ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
Oleh : CICI PARAMITA NIM 201 11 015
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
Oleh : CICI PARAMITA NIM 201 11 015
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
MOTTO 1. Jangan tunda sampai besok apa yang bisa kamu lakukan hari ini 2. Kegagalan hanya akan terjadi bila kita menyerah 3. Hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan, perjuangan memerlukan ketabahan, ketabahan memerlukan keyakinan, keyakinan menentukan kejayaan, dankejayaan pula akan menentukan kebahagiaan.
PERSEMBAHAN 1. Allah SWT atas segala limpahan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya kepadaku hingga bisa membuatku bertahan sampai saat ini. 2. Alm. Ibu yang selalu menjadi penyemangat dalam hidup ku. 3. Bunda dan Ayah, terima kasih atas kasih sayang dan doanya selama ini. 4. Kedua kakakku, Abang dan Ibung yang telah memberi motivasi dan dukungan kepadaku. 5. Adik-adikku yang selalu menghibur dan memberikan keceriaan selama ini 6. Untuk bang Arief yang selalu memberi support disaat semangat yang mulai luntur agar aku terus berjuang. 7. Teman-temanku DIII Perbankan Syariah angkatan 2011 yang tiada henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan kepadaku dengan sepenuh hati.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah member rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ ANALISI MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO” ini dengan baik. Tugas Akhir ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Diploma III jurusan Syariah Program Studi Perbankan Syariah (PS) Sekolah Tinggi Agaman Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penulisan Tugas Akhir ini banyak pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan, maka selayaknya peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Benny Ridwan, M.Hum selaku Ketua Jurusan Syariah STAIN Salatiga. 3. Bapak H. Ahmad Mifdlol M., Lc., M.Si selaku Ketua Program Studi DIII
Perbankan
Syariah (PS) STAIN Salatiga. 4. Ibu Hikmah Endraswati, SE.,M.Si selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 5. Bapak Taufikur Rahman, M.Si selaku dosen pembimbing magang di Bank Muamalat Solo. 6. Bapak Khabib Soleh, selaku pimpinan cabang Bank Muamalat Solo, beserta seluruh karyawan Bank Muamat Solo yang memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan kegiatan magang dan penulisan Tugas Akhir. 7. Ayah dan bunda tercinta yang selalu memberikan dukungan, serta motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir. 8. Teman- teman DIII Perbankan Syariah (PS) Angkatan Tahun 2011. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu yang telah membantu kelancaran tugas akhir ini.
Dalam penulisan tugas akhir peneliti sadar bahwa tidak ada sesuatu pun yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan senang hati peneliti menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 20 Agustus 2014 Peneliti
Cici Paramita NIM. 20111015
ABSTRAK
Paramita, Cici. 2014. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Pada Bank Muamalat Indonesiai Cabang Solo. Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Program Studi DIII Perbankan Syariah (PS). Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing. Hikmah Endraswati, SE.,M.Si.
Kata kunci : Manajemen Risiko dan Pembiayaan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana penerapan manajemen risiko di Bank Muamalat cabang Solo, khususnya manajemen risiko pembiayaan. Proses pelaksanaan manajemen risiko pembiayaan dilakukan dengan proses identifikasi risiko pembiayaan, pengukuran risiko pembiayaan, pemantauan risiko pembiayaan dan pengendalian risiko pembiayaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan data yang diperoleh dari dokumentasi, buku-buku, dan laporan yang berkaitan dengan judul Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan. Pengelolaan risiko pembiayaan di Bank Muamalat Cabang Solo dilakukan dengan cara meningkatkan kerangka sistem pengelolaan risiko yaitu Muamalat Early Warning System (MEWS) sehingga dapat memberikan informasi adanya potensi risiko secara lebih dini dan selanjutnya mengambil langkah yang memadai untuk meminimalisir dampak risiko.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………
i
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ……………………………………….
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………..
iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………….
iv
PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………………………….
v
MOTTO …………………………………………………………………………………
vi
PERSEMBAHAN ………………………………………………………………………
vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….
viii
ABSTRAK ……………………………………………………………………………...
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………
x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………...
xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………
xii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………...
5
C. Tujuan dan Kegunaan …………………………………………………………….
6
D. Metode Penelitian …………………………………………………………………
7
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………………………..
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………………..
9
A. Telaah Pustaka ……………………………………………………………………
9
B. Kerangka Teoritik …………………………………………………………………
11
1. Risiko …………………………………………………………………………..
12
a. Pengertian Risiko ……………………………………………………………
12
b. Jenis-Jenis Risiko …………………………………………………………… 12 2. Manajemen Risiko ……………………………………………………………… 16 a. Pengertian Manajemen Risiko ………………………………………………. 16 b. Proses Pelaksanaan Manajemen Risiko ……………………………………... 16 3. Pembiayaan …………………………………………………………………….. 17 a. Pengertian Pembiayaan ……………………………………………………… 17 b. Jenis- Jenis Pembiayaan …………………………………………………….. 17 c. Produk-Produk Pembiayaan …………………………………………………
18
d. Prinsip-Prinsip Pembiayaan …………………………………………………
21
e. Administrasi Pembiayaan Bermasalah ……………………………………… 25 f. Pengendalian Pembiayaan bermasalah ………………………………………
28
BAB III LAPORAN OBJEK ……………………………………………………………
32
A. Gambaran Umum Bank Muamalat ……………………………………………….
32
1. Sejarah Singkat Berdiri Bank Muamalat ………………………………………
32
2. Sejarah Singkat Berdiri Bank Muamalat Solo …………………………………. 34 3. Visi dan Misi Bank Muamalat ………………………………………………….
35
4. Struktur Organisasi ……………………………………………………………..
35
5. Produk-Produk Bank Muamalat ………………………………………………..
39
B. Data Deskriptif …………………………………………………………………….
44
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN ……………………….
46
A. Proses Pelaksanaan Pembiayaan di Bank Muamalat ……………………………..
46
B. Pertumbuhan Pembiayaan ………………………………………………………...
50
C. Penyebab Timbulnya Risiko pada Pembiayaan …………………………………..
53
D. Manajemen Risiko ……………………………………………………………….
57
E. Upaya untuk Mengelola dan Mengendalikan Risiko Pembiayaan …………………..
61
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………..
64
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….
64
B. Saran ………………………………………………………………………………
65
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………
67
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Grafik Pembiayaan Bermasalah ……………………………………………..
3
Gambar 2. Struktur Organisasi BMI Solo ………………………………………………. 36 Gambar 3. Grafik Jumlah Pembiayaan ………………………………………………….
44
Gambar 4. Grafik Penurunan Jumlah Pembiayaan Bermasalh ………………………….
45
Gambar 5. Proses Pemberian Pembiayaan ………………………………………………
49
Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga ……………………………………
50
Gambar 7. Grafik Pertumbuhan Pembiayaan …………………………………………..
53
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Produk Pembiayaan yang disalurkan BMI …………………………………… 2 Tabel 2.1 Matriks Klasifikasi Pembiayaan ……………………………………………… 26 Tabel 4.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga ……………………………………………..
51
Tabel 4.2 Tingkat Pertumbuhan Produk Pembiayaan …………………………………..
52
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perbankan memiliki fungsi di antaranya menyelenggarakan mekanisme lalu lintas pembayaran yang efisien, cepat, dan akurat, selain itu perbankan juga berperan sebagai perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif. Peran tersebutlah yang membuat perbankan disebut sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediary institution (Sulhan dan Siswanto, 2008:3). Hanya saja dalam pelaksanaannya setiap produk yang ditawarkan oleh pe rbankan syariah lebih ditekankan untuk menghindari penggunaan bunga (riba) yang biasanya ada pada perbankan konvensional. Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah bank yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank yang kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Solo sebagai perbankan syariah pertama di Indonesia merupakan bank yang memiliki berbagai jenis produk pembiayaan yang dapat disalurkan pada masyarakat luas. Produk pembiayaan yang ditawarkan cukup banyak dan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan produksi atau konsumsi, misalnya pembiayaan KPR Muamalat iB, iB Muamalat Haji dan Umroh, dan iB Muamalat Usaha Mikro (Muamalat, 2013). Jenis pembiayaan yang disalurkan oleh BMI Solo sebagian besar menggunakan akad murabahah, diikuti oleh musyarakah, mudharabah, qard, ishtisna, dan ijarah. Jenis
pembiayaan yang menggunakan akad murabahah meliputi pembiayaan KPR Muamalat iB, iB Multiguna, dan pembiayaan Multifinance. Sedangkan dengan akad musyarakah dan mudharabah jenis pembiayaan yang ditawarkan adalah pembiayaan modal kerja dan pembiayaan LKM Syariah, dan untuk Dana Talangan Haji, dan pembiayaan Umroh menggunakan akad qard (Muamalat, 2013) Tabel 1.1 Produk pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Solo periode 2010 – 2013 Produk Pembiayaan
Periode 2010
2011
2012
2013
Murabahah
6.441.601.218
10.042.862.193
16.140.183.597
19.566.857.115
Musyarakah
5.979.043.571
8.176.819.533
12.819.798.193
18.673.773.593
Mudharabah
1.364.534.388
1.498.296.551
1.985.586.533
2.225.162.877
Qard
1.183.737.563
1.933.609.785
1.275.699.700
420.635.736
46.666.372
74.992.864
19.781.735
22.036.751
2.504.961
747.771
436.490
14.151.265
Ishtisna Ijarah
Sumber : Annual Report Bank Muamalat 2010-2013
Produk pembiayaan di BMI Solo mengalami pertumbuhan setiap tahunnya yaitu dari Rp 14,7 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 19,8 triliun pada tahun 2013 atau naik sebesar 34,8%. Dengan tingginya pertumbuhan pembiayaan tersebut maka juga akan berpengaruh terhadap risiko yang akan ditimbulkan, seperti adanya pembiayaan bermasalah dimana pihak nasabah sudah memperoleh pembiayaan namun tidak melakukan kewajibannya kepada bank sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumnya karena suatu hal yang disengaja maupun yang tidak disengaja, tetapi BMI Solo mampu menekan risiko tersebut.
Sumber : Annual Report Bank Muamalat 2010-2013 Gambar 1. Grafik Pembiayaan Bermasalah
Dalam grafik di atas menunjukan bahwa rasio pembiayaan bermasalah di BMI turun dari 2,09% pada tahun 2012 menjadi 1,35% pada tahun 2013. Hal ini membuktikan bahwa BMI dapat mengelola risiko dengan menurunnya rasio pembiayaan bermasalah setiap tahunnya. Risiko sendiri merupakan suatu kemungkinan yang akan terjadi dan tidak diinginkan serta dapat berpotensi memberikan kerugian pada bank akibat suatu peristiwa tertentu apabila tidak dikelola dengan baik. Pada Peraturan Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011 perbankan syariah memiliki 10 macam jenis risiko yang harus dikelola yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko strategik, risiko hukum, risiko reputasi, risiko kepatuhan, risiko investasi dan risiko imbal hasil. Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai akad atau perjanjian yang telah ditetapkan antara bank Muamalat dengan nasabah pembiayaan seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian di awal transaksi. Karena sebagian besar aset bank tertanam dalam bentuk pembiayaan yang merupakan bisnis bank maka setiap penyaluran pembiayaan akan mengandung risiko,
sehingga pengelolaan risiko pembiayaan akan mendapat perhatian yang lebih dibanding risiko yang lain (Muamalat, 2010) Risiko dan lembaga keuangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan pernah ada lembaga keuangan, hal ini dapat dipahami karena setiap usaha maupun kegiatan yang dilakukan dapat dipastikan akan memiliki suatu risiko, baik risiko yang dapat di tangani maupun risiko yang sulit untuk ditangani. Oleh karena itu risiko tidak dapat dihindari melainkan harus dikelola atau dikendalikan, agar kegiatan perbankan dapat tetap berjalan seperti yang diharapkan, maka risiko tersebut harus dikendalikan melalui sebuah proses manajemen risiko. Manajemen risiko adalah rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank (Sulhan dan
Siswanto, 2008:150). Seiring dengan pertumbuhan perbankan
syariah yang semakin pesat, maka manajemen risiko memiliki suatu peran yang sangat penting dalam setiap transaksi pembiayaan yang dilakukan di bank syariah. Dengan menurunnya tingkat Non Performing Financing (NPF) yang diperoleh oleh bank Muamalat pada tahun 2012 sebesar 2,09% menjadi 1,35% pada tahun 2013 (Muamalat: 2013), menunjukan bahwa manajemen risiko Bank Muamalat mampu mengelola risiko tersebut hingga terjadi penurunan. Pada tulisan ini penulis berniat melakukan penelitian di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. Bank Muamalat Solo merupakan bank syariah pertama di Indonesia yang mempunyai banyak program kerja diantaranya memberdayakan perekonomian masyarakat umum dalam menghimpun dana dan menyalurkannya. Penelitian yang akan dilakukan penulis adalah untuk menganalisa manajemen risiko pembiayaan dan menganalisa kemungkinan risiko yang akan ditimbulkan serta pengelolaan
yang dapat dilakukan terhadap risiko-risiko yang mungkin akan terjadi pada pembiayaan di Bank Muamalat Cabang Solo dalam bentuk Tugas Akhir yang berjudul “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses pelaksanaan produk pembiayaan di Bank Muamalat Solo? 2. Hal-hal apa sajakah yang menjadi penyebab timbulnya risiko pada produk pembiayaan di Bank Muamalat Solo? 3. Bagaimanakah cara pengelolaan risiko yang terjadi pada pembiayaan di Bank Muamalat Solo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menjelaskan proses pelaksanaan produk pembiayaan di Bank Muamalat Solo. 2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya risiko pada produk pembiayaan di Bank Muamalat Solo. 3. Untuk mengetahui cara mengelola risiko pada produk pembiayaan di Bank Muamalat Solo. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian yang penulis lakukan adalah : 1. Bagi pembaca dan masyarakat luas agar dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang produk pembiayaan. 2. Dapat membantu lembaga keuangan syariah untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan risiko pada produk pembiayaan.
3. Dan bagi penulis agar penulisan proposal ini dapat berlanjut kepada penulisan Tugas Akhir (TA) pada Program Studi Perbankan Syariah untuk memperoleh gelar Ahli Madya (AMd). Amin E. Metode Penelitian 1. Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu melakukan analisis terhadap objek yang akan diteliti yakni Bank Muamalat Cabang Solo. 2. Jenis data yang dibutuhkan Jenis data yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi, buku-buku, dan laporan atau arsip yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi lapangan Peneliti langsung mengamati objek yang diteliti karena pada saat penelitian berlangsung penulis sedang melakukan magang di Bank Muamalat Cabang Solo. b. Telaah Dokumentasi Peneliti melakukan penelitian dengan melengkapi data yang sebelumnya diperoleh. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penulisan penelitian ini di bagi menjadi 5 bagian yang terdiri dari : Bab I, merupakan Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, merupakan Bab Kajian Pustaka yang berisi tentang telaah pustaka dan kerangka teoritik tentang manajemen risiko pembiayaan. Bab III, merupakan Bab Laporan Objek, yang menjelaskan tentang gambaran umum Bank Muamalat Indonesia dari sejarah Bank Muamalat Indonesia, visi dan misi, struktur organisasi, dan produk-produk Bank Muamalat Indonesia, serta data deskriptif yang diperoleh dari Bank Muamalat Solo BAB IV, merupakan Bab Analisis, yang menjelaskan tentang analisis yang dilakukan terhadap manajemen risiko pembiayaan di Bank Muamalat Cabang Solo. Bab V, merupakan Bab Penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan tentang analisis manajemen risiko pembiayaan adalah : Skripsi dari Asep Syaiful Bahri tahun 2008 dengan judul “Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Muamalat”. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library Research) dan penelitian lapangan (Field Research), data yang diperoleh dari observasi langsung ke lapangan, wawancara dengan tokoh lembaga bank yang dianggap berkompeten, dan teknik dokumentasi (study kepustakaan). Hasil penelitian yang diperoleh adalah walaupun murabahah termasuk NCC (Natural Certainty Contracts) tetap masih banyak risiko yang perlu di-manage agar pembiayaan ini tetap menguntungkan bagi bank, kemudian manajemen risiko yang dilakukan bank terhadap pembiayaan cukup baik, karena upaya untuk menyelesaikan masalah masih adil dan menguntungkan nasabah (Bahri, 2008) Skripsi dari Mahmal Rizka tahun 2009 dengan judul “Upaya Meminimalisir Risiko Pembiayaan Produktif Untuk UKM Oleh Bank Syariah (Studi Kaus Pada Bank DKI Syariah Cabang Wahid Hasyim). Metode yang digunakan deskriptif analisis, dimana penulis menggambarkan permasalahan yang didasari pada data yang ada untuk dianalisa dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan jenis pengambilan data adalah melalui studi dokumentasi dan wawancara mendalam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah agar tujuan bank untuk meminimalisir risiko pembiayaan terwujud maka dibutuhkan kontribusi yang proporsional dari kalangan UKM, perbankan, dan pemerintah. Dimana adanya peran pemerintah melalui departemen koperasi dan UKM dengan program-program yang dapat mendongkrak UKM secara kuantitas dan kualitas sehingga akan menciptakan UKM yang
profitabilitas bagi bank dan risiko yang semula diidentifikasi dapat dicari solusinya untuk tujuan bersama (Rizka, 2009). Skripsi dari Nur Inayah tahun 2009 dengan judul “Strategi Penanganan Pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Murabahah di BMT Ihsanul Fikri Yogyakarta”, metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif – kualitatif yaitu jenis penelitian yang melukiskan suatu objek tanpa maksud mengambil kesimpulan yang berlaku secara umum, pengambilan data yang digunakan adalah melalui data primer (dari sumber utama) dan data sekunder (dari bacaan yang relevan). Kesimpulan dari penelitian adalah dalam pelaksanaannya setiap orang yang ingin menjadi nasabah di BMT BIF harus memenuhi persyaratan yang berlaku untuk mencegah nasabah yang bermasalah nantinya. Untuk menangani pembiayaan yang bermasalah selain mengacu pada fatwa DSN, BMT BIF juga harus tegas pada nasabah yang bermasalah (Inayah, 2009). Skripsi dari Dian Rosalia Pradini tahun 2011 dengan judul “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan Pengaruhnya Terhadap Laba” metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif, analisis korelasi, dan analisis linier berganda. Data yang diperoleh dari data primer (sumber utama) dan data sekunder (studi litertur, buku yang relevan). Kesimpulan yang diperoleh adalah faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan diantaranya adalah faktor internal (SDM, teknologi informasi) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, peminjam). Kemudian manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan risiko adalah dengan cara preventive control of finance seperti penetapan prosedur, dan kebijakan pembiayaan, asuransi, dan repressive control of finance seperti proses revitalisasi dan penyelesaian melalui jaminan (Rosalia, 2011). Tugas akhir dari Bagas Chairil Anwar tahun 2013 dengan judul “Studi Analisis Mekanisme Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi”. Tugas akhir ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan sumber data
diperoleh dari data primer yaitu melakukan wawancara langsung dengan beberapa pihak manajemen BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah penerapan manajemen risiko pembiayaan di BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi merupakan bentuk kepatuhan akan Peraturan Bank Indonesia sebagai regulator. Hal tersebut dapat dilihat dengan penerapan prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi dengan prosedur pembiayaan yang kompleks dan sangat hati-hati (Anwar, 2013) B. Kerangka Teoritik Untuk lebih memahami penulisan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaa pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo” , maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul, yaitu 1. Risiko a. Pengertian Risiko Risiko adalah kemungkinan kejadian hasil yang menyimpang dari harapan yang bersifat merugikan (M.Sulhan dan Ely Siawanto, 2008:105). Risiko muncul akibat adanya ketidakpastian hasil yang dicapai dari suatu usaha. Ketidakpastian ini meliputi ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty), yaitu ketidakpastian yang diakibatkan oleh perubahan pasar, selera konsumen, kebijakan ekonomi pemerintah yang mengakibatkan terjadinya potensi kerugian. Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang diakibatkan oleh perubahan kondisi alam seperti gempa bumi, musim yang tidak menentu yang dapat menyebabkan kerugian. Dan ketidakpastian manusia, yaitu ketidakpastian akibat perbedaan karakter, keteledoran dan sifat-sifat lain manusia yang meningkatkan potensi terjadinya kerugian (Sulhan dan Siswanto, 2008, 107).
b. Jenis – Jenis Risiko Berdasarkan peratuan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, terdapat 10 macam jenis risiko, yaitu: 1) Risiko Kredit, adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. teknik-teknik pengukuran risiko dapat dilakukan dengan dua cara (Hanafi, 2006), yaitu: a) Penilaian Kualitatif, dalam penilaian kualitatif analisis pembiayaan sering menggunakan kerangka 3R dan 5C, kerangka tersebut digunakan untuk menganalisis kemampuan melunasi kewajiban dari calon nasabah. Penilaian 3R tersebut adalah return yaitu berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penggunaan pembiayaan, repayment capacity yaitu berkaitan dengan kemampuan mengembalikan pembiayaan, dan risk-bearing ability yaitu berkaitan dengan kemampuan menanggung risiko kegagalan. Sedangkan penilaian 5C yang digunakan adalah character, capacity, capital, collateral, condition of economy. b) Penilaian kuantitatif, dalam melakukan penilaian kuantitatif dapat dilakukan dengan melakukan rating perusahaan, model scoring kredit, risk adjusted return on capital (RAROC), mortality rate, term structure, credit metrics, dan pendekatan kerangka teori opsi. 2) Risiko Pasar, adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat
perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. Teknik pengukuran risiko pasar dapat dilakukan dengan (Hanafi, 2006)
a) Deviasi Standar, digunakan untuk menghitung probabilitas nilai tertentu. b) VAR (Value At Risk), digunakan untuk menghitung besarnya nilai kerugian dan besarnya kemungkinan terjadinya kerugian tersebut. c) Stress Testing, digunakan untuk menilai bagaimana pengaruh kejaian ekstrim terhadap perusahaan tersebut. 3) Risiko Likuiditas, adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menggangu aktivitas dan kondisi keuangan
bank.
Risiko
likuiditas
muncul
manakala
bank
mengalami
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera, dan dengan biaya yang sesuai, besar kecilnya risiko ini banyak ditentukan oleh (Muhammad, 2002): a) Kecermatan perencanaan arus kas (cash flow) atau arus dana (fund flow) berdasarkan prediksi pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dan-dana, termasuk mencermati tingkat fluktuasi dana-dana (volatility of fund) b) Ketepatan dalam mengatur struktur dana-dana termasuk kecukupan dana-dana non bagi hasil c) Ketersediaan aset yang siap dikonversikan menjadi kas d) Kemampuan menciptakan akses ke pasar antar bank atau sumber dana lainnya. 4) Risiko Operasional, adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal
yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional berkaitan dengan kesalahan manusiawi (human error), kegagalan sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol.
5) Risiko Hukum, adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek
yuridis. 6) Risiko
Reputasi, adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. 7) Risiko Stratejik, adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. 8) Risiko Kepatuhan, adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta prinsip syariah. 9) Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk), adalah risiko akibat perubahan tingkat
imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi prilaku nasabah dana pihak ketiga bank. 10) Risiko investasi (Equity Investment Risk), adalah risiko akibat ikut menanggung
kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing. 2. Manajemen Risiko a. Pengertian Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank (Sulhan dan Siswanto, 2008:150). b. Proses Pelaksanaan Manajemen Risiko Proses pelaksanaan manajemen risiko dapat dilakukan dengan (Sulhan dan Siswanto, 2008:151) :
1) Identifikasi
Risiko,
dilaksanakan
dengan
melakukan
analisis
terhadap
karakteristik risiko yang melekat pada aktifitas fungsional, risiko terhadap produk dan kegiatan usaha. 2) Pengukuran Risiko, dilaksanakan dengan melakukan evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko. Penyempurnaan terhadap sistem, produk, transaksi, dan faktor risiko yang bersifat material. 3) Pemantauan Risiko, dilaksanakan dengan melakukan evaluasi terhadap eksposure risiko. Penyempurnaan proses pelaporan terdapat perubahan kegiatan usaha produksi, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi dan sistem informasi manajemen yang bersifat material. Pelaksanaan proses pengendalian risiko digunakan
untuk
mengelola
risiko
tertentu
yang dapat
membahayakan
kelangsungan usaha. 3. Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan Dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah pengertian pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan dana atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. b. Jenis Pembiayaan Berdasarkan sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua (Antonio, 2001:160), yaitu: 1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a) Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan peningkatan kuantitas maupun kualitas produksi dan keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory) baik dalam bentuk persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, maupun persediaan barang jadi. b) Pembiayaan Investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan investasi yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru. Pembiayaan investasi umumnya diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama, sehingga perlu disusun proyeksi arus kas (projected cash flow). 2) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan konsumtif dapat dibedakan atas kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang maupun jasa, sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih mewah dari kebutuhan primer. c. Produk-Produk Pembiayaan Produk pembiayaan bank syariah terbagi dalam empat bagian yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya (Karim, 2004), yaitu:
1) Berdasarkan Prinsip Jual Beli a) Murabahah, adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan dengan margin atau keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. b) Salam, adalah perjanjian jual beli barang dengan pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. Dalam transaksi ini, kualitas, kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. c) Istishna, adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. 2) Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil a) Musyarakah, adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. b) Mudharabah, adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana shahibul maal (pihak pertama) memyediakan seluruh atau 100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha mudharabah
dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. c) Muzara’ah, adalah akad kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian
kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. d) Musaqah, adalah kerja sama merupakan bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. 3) Berdasarkan Prinsip Sewa a) Ijarah, adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Harga sewa disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan nasabah. b) Ijarah Muntahiyyah Bittamlik, adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa. Pada akhir masa sewa, bank menjual barang yang disewakannya kepada nasabah yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa dan harga disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan nasabah. 4) Berdasarkan akad pelengkap a) Qardh, adalah pinjam-meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau dicicil dalam jangka waktu tertentu. b) Hiwalah, adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. c) Wakalah, adalah perjanjian pemberian kuasa dari satu pihak kepada pihak yang lain untuk melaksanakan urusan, baik kuasa secara umum maupun khusus
d) Kafalah¸ adalah jaminan yang diberikan kepada penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau ditanggung. e) Wadiah, adalah penitipan dana atau barang dari pemilik dana atau barang pada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban pihak yang menerima titipan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu. d. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan secara sehat telah dikenal dengan adanya prinsip 5C (Mulyono, 2001), kelima prinsip yang klasik ini meliputi: 1) Character Manfaat dari penilaian karakter untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik untuk memenuhi kewajiban. Alat untuk memperoleh gambar tentang karakter dari calon nasabah dapat ditempuh melalui upaya sebagai berikut: a) Meneliti daftar riwayat hidup calon nasabah b) Meneliti reputasi calon nasabah tersebut dilingkungan usahanya. c) Meminta bank to bank information ke bank lain sebanyak-banyaknya. d) Meminta informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon nasabah tersebut bergabung. e) Meneliti apakah calon nasabah sering datang ke tempat perjudian f) Mengamati ketekunan kerja dan hoby calon nasabah 2) Capacity Yang dimaksud capacity disini yaitu suatu penilaian kepada calon nasabah
mengenai
kemampuan
melunasi
kewajiban
dari
usaha
yang
dilakukannya. Pengukuran capacity dari calon nasabah dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:
a) Pendekatan historis, b) Pendekatan finansial, c) Pendekatan educational, d) Pendekatan yuridis e) Pendekatan manajerial f) Pendekatan teknis 3) Capital Yang dimaksud capital disini adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Kemampuan capital ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self financing dengan jumlah tertentu dan diharapkan besarnya self financing ini lebih besar dari pinjaman yang akan dimintakan dari perbankan. 4) Collateral Yang dimaksud dengan collateral adalah barang-barang jaminan yang diserahkan oleh calon nasabah sebagai jaminan dari pinjaman yang diterimanya. Manfaat dari collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan pinjaman tersebut gagal atau sebab-sebab lain di mana nasabah tidak mampu melunasi pinjamannya dari hasil usahanya yang normal. 5) Condition of Economy Yang dimaksud dengan condition of economy yaitu situasi dan kondisi politik, social, ekonomi, budaya dan lain-lain yang memperngaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh pinjaman. Penilaian terhadap condition of economy dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu negara memberikan dampak positif maupun negatif usaha calon nasabah tersebut. Selain prinsip 5C, penilaian pembiayaan juga dilakukan dengan prinsip 7P (Kasmir, 2004), yaitu: 1) Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. 2) Party Yaitu, mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. 3) Perpose Yaitu, mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah 4) Prospect Yaitu, untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. 5) Payment Yaitu, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan yang diperolehnya. 6) Profitabilitas Yaitu, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. 7) Protection
Yaitu, untuk menjaga pembiayaan yang dicairkan oleh bank melalui perlindungan berupa jaminan atau asuransi. e. Administrasi Pembiayaan Bermasalah Dalam penanganan pembiayaan bermasalah tidak dapat disamakan dengan pengelolaan nasabah lancar, oleh karena itu diperlukan kegiatan administrasi yang perlu dilakukan jika terjadi pembiayaan bermasalah, (Mulyono, 2001), yaitu : a) Penyempurnaan posisi yuridis bank, di mana yang harus diperhatikan adalah : 1. Adakan dokumen penelitian terhadap kelengkapan dokumen-dokumen pembiayaan. 2. Adakan penyempurnaan pengikatan barang-barang jaminan, yang semula masih diikat secara surat kuasa memasang hipotek agar ditingkatkan menjadi hipotek pertama dan seterusnya b) Adakan inventarisasi kembali kekayaan nasabah yang telah dijaminkan atau yang belum dijaminkan. c) Adakan evaluasi tentang kemampuan usaha atau manajemen dari usaha nasabah. d) Susun suatu matriks antara hubungan jaminan dan kemampuan manajemen untuk dasar penetapan kebijakan yang paling cocok. Cara penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan strategi dapat dilakukan dengan pendekatan dari segi jaminan dan pendekatan dari segi kegiatan usaha, dan sebelum melaksanakan strategi tersebut terlebih dahulu perlu ditentukan klasifikasi nasabah ditinjau dari barang jaminan dan kegiatan usaha, dan dengan cara ini akan diperoleh 16 klasifikasi sebagai berikut
Tabel 2.1 Matriks Klasifikasi Pembiayaan
Jaminan Usaha Baik/Profitable
Baik
Cukup
Kurang
Tidak Ada
01
P1
Q1
R1
Kurang Lancar
02
P2
Q2
R2
Rugi
03
P3
Q3
R3
Macet
04
P4
Q4
R4
Sumber : Mulyono, 2001
Dari matriks diatas nasabah dengan kondisi 01, 02, P1, P2 tidak ada masalah oleh karena itu untuk sementara dapat diabaikan, tetapi sebaliknya untuk nasabah Q4, R4, R3, perlu mendapatkan prioritas pertama dalam menyelesaikannya. Proritas kedua adalah penyelesaian nasabah R1, R2, Q3, Q2, Q1, dan selanjutnya prioritas ke-3 adalah nasabah dalam kelompok 04, P4, dan menyusul 03, P3. Adapun kriteria-kriteria yang diperlukan untuk penentuan tingkat klasifikasi manajemen dan barang jaminan adalah (Mulyono, 2001), adalah: a) Barang jaminan, dalam penilaian jaminan perlu mendasarkan pada faktor ekonomis dan yuridis. Hal –hal yang perlu dipertimbangkan dalam faktor ekonomis diantaranya nilai barang jaminan, tingkat marketabilitas, tingkat useful life barang jaminan, tingkat produktifitas. Dan dalam faktor yuridis yang perlu diperhatikan adalah adanya sertifikat kepemilikan untuk tanah,H.G.U., HM., HG.B atau ada bukti sewa tanah kota madya, jika barang jaminan bukan millik sendiri maka perlu dibuatkan Surat Kuasa yang dibuatkan Notaris, jika barang jaminan adalah Perseroan Terbatas maka perlu dilengkapi juga Surat Kuasa dari Dewan Komisaris, validitas pengikatan diperlukan penelitian secara lengkap, adanya asuransi atas barang jaminan yang mempunyai risiko.
b) Kegiatan usaha atau manajemen, dalam penilaian usaha atau manajemen dapat dilakukan dengan cara melengkapi tersedianya faktor-faktor produksi nasabah dari segi pemasarannya, teknisnya, finansialnya, komersiil, manajemennya, dan lain-lain, dengan cara mengukur kaktifan nasabah dalam hubungan dengan bank , dan dengan cara mengenai kemampuan nasabah di dalam merealisir kegiatan usahanya. Dengan diketahuinya kriteria-kriteria bonafiditas, manajemen dan barang jaminan maka selanjutnya dapat ditetapkan klasifikasi nasabah dan strategi penyelesaian pembiayaannya
menurut
golongan-golongannya,
basic
strategi
yang
dapat
dikembangkan akan dijelaskan sebagai berikut : a) Nasabah dengan kondisi 01 san P1, adalah nasabah lancar, tidak problema, dan perlu adanya pembinaan. b) Nasabah dengan kondisi Q1, dan R1, adalah nasabah yang perlu diawasi dengan ketat/monitor dengan ketat. c) Nasabah dengan kondisi Q2 dan P2, adalah nasabah kurang lancar tetapi keadaanya belum parah oleh karena itu perlu dilakukan dinamisasi pembiayaan. d) Nasabah dengan kondisi Q3 dan P3, dengan kondisi ini akan dilakukan dua alternatif yaitu likuiditas barang jaminan atau melakukan dinamisasi pembiayaan e) Nasabah dengan kondisi 04 dan P4, dengan kondisi seperti ini langkah yang akan dilakukan adalah likuidasi barang jaminan. f) Nasabah dengan kondisi Q4, R2, R3, R4, kondisi seperti ini akan diserahkan ke pengadilan agar dapat diupayakan penyitaan kekayaan nasabah lainnya. f. Pengendalian Pembiayaan Bermasalah
Pengendalian risiko pembiayaan dilakukan untuk menjaga agar pembiayaan yang diberikan lancar dan produktif, pengendalian risiko pembiayaan dapat dilakukan dengan cara (Rosalia, 2011) : a. Preventive Control of Finance, yaitu pengendalian pembiayaan yang dilakukan dengan tindakan pencegahan sebelum pembiayaan tersebut bermasalah, upaya tersebut dapat dilakukan dengan dengan cara : 1) Menetapkan prosedur dan kebijakan pembiayaan Prosedur dan kebijakan pembiayaan merupakan acuan bank dalam melakukan pengendalian risiko mulai dari pemberian pembiayaan sampai pada penagihan. Prosedur dan kebijakan pembiayaan yang baik dan teratur memudahkan koordinasi pusat dengan cabang dalam melakukan pengawasan terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan 2) Meningkatkan kualitas SDM Manajemen melakukan pelatihan sebagai upaya untuk terus meningkatkan kualitas SDM, seperti pelatihan analisa pembiayaan dan pelatihan aspek legal dan akad-akad bank syariah, project finance and loan syndication training, serta personal development. 3) Asuransi Guna mengurangi kemungkinan kerugian dari risiko pembiayaan, bank melakukan kerjasama dengan beberapa asuransi, yaitu asuransi jiwa yang digunakan apabila peminjam meninggal dunia dan asuransi pembiayaan untuk mengurangi kerugian akibat pembiayaan macet. 4) Penagihan intensif
Penagihan secara intensif dilakukan dengan cara para account manager akan memantau saldo di rekening tabungan nasabahnya dan melakukan potongan sejumlah angsuran saat jatuh tempo. 5) Manajemen Kolektibilitas Pengelolaan kolektabilitas penting dilakukan karena berpenngaruh terhadap kelangsungan usaha suatu bank. Manajemen kolektibilitas dilakukan dengan cara: a) Mengevaluasi setiap pembiayaan b) Membuat action plan penyelesaian pembiayaan c) Membuat proyeksi coll untuk mengetahui sejak awal tingkat kesehatan pembiayaan b. Repressive Control of Finance, yaitu pengendalian dan pengelolaan pembiayaan dilakukan melalui tindakan penyelesaian setelah pembiayaan tersebut bermasalah, upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara: 1) Proses revitalisasi, yaitu upaya yang dilakukan bank jika usaha nasabah masih berjalan dan hasil usaha nasabah dianggap mampu memenuhi kewajiban angsuran kepada bank. Proses revitalisasi meliputi : a) Rescheduling Perubahan ketentuan pembiayaan yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya, sehingga nasabah yang terlambat membayar pembiayaannya diberi jangka waktu tertentu untuk membayar dengan ketentuan yang telah ditetapkan. b) Reconditioning Perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan termasuk perubahan jangka waktu sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan.
c) Restructuring Perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan termasuk perubahan jangka waktu dan perubahan maksimum saldo pembiayaan. 2) Penyelesaian dengan jaminan, yaitu melalui jaminan yang dilakukan jika nasabah sudah tidak memiliki usaha dan tidak kooperatif dalam menyelesaikan pembiayaan, Bank Muamalat akan melakukan pelelangan jaminan untuk menutupi kerugian dari pembiayaan masalah tersebut.
BAB III LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umun Bank Muamalat 1. Sejarah Singkat Berdiri Bank Muamalat Indonesia Gagasan pendirian Bank Muamalat berawal dari lokakarya Bunga Bank dan Perbankan yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia pada 18-20 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Ide ini berlanjut dalam Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia di HOTEL Sahid Jaya, Jakarta, pada 22-25 Agustus 1990 yang diteruskan dengan pembentukan kelompok kerja untuk mendirikan bank murni syariah pertama di Indonesia. Realisasinya dilakukan pada 1 November 1991 yang ditandai dengan penandatanganan akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk di Hotel Sahid Jaya berdasarkan Akte Notaris Nomor 1 Tanggal 1 November yang dibuat di Notaris Yudo Paripurno, S.H. dengan izin Menteri Kehakiman Nomor C2.2413.T..01.01 Tanggal 21 Maret 1992/Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 28 April 1992 Nomor 34. Pada saat penandatanganan akte pendirian ini dipeoleh komitmen dari berbagai pihak untuk membeli saham sebanyak Rp 84 miliar. Kemudian dalam acara silaturahmi pendirian di Istana Bogor diperoleh tambahan dana dari masyarakat Jawa Barat senilai Rp 106 miliar sebagai wujud dukungan mereka. Dengan modal awal tersebut dan berdasarkan surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1223/MK.013/1991 tanggal 5 November 1991 serta izin usaha yang
berupa
Keputusan
Mernteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
430/kmk.013/1992 Tanggal 24 April 1992, Bank Muamalat mulai beroperasi pada 1
Mei 1992 bertepatan dengan 27 Syawal 1412 H. Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat mendapat keprcayaan dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa. Beberapa tahun yang lalu Indonesia dan beberapa Negara di Asia Tenggara pernah mengalami krisis moneter yang berdampak terhadap perbankan nasional yang menyebabkan timbulnya kredit macet pada segmen korporasi. Bank Muamalat pun ikut terimbas dampak tersebut. Tahun 1998, angka Non Performing Financing (NPF) Bank muamalat sempat mencapai lebih dari 60 %. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp 105 miliar dan ekuitas mencapai titik terendah hingga Rp 39,3 miliar atau kurang dari sepertiga modal awal. Kondisi tersebut telah mengantarkan Bank Muamalat memasuki era baru dengan keikutsertaan Ialamic Development Bank (IDB), yang berkedudukan di Jeddah Saudi Arabia, sebagai salah satu pemegang saham luar negeri yang resmi diputuskan melalui Rapat Pemegang Saham (RUPS) pada 21 Juni 1999. Dalam kurun waktu 1990-2002 Bank Muamalat terus berupaya dan berhasil membalikkan keadaan dari rugi menjadi laba. Hasil tersebut tidak lepas dari upaya dan dedikasi segenap karyawan dengan dukungan kepemimpinan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Pada tahun 2009 Bank Muamalat melalui proses transformasi salah satunya dengan membuka kantor cabang internasional pertamanya di Kuala Lumpur, Malaysia dan tercatat sebagai bank pertama dan satu-satunya dari Indonesia yang membuka jaringan bisnis di Malaysia. Dan pada tahun 2012 tepat pada milad yang ke-20 tahun, Bank Muamalat meluncurkan logo baru (rebranding) dengan tujuan menjadi bank syariah yang Islamic, Modern, dan Professional.
Proses tranformasi yang dijalankan Bank Muamalat membawa hasil yang positif dan signifikan terlihat dari aset Bank Muamalat yang tumbuh dari tahun 2008 sebesar Rp 12,6 triliun menjadi Rp 55 triliun di tahun 2013. 2. Sejarah Singkat Berdirinya Bank Muamalat Solo Perkembangan
Bank
Muamalat
dengan
berjalannya
waktu
semakin
mengalami kemajuan, hal inididorong oleh antusias daari umat Islam dalm menysmbut kehadiran bank syariah. Sejalan dengan perkembangannya yang semakin pesat, bank yang mempunyai slogan “pertama murnisyariah” ini memperluas jaringan dengan membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas, gerai, kantor cabang devisa, dan Muamalat Center. Salah satu cabang Bank Muamalat Indonesia adalah Bank Muanalat Indonesia cabang Solo, kantor cabang BMI Solo beralamat di Jl. Kapten Mulyadi no.87F, Ruko Lojiwetan, Pasar Kliwon Solo 57113 telp (0271) 668857, 668867, 668887, fax (0271) 663936, yang didirikan pada tanggal 8 September 2003, pada tanggala 13 Nopember 2006 kantor cabang pindah di Jl. Slamet Riyadi no.314, Solo telp (0271) 743457, fax (0271) 743455 dengan pimpinan cabang Bapak Ahmad Baradjak. Mulai tanggal 13 Nopember 2006 kantor cabang yang berada di Jl. Kapten Mulyadi No.87 Pasar Kliwon, Solo berubah menjadi kantor kas pembantu. 3. Visi dan Misi Bank Muamalat a. Visi Bank Muamalat Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dan dikagumi pasar rasional. b. Misi Bank Muamalat Menjadi role mode lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen, dan orientasi investasi yang
inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). 4. Struktur Organisasi struktur organisasi tertinggi Bank Muamalat cabang Solo dipegang oleh pimpinan cabang (Bussines Manager) dan membawahi bagian Operational Manager untuk mengkoordinasi bagian di bwahnya agar aktivitas kerjasama dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh Bank Muamalat cabang Solo.
Struktur Organisasi Bank Muamalat Cabang Solo
3. Account Officer
4. Account Manager
5. Support (USP)
6. Back Office
1. Pimpinan Cabang
2. Operation Manager 7. Teller
8. Customer Service
9. Operasional Pembiayaan
10.Personalia & Umum
Sumber : Bank Muamalat Solo Gambar 2. Struktur Organisasi BMI Solo
Berikut adalah tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian: a. Pimpinan Cabang (bussines manager), bertugas untuk 1) Mengkoordinasi bagian dibawahnya, 2) Mengambil kebijakan strategis berkaitan dengan kantor cabang, 3) Bertanggung jawab atas segala kebijakan dan kegiatan yang dilakukann oleh seluruh bagian-bagian di kantor cabang. b. Operation Manager, bertugas untuk 1) Bertanggung jawab terhadap operasional kantor, 2) Mengkoordinasi sub koordinasi dibawahnya, c. Account Officer, bertugas untuk Bertugas dan bertanggung jawab mengkoordinasi masalah marketing. d. Account Manager (AM), bertugas untuk Menganalisa potensi nasabah baik pembiayaan maupun pendanaan. e. Support (USP), bertugas untuk 1) Memeriksa kelayakan pengajuan pembiayaan, 2) Melakukan analisa secara yuridis terhadap calon nasabah pembiayaan, cek, dan giro, 3) Menilai jaminan untuk pembiayaan (taksasi), 4) Pelaporan nasabah terhadap Bank Indonesia maupun eksternal lainnya, 5) Filling dokumen pemmbiayaan, f. Back Office¸ bertugas untuk 1) Input jurnal harian, 2) Kliring ke Bank Indonesia, 3) Transfer dan transaksi, 4) Membuat curving tiap akhir bulan,
5) Rekonsiliasi rekening antar kantor (RAK), g. Teller, bertugas untuk 1) Menerima setoran nasabah baik tunai, cek, dan giro, 2) Jurnal input harian, 3) Memonitor saldo kas teller, h. Customer Service, bertugas untuk 1) Melayani pembukaan dan tutup rekening baik tabungan maupun giro, 2) Handeling complain dari nasabah, i. Operasional Pembiayaan, bertugas untuk 1) Mencairkan pembiayaan, 2) Memonitor jadwal angsuran, 3) Pelaporan internal maupun eksternal, 4) Membuat kurve pembiayaan., j. Personalia dan Umum 1) Mengurus masalah penggantian kesehatan karyawan, 2) Penggajian karyawan, 3) Melaporkan jurnal input, 4) Pelaporan internal dan eksternal yang berkaitan dengan person, 5) Pemeliharaan gedung kantor, 6) Pemeliharaan inventaris kantor, 7) Membuat jurnal harian, 5. Produk-Produk Bank Muamalat a. Pendanaan 1) Giro Muamalat
a) Giro Perorangan, yaitu giro dalam mata uang Rupiah dan US Dollar yang memudahkan semua jenis kebutuhan transaksi bisnis maupun transaksi keuangan personal. Giro ini diperuntukkan perorangan dengan usia 18 tahun ke atas. b) Giro Institusi, yaitu giro syariah dalam mata uang Rupiah dan US Dollar yang memudahkan dan membantu semua jenis kebutuhan transaksi bisnis perusahaan. Giro ini diperuntukan bagi institusi yang memiliki legalitas badan. 2) Tabungan a) Tabungan Muamalat, yaitu tabungan dalam mata uang rupiah yang dapat digunakan untuk beragam jenis transaksi, memberikan akses yang mudah, serta manfaat yang luas. Tabungan Muamalat kini hadir dengan dua pilihan kartu ATM/Debit yaitu Kartu Shar-E Reguler dan Shar-E Gold. b) Tabungan Muamalat Dollar, yaitu tabungan dalam denominasi valuta asing US Dollar dan Singapore Dollar bertujuan untuk melayani kebutuhan transaksi dan investasi yang lebih beragam. c) Tabungan Haji Arafah, yaitu tabungan haji dalam mata uang rupiah yang dikhususkan bagi masyarakat muslim Indonesia yang berencana menunaikan ibadah haji. d) Tabungan Haji Arafah Plus, yaitu tabungan haji dalam mata uang rupiah yang dikhususkan bagi masyarakat muslim Indonesia yang berencana menunaikan ibadah haji secara regular maupun plus. e) Tabungan iB Muamalat Rencana, yaitu tabungan berjangka dalam mata uang rupiah dan setoran rutin bulanan yang tidak bisa ditarik sebelum
jangka waktu berakhir kecuali penutupan rekening dan pencairan dana hanya dilakukan ke rekening sumber dana bertujuan untuk membantu mewujudkan berbagai rencana nasabah. f) Tabungan Muamalat Umroh, yaitu tabungan berencana dalam mata uang rupiah yang akan membantu mewujudkan impian untuk berangkat beribadah umroh. g) Tabunganku, yaitu tabungan syariah dalam mata uang rupiah yang sangat terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. h) Tabungan iB Muamalat Prima, yaitu tabungan prioritas yang didesain bagi nasabah yang ingin mendapatkan bagi hasil maksimal dan kebebasan bertransaksi. 3) Deposito a) Deposito Mudharabah, yaitu deposito syariah dalam mata uang rupiah dan US Dollar yang fleksibel dan memberikan hasil investasi yang optimal. Deposito mudharabah diperuntukkan perorangan usia 18 tahun ke atas dan institusi yang memiliki legalitas badan. b) Deposito Fulinves, yaitu deposito dalam mata uang rupiah dan US Dollar yang fleksibel dan memberikan hasil investasi yang optimal serta perlindungan asuransi jiwa gratis. Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan. c) Dana Pensiun Muamalat, yaitu Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah.
b. Pembiayaan 1) Konsumen a) KPR Muamalat iB, yaitu produk pembiayaan yang akan membantu masyarakat memiliki rumah, apartemen, ruko, rukan, kios maupun pengalihan take over KPR dari bank lain. b) iB Muamalat Umroh, yaitu produk pembiayaan yang akan membantu mewujudkan impian masyarakat untuk beribadah umroh dalam waktu yang segera. c) iB Muamalat Koperasi Karyawan, yaitu pembiayaan konsumtif yang diperuntukkan bagi beragam
jenis pembelian konsumtif kepada
karyawan/guru/PNS melalui koperasi. d) iB Multiguna, yaitu pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan konsumen yaitu untuk pembelian barang halal (selain tanah, bangunan, mobil, emas) serta sewa jasa yang dibolehkan secara syariah. e) iB Pensiun, yaitu pembiayaan consumer barang halal atau sewa jasa yang diberikan kepada para pensiunan dan janda/duda pensiunan. f) iB Konsumer Duo, yaitu pembiayaan consumer berdasarkan dua akad murabahah yang diberikan bagi masyarakat yang membutuhkan pembiayaan property/hunian dan pembiayaan kendaraan bermotor. g) Pembiayaan kepada Multifinance (Autoloan), yaitu pembiayaan kepada perusahaan multifinance untuk penyaluran fasilitas pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor kepada end user. 2) Modal Kerja a) iB Modal Kerja SME, yaitu produk pembiayaan yang akan membantu kebutuhan modal kerja usaha yang akan diberikan dalam rupiah maupun
valuta asing sehingga kelancaran operasional dan rencana pengembangan usaha akan terjamin. b) iB Rekening Koran Muamalat, yaitu produk pembiayaan khusus modal kerja yang akan meringankan usaha modal kerja yang akan meringankan usaha dalam mencairkan dan melunasi pembiayaan sesuai kebutuhan dan kemampuan. c) iB Muamalat Usaha Mikro, yaitu pembiayaan dalam bentuk modal kerja dan investasi, yang diberikan kepada pengusaha mikro baik pengusaha perorangan maupun badan usaha non hukum. d) Program Sahabat Muamalat, yaitu program pembiayaan khusus modal kerja dalam rupiah yang akan diberikan kepada BMT/Koperasi Syariah/KJKS. 3) Investasi a) iB Investasi SME,yaitu pembiayaan yang akan membantu kebutuhan investasi jangka menengah/panjang usaha guna membiayai pembelian barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru. b) iB Properti Bisnis Muamalat, yaitu produk pembiayaan yang akan membantu usaha kita untuk membeli, membangun, ataupun merenovasi property maupun pengalihan take over pembiayaan property dari bank lain untuk kebutuhan bisnis. B. Data Deskriptif 1. Data Pertumbuhan Pembiayaan Jumlah pembiayaan di bank Muamalat secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya pada periode 2010-2013. Jumlah pembiayaan di tahun
2010 sebesar Rp 15,91 triliun dan naik pada tahun 2011 sebesar Rp 22,47 triliun kemudian pada tahun 2012 jumlah pembiayaan terus meningkat sebesar Rp 32,86 triliun. Total pembiayaann pada tahun 2013 adalah Rp 41,79 triliun atau naik sebesar 27,16% dari tahun sebelumnya (Muamalat, 2013).
Sumber : Annual Report Bank Muamalat 2010-2013
Gambar 3. Jumlah Pembiayaan Bank Muamalat Peiode 2010-2013
Sedangkan berdasarkan jenis produk pembiayaannya, yaitu berdasarkan akad murabahah, istishna, mudharabah, musyarakah, ijarah dan, qardh, mengalami penigkatan yang fluktuatif. fluktuatif yang dimaksud adalah beberapa jenis produk pembiayaan mengalami peningkatan yang signifikan, sedangkan beberapa jenis produk lainnya ada yang mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah penyaluran pembiayaannya. 2. Data Risiko Pembiayaan Rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing selalu mangalami penurunan setiap tahunnya pada periode 2010-2013, yaitu sebesar 4,32% pada tahun 2010, kemudian turun menjadi 2,6% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 pembiayaan bermasalah turun menjadi 2,09% dan terus turun menjadi 1,35% pada tahun 2013 (Muamalat, 2013)
Sumber : Annual Report Bank Muamalat 2010-2013
Gambar 4. Penurunan Jumlah Pembiayaan Bermasalah
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN A. Proses Pelaksanaan Pembiayaan di Bank Muamalat Cabang Solo Proses pelaksanaan pembiayaan di Bank Muamalat Solo terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : 1. Pengumpulan dan verifikasi data Pada tahap ini bank menetapkan kriteria nasabah pembiayaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh bank Muamalat. Dalam upaya menetapkan calon nasabah yang memiliki kriteria sesuai dengan ketetapan yang ada maka pihak BMI dalam hal ini account manager melakukan wawancara dan akan diperoleh data sementara tentang kondisi nasabah yang sebelumnya telah diperiksa kelengkapan dan kebenarannya. Selain dari wawancara akan diketahui pula komitmen dan konsistensi kebenaran terhadap data yang sebelumnya telah disampaikan secara tertulis oleh nasabah seperti melampirkan berkas-berkas yang dipersyaratkan oleh bank, memberikan jaminan pembiayaan yang diberikan dalam bentuk surat atau serifikat, kemudian bank akan melakukan tinjauan ke lokasi yang menjad objek pembiayaan dan hasil tinjauan dicocokkan dengan hasil wawancara guna mengetahui sejauh mana kebenarannya dengan data hasil wawancara. Data yang diperoleh diharapkan objektif, dan tidak bersifat spekulatif, hal ini penting dalam pengambilan keputusan secara tepat apakah pengajuan pembiayaan dapat dilanjutkan atau tidak. 2. Surat Permohonan (SP1) Masuk ke Unit Suport Pembiayaan Setelah data nasabah diperoleh kemudian bagian marketing membuat Surat Permohonan (SP1) yang diajukan ke Unit Suport Pembiayaan (USP). Kemudian USP akan memeriksa kelayakan calon nasabah melalui beberapa tahapan yaitu : a. BI Checking
BI checking adalah laporan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang berisi riwayat kredit / pembiayaan seorang nasabah kepada bank atau lembaga keuangan non bank, apakah nasabah mempunyai pembiayaan di bank
lain.
Riwayat kredit ini digunakan untuk menilai layak atau tidaknya seseorang untuk memperoleh kredit. b. Taksasi Taksasi adalah penilaian terhadap objek yang dijadikan jaminan (agunan) untuk pembiayaan di bank. Taksasi juga bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha nasabah, mengetahui keabsahan harga dan nilai dari jaminan yang di agunkan. Dengan adanya taksasi ini diharapkan akan melindungi Bank Muamalat dari risiko kerugian. c. Analisa Yuridis Analisa yuridis adalah analisa yang dilakukan untuk melihat aspek-aspek legalitas, identitas nasabah,maupun jaminan yang diginakan apa saja, biasanya analisi yuridis dilakukann jika jumlah pembiayaann lebih dari Rp 250.000.000,-.
3. Keputusan Komite Pembiayaan Setelah semua laporan BI checking, laporan taksasi, dan analisa yuridis diperoleh, kemudian seluruh laporan akan diberikan ke komite pembiayaan. Keputusan pembiayaan dapat berupa persetujuan atau penolakan terhadap pembiayaan yang diajukan. Apabila permohonan pembiayaan disetujui, maka akan dibuatkan Offering Letter (OL), yaitu dokumentasi legal berisi komitmen bank untuk membiayai usaha nasabah, dalam pembuatan OL ini akan dilakukan penghitungan simulasi biaya dan pengecekan kekurangan data. Namun jika
pemohon pembiayaan tidak disetujui maka akan dilakukan pemberitahuan kepada nasabah dan semua dokumen nasabah dikembalikan disertai surat penolakan. 4. Akad / Pengikatan (realisasi keputusan) Setelah bank menyetujui pembiayaan yang diajukan nasabah, maka bank akan menyampaikan surat persetujuan pembiayaan kepada nasabah dan dilakukan penandatanganan akad pembiayaan serta jaminan. Dalam akad ini nasabah harus bersedia memenuhi
hak dan kewajiban
setelah pembiayaan diberikan.
Penandatanganan akad pembiayaan dihadiri oleh notaris, pihak bank, dan nasabah. 5. Droping Setelah semua prosedur dilakukan maka bank akan mencairkan pembiayaan yang telah disetujui untuk diberikan kepada nasabah.
Proses Pelaksanaan Pembiayaan
BI Cheking TAKSASI ANALISA YURIDIS (>250 juta)
SP1 masuk ke USP
SP1 lengkap
CAP Sekretaris Komite Tandatangan UP Tandatangan FPN CEK tandatangan UP
Pemberitahuan kepada Nasabah
SP1 selesai diserahkan ke SA
KOMITE PEMBIAYAAN (tidak/setuju)
TIDAK
BI Checking selesai Laporan Taksasi selesai Analisa Yuridis Selesai
Hitung simulasi biaya Checklist Kekurangan Data
SETUJU
CEK OL
Order Notaris SPRP, TTUN, dan Jadwal Angsur Internal dan Eksternal Jadwal Pengikatan (berkas lengkap)
Covernote Notar’s (berkas lengkap)
OL
Akad/Pengikatan
RM Input data aspek dan otoritas data aspek serta FILLING
Checklist Droping Kelengkapan tandatangan di memo droping DROPING Sumber: Bank Muamalat Solo Gambar 5. Proses pemberian pembiayaan di BMI Solo
B. Pertumbuhan Pembiayaan Seperti bank syariah lainnya, Bank Muamalat juga mempunyai 3 fungsi utama dalam menjalankan kegiatan perbankan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan jasa-jasa lainnya. Dalam menghimpun dana, Bank Mumalat memperolehnya dari dana pihak ketiga dan berasal dari beberapa sumber dana yaitu tabungan, giro dan deposito. Pada periode 2010-2013 dana pihak ketiga terus mengalami pertumbuhan seperti gambar 1.
Sumber : Annual Report Bank Muamalat 2010-2013
Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Pada tahun 2013 dana pihak ketiga naik 19,73% menjadi Rp 41,791,04 miliar dari Rp 34.903,83 miliar pada tahun 2012. Pertumbuhan dana ketiga dikontribusikan oleh tabungan dan giro, jumlah dana ketiga (tabungan, giro dan deposito akan disajikan dalam tabel 4.1. tabel 4.1 pertumbuhan dana pihak ketiga (tabungan,giro, dan deposito) periode 2010-2013 (dalam miliran rupiah)
Periode Keterangan
2010
2011
2012
2013
Giro
2.192,90
2.498,45
4.962,35
5.278,79
Tabungan
5.258,47
6.913,57
9.353,92
11.871,07
Deposito
9.942,07
17.354,89
20.587,57
24.641,18
Sumber :annual report Bank Muamalat 2010-2013
Tabungan tumbuh 26,91% dari Rp 9.353,92 miliar menjadi Rp 11.871,07 miliar sedangkan giro tumbuh sebesar 47,56% dari Rp 4.962,35 miliar menjadi Rp 5.278,79 miliar, sementara itu untuk deposito pertumbuhannya sebesar
19,69% dari
20,587,57 miliar
menjadi Rp 24.641,18 miliar. Dengan tingginya tingkat pertumbuhan dana yang dipeoleh oleh bank Muamalat juga akan berpengaruh terhadap penyaluran dana karena dana yang diperoleh dari masyarat tersebut akan disalurkan lagi kepada masyarakat. Dalam menyalurkan dana kepada masyarakat bank Muamalat memberikannya dalam bentuk pembiayaan. Penyaluran pembiayaan dilakukan dengan
prinsip kehati-hatian sebagai
langkah awal untuk menciptakan pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkesinambungan di masa yang akan datang. Untuk itu pada tahun 2013 Bank Muamalat menerapkan strategi bisnis yang terfokus pada peningkatan kualitas pembiayaan. Bank Muamalat menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat untuk keperluan produktif maupun konsumtif yang dilaksanakan berdasarkan akad yang dipakai yaitu jual beli
murabahah dan ishtisna, ijarah, pinjaman qard, pembiayaan mudharabah, dan
pembiayaan musyarakah. Dari data yang diperoleh dari Bank Muamalat pada periode tahun 2010 – 2013 penyaluran produk pembiayaan di Bank Muamalat mengalami pertumbuhan, seperti pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Tingkat Pertumbuhan Produk Pembiayaan Periode 2010-2013 (dalam ribuan rupiah) Produk Pembiayaan
Periode 2010
2011
2012
2013
6.441.601.218
10.042.862.193
16.140.183.597
19.566.857.115
46.666.372
74.992.864
19.781.735
22.036.751
2.504.961
747.771
436.490
14.151.265
Qard
1.183.737.563
1.933.609.785
1.275.699.700
420.635.736
Mudharabah
1.364.534.388
1.498.296.551
1.985.586.533
2.225.162.877
Musyarakah
5.979.043.571
8.176.819.533
12.819.798.193
18.673.773.593
Murabahah Ishtisna Ijarah
Sumber : Annual Report Bank Muamalat 2010-2013
Tabel 4.2 menunjukan bahwa produk pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muamalat mengalami pertumbuhan. Pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang paling banyak disalurkan, yang dibuktikan dengan terus mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp 3,43 triliun, atau sebesar 21,25% dari Rp 16,14 triliun pada 2012 menjadi sebesar Rp 19,57 triliun pada 2013, disusul oleh pembiayaan musyarakah yang meningkat sebesar Rp 5,85 triliun, atau sebesar 45,66%, dari Rp 12,82 triliun pada akhir tahun 2012 menjadi Rp 18,67 triliun pada tahun 2013, kemudian pembiayaan mudharabah mengalami meningkatan sebesar Rp 239,58 miliar, atau sebesar 12,07%, dari Rp 1,99 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 2,23 triliun pada tahun 2013. Sedangkan untuk pembiayaan qardh, istishna, dan ijarah mengalami pertumbuhan yang fluktuatif setiap tahunnya. Secara keseluruhan jumlah pembiayaan di Bank Muamalat selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya pada periode 2010-2013. Total pembiayaan di Bank Muamalat tumbuh 27,16%, naik sebesar Rp 8,06 triliun dari Rp 32,86 triliun di tahun 2012 menjadi Rp 41,79 triliun di tahun 2013, dan pertumbuhan pembiayaan ini terjadi karena jumlah dana pihak ketiga juga mengalami pertumbuhan pada periode 2010-2013 seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di mana dengan perumbuhan pembiayaan tersebut juga akan berdampak pada pendapatan margin yang diperoleh dari pembiayaan tersebut yang akan dibagikan juga kepada pihak-pihak yang telah menanamkan dananya pada bank Muamalat. gambar 2 akan menunjukan pertumbuhan pembiayaan secara keseluruhan.
Sumber : Annual Report Bank Muamalat 2010-2013 Gambar 7. Grafik Pertumbuhan Pembiayaan Periode 2010-2013
C. Penyebab Timbulnya Risiko Pada Pembiayaan Dalam menjalankan operasional perbankan syariah, yaitu menyalurkan dana pada masyarakat, bank Muamalat tidak bisa dilepaskan dari risiko yang mungkin akan terjadi, yaitu risiko pembiayaan. Oleh karena itu berdasarkan Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal 23 ayat 2 menjelaskan bahwa Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah wajib
melakukan penilaian yang seksama terhadap watak (character),
kemampuan (capacity), modal (capital), agunan/jaminan (collateral), dan kondisi ekonomi (condtion economy) usaha nasabah. Pembiayaan bermasalah di Bank Muamalat menggambarkan suatu keadaan dimana persetujuan pengembalian pembiayaan oleh nasabah mengalami risiko kegagalan, bahkan cenderung menuju kerugian atau mengalami rugi yang potensial bagi Bank Muamat. Penyebab dari timbulnya risiko di Bank Muamalat berasal dari nasabah yaitu terjadinya pembiayaan
bermasalah
dimana
nasabah
tidak
memenuhi
kewajibannya
untuk
mengembalikan pembiayaan yang telah diperoleh di Bank Muamalat. Risiko pembiayaan yang berasal dari nasabah ini dapat terjadi karena adanya unsur kesengajaan, dimana nasabah sengaja tidak mengembalikan pembiayaan yang telah diperoleh dari bank, walaupun mereka
mampu untuk mengembalikannya. Kemudian adanya unsur ketidaksengajaan, dimana nasabah punya keinginan untuk mengembalikan pembiayaan, tetapi tidak mampu untuk membayar karena kesulitan dalam usaha. Untuk penyebab lainnya dapat beasal dari adanya perubahan-perubahan baik politik maupun ekonomi, sehingga perubahan tersebut merupakan tantangan terus-menerus yang dihadapi oleh pemilik dan pengelola usaha, kemudian adanya juga penyebab lainnya sepeti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap usaha nasabah seperti terjadinya bencana alam maupun kebakaran. Selain itu risiko pembiayaan juga dapat terjadi karena kesalahan yang tidak disengaja dalam melakukan analisis pembiayaan dan kurang teliti dalam melakukan perhitungan atau adanya unsur kesengajaan yang dilakukan oleh account manager selaku analisis pembiayaan untuk menguntungkan diri sendiri yang dapat merugikan pihak bank. Account manager sebagai analisis pembiayaan akan sangat mempengaruhi risiko pembiayaan karena mengetahui semua informasi calon nasabah serta melakukan analisis kelayakan pembiayaan untuk calon nasabah tersebut. Dan dari informasi yang diperoleh dari wawancara dengan pihak terkait, pada Bank Muamalat Solo tidak pernah terjadi kesalahan dalam menganalisis pembiayaan karena semua karyawan mendapat pengawasan yang ketat dari pimpinan unit, serta saat proses perekrutan telah memperoleh pelatihan analisis pembiayaan secara intensif. D. Upaya Untuk Mengelola dan Mengendalikan Risiko Pembiayaan Bank Muamalat Manajemen risiko bank Muamalat adalah proses membangun sistem kontrol untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kerugian, atau dapat juga didefinisikan sebagai serangkaian
prosedur
dan
metodologi
yang sistematis
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi (identification), mengukur (measure), memantau (monitor), dan (control), risiko yang timbul dari kegiatan usaha di bank Muamalat (Muamalat, 2013). Peranan manajemen risiko semakin penting karena bank dan pengawas bank di seluruh dunia semakin
menyadari bahwa praktek manajemen risiko yang baik memegang peranan penting bagi keberhasilan bank dan juga sistem perbankan secara keseluruhan. Untuk itu bank Muamalat menerapkan
manajemen
risiko
untuk
mengelola
berbagai
jenis
risiko
melalui
identifikasi,pengukuran, pemantauan, dan pengendalian terhadap risiko-risiko tersebut. Penerapan manajemen risiko di bank Muamalat mengacu pada peraturan Bank Indonesia nomor 13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, dimana bank syariah di Indonesia melakukan proses manajemen risiko. Bank Muamalat secara berkelanjutan terus mengembangkan dan meningkatkan kerangka sistem pengelolaan risiko sehingga dapat memberikan informasi adanya potensi risiko secara lebih dini dan selanjutnya mengambil langkah yang memadai untuk meminimalisir dampak risiko. Pembiayaan merupakan bisnis bank yang mengandung risiko pembiayaan, oleh karena itu setiap pengajuan pembiayaan oleh unit bisnis, akan dilakukan financing risk assessment oleh Financing Risk Management Departement yang independent terhadap unit bisnis. Tujuan dilakukannya financing risk assessment adalah (Muamalat, 2013) : 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan risiko pembiayaan. 2. Meningkatkan risk awareness unit bisnis untuk menerapkan azas pembiayaan yang sehat dengan prisip kehati-hatian, serta memastikan bahwa setiap pengajuan pembiayaan dari cabang telah dilakukan risk assessment secara independen oleh Finansing Risk Officer/Staff (FRO/FRS) sebelum diputuskan oleh komite pembiayaan. 3. Memenuhi kebutuhan pembiayaan sesuai syariah Selain melakukan Financing Risk Assessment, Risk Management Division memiliki fungsi sebagai business enable atau mendukung pelaksanaan bisnis bank khususnya pada
kegiatan pembiayaan yang dilaksanakan oleh Policy dan Portofolio Management Departement, antara lain dengan : a. Melakukan analisis dan melaporkan hasil analsisis portofolio pembiayaan Bank Muamalat kepada manajemen secara berkala sehingga menjadi masukan bagi manajemen dalam menetapkan strategi pembiayaan bank. b. Memberikan opini terkait risiko pembiayaan dalam pengembangan produk atau kegiatan pembiayaan bank serta transaksi pembiayaan kepada nasabah bank. c. Malakukan review dan mengusulkan Financing Allocation Limit (FAL) sebagai parameter untuk mengevaluasi, mengatur, dan mengendalikan portofolio pembiayaan agar tumbuh sehat dan berkelanjutan serta menghindari terjadinya risiko konsentrasi dalam pembiayaan. FAL direview secara berkala untuk menyesuaikan dengan kondisi bisnis dan risk appetite bank. d. Melakukan review secara berkala limit kewenangan pemutusan pembiayaan yang ditetapkan berjenjang kepada individu sesuai dengan pengalaman dan kompetensinya masing-masing serta mempertimbangkan risk appetite manajemen bank. e. Menyususn dan melakukan review ketentuan implementasi risk tools seperti Muamalat Early Warning System (MEWS) yang digunakan untuk memantau secara aktif kinerja nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban sesuai dengan akad pembiayaan yang disepakati dengan Bank Muamalat. Kinerja yang diukur dalam MEWS meliputi informasi kuantitatif nasabah (kondisi keuangan), dan informasi kualitatif nasabah (manajemen, regulasi, dan kondisi makro ekonomi terhadap usaha nasabah dan aktivitas keuangan nasabah di Bank Muamalat) yang dilakukan secara berkala 3 (tiga) bulanan. Dengan adanya MEWS permasalahan nasabah karena kondisi internal dan eksternal yang dapat memperngaruhi kemampuannya untuk memenuhi kewajiban ke bank dapat diantisispasi dan ditindaklanjuti secara dini.
f. Sistem internal customer rating untuk melakukan screening atas nasabah pembiayaan segmen Corporate yang dikembangkan sesuai internationally best practice. g. Sistem scoring untuk melakukan screening atas nasabah pembiayaan segmen Retail, Micro, dan Consumer yang dikembangkan secara internal sesuai kondisi nasabah bank. E. Prosedur Penanganan Pembiayaan Bermasalah Jika terjadi pembiayaan bermasalah, maka Bank akan melakukan Penanganan tehadap nasabah dengan melakukan beberapa tahapan, yaitu : 1. Penagihan intensif Penagihan secara intensif dilakukan dengan cara para account manager akan memantau saldo di rekening tabungan nasabahnya dan melakukan potongan sejumlah angsuran saat jatuh tempo. 2. Memberikan Teguran Jika nasabah tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran, maka account manager akan menegur nasabah dengan menelpon nasabah tersebut agar segera malakukan pembayaran angsuran, namun jika nasabah masih belum membayar maka account manager akan menegur nasabah dengan datang ke rumah nasabah untuk melakukan peneguran. 3. Proses Revitalisasi Jika account manager memandang usaha nasabah masih dapat beralan, maka bank akan melakukan proses revitalisasi dengan melakukan beberapa cara yaitu, : a. Rescheduling Bank akan melakukan perubahan ketentuan pembiayaan yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya, sehingga nasabah yang terlambat membayar pembiayaannya diberi jangka waktu tertentu untuk membayar dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
b. Reconditioning Bank akan melakukan perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan termasuk perubahan jangka waktu sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan. c. Restructuring Bank akan melakukan Perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan termasuk perubahan jangka waktu dan perubahan maksimum saldo pembiayaan. 4. Penyelesaian dengan jaminan Jika account manager memandang usaha dari nasabah tidak berjalan lancar dan tidak dapat diselamatkan maka bank akan melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan jaminan melalui jalur litigasi yaitu bank akan melalukan eksekusi sertifikat hak tanggungan dan melakukan pelelangan jaminan via lelang eksekusi melalui penetapan pengadilan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah : 1. Prosedur pelaksanaan pembiayaan di Bank Muamalat melalui beberapa tahapan, yaitu melakukan pengumpulan dan verifikasi data, membuat surat permohonan pembiayaan dengan memeriksa kelayakan calon nasabah melalui BI checking, taksasi, dan analisa yuridis. Kemudian menunggu keputusan dari komite pembiayaan, pengikatan dengan penandatanganan akad, setelah semua proses selesai akan dilakukan pencairan dana. 2. Penyebab timbulnya risiko berasal dari kesalahan nasabah yaitu dari nasabah tidak mampu membayar kewajibannya baik disengaja maupun tidak disengaja kemudian adanya faktor eksternal seperti kondisi perekonomian dan bencana alam. 3. Proses Pengelolaan risiko dilakukan dengan mekakukan penagihan secara intensif, memberi teguran pada nasabah, melakukan proses revitalisasi, dan penyelesaian dengan jaminan B. Saran Setelah melakukan penelitian terhadap analisa manajemen risiko pembiayaan di Bank Muamalat cabang Solo, penulis akan memberikan saran yang bermanfaat kepada Bank Muamalat cabang Solo 1. Bank Muamalat harus tetap meningkatkan jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat guna kelangsungan operasinal bank. 2. Bank Muamalat harus terus menekan tingkat risiko pembiayaan bermasalah agar tidak menjadi kerugian yang besar bagi bank
3. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan didapatkan hasil bahwa manajemen risiko yang dilakukan oleh Bank Muamalat cabang Solo telah dilakukan dengan sangat baik yang dibuktikan dengan adanya penerapan sistem Muamalat Early Warning System (MEWS), sehingga untuk kedepannya Bank Muamalat dalam mempertahankan penerapan sistem tersebut sehingga tetap mampu untuk bersaing dengan bank syariah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Anshori, Abdul G. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. UGM Press: Yogyakarta Antonio, M.Syafi’I. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Gema Insani Press : Jakarta Anwar, Bagas Chairil. 2013. Studi Analisis Mekanisme Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi: Semarang Bahri, Asep Syaiful. 2008. Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Muamalat: Jakarta Bank Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008: tentang Perbankan Syariah. Jakarta . 2011. Peraturan No.13/23/PBI/2011: tentang Penerapan Manajemen Risiko Untuk BUS Dan UUS. Jakarta Bank Muamalat. 2010. Annual Report 2010. Jakarta 2011. Annual Report 2011. Jakarta 2012. Annual Report 2012. Jakarta .
2013. Annual Report 2013. Jakarta
Hanafi, Mamduh M. 2006. Manajemen Risiko. UPP STIM YKPN: Yogyakarta Inayah, Nur. 2009. Strategi penanganan Pembiayaan Bermasalah di BMT Ihsanul Fikri. Yogyakarta Karim, Adiwarman A. 2004. Analisis Fiqih Dan Keuangan. Raja Grafindo Persada: Jakarta Kasmir, 2004. Manajemen Perbankan. Raja Grafindo Persada: Jakarta Muhammad, 2002. Manajemen Bank Syariah. UPP AMP YKPN: Yogyakarta Mulyono, Teguh. P. 2000. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. BPFE Yogyakarta: Yogyakarta Pradini, Dian R. 2011. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan Pengaruhnya Terhadap Laba. Bogor Rizka, Mahmal. 2009, Upaya meminimalisir Risiko Pembiayaan Produktif untuk UKM oleh Bank Syariah. Jakarta Rivai, Veithzal dkk. 2007. Bank And Financial Institution Management : Conventional & Sharia System. Raja Grafindo Persada: Jakarta Sulhan, M., dan Ely Siswanto. 2008. Manajemen Bank : Konvensional dan Syariah. UIN Malang Press: Malang
Widayat, Detty K. 2008. Pelaksanaan Akad Murabahah dalam Pembiayaan Pembelian Rumah Di Bank Danamon Cabang Solo. Solo http://www.muamalatbank.co.id