EMBRYO VOL. 6 NO. 2
DESEMBER 2009
ISSN 0216-0188
PAKET PEMUPUKAN PADI SAWAH VARIETAS IR 64 DI D.I. YOGYAKARTA Sutardi 1 , Mustika T 2 1 BPTP Yogyakarta 2 Jurusan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract The research aimed to study the influence in additionof Organic manure from Cattle, N package on the growth and yield of rice on IR 64 variety, carried out in Berbah, Sleman, from December 2005 to March 2006. The treatments were arranged in Randomize Completely Block Design (RCBD) with four blocks as replication. The treatment consist of combination between organic fertilizer (cattle fertilizer or fine compost), and N. Results of soil test showed that the area had low organic manure, and N level. The used of fertilizer packages which consisted of 10 ton/ha to 2.5 tons/ho fine compost combined with 350 kg/ha urea and 150 kg/ha applied in this research did not affect the growth and yield of rice. Keywords: Variety IR 64 , organic fertilizer, and anorganic fertilizer.
Pendahuluan Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan akan beras saat ini masih memiliki berbagai kendala. Persaingan penggunaan lahan pertanian akibat pengkonversiannya menjadi tempat pemukiman, bangunan industri dan keperluan lainnya mengakibatkan kepemilikan lahan semakin sempit, di Indonesia hal ini terjadi khususnya di Pulau Jawa (Nataatmadja et al., 1988 cit. Parwati et al., 1996). Kendala lain yang cukup penting yaitu besarnya biaya produksi pertanian yang tidak sebanding dengan hasil yang di dapat. Oleh karena itu, peningkatan produksi pangan khususnya beras perlu mendapat perhatian sesuai dengan pertambahan penduduk (Rasahan, 2000). Apabila angka pertumbuhan penduduk dan konsumsi beras masih tetap bertahap seperti sekarang, maka dalam 25 tahun mendatang IRRI (International rice Research Institute) memperkirakan Indonesia memerlukan tambahan produksi beras sebesar 38 %. Itu berarti untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk, produksi padi harus ditingkatkan hampir 20 juta ton lebih tinggi dari produksi yang dicapai saat ini sebesar 50 juta ton gabah kering (Anonim, 2000). Dalam upaya meningkatkan produksi pertanian, intensifikasi yang merupakan perbaikan terpadu pembudidayaan tanaman padi sawah merupakan prioritas utama (Soepartini et al., 1994). Penggunaan teknologi seperti varietas
unggul, pengendalian hama dan penyakit, pengairan dan pemupukan yang dikaitkan dengan kondisi spesifik lokasi perlu mendapat perhatian yang lebih serius (Husodo, 2002) dan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang sedang digalakan. Perimbangan pemupukan organik dan angorganik khususnya N merupakan salah satu unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman menyerap N dalam bentuk NO3- dan NH4+ yang sebagian besar melalui aliran massa yang terjadi akibat perbedaan potensial air. Dengen demikian ketersedian air tanah, konsentrasi N pada permukaan akar pengikat N pada tanah menggunakan pupuk organik untuk menyerap N merupakan foltor penting yang mempengaruhi penyerapan N. Pupuk N merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan peningkatan hasil dan mutu hasil pertanian kalau tidak berlebihan. Di persawahan, penggunaan lahan yang secara terus menerus untuk menanam padi telah mengakibatkan berkurangnya beberapa unsur hara dalam tanah seperti N yang kategari rendah yang setiap musim tanam diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif.. Untuk itu di beberapa daerah perlu dikaji kembali bagaimana pemupukan yang baik dan seimbang bagi kebutuhan tanaman dan perbaikan kondisi tanah (Abdullah et al., 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman tidak berbeda nyata antar perbandingan prosentase pupuk anorganik dari tingkat 40%, 30%, 20%, dan 10%.
154
Paket Pemupukan Padi ...
154 – 160
Pemberian pupuk kimia 40%, 30%, 20%, dan 10% dari dosis pupuk secara nasional 300 kg/Urea, 150 kg/SP-36, 150 Kg/KCl dan perimbangan pupuk organik 2,5 ton/ha dosis pupuk organik rekomendasi BPTP Yogyakarta berupa pupuk organik majemuk ternyata tidak berbeda nyata sehingga sudah dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Sutardi et al., 2003). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan paket pemupukan organik, pupuk kandang dan pupuk N untuk menentukan kebutuhan untuk tanaman padi untuk diperoleh pertumbuhan tanaman yang baik serta hasil yang maksimal. Bahan Dan Metode Penelitian disusun dengan menggunakan pola Rancangan Acak kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan berupa paket pemupukan pupuk kandang sapi, pupuk organik, pupuk urea yang terdiri dari empat blok sebagai ulangan. Penelitian dilakukan dilahan petani dengan luas plot 10 x 10 m2. Paket pemupukan sebagai perlakuan disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Paket Pemupukan sebagai perlakuan
yang
Bahan Paket Kandang Pemupukan (ton/ha) A (P3515) 10 B (P3575) 10 C (P2515) 10 D (P2575) 10 Pupuk organik (ton/ha) E (O3515) 2,5 F (O3575) 2,5 G (O2515) 2,5 H (O2575) 2,5 * sesuai yang dilakukan petani (kontrol)
digunakan
(Sutardi, Mustika T)
maksimum. Data tinggi tanaman dan jumlah ankan per rumpun diambil dari tanaman yang telah ditandai secara tetap. Setiap petak diambil 5 tanaman sampel dari 5 titik pengamatan. Komponen hasil meliputi parameter berat 1000 butir gabah, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per rumpun, presentase gabah hampa, presentase anakan produktif dan hasil panen (ubinan). Pengambilan data dilaksanakan saat tanaman berumur 115 hst atau saat panen. Petak produksi merupakan petak ubinan berukuran 2,5 m x 2,5 m2 yang letaknya ditengah petak perlakuan. Analisis pertumbuhan tanaman terdiri dari parameter indeks luas daun, laju asimilasi bersih, dan laju pertumbuhan tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam rancangan acak kelompok lengkap dengan taraf lepercayaan 5%. Kemudian dilanjutkan uji kontras ortoghonal dengan taraf kepercayaan 5%. Hasil Dan Pembahasan 1. Pupuk organik Paket pemupukan yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini menggunakan dua macam pupuk organik yaitu pupuk kandang sapi dan pupuk kandang olah. Tabel 2. Kandungan hara pupuk kandang sapi dan pupuk kandang olah
N (kg) 350 350 250 250
Pupuk kandang sapi 8,42
Pupuk kandang olah 5,26
N total (%)
1,84
2,98
P2O5 (%)
1,21
2,20
K2O (%)
1,10
1,53
Variabel C/N
350 350 250 250
Penelitian dilakukan di empat lokasi sebagai ulangan pada MH 2006. Pada percobaan dilakukan pengamatan yang dilakukan meliputi: komponen pertumbuhan tajuk yaitu parameter yang diamati berupa tinggi tanman dan jumlah anakan perumpun. Pengambilan data dilakukan setiap dua minggu sekali mulai tanaman berumur 2 minggu sampai berumur 80 hari atau masa vegetatif
Pupuk kandang olah merupakan pupuk kandang atau kotoran hewan yang diolah lebih lanjut dengan menggunakan biostarter berupa koloni bakteri pengurai. Pengolahan ini memberikan beberapa keuntungan antara lain, terdekomposisi dengan lebih baik serta dapat menghilangkan kelemahan dari pupuk kandang antara lain tidak merusak atau melanaskan tanaman, tidak menimbulkan bau menyengat serta bebas bakteri pathogen dan biji gulma. Selain itu pupuk kandang olah memiliki unsur
155
EMBRYO VOL. 6 NO. 2
DESEMBER 2009
hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang sapi (Tabel 2 ), sehingga untuk memenuhi kebutuhan tanaman padi dapat diberikan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk kandang sapi. 3. Pertumbuhan dan hasil tanaman padi Penggunaan pupuk kandang tidak menunjukkan adanya perbedaan indeks luas daun dibandingkan dengan pupuk kandang olah (Tabel 3). Namun demikian, penggunaan pupuk kandang olah ternyata mampu meningkatkan laju asimilasi bersih dibandingkan pupuk kandang. Laju pertumbuhan nisbi tanaman dan berat kering tajuk tidak menunjukkan adanya perbedaaan antara penggunaan pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk kandang olah. Penggunaan pupuk kandang tidak menunjukkan perbedaan tinggi tanaman dan jumlah anakan dibandingkan penggunaan pupuk kandang olah baik pada tanaman berumur 80 hst, maupun tanaman berumur 115 hst. Penggunaan pupuk kandang tidak menunjukkan adanya perbedaan pada parameter hasil berupa jumlah malai per rumpun sehingga persentase anakan produktif juga tidak menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan penggunaan pupuk kandang olah. Panjang malai tidak menunjukkan adanya perbedaan antara penggunaan pupuk kandang dibandingkan pupuk kandang olah, hal ini menyebabkan jumlah gabah per malai juga tidak menunjukkan adanya perbedaan pengaruh seperti tampak pada Tabel 3. Penggunaan pupuk kandang juga tidak menunjukkan adanya perbedaan pada GIR dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang olah, sehingga berat 1000 butir serta serta hasil gabah panen juga tidak menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan penggunaan pupuk kandang olah. Sedangkan untuk parameter indeks panen penggunaan pupuk kandang ternyata meningkatkan indeks panen dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang olah. Pemberian materi organik baik berupa pupuk kandang maupun kotoran hewan yang sudah difermentasikan memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan tempat tumbuh tanaman. Pemberian materi organik di lahan persawahan memberikan beberapa keuntungan antara lain memperbaiki tekstur tanah, menyediakan nutrien, meningkatkan kesehatan tanaman, serta menunjang aktivitas mikroba
ISSN 0216-0188
dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman. Materi organik memungkinkan pebentukan agregat atau granulasi tanah, permeabilitas dan porositas pada tanah liat yang meningkat. Granulasi yang terbentuk dapat memperbaiki daya ikat hara dan air tanah (Zubair et al, 1997). Pemberian bahan organik sangat berperan dalam efisiensi penyerapan hara oleh tanaman karena meningkatkan nilai KTK (kapasitas tukar kation), nilai KTK yang tinggi akan mempermudah tanaman dalam menyerap unsur hara dalam tanah. Bahan organik juga dapat meningkatkan daya sangga (buffer) tanah sehingga tanaman dapat terhindar dari beberapa tekanan seperti keracunan hara (Zubair et al., 1997). Penggunaan pupuk kandang olah yang dibuat menggunakan biostarter berupa koloni bakteri diduga mampu memberikan suplai bahan organik dengan kualitas yang lebih baik, serta lebih banyak menambah suplai unsur hara dibandingkan dengan pupuk kandang. Pupuk kandang olah mengandung nitrogen, phospor dan kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang sapi, seperti tampak pada Tabel 2, sehingga dengan penggunaan ¼ dari takaran penggunaan pupuk kandang diduga sudah mampu memenuhi kebutuhan tanaman terhadap bahan organik. Pupuk kandang olah juga memiliki nisbah C/N yang lebih rendah sehingga bahan organik yang telah terurai lebih banyak yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Proses fermentasi dengan koloni bakteri juga membuat kotoran hewan terdekompoisi dengan lebih baik serta dapat menghilangkan kelemahan dari pupuk kandang antara lain bebas bakteri pathogen dan gulma. Hal tersebut tampak dari petak-petak yang diberi perlakuan pupuk kandang cenderung memiliki gulma yang lebih banyak dibanding dengan petak yang diberi pupuk organik. Gulma yang tampak berupa gulma rumputan yang biasa diambil untuk pakan ternak. Penggunaan pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha tidak menunjukkan perbedaan pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang olah dengan dosis 2,5 ton/ha. Analisis kontras juga dilakukan pada penggunaan pupuk urea dengan dosis 350 kg/ha dibandingkan dengan 250 kg/ha dalam kombinasi dengan penggunaan pupuk kandang seperti tampak pada Tabel 4. Penggunaan urea
156
154 – 160
dengan dosis 350 kg/ha tidak menunjukkan adanya perbedaan ILD dibandingkan dengan penggunaan urea dosis 250 kg/ha. Demikian pula halnya dengan LAB juga tidak menunjukkan adanya perbedaan antara penggunaan urea dosis 350 kg/ha dibandingkan dengan 250 kg/ha. Hal ini meyebabkan LPN dan BKT juga tidak menunjukkan adanya perbedaan antara penggunaan urea dosis 350 kg/ha dibandingkan dengan 250 kg/ha.
Urea dengan dosis 350 kg/ha ternyata mampu meningkatkan tinggi tanaman secara nyata dibandingkan dengan urea dosis 250 kg/ha baik pada umur 80 hst dan 115 hst dalam kombinasi dengan penggunaan pupuk kandang seperti tampak pada Tabel 4. Namun pada parameter jumlah anakan, penggunaan pupuk urea pada dosis 350 kg/ha, tidak menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan penggunaan pupuk urea pada dosis 250 kg/ha dalam kombinasi dengan penggunaan pupuk kandang. Parameter jumlah malai per rumpun tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata antara penggunaan urea dengan dosis 350 kg/ha dibandingkan dengan penggunaan urea dosis 250 kg/ha.dalam kombinasi dengan pupuk kandang seperti tampak pada Tabel 5. Demikian pula halnya dengan parameter persentase anakan produktif, pnjang malai, jumlah gabah per malai serta persentase gabah isi, tidak menunjukkan adanya perbedaan antara penggunaan urea dengan dosis 350 kg/ha dibandingkan dengan penggunaan urea dosis 250 kg/ha, dalam kombinasi dengan pupuk kandang. Pupuk buatan sumber unsur nitrogen diberikan dalam bentuk urea yang merupakan bentuk amonium, hal ini karena amonium tidak akan teroksidasi meski di lingkungan tergenang selama tetap dalam lingkungan tanah yang direduksi. Amonium dapat diadsorbsi pada tempat pertukaran dan cepat digunakan oleh tanaman. Namun demikian kehilangan tetap dapat terjadi apabila amonium tereduksi ke atas dan teroksidasi menjadi nitrat. Nitrat dalam kondisi tergenang dapat berdifusi ke atas dan direduksi menjadi N2 sedangkan bila terdifusi ke bawah akan hilang dalam bentuk dinitrogen karena mengalami denitrifikasi dan hilang dari tanah. Oleh karena itu pemberian pupuk urea dilakukan beberapa tahap, pada awal tanam
(Sutardi, Mustika T)
pada umur 15 hst dan 30 hst masing masing 1/3 dosis totalnya. Penggunaan dua taraf dosis urea tidak menunjukkan adanya perbedaan pada parameter pertumbuhan kecuali pada parameter tinggi tanaman. Penggunaan urea dengan dosis 350 kg/ha mampu meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan penggunaan urea dosis 250 kg/ha pada penggunaan pupuk kandang (Gambar 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada fase vegetatif tanaman membutuhkan banyak unsur nitrogen terutama untuk meningkatkan tinggi tanaman. Nitrogen pada fase vegetatif dibutuhkan untuk pembentukan protein yang tinggi untuk perluasan daun, penambahan tinggi tanaman dan persiapan bagi fase reproduktif. Penggunaan pupuk kandang diduga tidak banyak mensuplai nitrogen, oleh karena itu diperlukan tambahan urea dengan dosis yang lebih tinggi, dan urea 350 kg/ha ternyata meningkatkan tinggi tanaman dibanding dosis 250 kg/ha. Tinggi tanaman selain dipengaruhi oleh pasokan hara juga terkait dengan faktor lingkungan seperti cahaya matahari, dan ketinggian air selama masa tanam. Salah satu indikasi pertumbuhan pada fase vegetatif adalah dengan pertambahan jumlah anakan tanaman padi. Anakan pada tanaman padi muncul pada batang utama mulai minggu pertama dan mencapai mencapai maksimum pada minggu ke-6 setelah tanam lalu menurun hingga minggu ke-12 seperti pada Gambar 1.
Jumlah anakan
Paket Pemupukan Padi ...
35 30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
Pengam atan
Gambar 1. Penambahan jumlah anakan pada berbagai perlakuan paket pemupukan.
Penurunan jumlah anakan terjadi karena anakan yang lemah dan tidak produktif akan banyak
157
EMBRYO VOL. 6 NO. 2
DESEMBER 2009
ISSN 0216-0188
Tabel 3. Pengaruh penggunaan pupuk organik berupa pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk kandang olah terhadap parameter pertumbuhan dan hasil padi pada analisis kontras. Parameter ILD (80 hst) LAB LPN BKT Tinggi tanaman 1. 80 hst 2. 115 hst Jumlah anakan 1. 80 hst 2. 115 hst
ABCDE vs FGHI 1,53a 1,52a 0,70b 0,79a a 0,69 0,77a a 47,03 46,20a 68,81a 105,81a
69,09a 106,16a
26,86a 17,63a
25,99a 16,70a
Parameter JMP Anakan produktif (%) Panjang malai JGM GIR (%) 1000 BT Indeks panen Hasil gabah panen
BCDE vs FGHI 16,23a 15,55a 53,05a 53,40a a 27,69 27,80a a 106,76 107,83a a 75,37 76,96a a 26,18 25,96a a 2,19 2,12b a 8,33 8,42a
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama dalam baris pada masing-masing parameter, tidak berbeda nyata dalam uji kontras pada taraf 0,05
Notasi A B C D
Perlakuan Pupuk organik Urea (ton/ha) (kg/ha) 10 350 10 350 10 250 10 250
Notasi E F G H
Perlakuan Pupuk Urea organik (kg/ha) 2,5 350 2,5 350 2,5 250 2,5 250
Keterangan :
1. 2.
PK PO
= =
Pupuk kandang Pupuk kandang olah
Tabel 4. Pengaruh penggunaan pupuk urea dengan dosis 350 kg/ha dibandingkan 250 kg/ha terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi, pada analisis kontras pada paket pemupukan kombinasi dengan pupuk kandang. Parameter ILD (80 hst) LAB LPN BKT Tinggi tanaman 1. 80 hst 2. 115 hst Jumlah anakan 1. 80 hst 2. 115 hst
ABs CD 1,51a 0,65a 0,69a 49,44a
1,55a 0,68a 0,70a 44,62a
70,77a 107,34a
66,85b 104,27b
27,75a 18,75a
25,98a 16,50a
Parameter JMP Anakan produktif (%) Panjang malai JGM GIR (%) 1000 BT Indeks panen Hasil gabah panen
ABs CD 17,15a 15,30a 54,05a 52,06a a 27,81 27,56a a 104,80 108,72a a 73,99 75,84a 25,84b 25,98a a 2,19 2,19a a 8,31 8,34a
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama dalam baris pada parameter, tidak berbeda nyata dalam uji kontras pada taraf 0,05 Perlakuan Notasi A B C D
Pupuk Kandang (ton/ha) 10 10 10 10
Urea (kg/ha) 350 350 250 250
158
Paket Pemupukan Padi ...
154 – 160
(Sutardi, Mustika T)
Tabel 5. Pengaruh penggunaan pupuk urea dengan dosis 350 kg/ha dibandingkan 250 kg/ha terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi, menurut analisis kontras pada paket pemupukan kombinasi dengan pupuk kandang olah. Parameter ILD (80 hst) LAB LPN BKT Tinggi tanaman 1.80 hst 2.115 hst Jumlah anakan 1.80 hst 2.115 hst
1,45a 0,83a 0,78a 47,60a
EFs GH 1,60a 0,71a 0,76a 44,80a
68,07a 104,86a
70,10a 107,46a
26,55a 16,18a
25,43a 17,23a
Parameter JMP Anakan produktif (%) Panjang malai JGM GIR (%) 1000 BT Indeks panen Hasil gabah panen
15,93a 53,23a 27,68a 106,69a 77,18a 26,40a 2,18a 8,32a
EFs GH 15,18a 53,56a 27,91a 108,97a 77,27a 25,87a 2,15a 8,45a
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama dalam baris pada masing-masing parameter, tidak berbeda nyata dalam uji kontras pada taraf 0,05
Perlakuan Notasi E F G H
Pupuk organik (ton/ha) 2. 5 2.5 2.5 2.5
Urea (kg/ha) 350 350 250 250
yang hilang atau mati akibat saling menaungi, persaingan antar anakan maupun kekurangan unsur hara terutama nitrogen seiring dengan pertambahan umur dan perkembangan tanaman. Peningkatan pemberian nitrogen dapat pula meningkatkan jumlah anakan Penggunaan urea dengan dosis 350 kg/ha tidak menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan penggunaan urea dosis 250 kg/ha pada paket pemupukan kombinasi dengan penggunaan pupuk kandang pada parameter pertumbuhan maupun hasil tanaman padi. Analisis kontras yang dilakukan pada kelompok perlakuan yang menggunakan urea dengan dosis 350 kg/ha dibandingkan dengan dosis 250 kg/ha dalam kombinasi dengan pupuk kandang olah tidak menunjukkan adanya perbedaan pada parameter indeks luas daun seperti tampak pada Tabel 5 Demikian pula dengan parameter pertumbuhan yang lain seperti laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan nisbi, berat kering tajuk, tinggi tanaman serta jumlah anakan juga tidak menunjukkan adanya perbedaan antara penggunaan urea dengan dosis 350 kg/ha dibandingkan dengan dosis 250 kg/ha dalam kombinasi dengan pupuk kandang olah.
Seperti tampak pada Tabel 5, penggunaan urea dengan dosis 350 kg/ha tidak menunjukkan adanya perbedaan pada jumlah malai per rumpun dibandingkan dengan penggunaan urea dosis 250 kg/ha dalam kombinasi dengan pupuk kandang olah, sehingga persentase anakan produktif juga tidak menunjukkan adanya perbedaan. Panjang malai tidak menunjukkan adanya perbedaan antara penggunaan urea dengan dosis 350 kg/ha dibandingkan dengan penggunaan urea dosis 250 kg/ha dalam kombinasi dengan pupuk kandang olah. hal ini menyebabkan jumlah gabah per malai juga tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata. Penggunaan urea dengan dosis 350 kg/ha tidak menunjukkan adanya perbedaan persentase gabah isi per rumpun dibandingkan dengan penggunaan urea dosis 250 kg/ha dalam kombinasi dengan pupuk kandang olah. hal ini menyebabkan berat 1000 butir serta indeks panen juga tidak menunjukkan adanya perbedaan pengaruh. Sehingga penggunaan urea dengan dosis 350 kg/ha juga tidak menunjukkan adanya perbedaan pengaruh terhadap hasil gabah panen dibandingkan dengan dosis 250 kg/ha dalam kombinasi dengan pupuk kandang olah.
159
EMBRYO VOL. 6 NO. 2
DESEMBER 2009
Penggunaan pupuk kandang olah pada salah satu kelompok paket pemupukan diduga telah mensuplai unsur nitrogen lebih banyak dibandingkan dengan pupuk kandang sehingga pada kelompok ini, penggunaan urea baik dengan dosis 350 kg/ha maupun dosis 250 kg/ha tidak menunjukkan perbedaan baik pada parameter pertumbuhan maupun hasil tanaman padi.
ISSN 0216-0188
Produsen. Dalam Prosiding Lokakarya Pemupukan Berimbang, Lembaga Pupuk Indonesia, Jakarta, 5 – 18 Parwati, U.U., Soemantri dan Soemartono. 1996. Efisiensi pemupukan nitrogen dan penggenangan pada pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.). BBPS-UGM IX(3) : 305 – 317
Kesimpulan Paket pemupukan yang di ujicobakan, yang terdiri dari kombinasi pupuk organik berupa pupuk kandang dan pupuk kandang olah dengan pupuk buatan berupa urea dengan dosis 350 kg/ha dan 250 kg/ha ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan pada parameter pertumbuhan dan hasil. Rata-rata produksi penggunaan pupuk kandang 10 dan organik 2.5 ton/ha serta pemupukan Urea 350 dan 250 kg/ha dapat mencapai 8 ,31 – 8,45 ton/ha. Daftar Pustaka Anonim. 2000. Pedoman Pengolahan program IP padi 300 Spesifik Lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. BPTP Ungaran dan IP2TP Yogyakarta. 39p Abdullah, S., I, Syamsiah., A, Taher dan M, Jamalin. 2000. Teknologi Shafter pada Padi Sawah. BPTP. Sukarami. 25p Husodo, S.Y. 2002.Pemupukan Berimbang, Produktivitas Padi Nasional Dan Perlindungan terhadap Petani
Rasahan, C.A. 2000. Pertanian dan Pangan: Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Awal abad 21 (Sebuah Pengalaman). Pustaka Sinar harapan. Jakarta. 297p Soepartini, M., Nurjaya., A, Kasno., Sardjakusumah., Moersidi dan S.Adiningsih. 1994. Status hara P dan K serta sifat-sifat tanah sebagai penduga kebutuhan pupuk padi sawah di Pulau Lombok. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk (12) : 23 – 35 Sutardi., A. Musofie dan Soeharsono. 2008. Peran Peternakan untuk mendukung produk organik. Dalam Paket Teknologi Rekomendasi BPTP Yogyakarta. 1-10 Zubair A., W.S Ardjasa, Agusni dan Sarno. 1997. Pengaruh pemberian pupuk anorganik (urea) dan organik terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Jurnal Tanah Tropika (4):133-137
160