4
TINJAUAN PUSTAKA
Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai mulai berbuah) dan padi kering (sejenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana padi sawah, padi kering dapat tumbuh hanya mengandalkan curah hujan) (Anonim, 2010). Salah satu teknologi inovasi yang belum optimal dimanfaatkan petani adalah varietas unggul baru (VUB).
Varietas unggul merupakan salah satu
teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dan atau ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik.
Sekitar 80 VUB yang
berkembang di petani saat ini, di antaranya paling luas areal pertanamannya yaitu IR64, Way Apoburu, Ciliwung, Memberamo, dan Ciherang. Varietas Way Apoburu yang dilepas pada tahun 1998 merupakan Varietas Unggul Baru yang penyebarannya terluas kedua (8.16%) setelah IR64 (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2008). Menurut Lesmana et al. (2004) Way Apoburu termasuk dalam padi varietas unggul yang dilepas pada tahun 1998 yang memiliki karakteristik diantaranya bentuk tanaman yang tegak, tinggi tanaman antara 105 – 113 cm, jumlah anakan produktif antara 15 – 18 batang, warna kaki dan batang hijau, warna telinga daun dan lidah daun tidak berwarna, muka daun kasar, posisi daun tegak, daun bendera tegak, panjang malai sekitar 21 – 24 cm, umur panen 105 – 125 hari dan produktivitasnya antara 5 – 8 ton/ha serta bobot 1000 butir antara 27 – 28 g.
Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman (Harjadi, 1996). Kegiatan pemupukan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi, waktu, dan cara aplikasinya. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga
5
diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur yang ditambahkan hanya yang dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang di dalam tanah. Konsentrasi, waktu dan cara pemberian harus tepat agar tidak merugikan dan merusak lingkungan akibat kelebihan konsentrasi dan salah satu dalam waktu dan cara aplikasinya (Soepardi, 1983). Menurut Siregar (1981), unsur hara yang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi yaitu N, P, dan K. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menjelaskan tujuan pemupukan untuk memperoleh produksi yang tinggi dan bernilai dengan memperbaiki penyediaan hara dengan memperhatikan atau memperbaiki kesuburan tanah tanpa merusak lingkungan. Unsur N utama adalah Urea (CO(NH2)2) yang mengandung 46% N. Urea dapat langsung dimanfaatkan tanaman, tetapi umumnya didalam tanah akan diubah menjadi ammonium dan nitrat melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi oleh bakteri tanah. Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan persenyawaan organik lainnya. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat (NO3-) atau garam ammonium (NH4+) (Rinsema, 1983). Memproduksi padi dengan hasil 6 ton/ha gabah, tanaman padi menyerap 100 kg N/ha. IRRI (2007) menyatakan fungi unsur N untuk tanaman padi yaitu mempercepat pertumbuhan, memperbesar ukuran daun, dan meningkatkan jumlah bulir per malai. Selain N, tanaman juga membutuhkan P dan K. Fosfor umumnya diserap tanaman dalam bentuk (H2PO4-) dan (HPO42-) dimana kemasaman tanah sangat menentukan rasio serapan
(H2PO4-) dan (HPO42-). IRRI (2007) menjelaskan
fungsi unsur P diperlukan bagi penyimpanan dan pengangkutan energi dalam tanaman. Unsur P bersifat mudah berpindah dalam tanaman dan mendorong pembentukan anakan, pertumbuhan akar, pembungaan awal, dan pemasakan. Fosfor diserap oleh tanaman dan didistribusikan ke tiap sel dalam tanaman (Rinsema, 1983). Untuk menghasilkan 6 ton gabah diperlukan 15.6 kg P/ha untuk diserap tanaman. Salah satu bentuk pupuk kalium adalah kalium chloride (Muriate of potash) yang mengandung 33 – 55.5% atau 40 – 61.5% K atau 40 – 61.5% K2O,
6
berbentuk kristal atau briket, berwarna merah muda, dan larut dalam air. IRRI (2007) menjelaskan unsur K diperlukan untuk memindahkan produk fotosintesis dalam tanaman. Kalium memperkuat dinding sel dan mendukung fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Unsur Kalium meningkatkan jumlah bulir per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir. Kalium dalam tanah terdapat dalam bentuk yang tersedia (K- dapat dipertukarkan; K dalam larutan tanah), lambat tersedia (terfiksasi dalam illit, biotit) dan yang sukar tersedia (feldspar, muskovit). Kalium dalam tanaman berperan dalam penebalan sel, fotosintesis, translokasi gula, reduksi nitrat dan aktivitas enzim (Rinsema, 1983). Pupuk Daun Menurut Sarief (1985), pemberian pupuk terhadap tanaman dapat dilakukan melalui media tanam yang akan diserap oleh akar maupun pemberian melalui daun dengan menggunakan pupuk daun. Pupuk daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan disemprotkan maupun dengan cara disiramkan pada tajuk tanaman agar langsung dapat menambahkan zat-zat yang dibutuhkan tanaman.
Lingga dan Marsono (2004) menyatakan
kelebihan dari pupuk daun, yaitu penyerapan hara berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan lewat akar. Akibatnya, tanaman akan cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak. Pada permukaan daun terdapat lapisan kutikula yang lebih berperan dalam mengontrol kehilangan air dan penyerapan hara yang diberikan melalui daun dibandingkan dengan stomata (Marschner, 1995). Mekanisme masuknya hara melalui daun berhubungan dengan proses membuka dan menutupnya stomata. Membukanya stomata merupakan proses yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Adapun tekanan turgor sebanding
dengan
kandungan
karbondioksida dari ruang di bawah stomata. Meningkatnya tekanan turgor akan membuka lubang stomata bersama-sama dengan masuknya air (Setyamidjaja, 1986). Lingga dan Marsono, (2009) menjelaskan meskipun pupuk daun mempunyai banyak kelebihan, tetap saja dalam penggunaannya masih terdapat kekurangan. Dengan mengetahui kekurangannya maka kita dapat lebih hati-hati dalam mengaplikasikannya. Adapun kekurangan dari pupuk daun sebagai berikut
7
(1) bila dosis pemupukannya salah (misalnya terlalu tinggi) maka daun akan rusak, terutama sering terjadi pada musim kering, (2) tidak semua pupuk daun dapat digunakan untuk tanaman yang langsung dikonsumsi seperti sayuran atau buah berkulit tipis. Akibatnya, kita harus lebih selektif memilih jenis pupuk daun yang diizinkan untuk tanaman tersebut, (3) biaya yang digunakan lebih mahal. Haryadi (1996) menambahkan bahwa pemberian pupuk lewat daun dapat segera diabsorpsi dan tanggapan tanaman dapat dilihat dalam dua hari, tetapi efek residu kurang, pemberian harus lebih sering dilakukan daripada pemberian lewat tanah. Menurut Tisdale et al., (1985) menyatakan
kelemahan dalam menggunakan
pupuk daun adalah dalam menentukan konsentrasi pemberian hara yang cukup tanpa menyebabkan plasmolisis dan tanpa pemberian dalam jumlah yang banyak, konsentrasi atau dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan keracunan.
Unsur Hara dalam Tanaman Leiwakabessy dan Sutandi (2004), proses absorpsi hara dari permukaan akar ke dalam tanaman membutuhkan energi yang besar dengan mekanisme yang kompleks. Dugaan yang diterima saat ini adalah masuknya ion ke dalam akar terjadi melalui tiga macam mekanisme yaitu pertukaran ion, difusi dan melalui kegiatan carrier atau senyawa-senyawa metabolik pengikat ion. Mekanisme yang pertama merupakan proses yang pasif, dan yang kedua (difusi) adalah transport aktif, dan merupakan transport masuknya ion ke dalam outer space atau free space (ruang luar dari akar) yaitu pada dinding epidermis dan sel korteks dari akar dan dalam film air yang melapisi rongga interseluler. Mekanisme yang ketiga yaitu kegiatan carrier merupakan transport aktif yang terjadi dalam inner space. Transport ini sifatnya selektif dalam absorpsi ion. Dengan demikian melalui mekanisme ini, tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk memilih unsur yang dibutuhkan dan yang berbahaya dapat disaring untuk tidak masuk ke dalam tanaman. Namun menurut Epstein (1972) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004), kesamaan sifat dari beberapa ion hara, mengakibatkan ion yang tidak dibutuhkan bahkan mungkin yang dapat meracuni tanaman, turut terbawa oleh carrier.
8
Dengan mekanisme transport ion oleh carrier ini, maka membran sel yang sebenarnya tidak permeabel terhadap ion tunggal menjadi mudah dilewati oleh kompleks ion-carrier. Setelah mencapai titik terjauh dalam membran, carrier melepaskan diri dan ion tadi meneruskan perjalanan dengan cara serupa di dalam tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Hubungan antara produksi dan kadar hara tanaman atau pemberian hara biasanya didasarkan pada satu, dua, atau tiga unsur hara yang divariasikan, sedangkan hara lainnya dianggap dalam kisaran yang cukup. Sudah lama diketahui bahwa kadar hara (bobot kering tanaman) berubah dengan nyata mengikuti umur tanaman (Rominger et al. 1975 dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004). Munson dan Nelson (1973) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menjelaskan pada tanaman padi, kacang tanah, kentang, dan okra kadar N dan K umumnya menurun cepat dengan umur, sedangkan kadar P berubah sedikit.