ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 EVALUASI ADAPTASI GENOTIP PADI SAWAH DATARAN TINGGI DAN UJI PAKET PEMUPUKAN DI DATARAN TINGGI BANJARNEGARA DAN WONOSOBO Oleh: Dyah Susanti, Agus Riyanto, Teguh Widiatmoko Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderala Soedirman ABSTRAK
Salah satu faktor pembatas produksi padi sawah dataran tinggi adalah kondisi agroklimat spesifik meliputi suhu rendah, curah hujan relatif tinggi, ketersediaan air tanah yang rendah, fotoperiodisasi panjang dan kelembaban udara yang tinggi. Oleh karenanya perakitan padi sawah di dataran tinggi diarahkan pada terbentuknya tanaman padi toleran suhu rendah, efisien dalam pemanfaatan air dan cahaya matahari, tahan kelembaban tinggi serta tahan hama-penyakit sehingga mampu menghasilkan dalam waktu singkat (umur genjah) dan memiliki potensi hasil tinggi. Permasalahan lain yang dihadapi pada budidaya padi sawah dataran tinggi adalah tingkat kesuburan kimia tanah yang rendah dan tingkat kemasaman tanah yang tinggi. Kajian tentang adaptasi galur/varietas serta teknologi pemupukan yang optimal bagi daya hasil da kegenjahan varietas padi di dataran tinggi perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah 1) melakukan evaluasi adaptasi galur-galur dan varietas padi sawah dataran tinggi berdasarkan keragaan awal fase vegetatif; 2) melakukan kajian adaptasi varietas dan galur-galur padi sawah dataran tinggi berdasarkan keragaannya di dataran tinggi Banjarnegara dan Wonosobo; dan 3) mengidentifikasi ketersediaan hara dan tingkat pemupukan yang optimum bagi pertumbuhan dan hasil varietas dan galur-galur padi sawah dataran tinggi di Banjarnegara dan Wonosobo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : a) terdapat galur-galur adaptif dataran tinggi berdasarkan keragaan awal fase vegetatif, diantaranya IR 77298-12-7-25-7, IR 77298-12-7-17-25, b) belum diperoleh hasil evaluasi adaptasi galur-galur berdasarkan keragaannya di dataran tinggi Banjarnegara dan Wonosobo c) tidak ada perbedaan antar paket pemupukan yang dicoba terhadap pertumbuhan vegetatif varietas-varietas yang dicoba. Kata kunci: genotip padi sawah, dataran tinggi, Wonosobo, Banjarnegara, pupuk.
ABSTRACT
One factor limiting the production of lowland rice fields in highland are specific agro-climate conditions include low temperatures, relatively high rainfall, low soil water availability, long photoperiodism and high humidity. Therefore assembly lowland rice in upland aimed at the formation of low temperature tolerant rice, efficient utilization of water and sunlight, high humidity resistance and pest-disease resistant, so they can produce in a short time and has high yield potential. Another problem faced in lowland rice cultivation in upland is the chemical soil fertility levels are low and the level of high soil acidity. It is necessary to study the adaptation of lines/varieties and technologies of optimal fertilization in order to shorten age and increase yield rice in highlands. The purpose of this study were 1) to evaluate adaptation of lowland lines in highland based on performance of early vegetative phase; 2) to study the adaptation of lowland rice lines to highland based on their agronomic performance in Banjarnegara and Wonosobo plateau, and 3) to identify nutrients availability and fertilization technology for optimum growth and yield of lowland varieties in Banjarnegara and Wonosobo plateau. The results of this research showed that : a) there were some lines which adaptive to highland based on early vegetative phase performance, including IR 77298-12-7-25-7 and 77298-12-7-17-25; b) determining the adaptation of lowland rice lines in Banjarnegara and Wonosobo plateau could not be concluded yet, and c) there was not any difference influence between fertilization package that attempted to vegetative growth of observed varieties. Key words: lowland rice genotype, highland, Wonosobo, Banjarnegara, fertilizer.
51
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 et al., 1993). Dari lahan seluas tersebut
PENDAHULUAN Padi memegang peranan penting dalam
mendukung
nasional
dan
ketahanan
pemberdayaan
dilaporkan baru 0,50 juta hektar yang
pangan
dimanfaatkan untuk lahan sawah dengan
ekonomi
rata-rata hasil padi berkisar 2,5 – 5,0
rumah tangga petani. Oleh karenanya,
ton/ha (Harahap et al., 1993).
peningkatan produksi padi merupakan
Pengembangan tinggi
padi
sawah
tuntutan yang tidak bisa dielakkan. Tahun
dataran
2007, produksi padi nasional mencapai
Beberapa faktor pembatas produksi padi
57,05 juta ton gabah kering giling, dengan
sawah
luas panen 11,97 juta ha dan produktivitas
agroiklim spesifik meliputi suhu rendah,
4,89 ton/ha (Deptan, 2009). Padi sawah
curah hujan relatif tinggi, ketersediaan air
masih mendominasi kontribusi terhadap
tanah yang rendah, fotoperiodisasi panjang
produksi padi nasional 54,11 juta ton.
dan kelembaban udara yang tinggi.
dataran
menghadapi
di
tinggi
kendala.
adalah
kondisi
Berdasarkan angka tersebut terlihat bahwa
Suhu rendah dilaporkan Shimono et
peningkatan produksi padi masih terfokus
al. (2005) telah menyebabkan kehilangan
pada padi sawah. Akan tetapi, produksi
hasil padi sebanyak 0,37 juta kilogram
padi sawah menghadapi beberapa kendala.
gabah atau setara dengan 15% dari total
Kendala
produksi
padi
sawah
kehilangan hasil yang terjadi di Jepang.
meliputi konversi lahan sawah menjadi
Suhu
fungsi lainnya (Soedjana, 2005), pencucian
menghambat
lahan sawah produktif (Zen et al., 2002),
memperlambat pertumbuhan bibit, dan
serta
menghambat
adanya
kendala-kendala
abiotik
rendah
juga
dilaporkan
dapat
perkecambahan, pembentukan
anakan.
terkait agroiklim maupun kendala biotik.
Sedangkan suhu malam yang rendah pada
Oleh karena itu, upaya alternatif terhadap
saat fase reproduktif dapat menyebabkan
peningkatan produksi padi pada lahan
penundaan waktu berbunga, eksersi malai
sawah
untuk
yang tidak normal, degradasi ujung malai,
memecahkan masalah kestabilan produksi
kehampaan malai, waktu matang yang
padi nasional dan ketahanan pangan.
tidak
masih
diperlukan
Dataran tinggi merupakan salah satu potensi
yang
dapat
dijadikan
upaya
seragam,
penuaan
daun
mempercepat atau
proses
senesen
dipercepat (Hamdani, 1979).
yang
Harahap
alternatif bagi pengembangan areal tanam
(1979) juga menyebutkan bahwa malai
padi sawah. Luas lahan dataran tinggi
tanaman dapat mengalami kehampaan
dengan kemiringan lebih besar dari 15%
akibat mendapatkan cekaman suhu rendah
diperkirakan sekitar 25,5 juta hektar (Las 52
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 pada saat fase bunting, atau pada fase awal
dan tingkat kemasaman tanah yang tinggi
pembungaan.
(Dent, 1980). Oleh karenanya diperlukan
Pemecahan masalah akibat suhu
kajian
tentang
pengaruh
pemupukan
rendah di dataran tinggi dapat dilakukan
terhadap daya hasil varietas padi dataran
dengan penggunaan varietas toleran suhu
tinggi.
rendah. Saat ini petani dataran tinggi telah
Tujuan dari penelitian ini adalah 1)
menggunakan varietas lokal yang toleran
melakukan kajian adaptasi varietas dan
suhu rendah. Akan tetapi varietas lokal
galur-galur padi sawah dataran tinggi
memiliki daya hasil rendah, berumur
berdasarkan keragaan awal fase vegetatif;
panjang, dan kualitas hasil rendah. Hal
2) melakukan kajian adaptasi varietas dan
tersebut menyebabkan produktivitas lahan
galur-galur padi sawah dataran tinggi
sawah di dataran tinggi menjadi rendah.
berdasarkan keragaannya di dataran tinggi
Oleh karena itu diperlukan perbaikan
Banjarnegara
varietas padi sawah untuk dataran tinggi.
3) mengidentifikasi ketersediaan hara dan
dan
Wonosobo;
dan
Upaya perakitan varietas padi di
tingkat pemupukan yang optimum bagi
Indonesia ditujukan untuk menciptakan
pertumbuhan dan hasil varietas dan galur-
varietas yang berdaya hasil tinggi dan
galur
sesuai dengan kondisi ekosistem, selain
Banjarnegara dan Wonosobo.
padi
sawah
dataran
tinggi
di
sesuai dengan kondisi sosial, budaya, serta minat masyarakat (Susanto et al., 2003).
METODE PENELITIAN
Perakitan padi sawah di dataran tinggi
Evaluasi Adaptasi Varietas Padi Sawah Dataran Tinggi pada Awal Fase Vegetatif
diarahkan pada terbentuknya tanaman padi toleran
suhu
rendah,
efisien
dalam
pemanfaatan air dan cahaya matahari, tahan kelembaban tinggi serta tahan hamapenyakit, sehingga mampu menghasilkan dalam waktu singkat (umur genjah) dan memiliki potensi hasil tinggi. Saat ini telah dilakukan perakitan padi sawah dataran tinggi dan telah diperoleh galur-galur yang perlu
dievaluasi
adaptabilitasnya.
Permasalahan lain yang dihadapi pada budidaya padi sawah dataran tinggi adalah tingkat kesuburan kimia tanah yang rendah
Percobaan
menggunakan
growth
chamber dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi, Fakultas Pertanian UNSOED. Percobaan dilakukan
selama
1
bulan.
Materi
percobaan meliputi galur-galur padi yang diperoleh dari
koleksi Laboratorium
Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi, Fakultas
Pertanian,
Univ.
Jenderal
Soedirman dan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi BB Padi), Sukamandi.
53
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 Percobaan disusun berdasarkan rancangan
umur
augmented (augmented design) dengan
komponen hasil dan hasil. Data dianalisis
4 ulangan. Faktor yang dicoba meliputi
menggunakan prosedur analisis data untuk
108 galur/varietas padi yang ditumbuhkan
rancangan augmented design (Petersen,
pada suhu 15oC dan kelembaban udara
1994). Berdasarkan hasil analisis akan
80%. Variabel yang diamati meliputi daya
dipilih varietas yang adaptif dan sepuluh
kecambah benih, bobot kering kecambah
persen galur terbaik dari masing-masing
dan panjang plumula. Data dianalisis
famili.
menggunakan sidik ragam. Jika nyata
Identifikasi Ketersediaan Hara dan Tingkat Pemupukan yang Optimum bagi Pertumbuhan dan Hasil Varietas padi Sawah Dataran Tinggi di Banjarnegara dan Wonosobo
dilanjutkan
dengan
uji
Beda
Nyata
Terkecil (BNT). Studi Adaptasi Varietas dan GalurGalur Padi Sawah Dataran Tinggi Berdasarkan Keragaannya di Dataran Tinggi Banjarnegara dan Wonosobo Percobaan Banjarnegara
di
Kabupaten
dilaksanakan
di
Desa
Gunung Langit, Kec. Kalibening dengan ketinggian
tempat
permukaan
laut
1100 (dpl)
m dan
di di
atas Kab.
Wonosobo dilaksanakan di Desa Sendang Sari, Kec. Garung (1000 m dpl). Percobaan telah berlangsung selama bulan. Materi percobaan meliputi galur-galur padi yang diperoleh dari
koleksi Laboratorium
Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi, Fakultas
Pertanian,
Univ.
Jenderal
Soedirman dan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi BB Padi), Sukamandi. Galur-galur disusun berdasar augmented design (Petersen, 1994). Variabel yang diamati meliputi pengamatan terhadap normalitas
pertumbuhan
tanaman.
Berdasarkan ada tidaknya gejala ujung daun menguning, normalitas eksersi malai, 54
berbunga,
dan
Percobaan Banjarnegara
fertilitas
di
malai,
Kabupaten
dilaksanakan
di
Desa
Gunung Langit, Kec. Kalibening dan di Kab. Wonosobo dilaksanakan di Desa Sendang Sari, Kec. Garung. Percobaan telah berlangsung selama 3 bulan. Materi percobaan meliputi varietas unggul padi sawah yang dianjurkan untuk dataran tinggi (Aek Sibundong, Batang Piaman, Cibogo, Diah Suci, Kahayan dan Sarinah) dengan kultivar lokal yang diperoleh dari lokasi
setempat
(Banjarnegara:
sebagai kultivar
pembanding Dekor
dan
Mencrit; Wonosobo : Adil). Percobaan disusun berdasarkan
Rancangan Acak
Lengkap , diulang 3 kali.
Faktor yang
dicoba: 1) Tujuh varietas padi sawah dataran
tinggi
pemupukan.
dan
Variabel
meliputi
kandungan
karakter
agronomik.
2)
tiga
yang hara Data
dosis diamati
tanah
dan
dianalisis
menggunakan sidik ragam. Jika nyata
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan
77298-12-7-25-7 (69%) dan IR 77298-12-
5%.
7-17-25 (65%), tujuh galur dengan daya kecambah lebih dari 10%, dan 99 galur
HASIL DAN PEMBAHASAN
lainnya memiliki daya kecambah kurang
Adaptasi Varietas Padi Sawah Dataran Tinggi berdasarkan Keragaaan Perkecambahan
dari 10%. Hal tersebut menunjukkan
Suhu rendah yang berkisar antara 7–20oC menyebabkan rendahnya kualitas perkecambahan benih padi. Berdasarkan daya kecambah, diketahui hanya beberapa galur yang mampu tumbuh pada suhu 15oC dan kelembaban 80%. Hanya dua galur yang memiliki
keragaman
genetik
galur-galur/varietas
yang dicoba dalam hal toleransi terhadap cekaman suhu rendah dan kelembaban tinggi. Hasil tersebut memberikan peluang bagi dihasilkannya galur harapan padi sawah yang mampu tumbuh dengan baik pada kondisi cekaman lingkungan di dataran tinggi.
daya kecambah lebih dari 50%, yaitu IR Tabel 1.
Rerata daya kecambah 108 galur/varietas pada simulasi suhu 15 oC dan kelembaban 80%.
No
Galur/Varietas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
IR 77298-12-7-25-7 IR 77298-12-7-17-25 IR 77186-34-2-3-3-4 IR 73971-87-1-1-1-1-16 IR 77298-12-7-17-28 IR 77186-34-2-3-3-15 IR 78581-12-3-2-2-6 BP 1550-10-21-1-23 BP 1550-10-21-1-26 IR 77186-34-2-3-3-40 IR 77298-12-7-15-34 BP 2854-5E-KN17-2-2B-2-2-B-8 IR 77298-12-7-17-9 OM 2395-8 CIHERANG IR 77298-14-1-2-15-10 OM 5930-5 IR 73971-87-1-1-1-1-23 IR 77186-34-2-3-3-1 IR 77186-34-2-3-3-29 OM 5930-25 OM 5930-34
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Daya Kecambah 69,0 abcd 65,0 abcd 37,0 abcd 34,0 abcd 34,0 abcd 33,0 abcd 25,0 abcd 18,0 abcd 12,0 bcd 9,0 9,0 7,0 4,0 4,0 3,8 2,5 2,5 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
IR 72716-307-4-2-2-3-9 IR 73971-87-1-1-1-1-21 IR 73971-87-1-1-1-1-23 IR 73971-87-1-1-1-1-30 IR 73971-87-1-1-1-1-38 IR 73971-87-1-1-1-1-8 IR 77298-12-7-15-10 IR 77298-12-7-15-33 IR 77298-12-7-15-4 IR 77298-12-7-17-2 IR 77298-12-7-17-22
Daya Kecambah 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
IR 77298-12-7-17-23 IR 77298-12-7-17-34 IR 77298-12-7-17-39 IR 77298-12-7-25 IR 77298-12-7-25-13 IR 77298-12-7-25-20 IR 77298-12-7-25-22 IR 77298-12-7-25-24 IR 77298-14-1-2-13-29 IR 77298-14-1-2-13-3 IR 77298-14-1-2-13-5
1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
No
Galur/Varietas
55
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 Tabel 1.
Rerata daya kecambah 108 galur/varietas pada simulasi suhu 15 oC dan kelembaban 80%. (lanjutan)
No
Galur/Varietas
23 24
BP 1550-10-21-1-25 BP 2854-5E-KN17-2-2-B2-2-B-23 BP 2854-5E-KN17-2-2-B2-2-B-25 BP 2854-5E-KN17-2-2-B2-2-B-35 BP 2854-5E-KN17-2-2-B2-2-B-4 IR 73971-87-1-1-1-1-21 IR 73971-87-1-1-1-1-22 IR 73971-87-1-1-1-1-24 IR 73971-87-1-1-1-1-39 IR 77298-12-7-17-32 IR 77298-14-1-2-13-24 IR 77298-14-1-2-13-30 IR 77298-14-1-2-13-31 IR 77298-14-1-2-13-6 IR 77298-14-1-2-13-1 IR 78878-53-2-2-2-19 IR 78878-53-2-2-2-2 IR 78878-53-2-2-2-25
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Daya Kecambah 1,5
No
Galur/Varietas
77
IR 78581-11-3-2-2-11
Daya Kecambah 1,0
1,5
78
IR 78581-12-3-2-2-37
1,0
1,5
79
IR 78581-12-3-2-2-7
1,0
1,5
80
IR 78878-53-2-2-2-26
1,0
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
IR 78878-53-2-2-2-6 OM 2395-24 OM 2395-3 OM 2395-6 OM 5930-11 OM 5930-23 OM 2395-2 SARINAH KAHAYAN BATANG PIAMAN IR 77298-12-7-25-25 IR 77186-34-2-3-3-7 IR 77298-12-7-17-5 BP 1550-10-21-1-28 IR 72716-307-4-2-2-395 2 96 IR 77298-12-7-15-13 97 IR 77298-12-7-15-31 98 IR 77298-12-7-15-35 99 IR 77298-12-7-15-36 100 IR 77298-12-7-15-38 101 IR 77298-12-7-25-10
1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0
IR 78878-53-2-2-2-29 1,5 0,0 IR 78878-53-2-2-2-40 1,5 0,0 OM 2395-20 1,5 0,0 OM 2395-29 1,5 0,0 OM 5930-24 1,5 0,0 OM 5930-3 1,5 0,0 OM 5930-6 1,5 0,0 BP 2854-5E-17-2-2-2-3B2-2B-38 1,0 102 IR 77298-12-7-25-21 0,0 49 BP 2854-5E-KN17-2-2-B2-2-B-12 1,0 103 IR 77298-12-7-25-4 0,0 50 IR 72716-307-4-2-2-3-1 1,0 104 IR 77298-12-7-5-15 0,0 51 IR 72716-307-4-2-2-3-33 1,0 105 IR 78581-12-3-2-2-18 0,0 52 IR 72716-307-4-2-2-3-35 1,0 106 IR 78581-12-3-2-2-38 0,0 53 IR 72716-307-4-2-2-3-37 1,0 107 IR 78581-12-3-2-2-5 0,0 54 IR 72716-307-4-2-2-3-8 1,0 108 OM 5390-7 0,0 Keterangan : Pada kolom yang sama, angka yang diikuti dengan huruf a berarti berbeda nyata dengan Varietas Ciherang; b berbeda nyata dengan Varietas Sarinah; c berbeda nyata dengan Varietas Batang Piaman; dan d berbeda nyata dengan Varietas Kahayan menurut uji Beda Nyata Terkecil pada selang kepercayaan 5%.
56
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 Tabel 2. Rerata bobot kering kecambah sepuluh galur berdasarkan urutan tertinggi dan varietas pembanding No Galur/Varietas Bobot Kering Kecambah 1. IR 77298-12-7-25-7 1,649 abcd 2. IR 77298-12-7-17-25 1,540 abcd 3. IR 77186-34-2-3-3-4 0,919 abcd 4. IR 77186-34-2-3-3-15 0,767 abcd 5. IR 73971-87-1-1-1-1-16 0,761 abcd 6. IR 77298-12-7-17-28 0,746 abcd 7. IR 78581-12-3-2-2-6 0,700 abcd 8. BP 1550-10-21-1-23 0,503 abcd 9. BP 1550-10-21-1-26 0,334 abcd 10. BP 2854-5E-KN17-2-2-B-2-2-B-8 0,199 11. CIHERANG 0,095 12. KAHAYAN 0,030 13. SARINAH 0,012 14. BATANG PIAMAN 0,006 Keterangan : Pada kolom yang sama, angka yang diikuti dengan huruf a berarti berbeda nyata dengan Varietas Ciherang; b berbeda nyata dengan Varietas Sarinah; c berbeda nyata dengan Varietas Batang Piaman; dan d berbeda nyata dengan Varietas Kahayan menurut uji Beda Nyata Terkecil pada selang kepercayaan 5%.
Tabel 3. Rerata panjang plumula sepuluh galur berdasarkan urutan tertinggi dan varietas pembanding No Galur/Varietas Panjang plumula 1 IR 77298-12-7-25-7 6,41 abcd 2 IR 77298-12-7-17-25 5,06 abcd 3 IR 77298-12-7-17-34 5,06 abcd 4 IR 77186-34-2-3-3-7 4,81 abcd 5 IR 77298-14-1-2-15-10 4,36 bcd 6 IR 78581-12-3-2-2-6 4,11 cd 7 IR 77186-34-2-3-3-4 4,06 cd 8 IR 78581-12-3-2-2-7 4,06 d 9 IR 77298-12-7-25-25 3,48 d 10 IR 77298-12-7-17-28 3,21 11. CIHERANG 1,00 12. KAHAYAN 0,75 13. BATANG PIAMAN 0,50 14. SARINAH 0,00 Keterangan : Pada kolom yang sama, angka yang diikuti dengan huruf a berarti berbeda nyata dengan Varietas Ciherang; b berbeda nyata dengan Varietas Sarinah; c berbeda nyata dengan Varietas Batang Piaman; dan d berbeda nyata dengan Varietas Kahayan menurut uji Beda Nyata Terkecil pada selang kepercayaan 5%.
57
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 Secara konsisten, dua galur dengan daya kecambah tertinggi, yaitu IR 7729812-7-25-7
dan
IR
77298-12-7-17-25
Adaptasi Varietas dan Galur-Galur Padi Sawah Dataran Tinggi Berdasarkan Keragaannya di Dataran Tinggi Banjarnegara dan Wonosobo Evaluasi
menunjukkan biomassa tertinggi pada
pada
adaptasi
galur
maupun
kondisi
lingkungan
pengamatan bobot kering kecambah (Tabel
varietas
2) dan panjang plumula (Tabel 3). Secara
dataran tinggi lebih didasarkan pada ada
genetis kedua galur memiliki potensi untuk
tidaknya
dikembangkan di dataran tinggi.
seperti gejala penguningan ujung daun,
abnormalitas
di
pertumbuhan,
Bobot kering kecambah dan panjang
eksersi malai dan fertilitas polen, serta
plumula menggambarkan seberapa besar
hasil. Percobaan ini dilakukan untuk
proses dan hasil pertumbuhan biji menjadi
mendapatkan galur-galur yang potensial
kecambah, sehingga dapat menunjukkan
untuk dikembangkan di dataran tinggi
kualitas
telah
Banjarnegara dan Wonosobo. Penanaman
berlangsung. Berdasarkan kedua variabel
pada kedua lokasi percobaan dilakukan
pengamatan
galur
pada tanggal 20 Agustus 2009, dan
menunjukkan perbedaan panjang plumula
diperkirakan akan panen pada minggu
dengan keempat varietas pembanding, tiga
ketiga Desember 2009.
pertumbuhan tersebut,
yang empat
Batang
Berdasarkan pengamatan pada masa
Piaman dan Sarinah, dan salah satu
semai dan pertumbuhan vegetatif, galur
diantaranya
menunjukkan
diantaranya
berbeda hanya
dengan berbeda
dengan
tanggap
yang
beragam
terhadap kondisi lingkungan setempat.
Sarinah. Berdasarkan ketiga variabel, dua galur
Beberapa galur bahkan ada yang memiliki
secara konsisten menunjukkan keragaan
daya kecambah sangat rendah (kurang dari
yang terbaik, yaitu IR 77298-12-7-25-7, IR
20%) saat disemai. Akan tetapi, beberapa
77298-12-7-17-25. Kedua galur tersebut
galur yang lain mampu tumbuh dan
menunjukkan keragaan yang jauh lebih
beradaptasi
tinggi daripada empat varietas pembanding
setempat.
yang digunakan dalam percobaan yang
populasi
dilakukan dengan simulasi suhu dan
pertumbuhan yang lebih baik dibanding
pada
kondisi
Beberapa galur
lingkungan
individu
bahkan
dalam
menunjukkan
chamber.
yang lain. Kondisi tersebut menunjukkan
Evaluasi keragaan galur di lapang terkait
bahwa galur-galur yang dicoba memiliki
adaptasinya di dataran tinggi sedang
keragaman genetik dalam hal adaptasi
dilakukan melalui percobaan kedua dalam
terhadap suhu rendah, kelembaban tinggi
penelitian ini.
serta
kelembaban
58
pada
growth
kondisi
lingkungan
setempat.
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 Perbedaan pertumbuhan antar individu
sedang. Kendala yang dihadapi adalah P
dalam populasi galur menunjukkan masih
tersedia sangat rendah (0,523 ppm), pH
cukup
yang
rendah (5,18), dan Fe tersedia tinggi (5,443
berlangsung. Gejala kuning pada ujung
ppm). Mempertimbangkan kandungan hara
daun tidak terlihat pada fase vegetatif.
tanah dan teknik budidaya petani setempat,
Abnormalitas
fertilitas
dicoba tiga paket pemupukan : P1 : Urea
polen, umur berbunga, umur panen dan
250 kg/ha, tanpa SP 36 dan KCl; P2 : Urea
hasil
belum dapat diketahui, sehingga
250 kg/ha, SP 36 75 kg/ha dan KCl 20
belum dapat ditentukan galur-galur yang
kg/ha; serta P3 : Urea 250 kg/ha, SP 36
memiliki adaptabilitas, umur genjah dan
150 kg/ha dan KCl 40 kg/ha. Pengapuran
daya
(2 t/ha) diupayakan untuk mengurangi
tingginya
hasil
segregasi
eksersi
tinggi
malai,
di
dataran
tinggi
Banjarnegara dan Wonosobo.
kamasaman tanah, dan tidak menggunakan
Pemupukan yang Optimum bagi Pertumbuhan dan Hasil Varietas Padi Sawah Dataran Tinggi di Banjarnegara dan Wonosobo
pupuk kandang. Pertumbuhan tanaman
Pemupukan
adalah
salah
saat
pengamatan
dilakukan
(92
hst)
sebagian besar telah memasuki peralihan
satu
fase vegetarif ke reproduktif, akan tetapi
teknologi budidaya, yang menentukan
belum semua menyelesaikan pembungaan,
produktivitas tanaman dan kualitas lahan
sehingga
(Suo dan Wang, 2000; Shen, 2002).
tanaman dan jumlah anakan.
baru
diperoleh
data
tinggi
Penggunaan varietas yang adaptif di
Hasil analisis ragam menunjukkan
dataran tinggi tanpa dilengkapi dengan
bahwa varietas menyebabkan perbedaan
paket pemupukan yang memadai, tidak
nyata untuk variabel tinggi tanaman dan
akan mampu mencapai pertumbuhan dan
jumlah anakan. Pupuk dan interaksi pupuk
hasil yang optimum. Berdasarkan hasil
dengan
analisis
paket
perbedaan tinggi tanaman dan jumlah
pemupukan yang berbeda untuk lahan di
anakan. Varietas yang memiliki tinggi
dataran
tanaman
tanah, tinggi
dicoba
tiga
Banjarnegara
dan
Wonosobo.
tertinggi
tidak
adalah
menyebabkan
Dekor
dan
terendah adalah Cibogo (Tabel 4). Tinggi
Berdasarkan hasil analisis tanah, diketahui
varietas
bahwa lahan percobaan
di
tanaman
tidak
selalu
memberikan
dukungan bagi daya hasil yang tinggi.
dataran tinggi Banjarnegara (Desa Gunung
Tanaman
Langit, Kec. Kalibening) mengandung C
didukung jumlah anakan dan diameter
organik
batang
(9,603%)
dan
K
tersedia
(1,134me%) sangat tinggi, dan N (0,485%)
yang yang
terlalu memadai
tinggi justru
tanpa dapat
menyebabkan kerebahan. Hal ini menjadi 59
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 Tabel 4. Rerata tinggi tanaman dan jumlah anakan varietas yang dicoba di Banjarnegara pada umur tanaman Varietas Tinggi Tanaman Jumlah Anakan Aek Sibundong 73,57 bcd 12,56 ab Batang Piaman 70,30 cd 12,3 ab Cibogo 66,17 d 13,30 a Diah Suci 70,54 cd 10,56 abc Kahayan 72,50 cd 11,00 abc Sarinah 75,35 bc 9,78 bc Dekor 98,37 a 8,93 c Mencrit 80,46 b 10,71 abc Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak ganda Duncan (UJGD 5%). salah satu kendala yang dihadapi
cekaman suhu rendah. Disebutkan oleh
petani setempat pada bulan-bulan dengan
Hamdani (1979), kisaran suhu antara 12 –
kondisi angin tertentu. Beberapa kultivar
23o C memperlambat pertumbuhan bibit
lokal sebagian besar mudah rebah karena
dan menghambat pembentukan anakan.
morfologi tanaman yang tinggi dan jumlah anakan yang rendah.
Varietas dengan jumlah anakan yang tinggi diharapkan akan memiliki produksi
Hampir semua varietas yang ditanam
yang tinggi, akan tetapi tergantung pada
di Banjarnegara memiliki jumlah anakan
jumlah anakan produktifnya. Data jumlah
yang tidak berbeda, kecuali Cibogo dan
anakan produktif belum lengkap diperoleh
Dekor. Aek Sibundong, Batang Piaman
karena belum semua varietas memasuki
dan Cibogo menunjukkan jumlah anakan
fase generatif secara sempurna.
yang lebih tinggi dibanding kultivar lokal
Lahan percobaan di dataran tinggi
Dekor, akan tetapi tidak lebih tinggi
Wonosobo (Desa Sendang Sari, Kec.
dibanding
memiliki
Garung) memiliki kandungan C organik
jumlah anakan tertinggi dibanding varietas
(3,194%) dan P tersedia (24,593ppm)
yang lain.
dalam harkat sangat tinggi, N sedang
Mencrit.
Cibogo
Jumlah anakan varietas yang dicoba
(0,377%), K tersedia sedang (0,523ppm),
yang kurang dari 15 anakan termasuk
dan pH netral (6,8). Mempertimbangkan
dalam kategori sedikit, sedangkan jumlah
kandungan hara tanah dan teknik budidaya
anakan ideal varietas padi sawah adalah
petani
kategori sedang dengan jumlah berkisar 15
pemupukan : P1 : Phonska 250 kg/ha tanpa
(Daradjat et al., 2001).
KCl ; P2 : Phonska 250 kg/ha dan KCl 20
Sedikitnya jumlah anakan semua varietas
kg/ha; serta P3 : Phonska 250 kg/ha dan
yang ditanam, diduga terkait dengan
KCl 40 kg/ha. Pengapuran tidak dilakukan
– 20 anakan
60
setempat,
dicoba
tiga
paket
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 karena tidak ada permasalahan pada
pemupukan yang dicoba pada penelitian
kemasaman tanah. Pemupukan anorganik
ini belum terlihat pada hasil pengamatan
dilakukan
pada
hanya
untuk
menambah
fase
pertumbuhan
tanaman.
kekurangan hara pada lahan pertanaman.
Perbedaan tinggi tanaman dan jumlah
Penambahan yang berlebih dikhawatirkan
anakan hanya dipengaruhi oleh varietas
justru akan berdampak negatif terhadap
dan tidak dipengaruhi oleh pupuk dan
struktur
tanah.
interaksi pupuk dan varietas. Tabel 5
Disebutkan oleh Doran dan Smith (1987),
menunjukkan bahwa Adil yang merupakan
aplikasi pupuk anorganik secara terus
kultivar
menerus dapat merusak struktur tanah,
lingkungan
menurunkan produktivitas dan kualitas
tanaman tertinggi. Tinggi tanaman tidak
lahan.
selalu berkorelasi dengan hasil tinggi.
dan
kondisi
Pertumbuhan
biologi
tanaman
saat
yang
telah
setempat,
beradaptasi memiliki
di
tinggi
Jumlah anakan semua varietas pada
pengamatan dilakukan (59 hst) sebagian
lahan
besar telah mulai memasuki peralihan fase
menunjukkan jumlah anakan yang banyak,
vegetarif ke reproduktif, akan tetapi eksersi
lebih dari 20 anakan (Tabel 5). Aek
malai belum berlangsung, sehingga baru
Sibundong
diperoleh data tinggi tanaman dan jumlah
jumlah anakan tertinggi. Tingginya jumlah
anakan.
anakan diduga disebabkan oleh tingkat
Percobaan
aplikasi
pupuk
di
kesuburan
percobaan
dan
tanah,
di
Cibogo
Wonosobo
menunjukkan
Ketersediaan
Wonosobo memberikan hasil yang sama
menyebabkan
dengan percobaan di Banjarnegara. Hasil
melangsungkan pertumbuhan meskipun
pengamatan
mengalami cekaman suhu rendah dan
berumur
59
sampai hst
dengan baru
tanaman
menunjukkan
tanaman
tetap
hara mampu
kelembaban tinggi.
perbedaan antar varietas. Pengaruh faktor Tabel 5. Rerata tinggi tanaman dan jumlah anakan varietas yang dicoba di Wonosobo pada umur tanaman 59 hst Varietas Tinggi Tanaman Jumlah Anakan Adil 72,25 a 29,15 ab Aek Sibundong 63,82 c 33,37 a Batang Piaman 62,13 cd 32,44 ab Cibogo 58,14 e 33,30 a Diah Suci 59,29 e 29,33 ab Kahayan 68,09 b 28,82 ab Sarinah 64,61 c 27,52 b Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak ganda Duncan (UJGD 5%). 61
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 SIMPULAN DAN SARAN
UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
Ucapan terima kasih kami sampaikan
disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
kepada DP2M Dikti atas fasilitasi Hibah
1. Galur-galur padi : IR 77298-12-7-25-7,
Penelitian Strategis Nasional T.A. 2009,
IR
77298-12-7-17-25,
berdasarkan
Lembaga Penelitian Universitas Jenderal
keragaannya pada fase vegetatif awal,
Soedirman, Ir. Arifin Noor Sugiharto,
memiliki adaptabilitas dan potensi
M.Sc., Ph.D. atas dukungan beliau selaku
untuk dikembangkan di dataran tinggi.
peer, Dr. Ir. Aan Andang Daradjat, M.P.,
2. Adaptasi galur-galur padi di dataran
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
tinggi Banjarnegara dan Wonosobo
Tanaman Padi (BB Padi) atas dukungan
belum dapat disimpulkan.
materi penelitian dan konsultasi yang
3. Paket pemupukan yang dicoba di dataran
tinggi
Banjarnegara
dan
Wonosobo terhadap varietas-varietas
diberikan, Petugas Penyuluh Lapang serta rekan-rekan mahasiswa selaku asisten peneliti.
padi yang dicoba belum menunjukkan pengaruh
yang
berbeda
pada
pertumbuhan vegetatif. Saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini sebagai berikut. 1. Perlu diupayakan kajian lanjut terhadap galur-galur terpilih untuk pembentukan varietas padi sawah yang adaptif dikembangkan di berbagai dataran tinggi. 2. Mempertimbangkan
pada
potensi
pengembangan padi di dataran tinggi dengan keragaman faktor lingkungan yang bersifat spesifik di setiap lokasi, perlu dikaji adaptabilitas padi gogo maupun padi rawa serta berbagai aspek yang
melingkupi
dalam
upaya
meningkatkan produksi padi di dataran tinggi.
62
DAFTAR PUSTAKA Daradjat, A.A., Suwarno, B. Abdullah, Tj. Soewito, B.P. Ismail, dan Z.A. Simanullang. 2001. Status penelitian pemuliaan padi untuk memenuhi kebutuhan pangan masa depan. Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. Dent, F.J. 1980.Major production system and soil related constraints in Southeast Asia. pp. 79 – 106. In. Soil Related Constraints to Food Production in the Tropics. Int. Rice Res, Inst., NY State College of Agriculture, Life Science, Cornell University and University Consortium of Soils For The Tropics. Deptan. 2009. Basis Data Pertanian. Departemen Pertanian. http:// database.deptan.go.id/bdspweb/bdsp 2007/hasil_kom.asp. diakses tanggal 5 Januari 2009. Doran, J.W., and M.S. Smith, 1987. Organic matter management and utilization of soil and fertilizer
ISSN: 1411-8297 Agronomika Vol. 10, No. 1, Januari 2010 nutrients. p 53 – 72. In. R.F. Follat (ed.). Soil fertility and organic matter as critical component of production systems. SSSA Spec. Pbubl. SSSA and ASA, Madison.WI.
plant V. Estimation of pollen developmental stage and the most sensitive stage to coolness. Proceedings of the Crop Science Society of Japan 39 : 468 – 473.
Hamdani, A.R.. 1979. Low Temperature Problems and Cold Tolerance Research Activities for Rice In India. pp.39 - 48. In. Report of a Rice Cold Tolerance Workshop.IRRI, Los Banos.
Shen,S. 2002. Contribution of nitrogen fertilizer to the development of agriculture and its loss in China. Acta Pedol. Sin. 39: 12 – 25.
Harahap, Z., T.S. Silitonga, dan Suwarno. 1993. “Pemuliaan Padi dalam PJPT II”. Makalah pada Pertemuan Pemuliaan Tanaman Puslitbangtan. Bogor, 7-8 Juni 1993. Harahap. Z. 1979. Rice Improvement for cold tolerance in Indonesia. pp.53 60. In. Report of a Rice Cold Tolerance Workshop.IRRI, Los Banos. Las, I., P. Wahid, Y.S. Baharsyah, dan Darwis SN. 1993. “Tinjauan iklim dataran tinggi Indonesia”. Potensi kendala dan peluang dalam mendukung pembangunan pertanian pada PJPT II. Seminar sehari tentang iklim. Padang, 6 Pebruari 1993. Peterson RG. 1994. Agricultural Field Experiments: Design and Analysis. New York: Marcel Dekker inc. Satake,T., and Hayase H. 1970. Male sterility caused by cooling treatment at the young microspore stage in rice
Shimono, H., Toshihiro Hasegawa, Masahisa Moriyama, Shigeto Fujimuraand Takayuki Nagata. 2005. Modeling Spikelet Sterility Induced by Low Temperature in Rice. Agron J 97:1524-1536 Soedjana, T.D. 2005. Hasil Perumusan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah Dan Iklim, Bogor 14-15 September 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Suo,D., and P. Wang. 2000. Effect of longterm fertilizations on land productivity. Acta Agric. Boreali Occidentalis Sin.9:72-7. Susanto, U., A.A. Daradjat, dan B. Suprihatno. 2003. Perkembangan Pemuliaan Padi Sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 22 (3) : 125 – 131. Zen S., Zarwan dan H. Bahar. 2002. Parameter Genetik Karakter Agronomi Padi Gogo. Stigma X(3) 208-213.
.
63