TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh: Fitriyatuz Zahroh NIM: 21412022
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
NOTA PEMBIMBING Lamp: 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama
: Fitriyatuz Zahroh
NIM
: 214-12-022
Judul
: TINJAUAN
HUKUM
PELAKSANAAN
BAGI
ISLAM HASIL
TERHADAP SIMPANAN
MUDHARABAH BERJANGKA(Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga) Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 20September 2016 Pembimbing,
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 19670115 199803 2002
ii
PENGESAHAN Skripsi Berjudul: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus Di BMT Tumang Cabang Salatiga) Oleh: Fitriyatuz Zahroh NIM: 214-12-022 Telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis, tanggal 29 September 2016, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam Dewan Sidang Munaqosyah
Ketua Sidang
: Prof. Dr. H. Muh Zuhri, MA. ........................................
Sekretaris Sidang
: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. .........................................
Penguji I
: Evi Ariyani, M.H.
..........................................
Penguji II
: Sukron Ma’mun, M.Si.
..........................................
Salatiga, 29 September 2016 Dekan Fakultas Syari’ah
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. NIP. 19670115 199803 2002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Fitriyatuz Zahroh
Nim
: 214-12-022
Jurusan
: Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas
: Syari’ah
Judul
: TINJAUAN PELAKSANAAN
HUKUM BAGI
ISLAM HASIL
TERHADAP SIMPANAN
MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 September 2016 Yang menyatakan
Fitriyatuz Zahroh NIM. 214-12-022
iv
HALAMAN MOTTO
1. Orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan atau kenyamanan, tetapi mereka dibentuk dari tantangan dan air mata. 2. Dimana
ada
keinginan,
pasti
ada
jalan
menuju
kesuksesan. 3. Orang yang ingin sukses tak akan pernah mengeluh, bagaimana kalau gagal, namun berusaha bagaimana untuk berhasil.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiyah berupa skripsi ini kepada: 1. Ayahku tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini. 2. Suamiku tersayang, Heri Purnomo Hasan, yang telah mendoakan, menyemangati dan mendukung dalam proses belajar ini. 3. Kakakku tercinta, Nur Hidayati yang selalu mendoakan agar selalu tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini. 4. Pak Guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran. 5. Sahabat-sahabatku jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah Angkatan 2012, terimakasih untuk semua hal, semua kenangan indah yang kita lalui bersama-sama selama 4 tahun ini. 6. Almamater Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis banggakan.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)”. Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi Muhammad yang telah membawa umat dari zaman kebodohan ke zaman yang tahu akan ilmu. Semoga selalu mendapatkan Syafa’at dari beliau di dunia maupun di akhirat nanti. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan pengarahan. Dengan segala ketulusan hati penyusun menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga. 3. Ibu Evi Ariyani, M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. 4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang terbaik.
vii
5. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu mendidik, meberikan arahan, dan bimbingan dari awal hingga akhir skripsi ini selesai. 6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun. 7. Sahabat- sahabatku Siti Jamilatun, Iva Ekowati, Masadah, Dwi Astuti, Zakiyatur Rafi’ah yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini. 8. Teman-temanku S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2012, yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 9.
Bapak Ni’am, selaku Manager BMT Tumang Cabang Salatiga yang telah berkenan memberikan izin penelitian di BMT Tumang Cabang Salatiga serta jajaran pegawai yang telah memberikan informasi yang berkaitan dengan penulisan skrispsi ini. Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya. Salatiga, 20 September 2016 Penulis
viii
ABSTRAK
Zahroh, Fitriyatuz, 2016. TinjauanHukum Islam Terhadap Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga. Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. Kata Kunci: Tinjauan, Hukum Islam, Praktek, Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka. Kegiatan Bank berdasarkan prinsip bagi hasil pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga melainkan atas dasar prinsip bagi hasil.Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan seseorang untuk menabung atau mendepositokan uangnya pada bank. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung atau mendepositokan uangnya dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan dimasa yang akan datang. Peneliti melakukan penelitian mengenai bagaimana pelaksanaan Bagi Hasil simpanan mudharabah berjangka dan Tinjauan Hukum Islamnya terhadap pelaksanaan Bagi Hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Jenis penelitian yang digunakan nanti adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dalam penelitian kualitatif ini, metode yang bisaa digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya BMT Tumang mengelola dana simpanan mudharabah anggota sesuai dengan prinsip mudharabah muthlaqah. Jadi dana simpanan mudharabah anggota akan dikelola dan dimanfaatkan oleh pihak BMT dalam bentuk produk-produk pembiayaan yang ditawarkan kepada masyarakat karena pihak shahibul maal telah sepenuhnya mempercayakan simpanannya untuk dikelola oleh BMT Tumang dengan harapan untuk mendapatkan bagi hasil
ix
DAFTAR ISI JUDUL… ............................................................................................................... i NOTA PEMBIMBING… ..................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN... ............................................................................ iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN… ............................................................ iv HALAMAN MOTO … ......................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN… ....................................................................... vi KATA PENGANTAR… ....................................................................................... vii ABSTRAK… ......................................................................................................... ix DAFTAR ISI… ...................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR… ................................................................................................................................. xi v DAFTAR TABEL… ............................................................................................. xv BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah… ................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian… .................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6 E. Penegasan Istilah… ..................................................................................... 7 F. Tinjauan Pustaka… ..................................................................................... 9 G. Metode Penelitian….................................................................................... 12 H. Sistematika Penulisan… ............................................................................. 20 BAB IIKERANGKA TEORI A. Konsep Akad Mudharabah... ...................................................................... 22 1. Pengertian Mudharabah... ..................................................................... 22 2. Landasan Hukum Mudharabah... .......................................................... 25
x
3. Jenis-jenis Mudharabah... ..................................................................... 26 4. Rukun dan Syarat Mudharabah... ......................................................... 30 5. Berakhirnya Mudharabah... .................................................................. 32 6. Manfaat dan ResikoMudharabah... ....................................................... 33 B. Deposito (Simpanan Mudharabah) ............................................................. 34 1. Pengertian Deposito Mudharabah... ..................................................... 35 2. Landasan Hukum Deposito Mudharabah... .......................................... 36 3. Jenis- jenis Deposito Mudharabah... .................................................... 38 4. Sifat- sifat Deposito Mudharabah......................................................... 40 5. Deposito dalam Fatwa DSN-MUI No.03/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Deposito... ............................................................................... 41 C. Konsep Bagi Hasil Dalam Islam ................................................................. 42 1. Pengertian Bagi Hasil... ......................................................................... 43 2. Dasar Hukum Bagi Hasil... ................................................................... 47 3. Macam-macam Bagi Hasil... ................................................................. 47 4. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah.................................................... 51 D. Implementasi Prinsip Mudharabah Dalam Produk Deposito ..................... 53 E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil… ...................................... 54 BAB III BMT TUMANG DAN SISTEMNYA A. Gambaran Umum BMT Tumang Cabang Salatiga ..................................... 57 1. Sejarah BMT Tumang Cabang Salatiga... ............................................. 57 2. Profil KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga... ..................................... 59 3. Kelengkapan Organisasi........................................................................ 60 4. Visi Dan Misi BMT Tumang Cabang Salatiga... .................................. 61 5. Keunggulan BMT Tumang Cabang Salatiga... ..................................... 61 6. Kondisi Sumber Daya Insani (SDI) ... .................................................. 62 7. Struktur Organisasi BMT Tumang Cabang Salatiga... ......................... 64 B. Produk-produk BMT Tumang Cabang Salatiga... ...................................... 74
xi
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA DI BMT TUMANG A. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga ..................................................................... 86 1. Operasional Deposito Mudharabah di BMT Tumang Cabang Salatiga ........................................................................................... 86 a. Strategi Pemasaran Produk SimpananMudharabah Berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga ............................................ 87 b. Prosedur Pembukaan Rekening dan Ketentuan Yang Berlaku dalam SimpananMudharabah Berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga ....................................................................... 89 c. Pengelolaan Dana Simpanan Mudharabah Berjangka............. 91 d. Kelebihan dari Simpanan Mudharabah Berjangka ................. 92 e. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga ............................................ 93 2. Pengambilan Simpanan Mudharabah Berjangka sebelum Jatuh Tempo yang Sudah di Tentukan oleh BMT Tumang Cabang Salatiga ........................................................................................... 95 B. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga Dalam Perspektif Hukum Islam .................. 98 C. Pengambilan Simpanan Mudharabah Berjangka sebelumjatuh tempo di BMT Tumang Cabang Salatiga DalamPerspektif Hukum Islam..114 BAB VPENUTUP A. Kesimpulan… ........................................................................................... 117 B. Saran… ...................................................................................................... 118 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Mudharabah Muthlaqah ............................................. 27 Gambar 2.2 Skema Mudharabah Muqayyadah .......................................... 30 Gambar 3.1Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang ................................. 65 Gambar 3.2 Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang Cabnag Salatiga .... 74
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Pengelola BMT Tumang sampai Bulan Oktober 2015 ... 63 Tabel 3.2 Nisbah Simpanan Mudharabah Berjangka ................................ 94
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu sebelum tahun 1998 dan fase setelah tahun 1998. Fase pertama ini diawali dengan berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992, namun jauh sebelum berdirinya Bank Muamalat konsep Perbankan Syariah ini sudah merupakan bahan diskusi ulama, cendekiawan islam pada awal tahun 1980-an. Bahkan pada saat itu juga dilakukan uji coba terhadap bentuk lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip bagi hasil, yaitu Baitul Tamwil Salman Bandung dan koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Fase kedua adalah setelah dikeluarkannya Undang- undang Nomor 10 tahun 1998, di mana pemerintah semakin menunjukkan komitmennya kepada Perbankan Syariah dengan memberikan landasan hukum yang kuat dengan mengizinkan perbankan konvensional untuk membuka unit usaha Syariah (Pasal 1 UU No. 10 tahun 1998), kebijakan ini tentu saja membuka jalan bagi perkembangan Perbankan Syariah, karena sejak Bank Muamalat didirikan pada tahun 1992, tidak ada lagi Bank Syariah yang berdiri. Namun sejak dikeluarkannya Undang- undang tersebut, beberapa bank konvensional mulai membuka unit- unit Syariahnya.Maraknya unitunit Syariah yang dibuka pasca undang- undang tersebut juga didorong oleh kenyataan bahwa Bank Syariah terbukti tidak mengalami goncangan
1
yang signifikan pada saat krisis pada pertengahan tahun 1997. (Hasanuddin, 2008: 154). Kegiatan Bank berdasarkan prinsip bagi hasil pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga melainkan atas dasar prinsip bagi hasil.Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan seseorang untuk menabung atau mendepositokan uangnya pada bank. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung atau mendepositokan uangnya dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan dimasa yang akan datang. Dimana para penabung atau deposan bersifat
profit motif, yang mana
mengandalkan keuntungan disaat bunga bank tinggi. Konsep mengenai bunga adalah sangat berlawanan dengan konsep yang ada pada sistem perbankan syariah yang mana perbankan syariah menekankan pada profit sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau didepositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan ke sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau keuntungan yang didapat akan di bagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Konsekuensi dari sistem mudharabah adalah adanya untung rugi, jika keuntungan yang didapat besar maka bagi hasil yang didapat juga besar, tetapi jika merugi maka keduanya menanggung risiko atas usaha tersebut. Dari uraian di atas mengenai penabung atau deposan bersifat profit motif adalah dilihat dari segi tingkat suku bunga bank konvensional,
2
jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari tingkat bagi hasil maka nasabah memilih untuk menyimpan uangnya di bank konvensional dan sebaliknya jika tingkat bagi hasil lebih besar dari tingkat suku bunga maka nasabah memilih untuk menyimpan uangnya di bank syariah. Pada masyarakat sekarang lebih memilih untuk mendepositokan uangnya dari pada menabung bisaa dengan alasan bahwa keuntungan yang di dapat adalah lebih besar walaupun memang risiko yang di hadapi cukup besar juga. (Muhammad Faozan dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Bagi Hasil terhadap peningkatan volume deposito mudharabah pada BRI Syariah Cirebon” Tahun 2012). Salah satu dari akad mudharabah adalah tabungan Mudharabah, dimana pihak yang kelebihan dana untuk menyalurkan dananya tersebut kepada pihak Bank yang kemudian Bank tersebut mengelola dana dengan akad yang sesuai dengan kesepakatan bersama, sehingga pihak yang kelebihan dana atau pihak pihak yang menyalurkan dananya ke Bank tersebut akan mendapatkan bagi hasil yang jumlahnya telah disepakati kedua belah pihak. Dalam hal ini Bank harus benar- benar mengelola dengan baik dana yang telah disalurkan oleh pihak yang menyediakan dananya tersebut. Menurut Undang- undang Perbankan Syariah No. 10 tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Sudarsono, 2003: 25)
3
Dalam mengaplikasikan mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola).Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudarabah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Kemudian hasil usaha tersebut akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang telah disepakati berasama. Apabila bank menggunakan untuk melakukan pembiayaan mudharabah, maka Bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. (Sudarsono, 2003: 65) Dari uraian diatas, masyarakat di harapkan supaya lebih kritis dan jeli dalam usaha berinvestasi, yaitu dengan meneliti realitas penghasilan yang mungkin diperoleh dan metode yang diterapkan oleh institusi pemutar uangnya.Nampaknya metode bagi hasil yang diterapkan oleh bank syariah lebih logis dan fair bagi mereka, sehingga keberadaan bank syariah bisa berkembang dengan pesat. (Wibowo, Edi dan Untung Hendy Widodo dalam bukunya yang berjudul “Mengapa memilih Bank Syariah?.Tahun 2005). Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Cabang Tumang Salatiga ini adalah salah satu Lembaga Keuangan Syariah yang bergerak di bidang penyedia jasa simpanan dan pembiayaan bagi para nasabahnya.Di tengahtengah persaingan yang sangat ketat Bank- bank pemerintah maupun swasta, Koperasi Jasa Keuangan Syariah ini selalu berusaha untuk mengembangkan usahanya.Salah satu produk simpanan di Koperasi Jasa Keuangan
Syariah
BMT
Cabang
4
Tumang
Salatiga
adalah
simpananmudharabah berjangka.Dalam simpanan mudharabah berjangka ini merupakan simpanan dengan berbagai macam variasi jangka waktunya seperti 1, 3, 6 maupun 12 bulan.Produk simpanan mudharabah ini di jalankan dengan menggunakan akad mudharabah, yang mana keuntungan antara kedua belah pihak ini berdasarkan presentase yang di dapat BMT Cabang Tumang Salatiga itu sendiri. Besar dari presentase itu adalah 70% untuk BMT sebagai pengelola dananya sedangkan 30% untuk nasabah sebagai pemilik dana. Mengenai pemberian bagi hasil terhadap produk simpanan mudharabah ini mempunyai karakteristik seperti: tidak diperbolehkan menjanjikan keuntungan secara pasti di muka, penentuan keuntungan yaitu pada waktu akad atau perjanjian dengan pedoman kemungkinan untung, rugi dan besarnya presentase adalah berdasarkan jumlah keuntungan yang di peroleh, dan juga pemberian bagi hasil tersebut selalu berubah- ubah setiap bulannya. Di sini juga ada perjanjian diawal apabila dalam pengambilan bagi hasil seorang nasabah sebelum jatuh tempo tiba, maka dengan pasti besarnya bagi hasil tersebut tidak keluar atau hangus. Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud mnengadakan penelitian terhadap pelaksanaan bagi hasil pada produk simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Dengan judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM
TERHADAP PELAKSANAAN
BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus Di BMT Tumang Cabang Salatiga)”.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berkut: 1. Bagaimanakah
pelaksanaan
bagi
hasil
simpanan
mudharabah
berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga? 2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga? C. Tujuan Penelitian Ada beberapa tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Ingin mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. 2. Ingin mengetahui tentang bagaimana pandangan hukum islam terhadap pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis a. Untuk
menambah
pengalaman
dan
wawasan
serta
dapat
membandingkan antara praktek teori yang diperolah dibangku perkuliahan
dengan
praktek
sesungguhnya.
6
langsung
dilapangan
yang
b. Untuk mengetahui secara langsung tentang bagaimana praktek bagi hasil deposito berjangka ini sudah sesuai dengan syariat islam atau belum. 2. Bagi BMT Tumang Salatiga Sebagai referensi dalam membuat terosan produk- produk baru serta pemakaian strategi yang tepat dalam pemasaran produk-produk pendanaan maupun produk- produk pembiayaan.Serta dapat di gunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi kembali sistem kinerjanya yang mungkin belum efisien. 3. Bagi IAIN Salatiga Dari penelitian yang disampaikan dalam bentuk laporan ini diharapkan dapat memperbanyak referensi bagi perpustakaan IAIN Salatiga, bagi Mahasiswa dan Mahasiswi yang akan melakukan penelitian. E. Penegasan Istilah 1. Hukum Islam Hukum Islam adalah ketetapan-ketetapan Allah sebagaimana yang tercantum didalam AlQur’an dan sunah Rasul untuk dipatuhi oleh setiap muslim dan haram barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, mereka termasuk golongan orang kafir, kejam dan fasik. (Mujieb, 1994:156)
7
2. Mudharabah (Bagi Hasil) Mudharabah adalah sebuah akad kerja sama antar pihak, yaitu pihak pertama (shahibul al-mal) menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Abdurrahman Al-Jaziri yang memberikan arti mudharabah sebagai ungkapan pemberian harta dari seseorang kepada oran lain sebagai modal usaha. Namun, keuntungan yang diperoleh akan dibagi di antara mereka berdua, dan jika rugi akan ditanggung oleh pemilik modal. Keuntungan
usaha
secara
mudharabah,
dibagi
menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.Apabila rugi, ditanggung oleh
pemilik
modal
selama
bukan
akibat
kelalaian
si
pengelola.Seandainya kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian atau kecurangan pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. (Zainuddin Ali, 2008: 25) 3. Simpanan Simpanan menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainya yang dipersamakan dengan itu. (Kashmir, 2004:57) 4. Deposito mudharabah, adalah simpanan masyarakat di bank syariah yang pengambilannya sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh bank
8
syariah. Variasi deposito mudharabah ini diklasifikasikan ke dalam deposito: 1, 3, 6 dan 12 bulan. (Muhamad, 2001: 6-7) 5. Tabungan Mudharabah Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan dengan prinsip mudharabah. (Karim, 2010: 347) F. Tinjauan Pustaka Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari penelitian yang ada. Karena penelitian yang akan penulis teliti mendiskripsikan analisis pelaksanaan praktek bagi hasil pada produk deposito berjangka, dimana produk ini berbeda dengan simpanan bisaa karena ada aturan dan jangka waktu yang disepakati dalam pengambilan uang nasabah. Dengan bermunculannya lembaga-lembaga keuangan syariah pada saat ini, bermunculan pada para pemikir islam serta ekonomekonom islam yang menuangkan karyanya mengenai lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut. karya-karya tersebut dituangkan melalui literatur-literatur tertulis maupun sebuah buku. Hal ini tentu akan bermanfaat sekali bagi penulis, karena nantinya dapat di jadikan sebagai referensi guna mendukung penulisan skripsi ini. Diantara buku-buku atau penelitian-penelitian tersebut tersebut antara lain: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Resti (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “ Produk Tabungan Muamalat di Bank Muamalat Indonesia Capem Salatiga”, yang bertujuan untuk mengetahui sistem perhitungan bagi hasil pada tabungan muamalat
9
di Bank Muamalat Indonesia dan sejauh mana perkembangan atau peningkatan tabungan syariah di Bnak Muamalat Capem Salatiga. Menyimpulkan bahwa dengan melakukan analisis langsung serta dilengkapi dengan teknik perhitungannya, maka dengan mudah dapat diketahui bagaimana caranya untuk perhitungan bagi hasil tabungan muamalat. Selain itu, peneliti juga menggunakan data-data yang diperoleh dari wawancara langsung kepada pegawai yang bersangkutan mengenai rumus Hi-1000 dan rumus bagi hasil serta perkembangan nasabah tabungan muamalat.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perhitungan bagi hasil pada bank syariah berpedoman pada Hi-1000. Sehingga hasil yang didapatkan oleh nasabah setiap bulannya selalu berbeda. Dari sini terlihat bahwa bank syariah terdapat sistem bagi hasil yang adil, sedangkan dalam Bank konvensional belum terdapat prinsip keadilan 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryo Wicaksono Mawasid (2012) dalam skripsinya yang berjudul “tinjauan Hukum Islam pengelolaan dana deposito syariah di BNI Cabang Surakarta”. Penelitian ini menjelaskan bahwa dalam operasional pengelolaan dana deposito syariah, bank menghimpun dana dari nasabah yang tertuang pada akad pembukaan rekening yang kemudian dana tersebut dikelola dan disalurkan kepada pembiayaan atau usaha yang sesuai dengan syariah, dengan tujuan memaksimalkan keuntungan dengan tetap memelihara kecukupan ikuiditas dan keamanan dalam melakukan
10
investasi, kemudian bank menghitung pendapatan dari penyalur dana dan menentukian bagi hasil kepada nasabah. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Eko Daryani (2011), dalam tugas akhirnya yang meneliti tentang “Sistem dan prosedur Produk simapanan di BMT Berkah Makmur Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang”, yang bertujuan untuk mengetahui sistem dan prosedur produk simpanan di BMT Berkah Makmur. Berdasarkan obsevarsi dan studi kepustakaan maka diperoleh kesimpulan bahwa sebagai lembaga pelayanan simpanan dan pinjaman, BMT Berkah Makmur memiliki berbagai macam jenis simpanan. Keputusan atas simpanan yang diajukan, maka akan berpengaruh pada penyimpan atau penyedia simpanan. Berdasarkan analisa pengamatan yang penulis lakukan bahwa sistem dan prosedur produk simpanan pada BMT Berkah Makmur sudah bagus dan tidak jauh dari teori yang ada. Maka dibutuhkan komitmen untuk menjaga hubungan baik serta meningkatkan interaktif antara pihak BMTdengan anggota atau dengan calon anggota agar nasabah tersebut tidak mudah untuk memutuskan dari pada lembaga penyedia simpanan yang lain. Sedangkan untuk perkembangan nasabah simpaann di BMT Berkah Makmur walaupun mengalami pasang surut akan tetapi sejauh ini jumlah nasabah BMT Berkah Makmur mengalami peningkatan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Irma Suryani (2005) dalam skripsinya yang berjudul “konsep dan aplikasi system bagi hasil
11
Deposito Mudharabah Study kasus pada BMT Fajar Sidiq.” Skripsi ini menerangkan bahwa deposito mudahrabah merupakan suatu investasi yangdijadikan sebagai alat penghimpun dana oleh bank dan berdasarkan prinsip bagi hasil, yang mana penarikannya pada saat jatuh tempo. Sedangkan penerapan akad akad mudharabah mutlaqah dalam produk deposito mudharabah pada BMT Fajar Sidiq ini memberikan kebebasan pada BMT untuk mengelola dana deposan ke dalam aktiva produktif tanpa adanya batasan. Sistem bagi hasil yang ditetapkan oleh BMT Fajar Sidiq ini adalah revenue sharing, dengan alasan agar manajemen lebih hati-hati dan produktif demi mendapatkankeuntungan yang besar. Dilihat dari beberapa hasil penelitian- penelitian yang sudah ada, terlihat bahwa adanya kedekatan ataupun kemiripan judul penelitian yang penulis lakukan.Namun penelitian yang penulis lakukan ini berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainnya.Di sini letak perbedaanya ada pada titik permasalahan yang penulis fokuskan.Penulis menitkberatkan pada bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan bagi hasil pada simpanan mudharabah berjangka yang terjadi di BMT Tumang Cabang Salatiga, apakah dalam pelaksanaanya itu sudah sesuai denganhukum Islam atau belum. G. Metode Penelitian Metode dalam penelitian yang akan penulis teliti ini adalah sebagai berikut:
12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a) Pendekatan Dalam penelitian ini nanti, penulis menggunakan pendekatan hukum empiris, Artinya dengan medekati masalah yang di teliti dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial yang sesuai dengan kenyatan hidup dalam masyarakat. Penelitian hukum yang berparadigma sebagai fakta sosial yang mana hukumnya dieksplorasi dari proses interaksi hukum di masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum. (Utsman, 2014:2-3) Pendekatan hukum ini,dimaksudkan untuk memahami gejala hukum yang akan diteliti di BMT Tumang Cabang Saltiga yang berhubungan dengan pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka, apakah dalam kenyataanya sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum. b) Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakannanti adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa denganmemanfaatkanberbagai metode ilmiah. Dalam penelitian kualitatif ini, metode yang bisaa digunakan adalah
13
wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. (Moleong, 2011:6) Penelitian ini adalah usaha untuk mengetahui serta mendalami bagaimana tinajuan hukum Islam terhadap pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga, kami sebagai peneliti memilih metode kualitatif dipilih karena dipandang cocok untuk mendeskripsikan temuan kasuskasus yang berkaitan dengan pelaksanaan bagi hasil mudharabah tersebut dengan terjun langsung kelapangan yaitu di BMT Tumang Cabang Salatiga. 2. Kehadiran Peneliti Dalam
penelitian
ini,
penulis
bertindaksebagai
pengumpul di lapangan, dengan menggunakan alat penelitian aktif dan mengumpulkan data- data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data bisa berupa dokumendokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian nanti serta alat- alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempatdi mana lokasi penelitian iu akan dilakukan. Dalampenelitian yang akan penulis teliti adalah di koperasi jasa keuangan BMT Tumang Cabang Salatiga.
14
Penulis memilih lokasi inikarena ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan mengungkap kebenaran bagaimana dalam
pelaksanaan
praktek
bagi
hasil
simapanan
mudharabahberjangka ini apakah sudah sesuai dengan syariat Islam atau belum. 4. Sumber Data Sumber data penelitian nanti, penulis menggunakan sumber data penelitian berupa: a) Sumber Data Primer Adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian. (i) Informan Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang hal- hal yang berhubungan dengan penelitian.Dalam
penelitian
nanti
yang
menjadi
informan adalah Manager BMT Tumang Cabang Salatiga ini dan juga nasabahnya. (ii) Dokumen Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datadata
primer,
yaitu
dokumen-
dokumen
yang
berhubungan dengan BMT Tumang Cabang Salatiga,
15
yang di antaranya adalah struktur organisasi di BMT Tumang Cabang Salatiga, data- data berupa tabungantabungan deposito dari para nasabah tersebut. b) Sumber Data Skunder Bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa
mendukung
penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti bukubuku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa. 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian yaitu sebagai berukut: a. Observasi Observasi
adalah
pengumpulan
data
dengan
jalan
pengamatan dan pencatatan secar langsung dan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994:139). Dalam observasi nanti, data yang ingin peneliti peroleh secara langsung dari BMT Tumang Cabang Salatiga dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada obyek penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar BMT Tumang Cabang Salatiga dalam proses pemberian bagi
16
hasil simpanan mudharabah berjangka, serta fasilitas yang ada di BMT Tumang Cabang Salatiga. b. Interview Interview adalah cara memperoleh keterangan atau data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak BMT Tumang Cabang Salatiga kepada pihak Manager, pegawai, dan nasabah yang mendepositokan uangnya di BMT Tumang Cabang Salatiga tersebut. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mengumpulkan, menyusun dan mengelola dokumen- dokumen tertulis yang terdapat di BMT Tumang Cabang Salatiga dan kegiatan- kegiatan yang di anggap berguna untuk dijadikan sebagai bahan keterangan yang berhubungan denga penelitian nanti. 6. Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis.Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan skunder.Selanjutnya diuraikan dan disimpulkan dengan memakai metode berfikir induktif yaitu pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyatan atau fakta- fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum. (Sudjana, 1988:7)
17
Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus berdasarka pengamatan di lapangan untuk menilai apakah pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga ini sudah sesuai dengan syariat Islam atau belum. 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian, sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data. Dalam pengecekan
penelitian
keabsahan
data
nanti, dengan
penulis
menggunakan
menggunakan
teknik
triangulasi. Menurut Sugiyono (2010:274) Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut: 1.
Triangulasi Sumber yaitu untuk menguji kreadilitas data dilakukan data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2.
Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kreadibitasdata dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3.
Triangulasi waktu yaitu pengecekan data dengan wawancara observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
18
Dalam penelitian nanti, penulis menggunaan teknik triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan
dengan
membandingkan
hasil
data
hasil
wawancara
wawancara dengan
isi
dan suatu
dokumen yang berkaitan. 8. Tahap- tahap penelitian a.
Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti penulis menentukan topic penelitian, mencari informasi tentang pelaksanaan akad mudharabah pada produk simpanan mudharabah berjangka di BMT
Tumang
Cabang
Salatiga,
pembuatan
proposal
penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian. b.
Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan, melakukan observasi
dn
dokumentasi. c.
Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa datadata tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada obyek yang akan diteliti.
d.
Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul
dan
dianalisa
19
serta
dikonsultasikan
kepada
pembimbing maka yang akan dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulis yang telah ditentukan. 9. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan hasil penelitian nanti adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan yang merupakan garis-garis besar pembahasan isi pokok penelitian yang terdiri atas: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. Bab II Kajian Pustaka, meliputi tinjauan umum tentang pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka menurut hukum Islam. Dijelaskan pula mengenai tentang mudharabah (bagi hasil), tinjauan umum tentang deposito berjangka,
dan juga
tentang bagi hasil deposito berjangka dalam DSN MUI No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito Bab III Paparan Data dan Temuan penelitian- penelitian yaitu mendeskripsikan tentang pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada bab ini dijelaskan sekilas tentang objek penelitian seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi beserta tugas-tugasnya, dan visimisinya di BMT Tumang Cabang Salatiga.
20
Bab IV Pembahasan yaitu membahas tentang tinjauan hukum
islam
terhadap
pelaksanaan
bagi
hasil
simpanan
mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada bab
ini
menguraikan
tentang
jawaban
terhadap
pokok
permasalahan dari penelitian yaitu tentang pelaksanaan praktek bagi hasil deposito berjangka, apakah cara pelaksanaanya sendiri sudah sesuai hukum Islam atau belum. Bab V adalah penutup yang merupakan kesimpulan dan saran- saran mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada babbab sebelumnya. Kemudian pada akhir dari skripsi ini nanti daftar pustaka dan lampiran- lampiran
21
BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep Akad Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb, berati memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya (Antonio, 2009: 95). Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha antara dua belah pihak atau lebih dimana pihak pertama (shahibul al-mal) menyediakan seluruh (100%) kebutuhan modal (sebagai penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan suatu proyek), sedangkan nasabah sebagai pengelola (mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan dan untuk ini nasabah sebagai pengelola (mudharib) menyediakan keahliannya (Rivai, 2007: 471). Menurut istilah Syara’, mudharabah dikenal sebagai suatu akad atau perjanjian atas sekian uang untuk di pertimbangkan oleh amil
(pengusaha)
dalam
perdagangan,
kemudian
keuntungan
dibagikan diantara keduanya menurut syarat-syarat yang ditetapkan terlebih dahulu, baik dengan sama rata maupun dengan kelebihan yang satu atas yang lain (wiroso, 2005: 33-34).
22
Dalam Fiqh muamalah, definisi terminologi (istilah) bagi mudharabah diungkapkan secara bermacam-macam. Diantaranya menurut Madzhab Hanafiyah (dalam Haroen: 2007) mendefinisikan mudharabah adalah suatu perjanjian untuk bersero di dalam keuntungan dengan kapital (modal) dari salah satu pihak dan skill (keahlian) dari pihak yang lain. Mudharabah adalah akad kerjasama antara shahibul maal (pemilik modal) dengan mudharib (yang mempunyai keahlian) untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan bersama, jika terjadi kerugian ditanggung shahibul maal (pemilik modal). (http://economicvalueoftime.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-
skema-dan-contoh-mudharabah_1545.html) Dari beberapa definisi sebenarnya secara global dapat dipahami dan dapat kita simpulkan bahwa Mudharabah adalah kontrak antara dua belah pihak di mana satu pihak yang disebut investor mempercayakan modal atau uang kepada pihak kedua yang disebut mudharib untuk menjalankan usaha niaga.Mudharib menyumbangkan tenaga, ketrampilan, dan waktunya untuk mengelola perseroan mereka sesuai dengan syarat-syarat kontrak. Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa keuntungan jika ada akan dibagi antara investor dan mudharib berdasarkan proporsi yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian jika
23
ada akan ditanggung sendiri oleh si investor. Secara teknis, almudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Mudharabah terdiri dari 2 (dua) jenis: a) Mudharabah
muthlaqah
(investasi
tidak
terikat)
yaitu
mudharabah yang di mana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada
pengelola
dana
dalam
pengelolaan
investasinya. b) Mudharabah
muqayyadah
(investasi
terikat)
yaitu
mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan pada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan objek investasi. Misalnya, pengelola dana diperintahklan untuk: a) Tidak mencampurkan dana pemilik dengan dana lainnya. b) Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan. c) Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga. Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik maupun pengelola dan apabila bank bertindak sebagai pemilik dana maka dana yang disalurkan disebut pembiayaan Mudharabah. Apabila bank sebagai pengelola dana maka dana yang diterima:
24
a) Dalam Mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahan investasi terikat sebagai investasi. b) Dalam Mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca sebagai investasi tidak terikat. (Osmad, 2012:147-149) 2. Landasan hukum Mudharabah Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini: a. Al-Qur’an
ِري َو ۡض َو ُر َووي ِر ي َو ۡض ِر ي ِهَّللي ٱِر
َو َو َوا ُر َووي َو ۡض ِر ُر َووي ِر ي ۡضٱَو ۡض
Artinya:"…dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…” (AlMuzzammil: 20)
b. Ijma Diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak seorangpun mengingkari mereka.Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma. (Zuhaily, 1989: 838) c. Selain itu mengenai deposito ini juga telah diatur dalam fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1April 2000 yang menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa perbankan. Salah satu
25
produk perbankan di bidang penghimpunan dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik. (DSN MUI&BI, 2006: 18-19) 3. Jenis-jenis Mudharabah Secara umum, mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a)
Mudharabah Muthlaqah Penerapan mudharabah muthlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Ketentuan umum: 1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dana atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana, yang dicantumkan dalam akad. 2) Untuk tabungan mudharabah bank dapat memberikan buku tabungan
sebagai
bukti
penyimpanan.
Untuk
deposito
mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan.
26
3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabungan sesuatu dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif. 4) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka
waktu
yang
telah
disepakati.
Deposito
yang
diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru. 5) Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan deposito atau tabungan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan syariah. Gambar 2.1 Skema Mudharabah Muthlaqah
DEPOSAN
1. Investasi dana
2. pembiayaan
USER OF
BANK (PENABUN G)
FUND 4. bagi hasil
3. Bagi Hasil
b) Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah pada dasarnya sama dengan persyaratan di mudharabah mutlaqah. Perbedaannya adalah terletak
27
pada adanya pembatasan penggunaan modal sesuai dengan perm intaan pemilik modal. Dalam praktik perbankan jenis mudharabah jenis ini terbagi pula menjadi dua jenis yaitu: 1) Mudharabah Muqayyadahon Balance Sheet Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh bank. Karakteristik jenis simpanan ini meliputi: (a) Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank. (b) Bank
wajib
memberitahukan
kepada
pemilik
dana
mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan. (c) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lain. (d) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan. 2) Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet Jenis
mudharabah
ini
merupakan
penyaluran
danamudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana
bank
bertindak
sebagai
perantara
yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana
28
usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usah yang akan dibiayai dan pelaksana usahanya. Adapun karakteristik dari jenis mudharabah seperti ini meliputi: (a) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus. (b) Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. (c) Rekening khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening administrative. (d) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana. (e) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. (f) Antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil. (Sumar’in, 2012: 72-74)
29
Gambar 2.2 Skema Mudharabah Muqayyadah 1. Proyek tertentu 4. Penyaluran Dana SPECIAL PROYEK
BANK
Mudharib (Pengelola)
5. Bagi Hasil 2.hubungi Investo 6. Bagi hasil
3. Invest Dana INVESTOR Shahibul maal (Pemilik Dana)
4. Rukun dan syarat Mudharabah a. Rukun mudharabah antara lain: 1) Ijab dan Qabul Yang dimaksud dengan Ijab dan qabul adalah perkataan yang diucapkan oleh pihak pertama yang menghendaki terjalinannya akad mudharabah.Sedangkan Qabul ialah jawaban yang mengandung persetujuan yang diucapkan oleh pihak kedua yang mewakilinya. 2) Pemodal dan Pelaku usaha Orang yang dibolehkan untuk menjalani akad mudharabah ialah orang yang memenuhi empat criteria yaitu: merdeka,
30
baligh, berakal sehat, dan mampu membelanjakan hartanya dengan baik dalam hal-hal yang berguna. (M. Arifin, 2009: 137-138) 3) Modal Yang dimaksud dengan mdal adalah harta milik pihak pertama kepada pihak kedua guna membiayai usaha yang dikerjakan oleh pihak kedua. (M. Arifin, 2009: 141-14) 4) Usaha Secara global akad mudharabah yang terjalin antara dua orang atau lebih, dapat dibagi menjadi dua bagian, selaras dengan perjanjian antara kedua belah pihak. 5) Keuntungan Tujuan utama diadakan akad mudharabah adalah keuntungan, sehingga kedua belah pihak terkait mendapatkan kemanfaatan materi, pemodal diuntungkan karena dananya berkembang, sebagaimana pengusaha beruntung, karena mendapatkan bagian dari hasil. (M. Arifin, 2009: 149) b. Syarat Mudharabah, antara lain: 1) Modal a. Modal
harus
dinyatakan
dengan
jelas
jumlahnya,
seandainya modal berbentuk barang maka barang tersebut harus dihargakan dengan harga semasa dalam uang yang beredar.
31
b. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang. c. Modal
harus
diserahkan
kepada
mudharib,
untuk
memungkinkannya melakukan usaha. 2) Keuntungan a. Pembagain keuntungan harus dinyatakan dalam presentase dari keuntungan yang mungkin dihasilkan nanti. b. Kesepakatan rasio presentase harus dicapai melalui negoisasi dan dituangkan dalm kontrak. c. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudharib mengembalikan seluruh (atau sebagian) modal kepada rab al-mal. 3) Al –Musyarakah Al-Musyarakah adalah kerja sama antara dua belah pihak atau lebih pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut, yang tidak harus sama dengan penguasa modal masing-masing pihak. Dalam hal terjadi kerugian, maka pembagian kerugian dilakukan sesuai penguasa modal masing-masing. (warkum, 1997: 32-33) 5. Berakhirnya Akad Mudharabah Mudharabah menjadi batal apabila ada perkara-perkara sebagai berikut: a. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudharabah
32
b. Pengelola
dengan
sengaja
meninggalkan
tugasnya
sebagai
pengelola modal atau pengelola berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan akad. c. Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia atau salah seorang pemilik modal meninggal dunia, mudharabah menjadi batal. (Hendi, 2010: 143) 6. Manfaat dan Risiko Mudharabah a. Manfaat mudharabah antara lain: 1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spreat. 3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yng benar, halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima
33
pembiayaan atau nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. b. Risiko Mudharabah antara lain: Risiko yang terdapat dalam al-mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relative tinggi. Di antaranya: 1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak. 2) Lalai dan kesalahan yang disengaja. 3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. (M. Syafi’i Antonio, 2001: 97-98). B. Deposito (Simpanan Mudharabah) Bank
syariah
menerapkan
akad
mudharabah
untuk
deposito.Seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul maal dan bank selaku mudharib.Penerapan mudharabah terhadap deposito dikarenakan kesesuaian yang terdapat di antara keduanya. Misalnya, seperti yang dikemukakan di atas bahwa akad mudharabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antra penyetoran dan penarikan agar dana itu bisa diputarkan. Tenggang waku ini merupakan salah satu sifat deposito, bahkan dalam deposito terdapat pengaturan waktu, seperti 30 hari, 90 hari, dan seterusnya. (M. Syafi’i Antonio, 2001: 157)
34
Deposito adalah bentuk simpanan yang mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan hasilnya lebih tinggi dari pada tabungan.Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh tempo. Produk penghimpun dana ini bisaanya dipilih oleh nasabah yang memiliki kelebihan dana, sehingga selain bertujuan untuk menyimpan dananya, bertujuan pula untuk salah satu sarana berinvestasi (Nurianto, 2010: 35). 1. Pengertian Deposito Mudharabah Deposito adalah harta benda atau uang yang diberiakan ke dalam pengusaha bank untuk pengamatan, investasi atau sebagai agunan. Bila seseorang mendepositokan uang ke suatu bank, maka uang tersebut merupakan harta milik bank dan hubungan antara bank dengan orang tersebut sama dengan hubungan antara pihak utang dengan pihak piutang. (Rivai, dkk, 1999: 122) Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan Bank. (http://rudyyalianto.wordpress.com) Deposito menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik. (kasmir, 2004: hlm 61).
35
Deposito Mudharabah adalah bentuk simpanan oleh nasabah kepada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian, jenis penyimpan ini. Kepada penyimpan dana diberikan hak untuk memperoleh laba Bank sesuai dengan presentase yang diperjanjiakan, yang dihitung sesuai dengan peranan dananya dalam pembentukan laba Bank. Deposito Mudharabah adalah merupakan investasinya melalui simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo) dengan mendapat bagi hasil. (Lubis, 2004: hlm. 61) Deposito investasi Mudharabah adalah dana yang disimpan nasabah hanya bisaa ditarik berdasarkan jangka waktu, yang telah ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama. (Martono, 2004: hlm. 107) Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya hanya dapat diakukan pada waktu menurut perjanjian antara penantara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. (Rivai, 2007: 417) 2. Landasan hukum Deposito mudharabah a) Dalam Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 disebutkan:
36
Depsoito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. b) Dewan
Syariah
Nasional
dalam
fatwa
Nomor
03/DSN-
MUI/IV/2000 menjelaskan tentang ketentuan umum deposito berdasarkan akad mudharabah. Dalam bank syariah, praktik deposito mudharabah dapat dijelaskan dengan merujuk pada beberapa aspek berikut: 1) Deposito mudharabah merupakan kategori investasi, sehingga disebut
investment
accounts
bukan
saving
accounts
sebagaimana pada tabungan. 2) Dana deposito boleh diperdayakan pihak bank, dan deposan akan mendapatkan “bagi hasil”. 3) Dana deposito pada prinsip dasarnya tidak boleh diambil sesuai dengan permintaan deposan (off call), kecuali pada tanggal telah disepakati. Akan tetapi jika deposan berkehendak untuk tetap mengambil dana investasi pada tanggal yang tidak sesuai perjanjian maka akan dikenakan “denda” sesuai dengan kebijakan bank. 4) Penentuan jangka waktu berdasarkan “regulasi perbankan” yaitu 1,3,6 serta 12 bulan.
37
5) Terdapat deposito bisaa, maksudnya jika tanggal waktu deposito habis maka perjanjian akan habis pada tepat waktunya dan tidak diperpanjang, dengan atau tidak pemberitahuan dari deposan. 6) Automatic Roll Over merupakan model lain dari deposito bisaa. Maksudnya jika tanggal waktu deposito habis, sedangkan deposan tidak ada pemberitahuan maka secara otomatis pihak bank akan memperpanjang waktu deposito. 7) Perjanjian atau akad mencantumkan shahibul maal yaitu nasabah sebagai pihak pertama, mudharib yaitu bank sebagai pihak kedua. (A. Dahlan, 2012: 150-152) 3. Jenis-jenis Deposito Untuk mencairkan deposito menggunakan
bilyet
deposito
prakteknya terdapat paling
yang dimiliki deposan dapat atau
sertifikat
deposito,
dalam
tiga jenis deposito, yaitu deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan deposito on call. Masing- masing jenis deposito memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dan khususnya deposito berjangka diterbitkan pula dalam mata uang asing. Berikut ini jenis-jenis simpanan deposito yang ada di Indonesia saat ini. (kasmir, 2003: hlm. 62) 1. Deposito berjangka Deposito berjangka (DB) merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu.Jangka waktu deposito
38
berjangka bisaanya berfariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perseorangan maupun lembaga, artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama perorangan atau lembaga si pemilik deposito berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing, bisanya diterbitkan oleh Bank devisa. Perhitungan, penerbitan umum. Penerbitan deposito berjangka dalam valas bisanya diterbitkan dalam valas yang kuat, seperti US dollar, Yen Jepang, DM Jerman atau mata uang yang kuat lainnya. 2. Sertifikat deposito Sama seperti halnya deposito berjangka, sertifikat deposito diterbitkan atas untuk dalam bentuk sertifikat serta dapat diperjualbelikan atau dipindah-tangankan kepada pihak lain. Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka baik tunai disamping setiap bulan atau jatuh tempo.Kemudian penerbiatan nilai sertifikatdeposito sudah dicetak dalam berbagai nominal dan bisaanya dalam jumlah yang bulat.Sehingga, nasabah dapat membeli dalam lembaran yang bervariasi untuk jumlah yang diinginkan. 3. Depsosito on Call Depsoito on Call (DOC) merupakan deposito digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalm jumlah uang yang besar dan sementara waktu yang belum digunakan.Penerbitan deposito
39
on Call memiliki jangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. DOC diterbitkan atas nama pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on Call. Namun, sebelumnya sudah membriatahukan Bank penerbit bahwa yang bersangkutan akan mencairkan DOC-nya. Besarnya bunga DOC bisaanya dihitung perbulan dan untuk menentukan jumlah bunga yang diberlakukan terlebih dahulu dilakukan negoisasi antara nasabah dengan pihak bank. 4. Sifat-sifat Deposito a) Deposito mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan jatuh tempo yang mendapatkan bagi hasil. b) Imbalan dibagi dalam bentuk berbagai pendapatan (revenue sharring) atas penggunaan dana tersebut secara syariah dengan proporsi pembagian, misalnya: 70:30, 70% untuk deposan dan 30% untuk bank. c) Deposito mudharabah berjangka berkisar antara 1, 3, 6, dan 12 bulan. (Parwiraatmadja, K. A., 1992: 20-21) d) Perbedaan suku bunga atas deposito berjangaka 24 bulan, sejak Januari 1978, didasarkan atas pertimbangan bahwa kepada para penabung dengan nilai kecil harus diberikan imbalan lebih besar
40
karena menurut catatan 75% dari seluruh penabung
adalah
penabung dengan nilai dibawah Rp 2,5 juta. (Pangestu, J.E. P., 1984: 75) 5. Deposito dalam fatwa DSN MUI No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito Dalam
fatwa
Dewan
Syariah
Nasional
Nomor
03/DSN-
MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000, menetapkan tentang: Pertama : Deposito ada dua jenis: 1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip Mudharabah. kedua : ketentuan Umum Deposito berdasarkan Mudharabah: 1. Dalam transkasi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukana) berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan
mengembangkannya,
termasuk
didalamnya
mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
41
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.(Abdul Ghofur, 2007: 80) C. Konsep Bagi hasil dalam Islam Kegiatan
utama
dari
sebuah
lembaga
keuangan
adalah
penghimpunan dan penyaluran dana, dimana penyaluran dana hanya dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun, penghimpunan dana ini perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan penggunaan dana tersebut. bank maupun lembaga keuangan non bank seperti BMT sendiri mempunyai empat alternative untuk menghimpun dana guna kepentingan usahanya, yaitu: Dana sendiri, dan dari masyarakat, dana pinjaman, dansumber dana lain. Salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat adalah dengan menyediakan produk simpanan deposito berjangka dengan sistem bagi hasil. Simpanan deposito ini dimaksudkan untuk menghimpun dana dari para nasabah dengan cara membuka rekening deposito. Selanjutnya dana deposito tersebut akan dijadikan sebagai modal bagi BMT untuk menjalankan usahanya. Dana yang telah dikumpulkan oleh BMT dari simpanan deposito berjangka, perlu dikelola dengan penuh amanah dan
42
istiqomah. Dengan harapan dana tersebut mendatangkan keuntungan yang besar, baik untuk nasabah maupun BMT. Sehingga BMT dapat memberikan bagi hasil kepada nasabah. 1. Pengertian Bagi hasil Bagi hasil menurut tertimologi asing (inggris) dikenal dengan profit sharing.Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai laba. Secara definitive profit sharing diartikan:” Distribusi beberapa bagian dari laba para pegawai dari suatu perusahaan.” Lanjut laba dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan. (Muhammad, 2001: 18) Dalam dunia perbankan Muhammad lebih lanjut menjelaskan bahwa profit sharing (bagi hasil) adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana (shahibul maal) engan mengelola dana (mudharib). (Muhammad, 2000: 52) Pembagian hasil usaha ini terjadi antara pihak bank (mudharib) dengan penyimpan dana (shahibul maal), amupun antara bank dengan nasabah penerima dana (pengusaha). Hasil usaha bank yang dibagikan kepada nasabah penyimpan dana adalah laba usaha bank yang dihitung selama priode tertentu. Sedangkan hasil usaha nasabah penerima dana yang dibagi dengan bank ialah laba usaha yang dihasilkan nasabah
43
penerima dana dari salah satu usahanya yang secara utuh dibiayai bank. (Djazuli dan Yadi, 2002: 63) Dalam ekonomi syariah, teori bagi hasil mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda denga perhitungan bunga seperti pada bankbank konvensional. Ciri atau karakteristik bagi hasil adalah sebagai berikut: a) Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. b) Besarnya bagi hasil berdasarkan nisbah dan keuntungan yang diperoleh. c) Bagi hasil sangat bergantung pada proyek yang dibiayai. Bila proyek merugi kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. d) Jumlah pembagian hasil meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. e) Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil. Sedangkan perhitungan bunga mempunyai karakteristik sebagai berikut: a) Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. b) Besarnya presentase berdasarkan jumlah uang atau modal yang dipinjammkan.
44
c) Pembayaran bunga selalu tetap sesuai dengan perjanjian tanpa mempertimbangkan apakah proyek yang dibiayai untung atau rugi. d) Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat meskipun jumlah keuntungan berlipat-lipat atau ekonomi dalam keadaan booming. e) Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk agama Islam. (Muhamad Ridwan, 2007: 65) Bank berdasarkan bagi hasil tetap meguntungkan semua pihak yang terlibat, yaitu nasabah (debitur dan deposan) dan Bank (pemegang saham). Keuntungan yang diperoleh bukan berdasarkan pada bunga yang dihitung berdasarkan pada bunga yang dihitung berdasarkan saldo tabungan,,
deposito
pembiayaan,
tetapi
berdasarkan
persen
dari
pendapatan riil nasabah debitur dari Bank. Pendapatan Bank diakui pada saat bagi hasil diterima (cash based) bukan bunga yang masih akan diterima (accrual based). Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan Mudharabah dan deposito Mudharabah. Pada Bank bagi hasil, besar kecilnya
pendapatan
yang
diperoleh
deposan
bergantung
(Muhammad, 2006: 58) a) Pendapatan Bank b) Nisbah bagi hasil antara nasabah dan Bank c) Nominal deposan Mudharabah d) Rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada Bank
45
pada:
e) Jangka waktu deposito Berdasarkan prinsip bagi hasil tidak ada pembatasan bagi Bank dalam menggunakan dana yang dihimpun teknik perbankan: (Heri, 2003: 66) a) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberian keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. b) Untuk tabungan mudharabah, Bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan serta kartu ATM atau alat penarikan lainya kepada nasabah untuk deposito mudharabah. Bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. c) Tabungan Mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati namun tidak diperkenankan mengalami saldo negative. d) Deposito Mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati, 1, 3, 6, dan 12 bulan. Deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo akandiberlakukan sama seperti deposito yang baru, tetapi nilai pada akad sudahtercantum nilai perpanjangan otomatis maka tidak tidak perlu dibuat akad yang baru.
46
e) Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan denga tabungan dan deposito tetap berlaku dan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2. Dasar hukum bagi hasil Setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil, hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 29:
َوي َو ُّهَواي لِهَّلل ِرذ َو ي َو َو نُر ْ َويَليتَو ۡض ُركلُر ْيأَو ۡض َو لَو ُركمي َو ۡضينَو ُركمي ِر ۡضٱل َو ِرط ِر يإِر ِهَّللَليأَوويتَو ُرك َووي …..تِر َو َو ًةي َو يتَو َو ٖض ي ِّم ن ُركمۡضي Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu.”. (Q.S. an-Nisa’ ayat 29) 3. Macam-macam Bagi hasil Pada bank Islam, kepentingan nasabah penyimpan dana, bank dan debitur dapat diharmonisasikan karena dengan menggunakan metode bagi hasil, kepentingan pihak ketiga tersebut paralel, yaitu memperoleh imbalan bagi hasil sesuai dengan keadaan yang benarbenar
terjadi.
Untuk
itu
manajemen
bank
akan
berusaha
mengoptimalkan keuntungan pemakaian dana.(Edi & Untung, 2005: 39) Secara umum, prinsip bagi hasil dalm perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu: al-mudharabah, almusyarakah, al-muzara’ah dan al-musaqah. (Antonio, 2001: 90)
47
a) Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb, berati memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara tekhnis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.Seandainya kerugian itu diakibatkan Karen akecuranagn atau kelalaian si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. (Antonio, 2001: 97) Jenis perjanjian ini berlawanan dengan musyarakah.Dalam musyarakah juga ada bagi hasil, tetapi semua pihak berhak untuk turut serta dalam pengambilan keputusan manajerial.Sedang dalam mudharabah,
pemilik
mdal
tidak
diberikan
peran
dalam
manajemen perusahaan. Secara umum mudharabah ini terbagi menajdi dua jenis: mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. Akad mudharabah ini biasanya diterapkan pada produk-produk penghimpunan dana, seperti:
48
(1) Simpanan/ tabungan mudharabah, adalah simpanan tabungan pemilik dana yng penyetorannya dan penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. (2) Deposito mudharabah, adalah simpanan masyarakat di bank syariah yang pengambilannya sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh bank syariah. Variasi deposito mudharabah ini diklasifikasikan ke dalam deposito: 1, 3, 6 dan 12 bulan. (Muhamad, 2001: 6-7) b) Musyarakah Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi
dana
dengan
kesepakatan
bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. (Antonio, 2001: 90) Secara garis besar Musyarakah dapat dibagi kepada syarikah amlak dan syarikah uqud.Syarikah amlak berarti eksistensi suatu perkonsian tidak pelu kepada suatu kontrak membentuknya tetapi terjadi dengan sendirinya.Sedangkan syarikah uqud berarti perkongsian yang terbentuk karena suatu kontrak.(Muhamad, 2001: 29) Akad musyarakah biasa diaplikasikan oleh Bank syariah untuk: a) Pembiayaan proyek
49
Bank biasa mengaplikasikan akad musyarakah ini untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. b) Modal Ventura Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, al-musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu bank melakukan investasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap. c) Al-Muzara’ah Al-muzara’ah adalah akad kerjasama dalam pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap, dimana pemilik lahan menyediakan tanah untuk dikelola (ditanami dan dipelihara ) oleh penggarap dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. (Hasan Ali, 2003: 280) Dapat dikatakan bahwa al-muzara’ah ini merupakan bentuk kerjasama mudharabah dalam bidang pertanian.Artinya petani mengelola suatu lahan pertanian berdasarkan prinsip bagi hasil panen.Bank atau BMT menyerahkan kepada petani lahan yang dimilikinya atau yang bukan dalam pemilikan mereka.Kapling
50
tanahnya harus benar-benar ditentukan dalam perjanjian.Hasil panen dari lahan itu dibagi antara bank dan petani sesuai dengan proporsi yang telah disepakati. (K. Lewis, 2007: 74) d) Al-Musaqah Al-Musaqah adalah akad antara pemilik kebun/tanaman dan pengelola
(penggarap)
kebun/tanaman
pada
untuk masa
memelihara
teretntu
sampai
dan
merawat
tanaman
itu
berbuah.Penggarap berhak memperoleh nisbah tertentu dari hasil panen. (Hasan Ali, 2003: 280) Al-musaqah merupakan bentuk kerjasama musyarkah dalm urusan pemeliharaan
buah-buahan.Kedua
belah
pihak
bersepakat
menanam serta merawat pohon buah-buahan.Hasil panen buahbuahan atau kebun dibagi antara pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian (bank dan petani) dengan rasio tertentu sesuai dengan kontribusi mereka masing-masing. (K. Lewis, 2007: 74) 4. Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk ditentukan diawal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini tidak dilakukan, maka berati telah menjadi gharar, sehingga transaksi menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah. Dalam praktek dilapangan terdapat istilah revenue sharing dan profit sharing.Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil
51
bank syariah dan yang dipraktekkan selama ini adalah pendapatan dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini bisa dinamakan dengan gross profit. Sedangkan profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil net dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. (Yaya dkk, 2009: 370-371) Penentuan bagi hasil yang berlaku dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. b) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. c) Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan dari masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. d) Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan sekiratnya itu tidak mendapat keuntungan maka kerugian ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. e) Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. (Muhammad, 2002: 110)
52
D. Implementasi Prinsip Mudharabah dalam produk Deposito Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan syariah menggunakan skema mudharabah.Hal ini sejalandengan tujuan dari nasabah menggunakan instrument deposito yakni sebagai sarana investasi dalam memperoleh keuntungan. (Anshori, 2007:95) Secara tekhnis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam produk deposito sebagai instrument penghumpunan dana dari masyarakat pada bank syariah telah diatur dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang akad penghinmpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan mudharabah berlaku persyaratan sebagai berikut: 1. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana. 2. Dana disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal. 3. Pembagian keuntungan dari pengglongan dan investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah. 4. Pada akad tabungan berdasrakan mudharabah, nasabah wajib menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan oleh bank dan tidak dapat ditaik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening. 5. Nasabah tidak boleh menarik dana diluar kesepakatan.
53
6. Bank adalah mudharib menutup biaya operasional tabungan atau deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 7. Bank tidak boleh mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan naasabah yang bersangkutran. 8. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundang-undangan yang berlaku. (Karim, 2004: 277) E. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil di Bank syariah 1. Faktor langsung Di antara faktor-faktor langsung yang memepengaruhi perhitungan bagi hasil adalah invsetmen rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil. a. Investmen rate ratio merupakan prosentase actualdana yang diinvestasikan dari total dana dialokaiskan untuk memenuhi likuiditas. b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung melalui metode: 1) Rata-rata saldo minimum bulanan 2) Rata-rata saldo harian Investmen rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan mengahsilkan jumlah dana actual yang digunakan.
54
c. Nisbah (profit sharing ratio) 1) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan
dan
disetujui
pada
waktu
perjanjain. 2) Nisbah antara satu Bank lainya dapat berbeda. 3) Nisbah juga dpat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu Bank, misalkan deposit 1, 3, 6, dan 12 bulan. 4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account yang lain, sesuai dengan besar dana dan jatuh temponya. 2. Faktor tidak langsung Faktor tidak langsung yang mempengaruhi bagi hasil adalah: a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah 1) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya. Pendapatan yang dibagihasilakn merupakan pendapatan yang diterima dikurangi dengan biaya-biaya. 2) Jika semua bank ditanggung Bank, maka hal ini disebut dengan reventue sharing. b. Kebijakan accounting (prinsip dan metode akuntansi) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktifitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. (Muhammad, 2002: 106)
55
BAB III BMT TUMANG DAN SISTEMNYA
A. Gambaran Umum BMT Tumang Cabang Salataiga 1. Sejarah BMT Tumang Cabang Salatiga Sistem
perekonomian
dan
tatanan
kehidupan
yang
dikedepankan pada masa orde baru, ternyata tidak bisa memberikan jawaban akan harapan terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Sebagian besar dari mereka tinggal diperkotaaan, sehingga putaran uang dan aktivitas perekonomian berpusat di kota. Sementara masyarakat desa, yang nota bone merupakan mayoritas dari penduduk negeri
ini,
tidak
mendapat
kesempatan
dan
perhatian
yang
proporsional, baik dari pemerintah maupun dari para praktisi dunia usaha, sehingga masyarakat desa hanya ditempatkan sebagai obyek perlengkapan dari sistem pembangunan ekonomi nasional. Lembaga keuangan selama ini belum mampu diakses mesyarakat secara luas.Disamping itu belum adanya komitmen dari lembaga perbankan untuk menciptakan usaha yang lebih adiluntuk lebih mensejahterakan masyarakat.Bunga Bank yang menjadi dasar operasional perbankan (konvensional) juga masih menjadi perdebatan dikalangan umat Islam. Menyadari akan hal tersebut, timbul kesadaran untuk mencoba memikirkan bentuk alternative sebagai wujud peran serta dalam pembangunan masyarakat. Akhirnya disepakati untuk merintis
56
berdirinya Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) di Tumang Cabang Salatiga. Tahap pertama yang menjadi target program BMT adalah merekrut anggota masyarakat yang dianggap sukses secara ekonomi, untuk diajak bergabung menjadi anggota pendiri. Setiap anggota pendiri diwajibkan menyimpan Simpanan Pokok sebesar Rp. 500.000,00.Dengan modal awal dari anggota pendiir sebesar Rp. 7.050.000,00 BMT “TUMANG” mulai beroperasi yaitu pada tanggal 1 Oktober 1998. Sejak tanggal tanggal 10 bulan April tahun 1999 BMT berbadan hukum Koperasi Serba Usaha, yang kemudian lebih dikenal dengan nama KSU BMT Tumang. Agar lebih fokus terhadap bidang usaha yang dijalanakan maka KSU BMT Tumang sejak tahun 2011 berubah menjadi KJKS BMT Tumang yang Anggaran Dasarnya oleh Dinas Koperasi dan UKM Prop. Jawa Tengah dengan No. 242/BH/KDK.11. 25/IV/1999 yang sebelumnya wilayah kerja hanya di Kabupaten Boyolali maka semenjak tahun 2011 telah berbadan hukum tingkat Jawa Tengah dan berkantor pusat di Jalan Boyolali-Magelang Km. 10 dan sampai dengan saat ini sudah mempunyai 9 Kantor Cabang. KJKS BMT Tumang didirikan selain untuk memenuhi tuntutan masyarakat, juga mempunyai tujuan yang lebih besar, yaitu membantu masyarakat
kecil
menengah
supaya
mampu
mandiri
berani
bersaingdengan kekuatan ekonomi yang lain tentunya dalam rangka
57
meningkatkan kkesejahteraan anggotanya. KJKS BMT Tumang telah membuktikan bahwa keberadaannya sudah diterima oelh masyarakat. Dengan anggota yang semakin bertambah serta wilayah kerja yang semakin luas menggambarkan akan perannya cukup besar menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hal terpenting adalah kesungguhan semua komponen baik di jajaran Manajemen baik itu Pengurus, Pengawas, maupun Pengelola.Anggota dengan komitmen yang tinggi untuk mengupayakan pengelolan lembaga yang professional, amanah dan adil. 2. Profil KJKS BMT Tumang a. Nama Lembaga
: KJKS BMT TUMANG
b. Tanggal Pendirian
: 1 Oktober 1998
c. Alamat Kantor Pusat :Jl. Boyolali-Magelang Km. 10. Cepogo, Boyolali 57362 Telp. (0276) 323 454 Faks. (0276) 323 336 d. Alamat Kantor Cabang: 1) TUMANG Jl. Melati, Tumang, Cepogo, Boyolali Telp. (0276) 323335 2) CEPOGO Jl. Boyolali-Magelang Km. 10. Cepogo, Boyolali Telp. (0276) 323454 3) AMPEL Jl. Raya Ampel (Depan Ps. Ampel) Telp. (0276) 33066 4) KARTASURA
58
Jl. Ahmad Yani No. 83 (Depan Pasar Kartasura) Kartasura Telp. (0271) 784385 5) BOYOLALI Jl. Boyolali-Semarang Km. 1 (Barat Terminal Boyolali-Perum Galaxy Land) 6) ANDONG Jl. Raya Kacangan (Barat Psr. Kacangan) Andong, Boyolali Telp. (0271) 7893025 7) SALATIGA Jl. Sukowati No. 9 Salatiga Telp. (0298) 312729 8) DELANGGU Jl. Raya Solo-Jogja Km. 21 (Selatan Pasar Delanggu) Delanggu, Klaten Telp. (0272) 554358 9) SELO Jl. Boyolali-Magelang Km. 18, Selo, Boyolali Telp. (0276) 329540 3. Kelengkapan Organisasi a. Badan Hukum
: 242/BH,KKDK.11.25/IV/1999
b. Badan Hukum PAD
: 02/PAD/XIV/1/2011
c. Nomor Pokok Wajib Pajak
: 02.014.0381.4-527.000
d. SIUP
: 063/11.32/PK/X/2012
e. TDP
: 113324600215
f. Jangkauan pelayanan
: Wilayah Jawa Tengah
59
g. Waktu Operasional
: Hari Senin-Jum’at Jam 07.30-16.30 WIB
4. Visi Dan Misi BMT TUMANG a) Visi Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang Mandiri, Modern, dan Sejahtera b) Misi (1) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syariah mandiri, modern, amanah, dan sejahtera (2) Mengembangkan SDM yang tangguh, professional, dan berdaya saing tinggi (3) Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung operasional BMT. 5. Keunggulan BMT TUMANG a) Sistem dan kinerja BMT berpegang pada prinsip dasar yang berlandaskan Syariah. b) BMT menjauhkan dari sistem riba, masysir, gharar: yang melanggar prinsip fiqh al ghunmu bil ghurmi (keunggulan muncul bersama resiko) atau al kharaj bi dhaman (hasil muncul bersama beban) yaitu dengan sistem bagi hasil. c) Dengan menitipkan dana di BMT TUMANG dana aman, bermanfaat dan insyaAllah barokah. d) Pelayanan maksimal, siap mengambil dan mengantar.
60
6. Kondisi Sumber Daya Insani (SDI) a) Pengawas Syariah a. Drs. MM. Munir Asrori b. HM. Saefudin. Zuhri c. HM. Ali Sya’ni, BA b) Pengawas Manajemen a. H. Soeryanto, SH b. Edi Darmasto, SE.Akt c. H. Sismanto. SE d. HM. Muchlas, SH, MH e. Aris Munandar, SE c) Pengurus a. Ketua
: Dwi Rochmiathy, S.Pd, MM
b. Sekretaris : Rofiq Ridhoni, S.Kep c. Bendahara : HM.Wasil, SE,MM d. Anggota
: H.Munawar, A.Ma.Pd. dan Nanang Ibrahim, ST
d) Direksi a. H. Adib Zuhairi, S.Sos, MM : Direktur Utama b. Joko Sriyanto
: Direktur Operasional
c. Harun Santoso, SE, M.Sy
: Direktur Marketing
e) Pengelola Jumlah pengelola sampai dengan bulan Oktober 2015 adalah 125 orang dengan spesifikasi dan distribusi sebagai berikut :
61
Tabel: 3.1 Jumlah pengelola sampai bulan Oktober 2015 No Jabatan / Peran
Jumlah
Keterangan
1.
Direktur Utama
1
Kantor Pusat
2.
Direktur Operasional
1
Kantor Pusat
3.
Direktur Marketing 1
Kantor Pusat
4.
Manajer Personalia 1
Kantor Pusat
5.
Manajer Maal
1
Kantor Pusat
6.
Manajer Cabang
10
Kantor Cabang
7.
Koordinator
3
Kantor Pusat
8.
Legal Officer
1
Kantor Pusat
9.
Marketing
44
Kantor Cabang
10. Teknologi Informasi
2
Kantor Pusat
11. Teller / CSBO/BO
18
Kantor Pusat dan cabang
12. Staf
7
Kantor Pusat dan Cabang
13. Accounting
1
Kantor pusat dan Cabang
14
Auditor
2
Kantor Pusat
15
Internal Keamanan
11
Kantor Pusat dan Cabang
16
Office Boy
1
Kantor Pusat dan Cabang
17
Driver
1
Kantor Pusat dan Cabang
18
Magang
19
Kantor Pusat dan Cabang
Jumlah
125
Sumber : Profil KJKS BMT Tumang
62
7. Struktur Organisasi BMT Tumang Organisasi adalah wadah atau wahana yang menjamin terciptanya aktivitas orang yang telah bersepakat dalam kerja sama guna mencapai tujuab yang telah ditetapkan. Untuk menghindari terjadi tumpang tindih dalam pembagian tugas
yang hanya
menimbulkan tidak adanya kesatuan perintah, terutama dalam pendelegasian wewenang, maka diperlukan adanya struktur organisasi yang baik dan jelas.Struktur organisasi adalah kerangka yang menggambarkan pola tetap dari hubungan di antara bidang-bidang kerja yang ada di dalam organisasi.Struktur organisasi ini harus disesuaikan dengan keadaan kemampuan dan perkembangaan dari organisasi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi dapat diketahui sampai di mana wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki seseorang dalam menjalankan tugasnya.
63
Gambar 3.1 Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang RAPAT ANGGOTA
PENGAWAS MANAJEMEN N
PENGURUS
PENGAWAS SYARIAH
MANAJER UTAMA AUDIT INTERNAL
MANAJER OPERASIONAL
MANAGER PERSONALIA
DIREKTUR MARKETING
MANAGER KEUANGAN
MANAGER CABANG
MANAGER MAAL
Sumber: KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga
Perusahaan membutuhkan adanya struktur organisasi yang tepat dan jelas sebagai dasar untuk menjelaskan aktivitas seharihari.Adapun struktur organisasi yang digunakan pada KJKS “BMT
64
Tumang” adalah struktur organisasi garis, yaitu struktur yang menunjukkan
suatu
rangkaian
dari
kekuasaan
perintah
dari
manajemen ke bawah melalui bermacam-macam bagian sampai pada tingkat kekuasaan atau tanggung jawab terendah. Adapun keterangan dari struktur organisasi diatas adalah: a) Rapat Anggota Merupakan lembaga tertinggi pada Koperasi dan akan mengadakan rapat setahun satu kali. Tugasnya antara lain: (1) Mengevaluasi kinerja koperasi secara keseluruhan selama 1 (satu) tahun (2) Memberikan catatan hasil kinerja selama 1 (satu) tahun kepada pemangku kepentingan. Wewenangnya antara lain: (1) Mengesahkan rencana kerja dan rencana anggaran dan Pendapatan Koperasi untuk tahun buku berikutnya dan peninjauan Anggaran belanja untuk tahun buku yang berjalan. (2) Penetapan pembaian Sisa hasil Usaha (SHU) (3) Pemilihan dan pengangkatan anggota pengurus (jika masa jabatannya telah selesai b) Pengurus Tugasnya antara lain: (1) Menyelenggarakan RAT
65
(2) Menyususn atau merumuskan kebijakan umum untuk mendapat persetujuan Rapat Anggota. (3) Menyelenggarakan Rapat Pengurus untuk: (a) Evaluasi bulanan dan perkembangan kinerja BMT Tumang (b) Menentukan dan membuat kebijakan strategi BMT Tumang (4) Menandatanganidokumen dan surat yang berhubungan dengan BMT Tumang Wewenangnya antara lain: (1) Bersama pengurus yang lain mengangkat, member sanksi dan memberhentikan pengelola BMT Tumang (2) Menyetujui atau menolak mengenai: (a) Pembiayaan yang nilainya diatas wewenang Manager Utama (b) Kebijakan baru BMT Tumang dengan pertimbangan dari sekretaris dan bendahara (c) Kerjasama dengan pihak lain (investor dari luar) yang diusulkan Manager (3) Menegsahkan laporan bulanan yang diajukan Manager Utama c) Pengawasan Manajemen Tugasnya antara lain:
66
(1) Melakukan monitoring setiap saat dan audit internal minimal satu kali dalam satu tahun (2) Memberikan pengarahan terhadap pengangkatan Pengelola, penyusunan anggaran dan rencana kerja (3)Memberikan pengarahan terhadap permohonan pembiayaan yang tidak dapat diputuskan oelh pengurus Wewenangnya yaitu: mengawasi dan memeriksa laporan keuangan dan aspek manajemen lainnya. d) Pengawas Syariah Tugasnya antara lain: (1) Melakukan monitoring setiap dan audit internal minimal satu kali dalam satu bulan (2) Memberikan masukan dan pengarahan terhadap pengangkatan pengelola, penyususnan anggaran dan rencana kerja (3) Memonitor kegiatan BMT dan memberikan arahan yang berkaitan dengan aspek syariah Wewenangnya : Memotivasi dan memeriksa kegiatan BMT agar sesuai dengan kaidah syariah islam. e) Manajer Utama Tugasnya antara lain: (1) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui Pengurus, dan untuk hal-hal prinsipil disetujui oleh Pengawas atau Rapat Anggota
67
(2) Menyusun dan mengususlkan rancangan anggaran BMT dan rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada rapat anggota (3) Menyusun
dan
meminta
persujuan
Pengurus
tentang
pembukaan Rekening Bank dan penandatanganan Rekening simpanan BMT pada Bank secara bersama-sama (4) Membuat laporan secara periodi kepada pengurus (5) Menyampaikan
laporan
keuangan
dan
laporan
tingkat
kesehatan BMT secara periodic kepada Pengawas Manajemen Wewenangnya antara lain: (1) Menyetujui
pembiayaan
sampai
dengan
jumlah
Rp.
150.000.000,00,-, dan lebih dari jumlah tersebut harus dengan persetujuan Rapat Pengurus (2) Mengajuakan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan (3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian pengelola f) Internal Auditor Tugasnya antara lain: (4) Pengumpulan data atau informasi mengenai pencatatan, klarifikasi, penyusunan laporan keuangan yang etrdiri dari Neraca, Daftar Laba/Rugi, Arus Kas, Perubahan Modal, Car, serta laporan ini yang diperlukan
68
(5) Memastikan bahwa semua kebijakan, rencana dan prosedur koperasi telah benar-benar ditaati (6) Memastikan bahwa semua harta milik koperasi telah dipertanggungjawabkan dan dijaga dari semua kerugian (7) Menerima pemberitahuan tentang adanya proses nota debet / nota kredit Wewenangnya antara lain: (1) Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat control mekanisme operasional (2) Memibta data atau informasi yang berkenaan dengan hal audit kepada manajemen koperasi g) Manajer Operasional Tugasnya antara lain: (1) Terselenggaranya
pelayanan
yang
emmuaskan
kepada
anggota BMT Tumang (2) Terevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang ada dalam operasional BMT Tumang (3) Terbitnya
laporan
keuangan,
laporan
perkembangan
pembiayaan dan laporan mengenai penghimpunann dana secara lengkap, akurat dan sah baik harian, bulanan maupun sesuai dengan periode yang dibutuhkan. Wewenangnya antara lain:
69
(1) Mengeluarkan
biaya
operaisional
rutin
dalam
batas
wewenang (2) Menyetujui pengeluaran kas untuk penarikan tabungan dalam batas wewenang (3) Melakukan control terhadap kehadiran pengeloal (4) Memeriksa seluruh laporan dalam bidang operasional. h) Manajer Marketing Tugasnya antara lain: (1) Pencapaian target marketing baik funding meupun lending (2) Penyelenggaraan
rapat
marketing
dan
penyelesaian
permasalahan ditingkat marketing (3) Penilaian dan evaluais kinerja bagain marketing Wewenangnya antara lain: (1) Memberikan usulan untuk pengembangaan pasar (2) Menentukan target funding maupun lending bersama dengan Manager Utama i) Manajer Cabang Tugasnya antara lain: Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui Manager Utama a) Menyusun dan mengusulkan nrancangan BMT cabang dan rencana kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada Manajer Utama
70
b) Menyusun dan meminta persetujuan Manajer Utama tentang peraturan wewenang Komite Pembiayaan c) Mengajuakan usul kepada Manajer Utama tentang jenis atau produk baru untuk disetujui penggunaanya. d) Membuat laporan secara periodic kepada Manajer Utama Wewenangnya antara lain: (1) Menyetujui
pembiayaaan
sampai
dengan
jumlah
Rp.
25.000.000,-, dan lebih dari jumlah tersebut harus mendapatkan persetujuan Mananger Utama (2) Mengajukan usulan produk baru pembiayaan dan tabungan (3) Mengusulkan promosi, mutasi, demosi dan pemberhentian Pengelola BMT cabang j) Kepala Devisi Maal Tugasnya antara lain: (1)
Menyiapak konsep pengelolaan baitul maal secara tepat yang disesuaikan dengan kondisi ummat yang ada disetiap lingkungan dengan tetap mengacu pada kaidah baku syariah Islam, dan menjadikan sebagai bagian dari dakwah.
(2)
Menyiapkan seluruh dokumen yang diperlukan agar setiap transaksi
tecatat
dengan
dipertanggungajwabkan
71
rapi,
baik
dan
dapat
(3)
Mengatur pemasukan dan pengeluaran dana Maal, serta membuat laporan secara teratur kepada Manajer Utama atau donator bila diperlukan
Wewenangnya antara lain: (1) Menghubungi anggota masyarakat untuk dakwah (2) Menetapkan pendistribusian Maal kepada yang berhak k) Kepala Bidang Personalia Tugasnya antara lain: (1) Melakukan
aktivitas
yang berkaitan dengan hubungan
eksternal BMT atau Koperasi (2) Melakukan
pengadministrasian
dan
pemeliharaan
data
karyawan, serta hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan, pendidikan, pelatihan, karir dan hubungan antar karyawan. Wewenangnya antar lain: (1) Membuat kebijakan yang berkaitan dengan hal-hal umum (2) Melakukan
pencairan
dana
utuk
kebutuhan
pengadaan
inventaris kantor l) Manajer Keuangan Tugasnya antara lain: (1) Memberikan pelayanan kepada masing-masing cabang dalam hal kebutuhan rumah tangga (2) Mengatur dalam pengeluaran kebutuhan disetiap cabang meliputi buku simpanan, slip setoran, akad, warkat, dll
72
Wewenangnya antara lain: (1) Mengatur pola administrasi (2) Mengajukan anggaran untuk kebutuhan administrasi Gambar 3.2 Struktur Organisasi BMT Tumang Cabang Salatiga MANAJER CABANG
Marketing Finance
Marketing Funding
Customer Service
Teller
Security
Back Office
Sumber: KJKS Tumang Cabang Salatiga
B. Produk-produk BMT TUMANG a) Produk Pendanaan (Funding) 1) Simpanan Mudharabah Al Muthlaqah Simpanan
MudharabahAl
Muthlaqah
adalah
simpanan
berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah al muthlaqah, dimana mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT TUMANG untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan
73
dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan professional. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati di awal.Simpanan ini dapat diambil sewaktu-waktu. Simpanan mudharabah almuthlaqah memiliki manfaat sebagai berikut: (a) Aman, manfaat, menguntungkan dan insyaAllah barokah (b) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan ketentuan syariah (c) Menolong sesama tanpa harus mengurangi keuangan anda (d) Bebas biaya administrasi Syarat pembukaan Rekening Simpanan mudharabah almuthlaqah adalah sebagai berikut: (a) Menjadi anggota BMT Tumang (b) Membayar simpanan pokok Rp. 10.000,- dan simpanan wajib Rp. 5.000,(c) Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,(d) Mengisi
dan
menandatangani
formulir
pembukaan
rekening (e) Perorangan melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri lainnya (f) Lembaga menyerahkan identitas yang ditentukan oleh KJKS
74
Bagi hasil SimpananMudharabah Al Muthlaqah: (a) insyaAllah halal dan barokah (b) anggota
penyimpan
akan
mendapatkan
bagi
hasil
simpanan sesuai dengan kesepakatan. (c) Besarnya bagi ahsil
simpanan ditetapkan menurut
keuntungan KJKS BMT Tumang dengan nisbah antara BMT : anggota adalah 70 : 30 (d) Bagi hasil yang dimaksud akan diperhitungkan setiap akhir bulan dan akan ditambahkan secara otomatis ke rekening simpanan anggota setiap awal bulan. Jenis-jenis Simpanan Mudharabah Al Muthlaqah: (a) Simpanan Sukarela (Sikala) (b) Simpanan Idul Fitri (c) Simpanan Idul Adha (Qurban) (d) Simpanan Pendidikan (e) Simpanan Haji (f) Simpanan Menikah (g) Simpanan Sadranan (Si mandra) 2) Simpanan Mudharabah Berjangka Simpanan
Mudharabah
Berjangka
(Deposito)
adalah
simpanan berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah almuthlaqah, dimana mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan dana yang dapat
75
digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan professional. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati di awal. Manfaat Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito) antara lain: (a) Aman, manfaat, menguntungkan dan InsyaAllah barokah (b) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan ketentuan syariah (c) Menolong sesama tanpa harus emngurangi keuangan anda (d) Bebas biaya administrasi Syarat
pembukaan
Rekening
Simpanan
Mudharabah
Berjangka (Deposito): (a) Menjadi anggota BMT Tumang (b) Simpanan minimal Rp. 1.000.000,(c) Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan rekening (d) Melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri lainnya. Bagi hasil Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito): (a) insyaAllah halal dan barokah (b) Bagi
hasil
akan
dipindahbukukan
ke
simpanana mudharabah bisaa setiap tanggal 1
76
rekening
(c) Ketentuan nisbah bagi hasil yang ditawarkan adalah Jangka Waktu
.
Nisbah Penyimpan**
i. 1 Bulan
35%
ii. 3 Bulan
40%
iii. 6 Bulan
42,5%
iv. 12 Bulan
45%
**Waktu dan Nisbah bisa disepakati antara BMT dan Pentimpan 3) Simpanan Mudharabah Berjangka Untuk Masa Depan (Si Muda MaPan) Si Muda MaPan adalah produk simpanan di BMT Tumang dengan prinsip akad mudharabah muthlaqah, yaitu perjanjian mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu (investasi tidak terikat). Simpanan tersebut direncanakan khusus untuk kebutuhan anggota di waktu yang akan dating. Manfaat Si Muda Mapan antara lain: a) Dengan akad Mudharabah Muthlaqah penyimpan dapat memperoleh bagi haisl dari hasil usaha BMT Tumang yang insyaAllah halal dan Barokah b) Bagi hasil yang diterima setiap bulannya akan ditambahkan ke simpanan, yang secara otomatis akan menambah bagi ahisl secara proporsional c) Untuk simpanan jangka waktu minimal 3 tahun akan mendapatkan manfaat khusus yaitu akan
77
dimasukkan ke dalam keluarga peduli pendidikan, diantaranya: (a)
Setiap
tahun
ajaran
baru
akan
mendapatkan bingkisan peralatan sekolah (b) Anggota
yang
sakit
(0pname)
akan
emndapatkan santunan Rp. 200.000,(c) Anggota
yang
mendapatkan
meningal santunan
dunai
akan
sebesar
Rp.
1.000.000,(d) Setiap anak didik yang berprestasi disa diusulkan mendapatkan bea siswa dari Devisi Maal BMT Tumang Ketentuan Si Muda Mapan: a) Menjadi anggota BMT Tumang b) Setoran minimal setiap bulan Rp. 50.000,c) Jangka waktu dan ketentuan nisbah bagi ahsil penyimpan Jangka waktu
Nisbah
Penyimpan i. 1 tahun
35%
ii. 2 tahun
40%
iii. 3-5 tahun
45%
iv. 6-9 tahun
46%
v. 10-12 tahun
47,5%
78
vi. Labih dari 12 tahun
48%
Dari bagi hasil yang seharusnya diterima, 2,5%nya disisihkan untuk infaq sosial yang akan dimasukkan ke bagian Maal BMT Tumang. Ilustrasi penerimaan bagi hasil Si Muda Mapan Simpanan : Rp. 100.000,- per bulan Waktu : 6 tahun Nisbah : 46% b) Produk Pembiayaan (1) Investasi Transaksi pembiayaan investasi dapat dilakukan dalam 2jenis transaksi, yakni Mudharabah dan Musyarakah. (a) Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/ perniagaan antara pihak pemilik dana (shahibul maal) sebagai pihak yang menyediakanmodal dana sebesar 100% dengan pihak pengelola modal (mudharib), untuk diusahakan dengan porsi keuntungan akan dibagi bersama (nisbah) sesuai dengan kesepakatan dimuka dari kedua belah pihak,sedangkan kerugian (jika ada) akan ditanggung pemilik modal, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pihak pengelola dana (mudharib), seperti penyelewengan,kecurangan, dan penyalahgunaan dana.
79
Akad kerjasama Mudharabah ini dibedakan dalam 2 jenis, yakni: (i) Mudharabah Muthlaqah, akad ini adalah perjanjian mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu (investasi tidak terikat), misalnya dalam ijab si pemilik modal tidak mensyaratkan kegiatan usaha apa yang ahrus dilakukan dan ketentuan-ketentuan lainnya, yang pada intinya memberikan kebebasan kepada
pengelola
dana
untuk
melakukan
pengelolaan investasinya. (ii) Mudharabah Muqayyadah, akad ini mencantumkan persyaratan-persyaratan tertentu yang ahrus dipenuhi dan dijalankan oleh sipengelola dana yang berkaitan dengan tempat usaha, tata cara usaha, dan obyek investasinya contoh:
(investasi
pengeloal
dana
yang
terikat).
dipersyaratkan
Sebagai dalam
kerjasama untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) Tidak mencantumkan dana mudharabah yang diterima dengan dana lainnya. (b) Tidak melakukan investasi pada kegiatan usaha yang bersifat sistem jual beli cicilan, tanpa adanya penjamin dan atau tanpa jaminan.
80
(c) Si pengelola dana harus melakukan sendiri kegiatan usahanya dan tidak diwakilkan kepada pihak ketiga. (b)Musyarakah Pembiayaan Musyarakah (Syirkah) adalah suatu bentuk akad kerjasama perniagaan antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut.Keuntungan dibagi menurut proporsi penyertaan
modal
atau
berdasarkan
kesepakatan
bersama.Musyarakah dapat diartikan pula sebagai pencampuran
dana
untuk
tujuan
pembagian
keuntungan. Jenis-jenis Musyarakah: (i) Syirkah Kepemilikan (Amlak), syirkah yang terjadi karena warisan, wasiat atau faktor lainnya yang mengakibatkan pemilikan asset oleh kedua orang atau lebih, serta berbagi dalam kepemilikan asset ril tersebut atas keuntungan yang dihasilkan daripadanya. (ii) Syirkah Akad/ Kontrak (Uqud), syirkah yang terjadi karena kesepakatan dua orang mitra atau lebih yang bekerjasama dalam permodalan, kerja, dan atau keahlian
81
serta berbagi keuntungan dan kerugian dari kemitraan tersebut. syirkah Akad/ Kontrak ini memiliki berbagai jenis dan variasi, yakni: (2) Pembiayaan Jual-Beli Ada beberapa konsep jual beli yang diperbolehkan dalam Islam, antara lain adalah Murabahah, Salam dan Istisna (a) Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal (harga
perolehan)
dengan
tambahan
keuntungan
(marjin) yang disepakati oleh keduabelah pihak (Penjual dan Pembeli).Karakteristiknya adalah penjual harus memberitahu berapa harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.Cara pembayaran dan jangka waktu disepakati bersama, dapat secara lumpsum ataupun secara angsuran.Murabahah dengan pembayaran secara angsuran ini disebut dengan Bai” Bitsaman Ajil.
(b) Pembiayaan Salam Salam adalah akad pembelian jual-beli yang dilakukan dengan cara pembeli melakukan pemesanan pembelian
82
terlebih dahulu atas barang yang dipesan/ diinginkan dan melakukan pembayaran dimuka atas barang tersebut, baik dengan cara pembayaran sekaligus ataupun dengan cara mencicil, yang keduanya harus diselesaikan pembayarannya (dilunasi) sebelum barang yang dipesan/ diinginkan diterima kemudian. (c) Pembiayaan Istisna Istisna adalah akad bersama pembuat untuk suatu pekerjaan tertentu dalam tanggungan atau akad jual beli suatu barang yang akan dibuat terlebih dahulu oleh pembuat yang juga sekaligus menyediakan kebutuhan bahan baku barangnya. Jika bahan baku disediakan oleh pemesan, akad ini menjadi akad Ujrah (upah) (3) Pembiayaan Jasa-Sewa (a) Pembiayaan Ijarah Ijarah adalah pemilikan hak atas manfaat dari penggunaan
sebuah
asset
sebagai
ganti
dari
pembayaran. Pengertian Sewa (Ijarah) adalah sewa atas manfaat sari sebuah asset, sedangkan sewa-beli (jarah wa Iqtina) atau disebut juga Ijarah Muntahiya bi Tamlik adalah sewa kepemilikan.
83
yang diakhiri
dengan pemindahan
(b) Pembiayaan Muntahiya Bitamlik Ijarah Muntahiya Bitamlik adalah fasilitas pembiayaan dengan sistem sewa atas suatu objek sewa antara Bank dan nasabah dalam periode yang ditentukan dan diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan nasabah (4) Pembiayaan Qordh Pembiayaan Qordh adalah meminjamkan harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam litelatur fiqh, Qordh dikategorikan sebagai akad tathawwu yaitu akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam rangka
mewujudkan tanggung jawab sosial,
Lembaga Keuangan Syariah dapat memberikan fasilitas yang
disebut
pinjaman
Al-Qardhul
dana
kepada
mendapatkannya.
84
Hassan, pihak
yaitu
yang
penyediaan
layak
untuk
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA STUDY KASUS DI BMT TUMANG CABANG SALATIGA
A. PelaksanaanBagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga 1. Operasional Deposito Mudharabah di BMT Tumang Cabang Salatiga Kegiatan
utama
penghimpunan dana, salah
dari
sebuah
lembaga
keuangan
adalah
satunya adalah penghimpunan dana dari
masyarakat, penghimpun dana dari masyarakat ini dilakukan guna membantu permodalan awal dari pada pendiri, adapun salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat adalah dengan menyediakan produk deposito berjangka. Secara umum, deposito berjangka adalah simpanan perorangan atau badan usaha yang hanya dapat diambil setelah jatuh tempo.Sehingga, deposito berjangka merupakan suatu simpanan yang berbeda dengan simpanan lainnya, seperti tabungan, yang sewaktuwaktu dapat diambil oleh nasabahnya. Produk deposito yang disediakan oleh BMT Tumang Cabang Salatiga ini adalah deposito berjangka, dengan jangka waktu 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Dimana dalam produk deposito ini akad yang
85
digunakan adalah akad wadiah yad dhamanah, pengelola beralasan bahwa semua simpanan uang dari masyarakat pada prinsipnya adalah sebuah titipan yang wajib dijaga dan dikembalikan sesuai dengan prosedur yang ada di BMT Tumang Cabang Salatiga. (wawancara dengan Bapak Ni’am selaku Manager BMT Tumang Cabang Salatiga pada Hari Jum’at tanggal 22 Juli 2016 jam 13.30) Adapun operasional deposito mudharabah di BMT Tumang Cabang Salatiga ini meliputi: strategi pemasaran produk deposito mudharabah, prosedur pembukaan rekening dan ketentuan yang berlaku didalamnya, dan pengelolaan dana deposito di BMT Tumang Cabang Salatiga. a) Strategi pemasaran Produk Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito Mudharabah) Tehnik yang dijalankan untuk mensosialisasikan produk-produk pada saat pendirian BMT TUMANG Cabang Salatiga adalah: 1. Menggunakan 2 strategi perkenalan yang pertama, “Gebyar” yaitu semua marketing dari berbagai cabang dikumpulkan menjadi satu dan semua dikerahkan ke daerah-daerah sekitar Salatiga, seperti masjid, instalasi pendidikan, kecamatan dan rumah-rumah warga. Yang kedua “Soft Opening” yaitu mengadakan acara perkenalan atau sosialisasi dengan mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat (ketua RT/RW), para pejabat, dan warga masyarakat yang tergolong ahniyah (orang kaya). Sehingga dengan cara itu diharapkan
86
bisaterjalin kerja sama yang baik antara msyarakat dengan BMT Tumang Cabang Salatiga. 2. Selain menggunakan cara di atas, dalam memperkenalkan pendirian BMT Tumang Cabang Salatiga juga dengan pembuatan pamplet, liflet dan juga setangkai bunga mawar dengan tulisan BMT Tumang Cabang Salatiga, untuk diberikan kepada warga masyarakat sebagai promosi telah dibukanya BMT Tumang Cabang Salatiga. Serta disebarkan di tempat-tempat umum seperti amsjid dan pasar-pasar agar dapat diketahui oleh masyarakat luas. Berikut pendapat beberapa anggota terhadap simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga: (1) Nama
: Zaenal Arifin
Simpanan :Rp. 3.000.000 Beliau
mengungkapkan
bahwa
prosedur
pengajuan
simpanan mudharabah berjangka yang ditetapkan oleh BMT Tumang Cabang Salatiga tidaklah terlalu sulit dan berbelit-belit. Beliau juga senang dan puas dengan simpanan mudharabah berjangka yang mempunyai jangka waktu yang bervariatif yaitu 1,3,6 dan 12 bulan. (2) Nama
: Ibu Marwah
Simpanan : Rp. 5.000.000 Beliau
menmgungkapkan
dengan
adanya
simpanan
mudharabah berjangka, beliau bisa menyimpan uangnya dengan
87
aman dan bisa diperpanjang secara otomatis walaupun beliau tidak memberitahukan kepada pihak BMT akan diperpanjang. b) Prosedur pembukaan rekening dan ketentuan yang berlaku dalam Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito Mudharabah) di BMT Tumang Cabang Salatiga (1) Prosedur Pembukaan Rekening Deposito (a) mMenjadi anggota KJKS BMT TUMANG (b) Menyetorkan uang yang akan didepositokan minimal Rp. 1.000.000,(c) Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan rekening (d) Melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri lainnya (e) Memilih jangka waktu yang akan digunakan: 3, 6, atau 12 bulan. (2) Ketentuan yang berlaku dalam produk deposito (Simpanan Mudharabah Berjangka) (a) Jangka waktu penyimpanan adalah 1, 3, 6, dan 12 bulan dengan diberikan bagi hasil sesuai ketentuan yang berlaku (b) Penarikan simpanan
sebelum
jatuh waktunya
berakhir
dikenakan Bagi Hasil sesuai dengan ketentuan BMT Tumang Cabang Salatiga. (c) Bagi hasil akan dibayarkan setiap bulan sesuai tanggal jatuh temponya
88
(d) Jika dikehendaki setelah jatuh waktunya, simpanaan ini dapat diperpanjang secara otomatis dengan dikenakan Nisbah Bagi Hasil yang berlaku saat perpanjangan (e) Simpanan atas nama tidak dapat dipindahtangankan, simpanan atas pembawa dapat dipindahtangankan. (f) Bila pemilik simpanan meninggal dunia uang simpanannya akan dibayarkan kepada ahli warisnya yang sah. (g) BMT Tumang Cabang Salatiga menjaminkan seluruh harta dan kekayaannya
untuk
pembayaran
kembali
hak
pemilik
simpanan ini. (h) Dalam hal terjadi sertifikat simpanan hilang harus segera melaporkan kepada yang berwajib dan memberitahukan kepada BMT Tumang Cabang Salatiga (membawa surat laporan kehilangan dari kepolisian) (i) Setiap perubahan nama, alamat dan tanda tangan pemilik simpanan harus segera diberitahukan kepada BMT Tumang Cabang Salatiga. (j) Segala sesuatu yang belum diatur dalam ketentuan ini akan ditetapkan kemudian. (Dikutip dari Data Syarat dan Ketentuan Pembukaan Rekening Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga)
89
c) Pengelolaan Dana Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito Mudharabah) Simpanan Mudharabah Berjangka adalah simpanan berdasarkan kaidah
syari’ah
mudharabah
al-muthlaqah,
dimana
mudharib
memberikan kepercayaan kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota sesuai dengan ketentuan syariah. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai dengan nisbah (bagi hasil) yang sudah disepakati diawal. Menurut Bapak Ni’am selaku manager BMT Tumang Cabang Salatiga bahwa dana Deposito ini sangat berguna sekali bagi BMT. Hal ini dikarenakan sifat dari rekening deposito yang hanya dapat diambil setelah jatuh tempo baik itu 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan. Dengan demikian, sehingga BMT dapat memaksimalkan dana tersebut semaksimal mungkin untuk memperoleh keuntungan dari pengelolaan dan simpanan mudharabah berjangka (Deposito Mudharabah) tersebut. Dalam mengelola dana Deposito yang sudah terkumpul, BMT Tumang Cabang Salatiga ini mengelolanya dengan cara menyalurkan melalui produk-produk pembiayaan kepada pihak ketiga yang telah disediakan antara lain: (1) Pembiayaan Mudharabah (2) Pembiayaan Musyarakah (3) Pembiayaan Murabahah
90
(4) Pembiayaan Ba’I Bitsaman Ajil Penyaluran dana dengan penyediaan produk pembiayaan ini merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan dana deposito yang telah terkumpul. Yang mana nantinya diharapkan dapat menghasilkan keuntungan bagi semua pihak. Yang mana keuntungan tersebut akan dibagikan antara BMT dengan para anggota pembiayaan (kreditur), sehingga BMT dapat memberikan keuntungan pula kepada anggota debitur dalam hal ini adalah anggota simpanan deposito atau deposan. (Wawancara dengan Bapak Ni’am pada hari Senin tanggal 25 Juli 2016 jam 10.15 ) d) Kelebihan dari Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito Mudharabah) Adapun kelebihan dari Deposito Mudharabah ini antara lain: (1) Dari bagi hasil yang didapat BMT sudah sekalian memotong zakat, jadi nantinya yg diterima sudah bersih. (2) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuia dengan ketentuan syariah (3) Tidak dikenakan biaya administrasi (4) Untuk deposito yang belum jatuh tempo, tetapi dicairkan oleh anggota maka tidak ada denda bagi nasabah deposan.
91
e) Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito Mudharabah) di BMT Tumang Cabang Salatiga Simpanan Mudharabah Berjangka yang jumlah setoran minimal Rp. 1.000.000,- dengan tidak ada batas maksimal. Jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan dan dapat diperpanjang sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakatai. Praktek Bagi hasil deposito Mudharabah di BMT Tumang Cabang Salatiga adalah berdasarkan pada kesepakatan antara deposan dengan pihak BMT.Kesepakatan tersebut adalah kesepakatan dalam pemilihan jangka waktu atau lamanya deposito. Yang mana perolehan besar kecilnya bagi hasil yang akan diterima nasabah tergantung pada besar kecilnya simpanan yang disetorkan oleh deposan, karena pemberian keuntungan adalah berdasarkan presentase dari uang yang didepositokan dan lamanya jangka waktu yang dipilih oleh nasabah. (1) Perhitungan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga dipengaruhi oleh 4 sumber dana di BMT, yaitu: (a) Jumlah simpanan yang ada di BMT Tumang Cabang Salatiga (b) Jumlah simpanan mudharabah berjangka yang masuk (c) Kewajiban jangka panjang (d) Modal (2) Nisbah yang diterapkan di BMT Tumang Cabang Salatiga masingmasing sesuai jangka waktu yang sudah ditentukan:
92
Tabel 3.2 Nisbah simpanan mudharabah berjangka Jangka waktu
Nisbah penyimpan
1 bulan
35%
3 bulan
40%
6 bulan
42,5%
12 bulan
45%
** waktu dan nisbah bisa disepakati antara BMT dan penyimpan Sumber: Data diolah untuk penelitian (2016) Rumus hasil di BMT Tumang Cabang Salatiga: = Saldo rata-rata simpanan mudharabah berjangka : ∑ jumlah akumulatif simpanan mudharabah berjangka x Nisbah x Porsi bagi hasil Keterangan: (a) Saldo rata-rata simpanan mudharabah berjangka yaitu jumlah nominal
simpanan
mudharabah
berjangka
yang
nasabah
depositokan di BMT Tumang (b) Akumulatif simpanan mudharabah berjangka yaitu jumlah keseluruhan simpanan mudharabah berjangka yang ada di BMT Tumang (c) Nisbah yaitu presentase bagi hasil antara BMT dengan nasabah
93
(d) Porsi bagi hasil yaitu porsi rupiah bagi hasil untuk simpanan mudharabah berjangka. Contoh Perhitungan Bagi Hasil Deposito: Simpanan Mudharabah Berjangka (Deposito) pak Ali sebesar Rp. 1.000.000,- dengan jangka waktu 3 bulan. Kesepakatan nisbah bagi hasil antara anggota: BMT adalah 40:60. Bila total outsanding pembiayaan BMT (saldo dana BMT yang dipinjam anggota) adalah Rp. 900.000.000,- dan pendapatan bagi hasil pembiayaan BMT adalah Rp. 23.000.000,0- maka perhitungan bagi hasil yang akan didapat oleh Pak Ali bulan tersebut adalah:
1.000.000
x 23.000.000 x 40%= 10.222,22
900.000.000 Maka jumlah bagi hasil yang diterima bulan tersebut adalah :Rp. 10.222,22
2. Pengambilan
Simpanan
Mudharabah
Berjangka
(Deposito
Mudharabah) sebelum jatuh tempo yang sudah ditentukan oleh BMT TUMANG Cabang Salatiga Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa kegiatan utama dari BMT adalah penghimpunan dana dari masyarakat, dan salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat tersebut adalah dengan menyediakan layanan simpanan deposito berjangka. Simpanan deposito
94
berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu teretentu berdasarkan perjanjian anggota penyimpan dengan BMT. Simpanan deposito berjangka merupakan sumber dana yang paling utama dan sangat penting bagi sebuah perusahaan dan lembaga keuangan baik lembaga keuangan konvensional maupun lembaga keuangan syariah. hal ini dikarenakan sifat dari simpanan tersebut yang mempunyai tempo atau jangka waktu tertentu didalam penarikannya, sehingga bank atau lembaga keuangan yang menerima simpanan deposito berjangka tersebut dapat lebih efisien dalam memanfaatkan simpanan tersebut, yang mana simpanan deposito tersebut dapat dijadikan sebagai modal untuk menjalankan usahanya. BMT bisaanya memberikan bunga yang besar untuk nasabah simpanan deposito berjangka sesuai jangka waktu yang dipilihnya. Jangka waktu yang diberikan bisaanya variatif yaitu: 1, 3, 6, 12 bulan tergantung jangka waktu yang dipilih oleh nasabah. Jangka waktu yang ditentukan inilah, maka dana nasabah akan mengendap di BMT, sehingga bank mempunyai waktu yang cukup lama untuk memanfaatkan dana simpanan tersebut guna keperluan pembiayan jangka pendek yang dapat menghasilkan keuntungan. BMT Tumang Cabang Salatiga sebagai lembaga keuangan syariah non Bank juga menawarkan produk deposito berjangka sebagaimana produk deposito berjangka pada umumnya dengan akad yang digunakannya adalah akad mudharabah.Deposito yang seperti ini
95
termasuk jenis deposito mudharabah muqayyadah dimana mudharib dibatasi dengan waktu yaitu harus mengembalikan uang simpanan shahibul maal pada waktu yang telah diperjanjikan mereka. Setelah nasabah deposan sudah memilih jangka waktu yang diinginkan maka sebagai tanda bukti nasabah deposan akan mendapatkan sertifikat deposito. Dimana pada sertifikat tersebut tertulis ketentuan bahwa simpanan hanya dapat dicairkan pada waktu tertentu sesuai perjanjian antara mudharib dengan shahibul maal. Dalam ketentuan Simpanan Mudharabah Berjangka ini terdapat perjanjian pada akad kerja mudharabah berjangka yang merupakan salah satu produk BMT Tumang Cabang Salatiga apabila anggota ingin menarik uangnya sebelum jatuh tempo tidak dikenakan pinalti atau denda. Aturan ini telah merubah ketentuan sebelumnya yang mana dalam ketentuan sebelumnya dinyatakan nasabah akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 25.000,-. Artinya tidak ada denda administrative yang akan dikenakan kepada nasabah. Akan tetapi nasabah hanya akan mendapat perubahan besarnya porsi bagi hasil. Hal ini dikarenakan bagi hasil yang akan diberikan adalah berdasarkan jangka waktu atau lamanya uang tersebut didepositokan. (Wawancara dengan Bapak Ni’am selaku Manager di BMT Tumang Jumat tanggal 22 Juli 2016 pukul 13.15)
96
pada hari
B. Pelaksanaan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga Dalam Perspektif Hukum Islam Islam menganjurkan dan membolehkan mudharabah karena mengandung manfaat di dalamnya.Seseorang terkadang mempunyai harta banyak tetapi tidak berkemampuan untuk mengelolanya. Sebaliknya, ada pula orang yang tidak memiliki harta tetapi ia mempunyai kemampuan untuk mengelolanya. Sehingga syariat membolehkan sistem ini supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya dengan berbagai hasil atas usaha kerjasama tersebut. BMT Tumang Cabang Salatiga dalam kegiatannya mempraktekan dua bentuk simpanan mudharabah, yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah simpanan masyarakat (nasabah) di BMT yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian.Dalam hal ini, BMT bertindak sebagai mudharib (yang mengelola modal) dan deposan sebagai shahib al-maal (pemilik modal). BMT Tumang sebagai mudharibakan membagi keuntungan kepada shahib al-maal sesuai dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Sedangkan deposito mudharabah merupakan investasi melalui simpanan nasabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil dari pendapatan (revenue sharing).
97
Bahwa mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.Terkait dengan jenis akad mudharabah yang digunakan pada produk simpanan mudharabah berjangka ini dapat diketahuai bahwa pada produk ini termasuk jenis mudharabah muthlaqah. Hal ini dikarenakan pemilik dana memberikan otoritas dan hak sepenuhnya kepada pihak BMT Tumang untuk menginvestasikan
atau
mempergunakan
dananya
dengan
tujuan
mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain pihak pengelola diberi kuasa penuh untuk menjalankan usaha tanpa larangan atau gangguan apapun yang berkaitan dengan usaha tersebut. Dari pernyataan di atas sudah jelas bahwa pernyataan tersebut sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI NO. 07/DSN-MUI/IV/2000 karena dalam fatwa tersebut sudah dijelaskan bahwa mudharib boleh menggunakan atau melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah dan Lembaga Keuangan Syariah tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan atau usaha tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. Dalam hal metode perhitungan bagi hasil yang diterapkan di BMT Tumang ini adalah dengan menggunakan konsep bagi hasil revenue sharing. Revenue sharing yakni perhitungan bagi hasil yang didasarkan atas pendapatan kotor atas usaha kerjasamanya sebelum dikurangi biaya. Dari pernyataan tersebut sudah terlihat jelas bahwa metode perhitungan pelaksanaan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka yang diterapkan
98
di BMT Tumang ini sudah sesuai dengan prinsip syari’ah, hal ini sesuai dengan fatwa DSN-MUI No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syari’ah, karena dalam fatwa tersebut tertulis bahwa pada dasarnya, Lembaga Keuangan Syari’ah boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya dan juga Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini, pembagian bagi hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing) Dalam ketentuan mudharabah telah dijelaskan seperti rukun dan syarat dalam akad mudharabah. Di dawah ini penulis akan mencoba melakukan analisis terhadap praktek bagi hasil mudharabah yang dilakukan oleh BMT Tumang ditinjau secara hukum Islam. 1. Rukun mudharabah, terdiri dari: Adapun rukun dari simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga adalah sebagai berikut: a) Adanya pelaku usaha Yang dimaksud pelaku disini yakni shahibul maal (pemilik modal) dan mudharib (yang menjalankan modal), yang mana shahibul maal yang menitipkan uang atau modalnya kepada pihak BMT Tumang, dan BMT sendiri bebas menggunakan uang tersebut untuk produk pembiayaan bagi anggota nasabah lain yang akan membutuhkan uang tersebut. Selain itu para
99
pelaku usaha ini harus memenuhi 4 kriteria yakni merdeka, baligh, berakal sehat, dan mampu membelanjakan hartanya dengan baik dalam hal yang berguna. Dari penjelasan rukun ini sudah sesuai dengan prinsip syariah seperti yang diterangkan oleh M. Arifin, 2009: 137-138) b) Modal atau amal Harta pokok atau modal dari anggota deposan yang di gunakan BMT
Tumang untuk melaksanakan kegiatan kerjasama
pembiayaan bagi nasabah lain sehingga dapat menghasilkan keuntungan antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Dan modal disini harus bentuk tunai dan juga bukan piutang dan apabila barang tersebut berupa barang maka harud di uangkan dahulu. Dari penjelasan ini, sudah sesuai dengan prinsip syariah seperti yang dijelaskan dalam fatwa DSN-MUI No.03/DSNMUI /IV/2000, karena dalam fatwa tersebut menjelaskan bahwa modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. c) Usaha Akad mudharabah yang terjalin antara dua belah pihak yang bersangkutan yaitu mudharib dengan shahibul maal untuk melakukan suatu kerjasama yang sudah di sepakati antara kedua belah pihak tersebut.Dalam usaha ini BMT Tumang bebas melakukan suatu usaha yang mereka kehendaki asalkan
100
dengan ketentuan syariah.dari pernyataan tersebut sudah sesuai dengan prinsip syariah seperti yang dijelaksn dalam fatwa DSN-MUI No.03/DSN-MUI/IV/2000, karena dalam fawa tersebut menjelaskan bahwa dalam kapasitasnya, bank sebagai mudharib, dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain. d) Keuntungan Pembagian keuntungan yang di berikan pihak BMT Tumang harus sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal dan di tuangkan dalam akad dan harus disetujui antara kedua belah pihak antara shahibul maal dengan mudharib.Dari pernyataan tersebut sudah sesuai dengan prinsip syariah sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.03/DSN-MUI/IV/2000, karena dalam fatwa tersebut menejlaskan bahwa pembagian keuntungan harus dinyatakan dengan nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. e) Ijab Qabul Lafadz atau bukti persetujuan antara kedua belah pihak yang bersangkutan yang ditunjukkan dengan adanya pengisian formulir dari pihak BMT Tumang sebagai bukti kerjasama yang sah.Dari pernyataan ini sudah sesuai dengan prinsip syariah seperti yang di terangkan oleh M. Arifin, 2009: 137-138),
101
karena dalam pernyataan tersebut dijelaskan bahwa ijab dan Qabul ini hal yang paling ppenting dalam suatu kerjasama, apabila ingin menghendaki kerjasama yang sah. 2. Syarat mudharabah, terdiri dari: Adapun syarat dari simpanan mudharabah berjangka di BMT Tumang Cabang Salatiga adalah sebagai berikut: a) Pihak yang berakad: (1) Para pihak yang melakukan akad harus beragama Islam (2) Para pihak yang melakukan akad mudharabah dalam simpanan mudharabah berjangka harus dalam kondisi cakap hukum. Dari ketentuan syarat tersebut di BMT Tumang sudah sesuai dengan prinsip syariah, seperti yang diterangkan oleh M. Arifin, 2009: 137-138) b) Modal Modal disini harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, seandainya modal tersebut berbentuk barang maka barang tersebut harus dihargakan dahulu dengan uang yang(1) beredar, sedangkan apabila modal tersebut berbentuk uang maka uang tersebut harus jumlahnya tunai dan bukan bentuk piutang. Dari penjelasan ini, sudah sesuai dengan prinsip syariah seperti yang dijelaskan dalam fatwa DSN-MUI No.03/DSN-MUI /IV/2000, karena dalam fatwa tersebut menjelaskan bahwa modal harus
102
dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. c) Penentuan nisbah Besarnya nisbah yang ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak.Jadi, angka besaran nisbah muncul sebagai hasil tawar menawar antara shahibul maal dan mudharib. Dengan demikian, angka nisbah bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, dan lain-lain. Tetapi di BMT Tumang ini sudah melakukan kesepakatan antara kedua belah pihak namun dengan kesepakatan baku. Kalau misalnya semua calon nasabah yang akan melakukan transaksi di BMT harus melakukan kesepakatan bersama maka akan memerlukan banyak waktu. Jadi bisaanya para calon nasabah melakukan kesepakatan dengan kesepakatan baku. Karen hal itu bisa lebih mempersingkat waktu. Pernyataan tersebut belum sesuai dengan fatwa DSN-MUI.No.07/DSN-MUI/IV/2000 karena dalam fatwa tersebut tertulis keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.Dan syaratnya harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyarakan satu orang saja, bagian keuntungan proporsional bagin bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati.
103
Syarat dan ketentuan pelaksanaan akad mudharabah pada simpanan mudharabah di BMT Tumang adalah sebagai berikut: (1) Jangka waktu penyimpanna adalah 1,3,6 dan 12 bulan dengan diberikan bagi hasil sesuai ketentuan yang berlaku (2) Penarikan simpanan sebelum jatuh tempo berakhir dikenakan bagi hasil sesuai dengan ketentuan BMT Tumang Cabang Salatiga (3) Bagi hasil akan dibayarkan setiap bulan sesuai tanggal jatuh temponya (4) Jika dikehendaki setelah jatuh waktunya, simpanan ini dapat diperpanjang secara otomatis dengan dikenakan nisbahbagi hasil yang berlaku saat perpanjangan (5) Simpanan atas nama tidak dapat dipindahtangankan, simpanan atas pembawa dapat dipindahtangankan (6) Bila pemilik simpanan meninggal dunia uang simpanannya akan dibayarkankepada ahli warisnya yang sah (7) BMT Tumang Cabang Salatiga menjaminkan seluruh harta dan kekayaannya untuk pembayaran kembali hak pemilik simpanan ini (8) Dalam hal terjadi sertifikat simpanan hilang harus segera melaporkan kepada yang berwajib dan memberitahukan kepada BMT Tumang (membawa surat laporan kehilangan dari kepolisian)
104
(9) Setiap perubahan nama, alamat dan tanda tangan pemilik simpanan harus segera diberitahukan kepada BMT Tumang Cabang Salatiga (10)
Segala sesuatu yang belum diatur dalam ketentuan ini akan
ditetapkan kemudian Berdasarkan
penjelasan
syarat
dan
ketentuan
simpanan
mudharabah di atas yang di lakukan oleh BMT Tumang sudah memenuhi kriteria yang ada dalam hukum Islam dan dalam ketentuan BMT Tumang juga sudah dijelaskan dengan selengkap-lengkapnya. Walaupun juga masih ada sedikit ketentuan yang belum sesuai dengan syariah yaitu dalam pemberian nisbah dalam BMT Tumang tidak di tuangkan dalam pembukaan akad rekening padahal kalau di ketentuan syariah pemberian nisbah langsung dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Tentang Deposito Mudharabah bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip mudharabah. Selanjutnya ketentuan nisbah keuntungan dalam akad mudharabah adalah sebagai berikut: a. Presentase, artinya nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk presentase, bukan dinyatakan dalam betuk nominal tertentu. (Karim: 2011, 2006). Dalam pembagian keuntungan boleh sepakat bahwa 40 % dari keuntungan riil manjadi bagian shahibul maal dan 60% menjadi bagian mudharib atau
105
sebaliknya. Dari pernyataan diatas sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 karena didalam fatwa tersebut
juga
diterangkan
bahwa
bagian
keuntungan
proporsional bagi setiap bank juga harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk presentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
Perubahan
nisbah
harus
sesuai
dengan
kesepakatan. b.
Bagi untung dan bagi rugi, artinya dalam kontrak mudharabah, yang termasuk dalam kontrak investasi return dan timing cash flow tergantung kepada kinerja sector riilnya. Jika laba bisnisnya besar, sebaliknya jika laba bisnisnya kecil, maka mareka akan mendapatkan bagian laba ynga kecil pula. Jadi besarnya keuntungan yang diperoleh bersifat fluktuatif. Jika dalam bisnis akad mudharabah mengalami kerugian dan kerugian yang terjadi hanya murni diakibatkan oleh resiko bisnis bukan akibat kelalaian maupun kecurangan mudharib, maka pembagian kerugian bukan didasarkan atas nisbah, tetapi berdasarkan
porsi
modal
masing-masing
pihak.
Kalau
pernyataan diatas dilakukan dengan kesepakatan antara kedua belah pihak dan tidak ada paksaan maka pernyataan tersebut sudah
sesuai
dengan
fatwa
DSN-MUI
No.
07/DSN-
MUI/IV/2000 karena didalam fatwa tersebut menerangkan
106
bahwa bagian keuntungan bagi setiap pihak harus diketahui dan disepakati pada waktu kontrak dan keuntungan sesuai dengan kesepakatan. c.
Menentukan besarnya nisbah, artinya masing-masing pihak yang berkontrak. Jadi angka besaran nisbah muncul sebagai hasil tawar menawar antara shahibul maal dan mudharib. Dengan demikian, maka nisbah dapat bervariasi, bisaanya antara 50:50, 60:40, 70:30, dan lain-lain. Namun, para ahli fiqh sepakat bahwa nisbah 100:0 tidak diperbolehkan. (Ascarnya: 2012, 207). Untuk analisis perhitungan bagi hasil tersebut, bahwa perhitungan bagi hasil yang dipraktekkan sudah sesuai dengan ketentuan nisbah yang dipraktekkan pada akad mudharabah.
Hal
ini
dikarenakan
nisbah
keuntungan
dinyatakan dalam bentuk prosentase dari keuntungan BMT itusendiri. Namun apabila penyerahan bagi hasil tersebut diberikan di awal maka pernyataan tersebut belum sesuai dengan prinsip Islam, menurut Ibnu Qudamah sebagaimana dikutip oleh Wahbah Zuhaily dalam bukunya Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu bahwa keuntungan adalah kelebihan dari modal pokok, dan sesuatu yang tidak sebagai kelebihan dari modal pokok maka itu tidak disebut keuntungan. Apabila modal pokok belum dikelola atau diputar untuk kegiatan pembiayaan, maka secara otomatis belum ada keuntugan atas modal pokok
107
tersebut. dengan demikian harus ada tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena melakukan investasi dengan memutarkan dana diperlukan waktu yang cukup lama. 3. Bagi hasil simpanan mudharabah berjangka Konsep bagi hasil dan pemberian bonus telah banyak diterapkan oleh lembaga-lembaga keuangan syariah terutama lembaga perbankan syariah yang telah lama ada dan dikenal sebagai bank bagi hasil. Dalam dunia perbankan, bagi hasil diartikan sebagai suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan penerima dana. BMT Tumang sebagai sebuah lembaga keuangan syariah non bank selalu berusaha menerapkan konsep bagi
hasil dalam setiap
operasionalnya. Termasuk diantaranya adalah BMT Tumang Cabang Salatiga yang senantiasa berusaha mempraktekkan sistem bagi hasil pada produk-produk simpanan dan pembiayaan yang ada. Usaha untuk mempraktekkan sistem bagi hasil tersebutlah yang akan penulis analisa dalam bab ini. Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya bahwasannya BMT Tumang Cabang Salatiga adalah sebuah lembaga keuangan yang dalam operasionalnya selalu berusaha menerapkan prinsip-prinsip syariah dengan cara menggunakaan sistem bagi hasil. Dengan sistem bagi hasil ini BMT Tumang berusaha menghimpun dana
108
dari masyarakat luas dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan pinjaman modal untuk usahanya. Dengan demikian maka dapat dikatakan BMT Tumang merupakan sebuah lembaga yang mencoba menggerakkan perekonomian masyarakat tersebut adalah dengan
menyediakan
layanan
simpanan
deposito
berjangka.
Sebagaimana kita ketahui bahwa simpanan deposito berjangka ini merupakan sumber dana yang paling utama dan sangat penting bagi seluruh perusahaan dan lembaga keuangan baik lembaga keuangan konvensional maupun lembaga keuangan syariah. Hal ini dikarenakan sifat dari simpanan tersebut yang mempunyai tempo atau jangka waktu tertentu di dalam penarikannya, sehingga bank atau lembaga keuangan yang menerima simpanan deposito berjangka tersebut dapat efisien dalam memanfaatkan simpanan tersebut, yang mana simpanan deposito tersebut dijadikan sebagai modal untuk menjalankan usahanya. BMT Tumang selalu memberi bagian keuntungan yang adil kepada semua pihak yang terlibat, yaitu nasabah (debitur dan deposan) dan BMT.Keuntungan diperoleh bukan berdasarkan pada bunga yang dihitung terhadap saldo tabungan atau deposito atau pembiayaan, namun persen dari pendapatan riil nasabah debitur dan BMT Tumang itu sendiri. Pendapatan bagi hasil yang diperoleh BMT Tumang berasal dari hasil penempatan dana pihak ketiga melalui pembiayaan. Hasil dari pendapatan tersebut dibagihasilkan kepada nasabah pemilik dana (deposan). Yang perlu diperhatikan bahwa untuk membagihasilkan
109
pendapatan tersebut harus dilihat perbandingan antara jumlah dan yang dikelola – modal sendiri, tabungan, deposito dan kewajiban lainnya dengan
jumlah
pembiayaan
yang
disalurkan.
Apabila
jumlah
pembiayaan lebih kecil dari total dana masyarakat, maka pendapatan tersebut seluruhnya dibagihasilkan antara nasabah dengan BMT Tumang. Sebaliknya jika pembiayaan jumlahnya lebih besar dari total dana masyarakat, maka BMT Tumang juga harus memperoleh bagian pendapatan. Berikut contoh perhitungan bagi hasil deposito oleh nasabah di BMT Tumang Cabang Salatiga: Bapak
Anton
memiliki
Deposito
dengan
Nominal
Rp.
10.000.000,00. Jangka waktu 1 bulan (1 Januari-1 Februari 2016). Nisbah bagi hasil= Deposan 30% : Bank 70%. Jika keuntungan yang diperoleh untuk deposito dalam 1 bulan sebesar Rp. 30.000.000,00 dan rata-rata saldo deposito jangka waktu satu bulan adalah Rp. 950.000.000,00. Maka bagi hasil yang diperoleh Pak Anton pada bulan Februari adalah
Jawab: Rp. (10.000.000 : 950.000.000) x Rp. 30.000.000 x 30%= 94.736,70
Kesimpulan:
Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh deposan bergantung pada:
110
a) Pendapatan BMT b) Nisbah bagi hasil antara nasabah dengan BMT c) Nominal deposito nasabah d) Rata-rata saldo deposan untuk jangka waktu tertentu yang ada pada BMT e) Jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi. Hasil analisis yang didapatkan oleh peneliti tentang perhitungan bagi hasil pada BMT Tumang Cabang Salatiga menggunakan rumus bagi hasil, dimana bagi hasil tersebut didapat dari bagi hasil: saldo rata-rata simpanan mudharabah berjangka : ∑ akumulatif simpanan mudharabah berjangka x Nisbah x Porsi bagi hasil. Untuk presentase nisbah BMT Tumang Cabang Salatiga sudah ditentukan sesuai jangka waktu simpanan mudharabah berjangka. Untuk porsi bagi hasil di dapatkan dari jumlah simpanan mudharabah berjan gka di bagi total sumber dana, dan porsi bagi hasil di dapatkan dari porsi bagi hasil dikalikan pendapatan operasional BMT Tumang sendiri. Bagi hasil yang diperoleh anggota setiap bulannya bisa berubah-ubah sesuai perolehan pendapatan operasional BMT Tumang. Hasil analisis dari penulis ini dapat menyimpulkan bahwa Praktek perhitungan bagi hasil di BMT Tumang ini sudah dikatakan sesuai dengan hukum Islam. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh ( M. Syafi’I Antonio, 2001:144) bahwa rumus praktek bagi hasil
111
yaitu nominal deposito : total deposito x nisbah x keuntungan yang diperoleh. Di samping itu 4. Peruntukan bagi hasil Peruntukan bagi hasil yang dilakukan di BMT Tumang ini yakni untuk kedua belah pihak yang bersangkutan antara shahibul maal (penyedia dana) dan mudharib (yang mengelola dana). Yang mana pihak shahibul maal mengizinkan pihak mudharib untuk menggunakan atau memanfaatkan dana yang simpannya untuk keperluan lain seperti untuk produk-produk pembiayaan bagi anggota nasabah lain yang akan membutuhkannya, yang nantinya akan mendapatkan bagi hasil dari kerjasama tersebut dengan perjanjian yang sudah disepakati di awal. Dari pernyataan tersebut sudah jelas bahwa peruntukan bagi hasil tersebut
sudah
sesuai
dengan
fatwa
DSN-MUI
NO.07/DSN-
MUI/IV/2000 karena dalam fatwa tersebut sudah dijelaskan bahwa keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Dan syaratnya adalah harus diperuntukan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak saja, bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam prosentase nisbah dari keuntungan sesuai kesepakatan.Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan bersama.
112
C. Pengambilan Simpanan Mudharabah berjangka (Deposito berjangka) sebelum jatuh tempo di BMT TUMANG Cabang Salatiga dalam prespektif Hukum Islam Pengambilan Bagi hasil simpanan mudharabah yang sebelum jatuh tempo di BMT Tumang Cabang Salatiga ini berdasarkan pada kesepakatan antara anggota dengan BMT.Kesepakatan tersebut adalah kesepakatan dalam pengambilan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka yang sebelum jatuh tempo ditentukan.Bagi anggota yang ingin mengambil bagi hasilnya sebelum jatuh tempo maka harus mendapatkan persetujuan dari Manager BMT Tumang Cabang Salatiga dan tidak dikenakan denda. Pada prinsipnya simpanan deposito berjangka ini tidak bisa diambil atau dicairkan sebelum jatuh tempo. Namun demikian, pengelola BMT Tumang Cabang Salatiga tidak akan mengenakan pinalti atau denda bagi nasabah yang menarik atau mengambil bagi hasil simpanan mudharabah berjangka sebelum jatuh tempo, akan tetapi dalam hal ini bagi hasil nasabah penyimpan dana tidak diberikan karena menarik atau mengambil bagi hasil yang tidak pada waktu yang sudah ditentukan. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh akad yang digunakan, yaitu akad wadi’ah yad dhamanah, yang dalam akad tersebut nasabah berhak mengambil atau menarik simpanan kapan saja yang ia kehendaki. Akad tersebut diterapkan pada produk deposito dikarenakan simpanan deposito dikategorikan sebagai “titipan” dan nasabah yang wajib diemban dan dijalankan.
113
Berdasarkan akad wadiah yad dhamanah tersebut, maka BMT Tumang Cabang Salatiga berhak untuk mengelola dana yang dititipkan (disimpan) oleh nasabah. Segala resiko yang mungkin terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak BMT Tumang. Namun demikian, nasabah akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil dan bukan pemberian bonus sebagaimana dalam teori wadi’ah dalam ekonomi Islam. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pengambilan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka yang diterapkan oleh BMT Tumang Cabang Salatiga ini belum sesuai dengan prinsip syariah. hal ini bisa dilihat dari pelaksanaan pengambilan bagi hasil simpanan mudharabah berjangka pada BMT Tumang, yang mana dealam ketentuan BMT Tumang ini pengambilan bagi hasil simpanan mudharabah yang sebelum jatuh tempo tidak dikenakan denda, sedangkan dalam ketentuan syariah seperti yang dijelaskan oleh (A. Dahlan, 2012: 150-152) yang menjelaskan bahwa dana deposito pada prinsipnya tidak bole2h diambil sesuai dengan permintaan deposan, kecuali pada tanggal yang sudah disepakati. Akan tetapi jika deposan berkehendak untuk tetap mengambil dan investasi pada tanggal yang tidak sesuai perjanjian maka akan dikenakan “denda” sesuai dengan kebijakan Bank. Berdasarkan analisa data diatas menurut peneliti yang menjadi faktor penghambat dalam terlaksanakannya akad mudharabah tersebut adalah kurangnya sosialisasi tentang fatwa-fatwa yang mengatur tentang simpanan mudharabah.Dalam hal penyampaian fatwa-fatwa disini
114
kurangnya mensosialisasikan kepada masyarakat.Hambatan bagi pihak BMT Tumang sendiri adalah sulitnya menerangkan aturan-aturan yang ada untuk diketahui oleh masyarakat luas, atau lebih tepatnya minimnya pengetahuan dan informasi dari masyarakat. Menurut peneliti sebaiknya shahibul maal (pihak bank) bekerja lebih extra untuk menjelaskan atau memberikan informasi dengan jelas kepada masyarakat tentang peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah agar masyarakat bisa mengetahui peraturan yang sudah ada. Pihak bank (pemilik dana) juga dapat menjalankan kewajibannya sesuai dengan fatwa-fatwa atau ketentuan-ketentaun syariah yang ada.
115
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dalam penelitian sistem bagi hasil pada simpanan mudharabah di BMT Tumang Cabang Salatiga ini, BMT sendiri sudah sudah menerapkan dan melaksanakan bagi hasil pada simpanan mudharabah sesuai dengan hukum Islam tetapi ada juga sedikit ketentaun-ketentuan lainnya yang tidak sesuai dengan hukum Islam. Sistem bagi hasil yang telah diterapkan di BMT Tumang Cabang Salatiga ini antara lain: 1.
Dalam praktiknya BMT Tumang Cabang Salatiga ini mengelola dana simpanan mudharabah anggota sesuai dengan prinsip mudharabah yaitu menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Jadi dana simpanan mudharabah anggota penyimpan dana di BMT Tumang akan dikelola dan dimanfaatkan oleh pihak BMT Tumang dalam bentuk
produk-produk
masyarakat
karena
pembiayaan
pihak
shahibul
yang maal
ditawarkan telah
kepada
sepenuhnya
mempercayakan simpanannya untuk dikelola oleh BMT Tumang dengan harapan untuk mendapatkan bagi hasil. 2.
Ditinjau dari hukum Islam sistem bagi hasil yang dijalankan oleh BMT Tumang selama ini sudah sesuai dengan Hukum Islam. Hal ini dilihat dari cara praktiknya dengan rumus yang sudah sesuai dengan yang dikemukakan oleh M. Syafi’i Antonio sama dengan rumus yang
116
diterapkan di BMT Tumang. Akan tetapi dalam hal pembagian keuntungan di BMT ini belum sesuai dengan syari’ah karena pembagian tersebut tidak langsung dituangkan dalam akad pembukaan rekening, padahal kalau di dalam syariah pembagian keuntungan tersebut dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
B. Saran-saran Setelah mengadakan penelitian dan pengamatn keadaan serta situasi di BMT Tumang Cabang Salatiga, maka peneliti memberikan saran yang bermanfaat bagi KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga untuk kedepannya, antara lain: 1. Meningkatkan strategi pemasaran, misalnya pasar sasaran yang lebih luas, melihat situasi antusiasme mesyarakat terhadap adanya BMT Tumang ini merupakan salah satu keuntungan bagi pihak BMT untuk membuka cabang-cabang baru yang akan membantu masyarakat dalam hal keuangan. Agar masyarakat luas pada umumnya bisa mengetahui BMT Tumang, serta produk-produk apa saja yang ada di KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga tersebut. 2. Lebih memperbanyak sosialisasi produk-produk pembiayaan dan pendanaa, tidak hanya melakukan gebyar-gebyar tetapi juga sosialisasi ke kantor-kantor instansi pemerintah, ke sekolah-sekolah atau ke pasar-pasar tradisional, agar KJKS BMT Tumang lebih dikenal oleh
117
masyarakat, sehingga dapat meningkatkan jumlah nasabah baik pendanaan maupun pembiayaan. 3. Sebaiknya BMT Tumang Salatiga ini dalam menjalankan kegiatan usahanya baik itu yang bersifat penghimpun (funding), pembiayan (landing) maupun jasa (service) harus sesuai dengan ketentuan syari’ah dengan prinsip kehati-hatian agar terwujud bermuamalah yang bebas riba. 4. Lebih meningkatkan kualitas pelayanan yang ramah kepada para anggotanya, sehingga mereka merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. 5. Meningkatkan pemahaman kepada anggota terhadap sistem bagi hasil yang diterapkan oleh BMT supaya pemahaman masyarakat terhadap bagi hasil meningkat dan jelas.
118
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, Nurianto. 2010. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: CV. Al Fabeta Ali, Hasan. 2003. Berbagai Macam Transaksi Dlam Islam (Fiqh Muamalat). Jakarta: PT RajaGrafindo Ali, Zainuddin. 2008.Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Arifin, Muhammad. 2009. Riba & Tinjauan Perbankan Syariah. Bogor: CV. Darul Ilmi. Bukhari, Imam. 1992. Shahih Bukhari, Juz III. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah Dahlan, Ahmad. 2012. Bank Syariah Teoritik Praktik Kritik. Yogyakarta: TERAS Djazuli dan Yadi Janwari. 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan. Jakarta: PT RajaGrafindo DSN MUI&BI.2006. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Ciputat: CV. Gaung Persada Eko Daryani. 2011. Dalam tugas akhirnya yang membahas tentang “Sistem dan Prosedur Simpanan di BMT Berkah Makmur.” Ghofur, Abdul. 2007. Payung Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: UII Press Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offse Heri, Sudarsono. 2003.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: EKONISIA Hirsanuddin. 2008.Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: GENTA PRESS Irma Suryani. 2005. Dalam penelitiannya yang berjudul “konsep dan aplikasi system bagi hasil deposito mudharabah study kasus pad BMT Fajar Sidiq”. Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Kashmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada .2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada .2004.Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Lewis, Marvyn K. 2007. Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek. Jalarta: PT. Serambi Ilmu Semesta Lubis, Suharwadi. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: sinar Grafika Martono. 2004. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia Mawasid, Suryo W. 2012. Dalam penelitiannya yang berjudul “Tinjauan hukum islam terhadap pengelolaan dana deposito syriah di BNI Cabang Surakarta” Moloeng, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Muhammad. 2000. Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII Press . 2001. Teknik Perhitungan Bagi hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press . 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: AMP YKPM Mujieb, M Abdul. 1994. Kamus istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus. Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta: GRAHA ILMU Ridwan, Muhammad. 2007. Kontruksi Bank Syariah Indonesia. Yogyakarta: Pustaka SM Rivai.2007. Memasyarakatkan Ekonomi Syariah dan Mensyariahkan Ekonomi Masyarakat. Jakarta: PT RajaGarafindo Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Beirut: Dar al-Falah al-Arabiyah Sudjana, Nana. 1998. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeti Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT RajaGrafindo Sumar’in. 2012. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: GRAHA ILMU
Sumitro, Warkum. 1997. Asas-asas Perbankan Islam dan lembaga-lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Ustman, Sabian. 2014. Metodologi Penelitian Hukum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wibowo, Edi & Widodo, Untung. 2005. Mengapa memilih Bank Syari’ah. Bogor: Ghalia Indonesia Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bnak Syari’ah. Jakarta: PT Grasindo Yaya, Rizal. dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarat: Salemba Empat Yuliana Resti. 2011. Dalam penelitiannya yng berjudul “Produk tabungan Muamalat di Bank Muamalat Indonesia Capem Salatiga” Zuhaily, Wahbah. 1989. Fiqih Islam 7, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie alKattami dkk dalam “al-Islam wa Adilatuhu” jilid IV. Damaskus: Darul Fikr Referensi Website: (http://rudyyalianto.wordpress.com) http://economicvalueoftime.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-skema-dan-contohmudharabah_1545.html
DAFTAR NILAI SKK
Nama
: Fitriyatuz Zahroh
NIM
: 214-12-022
Jurusan
: Syari’ah
Fakultas
: Hukum Ekonomi Syari’ah
Jenis SKK
: Sertifikat Kegiatan
No 1
Tanggal 05-07 September
Kegiatan
Penyelenggara
Sebagai
Nilai
OPAK STAIN Salatiga
DEMA STAIN Salatiga Peserta
3
08-09 September
OPAK Jurusan Syari’ah
HMJ Syari’ah STAIN
Peserta
3
2012
STAIN Salatiga
Salatiga
3
10 September 2012
Orientasi Dasar Keislaman
CEC dan ITTAQO
Peserta
2
4
11 September 2012
Seminar Entrepreneurship dan
Mapala MITAPASA
Peserta
2
Koperasi
dan KSEI STAIN
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
3
2012 2
Salatiga 5
12 September 2012
Achievment Motivation
JQH dan LDK STAIN
Training Dengan AMT,
Salatiga
bangun karakter Raih Prestasi 6
13 September 2012
Library User Education
UPT Perpustakaan STAIN Salatiga
7
8
13 Oktober 2012
17 Oktober 2012
Satu Malam Meningkatkan
HMJ Syariah STAIN
Integritas Mahasiswa Syari’ah
SALATIGA
Mewujudkan potensi berbahasa ITTAQO STAIN dengan Musabaqah Lughoh
SALATIGA
“Arobiyah” (MLA) I 9
27-28 Oktober
Akulturasi Bahasa Arab dalam
ITTAQO STAIN
2012
menjaga khazanah keilmuan
SALATIGA
Islam Mutakhir 10
11
29 November 2012
1 Desember 2012
Peran Lembaga Perbankan
Seminar Nasional
Peserta
8
Syari’ah dengan adanya
HMJ Syari’ah STAIN
otoritas jasa keuangan
SALATIGA
Muslimah sejati, tetap gaul tapi
LDK STAIN Salatiga
Peserta
2
Penyelesaian sengketa
Progdi Hukum
Peserta
2
Ekonomi Syariah dalam
Ekonomi Syariah
Prespektif Hukum Positif dan
(HES)
KSEI STAIN Salatiga
Peserta
3
Pendidikan Tingkat lanjut
KSEI STAIN
Peserta
3
KSEI atau sharia Economics
SALATIGA
Peserta
6
Peserta
8
syar’i 12
17 Desember 2012
Syariah 13
4 Februari 2013
Dalam Diklat Ekonomi Islam (DEI) atau sharia Economi Tranning 1 yang Bertema “Mencetak Generasi Mahasiswa, Penggerak Roda Perekonomian Islam”
14
30 Maret 2013
Training 2 Feat Magang di BMT Rama Salatiga dengan Tema “Membangun, Integritas, Mentalitas dan Komitmen Ekonomi Robbani” 15
16
30 April 2013
4 Juni 2013
Perjuangan Kaum Perempuan
Seminar Nasional oleh
dalam Kesetaraan Hukum
Lembaga Percik
Islam di Indonesia
Salatiga
Sharia Economics Festival
Seminar Nasional oleh
“Indonesia will Grow and
KSEI STAIN Salatiga
Shine With Sharia Economics”
17
18
27 Juni 2013
21 September 2013
Penyesuaian Harga BBM
Seminar Nasional HMJ
Peserta
8
Bersubsidi
Syariah
Grand Opening UK-UK (Unit
KSEI STAIN Salatiga
Peserta
2
“Sosialisasi UU No. 1 th 2013,
Sosialisasi dan
Peserta
8
peran serta Fungsi OJK”
Silaturrahim Nasional
“Peran pemerintah dalam
HMJ Tarbiyah dan
pengawasan LKM (Lembaga
HMJ Syariah STAIN
Keuangan Mikro)”
Salatiga
Diklat Ekonomi Islam (DEI)
KSEI STAIN Salatiga
Panitia
3
Komitmen Politik Islam dalam
Lembaga Dakwah
Peserta
2
Menata Arah masa Depan
Mahasiswa Islam
Bangsa Indonesia
(LDMI)
Kegiatan Usaha KSEI) 19
20
30 September 2013
20 Oktober 2013
dengan tema Be The Generation of Sharia Econimics 21
15 Maret 2014
22
09 Mei 2014
Pelatihan Karya Tulis Ilmiah
KSEI STAIN Salatiga
Panitia
3
23
13 Oktober 2014
Sekolah Pasar Modal Syari’ah
KSEI STAIN Salatiga
Panitia
2
24
14 Oktober 2014
Tabligh Akbar “Membangun
KSEI STAIN Salatiga
Panitia
2
Optimalisasi Sumber Daya
Seminar Nasional oleh
Panitia
8
Insani Terhadap Lembaga
KSEI STAIN Salatiga
Panitia
3
Karakter Mahasiswa Islamic Entepreneurship”
25
14 Oktober 2014
Keuangan Syariah
26
07 Desember 2014
Pendidikan Anggota Dasar
Al-Khidmah Kampus
(PAD) AL-KHIDMAH
Kota Salatiga
Kampus Kota Salatiga
26
13 Desember 2014
Seminar Regional yang
KSEI STAIN
bertema “Membangun karakter
SALATIGA
Peserta
6
Panitia
8
Peserta
8
Peserta
2
kepemimpinan KSEI dalam akselerasi pembumian ajaran Islam di Bidang Ekonomi” 26
13 Oktober 2015
Peran Sistem Ekonomi Islam
Seminar Nasional oleh
dalam meningkatkan Stabilitas
KSEI STAIN Salatiga
Ekonomi Global dengan Mensinergikan Sektor Riil dan Sektor Keuangan 27
28
4 November 2015
02 Juni 2016
Perbankan Syari;ah di
Seminar Nasioal oleh
Indonesia antara teori dan
HMJ Hukum Ekonomi
praktik
Syariah
Kuliah Umum Fakultas
Fakultas Syariah IAIN
Syariah IAIN Salatiga
Salatiga
“Gerakan Revivalis Islam Modern dan Perkembangan Hukum di Indonesia JUMLAH
118
Salatiga, 22 Agustus 2016 Mengetahi, Wakil Dekan Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama