perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
POTENSI DAN PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN BUDAYA DATARAN TINGGI DIENG DI WONOSOBO
diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
DWI ANDRIYANI C 9405085
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING UNTUK DIUJIKAN
Judul Laporan Tugas Akhir
:
POTENSI
DAN
WISATA
ALAM
DATARAN
PENGEMBANGAN DAN
TINGGI
BUDAYA
DIENG
DI
WONOSOBO Nama
:
DWI ANDRIYANI
NIM
:
C 9405085
Drs. Supariadi, M.Hum Pembimbing I
Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum Pembimbing II
(…………………………….)
(…………………………….)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Judul Laporan Tugas Akhir
: POTENSI WISATA
DAN ALAM
DATARAN
PENGEMBANGAN DAN
TINGGI
BUDAYA
DIENG
DI
WONOSOBO Nama
: DWI ANDRIYANI
NIM
: C 9405085
Pada Tanggal
:
DITERIMA DAN DISETUJUI OLEH PANITIA PENGUJI TUGAS AKHIR, DIII USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA Dra.Isnaini W.W. M.Pd Ketua Penguji
(…………………………….)
Insiwi Febriary Setiasih, SS Sekertaris Penguji
(…………………………….)
Drs. Supariadi, M.Hum Penguji Utama
(…………………………….)
Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum Penguji Pembantu
(…………………………….)
Surakarta, Dekan
Drs. Sudarno, MA NIP. 195303141985061001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini saya : Nama
: DWI ANDRIYANI
NIM
: C 9405085
Sebagai mahasiswa program Diploma III Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan ini menyatakan bahwa tugas karya Tulis Akhir ini adalah bukan merupakan jiplakan dari karaya orang lain. Dalam tugas karya tulis akhir ini tidak ada karya yang sama untuk memperoleh gelar ahli madya disuatu perguruan tinggi, dan sepengetahuan saya juga tidak terdaopat karya yang pernah diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Surakarta,
Dwi Andriyani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Jangan pernah bilang tidak bisa sebelum kita berusaha melakukannya kerena bila kita tidak mencoba maka kita tidak akan pernah tahu seberapa kemampuan kita. (Penulis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Sepenuh hati, sepenuh rasa tulus dan ikhlas Kupersembahkan karya ini untuk : ·
Ayah, Ibuku yang sangat aku sayangi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan segala rahmat, karunia serta kasihNya sehingga penulis bias menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi guna menyelesaikan program studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya. Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan member kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir. 2. Drs. Suharyana, M.Pd. selaku Ketua Progaram Diploma III Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikan masukan bagi penulis. 3. Drs. Sri Wahyuningsih, M. Hum. Selaku sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing Pembantu yang telah memberikan nasehat-nasehatnya. 4. Drs. Supariadi, M.Hum. selaku pembimbing utama yang telah berkenan memberikan saran dan kritiknya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah member ilmunya. 6. Teman-teman DIII Usaha Perjalanan Wisata angkatan 2005 dan 2006 yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 7. Semua pihak yang tidak dapat penilis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu semua kekurangan, kritik dan saran dari pembaca akan di terima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini.
Surakarta,
Dwi Andriyani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Dwi Andriyani C.9405085, 2009 Potensi Dan Pengembangan Wisata Alam Dan Budaya Dataran Tinggi Dieng Di Wonosobo. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang potensi dan pengembangan wisata alam dan budaya di dataran tinggi dieng. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang dipertanyakan yaitu potensi dan pengembangan wisata alam ban budayanya, usaha-usaha yang ditempuh, kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata di Wonosobo Metode penulisan yang penulis ambil adalah dari pengumpulan data, yaitu dengan pengamatan secara langsung ke beberapa obyek di Kawasan Dieng, wawancara langsung dengan staf Dinas Pariwisata, serta pengunjung dan dengan mengunakan studi dokumen dan studi pustaka yaitu dari buku, brosur, juga dari refrensi-refrensi yang sudah ada di Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Untuk analisis data yang diperoleh akan di klasifikasikan atau di kategorikan sesuai fungsi masing-masing kemudian di olah dan di tampilkan dalam bentuk laporan diskriptif kualitatif yaitu data di laporkan dalam bentuk kalimat. Kesimpulan yang dapat diambil dari potensi dan pengembangan wisata alam dan budaya dari dataran tinggi dieng patut dikembangkan, dimana agar kita tahu kendala – kendala yang dihadapi pengela dan usaha apa saja yang dilakukan oleh pelaku pariwisata. Agar mampu mengatasi setiap permasalahan baik pengembangannya maupun menerapkan peranannya dalam pengembangan pariwisata Wonosobo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….……………
i
HALAMAN PENGEDAHAN PEMBIMBING ………………….…………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN……………………………………..
iii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………………...
iv
HALAMAN MOTTO…………………………………………………………………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………………
vi
HALAMAN PENGANTAR…………………………………………………………..
vii
ABSTRAK………………………………………………………..…………………..
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..
x
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………………
1
B. Rumusan Masalah………………………………………….…………
4
C. Tujuan Penulisan……………………………………...………………
4
D. Manfaat Penulisan………………………………….…………………
5
E. Tinjauan Pustaka………………………………………………………
5
F. Metode Penulisan……………………………………...………………
11
G. Sistematika Penulisan…………………………………………………
13
GAMBARAN WILAYAH DATARAN TINGGI DIENG A. Gambaran Umum Daerah Wonosobo…………………………………
15
B. Gambaran Khusus Dataran Tinggi Dieng…………………………….
16
C. Tinjauan Sosial Masyarakat Terhadapa Kepariwisataan dan Pelestarian Alam……………………………………………………… commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Tinjauan Spiritual Masyarakat Terhadap Candi dan Kepariwisataan…
25
E. Tinjuauan Budaya Dan Kesenia Masyarakat Terhadap Kegiatan
BAB III.
Kepariwisataan………………………………………………………..
26
F. Kondisi Fisik Tata Ruang Dieng………………………………………
28
G. Makanan dan Oleh-oleh Khas Wonosobo…………………………….
29
H. Fasilitas Penunjang Wisata Kabupaten Wonosobo……………………
32
ANALISIS
PENGEMBANGAN
KEPARIWISATAAN
KAWASAN
WISATA DIENG A. Atraksi Wisata Kawasan Dieng………………………………………..
36
B. Aksesibilitas Kawasan Dieng……………………..…………………..
60
C. Fasilitas Penunjang Wisata…………………..………………………..
64
D. Aktivitas Penunjang Wisata………………………….………………..
65
E. Analisis Potensi Masing-Masing Objek Wisata Kawasan Wisata Dieng dengan Pendekatan 4A………………………………………………...
66
F. Analisis Pasar Kawasan Wisata Dieng………………………………..
67
G. Analisis Fisik Tata Ruang Kawasan Wisata Dieng……….…………..
71
H. Strategi Dan Rencana Pengembangan Kelembagaan…………………
76
I. Analisis SWOT Kawasan Wisata Dieng……………………………..
84
J. Hasil Wawancara Dengan Pengunjung Objek Wisata Dataran Tinggi
BAB IV.
Dieng………………………………………………………………….
90
K. Retribusi Dan Tiket Masuk Kawasan Wisata Dieng…………………….
91
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………………………………………..……………………..
93
B. Saran……………………………………………………………………. commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Informan dan Responden ………………………………………...
96
Lampiran 2. Peta Aksebilitas Menuju Kawasan Dieng ……………………………….
97
Lampiran 3. Brosur Wisata Wonosobo (Depan) ……………………………………...
98
Lampiran 4. Brosur Wisata Wonosobo (Belakang) …………………………………...
99
Lampiran 5. Tourism Road Map ……………………………………………………...
100
Lampiran 6. Foto-foto ………………………………………………………………...
101
Lampiran 7. Tiket & Retribusi Wisata ………………………………………………..
107
PAKET WISATA ONE DAY TOUR ………………………………………………...
108
PAKET WISATA TWO DAYS ONE NIGHT………………………………………..
110
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu industri yang bisa menghasilkan banyak devisa bagi suatu negara. Pariwisata adalah industri tanpa asap yang menyerap tenaga kerja, karena bagaimanapun majunya pariwisata tidak akan meninggalkan sumber daya manusia sebagai pelaku utama yang tidak bisa tergantikan oleh mesin-mesin. Pariwisata tetap akan merupakan industri padat karya. Dikatakan juga industri tanpa asap karena kebanyakan industri akan menghasilkan asap yang menghasilkan polusi bagi udara sedangkan industri pariwisata tidak (Yhani Astanto , 2007:1). Sektor pariwisata mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Saat ini sektor pariwisata masih menjadi sumber pemasukan non migas terbesar untuk indonesia. Pariwisata menjadi salah satu industri yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang. Sektor pariwisata bisa menjadi penyelamat bagi perekonomian negara yang sedang terpuruk di saat sektor industri perdagangan, jasa, ilmu pengetahuan dan teknologi masih mendapat hambatan krisis multi dimensi ini (Yhani Astanto, 2007:1). Pembangunan sektor pariwisata seharusnya diarahkan menjadi sektor andalan dalam perekonomian Indonesia. Sehingga pariwisata mampu meningkatkan perekonomian termasuk di sektor lain yang terkait demi meningkatkan pendapatan atau devisa negara. Kepariwisataan diharapkan commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mampu memperluas kesempatan untuk berusaha dan bekerja, serta mampu mendorong
pembangunan
daerah
demi
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. Sehingga potensi pariwisata yang sebelumnya terabaikan harus mulai ditangani secara insentif, karena industri ini memiliki dampak yang sangat luas terhadap sektor-sektor lain. Indonesia memiliki banyak pulau yang tersebar serta dilatarbelakangi oleh keindahan alam dan budaya, sehingga Indonesia juga memiliki beragam adat dan tradisi yang berbeda-beda serta memiliki banyak objek wisata, baik wisata alam maupun wisata budaya. Di Jawa Tengah sendiri memiliki banyak keaneka ragaman budaya dan banyak objek wisata alamnya. Seperti di Kabupaten Wonosobo yang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, Kabupaten ini memiliki kekayaan alam dan budaya yang lain dari daerah lain. Di Kabupaten Wonosobo terdapat bermacam-macam objek wisata, sarana wisata, tradisi, kesenian tradisional dan tidak kalah menarik adalah keindahan alamnya. Di Kabupaten Wonosobo terdapat beberapa objek wisata yang sangat menarik untuk di kunjungi, seperti Telaga Warna dan Pengilon, Kawah Sikidang, Candi Arjuna, Dieng Plateo Theater yang oleh pihak dinas pariwisata dijadikan objek wisata poros di Kabupaten Wonosobo. Namun saat ini obyek wisata dataran tinggi Dieng masih belum dikembangkan secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari masih minimnya pemasaran obyek wisata ini baik kepada wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara dengan tidak tersedianya informasi yang cukup menarik minat seperti brosur-brosur, keterangan-keterangan dari biro perjalanan, dinas commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pariwisata dan sebagainya. Selain itu dengan semakin meningkatnya tuntutan wisatawan akan kualitas layanan serta ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai
maka
perlu
dibuat
suatu
rencana
pengembangan
yang
berkesinambungan untuk pada akhirnya bisa membuat Dieng menjadi salah satu tujuan utama wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pengembangan Kawasan Wisata Dieng telah diupayakan suatu perencanaan yang berkesinambungan, dimulai dengan pemetaan dan telaah potensi yang terdapat di kawasan tersebut. Hasil pemetaan dan telaah potensi menunjukkan bahwa kawasan tersebut memiliki banyak sumber daya potensial yang amat strategis untuk mendukung pengembangan pariwisata daerah. Namun, mengingat cakupan kawasan wisata Dieng yang cukup luas, dimana secara administratif dikelola oleh dua kabupaten yaitu kabupaten Wonosobo dan kabupaten Banjarnegara, sehingga diperlukan perencanaan pengembangan yang lebih terfokus yang diarahkan pada cakupan wilayah spesifik berupa zona-zona pengembangan kawasan. Di kawasan wisata Dieng terdapat empat zona pengembangan di mana urutan zona ini juga merupakan urutan
prioritas
pengembangannya,
adapun
prioritas
utama
adalah
pengembangan zona I ( Telaga Warna, Telaga Pengilon, Candi Arjuna, Dieng Plateo Theater ) yang merupakan obyek wisata poros sebagai lokomotif penarik
bagi
obyek-obyek
wisata
jeruji
kemudian
disusul
dengan
pengembangan obyek-obyek wisata yang ada di Zona berikutnya yang merupakan jeruji ( Telaga Menjer, Agrowisata Tambi, Air terjun Sikarim, Telaga Cebong, Ondho Budho, Gardu Pandang Tieng, Gua jimat, Gua Jaran, Gua Sumur, Gua Semar).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Agar pengembangan pariwisata di Kawasan wisata Dieng dapat dilakukan secara terarah untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan adanya penyusunan rancangan makro yang jelas dan komprehensif. Hal ini juga dimaksudkan agar pengembangan pariwisata di kawasan wisata Dieng dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh kawasan tersebut sehingga dapat diberdayagunakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengembangkan perekonomian wilayah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang Masalah dan berbagai potensi yang ada, maka rumusan masalah yang diajukan sebagai berikut : 1. Bagaimana potensi pariwisata di Dataran Tinggi Dieng ? 2. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh pelaku pariwisata (Kantor Pariwisata, Pengelola) dalam mengelola dan mengembangkan potensi Dataran Tinggi Dieng ? 3. Apa kendala-kendala yang ada pada pengembangan Dataran Tinggi Dieng sebagai penunjang pariwisata di Wonosobo ?
C. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui informasi apa saja tentang usaha-usaha yang di tempuh Dinas Pariwisata dalam pengembangan pariwisata di Wonosobo terutama pada Dataran Tinggi Dieng. 1. Untuk mengetahui potensi-potensi dari Dataran Tinggi Dieng pengembangan pariwisata commit di Wonosobo. to user
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
2. Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh pelaku pariwisata dalam mengelola dan mengembangkan potensi Dataran Tinggi Dieng. 3. Untuk mengetahui kendala-kendala serta informasi tentang strategistrategi yang digunakan pihak Dinas Pariwisata dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul melestarikan kekayan alam, sejarah dan kebudayan di Dataran Tinggi Dieng.
D. Manfaat Penulisan Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Memperluas pengetahuan dibidang pariwisata. b. Dapat menjadi khasanah budaya di daerah lain 2. Manfaat Praktis Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan pihak lain yang ingin mengetahui ragam budaya dan keindahan alam daerah lain.
E. Tinjauan Pustaka 1.Konsep Potensi Pariwisata Secara umum kepariwisataan adalah semua kegiatan dan unsur yang ada kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan pemerintah, swasta maupun masyarakat, secara khusus kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan wisata. Potensi adalah kemampuan yang memounyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kemampuan, kesangupan daya. Potensi didaerah tujuan wisata dipengaruhi oleh adanya 4 pendekatan yang dikenal dengan istilah 4A, antara lain: atraksi, aksesibilitas, amenitas, aktifitas. Dalam hal ini Wonosobo khususnya dataran tinggi dieng mempunyai potensi yang besar sebagai salah satu objek wisata yang mampu bersaing dengan objek wisata lain yang ada di Jawa Tengah dan mampu menjadi salah satu aset pariwisata yang skan menambah pendapatan asli daerah (PAD) jika objek wisata di Wonosobo dikembangkan secara terrencana dan konsisten. 2.Pengertian Obyek Wisata Menurut
Gamal
Suwantoro
dalam
Dasar-Dasar
Pariwisata
(1997:19). Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan meliputi 5 unsur yaitu: a.
Obyek dan daya tarik wisata
b.
Prasarana wisata
c.
Sarana wisata
d.
Tata laksana
e.
Masyarakat dan lingkungan Menurut Musanef dalam bukunya Manajemen Usaha Pariwisata di
Indonesia (1995:190) menjelaskan bahwa obyek wisata adalah tempat atau keindahan alam yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan, dalam hal ini sebagai suatu obyek wisata. 3. Pengertian Pariwisata Bicara mengenai potensi adan obyek wisata, tentu saja tidak lepas dari suatu kegiatan pariwisata. Nyoman S
Pendhit menjelaskan bahwa
pariwisata adalah suatu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor pariwisata lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri kerajinan tanggan dan cindera mata, penginapan, transpotasi, yang secara ekonomis juga dipandang sebagai industri. Apabila ditinjau dari kegiatannya, pariwisata adalah kepergian orangorang semrntara dalam jangka waktu yang pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut, ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata atau eksekusi (Nyoman S Pendhit,1994:35). 4. Pengertian Wisatawan Pariwisata tidak lepas dari wisatawan. Untuk mengetahui tentang wisatawan lebih banyak, diberi batasan-batasan dalam Intruksi Presiden Republik Indonesia No.9 Tahun 1969. Disebut bahwa “Wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tingalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan ini”. Batasan ini dinilai masih terlalu
luas
sehingga
dipakai istilah pengunjung commit to user
yang
kemudian
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikategorikan menjadi dua, yaitu wisatawan dan pelancong. Menurut rekomendasi PATA (Pasifik Asia Travel Association) yang didasarkan atas batasan league of Nations tahun 1936 menetapkan pengertian pariwisata adalah pengunjung sementara yang tinggal sekurangkurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dengan tidak ada maksud mencari nafkah. Sedangkan pelancong adalah pengunjung sementara yang tinggal di negara yang dikunjungi kurang dari 24 jam (Oka A. yoeti,1983:124). Secara garis besar, terdapat 4 faktor penting yang dapat mendasari pengertian pariwisata, antara lain: a.
Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu.
b.
Perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain.
c.
Perjalanan yang apapun bentuknya kaitanya dengan rekreasi.
d.
Orang yang melakukan perjalanan tidak bermaksud mencari nafkah. Untuk menjadikan suatu daerah menjadi tujuan wisata, ada 3
kebutuhan utama yang harus dipenuhi, yaitu: a. Memiliki atraksi dan obyek yang menarik. b. Mudah dicapai dengan alat kendaraan. c. Menyediakan
tempat
tinggal
untuk
sementara
(Nyoman
S.
Pendhit,1986:65-66). Wisatawan adalah seseorang yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengetahui bila ia membayar sesuatu yang tidak sesuai (Musanef, 1996:14). Wisatawan
adalah
orang yang mengadakan commit to user
perjalanan
dari
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginnya(Soekadijo, 1996:3). Wisatawan menurut Nyoman S. Pendhit meliputi: a.
Orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, dsb.
b.
Orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau di dalam hubungan sebagai utusan berbagai badan organisasi (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, olah raga, keagamaan,dsb).
c.
Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis.
d.
Pejabat pemerintah dan orang-orang militer beserta keluarganya yang diposkan disuatu negara lain, hendaknya jangan dimaksukan dalam kategori ini, tapi apabila mereka mengadakan perjalanan ke negara lain maka hai itu dapat digolongkan sebagai wisatawan (Nyoman S. Pendhit, 1994:38-39).
5. Kriteria penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata a. Kemudahan (aksesibilitas). b. Potensi pasar (pengunjung). c. Kondisi lingkungan. d. Sarana wisata. e. Pengelolaan / pengusahaan. f. Prasarana dasar. g. Daya tarik pendukung. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h. Kondisi iklim. Suatu obyek wisata memiliki 5 unsur yang sangat terkait. Semua unsur ini diperlukan agar para wisatawan dapat menikmati suatu perjalanan yang memuaskan. Kelima unsur tersebut antara lain: a. Atraksi Wisata Segala sesuatu yang menarik perhatian wisatawan sehingga mereka ingin mengunjungi. b. Fasilitas Adanya fasilitas-fasilitas yang diperlukan para wisatawan, seperti: penginapan, restoran, souvenir, pemandu daerah, festival dan fasilitas rekreasi. c. Infrastruktur Infrastruktur termasuk semua kontraksi di bawah dan di atas tanah dari suatu wilayah atau daerah, antara lain: 1. Sistem pengairan 2. Jaringan komunikasi 3. Fasilitas kesehatan 4. Terminal-terminal pengangkutan 5. Sumber listrik dan energi 6. Sistem prmbuangan kotoran / pembuangan air 7. Jalan 8. Keamanan
d. Transportasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Adanya jasa-jasa pengangkutan memudahkan para wisatawan untuk mencapai daerah tujuan wisata yang mereka inginkan. e. Keramah tamahan dan keamanan Kebutuhan besar akan keamanan dan perlindungan harus di pertimbangkan dan disediakan supaya calon wisatawan merasa aman sebelum dan selama perjalanan dan liburan (James J. Spillane, S.J, 1994: 63-73).
F.
Metode Penelitian
a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian Tugas Akhir ini adalah obyek wisata yang ada di Dataran Tinggi Dieng yang ada di Kabupaten Wonosobo. Adapun obyek wisata yang akan diteliti adalah wisata poros (Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Telaga Warna dan Pengilon, Dieng Plateau Theater). Selain itu, penelitian juga dilakukan di Kantor Pariwisata Kabupaten Wonosobo untuk mendapat data-data yang lebih lengkap. b. Tehnik Pengumpulan Data Di dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir ini, digunakan beberapa metode dalam pengumpulan data. Metode-metode tersebut antara lain: 1. Wawancara Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan cara menanyakan langsung kepada informan atau narasumber. Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait untara lain dengan berbagai pegawai / staf seksi commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemasaran dan seksi obyek wisata Kantor Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan beberapa pengunjung wisata Dataran Tinggi Dieng. 2. Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengunakan jalan mengamati, meneliti, atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung, dengan cara ini data yang diperoleh adalah data yang faktual dan aktual. Dalam artian data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung. Dalam
hal
ini
digunakan
pendekatan
kebudayaan
dan
kepariwisataan. Pendekatan kebudayaan digunakan untuk mengungkap budya dan latar belakang dataran tinggi dieng. Adapun pendekatan kepariwisataan digunakan untuk mengetahui potensi-potensi apa saja yang dimiliki dieng, kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan, dan usaha apa saja yang dilakukan oleh insan pariwisata untuk mengembangkan potensi yang ada di dataran tinggi dieng, Kabupaten Wonosobo. 3. Dokumen Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang diperoeh dari dokumen atau arsip berupa brosur, pamplet, peta, foto-foto obyek yang ada kaitanya dengan penulisan. 4. Studi Pustaka Suatu metode pengumpulan data dan informasi dengan cara pengumpulan data-data dan informasi dengan cara mempelajari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
berbagai buku yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yang dikaji. Adapun buku-buku yang digunakan sebagai panduan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah buku tentang kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo, dan referensi buku lain untuk menambah kelengkapan penulisan ini. c. Tehnik Analisis Penyusunan Tugas Akhir ini mengunakan analisis yang digmbarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Tehnik analisa yang akan penulis gunakan yaitu tehnik analisis deskriptip kulitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk mendiskripsikan mengenai situasi-situasi atas kejadian-kejadian (Sumadi Suryo Subroto, 1994:8).
G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui materi ada beberapa bagian yang diurutkan secara sistematis. Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab. BAB I
PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan juga sistematis penulisan.
BAB II
GAMBARAN UMUM WONOSOBO DAN DATARAN TINGGI DIENG SECARA KHUSUS Berisi tentang : letak geografis wonosobo dan dataran tinggi dieng, serta profil dataran tinggi Dieng. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
POTENSI DAN PENGEMBANGAN DATARAN TINGGI DIENG Berisi tentang : Analisis Pengembangan Kepariwisatan Kawasan Dieng, Analisis pasar kawasan Dieng, Analisis fisik tataruang Dieng, strategi dan perencanan pengembangan kawasan Dieng.
BAB IV
PENUTUP Berisi tentang : merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan isi yang dusertai pula dengan saran – saran bagi pengembangan potensi wisata di dataran tinggi dieng.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II GAMBARAN WILAYAH DATARAN TINGGI DIENG
A. Gambaran Umum Daerah Wonosobo
Kabupaten Wonosobo, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Wonosobo. Yang berjarak 66 km dari Magelang dan 120 km dari Semarang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara. Kabupaten Wonosobo berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai pertempuran dalam Perang Diponegoro.
Kyai Moh. Ngampah,
yang membantu
Diponegoro, diangkat sebagai bupati pertama dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Seconegoro. Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter). Di sebelah selatan, terdapat Waduk Wadaslintang. Ibukota Kabupaten Wonosobo berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten, yang merupakan daerah hulu Kali Serayu. Wonosobo dilintasi jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Purwokerto. google // wonosobo)
commit to user
15
(sumber:
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Gambaran Khusus Dataran Tinggi Dieng
Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua di dunia setelah Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa. Dieng terletak pada posisi geografis 7012¢ Lintang Selatan dan 1090 54¢ Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl. Suhu udara rata-rata 150C, pada bulan Juli-Agustus, suhu turun sampai di bawah 00C. Secara administratif Kawasan Dieng terbagi menjadi dua kawasan yaitu Kawasan Dieng Kulon (Dieng Barat) yang terletak di wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan Kawasan Dieng Wetan (Dieng Timur) yang terletak di wilayah Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung api terdiri dari Bisma, Seroja, Binem, Pangonan, Merdada, Pangerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil, Kunir dan Prambanan. Lapangan fumarola (cairan belerang) terdiri atas Kawah Sikadang, Kawah Kumbang, Kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Sigladah dan Kawah Sileri.
Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah plateau (dataran tinggi)
yang
terjadi karena letusan dahsyat sebuah gunung api. Dengan demikian kondisi geologisnya sampai sekarang relatif labil, bahkan sering terjadi gerakangerakan tanah. Beberapa bukti yang menunjukkan hal tersebut adalah; peristiwa hilangnya Desa Legetang, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Suharjo-Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun.
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kawasan
yang
disebut
sebagai
Dataran
Tinggi
Dieng
sendiri
sesungguhnya terbagi atas beberapa dataran tinggi, yaitu : 1. Dataran pertama yang mempunyai ketinggian kurang lebih 2090 Meter di atas permukaan laut yang dikelilingi oleh rangkaian gunung; Gunung Perahu, Gunung Jurang Grawah yang berada di sebelah selatan, serta Gunung Pangonan dan Gunung Sipandu, yang berada dibagian barat. 2. Dataran kedua terletak disebelah barat dataran tinggi yang pertama, dengan ketinggian kurang lebih 1950 Meter, yang diapit oleh Gunung Nagasari, Gunung Pangamun – amun, dan Gunung Gajah Mungkur. 3. Dataran yang ketiga dengan ketinggian kurang lebih 1630 sampai dengan 1772 Meter. Posisi demikian, wajar jika Dataran Tinggi Dieng memiliki banyak kekayaan sekaligus keunikan dan kekhasan, baik kekayaan dan keunikan alamnya sendiri yang beraneka rupa tempat dan bentuk yang sangat bagus bagi peziarahan; memuaskan batin; wisatawan yang menyukai tempat – tempat yang indah, tenang dan teduh, untuk kembali berekreasi, kekayaan flora dan fauna, kekayaan sejarah dan kekayaan budaya yang lainnya. (sumber : Buku Panduan Wisata Jawa Tenggah Tahun 2000).
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Kondisi Geologi Peta a Peta Vukanologi Kawasan Wisata Dieng
Sumber : google // geologi Wonosobo Dataran Tinggi Dieng terjadi karena letusan suatu gunung berapi. Letusan itu hasilnya bisa dilihat antara lain dari : · Adanya dataran yang luas di bagian dalamnya. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
· Bukit-bukit yang terbentuk bersama-sama dengan batu-batu besar dan kecil. · Adanya kawah-kawah yang masih aktif dan adanya telaga-telaga yang merupakan lembah atau cekungan yang tergenang air yang terdapat banyak ikan di dalamnya dan dapat digunakan sebagai mata pencaharian sambilan oleh penduduk dataran tinggi diaeng. Kondisi lahan di dataran tinggi dieng itu masih sangat labil, tetapi keadaan tanahnya cukup subur. Akibat keadaan ini hingga saat ini masih ada geseran tanah seperti yang pernah terjadi dengan peristiwa hilangnya desa legetang, terpotong jalan tanahnya antara jurusan Banjarnegara menuju ke Karangkobar dan jalan antara Sukorejo menuju Ngadirojo. Gunung Dieng juga disebut Gunung Parahu yang terletak di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian Gunung Dieng 2565 m.dpl. Tipe Gunung api Strato (awan panas). Ancaman yang terjadi bila Gunung Dieng meletus adalah Gas Beracun, adapun kawah yang berbahaya mengeluarkan gas adalah ”Kawah Sileri, Sikidang, Sikendang, Sigluduk, dan Sinila”. Saat ini Gunung Dieng mengalami peningkatan aktifitas dan dalam keadaan status waspada sehinga banyak wisatawan di himbau untuk lebih berhati-hati saat berwisata ke Kawasan Dieng tapi dengan berubahnya status ini tidak mengurangi jumlah kedatangan pengunjung secara derastis.
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1 Sejarah Letusan Gunung Dieng Tahun
Nama Gunung
Aktivitas Letusan
Produk Letusan
Korban
1450
Pakuwojo
Letusan normal
Abu/ pasir
1825/
Pakuwojo
Letusan normal
Abu/pasir
1883
Sikidang/Banteg
Peningkatan
Lumpur kawah
1884
Sikidang
Letusan normal
1895
Siglagak
Pembentukan celah
Uap belerang
1928
Batur
Letusan normal
Lumpur dan batu
1939
Batur
Letusan normal
Uap dan lumpur
5 meninggal
1944
Sileri
Gempa dan letusan
Lumpur
59
1826
org
meninggal, 38 org lukaluka, 55 org hilang 1964
Sileri
Letusan normal
Lumpur
1965
Condradimuko/
Hembusan
Uap air dominan
Telaga Dringo
fumarola, lumpur
Sinila
Hembusan
1979
1990
Dieng Kulon
gas
Gas CO2, CO,
149
racun
CH4,
meninggal
Letusan Freatik
Lumpur
Sumber : Disparta Kab. Wonosobo.
b. Kondisi Hidrologi Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdapat sumber mata air yang merupakan hulu dari Kali Serayu dengan sumber air dari Bima Lukar yang merupakan hulu dari Kali Tulis dengan sumber air dari kaki Gunung Perahu. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Air sungai ini dipergunakan untuk keperluan pertanian, adapun letak kedua sungai ini adalah sebagai berikut: 1. Kali Tulis, yang merupakan batas antara daerah Dieng Wetan di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo dengan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Debit air sungai ini sekitar 120 liter/detik pada saat minimum. 2. Sungai Serayu yang mempunyai mata air di desa Dieng Wetan yang dikenal dengan Tuk Bimolukar, dengan debit air 541 liter/detik pada saat maksimal dan 324 liter/detik pada saat minimum. c. Kondisi Masyarakat. Sebagian besar penduduk Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdiri dari Suku Jawa Pegunungan, yang pada umumnya memeluk agama Islam. Meskipun demikian, mereka tidak menutup diri terhadap pengaruh modernisasi dalam kehidupan sehari-hari, tapi mereka masih egan untuk melepaskan cara hidup tradisional. Sebagian
besar
penduduk
Kawasan
Dataran
Tinggi
Dieng
menggantungkan hidup dari hasil pertanian. Tapi karena pesatnya kemajuan perekonomian sekarang, maka sebagian dari mereka sudah mengalihkan mata pencaharian ke bidang lain seperti bidang perdagangan atau kepegawaian sebagai karyawan di kantor-kantor Pemerintah. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan asing di Kawasan Dataran Tinggi Dieng, maka pada umumnya penduduk di sekitar daerah wisata ini mendapat keuntungan / penghasilan tambahan dari hasil pertanian ataupun bekerja pada perusahaan-perusahaan yang melayani commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepentingan wisatawan tersebut, seperti misalnya bekerja di hotel-hotel, restoran dan lain-lain. d. Kondisi Vegetasi Kawasan Dataran Tinggi Dieng memiliki keanekaragaman flora yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat secara tradisional maupun diolah oleh industri. Beberapa yang sudah dikenal adalah Carica dan Jamur Merang. Keanekaragama flora tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: pohonpohonan yang berejenis pakis haji, kayu dampul, akasia, pohon puspa, pohon cemara, pohon pinus, dan pohon carica. Selain itu juga ada kelompok semak belukar yaitu glagak, kiriyuh, pring ampal gading, kenatus, pakis jebul, lumbung, asem-aseman, andan-andanan, serunen, racunan, pringondani. Ada juga tumbuhan tanah yaitu kumis kucing, rendeng, gandapura, pancal kadang, adon arum,, jupang putih, campean, jupang sindep, sendakan, kentang, jamur merang. Dari jenis tumbuhan air yaitu endong, endong wlingi, ganggang, lumut, lempuyangan, karisan, dan kehingan. Sayuran dan obat-obatan jenisnya yaitu purwoceng, jarak, gandum, jagung, kayu putih, gondopuro, pernacery, tengsek dan cemeti. Dan terahir adalah jenis buah-buahan yaitu apel, persik, pruimen, anggur, peer noten, jambu brasil, arbeyen, terong belanda, pepaya, belimbing, dan jeruk. (Sumber: Dinas Pariwista Wonosobo). e. Kondisi Sosial Ekonomi Jumlah penduduk di kawasan Dieng selama lima tahun terakhir cenderung mengalami pertambahan dari tahun ke tahun. Berikut dapat dicermati data rinci mengenai pola pertambahan penduduk kawasan Dieng. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kawasan Dieng
Dieng Kulon Karangtengah Dieng Wetan Jojogan
Jumlah Penduduk 2000 2001 3.037 3.070 4.536 4.546 1.836 1.859 1.212 1.232
2002 3.104 4.579 1.887 1.255
2003 3.130 4.595 1.910 1.268
2004 3.159 4.608 1.945 1.274
Jumlah penduduk kawasan Dieng
10.621
10.707
10.825
10.903
10.986
0,81
1,10
0,72
0,76
No
Desa
1 2 3 4
% pertambahan penduduk rata-rata % pertambahan penduduk
0,85
Sumber : Kecamatan Kejajar, 2000-2004 Kecamatan Batur, 2000-2004
Pertambahan penduduk relatif sedikit sehingga kebutuhan dan fasilitas pelayanan masih terpenuhi dengan fasilitas yang ada. Dengan penggunaan lahan, dengan kemiringan lahan, sebaiknya tidak ada penambahan bangunan kawasan Dieng meski kemiringan lahan di beberapa segmen relatif datar (dapat dibudidayakan atau dikembangkan menjadi kawasan permukiman). Fungsi kawasan Dieng sebagai daerah resapan. Sehingga seminimal mungkin didirikan bangunan di atas kawasan Dieng, terutama bangunan-bangunan yang langsung terletak di atas tanah.
C. Tinjauan sosial masyarakat terhadap kepariwisataan dan pelestarian alam Masyarakat Dieng yang mempunyai karakteristik agraris terbentuk oleh aktivitas
pertanian
yang
dilakukan.
Hubungan
antar
masyarakatnya
mempunyai ikatan yang cukup kuat dalam hubungan spiritualitas mereka commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(terutama agama Islam) namun keterbatasan pandangan dan kesadaran terhadap
lingkungan,
kemiskinan,
dan
kebutuhan
yang
meningkat
mengakibatkan kondisi masyarakat yang tidak mampu dalam menjaga lingkungannya. Kepariwisataan yang berkembang di kawasan Dieng memberikan perubahan terhadap pandangan dan kebutuhan hidup masyarakat Dieng, meskipun masih dalam taraf yang rendah. Hal ini perlu disadari sejak awal bahwa keterbukaan masyarakat Dieng terhadap wisatawan dan pemiat wisata sangat terbatas tergantung tingkat pendidikan, spiritualitas, pola hidup dan sebagainya. Apabila hal ini tidak disadari maka gesekan akan mengakibatkan dua hal : §
Masyarakat semakin termarjinalkan dan tidak dapat turut berperan dalam pengembangan kepariwisataan secara menyeluruh.
§
Timbulnya
penolakan
dan
penentangan
terhadap
berkembangnya
kepariwisataan di kawasan Dieng yang selanjutnya akan berdampak pada pengembangan kepariwisataan di Dieng itu sendiri. Bertitik tolak dari keadaan tersebut perlu dicermati dan diperhatikan bagaimana masyarakat dapat berperan aktif secara mentalitas tanpa menimbulkan dampak yang merugikan. Mentalitas masyarakat perlu dikembangkan menjadi bagian integral dari kepariwisataan, sehingga kepariwisataan menjadi kebutuhan primer selain pertanian (Wawancara dengan Bapak Oni Wiyono, 5 Februari 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
D. Tinjauan spiritualitas masyarakat terhadap eksistensi candi dan kepariwisataan Perkembangan kawasan Dieng menjadi salah satu tujuan wisata di Provinsi Jawa Tengah, secara langsung akan mengakibatkan pergesekan budaya antara masyarakat setempat dengan para wisatawan khususnya bagi wisatawan mancanegara. Pergesekan antar budaya dalam dan budaya luar perlu dikelola secara baik agar mentalitas masyarakat setempat dapat siap menerima perubahan-perubahan tersebut tanpa menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan kepariwisataan itu sendiri. Bagi wisatawan diharapkan untuk tetap menjaga nilai-nilai yang dapat diterima bagi masyarakat setempat, sedangkan pihak pemerintah turut membina masyarakat agar dapat beradaptasi perubahan yang terjadi. Kerjasama antara pemerintah, investor dan tokoh masyarakat diperlukan untuk dapat saling mempersiapkan diri apabila kawasan Dieng menjadi kawasan wisata. Menurut sejarah masyarakat Dieng adalah masyarakat yang beragama Hindu. Hal ini dilihat dari adanya candi sebagai tempat pemujaan. Selanjutnya, terjadi perubahan pada agama masyarakat Dieng. Sebagian besar, masyarakat Dieng penganut agama Islam. Dengandemikian, tidak ada hubungan spiritualitas antara agama yang dipeluk oleh masyarakat Dieng dengan keberadaan Candi. Keberadaan Candi di kawasan Dieng berada di bawah koordinasi Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), dimana kawasan candi berada dibawah peraturan pemerintah tentang pelestarian cagar budaya. Obyek wisata commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
candi telah berubah dari tempat pemujaan menjadi tempat wisata. Hal ini berbeda dengan kondisi dari Candi Borobudur, dimana pada hari Waisak masih digunakan bersama bagi pemeluk agama Budha. Candi di kawasan Dieng tidak lagi sebagai tempat pemujaan melainkan hanya sebagai tempat untuk sembahyang bagi masyarakat Hindu, khususnya masyarakat Bali. Tidak adanya kaitan spiritual antara masyarakat dengan candi yang berada di kawasan tersebut maka dapat menimbulkan kendala bagi pemeliharaan situs tersebut, oleh karena itu perlu dikembangkan pemeliharaan dan pelestarian candi bagi masyarakat di kawasan tersebut sebagai kawasan bersejarah dan kawasan wisata.
E. Tinjauan
budaya
dan
kesenian
masyarakat
terhadap
kegiatan
kepariwisataan. Potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat dalam menjaga dan ikut mengembangkan budaya masyarakat dapat menjadi kekuatan dalam meningkatkan peran budaya dan kesenian masyarakat bagi penunjang keberadaan kepariwisataan. Kepariwisataan tidak akan berhasil apabila tidak didukung
oleh
masyarakat
setempat
sebagai
subyek
pembangunan.
Masyarakat perlu dikembangkan untuk dapat menjual berbagai potensi daerahnya, seperti kesenian, produk kerajinan, produk sumber daya alam, produk perkebunan dan lain sebagainya. Untuk kepariwisataan harus dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan demikian, secara langsung masyarakat akan tetap memelihara budayanya (Wawancara dengan Bapak Oni Wiyono, 5 Februari 2009). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
Masyarakat telah dapat mengembangkan alat musik tabuhan untuk mendukung berbagai musik tradisional. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah kegiatan mengamen dengan cara tidak mendatangi pengunjung, melainkan dengan membuka tempat untuk bermain musik. Pengunjung yang melewati dapat memberikan uang. Tempat ngamen biasanya berada di jalur pedestrian di dalam obyek wisata. Aktivitas ini dapat dianggap sebagai aktivitas yang mempunyai potensi untuk menarik pengunjung. Potensi ini harus dibina agar mampu meningkatkan ketrampilan bermain alat musik dan bernyanyi, sehingga masyarakat dapat memberikan sedikit uangnya tanpa terpaksa, tapi karena merasa terhibur. Sebagai unsur pendukung wisata tari dan musik merupakan aktivitas yang dapat diunggulkan. Untuk itu, perlunya penggarapan baik tari maupun musik secara modern, seperti : Musik kenthongan, klothekan dan Rebana maupun tarian dapat dikembangkan menjadi acara-acara festival dan lomba di kawasan itu untuk menarik pengunjung. Selain itu juga adanya beberapa mitos/cerita rakyat yang dapat diangkat untuk mendukung pengembangan Kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai obyek wisata, seperti: §
Mitos anak bajang, dikaitkan dengan buto ijo
§
Legenda Gangsiran Aswatama dikaitkan dengan upaya Aswatama membunuh Raden Parikesit
§
Legenda Bimo Lukar, dikaitkan dengan Bimo yang buang air kecil dan menghasilkan mata air Serayu
§
Legenda Kawah Chandra Dimuka, dikaitkan dengan Wisanggeni dan tempat penyiksaan bagi pembangkang para dewa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
§
Legenda Sumur Jalatunda, dikaitkan dengan Antaboga
§
Mitos awal mula penduduk Dieng dikaitkan dengan migrasi masyarakat tempo dulu
§
Mitos khasiat tumbuhan tertentu, seperti Purwoceng
§
Mitos Ondha Budha (tangga lama) sebagai salah satu jalan kuno yang digunakan masyarakat dulu menuju Kawasan Candi Dieng
§
Mitos Burung Belibis (Sumber: Dinas Pariwista Wonosobo)
F. Kondisi Fisik Tata Ruang Kawasan Dieng Berdasarkan data statistik yang ada, jenis penggunaan lahan di ke-empat desa dalam wilayah perencanaan relatif sama, dengan intesitas yang berbeda. Secara keseluruhan luas tegalan relatif dominan yaitu seluas 619.215 Ha. Area tegalan terluas ada di Desa Karangtengah seluas 341.06 Ha, sedangkan luasan terkecil adalah rawa/telaga. Kawasan Dieng berada pada ketinggian 2.093 M dpl. Dan merupakan kawasan penyangga. Fungsi sebagai kawasan penyangga tersebut adalah bahwa kawasan yang berada pada ketinggian 2000 diatas permukaan laut atau lebih adalah merupakan kawasan lindung, tanpa dilakukan skoring. Namun sejauh mata memandang, wilayah perencanaan didominasi oleh area pertanian kentang yang berlangsung melalui proses penjarahan dan perambahan hutan. Berdasarkan kemiringan lahan, kemiringan lahan di kawasan Dieng cukup tajam yaitu sampai dengan 60 derajat, namun pada daerah tertentu commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wilayah perencanaan memiliki kemiringan yang bervariasi. Sekitar SPBU di desa Karangtengah memiliki kemiringan lahan sekitar 6%. Kelompok candi Arjuna dan sekitarnya merupakan kawasan yang relatif datar dengan kemiringan lahan 0,3% - 8,3%. Telaga Merdada dikelilingi bukit dengan kemiringan rerata sekitar 40%. Fungsi kawasan Dieng sebagai kawasan penyangga menunjukan bahwa kawasan ini merupakan daerah resapan. Keberadaan bangunan dan pola pertanian kentang yang tidak ramah lingkungan memperlemah peran dan fungsi kawasan Dieng sebagai kawasan penyangga dan daerah resapan.
G. Makanan dan Oleh-oleh Khas Wonosobo 1.Mie ongkok dan Sate Sapi Mi Ongklok (bakmi ongklok) adalah makanan khas Kabupaten Wonosobo berupa mi rebus yang dibuat dengan racikan khusus menggunakan kol, daun kucai, dan kuah yang disebut loh. Paling pas disajikan hangat bersama sate sapi dan tempe kemul. Beberapa pedagang mi ongklok yang terkenal adalah mi ongklok Longkrang, mi ongklok Pak Muhamad (depan Rumah Makan Wana Boga). 2.Carica Pepaya
gunung
atau
karika
(sering
ditulis
carica,
Vasconcellea
cundinamarcensis, syn. Carica pubescens) adalah kerabat pepaya yang menyukai keadaan dataran tinggi basah, 1.500-3.000 m di atas permukaan laut. Daerah asalnya adalah dataran tinggi Andes, Amerika Selatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Tumbuhan mirip pohon walaupun sesungguhnya adalah terna raksasa, karena batangnya tidak membentuk jaringan kayu (lignin). Tinggi dapat mencapai 10m dengan sedikit cabang. Buahnya berbentuk peluru dengan panjang 615cm dan lebar diameter 3-8cm, dengan lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung; sewaktu muda berwarna hijau dan menjadi kuning atau jingga di saat masak. Buahnya (mesokarp) dapat dimakan segar walau agak sepat, namun biasanya diawetkan dalam cairan sirup atau dimasak sebagai sayuran. Seperti pepaya, buahnya mengandung banyak papain, enzim yang mampu mendegradasi protein ("proteolitik"). Pepaya gunung diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang Perang Dunia II oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng. Sekarang "carica" menjadi salah satu buah tangan khas dari daerah itu. Jenis ini dipakai sebagai tetua bagi jenis buah hibrida "Babaco", sejenis pepaya yang populer di Amerika Selatan. 3.Purwaceng Purwaceng (Pimpinella Pruatjan) tumbuhan herbal dari genus Apiaceae. Terkenal karena khasiatya yang dapat meningkatkan stamina bagi si peminum. Biasanya diolah dalam bentuk bubuk purwaceng, kopi purwaceng dan susu purwaceng. 4.Tempe Kemul Tempe Kemul adalah makanan ringan yang terbuat dari tempe yang digoreng dengan dibalut gandum. Kemul dalam bahasa Jawa berarti selimut. Makanan ini umumnya disuguhkan dalam keadaan panas. Di beberapa daerah, tempe commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemul dikenal dengan istilah tempe mendoan, hanya saja kalau mendoan umumnya dimasak dalam keadaan setengah matang. Di Wonosobo, tempe kemul banyak dijual di kaki lima, seperti misalnya bakso atau mi ongklok tetapi terkadang juga dijual tersendiri. Makanan ini sangat
digemari
masyarakat
Wonosobo
termasuk
juga turis,
baik
mancanegara atau domestik. 5.Opak Opak dibuat dari singkong rebus yang ditumbuk, diberi garam dan daun kucai, dibentuk tipis-tipis, dijemur lalu digoreng. Namun tidak semua opak diberi daun kucai. Opak adalah kerupuk khas Wonosobo. Pusat produksinya ada di desa Jolontoro kecamatan Sapuran. Di pasaran dijual matang maupun mentah. Jika anda menggoreng sendiri, jangan sampai gosong. Sebab dengan minyak yang cukup panas, opak mentah kering akan matang hanya dalam waktu kira-kira 7 detik. Sekali goreng, kira kira satu genggam. Opak cocok untuk hidangan di rumah, lebih enak sambil minum teh. Ada yang menjual per kilogram, ini opak yang diurai. Ada juga opak yang dirangkai dengan tali bambu. Harganya pun berbeda-beda. Yang bagus ada yang Rp. 7.000,- per/kg. Satu kilogram opak mentah jika digoreng semua, bisa mengembang menjadi dua atau tiga toples besar. Mungkin anda belum kenal kucai. Kucai adalah tanaman sayur hijau, mirip daun loncang namun kecil seperti rumput. Aromanya khas, apalagi setelah matang. Di Wonosobo sering dijumpai di pasar tradisional maupun di supermarket. Di supermarket kota-kota besar juga banyak yang jual. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Opak dapat anda beli di pertokoan yang menyediakan makanan oleh-oleh. Paling banyak di kecamatan Kertek, di pinggir jalan raya utama SemarangPuwokerto. Namun jika anda sempat, di supermarket atau di pasar tradisional banyak dijual 6.Kripik Jamur Sesuai dengan namanya, keripik jamur adalah jamur yang dibuat menjadi keripik. Di Wonosobo, sejak dulu budidaya jamur sudah tidak asing lagi. Selain sebagai bahan makanan basah, kini masyarakat Wonosobo sudah lebih inovatif dengan mengolah jamur menjadi keripik
H. Fasilitas Penunjang Wisata Kabupaten Wonosobo 1.Hotel Sebagai daerah tujuan wisata, Wonosobo memiliki banyak hotel. Ada banyak pilihan, mulai dari hotel berbintang sampai hotel melati. Sebagian besar hotel-hotel ini terletak di dalam kota Wonosobo. Dengan demikian ketika menginap di hotel ini, anda dapat menikmati suasana kota Wonosobo sambil jalan-jalan. Berikut ini daftar hotel yang ada di Wonosobo. Untuk booking atau informasi lebih lanjut, dapat hubungi hotel yang kita inginkan.
Nama Hotel
Type/Star
Alamat
Phone (0286)
Kamar
Bed
1
Kresna
Bintang IV
Jl. Pasukan Ronggolawe No. 30
324111
115
193
2
Surya Asia
Bintang II
Jl. A. Yani No.137
322992
58
98
3
Bhima
Bintang I
Jl. a. Yani
321233
49
98
4
Sri Kencana
Bintang I
Jl. A. Yani No. 81
321551
40
80
5
Parama
Bintang I
Jl. A. Yani No. 112
321788
35
70
6
Arjuna
Bintang I
Jl. Sindoro
321389
20
40
7
Dewi
Bintang III
Jl. A. Yani
321813
55
300
8
Kledung Pass
Melati III
-
-
-
Jl. Magelang Km 17 commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9
Nirwana
Melati III
Jl. Resimen 18 No. 36
321066
25
46
10
Duta
Melati II
Jl. R S U No. 3
321674
14
21
11
Petra
Melati II
Jl. A. Yani No.97
321447
20
36
12
Dieng
Melati I
JL. Bayangkara No. 39
322035
7
14
13
Asri
Melati I
Jl. Resimen 18
322476
3
6
14
Familiy
Melati I
Jl. Sumbing No. 16
321396
12
27
15
Pendawa Lima
Melati I
Jl. Resimen 18 No. 46
321257
18
44
16
Sindoro
Melati I
Jl. Sumbing No. 14
321179
20
44
17
Widuri
Melati I
Jl. Resimen 18 No. 44
-
10
16
18
Surya
Melati I
Jl. A. Yani No.6
-
6
12
19
Surabaya
Melati I
Jl. Raya Dieng
321181
23
45
20
Jawa Tengah
Melati I
Jl. A. Yani No. 62
-
5
11
21
Asri Dieng
Melati I
Jl. Telaga Warna, Dieng
22
Rahayu
Melati I
Jl. Resimen 18 No. 50
23
Bu Djono
Melati I
24
Lestari
25 26
-
16
25
322431
12
17
Dieng
-
6
11
Melati I
Dieng
-
5
5
Mandala Wangi
Melati II
Jl. Bambang Sugeng Km 4 Mendolo
321813
27
44
Dieng Plateau
Melati II
Jl. Raya Dieng No. 16
-
10
12
Jl. M. Bambang Sugeng
-
12
15
27 Slamet Melati I Sumber: Dinas Pariwisata Wonosobo
2.Restoran dan Warung Makan Di Kabupaten Wonosobo dapat kita jumpai banyak sekali restoran atau warung makan dengan berbagai pilihan masakan. Karena Wonosobo menjadi salah satu tempat tujuan wisata maka usaha tempat makan di sini sangat berkembang cepat, restoran dan warung makan yang dapat kita jumpai di sini antara lain :
No
Rumah Makan/Restoran
Alamat
No. Telephone
1
Restoran Asia
Jl. Angkatan 45 No. 43
2
Dieng Kledung Pass
Jl. Parakan Km. 17
3
Shanti Rahayu
Jl. Ahmad Yani
(0286) 21337
4
Gudeg
Jl. Ahmad Yani No. 143
(0268) 21443
5
Mirasa
Jl. Jl. Ahmad Yani
(0286) 21165
6
Citra Minang
commit Jl. Ahmad Yanito
(0286) 21154
user
(0286) 21165 (0286) 21266-21433
Masakan Eropa, Cina, Indonesia Eropa, Cina, Indonesia Eropa, Cina, Indonesia Indonesia Eropa, Cina, Indonesia Indonesia Padang
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7
Cicilia
Jl. Sumbing No. 84
8
Eco
Jl. Resimen 18
9
Sari Rasa
Jl. Bhayangkara
10
Mbak Us
Jl. S. Parman
Indonesia
11
Mbak Tri
Jl. S. Parman
Indonesia
12
Sate Banyumas
Jl. Sumbing No. 84
13
Gayatri
Jl. Parakan Km. 10
Indonesia
14
Senang
Jl. Jl. Dieng Kejajar
Indonesia
15
Madekur
Jl. Jl. Dieng
Indonesia
16
Selera
(0286) 22345
17
Belimbing
18
Sederhana
19
Tumbuh Lagi
Jl. Jl. Dieng (Kalianget) Jl. Raya Banjarnegara Krasak Selomerto Km. 8 JL. Raya Banjarnegara Selomerto Km. 6 Jl. Raya Banjarnegara Selomerto (Km. 6)
(0286) 23415
Indonesia
20
Inti Sari
Jl. Ahmad Yani
(0286) 21415
Indonesia
21
Asri
Jl. Mayjen Bambang Sugeng
22
Argopeni
Jl. Argipeni No. 2
(0286) 21415
Indonesia
23
Tawang
Jl. Raya Banjarnegara Km. 3
(0286) 21769
Indonesia
24
Pak Muhadi
Jl. Ahmad Yani
Indonesia
25
Murah Meriah
Indonesia
26
Sate Sari Rasa
(0286) 321415
27
Barokah
Jl. Raya Magelang Km. 6 Kertek Jl. Jl. Raya Magelang Km. 5 Kertek Jl. Raya Banjarnegara Km. 6 Selomerto
28
Cita Rasa
Jl. Ahmad Yani No. 94
(0286) 321384
29
Mie Ongklok
Jl. Pasukan Ronggolawe
Indonesia
30
Sileri
Jl. Raya Dieng Bugangan
Indonesia
31
Bu Hari
Jl. Masjid
Indonesia
32
Langgeng
Jl. Masjid
Indonesia
33
Sukasari Warung Tenda dan Jajanan
Jl. Raya Banyumas Km. 3
Indonesia
di sepanjang jalan Pramuka
Indonesia
34
(0286) 22652
Indonesia Indonesia
(0286) 21475
(0286) 21504
Indonesia
Indonesia
Indonesia Indonesia Indonesia
Indonesia
Indonesia Indonesia Indonesia
(buka Pukul 16.00-21.00) 35
Sate Sari Rasa
Jl. Raya Magelang Km. 5 Kertek
Indonesia
36
Sate Mekar Sari
Indonesia
37
Barokah
Jl. Raya Magelang Km. 5 Kertek Jl. Raya Banjarnegara Km. 6 Selomerto
38
Cita Rasa
Jl. Ahmad Yani No. 94
39
Sari Raos
Jl. Raya magelang Km. 5 Bojasari
Indonesia
40
Bu Hari
Jl. Masjid
Indonesia
41
Langgeng
Jl. Masjid
Indonesia
42
Sukasari
Jl. Raya Banyumas Km. 3
Indonesia
43
Ayam Goreng Bu Titik
Bogangan
Indonesia
Sumber: Dinas Pariwisata Wonosobo commit to user
Indonesia (0286) 321384
Indonesia
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari daftar Hotel dan Restoran diatas maka kita tidak akan merasa kesulitan ataupun bingung saat kita berwisata di Wonosobo, karena banyak sekali pilihan Hotel dan Restoran yang dapat menjadi pilihan kita sesuai dengan selera kita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III ANALISIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN KAWASAN WISATA DIENG
A. Atraksi Wisata Kawasan Wisata Dieng. Atraksi adalah daya tarik wisata atau segala sesuatu yang bisa membuat turis tertarik untuk mengunjungi suatu tempat wisata dan merupakan alasan utama wisatawan asing melakukan perjalanan ke tempat tersebut, sehingga atraksi merupakan faktor penarik utama dalam kegiatan pariwisata. Atraksi ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: 1. Atraksi Wisata Alam Atraksi alam adalah atraksi yang ada secara alami dan bukan merupakan ciptaan dari manusia. Ketika berbicara mengenai atraksi alam ini Kawasan Wisata Dieng mempunyai banyak sekali obyek wisata alam seperti Telaga, Kawah, Gua, Sumber Air Panas, Air Terjun dan sebagainya. Obyek-obyek wisata alam di Kawasan Wisata Dieng ini tersebar di dua kabupaten yaitu Wonosobo dan Banjarnegara. Adapun obyek – obyek wisata alam tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini a. Tuk Bima Lukar Merupakan objek sumber mata air dari sungai Serayu, konon pada waktu itu antara Pendawa dan Astina bersama-sama mengadakan perlombaan mencari mata air. Tuk Bima Lukar adalah mata air yang ditemukan oleh pihak to usermata air sungai Bogowonto di Pendawa sedangkan Astina commit menemukan
36
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
daerah Wonosobo pula. Tatkala sang Bima dari Pendawa menemukan Tuk Bima Lukar dilihatnya ada seorang gadis cantik yang sedang mandi di sana, karena terpesona melihat kecantikan sang puteri berkatalah dia Siro Ayu yang artinya kamu cantik dari kata Siro Ayu tersebuttimbullah kata Serayu untuk memberi nama aliran mata air itu hingga sampai sekarang sungai itu masih tetap mengalir dan mengunakan nama yang sama. (sumber : Buku panduan wisata Jawa Tengah tahun 2000). b. Kawah Si Kidang Merupakan lubang yang berisi gas dan cairan belerang panas, kawah ini selalu berpindah-pindah dari waktu ke waktu. Alkisah tersebutlah seorang raja yang berbadan manusia dan berkepala kidang berkuasa di sana ketika pada suatu peperangan akibat ekspansi dari kerajaan tetangganya dia mengalami kekalahan. Oleh raja yang menang dia mendapatkan hukuman yang sangat berat yakni di perintahkan untuk membuat sumur yang digalinya sendiri. Karena ia inggin membalas dendam atas perlakuan yang diterimanya, bertapalah raja itu dalam tanah. Oleh dewa dia diharuskan bertapa selama 100 hari, setelah itu retaklah sumur itu sedikit demi sedikit yang ahirnya menjadi ledakan yang dasyat dan keluarlah lahar dari sana. Itulah sebabnya yang hingga sekarang di beri nama Si Kidang. (sumber : Buku panduan wisata Jawa Tengah tahun 2000). c. Telaga Warna dan Telaga Pengilon Letaknya berada di kompleks Cagar Alam Dieng, warna yang ada disana adalah diakibatkan adanya air belerang yang muncul di permukaan air. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kedua Telaga ini dahulu merupakan satu telaga saja, karena terbentungnya sungai Tulis oleh Lava maka telaga ini terpisah menjadi dua sampai sekarang. (sumber : Buku panduan wisata Jawa Tengah tahun 2000). d. Telaga Cebong Terletak di desa sambungan ( desa tertinggi di jawa tengah ) ±2300m dari permukaan laut. Bentuknya seperti cebong(anak katak) luasnya 10ha. Telaga ini merupakan cekungan dikelilingi oleh permukaan bukit antara lain : Gunung Pakuwajo, Gunung Prambanan, dan Gunung Sidede terjadi karena pemunculan air tanah. (sumber : Buku panduan wisata Jawa Tengah tahun 2000). e. Batu Semar Terletak di kompleks Hutan Wisata Dieng merupakan batu besar dengan ukuran 36M³ dan di situ secara ilmiah terukir sebuah profil yakni profil manusia, sehingga batu tersebut ada yang memberi nama batu Semar. Di samping itu konon di sana pernah ditemukan sebuah prasasti yang bertuliskan huruf sansekerta dengan demikian pula nama lain dari batu tadi adalah batu tulis. (sumber : Buku panduan wisata Jawa Tengah tahun 2000). f. Gua Sumur Letaknya bersebelahan dengan Gua Semar. Sebelum orang bertapa di Gua Semar terlebih dahulu harus membersihkan diri(mandi) di dalam sumur yang ada di dalam gua, dengan demikian tak lupa membakar dupa, menabur bunga talon , dan uang logam. (sumber : Buku panduan wisata Jawa Tengah tahun 2000). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
g. Gua Semar Terletak di Hutan Wisata Dieng. Gua ini sering digunakan untuk bertapa di samping itu bagi mereka yang menginginkan segala permohonannya terkabul bias juga melalui juru kunci yang ada di sana. (sumber : Buku panduan wisata Jawa Tengah tahun 2000). h. Gua Jaran Berdekatan dengan Gua Sumur. Konon pada saat itu ada seekor kuda betina yang karena kemalaman berada di dekat gua dan menginap disana. Dengan tak disadari sekeluar dari gua tersebut kedapatan kuda tersebut telah mengandung. Oleh sementara orang yang belum dikaruniai putera, gua jaran tersebut sering digunakan untuk memohon dengan jalan agar segera punya anak. (sumber : Buku panduan wisata Jawa Tengah tahun 2000). i.
Telaga Menjer Merupakan telaga alami terluas di Kabupaten Wonosobo, berada pada ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut dengan luas 70 hektar dan kedalaman air mencapai 45 meter. Telaga Menjer terletak di desa Maron kec. Garung 12 Km sebelah utara kota Wonosobo. Sisi utara telaga ini berupa pegunungan yang ditumbuhi tanaman hijau termasuk kebun teh. Sementara itu di sisi selatan dibatasi oleh tanah miring berbatu-batu. Sepintas lalu jika diamati, kemungkinan pada jaman purba ini merupakan kawah dan saat ini sudah tidak aktif sehingga air tertampung di dalamnya. Dengan air yang luas dan jernih, alam yang tenang dan pegunungan yang mengelilinginya, Telaga ini menyuguhkan suasana damai. Lebih indah lagi commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ketika langit cerah dipagi hari dibarengi oleh tiupan angin segar perlahanlahan. Di tepian telaga banyak ditanam pohon pinus, sehingga suasana semakin indah. Di telaga ini, anda dapat naik rakit berkeliling telaga. Telaga ini sering dikunjungi anak-anak muda baik lokal maupun dari luar kota. Memang letaknya dekat dengan kota Wonosobo. Mereka biasanya berombongan naik sepeda motor. Sepeda motor merupakan sarana yang paling mudah untuk menuju tempat ini. Banyak juga mereka yang hobi memancing menyalurkan hobinya di telaga ini. Sebagian penduduk sekitar juga ada yang mencari ikan di telaga ini. Air dari telaga ini cukup besar, oleh sebab itu air dari telaga ini digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, dikenal dengan PLTA Garung. (sumber : Buku panduan wisata Jawa Tengah tahun 2000).
2. Atraksi Wisata Budaya Atraksi budaya merupakan daya tarik yang berupa hasil olah budi manusia, seperti kesenian (seni pertunjukan dan seni kerajinan), peninggalan bersejarah, adat istiadat masyarakat (upacara tradisional, tata kehidupan sehari-hari),. Adapun aneka atraksi budaya kawasan dataran tinggi Dieng adalah : a. Hari Jadi Kota Wonosobo Peringatan hari jadi kota Wonosobo jatuh pada tanggal 24 Juli, selalu dimeriahkan dengan festival dan karnaval dari instansi pemerintahan dan masyarakat Wonosobo sendiri, selain itu juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi wisata antara lain prosesi kirab, lomba seni, ruwatan, lepas balon udara tradisional dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
b. Tenong Suran Ini adalah upacara tradisi yang di rayakan sebagai upacara peringatan hari jadi dusun Gianti, Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto. Upacara ini dilaksanakan pada bulan sura dilaksanakan dengan merdi desa yang disertai upacara tenongan kemudian dilanjutkan dengan pagelaran seni tradisional semalam suntuk. c. Tradisi Cukur Gembel Anak – anak berambut gembel terbilang langka dan jarang kita jumpai seantero wilayah Nusantara ini. Sebagian besar dapat kita temukan di wilayah Kabupaten Wonosobo dan sebagian di Kabupaten Banjarnegara serta di lereng Merbabu. Ruwatan Cukur Rambut Gembel secara tradisional hingga kini masih berjalan turun temurun, terutama di Dataran Tinggi Dieng dan Lereng Sindoro Sumbing. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo meramu kegiatan tradisi ini menjadi aset budaya daerah melalui kegiatan tahunan Subdin. Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Anak berambut gembel memiliki karakter dan perilaku yang berbeda dari kebiasaan anak seusianya. Kalau tidak energik, nakal, berjiwa heroik, suka mengatur akan muncul perilaku yang diam, pemalu, susah bergaul dengan dunia luar. Kondisi kejiwaan ini diyakini masyarakat lebih pada kekuatan mitos dimana gejala kejiwaan yang muncul sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik rambut yang tumbuh gembel. Lebih jauh berpangkal pada mitos menceritakan bahwa rambut gembel itu merupakan “ TITIPAN “. Sudah barang tentu karena itu hanya merupakan titipan suatu saat akan diambil kembali oleh yang empunya. Kecenderungan tipe sikap demikian yang commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbelenggu oleh daya nalar yang terbatas terbentuklah sikap menerima dengan sepenuh hati. Van Peursen menyebutnya dengan istilah “ sikap mistis “ dimana sikap manusia yang merasakan dirinya terbelenggu oleh kekuatan – kekuatan gaib disekitarnya. Kondisi anak yang begitu selanjutnya disebut anak “ SUKERTA “ yaitu anak yang
di
cadangkan
menjadi
mangsa
Batharakala(pengaruh
budaya
wayang).Untuk melepaskan dan mengangkat kembali anak dari kondisi sialnya itu atau membersihkan sesukernya(gembelnya) harus dilakukan upacara Ruwatan. Ruwatan berasal dari kata Ruwat yang artinya melepaskan yaitu melepaskan dari nasib sialnya, dari kondisi terbelenggu adat, melepaskan dari karakteristik anak yang cenderung aneh agar kembali tumbuh normal sebagaimana anak yang lain. Acara Ruwatan tidak dapat dipaksakan oleh orang tuanya tetapi setelah anak mengajukan permintaan sebagai persyaratan khusus yang disebut “BEBANA“ atau permintaan. Dari pengalaman masa lalu yang pernah dilakukan Dinas Pariwisata sangatlah beragam bebana yang dimintanya, dan kitapun sebagai pelayan hanya mengiyakan dan berusaha memenuhinya. Sebab kalau tidak dipenuhi rambut gembel yang telah dicukurnya akan tumbuh kembali dan kondisi kesehatan akan terganggu, badan akan terasa panas dingin bahkan sampai ada yang mengigau dan kejang – kejang. Pada situasi demikian muncul bayangan seperti dikejar – kejar ular raksasa yang siap menerkamnya, tak khayal kalau kemudian “clemang – clemong “ (mengigau) muncul sederetan kata – kata diluar kontrol yang itu justru commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipercayai sabda sang gaib. Kalau sudah demikian orang tua dan sesepuh hanya akan takut, bingung dan mencermati, mendengarkan serta berusaha untuk memenuhi agar anaknya selamat. Ular hanya akan takut dengan api, maka dalam asesoris yang nampak pada lokasi pelaksanaan ritual itu ada tiga buah naga raksasa suatu penggambaran bentuk perwujudan binatang yang sering mengganggu. Di dalam sendang dipancangkan lima bola api yang mengandung makna dari “Keblat Papat Kalima Pancer“ telah di tangkal dengan api agar tidak mengganggu jalannya upacara ritual terlebih anak yang akan diruwat. Dipilihnya tempat pelaksanaan di Sendang Kaligondang karena dilokasi ini diyakini penduduk setempat merupakan cikal bakal berdirinya Desa Sendangsari, kecuali itu sendang ini lazim digunakan ritual – ritual lain, airnya jernih tetapi berasa asam. Pemilihan nama desa itupun mengalami pergantian hingga tiga kali. Pada mulanya dinamakan Kaputihan, dalam kurun waktu sekian lama diganti dengan Wiladabanyu dan akhirnya dipilih hingga sekarang dengan nama Sendangsari. Tipe rambut gembel dapat dibedakan dari dua golongan besar yaitu menurut jenis rambut dan letak tumbuhnya. Menurut Jenis rambutnya ada tiga model : 1. “Gembel Pari“ yaitu model gembel yang tumbuh memanjang membentuk ikatan rambut kecil – kecil menyerupai bentuk padi. Tipe ini berasal dari jenis rambut lurus dan tipis.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. “Gembel Jatha“ yaitu corak gembel yang merupakan kumpulan rambut gembel yang besar – besar tetapi tidak lekat menjadi satu. Jenis ini berasal dari rambut lurus dan tebal. 3. “Gembel Wedhus/Gembel Debleng“ yaitu model gembel yang merupakan kumpulan rambut besar – besar menjadi satu menyerupai bulu domba. Tipe ini berasal dari rambut berombak / kriting. Sedangkan menurut letak tumbuhnya : 1. “Gembel Gombak“ yaitu tipe gembel yang letak tumbuhnya dibagian belakang kepala. 2. “Gembel Pethek“ yaitu tipe gembel yang tumbuhnya dibagian samping kepala diatas telinga. 3. “Gembel Kuncung“ yaitu tipe gembel yang letak tumbuhnya di daerah ubun – ubun bagian tengah agak kedepan bagian kepala. (sumber: Dinas Pariwisata Wonosobo) d. Tari Jaran Kepang Biasanya dibawakan oleh 7 orang penari, satu penari sebagai plandang (pemimpin) dan enam lainnya sebagai prajurit. Tarian ini didasarkan pada Legenda Raden Panji Asmoro Bangun yang sedang mencari kekasihnya yang bernama Dewi Sekartaji. Para penari menaiki jaran (kuda) yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Pemimpin tari biasanya membawa pecut/cemeti atau cambuk yang biasa digunakan alat bantu dalam mengendalikan kuda. Tarian ini disebut juga jathilan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
e. Tari Lengger Berasal dari kata "le", panggilan untuk anak laki-laki dan "ger" dari kata geger yang artinya gaduh. Tarian lengger ini mulanya dibawakan oleh lakilaki yang dirias seperti wanita dan dibawakan oleh sembilan penari. Ada sejenis tarian lain serupa yaitu "Gambyong Lengger" yang biasanya disajikan sebagai tari untuk sambutan f. Tari Angguk Tari Angguk merupakan tarian dimana penarinya mengangguk-anggukkan kepala. Kostum yang dipakai mirip kostum prajurit Belanda tempo dulu. Tarian dan lagu yang dibawakan bernafaskan Islam. Jenis tarian ini mirip sekali dengan tari Ndolalak di Kabupaten Purworejo dan Kulon Progo Yogyakarta. g. Peningalan Bersejarah Kompleks candi Arjuna terletak di tengah-tengah dataran. Tentunya dahulu sangat sulit untuk membangunnya, karena letaknya di daerah rendah yang sebelumnya penuh air. Lagi pula bangunan-bangunan candi di kompleks Arjuna ini didirikan langsung di atas permukaan tanah, meskipun tanah yang dimaksud tanah keras berupa konglomerat kompak. Sedangkan pada umumnya bangunan candi selalu didirikan dengan pondasidibawah tanah, karena bangunan dibuat dari bahan batu, yang tentu sangat berat. Dengan demikian dapat diduga bahwa para pendiri candi ini adalah orang-orang yang sangat ahli dalam kontruksi. Yang menarik dari Komplek Candi Arjuna ini adalah candi-candi yang berdiri berderet kea rah utara-selatan dan memiliki arsitektur yang berbedacommit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beda. Candi-candi tersebut adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Sedangkan Candi Semar berdiri di depan Candi Arjuna. 1.
Candi Arjuna Candi Arjuna terdapat di barisan paling utara dari kelompok Candi Arjuna. Candi ini mempunyai denah bujur sangkar 6 x 6 m, pembuatannya memakai batu andesit. Pintu masuk berada di sebelah barat, dihiasi dengan kepala kala di bagian atasnya. Dan di bagian pipi tangga candi juga terdapat hiasan berupa kala makara. Di dinding tubuh candi terbagi menjadi tiga bidang yang dibatasi oleh pilaster-pilaster dan dindig ini mempunyailima relung. Diatas relung di hiasi dengan kala marka, sedangkan dibawah relungnya terdapat lapik arca. Namun sekarang ini arcanya sudah tidak ditemukan lagi. Di bawah relung bagian utara terdapat jaladwara yang berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air suci yang telah digunakan untuk membasuh arca yang ada di dalam bilik candi tersebut. Di dalam candi ditemukan yoni, tapi lingga atau arca yang diatasnya sudah tidak ditemukan lagi. Atap Candi Arjuna terdiri atas tiga tingkat. Dan masing-masing, tingkat satu dan dua di masingmasing sisinya terdapat relung yang dihiasi kala makara.bingkai atas dihiasi antefiks, dan pada bagian sudut dihiasi dengan menara sudut. Puncak atap tidak diketahui, karena sudah runtuh. Suasana keseluruhan candi karena telah bocor (rembes) sehingga lembab dan berlumut, sehingga kian terasa suasana magisnya. Di Candi ini masih sering ditemukan bunga dan sisa pembakaran kemenyan(dupa).(sumber : Buku Dieng Poros Dunia)
2. Candi Semar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi arjuna. Berdenah segi panjang dengan ukuran 7 x 3,50 m, terbuat dari batu andesit. Pintu masuk candi ini menghadap ke arak timur dan pintu tersebut mempunyai hiasan kala makara. Sedangkan pada bagian kaki berupa padma tidak memiliki hiasan. Dinding tubuh candi yang panjang memiliki tiga bidang penghias. Pada bagian tengah masing-masing bidang memiliki relung, sementara itu bilik candinya dalam keadaan kosong. Berdasarkan bentuknya diperkirakan bilik candi itu dahulunya berfungsi sebagai tempat untuk berbagai alat upacara. Sedangkan atap candi berbentuk melengkung ke atas menyerupai padma yang besar dan bingkai atasnya dihiasi antefiks. Bagian puncak atas, tidak diketahui bentuknya lagi, karena dibagian tersebut sudah mengalami keruntuhan. Melihat
bentuk bangun
arsitekturalnya yang sederhana, candi ini
dimungkinkan merupakan candi tertua di antara candi-candi lainnya. Meski ada pendapat yang menyatakan Candi Arjuna yang paling tua.(sumber: Buku Dieng Poros Dunia) 3. Candi Srikandi Candi ini masih termasuk dalam komplek Candi Arjuna. Candi ini berdenah bujur sangkar dengan ukuran 3,84 x 3,84 m. bagian bagian batur candi ini tidak memiliki hiasan dan penampil, sedangkan bagian depan candi posisinya agak menjorok keluar yang fungsiny sebagai tanda masuk candi. Kondisi tangga dan pintu masuk candi, sudah rusak tetapi masih tetap kelihatan bagian ambang pintu atas dan bawahnya. Di atas pintu masuk terdapat hiasan berupa kepala kala. Sedangkan diantara bagian kaki dan tubuh candi dipisahkan oleh pelipit yang memanjang. Pada bagian tubuh candi trdapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
hiasan berupa pilar-pilar yang bentunya menyerupai tiang pada sebuah bangunan kayu. Sisi bagian barat digunakan sebagai pintu masuk, sedangkan sisi bagian utara, timur dan selatan digunakan untuk meletakkan tiga tokoh dewa. Yakni Dewa Wishnu, Dewa Shiwa dan Dewa Brahma. Ketiga dewa itu dipahatkan dalam bentuk relief tinggi yamg terletak pada bagian tenggah tubuh candi. Ketiga relief tersebut adalah : a) relief Dewa Wishnu terdapat pada dinding tubuh candi bagian utara, b) Dewa Shiwa terdapat pada dinding tubuh candi sisi timur. Keadaan relief ini sudsh rusak. Namun masih dapat diamati melalui beberapa atribut yang disandangnya, c) relief Dewa Brahma terdapat pada dinding candi sebelah selatan. Bilik candi keadaannya sudah kosong. Sedangkan lantai dasar candi sudah hilang. Dan diatas permukaan tanah candi tersebut yakni pada sisi utara bagian tenggahnya terdapat sebuah lobang yang bisa menembus dinding tubuh candi. Batas antara bagian tubuh dan atap candi berupa pelipit. Pelipit dasar bagian utama memuat pahatan antefiks pada bagian tenggahnya yang diapit oleh hiasan ceplok bunga dan bagian bidang-bidang kaki candi dihiasi dengan bentuk belah ketupat yang diisi dengan hiasan bunga. Di sisi tenggara candi juga terdapay sebuah puncak yang sudah runtuh dan diperkirakan bahwa puncak tersebut sebagai puncak dari candi Srikandi. (sumber : Buku Dieng Poros Dunia) 4. Candi Puntadewa Candi ini terletak di sebelah selatan Candi Srikandi, berdenah buur sangkar dengan ukuran 4,4 x 4,4 m. Candi ini memiliki bentuk kaki yang tinggi, sehingga secara keseluruhan bangunan candi ii kelihatan tinggi dan langsing. Kondisi candi yang demikian juga disebabkan oleh beberapa batu kaki candi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
yang telah runtuh, sehingga kaki candi hampir sama tinggimya dengan tubuh candi. Kaki candi ini terdiri atas padma dan bidang penghias yang bagian atas dan bawahnya dihiasi denga beberapa antefiks dan ratna. Bidang penghiasnya terbagi menjadi beberapa bidangyang masing-masing dibatasi oleh tiang dibagian sisinya. Candi Puntadewa memiliki penampilan yang secara keseluruhan penampang sisinya sama dengan tubuh candi. Pada bingkai bawah dan atas tubuh candi dihiasi dengan antefiks yang indah. Sedang dindingnya dihiasi dengan relung yang menjorok keluar dan besarnya sama dengan ukuran tubuh candi. Diatas relung dihiasi dengan kala markara, sedangkan didalamnya dihiasi dengan relung kecil. Bidang penghias di sebelah kiri dan kanan relung serta di sebelah kiri dan kanan pintu masuk dibatasi dan dihiasi dengan tiang, yang pada puncaknya terdapat dua ekor makara. Semua bidang penghias didinding tubuh candi tidak berhias, kecuali dinding bagian depan yang hiasannya berupa relung berpuncak segitiga yang didalamnya terdapat tempat duduk yang diperindah dengan hiasan berupa daun-daun. Untuk memasuki bilik candi harus melalui dua tangga atas berbentuk ikal besar ( valut) dan tangga bawah yang berhiaskan arca singa. Pintu gerbang candi ini sudah rusak, tetapi berdasarkan sisa-sisanya dapat diketahui bahwa pintu masukya dihiasi dengan kala markara. Bangunan penampil yang menghubungkan tangga dengan bilik candi, sebagian telah rusak. Tetapi masih terlihat adanya dua relung yang berbentuk persegi pada sisinya. Atap bilik candi yang juga merupakan sebagian dari atap candi ini berbentuk persegi delapan. Atas candi terdiri dari bilik padma, bidang yang menjorok masuk dan keluar pada puncak atap. Tingkatan atap pertana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
berbentuk persegi dan masing-masing sisinya dihiasi dengan relung-relung yang ada kala makaranya. Dan pada bagian masing-masing sudut tingkatan atap pertama, terdapat menara sudut yang memiliki persamaan bentuk dengan keseluruhan candi. Tingkatan atap kedua yang lebih kecil telah hilang. Dan berdasarkan bentuk menara sudutnya diperkirakan puncak atas candi puntadewa bentuknya seperti puncak atap sudut, yaitu berbentuk buah keben.(sumber : Buku Dieng Poros Dunia) 5. Candi Sembadra Candi ini memiliki denah bujur sangkar denagn ukuran 3,2 X3,2 m. bagian penampil dihiasi dengan dua buah relung. Pintu masuk kedalam blik candi berhiaskan kala markara. Sedangkan bagian kaik candi tidak memliki bidang penghias. Namun bidang penghias itu terdapat di bagian atas bagian tengah yang diapit oleh dua padma. Tubuh candi hanya terdiri dari bagian dasar, tengah dan atas yang dihiasi dengan padma. Bagian tengah masing-masing sisi candi terdapat bagian yang menjorok. Dan yang terbesar adalah bagian depan pintu masuk, yakni bagian penampil. Tubuh candi tidak memiliki relung, tetapi tiga bidang penghias bagian tengah bidang penghias tersebut berupa relief tinggi tinggi yang terdapat di sis kiri, kanan dan belakang. Relief tinggi tersebut menggambarka tokoh-tokoh para dewa tersebut adalah Dewa Wishnu di sisi utara, Dewa Brahma berkepala empatdi is selatan dan Dewa Shiwa Mahadewa yang bermahkota candra-kepala di sisi barat. Cara penempatan ketiga dewa Trimurti di candi ini memiliki persamaan dengan dewa Trimurti di candi Prambanan. Ini memungkinkan bahwa candi wangsa sanjaya bisa sejaman dengan atau sesudah pembangunan candi Prambanan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
Di bagian sudut antara tubuh candi dan bagian penampil terdapat hiasan berupa tiang-tiang berbentuk segi lima. Bilik candi berbentuk segi delapan yang semakin ke atas semakin mengecil, namun sayang keadaan sudah rusak. Sedangkan atap candi mempunyai denah bujur sangkar, dan lagi keadaannya sudah rusak. Bidang penghias atap terdiri dari hiasan berupa ketupat dan roseta. Di atas bagian itu terdapat tingkat atap tang pertama, dari sisa-sisanya dapat diidentifikasi bahwa di candi ini terdapat menara sudutnya. Sedangkan di bagian atas atap tingkatan pertama candi terdapat dasar atap kedua. Puncak candi dimungkinkan sudah rusak dan tidak dapat diketahui lagi.(sumber : Buku Dieng Poros Dunia) 6. Candi Gatutkaca Candi ini terdapat di sebelah barat Telaga Ble Kambang dan berdekatan dengan gunung Pangonan. Candi ini berdenah bujur sangkar dan mempunyai penampil di masing-masing sisinya, yang terbuat dari batu andesit. Pintu candi berada di sebelah barat dan tidak memiliki hiasan. Sedangkan bagian dasar dan kaki candi berupa padma. Sekarang ini sebagian dari kaki candi tersebut telah hilang. Sehingga menyulitkan dalam identifikasi selanjutnya. Secara keseluruhan bentuk bangunan candi Gatutkaca ini sederhana sekali jika dibandingkan dengan candi-candi dieng lainnya. Kontruksi tubuh candi ini mempunyai kaki candi, namun pada tubuh candi tidak memiliki bidang penghias. Kecuali pada bagian tubuh bagian tengah yang menjorok keluar. Di dalam bagian yang menjorok ke luar tersebut terdapat reling yang memiliki lapik arca, sedangkan di dalam bilik candi ditemukan yoni, namun sudah rusak. Secara umum, susunan candi ini terkesan bersih dan masih kokoh, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
karena tidak bocor (lembab). Namun secara umum, suasana candi ini kurang memiliki daya penghidup lagi.(sumber : Buku Dieng Poros Dunia) 7. Candi Bima Candi ini terdapat di sebelah selatan Dataran Tinggi Dieng. Dan berada di dekat gunung Pangonan, berada di sebelah timur jalan masuk ke Kawah Si Kidang. Candi ini memiliki keunikan tersendiri, yang berbeda dengan candicandi yang ada di Dataran Tinggi Dieng serta bila dibandingkan dengan candi-candi lain yang ada di Indonesia. Dalam segi arsitekturalnya candi Bima memperlihatkan adanya perpaduan gaya India Utara dan India Selatan. Candi Bima memiliki denah segi delapan dan didirikan di atas dasar yang juga merupakan bagian tubuh candi yang berbentuk segi empat, dengan ukuran 4,43 x 4,93 m. sebagian dari dasar penguat candi telah hilang, kecuali pada bagian padmanya. Sedangkan kaki candi berupa bidang yang diapit dua padma. Pintu masuk candi berada di sebelah timur dengan terlebih dahulu melalui tangga yang dihubungkan dengan penampil berukuran 2,07 x 3, 25 m. penampang sisi tubuh candi bentuknya seperti kaki candi yang diapit oleh dua padma atas dan bawah, dan di dalamnya terdapat bilik yang berukuran 2,80 x 3,14 m. tubuh candi ini juga memiliki bangunan penampil yang berukuran 1,22 x 1,71 m, dan masih ada hubungannya dengan bilik candi. Pintu masuk penampil di hiasi oleh kala makara, dan di dalam relung penampil tersebut ditemukan arca yang sudah rusak yang diduga merypakan arca Kuwera. Bagian atap penampil merupakan dasar dari atap bangunan di Candi Bima secara keseluruhan. Dasar atap candi memiliki persamaan dengan kaki candi, yang diakhiri dengan padmasana ganda. Di atasnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
merupakan bagian atap sesungguhnya dan memiliki tiga tingkatan yang masing-masing sudutnya dihiasi dengan menara sudut, sedangkan bagian puncak atapnya telah hilang. Atap candi Bima dihiasi dengan sejumlah relung yang disusun sedemikian rupa sehingga relung atas lebih ke belakang letaknya dari pada relung yang di bawahnya, sehingga bentuk atapnya semakin ke atas makin kecil ukurannya. Selain itu juga terdapat empat relung sudut yang dihiasi dengan manikam atau kuncup bunga yang ditempatkan diatas lapik
padma. Keempat relung sudut itu hanya terdapat di dua
tingkatan atap saja dan keempat relung sudut itu bersama-sama dengan menara sudut yang ada di atasnya merupakan bagian puncak yang tidak terlepas dari bagunan candi. Relung-relung bagian bagian atap bagian bawah dihiasi dengan dengan kepala arca yang menunjukkan corak wajah Indonesia asli, dan telah dipengaruhi oleh seni arca dari India. Bentuk arca mengesankan seni topeng yang dikenal di Jawa, yakni dengan bentuk mukanya yang bulat telur dan bibirnya yang memperlihatkan senyum yang menyerupai topeng panji atau sosok ksatria. Arca itu juga memperlihatkan sifat-sifat kedewataan. Beberapa ahli berpendapat bahwa candi bima mirip dengan kuil bhitargaon, khususnya dalam bentuk dan ornamen langitlangitnya. Sebagaimana kuil Bhitargaon, atap Candi Bima menunjukan Gaya Sikhara India Utara yang menunjukkanbangunan atap yang menyerupai menara yang tinggi. Pada setiap sudutnya dan dan puncak atap itu dihiasi dengan amalaka. Cekungan-cekungan pada atap Candi Bima erat berhubungan apa yang disebut-sebut “kudus” di India selatan atau gavaksa di India Utara. Bentuknya seperti sepatu kuda (ladam) dan bentuk-bentuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
kepala manusia seperti orang-orang yang melihat dari jendela. Akan tetapi tidak ditemukan lagi persamaan-persamaan detail-detail dekorasi, elemenelemen arsitektural dan sebagainya berbeda dari kuil-kuil Bhitargoan secara umum, candi ini terkesan megah dan magis, penuh wibawa.(sumber : Buku Dieng Poros Dunia) 8. Candi Dwarawati Candi ini menghadap ke arah barat. Bentuk serta bagian-bagian umumnya memiliki kesamaan dengan Candi Gatutkaca. Candi ini memiliki denah bujur sangkar dan memiliki bagian yang menjorok kedepan di sisi tengah. Pada bagian kaki candi memiliki bingkai tengah yang diapit oleh dua padma. Relung pada tubuh candi berbentuk memanjang dan ramping. Sedangkan dan puncaknya di hiasi dengan pola dedaunan. Di sisi kanan dan kiri relung tersebut terdapat hiasan setengah tiang yang puncaknya di hiasi dengan relung untuk menempatkan arca. Atap candi di hiasi dengan menara sudut lengkap dengan hisan antefiksnya. Sedangkan bentuk atapnya melengkung dan bingkai atap di hiasi dengan antefiks yang di dalamnya dihias pula dengan kepala orang. Tingkatan atap ditempatkan di dasar atap, yang diperindah dengan relung-relung yang memiliki hiasan daun-daun. Di dekat Candi Dwarawati dahulu terdapat Candi Parikesit yang sempat di potret oleh seorang penjelajah dari Belanda. Di mana candi tersebut tinggal reruntuhannya. Dan lebih sayangnya lagi reruntuhan candi tersebut di ambili dan dipergunakan oleh masyarakat sekitar, maka bangunan Candi Perikesit sekarang tidak diketahuinlagi. (sumber : Buku Dieng Poros Dunia) Kawasan Wisata Dieng commit memiliki kekayaan budaya yang unik dan to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jumlahnya cukup banyak sehingga dapat menjadi suatu daya tarik pariwisata. Tapi hal ini masih kurang dimanfaatkan secara baik, karena masih kurangnya informasi-informasi mengenai waktu diadakannya acara-acara budaya tersebut sehingga turis tidak bisa ikut menikmati acara-acara budaya tersebut. Selain itu, tidak adanya informasi yang cukup akurat mengenai cerita dari adat istiadat dan peninggalan bersejarah tersebut mengakibatkan tidak adanya pembuatan cerita – cerita, mitos, atau sejarah dan proses penceritaan cerita – cerita, mitos atau sejarah yang dapat dijadikan sebagai tambahan aktivitas bagi wisatawan ketika mendengarkan cerita dan makna dari adat istiadat dan peninggalan bersejarah tersebut. Sangat disayangkan ketika wisatawan berkunjung di Kawasan Wisata Dieng banyak yang mengeluh karena tidak adanya informasi yang dapat menemani perjalanan atau beraktivitas selama berwisata di Kawasan Wisata Dieng. 3. Atraksi Wisata Buatan Atraksi wisata buatan adalah daya tarik wisata yang diciptakan oleh manusia. Adapun yang merupakan atraksi buatan yang berada di Kawasan Wisata Dieng adalah Dieng plateau Theater, Gardu Pandang Tieng, Musium purbakala, Agro Wisata Tambi. Wisata buatan di Kawasan Wisata Dieng sudah cukup. Tapi yang perlu mendapatkan perhatian antara lain adalah masih kurangnya pemeliharaan obyek wisata buatan tersebut, seperti gardu pandang Tieng yang kondisi fisiknya kurang terawat. Disisi lain terdapat obyek wisata buatan yang dapat menjadi ikon atau penggerak aktivitas pariwisata di Kawasan Wisata Dieng, yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
1. Peningalan Di Gedung Koleksi Arca Gedung koleksi arca Dieng ini merupakan gedung untuk menyimpan arca-arca atau benda cagar budaya antara lain : arca, lingga, yoni, prasasti, kotak peripih, dan komponen bangunan candi Di gedung ini terdapat sekitar 370 buah koleksi, yang sebagian kecil di tata di ruang pamer, dan sebagian besar masih di simpan di gedung, karena ruang pamer belum memadai benba-benda tersebut diperkirakan banyak yang berasal dari bangunan candi. Tetapi belum diketahui dari candi yang mana benda-benda tersebut titempatkan. Koleksi yang ada banyak menarik, karena ada beberapa koleksi masih langka ditemukan di tempat lain, antara lain : a. Arca Siwa Tri Sirah Siwa adalah salah satu dari dewa Trimurti ( dewa Siwa, Wisnu, Brahma) yang merupakan dewa utama dalam agama Hindu. Dewa Siwa pada umumnya digambarkan dalam bentuk manusia normal. Tetapi gedung koleksi ini memiliki arca Siwa dengan tiga kepala. Maka dari itu dinamakan Siwa Tri Sirah atau Siwa dengan tiga kepala. Arca ini sangat jarang ditemukan. Pengambaran arca semacam ini mencerminkan tiga dewa utama yang berada dalam satu tubuh. Yang dapat diartikan bahwa kelompok pemeluk agama hindu membuat arca ini lebih mementingkan dewa Siwa dari pada dua dewa lainnya. Arca ini dalam kondisi baik, kecuali tangan kiri belakang sudah agak aus. Arca duduk sila diatas lapik(padmasana) dengan sikap semedi. Tiga kepala siwa digambarkan tegak satu menghadap depan, dua lainnya commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghadap kanan dan kiri, dan masing-masing memiliki mahkota. Tinggi arca 82,5cm dan lebar 56cm. (sumber: Buku Panduan Wisata Jawa Tengah tahun 2000) b. Arca Siwa dan Uma Arca ini juga merupakan pengambaran lain dari dewa Siwa, yang juga langka ditemukan. Dewa Siwa yang sedang berdampingan dengan istrinya Uma atau Parwati. Arca ini tidak besar yaitu tinggi 68cm, dan lebarnya 36cm. kedua Dewa suami
istri ini tampak sedang berdiri dalam sikap
semedi. Satu-satunya persamaan dengan srca ini adalah arca siwa parwati yang terbuat dari emas, ditemukan di Gua Seplawan, Purworejo. (sumber: Buku Panduan Wisata Jawa Tengah tahun 2000) c. Arca No.Inv.257 Arca ini namanya belum diketahui tetapi sangat erotis, yaitu mengambarkan seorang laki-laki dan perempuan, telanjang dan saling berpelukan. Seolah-olah sedang bermain asmara. Tokoh laki-laki tampak sedang duduk, sedang tokoh perempuan duduk dengan kaki trlipat di sampingnya. Tokoh perempuan mempunyai buah dada yang montok dan salah satunya ditempelkan di tokoh laki-laki. Pengambaran arca ini besar kemungkinan tidak dimaksudkan menonjolkan pornografi, melainkan berhubungan dengan salah satu sekte keagamaan. Tinggi arca 50cm dan lebarnya 40cm. (sumber: Buku Panduan Wisata Jawa Tengah tahun 2000) d. Arca Singa Arca singa banyak dijumpai di candi-candi lain, tetapi arca singa di gedung koleksi ini memiliki keunukan tersendiri. Singa memiliki tubuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
pendek dalam posisi duduk. Matanya melotot dengan mulut terbuka sehingga terkesan galak. Yang menarik adalah arca ini memiliki kelamin seperti manusia dari jenis laki-laki, dan digambarkan secara naturalis. Penampilan kelamin ini mengingatkan pada arca di candi Sukuh, yang juga memiliki kelamin yang menonjol. Kemungkinan si pembuat arca ini adalah orang Hindu yang telah terpengaruh sekte tertentu, seperti halnya candi Sukuh. Arca ini berukuran 44cm dan lebarnya 28cm.(sumber: Buku Panduan Wisata Jawa Tengah tahun 2000) 2. Gardu Pandang Tieng Gardu pandang ini terletak beberapa kilometer sebelum Dieng Plateu. Anda dapat naik ke gardu ini sambil beritirahat. Dari tempat ini tampak pemandangan yang sangat indah. Dibawahnya ada lembah yang curam sehingga rumah-rumah di pedesaan nampak kecil-kecil. Ke arah tenggara tampak Gunung Sindoro yang biru. Lokasi ini terletak 1.800 m di atas permukaan laut. Berarti ketinggiannya hanya terpaut beberapa ratus meter dibanding gunung Sindoro. Dari gardu ini, pagi-pagi benar jika langit cerah, akan tampak matahari muncul di atas awan. Nampak sangat indah berwarna keemasan, oleh sebab itu sering disebut dengan Golden Sun Rise. (sumber: google // wisata wonosobo) 3. Argo Wisata Tambi Agro wisata Tambi merupakan obyek wisata berupa tempat wisata buatan dan terutama kebun teh. Perlu anda ketahui bahwa di Wonosobo terdapat perusahaan teh yang sudah commit sejak lama to userberdiri, yang memproduksi teh
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
kualitas eksport. Sudah barang tentu memiliki kebun teh yang sangat luas. Kebun teh ini sangat indah dan sejuk. Terhampar luas di lereng gunung Sindoro, dengan ketinggian 1.200 - 2.000 m di atas permukaan laut. Suhu udara antara 15'-24' C. PT Tambi mengelola 3 unit perkebunan teh yang terletak di desa Bedakah, Tanjungsari serta desa Tambi dengan luas area mencapai 829 Ha yang dilengkapi fasilitas pondok wisata, Kolam Pemancingan, Lapangan Tenis, Taman Bermain, Kebun dan Pabrik Teh. Kebun teh yang ditanam tidak hanya di lereng gunung Sindoro, melainkan juga di sebelah barat gunung Sumbing, tepatnya di desa Tanjungsari, kecamatan Sapuran. Di Tanjungsari juga telah dibangun agrowisata. Lokasinya di pinggir jalan antara desa Tanjungsari dan Sapuran. Sarana yang ada berupa kebun teh, taman bermain dan tempat istirahat. (sumber: googl // wisata wonosobo). Tambi Home Stay : JL.Raya Wonosobo – Dieng Km.15 Desa Tambi, Tlp.(0286) 321077. 321088. 322177. Wonosobo 56354 Tarif Sewa Home Stay Tambi : Melati III: Standart A : Rp. 400.000,00 Standart B : Rp. 350.000,00 Standart C : Rp. 280.000,00 Standart D : Rp. 250.000,00 Paket Walk Tea : 20.000/ orang Paket Out Bone : 85.000/ orang minimal 20 orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
4. Dieng Pletau Theater Ini adalah banguna Dieng Pletau Theater adalah bangunan yang di buat untuk wisatawan yang berminat melihat film-film dokumenter tentang terbentuknya Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bangunan ini masih sangat baru karena baru saja diresmikan pada tahun 2005 kemaren oleh Presiden Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudoyono. Bangunan ini terletak di kawasan Telaga Warna yaitu di bukit atas Telaga sehinga bila kita naik ke atas kita akan bisa melihat telaga dari atas. (sumber: google // wisata wonosobo).
B. Aksesibilitas Kawasan Wisata Dieng Aksesibiliatas pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Aksesibiltas Internal Merupakan kemudahan bagi mobilitas dan pergerakan wisatawan dari satu obyek wisata ke obyek wisata lainnya yang masih dalam satu kawasan wisata 2. Aksesibilitas Eksternal Merupakan kemudahan bagi mobilitas dan pergerakan wisatawan menuju ke kawasan wisata. a. Aksesibilitas Internal Kawasan Wisata Dieng Secara umum aksesibilitas internal di Kawasan Wisata Dieng dibahas pada bagian berikutnya yaitu pada pembahasan 4 A per obyek wisata di Kawasan Wisata Dieng. b. Aksesibilitas Eksternal Kawasan Wisata Dieng Secara geografis terdapat 5 pintu masuk (aksesibilitas) yang dapat commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dijadikan sebagai pertimbangan untuk mengakses Kawasan Wisata Dieng, yaitu :
1. Kabupaten Wonosobo Wonosobo
Garung
Tieng
Patak Banteng
Dieng
Dengan jarak Wonosobo – Dieng adalah : ± 30 Km.
2. Kabupaten Banjarnegara Banjarnegara
Banjarmangu
Karang Kobar
Dieng
Pesurenan
Wanayasa
Batur
Dengan jarak Banjarnegara – Dieng : ± 55 Km
3. Kabupaten Batang Batang 4.
Bandar
Batur
Pesurenan
Dieng
Dengan jarak Batang – Dieng : ± 200 Km
5. Kabupaten Pekalongan
Pekalongan
Petun Kriyono
Kalibening
Wanayasa
Pesurenan
Batur
commit to user Dieng
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan jarak Pekalongan – Dieng : ± 95 Km
6. Kabupaten Kendal Semarang
Boja
Kendal
Dieng
Patak Banteng
Njumprit
Tambi
Dengan jarak Kendal – dieng : ± 135 Km Sumber: Dinas Pariwisata Wonosobo
Dari kelima kabupaten yang dapat dijadikan sebagai aksesibilitas ke Kawasan Wisata Dieng secara garis besar aliran wisatawan dapat digambarkan berikut ini : Ø Dari arah barat Aliran wisatawan dari arah barat, dari Kabupaten Banjarnegara, Pekalongan dan Batang akan bertemu pada satu daerah yaitu di daerah Pesurenan sehingga tempat ini secara geografis cocok dijadikan sebagai pintu masuk untuk memasuki Kawasan Wisata Dieng. Setelah melewati pesurenan wisatawan memiliki dua alternatif alur wisata untuk melakukan perjalanan wisata menuju ke Kawasan Wisata Dieng yaitu : ·
Langsung menuju obyek wisata Jalatunda yang diteruskan menuju ke Kawasan Wisata Dieng.
·
Melalui Desa Grogol dan Desa Condong Catur (kedua desa tersebut termasuk dalam wilayah Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara) melewati obyek wisata Telaga Merdada yang kemudian menuju ke commit tountuk user pengembangan Kawasan Wisata Kawasan Wisata Dieng, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
Dieng ke dua desa tersebut harus mendapatkan perhatian dalam pengembangan kawasan dalam hal aksesibiltas. Ø Dari arah timur Wisatawan dari arah timur, dari Kabupaten Wonosobo dan Kendal akan bertemu pada satu derah yaitu di daerah Patak Banteng sehingga tempat ini secara geografis bagus untuk dijadikan sebagai pintu masuk untuk memasuki Kawasan Wisata Dieng. Setelah melewati Patak Banteng wisatawan langsung menuju ke Kawasan Wisata Dieng. Sampai sekarang, banyak wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Dieng hanya menggunakan aksesibiltas dari Kabupaten Wonosobo. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kawasan Wisata Dieng adalah dengan membuka pintu sebanyak mungkin untuk memasuki kawasan wisata tersebut, sehingga perlu dipikirkan lebih jauh untuk membuka aksesibilitas dari Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal. Untuk membuka aksesibilitas dari keempat kabupaten tersebut harus diperhatikan beberapa hal berikut ini : 1. Kondisi jalan dan jembatan Secara fisik kondisi jalan dan jembatan di beberapa daerah jalur aksesibilitas masih perlu diperbaiki. 2. Obyek wisata penghubung 3. Perlu adanya obyek wisata penghubung yang menghubungkan antara Kawasan Wisata Dieng dengan masing – masing Kabupaten yang menjadi pintu masuk untuk memasuki Kawasan Wisata Dieng. commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Fasilitas Penunjang Wisata (Amenity) Amenitas adalah fasilitas pendukung kegiatan pariwisata yang ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan. Jadi secara singkatnya amenitas adalah fasilitas-fasilitas dasar yang biasanya dibutuhkan oleh wisatawan, walaupun amenitas bukan merupakan suatu atraksi yang bisa mendatangkan turis tetapi ketersediaan fasilitas-fasilitas dasar ini dapat menjadi faktor penentu ketika wisatawan memilih tujuan wisata mereka. Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa penyediaan sarana penunjang di Kawasan Wisata Dieng masih sangat kurang dimana untuk akomodasi hanya tersedia losmen dan homestay, rumah makan hanya warung saja, belum adanya pusat oleh-oleh atau kerajinan khas Dieng, hanya ada puskesmas dan belum ada sarana ATM. Sedangkan untuk industri pendukung, yang tersedia adalah hasil pertanian dengan kentang, purwoceng, carica serta kacang koro. Untuk pengrajin kerajinan khas Dieng belum ada. Tabel 3.2 Fasilitas Pendukung Kawasan Wisata Dieng
1.
Jenis Amenitas Akomodasi
2.
Rumah Makan
No
Kawasan Dieng 3 Losmen 2 Homestay
9 unit Warung makan commit to user
Wonosobo (Radius 30 Km) Hotel Kresna Agrowisata Tambi Surya Asia Dewi Sri Kencana Parama Kledung pass Dieng Restaurant Asia
Banjarnegara (Radius 55 Km) Hotel Banjarnegara Sentral Garuda Sokanandi
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
4. 5. 6.
Pusat Informasi Turis Pusat Cideramata Pusat kesehatan Perbankan
Baru dibangun
TIC Dinas Pariwisata
TIC Dinas Pariwisata
Kec. Kejajar
ADA
ADA
Hanya ada Rumah Sakit Puskesmas Belum ada ATM Tersedia Lengkap Hanya ada 1 Bank BRI saja Wartel (terbatas) Tersedia Lengkap
Rumah Sakit
Tersedia Lengkap
7.
Sarana Komunikasi
8.
Pos Keamanan
Pos Polisi
9.
Produk Souvenir (Industri/ Pengrajin)
Belum ada yang benarbenar khas Dieng Masih mendatangkan dari daerah-daerah lain
10.
Hasil Pertanian
Kentang, Kacang Koro, Purwoceng, Carica
Tersedia Lengkap
Tersedia Lengkap Tersedia Lengkap
Sumber: Data dari Kab. Wonosobo
D. Aktivitas Penunjang Wisata (Activity) Aktivitas yang bisa dilakukan oleh wisatawan di Kawasaan Wisata Dieng secara keseluruhan masih sangat kurang. Kebanyakan obyek wisata hanya bisa digunakan untuk menikmati pemandangan alam saja, karena tidak adanya faktor-faktor pendukung aktivitas yang lain misalnya tempat untuk belanja, taman bermain anak, tempat untuk berhenti sejenak dan bersantai, memancing dan sebagainya. Walaupun di Kawasan Wisata Dieng banyak ditemui telagatelaga yang cukup besar namun tidak ditemukan aktivitas seperti penyediaan sarana untuk melakukan aktivitas memancing, berperahu, olah raga air, maupun restaurant untuk tempat wisatawan menikmati alam dan bersantai commit to user sejenak. Sehingga setelah melihat telaga paling hanya 10 – 15 menit saja
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
wisatawan sudah pergi meninggalkan obyek tersebut.
E. Analisis Potensi Masing – Masing Obyek Wisata yang Berada di Kawasan Wisata Dieng Dengan Menggunakan Pendekatan 4 A Pada bagian berikut ini akan dijelaskan mengenai pendekatan 4 A yang dilakukan per obyek wisata sehingga bisa ditemukan hambatan-hambatan yang harus diperhatikan dan upaya pengembangan yang tepat di Dataran Tinggi Dieng sehinga dapat menarik wisatawan baik wisatawan dalam negeri naupun wisatawan luar negeri. 4A tersebut adalah : a. Atraksi § Dari segi Atraksi dengan banyaknya obyek-obyek wisata alam yang masih sangat alami di Kawasan Wisata Dieng secara umum Kawasan ini masuk dalam kategori menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. b.Aksesibilitas § Secara umum kondisi jalan sudah cukup memudahkan wisatawan untuk mencapai kawasan, namun masih ada beberapa jalan yang masih perlu diperbaiki terutama yang menuju ke obyek-obyek wisata tertentu. c. Amenitas § Secara umum sarana dan prasarana yang tersedia di Kawasan Wisata Dieng masih sangat minim. Misalnya: tidak adanya tempat makan yang nyaman dan representatif, belum adanya toko cinderamata khas dieng, belum ada commit to user hotel di kawasan Dieng dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
d.Aktivitas § Dapat dikatakan secara umum tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh wisatawan selain menikmati udara dan keindahan panorama alam Dieng
F. Analisis Pasar Kawasan Wisata Dieng a.Karakteristik Wisatawan Wisatawan berdasarkan sifat perjalanan dan lokasi dimana perjalanan dilakukan, dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu : 1.
Wisatawan Domestik/Nusantara Adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke wilayah teritori
Indonesia bukan untuk bekerja/ sekolah kurang dari 6 bulan ke Obyek wisata komersial, menginap di akomodasi komersial atau menempuh jarak perjalanan lebih dari 100 km pp yang bukan lingkungan sehari-hari. 2.
Wisatawan Mancanegara Wisatawan Mancanegara adalah orang yang melakukan perjalanan diluar
negara tempat tinggal biasanya dengan lama perjalanan kurang dari 12 bulan di negara yang dikunjungi serta tujuan perjalanan tidak untuk bekerja atau memperoleh penghasilan Menurut data yang diperoleh dari kabupaten Wonosobo wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kawasan Wisata Dieng sebagian besar berasal dari luar Provinsi Jawa Tengah dengan waktu kunjungan terbanyak pada bulan November disusul dengan bulan Juli dan Januari. Sedangkan untuk wisatawan commit to user yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah waktu kunjungan mereka biasanya
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan pada bulan November disusul dengan bulan September dan Juli Dari data mengenai kunjungan wisatawan mancanegara ke Kawasan Wisata Dieng pada tahun 2005 dapat diketahui bahwa sebagian besar wisatawan mancanegara berasal dari Belanda, disusul dengan Jerman dan negara Eropa lainnya. Pasar potensial lainnya adalah kawasan asia pasifik dan Jepang yang mulai meningkat pula jumlah wisatawannya. Dari data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kab Wonosobo adalh sebagai berikut Tabel 3.3 Data Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara di Kawasan Wisata Dieng Kab Wonosobo
Kab Banjarnegara
Tahun
Wisnus
Wisman
Wisnus
Wisman
2003
55,516
4,701
60,812
3,865
2004
59,530
6,605
29,834
852
2005
57,763
6,848
25,226
629
Sumber: Dinas Pariwisata Kab Wonosobo
Tabel 3.4 Data Kunjugan Wisatawan Jawa Tengah dan Luar Jawa Tengah ke Dataran Tinggi Dieng Luar
Jawa
Bulan
Jawa Tengah
1
Januari
2,079
2,771
4,850
2
Februari
1,186
1,677
2,863
3
Maret
1,273
1,572
2,845
4
April
1,180
1,466
2,646
5
Mei
967
2,070
3,037
6
Juni
1,896
Tengah
commit to2,130 user
Jumlah Total
4,026
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7
Juli
2,743
3,616
6,359
8
Agustus
2,298
1,762
4,060
9
September
2,827
2,369
5,196
10
Oktober
637
675
1,312
11
Nopember
7,495
10,520
18,015
12
Desember
1,209
1,345
2,554
Tahun 2005
25,790
31,973
57,763
Tahun2004
29,558
29,972
59,530
Tahun 2003
27,619
27,897
55,516
Tahun 2002
28,962
32,436
61,398
Tahun 2001 31,746 35,229 Sumber: Dinas Pariwisata Kab Wonosobo
66,975
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
G. Analisis Fisik Tata Ruang Kawasan Wisata Dieng (yang berhubungan dengan Pariwisata) 1. Kawasan Wisata Dieng dan Batas Fisik Kawasan Wisata Dieng kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Kawasan Wisata Dieng, dibedakan dua kategori kawasan, yaitu Kawasan “Poros” Wisata Dieng dan Kawasan “Jeruji” Wisata Dieng. Berikut ini. a. Kawasan “Poros” Wisata Dieng Merupakan Kawasan Wisata Dieng yang memiliki obyek – obyek wisata yang menjadi ikon atau penggerak aktivitas pariwisata di Kawasan Wisata Dieng. Kawasan “Poros” Wisata Dieng, adalah penggerak pariwisata di Kawasan Dieng. Secara umum, obyek wisata yang menjadi penggerak pariwisata di Kawasan Wisata Dieng adalah Kelompok Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Theatre (DPT), Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Keempat obyek wisata tersebut merupakan obyek wisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kawasan Wisata Dieng, sehingga aktivitas pariwisata dapat berjalan di kawasan tersebut. Secara geografis keempat obyek wisata tersebut berada di daerah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara dan Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, sehingga secara geografis kedua desa tersebut merupakan Kawasan “Poros” Wisata Dieng. Di Kawasan ‘Poros” Wisata Dieng selain keempat obyek wisata yang menjadi ikon atau penggerak aktivitas pariwisata masih terdapat obyek – obyek wisata yang lain. Adapun commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10 obyek wisata yang terletak di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.6 Obyek Wisata Kawasan Poros (kawasan inti) Wisata Dieng (Wilayah Kabupaten Wonosobo)
No
Obyek Wisata
Lokasi Desa
Kecamatan
Kabupaten
1
Telaga Warna
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
2
Telaga Pengilon
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
3
Kawah Sikendang
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
4
Gua Semar
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
Gua Sumur
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
6
Gua Jaran
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
7
Batu Semar
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
8
Dieng Plateau Theater
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
9
Tuk Bimolukar
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
10
Watu Kelir
Dieng Wetan
Kejajar
Wonosobo
5
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo 2005
Kawasan “Poros” Wisata Dieng secara geografis berada di daerah desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara dan Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Obyek wisata yang termasuk dalam Kawasan “Poros” Wisata Dieng memiliki karakteristik yang sangat beragam, mulai dari obyek wisata alam, obyek wisata budaya bahkan sampai kepada obyek wisata buatan. b.
Kawasan “Jeruji” Wisata Dieng
Merupakan Kawasan Wisata Dieng memiliki obyek – obyek wisata yang commityang to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendukung obyek – obyek wisata yang berada dalam Kawasan Wisata “Poros” Dieng. Dari Kawasan “Poros” Wisata Dieng yang telah ditetapkan di atas maka dapat ditarik Kawasan “Jeruji” Wisata Dieng dengan obyek – obyek wisata yang berada di sekitar kawasan poros tersebut yang dapat menjadi obyek wisata pendukung untuk aktivitas pariwisata di Kawasan “Poros” Wisata Dieng Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut : Tabel 3.7 Sebaran Obyek Wisata di Kawasan Jeruji (pendukung) Wisata Dieng (Wilayah Kabupaten Wonosobo) Lokasi No
Obyek Wisata
Jarak Dari Kawasan “Poros” (±)
Desa
Kecamatan
Sikunang
Kejajar
4 Km
1
Ondo Budho
2
Telaga Cebong
Sembungan
Kejajar
6 Km
3
Gardu Pandang
Tieng
Kejajar
6 Km
4
Gunung Sikunir
Sembungan
Kejajar
6Km
5
Air Terjun Sikarim
Sembungan
Kejajar
9Km
6
Air Terjun Siloka
Sembungan
Kejajar
9Km
7
Agro Wisata Tambi
Tambi
Kejajar
10Km
8
Telaga Menjer
Maron
Kejajar
18Km
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Wonososbo
Tabel di atas memperlihatkan bahwa terdapat delapan obyek wisata yang dapat mendukung aktivitas pariwisata di Kawasan “Poros” Wisata Dieng yang terletak di kawasan administratif Kabupaten Wonosobo. Dimana keenam commit to user obyek wisata tersebut sebaran lokasinya berada di lima desa, yaitu : Desa
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Maron, Desa Tambi, Desa Sembungan, Desa Sikunang dan Desa Tieng, dimana kelima desa tersebut termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Kejajar.
Berbeda
dengan
Kabupaten
Banjarnegara,
dilihat
dari
karakteristiknya, obyek wisata – obyek wisata pendukung yang berada di Kabupaten Wonosobo merupakan obyek wisata yang tergolong dalam obyek wisata alam dan obyek wisata buatan seperti gardu pandang Tieng dan Agrowisata Tambi. Jarak terjauh obyek wisata pendukung adalah obyek wisata Telaga Menjer yang berjarak 18 Km dari Kawasan “Poros” Wisata Dieng dengan jarak tempuh kurang lebih 30 sampai 40 menit. Jarak tersebut masih sangat dimungkinkan untuk ditempuh oleh wisatawan yang berkunjung di Kawasan Wisata Dieng. Sedangkan obyek wisata yang terdekat adalah obyek wisata Ondo Budho yang berjarak 4 Km. Bertitik tolak dari sebaran obyek – obyek wisata pendukung, baik yang berada di wilayah administratif Kabupaten Banjarnegara maupun Kabupaten Wonosobo, dapat disimpulkan bahwa Kawasan “Jeruji” Wisata Dieng meliputi Desa Karang Tengah, Desa Kepakisan dan Desa Pekasiran Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Desa Sikunang, Desa Sembungan, Desa Maron, Desa Tambi dan Desa Tieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo .
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta 3.1 Sebaran Obyek Wisata Poros dan Jeruji Candi Dwara wati
Telaga Dringo Gua Jimat
Kumpulan Candi Arjuna Candi Gatotkaca Museum Purb akala Candi Bima
Sumur Jalatunda Kawah Candradimuka
Tuk Bimolukar
P AP Bitingan
Watu Kelir
Curuq Sirawe
Telag a Warna Telag a Pengil on Gua Semar Gua Sumur Gua Jaran Kawa h Sikendan g
Kawah Sileri Telaga Merdada Kawah Sikidang
Dieng Plateau Theater
Air Terjun Seloka
Gardu Pan dang Tieng
Air Terjun Sikarim
Gunung Sikun ang
Telaga Menjer
Telag a Cebong
TA MBI
Dinas Pariwisat a Propinsi Jawa Tengah
Peta Obyek Wisata Mapping dan Telaah Potensi Kawasan RIPP Jawa Tengah 2005 – 2009 Kawasan Wisata DIENG
Sumber : Dinas Pariwisata Wonosobo
Dari Peta diatas dapat kita liat dan kita ketahui lebih jelas lagi penyebaran dan pengelompokan obyek wisata poros dan obyek wisata jeruji yang di kembangkan pemerintah Kabupaten Wonosobo sebagai obyek wisata andalan dan pendukung yang dapet dikunjungi wisatawan 2. Batas Fisik Kawasan Wisata Dieng Dari berbagai telaah dan analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kawasan Wisata Dieng adalah kawasan wisata yang terdiri dari Kawasan “Poros” dan “Jeruji” Wisata Dieng yang secara administratif – geografis berada di daerah : commit to user · Desa Dieng Kulon, Desa Karang Tengah, Desa Kepakisan dan Desa
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pekasiran Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara · Desa Dieng Wetan, Desa Sikunang, Desa Sembungan, Desa Maron, Desa Tlogo, Desa Tambi dan Desa Tieng Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Mengingat Kawasan Wisata Dieng terletak di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, maka dalam upaya pengembangannya harus menggunakan Pendekatan Pengembangan Pariwisata Tanpa Batas yang karakteristik pariwisata yang merupakan kegiatan yang tidak mengenal batas ruang dan wilayah administratif. Oleh karena itu, pengembangan kepariwisataan di Kawasan Wisata Dieng harus memiliki orientasi membangun daya tarik untuk menarik arus kunjungan wisatawana dari berbagai obyek wisata di Kawasan Wisata Dieng yang secara administratif berada di Kabupaten Banjarnegara maupun Kabupaten Wonosobo.
H. Strategi dan Rencana Pengembangan Kelembagaan 1.Sejarah Pengelolaan Kawasan Wisata Dieng Dilihat dari sejarah pengelolaan Kawasan Wisata Dieng, upaya pengelolaan bersama antara Kabupaten Banjarnegara dan kabupaten Wonosobo serta pihak – pihak lain yang terkait telah melalui proses yang cukup panjang dan penuh dengan pasang surut komitmen yang dibuat diantara stakeholder tersebut. Tabel berikut ini adalah sejarah panjang pengelolaan Kawasan Wisata Dieng :
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.8 Sejarah Pengelolaan Kawasan Wisata Dieng Tahun 1970 Tahun 1974 Tahun 1974
Tahun 1977
Tahun 1978
Tahun 1984
Tahun 1992
Dieng sudah mulai dijual Dieng dipilih sebagai lokasi pertemuan bilateral Presidan RI dan Perdana Menteri Australia. · Mulai terbentuk kerjasama antara Kabupaten Banjarnegara dengan Kabupaten Wonosobo, tentang pembinaan obyek-obyek wisata di kawasan Datraan Tinggi Dieng. · Dalam kerjasama tersebut diatur struktur pengelolaan Kawasan Wisata Dieng sebagai berikut : o Ketua : Bupati Kabupaten Wonosobo o Wakil Ketua : Kasubdit Pariwisata Kabupaten Banjarnegara · Secara spesifik bentuk kerjasama tersebut belum mengatur adanya pembagian pendapatan antara ke dua belah pihak, namun disepakati pengelola kawasan tersebut adalah Kabupaten Wonosobo · Lahir surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. HK.14 Tahun 1997, tentang ”Daerah Kesatuan Wisata Dataran Tinggi Dieng” dengan pembegian wilayah secara administratif sebagai berikut : a. Kabupaten Banjarnegara meliputi : o Desa Dieng Kulon o Desa Karang Tengah o Desa Kepakisan o Desa Pekasiran o Desa Bakal · Lahir kerjasama antara Kabupaten Banjarnegara dengan Kabupaten Wonosobo, mengenai “Bagi Hasil Pendapatan Retribusi di Dataran Tinggi Dieng”, dengan pengelola Kabupaten Wonosobo. · Dalam kerjasama tersebut disepakati pembagian hasil sebagai berikut : o 60 % : Kabupaten Banjarnegara o 40 % : Kabupaten Wonosobo · Lahir kerjasama Kabupaten Banjarnegara dengan Kab. Dati II Wonosobo, mengenai “Penyempurnaan Bagi hasil Pendapatan Retribusi di Dataran Tinggi Dieng” dengan pengelola Kabupaten Wonosobo · Dalam kerjasama tersebut disepakati pembagian hasil sebagai berikut: o 60 % : Kabupaten Banjarnegara o 40 % : Kabupaten Wonosobo · Kerjasama antara Kabupaten Banjarnegara dengan Kabupaten Wonosobo diperluas dengan instansi dan lembaga yang terkait dengan Kawasan Wisata Dieng. Adapun instansi terkait tersebut to user antara lain :commit Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Perhutani.
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahun 1995
· ·
·
·
Tahun 2000
· · ·
Tahun 2002
·
Dalam kerjasama tersebut disepakati adanya perubahan bagi hasil. Adapun pembagian hasil yang disepakati sebagai berikut : Biaya Operasional 20% sisa diasumsi 100%, kemudian diambil untuk bagian Purbakala 5 % dan Perhutani 5 %, selanjutnya sisa diasumsi 100% kemudian dibagi dengan proporsi sebagai berikut : o Banjarnegara 60 % : Kabupaten o Wonosobo 40 % : Kabupaten Lahir Keputusan Bersama antara Bupati Kabupaten Banjarnegara dan Bupati Kabupaten Wonosobo tentang kerjasama Pengelolaan Obyek Wisata Dataran Tinggi Dieng. Dalam kerjasama tersebut disepakati adanya penentuan lokasi portir. Berikut ini adalah penentuan lokasi portir : 1. Portir I : Dieng Wetan 2. Portir II : Komplek Soeharto Whitlam 3. Portir III : Gangsiran Aswatama 4. Portir IV : Kawah Sikidang 5. Portir V : Telaga Warna Kesepakatan tersebut mengatur adanya penentuan Obyek yang dikerjasamakan. Berikut ini adalah obyek – obyej yang dikerjasamakan: 1. Candi Arjuna 2. Kawah Sikidang 3. Telaga Warna dan Pengilon Dalam keputusan bersama tersebut, sepakat dibentuk BPH (Badan Pengelola Harian) dengan personil terdiri dari Diparta KabupatenBanjarnegara dan Diparta Kabupaten Wonosobo. Berikut ini adalah komposisi pembagian peran : o Ketua : Kepala Diparta Kabupaten Banjarnegara. o Wakil Ketua : Kepala Diparta Kabupaten Wonosobo Kesepakatan lain adalah adanya perubahan bagi hasil : Biaya Operasional 20% sisa diasumsi 100% kemudian diambil untuk bagian Purbakala 5 % dan Perhutani 5 %, selanjutnya sisa diasumsi 100% kemudian dibagi : o 55 % : Kabupaten Banjarnegara o 45 % : Kabupaten Wonosobo Mulai tahun 2000 Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo sepakat mengelola sendiri – sendiri ODTW di masing – masing daerah administrasi mereka. Telaga Warna dan Telaga Pengilon dikelola oleh Kabupaten Wonosobo dan BKSDA, hasil dari pengelolaan berupa pendapatan diperuntukan Kabupaten Wonosobo dan BKSDA. Candi Arjuna dan Kawah Sikidang dikelola oleh Kabupaten Banjarnegara, pendapatan dari kedua ODTW tersebut dibagi untuk Kabupaten Banjarnegara, Purbakala dan Perhutani. Tepatnya tanggal 1 Agustus 2002, Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo untuk kesekian kalinya menyempurnakan kerjasama untuk pengelolaan commitKawasan to user Wisata Dieng.
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
·
Penyempurnaan kerja sama tersebut meliputi beberapa bidang antara lain : 1. Pariwisata dan Kebudayaan 2. Konservasi Alam dan Cagar Budaya 3. Sarana dan Prasarana. 4. Pertanahan 5. Pemberdayaan Masyarakat 6. Keamanan 7. Pendanaan. · Dalam kerjasama tersebut, kedua Kabupaten sepakat untuk tidak mengatur pembagian pendapatan antar Kabupaten mengingat kedua Kabupaten sepakat untuk mengelola secara terpisah dari sisi pendapatan. · Pembagian pendapatan Kabupaten Banjarnegara dengan Purbakala dan Perhutani · Pembagian pendapatan Kabupaten Wonosobo dengan BKSDA Sumber : Diparta Kabupaten Wonosobo
Dari sejarah pengelolaan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng dan beberapa dokumen kerjasama dan kesepakatan bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo dan stakeholder lainnya dalam rangka pengembangan kepariwisataan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng dapat diketahui bahwa dalam rangka pengembangan kepariwisataan Kawasan Wisata Dieng sudah banyak alternatif model pengelolaan yang sudah dilakukan namun, dalam implementasinya banyak mengalami kendala yang mengakibatkan kurang efektif dan efisien dalam upaya pengembangan kepariwisataan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. Dari hasil analisa dengan stakeholder pariwisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng didapati ketidak efektifan dan efisien tersebut dikarenakan masih lemahnya kompetensi SDM yang mengelola, manajemen yang relatif masih sederhana dan kurang adanya keterlibatan asosiasi, swasta dan masyarakat yang berada di Kawasan Wisata Dieng serta masih munculnya ego sektoral di antara stakeholder yang terlibat dalam pengembangan commit to user Kawasan Wisata Dieng.
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.9 Usulan dari Masyarakat, Asosiasi, Pemerintah dan Wisatawan No 1
2
Klasifikasi Permasalahan Jalan
Perbaikan Obyek Wisata
Masyarakat & Asosiasi
Pemerintah
Ø Perluasan jalan: Ø Pembuatan Jalan: o Wonosobo ke o Jalan menuju Kawasan Dieng daerah wisata o Penghubung antara hutan. poros dg jeruji o Akses jalan dari Ø Perbaikan jalan: beberapa arah o Jalan penghubung (Pekalongan, lintas poros dg jeruji. Batang, Kendal) o Jalan di desa o Jalan di Karang kepucukan sambung. o Pekasiran- Dieng Ø Perbaikan trotoar Ø Pembuatan jalan: jalan. o Jalan sampai ke Ø Maintenance jalan Sikarim menuju Dieng o Jalan ke Bitingan secara kontinyu o Jalan setapak harus diperhatikan menuju obyek wisata. Ø Perlunya maintenance untuk selokan di pinggir jalan. Ø Aktifkan pintu masuk kawasan dieng sebelah barat Ø Pengembangan potensi Ø Pelestarian: wisata: o Pelestarian hutan o Telaga Swiwi o Situs purbakala o Telaga Cebong o Aseanutfah o Telaga Dringo o Gardu Pandang di Ø Pembuatan taman puncak Sikunir bunga o Kawasan Sibira Ø Suguhan kesenian Ø Penataan dan Ø Penciptaan atraksi perbaikan: wisata o Tuk Bima Lukar o Kawah Candradimuka Ø Pengembangan Wisata Ziarah: kali lembu dan makam Kyai commit to user
Wisatawan (needs) Ø Banyak jalan yang sudah rusak Ø Sering terjadi kemacetan dipasar Ø Rambu jalan kurang jelas Ø Perlu pelebaran jalan
Ø Penghijauan kembali hutan Ø Perlu dibuat gubug-gubug untuk bersantai dan memakan bekal. Ø Perlu dibuat taman bermain anak di kawasan Dieng Ø Membangun taman burung Ø Perlu dipikirkan untuk membuat wisata agro
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3
Sarana Pendukung Fisik
4
Sarana penunjang
5
Kebersihan
Selomanik. Ø Membangun konsep desa wisata Ø Perluasan: o Terminal wisata o Tempat parkir Ø Memperbaiki terminal biar tidak tergenang lumpur. Ø Membangun dan memperbaiki wc umum
Ø Perbaikan pelataran obyek wisata Ø Penghijauan kanan kiri jalan
Ø Pengorganisasian Ø Pengembangan Homestay industri wisata (Standarisasi seperti Handycraft, pelayanan dan tarif) makanan khas, Ø Penataan Rumah homestay,agrowista. makan sehingga sesuai dengan standar wisatawan Ø Souvenir: o Pengadaan souvenir khas Dieng o Butuh dana dan pelatihan untuk pengadaan souvenir khas Dieng o Promosi souvenir dengan menjadikannya satu paket pada biro perjalanan. Ø Pengadaan kios-kios cinderamata. Ø Pupuk: Ø Perlu adanya aturan o Banyak lemi (pupuk penempatan pupuk kandang) sepanjang kandang jalan, sehingga harus Ø Pengadaan terminal ada tempat lemi penampungan lemi Ø Harus ada sistem o Aturan bersama persampahan dan commit to user mengenai perlu adanya
Ø Keamanan tempat parkir Ø Tempat parkir kurang luas, kendaraan besar tidak bisa masuk. Ø Penataan tempat wisata: o Masalah sampah di obyek wisata o Kebersihan fasilitas pendukung (WC, Musholla, Kamar mandi) Ø Informasi harga cinderamata tidak jelas Ø Rumah makan: o Sanitasinya kotor o Tidak menulis papan nama o Hanya ada warung makan saja Ø Belum ada informasi mengenai rumah makan, hotel dll Ø Perbanyak SPBU Ø Perbanyak tambal ban
Ø Bau pupuk, didekat OW Ø Harus ada sangsi kebersihan Ø Diperbanyak tempat sampahnya Ø Diperbanyak
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penempatan pupuk. Ø Penempatan TPA di dua titik
6
Keamanan
7
Kebijakan Pemerintah
Ø Pungutan liar Ø Kontribusi untuk keamanan Ø Tertibkan daerah terminal Ø Pelestarian alam: o Hentikan penggunaan pestisida yang berlebihan o Koordinasi antara pihak pariwisata dan pihak giodipa Ø Pemerintah dg Masyarakat: o Masyarakat belum menerima kontribusi dari Obyek Wisata o Proporsi pemerintah ke desa o Pemerintah sebaiknya melibatkan masyarakat dalam melakukan pengembanganpengembangan kawasan. Ø Pembinaan: o Kelompok pengrajin o Kelompok kesenian o Bentuk paguyuban pengusaha penginepan dan warung makan Ø Masalah Pembangunan Pura Ø Optimalisasi OW yang belum diperbaiki
TPA/TPS ditambah kendaraan pengangkut sampah Ø Pengembangan Teknologi pengolahan sampah Ø Peningkatan keamanan Ø Pembentukan polisi pariwisata
Ø Pelestarian Alam: o Menghentikan pengolahan lahan hutan lindung o Harus tegas dalam pelestarian hutan lindung di Wonosobo o Penanaman kembali kawasan Dieng Ø Pemerintah dg Masyarakat: o Masyarakat tidak menerima kontribusi dari obyek wisata o Ciptakan peran utama masyarakat dalam mengelola OW o Libatkan Karang taruna o Pelatihan SDM o Peraturan yang mengenai penyewaan tanah hutan lindung maupun purbakala. o Aksi jelas dalam pengelolaan o Tanaman kentang diganti buah buahan Ø Aplikatifkan raperda dan kebijakancommit to user kebijakanya
pekerja yang membersihkan OW
Ø Perburuan burung langka Ø Tempat parkir diperketat penjagaanya Ø Atasi erosi tanah dan sungai Ø Hentikan penggunaan pestisida Ø Budidayakan tanaman purwaceng Ø Munculkan kembali festival Dieng-Wonosobo
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ø Mengundang investor Ø Percepat pembentukan badan pengelola Ø Perjanjian Pemkab Wonosobo dan Banjarnegara untuk membuat satu tiket bersama Sumber : Diparta Kabupaten Wonosobo
Secara umum pendapat masyarakat, asosiasi, pemerintah dan wisatawan mengenai
persoalan-persoalan
seputar
pengembangan
kepariwisataan
Kawasan Wisata Dieng dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori besar antara lain : pertama, perlunya perbaikan aspek aksesibilitas menuju kawasan dan antar obyek wisata di dalam kawasan itu sendiri baik obyek wisata di kawasan poros ataupun obyek – obyek wisata di kawasan jeruji. Selain itu, diaktifkannya pintu masuk Kawasan Wisata Dieng sebelah barat. Kedua,
perbaikan obyek wisata seperti pengembangan potensi wisata di
beberapa telaga, pengembangan wisata ziarah dan pengembangan desa wisata di Kawasan Wisata Dieng. Ketiga,
perbaikan dan penambahan sarana
pendukung fisik seperti perluasan terminal kamar mandi, WC, Mushola, dan tempat sampah. Keempat,
pembangunan sarana penunjang seperti hotel,
pengorganisasian homestay, restaurant, pengadaan souvenir dan kios cinderamata, sarana perbankan, komunikasi. Kelima,
pemeliharaan
kebersihan seperti penataan lemi, penataan TPA / TPS serta pengembangan teknologi pengolahan sampah. Keenam, penciptaan keamanan di lingkungan obyek wisata seperti penertiban bagi masyarakat yang melakukan pungutan commit to user liar dan pembentukan polisi pariwisata. Ketujuh, perlunya kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
pemerintah dalam hal pelestarian dan pemanfaatan lahan konservasi budaya, serta pelibatan masyarakat dalam setiap kegiatan pengembangan Kawasan Wisata Dieng yang dilakukan oleh pemerintah pemerintah. Untuk memudahkan dalam melakukan identifikasi masalah – masalah utama yang timbul di Kawasan Wisata Dieng, maka digunakan fish bone analysis dengan pendekatan 4 A (Atttraction, Accessibility, Amenity dan Activity). Detail dari penggunaan kedua alat analisis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
I. Analisis SWOT Kawasan Wisata Dieng Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan suatu lembaga. Dengan demikian harus menganalisis faktor-faktor strategis (kekuatan, Kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT: 1. Kekuatan (Strength): a. Atraksi o Kawasan mempunyai sumber daya alam dan kebudayaan yang cukup lengkap dan spesifik/khas yang tidak dimiliki oleh kawasan lainnya. commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
o Beberapa obyek wisata masih sangat alami (seperti belum pernah terambah tangan manusia) o Telah diadakan acara/festival tahunan tentang kebudayaan dan prosesi kebudayaan di kawasan Dieng. b. Aksesibilitas o
Jalan menuju obyek wisata poros dari Wonosobo sudah cukup memadai (beraspal halus)
o Jalan antar beberapa obyek wisata poros sudah cukup memadai (beraspal halus) c. Amenitas o Sudah tersedia beberapa kios cinderamata di obyek wisata poros yaitu di Kelompok Candi Arjuna, Telaga Warna dan Kawah Sikidang. o Tersedia tempat parkir khusus untuk kendaraan wisatawan di Kelompok Candi Arjuna, Telaga Warna dan Kawah Sikidang. d. Aktivitas o Dieng merupakan tempat yang sangat tepat untuk refreshing dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang memukau 2. Kelemahan (Weakness): a. Atraksi o Masih banyak ditemukan sampah-sampah yang mengotori Obyek Wisata. o Adanya pupuk kandang (lemi) di sepanjang jalan menuju kawasan Dieng maupun di jalan-jalan antar obyek wisata dalam kawasan. o Pemeliharaan pada kelestarian dan fasilitas-fasilitas yang ada di DTW, sangat kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
b. Aksesibilitas o Terminal masih terlalu kecil, perlu diperluas. o Jalan utama menuju kawasan Dieng relatif sempit sehingga bis pariwisata besar belum dapat masuk ke kawasan wisata Dieng. o Jalan antar beberapa obyek wisata jeruji dalam kawasan Dieng masih belum memadai (kalaupun ada akses jalan, kondisinya cenderung sudah rusak ataupun terlalu sempit) o Belum ada rambu-rambu/penunjuk jalan yang memadai sehingga wisatawan mudah mencapai obyek wisata. c. Amenitas o Masalah keamanan tempat parkir juga perlu dipikirkan (masih adanya pungli parkir dari masyarakat sekitar) o Perlu adanya petugas kebersihan Obyek wisata untuk menjaga kebersihan fasilitas penunjang seperti WC, Kamar Mandi, Musholla, dan pengelolaan sampah wisatawan yang dibuang sembarangan di ODTW. o Belum adanya Hotel berbintang di Kawasan Wisata Dieng, yang tersedia baru kelas melati, hostel dan homestay. o Belum adanya fasilitas perbankan khususnya ATM dan Money Changer di kawasan wisata Dieng. d. Aktivitas o Waktu kunjungan wisatawan ke kawasan Dieng relatif singkat disebabkan karena belum adanya fasilitas-fasilitas penunjang. o Minimnya penjual souvenir dan penawaran produk yang tersedia menyebabkan aktivitas belanja wisatawan menjadi kurang menarik. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
o Belum ada tempat di Kawasan poros Dieng yang bisa mengakomodasi aktivitas seluruh keluarga (Belanja, bersantai untuk orang tua dan taman bermain untuk anak) 3. Peluang (Opportunities): a. Atraksi o Obyek wisata sebagian besar masih sangat alami yang masih dapat digali dan dikembangkan lebih lanjut: o Telaga Swiwi o Telaga Cebong o Telaga Dringo o Gardu Pandang di puncak Sikunir o Kawasan Sibira o Masyarakat Dieng mempunyai aktivitas kesenian yang dapat dijual kepada pelaksana Wisata. o Mempunyai fenomena “rambut gembel” yang tidak dipunyai oleh kawasan wisata lainnya. o Pengembangan Wisata Ziarah : seperti makam Kyai Selomanik dan kali lembu. b. Aksesibilitas o Perluasan aksesibilitas dari lima arah dapat meningkatkan kesempatan masuknya pegiat wisata dan wisatawan o Perluasan
ruas
jalan-jalan
utama menuju Kawasan Dieng akan
menyebabkan bis-bis pariwisata dapat masuk sampai ke kawasan wisata Dieng.
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Amenitas o Peningkatan jumlah wisatawan ke Kawasan wisata Dieng akan akan menyebabkan para investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada fasilitas-fasilitas penunjang seperti perbankan (ATM, money changer, dll), wartel, warnet, restaurant/cafe, hotel. d. Aktivitas o Pembuatan taman bermain anak di sekitar kawasan poros sehingga anakanak juga memiliki suatu aktivitas yang menyenangkan di kawasan Dieng. o Wisata air di telaga merdada, menjer, balekambang. o Penataan kembali kios-kios menjadi sentra-sentra sehingga berbelanja souvenir/makanan khas menjadi suatu aktivitas yang menarik bagi wisatawan. 4. Tantangan/Ancaman (Threat): a. Atraksi o Kesadaran masyarakat masih rendah terhadap kepentingan pelestarian lingkungan alam dan situs purbakala. o Produk kerajinan khas daerah yang dapat dijadikan souvenir belum ada. o Kesadaran masyarakat akan pentingnya sektor pariwisata masih rendah. o Kelompok Kesenian daerah khas Dieng tidak berkembang. o Informasi mengenai kekayaan atraksi kesenian khas Dieng serta kapan biasanya atraksi ini ditampilkan sangat kurang. o Pelibatan masyarakat terhadap pengembangan obyek wisata dirasa masih kurang. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
o Peningkatan aktivitas pertanian oleh penduduk Dieng di sekitar ODTW dengan menggunakan tanah situs purbakala yang bisa mengakibatkan kerusakan situs. o Pemanfaatan lahan-lahan hutan untuk kepentingan pertanian masyarakat sampai saat ini sudah mengurangi keasrian kawasan wisata Dieng. b. Aksesibilitas o Perluasan jalan di Kawasan Dieng merupakan tantangan tersendiri mengingat kondisi geografis yang terdiri dari pegunungan dengan lahanlahan yang curam bahkan jurang yang dalam. o Adanya biaya tambahan transpor untuk wisatawan karena harus mengganti alat transportasi ketika mau naik ke kawasan Dieng (Dari bis besar ke Mikromini) c. Amenitas o Kios Souvenir hanya sebagai kerja sambilan masyarakat, sehingga tidak setiap waktu dibuka. o Belum ada polisi pariwisata o Kurangnya kesadaran masyarakat untuk dapat mengembangkan jenis makanan khas kawasan Dieng yang lebih variatif. o Kurangnya rumah makan yang memadai di Kawasan wisata Dieng (hanya ada warung makan) untuk bisa mendapatkan restaurant maka harus menempuh jarak yang cukup jauh ke Kledung Pass, Wonosobo maupun ke Banjarnegara. d. Aktivitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
o Minimnya aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan di Kawasan wisata Dieng menyebabkan lama tinggal wisatawan di ODTW cenderung singkat sehingga uang yang mereka keluarkan juga tidak banyak.
J. Hasil Wawancara Dengan Pengunjung Objek Wisata Dataran Tinggi Dieng Dari hasil wawancara dengan tiga pengunjung di objek wisata yang berbeda.yang pertama dengan Bpk. Mulyo dari Bogor yang sedang berkunjung di kawasa candi Dieng, menuurt Bapak Mulyo bahwa harga tiket masuk kawasan Dieng cukup terjangkau dan mempermudah pengunjung karena hanya menggunakan sistem 1 tiket untuk beberapa kawasan objek wisata dengan ditunjang dengan kondisi jalan yang cukup bagus dan lebar, tapi ada sepanjang jalan antara wonosobo menuju Dieng udara tercemar dengan bau pupuk organik ( pupuk kandang). Berbeda dengan pendapat Bapak Budi dari Jogjakarta yang berkunjung di Telaga Warna menyebutkan jalan akses menuju Dieng kurang lebar dan banyak hambatan karena adanya pasar tumpah dan banyaknya kendaraan yang parkir di pinggir jalan, selain itu petunjuk jalan kurang jelas sehingga membingungkan. Dieng Teaternya bagus/lumayan tetapi kawasan terlalu kotor, apalagi ketika masuk ke Dieng, langsung melihat sampah disamping kiri jalan ( Bau Lemi ), jalan kanan kiri wisata rusak. Sedangkan menuru Imam wisatawan dari magelang, objek wisata Telaga Warna bagus, Cuma agak sedikit kotor, sedangkan di komplek Candi arjuna bersih dan indah, jalan menuju ke Kawasan Dieng juga sudah lumayan bagus, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
tapi bau pupuk kandang di sekeliling jalan menuju Kawasan wisata dieng sangat tidak menyengat sekali. Menurut wawancara dengan Ibu Atin dari serang yang sudah dua kali mengunjungi objek wisata Dieng menyebutkan bahwa objek wisatanya bagusan dulu waktu pertama dia mengunjungi objek tersebut, selain itu juga kotor dan tidak terurus, tapi masalah tiket masih terjangkau. Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa banyak sekali yang perlu dibenahi oleh pemerintah setempat agar wisatawan menjadi nyaman dan betah saat berkunjung ke Wonosobo terlebih lagi di Kawasan wisata Dieng. Masalah yang perlu dibenahi antara lain kurang jelasnya penunjuk arah, dijaganya kebersihan objek wisata, serta sosialisasi terhadap masyarakat terhadap pupuk kandang agar tidak terlalu bau dan agar tidak mengangu perjalanan wisatawan yang ingin berkunjung ke kawasan Dieng
K. Retribusi Dan Tiket Masuk Kawasan Dieng Untuk memasuki Kawasan Dieng para wisatawan harus membayar retridusi dan tiket masuk kawasan dieng tersebut. Tapi retribusi dan tiket masuk tersebut sangat terjangkau bagi para wisatawan kita hanya mengeluarkan Rp 2000,00 untuk membayar retribusi untuk satu orang dan untuk satu kali kunjungan itu sudah termasuk asuransi jiwa, setelah itu kita membayar tiket terusan sebesar Rp 12.000,00 tiket ini digunakan untuk memasuki empat kawasan wisata yaitu Komplek Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Telaga Warna dan Pengilon, dan Dieng Plateo Theater. Khusus untuk Telaga Warna kita membayar tiket masuk lagi sebesar Rp 2.000,00 commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selain itu juga untuk menonton film di dalam Dieng Plateo Theater kita membayar tiket sebesar Rp 3.000,00. Ini adalah harga yang terjangkau bagi wisatawan, karna dengan harga tiket yang relatif terjangkau kita bisa menikmati dan melihat pemandangan alam yang sangat indah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa dataran Tinggi Dieng mampu menarik minat wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara, hal tersebut berpengaruh terhadap pendapatan kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo. Dengan banyaknya jumlah pengunjung berarti pendapatan semakin meningkat baik di daerah Dieng maupun daerah sekitar objek wisata tersebut. Dataran Tinggi Dieng mempunyai peranan penting dalam pengembangan wisata alam dan budaya di Kabupaten Wonosobo dengan berbagai aneka keragaman dan keunikan yang di sajikan Dataran Tinggi Dieng untuk menarik wisatawan. Permasalahan yang dihadapi Kawasan Wisata Dieng sebagian besar mengarah pada perbaikan atraksi dan pengadaan infrastuktur yang mendukung aktifitas
pariwisata, selain itu juga kurangnya informasi dan promosi
mengakibatkan banyak wisatawan yang berkunjung mengeluh karena tidak adanya informasi yang dapat menemani perjalanan atau aktifitas selama berwisata di Kawasan Dieng serta kurangnya infirmasi atau publikasi mengenai waktu diadakannya acara-acara budaya sehingga wisatawan tidak bias mengikuti acara budaya-budaya tersebut. commit to user 93
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran Dari hasil anailisa mengenai kajian Kawasan Wisata Dieng, berikut ini adalah beberapa saran yang dapat digunakan untuk perbaikan pengembangan Kawasan Wisata Dieng. 1. Pengelola harus lebih bekerja keras lagi untuk semakin mengembangkan potensi objek wisata Kawasan Dieng 2. Perlu dilakukannya promosi-promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan 3. Semakin di perbaikinya fasilitas serata sarana penunjang yang ada di kawasan Dieng dan sekitarnya. 4. Dibuat buku panduan praktis bagi wisatawan mengenai objek wisata di kawasan Dieng yang semakin mempermudah serta memberikan penjelasan tentang mitos, cerita dan sejarah di kawasan Wisata Dieng. 5. Perlu lebih diperhatikan lagi tentang kebersihan dan perawatan sarana wisata yang ada, karena ini mempengaruhi dalam kenyamanan pengunjung. 6. Adanya agenda-agenda khusus tentang event-event wisata seperti peringatan Tenong 1 Sura, Tradisi Cukur Gembel serta atraksi-atraksi wisata lainnya sebagai suguhan bagi para wisatawan. 7. Tingkat keselamatan bagi wisatawan pada obyek wisata yang di angap rawan bagi keselamatan seperti pada Kawah atau Telaga. 8. Adanya took-toko souvenir dan makanan khas Wonosobo sebagai peningkatan kualitas dan kwantitas produk wisata yang di jual. commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan
begitu
Dataran
tinggi
Dieng
dalam
peranannya
terhadap
pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya menjadi meningkat. Serta menjadikan daerah Wonosobo dan Dataran Tinggi Dieng menjadi salah satu daerah Tujuan Wisata yang menarik serta diminati oleh wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan manca Negara. Dengan begitu dapat meningkatkan angaran penghasilan daerah yang dapat digunakan untuk mengelola Daerah Tujuan Wisata tersebut serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar.
commit to user