5
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
Manajemen Konstruksi Manajemen
proyek
adalah
merencanakan,
mengoorganisir,
memimpin
dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jarak pendek yang telah ditentukan lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal dan horisontal (Kerzener,1989). Tujuan manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control) ,pengawasan biaya (cost control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control) (Kerzener,1989). Fungsi manajemen konstruksi adalah: a.
Kontrol Sebagai alat menjaga kondisi lapangan dari perubahan yang tidak pasti dan mengatasi masalah terbatasnya waktu pelaksanaan.
b.
Managerial Fuctional Sebagai alat analisa kemampuan lapangan dengan menggunakan manajemen sistem informasi yang baik.
c.
Quality Control Menjaga keselarasan antara pelaksana proyek dan perencanaan proyek.
d.
Hasil kajian balik dijadikan sebagai tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah - masalah yang terjadi di lapangan.
e.
Memantau kemajuan proyek dan prestasi yang telah tercapai dan dilakukan secara berkala dalam hitungan hari, minggu dan bulan.
2.2
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 2 (dua) metode
pembangunan yang umum dilakukan, yaitu sistem konvensional dan sistem pracetak. Sistem
6
konvensional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat (Novdin, 2012). Pada sistem pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontol kualitas yang baik (Novdin, 2012). Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama, beban - beban yang diperhitungkan juga sama, faktor - faktor indeks yang digunakan untuk perencanaan juga sama, hanya mungkin yang membedakan adalah (Hendrawan & Hery, 2010): a.
Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur beton belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat muda saat diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak. Di sini dibutuhkan analisa desain tersendiri, dan tentunya tidak pernah diperhitungkan kalo kita menganalisa beton secara konvensional.
b.
Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan beton pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan beton pracetak di proyek. Beton pracetak lebih banyak dibuat di pabrik.
c.
Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain sambungan di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.
2.3
Definisi Beton Pracetak Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponen -
komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus (off site fabrication), terkadang komponen - komponen tersebut disusun dan disatukan terlebih dahulu (pre - assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi (installation), dengan demikian sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi monolit terutama pada aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan pula oleh metoda pelaksanaan dari pabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta ditentukan pula oleh teknis perilaku sistem pracetak dalam hal cara penyambungan antar komponen join (M. Abduh, 2007). Beberapa prinsip yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih dari teknologi beton pracetak ini antara lain terkait dengan waktu, biaya, kualitas, predictability, keandalan, produktivitas, kesehatan, keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta relocatability (Gibb, 1999). Pelaksanaan bangunan dengan menggunakan metoda beton pracetak memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal tersebut disebabkan keuntungan metoda pelaksanaan dengan
7
mengunakan beton pracetak ini akan mencapai hasil yang maksimal jika pada proyek konstruksi tersebut tercapai reduksi waktu pekerjaan dan reduksi biaya konstruksi. Pada beberapa kasus desain propertis dengan metoda beton pracetak terjadi kenaikkan biaya material beton disebabkan analisa propertis material tersebut harus didesain juga terhadap aspek instalasi, pengangkatan, dan aspek transportasi sehingga pemilihan dimensi dan kekuatan yang diperlukan menjadi lebih besar daripada desain propertis dengan metoda cor ditempat. Selain itu pada proses instalasi elemen beton pracetak memerlukan peralatan yang lebih banyak dari proses instalasi elemen beton cor ditempat (Hendrawan & Hery, 2010). Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era millennium baru ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan sistem ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan massal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik (Sumber: Hendrawan & Hery, 2010).
2.3.1 Kelebihan Sistem Beton Pracetak Keuntungan dari sistem beton pracetak (Hendrawan & Hery, 2010), yaitu: a.
Waktu pelaksanaan yang cepat.
b.
Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
c.
Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.
d.
Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan di tempat (cast in – situ) adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa digunakan berulang - ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya sangat baik
e.
Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan produksi.
f.
Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari segi kekuatan maupun dari segi efisiensi.
2.3.2 Kekurangan Sistem Beton Pracetak
8
Kekurangan dari sistem beton pracetak (Hendrawan & Hery, 2010), yaitu: a.
Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.
b.
Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.
c.
Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut.
d.
Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan erection.
e.
Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan pada beton pracetak.
f.
Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan.
2.4
Sistem Komponen Beton Pracetak Dalam pengaplikasiannya secara umum sistem struktur komponen beton pracetak
dapat digolongkan sebagai berikut (M. Abduh 2007): a.
Sistem struktur komponen pracetak sebagian, Dimana kekakuan sistem tidak terlalu dipengaruhi oleh pemutusan komponenisasi, misalnya pracetak pelat, dinding di mana pemutusan dilakukan tidak pada balok dan kolom/bukan pada titik kumpul. Tahapan pelaksanaan pekerjaan beton pracetak sebagian adalah: •
Pekerjaan produksi/pembuatan beton pracetak.
•
Pekerjaan pengangkatan beton pracetak, transportasi dan penyimpanan beton pracetak.
b.
•
Pekerjaan pemasangan / installment / erection konstruksi beton pracetak.
•
Pekerjaan sambungan beton pracetak.
•
Pekerjaan toping beton pracetak.
Sistem pracetak penuh, dalam sistem ini kolom dan balok serta pelat dipracetak dan disambung, sehingga membentuk suatu bangunan yang monolit. Tahapan pelaksanaan pekerjaan beton full precast adalah: •
Pekerjaan produksi/pembuatan beton pracetak
9
•
Pekerjaan pengangkatan beton pracetak, transportasi dan penyimpanan beton pracetak
•
Pekerjaan pemasangan beton pracetak
•
Pekerjaan sambungan beton pracetak.
Pada dasarnya penerapan sistem pracetak penuh akan lebih mengoptimalkan manfaat dari aspek fabrikasi pracetak dengan catatan bahwa segala aspek kekuatan (strength), kekakuan.
2.5
Jenis - Jenis Beton Pracetak Berdasarkan luasan dari produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, elemen
beton pracetak dapat dikelompokkan menjadi (Omar Saladin, 2008): a.
Produk Kecil Kelompok ini dibedakan berdasarkan luasan elemen beton pracetak yang tidak lebih besar dari 2 m2, seperti kansteen, paving, bantalan rel, dan lain sebagainya.
b.
Produk Besar Kelompok ini dibedakan berdasarkan luasan elemen beton pracetak yang lebih besar atau sama dengan 2 m2, misalnya panel penutup dinding (cladding), plat atap, dan lain sebagainya.
Selain pengelompokkan diatas, pengelompokkan dapat pula didasarkan pada berat dari elemen beton pracetak (Omar Saladin,2008), yaitu: a.
Ringan Yang termasuk dalam kelompok ini adalah elemen beton pracetak yang beratnya tidak lebih dari 30 kg atau elemen yang dapat diinstalasi oleh satu orang, misalnya paving.
b.
Sedang / medium Yang termasuk dalam kelompok ini adalah elemen beton pracetak yang mempunyai berat sampai dengan 500 kg atau elemen yang dapat ditransportasikan dengan menggunakan peralatan mekanis sederhana.
c.
Berat Yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang mempunyai berat lebih besar dari 500 kg dan diperlukan alat berat untuk memindahkannya.
10
2.6
Jenis - Jenis Sistem Pracetak Beberapa jenis Pracetak yang sering dipakai Indonesia, antara lain :
Tabel 2.1 Jenis Pracetak di Indonesia No 1 2
Nama Sistem MPS SYSTEM CIRCON SYSTEM
3
CLIPCON SYSTEM
4
JOINT APBN SYSTEM
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16
Kencana System TRINITY SYSTEM RB-CON SYSTEM BKP SYSTEM W-PLUS SYSTEM MANARA SYSTEM SAKORI SYSTEM Highrise Building System SISTEM PRECAST Rigid Joint Precast (RJP) ERDEA SYSTEM DDC ( DOUBLE DOWEL CONNECTION) SYSTEM JHS SYSTEM COLUMN BEAM SLAB G3
Produsen PT. MEITAMA ABADI PT. ANUGERAH PUTRA NOBAS PT. SINERGY PRACON NUSANTARA Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum PT. Kencana Precast PT. PRIMA USAHA TRINITY PT. PRIMA JAYA PERSADA PT. BANGUN KHARISMA PRIMA PT. CIPTA JAYA FADHILAH PT. MANARA INDAH Saudara Dedi P. Putra
Tahun 2011 2011 2011 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2008
PT. Dantosan Precon Perkasa
2008
PT. Hiper Concrete Precast Structure Industry
2010
P.T. ERDEA
2009
PT. HARIS JAYA UTAMA
2009
PT. JHS PRECAST INDONESIA
CONCRETE
2009
11
Tabel 2.2 Jenis Pracetak di Indonesia No 17
18
Nama Sistem ORICON (OVAL RING CONNECTION) SYSTEM TRICON 3 - JUPITER SYSTEM
19
VIRTU SYSTEM
20 21
29
BI-PLATE SYSTEM KOTAPARI SYSTEM JHS SYSTEM COLUMN BEAM SLAB G3 SYSTEM Interior Less Moment Connection – High Rise System (LMCHRS) TRICON L10 SYSTEM WASKITA PRECAST 07 SYSTEM JAVA PERKASA PRECAST 07 SYSTEM SYSTEM sambungan Balok & Kolom HK PRECAST PLATCON PRECAST 07 SYSTEM TBR-J SYSTEM
30
DPI SYSTEM
22
23
24 25 26
27 28
31 32 33 34
CCP (COUPLE COMB PLATE) SYSTEM KW SYSTEM Well Conn System PPI SYSTEM
Produsen
Tahun
PT. VALTEK KARSATAMA
2009
PT. TRIBINA PRIMA LESTARI
2009
PT. TOTAL BOANERGES INDONESIA PT. WIDYA SATRIA PT. BUANA CONSTRUCTION
2009 2009 2008
PT. JHS Precast Concrete Indonesia
2008
PT. RIYAH PERMATA ANUGRAH DAN P.T. BINANUSA PRACETAK
2008
PT. TRIBINA PRIMA LESTARI
2007
PT. Waskita Karya dan Ir. Prijasambada, MM.
2007
PT. Java Perkasa dan Ir. Prijasambada, MM.
2007
PT. Hutama Karya
2007
PT. Rang Pratama dan Ir. Sutadji Yuwasdiki, Dipl. E. Eng. PT. Tata Bumi Raya dan Ir. Junaedi ME PT. DANIA PRATAMA INTERNASIONAL
2007 2008 2009
PT. Victory Sena Utama
2008
PT. KUMALA WANDIRA P.T. BORNEO SAKTI PT. Pacific Prestres Indonesia
2008 2008 2007
Tabel 2.3 Jenis Pracetak di Indonesia No 35
Nama Sistem Sistem Struktur Beton Pracetak WITON-SC
Produsen PT. Wijaya Karya Beton
Tahun 2007
12
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum (sumber : Prosiding seminar nasional AVoER ke-3 Palembang, 2011) 36
C-PLUS SYSTEM
2006
Pada studi kasus ini, kontraktor struktur menggunakan sistem pracetak DPI. Struktur beton “DPI Precast” adalah sistem struktur rangka terbuka (open frame) yang memiliki keunikan pada lokasi penyambungan komponen balok dan kolom pada titik kumpul diatas kolom. Sistem ini dapat digunakan untuk bangunan bertingkat rendah hingga bangunan tinggi sampai 10 tingkat. Sistem struktur “DPI Precast” terdiri dari tiga komponen (Sumber: PT. Anditama Wahana Sejahtera), yaitu : a.
Komponen kolom ( column component ) Pada bagian bawah komponen kolom dibuat lubang yang berfungsi sebagai tempat stek dari poer pile cap dan kolom bawah. Lubang tersebut dibelokkan kesisi kolom tempat menyalurkan bahan grouting. Pada bagian atas komponen kolom terdapat stek kolom untuk menyambung kolom, titik kumpul dan kolom bawah ke bagian kolom atas.
Gambar 2.1 Komponen Kolom (Sumber: PT. Anditama Wahana Sejahtera, 2014)
13
b.
Komponen balok ( beam component ) Komponen balok merupakan balok satu bentang (dari satu kolom ke kolom yang lain) yang selanjutnya disambung pada ujung komponen titik kumpul. Pada komponen balok, terdapat lubang coakan yang berbentuk huruf W hingga seperempat bentang dari panjang total balok yang dinamakan balok W - shell. Usahakan pada penginstalan komponen balok harus presisi sehingga tidak terjadinya bergesernya letak balok dan harus menumpu pada komponen kolom bawah. Dengan demikian, tinggi komponen balok (ketika dicetak) harus berkurang setebal rencana pelat lantai (tebal = 12 cm).
Gambar 2.2 Balok dengan Dimensi dan Tulangan Utama (Sumber: PT. Anditama Wahana Sejahtera, 2014)
c.
Komponen pelat ( slab component ) Komponen pelat yang dicetak adalah full slab dengan menyisakan 15 cm di sisi kiri dan kanan pelat untuk tempat toping dengan perbandingan 7 cm dan 5 cm (yang ditoping bagian pelat yang 5 cm) yang nantinya dicor di tempat (cast in situ) yang sekaligus berfungsi untuk menyatukan komponen pelat yang satu dengan komponen pelat lainnya sehingga tercapai monolitas yang baik, dengan lebar pelat yang direncanakan disesuaikan dengan luas lantai bangunan.
14
Gambar 2.3 Pencetakan Komponen Pelat (Sumber: PT. Anditama Wahana Sejahtera, 2014)
Sistem
struktur
pracetak
“DPI
Precast”
memiliki
keunikan
pada
lokasi
penyambungan komponen balok dengan komponen kolom yakni penyambungan dilakukan pada titik kumpul. Beberapa keuntungan dan keunggulan sistem “DPI Precast” (PT. Anditama Wahana Sejahtera) adalah sebagai berikut : a.
Mudah dan cepat dalam pemasangan serta rapi.
b.
Kekuatan struktur sambungan pada titik kumpul terjamin karena sambungan tersebut diikat dengan tulangan mutu fy = 390 MPa.
c.
Sistem struktur menjadi lebih fleksibel mengikuti desain aristekturnya, karena balok dipasang penuh pada satu bentang sehingga penempatan kolom praktis dapat didesain lebih mudah dan rapi.
d.
Sambungan balok pada daerah titik kumpul didesain lebih praktis sehingga tidak dijumpai lagi penumpukan tulangan pada titik kumpul.
e.
Penggunaan material besi yang tidak terlalu beragam mengakibatkan biaya struktur relatif murah dibanding dengan sistem konvensional ataupun sistem precast lainnya.
2.7
Tahapan Penjelasan Proses Pelaksanaan Produksi Tahap produksi adalah tahapan dimana komponen-komponen pembentuk struktur
suatu bangunan dicetak. Dalam mendesain sambungan pengetahuan tentang produksi sangat penting artinya. Mengetahui proses produksi untuk komponen beton pracetak memberikan peranan
penting untuk membuat sambungan berfungsi dengan baik dan efisien (Omar
Saladin, 2008).
15
Didalam produksi ada pula aspek - aspek yang harus diperhatikan, yaitu (Omar Saladin, 2008).: a.
Jenis dan jumlah komponen
b.
Waktu produksi dan luas lahan tersedia dilapangan
c.
Detail komponen
d.
Perencanaan cetakan
e.
Pengawasan mutu / Quality Control
Tahapan pelaksanaan pekerjaan produksi beton pracetak (PT. Anditama Wahana Sejahtera) terdiri dari: a.
Persiapan Lahan •
Casting Area Berfungsi sebagai media penempatan bekisting dari masing-masing komponen yang direncanakan, biasanya jumlah dan penempatan casting area harus benarbenar direncanakan terlebih dahulu dengan baik. Misalnya dari luas lahan, jumlah dan jenis komponen yang akan diproduksi.
•
Stocking Area Berfungsi sebagai media penempatan komponen yang telah terproduksi dan untuk selanjutnya dipersiapkan untuk proses pemasangan/erection. Dalam penempatan stocking area harus direncanakan dengan baik, dimaksudkan agar pada saat proses moulding dan pemasangan komponen penggunaan alat berat dapat dihasilkan secara maksimal.
b.
Pabrikasi Cetakan •
Pekerjaan Persiapan Material Bekisting Dalam tahap ini semua material yang akan digunakan untuk pembuatan bekisting mulai dipersiapkan, misalnya tahap penyerutan kaso, pemotongan lembaran Phenol Film yang sudah direncanakan sebagai bekisting komponen kolom, balok maupun pelat lantai.
•
Pekerjaan Perakitan Bekisting (instalasi)
16
Dalam perencanaan kerja bekisting, hal - hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: o
Mempelajari lokasi, area dan peralatan kerja untuk menentukan material dan peralatan kerja yang digunakan.
o
Merencanakan konstruksi bekisting dengan memperhatikan:
Kecepatan pengecoran dan metode pengecoran
Pemasangan bekisting harus kokOH dan rapat untuk mencegah kebocoran adukan.
o
Beban - beban pelaksanaan termasuk beban vertikal, horizontal dan beban kejut.
c.
Pekerjaan Pabrikasi Pembesian •
Pekerjaan Penanganan dan Penyimpanan Baja Tulangan Baja tulangan harus disimpan secara terpisah sesuai dengan tipe, diameter, dan panjang. Baja tulangan tidak boleh diletakkan secara langsung menyentuh permukaan tanah. Baja tulangan harus dilindungi dari hujan, angin, debu, material berminyak dan lain sebagainya.
•
Pekerjaan Pemotongan Besi Metode pekerjaan baja tulangan harus berdasarkan gambar struktur. Baja ukuran yang melebihi gambar struktur harus dipotong sesuai ukuran pada dokumen desain dan telah disetujui oleh manager proyek. Dalam tahap ini pemotongan besi biasanya dilakukan secara masal dan dikerjakan sesuai dengan jenis komponen yang akan dikerjakan terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan material. Dalam hal ini pemotongan besi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
•
o
Pemotongan besi utama
o
Pemotongan besi sengkang/begel
o
Pemotongan besi sling untuk joint sambungan
Pekerjaan Tekuk Besi Baja tulangan akan ditekuk atau dibengkokkan dengan cara manual atau menggunakan mesin. Pada tahap penekukkan dibagi menjadi dua bagian, yaitu: o
Tekuk besi utama
17
o •
Tekuk besi sengkang/begel
Pekerjaan Perakitan Besi Pada perakitan besi, pekerja harus mengerti komponen mana yang sedang dirakit sesuai dengan gambar kerja. Agar dapat dihindari dari kesalahan yang telah ditetapkan pada gambar kerja. Pada saat tulangan yang sudah dirakit lebih mudah ditransportasikan kedalam bekisting, maka jarak lokasi pabrikasi besi tidak perlu jauh dari casting area. Baja tulangan yang telah dipabrikasi atau dirakit harus disimpan rapi dengan secara jelas tercatat jenis, diameter, tempat penggunaannya.
d.
Pekerjaan Revisi Bekisting Bekisting atau cetakan beton merupakan kunci keberhasilah dari baik atau buruknya suatu beton yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan pemahaman dan keterampilan dalam penggunan serta merawat bekisting. Pekerjaan ini biasanya dilakukan setiap hari. Tahap - tahap perkerjaan revisi ini, yaitu: •
Pekerjaan Pembersihan Bekisting Tahap ini dilakukan pada semua bekisting yang telah terpakai. Manfaat atau fungsi dari pembersihan ini adalah agar kotoran atau sis-sisa beton yang masih melekat pada bekisting dapat dibersihkan.
•
Pekerjaan Pemolesan Bekisting Tahap ini dilakukan pada semua bekisting setelah selesai dilakukan proses pembersihan. Bekisting diolesi dengan menggunakan campuran Solar dan Grees perbandingan 1:1. Tujuan dari pemolesan ini adalah agar pada saat bekisting akan dibuka bekisting tidak terlalu merekat atau menempel dengan permukaan komponen, selain itu juga dapat berfungsi sebagai perawatan phenol film yang baik.
•
Pekerjaan Penyettingan awal bekisting Tahap ini dilakukan sesuai dengan gambar kerja yang ada dan komponen yang akan diproduksi. Penyettingan yang dimaksud adalah dengan memperbaiki dinding - dinding bekisting yang rusak.
•
Tahap Transportasi Tulangan
18
Tahap ini dilakukan berdasarkan komponen mana yang akan diproduksi dan disesuaikan dengan rakitan besi yang telah dipersiapkan di lokasi pabrikasi besi. •
Tahap Pemasangan Beton Decking Pemasangan beton decking bertujuan agar tercapai selimut beton pada seluruh permukaan komponen yang diharapkan sesuai gambar kerja.
•
Tahap Penyettingan Terakhir Bekisting Tahap ini dilakukan dengan memasang penutup pada kedua ujung bekisting dan siap dicor. Pada tahap ini semua ukuran dan dimensi harus benar presisi sesuai gambar kerja.
•
Tahap Pembongkaran/Pembukaan Bekisting Bekisting dapat dibongkar apabila bagian konstruksi betonnya cukup kuat untuk menahan beban sendiri dan beban - beban pelaksanaan yang bekerja disana. Pembongkaran dapat dilaksanakan setelah kekuatan desain beton tercapai. Apabila pembongkaran bekisting dilaksanakan lebih cepat dari yang ditentukan, maka harus diperkuat dengan penyangga - penyangga yang ditentukan dengan perhitungan. Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati - hati agar tidak merusak beton.
e.
Pekerjaan Pengecoran •
Pekerjaan Penuangan Beton Pada tahap ini penuangan pengecoran memiliki maksimal ketinggian yang dimaksudkan agar tidak terjadi segregasi. Kecepatan pada saat pengecoran harus diatur sedemikian rupa sehingga spesi beton dapat dipadatkan dengan baik yang tergantung pada workability beton, kondisi dan lokasi pekerjaan.
•
Pekerjaan Pemadatan Beton harus dipadatkan menggunakan alat penggetar (vibrator bekisting). Lama penggetaran sekurang - kurangnya 5 detik. Batang penggetar tidak boleh mengenai bekisting dan baja tulangan. Penggunaan alat penggetar ini sampai pasta semen naik ke permukaan. Pemakaian yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya segregasi.
•
Pekerjaan finishing permukaan beton
19
Pada pekerjaan ini ada dua tipe utama permukaan beton, yaitu permukaan beton normal dan permukaan beton expose.
2.8
Metode Statistik Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data, ini dinamakan statistika deskriptif. Sebagian besar konsep dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas. Beberapa istilah statistika antara lain: populasi, sampel, unit sampel, dan probabilitas. (E.Walpole, 1993) Ada dua macam statistika, yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial. Statistika deskriptif berkenaan dengan deskripsi data, misalnya dari menghitung rata-rata dan varians dari data mentah; mendeksripsikan menggunakan tabel - tabel atau grafik. Sedangkan statistika
inferensial
lebih
dari
itu,
misalnya
melakukan pengujian
hipotesis,
melakukan prediksi observasi masa depan, atau membuat model regresi. (E.Walpole, 1993) a.
Statistika
deskriptif berkenaan
dengan
bagaimana
data
dapat
digambarkan
dideskripsikan) atau disimpulkan, baik secara numerik (misalnya menghitung ratarata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik), untuk mendapatkan
gambaran
sekilas
mengenai
data
tersebut,
sehingga
lebih
mudah dibaca dan bermakna. b.
Statistika inferensial berkenaan dengan permodelan data dan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan estimasi pengamatan masa mendatang (estimasi atau prediksi), membuat permodelan hubungan (korelasi, regresi, ANOVA, deret waktu), dan sebagainya. (E.Walpole, 1993)
2.8.1 Ukuran Pemusatan Data Ukuran pemusatan data adalah sembarang ukuran yang menunjukkan pusat segugus data, yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya dari yang terbesar sampai yang terkecil. Salah satu kegunaan dari ukuran pemusatan data adalah untuk membandingkan dua ( populasi ) atau contoh, karena sangat sulit untuk membandingkan masing - masing anggota dari masing - masing anggota populasi atau masing - masing anggota data contoh. Nilai ukuran pemusatan ini dibuat sedemikian sehingga cukup mewakili
20
seluruh nilai pada data yang bersangkutan. Ukuran pemusatan yang paling banyak digunakan adalah median, mean, dan modus. (E.Walpole, 1993)
2.8.1.1 Mean Mean adalah nilai rata - rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat ditentukan dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data. Mean (rata - rata) merupakan suatu ukuran pemusatan data. Mean tidak dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan untuk jenis data nominal dan ordinal. (E.Walpole, 1993) Berdasarkan definisi dari mean adalah jumlah seluruh data dibagi dengan banyaknya data. Dengan perumusan sebagai berikut: ..................................................................... (2.1) Keterangan: x = data ke n x = nilai rata – rata sampel n = banyaknya data
2.8.1.2 Median Median menentukan letak tengah data setelah data disusun menurut urutan nilainya atau nilai tengah dari data - data yang terurut. Simbol untuk median adalah Me. Dengan median Me, maka 50% dari banyak data nilainya paling tinggi sama dengan Me, dan 50% dari banyak data nilainya paling rendah sama dengan Me. Dalam mencari median, dibedakan untuk banyak data ganjil dan banyak data genap. Untuk banyak data ganjil, setelah data disusun menurut nilainya, maka median (Me) adalah data yang terletak tepat di tengah (E.Walpole, 1993). Median bisa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
................................................................. (2.2) 2.8.1.3 Modus Modus adalah nilai yang sering muncul. Jika pada data frekuensi, jumlah dari suatu nilai dari kumpulan data, maka kita menggunakan modus. Modus sangat baik bila digunakan untuk
data
yang
memiliki
skala
kategorik
yaitu
nominal
atau
ordinal.
21
Sedangkan data ordinal adalah data kategorik yang bisa diurutkan (E.Walpole, 1993). Cara menghitung modus: a.
Data yang belum dikelompokkan Modus dari data yang belum dikelompokkan adalah ukuran yang memiliki frekuensi tertinggi. Modus dilambangkan mo.
b.
Data yang telah dikelompokkan Rumus Modus dari data yang telah dikelompokkan dihitung dengan rumus:
.............................................................................................. (2.3) Keterangan: Mo = Modus L
= Tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi tertinggi (kelas modus) i
b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sesudahnya
2.8.2 Ukuran Penyebaran Data Ukuran penyebaran data adalah berbagai macam ukuran statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui luas penyebaran data atau variasi data atau homogenitas data dan atau bisa juga dikenal dengan stabilitas data. Dan ada pula yang beranggapan bahwa ukuran penyebaran itu adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa besar nilai - nilai data berbeda atau bervariasi dengan nilai ukuran pusatnya atau seberapa besar penyimpangan nilai-nilai data dengan nilai pusatnya. Ukuran penyebaran atau ukuran keragaman pengamatan dari nilai rata - ratanya disebut simpangan (deviation/dispersi). Terdapat beberapa ukuran untuk menentukan dispersi data pengamatan, seperti jangkauan/rentang (range), simpangan kuartil (quartile deviation), simpangan rata - rata (mean deviation), dan simpangan baku (standard deviation) (E.Walpole, 1993).
2.8.2.1 Kegunaan Ukuran Penyebaran Data Adapun kegunaan dari ukuran penyebaran data ini, adalah (E.Walpole, 1993): a.
Untuk menentukan apakah suatu nilai rata - rata dapat mewakili suatu rangkaian data atau tidak.
22
b.
Untuk perbandingan terhadap variabilitas data, misalnya data curah hujan, suhu udara, dan sebagainya.
c.
Membantu penggunaan ukuran statistik, misalnya dalam membandingkan ukuran penyebaran sampel terhadap ukuran populasi.
2.8.2.2 Macam - Macam Ukuran Penyebaran Data Adapun beberapa macam pembagian dari ukuran penyebaran data ini, diantaranya adalah (E.Walpole, 1993) : a.
Jangkauan (Range) Jangkauan/Range adalah salah satu ukuran statistik yang menunjukkan jarak penyebaran antara skor (nilai) yang terendah (Lowest score) sampai skor nilai yang tertinggi (Highest Score). Atau secara singkat Jangkauan ini adalah selisih antara nilai maksimum dan nilai minimum yang terdapat dalam data. Range = XMaks - XMin .............................................................................. (2.4)
b.
Varian (variance) Nilai rata - rata dari deviasi yang dikuadratkan tersebut bermanfaat untuk mengukur variabilitas sampel. Penghitungan nilai rata - rata tersebut dalam kaitannya dengan proses inferensi akan cenderung menghasilkan estimasi yang lebih rendah terhadap parameter populasinya, karena menggunakan jumlah data (n) sebagai pembagi dari jumlah deviasi yang dikuadratkan. Untuk mengeliminasi masalah estimasi tersebut, pernghitungan nilai rata - rata deviasi yang dikuadratkan dibagi dengan (n-1). Perhitungan rata-rata ini selanjutnya disebut dengan varian sampel (s2). ∑ ( xi – x )2 Varian = s2 = ---------------- .................................................................... (2.5) (n-1)
23
c.
Simpangan Rata - Rata Untuk menutup kekurangan dari nilai range maka bisa dihitung nilai simpangan ratarata (Mean Deviation). Simpangan rata - rata (SR) memperhitungan nilai - nilai lain selain nilai ekstrim distribusi data. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: n
SR =
xi − x
∑
i =1
.......................................................................... (2.6)
n
Dimana : xi
= nilai ke i
x bar = nilai rata - rata distribusi data n
d.
= jumlah data
Simpangan Baku (Standard Deviation) Simpangan baku ini merupakan ukuran penyebaran yang paling banyak digunakan. Ukuran ini dikenalkan oleh Karl Pearson. Dengan menggunakan simpangan rata rata hasil pengamatan penyebaran sudah memperhitungkan seluruh nilai yang ada pada data. Namun demikian karena dalam penghitungan menggunakan nilai absolut maka tidak dapat diketahui arah penyebarannya. Maka dengan simpangan baku kelemahan ini dapat diatasi, yakni dengan cara membuat nilai pangkat 2, sehingga nilai negatif menjadi positif. Simpangan baku ini merupakan ukuran penyebaran yang paling teliti. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut (untuk sampel): S=
n 1 • ∑ ( x − x) 2 n − 1 i =1
........................................................................ (2.7)
atau n
S =
∑
i =1
x
2
−
(∑
x
)
2
/ n
......................................................................... (2.8)
n − 1
Sedangkan rumus yang digunakan untuk populasi hampir sama, namun pembaginya tanpa dikurangkan dengan angka 1. σ =
atau
n 1 • ∑ (x − x)2 n i =1
......................................................................... (2.9)
24
n
σ =
e.
∑
i =1
x
2
−
(∑ x )
2
/n
.......................................................................(2.10)
n
IQR IQR atau Inter Quartile Range digunakan dalam analisis statistic untuk membantu menarik kesimpulan dari kumpulan – kumpulan data. IQR merupakan selisis antara kuartil atas dengan kuartil bawah dari suatu sekumpulan data. Rumus IQR sebagai berikut: IQR = Q3 – Q1 .......................................................................................(2.11)
25