3
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Tanaman pisang tumbuh subur di daerah tropis dataran rendah yang curah hujannya lebih dari 1250 mm per tahun dan rata-rata suhu minimum 150C (Simmonds 1966; Stover & Simmonds 1987 dalam Luc et al. 1995). Tanaman pisang menghendaki tanah yang subur. Jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4,5-7,5 (Satuhu & Supriyadi 1992; Ashari 1995). Sistem Perakaran Tanaman Pisang Tanaman pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang. Akar berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. sedang akar yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau mendatar, dalam perkembangannya akar samping bisa mencapai 4-5 m (Satuhu & Supriyadi 1992). Berkurangnya sistem akar akan menghambat perkembangan bunga, hal tersebut terjadi apabila umur tanaman pisang semakin tua, atau akibat infeksi patogen pada akar (Lavigne 1987 dalam Luc et al. 1995). Sistem Bercocok Tanam Pisang Proses budidaya tanaman pisang dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain pemilihan dan penyediaan bibit, pembuatan lubang tanam, dan penanaman. Menurut Satuhu dan Supriyadi (1992), pada tahapan perawatan, tanah di sekitar pohon pisang harus dibersihkan dari rumput pengganggu (gulma), sekaligus digemburkan dengan menggunakan cangkul kecil (koret). Penggemburan tanah tidak boleh terlalu dalam karena perakaran pisang dangkal. Pembumbunan dapat dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak (Redaksi Agromedia 2009).
4 Penyakit Layu Tanaman Pisang Penyakit layu pada tanaman pisang di antaranya adalah penyakit layu fusarium. Layu fusarium pada tanaman pisang, yang sering juga disebut penyakit panama, dianggap sebagai penyakit yang paling penting pada tanaman pisang di seluruh dunia. Bahkan penyakit ini termasuk kelompok penyakit yang paling merugikan di tropis. Penyakit ini mengakibatkan produktivitas tanaman pisang di Indonesia menurun, sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor buah pisang (Redaksi Agromedia 2009). Selain itu, penyakit layu yang disebabkan oleh fitonematoda dapat menimbulkan kerusakan yang besar, karena menyebabkan tumbangnya tanaman pisang. Kehilangan hasil akibat infeksi fitonematoda di seluruh dunia dapat mencapai US$ 80 milyar per tahun (Price 2000 dalam Mustika 2005). Fitonematoda pada Tanaman Pisang Menurut Luc et al. (1995), belum ditemukan varietas tanaman pisang yang dilaporkan
tahan
terhadap
infeksi
fitonematoda.
Jenis
fitonematoda
Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp., Meloidogyne sp., dan Radopholus sp. merupakan fitonematoda penting pada tanaman pisang. Fitonematoda tersebut sudah ditemukan pada seluruh area perkebunan pisang di daerah tropis. Radopholus sp. Radopholus termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina, Superfamili Tylenchoidea, Famili Pratylenchidae, Subfamili Radopholinae (Dropkin 1991). Menurut O’banon (1977) daerah infeksi R. similis pada tanaman pisang sudah menyebar ke seluruh dunia, dan dilaporkan menyebabkan kehilangan produktivitas pisang sebesar 12,5 ton per ha. R. similis merupakan spesies nematoda endoparasit berpindah dan mampu menyelesaikan daur hidupnya di dalam jaringan korteks akar (Luc et al. 1995). Nematoda ini disebut “nematoda penggugus” sehubungan dengan aktivitas gerak dan kemampuannya merusak sel jaringan akar. Baik larva maupun nematoda betina dewasanya menyerang akar. Nematoda betina tinggal di dalam akar sampai
5 sel-sel jaringan akar rusak berat (Dropkin 1991). Nematoda jantan secara morfologi mengalami degenerasi (tidak mempunyai stilet) dan mungkin tidak bersifat parasitik (Luc et al. 1995). Pratylenchus sp. Pratylenchus termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina, Superfamili Tylenchoidea, Famili Pratylenchidae, Subfamili Pratylenchinae (Dropkin 1991). Pratylenchus sp adalah nematoda endoprasit berpindah, mempunyai kisaran inang yang luas. Larva stadia kedua keluar dari telur dan tersebar pada tanah dan akar (Dropkin 1991). Nematoda parasit tersebut baik jantan maupun betina serta larvanya, semua invasif. Daur hidupnya berlangsung di dalam jaringan akar (Luc et al. 1995). Menurut Pinochet (1978 dalam Luc et al. 1995) setelah nematoda masuk ke dalam jaringan akar, nematoda bergerak di antara dan di dalam sel, menempati posisi pararel terhadap stele. Nematoda tersebut memakan sitoplasma sel dan membentuk rongga
yang
menyatu. Berlawanan dengan nematoda lain
Pratylenchus spp. berkembang biak lebih baik di dalam akar tanaman yang pertumbuhannya tidak baik (Dropkin 1991). Helicotylenchus sp. Helicotylenchus termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina, Superfamili Tylenchoidea, Famili Hoplolaimidae, Subfamili Rotylenchinae (Dropkin 1991). Menurut Luc et al. (1995) Helicotylenchus merupakan nematoda endoparasit yang mampu menyelesaikan hidupnya di dalam bagian jaringan korteks tanaman. Helicotylenchus sp. tersebar luas dan sangat banyak terdapat pada tanaman pisang. Fitonematoda tersebut sering dipandang sebagai nematoda parasitik utama pada tanaman pisang di daerah yang keadaan lingkungannya suboptimal untuk pertanaman pisang (Luc et al. 1995).
6 Meliodogyne sp. Meloidogyne termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina, Superfamili Heteroderoidea, Famili Meloidogynidae (Dropkin 1991). Distribusi nematoda puru akar sangat luas, dapat menyerang banyak tanaman yang mempunyai nilai ekonomi penting. Paling sedikit terdapat empat spesies dari nematoda tersebut yang telah diidentifikasi terdapat pada tanaman pisang (Musa spp.). Spesies nematoda tersebut ialah Meloidogyne incognita, M. arenaria, M. javanica, dan M. hapla (Luc et al. 1995). Menurut Dropkin (1991) Meloidogyne merupakan parasit obligat yang memiliki daerah penyebaran yang luas, baik di daerah iklim tropis maupun iklim sedang. Nematoda betina bersifat endoparasit menetap di dalam akar. Gejala Penyakit oleh Fitonematoda pada Tanaman Pisang Menurut Agios (1996) gejala infeksi fitonematoda pada bagian tumbuhan di atas tanah tidak memiliki ciri khas yang dapat membedakannya dari gejala kekurangan hara, gejalanya yakni pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun menguning, mudah layu dan akhirnya tanaman mati. Menurut Dropkin (1991) infeksi yang disebabkan oleh Radopholus sp. dapat menyebabkan batang tanaman pisang mudah roboh, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh Pratylenchus sp. dan Helicotylenchus sp. pada infeksi yang tinggi (Luc et al. 1995). Gejala khas penyakit yang disebabkan Meliodogyne sp. ialah timbulnya puru pada akar primer dan sekunder, kadang-kadang menyebabkan akar bercabang dua atau mengalami distorsi. Infeksi menyebabkan produktivitas tanaman berkurang drastis. Menurut penelitian Barekye et al. (2000), tingkat keparahan penyakit pisang yang diinokulasi oleh R. simillis, tidak menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan inokulasi campuran dengan Helicotylenchus sp. Demikian juga sebaliknya,
tingkat
keparahan
penyakit
pisang
yang
diinokulasi
oleh
Helicotylenchus sp. tidak menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan inokulasi campuran dengan R. simillis maupun inokulasi tunggal R. simillis.
7 Interaksi Fitonematoda dengan Patogen Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Pisang Fitonematoda bukanlah satu-satunya mikroorganisme yang hidup dalam rizosfir tanah. Selain fitonematoda terdapat pula mikroorganisme lain yang memiliki peran berbeda, di antaranya sebagai predator atau parasit bagi mikroorganisme yang lain, saprofit, dan sebagai patogen pada tanaman. Interaksi yang terjadi antara mikroorganisme tersebut pun beragam (Abawi & Chen 1998). Patogen pada tanaman yang diketahui berinteraksi dengan fitonematoda adalah virus, bakteri, dan fungi. Interaksi dapat meningkatkan keparahan penyakit (Khan 1993). Fusarium oxysporum f.sp cubense menyebabkan timbulnya penyakit penting pada pisang yang disebut layu panama (Panama Wilt). Infeksi Fusarium spp. pada tanaman yang telah terinfeksi fitonematoda meningkatkan kelayuan pada tanaman dan meningkatkan rata-rata kematian pada tanaman.Walaupun demikian, siklus hidup fitonematoda bukanlah aspek utama dalam invasi Fusarium spp. (Khan 1993).