BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanda Bahaya Kehamilan Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Asrinah, 2010). Tanda-tansda bahaya kehamilan yang terjadi pada masa kehamilan muda dan lanjut, pada kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hiperemesis gravidarum, hipertensi, sedangkan pada kehamilan lanjut tanda-tanda bahaya kehamilan yang sering terjadi adalah perdarahan pervaginam, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, bengkak di wajah, keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa, nyeri abdomen yang hebat dan anemia (Kusmiyati, 2008).
2.2. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Muda 2.2.1. Perdarahan Pervaginam Kehamilan normal biasanya identik dengan amenore dan tidak ada perdarahan pervaginam, tetapi banyak juga wanita yang mengalami episode perdarahan pada trimester pertama kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) dan berwarna tua (coklat kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.Perdarahan pervaginam pada hamil muda kemungkinan disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa (Varney, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1. Abortus Perdarahan pada trimester pertama kehamilan dapat terjadi pada seperlima dari seluruh kehamilan dan hampir separuh dari jumlah tersebut mengalami keguguran. Kejadian aborsi spontan diperkirakan mencapai sekitar 15-22% dari seluruh kehamilan (Hollyngwort, 2012). Abortus adalah peristiwa berakhirnya kehamilan pada usia kehamilan <20 minggu atau berat janin <1000 gram. Menurut Kusmiyati (2009) ada bebrapa jenis abortus: a.
Abortus Imminens Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
b.
Abortus Insipiens Abortus insipiens didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini ,merupakan kontraindikasi.
Universitas Sumatera Utara
c.
Abortus inkomplitus Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing, oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat insipiens. Pada beberapa kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks akan menutup kembali.
d.
Abortus Komplitus Hasil konsepsi lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak diperukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambatlambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks dengan segera menutup kembali.
e.
Abortus Tertunda (missed abortion) Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kaddang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya, rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan laserasi jalan.
2.2.1.2. Mola Hidatidosa Menurut Varney (2007) mola hidatidosa merupakan kehamilan yan secara genetik tidak normal, yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta.
Universitas Sumatera Utara
Kehamilan mola hidatidosa biasanya dianggap sebagai satu tumor jinak, tetapi berpotensi menjadi ganas. Tanda dan gejala kehamilan mola adalah: a. Mual dan muntah yang menetap, sering kali menjadi parah b. Perdarahan uterus yang terlihat pada minggu ke-12; bercak darah atau perdarahan hebat mungkin terjadi, tetapi biasanya hanya berupa rabas bercampur darah, cenderung berwarna merah dari pada coklat yang terjadi secara terus menerus. c. Ukuran uterus besar d. Sesak nafas e. Ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar f. Tidak ada denyut jantung janin g. Tidak ada aktivitas janin h. Pada palpasi tidak ditemukan bagian-bagian janin i. Hipertensi akibat kehamilan, preeklamsia atau eklamssi sebelum usia kehamilan 24 minggu. 2.2.1.3.
Kehamilan Ektopik Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan hasil
konsepsi berlangsung di luar endometrium kavum uteri. Biasanya kehamilan ektopik terjadi pada tuba, dan sangat jarang terjadi di ovarium atau rongga abdomen (perut). Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasi janin tidak memberi janin kesempatan untuk berrkembang hingga mencapai aterm (Mangkuji, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi infeksi pelvis, alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), riwayat kehamilan ektopik dan riwayat pembedahan tuba. Gejala awal kehamilan ektopik adalah perdarahan pervaginam dan bercak darah, dan kadang-kadang nyeri panggul. Perubahan bentuk uterus tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa sebab peningkatan ukuran uterus dan konsistensinya sama dengan ukuran dan konsistensi uterus padda trimester pertama kehamilan akibat pengaruh hormon plasenta (Varney, 2007). Karena tuba bukan merupakan tempat yang tepat ntuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti didalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada ussia kehamilan 6-10 minggu. Diagnosa kehamilan ektopik dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Kemungkina KET dapat ditegakkan berdasarkan keluhan nyeri perut bawah yang hebat dan tiba-tiba, ataupun nyeri perut bawah yang muncul bertahap, disertain dengan keluhan perdarahan pervaginam setelah keterlambatan haid, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda akut abdomen, kavum douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping uterus (Mangkuji, 2013). 2.2.2. Hiperemesis Gravidarum Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Mual dan muntah ini biasanya diseebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (human chorionic gonadotrophin) (Woolfson, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Mual dan muntah biasanya dirasakan di pagi hari “morning sickness”, rasa mual ini tak membahayakan kesehatan bayi selama ibu hamil bisa mengkonsumsi makanan secara seimbang dan banyak minum. Sebagian besar wanita
yang
mengalami mual di pagi hari cukup cepat mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa di cerna (Page, 2009). Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama kehamilan. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umunya dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan. Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat terjadi disetiap trimester dengan tingkat keparahan yang bervariasi (Varney, 2007). Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan ketosis. Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi. Menurut Fadlun (2011) penyakit hiperemesis gravidarum dibagi dalam beberapa tingkat yaitu sebagai berikut: a. Tingkat 1 Gejala: lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium, nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah sistolik menurun, lidah kering dan mata cekung.
Universitas Sumatera Utara
b. Tingkat 2 Gejala: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam hawa pernafasan. c. Tingkat 3 Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun dari samnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun, komplikasi fatal ensefalopati wernicke: nistagmus, diplopia, perubahan mental, dan ikterik. 2.2.3. Hipertensi Hipertensi didiagnosa secara empiris bila pengukuran tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg atau tekanandarah diastolik melebihi 90 mmHg. Ibu hamil yang mengalami peningkatan tekanan sistolik sebanyak 30 mmHg atau diastolik sebanyak 15 mmHg harus dipantau lebih sering. Tidak diragukan lagi bahwa kejang eklamtik dapat terjadi padda beberapa perempuan yang memiliki tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Cunningham,2013). Menurut Billington (2010) gangguan hipertensi pada kehamilan dapat dibagi ke dalam dua kelompok walaupun tidak terdapat kesepakatan universal mengenai defenisi yang tepat: a. Gangguan hipertensi yang khas pada kehamilan, yang mempengaruhi sekitar 12% kehamilan
meliputi:
pre
eklamsi
dan
elamsi,
hipertensi
akibat
kehamilan/hipertensi gestasional yang didefenisikan sebagai peningkatan tekanan
Universitas Sumatera Utara
darah (TD) pada paruh kedua atau trimester ketiga kehamilantanpa gambaran lain pre eklamsi. b. Hipertensi yang sudah terjadi sebelum kehamilan. Hipertensi kronis diperkirakan terjadi antara 3 dan 5% wanita usia subur, dan dapat disebabkan oleh proses penyakit yang mendasari, seperti penyakit ginjal, feokromositoma, atau yang lebih umum terjadi hipertensi esensial. Pra eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dan edema. Proteinuria adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2 spesimen urine yang diambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Wanita yang menderita pra eklamsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada kenaikan dalam tekanan darahnya. Edema sendiri bukanlah tanda pra eklamsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema terjadi pada tangan atau wajah, edema ini dapat termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan mendadak sebanyak 1 kg atau lebih dalam seminggu (Wijayarini, 2012). Eklamsia merupakan kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan preeklamsia. Untuk mendeteksi prenatal dini secara tradisional waktu pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu. Peningkatan kunjungan prenatal selama trimester terakhir memungkinkan untuk mendeteksi dini preeklamsi (Fadlun, 2011).
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut
2.3.1. Perdarahan Per Vaginam Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan, dikatakan tidak normal jika darah berwarna merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa menandakan adanya plasenta previa atau abrupsio placenta (Asrinah dkk, 2010). Menurut Kusmiyati (2008) ada beberapa jenis perdarahan antepartum pada kehamilan lanjut yaitu: 2.3.1.1. Plasenta Previa Adanya
plasenta
yang
berimplantasi
rendah
sehingga
menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan dan belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Gejala-gejalanya adalah: a. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja. b. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim sehingga bagian terndah tidak dapat mendekati pintu atas panggul. c. Pada plasenta previa,ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.2. Solusio Plasenta Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya adalah: a.
Darah dari tempat plasenta keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan tampak.
b.
Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul dibelakang plasenta (perdarahan tersembunyi/perdarahan ke dalam)
c.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras seperti papan) karena sseluruh perdarahan tertahan di dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
d.
Perdarahan disertai nyeri
e.
Nyeri abdomen pada saat di pegang
f.
Palpasi sulit dilakukan
g.
Fundus uteri makin lama makin naik
h.
Bunyi jantung biasanya tidak ada
2.3.2. Sakit Kepala yang Berat Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang.
Universitas Sumatera Utara
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia, untuk itu lakukan pemeriksaan edema pada muka/tangan, periksa tekanan darah, protein urine dan refleks. 2.3.3. Penglihatan Kabur Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada ibu hamil disebabkan oleh pengaruh hormonal, keadaan ini mengancam jika perubahan visual terjadi secara mendadak misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan prereklamsi. 2.3.4. Bengkak di Wajah Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsi. 2.3.5. Keluar Cairan Pervaginam Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3, air tersebut bisa jadi bersal dari ketuban yang pecah. Pecaahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung, normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II. 2.3.6. Gerakan Janin tidak Terasa Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Ketika bayi tidur maka gerakannya akan melemah, gerakan bayi akan mudah terasa jika ibu berbaring atau
Universitas Sumatera Utara
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Biasanya tanda dan gejala nya adalah gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam. 2.3.7. Nyeri Abdomen yang Hebat Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah normal, nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang menganccam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang iritable, abrupsio plasenta, ISK atau infeksi lain. 2.3.8. Anemia Anemia merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai pada kehamilan, diagnosa anemia dalam kehamilan ditegakkan bila kadar hemoglobin (Hb) <11 g/dL (7,45 mmol/L) dan hematokrit < 0,33. Anemia jelas menjadi momok karena memiliki dampak yang signifikan bagi mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal di seluruh dunia, terlebih di negara berkembang (Hollingworth, 2012). Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eitrosit turun di bawah nilai normal. Pada penderita anemia, kondisi ini sering disebut kurang darah karena kadar sel darah merah (hemoglobin ata Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B 12 (Mangkuji, 2013).
Universitas Sumatera Utara
2.3.8.1. Macam-macam Anemia pada Kehamilan Menurut Cunningham (2013) ada beberapa macam anemia yang terjadi pada masa kehamilan antara lain: a.
Anemia defisisensi besi Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin ibu <11 g% pada trimester pertama dan ketiga atau <10,5g% pada trimester kedua. Keluhan lemah, pucat, dan mudah pingsan padahal tekanan darah pada batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Oleh sebab itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal (Mangkuji, 2013). Penanganan anemia defisiensi besi adalah melalui pemberian preparat besi oral atau parenteral. Terapi oral yang diberikan antara lain preparat besi ferosulfat, fero glukonat. Di Indonesia, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah melakukan berbagai upaya penanggulangan anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil. 1. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu untuk meningkatka kadar hemogobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan. 2. Buku pedoman pemberian zat besi dan poster-poster tahun 1995 3. Buku Pedoman Operasional penanggulangan Anemia Gizi pada tahun 1996
Universitas Sumatera Utara
4. Sekarang kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap sekarang telah diperbarui dalam bentuk tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet pembungkus aluminium dengan komposisi yang sama (Mangkuji, 2013). b.
Anemia akibat kehilangan darah akut Pada kehamilan dini, anemia kehilangan darah akut merupakan hal yang umum pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidisa.
c.
Anemia defisiensi asam folat Asam folat diperlukan dalam dosis yang lebih besar dalam kehamilan karena terjadi peningkatan replikasi sel pada janin, uterus, dan sumsum tulang. Asupan harian yang dianjurkan adalah sebesar 800 µg. Defisiensi folat kerap dialami pada kehamilan dan dapat mengakibatkan defek tabung syaraf, aborsi, retardasi pertumbuhan, solusio plasenta dan pre-eklamsi (Hollyngworth, 2012).
d.
Anemia yang berkaitan dengan penyakit kronik Rasa lesu, penurunan berat badan, dan pucat telah lama diketahui sebagai karakteristik penyakit kronik. Beragam penyakit misalnya gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan peradangan kronik menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang berat. Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia, termasuk insufisiensi ginjal, supurasi, penyakit radang usus, neoplasma ganas, dan artritis rematoid. Anmeia kronik biasanya meningkat seiring dengan ekspansi volume plasma yang melebihi ekspansi massa sel darah merah.
Universitas Sumatera Utara
2.3.8.2. Pencegahan Anemia Menurut Jimenez (2000) ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia antara lain: a. Makanlah makanan yang kaya akan zat besi dari sumber hewani, seperti hati, lidah, jantung, dan organ lain atau daging tanpa lemak, tiram, kerang dan telur. b. Untuk produk hewani yang rendah kolesterol dan lemaknya, pilihlah ikan atau ayam. c. Untuk sumber makanan vegetarian, pilih kacang-kacangan, polong-polongan, biji-bijian, kismis, sayuran berdaun hijau dan molase. d. Diet anda harus cukup mengandung kalsium dan vitamin C, yang dapat meningkatkan kemampuan tubuh menyerap zat besi. e. Seimbangkan diet anda karena selain zat besi, sejumlah nutrisi lain juga berperan dalam pembentukan hemoglobin. Setiap hari, makanlah beberapa porsi buah dan sayuran segar, biji-bijian, dan produk olahan susu. f. Makanlah tambahan vitamin dan mineral yang mengandung zat besi setiap hari.
2.4. Asuhan Antenatal 2.4.1. Pengertian Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak terjadinya konsepsi hingga awal persalinan. Tujuannya adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal (Fraser, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Asuhan antenatal adalah melakukan screening untuk memprediksi suatu penyakit, oleh karena itu kita dapat mengetahui mereka yang akan mengalami bahaya pada kehamilannya. Dengan mendeteksi dini penyakit dapat dibedakan ibu hamil yang akan mengalami dan yang sudah mengalami komplikasi, hal ini selalu diabaikan sehingga ibu hamil tidak pernah mendapat informasi mengenai komplikasi kehamilan dan cara penanganannya (Kusmiyati, 2008). Pelayanan asuhan antenatal bertujuan memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan melakukan deteksi dini terhadap komplikasi sedini mungkin. Proses pelaksanaannya selama kehamilan petugas kesehatan harus mengupayakan memeberi asuhan kebidanan antenatal paling sedikit empat kali selama kehamilan (Mandriwati, 2012). 2.4.2. Kunjungan Antenatal Menurut Baston (2013) Kunjungan antenatal pertama mungkin hal yang paling penting dalam kehamilan dan merupakan kesempatan bagi ibu dan petugas kesehatan untuk untuk saling mengenal dan memenuhi tujuan besar berikut ini, yaitu: a. Memulai terbinanya hubungan saling percaya nantara ibu dan bidan b. Hadir dan mendiskusikan pilihan mengenai tempat melahirkan c. Hadir dan mendiskusikan pilihan untuk skrining antenatal d. Mengidentifikasi kemungkinan kemungkinan faktor resiko atau hal-hal yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan. e. Meyepakati jadwal asuhan antenatal yang tepat. f. Melakukan pemantauan dasar.
Universitas Sumatera Utara
g. Memberi anjuran kesehatan masyarakat dalam upaya mempertahankan kesehatan ibu dan perkembangan kesehatan janinnya. 2.4.3. Penerapan Manajemen dan Dokumentasi dalam Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Menurut Varney (1997) dalam Mandriwati (2012), proses manajemen kebidanan ada 7 langkah yaitu sebagai berikut: 1.
Langkah I : Mengumpulkan data dasar yaitu berupa data subjektif dan objektif, berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya, menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan, tinggi badan, dan pemeriksaan laboratorium.
2.
Langkah II : Menginterpretasikan/menganalisis data, dalam langkah ini data subjektif dan objektif yang dikaji dianalisis menggunakan teori fisiologis dan teori patologis, sesuai dengan perkembangan kehamilan berdasarkan usia kehamilan ibu pada saat diberi asuhan, termasuk teori tentang kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis dan interpretasi data menghassilkan rumusan diagnosis kehamilan. 3. Langkah III : Merumuskan diagnosis/masalah potensial dan tindakan antisipasi. Tindakan antisipasi dilakukan untuk mencegah terjadinya ancaman yang lebih berat sehingga nyawa ibu dan janin dapat terselamatkan. 4. Langkah IV : Mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera untuk kolaborasi dan rujukan. Petugas kesehatan harus dapat membuat keputusan untuk melakukan tindakan segera sesuai kewenangannya, baik tindakan kolaborasi maupun rujukan. 5. Langkah V
: Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh. Asuhan menyeluruh mengacu pada diagnosis dan masalah sesuai kondisi klien.
6. Langkah VI : Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien dan aman. 7. langkah VII : Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ditujukan terhadap efektivitas asuhan yang telah diberikan, mengacu pada perbaikan kondisi/kesehatan ibu dan janin. Evaluasi mencakup jangka pendek, yaitu sesaat setelah intervensi dilaksanakan, dan jangka panjang, yaitu menunggu proses sampai kunjungan berikutnya/kunjungan ulang. 2.4.4. Konseling Kebidanan Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
Universitas Sumatera Utara
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut (Tyastuti dkk, 2009). Konseling asuhan kehamilan adalah satu proses bantuan oleh bidan kepada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam bentuk wawancara, dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Mandriwati, 2012). Menurut Prawirohardjo (2000), tujuan konseling kesehatan reproduksi adalah: 1.
Membantu pasien untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan risiko yang mungkin dihadapi sehingga dapat dilakukan upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan
2.
Membantu pasien dan keluarganya untuk menentuan kebutuhan asuhan kehamilan, pertolongan persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.
3.
Membantu pasien atau klien untuk membantu pilihan salah satu metode kontrasepsi yang memenuhi kondisi kesehatan dan sesuai dengan keinginan mereka.
4.
Membantu pasien untuk mengenali gejala atau tanda-tanda tentang akan terjadinya suatu risiko reproduksi dan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai atau mampu untuk menanggulangi berbagai risiko atau komplikasi yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mandriwati (2012) beberapa masalah ibu hamil yang membutuhkan konseling meliputi: 1.
Penerimaan/tanggapan ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya.
2.
Ketidakmampuan ibu beradaptasi dengan perubahan fisik akibat kehamilannya.
3.
Kemampuan yang kurang memadai dalan mengantisipasi tanda bahaya yang menyertai kehamilan terakit sosial ekonomi/pengetahuan.
4.
Dukungan keluarga yang tidak optimal.
5.
Pemilihan tempat atau penolong persalinan.
6.
Persalinan tindakan. Menurut Salmah dkk (2006) ada beberapa hak ibu dalam komunikasi dan
konseling, hak ibu harus diberi tanpa memandang suku bangsa, usia, agama, status sosial-ekonomi, status perkawinan, partai politik, kehidupan seksual, ataupun jumlah anak dalam keluarga. Ibu mempunyai hak antara lain: 1.
Memperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan apa yang sedang dialami. Isi dan waktu pemberian informasi sangat bergantung pada kondisi ibu dan jenis tindakan yang akan segera dilaksanakan. Informasi harus diberikan langsung kepada ibu dan keluarga.
2.
Bertanya atau mendiskusikan tentang kondisi atau keadaan dirinya dan apa yang mereka hadapkan dari sistem pelayanan yang ada, dalam suasana yang dianggap memadai. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya diantara kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
3.
Dilayani secara pribadi. Ibu harus diberi tahu siapa dan apa peran mereka masing-masing (dokter, bidan dan perawat).
4.
Menyatakan pandangannya. Ibu dapat menyatakan pandangannya tentang pelayanan yang telah diberikan. Pendapatnya tentang kualitas pelayanan, yang baik maupun yang masih kurang, maupun saran-saran perbaikan. Pandangan ibu harus diterima secara positif dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas pelayanan.
5.
Memutuskan secara bebas apakah menerima atau menolak suatu tindakan kebidanan yang telah diberikan. Persetujuan merupakan persyaratan dalam melakukan suatu tindakan, termasuk komplikasi kehamilan kegawatdaruratan akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Menurut Mandriwati (2012) langkah-langkah pelaksanaan konseling asuhan
kehamilan yaitu: 1. Tahap persiapan a. Menyiapkan ruangan yang nyaman, tenang dan kondusif. b. Menyiapkan alat-alat peraga sesuai kebutuhan c. Menyiapkan alat tulis, catatan sesuai kebutuhan. 2. Tahap pelaksanaan G=Greet=Menyapa ibu beserta suami (bila ibu didampingi suami), dengan memberi salam sesuai dengan kondisi, kemudian mempersilahkan duduk berhadapan dengan bidan pada tempat yang sudah disediakan. Setelah duduk
Universitas Sumatera Utara
berhadapan dengan ibu, memulai percakapan dengan tujuan menciptakan suasana yang akrab dan saling percaya. A=Ask=Menanyakan
secara
perinci
keadaan
ibu
tentang
permasalahan
kehamilannya yang sedang dihadapi. Dapat juga dengan mempersilahkan ibu menceritakan keadaan dirinya berkaitan dengan permasalahan kehamilan yang sedang dialami. Selama proses pembicaraan bidan hendaknya memelihara supaya hubungan dengan ibu tetap berlangsung secara kondusif dengan cara memperhatikan kontak mata, menjaga kerahasiaan ibu, tidak menyinggung perasaan ibu dan menjadi pendengar yang baik. T=Tell=Memberi informasi kepada ibu tentang cara/metode yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan kehamilannya yang sedang dihadapi. H=Help=Membantu
ibu
memilih
cara
yang
tepat
untuk
mengatasi
permasalahannya sesuai dengan kondisi/kemampuan ibu. E=Explain=Menjelaskan secara perinci tehnik pelaksanaan cara-cara yang dipilih untuk pemecahan masalah dan sepakati dengan ibu dan suami. R=Return=Membuat
kesepakatan
dengan
berikutnya/kunjungan
ulang
mengevaluasi
untuk
ibu
untuk
pertemuan
keberhasilan
cara-cara
pemecahan masalah yang telah dilaksanakan. R=Refer=Bila diperlukan kolaborasi/rujukan ke tenaga yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan/kondisi ibu.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Pengetahuan 2..5.1. Pengertian Pengetahuan Menurut Bloom (1997) pengetahuan adalah pemberian bukti seseorang setelah melewati proses pengenalan atau pengingatan informasi atau ide yang sudah diperolehnya sebelumnya. Pengetahuan dikelompokkan ke dalam ranah koqnitif, afektif dan psikomotor. Pengetahuan ditempatkan sebagai urutan yang pertama karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkatan-tingkatan ranah koqnitif yaitu pemahaman (comprefension), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (synthesis) dan penilaian (evaluation). Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007). 2.5.2. Tingkatan Pengetahuan Menurut Bloom (dalam Notoadmodjo, 2007) ada 6 tingkatan pengetahuan yaitu: 1.
Tahu (know) Bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah diketahuinya.
2.
Memahami (comprehension) Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menguraikan materi tersebut secara benar.
Universitas Sumatera Utara
3.
Menerapkan (application) Menerapkan adalah kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dari suatu situasi ke situasi lain.
4.
Analisis (analysis) Mampu untuk menerapkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis satu dari yang lainnya.
5.
Sintesis (syntesis) Mensisntesis adalah mampu untuk menyusun kembali bentuk semula maupun bentuk lain.
6.
Evaluasi (evaluation) Merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi dimana telah ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang dipelajari.
2.6. Ibu Hamil Ibu hamil adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu hamil sangat memepengaruhi kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal. Menurut Dorland (2002) pengertian wanita hamil (Gravida) adalah salah satu komponen dari status paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, di mana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus. Menurut Kusmiyati (2008) ibu hamil mempunyai hak-hak yang sama dengan klien/pasien dan juga mempunyai hak antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yang diberikan secara bermartabat dan dengan rasa hormat. 2. Asuhan yang harus dapat dicapai, diterima, terjangkau untuk/semua perempuan dan keluarga. 3. Wanita berhak memilih dan memutuskan tentang kesehatannya.
2.7.
Kerangka Teori Dalam Saifuddin (2002) didefenisikan bahwa konseling adalah proses
pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. Dalam memberikan pelayanan kebidanan petugas kesehatan harus memberikan konseling pada saat ibu hamil melakukan kunjungan pertama yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, salah satu yang harus disampaikan adalah adanya tanda-tanda bahaya kehamilan yang mungkin terjadi yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan. Dengan pemberian konseling
diharapkan
menambah
pengetahuan
ibu
hamil
tentang
kondisi
kehamilannya serta tanda-tanda bahaya kehamilan yang mungkin terjadi.
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan penyederhanaan dari
kerangka teori yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh konseling pada saat ANC terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan. Variabel Independen
Variabel Dependent Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan
ANC dan Konseling (+) -
ANC dan Konseling (-)
Umur Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara