TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh: SITI JAMILATUN NIM: 21412012
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) SALATIGA 2016 i
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal
: Pegajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa. Nama
: Siti Jamilatun
NIM
: 214-12-012
Judul
:TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Dapat diajukan kepada fakultas syari’ah IAIN Salatiga untuk diajukan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salatiga, 20 September 2016 Pembimbing,
Dra. Siti Muhtamiroh, M, SI. NIP: 19681229 199303 2001
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula-Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga Website: www.Iainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
PENGESAHAN Skripsi Berjudul: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Oleh: Siti Jamilatun NIM : 21412012
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis, 29 September 2016 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam. Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A. : ............................... Sekretaris Sidang : H. M. Yusuf Khumaini, M.H. :................................ Penguji I : Luthfiana Zahriani, SH., M.H :................................ Penguji II : Farkhani, SH., S.H.I., M.H. :................................ Salatiga, 29 September 2016 Dekan Fakultas Syari’ah
Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. NIP: 19670115 199803 2002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Siti Jamilatun
NIM
: 21412012
Jurusan
: Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas
: Syari’ah
Judul Skripsi
: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADA PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 23 September2016 Yang menyatakan
Siti Jamilatun NIM: 21412012 iv
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ........................... bukan karena kelebihan yang akan membuatmu bersyukur. Tapi karena kamu bersyukur semua akan terlihat lebih.
v
PERSEMBAHAN Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapak dan ibuku tercinta, Bapak Munir Abdullah dan Ibu Muntamah Ma’sum yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya, do’anya, serta segala dukungannya dalam setiap langkah-langkahku. 2. Kakak-kakakku (Nor Kholis, Ali Muhtar, Siti Malikhatun, Siti Latifah) tersayang, yang dukungan serta doanya tak pernah surut mengiringi perjuanganku. 3. Adikku Umi Hanik yang saya sayangi, terimakasih yang selalu saling mengingetkan untuk selalu semangat dalam menuntut
ilmu dan
menjalani kehidupan didunia ini. 4. Agung Ridwan yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)”. Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi agung, Nabi Akhiruzzaman, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suri tauladan. Beliaulah yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang, yakni Dinul Islam. Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah tulus iklas membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, Md, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Ibu Dra. Siti Zumratun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga.
vii
3.
Bapak Ilya Muhsin,S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selaku memberikan imunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan baik.
4.
Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah di IAIN Salatiga.
5.
Ibu Dra. Siti Muhtamirah, M.SI. selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.
6.
Ibu Lutfia Zahriani,M.H, selaku kepala Lab.Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
7.
Bapak Ni’am selaku manager BMT Tumang Cabang Salatiga yang telah berkenan memberikan izin penelitian di BMT Tumang Cabang Salatiga serta memberikan informasi berkaitan skripsi.
8.
Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi Fakultas Syari’ah yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.
9.
Keluarga Besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, terutama Romo K.H Mahfudz Ridwan Lc, yang selaku mendoakan santrinya untuk meraih keberhasilan dalam menuntut ilmu, baik dalam keadaan apapun maupun di manapun.
10. Keluarga Besar Ya Bismillah IAIN Salatiga, Bidikmisi dari angkatan 20112015 yang selalu memberikan dorongan serta motivasi agar selalu bersabar dalam menghadapi setiap masalah.
viii
11. Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan Mbak Suci, Mbak Siti, Mbak Anim, Mbak winda, Mbak Dina, Selfi, Mbak Ama, Fida, Mbak Asya, Mbak Alfi, Hafsari, Mbak wardah, Dik Mumun, Dik Nisa, Vivi, Dik Dyah, Viky dan Mbak Fitri yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi. 12. Sahabat-sahabatku Iva Ekowati, Mas’adah, Fitriyatuz Zahroh, Hafsari Ayu, dan teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2012 di IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga. Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang
lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa
mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya, serta pembaca pada umumnya. Amin Salatiga, September 2016
Penulis,
ix
Abstrak
Jamilatun, Siti. 2016. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha (Studi Kasus di BMT Tumang Salatiga) Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Muhtamirah, M.SI.
Kata Kunci: Hukum Islam, Murabahah, BMT, Pembiayaan. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang banyak digunakan oleh bank-bank syari’ah karena proses dan prakteknya lebih mudah dibandingkan dengan pembiayaan lainnya. Pada prinsipnya murabahah didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas margin atau keuntungan. Namun semakin maraknya penerapan murabahah sehingga menuai kritikan terhadap pelaksanaan murabahah, penggunakan akad wakalah serta penentuan margin.Pokok permasalahan dalam peneltian ini adalah bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan Mitra Usaha di BMT Tumang cabang Salatiga dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek tersebut? Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan emperis. Adapun teknik pengumpulan data meliputi observasi, interview, dokumentasi, sedangkan teknik analisisnya adalah analisis deskriptif, yaitu metode yang dipakai untuk membantu dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu serta mengetahui bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan. Data yang diperoleh akan dianalisis dan digambarkan secara menyeluruh dari fenomena yang terjadi pada akad murabahah pada produk pembiayaan Mitra Usaha di BMT Tumang cabang Salatiga. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan akad murabahah pada produk Mitra Usaha belum sesuai dengan hukum Islam, dikarenakan dalam pelaksanaan akad ada tambahan akad wakalah. Kemudian pihak BMT menjualnya kepada nasabah ditambah margin keuntungan untuk dibayar nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan awal. Begitu pula penentuan margin yang masih terlihat menyandarkan proses yang dilaluinya dengan tingkat suku bunga secara langsung.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL…………………………………………………
i
NOTA PEMBIMBING……………………………………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………...
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN………………………………
iv
HALAMAN MOTO……………………………………...…………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………….…...……
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………
vii
ABSTRAK………………………………………………...…………
x
DAFTAR ISI…………………………………………………………
xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………
xvi
DAFTAR TABEL ………………………………………....................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….
xviii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………....
1
B. Rumusan Masalah……………………………………………..
3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….....
3
D. Kegunaan Penelitian…………………………………………..
4
E. Penegasan Istilah……………………………………………...
5
Tinjauan Pustaka …………………………………………......
7
F.
G. MetodePenelitian………………………………......…………
10
H. Sistematika Penulisan…………………………………………...
17
xi
BAB II: AKAD MURABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA A.
Tinjauan Umum Akad Murabahah 19 ..………………………... 1. Pengertian Murabahah…………………...........…………
19
2. Landasan Hukum Murabahah...............……………... ……
21
3. Rukun dan Syarat Murabahah…………………....……...
22
4. Jenis Murabahah .... ……………....………………...........
24
5. Manfaat Murabahah…………………………………….
25
6. Resiko Murabahah ...................................................…...…
25
B. Tinjauan Umum BMT..……………………………………
26
1. Pengertian BMT ......................................………...……
26
2. Prinsip-prinsip BMT....................................……..............
27
3. Kegiatan BMT………………………………….………
29
C. Tinjauan Umum Pembiayaan……………………………
30
1. Pengertian Pembiayaan …………………………...………
30
2. Jenis-jenis Pembiayaan……………………………………
31
3. Jaminan Pembiayaan……………………………...………
38
4. Prinsip-prinsip Pembiayaan…………………………......…
39
5. Teknik Penyelesaian Pembiayaan Macet…………….......…
41
BAB III PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA DI BMT TUMANG A. Profil BMT Tumang……..……………………………………
xii
44
1. Sejarah BMT Tumang............…………………...……….
44
2. Visi dan Misi BMT Tumang………………………………
45
3. Keunggulan BMT Tumang ...............………………………
45
4. Kelengkapan Organisasi...................………………………
46
5. Struktur Organisasi ....................…………………………
46
6. Kondisi Sumber Daya Insani...............……………………
54
7. Produk-produk BMT Tumang .............................................
56
B. Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan
63
MitraUsaha ............................................................................... C. Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah pada Produk Mitra 70 Usaha di BMT Tumang.......................................................... BAB
IV
TINJAUAN
HUKUM
ISLAM
TERHADAP
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA DI BMT TUMANG A. Tinjauan Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada 75 Produk Pembiayaan Mitra Usaha ………............................... B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha di BMT 81 Tumang……………………………....……………………… BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………..
95
B. Saran ……………………………………………………….....
96
Daftar Pustaka
xiii
Lampiran-lampiran
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang
47
Gambar 3.2: Struktur Organisasi KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga 48
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Jumlah Pengelola KJKS BMT Tumang Cabang Salatiga
xvi
55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Fatwa Dewan Syari’ah No: 04/DSN-MUI/IV/2000
Lampiran II
: Akad Pembiayaan Murabahah di BMT Tumang
Lampiran III
: Akad Pembiayaan Al-Wakalah di BMT Tumang
Lampiran IV
: Kuitansi Pembiayaan, Slip Angsuran, Kuitansi
Lampiran V
: Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran VI
: Tanda Terima dan Pengambilan Jaminan
Lampiran VII
: Brosur BMT Tumang
Lampiran VIII
: Riwayat Hidup Penulis
Lampiran IX
: Lembar Konsultasi
Lampiran X
: Nilai SKK
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) merupakan Lembaga Keuangan Syari’ah, bukan bank yang berdiri berdasarkan syari’at Islam dan bergerak dalam upaya memberdayakan umat, serta keuangan non bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah. Baitul Maal wat-Tamwil ini bergerak dalam penggalangan dana masyarakat dalam bentuk simpanan serta menyalurkannya dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan usaha dengan sistem jual beli, bagi hasil maupun jasa. BMT lebih menekankan pada prinsip bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam semua operasinya, baik dalam pengerahan dananya maupun dalam penyaluran dananya (pembiayaan).Oleh karena itu, jenis-jenis penghimpunan dana dan pemberian pembiayaan pada bank syari’ah terutama juga menggunakan prinsip bagi hasil (mudharabah), kerjasama (musyarakah) dan jual beli. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli bisa dilakukan dengan akad murabahah, salam, ataupun istishna’.Penyaluran dana dengan prinsip sewa dengan akad ijarah. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli yang paling dominan adalah menggunakan akad murabahah (Veithzal Rivai dkk, 2007:768). Murabahah dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No.04/DSN– MUI/IV/2000 yaitu menjual sesuatu barang dengan menegaskan harga
1
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba (Muthaher, 2012:58). Murabahah dalam fiqih Islam merupakan bentuk jual beli yang tidak ada hubungannya dengan pembiayaan pada mulanya. Murabahah dalam Islam berarti jual beli ketika penjual memberitahukan kepada pembeli biaya perolehan dan keuntungan yang diinginkannya. Namun demikian bentuk jual beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syari’ah dengan menambah beberapa
konsep
lain
sehingga
menjadi
bentuk
pembiayaan
(Viethzal,2007:779). Pembiayaan
murabahah
merupakan
pembiayaan
yang
banyak
digunakan oleh bank-bank syari’ah karena proses dan prakteknya lebih mudah dibanding dengan pembiayaan lainnya. Pembiayaan murabahah memiliki karaktersistik tersendiri.Pertama, akad yang digunakan dalam pembiayaan murabahah adalah akad jual beli. Kedua, barang dagangan harus tetap dalam tanggungan bank selama transaksi antara bank dan nasabah belum diselesaikan.Ketiga, keuntungan dalam pembiayaan murabahah berbentuk margin penjualan yang sudah termasuk harga jual. Keempat, pembayaran harga barang dilakukan secara tunai maupun cicil. Kelima, pembiayaan murabahah memungkinkan adanya jaminan(Andria,2007:780). Dalam pelayanan produk pembiayaan baik untuk keperluan konsumtif, investasi, maupun produktif hanya menggunakan akad murabahah.Sehingga, keperluan pembiayaan pada mitra usaha yang sifatnya produktif juga menggunakan akad murabahah. Karena umumnya pembiayaanmitra usaha
2
yang sifatnya produktifitu cenderung menggunakan akad mudharabah musyarakah.Tapi dalam prakteknya, akad murabahah itu diterapkan pada produk pembiayaan mitra usahadi BMT Tumang Cabang Salatiga. Fenomena tersebut diatas mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut bagaimana pelaksanaan akad murabahah di BMT Tumang Cabang Salatiga. Sehingga penulis tertarik akan melakukan penelitian dalam sebuah skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah pada Produk Pembiayaan Mitra Usaha (StudiKasus di BMT Tumang Cabang Salatiga)”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaanakad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga? 2. Bagaimana
pandangan
hukum
Islam
terhadap
pelaksanaan
murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT
akad
Tumang
Cabang Salatiga? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga 2. Untuk mengetahui tentang pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
3
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah: 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide dan sumbangan pemikiran yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khasanah dan ilmu pengetahuan. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi BMT Tumang Cabang Salatiga Memberikan
sumbangan
pemikiran
terhadap
pentingnya
ketegasan hukum Islam dalam masalah-masalah yang terjadi dalam pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha diBMT Tumang Cabang Salatiga. b. Bagi Peneliti Menambah ilmu pengetahuan serta wawasan dan pembentukan pola berpikir dalam menganalisa bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga apakah sudah sesuai hukum Islam atau belum. c. Bagi Mahasiswa Memberi wawasan dan pemahaman kepada mahasiswa sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
E. Penegasan Istilah
4
1. Hukum Islam Hukum Islam merupakan khitbah (sabda) pencipta syari’at yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, yang mengandung suatu tuntutan atau pilihan yang menjadikan sesuatu sebagai sebab,syarat atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain (Mukhta Yahya dkk, 1986: 121). Menurut para ahli fiqh hukum Islam disistimatisasikan menjadi dua bagian besar yaitu ibadat dan muamalat. Tujuan ibadat adalah sebagai pernyataan syukur kepada Allah dan mendekatkan diri kepadaNya (taqarrub) serta mengharapkan pahala di hari akhirat. Sedangkan mu’amalat tujuan pokoknya adalah mewujudkan berbagai kemaslahatan manusia dalam pergaulan hidupnya di dunia (Zarkowi Soejoeti, 1987:10). Di kalangan madzhab Hanafi, menyebutkan bahwa urusan agama itu meliputi keyakinan (al-i’tiqadat), akhlak (al-adab), ibadat, muamalat dan uqubat. Dua yang pertama bukan bidang fiqh, sedangkan ibadat terdiri sholat, zakat, puasa, haji. Muamalat meliputi lima pembahasan yakni almu’awadlat al-maliyah (transaksi kebendaan), al- amanat (deposit), alziwaj (perkawinan), al-mukhashamat (perselisihan di pengadilan), altarikat (warisan), uqubat (hukuman) (Zarkowi Soejoeti, 1987:11). Para fuqaha Imam Syafi’i membagi lapangan fiqh kepada empat rukun, yaitu al-ibadat, al-mu’amalat, al-ziwaj dan yang berhubungan dengannya dan al-uqubat. Pembagian demikian ini karena hukum-hukum syar’i itu ada yang berhubungan dengan urusan ukhrawi yaitu ibadatada
5
yang berhubungan dengan urusan duniawi diantaranya yang dimaksudkan untuk memelihara kelangsungan diri manusia yaitu mu’amalat, yang berhubungan dengan pemeliharaan kelangsungan jenis di lingkungan keluarga yaitu ziwajdan yang berhubungan dengannya, dan memelihara kelangsungan jenis di lingkungan kota yaitu uqubat (Zarkowi Soejoeti, 1987:11-12). 2. Akad (perikatan) Akad menurut para ahli hukum Islam yaitu pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap obyeknya(Gemala dkk,2005:46). Yang di maksud
akad dalam pembahasan ini adalah adanya
kesepakatan antara nasabah dengan BMT Tumang Cabang Salatiga dimana akad tersebut menimbulkan akibat hukum terhadap obyek yang diperjanjikan. 3. Murabahah Murabahah yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berupa required rate of profit nya atau keuntungan yang ingin diperoleh (Karim, 2010:113). Murabahah yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah suatu produk yang berupa pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga yang berbentuk pemberian modal usaha dimana BMT Tumang
6
Cabang Salatiga sebagai pemberi modal dengan menyatakan harga ditentukan oleh jangka waktu pembayaran dengan margin keuangan yang disepakati anatara nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga. 4. Pembiayaan Mitra Usaha. Pembiayaan yang dimaksudkan disini adalah
pendanaan yang
dilakukan oleh BMT Tumang Cabang Salatiga kepada nasabah sebagai pembiayaan mitra usaha. Sedangkan mitra usaha adalah pemberian modal usaha berupa barang oleh BMT kepada nasabah yang digunakan untuk modal usaha kerja. F. Tinjauan Pustaka Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari penelitian yang ada. Beberapa penelitian terkait yang membahas tentang murabahah dalam ruang lingkup yang berbeda diantaranya adalah: Pertama, Atika Emilia Sula (2010) yang berjudul “Reformulasi Akad Pembiayaan murabahah dengan sistem musyarakah sebagai Inovasi Produk Perbankan Syari’ah”. Penelitian tersebut tentang
konsep pembiayaan
murabahah dengan sistem musyarakah dengan menggabungkan dua skim pembiayaan dalam transaksi dan operasionalnya tetap menggunakan sistem murabahah sebagai akad diawal pembiayaan konsumtif tetapi mengubah model angsuran pembiayaan tersebut dengan sistem musyarakah, yang semula pengembalian atau angsuran dilakukan dengan pembayaran pokok pinjaman ditambah margin dari pembiayaan angsuran tesebut dengan sistem
7
musyarakah, bahkan dapat dimungkinkan untuk terjadi pemindahan kepemilikan barang dengan sistem sewa beli (ijarah muntahia bittamlik). Kedua, Isral Sani (2011) yang berjudul “Pelaksanaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) Pada Baitul Mal Wa Tamwil(BMT) Agama Madani Nagari Sungai Pua Kabupaten Agam”. Penelitian tersebut mengkaji hakdan kewajiban BMT Agam Madani dalam pelaksanaan pembiayaan prinsip
bagi hasil serta bagaimana mekanisme
pembiayaan dan kendala-kendalanya dalam pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dalam pelaksanaan pembiayaan tersebut ada beberapa kendala dalam pengelolaan usaha adanya anggota yang belum mampu mengelola usahanya secara baik dan kurangnya profesionalisme BMT dalam melaksanakan pembiayaan dalam jumlah besar. Hal yang tak terduga yang menimpa nasabah sehingga
tidak bisa
melaksanakan kewajibanya untuk memberikan bagi hasil dari usahanya karena merugi. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, pihak BMT Agam lebih berhati-hati dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada nasabah supaya tidak rugi, selain itu lebih meningkatkan pengontrolan dan pengawasan terhadap
usaha yang dilakukan nasabah, guna menghindari
terjadinya penyalahgunaan dana yang diberikan. Dan diharapkan kepada pemerintah menyiapkan undang-undang yang secara khusus mengatur tentang koperasi syari’ah.
8
Ketiga, skripsi dari Nur Inayah (2009) yang berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Murabahah di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan tentang strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan murabahah di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan dan menguraikan data-data yg telah terkumpul yang diperoleh di lapangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam penanganan terhadap nasabah yang pembiayaannya bermasalah pihak BMT menggunakan cara-cara yang lebih bersifat
kekeluargaan
seperti
melakukan
silaturahim,
pembinaan
rescheduling, memberi peringatan kemudian sita jaminan. Keempat, skripsi dari Benny Kurniawan(2001) dengan judul “ Studi Analisis Tentang Praktek Pembiayaan murabahah di Bank Muamalah Cabang Semarang (Studi Kasus Pembelian Mesin Cetak Finishing Pada PT Karya Toha Putra Semarang)”. Dimana dalam praktek murabahah tersebut merupakan bentuk bisnis dan kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual beli (lading acting) menjadi permindahan hak milik barang(sale purchase translation). Dalam murabahah ini pihak bank dapat memberikan atau menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh pengusaha untuk dijual lagi dan bank minta tambahan harga (cost) atas harga pembelian. Dengan syarat si pemilik barang harus memberikan informasi kepada pembeli tentang harga dan keuntungan bersihnya. Selain membahas praktek murabahah di Bank Muamalah Cabang Semarang, secara umum dalam
9
skripsi ini juga dibahas tentang murabahah menurut fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No.04/GSM-MUI/IV/2000 serta relevansinya dalam praktek murabahah di Bank Muamalah Cabang Semarang. Kelima, Skripsi oleh Ahmad Irfan (1999) yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Wakalah di Bank Syari’ah Mandiri (BSM) Pekalongan”.Dalam skripsinya dia menjelaskan tentang bentuk wakalah yang ada di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. Dari berbagai macam bentuk wakalah yang ada di perbankan syari’ah, di BSM Pekalongan hanya bentuk transfer uang saja, jasa transfer yang dilakukan tidak bertentangan dengan hukum Islam, karena dalam hal ini berlaku akad ijarah dimana wakil sebagai ajir sedangkan muwakil sebagai musta’jir, dengan demikian pada prinsipnya wakalah merupakan sebuah akad, maka muwakil dan wakil harus memenuhi persyaratan kecakapan bertindak secara sempurna. Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan judul dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Namun penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainnya. Letak perbedaannya pada permasalahan yang penulis fokuskan. Penulis menitikberatkan pada bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian& Pendekatan a. Jenis Penelitian
10
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif ini metode yang digunakan adalah wawancara (observasi) pengamatan dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2001:6). Penelitian ini berusaha untuk memahami bagaimana hukum Islam menganalisis pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang cabang Salatiga. Penelitian kualitatif dipilih karena dipandang cocok untuk mengekspresikan temuan kasuskasus yang berkaitan dengan pelaksanaan akad murabahah
pada
produk pembiayaan mitra usaha dengan cara terjun langsung ke lapangan yaitu di BMT Tumang Cabang Salatiga. b. Pendekatan Yang bertujuan untuk mengetahui, bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga ini menggunakan pendekatanyuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasalpasal dalam peraturan perundang-undangan yang megatur terhadap permasalahan tersebut. Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami bagaimana
hukum
Islam
menganalisis
11
pelaksanaan
akad
murabahahpada produk pembiayaan
mitra usaha di BMT Tumang
Cabang Salatiga. 2. Kehadiran Peneliti Dalam Penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di lapangan dengan menggunakan alat penelitian aktif dalam mengumpulkan data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-dokumenyang menunjang keabsahan hasil penelitian nanti serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian itu akan dilakukan. Dalam penelitian yang akan penulis teliti adalah di koperasi jasa keuangan BMT Tumang Cabang Salatiga. 4. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian. 1) Responden Responden adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian
nanti
yang
menjadi
12
informan
adalah
manager
BMTTumang Cabang Salatiga, para pegawai BMT Tumang Cabang Salatigadan nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga. 2) Dokumen Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data primer, yaitu dokumen-dokumen berhubungan dengan BMT Tumang Cabang Salatiga, yang di antaranya adalah struktur organisasi di BMT Tumang Cabang Salatiga, data-data berupa keuangan nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga, data-data tata cara dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini akan menggunakan tiga metode pengumpulan data : a. Observasi Observasi adalah pengamatan secara langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti yang dilakukan dalam waktu singkat (Gorys Keraf,1994:162).
13
Dalam observasi nanti, data yang ingin peneliti peroleh secara langsung dari BMT Tumang Cabang Salatiga dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada obyek penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar
BMT
Tumang Cabang Salatiga proses pelayanan pada nasabah dalam memberikan pembiayaan, serta fasilitas yang ada di BMT Tumang Cabang Salatiga tersebut. b. Interview Interview yaitu cara memperoleh keterangan atau data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak BMT Tumang Cabang Salatiga dalam hal ini adalah manager BMT Tumang Cabang Salatiga, pegawai BMT Tumang Cabang Salatiga dan sebagian nasabah BMT Tumang Cabang Salatigayang telah mengajukan pembiayaan mitra usaha di BMT tersebut. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mengumpulkan, menyusun dan mengelola dokumen-dokumen tertulis yang terdapat di BMT Tumang Cabang Salatiga dan kegiatan yang dianggap berguna untuk dijadikan bahan keterangan yang berhubungan dengan penelitian nanti. 6. Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis.Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif 14
terhadap data primer dan sekunder. Selanjutnya diuraikan dan disimpulkan dengan memakai metode berfikir induktif yaitu pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum (Sudjana, 1988:7). Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus berdasarkan pengamatan di lapangan untuk menilai apakah pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan murabahah di BMT Tumang Cabang Salatiga sudah sesuai denganhukum Islam atau belum. 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data. Dalam penelitian nanti, penulis menggunakan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (2010:274) triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut: a. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. b. Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 15
Dalam penelitian nanti, penulis menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian yang akan peneliti teliti nanti akan dilakukan dengan berbagai tahap yaitu: a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga, pembuatan proposal penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan, melakukan observasi dan dokumentasi. c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang akan diteliti. d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang
16
dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan. H. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian nanti adalah sebagai berikut; Bab I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar pembahasan isi pokok penelitian yang terdiri atas; latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. Bab II Kajian Pustaka, meliputi tinjauan umum tentang murabahahyang meliputi murabahah dalam fiqh muammalah, murabahah dalam DSN MUI No:04/DSN/MUI/IV/2000 dan murabahah dalam lembaga keuangan syari’ah dan tinjauan umum tentang BMT (Baitul Maal wat Tamwiil) dan tinjauan umum tentang pembiayaan murabahah Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian yaitu mendiskripsikan tentang pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usahadi BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada bab ini dijelaskan sekilas tentang objek penelitian seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi beserta tugastugasnya, visi dan misi , bidang usaha pemberian modal yang mana harga ditentukan jangka waktu pembayaran dan karakteristik akad murabahah. Bab IV Pembahasan yaitu membahas tentang analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usahadi BMT Tumang Cabang Salatiga. Pada bab ini menguraikan tentang 17
jawaban terhadap pokok permasalahan dari penelitian yaitu tentang pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum. Bab V adalah penutup yang merupakan kesimpulan dan saran-saran mengenai
persoalan
yang
telahdijabarkan
pada
bab-bab
sebelumnya.Kemudian pada bagian akhir dari skripsi nanti adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
18
BAB II AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA
A. Tinjauan Umum Akad Murabahah 1. Pengertian Murabahah Secara bahasa, murabahah berasal dari kata ribh yang bermakna tumbuh dan berkembang dalam perniagaan. Dalam istilah syari’ah, konsep murabahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ulama’. Di antaranya, menurut Utsmani, murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan tambahan profit yang diinginkan yang tercermin dalam harga jual (Ismail, 2012: 91). Menurut Antonio sebagaimana yang dikutip oleh Osmad Muthaher (2012: 57) murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Jadi dalam jual beli murabahah penjual harus memberi tahu kepada pembeli mengenai harga pokok barang yang ia beli dan menentukan keuntungan sebagai tambahannya. Sedangkan menurut para fuqaha, murabahah sebagai penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
19
margin keuntungan yang disepakati. Secara khusus penjual harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut (Wiroso, 2005: 13). Murabahah menekankan adanya pembelian komoditas berdasarkan permintaan konsumen, dan proses penjualan kepada konsumen dengan harga jual yang merupakan akumulasi dari biaya beli dan tambahan profit yang diinginkan. Dengan demikian, bila terikat dengan pihak bank diwajibkan untuk menerangkan tentang harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan kepada nasabah. Dalam konteks ini, bank tidak meminjamkan uang kepada nasabah untuk membeli komoditas tertentu. Akan tetapi, pihak banklah yang berkewajiban untuk membelikan komoditas pesanan nasabah dari pihak ketiga, dan kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang disepakati kedua pihak (Ismail, 2015: 91). Murabahah berbeda dengan jual beli biasa (musawamah). Dalam jual beli musawamah terdapat proses tawar menawar (bargaining) antara penjual dan pembeli untuk menentukan harga jual, penjual juga tidak menyebutkan harga beli dan keuntungan yang diinginkan. Berbeda dengan murabahah, harga beli dan margin yang diinginkan harus dijelaskan kepada pembeli (Ismail, 2015: 91). Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang dengan harga yang disepakati antara
20
penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya. 2. Landasan Hukum Murabahah Menurut Zuhaili sebagaimana yang dikutip oleh Wiroso (2015:15), bahwa ketentuan tentang murabahah merupakan suatu jenis jual beli yang dibolehkan oleh syari’at, dalil kebolehannya adalah sama dengan jual beli pada umumnya yaitu: a. Al-Qur’an Dalam surat An-Nisa’ Allah swt, berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu,dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”(QS. An-Nisa’(4) :29) b. Hadis Menurut Imam Syafi’i diperbolehkannya jual beli dalam kitab al umm juz 4 halaman 6 berkata bahwa:
فأ صل البْ٘ع كلِا هباح إ را كا ًج برضا الوخبا ٗع٘ي الجا ئسٓ اال هر ف٘وا حبا ٗعا ّها كا ى فٔ هعٌٔ ها ًِٔ عٌَ رسْل, إال ها ًِٔ عٌَ رسْل هللا ص ّم هٌِا, ٍّ ها فا رق ر لك ابحٌا, ٌَ داخل فٔ الوعٌٔ الٌِٔ ع, ًَ هللا ص ّ م هحرم بإ ر بوا ّصفٌا هي إ با حت الب٘ع فٔ كخاب هللا 21
c. Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Dewan Syari’ah Nasional menetapkan aturan tentang murabahah sebagaimana tercantum dalam fatwa DSN MUI Nomor 04/DSNMUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000. 3. Rukun dan Syarat Murabahah a. Rukun Murabahah Murabahah mempunyai beberapa rukun yaitu: 1) Penjual (ba’iu ) 2) Pembeli (musytari’ ) 3) Barang yang diperjual belikan (mabi’) 4) Harga barang (tsaman ) 5) Pernyataan serah terima (ijab qabul ) (Veithzal dkk, 2008: 146-147). b. Syarat Murabahah Terdapat delapan syarat terbentuknya akad murabahah, yaitu: 1) Tamyiz 2) Berbilang pihak 3) Pertemuan kehendak atau kesepakatan 4) Kesatuan majlis 5) Obyek ada pada waktu akad (dapat diserahkan) 6) Obyek dapat ditransaksikan 7) Obyek tertentu atau dapat ditentukan. 8) Tidak bertentangan dengan ketentuan syari’ah.
22
Dalam jual beli murabahah, menurut Ismail Nawawi sebagaimana yang dikutip oleh Al-Kasani (220-222) dikatakan sah jika memenuhi beberapa syarat berikut ini: 1) Mengetahui harga pokok Akad jual beli ini berdasarkan pada kejelasan informasi tentang harga beli. Jika harga beli tidak dijelaskan kepada pembeli dan ia telah meninggalkan majlis maka jual beli dinyatakan akadnya batal. 2) Adanya kejelasan keuntungan (margin) Hendaknya margin keuntungan juga diketahui oleh pembeli, karena margin keuntungan tersebut termasuk bagian dari harga, sedangkan mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli. 3) Modal yang digunakan untuk membeli obyek transaksi harus merupakan barang mitsil, dalam arti terdapat padanannya di pasaran, alangkah baiknya jika menggunakan uang. Disamping itu dalam ijab qabul terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, menurut Zuhaily (1989: 105-106) sebagai berikut: 1) Adanya kejelasan maksud dari kedua belah pihak Dalam arti ijab dan qabul yang dilakukan harus bisa mengekspresikan tujuan dan maksud keduanya dalam bertransaksi. Penjual mampu memahami apa yang diinginkan oleh pembeli dan begitu sebaliknya.
2) Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul
23
Dalam hal obyek transaksi ataupun harga, artinya terdapat kesamaan di antara keduanya tentang kesepakatan, maksud, dan obyek transaksi. Jika tidak terdapat kesesuaian maka akad dinyatakan batal. 3) Adanya pertemuan antara ijab dan qabul (berurutan dan bersambung) Yakni ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis, maksudnya kedua pihakuntuk membuat kesepakatan, atau pertemuan pembicaraan dalam satu obyek transaksi. Di samping syarat-syarat di atas, terdapat juga syarat-syarat khusus, yaitu: 1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. 2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang yang sesudah pembelian. 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian secara hutang. Secara prinsip, jika syarat dalam (1) (4) (5) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan untuk melanjutkan pembelian seperti apa adanya atau kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual, atau membatalkan kontrak (Antonio, 2001:102). 4. Jenis Murabahah Murabahah dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Murabahah tanpa pesanan
24
Jual beli murabahah dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak, sehingga penyediaan barang, dilakukan sendiri oleh bank syari’ah dan dilakukan tidak terkait dengan jual beli murabahah. b. Murabahah berdasarkan pesanan Bank syari’ah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan pada murabahah ini, pengadaan barang-barang tergantung atau terkait langsung pesanan atau pembelian barang tersebut. 5. Manfaat Murabahah Sesuai dengan sifat bisnis, transaksi murabahahmemiliki beberapa manfaat, murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syari’ah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah dan sistemnya sangat sederhana (Antonio, 2001:106-107). 6. Resiko Murabahah 1) Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran. 2) Fluktuasi harga komparatif; ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut. 3) Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak nasabah karena berbagai sebab.
25
4) Dijual; karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian resiko untuk default akan besar (Antonio, 2001:106-107). B. Tinjauan Umum BMT (Baitul Maal Wat Tamwiil) 1. Pengertian BMT BMT merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam skala mikro sebagaimana Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Adapun bank umum merupakan lembaga keuangan makro sedangkan bank perkreditan rakyat merupakan lembaga keuangan menengah. BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang berlandaskan syari’ah. Selain itu, BMT juga dapat dikatakan sebagai suatu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang keuangan. Ini disebabkan karena BMT tidak hanya bergerak dalam pengelolaan modal (uang) saja, tetapi BMT juga bergerak dalam pengumpulan zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) (Sumiyanto, 2008: 15-16). Perbedaan BMT dengan bank umum syari’ah (BUS) atau juga bank perkreditan rakyat syari’ah (BPRS) adalah BUS dan BPRS terikat dengan peraturan pemerintah di bawah Departemen Keuangan dan juga peraturan Bank Indonesia (BI). Sedangkan BMT dengan badan hukum koperasi, secara otomatis di bawah pembinaan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Ketentuan pengaturan koperasi BMT diatur dengan
26
keputusan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah No 91. Tahun 2004 (Kepmen No. 91/Kep/ M.KUKM/ IX/ 2004) bahwa BMT sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS), yang mana merupakan koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syari’ah). 2. Prinsip-prinsip BMT Prinsip-prinsip BMT sesuai dengan Undang-undang koperasi adalah sebagai berikut: a. Koperasi BMT (KJKS) merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang menjadikan sistem syari’ah sebagai landasan operasional. b. Tujuan pengembangan koperasi BMT (KJKS) adalah 1) Meningkatkan progam pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui sistem syari’ah. 2) Mendorong kehidupan ekonomi syari’ah dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah khususnya dan ekonomi indonesia pada umumnya. 3) Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan koperasi BMT (KJKS). c. Koperasi
BMT
(KJKS)
berfungsi
untuk
membangun
dan
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan
27
masyarakat, dan berperan secara aktif mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. d. Keanggotaan koperasi BMT bersifat sukarela dan terbuka, dan dikelola secara demokratis dan Islami. e. Substansi anggaran dasar koperasi BMT minimal memuat daftar nama pendiri, nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan, ketentuan mengenai keanggotaan, rapat anggot, pengelolaan dan permodalan, jangka waktu berdiri,pembagian sisa hasil usaha (SHU) dan sanksi. f. Ketentuan tentang keanggotaan dapat berupa anggota biasa, anggota luar biasa dan calon anggota. kesemuannya dinyatakan dalam daftar buku anggota biasa, anggota luar biasa dan calon anggota. Ketentuan hak dan kewajiban masing-masing dinyatakan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. g. Koperasi BMT (KJKS) wajib menyelenggarakan rapat anggota tahunan (RAT) minimal satu kali dalam setahun. h. Masa jabatan pengurus koperasi BMT (KJKS) paling lama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali. i. Pengawas koperasi BMT (KJKS) harus dipilih dari dan oleh anggota koperasi BMT (KJKS) dalam rapat anggota. j. Modal koperasi BMT (KJKS) terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal
28
dari anggota, koperasi lainnya, bank dan lembaga lainnya, sumber lain yang sah (Sumiyanto, 2008: 40). 3. Kegiatan BMT Kegiatan BMT yang utama adalah penghimpunan dana dan penyaluran dana. KJKS BMT dalam melakukan penghimpunan dana harus mengacu pada ketentuan yang berlaku, baik perundang-undangan tentang koperasi maupun ketentuan syari’ah, yakni: a. KJKS BMT dapat menghimpun dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya dalam bentuk simpanan dan simpanan berjangka. b. Simpanan dan simpanan berjangka memungkinkan untuk dikembangkan yang
esensinya
tidak
menyimpang dari
prinsip
wadi’ah
dan
mudharabah sesuai dengan kepentingan dan manfaat yang diperoleh, selama tidak bertentangan dengan syari’ah yang berlaku, dan dengan merujuk pada fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). c. Perhitungan bagi hasil untuk simpanan biasa dan simpanan berjangka sesuai dengan pola bagi hasil (syari’ah) dilakukan dengan sistem distribusi pendapatan. d. Distribusi pendapatan diperoleh dari perhitungan saldo rata-rata perklasifikasi
dana dibagi total saldo rata-rata seluruh klasifikasi dana,
kemudian dikalikan dengan komponen perkiraan pendapatan yang dibagi lalu dikalikan nisbah bagi hasil masing-masing produk simpanan.
29
C. Tinjauan Umum Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2014:82). Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank atau lembaga keuangan non bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Antonio, 2006:160). Dalam kaitannya dalam perspektif syari’ah, pembiayaan disebut juga sebagai aktiva produktif. Aktifa produktif adalah penanaman dana dalam bentuk rupiah atau valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga Islam, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administrasi serta sertifikat wadi’ah (Veithzal Rivai dk, 2007: 769 ). Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan bank konvensional atau koperasi pada umumnya dengan pembiayaan dengan prinsip syari’ah adalah terletak pada keuntungan yang ditentukan. Pada bank konvensional keuntungan yang diperoleh itu melalui bunga, sedangkan bagi pembiayaan denga prinsip syari’ah berupa imbalan atau bagi hasil. Perbedaan lainnya juga terdapat pada analisis kredit
30
ataupembiayaan yang diberikan pada masing-masing pihak pemberi pembiayaan. Perbeaan lainnya terletak pada bisnis yang dibiayai. Dalam syari’ah terdapat sejumlah batasan dalam hal pemberian pembiayaan pada sektor wirausaha. Tidak semua proyek atau obyek pembiayaan dapat didanai melalui bank syari’ah, namun harus sesuai dengan kaidah syari’ah (Gemala Dewi, 2005:67). 2. Jenis-jenis Pembiayaan Secara garis besar produk pembiayaan syari’ah terdiri dalam 4 (empat) kategori berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu (Karim, 2007:97-112): a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (ba’i) Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual, transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yaitu sebagai berikut: 1) Pembiayaan Murabahah Murabahah yang berasal darikata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli dimana bank sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).Jadi Pembiayaan murabahah adalah
31
pembiayaan jual beli dimana penyerahan barang dilakukan di awal akad.Bank menetapkan harga jual barang yaitu harga pokok perolehan barang ditambah sejumlah margin keuntungan bank.Harga jual yang telah disepakati di awal akad tidak boleh berubah selama jangka waktu pembiayaan. 2) Pembiayaan Salam Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada.Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai.Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Jadi Pembiayaan salam adalah pembiayaan jual beli dimana yang diperjual belikan belum ada. Pembayaran barang dilakukan di depan oleh bank namun penyerahan barang nasabah dilakukan secara tangguh karena memerlukan waktu untuk proses pengadaan. Lazimnya, setelah barang tersebut diserahkan kepada bank maka bank akan menjualnya kepada pembeli yang telah memesan sebelumnya. 3) Pembiayaan Istishna’ Produk istishna’ menyerupai produk salam, akan tetapi dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan beberapa kali (termin) pembayaran. Skim Istishna dalam bank syari’ah umumnya
32
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Jadi, pembiayaan istishna adalah pembiayaan jual beli yang polanya sama dengan pembiayaan salam, namun berbeda dalam pola pembayarannya. Bila salam pembayarannya dilakukan di depan akad, maka pembayarannya dalam istishna dapat dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. b. Prinsip Sewa (Ijarah) Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat, jadi pada dasarnya prinsip ijarahsama dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada obyek transaksinya.Pada jual beli obyek transaksinya adalah barang. Sedangkan ijarah obyek transaksinya adalah jasa. Transaksi ini di bagi berdasarkan 2 (dua) bentuk, yaitu: 1) Ijarah Ijarah adalah akad sewa-menyewa barang atau jasa antara pemilik obyek sewa dan penyewa. 2) Ijarah Muntahiya Bittamlik Ijarah muntahiya bittamlik adalah akad sewa-menyewa barang atau jasa dimana barang atau jasa yang disewakan dapat dimiliki oleh penyewa pada akhir masa sewa. c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Produk pembiayaan syari’ah yang berdasarkan atas prinsip bagi hasil adalah: 1) Pembiayaan Musyarakah
33
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau syarikah).Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki bersama-sama.Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersamasama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Jadi pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan bagi hasil ketika dua pihak atau lebih pengusaha pemilik modal atau dana bekerja sebagai mitra usaha membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. 2) Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.Jadi pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan dimana bank membiayai 100% kebutuhan dana untuk usaha, sedangkan nasabah bertindak sebagai pelaksana atas usaha tersebut dan keuntungan yang diperoleh berdasarkan kesepakatan bersama.
34
Jenis-jenis pembiayaan yang ada diperbankan baik bank syari’ah maupun bank konvensional, secara umum dapat dilihat dalam berbagai sudut, yaitu: (Laksamana, 2009:38).
a. Pembiayaan Dilihat dari Tujuannya 1) Pembiayaan Konsumtif Pembiayaan Konsumtif adalah pembiayaan yang diberikan untuk tujuan konsumtif yang hanya dinikmati oleh pemohon. 2) Pembiayaan Produktif Pembiayaan Produktif yaitu pembiayaan yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau jasa. 3) Pembiayaan Perdagangan Pembiayaan Perdagangan yaitu pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang sebagai persediaan untuk dijual kembali. b. Pembiayaan Dilihat dari Jangka Waktunya 1) Pembiayaan Jangka Pendek Pembiayaan jangka pendek (short term financing) adalah pembiayaan yang berjangka waktu maksimal 1 (satu) tahun. 2) Pembiayaan Jangka Menengah Pembiayaan jangka menengah (medium term financing) adalah pembiayaan yang berjangka waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun. 3) Pembiayaan Jangka Panjang
35
Pembiayaan jangka panjang (long term financing) adalah pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun. c. Pembiayaan dilihat dari Penggunaannya 1) Pembiayaan Modal Kerja (Mitra Usaha) Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk kebutuhan modal kerja bagi kelancaran usaha, antara lain untuk pembelian bahan baku, biaya produksi seperti upah tenaga kerja, biaya distribusi, dan sebagainya. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau atau mutu hasil produksi. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang (Antonio, 2001:160). Dalam melakukan penetapan akad pembiayaan modal kerja syari’ah, proses analisis yang dilakukan adalah sebaga berikut: a) Hal pertama yang harus dlihat adalah jenis proyek yag akan dibiayai tersebut apakah memiliki kontrak atau belum. b) Jika proyek tersebut memiki kontrak, aktor berikutnya yang harus dicermati adalah apakah proyek tersebut untuk pembiayaan konstruksi atau pengadaan barang. Jika untuk pembiayaan kontruksi, pembiayaan yanglayak adalah pembiayaan istishna’. Namun jika
bukan untuk pembiayaan kontruksi, melainkan
36
pengadaan barang maka pembiayaan yang patut diberikan adalah pembiayaan mudharabah. c) Jika proyek tersebut bukan untuk pembiayaan kontruksi ataupun pengadaan barang, maka bank tidak layak untuk memberikan pembiayaan. d) Dalam hal proyek tersebut tidak memiliki kontrak, maka faktor selanjutnya harus dilihat adalah apakah proyek tersebut untuk pembelian barang atau penyewaan barang. (1) Jika untuk
pembelian barang, maka yang dilihat adalah
apakah barang tersebut berupa ready stock atau good in proses. Jika ready stock
maka pembiayaan yang dapat
diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun jika good in process, yang harus dilihat lagi adalah apakah proses barang tersebut memerlukan waktu kurang dari 6 bulan atau lebih. Jika kurang dari 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan salam, jika melebihi 6 bulan pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan istishna’ . (2) Jika untuk penyewaan barang, maka pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan ijarah (Karim, 2007:235-236). 2) Pembiayaan Investasi Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan berjangka menengah dan panjang untuk melakukan investasi seperti pembelian barangbarang modal, serta jasa yang dipergunakan untuk rehabilitasi
37
maupun ekspansi usaha yang sudah ada dengan pembelian mesinmesin dan peralatan, dan pembangunan pabrik. 3) Pembiayaan Multi Guna Pembiayaan multi guna adalah pembiayaan berjangka pendek dan menengah bagi perorangan untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti biaya pendidikan, biaya pernikahan, pembelian aneka peralatan rumah tangga, dan sebagainya. 3. Jaminan Pembiayaan a. Jaminan dengan barang-barang berharga(Kasmir, 2004:8081) sperti: 1) Tanah 2) Bangunan 3) Kendaraan bermontor 4) Mesin-mesin peralatan 5) Barang dagangan 6) Tanaman/sawah 7) Dan barang dagang lainnya. b. Jaminan surat berharga seperti: 1) Sertifikat saham 2) Sertifikat obligasi 3) Sertifikat tanah 4) Sertifikat deposito 5) Promes 6) Wesel
38
7) dan surat berharga lainnya. c. Jaminan orang atau perusahaan Jaminan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada bank terhadap fasilitas pembiayaan yang diberikan. d. Jaminan asuransi Jaminan asuransi yaitu bank menjaminkan pembiayaan tersebut kepada pihak asuransi, terutama terhadap fisik obyek kredit, seperti kendaraan dan gedung. Apabila terjadi kehilangan atau kebakaran, maka pihak asuransilah yang akan menanggungkannya. 4. Prinsip-prinsip Pembiayaan Prinsip pemberian pembiayaan, setelah calon debitur mengajukan permohonan pembiayaan, untuk menentukan disetujui atau tidaknya, dapat dilakukan dengan analisis 5C yaitu (Kasmir,2004:91-92): 1) Character Character adalah sifat atau watak seseorang yang akan diberi pembiayaan benar- benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang pekerjaan si nasabah maupun keadaan keluarganya. 2) Capacity Capacity adalah penilaian mengenai kemampuan pemohon dalam menjalankan usaha dan menghasilkan keuntungan, yang pada akhirnya mampu membayar kewajiban kepada bank. 3) Capital
39
Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4) Condition Condition adalah penilian terhadap kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sector masing-masing. 5) Collateral Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Sedangkan untuk penilaian pembiayaan, analisis pembiayaan yang digunakan biasanya adalah dengan metode 7P (Kasmir,1999:105-107) yaitu: 1) Personality Personality adalah menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. 2) Party Party adalah mengklafikasikan nasabah kedalam klafikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. 3) Purpose Purpose adalah mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk pembiayaan yang diinginkan olehnasabah.
40
4) Prospect Prospect adalah menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. 5) Payment Payment adalah ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil, atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan. 6) Profitability Profitability adalah menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. 7) Protection Protection adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.
5. Teknik Penyelesaian Pembiayaan Macet Dalam menganalisis setiap permohonan, kemungkinan pembiayaan bermasalah pasti ada. Hal ini dapat di sebabkan oleh berbagai pihak (Kasmir, 2000:109) yaitu: 1) Dari Pihak Bank Dalam hal ini pihak analisis pembiayaan kurang teliti baik dalam mengecek dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan dengan rasio-rasio yang ada.
41
2) Dari Pihak Nasabah Dari pihak nasabah pembiayaan bermasalah dapat terjadi karena 2 (dua) hal sebagai berikut: a) Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja tidak membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan yang diberikan dengan sendiri macet. b) Adanya unsur ketidak sengajaan, dalam hal ini nasabah mau membayar kewajibannya akan tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang dibiayai terkena musibah seperti kebakaran. Sedangkan cara yang digunakan oleh bank untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah, yaitu dengan restrukturasi pembiayaan, yaitu upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat melakukan kewajibannya, hal yang dapat dilakukan antara lain: 1) Penjadualan Kembali (rescheduling) Penjadualan kembali, yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban atau jangka waktu pembiayaan. 2) Persyaratan Kembali (reconditioning) Persyaratan kembali, yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan yang tidak terbatas hanya pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimal saldo. 3) Penataan kembali (restructuring)
42
Penataan kembali, yaitu perubahan persyaratan pembiayaan yang menyangkut: a) Penambahan dana dari bank b) Konversi pembiayaan menjadi piutang dan atau sebaliknya c) Konversi pembiayaan atau piutang menjadi ijarah
43
BAB III PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA DI BMT TUMANG SALATIGA A. Profil BMT Tumang Salatiga 1. Sejarah Berdirinya BMT Tumang Salatiga. BMT Tumang merupakan salah satu Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah dengan Badan Hukum
No. 242/BH/KDK.I.I.25/IV/1999.
BMT ini didirikan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya dalam pemberdayaan ekonomi umat. BMT Tumang ini didirikan pada tanggal 1 Oktober 1998. Sampai saat ini sudah memiliki 1 Kantor Pusat dan 6 kantor cabang antara lain; kantor pusat Jl.Boyolali- Magelang km.10, Cepogo, Boyolali, kantor cabang Jln. Raya Ampel (depan Pasar Ampel), kantor cabang Kartasura Jln. Ahmad Yani No.83 (depan Pasar Kartasura), kantor cabang Boyolali Jln. Boyolali- Semarang Km.1 (Barat Terminal Boyolali–Perum Galaxy Land), kantor cabang Andong Jln. Raya Kacangan (Barat Pasar Kacangan) Boyolali, kantor cabang Jln. Sukowati No.9 Salatiga, kantor cabang Jln. Raya Solo-Jogya Km.21(Selatan Pasar Delanggu) Delanggu, Klaten, kantor cabang Jln. Boyolali-Magelang Km.18 Selo, Boyolali.
44
2. Visi dan Misi BMT Tumang Salatiga a. Visi BMT Tumang Salatiga Menjadi Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) yang mandiri, modern, dan sejahtera. b. Misi BMT Tumang Salatiga 1) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syari’ah mandiri, modern, amanah, dan sejahtera. 2) Mengembangkan SDM yang tangguh, profesional, dan berdaya saing tinggi. 3) Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung operasional BMT. 3. Keunggulan BMT Tumang Salatiga a. Sistem dan kinerja BMT berpegang pada prinsip dasar yang berlandaskan Syari’ah. b. BMT menjauhkan dari sistem riba, maysir, gharar yang melanggarkan prinsip fiqh alghunmu bil ghurmi (keuntungan muncul bersama resiko) atau kharaj bi dhaman (hasil muncul bersama beban) yaitu dengan menerapkan sistem bagi hasil. c. Dengan menitipkan dana di BMT Tumang InsyaAllah bermanfaat dan barakah. d. Pelayanan maksimal, siap mengambil dan mengantar. 4. Kelengkapan Organisasi a. Nomor badan hukum
: 242/BH.KDK. 11.25/IV/1999
45
aman,
b. Nomor badan hukum PAD
: 02/PAD/XIV/I/2001
c. Nomor pokok wajib pajak
: 02/014.0381.4-527.000
d. SIUP
: 063/11.32/PK/X/2012
e. TDP
: 113324600215
f. Jangkauan pelayanan
: Wilayah Jawa Tengah
g. Waktu operasional
: hari Senin- Jum’at jam 07.30-16.30 WIB
5. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah gambaran secara skematis mengenai hubungan-hubungan, kerja sama dari orang-orang dalam rangka mencapai tujuan. Adapun struktur organisasi pada KJKS “BMT TUMANG” adalah sebagai berikut:
46
RAPAT ANGGOTA
PENGAWAS MANAJEMEN N
PENGURUS
PENGAWAS SYARIAH
MANAJER UTAMA AUDIT INTERNAL
MANAJER OPERASIONAL
MANAGER PERSONALIA
DIREKTUR MARKETING
MANAGER KEUANGAN
MANAGER CABANG
Gambar 3.1 StrukturOrganisasi KJKS BMT Tumang Sumber: KJKS BMT TumangCabangSalatiga
47
MANAGER MAAL
MANAJER CABANG
Marketing Finance
Marketing Funding
Customer Service
Teller
Security
Back Office
Gambar 3.2 StrukturOrganisasi BMT TumangCabangSalatiga Sumber: KJKS TumangCabangSalatiga Perusahaan membutuhkan adanya struktur organisasi yang tepat dan jelas sebagai dasar untuk menjelaskan aktivitas sehari-hari. Adapun struktur organisasi yang digunakan pada BMT Tumang adalah struktur organisasi garis, yaitu struktur yang menunjukan suatu rangkaian dari kekuasaan perintah
dari manajemen
ke bawah melalui bermacam-macam
bagian
sampai pada tingkat kekuasaan atau tanggung jawab terendah. Adapun keterangan dari struktur organisasi di atas adalah sebagai berikut: a. Rapat Anggota 1) Kewenangan : berhak memilih dan memberhentikan pengurus.
48
2) Tugas : menerima laporan pertanggung jawaban tahunan. b. Badan Pengurus 1) Kewenangan : mewakili anggota (pendiri), pengurus berwenang untuk memastikan jalan tidaknya BMT dan membuat kebijakan umum serta malaksanakan pengawasan pelaksanaan kegiatan
BMT sehingga
sesuai dengan tujuan. 2) Tugas : a) Menyusun kebijakan umum BMT b) Melakukan
pengawasan
kegiatan
dalam
bentuk
persetujuan
pembiayaan untuk suatu tujuan tertentu dan melakukan pengawasan tugas manajemen (pengelolaan). c) Memberikan persetujuan terhadap produk-produk yang akan ditawarkan kepada organisasi. c. Pengawas Syari’ah 1) Kewenangan: memotivasi dan memeriksa kegiatan BMT agar sesuai dengan kaidah syari’at Islam. 2) Tugas: mengawasi jalannya sirkulasi keuangan apakah menyimpang dari ajaran syari’ah atau tidak. d. Pengawasan Manajemen 1) Kewenangan: merekomendasikan akuntan public kepada pengurus.
2) Tugasnya:
49
a) Mengawasi jalannya sirkulasi setiap bulan maju tidaknya sirkulasi keuangan. b) Menerima laporan tiap bulan untuk mengukur perkembangan BMT secara berkala. e. Manajer Utama Fungsi manajer utama adalah menampung aspirasi, saran, kritik dan menentukan sikap untuk kemajuan BMT Tumang. Tugas Manajer Utama adalah : 1) Mangatur dan mengkoordinasi manajer cabang. 2) Menentukan keputusan dalam RAT. 3) Mengkoordinasi kinerja tiap-tiap staf, karyawan karyawati, manajer cabang dan seluruh
yang terlibat pada KJKS BMT
Tumang untuk kemajuan yang lebih baik. f.Manajer Umum Fungsi manajer umum adalah memimpin jalannya BMT sehingga sesuai dengan tujuan dan kebijakan umum yang digariskan oleh pengurus. Sedangkan tugas dari manajer umum adalah sebagai berikut : 1) Membuat rencana kerja secara periodik, meliputi: rencana pemasaran, pembiayaan, biaya operasi, dan rencana keuangan. 2) Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang digariskan oleh pengurus. 3) Memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan oleh stafnya.
50
4) Membuat laporan secara periodik kepada pengurus berupa: laporan pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, laporan keuangan. 5) Memberikan tanda tangan validasi. g. Manajer Administrasi Fungsi
manajer
adminstrasi
adalah
menangani
administrasi
keuangan, menghitung bagi hasil serta menyusun laporan keuangan. Tugas dari manajer administrasi adalah : 1) Mengerjakan jurnal buku besar. 2) Menyusun rencana percobaan. 3) Melakukan perhitungan bagi hasil simpanan dan pembiayaan. h. Manajer Operasional Fungsi dari manager operasional adalah merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh aktivitas di bidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan profesionalisme BMT khususnya dalam pelayanan terhadap mitra maupun anggota BMT. Tugas dari manajer operasional adalah : 1) Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellence) kepada mitra atau anggota BMT. 2) Terevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang ada dalam operasional BMT. 3) Terarsipnya surat masuk dan keluar serta notulasi rapat manajemen dan rapat operasional
51
i. Divisi Maal Fungsi dari divisi maal adalah menyalurkan pembiayaan qordhul hasan dengan bagi hasil untuk masyarakat atau pedagang kecil miskin dan yang produktif melalui POKUSMA (Kelompok Usaha Masyarakat). Tugas dari divisi maal adalah : 1) Melakukan survey untuk pengalokasikan dana qordhul hasan. 2) Melakukan pembinaan dan pemberian subsidi untuk ustadz/guru TPA. 3) Memberikan bea siswa untuk anak SD, SMP, dan SMA. 4) Membantu kegiatan sosial keagamaan (mengaji, kajian umum, pembangunan masjid, dan lain-lain). 5) Memberikan santunan untuk fakir miskin yang dilaksanakan setahun sekali di bulan ramadhan. 6) Memberikan santunan untuk yatim piatu yang dilaksanakan di bulan muharom. 7) Membuat bulletin dakwah 8) Melakukan pembinaan kepada ta’mir masjid FOTAMAS (Forum Ta’mir Masjid) j. Manajer Cabang Fungsi dari manajer cabang adalah melaksanakan kegiatan pelayanan kepada anggota serta melakukan pembinaan agar pembiayaan yang diberikan tidak macet. Tugas manajer cabang adalah : 1) Menyusun rencana pembiayaan.
52
2) Menerima usulan dan melakukan wawancara analisa biaya. 3) Menganalisa proposal pembiayaan anggota, melakukan administrasi pembiayaan. 4) Melakukan pembinaan terhadap anggota. 5) Membuat laporan perkembangan pembiayaan. k. Marketing Fungsi dari marketing adalah mengusulkan strategi pemasaran untuk jangka pendek, menengah dan panjang sesuai dengan kebijakan pemasaran. Tugas dari marketing adalah : 1) Mempromosikan lembaga serta mencari nasabah baru. 2) Menjalankan tugas lapangan untuk menawarkan produk BMT. 3) Mengatur rute kunjungan harian. 4) Melaporkan kendala-kendala yang dihadapi dilapangan kepada manajer cabang. l. Teller Fungsi dari teller adalah bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar, serta diharuskannya mengetahui semua jenis pekerjaan. Tugas dari teller adalah : 1) Menerima atau menghitung uang dan membuat bukti penerimaan. 2) Melakukan pembayaran sesuai dengan perintah keluar. 3) Melayani dan membayar pengambilan simpanan. 4) Membuat buku kas harian.
53
5) Bertanggung jawab penuh pada asset BMT yaitu uang brankas, surat jaminan nasabah dan teller room. 6) Melaporkan hasil progres harian 7) Membuat input data, daftar kolektibilitas pembiayaan dan surat akad pembiayaan. 8) Setiap akhir kerja menghitung uang yang ada dan meminta pemeriksaan kepada manajer cabang. 6. Kondisi Sumber Daya Insani (SDI) 1. Pengawas Syari’ah a. Drs.M.Munir Asrori. b. H.M. Saefudin Zuhri. c. H.M.Ali Sya’ni, BA. 2. Pengawas Manajemen a. H. Soeryanto, S.H. b. Edi Darmasto, SE.Akt. c. H. Sismanto. S.E. d. HM. Muchlas, S.H, M.H. e. Aris Munandar, S.E. 3. Pengurus a. Ketua
: Dwi Rochmiathy, S.Pd, MM.
b. Sekretaris : Rofiq Ridhoni, S.Kep. c. Bendahara : H.M.Wasil, SE,MM. d. Anggota
: H.Munawar, A.Ma.Pd. dan Nanang Ibrahim, S.T.
54
4. Direksi a. H. Adib Zuhairi, S.Sos, MM : Direktur Utama b. Joko Sriyanto
: Direktur Operasional
c. Harun Santoso, SE, M.Sy
: Direktur Marketing
5. Pengelola Jumlah pengelola sampai dengan bulan Oktober 2015 adalah 125 orang dengan spesifikasi dan distribusi sebagai berikut: Tabel 3.1 Jumlah Pengelola No
Jabatan / Peran
Jumlah
Keterangan
1.
Direktur Utama
1
Kantor Pusat
2.
Direktur Operasional
1
Kantor Pusat
3.
Direktur Marketing
1
Kantor Pusat
4.
Manajer Personalia
1
Kantor Pusat
5.
Manajer Maal
1
Kantor Pusat
6.
Manajer Cabang
10
Kantor Cabang
7.
Koordinator
3
Kantor Pusat
8.
Legal Officer
1
Kantor Pusat
9.
Marketing
44
Kantor Cabang
10. Teknologi Informasi
2
Kantor Pusat
11. Teller / CSBO/BO
18
Kantor Pusat dan cabang
12. Staf
7
Kantor Pusat dan Cabang
13. Accounting
1
Kantor pusat dan Cabang
14
2
Kantor Pusat
Auditor
55
15
Internal Keamanan
11
Kantor Pusat dan Cabang
16
Office Boy
1
Kantor Pusat dan Cabang
17
Driver
1
Kantor Pusat dan Cabang
18
Magang
19
Kantor Pusat dan Cabang
Jumlah
125
Tabel 3.1 Sumber : Profil KJKS BMT Tumang 7. Produk –Produk BMT Tumang Salatiga a. Produk Pendanaan (Funding) 1) Simpanan Mudharabah Al muthlaqoh Simpanan
dimana
seorang
mudharib
memberikan
kepercayaan kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati diawal dan simpanan ini dapat diambil sewaktu-waktu. Simpanan Mudharabah Al Muthlaqoh memiliki manfaat sebagai berikut: a) Aman, Manfaat, Menguntungkan dan InsyaAllah Barokah. b) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan ketentuan syari’ah.
56
c) Menolong sesama tanpa harus mengurangi keuangan anda. d) Bebas biaya administrasi. Syarat Pembukaan Rekening Simpanan Mudharabah Al Muthlaqoh a) Menjadi anggota BMT TUMANG b) Membayar simpanan pokok Rp. 10.000,00 dan simpanan wajib Rp. 5.000,00 c) Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,00 d) Mengisi
dan
menandatangani
formulir
pembukaan
rekening. e) Perorangan melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri lainnya. f) Lembaga menyerahkan identitas yang ditentukan oleh KJKS BMT Tumang. Jenis-jenis Simpanan Mudharabah Al Muthlaqoh a) Simpanan Mudharabah Biasa (SIMUDAH) Merupakan simpanan masyarakat yang transaksinya dapat dilakukan sewaktu-waktu dan mendapat bagi hasil. Bagi hasil adalah perhitungan pendapatan yang diperoleh lembaga BMT setiap bulan berjalan berdasarkan nisbah (ratio)
yang
disepakati
antara
penyimpan
maupun
penarikannya dapat dilayani di rumah atau tempat usaha nasabah.
57
b) Simpanan Idul Fitri ( SIFITRI) Merupakan simpanan masyarakat yang dipersiapkan untuk perayaan Idul Fitri dan mendapatkan bagi hasil. Simpanan awal Rp. 1.000,c) Simpanan Idul Adha /Qur’ban (SIDUL) Merupakan simpanan masyarakat yang dipersiapkan untuk membeli hewan qurban dan mendapat bagi hasil. d) Simpanan Pendidikan (SIDIDIK) Merupakan simpanan masyarakat yang digunakan untuk biaya pendidikan dan mendapat bagi hasil. Setoran awal Rp. 1.000,00 dan selanjutnya minimal Rp. 500,00 Rumus: Saldo Simpanan Pendapatan Nisbah Anggota
X
Bagi Hasil
Total Outstanding
X
BMT
BMT Tumang Contoh: Saldo Simpanan
= Rp. 1.000.000.00
Outstanding BMT = Rp. 3.488.497.830.48 Pendapatan Bagi Hasil BMT
= Rp. 84.052.287.00
Nisbah Bagi Hasil = 45% Bagi Hasil Anggota = Rp. 10.842,35
58
Hasil Anggota
Atau setara
= +/- 1,08 % / bulan atau
12,96 / tahun 2) Simpanan Haji (SIHAJI) Merupakan Simpanan masyarakat yang dipersiapkan untuk menunaikan ibadah haji, serta mendapat bagi hasil. 3) Simpanan Menikah ( SIMENIK) Merupakan mudharabah,
simpanan
yang
menggunakan
akad
dipersiapkan untuk perayaan pernikahan dan
mendapat bagi hasil. Pada tabungan ini dapat diambil jika nasabah akan menikah, biasanya dapat diambil dua bulan sebelum menikah. 4) SimpananMudharabah Berjangka/Deposito (SIJANGKA) Merupakan Simpanan
berdasarkan kaidah syari’ah
mudharabah muthlaqah, dimana mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT Tumang untuk memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota sesuai ketentuan syari’ah. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi hasil) yang disepakati diawal. Jumlah setoran minimal Rp. 1.000.000,00 dengan tidak ada batas maksimal. Jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 dan 12 bulan dan dapat diperpanjang sesuai dengan perjanjian.
59
Nisbah Bagi Hasil; jangka 3 bulan 40% , jangka 6 bulan 42,5%, jangka 9 bulan 45%, jangka 12 bulan 50%. Bagi hasil diberikan setiap bulannya dan dapat diperpanjang
secara
otomatis.
Deposito
Nisbah
Bagi Hasil
ZIS
BagiHasil Bersih
1 Bln
35
8,159
204
7,955
3 Bln
40
9,324
233
9,091
6 Bln
42,5
9,907
248
9,659
12 Bln
45
10,490
262
10, 228
Tabel 3.2 Bagi hasil simpanan mudharabah berjangka bulan Juni. Contoh perhitungan bagi hasil : Pak Andi memiliki Simpanan mudharabah berjangka (Deposit) sebesar Rp. 1.000.000,bulan
dengan jangka waktu 3
kesepakatannya nisbah bagi hasil
40%. Bila total
outstanding pembiayaan BMT (saldo dana BMT yang dipinjam anggota) adalah Rp. 900.000.000,- dan pendapatan bagi hasil pembiayaan BMT adalah Rp. 23.000.000,- maka perhitungan bagi hasil yang akan didapat oleh Pak Andi bulan tersebut sebesar:
60
1.000.000
X 23.000.000 X 40% = 10.222,22
9.000.000.000 Maka jumlah bagi hasil yang diterima bulan tersebut adalah Rp. 10.222,22 b. Produk Penyaluran Dana 1) Pembiayaan Mudharabah Merupakan
pembiayaan
yang
dilakukan
untuk
membiayai modal yang diperlukan anggota dengan bagi hasil yang disepakati bersama, dan pengambilan pembiayaan sesuai jangka waktu yang disepakati (muqayyadah). Akad kerjasama mudharabah ini dibedakan dalam dua jenis yakni : a) Mudhabahah muthlaqah akad ini adalah perjanjian mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu (investasi tidak terikat) misalnya dalam ijab si pemilik modal tidak mensyaratkan kegiatan usaha apa yang harus dilakukan dan ketentuan-ketentuan lainnya, yang pada intinya memberikan kebebasan kepada pengelola dana untuk melakukan pengelolaan investasinya. b) Mudharabah
muqayyadah
akad
ini
mencantumkan
persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi dan dijalankan oleh si pengelola dana yang berkaitan dengan tempat usaha, tata cara usaha, dan obyek investasinya
61
investas
yang
terkait.
Sebagai
pengelola
dana
dipersyaratkan dalam kerjasama untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Tidak mencampurkan dana mudharabah yang diterima dengan dana lainnya. (2)Tidak melakukan investasi pada kegiatan usaha yang bersifat sistem jual beli cicilan, tanpa adanya pinjaman dan atau tanpa jaminan. (3)Si pengelola dan harus melakukan sendiri kegiatan usahanya dan tidak diwakilkan kepada pihak ketiga. 2) Pembiayaan Musyarokah Merupakan pembiayaan yang dilakukan untuk investasi atau modal kerja dimana BMT dilibatkan dalam manajemen dengan pembagian keuntungan sesuai nisbah yang disepakati. 3) Pembiayaan Murabahah Merupakan pembiayaan yang diberikan untuk membeli barang yang diperlukan anggota, dan anggota membayar di akhir waktu yang disepakati dan margin mark up
yang
disepakati. Cara pembayaran dan jangka waktu yang disepakati bersama, dapat secara langsung ataupun secara angsuran. murabahah dengan pembayaran secara angsuran ini disebut dengan Bai’ Bitsaman Ajil.
62
4) Pembiayaan Ijaroh Merupakan
pembiayaan
yang
diberikan
untuk
pembiayaan sewa barang, rumah dan bangunan, yang diperlukan anggota/nasabah, dan nasabah membayar harga pokok sewa barang tersebut dengan kelebihan yang disepakati. 5) Pembiayaan Qordul Hasan Merupakan pembiayaan lunak yang diberikan kepada anggota/masyarakat dengan pertimbangan sosial. Di mana anggota
tidak
dituntut
memberikan
tambahan
hanya
mengembalikan sebesar pokoknya saja. B. PELAKSANAAN
AKAD
MURABAHAH
PADA
PRODUK
PEMBIAYAAN MITRA USAHA (MODAL KERJA) Pembiayaan modal kerja di BMT Tumang Salatiga adalah pembiayaan yang menggunakan akad murabahah dalam waktu jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk membantu anggotanya dalam kebutuhan mitra usaha (modal usaha) bagi kelancaran usaha yang bersifat produktif berupa pembelian sarana untuk peralatan kerja. Fasilitas pembiayaan modal kerja dengan sistem mark up (murabahah), agar masyarakat mempunyai kesempatan yang luas untuk berusaha sehingga dapat
menumbuhkan usaha baru
yang akan
meningkatkan pendapatan penduduk. Selama pembiayaan yang diajukan bertujuan pembelian suatu barang, maka pihak bank akan menggunakan
63
akad jual beli. Dalam pembiayaan murabahah yang bertindak sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli. 1. Prosedur-prosedur Pembiayaan Murabahah Syarat-syarat atau prosedur pembiayaan oleh nasabah sebagai
yang harus dipenuhi
calon debitur dalam pengajuan permohonan
pembiayaan murabahah pada produk modal usaha yaitu: a. Prosedur Permohonan Pembiayaan 1) Langkah Pertama Costumer Service menjelaskan kepada nasabah mengenai prosedur, mekanisme, persyaratan
administrasi dokumentasi
nasabah yang harus dipenuhi mengenai pembiayaan. Setelah seorang nasabah telah memenuhi persyaratan administrasi dokumentasi, pihak bank menerima permohonan pengajuan dan bersama nasabah melakukan negosiasi terkait nominal jumlah pembiayaan. Dalam proses negosiasi bank selaku shohibul maal mempunyai hak untuk mengabulkan permohonan nasabah sesuai nilai jaminan yang disertakan dalam proses pengajuan. Besar kecilnya pembiayaan yang diberikan kepada nasabah tergantung dari besar kecilnya nilai jaminan yang disertakan.
64
2) Langkah Kedua Calon Debitur: a) Melengkapi
formulir
dan
menandatangani
permohonan
pembiayaan. b) Melengkapi persyaratan pengajuan pembiayaan, sebagai berikut: (1) Syarat umum (a) Pas photo 3 x 4 = 1 (satu) lembar. (b) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) calon debitur. (c) Fotocopy KTP suami atau istri (d) Fotocopy Kartu Keluarga (KK) /surat nikah. (e) Fotocopy Buku Tabungan/mutasi tabungan. (f) Fotocopy slip gaji kalau pegawai. (g) Fotocopy jaminan -
Untuk jaminan tanah atau rumah: fotocopy sertifikat rumah, SHM, fotocopy SPPT terakhir dan lunas PBB
-
Untuk jaminan kendaraan bermotor atau mobil: fotocopy BPKB dan STNK, faktur pembelia dari dealer atau kwitansi pembelian, jaminan surat berharga misalnya buku tabungan dan ATM
(2) Syarat tambahan untuk berbadan hukum (a) Fotocopy SIUP ( Surat Ijin Usaha dan Perdagangan)
65
(b) Fotocopy TDP ( Tanda Daftar Peusahaan). (c) Fotocopy AD/ART (d) Surat persetujuan dan komisaris atau pemilik. (3) Surat Kelengkapan Dokumen (a) Kelengkapan dokumen umum. (b) Surat persetujuan suami istri apabila sudah menikah. (c) Surat pernyataan kepemilikan jaminan. (d) Surat penjamin dari suami atau istri. (e) Surat kuasa menjual. (f) Bukti kwitansi pembelian barang atau akad surat permohonan pembiayaan murabahah. 3) Langkah ketiga. a) Costumer Service (1) Memeriksa
surat
permohonan
pembiayaan
dan
kelengkapan persyaratannya. (2) Mencocokan fotocopy berkas pengajuan dengan aslinya dan memberitahukan calon debitur untuk menunggu informasi lebih lanjut. (3) Mencatat permohonan pembiayaan ke dalam buku permohonan pembiayaan. (4) Permohonan tersebut diberitahukan kepada manager untuk diproses lebih lanjut.
66
(5) Memasukan file calon debitur tersebut kedalam daftar proses pembiayaan dan digolongkan dalam angka baru atau lama. b) Kepala Cabang: (1) Menentukan layak atau tidaknya disurvei berdasarkan berkas-berkas yang ada. (2) Menentukan petugas survei yang ditunjuk untuk meneliti domisili dan tempat usaha nasabah. b. Prosedur Pemeriksaan. 1) Petugas survei melaksanakan pemeriksaan identitas anggota melalui pihak ketiga baik tetangga, teman, rekan kerja. 2) Berdasarkan identitas tersebut dilakukan pemeriksaan tempat usaha (analisis usaha) dengan mewawancarai pemohon. 3) Melakukan pemeriksaan terhadap barang jaminan yang
akan
dijaminkan. 4) Melakukan penilaian jaminan dan kelayakan usaha. 5) Setelah itu hasil survei tersebut dimuat dalam laporan hasil survei kepada komite sesuai persetujuan kredit. c. Persetujuan Pembiayaan Setelah mendapatkan laporan hasil survei, para petugas melakukan rapat komite untuk menentukan persetujuan atau penolakan penyaluran
pembiayaan
melalui
67
persetujuan
atau
penolakan
pembiayaan pada rapat komite dan komite berhak menentukan besarnya pembiayaan dan waktu pencairan pembiayaan. d. Realisasi Pembiayaan Setelah mendapatkan persetujuan penyaluran pembiayaan dari komite maka: 1) Petugas Pemasaran Memberitahu
kepada anggota tentang waktu dan jumlah
realisasi pembiayaan. 2) Manajer Cabang (a) Memimpin Pengakad-an dan meminta nasabah menandatangani perjanjian pembiayaan dan persetuan pembiayaan. (b)Memberi penjelasan tentang hak-hak dan kewajiban nasabah yang tercantum dalam akad pembiayaan. 3) Kasir (a) Memeriksa kelengkapan validasi pada persetujuan pembiayaan. (b) Menyuruh kepada debitur untuk membayar administrasi sebesar Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah). (c) Mempersilahkan calon debitur untuk menandatangani pada slip pembayaran administrasi dan bermaterai. (d) Membubuhkan tanda tangan, cap atau stempel dan tanggal pencairan pada persetujun pembiayaan atau mencairkan data
langsung
untuk nasabah (Wawancara dengan Bapak
68
Ni’am selaku Manajer BMT Tumang Salatiga pada tanggal19 Juli 2016). Dengan demikian
akad akan dilaksanakan setelah selesai
pengajuan dan negosiasi dan pihak bank mengabulkan permohonan pengajuan pembiayaan, maka setelah itu proses akad antara kedua belah pihak. Produk pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Salatiga ini dengan akad murabahah di mana pihak BMT dan nasabah mengikatkan diri dalam suatu perjanjian baik besar pembiayaan yang diambil, jangka waktu pembayaran dan angsuran yang disediakan oleh pihak BMT. Setelah anggota menyetujuinya maka anggota diberikan suatu draft yang berisi
surat perjanjian serta seluruh aspek ketentuan dan legalitas
perjanjian yang diatur dalam draft akad murabahah yang terlampir. Kemudian anggota dipersilahkan untuk membaca isi akad murabahah dengan teliti, setelah itu BMT beserta anggota tanda tangan di atas materai. Apabila pihak BMT tidak ada waktu untuk memesankan barang yang diinginkan oleh nasabah maka menggunakan akad tambahan wakalah dalam transaksi pembiayaan pada produk mitra usaha tersebut secara terpisah serta beberapa lampiran diantaranya formulir pemesan, purchase order (surat pemesan), surat tanda terima barang.
69
C. Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah pada Produk Mitra Usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga. 1. Jangka Waktu Maksimal jangka waktu angsuran pembiayaan di BMT Tumang Cabang Salatiga paling lama 4 (empat) tahun. Sedangkan jangka waktu pembiayaan tempo maksimal 3,6, dan 9 bulan. Apabila nasabah debitur meminta jangka waktu lebih dari jangka waktu maksimal yang ditetapkan, pihak bank tidak dapat menerimanya. 2. Perhitungan Margin Penentuan persentase margin untuk pembiayaan murabahah di BMT Tumang Salatiga: a. Adanya draf angsuran yang ditawarkan kepada anggota setara 1,7% perbulan. b. kalau pembiayaannya kecil maka jarang ada penawaran. c. Penetapan margin yang yng dilakukan BMT Tumang masih tergantung pada kebutuhan untuk memperoleh keuntungan riil sehingga dapat memberikan beban keuntungan yang diberikan kepada pihak ketiga. Dari kegiatan pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Salatiga akan memperoleh pendapatan mark up. Mark up merupakan margin keuntungan bagi BMT yang disepakati bersama (BMT dan nasabah). Penentuan besarnya mark up adalah sebagai berikut: dari hasil analisis
70
yang disetujui
BMT untuk pembiayaan murabahah, oleh bagian
pembiayaan memberikan patokan harga dari barang tersebut berupa harga pokok ditambah mark up. Patokan besarnya mark up ditentukan berdasarkan kemampuan nasabah untuk mengasur. Setelah itu patokan harga jual (harga pokok ditambah mark up) ditawarkan kepada nasabah untuk selanjutnya disepakati bersama saat akad perjanjian. contoh yang terjadi di BMT Tumang “ Pak Wahab berkeinginan untuk membeli sebuah mobil untuk memudahkan usaha konveksinya.. Untuk merealisasikan keinginannya itu, Ia mendatangi BMT Tumang dengan membawa daftar harga mobil sebesar Rp. 40.000.000,00. Permohonannya lalu disetujui oleh BMT Tumang dan terjadilah akad murabahah dengan kedua belah pihak. Dengan harga mobil sebesar Rp. 40.000.000,00 serta biayabiaya terkait sebesar Rp. 857.000,00 serta keuntungan margin yang disepakati dengan pihak BMT Tumang sebesar 1,7 % perbulan. Maka metode perhitungannya adalah: Akad Pembiayaan
: Murabahah
Harga Pokok Pembelian : Rp. 40.000.000 Biaya-biaya
: 1. Biaya Administrasi :Rp.8.000.000
71
2.Materai 1 buah
: Rp. 7 .000
3. Biaya Akad
: Rp. 50.000
Jangka Waktu Pembayaran : 1 tahun (12 bulan)
Margin
: 1,7 %
Angsuransi Pokok
: Rp. 40.000.000 = Rp.3.333.333,33 12 (bulan)
Margin
: 1,7% X Rp. 40.000.000,00 = Rp. 680.000 Rp. 680.000 X 12 = Rp. 8.160.000
3.
Harga Jual
: Rp. 48.160.000
Rasio Jaminan Dalam perhitungan jaminan untuk realisasi pembiayaan di BMT Tumang maksimal sebesar 70 % sampai 80% dari harga pasaran. Adapun realisasi berdasarkan riwayat nasabah dalam pembiayaan dan menggunakan produk BMT Tumang Cabang Salatiga. Seperti Ibu Sutiyem yang menggunakan produk pembiayaan di BMT selama tiga tahun terakhir. Pada monitoring pembayaran angsuran termasuk nasabah lancar, sehingga marketing berani memberikan pembiayaan tanpa jaminan (Wawancara dengan marketing pada 22 Juli 2016).
4. Pembayaran Angsuran Sistem pembayaran pembiayaan murabahah dilakukan dengan cara mengangsur pada tiap-tiap bulan pada hari kerja bank. Besarnya angsuran bersifat tetap, baik angsuran pokok maupun angsuran margin. Angsuran pertama dibayarkan setelah 1 (satu) bulan terhitung sejak akad dilangsungkan (realisasi pembiayaan).
72
Pembayaran angsuran disesuaikan dengan jadwal dan besarnya angsuran ditetapkan dalam surat sanggup untuk membayar lunas. 5. Perkembangan Angsuran BMT Tumang Salatiga sangat memperhatikan angsuran yang dilakukan oleh nasabah. Bila terjadi kemacetan langsung dapat ditangani secara profesional. Cara yang dilakukan BMT Tumang untuk menangani pembiayaan macet sebagai berikut: a.
Pemberian Surat Penagihan Dilakukan oleh BMT apabila nasabah pembiayaan telah tiga bulan berturut-turut belum membayarkan angsuran,sehingga BMT memberikan surat melalui petugas penagihan. Surat penagihan pertama berisikan pemberitahuan mengenai nominal tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil yang harus dibayar.
b. Pemberian Surat Penagihan ke dua. c. Melakukan kunjungan ketempat anggota, yang mana tidak hanya di awal pembiayaan tetapi juga secara berkala. 6. Potongan pembiayaan Apabila nasabah debitur dapat melaksanakan pelunasan sebelum jangka waktu pembiayaan berakhir, pihak BMT akan memberikan potongan atas pelunasan yang dibayar secara cepat oleh debitur, berupa potongan atas margin yang belum jatuh tempo. Pemberian potongan pembiayaan murabahah tidak diperjanjikan dalam akad serta akan diatur sesuai kebijakan Bank oleh Tim Komite Pembiayaan.
73
7. Sasaran Pembiayaan Murabahah Fasilitas pembiayaan murabahah di BMT Tumang diberikan kepada individu maupun badan usaha yang memerlukan jasa perbankan untuk diberikan pembiayaan yang akan digunakan untuk membeli barang-barang modal usaha kendaraan sepeda montor. Untuk pembiayaan investasi atau barang modal pada badan usaha dispesifikasikan kedalam beberapa sektor usaha seperti: a. Dealer sepeda motor/mobil. b. Kontraktor. c. Bengkel atau toko sparepart d. Toko ATK (alat tulis kantor) e. Toko kelontong f. Usaha musiman yang pangsa pasarnya jelas dan pasti. g. Rental mobil. h. Usaha catering. i. Usaha batik.
74
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAHPADA PRODUK PEMBIAYAAN MITRA USAHA DI BMT TUMANG SALATIGA A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan Mitra usaha di BMT Tumang Salatiga Murabahah merupakan akad antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan yang diambil oleh penjual pun diberitahukan kepada pembeli. Secara singkat dipahami bahwa murabahah tersebut jual beli dengan kesepakatan pemberian keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan memperhitungkan dari modal awal si penjual. BMT Tumang
Cabang Salatiga merupakan salah satu lembaga
keuangan non Bank yang menggunakan prinsip syari’ah menjalankan konsep murabahah. Akad murabahah pada pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang ini dimulai dari keinginan untuk membantu anggotanya dalam kebutuhan Mitra Uaha bagi kelancaran usaha yang bersifat produktif untuk modal usaha. Akad murabahah di BMT Tumang cabang Salatiga dimulai dengan keinginan nasabah yang ingin sepeda motor, pupuk untuk tanaman atau yang lain-lain, kemudian nasabah mengajukan pembiayaan untuk memperoleh biaya untuk membiayainya. Setelah itu, nasabah dimohon
75
untuk mengisi dan pengajuan pembiayaan mitra usaha pada akad murabahah dengan membawa persyaratan yang harus dipenuhi: c) Melengkapi formulir dan menandatangani permohonan pembiayaan. d) Melengkapi persyaratan pengajuan pembiayaan, sebagai berikut: (h) Pas photo 3 x 4 = 1 (satu) lembar. (i) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) calon debitur. (j) Fotocopy KTP suami atau istri (k) Fotocopy Kartu Keluarga (KK) /surat nikah. (l) Fotocopy Buku Tabungan/mutasi tabungan. (m) Fotocopy slip gaji kalau pegawai. (n) Fotocopy jaminan 1) Untuk jaminan tanah atau rumah (a) Fotocopy Sertifikat rumah, SHM (b) Fotocopy SPPT terakhir dan Lunas PBB 2) Untuk jaminan kendaraan bermotor atau mobil: (a)
Fotocopy BPKB dan STNK
(b) Faktur Pembelia dari Dealer atau kwitansi pembelian.
76
3)
Agunan Surat berharga misalnya buku tabungan dan ATM
Setelah data isi lengkap, maka BMT Tumang cabang Salatiga melakukan survey untuk kelayakan nasabah tersebut apakah nasabah layak untuk diberikan pembiayaan ataupun tidak, tahap selanjutnya disampaikan ke komite dan diputuskan apakah layak atau tidak. Apabila dalam penyurveian nasabah dinyatakan layak untuk mendapat pembiayaan, maka akan dilakukan akad murabahah. Dalam akad perjanjian pembiayaan murabahah dijelaskan dari nomor pasal 1 (satu) sampai pasal 8 (delapan), yaitu ada pihak pertama selaku BMT Tumang Cabang Salatiga dan pihak kedua selaku orang atau badan yang menerima pembiayaan secara syari’ah dari pihak pertama. Selanjutnya dijelaskan pembiayaan murabahah yaitu pembiayaan syari’ah dalam rangka untuk jual beli barang atau pengadaan barang. Selanjutnya pada pasal 2 (dua) pihak pertama menjual barangnya kepada pihak kedua berupa unit kendaraan tipe atau merek apapun atau barang lainnya untuk keperluan mitra usaha yang diperlukan melalui pembiayaan murabahah. Pada pasal tiga dan empat dijelaskan tentang atas pengadaan barang tersebut, maka pihak kedua menyetujui harga, maka piak kedua secara sah memiliki kewajiban kepada pihak pertama total kewajiban uang yang harus dibayar. Maksimal jangka waktu angsuran pembiayaan di BMT Tumang Cabang Salatiga adalah 4 (empat) tahun. Sedangkan jangka waktu
77
pembiayaan tempo maksimal 3,6, dan 9 bulan. Apabila nasabah debitur meninta jangka waktu lebih dari jangka waktu maksimal yang ditetapkan, pihak bank tidak dapat menerimanya. Dalam pasal lima dijelaskan pihak pertama setuju untuk menyediakan pembiayaan murabahah dengan bersedia melampirkan barang/asset yang berharga yang dijadikan jaminan hak milik secara fidusia atas barang jaminan kepada pihak kedua. Selanjutnya untuk mengenai secara detail barang jaminan diatur pada surat dan dokumen lain yang belum tertera di akad perjanjian, mengenai merek atau tipe nomor rangka, nomor mesin, tahun dikeluarkannya barang tersebut dan warna motor sekaligus nomor BPKB motor yang bersangkutan. BMT Tumang Salatiga sangat memperhatikan angsuran yang dilakukan oleh nasabah, tapi pada saat wawancara kepada Bapak Ni’am S.E selaku manager BMT Tumang, apabila pihak ke II telat jatuh tempo tidak ada ta’ziran atau denda, padahal di akad perjanjian sudah tertera pada pasal 6 (enam) untuk menangani pembiayaan macet sebagai berikut: 1. Pihak II memberikan kuasa pada pihak pertama untuk mendebet semua simpanannya apabila pihak II mengalami keterlambatan ansuran, dan pihak II bersedia untuk membayar kembali simpanan yang telah didebet.
78
2. Bila pihak ke II lalai membayar/memenuhi kewajibannya sebagaimana yang telah disepakati bersama, maka segala biaya/ongkos penagihan dan kuasa pihak I akan ditanggung oleh pihak II. 3. Apabila pihak II lalai memenuhi kewajibannya maka dita’zir atau denda. 4. Apabila pihak II lebih cepat dari jangka waktu pembiayaan yang telah disepakati, maka pihak II mendapatkan potongan bagi hasil/mark up. Sebelum proses penandatanganan perjanjian, pihak manager BMT Tumang menjelaskan secara terperinci biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan keuntungan (margin) kepada nasabah.
Akan
tetapi, sering kebanyakan nasabah tidak menginginkan proses yang terlalu rumit, sehingga pihak manager tidak menjelaskan secara lisan mengenai harga pokok dan keuntungan (margin) barang yang merupakan obyek murabahah. Untuk perhitungan keuntungan pihak BMT Tumang Cabang Salatiga
pihak manager menentukan bahwa
draf
angsuran yang
ditawarkan kepada anggota setara 1,7 % perbulan. Penentuan margin yang dilakukan BMT Tumang masih tergantung pada kebutuhan untuk memperoleh
keuntungan
riil
sehingga
dapat
memberikan
beban
keuntungan yang diberikan kepada pihak ke tiga. Tingkat keuntungan BMT Tumang Cabang Salatiga berbeda-beda, tergantung besar pembiayaan, dimana kalau pembiayaan kecil maka jarang ada penawaran. Dengan asumsi tersebut, maka patokan besarnya mark up
79
ditentukan berdasarkan kemampuan nasabah untuk mengasur. Setelah itu patokan harga jual (harga pokok ditambah mark up) ditawarkan kepada nasabah untuk selanjutnya disepakati bersama saat akad perjanjian. Pada bagian akhir akad pembiayaan murabahah terdapat kalimat “perjanjian ini dibuat dan ditandatangani dengan sebenar-benarnya tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun”. Hal ini menunjukan bahwa pihak BMT Tumang dan nasabah dalam melakukan akad perjanjian tersebut harus saling suka sama suka (ridho). Dalam pelaksanaan pembiayaan mitra usaha pada akad murabahah penyampaian mengenai kondisi suatu barang tidak disampaikan secara detail dan transparan untuk mengetahui apakah ada kerusakan pada barang yang diperjual belikan. Padahal dalam rukun dan syarat murabahahharus ada kejelasan mengenai kondisi suatu barang. Kalaupun BMT Tumang menambahkan akad wakalah apabila pihak BMT memberikan kuasa dan meyerahkan sejumlah uang kepada nasabah untuk membeli barang atas nama bank kepada supplier, yang sesuai dengan draft perjanjian khusus tentang akad wakalah. Dimana pihak nasabah memilihkan untuk BMT mengenai barang dan spesifikasi harga dan jangka waktu berlakunya harus sesuai kesepakatan bersama. Akan tetapi pada praktek pembiayaan murabahah di BMT Tumang terlihat perbedaan, terutama dalam hal pengadaan barang. Setelah akad dilakukan antara BMT Tumang dengan nasabah, maka sudah bukan menjadi urusan BMT Tumang lagi, karena dana yang telah ditransfer ke rekening nasabah
80
sudah menjadi tanggungan nasabah untuk membeli barang guna memperlancarkan usaha nasabahnya.
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Pembiayaan Mitra usaha di BMT Tumang Cabang Salatiga. Permasalahan jual beli, khususnya bank syari’ah untuk membuat suatu produk berbasiskan jual beli yang sesuai dengan syari’ah, maka guna untuk mengawasi produk lembaga keuangan syari’ah agar sesuai alQur’an, hadis, pendapat madzhab serta Dewan Syari’ah Nasional (DSN) yang merupakan sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang dijadikan sebagai landasan hukum Islam. pembiayaan mitra usaha (modal kerja) pada pelaksanaan
akad
murabahah di BMT Tumang Cabang Salatiga merupakan upaya yang dilakukan BMT Tumang dalam rangka membantu nasabah
untuk
memperoleh kemudahan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha nasabah serta dapat membantu pihak nasabah untuk meningkatkan jumlah hasil serta mutu hasil produksi. Murabahah merupakan konsep jual beli yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun, bentuk jual beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syari’ah dengan menambah konsep pembiayaan. Akan tetapi, syarat dan rukun harus benar-benar diperhatikan agar transaksi tersebut diterima secara syari’ah.
81
Pada prinsipnya Transaksi murabahah harus memenuhi persyaratan yang dijadikan sebagai rukun,yaitu: 1. Adanya orang yang berakad (muaqid) a. Nasabah (pembeli) b. BMT Tumang (penjual) 2. Adanya barang atau obyek akad dalam murabahah , yaitu sesuatu yang dibiayai oleh BMT Tumang Cabang Salatiga berupa kendaraan motor atau pupuk. 3. Adanya akad atau shiqhot, dalam hal ini tertuang dalam surat perjanjian pembiayaan murabahah . 4. Ijab qabul, perkataan yang diucapkan oleh penjual dan pembeli (atau yang mewakili keduanya) dalam mengutarakan kehendaknya berkaitan dengan akad tersebut. Untuk mengenai ijab qobul di BMT Tumang Cabang Salatiga dilakukan dengan surat menyurat yaitu dengan adanya surat perjanjian akad murabahah yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Dimana dalam surat tersebut terdapat jumlah pembiayaan yang disetujui, jaminan dan keuntugan yang disepakati, serta jatuh tempo yang disepakati antara nasabah dengan BMT Tumang. Dalam pembiayaan murabahah
ini, pemilik dana (bank)
membelikan barang yang diinginkan oleh nasabah yang membutuhkan pembiayaan tersebut, kemudian bank menjualnya kepada nasabah dengan penambahan keuntungan (margin) tetap.
82
Fenomena tersebut juga terjadi di BMT Tumang Cabang Salatiga dimana BMT Tumang sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai keinginan nasabah, Kemudian menjualnya ke nasabah dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara itu nasabah mengembalikan utangnya dikemudian hari secara tunai maupun cicilan. Meskipun begitu, pada hakikatnya jual beli yang dilakukan secara kredit dapat menimbulkan pada besaran
bunga
(riba),
sehinggamerujuk
pada
Fatwa
DSN-MUI
No.04/DSN-MUI/IV/2000 ketetapan pertama ayat 1 dinyatakan “Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba” dan tertuang dalam firman Allah Q.S al-Baqarah ayat 275:
Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba. Tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orangorang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
83
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (Q.S. al-Baqarah 275). Permasalah murabahah klasik
itu penjual harus memiliki
persediaan barang sebelum terjadinya akad murabahah . Murabahah di dalam praktik perbankan syari’ahmerujuk pada Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 ketetapan pertama ayat 3 (tiga) bahwa “bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya”.Dalam hal ini BMT Tumang bukan sebagai penjual murni, akan tetapi BMT akan melakukan murabahah
apabila
dipastikan nasabah akan membeli barang tersebut. Hal ini dikarenakan BMT Tumang tidak menyediakan langsung barang yang diminta oleh nasabah. Namun, jika dilihat pada perbedaan praktik murabahah
yang
melibatkan tiga pihak dengan murabahah klasik yang melibatkan hanya dua pihak layaknya jual beli dan harus adanya obyek yang dijual belikan pada umumnya, mungkin perlu adanya kejelasan terhadap dasar hukum kebolehan murabahah secara mendalam tidak sebatas dalam nash terkait jual beli. Oleh karena itu digunakan pula dasar hukum berupa ijma dan kaidah fiqh. Poin penting yang harus diperhatikan dalam pembiayaan murabahah yaitu: 1. Penetapan Harga dan mark up dalam murabahah Dalam pembiayaan murabahah harga barang disini dianalogkan dengan plafond pembiayaan. Dalam pembiayaan ini, BMT Tumang
84
sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai keinginan nasabah, Kemudian menjualnya ke nasabah dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara itu nasabah mengembalikan utangnya dikemudian hari secara tunai maupun cicilan. Jadi, kalau dilihat dengan pembayaran secara cicilan dan besar marginnya sama tiap angsuran pokok . Para ulama Madzhab berbeda pendapat tentang biaya apa saja yang dapat dibebankan kepada harga jual barang tersebut. Madzhab Maliki membolehkan biaya-biaya yang langsung terkait dengan transaksi jual-beli itu dan biaya-biaya yang tidak langsung terkait dengan transaksi tersebut, namun memberikan nilai tambah pada barang itu. Madzhab Syafi’i membolehkan membebankan biaya-biaya tenaga kerjanya sendiri karena komponen itu masuk pada keuntungan. Begitu pula biaya-biaya yang tidak menambah nilai barang tidak boleh dimasukan sebagai komponen biaya-biaya secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan biayabiaya yang memang semestinya dikerjakan oleh si penjual. Dengan demikian, apabila BMT Tumang Cabang Salatiga tidak mengenakan pembebanan biaya langsung terkait dengan pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang berguna, itu berarti BMT Tumang sudah bertindak benar dan sesuai hukum Islam. Jika BMT Tumang membebani pembiayaan biaya langsung yang berkaitan dngan
85
pekerjaan yang memang semsetinya dilakukan penjual maupun biaya langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang berguna maka hal itu bertentangan dengan hukum Islam. Di dalam subtansi fatwa DSN MUI tentang murabahah dijelaskan bahwa
baik harga maupun mark up ditentukan diawal
kesepakat antara bank dan nasabah dan harga benda. Namun, subtansi pengambilan harga yang tinggi itu terkait dengan adanya diskon saat transaksi murabahah dengan nasabah secaraberlangsung. Penetapan mark up 1,7% tidak hanya dilakukan dengan satu kali angsuran melainkan 12 bulan atau selama waktu angsuran di BMT Tumang. Hal ini menunjukan bahwa waktu berpengaruh dalam menetapkan harga jual kepada nasabah, dimana semakin lama kita membayar angsuran maka semakin tinggi pula angsuran yang harus dibayar. Akibatnya dapat terjadi perhitungan harga dan mark up menjadi tidak sesuai dengan syari’ah, karena menetapkan harga dan mark up yang lebih tinggi, dan memang masih menjadikan pasar uang berbasis bunga sebagai rujukan perhitungannya dan penentuan persentase
mark
upberdasarkan
tingkat
plafon
pembiayaan
murabahah, menjadikan anggota tidak dapat melakukan negosiasi mark up. Hal ini tidak ada bedanya dengan praktik kredit di bank konvensional. Apabila dibandingkan pada penentapan harga yang dipraktikkan oleh Rasulullah
86
dalam jual beli. Sehingga untuk
penentuan besar plafon pembiayaan seharusnya didasarkan pada harga barang bukan pada jenis usaha maupun jaminan yang digunakan BMT Tumang dan anggota. Maka BMT Tumang dan anggota terlebih dahulu mengetahui harga pokok barang yang dibutuhkan anggota sehingg dapat menegosiasikan plafon pembiayaan. 2. Obyek dan Resiko dalam Murabahah Mengenai obyek murabahah , Ascarya dalam buku akad & produk bank syari’ah mengatakan bahwa bank harus melakukan pembelian barang kepada supplier terlebih dahulu sebelum akad jual beli dengan nasabah dilakukan. Pendapat Imam Syafi’i tentang jual beli benda itu harus ada di tempat dan diketahui si pembeli bagusnya atau cacadnya. Dalam kitab al umm juz 4bahwa:
َّهي اشخرٓ جا رٗت بالخ٘ا ر فواث قبل اى ٗخخار فْ ر رخَ ٗقْهْ ى هقاه ّادا باع الرجل السلعت لرجل ّاسخزٌٔ رضا الوب٘ع لَ ها بٌَ٘ ّ ب٘ي رال د ٔفاْ ى رضٖ الوب٘ع لَ فا لب٘ع جائس ّ اى ارا د الر د ّاى جعل الرد ال غ٘رٍ فل٘س دلك لَ اال اى ٗجعلَ ّ ك٘ال برد اّ اجازة فخجْز الْكالت عي ٍاهر Artinya: Orang yang membeli budak wanita dengan khiyar, lalu ia mati sebelum memutuskan khiyarannya (pilihannya), maka ahli warisnya ysng menggantikannya. Apabila seseorang menjual barang jualan kepada seseorang dan ia minta pengecualian kerelaan orang yang dijualkan kepadanya, untuk dia selama tiga hari. Kalau rela orang yang dijualkan kepadanya, maka penjualan itu boleh. Kalau orang yang membeli itu bermaksud mengembalikan, maka boleh baginya
87
mengembalikan. Kalau ditetapkan pengembalian itu kepada orang lain, maka tidak boleh yang demikian. Kecuali dijadikannya orang itu selaku wakil untuk mengembalikan atau meneruskan penjualan. Maka bolehlah mewakilkan dari urusannya itu. Pemahaman yang diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit dalam kitab Bulughul Maram tentang jual beli poin ke 22 bahwa:
( ابخعج زٗخا فٔ السْ ق فلوا: ّ عي ابي عور رضٖ هللا عٌِوا قا ل اسخْجبخَ لقٌ٘ٔ رجل فاعطا ًٖ بَ ربحا حسٌا فا رد ث اى اضرب علٔ ٗذ فقال, الرجل فا خذ ر جل هي خلفٔ بذ را عٔ فالخفج فا دا ُْ زٗذ بي را بج ًِٔ فاى رسْل هللا ص ّ م, ال حبعَ ح٘ذ ابخعخَ حخٔ ححْزٍ الٔ رحلك اى حباع السلع ح٘ذ حبخا ع حخٔ ٗحْز ُا الخجا ر الٔ رحالِن ) رّاٍ احوذ ّاللفظ لَ ّصححَ ابي حباى ّالحا كن, ّابْ داّد Artimya: “Dari sahabat Ibnu Umar, ia mengisahkan pada suatu saat saya membeli minyak di pasar, dan ketika saya telah selesai membelinya, ada seorang laki-laki yang menemuiku dan menawar minyak tersebut, kemudian ia memberiku keuntungan yang cukup banyak, maka akupun hendak menyalami tangannya (guna menerima tawaran dari seorang tersebut), tiba-tiba ada seseorang dari belakangku yang memegang lenganku, maka akupun menoleh dan ternyata adalah Zaid bin Tsabit, kemudian ia berkata:”Janganlah engkau jual minyak itu di tempat engkau membelinya hingga engkau pindahkan ke tempatmu, karena Rasulullah melarang dari menjual kembali kembali barang di tempat barang tersebut dibeli, hingga barang tersebut dipindahkan oleh para pedagang ke tempat mereka masing-masing. Para ulama menyebutkan hikmah dari larangan ini, karena barang yang belum diserah terimakan kepada pembeli bisa saja batal. Karena suatu sebab, misalnya barang tersebut hamcur atau rusak
88
hingga dia telah menjualnya kembali tidak dapat menyerahkan ke pembeli kedua. Merujuk pada
Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000
ketetapan pertama ayat 9 dinyatakan “jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli mrabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank”. berarti kalimat “secara prinsip” itu dijabarkan dalam pembiayaan modal kerja murabahah apabila BMT telah membeli suatu barang kepada pihak supplier, maka secara prinsip bank telah membeli suatu barang. Walaupun sudah melakukan pembayaran uang pembelian barang kepada supplier yang diwakilkan nasabah. namun bank melakukan pembayaran uang pembelian barang kepada supplieryang diwakilkan kepada nasabah dengan menggunakan akad wakalah. Subtansi tersebut sesuai dengan syarat murabahah baik dalam fiqh muamalah, hanya saja pada praktiknya berbeda dengan bank syari’ah dan berbeda dengan fatwa,bisa jadi ketidaksesuaian tersebut akibat aktor sulitnya bank dalam menyediakan barang karena keterbatasannya karyawan, BMT Tumang menggunakan tambahan wakalah dimaksudkan untuk membuktikan bahwa nasabah telah menerima pembiayaan dari BMT Tumang serta nasabah telah melakukan transaksi jual beli antara bank engan penjual atau supplier. Akan tetapi hanya sebagian kecil nasabah yang menerima langsung 89
dana pembiayaan dan itu dibatasi dengan syarat-syarat tertentu, dalam hal ini sebelum pihak BMT Tumang memberikan dana pihak BMT mempertimbangkan karakter nasabah yang baik dan jujur karena untuk menghawatirkan terjadinya manajemen resiko. 3. Resiko Barang dalam Murabahah obyek barang yang belum dimiliki bank ketika transaksi murabahah dengan nasabah, menjadi resiko yang seharusnya ditanggung oleh bank, akan tetapi karena barang tidak dimiliki dahulu menjadi resiko tetap berada pada supplier bukan pada bank. Pada praktek pembiayaan murabahah di BMT Tumang terlihat perbedaan, terutama dalam hal pengadaan barang. Setelah akad dilakukan antara BMT Tumang dengan nasabah, maka sudah bukan menjadi urusan BMT Tumang lagi, karena dana yang telah ditransfer ke rekening nasabah sudah menjadi tanggungan nasabah untuk membeli barang guna memperlancarkan usaha nasabahnya. Dalam hal ini, misalnya apabila nasabah mengajukan komplain terhadap
barang
yang
sudah
ia
beli,
nasabah
tidak
dapat
mengajukannya ke BMT Tumang, akan tetapi mengajukannya ke pihak supplier atau penjual pertama itu, karena bank hanya sebagai perantara dan pihak BMT telah memberi kuasa melakukan pembayaran langsung kepada rekening supplier. Dalam kitab Qowaid Al-Fiqhiyah bahwa ada suatu kaidah orang yang berhak mendapatkan keuntungan ialah orang yang punya
90
kewajiban menanggung kerugian jika hal itu terjadi. Kaidah ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW:
فا قام عٌذ ٍ ها شا ء. عي عا ئشت ر ضٖ هلل عٌِا اى رجال ابخاع غال ها َ٘ فرد ٍ عل, فخا صوَ الٔ الٌبٖ ص ّ م, رن ّجذ بَ ع٘با, هللا اى ٗق٘ن ٗا رسْل هللا قذ اسخغل غال هٖ ؟ فقا ل رسْل هللا ص ّ م:فقال الرجل, )ًٖالخرا س با لضوا ى ( رّاٍ احوذ ّابْ داّد ّالخرهذٕ ئْ٘ حسٌِا الء لبا: Artinya: “Dari sahabat Aisyah bahwasanya seorang laki-laki membeli seorang budak laki-laki. Kemudian budak tersebut tinggal bersamanya selama beberapa waktu. Suatu hari sang pembeli mendapatkan adanya cacat pada budak tersebut. Kemudian pembeli mengadukan penjual budak kepada Nabi SAW dan nabipun memutuskan agar budak tersebut dikembalikan. Maka penjual berkata:” Ya Rasul sungguh ia telah memperkerjakan budakku? maka Rasul bersabda “ Keuntungan adalah imbalan atas kerugian”. Subtansi fatwa DSN MUINo.04/DSN-MUI/IV/2000
tentang
murabahah tidak menyebutkan tentang resiko akad dalam murabahah , tetapi Fatwa DSN-MUINo.04/DSN-MUI/IV/2000 dalam poin ke lima menetapkan bahwa “Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang”. Dalam hal ini padahal sangat berpengaruh pada ketiadaan resiko yang seharusnya dihadapi oleh BMT Tumang yang mana tidak menjalankan sesuai poin lima bahwa yang menharuskan kepemilikan akan barang terlebih dahulu itu BMT Tumang, padahal yang namanya penjual dalam transaksi jual beli itu mengalami untung dan menanggung resiko kerugian.
91
Dalam permasalahan pembayaran angsuran yang merupakan kewajiban nasabah untuk memenuhi janjinya sebagaimana yang telah disepakati sebelumnya. Meskipun demikian dalam prakteknya seringkali ada kelalaian untuk membayar angsuran. Dalam hukum Islam, perjanjian harus memenuhi akad-akad yang telah disepakati sebelumnya karena asas janji itu mengikat. Hal ini sesuai dalam firman Allah QS. al-Maidah ayat 1:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.(QS. al-Maidah 1). 4. Jaminan dalam murabahah Murabahah merupakan jual beli yang berdasarkan kepercayaan dan saling suka sama suka. Di dalam transaksi murabahah
klasik
tidak adanya jaminan, sedangkan dalam perbankan jaminan dijadikan sesuatu yang harus dipenuhi. Pada dasarnya jaminan bukanlah rukun atau syarat yang mutlak harus dipenuhi, melainkan sebagai cara untuk memastikan bahwa tidak ada hak-hak dari pihak
BMT yang
dihilangkan. Karena agunan adalah metode orang lain tanpa ijin”. Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 161:
92
Artinya:”Dan
disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.(QS. An-Nisa’ 161).
Pembolehan jaminan pada jual beli murabahah dapat dikatakan sebagai jual beli panjar (bay’ al-urban). Disamping itu, kewajiban adanya jaminan dalam pembiayaan murabahah
itu tidak harus
dibebankan kepada mudharib saja, tetapi dapat meminta jaminan kepada pihak ketiga yang akan menjamin penerima pembiayaan kalau melakukan kesalahan. Merujuk pada Fatwa DSN No:04/DSN-MUI/IV/2000 pada ketetapan ke tiga mengenai aturan dibolehya jaminan. Dalam hal ini agar nasabah serius dalam pemesanan dan pembayaran. Adanya jaminan
juga dapat menjadi sebuah upaya berjaga-jaga apabila
dikemudian hari terjadi hal yang tidak diinginkan dalam hal nasabah tidak mampu melunasi hutangnya maka ada gantinya berupa jaminan. Tapi perlu diingat bahwa, setiap tambahan atas hutang itu dilarang, karena tambahan tersebut merupakan riba yang diharamkan. Dari analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan mitra usaha di
93
BMT Tumang Cabang Salatiga belum memenuhi ketentuan syari’ah. Hal ini dikarenakan ada beberapa aspek syarat-syarat yang tidak sesuai dengan hukum Islam, diantaranya pertama, dalam proses penentuan harga jual murabahah di BMT Tumang masih menyandarkan kepada suku bunga yang berlaku di pasar. Jadi, secara tidak langsung menjadikan tingkat suku bunga sebagai landasan perhitungan. Kedua, berkaitan dengan obyek atau barang yang diperjual-belikan pada pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Salatiga sangat abstrak atau tidak jelas, hal ini karena proses transaksi beralih antara nasabah dengan supplier atau pemosok. Sehingga memungkinkan
nasabah
apakah
benar-benar
membelanjakan
dan
pembiayaan tersebut untuk membelikan barang atau tidak. Selain itu adanya pengawasan yang kurang, diantaranya tidak adanya laporan hasil pembelian barang oleh nasabah. Ketiga, dalam penggunaan jaminan, hanya sebagai suatu cara untuk memastikan bahwa hak-hak kreditur tidak dihilangkan dan untuk menghindarkan diri dari memakan harta orang dengan cara yang bathil.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
94
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Akad transaksi dalam pembiayaan produk mitra usaha di BMT Tumang adalah akad murabahah. Akad murabahah yang seharusnya digunakan untuk transaksi jual beli yang tujuannya bersifat konsumtif ini digunakan untuk pembiayaan mitra usaha bagi nasabahnya. Di mana Pihak BMT Tumang memberikan kuasa kepada nasabahnya untuk membeli barang yang diperlukan bagi usaha nasabah atas nama bank dengan menggunakan akad tambahan yaitu wakalah. Kemudian pihak BMT Tumang menjualnya kepada nasabah ditambah margin keuntungan untuk dibayar nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan awal perjanjian. 2. Praktek pembiayaan murabahah
di BMT Tumang belum sesuai
dengan hukum Islam, hal ini dikarenakan antara lain, pertama dalam proses penentuan harga jual murabahah
di BMT Tumang masih
menyandarkan kepada suku bunga yang berlaku di pasar. Jadi, secara tidak langsung menjadikan tingkat suku bunga sebagai landasan perhitungan. Kedua, berkaitan dengan obyek atau barang yang diperjual-belikan pada pembiayaan mitra usaha di BMT Tumang Salatiga sangat abstrak atau tidak jelas, hal ini karena proses transaksi beralih antara nasabah dengan supplier atau pemosok. Sehingga memungkinkan nasabah apakah benar-benar membelanjakan dan pembiayaan tersebut untuk membelikan barang atau tidak. Selain itu
95
adanya pengawasan yang kurang, diantaranya tidak adanya laporan hasil pembelian barang oleh nasabah.Ketiga, dalam penggunaan jaminan, hanya sebagai suatu cara untuk memastikan bahwa hak-hak kreditur tidak dihilangkan dan untuk menghindarkan diri dari memakan harta orang dengan cara yang bathil. B. Saran 1. Sebaiknya BMT Tumang dalam melakukan kegiatan usahanya harus memperhatikan aspek hukum Islam,
baik itu metode perhitungan
harga jual, keuntungan dalam pembiayaan dan jaminan pembiayaan. Sehingga dapat mencerminkan nilai syari’ah dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) ditengah-tengah kita diharapkan mampu memecahkan segala problem ekonomi umat. 2. Perlu adanya ketegasan dalam pelaksanaan akad murabahahsesuai dengan ketentuan yaitu hanya dalam jual beli, apabila nasabah ingin mengajukan pembiayaan mitra usaha pihak BMT hendaknya menggunakan akad mudharabah atau musyarakah. Apabila diterapkan pada produk-produk lain yang tidak hanya di dominasi akad murabahah itu lebih baik.
96
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Al-Karim. 2009. Mushaf Syamil Qur’an dan Terjemah. Bandung: Hilal. Andria Permata Viehzal, Veithzal Rivai, B. Acct. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta: Rajawali Pers. , Manajemen Bank Syari’ah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani. Arifin, Muhammad. 2009. Riba & Tinjauan Perbankan Syariah. Bogor: CV. Darul Ilmi. Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syari’ah. Jakarta: Rajawali Pers. Asqilani, Hajar. 2001. Kitab Bulughul Maram. Cairo: Al-Azhar. Dewi, Gemala, Widyaningsih, & Yeni Salma Barlinti. 2006. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah Karim, Adiwarman. 2009. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. Ekonomi Makro Islam. Persada.
Jakarta: PT Raja Gravindo
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. Lubis, Suhrawardi. 2004. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika. Moleong, Lexy J. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhammad. 2000. Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII Press. Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: AMP YKPM
97
Muhammad,
Rifqi. 2008. Akuntansi Keuangan Syari’ah Konsep Implementasi PSAK Syari’ah. Yogyakarta: P3EI Press.
dan
Mujieb, M Abdul. 1994. Kamus istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus. Muthaher, Osmad. 2008. Akuntansi Perbankan Syari’ah. Jakarta: Graha Ilmu. Soejoeti, Zarkowi. 1987. Pengantar Ilmu Fiqh. Semarang: Walisongo Press. Sudarsono, Heri dan Hendri Yogi Prabowo. 2006. Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. Sudjana, Nana. 1998. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiyah. Bandung: Sinar Dunia. Sumar’in. 2012. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta: PT. ISES Consulting Indonesia. Syafi’i, Muhammad Idrus. Kitab Al uum Juz III. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah Utsman, Sabian. 2014. Metodelogi Penelitian Hukum Progresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press. Zuhaily, Wahbah. 1989. Fiqih Islam tujuh diterjemahkan oleh Abdul Hayyie alKattami dkk dalam “al-Islam wa Adilatuhu” jilid IV. Damaskus: Darul Fikr.
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
DAFTAR NILAI SKK
No
Nama
: Siti Jamilatun
NIM
: 214-12-012
Jurusan
: Syari’ah
Fakultas
: Hukum Ekonomi Syari’ah
Tanggal
Kegiatan
Penyelenggara
Sebagai
Nilai
Jenis SKK: Sertifikat Kegiatan 1
05-07 September
OPAK STAIN Salatiga
DEMA STAIN Salatiga Peserta
3
08-09 September
OPAK Jurusan Syari’ah
HMJ Syari’ah STAIN
Peserta
3
2012
STAIN Salatiga
Salatiga
3
10 September 2012
Orientasi Dasar Keislaman
CEC dan ITTAQO
Peserta
2
4
11September 2012
Seminar Entrepreneurship dan
Mapala MITAPASA
Peserta
Koperasi
dan KSEI STAIN
2012 2
2
Salatiga 5
6
12 September 2012
13 September 2012
Achievment Motivation
JQH dan LDK STAIN
Training
Salatiga
Library User Education
UPT Perpustakaan
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
6
STAIN Salatiga 7
8
29 September
Urgensi Media dalam
Seminar Nasional
2012
Pergulatan Politik
Oleh LPM Dinamika
03 Oktober 2012
Melalui MTQ tingkatkan
JQH STAIN Salatiga
Peserta
2
prestasi, syi’arkan akhlak Qur’ani 9
13 Oktober 2012
Training Pembuatan Makalah
LDK STAIN Salatiga
Peserta
3
10
14 Oktober 2012
Satu Malam Meningkatkan
HMJ Syari’ah STAIN
Peserta
2
Integritas Mahasiswa Syari’ah
Salatiga
Musabaqoh Lughoh Arobiyah
ITTAQO STAIN
Lomba
2
11
17 Oktober 2012
112
12
(MLA)
Salatiga
Peserta
27-28 Oktober
Aktualisasi Bahasa Arab dalam
ITTAQO STAIN
Peserta
3
2012
Menjaga Khazanah Keilmuan
Salatiga
Peserta
6
Penerimaan Anggota Baru JQH JQH STAIN Salatiga
Peserta
3
Peran Lembaga Perbankan
Seminar Nasional
Peserta
6
Syari’ah dengan adanya
HMJ Syari’ah
JQH STAIN Salatiga
Peserta
2
Perjuangan Kaum Perempuan
Seminar Nasional oleh
Peserta
8
dalam Kesetaraan Hukum
Lembaga Percik
Islam di Indonesia
Salatiga
Sharia Economics Festival
Seminar Nasional oleh
Peserta
8
“Indonesia Will Grow and
KSEI STAIN Salatiga
Peserta
8
Panitia
2
Peserta
2
Islam Mutakhir 13
10 November 2012
Dialog Publik dan Silaturrahim
PMII Kota Salatiga
Nasional 14
17-18 November 2012
15
29 November 2012
otoritas jasa keuangan 16
1 Desember 2012
Tabligh akbar bertajuk “tafsir tematik dalam upaya menjawab persoalan Israel dan palestina landasan QS.Al-Fath:26-27”
17
18
30 April 2013
04 Juni 2013
Shine With Sharia Economics” 19
20
27 Juni 2013
30 Juni 2013
Penyesuaian Harga BBM
Seminar Nasional
Bersubsidi
HMJ Syari’ah
Pesantren Sebagai Wadah
Akhirussanah Ma’had
Perkembangan Karakter
STAIN Salatiga
Pemuda Islam yang Berakhlaqul Karimah dan Bernalar Ilmiah. 21
21 September 2013
Grand Opening UK-UK (Unit Kegiatan Usaha KSEI)
113
KSEI STAIN Salatiga
22
19 - 20 Okober
Diklat Ekonomi Islam “Be
2013
The Generation of Sharia
KSEI STAIN Salatiga
Peserta
3
KSEI STAIN Salatiga
Peserta
2
AL KHIDMAH
Peserta
2
Kursus Bhs. Inggris
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
2
LDMI dan PB HMI
Peserta
2
Pelatihan Advokasi “
HMJ Syari’ah &
Peserta
3
Membangun Mahasiswa
Ekonomi Islam STAIN
Cerdas, Peduli & Sadar
Salatiga
Pengurus
4
Panitia
3
Panitia
3
Economics “ 23
20 Oktober 2013
Be The Generation of Sharia Economics
24
29-30 November
Pendidikan Anggota Dasar Al
2013
Khidmah Kampus JATENG 2013/2014
25
25 Januari- 9
Pyramid English Course
Februari 2014 26
10 Februari – 24
Basic one in pare Pyramid English Course
Februari 2014 27
11 Maret 2014
Kursus Bhs. Inggris Basic two in pare
Certificate of Achievement
EGYPT Islamic Banding and Course
28
15 Maret 2014
Komitmen Politik Islam dalam Menata Arah Masa Depan Bangsa Indonesia
29
23-24 Mei 2014
Sebagai Agent Of Change” 30
31
Kontribusi sebagai Sie
Ma’had Mahasiswa
Kebersihan
STAIN Salatiga
18-19 Oktober
Perkemahan sabtu minggu
Gerakan Pramuka
2014
pramuka “MI AL MANAR “
Kwartir cabang
23 Juni 2014
gudep 12.00.12-001-05/12.00.5 Tengaran 32
22-23 November
Diklat Ekonomi Islam (DEI) “
2014
Menciptakan Generasi yang berpegang Teguh Prinsip Ekonomi Syari’ah untuk
114
KSEI STAIN Salatiga
Kemajuan Perekonomian Indonesia. 33
30 November
Participant of Training and
Himpunan Mahasiswa
Peserta
3
2014
TOEFL Tests
Program studi
Panitia
3
KSEI STAIN Salatiga
Peserta
6
Pelatihan Manajemen TPQ
Bidikmisi (Ya
Peserta
2
“Mendongeng Cerita Islam dan
Bismillah )
Membuat Alat Peraga Edukatif
IAIN Salatiga
Peserta
2
KSEI IAIN Salatiga
Peserta
2
KSEI IAIN Salatiga
Peserta
8
Perbankan Syari’ah STAIN Salatiga 34
06 - 07 Desember
Pendidikan Anggota Dasar
AL KHIDMAH Kota
2014
(PAD) Al KHIDMAH Kampus
Salatiga
Kota Salatiga 35
13 Desember 2014
Seminar Regional “ Membangun Karakter Kepemimpinan KSEI dalam Akselerasi Pembumian Ajaran Islam di Bidang Ekonomi”
36
04 Juli 2015
(APE) 37
29 September 2015
Valuable Participation in the
Bidikmisi (Ya
Talk Show “ Be Scholarship
Bismillah)
Hunter of Home Country
IAIN Salatiga
(Indonesia) and Abroad University …” 38
12 Oktober 2015
Edukasi Literasi Keuangan Bersama OJK “ Literasi Keuangan Syari’ah dan Kebijakan Mikroprudensial dalam Stabilitas Ekonomi”
39
13 Oktober 2015
Seminar Nasional “ Peran Sistem Ekonomi Islam dalam
115
Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Global dengan Mensinergikan Sektor Riil dan Sektor Keuangan” 40
26 Oktober 2015
Musabaqoh Lughoh Al-
ITTAQO IAIN Salatiga
Peserta
2
Seminar Nasional “ Perbankan
HMJ Hukum Ekonomi
Peserta
8
Syari’ah di Indonesia: antara
Syari’ah
Peserta
2
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
ESQ Character building Peserta
2
Arobiyah “ Siap Melangkah dan Berkarya dengan bahasa Arab” 40
04 November 2015
Teori dan Praktik” 41
24 Desember 2015
Seminar Motivasi
Bidikmisi (YA
“Menumbuhkan Semangat
BISMILLAH)
Berprestasi Sebagai Wujud
IAIN Salatiga
Pengabdian Bangsa di Era Global” 42
43
07 Maret-12 April
Certificate of Completion
Bidikmisi dan UPTPB
2016
accomplished TOEFL Training
IAIN Salatiga
14 Mei 2016
Khatam Al-Qur’an (juz 30
Pengasuh dan
Bilghoib)
Pengurus PP EDI MANCORO
44
14 Mei 2016
Ijazah Belajar Tahap Akhir
KDII Pondok Pesantren
“Kulliyatud Dirosah Al
EDI MANCORO
Islamiyah Wal Ijtima’iyah (KDII)” 45
02 Juni 2016
Kuliah Umum Fakultas
Fakultas Syari’ah IAIN
Syari’ah IAIN Salatiga “
Salatiga
Gerakan Revivalis Islam Modern dan Perkembangan Hukum di Indonesia” 46
13 Juni 2016
ESQ Leadership Training116
Champion Mentality Mahasiswa bidikmisi JUMLAH
156
Salatiga, 10 Agustus 2016 Mengetahui, Wakil Dekan Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Dr. ILLYA MUHSIN, M.S.i NIP. 19790930 2003121001
117
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Siti Jamilatun
Nim
: 21412012
Tempat, Tanggal Lahir
: Pati, 12 November 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Guyangan rt 01 rw 02 Kec. Trangkil Kab. Pati
Riwayat Pendidikan
:
Pengalaman Organisasi
1. 2. 3. 4.
TK Raudlatul Ulum, lulus tahun 2000 MI Raudlatul Ulum, lulus tahun 2006 MTs Raudlatul Ulum, lulus tahun 2009 MA Raudlatul Ulum, lulus tahun 2012
1. 2. 3. 4. 5. 6.
IKAMARU PMII JQH ITTAQO KSEI AL HIKMAH
:
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
118