berdirinya Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo .................................................21 C. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia ..............................................23 D. Struktur Organisasi .................................................................................24 E. Job Description ........................................................................................25 F. Konsep Dasar Operasional Bank Muamalat Indonesia ..........................27 G. Kegiatan Operasional Bank Muamalat Indonesia ...................................29 H. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo ........................33 BAB IV ANALISA A. Prosedur Pembiayaan KPRS ...................................................................41 1
Prosedur Pengajuan Pembiayaan ..................................................... 41
2
Prosedur Analisis Pembiayaan ........................................................ 43
3
Prosedur Pelaksanaan Proses Pembiayaan KPRS ............................ 49
xi
4
Tahap Realisasi Pembiayaan ........................................................... 56
5
Prosedur Pengembalian Pembiayaan................................................ 57
B. Cidera Janji dalam Pembiayaan KPRS ....................................................57 C. Penyelesaian Pembiayaan KPRS Bermasalah .........................................58 1
Langkah non Litigasi ....................................................................... 58
2
Langkah Litigasi ............................................................................... 58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................62 B. Saran .......................................................................................................63 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
ABSTRAK PEMBIAYAAN KPRS (KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI’AH) DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan KPRS pada Bank Muamalat Indonesia cabang Solo. Selain itu juga dalam hal bentuk-bentuk cidera janji yang dilakukan oleh nasabah dan bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam menyelesaikan perselisihan tersebut. Pelaksanaan pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia menggunakan akad musyarakah wal ijarah al muntahia bit-tamlik. Pembiayaan KPRS menggunakan akad musyarakah dan ijarah yang diatur dalam ketentuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Musyarakah dan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 09 DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah, dengan tambahan perjanjian bahwa diakhir masa sewa akan dilakukan pengalihan kepemilikan objek akad dari bank kepada nasabah baik dengan pelunasan pembayaran (prinsip akad al ijarah al muntahia bit-tamlik). Dalam pelaksanaan pembiayaan KPRS nasabah harus menyertakan persyaratan yagn diperlukan yaitu: foto 3x4 (suami dan istri), copy KTP suami istri, copy kartu keluarga, copy surat nikah, slip gaji, surat kuasa pemotongan gaji dan data agunan/jaminan. Prosedur pelaksanaan pembiayaan KPRS dilakukan dengan beberapa tahapan proses pembiayaan yaitu: prosedur pengajuan pembiayaan, prosedur analisis pembiayaan, tahap realisasi pembiayaan dan prosedur pengembalian pembiayaan. Segala hal terkait pedoman pelaksanaan pembiayaan KPRS tertuang dalam surat
perjanjian yang ditanda tangani oleh bank, nasabah dan saksi-saksi yang dilakukan di hadapan notaris. Cidera janji yang dilakukan oleh nasabah pada Bank Muamalat Indonesia terbilang kecil. Cidera janji itu berupa keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati, dalam hal keterlambatan pembayaran nasabah dapat dibagi menjadi 2, yaitu nasabah yang terlambat/tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi di luar kehendak nasabah dan nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran. Upaya hukum pertama yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia cabang Solo dalam menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah terkait perjanjian, khususnya dalam hal keterlambatan pembayaran adalah dengan jalan perdamaian (shulh/islah) yaitu lebih pada pendekatankekeluargaan, jika proses musyawarah mufakat yang diupayakan bank tidak berhasil maka kasus tersebut akan diajukan kepada Basyarnas untuk diselesaikan menurut prosedur yang berlaku di dalam badan arbitrase tersebut. Kata kunci : Pembiayaan KPRS
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendirian Bank Muamalat Indonesia, merupakan prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang muncul dalam Lokakarya Bunga Bank pada tanggal 1922 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Ide ini dipertegas kembali dalam Musyawarah Nasional IV MUI di Hotel Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 22-25 Agustus 1990. Pendirian Bank Muamalat mendapat dukungan pengusaha maupun cendekiawan muslim yang namanya tergabung dalam 227 Pemegang Saham Pendiri, juga diperoleh dukungan dari ICMI, untuk selanjutnya dibentuk Tim Pendanaan, Tim Hukum dan Anggaran Dasar. Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip Syari’ah Islam dalam menjalankan operasionalnya. Produk pendanaan yang ada menggunakan prinsip Wadiah (titipan) dan Mudharabah (bagi-hasil). Sedangkan penanaman dananya menggunakan prinsip jual beli, bagi-hasil dan sewa. Salah satu cabang bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip Syari’ah di Indonesia saat ini adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. Bank Muamalat Indonesia ini hadir sebagai salah satu lembaga perbankan Syari’ah yang mencoba menepis anggapan dari kebanyakan masyarakat luas
1
2
yang menganggap semua lembaga perbankan mempergunakan bunga sebagai hasil dari pemberian bantuan modal usaha melalui produk yang ada. Bentuk-bentuk pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia merupakan alternatif yang dapat diperoleh bagi masyarakat, terutama bagi umat Islam. Salah satu bentuk pembiayaan yang ditawarkan adalah bagi pembiayaan perumahan adalah pembiayaan Al Musyarakah. Pembiayaan ini dilakukan oleh pihak penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), pihak bank sebagai penyandang dana menyediakan sebagian dari pembiayaan bagi usaha atau kegiatan tertentu, dan yang sebagian lain disediakan oleh pengelola dana sebagai mitra usaha. Sebagai salah satu kebutuhan utama manusia, sektor papan (perumahan) merupakan salah satu sektor
bisnis menarik. Perkembangan manusia yang
semakin bertambah menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan akan perumahan. Rumah merupakan kebutuhan primer bagi pemenuhan kesejahteraan manusia setelah sandang dan pangan. Namun demikian, ternyata kebutuhan akan perumahan ini seringkali terbentur pada minimnya dana yang dimiliki oleh konsumen yang mendambakan memiliki rumah sendiri. Alhasil pembiayaan melalui KPRS pun mulai dilirik sebagai pembiayaan perumahan. Pada praktek perbankan, khususnya perbankan Syari’ah pemberian pembiayaan sudah menjadi kelaziman bagi bank. Dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo memberikan pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah Syari’ah (KPRS) dengan menggunakan pembiayaan musyarakah wal ijarah al-
3
muntahia bit-tamlik. Pembiayaan KPRS ini dapat digunakan sebagai pembiayaan dalam pembelian rumah. Penelitian
ini
mengkaji
dan
menjawab
permasalahan
mengenai
bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan musyarakah wal ijarah al-muntahia bit-tamlik dalam produk Kongsi Pemilikan Rumah Syariah (KPRS) pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo, selain itu juga dalam hal bentuk-bentuk cidera janji yang dilakukan oleh nasabah dan bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam menyelesaikan perselisihan tersebut. Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah Syari’ah (KPRS) menggunakan akad musyarakah dan ijarah yang diatur dalam ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah dengan tambahan perjanjian bahwa di akhir masa sewa akan dilakukan pengalihan kepemilikan objek akad dari bank kepada nasabah baik dengan pelunasan pembayaran maupun dengan hibah (prinsip akad al-ijarah al-muntahia bittamlik). Segala hal terkait pedoman pelaksanaan pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah Syariah (KPRS) tertuang dalam surat perjanjian yang ditanda tangani oleh bank, nasabah dan saksi-saksi yang dilakukan di hadapan notaris. Prosedur atau mekanisme akad pembiayaan merupakan langkah-langkah atau proses yang harus dilalui dalam pengajuan pembiayaan. Adapun langkahlangkah yang harus dijalani dalam pembuatan akad pembiayaan musyarakah wal ijarah al-muntahia bit-tamlik pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
4
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: pertama, prosedur pengajuan pembiayaan. Kedua, prosedur analisa pembiayaan. Ketiga, tahap realisasi pembiayaan. Keempat, tahap Prosedur pengembalian pembiayaan. Pelaksanaan bagi hasil pada pembiayaan KPRS dilakukan sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan pada awal pembuatan akad. Semakin besar pengembalian dana pembiayaan maka semakin besar pula hak kepemilikan rumah mudharib hingga pada akhirnya hak kepemilikan tersebut menjadi sepenuhnya milik mudharib. Cidera janji yang dilakukan oleh nasabah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo terbilang kecil, cidera janji itu berupa keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati, dalam hal keterlambatan pembayaran nasabah dapat dibagi menjadi dua, yaitu nasabah yang terlambat atau tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi diluar kehendak nasabah (force majure) dan nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran. Upaya hukum pertama yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo dalam menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah terkait perjanjian khususnya dalam hal keterlambatan pembayaran adalah pertama, dengan jalan perdamaian (shulh/islah) yaitu lebih pada pendekatan kekeluargaan, jika proses musyawarah mufakat yang diupayakan bank tidak berhasil maka langkah yang kedua, kasus tersebut akan diajukan kepada Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) untuk diselesaikan menurut prosedur beracara yang berlaku di dalam badan arbitrase tersebut. Langkah ketiga, menyerahkan masalah tersebut kepada Pengadilan Negeri setempat untuk melakukan sita jaminan.
5
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis berusaha mengkaji dan menganalisa masalah tersebut dengan menulisnya dalam bentuk Tugas Akhir yang berjudul: “PEMBIAYAAN KPRS (KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI'AH) DI BANK MUAMALAT CABANG SOLO”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo? 2. Apa saja yang menjadi cidera janji dalam pemberian pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) pada
Bank Muamalat Indonesia
Cabang Solo? 3. Bagaimana penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo?
C. Tujuan dan Kegunaan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah)
6
2. Untuk mengetahui cidera janji apa saja yang terjadi dalam pemberian pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) 3. Untuk mengetahui bagaimana cara penyelesain pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) yang bermasalah Selain tujuan di atas, penulisan Tugas Akhir ini juga mempunyai kegunaan. Adapun kegunaan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : Bagi Mahasiswa : 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk mengetahui lebih dalam pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia. 2. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada program DIII KPI Bagi STAIN 1. Untuk menambah referensi pada perpustakaan di kampus STAIN. 2. Untuk memberi informasi kepada pembaca tentang KPRS di Bank Muamalat Indonesia.
D. Sistematika Penulisan BAB 1
Berisi pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan serta sistematika penulisan
BAB II
Berisi landasan teori, yang membahas tentang telaah pustaka yang terdiri dari pengertian pembiayaan dan analisa
7
pembiayaan. Kerangka toeritik yang membahas tentang pengertian pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, pengertian KPRS, jenis-jenis KPRS dan bentuk-bentuk jaminan. BAB III
Laporan Obyek, yang membahas tentang gambaran umum yang terdiri dari sejarah Bank Muamalat Indonesia, deskripsi Bank Muamalat Indonesia cabang Solo yang meliputi latar belakang Bank Muamalat Indonesia cabang Solo, sejarah pendirian Bank Muamalat Indonesia cabang Solo, visi dan misi, organisasi perusahaan meliputi struktur organisasi dan deskripsi kegiatan, konsep dasar operasional Bank Muamalat Indonesia, kegiatan operasional Bank Muamalat Indonesia dan produk-produk Bank Muamalat Indonesia cabang Solo.
BAB IV
Analisa, yang membahas tentang prosedur pembiayaan KPRS yang terdiri dari prosedur pengajuan pembiayaan, prosedur analisa pembiayaan, tahap realisasi pembiayaan dan prosedur pengembalian pembiayaan. Cidera janji yang terjadi dalam pembiayaan KPRS dan langkah yang ditempuh untuk menghadapi cidera janji tersebut.
BAB V
Penutup, yang membahas tentang kesimpulan dan saran.
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah pustaka Penelitian Widodo tahun 2002 berjudul “Strategi Meningkatkan Mutu pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Anda Salatiga” menyebutkan bahwa dalam suatu pembiayaan diperlukan analisa pembiayaan. Tujuan dilakukannya analisa pembiayaan adalah mengetahui untuk siapa dan dalam bentuk apa pembiayaan diberikan, untuk usaha apa pembiayaan tersebut diberikan, untuk usaha apa dana pembiayaan tersebut, apakah calon nasabah mampu mengembalikan pembiayaan, berapa jumlah uang yang diberikan dan bagaimana resikonya. Lebih lanjut lagi analisa pembiayaan bertujuan untuk menilai kelayakan usaha calon debitur, menekan resiko yang mungkin terjadi dan menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak. Dalam menilai debitur ada prinsip yang dikenal 5C, yaitu : character (penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon debitur), capital (penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon debitur), collateral (penilaian terhadap jaminan, dilihat dari sisi ekonomi dan yuridis), capacity (penilaian terhadap kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan, conditions (penilaian terhadap kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi usaha nasabah) Penelitian Ulfa Fitriyaningsih dengan judul “ Tingkat Perkembangan Kredit di Koperasi Pondok Pesantren Al Ishlah Tingkir Salatiga”, menyimpulkan bahwa
penyelesaian dari kredit bermasalah (macet) di kopontren Al Ishlah
9
Tingkir
Salatiga
menggunakan
metode
Reschedulling,
Reconditioning,
Restructuring, kombinasi dan penyitaan jaminan. Penelitian Mutain Billah tahun 2004 berjudul “Sistem Lending dalam pengelolaan Simpan Pinjam di BMT Mandiri Cabang Jambu”, menyimpulkan bahwa peningkatan pelayanan pembiayaan kepada nasabah bisa berupa proses pembiayaan lebih cepat dan mudah, lebih ditekankan pada akad/perjanjian sehingga tercapai kesepakatan yang tidak merugikan salah satu pihak. Contohnya adalah nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan dan apabila terjadi kerugian maka nasabah hanya mengembalikan pinjaman pokok.
B. Kerangka teori 1. Pengertian pembiayaan Pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah adalah penyediaan atau tagihan yang dipersembahkan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (UU No. 10 Tahun 1998) Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan lembaga keuangan syari’ah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh lembaga tersebut dari masyarakat yang surplus dana.1
1
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari’ah, Yogyakarta, UII press 2001, hlm. 10
10
2. Unsur-unsur pembiayaan a. Pihak-pihak yang terlibat Pihak yang terlibat dalam pembiayaan di sini adalah kreditur/pihak BMI dan debitur/nasabah. b. Kepercayaan Kepercayaan di sini merupakan keyakinan bahwa apa yang telah diberikan kreditur akan benar-benar dapat diterima kembali di masa yang akan datang bahkan bisa memberikan keuantungan serta kepercayaan debitur bahwa apa yang telah diterima akan dapat digunakan sesuai dengan tujuan. c. Degree of Risk (Resiko) Merupakan
resiko
yang
mungkin
timbul
dalam
pemberian
kredit/pembiayaan antara lain adanya kredit macet, karena kondisi masa yang akan datang belum bisa diketahui secara pasti. d. Waktu dan Tempo Dalam suatu perjanjian meminjam terdapat unsur waktu yaitu suatu interval antara saat realisasi pembiayaan dengan masa pengembalian pembiayaan. e. Prestasi Merupakan pemberian berupa uang, barang atau jasa oleh pihak bank.2
2
H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta,. Andi, 2000, hlm 2.
11
3. Jenis pembiayaan dibagi menjadi beberapa hal menurut segi penggunaan, tujuan, pemakaian, jangka waktu, jaminan dan menurut akadnya:
a. Dari segi penggunaannya 1) Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan ini untuk memenuhi kebutuhan a) Peningkatan produktif, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produktif maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan atau mutu hasil produksi. b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.3 2) Pembiayaan Investasi Pembiayaan ini digunakan untuk keperluan proyek perluasan usaha atau membangun pabrik/proyek baru di mana masa pemakaiannya untuk satu periode yang relative lebih lama dan biasanya kegunaannya pembiayaan ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Dari segi tujuannya 1) Pembiayaan Produktif Pembiayaan ini digunakan untuk meningkatkan usaha, produksi atau investasi. Pembiayaan ini diberikan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Artinya pembiayaan ini digunakan untuk
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta, Gema Insani,2001, hlm. 160
12
diusahakan sehingga menghasilkan suatu barang baik berupa barang atau jasa. 2) Pembiayaan Konsumtif Pembiayaan ini digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. 3) Pembiayaan Perdagangan Pembiayaan ini digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut.4 c. Dari segi jangka waktu 1) Pembiayaan jangka pendek Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun. 2) Pembiayaan jangka menengah Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 (satu) tahun sampai 3 (tiga) tahun. 3) Pembiayaan jangka panjang Merupakan
pembiayaan
yang
memiliki
jangka
waktu
pengembalian paling lama yaitu di atas 3 (tiga) tahun atau 5 (lima) tahun. d. Dari segi jaminan 1) Pembiayaan dengan jaminan
4
Kasmir, Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.2000. hlm 77
13
Merupakan pembiayaan yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu baik berupa barang berwujud atau tidak berwujud. 2) Pembiayaan tanpa jaminan Merupakan pembiayaan yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Pembiayaan ini diberikan dengan melihat prospek, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. e. Dari segi akad 1) Pembiayaan Mudharabah Merupakan akad kerjasama yang dilaksanakan antara 2 (dua) atau lebih, di mana pihak pertama sebagai penyedia seluruh dana dan pihak lainnya sebagai pengelolanya. 2) Pembiayaan Musyarakah Merupakan akad usaha yang dilaksanakan antara 2 (dua) atau lebih, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. 3) Pembiayaan Murabahah Merupakan akad jual beli
barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Pada murabahah penjual (bank) menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli (nasabah) kemudian bank mempersyaratkan laba dalam jumlah tertentu.
14
4) Pembiayaan al Qardhu-Hasan atau benevolent loan Merupakan pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata di mana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman.5
4. Pengertian Pembiayaan KPRS Yang dimaksud dengan pembiayaan KPRS adalah pembiayaan kepemilikan rumah. Sedangkan pengertian dari pembiayaan KPR adalah pembiayaan yang ditawarkan oleh BMI cabang Solo dalam rangka memfasilitasi kepemilikan atau pembelian rumah yang dibangun oleh pengembang/penjual. Pembiayaan KPR yang diberikan oleh bank kepada nasabah digunakan oleh membeli rumah berikut
tanah untuk dimiliki dan
dipergunakan sendiri. Pelaksanaan pembiayaan KPR ini menggunakan akad musyawarah wal ijarah bit-tamlik. 5. Jenis-Jenis KPR : a. KPR Perorangan Pembiayaan
kepemilikan
rumah
perorangan
merupakan
pembiayaan atas kepemilikan atau pembelian rumah yang dilakukan oleh nasabah secara perorangan (individu) baik bagi nasabah yang berpenghasilan tetap maupun nasabah yang berpenghasilan tidak tetap. Pembayaran dalam pembiayaan ini dapat dilakukan dengan cara angsuran 5
Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari’ah, UII pres, Yogyakarta, 2000. hlm 41.
15
atau cicilan. Bagi yang nasabah yang berpenghasilan tetap cara pembayaran dengan dipotong langsung dari gaji yang diterima setiap bulan oleh bendahara tempatnya bekerja. Sebelumnya harus ada surat kuasa terlebih dahulu. b. KPR Kolektif Pembiayaan KPR (Kongsi Pemilikan Rumah) kolektif merupakan pembiayaan atas kepemilikan atau pembelian rumah yang dilakukan oleh nasabah secara kolektif atau bersama-sama dari satu perusahaan/instansi. Pembiayaan KPR kolektif ini terdiri dari beberapa orang pemohon yang memiliki kesamaan dalam obyek pembiayaan. Pembayaran dalam pembiayaan ini juga dilakukan dengan cara yang sama yaitu dipotong langsung dari gaji yang diterima setiap bulannya oleh bendahara tempatnya bekerja. 6. Bentuk-bentuk jaminan Jaminan berfungsi untuk melindungi bank dari kerugian yaitu memastikan bahwa pembiayaan yang diberikan kepada debitur dapat diterima kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.6 Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan oleh calon debitur adalah sebagai berikut : a. Jaminan dengan barang-barang seperti : 1) Tanah
6
Warkum Sumitro, SH. MH. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Keuangan terkait:BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syari’ah di Indonesia. PT Grafindo Persada. Jakarta.2004. hlm 115
16
2) Bangunan 3) Kendaraan bermotor 4) Mesin-mesin/peralatan 5) Barang dagangan 6) Tanaman/kebun/sawah 7) Dan barang-barang berharga lainnya.
b. Jaminan dengan surat berharga, seperti : 1) Sertifikat saham 2) Sertifikat obligasi 3) Sertifikat tanah 4) Sertifikat deposito 5) Promes 6) Wesel 7) Dan surat berharga lainnya c. Jaminan orang/perusahaan Jaminan yang diberikan oleh seseorang/perusahaan kepada bank terhadap fasilitas pembiayaan yang diberikan. Apabila pembiayaan tersebut macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta pertanggungjawabannya/menanggung resiko. d. Jaminan Asuransi
17
Yaitu bank menjaminkan pembiayaan tersebut kepada pihak asuransi, terutam terhadap fisik obyek pembiayaan, seperti kendaraan, gedung dan lainnya. Jadi apabila terjadi kehilangan atau kebakaran maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut.7 Bentuk jaminan yang diterapkan pada BMI adalah sama dengan bentuk jaminan yang diterapkan pada Bank Konvensional yaitu jaminan peorangan dan jaminan kebendaan. Namun, terdapat perbedaan dalam hal penerapan jaminan kebendaan antara BMI dengan Bank konvensional. Perbedaannya adalah terletak pada jaminan kebendaan atas pembiayaan Murabahah dan Ba’I Bitsaman Ajil. Pada kedua jenis pembiayaan ini jaminan kebendaan bukan merupakan jamnian pokok/tahun, karena pembiayaan yang belum lunas pembayarannya, barang tersebut masih berstatus sebagai barang jaminan. Jadi jaminan utamanya adalah barang yang menjadi obyek pembiayaan tersebut. Penerapan jaminan perorangan pada BMI sama dengan yang dilaksanakan oleh Bank Konvensional bahwa jaminan perorangan pada BMI tidak bertentangan dengan Syari’ah Islam.
7
Kasmir, Op Cit. hlm 80-81
18
BAB III LAPORAN OBYEK
A. Sejarah Bank Muamalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 1990’an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
19
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan
20
serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.8
B. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya BMI Cabang Solo
Perkembangan Bank Muamalat hingga saat ini sangat menggembirakan. Hal ini menunjukkan Bank Syari’ah dengan konsep bagi hasil mampu bersaing dengan Bank Konvensional. Salah satu moment penting yang tidak dapat dilupakan adalah krisis moneter yang
melanda Indonesia khususnya sektor
ekonomi, akan tetapi dengan keyakinan menjalankan roda Perbankan Syari’ah dengan Hukum Allah, Bank Muamalat tetap eksis dalam menghadapi krisis tersebut.
Dengan keyakinan penuh untuk membangun perekonomian Ummat, Bank Muamalat Indonesia terus melakukan dakwah. Pembukaan kantor cabang baru
8
www.muamalatbank.com
21
menjadi prioritas utama di tahun 2003. Pada tahun 2003 sebagai tahun Layanan dan Jaringan telah membuka 23 kantor cabang baru di seluruh Indonesia, suatu angka yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam kurun waktu 11 tahun. Salah satu yang menjadi skala prioritas Bank Muamalat adalah Kota Surakarta yang juga dikenal dengan sebutan Kota Solo.
Pilihan terhadap Kota Solo dilakukan dengan pertimbangan:
1. Letak 2. Potensi Funding dan Lending 3. Komitmen Masyarakat terhadap Syari’ah Islam
Awal pendirian Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo di mulai dengan mendirikan Muamalat Bussiness Centre (MBC) pada awal tahun 2002 sebagai sarana untuk memperkenalkan Bank Muamalat kepada masyarakat Kota Solo dan sekitarnya. MBC ini berkantor di PT. telkom, JL. Mayor Kusmanto No. 01 Solo. Kegiatan MBC di antaranya silaturrahmi dengan masyarakat Solo dan sekitarnya untuk memperkenalkan konsep syari’ah dan produk-produk Bank Muamalat baik dari segi pendanaan maupun pembiayaan. Alhamdulillah kegiatan sosialisasi ini mendapat tanggapan positif dari masyarakat Solo dan sekitarnya. Kegiatan dan program MBC ini akhirnya membuahkan hasil, yaitu dengan menetapkan bahwa di Eks Karesidenan Solo segera dibuka Cabang Bank Muamalati Indonesia.
Alhamdulilah pada tanggal 8 September 2003 Bank Muamalat Kantor Cabang Solo memulai kegiatan operasional ditandai dengan peresmian Kantor
22
Cabang Solo yang berkantor di Jl. Kapten Mulyadi No. 87 F Ruko Lojiwetan Pasar Kliwon Solo oleh Walikota Solo Bapak Slamet Suryanto. Untuk mengakomodir kebutuhan nasabah atas layanan yang prima dan kantor yang lebih besar, maka pada tanggal 13 November 2006 kantor cabang utama direlokasi ke Jl. Slamet Riyadi No. 314 (Depan Stadion Sriwedari Solo) dan kantor lama yang berlokasi di Jl. Kapten Mulyadi No. 87 F Lojiwetan Solo berubah statusnya menjadi kantor kas. Pada tanggal 31 Agustus 2007, BMI membuka
kantor
layanan
di
RS
PKU
Muhammdiyah
surakarta,
Jl.
Ronggowarsito No. 130 Surakarta. Dan pada bulan Juni 2008 BMI membuka Unit Pelayanan Syari’ah Klaten yang berlokasi di Jl. Pemuda No. 295 Klaten.
Akhirnya dengan harapan yang tak pernah putus, keinginan untuk terus bekerja, berjihad dan berdakwah untuk ekonomi islam tetap menjiwai semangat para kru Muamalat. Dengan dukungan Sumber Insani yang mempunyai semangat jihad yang tinggi, Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo dan sekitarnya, dengan harapan yang besar kepada masyarakat agar dapat berperan sebagai mitra dengan ikatan ukhuwah dalam berjuang untuk membangun perekonomian Islam.
C. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Visi dari Bank Muamalat Indonesia :9
1. Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia 9
Ibid.
23
2. Dominan di pasar spiritual 3. Dikagumi di pasar nasional
Misi dari Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi role mode lembaga keuangan syari’ah dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan menajemen dan orientasi investasi yang inovarif untuk memaksimalkan nilai bagi stake holder.
D. Struktur Organisasi
Direktur Utama
Direktur Administrasi
Businnes-Manager (Kepala Kantor)
Marketing/AM
Operational Manager
Kas&Layanan (CS. Teller)
Back Office
Umum Personalia
Gambar : 3.1
Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
Sumber: Dokumen BMI Cabang Solo
Support
24
E. Job Description
1. Business Manager
Mengawasi, mengkoordinasi, melindungi dan bertanggung jawab atas seluruh kinerja karyawan dan kondisi umum Bank Muamalat Cabang Solo
2. Operation Manager
Mengawasi, mengkoordinasi dan menerima pertanggung jawaban secara langsung bagian operation (teller, customer servis, back office dan operation pembiayaan), bertanggung jawab atas pelaksanaan operasional harian di bagian lain, seperti ijin keluar–masuk dan penggunaan inventaris kantor
3. Teller a. Melayani penyetoran dan penarikan tunai nasabah
Melayani penyetoran warkat kliring dan inkaso.
b. Melayani pindah buku dan tranfer. c. Membuat cash register (teller dan kas besar) rincian mutasi harian kas. d. Melaporkan kelebihan uang untuk disetorkan ke khazanah (brankas) e. Head Teller
Bertanggung jawab dan mengawasi jalannya transaksi dan tugas seluruh teller
25
4. Operation Pembiayaan
Bertugas atas administrasi pembiayaan terhadap seluruh nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
5. Back Office
Bertugas menjalankan kegiatan kliring dan seluruh transaksi antar bank, perorangan dengan bank yang prosesnya melalui Bank Indonesia
6. Customer Service
a. Melaksanakan pembukaan dan penutupan rekening giro, tabungan dan deposito. b. Registrasi warkat cek/bilyet gilro. c. Melayani tamu d. Melayani komplain nasabah. e. Registrasi kartu ATM f. Sebagai pusat informasi
8. Account Manager
Bertugas sebagai marketing Bank Muamalat baik di bidang Funding (penanaman dana) dan Lending (pelemparan dana)
9. Service Assisten
26
Bertanggung jawab atas administrasi dokumen–dokumen, berperan sebagai humas Muamalat, membantu Business Manager, Operation Manager dan General Affair dalam melakukan tugas–tugas administratif.
10. Unit Support Penanaman Dana (USPD)
Bertanggung jawab atas seluruh dokumen yang berkaitan hukum baik intern maupun ekstern, dokumen nasabah dan dokumen Bank. Bertindak sebagai legal atau memiliki kewenangan secara hukum.
11. General Affair
Bertanggung jawab atas administrasi karyawan, sarana logistik dan keuangan
12. Residence Audit
Bertugas sebagai auditor dan pengawas seluruh dokumen, transaksi, dan administratif kegiatan Bank Muamalat untuk untuk menghindari segala bentuk penyimpangan
Non Staff Banking 1. Security a. Membukakan pintu apabila ada nasabah/staff yang datang.
27
b. Menjaga keamanan Bank Muamalat Indonesia kantor BMI. 2. Driver a. Mengantar staff saat melaksanakan pekerjaan kantor. b. Menjaga agar kondisi kendaraan dinas kantor selalu dalam keadaan siap jalan/baik.
F. Konsep Dasar Operasional Bank Muamalat Indonesia Bank Muamalat Indonesia mempunyai lima konsep dasar operasional yang terdiri dari sistem simpanan murni (Al-Wadiah), sistem bagi hasil, sistem jual beli dan margin keuntungan, sistem sewa (Al-Ijarah) dan sistem jasa (fee).
1. Sistem Simpanan Murni (Al-Wadiah)
Yaitu fasilitas yang diberikan oleh bank islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang berkelebihan dana untuk menyimpan dananya di bank. Fasilitas ini biasanya diberikan untuk tujuan keamanan dan pemindahbukuan dan bukan untuk tujuan investasi.
2. Sistem Bagi Hasil
Yaitu suatu system yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana, yang terjadi antara bank dengan nasabah penerima dana. Bank jasa yang berdasarkan konsep dasar ini adalah mudharabah dan musyarakah.
3. Sistem Jual Beli dan Margin Keuntungan
28
Yaitu suatu system yang menerapkan tata cara jual beli, dimana pihak bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank dan nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen bank melakukan pembelian-pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah dengan keuntungan (margin/mark up). Jasa-jasa yang berdasarkan konsep dasar ini adalah mudharabah dan al bai’u bitsaman ajil.
4. Sistem Sewa (Al-Ijarah/al- ta’jiri)
Sistem sewa terbagi dalam dua jenis, yaitu: 1. Al-Ijarah Perjanjian sewa yang memberi kesempatan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan. Setelah masa sewa berakhir barang akan dikembalikan kepada pemilik.
2. Al- ta’jiri Sama dengan al-ijarah, tetapi setelah masa sewa berakhir pemilik barang menjual barang yang disewa kepada penyewa dengan harga yang disepakati.
5. Sistem Jasa (Fee)
Yaitu sistem kegiatan yang meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk jasa yang berdasarkan konsep dasar ini antara lain: bank garansi, kliring, inkaso, jasa transfer dan lain-lain.10
G. Kegiatan Operasional Bank Muamalat Indonesia
10
Warkum. Op Cit. hlm 91-93.
29
Kegiatan Operasional pada Bank Muamalat Indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Kegiatan operasional di bidang penghimpunan dana
Dalam menghimpun dana masyarakat, BMI menerima simpanan dari masyarakat dan menerima dana dari pihak ketiga. Kegiatan operasional yang dilakukan adalah: a. Giro Wadiah Yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
b. Tabungan Mudharabah Yaitu dana yang disimpan nasabah di kelola bank, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan bersama. c. Deposito Investasi Mudharabah Yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu melalui perjanjian antara penyimpan dengan bank bersangkutan dengan menerapkan system bagi hasil keuntungan. d. Tabungan Haji Mudharabah
30
Yaitu simpanan pihak ketiga yang penarikannya dilakukan pada saat nasabah akan menunaikan ibadah haji atau pada saat tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan. e. Tabungan Kurban Yaitu simpanan pihak ketiga yang dikumpulkan untuk ibadah kurban dengan penarikan yang dilakukan pada saat nasabah akan melaksanakan kurban atau pada saat tertentu yang disepakati bersama.
2. Kegiatan operasional di bidang penyaluran dana
Kegiatan operasional di bidang penyaluran dana meliputi: a. Pembiayaan Al-Mudharabah Yaitu suatu perjanjian pembiayaan antara bank dengan nasabah, dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha kegiatan tertentu dari nasabah, sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan bank. Bank mempunyai hak mengajukan usul dan melakukan pengawasan. b. Pembiayaan Al-Musyarakah Yaitu suatu perjanjian dimana bank menyediakan sebagian dari pembiayaan bagi usaha/kegiatan tertentu sebagian lain disediakan oleh mitra usaha. Dalam hal ini bank ikut serta dalam manajemen usaha tersebut. c. Pembiayaan Al-Murabahah
31
Yaitu suatu perjanjian pembiayaan di mana bank membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran ditangguhkan. d. Pembiayaan Al-Bai’u Bitsaman Ajil Yaitu suatu perjanjian dimana bank membiayai pembelian suatu barang dengan sistem pembayaran angsuran/cicilan. e. Pembiayaan Al-Qordhul Hasan Yaitu suatu perjanjian antara bank sebagai pemberi pinjaman, baik berupa uang maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan atau biaya apapun. f. Pembiayaan Al-Ijarah dan Al-Ta’jiri Yaitu perjanjian sewa-menyewa yang biasanya digunakan dalam usaha leasing baik secara sewa murni (operating lease) maupun secara sewa beli (finance lease)
g. Jasa-Jasa Lainnya PT. Bank Muamalat Indonesia juga dapat memberikan jasa-jasa antara lain sebagai berikut: 1) Pemberian garansi dengan konsep kafalah. 2) Pemberian jasa transfer dengan konsep dasar al-hiwalah. 3) Pemberian jasa penitipan barang dan surat berharga atas dasar konsep dasar :
32
a) Al-wadiah Yaitu bank menerima titipan berupa uang, barang atau surat berharga yang tujuannya untuk disimpan (safe deposite box) dan bank memperoleh fee sebagai imbalan b) Al-wakalah Yaitu bank menerima titipan berupa uang atau surat berharga dan mendapat kuasa dari yang menitipkan untuk mengelola uang atau surat berharga tersebut. 4) Pemberian jasa pembukuan L/C dapat dilakukan untuk perdagangan dalam negeri dan atau perdagangan luar negeri.11 3.
Produk–produk Bank Muamalat Indonesia
Produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia cabang Solo antara lain :12
a. Produk Penghimpunan Dana 1) Tabungan Ummat Simpanan pada Bank Muamalat dalam mata uang rupiah di mana penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Bank Muamalat. 11 12
Ibid. hlm. 03-109 Brosur-brosur Bank Muamalat Indonesia
33
Keuntungan dan Kerugian : a) Akses di lebih dari 8.888 ATM BCA dan ATM Bersama. b) Sebagai kartu debit untuk berbelanja di 18.000 merchant berlogo Debit BCA. c) Bagi hasil bersaing tiap bulan. d) Online real time di seluruh outlet. e) Fasilitas phone banking 24 jam : informasi saldo, histori transaksi, ubah PIN, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran ZIS, dan lain- lain. f) Fasilitas cek saldo via SMS. g) Fasilitas pembayaran zakat otomatis. h) Fasilitas pembayaran otomatis (auto debet) tagihan bulanan. Persyaratan : a) Fotokopy identitas diri (KTP/SIM/Paspor) yang masih berlaku. b) Setoran awal Rp 500.000,2) Kartu Shar-e Kartu Tabungan yang dikemas khusus dalam bentuk Paket Perdana seharga Rp 125.000,- bekerjasama dengan Kantor Pos.
Keuntungan dan Fasilitas : a) Dapat diperoleh di seluruh kantor pos b) Pengaktifan yang mudah dan murah (Fasilitas Phone Banking dengan pulsa lokal)
34
c) Dapat ditarik di seluruh ATM Bersama, ATM BCA d) Sebagai kartu belanja di merchant BCA e) Dapat setor tunai di kantor pos counter Muamalat dan Tranfer. 3) Tabungan Haji Arafah Tabungan Haji Arafah merupakan jenis tabungan yang ditujukan bagi anda yang berniat untuk melaksanakan ibadah haji secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang dikehendaki. Keuntungan dan Fasilitas : a) Menguntungkan, akan diberikan bagi hasil secara otomatis yang akan ditambahkan ke dalam saldo Tabungan Arafah b) Terencana, tahun keberangkatan dan besarnya setoran tabungan dapat direncanakan sesuai kemampuan c) Terjamin, Bank Muamalat on-line dengan Siskohat Departemen Agama
sehingga
memberi
kepastian
untuk
memperoleh
porsi/quota keberangkatan d) Aman, khusus nasabah yang memiliki saldo efektif minimal Rp 5.000.000,- akan memperoleh perlindungan Asuransi Syari’ah
4) Deposito Mudharabah Pilihan investasi dalam bentuk rupiah atau USD dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan yang halal, murni sesuai syari’ah.
35
Dana anda akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai berbagai usaha produktif dan terjamin kehalalan dan kesesuaiannya dengan syari’ah. Keuntungan dan Fasilitas : a) Memperoleh bagi hasil yang kompetitif setiap bulan b) Investasi disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif yang halal c) Jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan d) Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) pada saat jatuh tempo e) Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat Persyaratan : a) Jumlah Deposito minimal Rp 1.000.000,- atau USD 500 b) Mengisi Formulir pembukaan deposito, melampirkan fotokopy identitas diri (khusus nasabah perorangan) 5) Deposito FULINVES Merupakan investasi pihak ketiga di Bank Muamalat dalam mata uang rupiah dengan nilai minimal Rp 2.000.000,- dan jangka waktu enam bulan dan 12 bulan, yang diperuntukkan bagi nasabah perorangan untuk dikelola secara syari’ah dan memperoleh bagi hasil. Keuntungan dan Fasilitas : a) Memeperoleh bagi hasil yang kompetitif setiap bulan b) Investasi disalutkan untuk pembiayaan usaha produktif yang halal
36
c) Jangka watu enam dan 12 bulan d) Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) pada saat jatuh tempo e) Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat f) Deposito dalam valuta rupiah minimal senilai Rp 2.000.000,- akan memperoleh fasilitas asuransi syari’ah senilai deposito atau maksimal Rp 50.000.000,g) Deposito dalam valuta US dollar minmal senilai USD 500 akan memperoleh fasilitas asuransi syari’ah senilai deposito atau maksimal senilai Rp 500.000.000,Persyaratan : Nasabah perorangan : mengisi formulir pembukaan deposito dan melampirkan fotokopy identitas diri. 6) Giro Wadi’ah Merupakan titipan dana pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek, bilyet giro dan sarana pemindahbukuan. Keuntungan dan Fasilitas: a) Online real time di seluruh outlet Bank Muamalat b) Kartu ATM dan kartu Debit
37
c) Phone Banking 24 jam: informasi saldo, histori transaksi, ubah PIN, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran ZIS, dan lainlain. Persyaratan: a) Nasabah Perorangan : Setoran awal minimal Rp 500.000,- atau USD 500, mengisi formulir pembukaan, melampirkan fotocopy identitas diri dan NPWP b) Nasabah Perusahaan : Setoran awal minimal Rp 1.000.000,- atau USD 500, mengisi formulir pembukaan, melampirkan fotocopy identitas diri dan NPWP serta TDP dan surat ijin perusahaan 7) Dana Pensiun Merupakan produk Dana pensiun, program iuran pasti dengan pengelolaan investasi dilakukan secara syari’ah. Keuntungan dan Fasilitas: a) Dana anda disalurkan ke sektor usaha yang menguntungkan b) Produktif dan halal sesuai dengan syari’ah c) Merupakan salah satu cara memperoleh jaminan penghasilan hari tua d) Memperoleh menfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil pengembangan e) Menetapkan sendiri usia pensiun f) Bebas memilih
perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh
pembayaran dana pensiun bulanan
38
b. Produk Pengelolaan Dana 1) Piutang Murabahah Fasilitas penyaluran dana dengan system jual beli. Bank akan membelikan
barang-barang
halal
yang
dibutuhkan
kemudian
menjualnya untuk diangsur sesuai dengan kemampuan nasabah. Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan investasi : pengadaan barang modal seperti mesin, peralatan, dan lain-lain) Minimal pembiayaan ini adalah Rp 50.000.000,2) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan dalam bentuk modal dana yang diberikan oleh bank untuk dikelola dalam usaha yang disepakati besarnya. Selanjutnya dalam pembiayaan ini nasabah dan bank sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Jenis
usaha
yang
dapat
dibiayai
:
perdagangan,
industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak dan lain-lain berupa modal kerja dan investasi. Syarat yang diperlukan untuk mendapatkan pembiayaan : usahanya sudah berjalan ± dua tahun.
3) Piutang Istisna’
39
Fasilitas penyaluran dana untuk mengadakan obyek/barang investasi yang diberikan berdasarkan pesanan anda. 4) Rahn (gadai) Rahn adalah perjanjian penyerahan barang/harta sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas/perhiasan/kendaraan.
BAB IV ANALISIS
Pembiayaan KPRS merupakan layanan jasa pembiayaan yang diberikan oleh pihak BMI Solo kepada nasabah debitur perorangan (individu), guna untuk melakukan pembelian rumah berikut tanahnya untuk dimiliki atau digunakan sendiri. Pembiayaan KPRS yang ditawarkan BMI Cabang Solo merupakan pembiayaan pembelian rumah baik rumah baru maupun rumah second (lama). Pembiayaan KPRS akan diberikan setelah nasabah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan pembiayaan KPRS di BMI Cabang Solo menggunakan skim musyarakah wal ijarah muntahiyah bit tamlik yaitu akad perjanjian kerjasama sewa beli di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, pihak bank sebagai penyedia dana dan nasabah sebagai pihak yang memesan untuk membeli rumah dengan cara pembayaran secara angsuran. Dalam akad perjanjian tersebut bank akan mendapatkan keuntungan dari margin yang telah ditentukan dengan kesepakatan bersama antara bank dengan nasabah. Berdasarkan akad perjanjian di atas, maka bank terlebih dahulu akan membeli rumah yang dipesan oleh nasabah kemudian menjualnya dengan harga jual bank, yaitu harga beli dari developer/penjual ditambah dengan keuntungan yang telah
40
ditetapkan oleh bank dan disepakati oleh nasabah. Dengan ketentuan harga jual bank ditentukan sejak awal perjanjian dibuat dan tidak boleh berubah selama waktu akad serta adanya kepastian dari segi jumlah angsuran selama periode pembiayaan. Besar margin ditentukan berdasarkan jangka waktu yang dipilih nasabah. Semakin lama jangka waktunya semakin besar margin yang dikenakan. A. Prosedur Pembiayaan KPRS Prosedur pembiayaan KPRS di BMI Cabang Solo mempunyai 4 tahapan, yaitu prosedur pengajuan pembiayaan, prosedur analisis pembiayaan, tahap realisasi pembiayaan dan prosedur pengembalian pembiayaan. 1. Prosedur Pengajuan Pembiayaan a. Calon nasabah datang ke kantor BMI Cabang Solo untuk menanyakan tentang bagaimana cara mengajukan pembiayaan KPRS. b. Karyawan BMI akan menjelaskan kepada calon nasabah tentang persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pembiayaan KPRS di BMI Cabang Solo. Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain : 1) Warga negara Indonesia 2) Telah berusia 21 (dua puluh satu tahun) atau telah menikah dan berwenang melakukan tindakan hukum (telah dewasa menurut hukum dan tidak berada dalam pengampunan) 3) Memiliki
penghasilan
yang
menurut
bank
dapat
menjamin
kelangsungan pembayaran kewajiban (angsuran pokok dan margin) sampai pembiayaan lunas. Penghasilan yang di maksud adalah
41
penghasilan yang bersifat tetap (gaji bulanan) maupun tidak tetap (pendapatan dari pekerjaan bebas) 4) Mempunyai pekerjaan tetap (sebagai karyawan atau pekerjaan lainnya yang memperoleh gaji tetap) atau menjalankan usahanya sendiri (wirausaha) dengan masa kerja minimal 1 (satu) tahun. 5) Tidak memiliki pembiayaan bermasalah baik di bank maupun di bank lain. 6) Pemohon yang masih berstatus sebagai nasabah di bank maupun di bank lain untuk jenis pembiayaan apapun, disyaratkan penghasilannya masih cukup untuk membayar (angsuran pokok dan margin) atas seluruh pembiayaan (baik yang telah ada maupun yang akan diminta). 7) Menyampaikan NPWP pribadi untuk permohonan pengajuan di atas 100 juta. Syarat data aspek legalitas bagi debitur yang memiliki penghasilan tetap (karyawan) dan tidak tetap (wiraswasta) antara lain : 1) Surat permohonan pembiayaan 2) Photo copy KTP 3) Photo copy KTP istri/suami yang masih berlaku 4) Photo copy akta nikah 5) Photo copy KK (kartu keluarga) 6) Surat persetujuan istri/suami 7) Photo copy NPWP 8) Photocopy SIUP untuk usaha perdagangan
42
9) Photo copy TDP untuk perusahaan 10) Surat-surat jaminan, yang terdiri dari : a) Photo copy sertifikat SHGB/SHM b) Photo copy IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) c) PBB dan STTS terbaru Syarat data keuangan yang harus dipenuhi : 1) SK pengangkatan PNS (untuk debitur yang penghasilan tetap) 2) Slip gaji/rincian penghasilan 3) Photo copy rekening koran/tabungan/giro untuk 3 bulan terakhir 4) Surat kuasa pemotongan gaji dari bendaharawan c. Setelah semua berkas persyaratan dipenuhi nasabah kembali ke BMI Cabang Solo untuk menyerahkan berkas-berkas tersebut, bisa melalui customer service yang pada akhirnya akan diserahkan ke bagian account manager atau langsung menyerahkan berkas tersebut kepada account manager. Semua syarat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembiayaan KPRS harus dipenuhi semua untuk kelancaran proses pembiayaan. 2. Prosedur Analisis Pembiayaan Setelah semua berkas-berkas yang diperlukan diterima oleh Account Manager, maka tahap selanjutnya adalah penilaian kelayakan pembiayaan. Penilaian ini menggunakan prinsip 5 C.13
13
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan,Jakarta,PT. Grafindo Persada, 2002,hlm. 117.
43
a. Character Analisa ini merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat dideteksi secara numerik. Namun demikian, hal ini merupakan pintu gerbang utama proses persetujuan pembiayaan. Kesalahan dalam menilai karakter calon nasabah dapat berakibat fatal pada kemungkinan pembiayaan terhadap orang yang beritikad buruk seperti berniat membobol bank. Untuk memperkuat data ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Wawancara Karakter seseorang dapat dideteksi dengan melakukan verikasi data dengan interview. Apabila data-data benar, maka calon nasabah seharusnya dapat menjawab semua pertanyaan dengan mudah dan yakin. Apabila ada kesalahan, maka hal ini bisa merupakan indikasi awal sebuah itikad buruk. 2) BI Checking BI checking dilakukan untuk mengetahui riwayat pembiayaan yang telah diterima oleh nasabah berikut status nasabah yang ditetapkan oleh BI. 3) Bank checking Bank checking dilakukan secara personal antara sesama officer bank, baik dan bank yang sama maupun bank yang berbeda. Biasanya setiap officer memiliki pengalaman tersendiri dalam berhubungan dengan calon nasabah.
44
4) Trade checking Analisa dilaksanakan terhadap usaha-usaha sejenis, pesaing, pemasok dan konsumen. Pengalaman kemitraan semua pihak terkait pasti meninggalkan kesan tersendiri yang dapat memberikan indikasi tentang karakter calon nasabah, terutama masalah keuangan seperti cara pembayaran. b. Capacity Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk memahami kemampuan orang untuk berbisnis. Hal ini dapat dipahami karena watak yang baik semata-mata tidak menjamin seseorang mampu berbisnis dengan baik. Untuk perorangan hal ini tidak terindikasi dari referensi ataupun curriculum vitae yang dimilikinya. Hal ini dapat menggambarkan kerja/bisnis yang bersangkutan. Untuk perusahaan hal ini dapat terlihat dari laporan keuangan dan past performance usaha. Hal ini dapat dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban termasuk pembayaran pelunasan pembiayaan. Untuk mengetahui kapasitas nasabah, bank harus memperhatikan : 1) Angka-angka hasil produksi 2) Angka-angka hasil penjualan dan pembelian 3) Perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksi 4) Data finansial perusahaan beberapa tahun terakhir yang tercermin dalam neraca laporan keuangan.
45
Untuk pembiayaan konsumtif, analisa diarahkan pada kemampuan sumber penghasilan calon nasabah membiayai seluruh pengeluaran bulanannya. Untuk itu yang perlu dianalisa adalah : 1) Perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja 2) Lama bekerja 3) Penghasilan c. Capital (modal) Analisa modal diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri. Jika nasabah sendiri tidak yakin akan usahanya, maka orang lain akan lebih tidak yakin. Untuk mengetahui hal ini, bank harus melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Melakukan analisa neraca 2 tahun terakhir 2) Melakukan analisa ratio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dari perusahaan. d. Conditions (kondisi) Analisa diarahkan pada kondisi sekitar yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap usaha calon nasabah, seperti kebijakan pembatasan usaha properti, pelarangan ekspor pasir laut, trend PHK besar-besaran usaha sejenis dan lain-lain. e. Collateral (jaminan)
46
Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan. Jaminan dimaksud harus mampu mengcover resiko bisnis calon nasabah. Analisa yang dilaksanakan antara lain : 1) Meneliti kepemilikan jaminan yang diserahkan 2) Mengukur dan memperkirakan stabilitas harga jaminan dimaksud 3) Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa harus mengurangi nilainya 4) Memperhatikan pengikatannya, sehingga secara legal bank dapat dilindungi 5) Rasio jaminan terhadap jumlah pembiayaan. Semakin tinggi resiko tersebut maka semakin tinggi keperluan bank terhadap kesungguhan calon nasabah 6) Marketabilitas jaminan, jenis-jenis lokasi jaminan sangat menentukan tingkat marketable suatu jaminan. Rumah yang berharga jutaan rupiah bisa turun hanya terletak di lokasi yang sulit dijangkau. Setelah itu semua berkas-berkas tersebut oleh account manager diserahkan ke bagian USPD untuk dianalisa lebih lanjut. Analisa yang dilakukan oleh pihak USPD antara lain :14 a. Analisa yuridis : mengenai kewenangan hukum yang mewakili. Dilihat dari nasabahnya/orang yang mengajukan pembiayaan cacat hukum atau tidak. Analisa administrasi (misal : KTP atau KK masih berlaku atau tidak)
14
Wawancara dengan pegawai USPD pada hari Jum’at tanggal 24 Juli 2009.
47
b. Penilaian dan penyelidikan melalui penilaian agunan yang dijadikan jaminan dengan cara apakah nilainya sesuai dengan pembiayaan yang diajukan, marketability atau tidak, surat-surat agunan yang akan dibiayai lengkap atau tidak. c. Pemeringkatan nasabah dan analisa lapangan keuangan. Di setiap bank sudah
ada
standarisasi
pemeringkatan
tersendiri.
Standarisasi
pemeringkatan nasabah ini dipengaruhi oleh, apakah nasabah tersebut sudah menikah atau belum, memiliki pekerjaan tetap atau wiraswasta, sudah mempunyai anak atau belum, berapa lama bekerja. d. Hubungan kerja AM dan USPD pada awal proses penerimaan Dana 1) AM menerima proposal pengajuan PD dari nasabah 2) AM memberikan data-data ke USPD untuk dilakukan analisa 3) Berdasarkan data yang diperoleh, USPD melakukan analisa terhadap calon nasabah, yaitu : a) Hukum : analisa yuridis b) Penilaian dan penyelidikan jaminan BI checking dan lain-lain c) Pemeringkatan nasabah dan analisa laporan keuangan 4) Hasil dari analisa tersebut diserahkan kembali ke AM untuk dianalisa lebih lanjut 5) Copy dari hasil pemeringkatan nasabah selain diserahkan ke AM juga diserahkan ke PSG dan CRMU. Proposal 1
AM 2
USPD 3
Hukum
Penilaian & Penyelidikan
Pemeringkatan nasabah dan analisis
48
Gambar : 4.1 Bagan hubungan kerja AM dan USPD pada awal proses penanaman dana s Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo semua proses dalam menganalisis pembiayaan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Untuk mengurangi timbulnya pembiayaan yang bermasalah. Berikut ini uraian pelaksanaan proses pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo, antar lain :
a. Inisiasi Pengumpulan informasi melalui ta’aruf dan wawancara. AM memperoleh data-data sementara tentang kondisi keuangan nasabah dan memeriksa ulang semua kelengkapan dan kebenaran data-data. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui sikap/komitmen serta konsistensi
49
keabsahan data yang disampaikan secara tertulis oleh nasabah. Selanjutnya dalam kegiatan ta’aruf diperlukan adanya data standar nasabah bagi setiap AM yang ingin melakukan wawancara. Dari kegiatan tersebut dapat diambil kesimpulan secara tepat apakah permohonan pembiayaan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1) Kelengkapan data pemohon 2) Penjelasan data pendukung 3) Pemikiran kembali kebenaran dan konsistensi data pemohon Penentuan calon nasabah, dilihat dengan cara melihat data keuangan atau jaminan. b. Proses pengajuan Dealing dengan calon nasabah, setelah itu AM mencantumkan nasabah yang bersangkutan ke dalam pipeline yang akan dilaporkan kepada supervisor tiap awal bulan, penyampaian check list dokumen pembiayaan pada calon nasabah, penyampaian prosedur dan proses pembiayaan, kemudian AM menyampaikan dateline kepada calon nasabah untuk mempercepat proses pengumpulan kelengkapan dokumen. c. Pengumpulan data d. Proses usulan pembiayaan 1) Penyidikan 2) Pembuatan analisa laporan keuangan 3) Pembuatan memorandum dan usulan pembiayaan
50
e. Pemeriksaan Pemeriksaan kelengkapan dokumen dan aspek legalitas dari calon nasabah oleh bagian support, kemudian bagian support memberikan laporan hasil pemeriksaan calon nasabah kepada AM, dan membuat analisis yuridis. f. Pengajuan komite Pengecekan paraf dan penandatanganan dokumen oleh AM, pengecekan oleh bagian support dan sekretaris komite, pengesahan dokumen UP dengan stempel sekretaris komite, pengajuan persetujuan anggota komite. g. Persetujuan komite Pemeriksaan dan analisis kelayakan calon nasabah oleh komite, untuk permintaan persetujuan secara sirkulasi dimulai dari anggota komite yang mempunyai limit terkecil, persetujuan anggota komite dengan penandatanganan usulan pembiayaan.
h. Offering letter i. Pengikatan/penandatanganan akad Pengikatan dilakukan setelah calon nasabah memenuhi semua kewajibannya yang meliputi, penandatanganan dan penyerahan OL, pembukaan rekening giro, pembayaran semua biaya dan deposito. 1) Pengikatan autentik atau notariel
51
Pengikatan ini dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum yang menurut UU ditugaskan untuk membuat akte tersebut (dalam hal ini notaris). Untuk jenis pengikatan yang bersifat notariel, wajib dilaksanakan untuk pembiayaan yang berplafond di atas Rp. 50 juta kecuali untuk pengikatan pembiayaan yang bersifat back to back financing/cash collateral. 2) Pengikatan di bawah tangan Dibuat oleh bank dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Pengikatan di bawah tangan ini dapat menjadi alat bukti yang syah di pengadilan harus didukung oleh alat bukti lainnya. Sebagai lembaga keuangan syariah, maka setiap dilaksanakan pengikatan baik berbentuk pengikatan notariel/ pengikatan di bawah tangan harus ada saksi yang hadir. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Al Baqarah : 282)
52
Pengikatan jaminan dengan menggunakan hak tanggungan. Pengikatan ini diberikan pada jaminan yang obyeknya adalah tanah atau bangunan. Dalam hal nasabah cidera janji, hak tanggungan digunakan untuk pelunasan pembiasaan, yang memberikan kedudukan lebih utama (hak perferen) dari pihak-pihak lain yang juga memegang hak tanggungan atas obyek jaminan yang sama. Nilai hak tanggungan dipasang sekurang-kurangnya sebesar nilai piutang/harga jual atau pembiayaan kecuali dalam nilai transaksi lebih kecil dari nilai piutang/harga jual, maka pembebanan nilai hak tanggungan sebesar nilai taksasi. Biaya-biaya yang harus ditanggung oleh nasabah antara lain : a) Biaya administrasi : 1,3% dari plafond b) Biaya notaris : sesuai dengan tagihan notaris c) Biaya-biaya asuransi, materai dan transfer : akan ditentukan kemudian. Dengan catatan, pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut : a) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad) b) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
53
c) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern. j. Droping Setelah pengikatan dilaksanakan dengan nasabah, maka AM segera membuat memo droping dan instruksi droping. Memo droping mencantumkan semua biaya yang harus didebet oleh bagian OP, memo droping, instruksi droping dan semua dokumen pengikatan disertai pada bagian support setelah dicek dan ditandatangani oleh AM untuk dimintakan persetujuan pimpinan cabang. Setelah mendapat persetujuan pimpinan cabang bagian support segera menyerahkan memo dan instruksi droping beserta semua kelengkapan ke bagian OP untuk segera dilakukan droping ke rekening nasabah. k. Penyelesaian dokumen Meliputi dokumen TBO, tanda bukti pengiriman dana (untuk RTGS), form pembukaan rekening nasabah dan underlying transaction. Dokumen TBO diserahkan oleh nasabah paling lambat sepuluh hari setelah pengikatan. Underlying transaction meliputi tanda terima uang oleh nasabah, perjanjian pembiayaan dengan nasabah dan tanda bukti pembelian barang oleh nasabah diserahkan oleh nasabah paling lambat sepuluh hari setelah pengikatan. l. Monitoring
54
Monitoring dilakukan untuk proses pencairan dana, monitoring rutin (kepada nasabah dilakukan minimal setiap tiga bulan sekali serta laporan keuangan diminta minimal setiap satu tahun sekali.
55
Inisiasi
Pengajuan
Pengumpulan Data
Monitoring
Proses UP
Peneyelesaian Dokumentasi
Pemeriksaan
Droping
Pengajuan Komite
Penandatanganan Akad
Offering Letter
Persetujuan Komite
Gambar : 4.2 Bagan Prosedur Pelaksanaan Proses Pembiayaan KPRS Bank Muamalat Indonesia
3. Tahap Realisasi Pembiayaan Tahap realisasi pembiayaan telah memutuskan untuk menerima pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah. Prosedur realisasi itu sebagai berikut: a. Setelah
menandatangani
akad
pembiayaan,
memberikan berkas catatan kepada
bagian
pemasaran
bagian pembiayaan untuk
pengecekan syarat-syarat pembiayaan. b. Bagian pembiayaan membuat kwitansi dengan mengeluarkan sejumlah pembiayaan
yang
menandatanganinya.
telah
disetujui
dan
meminta
nasabah
untuk
56
c. Kwitansi pembiayaan yang
telah ditandatangani nasabah dan bagian
pemasaran diserahkan kepada teller. d. Teller menyerahkan sejumlah uang kepada nasabah sama dengan yang tertera di kwitansi.
4. Prosedur pengembalian pembiayaan Pengembalian pembiayaan ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan nasabah dengan pihak bank di awal perjanjian dan pembayaran dilakukan dengan cara mendebet uang angsuran langsung dari tabungan nasabah. Pengembalian pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo adalah dengan cara mengangsur sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati di awal pembiayaan KPRS. Dari uraian di atas, semua langkah-langkah dalam proses pelaksanaan pembiayaan KPRS haruslah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah karena pihak bank mendapat kepercayaan dari nasabah untuk mengelola dananya sesuai dengan syari’ah.
B. Cidera janji dalam Pelaksanaan Pembiayaan KPRS Dalam pembiayaan di BMI tentunya tidak lepas dari masalah cidera janji yang terjadi yaitu keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai waktunya.
Dalam hal keterlambatan pembayaran nasabah dapat dibagi 2 yaitu :
57
a. Nasabah yang terlambat/tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi di luar kehendak nasabah b. Nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran pembiayaan
C. Penyelesaian Pembiayaan KPRS Bermasalah di BMI Cabang Solo Pengajuan penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan melalui langkah tindakan berorientasi pada upaya dan penyelesaian (pembiayaan menjadi lunas) baik melalui upaya non litigasi ataupun upaya litigasi. 1. Langkah non litigasi Upaya penyelesaian ini dilaksanakan BMI dengan tanpa melalui proses penyelesaian lembaga peradilan yang ada, yaitu : a. Melakukan pendekatan kepada nasabah pembiayaan tersebut ataupun kepada pemilik jaminan agar bersedia membayar/melunasi kewajibannya pada BMI. b. Melakukan penekanan kepada nasabah pembiayaan atau pemilik jaminan baik melalui pemberian surat pemberitahuan atau surat peringatan dan sebagainya yang bertujuan agar nasabah pembiayaan tersebut berusaha membayar/melunasi
kewajibannya
kepada
BMI.
Maksud
dan
penyelesaian di atas untuk dapat dipenuhinya pembayaran oleh nasabah pada BM. s 2. Langkah litigasi
58
Upaya penyelesaian ini dilaksanakan BMI apabila langkah non litigasi tidak tercapai melalui proses penyelesaian peradilan yang ada. Bentuk pelaksanaannya, antara lain: a. Pengajuan gugatan Baru dilaksanakan bila nasabah pembiayaan yang dihadapi sudah tidak ada harapan penyelesaian secara tepat dan tuntas. Melalui penggunaan hak preferen BM sebagai pemegang hak tanggungan. Pelaksanaan
gugatan
dapat
diajukan
melalui
pengadilan
negeri/basyarnas atau lembaga penggantinya, tergantung yuridis hukum yang disepakati. Pelaksanaan gugatan apabila dilaksanakan melalui Pengadilan Negeri wajib memperhatikan prosedur hukum acara perdata yang berlaku. Basyarnas selaku lembaga arbitrase/perwasitan wajib dilaksanakan dengan prosedur acara pengajuan yang berlaku di Basyarnas. Yang perlu diperhatikan dalam proses ini, yaitu : 1) Pihak yang digugat (tergugat) : nasabah pembiayaan/penjamin/ pada pihak lainnya yang benar-benar tidak memiliki iktikad baik dan tidak memiliki kemauan menyelesaikan permasalahannya secara sukarela. 2) Yuridis hukum dan atau kewenangan pengadilan yang ada pada pengadilan negeri ataupun basyarnas. b. Pengajuan Pidana Jalan pengaduan ada tidaknya perbuatan yang patut disangkakan dilaksanakan nasabah/pemilik jaminan/pembiayaan pihak lainnya (baik
59
untuk intern bank ataupun ekstern bank) dan patut diduga termasuk tindak pidana yang menimbulkan kerugian pada pihak BMI. Tujuannya lebih mengutamakan penekanan psikologis kepada pihak yang dimaksudkan guna mengakui kesalahannya. Dan selanjutnya mengembalikan kekayaan yang diperoleh dari perbuatan yang dilanggar dan pada akhirnya menyelesaikan kewajibannya. Pengajuan pidana ini diajukan apabila adanya tindak penggelapan, penipuan, pemalsuan dan sebagainya. c. Permohonan eksekusi jaminan Pada dasarnya suatu keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum, mempunyai sifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh para pihak yang berperkara. Karena bila keputusan pengadilan atas adanya pengajuan gugatan ternyata tidak dilaksanakan dengan sukarela oleh salah satu pihak maka pihak yang merasa dirugikan (Bank Muamalat) dapat mengajukan pelaksanaan keputusan pengadilan (flat eksekusi) tersebut. Untuk jaminan berupa tanah, sertifikat hak atas tanah yang telah diikat akte pembenaran hak tanggungan, yang dapat dipersamakan dengan suatu keputusan pengadilan (dalam sertifikat hak tanggungnya) terdapat kata-kata “Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam pelaksanaan eksekusi wajib memperhatikan ektentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan pengajuan permohonan eksekusi ini dapat dilaksanakan sendiri oleh pejabat Bank Muamalat
60
maupun minta lembaga bantuan/jasa hukum dengan wajib sepengetahuan dan persetujuan komite pembiayaan. d. Permohonan kepailitan Upaya lain dalam proses litigasi tersebut di atas, oleh UU diberikan peluang dalam proses penyelesaian pembiayaan bermasalah secara tepat, terbuka dan efektif, yaitu melalui proses pengajuan kepailitan sebagaimana telah diatur dalam UU kepailitan No. 1 tahun 1998 pelaksanaannya pula harus diteliti secara matang dan sangat dibutuhkan pertimbangan yang lengkap karena itu harus ada persetujuan komite pembiayaan. Penyelesaian pembiayaan di Bank Muamalat Cabang Solo pada awalnya melalui proses musyawarah. Apabila tahap ini tidak berjalan dengan lancar maka tahap selanjutnya adalah memberikan surat peringatan pertama. Selanjutnya apabila surat peringatan pertama tidak berhasil maka surat peringatan ini diberikan sampai surat peringatan ketiga kemudian bila surat peringatan ini masih tidak dihiraukan oleh nasabah maka tahap selanjutnya adalah restrukturisasi pembiayaan yaitu perpanjangan jangka waktu pembiayaan. Pada tahap ini jika nasabah masih tidak bisa melunasi pembiayaan maka tahap terakhir adalah menjual barang jaminan yang dijaminkan dalam pembiayaan KPRS.
61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh pembiayaan KPRS pada Bank Muamalat Indonesia cabang
Solo,
calon
nasabah
harus
memenuhi
syarat-syarat
untuk
mendapatkan pembiayaan tersebut, antara lain, calon nasabah harus mengisi formulir pembiayaan KPRS selain itu juga harus menyertakan syarat-syarat pembiayaan KPRS meliputi fotokopi KTP suami istri, KK, akta nikah, surat persetujuan istri/suami, data-data keuangan serta data-data jaminan. Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi maka calon nasabah harus mengikuti prosedur yang telah diterapkan oleh pihak Bank Muamalat, yaitu melalui beberapa tahapan antara lain, prosedur pengajuan pembiayaan, prosedur analisis pembiayaan, tahap realisasi pembiayaan dan prosedur pengembalian pembiayaan. 2. Pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia cabang Solo tidak lepas dari adanya cidera janji yang dilakukan oleh nasabah. Cidera janji yang terjadi di Bank Muamalat Indonesia cabang Solo terbilang kecil. Adapun cidera janji yang terjadi berupa keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Dalam hal keterlambatan nasabah dibagi 2, yaitu: nasabah yang terlambat/tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi
62
di luar kehendak nasabah dan nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran. 3. Apabila terjadi cidera janji di dalam pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia cabang Solo, maka untuk menyelesaikan perselisihan yang mengakibatkan suatu akibat hukum tersebut pihak Bank Muamalat Indonesia cabang Solo dan calon nasabah mendahulukan prinsip musyawarah untuk mufakat. Namun apabila di dalam musyawarah tersebut tidak menghasilkan suatu keputusan di antara para pihak, maka sesuai dengan akad perjanjian musyarakah, pihak Bank Muamalat Indonesia cabang Solo dan calon nasabah akan menyelesaikan perselisihan tersebut melalui Badan Arbitrase Syari’ah Nasional (Basyarnas), di mana putusan Basyarnas merupakan putusan final dan mengikat para pihak. Tetapi di dalam menyelesaikan putusan tersebut Bank Muamalat Indonesia cabang Solo berdasarkan pertimbangannya sendiri untuk menyelesaikan sengketa atau perselisihan tersebut melalui proses pengadilan negeri dalam wilayah Negara Repubik Indonesia.
B. Saran 1. Sebaiknya Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo lebih berhati-hati dalam hal menyeleksi calon nasabah yang akan diberikan pembiayaan, supaya tidak terjadi tunggakan-tunggakan angsuran yang nantinya menyebabkan karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo harus menagih angsuran pada nasabah.
63
2. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo seharusnya memberikan semacam bonus/hadiah bagi nasabah yang angsurannya tepat waktu. Sehingga akan membuat nasabah yang lain akan termotivasi untuk menyelesaikan angsurannya tepat pada waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Gema Insani. Jakarta. Brosur-brosur Bank Muamalat Indonesi Kasmir, 2000. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kasmir, 2002. Dasar-dasar Perbankan, PT. Grafindo Persada, Jakarta. Muhammad, 2001. Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari’ah, UII press, Yogyakarta. Muhammad, 2000. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari’ah, UII pres, Yogyakarta. Sumitro, Warkum, 2004. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Keuangan terkait: BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syari’ah di Indonesia. PT Grafindo Persada. Jakarta. Untung, H. Budi, 2000. Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: NIYA RESTI IKASARI
Tempat Tanggal Lahir
: Sumenep, 22 Desember 1987
Alamat
: Dsn. Krapoh, Desa Gunung Tumpeng Kec. Suruh, Kab. Semarang
Pendidikan
: 1.
DIII Keuangan dan Perbankan Islam (KPI) STAIN Salatiga, Tahun 2006-sekarang.
2.
SMAN 01 Karanggede. Tahun 2003-2006.
3.
SMP N 03 Suruh. Tahun 2000-2003.
4.
SDN 01 Gunung Tumpeng Suruh Tahun 1998-2000.
5.
SDN Nambangan Lor 08 Madiun.Tahun 1994-1998.
6.
TK Trisula. Tahun 1992-19