TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanah Entisol Berdasarkan sifat dan ciri tanah yang ada menunjukkan bahwa dalam tanah tidak menunjukkan adanya gejala pembentukan horizon penciri, sehingga horizon
yang dipergunakan
sebagai
kriteria pengklasifikasian
tidak
di
jumpai.Demikian pula untuk penciri utama lainnya tidak pernah dijumpai dalam entisol. Penurunan warna khroma yang disebabkan karena proses reduksi yang sangat kuat merupakan salah satu kriteria yang dapat di pergunakan sebagai salah satu penciri horizon kambik, namun demikian tetap harus disertai adanya perubahan perubahan fisik lainnya. Warna kroma yang meningkat dalam tanah menunjukkan
adanya
proses
pelapukan
yang
menyebabkan
timbulnya
pembebasan oksida besi (Munir, 1996). Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah entisol adalah adalah, (i) Iklim yang sangat kering sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat lambat (ii) Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah, banyak terdapat di lereng-lereng curam (iii) Pengendapan terus – menerus, menyebabkan
pembentukan
horizon
lebih
lambat
dari
pengendapan
(iv) Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain (v) Bahan-bahan induk yang sukar melapuk ((inert), atau tidak permeable, sehingga air sukar meresap an reaksireaksi tidak berjalan (vi) Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsur-
Universitas sumatera utara
unsur beracun bagi tanaman atau organisme lain, diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi (Hardjowigeno, 1985). Proses Pembentukan Tanah Entisol Entisol merupakan jenis tanah yang muda, dimana secara alami pembentukan tanahnya belum berlangsung. Tidak berlangsungnya proses pembentukan tanah tersebut dikarenakan faktor dari lingkungan yang tidak memungkinkan, misalnya pengendapan (biasanya terdapat pada daerah dataran banjir di skitar sungai). Proses oksidasi tidak terjadi pada daerah yang tergenang, dan pembentukan hutan tidak terjadi pada daerah yang berpasir sehingga entisol dikatakan tidak mempunyai horizon penciri seperti tanah lainnya (Munir, 1984). Tanah-tanah muda seperti entisol (Aluvial, Regosol) proses pembentukan tanahnya terutama berupa proses pelapukan bahan organic dan bahan mineral di permukaan tanah, dan pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh bahan organic trsebut (sebagai perekat). Hasilnya adalah pembentukan horizon A dan C. Sifat tanah masih didominasi bahan induknya (Sarwono, 1985). Menurut Goeswono (1983) entisol merupakan tanpa horizon genetik alamiah atau dengan suatu horizon yang baru mulai di bentuk.Konsep pokok dari entisol ini adalah tanah dengan regolit tebal tanpa horizon, terkecuali lapisan olah.Ciri umum entisols adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata. Sehubungan dengan proses pembentukan tanah maka setiap jenis tanah mempunyai kecepatan pembentukan yang berbeda-beda. Sifat Fisik, Kimia dan Morfologi Entisol Entisol mempunyai sifat fisik yang beragam dimana ini tergantung dari bahan induknya.Entisol (Alluvial) distribusi ukuran parttikelnya ada hubungan
Universitas sumatera utara
positif dengan kecepatan air yang mengalir diatas suatu hamparan dan juga berpengaruh terhadap retensi dan tranmisi air.Semakin kecil ukuran partikel (lempung dan liat tersendiri) ada tingkat suspense atau pengendapan depositdeposit alluvial mempunyai ukuran partikel yang bervariasi dari yang halus sampai yang kasar (Munir, 1996). Kepadatan ditunjukkan dengan porositas total dari suatu material yang terdiri dari pori makro dan pori mikro. Tanah entisol dari gret group Hidraquent banyak mengakumulasi air di mana keadaan tanahnya terendam secara terusmenerus sehingga mempunyai kepadatan rendah.Jumlah yang cukup besar dari tanah entisol yang berkembang pada tanah alluvial memiliki perubahan-perubahan yang cukup besar pada ukuran partikel dengan kedalaman.Perubahan-perubahan ini mempengaruhi sifat retensi dan perpindahan air. Sifat fisik lainnya, tanah entisol bertekstur lempung ringan dan susunan 30% pasir, 35% debu dan 35 % lempung bertekstur remah konsistensi liat lekat dan permeabilitas sedang (Munir, 1996). Akumulasi sulfida merupakan suatu aspek kimiawi tanah yang dapat dipakai untuk tanah-tanah entisol Akumulasi sulfida besi dibatasi sampai suatu batas tertentu di dalam sediment.Entisol mempunyai kejenuhan basa bervarisai, pH dari asam, netral sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horizon A maupun C, mempunyai nisbah C/N <20 % dimana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur
Universitas sumatera utara
kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organic kurang daripada tanah yang lebih halus (Munir, 1996). Entisol merupakan golongan tanah yang belum mengalami deferensiasi profil membentuk horizon yang nyata, sehingga masih di anggap lapisan, tetapi untuk entisol yang tua mulai terbentuk horizon A dan C. Untuk morfologi lahan, tanah-tanah entisol mempunyai relief yang bervariasi dari relief datar sampai miring dan ada yang berelief cekungan (Sarwonno, 1985). Tanah
entisol
(regolos,
alluvial
atau
lithosol)
dalam
proses
pembentukannya dipengaruhi oleh bahan induk dan topografi. Apabila tanah tersebut berasal dari bahan induk yang sukar melapuk (pasir) atau terbentuk dari batuan keras yang larutnya lambat seperti batu gamping atau topografi sangat miring maka kecepatan erosi melebihi pembentukan horizon pedogenik.Karena tanah –tanah entisol berasal dari bahan induk, topografi dan curah hujan yang beragam, maka saat KTK tinggi banyak basa-basa yang tercuci dan banyak terjadi akumulasi
FeS
dan
H2S
dengan
drainase
jelek
sampai
baik
(Bleker et.al, 1980). Pengaruh Relief dan Kemiringan Lereng Topografi
dianggap
sebagai
faktor
yang
mempengaruhi
proses
pembentukan tanah. Bagaimana pun, topografi berhubungan dengan deposisi tephra, erosi dan peyebaran bahan sesuai kemiringan lereng dan landscape terutama distribusi kelembaban merupakan faktor penting yang mempengaruhi genesis dan sifat tanah entisol ( Shoji, et.al. 1993). Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah tebal solum, tebal dan kandungan bahan organic horizon A, kandungan air tanah
Universitas sumatera utara
(relative wetness), warna tanah, tingkat perkembangan horizon, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut, jenis dan tingkat perkembangan padas, suhudan sifat dari bahan induk tanah ( Hardjowigeno, 1993). Satu kelompok tanah berkembang pada ciri-ciri profilnya membentuk suatu katena atau satu toposekuen tanah.Kemiringan lerengdapat memperlambat pembentukan tanah.Umumnya peningkatan kemiringa lereng dikaitkan dengan suatu pengurangan daalam pelapukan mineral (Foth, 1984). Perbedaan bentuk relief ini menyebabkan perbedaan pola dan jeluk penetrasi air. Perbedaan jeluk penetrasi dan ketersediaan air itu menyebabkan reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembentukan tanah di daerah cekungan akan lebih intensif dan akan memberikan solum tanah tebal (Poerwowidodo, 1991). Menurut Tan (1991), dari sudut topografi mikro, pengaruhnya terasa melalui perbedan drainase, pencucian (run off), dan erosi alam. Daerah tertinggi (punggung) umumnya berdrainase baik, sedangkan depresi-depresi berdrainase buruk dan sering lebih basah. Lereng yang curam dapat meningatkan penghancuran dan mengaktifkan pembuangan bahan terlapuk oleh longsor, erosi dan tanah yang menjalar akibatnya tanah di beberapa lokasi sebenarnya adalah sama. Ditempat pengangkutan deposit sedimen, kemungkinan ditemukannya horizon tanah tertimbun. Pengaruh lain berkaitan dengan aspek arah pembukaan lereng. Di pegunungan, dipengaruhi oleh aspek temperatur dan regim kelembaban tanah pada umumnya. Jika perbedaan antara kedua aspek tersebut sangat luas, morfologi masing-masing tanah ditempat ini akan berbeda (Tan, 1984).
Universitas sumatera utara
Topografi mempercepat dan memperlambat kegiatan iklim.Pada tanah datar, kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah berombak (undulating). Topografi miring mempergiat proses erosi air sehingga membatasi dalam solum, pengaruh iklim relatif tidak begitu tampak dalam perkembangan tanah (Darmawijaya, 1992). TaksonomiTanah Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat penciri lain yang dugunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi(ordo) ke kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail (Rayes, 2007). Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan system klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy. Sistem ini dibangun oleh para pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horizon dan
sifat
tanah
lainnya
terukur
secara
kuantitatif
(http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/Sistem Taksonomi Tanah).Sifat umum dari taksonomi tanah adalah : 1. Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori.
Universitas sumatera utara
2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya penemuanpenemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri. 3. Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu landscape dimanapun ditemukan. 4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai tanah. Kemampuan penggunaan Taksonomi Tanah untuk survai tanah harus dibuktikan dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai penggunaan tanah. (Hardjowigeno, 1993). Dalam cabang ilmu tanah (pedologi), taksonomi tanah dibuat berdasarkan sejumlah peubah yang mencirikan keadaan suatu jenis tanah. Karena klasifikasi awal tidak sistematis, pada tahun 1975 tim dari Soil Survey Staff Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menerbitkan suatu kesepakatan dalam taksonomi tanah. Sejak saat itu, setiap jenis tanah paling sedikit memiliki dua nama seperti : Ultisol-Podsolik Merah Kuning. Meskipun nama baru sudahdiberikan, nama lama seringkali masih dipakai karena aturan dari Soil Survey
Staff
dianggap
terlalu
rinci
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi)Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembedamulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut : 1. Ordo Terdiri dari 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
Universitas sumatera utara
2. Sub Ordo Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik, misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik). 3. Great Group Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim suhu dan kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plinthite, fragipan dan duripan. 4. Sub Group Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu > 1400 taksa. Faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group (subgroup Typic), sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain, sub ordo atau ordo, sifat-sifat tanah peralihan ke bukan tanah). 5. Family Jumlah taksa dalam family juga masih terus bertambah yaitu > 8000 taksa. Faktor pembedanya adalah sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian. Sifat-sifat tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda untuk family antara lain adalah : sebaran besar butir, susunan mineral(liat), regim temperatur pada kedalaman 50 cm.
Universitas sumatera utara
6. Seri Jumlah seri tanah di Amerika saja lebih besar 19.000. Faktor pembedanya adalah : jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi tanah dari masing-masing horison, sifat-sifat kimia dan mineral masing-masing horison. Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah factor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi (Hardjowigeno, 1993). Taksonomi Tanah 2010 Taksonomi tanah adalah cabang dari klasifikasi tanah. Dalam taksonomi tanah 2010 disajikan secara lengkap tentang prosedur pengelompokan tanah mulai dari kategori tinggi sampai kategori rendah. Prosedur taksonomi tanah adalah mengikuti : 1. Deskripsi profil tanah. 2. Penentuan horison penciri (epipedon dan horizon bawah penciri). 3. Penentuan sifat-sifat lain. 4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo, kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga (family) dan seri. (Marpaung, 2008). Horison penciri digunakan untuk mengklasifikasikan ke dalam ordo. Horison penciri yang terbentuk di permukaan dinamakan dengan epipedon.
Universitas sumatera utara
Horison penciri yang langsung di bawahnya dan dapat diamati dinamakan dengan horison bawah penciri (Darmawijaya, 1990). Menurut Taksonomi Tanah 2010 terdapat 8 epipedon penciri yaitu : Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen. A. Epipedon Mollik Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa > 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7. B. Epipedon Antropik Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan manusia, dan memenuhi persyaratan mollik kecuali P2O5 > 250 ppm. C. Epipedon Umbrik Epipedon umbrik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7. D. Epipedon Folistik Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu horison atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari
Universitas sumatera utara
kumulatif dan tahun-tahun normal (dan tidak ada didrainase). Sebagian besar epipedon folistik tersusun dari bahan tanah organik. E. Epipedon Histik Epipedon Histik merupakam suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam sebagian waktu dalam tahuntahun normal (dan telah drainase). Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik. F. Epipedon Okrik Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering, value dan kroma (lembab) ≥ 4. Epipedon okrik juga mencakup horison-horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi persyaratan epipedon histik atau folistik. G. Epipedon Plagen Epipedon Plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan (pupuk kandang) secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Biasanya epipedon plagen mengandung artifak seperti pecahan-pecahan bata dan keramik pada seluruh kedalamannya. Pada taksonomi tanah 2010, terdapat 18 horison bawah penciri yaitu horison Agrik, Argilik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kalsik, Kandik, Kambik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik dan Spodik.
Universitas sumatera utara
A. Horison Agrik Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah tereluviasi nyata. B. Horison Argilik Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Terdapat selaput liat terorientasi pada permukaan pori di mana pun dalam atau segera di bawah horison iluviasi. Horison tersebut mempunyai sifat adanya gejala iluviasi liat, KTK tinggi (> 6 cmo/kg). C. Horison Duripan Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan air atau HCl. D. Horison Fragipan Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur tanah lemah. E. Horison Glosik Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik, kandik atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi bebasnya telah dipindahkan.
Universitas sumatera utara
F. Horison Gipsik Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya lebih dari 15 cm. G. Horison Kalsik Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata. H. Horison Kandik Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi dan KTK rendah (<6 cmol/kg). I. Horison Kambik Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih prosesproses tersebut. J. Horison Natrik Horison Natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung natrium, memiliki struktur prismatik atau tiang, lebih 15% KTK didominasi oleh natrium. K. Horison Orstein Horison Orstein tersusun dari bahan spodik, berada didalam suatu lapisan yang 50% atau lebih (volumenya) tersementasi dan memiliki ketebalan 25 cm atau lebih
Universitas sumatera utara
L. Horison Oksik Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki sifat-sifat tanah andik dan KTK rendah (< 6 cmol/kg) M. Horison Petrokalsik Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium karbonat sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah terakumulasi
mencapai
tingkat,
seluruh
horison
tersebut,
tersementasi atau mengeras. N. Horison Petrogipsik Horison Petrogipsik merupakan suatu horison iluvial dengan ketebalan 10 cm atau lebih dimana gypsum sekundernya telah terakumulasi
mencapai
tingkat,
seluruh
horison
tersebut,
tersementasi atau mengeras. O. Horison Placik Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai merah gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta bahan organik. P. Horison Salik Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak mengandung garam mudah larut. Q. Horison Sombrik Horison Sombrik berwarna gelap, mempunyai sifat-sifat seperti epipedon umbrik dengan mengandung iluviasi humus yang berasosiasi dengan Al atau yang terdispersi dengan natrium.
Universitas sumatera utara
R. Horison Spodik Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih dari bahan spodik. Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2010, ordo tanah terdiri atas 12 ordo Yaitu : A. Gelisol Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan tanah. B. Histosol Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60% atau lebih ketebalan diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm. C. Spodosol Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari setiap pedon, dan regim suhu cryik. D. Andisol Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya E. Oksisol Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat sebesar 40% atau lebih dalam fraksi tanah.
Universitas sumatera utara
F. Vertisol Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas atas didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi tanah halus sebesar 30% atau lebih. G. Aridisol Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan ataulebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih. H. Ultisol Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm. I. Mollisol Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar 50% atau lebih pada keseluruhan horison. J. Alfisol Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik, kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagian. K. Inceptisol Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen, umbrik, mollik serta regim suhu cryik atau gelic dan tidak
Universitas sumatera utara
terdapat bahan sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral. L. Entisol Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak ada horison penciri lain. (Soil Survey Staff, 2010).
Universitas sumatera utara