TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Menurut Blakely dan Bade (1985), domba diklasifiksikan sebagai berikut : Kingdom : Animal Phylum : Chordata Kelas
: Mamalia
Ordo
: Artiodactyla
Famili
: Bovidae
Genus
: Ovis
Species : Ovis aries Domba lokal (Gambar 1) merupakan domba asli Indonesia yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan memiliki sifat seasonal polyestroes sehingga dapat beranak sepanjang tahun. Domba di Indonesia umumnya berekor tipis tetapi ada pula yang berekor gemuk seperti domba Donggala atau domba yang berada di Jawa Timur (Devendra dan McLeroy, 1992). Menurut Inounu dan Dwiyanto (1996) terdapat dua tipe domba yang paling menonjol di Indonesia yaitu domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG) dengan perbedaan galur dari masing-masing tipe.
Gambar 1. Domba Karakteristik domba lokal, yaitu berukuran kecil, lambat dewasa, tidak seragam, berbulu kasar dan hasil daging relatif sedikit ( Murtidjo, 1993). Warna bulu domba lokal umumnya putih dengan bercak hitam di sekitar mata, hidung atau bagian lainnya, ekor pada domba lokal umumnya pendek (Devendra dan McLeroy,
3
1992), bentuk tipis dan tidak menunjukkan adanya timbunan lemak ( Mulyaningsih, 1990). Anggorodi (1994) menyatakan bahwa domba jantan muda memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat daripada domba betina muda, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan pakan yang lebih efisien untuk pertumbuhan badan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis lebih membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya tubuh. Sedangkan faktor lingkungan seperti pemberian pakan, pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tata laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam mencapai kedewasaan (Sugeng, 2002). Menurut NRC(1985), pertumbuhan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu total protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetis, kondisi lingkungan, kondisi setiap individu dan tata laksana. Limbah Udang Limbah udang merupakan limbah dari industri pengolahan udang beku yang mempunyai potensi dan nilai gizi relatif tinggi. Limbah udang (Gambar 2) terdiri dari campuran kepala, kulit, dan ekor serta udang yang rusak atau udang afkir (Mirzah, 2000).
Gambar 2. Limbah Udang Kandungan zat makanan limbah udang adalah protein 42-45%, serat kasar 14-19% (kandungan khitin 12.24%), lemak 4-6%, kalsium 7-9% dan phosphor 1-2% (Mirzah, 2000). Dalam penggunaannya sebagai makanan ternak, limbah udang memiliki faktor pembatas yaitu senyawa khitin. Namun disisi lain, khitin bermanfaat dalam pengikatan lemak sehingga berperan dalam penurunan kolesterol. Khitin dalam kepala udang tidak dapat dicerna sehingga tidak mempunyai nilai kalori
4
(Rismana, 2003 ) dan berdampak mengurangi pertambahan bobot badan. Disegi lain, khitin memiliki kemampuan dalam menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) dan dapat meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL). Gallaher et al. (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa pakan berbasis serat dapat menurunkan kolesterol hati pada tikus dan secara konsisten menurunkan kolesterol plasma pada manusia. Selain itu, khitin yang sudah diubah menjadi khitosan memiliki kemampuan dalam mengikat lemak sehingga menjadi senyawa yang tidak dapat diabsorbsi oleh tubuh. Pemberian khitosan mengakibatkan penurunan penyerapan lemak sebesar 26%. Hal ini dapat menjelaskan bahwa khitin juga dapat menurunkan absorbsi lemak walaupun lebih rendah dari khitosan. Penurunan penyerapan lemak ini disebabkan karena di dalam lambung khitosan akan diubah menjadi gel oleh asam lambung dan selanjutnya akan membungkus molekul kolesterol dan molekul lemak dalam getah lambung. Pencernaan Lemak Lemak berfungsi untuk mensuplai sejumlah energi, untuk absorbsi vitamin yang larut dalam lemak dan sebagai sumber asam-asam lemak essensial yang tidak dapat disintesa oleh tubuh melainkan harus disuplai dalam makanan (Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Produk akhir pencernaan lemak dalam saluran usus kecil adalah monogliserida, asam lemak dan kolesterol. Dalam lumen usus halus, monogliserida, asam lemak, kolesteol dan phospholipid bersatu dengan asam empedu membentuk misel. Misel bersama dengan trigliserida dengan rantai pendek dan medium diabsorbsi secara langsung ke dalam mukosa sel jejunum. Pada saat kandungan lemak dalam misel diabsorbsi, maka asam atau garam empedu tetap tinggal dalam lumen untuk diabsorbsi kembali dari ileum. Dalam mukosa sel, trigliserida dengan rantai pendek dan rantai medium mengalami hidrolisa oleh enzim lipase membentuk produk gliserol dan asam lemak dengan rantai medium dan rantai pendek. Produk ini akan meninggalkan mukosa sel dan langsung masuk ke dalam kapiler-kapiler. Asam-asam lemak ini akan diangkut oleh vena porta ke dalam hati dan asam lemak yang diangkut ke dalam darah akan terikat dengan protein dan albumin. Asam lemak rantai panjang akan mengalami esterifikasi trigliserida rantai panjang. Bersama dengan kolesterol dan phospholipid dalam mukosa sel, maka trigliserida akan bergabung dengan protein untuk membentuk lipoprotein
5
chylomicron yang merupakan bentuk utama transport lemak yang terdapat dalam makanan. Chylomicron kemudian masuk ke dalam sistem lymph melalui “lacteal” yang terdapat dalam villi usus kemudian oleh arteri hati akan dibawa ke hati (Piliang dan Djojosoebagio, 1990). Penyerapan lemak tergantung dari beberapa faktor, yaitu panjang rantai asam lemak, berat molekul dari lemak, asam lemak jenuh atau tidak jenuh. Lemak dalam daging terdapat dalam bentuk trigliserida. Kelebihan energi dapat menyebabkan akumulasi lemak yang berlebih dan akan disimpan pada jaringan adiposa sebagai cadangan lemak (Piliang dan Djojosoebagio, 1990). Pemberian pakan berserat dapat menekan sintesis kolesterol daging. Kolesterol Kolesterol merupakan substansi putih yang larut dalam lemak, terdapat dalam lemak hewan dan minyak, terdapat dalam empedu, darah, jaringan urat syaraf, hati, ginjal dan kelenjar adrenal serta penting dalam metabolisme. Menurut Mayes et al. (1983), kolesterol dalam tubuh dapat berupa kolesterol endogenus dan kolesterol eksogenus. Kolesterol endogenus merupakan kolesterol yang dibentuk sendiri oleh sel-sel tubuh terutama di dalam hati. Sedangkan kolesterol eksogenus merupakan kolesterol yang berasal dari makanan. Kolesterol dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh besar dan memperbaiki sel-sel yang rusak, menghasilkan asam empedu yang dibutukan dalam penyerapan lemak. Murray (1995) menyatakan bahwa keseimbangan kolesterol dalam jaringan dapat meningkat atau menurun. Perubahan keseimbangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Peningkatan terjadi karena (1) pengambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh reseptor, seperti LDL; (2) ambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh lintasan yang tidak-diperantarai-reseptor; (3) ambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya akan kolesterol itu oleh membran sel; (4) sintesis kolesterol ; dan (5) hidrolisis ester kolesteril oleh enzim ester kolesteril hidrolase. Sedangkan penurunan terjadi karena (1) aliran keluar kolesterol dari membrane sel ke lipoprotein dengan potensial kolesterol rendah, khusunya HDL3 atau HDL nasen, yang digalakkan oleh LCAT (lesitin:kolesterol asiltransferase); (2) esterifikasi kolesterol oleh ACAT (asil-KoA: kolesterol asiltransferase); dan (3) penggunaan kolesterol untuk sintesis senyawa-senyawa steroid lainnya, seperti
6
hormon atau asam-asam empedu dalam hati. Menurut Guyton (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi kolesterol plasma adalah kenaikan jumlah kolesterol yang dicerna tiap hari sedikit meningkatkan konsentrasi plasma, diet lemak jenuh dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol darah sebanyak 15-25% karena adanya penimbunan lemak dalam hati, pencernaan lemak yang mengandung asam lemak tidak jenuh yang tinggi biasanya menekan konsentrasi darah cukup banyak, kekurangan hormon tiroid dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol, kolesterol darah juga dapat meningkat pada diabetes mellitus akibat dari peningkatan umum mobilisasi lemak, hormon seks wanita yaitu estrogen dapat menurunkan kolesterol darah dan hormon seks pria yaitu androgen dapat meningkatkan kolesterol darah. Jalur utama pengeluaran kolesterol tubuh adalah melalui konversi oleh hati menjadi asam empedu. Kurang lebih separuh dari kolesterol dieksresikan ke dalam feses setelah sebelumnya diubah menjadi asam-asam empedu dan sebagian besar kolesterol yang diekskresikan ke dalam getah empedu akan diserap kembali. Arora (2007), menjelaskan bahwa kolesterol bekerja membantu mengangkut lemak yang sudah diolah dari hati ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Proses ini akan terus berjalan dan berulang-ulang. Secara garis besar, cara kerja kolesterol dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Makanan atau lemak masuk ke lambung untuk diemulsi oleh asam empedu kemudian diteruskan masuk ke usus halus untuk dicerna dan diserap. Sari-sari makanan yang telah diserap kemudian dikirim ke hati untuk diproses lalu dikirim ke seluruh tubuh. 2. Hati mengandung lemak pada VLDL. VLDL masuk melalui pembuluhpembuluh darah, membongkar muatannya (lemak) di seluruh tubuh. Kemudian VLDL yang kosong berubah menjadi LDL. 3. Beberapa potongan LDL dapat tersangkut di sepanjang dinding pembuluh darah, sehingga mempersempit pembuluh darah. 4. HDL dalam darah atau pembuluh darah berfungsi untuk melepaskan potongan LDL yang tersangkut di dinding pembuluh-pembuluh darah dan membawanya kembali ke hati. Di hati, potongan LDL tersebut di daur ulang menjadi VLDL baru atau dihancurkan dan dibuang. VLDL yang baru akan memulai kembali proses pengiriman.
7
Menurut Arora (2007), kolesterol dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. LDL (Low Density Lipoprotein) Jenis kolesterol ini berfungsi mengangkut kolesterol dari hati ke seluruh bagian tubuh. Jika kolseterol yang tersedia lebih dari yang dibutuhkan, LDL akan beredar dalam aliran darah dan akhirnya tertimbun pada bagian dalam dinding pembuluh darah yang kemudian akan menyebabkan penyumbatan dan berkurangnya pasokan darah. 2. HDL (High Density Lipoprotein) HDL merupakan lipoprotein yang berjalan mengikuti aliran darah dari areaarea tepi (perifer) tubuh sambil membawa kolesterol ke hati untuk dihancurkan. Selain itu, jenis kolesterol ini juga fungsi untuk mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer, termasuk pembuluh darah, ke reseptor HDL di dalam hati untuk keluar lewat empedu. Sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang. HDL merupakan lipoprotein yang diharapkan tinggi dalam tubuh (Dalimartha, 2002). 3. VRDL VRDL merupakan partikel-partikel lemak yang disebut siklomikron dan asam lemak pembentuk VLDL yang digunakan untuk energi dan pemindahan lemak. 4. Trigliserida Trigliserida merupakan jenis lemak yang diproduksi oleh hati. Pada nutrisi manusia, lebih dari 5% lemak yang dikonsumsi ada dalam bentuk trigliserida. 5. Lipoprotein (a) Lipoprotein (a) merupakan lemak yang berkaitan dengan aterosklerosis dan berbagai penyakit arteri korone. LP (a) lebih berkaitan dengan gen. Tingginya kolesterol dalam tubuh sering menimbulkan gangguan bagi kesehatan. Gangguan tersebut berupa aterosklerosis yang diakibatkan karena adanya penimbunan LDL dan trigliserida yang selanjutnya menjadi penyakit jantung koroner dan stroke. LDL merupakan lipoprotein yang mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan pembuluh darah.
8
Trigliserida Trigliserida adalah komponen utama dari penyimpanan lemak atau depot lemak pada tumbuhan dan hewan namun umunya tidak dijumpai pada membran. Bagian utama trigliserida adalah asam lemak tidak jenuh dan bila disimpan dalam suhu kamar akan berbentuk cair (Lehninger, 1997). Trigliserida yang ada pada tubuh hewan 95 % berasal dari makanan dan 5 % disintesis oleh tubuh. Murray et al. (1995) menyatakan bahwa dalam saluran pencernaan, sebagian besar trigliserida dipecah menjadi monogliserida dan asam lemak. Kemudian ketika melalui epitel usus, disintesis kembali menjadi molekul trigliserida yang baru dan masuk ke dalam limfe dalam bentuk droplet kecil yang tersebar (kilomikron). Selain itu, sebagian besar kolesterol dan fosfolipid diabsorbsi dari saluran pencernaan kemudian masuk ke dalam kilomikron. Fungsi dari trigliserida adalah sebagai cadangan energi karena trigliserida merupakan bentuk lemak yang efisien untuk dipakai sebagai cadangan energi dan tidak banyak membutuhkan tempat dan dapat menghasilkan energi lebih besar dibandingkan karbohidrat dan protein dengan jumlah yang sama yaitu dengan perbandingan karbohidrat : protein : lemak sebesar 1 : 1 : 2,5 (Piliang dan Djojosoebagio, 1990). Trigliserida yang disintesis dalam hati akan digunakan untuk memproduksi lipoprotein darah dimana pemenuhan kebutuhan asam lemak dapat berasal dari makanan, dari jaringan adiposa melalui darah atau dari biosintesis hati. Menurut Syamsuhaidi (1997), imbangan energi-protein ransum yang diperluas dapat meningkatkan konsentrasi trigliserida yang ada di serum darah. Empedu Sudoyo et al. (2007) Empedu berperan dalam membantu pencernaan dan aborpsi lemak, ekskresi metabolit hati dan produk sisa seperti kolesterol, bilirubin dan logam berat. Empedu berfungsi sebagai pengemulsi lemak bersama-sama dengan lipase pankreas yang penting dalam proses pencernaan lemak. Selain itu, empedu juga berfungsi sebagai penetral kondisi asam dari saluran usus dan dapat mengawali pencernaan lemak dengan membentuk emulsi (Amrullah, 2004). Asam-asam empedu yang berupa cairan lengket berwarna kuning kehijauan disekresikan oleh hati. Asam empedu mengemulsi lemak sehingga lemak yang pada dasarnya larut dalam lemak
9
dapat dicerna oleh tubuh. Kolesterol bebas akan dialirkan melalui saluran empedu ke dalam duodenum. Sebagian besar asam empedu direabsorbsi oleh hati melalui sirkulasi kemudian di dalam hati asam empedu akan diekskresi dan disekresi kembali ke dalam empedu. Asam empedu yang tidak diserap akan didegradasi di dalam usus besar dan diekskresi di dalam feses. Empedu terdiri dari asam empedu (asam kolat, asam kenodeoksikolat, asam deoksikolat, asam ursodeoksikolat), bilirubin, kolesterol, trace metal dan metabolit obat (Sudoyo et al., 2007). Menurut Piliang dan Djojosoebagio (1990), komposisi empedu antara lain garam-garam empedu, pigmen empedu, kolesterol, lesitin, lemak dan beragam garam anorganik. Sekresi empedu membutuhkan aktivitas hepatosit (sumber empedu primer) dan kolangiosit yang terletak sepanjang duktulus empedu. Asam empedu dibentuk dari kolesterol di dalam hepatosit, diperbanyak pada struktur cincin hidroksilasi dan bersifat larut dalam air akibat konjugasi dengan glisin, taurin dan sulfat. Asam empedu ini mempunyai kegunaan seperti deterjen dalam mengemulsi lemak, membantu kerja enzim pankreas yaitu lipase dan penyerapan lemak intraluminal. Menurut Piliang dan Djojosoebagio (1990), garamgaram empedu juga meningkatkan absorbsi usus terhadap vitamin-vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K serta sekretin. Garam-garam empedu akan menyebabkan kolesterol dalam empedu berada dalam keadaan larut. Amrullah (2004) menyatakan bahwa empedu berfungsi sebagai penetral kondisi asam dari saluran usus dan dapat mengawali pencernaan lemak dengan membentuk emulsi. Menurut Murray et al. (1995), asam empedu primer disintesis dalam hati dari kolesterol lewat beberapa tahap. Hampir semua asam empedu primer dan sekunder diserap di dalam ileum, dengan mengembalikan ke hati lewat sirkulasi porta sekitar 98-99 % dari asam empedu yang diekskresikan ke dalam usus halus. Proses ini disebut sirkulasi enterohepatika yaitu proses penyerapan kembali asam empedu ke dalam sirkulasi porta, diambil oleh hati dan diekskresikan kembali lewat empedu. Asam empedu yang tidak diserap kembali ataupun derivatnya diekskresikan ke dalam feses. Walaupun empedu selalu diekskresikan melalui feses setiap harinya, sejumlah asam empedu yang sama dengan jumlah yang hilang dalam feses akan disintesis dari kolesterol oleh hati.
10
Ada beberapa kelainan pada kandung empedu yaitu penyumbatan kantung empedu, penghilangan kantung empedu sehingga menyebabkan ganguan absorbsi lemak di duodenum dan jejunum (Piliang dan Djojosoebagio, 1990). Selain itu, ada juga penyakit batu kantung empedu yang disebabkan kelebihan aktivitas enzim glucu-ronidase. Hidrolisis bilirubin oleh enzim tersebut akan membentuk bilirubin tak terkonjugasi yang akan mengendap sebagai calcium bilirubinate. Enzim -glucuronidase bakteri ini berasal dari kuman E. Coli dan kuman lainnya di saluran empedu (Sudoyo et al., 2007).
11