TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL DEPOSITO WADI’AH ( Studi Kasus di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh : ABDUL GHOFIR ISMAIL NIM: 210316 6
JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARI’AH Jl. Prof. Dr. Hamka Km. II Ngaliyan Telp. 7601291 Semarang 50185
NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks. Hal : Naskah Skripsi a.n. Sdra. Abdul Ghofir Ismail
Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Wasilsongo Di-Semarang Assalmu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara : Nama
: Abdul Ghofir Ismail
NIM
: 2103166
Judul
: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL DEPOSITO WADI’AH (Studi Kasus di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Tegal)
Dengan ini kami mohon kiranya naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqasahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 13 Januari 2009 Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Nur Khoirin, M.Ag NIP. 150 254 254
Rahman El-Junusy, SE, MM NIP. 150 301 637
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS SYARI’AH SEMARANG JL. Prof. Dr. Hamka (Kampus III) Ngaliyan Semarang Telp. (024) 7601291
PENGESAHAN Skripsi Saudara
: Abdul Ghofir Ismail
Nomor Induk
: 2103166
Judul
: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL DEPOSITO WADI’AH (Studi Kasus di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna).
Telah memunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude / baik / cukup, pada tanggal : 28 Januari 2009 Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 tahun akademik 2008/2009
Semarang, 28 Januari 2009 Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
H. Ahmad Izzuddin, M. Ag NIP. 150 290 930
Rahman El-Junusy, SE, MM NIP. 150 301 637
Penguji I
Penguji II
DR. Imam Yahya, M.Ag NIP. 150 275 331
Muhammad Saifullah, M.Ag NIP. 150 276 621
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Nur Khoirin, M.Ag NIP: 150 254 254
Rahman El-Junusy, SE, MM NIP. 150 301 637
MOTTO
Allah Yang Menghendaki Untukmu Kelapangan Dan Allah Tidak Menghendaki Untukmu Kepicikan Dan Kesukaran
PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya ilmiah ini kepada orang-orang yang telah memberikan arti dalam hidupku Yang tercinta bapak dan ibuku Terima kasih atas kasih sayang dan do’a restumu yang tiada henti membuat Allah membukakan pintu rahmat-Nya hingga jerih payah dan usaha ini telah tampak dilihat mata. Dan semoga tiada kan sia-sia. Untuk adik-adikku tersayang Yang selalu mendo’akan dan memberikan dorongan Untuk mencapai kesuksesan inilah langkah awal kesuksesanku Untuk semua sahabatku Kau telah menjadi bagian hidupku. Thanks atas semua kebaikan, pengorbanan, support dan do’a Yang kau panjatkan demi kesuksesan kita semua Dan pada akhirnya, ………… Kupersembahkan karya sederhana ini Untuk segala ketulusan kalian semua Semoga apa yang telah menjadi harapan kan jadi kenyataan Amien ………
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 15 Januari 2009 Deklarator,
Abdul Ghofir Ismail 2103166
ABSTRAK Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (Field Research) dalam bentuk studi kasus, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sumber data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui metode: interview dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh tersebut penulis dapat mendeskripsikan praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah muawanah MWC NU Adiwerna. Dimana dalam prakteknya BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna berusaha mempraktekan bagi hasil dalam simpanan deposito berjangka yang berakadkan wadi’ah yad damamah, sedangkan kerjasama dalam bentuk akad wadi’ah yad damamah tidak mengenal adanya bagi hasil sebagaimana dalam akad lainnya seperti akad mudharabah, karena dalam akad wadi’ah yad damamah hanya mengenal pemberian bonus atau hibah kepada si penitip. Dan dalam sistem perhitungan bagi hasil deposito wadi’ah-nya pun pengelola BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna menggunakan persentase dari uang yang didepositokan. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan penulis analisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Sehingga penulis dapat menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sebagai hasil dari penelitian. Dari analisis yang penulis lakukan tersebut dapat dikatakan bahwa praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah muawanah MWC NU Adiwerna adalah bertentangan dengan prinsip bagi hasil dalam ekonomi Islam. Karena menggunakan persentase dari besarnya nilai simpanan. Bukan dengan membagikan profit atau keuntungan sesuai porsi yang disepakati. Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat penulis sarankan − Pengelola BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna hendaknya belajar dari lembaga keuangan syariah lain yang telah berhasil menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang berlaku. − BMT Syirkah Muawanah MWC NU hendaknya meningkatkan kinerja para personilnya melalui peningkatan pengembangan SDM. − DPS BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, hendaknya mengawasi dan mengatur ketentuan-ketentuan syariat yang berlaku. Sehingga dalam setiap kebijakan yang akan diambil tidak melenceng dari hukum syariat.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah wa syukurillah, senantiasa kami panjatkan ke hadirat Rabbul Izzati, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya, sehingga sampai saat ini kita masih mendapat ketetapan iman dan Islam. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepangkuan Rasul Akhiruzzaman yakni Sayyidina wa Habibina Rasulullah Muhammad SAW pembawa rahmat bagi makhluk sekalian alam, keluarga, sahabat dan para tabi’in serta kepada kita umatnya, semoga kita mendapat pertolongan di hari akhir (kiamat) nanti. Dalam penyelesaian skripsi ini tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2.
Bapak Dr. H. Muhyiddin, M.A selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
3. Bapak Drs. Nur Khoirin, M.Ag dan Bapak Rahman El-Junusi SE, MM selaku Pembimbing penulis. 4. Para Dosen Pengajar Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Slamet Ibnu Tafsir beserta para Staf BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna yang telah meluangkan waktunya membantu penulis memberikan keterangan dan data-data penelitian. 6. Berbagai pihak yang secara tidak langsung telah membantu baik moral maupun materi dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal A’lamin.
Semarang, 15 Januari 2009
Abdul Ghofir Ismail 2103166
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................
i
Halaman Nota Pembimbing ................................................................................. ii Halaman Pengesahan............................................................................................ iii Halaman Deklarasi ............................................................................................... iv Halaman Motto ..................................................................................................... v Halaman Persembahan . ....................................................................................... vi Halaman Abstraksi .............................................................................................. . vii Halaman Kata Pengantar ...................................................................................... viii Halaman Daftar Isi ............................................................................................... x
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 5 D. Telaah Pustaka............................................................................ 6 E. Metode Penelitian ....................................................................... 10 F. Sistematika Penulisan Skripsi..................................................... 13
BAB II
: WADI’AH DAN KONSEP BAGI HASIL DALAM ISLAM A.
WADI’AH 1. Pengertian Wadi’ah ............................................................... 15 2. Dasar Hukum Wadi’ah ........................................................... 17 3. Rukun Dan Syarat Wadi’ah.................................................... 18 4. Macam-Macam Wadi’ah ........................................................ 19
B.
KONSEP BAGI HASIL DALAM ISLAM 1. Pengertian Bagi Hasil ............................................................ 22 2. Dasar Hukum Bagi Hasil .......................................... ..............26 3. Macam-Macam Bagi Hasil .................................................... 26 4. Praktek Bagi Hasil Pada Produk Deposito . .......................... . 31
BAB III : PRAKTEK BAGI HASIL DEPOSITO WADI’AH DI BMT SYIRKAH MUAWANAH MWC NU ADIWERNA A. Profil BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna .............. 40 B. Produk-Produk Serta Prosedur Pembukaan Rekening di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna ................................. 44 C. Operasional Deposito Wadi’ah Di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna .................................................................. 51 D. Praktek Bagi Hasil Deposito Wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna ............................................... 56
BAB VI : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL DEPOSITO WADI’AH DI BMT SYIRKAH MUAWANAH MWC NU ADIWERNA A. Analisis Terhadap Praktek Bagi Hasil Deposito Wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna ........................ ..59 B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Bagi Hasil Deposito Wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna .... .64
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................. 69 B. Saran-Saran................................................................................. 70 C. Penutup ....................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Aljaziri, Abdurrahman, Kitabul Fiqh A’la Madzahibil Arba’ah, Beirut: Dar Alkutub Ala’lamiyah, tth, Juz III. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001. Arifin, Zaenul, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, Jakarta: Alva Bet, 2000.Hosen, Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Brosur BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Data Rekapitulasi Deposito Tahun 2008 Per Tanggal 5 Desember 2008. Data Syarat dan Ketentuan Pembukaan Rekening Deposito Berjangka di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Terj. Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Semarang: PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lambaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-1, 2002. Fathoni, Abdurrohmat, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006. Ilmi, Makhalul, Teori Dan Praktek Mikro Keuangan Syariah: beberapa permasalahan dan alternatif solusi, Yogyakarta: UII Press, 2002. Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz III, Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyah, 1992. Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah: Konsep, Produk dan Implementasi Operasional, Jakarta: Djambatan, 2001. Karim, Adiwarman A., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Lewis, Mervyn K., dan Latifa M. Algaoud (Penj. Burhan Subrata), Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007. Moeleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT.Remaja Rosda Karya, Cet-14,2001. Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, Cet, Ke-1, 2000. Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2001. Nadratuzzaman, Muhammad, Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah, Jakarta: PKES, 2006. Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cet. ke-6, 1993. Pasaribu, Chairuman dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1996. Ridwan, Muhammad, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, Yogyakarta, Pustaka SM, 2007. Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: EKONOSIA, 2004. Sunan At- Tirmidzi, Jami’us Shahih, Beirut Libanon, Dar Al-Kutub Al- Amaliah, Jilid III. Wawancara dengan Ahmad Tasripin pada Tanggal 23 Desember 2008 di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Wawancara dengan Izzah Ariani pada Tanggal 23 Desember 2008 di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Wawancara dengan Slamet Ibnu Tafsir selaku Manager BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna pada Tanggal 14 Agustus 2008. Wibowo, Edi dan Untung Hedi Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Wiroso, Penghimpunan Dana & Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Abdul Ghofir Ismail
Tempat/Tgl lahir
: Tegal, 24 September 1984
Alamat Asal
: Ds. Ujungrusi Rt.08/Rw.01 Kec. Adiwerna Kab. Tegal
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Jenjang Pendidikan 1. SDN 06 Ujungrusi Kec. Adiwerna Kab. Tegal, lulus tahun 1997 2. MTs NU Putra 1 Buntet Pesantren Kec. Astanajapura Kab. Cirebon, lulus tahun 2000 3. MANU Putra Buntet Pesantren Kec. Astanajapura Kab. Cirebon, lulus tahun 2003
Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang Program SI Jurusan Muamalah Angkatan 2003
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 15 Januari 2009 Hormat saya,
Abdul Ghofir Ismail NIM: 2 1 0 3 1 6 6
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Baitul Mal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, BMT tumbuh atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.1 Peran dari Baitul Mal wat Tamwil2 di dalam kehidupan masyarakat sangat signifikan, karena BMT merupakan salah satu lembaga keuangan syariah yang dapat menjadi motor penggerak dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat, selain itu, BMT dapat dijadikan sebagai penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan kaum dhu’afa (miskin). Pada dasarnya Baitul Mal wat Tamwil merupakan salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam pengembangan perekonomian umat yang lemah menjadi suatu ekonomi yang benar-benar
1
Muhammad Nadratuzzaman Hosen, Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah, Jakarta: PKES, 2006, hlm. 24. 2 Baitul Mal wat Tamwil terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Mal dan Baitul Tamwil. Baitul Mal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan Baitul Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: EKONOSIA, 2004, hlm. 96.
1
2
kuat serta dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat khususnya kepada masyarakat yang mempunyai usaha-usaha kecil. Baitul Mal wat Tamwil sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang berprinsip syariah dikenal sebagai sebuah lembaga keuangan swadaya masyarakat. Karena BMT lahir dan dikembangakan oleh masyarakat dan sangat strategis serta efektif dalam upaya memberdayakan ekonomi masyarakat kecil. dibentuk bertujuan untuk memobilisasi dana masyarakat, untuk selanjutnya dikelola dan dimanfaatkan guna kesejahteraan masyarakat. Dengan eksisnya BMT diharapkan dapat mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha mikro dan juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bermuamalah secara benar dan sesuai dengan prinsipprinsip syariah dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam berbisnis. Dapat dikatakan, BMT merupakan salah satu lembaga keuangan syariah non bank yang sangat pesat dalam perkembangannya, terhitung dari hanya satu BMT pada tahun 1992 kini sudah mencapai ribuan yang tersebar di Indonesia.3 Salah satu BMT yang kini ada adalah BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. BMT Syirkah Muawanah Adiwerna didirikan atas prakasa pengurus MWC NU Adiwerna yang bertujuan untuk menopang ekonomi kelas bawah sekaligus sebagai wujud kepedulian masyarakat bersama-sama pemerintah membangun Indonesia agar mampu dan bangkit menghadapi krisis nasional yang berkepanjangan.4
3
Zaenul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, Jakarta: Alva Bet, 2000, hlm. 134. 4 Brosur BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.
3
BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna banyak memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan produk kepada masyarakat. Produk yang disediakan tersebut dapat berupa produk simpanan maupun produk pembiayaan, salah satu produk simpanan yang ada adalah produk deposito berjangka, dengan variasi jangka waktu 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Produk deposito berjangka tersebut dijalankan dengan menggunakan akad wadiah yad dhamanah dan dalam pemberian keuntungan menggunakan mekanisme bagi hasil. Perhitungan bagi hasil tersebut adalah dengan menggunakan persentase dari uang yang didepositokan. Oleh karena itu keuntungan yang akan diperoleh deposan tergantung dari besar kecilnya uang yang dititipkan dan besarnya bagi hasil yang akan diterima nasabah akan sama jumlahnya setiap bulan. Pada lembaga keuangan syariah simpanan deposito berjangka ini biasa menggunakan akad mudharabah yang lebih dikenal dengan nama deposito mudharabah. Menurut Muhammad di dalam bukunya “ Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah” bahwa mudharabah
adalah
simpanan
masyarakat
di
bank
Deposito
syariah
yang
pengambilannya sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh bank syariah. Variasi deposito ini diklasifikasikan ke dalam deposito: 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.5 Praktek bagi hasil pada produk deposito wadi’ah yang ada di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, sebagaimana diterangkan diatas 5
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2001, hlm. 7.
4
secara sepintas terlihat berseberangan dengan prinsip bagi hasil dalam ekonomi Islam, dimana dalam bagi hasil pada semua produk mempunyai karakteristik seperti: Tidak diperbolehkan menjanjikan keuntungan secara pasti di muka, penentuan keuntungan yaitu pada waktu akad dengan pedoman kemungkinan untung rugi dan besarnya persentase adalah berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. Dan juga dalam semua produk yang berprinsipkan wad’iah tidak menggunakan perhitungan bagi hasil akan tetapi hanya pemberian bonus semata. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis bermaksud mengadakan sebuah penelitian terhadap praktek bagi hasil pada produk deposito berjangka dengan akad wadi’ah yad damamah yang ada di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Dengan judul TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL DEPOSITO WADI’AH (Studi Kasus di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. 2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.
5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Dalam penulisan skripsi ini memiliki tujuan dan manfaat yang berpijak pada landasan tersebut diatas, maka terdapat beberapa hal yang hendak dicapai penulis: 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimanakah praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. b. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Lembaga i. Memberi masukan yang berharga bagi pengelola dan pengurus BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. ii. Sebagai rujukan untuk menetapkan kebijakan dimasa yang akan datang. b. Bagi Masyarakat i. Sebagai kontribusi wawasan kepada berbagai pihak terutama akademisi dan praktisi mengenai pola penerapan bagi hasil yang telah di transformasikan dalam perekonomian syariah. ii. Sebagai wacana dalam upaya mentransformasikan teori bagi hasil dalam produk deposito berjangka di BMT Syirkah Muawanah MWC
NU
Adiwerna,
sekaligus
sebagai
acuan
dalam
6
mengaktualisasikan lembaga pelaksana ekonomi syariah yang ideal pada masa yang akan datang.
D. Telaah Pustaka Dengan bermunculannya lembaga-lembaga keuangan syariah pada saat ini, maka bermunculan pula para pemikir Islam serta ekonom-ekonom Islam yang menuangkan karyanya mengenai lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut. Karya-karya tersebut dituangkan melalui literatur-literatur tertulis maupun melalui sebuah buku. Hal ini tentu akan bermanfaat sekali bagi penulis, karena nantinya dapat jadikan sebagai sebuah referensi guna mendukung penulisan skripsi ini. Diantara buku-buku tersebut antara lain : 1. Muhammad dalam bukunya yang berjudul “Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada Bank Syari’ah” dalam buku ini dijelaskan tentang pengertian dan peranan bank syariah serta menjelaskan tentang teori bunga dan bagi hasil, menurutnya, pada mekanisme lembaga keuangan syariah pendapatan (keuntungan) yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah bukan untuk kepentingan pribadi mudharib. Keuntungan bersih harus dibagi antara shahibul maal dengan mudharib sesuai dengan proporsi yang telah disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar kembali. Jika ada
7
pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian keuntungan di muka. 2. M. Syafi’i Antonio dalam bukunya yang berjudul “ Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek ” buku ini menjelaskan tentang aplikasi akad-akad syariah dalam perbankan syari’ah. Menurutnya prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan. Prinsip bagi hasil ini dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu almusyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah dan al-musaqah. Meskipun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzara’ah dan al-musaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank. 3. Sutan Remy Sjahdeini dalam bukunya yang berjudul “Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Indonesia”. Dalam buku ini dijelaskan tentang jasa-jasa perbankan Islam yang salah salah satunya adalah transaksi yang berdasarkan akad mudharabah. Menurutnya, dalam perbankan Islam perjanjian Mudharabah telah diperluas meliputi tiga pihak : (1) para nasabah penyimpan dana (depositors) sebagai shahib Almaal, (2) bank sebagai suatu intermediary dan (3) pengusaha sebagai mudharib yang membutuhkan dana. Bank bertindak sebagai pengusaha (mudharib) dalam hal bank menerima dana dari nasabah penyimpan dana
8
(mudharib), dan sebagai shahibul maal dalam hal bank menyediakan dana bagi para nasabah debitor selaku mudharib. 4. Siddiq M. Nejatullah dalam bukunya yang berjudul “Kemitraan Usaha Dan Bagi Hasil Dalam Hukum Islam” buku ini membahas ketentuanketentuan tentang syirkah dan mudharabah, pembagian keuntungan dan pertanggungjawaban atas kerugian didalam perusahaan bersama, atas pengoperasian bisnis dalam perusahaan bersama, pertanggungjawaban keuangan para mitra usaha, masa kontrak, kontrak syirkah atau mudharabah dalam produksi industri. Untuk menghindari adanya duplikasi maka dalam sub bab ini akan disertakan beberapa karya yang ada relevansinya dengan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Widiyanto (2101200) dalam skripsinya yang berjudul “Praktek Bagi Hasil Dalam Investasi Mudharabah” (Studi Kasus di BMT Tumang Boyolali)
dalam
skripsinya
menerangkan
bahwa
Pembiayaan
mudharabah yang dilakukan oleh BMT Tumang Kab. Boyolali menggunakan dua cara yaitu: i. Dengan sistem jatuh tempo, yaitu pengembalian mudharabah beserta bagi
hasilnya
dilaksanakan
satu
kali
sesuai
dengan
kesepakatan/waktu yang ditentukan, keuntungan yang dibagi hasilkanpun adalah keuntungan riil sehingga pembiayaan dengan sistem ini sah dan sesuai dengan prinsip-prinsip akad mudharabah.
9
ii. Dengan sistem angsuran, yaitu pembiayaan mudharabah yang pengembalian modal mudharabah beserta bagi hasilnya dilakukan dengan dicicil, baik perminggu atau perbulan sesuai dengan waktu yang disepakati, akan tetapi pembiayaan mudharabah dengan system ini belum sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam akad mudharabah, karena keuntungan yang dibagi hasilkan bukanlah keuntungan
riil
melainkan
keuntungan
tetap
yang
telah
diproyeksikan di awalkontrak. 2. Nada Rochmatin (2100140) dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perhitungan Profit Sharing dalam Investasi di Bank Syariah Mandiri Cabang Semarang” BSM Cabang Semarang menghimpun dana untuk diinvestasikan kepada pihak ketiga dengan sistem bagi hasil mudharabah, dengan menggunakan metode revenue sharing dalam penghitungannya, yakni pendapatan bank (laba kotor), bukan profit yang diterima bank atau pendapatan bank setelah dikurangi biaya-biaya operasional bank (laba bersih). Disisi lain dalam pengambilan nisbah bagi hasil, di awal transaksi BSM Cabang Semarang menentukan besarnya prosentase nisbah tanpa ada akad tawar menawar dengan pihak investor dan bersifat tidak tetap dalam 1 tahun. Hal ini dilakukan oleh pihak bank dengan mempertimbangkan tingkat persaingan bank, kelebihan atau kekurangan dana operasional dan target pendapatan bank.
10
3. Aji Agus Efendi (219803) dalam skripsinya yang berjudul “Studi Analisis Terhadap Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil dan Profitabilitas di BMT Al-Ihwal Tegal”. Dalam skripsi ini dibahas mengenai sistem bagi hasil profitabilitas (Kondisi Keuangan dan Penghasilan) di BMT. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa profitabilitas yang diperoleh BMT Al-Ihwal tidak mengalami perubahan baik dalam kondisi krisis moneter maupun tidak.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dalam bentuk studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala obyektif yang terjadi di lokasi tersebut.6 Dalam hal ini yang menjadi lapangan penelitian adalah BMT Syirkah Muawanah Adiwerna Tegal. Dengan fokus penelitian adalah Praktek Bagi Hasil Deposito wadi’ah. 2. Jenis Data Adapun data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder:
6
Abdurrohmat Fathoni, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, hlm. 96.
11
a. Data Primer Data primer adalah sumber data yang berbentuk kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai,7 sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan pengelola BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna mengenai praktek bagi hasil dalam produk deposito wadi’ah. b. Data Sekunder Data Sekunder merupakan sumber data tambahan yang bersumber dari sumber data yang tertulis di luar data primer, seperti: buku, arsiparsip, majalalah ilmiah dan dokumen-dokumen resmi lainnya.8 Data ini diperoleh dari buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian, dalam hal ini ialah buku atau dokumen yang berkaitan dengan BMT dan produk depositonya. 3. Cara Pengumpulan Data a. Interview Interview (Wawancara) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer)
untuk
memperoleh
informasi
dari
terwawancara.9 Wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh mengenai praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.
7
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, Cet-14,2001, hlm. 112. 8 Ibid, hlm. 113 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm. 132.
12
Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung terhadap pengelola dan DPS BMT
Syirkah Muawanah
MWC NU Adiwerna mengenai hal-hal yang berkaitan dengan produk deposito. Seperti prosedur untuk menjadi nasabah, praktek bagi hasil deposito wadi’ah yang ada di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan sumber data berupa tulisan pribadi, suratsurat dan dokumen resmi. Metode ini dimaksudkan untuk menggali data kepustakaan dan konsep-konsep serta catatan-catatan yang berkaitan dengan bagi hasil deposito baik yang berasal dari kitab fiqih klasik maupun dari pendapat ulama kontemporer. Dokumentasi dimaksudkan untuk mendapatkan dokumen tertulis seperti: formulir, brosur, sertifikat nasabah deposito yang ada di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. c. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran.10 Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang operasional produk deposito wadi’ah BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.
10
Abdurrohmat Fathoni, Op cit, hlm. 104.
13
4. Metode Analisa Data Metode yang digunakan untuk menaganalisa data pada penelitian ini ialah: Metode deskriptif analitis yaitu sebuah metode dimana prosedur pemecahan penelitian yang diselidiki dengan menggambarkan dan melukiskan subyek atau obyek pada seseorang atau lembaga pada saat sekarang dengan berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya.11 Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian, sehingga mendapat kesimpulan atau kejelasan hukum Islam terhadap praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT
Syirkah
Muawanah MWC NU Adiwerna apakah sesuai dengan hukum Islam atau tidak.
F. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika Penulisan berfungsi untuk menyatakan garis besar pada masing-masing bab yang saling berurutan. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh penelitian yang ilmiah dan sistematis. Skripsi ini tersusun atas lima bab, yang mana masing-masing bab akan membahas persoalan sendirisendiri. Namun dalam pembahasan keseluruhan antara bab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan tiap-tiap bab akan terdiri dari beberapa sub bab. Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini adalah : BAB I :
Memuat abstraksi segala pokok permasalahan yang diharapkan bisa mengantarkan penulis ke arah tujuan pembahasan skripsi, bab
11
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cet. ke-6, 1993, hlm. 63.
14
ini terdiri dari: Pendahuluan, Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II:
Membahas mengenai wadi’ah yang meliputi: Pengertian wadi’ah, dasar hukum wadi’ah, rukun dan syarat wadi’ah, macam-macam wadi’ah, dan juga berisi tentang konsep bagi hasil dalam Islam yang meliputi: pengertian bagi hasil , dasar hukum bagi hasil, macam-macam bagi hasil, praktek bagi hasil pada produk deposito mudharabah
BAB III:
Praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syrirkah Muawanah MWC NU Adiwerna yang meliputi: Profil BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, produk-produk serta prosedur pembukaan rekening di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, operasional deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna
BAB IV: Tinjauan hukum Islam terhadap praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Yang berisi tentang: Analisis hukum Islam terhadap praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT
Syirkah Muawanah MWC NU
Adiwerna. BAB V:
Penutup, bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan, saran-saran kemudian penutup.
BAB II WADI’AH DAN KONSEP BAGI HASIL DALAM ISLAM
A Wadi’ah BMT dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Salah satu prinsip operasional syariah yang dapat diterapkan dalam penghimpunan dana dari masyarakat ini adalah prinsip wadi’ah.
1. Pengertian Wadi’ah a. Secara Etimologi Wadi’ah ( )ودﻳﻌ ﻪsecara etimologi
1
ﻣ ﺎ وﺿ ﻊ ﻋﻨ ﺪ ﻏﻴ ﺮ ﻣﺎﻟﻜ ﻪ ﻟﻴﺤﻔﻈ ﻪ
yang artinya memanfaatkan sesuatu di tempat yang bukan pada pemiliknya untuk dipelihara. b. Secara Terminologi Secara terminologi banyak ulama yang mendefinisikan wadi’ah, baik ulama madzhab maupun ulama kontemporer, antara lain :
Menurut ulama Hanafiyah : 2
ﻳﺴﻠﻂ ﺷﺨﺺ ﻏﻴﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﺣﻔﻂ ﻣﺎﻟﻪ ﺻﺮﻳﺤﺎ أو دﻻﻟﺔ
Artinya :“Mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan yang jelas maupun melalui isyarat”.
1
Abdurrahman Aljaziri, Kitabul Fiqh A’la Madzahibil Arba’ah, Beirut: Dar Alkutub Ala’lamiyah, tth, Juz III, hlm. 219. 2 Abdurrahman Aljaziri,Op cit, hlm. 220.
15
16
Menurut Ulama Syafi’iyah yang dimaksud wadi’ah adalah : 3
اﻟﻌﻘﺪ اﻟﻤﻘـﺘﻀﻲ ﻟﺤﻔﺾ اﻟﺸﻲء اﻟﻤﻮدع
Artinya :“Akad yang digunakan untuk menjaga sesuatu yang dititpkan”. Selain para ulama madzhab, banyak juga para pakar dan ekonom yang memberikan definisi serta pengertian wadi’ah, antara lain : a. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis Dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perjanjian Dalam Islam” memberikan pengertian mengenai wadi’ah bahwa penitipan barang (wadi’ah) adalah merupakan amanah yang harus dijaga oleh penerima titipan dan ia berkewajiban pula untuk memelihara serta mengembalikannya pada saat dikehendaki atau diminta oleh pemilik.4 b. Wiroso Dalam bukunya yang berjudul “Penghimpunana Dana & Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah” mengatakan bahwa wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak kepihak lain, baik individu
maupun
badan
hukum
yang
harus
dijaga
dan
dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Yang
3
Abdurrahman Aljaziri, Op cit, hlm. 220. Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 69. 4
17
dimaksud dengan barang di sini adalah suatu yang berharga di sisi Islam.5 c. Heri Sudarsono Dalam bukunya yang berjudul “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, deskripsi dan Ilustrasi” memberikan pengertian bahwa Al-wadi’ah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga, dari aspek teknis, wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si pemilik kehendaki.6
2. Dasar Hukum Wadi’ah a. Al-Qur’an
$yγÎ=÷δr& #’n<Î) ÏM≈uΖ≈tΒF{$# (#ρ–Šxσè? βr& öΝä.ããΒù'tƒ ©!$# ¨βÎ) Artinya :“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan), kepada yang berhak menerimanaya” (AnNisaa : 58)7.
......... çµtFuΖ≈tΒr& z⎯Ïϑè?øτ$# “Ï%©!$# ÏjŠxσã‹ù=sù $VÒ÷èt/ Νä3àÒ÷èt/ z⎯ÏΒr& ÷βÎ*sù………
5
Wiroso, Penghimpunan Dana & Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hlm. 20. 6 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2004, hlm. 57. 7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Terj. Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Semarang: PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994, hlm. 128.
18
Artinya : “…….jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) …..”(Al-Baqarah: 283)8. b. Al-Hadits
وﻗﻴﺲ ﻋﻦ اﺑﻲ, ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻃﻠﻖ ﺑﻦ ﻏﻨﺎم ﻋﻦ ﺷﺮﻳﻚ,ﺣﺪﺛﻨﺎ اﺑﻮ آﺮﻳﺐ ﻗﺎل اﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ اﷲ: ﻋﻦ أﺑﻲ هـﺮﻳـﺮة ﻗﺎل, ﻋﻦ اﺑﻲ ﺻﺎﻟﺢ,ﺣﺼﻴﻦ 9 اد اﻻﻣﺎﻧﺔ اﻟﻰ ﻣﻦ اﺋﺘﻤﻨﻚ وﻻﺗﺨﻦ ﻣﻦ ﺧﺎﻧﻚ: ﻋـﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ Artinya : Abu kuraib telah bercerita kepada kami, Tholqu bin Ghonam telah bercerita kepada kami dari Syarik, dan Qois dari Abi Hashin, dari Abi Sholih, dari Abi Hurairoh Ia berkata: Nabi Muhammad SAW Bersabda, “Sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanaya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengtkhianatimu”.
3. Rukun dan Syarat Wadi’ah Adapun rukun dan syarat pada akad wadi’ah yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: I
Rukun Wadi’ah a. Pihak yang berakad b. Obyek yang diakadkan c. Sighat ijab qabul
II Syarat Wadi’ah a. Pihak yang berakad i. Cakap hukum ii. Sukarela (Ridha), tidak dalam keadaan dipaksa / terpaksa di bawah tekanan. b. Obyek yang dititipkan merupakan milik mutlak si penitip 8
Ibid., hlm. 71. Sunan At- Tirmidzi, Jami’us Shahih, Beirut Libanon: Dar Al-Kutub Al- Amaliah, Jilid III, hlm. 564. 9
19
c. Sighat i. Jelas apa yang dititipkan. ii. Tidak mengandung persyaratan - persyaratan lain.10
4. Macam-Macam Wadi’ah Secara umum ada dua jenis wadi’ah: wadiah yad al-amanah dan wadiah yad dhamanah. a. Wadi’ah yad al-amanah Pada dasarnya, penerima simpanan adalah yad al-amanah (tangan amanah), artinya ia tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena faktor-faktor di luar batas kemampuan). Wadiah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut: i. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan. ii. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya. iii. Sebagai konpensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya kepada yang menitipkan.
10
Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah: Konsep, Produk dan Implementasi Operasional, Jakarta: Djambatan, 2001, hlm. 59-60.
20
iv. Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan atau safe deposit box. b. Wadiah yad dhamanah. Dalam aktifitas perekonomian modern, si penerima simpanan tidak mungkin
akan
meng-idle-kan
mempergunakannya
dalam
aset
aktifitas
tersebut,
tetapi
perekonomian
akan
tertentu.
Karenanya, ia harus meminta ijin dari si pemberi titipan untuk kemudian mempergunakan hartanya tersebut dengan catatan ia menjamin akan mengembalikan aset tersebut secara utuh. Dengan demikian, ia bukan lagi yad al-amanah, tetapi yad adh-dhamanah (tangan
penanggung)
yang
bertanggung
jawab
atas
segala
kehilangan/kerusakan yang terjadi pada barang tersebut.11 Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut: i. Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima titipan. ii. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip.
11
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani: 2001, hlm. 86-87.
21
iii. Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini ialah giro dan tabungan. iv. Pemberian bonus tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari bank. v. Jumlah pemberian bonus merupakan kewenangan manajeman bank syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekananya adalah titipan. vi. Produk tabungan juga dapat menggunakan akad wadi’ah karena pada prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu simpanan yang bisa diambil setiap saat. Perbedaannya, tabungan tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan.
B Konsep Bagi Hasil Dalam Islam Kegiatan utama dari sebuah lembaga keuangan adalah penghimpunan dan penyaluran dana, dimana penyaluran dana hanya dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun, Penghimpunan dana ini perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan penggunaan dana tersebut. Bank maupun lembaga keuangan non bank seperti BMT sendiri mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana guna kepentingan usahanya, yaitu: Dana sendiri, dana dari masyarakat, dana pinjaman , sumber dana lain.
22
Salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat adalah dengan menyediakan produk simpanan deposito bejangka dengan sistem bagi hasil. Simpanan deposito ini dimaksudkan untuk menghimpun dana dari para nasabah dengan cara membuka rekening deposito. Selanjutnya dana deposito tersebut akan dijadikan sebagai modal bagi BMT untuk menjalankan usahanya. Dana yang telah dikumpulkan oleh BMT dari simpanan deposito bejangka, perlu dikelola dengan penuh amanah dan istiqomah. Dengan harapan dana tersebut mendatangkan keuntungan yang besar, baik untuk nasabah maupun BMT. Sehingga BMT dapat memberikan bagi hasil kepada nasabah.
1
Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing. profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing diartikan : “Distribusi beberapa bagian dari laba para pegawai dari suatu perusahaan”. Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.12 Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan bagi hasil adalah perjanjian pengolahan tanah, dengan upah sebagian dari
12
Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm. 18.
23
hasil yang diperoleh dari pengolahan tanah itu.13 Dalam dunia perbankan, Muhammad lebih lanjut menjelaskan bahwa profit sharing (bagi hasil) adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib).14 Pembagiaan hasil usaha ini terjadi antara pihak bank (mudharib) dengan penyimpan dana (shahibul mal), maupun antara bank dengan nasabah penerima dana (pengusaha). Hasil usaha bank yang dibagikan kepada nasabah penyimpan dana adalah laba usaha bank yang dihitung selama periode tertentu. Sedangkan hasil usaha nasabah penerima dana yang dibagi dengan bank ialah laba usaha yang dihasilkan nasabah penerima dana dari salah satu usahanya yang secara utuh dibiayai bank.15 Dengan mempraktekan sistem bagi hasil pada produk deposito di lembaga-lembaga keuangan syariah non bank seperti BMT, sistem bagi hasil ini akan digunakan sebagai cara untuk membagikan hasil (profit) yang diperoleh dari pengelolaan dana yang telah disimpan oleh nasabah. Prinsip utama yang harus dikembangkan BMT dalam kaitannya dengan manajemen dana adalah, bahwa: BMT harus mampu memberikan bagi hasil kepada penyimpan dana minimal sama dengan atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku di bank konvensional, dan mampu menarik bagi
13
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 61. 14 Muhamad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, 2000, hlm. 52. 15 Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lambaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-1, 2002, hlm. 63.
24
hasil dari debitur lebih rendah dari pada bunga yang yang diberlakukan bank konvensional.16 Bagi hasil merupakan sebuah sistem yang dipandang sesuai dengan prinsip ekonomi Islam yang sebenarnya. Dengan mengaplikasikan sistem bagi hasil pada lembaga keuangan syariah maka akan terwujud keadilan dalam ekonomi karena dengan sistem inilah baik nasabah maupun lembaga keuangan akan bersama sama menikmati keuntungan yang adil. Dalam praktek bagi hasil pihak lembaga akan membagi hasil (profit) kepada nasabah sesuai dengan nisbah yang telah disepakati, sehingga salah satu pihak tidak akan dirugikan. Nisbah bagi hasil ini merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikan aspek-aspek: data usaha, kemampuan angsuran, hasil usaha yang dijalankan, nisbah pembiayaan dan distribusi pembagian hasil.17 Dalam ekonomi syariah, teori bagi hasil mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda dengan perhitungan bunga seperti pada bankbank konvensional. Ciri atau karakteristik bagi hasil adalah sebagai berikut:
16
107.
17
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, hlm.
Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm. 86.
25
a. Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. b. Besarnya bagi hasil berdasarkan nisbah dan keuntungan yang diperoleh. c. Bagi hasil sangat bergantung pada proyek yang dibiayai. Bila proyek merugi kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. d. Jumlah pembagian hasil meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.18 Sedangkan perhitungan bunga mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. b. Besarnya persentase berdasarkan jumlah uang atau modal yang dipinjamkan. c. Pembayaran bunga selalu tetap sesuai dengan
perjanjian tanpa
mempertimbangkan apakah proyek yang dibiayai untung atau rugi. d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat meskipun jumlah keuntungan berlipat-lipat atau ekonomi dalam keadaan booming. e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk agama Islam.19
18
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, Yogyakarta, Pustaka SM, 2007, hlm. 65. 19 Ibid.
26
2
Dasar Hukum Bagi Hasil Dasar hukum bagi hasil berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Abi Ja’far:
ﻣﺎ ﺑﺎﻟﻤﺪﻳﻨﺔ أهﻞ ﺑﻴﺖ هﺠﺮة إﻻ ﻳﺰرﻋﻮن:وﻗﺎل ﻗﻴﺲ ﺑﻦ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ اﺑﻲ ﺟﻌﻔﺮ ﻗﺎل 20 ( ﻋﻠﻰ اﻟﺜّﻠﺚ واﻟﺮّﺑﻊ ) رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: “Dari Qais bin Muslim, dari Abi Ja’far berkata: tidak ada penduduk dari Kota Madinah dari kalangan muhajirin kecuali mereka menjadi petani dan mendapatkan sepertiga dan seperempat”. (HR. Bukhari). Berdasarkan dasar hukum tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil sebagaimana teori bagi hasil dalam ekonomi syariah modern sebenarnya telah lama dipraktekan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sebagaimana dijelaskan dalam hadist tersebut. Di Indonesia sendiri, perjanjian bagi hasil telah diatur sejak tahun 1960 yang kemudian dituangkan dalam undang-undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil. Dalam rangka usaha akan melindungi golongan yang ekonominya lemah terhadap praktek-praktek yang merugikan mereka, dari golongan yang kuat.21
3
Macam-Macam Bagi Hasil Pada bank Islam, kepentingan nasabah penyimpan dana, bank dan debitur dapat diharmonisasikan karena dengan menggunakan metode bagi hasil, kepentingan pihak ketiga tersebut paralel, yaitu memperoleh imbalan 20
97.
21
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz III, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1992, hlm.
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1994, hlm. 63.
27
bagi hasil sesuai dengan keadaan yang benar-benar terjadi. Untuk itu manajemen bank akan berusaha mengoptimalkan keuntungan pemakaian dana.22 Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu: al-mudharabah, almusyarakah, al-muzara’ah dan al-musaqah.23 a. Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan, pengertiaan memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.24 Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%)
modal,
sedangkan
pihak
lainnya
menjadi
pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.25 Jenis perjanjian ini berlawanan dengan musyarakah. Dalam musyarakah juga ada bagi hasil, tapi semua pihak berhak untuk turut
22
Edi Wibowo dan Untung Hedi Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, hlm. 39. 23 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 90. 24 Ibid., hlm. 97. 25 Ibid.
28
serta dalam pengambilan keputusan manajerial. Sedang dalam mudharabah, pemilik modal tidak diberikan peran dalam manajemen perusahaan. Secara umum mudharabah ini terbagi menjadi dua jenis: mudharabah muthlaqah, dan mudharabah muqayyadah. Akad mudharabah ini biasanya diterapkan pada produk-produk penghimpunan dana, seperti: 1) Simpanan/Tabungan Mudharabah, adalah simpanan tabungan pemilik
dana yang penyetorannya dan penarikannya dapat
dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. 2) Deposito Mudharabah, adalah simpanan masyarakat di bank syariah yang pengambilannya sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh
bank
syariah.
Variasi
deposito
mudharabah
ini
diklasifikasikan ke dalam deposito: 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.26 b. Musyarakah Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.27
26
Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm.6-7. 27 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 90.
29
Secara garis besar musyarakah dapat dibagi kepada syarikah amlak dan syarikah uqud. Syarikah amlak berarti eksistensi suatu perkongsian tidak perlu kepada suatu kontrak membentuknya tetapi terjadi dengan sendirinya. Sedangkan Syarikah uqud berarti perkongsian yang terbentuk karena suatu kontrak.28 Akad musyarakah biasa diaplikasikan oleh Bank syariah untuk : 1) Pembiayaan Proyek bank
biasa
mengaplikasikan
akad
musyarakah
ini
untuk
pembiayaan proyek di mana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. 2) Modal Ventura Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, al musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal di lakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap. c. Al-Muzara’ah Al-Muzaraah adalah akad kerjasama dalam pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap, dimana pemilik lahan
28
Muhamad, Op cit, hlm. 29.
30
menyediakan tanah untuk di kelola (ditanami dan dipelihara) oleh penggarap dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.29 Dapat dikatakan bahwa Al-Muzaraah ini merupakan bentuk kerjasama mudharabah dalam bidang pertanian. Artinya petani mengelola suatu lahan pertanian berdasarkan prinsip bagi hasil panen. Bank atau BMT menyerahkan kepada petani lahan yang dimilikinya atau yang bukan dalam pemilikan mereka. Kapling tanahnya harus benar-benar ditentukan dalam perjanjian. Hasil panen dari lahan itu dibagi antara bank dan petani sesuai dengan proporsi yang telah disepakati.30 d. Al-Musaqah Al-Musaqah adalah akad antara pemilik kebun/tanaman dan pengelola (penggarap) untuk memelihara dan merawat kebun/tanaman pada masa tertentu sampai tanaman itu berbuah. Penggarap berhak memperoleh nisbah tertentu dari hasil panen.31 Al-Musaqah merupakan bentuk kerjasama musyarakah dalam urusan pemeliharaan buah-buahan. Kedua belah pihak bersepakat menanam serta merawat pohon buah-buahan. Hasil panen buah-buahan atau kebun dibagi antara pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian (bank dan petani) dengan rasio tertentu sesuai dengan kontribusi mereka masing-masing.32
29
M. Hasan Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 280. 30 Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud (Penj. Burhan Subrata), Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007, hlm. 74. 31 M. Hasan Ali, Op. cit. 32 Mervyn K. Lewis, Op. cit.
31
4
Praktek Bagi Hasil Pada Produk Deposito Mudharabah Bagi hasil dapat dipraktekan pada produk deposito berjangka, hal ini tentunya tidak terlepas dari akad yang biasa digunakan pada produk deposito itu sendiri, yaitu akad mudharabah. Sebagaimana kita ketahui lembaga-lembaga keuangan syariah menawarkan produk deposito berjangka dengan akad mudharabah, yang mana produk deposito berjangka tersebut lebih populer dengan nama deposito mudharabah. Hal ini sejalan dengan fatwa Dewan Syariah Nasional yang menyatakan bahwa yang di maksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini DPS MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang di benarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.33 Produk deposito mudharabah ini operasionalnya menggunakan sistem bagi hasil, bukan menggunakan perhitungan bunga sebagaimana deposito di bank konvensional. Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah. Dapat pula dana tersebut digunakan oleh bank untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya
33
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006, hlm. 18.
32
untuk melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.34 Bank syariah dan lembaga keuangan syariah non bank seperti BMT menerapkan akad mudharabah untuk deposito. Seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul mal dan BMT sebagai mudharib. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, BMT dapat memanfaatkan uang simpanan untuk dijadikan sebagai “modal” guna melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.35 Ketentuan teknis deposito dalam bank syariah termasuk lembaga keuangan syariah non bank seperti BMT juga mengikuti ketentuan bank teknis, ketentuan-ketentuan tersebut meliputi: syarat-syarat pembukaan, penutupan, formulir pembukaan, bilyet, specimen tanda tangan, dan sebagainya.
Sebagaimana
tabungan
yang
berdasarkan
prinsip
mudharabah, deposito berjangka yang berdasarkan prinsip mudharabah juga
mendapatkan
keuntungan/bagi
hasil
dari
keuntungan
bank,
Pembayaran keuntungan di Indonesia pada akhir bulan/jatuh tempo.36 Prinsip bagi hasil digunakan oleh BMT dalam deposito mudharabah sebagai sistem atau cara untuk membagi keuntungan yang telah diperoleh dari pengelolaan dana simpanan nasabah. Besar kecilnya hasil dari keuntungan deposito ini tergantung pada hasil usaha yang benar-benar 34
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 108. 35 Ibid., hlm. 303. 36 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 157.
33
terjadi dan dilakukan oleh BMT sebagai pengelola dana. Hal ini tentu berbeda dengan deposito yang ada di bank konvensional yang menetapkan besarnya persentase keuntungan yang ditetapkan berdasarkan jumlah uang simpanan yang didepositokan. Dalam mengaplikasikan akad mudharabah pada produk deposito, terdapat dua kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana, yakni: 1) Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investment Account, URIA) Dalam deposito mudharabah mutlaqah (URIA), pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun obyek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana URIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah Mutlaqah (URIA), basis perhitungan adalah hari bagi hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk tanggal pembukaan deposito mudharabah mutlaqah (URIA) dan tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan yang menjadi angka penyebut/angka
pembagi
adalah
hari
kalender
bulan
yang
bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari).37
37
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 304.
34
2) Mudharabah Muqayyadah (Unrestricted Investment Account, RIA) Dalam deposito mudharabah muqayyadah (RIA), pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, waktu, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana RIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. Dalam menghitung bagi hasil deposito Mudharabah muqayyadah (RIA), basis penghitungnnya berdasarkan dengan metode penggunaan dana RIA tersebut, yakni: a. Cluster Pool Of Fund (Penggunaan dana untuk beberapa proyek dalam suatu jenis industri bisnis) Dalam hal ini, pembayaran deposito mudharabah muqayyadah (RIA) dapat dilakukan melalui metode sebagai berikut: i. Anniversary Date − Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah muqayyadah (RIA) dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal pembukaan deposito. − Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir.
35
− Bagi
hasil
bulanan
yang
diterima
nasabah
dapat
diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai permintaan deposan. ii. End Of Mont − Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah muqayyadah (RIA) dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan. − Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk tanggal pembukaan deposito. − Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif tidak termasuk tanggal jatuh tempo deposito. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir. − Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari). − Bagi
hasil
bulanan
yang
diterima
nasabah
dapat
diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai permintaan deposan. b. Specific Project (penggunaan dana untuk suatu proyek tertentu) Dalam
menghitung
bagi
hasil
deposito
mudharabah
muqayyadah, basis perhitungan bagi hasil deposito adalah hari tanggal pembukaan deposito sampai dengan pembayaran bagi hasil
36
terdekat, dan menjadi angka pembilang atau number of day. Sedangkan jumlah hari tanggal pembayaran bagi hasil terakhir sampai tanggal pembayaran bagi hasil berikutnya menjadi angka penyebut/angka pembagi.38 Bila dilihat dari skema aliran dana nasabah investor kepada bank maka deposito Mudharabah Muqayyadah terbagi menjadi dua: 1. Mudharabah Muqayyadah off balance sheet Dalam skema ini, aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan atau yang dalam bank konvensional disebut debitur. Di sini bank syariah bertindak hanya sebagai arrange saja. Pencatatannya dilakukan di bank syariah secara off balance sheet. Bagi hasilnya hanya melibatkan nasabah investor dan pelaksana usaha saja. Besar bagi hasil tergantung kesepakatan antara nasabah investor dan nasabah pembiayaan. Bank hanya menerima arranger fee. Disebut mudharabah karena skemanya bagi hasil, muqayyadah karena ada pembatasan, yaitu hanya untuk pelaksana usaha tertentu, dan off balance sheet karena bank tidak dicatat dalam neraca bank.
38
Ibid., hlm, 307-308.
37
2. Mudharabah Muqayyadah on balance sheet Dalam skema ini aliran dana dapat terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin mensyaratkan dananya hanya boleh untuk pembiayaan di sektor pertambangan, properti dan pertanian. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor dapat saja mensyaratkan berdasarkan jenis akad yang digunakan berdasarkan akad penjualan cicilan saja, atau penyewaan cicilan saja, atau kerjasama cicilan saja. Skema ini membuat bank terlibat dalam mudharabah muqayyadah on balance sheet. Disebut on balance sheet karena dicatat dalam neraca bank. Nisbah bagi hasil disepakati antara nasabah investor dan bank.39 Berdasarkan penggunaan akad mudlarabah pada produk deposito baik Mudharabah Mutlaqah maupun Mudharabah Muqayyadah.
maka,
antara
bank
syariah
dan
bank
konvensional mempunyai ketergantungan yang berbeda di dalam menentukan besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh deposan, Adapun perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
39
Ibid., hlm. 314.
38
a. Bank Syariah Besar kecilnya bagi hasil yang akan diterima deposan bergantung pada: − Pendapatan bank syariah − Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank − Nominal deposito nasabah − Rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu yang ada pada bank − Jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi. b. Bank Konvensional Besar kecilnya bunga yang akan diterima deposan bergantung pada: − Jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi. − Tingkat bunga yang berlaku − Nominal deposito − Jangka waktu deposito.40 Berikut ini contoh sederhana perhitungan bagi hasil produk deposito berjangka: Bapak A memiliki deposito Rp.10.000.000, jangka waktu yang dipilih adalah 1 bulan (1 Desember s/d 1 Januari) dan 40
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 159.
39
nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank 57%:43%. Jika keuntungan bank yang diperoleh untuk deposito 1 bulan per 31 Desember adalah Rp. 20.000.000 dan rata-rata deposito jangka waktu 1 bulan adalah Rp. 950.000.000 maka keuntungan yang akan diperoleh Bapak A adalah: (Rp.10.000.000 / Rp.950.000.000) x 20.000.000 x 57% = Rp.120.000 Jadi bagi hasil yang akan diterima oleh Bapak A adalah Rp.120.000 (seratus dua puluh ribu rupiah).41
41
Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm.57.
40
BAB III PRAKTEK BAGI HASIL DEPOSITO WADI’AH DI BMT SYRIRKAH MUAWANAH MWC NU ADIWERNA
A. Profil BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Terjadinya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997 yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya undang-undang No.10 tahun 1998, tentang perubahan atas undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya
bank
syariah
di
Indonesia.
Undang-undang
tersebut
memungkinkan bank-bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. Tumbuhnya bank-bank syariah tersebut kemudian diikuti oleh tumbuhnya koperasi-koperasi simpan pinjam yang berbasis syariah yang di kenal dengan “ Baitul Maal Wat Tamwil”. BMT tumbuh sebagai upaya untuk menopang ekonomi kelas bawah sebagai wujud kepedulian masyarakat bersama-sama pemerintah membangun Indonesia agar mampu dan bangkit menghadapi krisis nasional yang berkepanjangan. Maka dari itu pengurus MWC NU Adiwerna melalui
40
41
lembaga perekonomian NU bersama anggota membentuk suatu lembaga keuangan syariah, dan pada hari ahad 04 Maret 2002 didirikan BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Hal inilah yang melatar belakangi lahirnya BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.1 BMT Syirkah Muawanah berlokasi di Jl. Raya Kalimati No.19, Adiwerna, Tegal, merupakan salah satu lembaga keuangan syariah dari sekian banyak lembaga keuangan syariah yang telah ada sebelumnya di kabupaten Tegal. BMT Syirkah Muawanah Adiwerna didirikan dengan modal awal dari anggota pendiri. Langkah awal operasinya yang menjadi prioritas adalah dari sektor simpanan guna membentuk permodalan. Dimana dari sektor ini diharapkan nantinya BMT dapat menyediakan dana atau kebutuhan modal dari anggota masyarakat, dan juga dapat membuka kesempatan bagi mereka untuk menabung atau menyimpan uangnya di BMT. Simpanan yang berasal dari masyarakat nantinya akan dikelola secara professional sesuai dengan visi dan misi dari pendirian BMT Syirkah Muawanah Adiwerna. Diharapkan dengan didirikannya BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna dapat menjadi solusi alternatif dari sistem bunga yang biasa diterapkan oleh lembaga-lembaga keuangan konvensional. Selain itu dapat membantu masyarakat kecil untuk keluar dari pengaruh rentenir yang semakin marak keberadaannya di tengah-tengah masyarakat yang mengakibatkan masyarakat semakin terjerumus pada masalah ekonomi yang tidak menentu. Sehingga nantinya BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna dapat
1
Brosur BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.
42
menjadi lembaga keuangan syariah yang akomodatif dalam menyelesaikan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat. Berikut ini profil kelembagaan BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna: Nama
: BMT Syirkah Muawanah MWC NU
Alamat
: Jl. Raya Kalimati No. 15 Adiwerna Tegal
Telepon
: (0283) 3317572
Tanggal Berdiri
: 04 Maret 2002
Tanggal Beroperasi
: 04 Maret 2002
Jenis Usaha
: Koperasi Serba Usaha (KSU)2
Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di dalam BMT biasanya meliputi, Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok, Dewan Syariah, Pembina Manajemen, Manajer, Pemasaran, Kasir dan Pembukuan. Tetapi dalam kenyataannya setiap BMT memiliki bentuk struktur organisasi yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa Faktor anatara lain: Ruang lingkup atau wilayah operasi BMT, efektifitas dalam pengelolaan organisasi BMT, orientasi program kerja yang akan direalisasikan dalam jangka pendek dan jangka panjang, jumlah sumber daya manusia yang diperlukan dalam menjalankan operasi BMT. Adapun struktur organisasi BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Terdiri dari susunan pengurus dan pengelola:
2
Brosur BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.
43
SUSUNAN PENGURUS Komisaris
: H. Faizin Sholikin
Dewan Pengawas Syariah
: KH. Bahruddin T
Dewan Peng. Management
: Ade M, SE
Dewan Penasihat
: H. Jazuli Affandi Drs. Al Fatah
PENGELOLA Manager
: Slamet Ibnu Tafsir
Kabag Operasional
: Khaeni
Kabag Marketing
: Aji Samsul Arif
Pembiayaan
: Ahmad Tasripin
Tabungan
: Izzah Ariani
Teller
: Mualifah, SE 3
Adapun Visi dan Misi yang hendak dicapai oleh BMT Syirkah Muawanah Adiwerna adalah: Visi: Menjadi lembaga keuangan alternatif untuk menjauhkan diri dari praktek ribawi. Misi: Untuk memajukan perekonomian ummat. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna melakukannya dengan cara memberikan berbagai fasilitas yang kiranya dapat membantu permodalan usaha bagi masyarakat menengah ke bawah, melalui berbagai macam produk simpanan dan pembiayaan yang
3
Ibid.
44
disediakan. Dengan cara memberikan prosedur dan persyaratan pembiayaan yang sangat mudah dan memungkinkan untuk dipenuhi oleh masyarakat yang berasal dari kelas ekonomi menengah kebawah untuk menjadi nasabah pembiayaan. Sehingga nantinya BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna dapat berperan aktif didalam laju perekonomian masyarakat kecil. Sebagai sebuah lembaga yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam operasional setiap produknya, maka BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna diharapkan dapat menjadi sebuah lembaga keuangan syariah non bank yang bisa menjauhkan masyarakat dari praktek ribawi sekaligus melepaskan masyarakat dari ketergantungan pada rentenir sehingga keadilan ekonomi bagi masyarakat khususnya masyarakat kecil dapat diwujudkan.4
B. Produk-Produk Serta Prosedur Pembukaan Rekening di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna BMT Menerapkan akad wadi’ah yad dhamanah pada semua produk simpanan yang ada. Hal ini dikarenakan BMT menganggap simpanan uang dari nasabah sebagai sebuah titipan (wadi’ah) yang harus diemban dan dipertanggung jawabkan. Dana atau uang yang telah terkumpul akan dikelola seoptimal mungkin sehingga nantinya akan diperoleh keuntungan yang diharapkan. Sedangkan pada semua produk pembiayaan BMT menerapkan akad Mudharabah, musyarakah atau pun murabahah. Di mana dengan akadakad tersebut dipandang sesuai dengan prinsip syariah karena dalam akad ini 4
Wawancara dengan Slamet Ibnu Tafsir selaku Manager BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna pada Tanggal 14 Agustus 2008.
45
akan diperoleh keadilan baik bagi pihak BMT maupun pihak nasabah peminjam dana (kreditur). Hal inilah yang menjadi alasan dalam pemilihan akad pada produk-produk simpanan dan pembiayaan di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Adapun kebijakan-kebijakan dalam operasional setiap produk baik produk simpanan maupun produk pembiayaan adalah kewenangan dari pihak manager BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, kewenangan tersebut meliputi mekanisme bagi hasil dan pemberian bonus pada setiap produk. Termasuk perubahan kebijakan dalam setiap produk seperti perubahan dalam penentuan nisbah bagi hasil, perubahan dalam besar kecilnya atau jenis pemberian bonus adalah kewenangan dari pihak manager.5 1. Produk-Produk BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Berikut ini produk-produk simpanan dan pembiayaan di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna: a. Simpanan: 1) Warna (Warga Nahdliyin) Simpanan warga nahdliyin yaitu simpanan yang berasal dari warga nahdliyin, namun pada prakteknya siapa saja bisa menjadi nasabah simpanan warna, tidak hanya untuk warga nahdliyin saja. Simpanan warna bisa diambil setiap saat. Nasabah akan memperoleh bonus setiap bulan, besarnya bonus tergantung penghasilan BMT.
5
Ibid.
46
Manfaat : − Mendapatkan bonus setiap bulan. − Terjaminnya keamanan dana nasabah. − Memberikan
kemudahan
bagi
nasabah
dalam
menyimpan uangnya, karena simpanan warna bisa diambil setiap saat. 2) Utama Tabungan berupa slip penarikan (giro), setiap bulan nasabah akan dikenakan biaya administrasi. Manfaat : − Terjaminnya keamanan dana nasabah. − Memberikan kepraktisan dalam menyimpan uang. 3) Qurban Tabungan yang ditujukan untuk melaksanakan ibadah qurban. Penarikannya dilakukan menjelang ibadah qurban. Penarikan dapat berupa hewan qurban atau uang. Manfaat : − Mendapatkan bonus berupa kaos atau yang lainnya. − Membantu nasabah dalam merencanakan ibadah qurban.
47
4) Mapan (Masa Depan) Simpanan untuk yang ditujukan untuk masa depan, simpanan ini tidak ada jangka waktu pengambilannya, nasabah akan mendapatkan bonus setiap bulannya. Manfaat: − Mendapatkan bonus setiap bulan. − Dapat dijadikan sebagai sarana investasi untuk masa depan. 5) Deposito Simpanan berjangka 3 bulan, 6 bulan ataupun 12 bulan. Minimal uang yang didepositokan sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). Dengan bagi hasil menggunakan persentase dari nominal deposit. Kemudian hasil dari persentase nominal deposit tersebut dibagi jumlah bulan dalam satu tahun (12). 3 bulan akan mendapatkan nisbah 12.00 atau (12%) kemudian dibagi jumlah bulan dalam satu tahun (12). 6 bulan akan mendapatkan nisbah 13.50 atau (13,5%) kemudian dibagi jumlah bulan dalam satu tahun (12). 12 bulan akan mendapatkan nisbah 15.00 atau (15%) kemudian dibagi jumlah bulan dalam satu tahun (12). Manfaat: − Terjaminnya keamanan dana nasabah.
48
− Mendapatkan bagi hasil setiap bulan yang diberikan secara tunai melalui simpanan warna. − Nasabah dapat dengan tenang memprogramkan keungan secara terencana. b. Pembiayaan : 1) Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan untuk membiayai suatu usaha, di mana BMT bertindak sebagai pemberi modal dan mitra usaha sebagai pengelolanya. Dalam pembiayaan ini ada kesepakatan bagi hasil antara BMT dan nasabah penerima dana atau mitra usaha. Begitupun dengan pembayaran pinjaman dilakukan
sesuai
dengan
jangka
waktu
yang
disepakati
(hari/mingguan/bulanan). Manfaat : − Membiayai total kebutuhan modal usaha nasabah. − Nisbah bagi hasil tetap antara BMT dan nasabah. − Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau reslisasi usaha nasabah. 2) Musyarakah Musyarakah adalah pembiayaan khusus untuk modal kerja, di mana dari BMT merupakan bagian modal usaha nasbah dan keuntungan akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati. Manfaat :
49
− Lebih menguntungkan karena berdasarkan prinsip bagi hasil. − Mekanisme yang fleksible sesuai dengan realisasi usaha. 3) Murabahah Murabahah adalah pembiayaan untuk pembelian suatu barang modal, pembayaran dilakukan dengan angsuran. Manfaat : − Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang konsumsi seperti: rumah, kendaraan atau barang produktif seperti: mesin produksi dan lain-lain. − Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian. 4) Ba’i bitsaman ajil Pembiayaan Ba’i bitsaman ajil adalah pembiayaan untuk pembelian barang dengan cicilan. Dimana BMT membeli suatu barang yang kemudian langsung dijual kepada nasabah dengan keuntungan sebesar 40% dari harga pokok. Manfaat: − Memberikan kemudahan bagi nasabah yang kesulitan untuk membeli suatu barang.
50
− Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian. 2. Prosedur Pembukaan Simpanan Dan Pembiayaan Adapun prosedur atau persyaratan untuk pembukaan rekening simpanan dan pembiayaan di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah sebagai berikut: a. Syarat Pembukaan Simpanan: i. Mengisi aplikasi pembukaan rekening. ii. Fotocopi KTP 2 Lembar. iii. SIUP / NPWP (Simpanan Utama) b. Syarat Pembukaan Pembiayaan: i. Mendaftar dibagian pembiayaan. ii. Menyerahkan KTP suami isteri 2 lembar. iii. Kartu keluarga (KK). iv. Siap disurvey. v. Jaminan BPKB / Sertifikat vi. Tabungan minimal 20% dari plafond pembiayaan.6
6
Brosur BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.
51
C. Operasional Deposito Wadi’ah Di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Kegiatan utama dari sebuah lembaga keuangan adalah penghimpunan dana,
salah
satunya
adalah
penghimpunan
dana
dari
masyarakat,
penghimpunan dana dari masyarakat ini dilakukan guna membantu permodalan awal dari para pendiri, adapun salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat adalah dengan menyediakan produk deposito berjangka. Secara umum, deposito berjangka adalah simpanan perorangan atau badan usaha yang hanya dapat diambil setelah jatuh tempo. Sehingga, deposito berjangka merupakan suatu simpanan yang berbeda dengan simpanan lainnya, seperti tabungan, yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh nasabahnya. Produk deposito yang disediakan oleh BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah deposito berjangka, dengan jangka waktu 3 bulan,6 bulan atau pun 12 bulan. Dimana dalam produk deposito ini akad yang digunakan adalah akad wadiah yad dhamanah, pengelola beralasan bahwa semua simpanan uang dari masyarakat pada prinsipnya adalah sebuah titipan yang wajib dijaga dan dikembalikan sesuai dengan prosedur yang ada di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.7 Adapun operasional deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna yang meliputi: Strategi pemasaran produk deposito wadi’ah, prosedur pembukaan rekening dan ketentuan yang berlaku di dalamnya, dan
7
Wawancara dengan Slamet Ibnu Tafsir selaku Manager BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna pada Tanggal 14 Agustus 2008.
52
pengelolaan dana deposito di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, akan diterangkan dalam sub bab di bawah ini : 1. Strategi Pemasaran Produk Deposito Wadi’ah Dalam
memasarkan
setiap
produk-produknya
BMT
Syirkah
Muawanah MWC NU Adiwerna melakukannya dengan menggunakan strategi jemput bola. Dalam hal ini BMT melakukan sosialisasi produkproduknya di pasar-pasar dan sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta yang ada di kabupaten tegal dan kota, strategi ini digunakan karena dipandang sebagai salah satu cara yang efisien dalam memasarkan produkproduk yang ada termasuk produk deposito. Dengan cara jemput bola ini diharapkan para calon nasabah dapat memperoleh informasi yang mendetail mengenai produk-produk yang ada di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Sehingga nantinya nasabah dapat tertarik untuk menyimpan dananya atau pun mengajukan pembiayaan di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Strategi jemput bola yang digunakan oleh BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah dengan cara menerjunkan pegawai ke lapangan terutama ke pasar-pasar tradisional dan sekolahan yang ada di Kabupaten Tegal dan kota guna mensosialisasikan produk-produk BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna kepada masyarakat kecil. Pasar tradisional dan sekolahan menjadi prioritas dikarenakan dari sinilah
53
kebanyakan para nasabah berasal, baik nasabah penyimpan dana maupun nasabah pembiayaan.8 Dengan strategi jemput bola ini pemasaran dan pengenalan deposito kepada masyarakat luas akan lebih efektif. Sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan jumlah nasabah dan jumlah dana simpanan yang satu ini. Dari data rekapitulasi deposito selama tahun 2008 terhitung per tanggal 5 Desember 2008 sudah tercatat 68 orang yang menjadi nasabah deposito dengan jumlah keseluruhan simpanan sebesar Rp. 677.600.000.9 2. Prosedur Pembukaan Rekening dan Ketentuan Yang Berlaku Dalam Deposito Wadi’ah Di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwena a. Prosedur Pembukaan Rekening Deposito: 1. Mengisi aplikasi pembukaan Rekening. 2. Menyerahkan fotokopi KTP atau surat tanda pengenal lainnya 2 lembar. 3. Menyetorkan
uang
yang
akan
didepositokan.
minimal
Rp.1.000.000 (satu juta rupiah). 4. Membayar biaya administrasi sebesar Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah) guna: pembukaan rekening deposito dan biaya materai. 5. Membayar administrasi Rp. 2.000 (dua ribu rupiah) guna pembukaan rekening WARNA untuk penyimpanan bagi hasil bagi deposan. 6. Memilih jangka waktu yang akan digunakan: 3,6atau 12 bulan. 8
Wawancara dengan Ahmad Tasripin pada Tanggal 23 Desember 2008 di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. 9 Data Rekapitulasi Deposito Tahun 2008 Per Tanggal 5 Desember 2008.
54
b. Ketentuan Yang Berlaku Dalam Produk Deposito: 1. Deposito berjangka hanya dapat dicairkan pada tanggal jatuh tempo, kecuali mendapat persetujuan pimpinan setempat dan dikenakan biaya administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Deposito berjangka diperpanjang secara otomatis, jika tanpa ada pemberitahuan dari deposan sesuai nominal dan jangka waktunya. 3. Jika deposito berjangka tersebut akan dicairkan atau dirubah jangka waktunya, maka deposan wajib memberitahukan kepada pihak BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna selambatlambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum jatuh tempo. 4. Deposito berjangka yang diperpanjang secara otomatis, pada saat perpanjangan tidak diterbitkan Bilyet Deposito yang baru, namun hanya diberikan surat pemberitahuan. 5. Apabila Bilyet Deposito hilang / dicuri, deposan harus segera melaporkan kepada Bank dengan dilampirkan surat keterangan hilang dari kepolisian. 6. Dalam hal Bilyet Deposito diserahkan kepada BMT sebagai jaminan, jumlah yang telah didepositokan tidak dapat dicairkan selama masih menjadi jaminan. 7. Dalam hal deposito berjangka dibukukan atas nama dua orang, maka:
55
i. Apabila salah satu pihak meninggal dunia, maka pemilik yang tinggal berhak menarik jumlah deposito tersebut pada saat jatuh tempo, bilamana ada surat penunjukan ahli waris yang sah menurut hukum yang telah ditetapkan. ii. Apabila salah satu pihak melarang pembayaran jumlah tersebut kepada pihak lain, maka BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna
tidak
akan
membayar
kecuali
pihak
yang
bersangkutan telah menyelesaikan perkarannya. 8. Bagi hasil sebagai hak deposan sesuai kesepakatan. 9. Deposito berjangka tidak dapat diperjual belikan kepada dan oleh siapapun. 10. Deposan atau pemilik deposito berjangka ini dianggap telah mengetahui dan menyetujui semua ketentuan di atas.10 3. Pengelolaan Dana Deposito Wadi’ah Menurut Slamet Ibnu Tafsir selaku manager BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, bahwa dana deposito sangat berguna sekali bagi BMT. Hal ini dikarenakan sifat dari rekening deposito yang hanya dapat diambil setelah jatuh tempo baik itu 3 bulan,6 bulan atau pun 12 bulan. Dengan demikian, sehingga BMT dapat memaksimalkan dana tersebut semaksimal mungkin untuk memperoleh keuntungan dari pengelolaan dana simpanan deposito tersebut.
10
Dikutip dari Data Syarat dan Ketentuan Pembukaan Rekening Deposito Berjangka di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.
56
Dalam mengelola dana deposito yang telah terkumpul, BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna mengelolanya dengan cara menyalurkan melalui produk-produk pembiayaan kepada pihak ketiga yang telah disediakan antara lain: a. Pembiayaan Mudharabah. b. Pembiayaan Musyarakah. c. Pembiayaan Murabahah. d. Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil. Penyaluran dana dengan penyediaan produk pembiayaan ini merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan dana deposito yang telah terkumpul. Yang mana nantinya diharapkan dapat menghasilkan keuntungan bagi semua pihak. yang mana keuntungan tersebut akan dibagikan antara BMT dengan para nasabah pembiayaan (kreditur), sehingga BMT dapat memberikan keuntungan pula kepada nasabah debitur dalam hal ini adalah nasabah simpanan deposito atau deposan.11
D. Praktek Bagi Hasil Deposito Wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Praktek bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Tegal adalah berdasarkan pada kesepakatan antara deposan dengan BMT. Kesepakatan tersebut adalah kesepakatan dalam pemilihan 11
Wawancara dengan Izzah Ariani pada Tanggal 23 Desember 2008 di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna.
57
jangka waktu atau lamanya deposito. Yang mana perolehan besar kecilnya bagi hasil yang akan diterima nasabah tergantung pada besar kecilnya simpanan, karena pemberian keuntungan adalah berdasarkan persentase dari uang yang didepositokan dan lamanya jangka waktu yang dipilih nasabah.12 Adapun rincian bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah sebagai berikut: 1) Untuk deposito jangka waktu 3 bulan akan memperoleh bagi hasil 12.00 atau (12%) dari besarnya nominal deposit kemudian dibagi jumlah bulan dalam satu tahun (12). 2) Untuk jangka waktu 6 bulan deposan akan memperoleh bagi hasil 13.50 atau (13,5%) dari besarnya nominal deposit kemudian dibagi jumlah bulan dalam satu tahun (12). 3) Untuk jangka waktu 12 bulan deposan akan memperoleh bagi hasil 15.00 atau (15%) dari besarnya nominal deposit kemudian dibagi jumlah bulan dalam satu tahun (12).13 Berikut ini adalah contoh perhitungan bagi hasil deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna: Bapak Suwardi mendepositokan uangnya sebesar Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah) pada tanggal 25 Juni 2008, untuk jangka waktu 3 bulan. Maka bagi hasil yang akan diterima bapak Suwardi setiap bulan adalah sebesar 12% X Rp.10.000.000 : 12 = Rp.100.000/ bulan.
12
Wawancara dengan Slamet Ibnu Tafsir selaku Manager BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna pada Tanggal 14 Agustus 2008. 13 Dikutip dari Data Rekapitulasi Deposito Tahun 2008 Per Tanggal 5 Desember 2008.
58
Bagi nasabah yang ingin menarik uangnya sebelum jatuh tempo tidak dikenakan pinalti atau denda. Aturan ini telah merubah ketentuan sebelumnya yang mana dalam ketentuan sebelumnya dinyatakan nasabah akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 25.000. artinya tidak ada denda administratif yang akan dikenakan kepada nasabah. Akan tetapi nasabah hanya akan mendapat perubahan besarnya porsi bagi hasil. Hal ini dikarenakan bagi hasil yang akan diberikan adalah berdasarkan jangka waktu atau lamanya uang tersebut didepositokan.14 Adapun untuk perubahan porsi atau nisbah bagi hasil tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk deposito 3 bulan akan tetap mendapatkan nisbah bagi hasil sesuai dengan lamanya deposito. 2. Untuk deposito 6 bulan yang diambil sebelum jatuh tempo, yang sebelumnya akan memperoleh nisbah bagi hasil 13,5% diubah hanya memperoleh 12% dari besarnya deposit. 3. Untuk deposito 12 bulan yang diambil sebelum jatuh tempo akan memperoleh bagi hasil : a. 12% jika kurang dari 3 bulan. b. 13,5% jika lebih dari 3 bulan namun kurang dari 12 bulan. c. Untuk deposito 3,6 dan 12 bulan yang ditarik (diambil) kurang dari 1 bulan tidak akan mendapatkan bagi hasil.15
14
Wawancara dengan Slamet Ibnu Tafsir selaku Manager BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna pada Tanggal 14 Agustus 2008. 15 Ibid.
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL DEPOSITO WADI’AH DI BMT SYIRKAH MUWANAH MWC NU ADIWERNA Konsep bagi hasil dan pemberian bonus telah banyak diterapkan oleh lembaga-lembaga keuangan syariah terutama lembaga perbankan syariah yang telah lama ada dan dikenal sebagai bank bagi hasil. Dalam dunia perbankan, bagi hasil diartikan sebagai suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan penerima dana. BMT sebagai sebuah lembaga keuangan syariah non bank selalu berusaha menerapkan konsep bagi hasil dalam setiap operasionalnya. Termasuk diantaranya adalah BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna yang senantiasa berusaha mempraktekan sistem bagi hasil dan pemberian bonus pada produk-produk simpanan dan pembiayaan yang ada. Usaha untuk mempraktekan sistem bagi hasil tersebutlah yang akan penulis analisa dalam bab ini.
A. Analisis Terhadap Praktek Bagi Hasil Deposito Wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Sebagaimana
telah
penulis
kemukakan
dalam
bab
sebelumnya,
bahwasanya BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah sebuah lembaga keuangan yang dalam operasionalnya selalu berusaha menerapkan
59
60
prinsip-prinsip syariah dengan cara menggunakan sistem bagi hasil dan pemberian hadiah atau bonus. Dengan sistem bagi hasil dan pemberian bonus ini BMT Syirkah Muawanah berusaha menghimpun dana dari masyarakat luas dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan pinjaman modal untuk usahanya. Dengan demikian maka dapat dikatakan BMT Syirkah Muawanah merupakan sebuah lembaga yang mencoba menggerakan perekonomian masyarakat khususnya ekonomi menengah ke bawah. Kegiatan utama dari BMT adalah penghimpunan dana dari masyarakat, dan salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat tersebut adalah dengan menyediakan layanan simpanan deposito berjangka. Sebagaimana kita ketahui bahwa simpanan deposito berjangka ini merupakan sumber dana yang paling utama dan sangat penting bagi sebuah perusahaan dan lembaga keuangan baik lembaga keuangan konvensional maupun lembaga keuangan syariah. Hal ini dikarenakan sifat dari simpanan tersebut yang mempunyai tempo atau jangka waktu tertentu di dalam penarikannya, sehingga bank atau lembaga keuangan yang menerima simpanan deposito berjangka tersebut dapat lebih efisien dalam memanfaatkan simpanan tersebut, yang mana simpanan deposito tersebut dapat dijadikan sebagai modal untuk menjalankan usahanya. Bank biasanya memberikan bunga yang besar untuk nasabah simpanan deposito berjangka ini sesuai jangka waktu yang dipilihnya. Jangka waktu yang diberikan biasanya sangat variatif yaitu: 1 bulan 3 bulan, 6 bulan atau pun 12 bulan tergantung jangka waktu yang dipilih nasabah. Berdasarkan
61
jangka waktu yang ditentukan inilah, maka dana deposan akan mengendap di bank,
sehingga
bank
mempunyai
waktu
yang
cukup
lama
untuk
memanfaatkan dana simpanan tersebut guna keperluan pembiayaan jangka pendek yang dapat menghasilkan keuntungan. BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna sebagai lembaga keuangan syariah non bank juga menawarkan produk deposito berjangka sebagaimana produk deposito berjangka pada umumnya. Adapun jangka waktu yang diberikan sangat variatif, yaitu 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Sedangkan akad yang digunakan adalah akad wadi’ah yad dhamanah. Di dalam literaturliteratur keislaman sendiri, khususnya literatur ekonomi Islam, jarang kita temui deposito yang mengaplikasikan akad wadi’ah, hanya beberapa ahli ekonomi Islam saja yang menjelaskan tentang aplikasi akad wadi’ah pada produk deposito. Aplikasi akad wadi’ah tersebut pun bukan pada produk deposito berjangka melainkan pada produk “safe deposit box”. Selain itu, praktek di masyarakat kita lebih banyak yang mengenal deposito mudharabah ketimbang deposito yang mengaplikasikan akad wadi’ah. Selain itu pula Majelis Ulama Indonesia sendiri telah mengeluarkan fatwa, bahwa deposito yang di benarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.1 Pada prinsipnya simpanan deposito berjangka tidak bisa diambil atau dicairkan sebelum jatuh tempo. Namun demikian, pengelola BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna tidak akan mengenakan pinalti atau denda bagi nasabah yang menarik rekening deposito sebelum jatuh tempo. Hal ini 1
Lihat Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006, hlm. 18.
62
tidak terlepas dari pengaruh akad yang digunakan, yaitu akad wadi’ah yad dhamanah. Yang mana dalam akad tersebut nasabah berhak mengambil atau menarik simpananya kapan saja ia kehendaki. Akad tersebut diterapkan pada produk deposito dikarenakan simpanan deposito dikategorikan sebagai “titipan” dana nasabah yang wajib diemban dan dijalankan. Berdasarkan akad wadi’ah yad dhamanah tersebut, maka BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna berhak untuk mengelola dana yang dititipkan (disimpan) oleh nasabah. Segala resiko yang mungkin terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna. Namun demikian, nasabah akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil dan bukan pemberian bonus sebagaimana dalam teori wadi’ah dalam ekonomi Islam. Berkaitan dengan bagi hasil dalam akad wadi’ah seperti yang terjadi di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, Makhalul Ilmi seorang ekonom muslim mengatakan bahwa dalam praktiknya sebagian pengelola BMT menyebut bonus wadi’ah dengan istilah “bagi hasil” yang besarnya ditentukan di muka atas dasar hitungan persentase angka-angka rupiah serta dengan membandingkan besaran bunga tabungan yang diberikan bank konvensional dalam menarik minat calon nasabah. Hal ini dilakukan karena pengelola merasa kesulitan ketika harus menjelaskan dengan semestinya
63
prinsip-prinsip wadi’ah menurut ajaran syariah, sementara pada saat yang sama pengetahuan kesyariahan nasabah sendiri masih sangat rendah.2 Berbeda dengan akad mudharabah, jika dalam akad mudharabah penyimpan atau deposan disebut sebagai shahibul mal (pemilik modal), bank sebagai mudharib (pengelola) dan simpanan nasabah disebut modal, sedangkan dalam akad wadi’ah pemilik dana disebut Muwaddi’ (penitip), BMT sebagai Wadi’ (penerima titipan) dan simpanan disebut A’inul maudu’ah (barang titipan). Dan jika dalam akad mudharabah nasabah akan mendapatkan bagi hasil, sedangkan dalam akad wadi’ah nasabah (penyimpan) tidak akan mendapatkan bagi hasil namun hanya akan mendapatkan bonus semata yang tidak boleh ditentukan diawal akad. Penerapan akad wadi’ah pada produk deposito berjangka, sebagaimana dipraktekan oleh BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah tidak sesuai dengan teori wadi’ah yang ada dalam perekonomian syariah, karena sifat dari produk dan akad yang digunakan saling bertolak belakang. Sebagaimana diterangkan di atas bahwa deposito adalah kontrak simpanan dalam jangka waktu tertentu sehingga azas deposito tidak dapat ditarik sebelum deposito tersebut jatuh waktu. Sedangkan wadi’ah merupakan titipan dari satu pihak kepihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Selain itu, penggunaan istilah bagi hasil pada produk deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah menyalahi konsep yang 2
Makhalul Ilmi, Teori Dan Praktek Mikro Keuangan Syariah: Beberapa Permasalahan dan Alternatif Solusi, Yogyakarta: UII Press, 2002, hlm. 31.
64
ada dalam ekonomi syari’ah, karena dalam akad wadi’ah baik itu wadi’ah yad al amanah maupun wadi’ah yad dhamanah tidak mengenal adanya sistem bagi hasil akan tetapi hanya pemberian bonus semata. Seharusnya pengelola BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna menerapkan akad mudharabah pada produk deposito berjangka, karena perjanjian mudharabah dapat menerima adanya ketentuan khusus yang bermanfaat seperti adanya ketentuan jangka waktu berlakunya akad. Hal ini tentunya tidak terlepas dari maksud diadakannya akad mudharabah itu sendiri, yaitu untuk mengadakan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih, dimana satu pihak menyediakan modal secara penuh dan pihak lain menjalankan usaha dengan modal tersebut. Dan untuk menjalankan sebuah usaha tersebut, tentunya pengelola tidak bisa terlepas dari jangka waktu yang dibutuhkan sampai usaha tersebut dapat selesai dikerjakan. Hal ini tentu sejalan dengan simpanan deposito berjangka, dimana keduanya menuntut adanya jangka waktu yang bisa ditentukan.
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Bagi Hasil Deposito Wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna Dunia perbankan terutama perbankan syariah mengenal bagi hasil sebagai sebuah sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana (Shahibul maal) dengan pengelola dana (Mudharib).3 Jadi, yang dibagikan antara nasabah dan lembaga keuangan baik bank maupun BMT 3
Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, Cet, Ke-1, 2000, hlm. 52.
65
adalah keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan dana simpanan yang dijadikan modal. Artinya besar kecilnya nilai uang yang akan diterima masing-masing pihak tidak bisa ditentukan diawal akad. Penentuan yang dilakukan di awal akad adalah penentuan nisbah atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh masing-masing pihak bukan jumlah nominal uang. Penentuan nisbah bagi hasil tersebut besar kecilnya sesuai dengan proporsinya masing-masing pihak. Prinsip bagi hasil dalam lembaga keuangan syariah adalah hal yang sangat mendasar, karena dengan prinsip bagi hasil inilah lembaga keuangan syariah dikenal oleh masyarakat luas. Prinsip bagi hasil juga dijadikan sebagai pembeda antara lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional. Perbedaan tersebut terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan atau yang diberikan lembaga keuangan kepada nasabah. Dalam ekonomi syariah, sistem bagi hasil mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda dengan perhitungan bunga seperti pada bank-bank konvensional. Bagi hasil dapat dibenarkan bila: 1. Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. 2. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. 3. Bagi hasil bergantung pada proyek yang dibiayai. Bila proyek merugi kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
66
4. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. 5. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.4 Di dalam menentukan besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh deposan, antara Bank syariah dan bank konvensional bergantung pada halhal yang berbeda. Adapun perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bank syariah Besar kecilnya bagi hasil yang akan diterima deposan bergantung pada: − Pendapatan bank syariah − Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank − Nominal deposito nasabah − Rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu yang ada pada bank − Jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi. b. Bank Konvensional Besar kecilnya bunga yang akan diterima deposan bergantung pada: − Jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi. − Tingkat bunga yang berlaku − Nominal deposito − Jangka waktu deposito.5
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 61. 5 Ibid., hlm. 159.
67
Dengan melihat sistem bagi hasil yang dipraktekan oleh BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna seperti apa yang penulis paparkan diatas dan selanjutnya dilakukan analisis dengan konsep bagi hasil sebagaimana di dalam literatur-literatur ekonomi Islam, maka dapat dikatakan bahwa bagi hasil yang dipraktekan oleh BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah tidak sesuai dan menyimpang dari teori yang berlaku dalam ekonomi Islam. Hal ini dikarenakan sistem penghitungan yang digunakan diluar sistem perhitungan bagi hasil dan lebih condong kepada sistem perhitungan bunga. Kecondongan kepada perhitungan bunga tersebut antara lain: 1) Bagi hasil ditetapkan dengan berdasarkan persentase nominal deposit. Bukan berdasarkan nisbah yang yang telah disepakati dan keuntungan yang telah diperoleh dari pengelolaan dana simpanan. 2) Berdasarkan perhitungan dengan persentase itu pula maka nasabah akan mendapatkan keuntungan yang tetap untuk setiap bulannya. 3) Pemberian hasil tidak berpedoman pada apakah pengelolaan dana simpanan tersebut mengalami keuntungan atau kerugian. BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna tidak menggunakan sistem bagi hasil dalam produk deposito berjangka. Penggunaan istilah bagi hasil hanya sekedar penggunaan istilah saja. Hal ini dapat terlihat dari praktek yang dijalankan, di mana pengelola menjanjikan bagi hasil kepada nasabah namun sistem perhitungan yang digunakan bukan berdasarkan nisbah akan tetapi
68
berdasarkan persentase simpanan. perhitungan seperti ini tentunya tidak berbeda dengan perhitungan yang dipraktekan oleh lembagalembaga keuangan konvensional yang biasa kita kenal dengan sebutan bunga. Seharusnya BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna benar-benar membagikan keuntungan (profit) yang diperoleh dari pengelolaan simpanan deposito. Pembagian keuntungan tersebut harus berdasarkan nisbah (bagian) yang telah disepakati di awal akad antara deposan dan BMT. Porsi nisbah tersebut bisa 50;50. yang artinya 50% keuntungan untuk nasabah dan 50% keuntungan untuk BMT. Atau 40;60 yang artinya 40% keuntungan untuk nasabah dan 60% keuntungan untuk BMT atau pun sebaliknya. Selain itu juga, penggunaan akad wadi’ah ternyata sekedar istilah saja sama seperti penggunaan istilah bagi hasil, sedang dalam
prakteknya
tidak
menjalankan
aturan-aturan
yang
terkandung di dalam akad tersebut. Dengan penggunaan istilah wadi’ah dan bagi hasil, sekilas saja sudah rancu dan terdengar menyimpang dari teori yang berlaku. Terlebih lagi praktek bagi hasil yang dilakukan menggunakan cara persentase besarnya uang titipan bukan membagi keuntungan (profit) yang diperoleh dari pengelolaan uang simpanan tersebut.
BAB V PENUTUP Berdasarkan pembahasan dan analisa pada bab-bab sebelumnya, maka dalam ini penulis akan membuat kesimpulan dari penelitian yang berjudul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Bagi Hasil Deposito Wadi’ah (Studi Kasus di BMT MWC NU Adiwerna).
A. Kesimpulan 1. Penerapan akad wadi’ah pada produk deposito berjangka, sebagaimana dipraktekan oleh BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah tidak sesuai dengan teori wadi’ah yang ada dalam perekonomian syariah, karena sifat dari produk dan akad yang digunakan saling bertolak belakang. Penggunaan istilah bagi hasil pada produk deposito wadi’ah di BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna adalah menyalahi konsep yang ada dalam ekonomi syari’ah, karena dalam akad wadi’ah baik itu wadi’ah yad al amanah maupun wadi’ah yad dhamanah tidak mengenal adanya sistem bagi hasil akan tetapi hanya pemberian bonus semata. Seharusnya pengelola BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna menerapkan akad mudharabah pada produk deposito berjangka, selain itu bagi hasil yang dipraktekan harus benar-benar membagikan keuntungan (profit) yang diperoleh dari pengelolaan simpanan deposito. Pembagian keuntungan tersebut harus berdasarkan nisbah (bagian) yang telah disepakati di awal akad antara deposan dan BMT.
69
70
2. Bagi hasil produk deposito wadi’ah yang di praktekan oleh BMT Syirkah Muawanah MWC NU adalah bertentangan dengan prinsip bagi hasil dalam ekonomi Islam. Karena menggunakan persentase dari besarnya nilai simpanan. Bukan dengan membagikan profit atau keuntungan sesuai porsi yang disepakati. Penggunaan akad wadi’ah hanya sekedar penggunaan istilah saja sama seperti penggunaan istilah bagi hasil, sedang dalam prakteknya tidak menjalankan aturan-aturan yang terkandung di dalam akad tersebut.
B. Saran-saran 1. Pengelola BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna hendaknya belajar dari lembaga keuangan syariah lain yang terlebih dahulu ada dan berpengalaman di dalam mengoperasionalkan lembaganya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang berlaku. Sehingga dalam menjalankan usahanya tidak bertentangan dengan hukum syariah. 2. Dewan Pengawas Syariah BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna, sebagai pihak yang mengawasi dan bertanggungjawab atas prinsip-prinsip syariah yang diberlakukan, hendaknya benar-benar mengawasi dan mengatur ketentuan-ketentuan syariat yang berlaku dalam lembaga keuangan yang satu ini. Sehingga dalam setiap kebijakan yang akan diambil oleh pihak pengelola tidak melenceng dari hukum syariat.
71
3. Perlu adanya peningkatan kinerja melalui pengembangan SDM. Sehingga BMT Syirkah Muawanah MWC NU Adiwerna dapat menjadi lembaga keuangan syariah yang dipercaya oleh berbagai kalangan masyarakat.
C. Penutup Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun dalam segala keterbatasan dan kekurangan yang ada. Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kekhilafan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.