TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan Sekolah Menengah Pertama Kota Medan memiliki 350 sekolah menengah pertama dengan perincian 45 buah milik pemerintah dan 305 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SMP di setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kecamatan SD Negeri Medan Amplas 2 Medan Area 1 Medan Barat 3 Medan Baru 1 Medan Belawan 1 Medan Deli 4 Medan Denai 1 Medan Helvetia 2 Medan Johor 2 Medan Kota 5 Medan Labuhan 4 Medan Maimun 2 Medan Marelan 4 Medan Perjuangan 0 Medan Petisah 1 Medan Polonia 0 Medan Selayang 2 Medan Sunggal 1 Medan Tembung 4 Medan Timur 2 Medan Tuntungan 3 45 Jumlah Sumber : Dinas Pendidikan Kota Medan,2008.
SD Swasta 13 15 10 13 12 16 23 27 17 21 10 8 10 14 12 8 11 20 21 15 9 305
Rayap Rayap menurut Tarumingkeng (1992) dalam Rakhmawati (1996) adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo, yaitu ordo Isoptera dari kelas
Universitas Sumatera Utara
Arthropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia sampai tahun 1970 telah tercatat lebih kurang 200 spesies. Menurut Nandika (2003), ada sekitar 200 jenis rayap di Indonesia dan lima persen diantaranya menjadi musuh manusia. Rayap termasuk binatang purba karena sudah ada sejak 200 juta tahun yang lalu. Nandika dkk (2003) menyatakan setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu kasta prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Tugasnya adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut dan vertebrata predator. Kasta pekerja umumnya berwarna pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa. Populasinya mencapai 80-90% dalam satu koloni rayap. Kasta ini bertugas memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, membuat sarang, liang-liang kembara, menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Sedangkan kasta reproduksi terdiri atas betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Ukuran ratu pada rayap tingkat tinggi bisa mencapai panjang ukuran lima sampai sembilan cm atau lebih. Kemampuan rayap melakukan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan menyebabkan penyebaran rayap di dunia menjadi sangat luas. Di daerah tropika, rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut. Penyebaran ke daerah temperate telah berlangsung, sehingga mencapai batas 50° LU dan 50° LS. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban,
Universitas Sumatera Utara
ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap (Nandika dkk 2003). Kelembaban optimum bagi rayap subteran berkisar antara 97,5% - 100%, dan rayap kayu mampu bertahan hidup selama 11 jam pada kondisi kering dengan kelembaban udara relatif 10%. Dalam kondisi lembab dengan tingkat kelembaban udara 100%, rayap ini mampu hidup selama 86,5 jam tanpa persediaan makanan (Suranto, 2002). Prasetyo dan Yusuf (2004) menyatakan rayap memiliki habitat yang unik dalam suatu ekosistem. Keberadaan koloni rayap berperan penting dalam siklus biogeochemical (dekomposer bahan organik) seperti siklus nitrogen, karbon, sulfur, oksigen dan fosfor. Mudahnya rayap beradaptasi dengan lingkungannya mengakibatkan mereka bisa ditemui di hampir semua bentuk ekosistem. Berdasarkan sifat penyerangannya rayap tanah cenderung menyukai lokasi yang memiliki kelembaban yang tinggi. Dalam suatu rumah, bahan-bahan konstruksi kayu yang diduga sering terkena bocoran air hujan serta lokasi yang lembab seperti di daerah kamar mandi merupakan bagian yang dominan terkena serangan rayap tanah. Sementara itu, rayap kayu kering tidak terlalu memerlukan kondisi yang lembab pada daerah serangannya karena jenis rayap ini mampu membuat kelembaban di dalam kayu yang diserang (Siregar dan batubara, 2007).
Taksonomi Rayap Taksonomi atau penggolongan jenis-jenis rayap merupakan salah satu misteri dunia insekta karena tingginya tingkat kemiripan antar jenis rayap dalam
Universitas Sumatera Utara
masing-masing famili. Kiranya kita tak perlu sangat memusingkan jenis-jenis (spesies) rayap ini. Hal yang penting adalah dapat mengenal tipe-tipe seperti telah disebut di muka. Pada umumnya rayap yang terdapat dalam satu kategori memiliki kemiripan dalam hampir semua segi perilakunya, sehingga metoda pengendalianya pun dapat disamakan. Taksonomi Rayap adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Fillum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Isoptera
Famili
: Rhinotermitidae , Termitidae
Genus
: Macrotermes , Coptotermes
Spesies
: Macrotermes sp , Coptotermes curvignatus
Sistem Kasta Nandika dkk (2003), mengemukakan bahwa setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masingmasing, yaitu : Kasta Pekerja, kasta pekerja berfungsi sebagai pencari makanan, merawat telur serta membuat dan memelihara sarang. Kasta Prajurit, kasta prajurit mudah dikenal karena bentuk kepalanya yang besar dan dengan sklerotisasi yang nyata. Anggota-anggota dari pada kasta ini mempunyai mandible atau restrum yang besar dan kuat. Kasta prajurit berfungsi melindungi koloni terhadap gangguan dari luar. Kasta Reproduktif, kasta reproduktif (ratu) berfungsi untuk menghasilkan telur, sedangkan makanannya dilayani oleh para pekerja. Borror
Universitas Sumatera Utara
dkk (1996) menambahkan apabila terjadi bahwa raja dan ratu mati atau bagian dari koloni dipisahkan dari koloni induk, kasta reproduktif tambahan terbentuk di dalam sarang dan mengambil alih fungsi raja dan ratu.
Rayap Perusak Gedung Hakim dkk (2006), menyebutkan bahwa rayap yang menyerang gedung di Medan ada 3 (tiga) jenis yaitu Coptotermes curvignatus, Microtermes inspiratus, dan Cryptotermes cynocepalus. a) Coptotermes curvignatus Holmgren Coptotermes curvignatus termasuk dalam keluarga Rhinotermitidae. Jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling ganas. Rayap penyerang bangunan ini memerlukan kelembaban yang cukup tinggi untuk mempertahankan hidupnya. b) Microtermes inspiratus Kemner Microtermes inspiratus termasuk dalam keluarga Termitidae. Rayap ini banyak beradaptasi di daerah dataran rendah. Sarangnya terdapat dekat permukaan tanah pada pohon-pohon atau bangunan-bangunan dan mengandung dengan beberapa ruang yang berisi sisiran jamur, telur, nimpa dan tingkatan lain. c) Cryptotermes cynocepalus Light Cryptotermes cynocepalus termasuk dalam keluarga Kalotermitidae. Rayap jenis ini bersarang di dalam kayu mati yang kering hawa. Serangan rayap ini sulit dideteksi karena hidupnya terisolir dalam kayu. Kayu yang terserang rayap ini secara kasat mata masih utuh dan kuat serta mulus. Namun, jika permukaannya ditekan atau ditekuk akan terjadi kerusakan pada kayu dan terlihat keropos.
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi Jenis Rayap Rayap telah menghuni bumi ini sejak zaman Mesozoic. Jenis rayap beraneka ragam karena tingginya tingkat kemiripan antar jenis dalam masingmasing family. Membedakan rayap dengan serangga lain dapat dilakukan dengan pendalaman akan bentuk tubuh dan morfologinya. Secara morfologi tubuh rayap seperti halnya serangga lain terdiri dari tiga bagianyang disebut tagmata, yaitu tagmata kepala, thorak, dan abdomen. Pada tubuh rayap bagian antara bagian dada tempat melekatnya organ-organ gerak (kaki dan sayap) dengan bagian perut bergabung dengan ukuran yang hampir sama, rayap memiliki antena lurus dan berbentuk manik-manik.
Cara Penyerangan Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda depan. Menurut Nandika dkk (2003), rayap tanah mampu menyerang bangunan dengan berbagai cara antara lain: menyerang melalui kayu yang berhubungan dengan tanah. Masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan pondasi. Memperoleh akses masuk ke dalam bangunan rumah adalah permulaan serangan rayap. Pada rumah permanen, rayap tanah menyerang melalui retakan tembok, rongga lantai, dan pondasi. Rayap juga sering ditemukan melalui intalasi listrik dan intalasi air yang dapat langsung menuju objek sasaran (Rismayadi dan Arinana, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Teknik Pengendalian Rayap Strategi yang digunakan untuk perlindungan bangunan dari serangan rayap meliputi tindakan pencegahan
dan pembasmian serangan. Pada pencegahan
serangan rayap dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi yang tidak disukai rayap, penggunaan kayu awet atau diawetkan, membentuk penghalang kimia dan penghalang fisik. Pada pengendalian merupakan tindakan kuratif untuk menghilangkan dan melindungi bangunan yang telah terserang rayap. Pemilihan tindakan pengendalian memerlukan pemahaman yang baik terhadap karakteristik rayap yang menyerang bangunan, kondisi lingkungan, maupun kondisi bangunan yang terserang rayap itu sendiri (Nandika dkk, 2003)
Pra konstruksi Menurut Lippsmeier (1994), Tindakan ini dikatakan sebagai tindakan pencegahan, selain lebih murah juga lebih mudah dilakukan. Dengan upaya pencegahan, umur suatu bangunan akan lebih lama dan tahan terhadap serangan rayap. Berbeda dengan upaya pengendalian di mana komponen yang sudah rusak harus diganti dan kemungkinan untuk diserang kembali lebih besar. Ada beberapa kemungkinan tindakan pencegahan gangguan rayap tanah menurut Lippsmeier (1994), antara lain: a. Memperhitungkan bahaya rayap mulai tahap perancangan hingga detail pekerjaan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan pada perancangan, pemilihan lokasi, drainase efektif, pemisahan bangunan dari tanah dan yang paling efektif adalah dengan memasang merintang mekanis. b. Memakai bahan pelindung kimiawi
Universitas Sumatera Utara
c. Melakukan tindakan pencegahan pada waktu pembangunan. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, lokasi bangunan harus bersih dari sarang rayap, sisa-sisa akar, potongan kayu, kertas dan lain-lain. d. Menggunakan bahan bangunan yang tahan rayap. Antara lain dengan menggunakan kayu awet atau yang diawetkan. Kayu awet sangat sedikit jumlahnya. Menurut Nandika (2003) kayu ulin, merbau, sengon laut, kayu jati atau jati merupakan jenis kayu yang tahan terhadap serangan rayap. Menurut Nandika (2003) ancaman rayap bisa dicegah dengan teknologi anti rayap. Untuk memusnahkan rayap, dapat digunakan produk anti rayap yang menggunakan 0,5 gram Hexaflumuron. Dimana jika dikonsumsi (dimakan) rayap, saat 8 minggu kemudian terjadi penggantian kulit, namun kulit baru tidak terbentuk sehingga rayap mengalami dehidrasi. Tindakan yang umum dilakukan di Indonesia adalah tindakan pemberian bahan pengawet. Tindakan ini bertujuan untuk memperpanjang umur pakai kayu. Pengawetan kayu untuk perumahan dan gedung menurut SNI 03-5010.1-1999 adalah suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Kayu dalam kontruksi bangunan memiliki peranan besar dan banyak digunakan sebagai komponen utama. Penentuan mutu kayu bangunan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu umur pakai kayu, serangan rayap, serangan bubuk kayu dan kumbang, diameter kayu, barat jenis kayu, dan kemirinagn serat (Nuryawan dan Prasetyo, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Bahan-bahan pengawet kayu terdiri dari campuran dari bahan non-organik, tiosianat, arganofosfat, pyretroid dan campuran lain. Disamping bahan pengawet tersebut, formulasi baru sekarang ini diadopsi dari beberapa negara lain. Melalui Komisi Pengawas Pestisida (KOMPES) antara lain CCB, CCF, FCAP, BFCA (Rudi, 2002). Menurut Duljafar (1995), pengaplikasian bahan pengawet pada kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengawetan kayu tanpa tekanan (non pressure process) dan pengawetan kayu dengan tekanan (pressure process). Pengawetan kayu tanpa tekanan seperti pelaburan atau penyemprotan, pencelupan, perendaman dingin, dan perendaman panas-dingin. Sedangkan pengawetan dengan tekanan seperti proses vakum-tekan. Dengan vakum tekan retensi dan penetrasi bahan pengawet lebih dalam dan merata. Pasca konstruksi Prasetyo dan Yusuf (2004) menyatakan tindakan pasca konstruksi merupakan tindakan pengendalian. Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan rayap pada suatu bangunan untuk meminimalkan kerusakan dan membatasi ruang geraknya. Upaya pengendalian serangan rayap perlu memperhatikan karakteristik rayap yang menyerang, kondisi objek yang diserang, dan kondisi lingkungan sekitarnya. Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan antara lain: 1. Pemeriksaan areal, untuk mengetahui jenis rayap perusaknya dan cara menyerang sehingga diketahui lokasi dan teknik pengendalian yang tepat. 2. Perlakuan tanah (soil treatment), dengan memasukkan larutan termisida yang berdaya residual tinggi dengan injektor.
Universitas Sumatera Utara
3. Perlakuan pada pondasi bangunan. 4. Fumigasi, sangat efektif untuk membasmi jenis rayap kayu kering. 5. Perubahan struktur bangunan untuk menghilangkan sumber kelembaban. 6. Mengganti atau membakar kayu yang sudah rusak parah. Sedangkan teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan populasi (pengumpanan). Nandika dkk., (2003) menyatakan bahwa penekanan populasi rayap merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini. Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu sifat
tropolaksis
(saling
menjilat)
dan
grooming
(berkumpul)
dalam
mendistribusikan racun kepada seluruh anggota koloninya. Bahan aktif yang digunakan harus bersifat slow action. Dengan menggunakan termisida yang berefek lambat (slow action), rayap pekerja memakan dan memberi makan sekaligus meracuni koloninya tanpa sadar. Racun ini dapat menghentikan proses ganti kulit rayap yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaannya dan mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi koloni secara total. Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem injeksi (Nandika dkk, 2003). Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan
Universitas Sumatera Utara
pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Cara pengawetan kayu bangunan yang umum digunakan adalah vakumtekan, rendaman dingin dan rendaman panas dingin. Pengawetan secara vakumtekan dilakukan dengan pemberian vakum dan tekanan salama proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu bangunan. Pengawetan secara rendaman dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara rendaman panas-dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin. Bahan pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak seperti jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan (Aini, 2005).
Kerusakan Bangunan Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu pada bangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di beberapa
lokasi bangunan yang terserang di Kota Medan menunjukkan bahwa umumnya bangunan sangat rentan diserang oleh organisme perusak kayu. Nasution (2006), melaporkan bahwa serangan rayap pada perumahan di Kotamadya Medan terdapat 5 (lima) jenis yaitu : S. javanicus Kemner, M. inspiratus Kemner, C. curvignatus Kemner, M. givus Hagen, Macrotermes sp.
Universitas Sumatera Utara
Pada gedung bertingkat di Kota Medan Hakim, dkk (2006) menyatakan 73% gedung bertingkat di Medan terinfeksi oleh serangan rayap. Untuk 15 (lima belas) bangunan bersejarah di Kota Medan, Oki (2006) menghitung kerugian yang diakibatkan oleh rayap kayu kering sebesar Rp 9.865.926,37,- dan kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh rayap tanah adalah sebesar Rp 22.634.466,86,-. Berdasarkan penelitian Pusat Studi Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor (IPB), kerugian rata-rata per tahun yang disebabkan oleh rayap terhadap bangunan publik di Indonesia sekitar Rp 2,8 triliun per tahun. Dari nilai tersebut kerugian terbesar terjadi di Jakarta Rp 2,6 triliun (Tarumingkeng, 2003).
Pemetaan GIS Menurut Nuarsa (2005), GIS merupakan singkatan dari geographic information system atau sistem sinformasi geografis. GIS merupakan suatu alat yang dapat di gunakan untuk mengelola data yang bereferensi geografis. Data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan suatu kota dan lain sebagainya. Dengan banyak kemudahan metode pendekatan GIS dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran jenis rayap.
Universitas Sumatera Utara