ANALISIS METODE PERHITUNGAN MARGIN MURABAHAH PADA PRODUK PIUTANG MURABAHAH (STUDI KASUS BMT AL-FATH IKMI) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
SHUFFAH NURUL QIYAMAH 108046100094
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015
ANALISIS METODE PERHITUNGAN MARGIN MURABAHAH PADA PRODUK PIUTANG MURABAHAH (STUDI KASUS BMT AL.FATH IKMI)
SKRIPSI
Diaiukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sa{ana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Shuffah Nurul Oivamah I
08046100094
Dibawah bimbingan:
\,
24v2 ,Y Muh. Fudhail Rahman. Lc. M.A. NIP 19750810 200912 I 001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA t436t20ts
ABSTRAK Shuffah Nurul Qiyamah. NIM 108046100094. ANALISIS METODE PERHITUNGAN MARGIN MURABAHAH PADA PRODUK PIUTANG MURABAHAH STUDI KASUS BMT AL-FATH IKMI. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015. BMT Al-Fath IKMI merupakan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang berbentuk koperasi. Fungsi dari BMT sama seperti LKS pada umumnya, yaitu sebagai lembaga intermediasi untuk menghimpun dana, menyalurkan dana dan pelayanan jasa. Piutang murabahah merupakan salah satu produk dari kegiatan menyalurkan dana di BMT. Penentuan harga jual dan tingkat margin yang jelas pada akad murabahah merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya riba dan ketidakadilan. Oleh karena itu, BMT harus berhati-hati dalam memilih metode perhitungan margin. Fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012 dijadikan sebagai pedoman dalam praktik murabahah. Ada beberapa metode perhitungan margin yang bisa menjadi referensi dan dipakai oleh kalangan BMT. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Jenis data yang digunakan penulis adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan pihak BMT, dan data sekunder yang berupa kontrak akad, fatwa MUI serta kepustakaan. Objek dari penelitian ini adalah metode perhitungan margin murabahah di BMT terhadap kesesuaian fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada praktiknya, murabahah di BMT hampir sepenuhnya memenuhi ketentuan fatwa DSN-MUI. Meski begitu, masih ada sedikit yang perlu dievaluasi, hal ini mengenai penulisan judul dalam draft kontrak akad yang menggabungkan kata dari dua akad berbeda “Wakalah Murabahah” sehingga dikhawatirkan menimbulkan ketidakjelasan. Kata Kunci : Margin Murabahah, Metode perhitungan murabahah, fatwa DSN-MUI
v
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahi rabiil ‘aalamin. Segala puji serta syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, karunia, limpahan kasih sayang, serta kebahagiaan yang selalu mengiringi. Alhamdulillah atas segala izin dan ridhoNya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa pula senantiasa tercurah untuk Rasulullah saw, yang telah membawa kita semua keluar dari masa kegelapan. Tak lupa pula penulis selama melaksanakan penelitian ini mendapat begitu banyak dukungan, doa, dan bantuan baik secara moril mau pun materiil dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat, ucapan terimakasih ingin penulis sampaikan kepada : 1. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D dan Dr. Euis Amalia, MA. Dekan dan wakil dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2. AM. Hasan Ali, MA dan H. Abdurrauf, Lc, MA. Ketua dan sekretaris program studi Muamalat, atas waktu, ilmu dan kesempatan menimba ilmu kepada penulis. 3. Dr. Hj. Azizah, MA, selaku dosen pembimbing akademik PS-C 2008.
vi
4. Muh. Fudhail Rahman, Lc., MA., selaku dosen pembimbing dalam penyelesaian penelitian ini. Terima kasih atas ilmu, bimbingan, arahan, nasihat dan keihklasan hati dalam membimbing penulis. 5. BMT Al-Fath IKMI, Bapak Suryadi selaku Kepala bagian operasional yang telah berbaik hati memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di BMT, serta telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. 6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas dalam mengajar dan berbagi ilmunya dengan penulis. Serta seluruh staff dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum yang sudah banyak membantu administrasi perkuliahan hingga selesai. Semoga Allah SWT senantiasa membalas jasajasa beliau dengan menjadikan semua kebaikan dan keikhlasan ini sebagai amal jariyah untuk beliau semua. 7. Keluarga besar tercinta, Bapak Heri dan Mama Dida, orangtua terbaik di dunia yang sangat saya cintai. Adik-adikku, Madyana Nur Azizah dan Himayati Salamah. Terima kasih tak terbatas untuk kalian semua atas limpahan kasih sayang, kesabaran, dan pelajaran hidup yang amat berharga selama ini telah diberikan. Kalian semua yang terbaik untukku. Love you. 8. Sahabat-sahabat yang ku sayangi Mailani Hajrin, Siti Ma’muroh, Nur dyah, Annisa Khaerani, Amalia Purdianty, Amelisha. Yang selalu memotivasi, yang selalu berbagi di kala suka dan suka. Kalian semua my besties.
vii
9. Keluarga besar PISCOK yang paling berkesan, terimakasih atas kenangan yang begitu indah selama masa perkuliahan. Teman-teman seperjuangan skripsi, terimakasih semuanya. 10. “Group Millionaire” yang sudah seperti keluarga baru bagi penulis, terimakasih atas semangat, inspirasi, pelajaran hidup dan banyak hal lainnya. Semua hal yang dilakukan bersama kalian selalu indah. Masih panjang perjalanan yang harus kita lalui, masih banyak tempat indah yang belum kita kunjungi, masih banyak hal yang harus kita hadapi di masa depan. Semoga kita bisa selalu menjadi sahabat dan menjaga silaturahmi. Love you all guys! 11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu, namun tidak mengurangi rasa hormat penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan dalam hidup. Amin. Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis dari karya ilmiah yang dibuat ini kelak dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Amin. Jakarta, September 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Pokok Masalah .......................................................................................... 6 1. Identifikasi Masalah ............................................................................ 6 2. Pembatasan Masalah ........................................................................... 8 3. Perumusan Masalah ............................................................................ 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8 D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan .................................................. 9 1. Jenis Penelitian .................................................................................... 9
ix
2. Objek Penelitian .................................................................................. 10 3. Jenis Data ............................................................................................ 11 4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 11 5. Teknik Analisis Data ........................................................................... 12 6. Teknik Penulisan ................................................................................. 13 E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Murabahah ............................................................................ 15 1. Pengertian Murabahah ........................................................................ 15 2. Landasan Hukum ................................................................................ 16 3. Rukun dan Syarat Murabahah ............................................................. 18 4. Jenis Murabahah.................................................................................. 20 5. Aplikasi Murabahah di Perbankan Syariah Indonesia ........................ 22 B. Margin Keuntungan .................................................................................. 25 1. Pengertian Margin ............................................................................... 25 2. Referensi Penetapan Margin Keuntungan ........................................... 26 3. Metode Perhitungan Margin Pada Akad Murabahah .......................... 30 4. Fatwa Dewan Syariah Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode Pengakuan
Keuntungan
Tamwil
bi
al-Murabahah
(Pembiayaan
Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah ...................................... 38 C. Kerangka Konseptual ............................................................................... 41
x
D. Review Studi Terdahulu ............................................................................ 41 BAB III GAMBARAN UMUM BMT Al-FATH IKMI A. Sejarah Singkat BMT Al-Fath IKMI ........................................................ 46 B. Produk dan Layana BMT .......................................................................... 48 1. Penghimpun dana (Funding) ............................................................... 48 2. Penyaluran Dana (Lending) ................................................................ 51 C. Kegiatan BMT Al-Fath IKMI ................................................................... 53 D. Struktur Organisasi ................................................................................... 55 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI ....................... 58 B. Praktek Metode Pengakuan Keuntungan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI ................................................................................................................... 63 C. Relevansi Metode Penetapan Margin Murabahah di BMT Al-Fath IKMI dengan Prinsip Syariah Berdasarkan Fatwa Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 ................................................................................................................... 72 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 83 B. Saran .......................................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Murabahah Tipe Pertama ...................................................... 22 Gambar 2.2 Skema Murabahah Tipe Kedua ......................................................... 23 Gambar 2.3 Skema Murabahah Tipe Ketiga ......................................................... 24
xii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel Jadwal Angsuran Murabahah di BMT Al-Fath IKMI 2. Tabel Margin Keuntungan Menurun 3. Tabel Margin Keuntungan Rata-Rata 4. Tabel Margin Keuntungan Annuitas 5. Surat Keterangan Penelitian 6. Draft Kontrak Akad Wakalah Murabahah 7. Draft Kontrak Akad Jual Beli Murabahah 8. Hasil Wawancara Pribadi dengan Staff BMT Al-Fath IKMI
xiii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Umat
Islam
dengan
ideologi
keislamannya,
senantiasa
berupaya
menerjemahkan nilai-nilai syariah ke dalam semua aspek kehidupannya tidak terkecuali dalam aktivitas ekonomi (muamalat) yang diyakini dapat membawa kepada keadilan dan kesejahteraan (maslahat). Kesadaran masyarakat muslim yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia terhadap kebutuhan jasa dan layanan keuangan berbasis syariah menjadi salah satu faktor berkembang pesatnya lembaga keuangan syariah saat ini. Eksistensi lembaga keuangan syariah khususnya sektor perbankan menempati posisi yang strategis dalam menghubungkan antara pemilik dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Pada umumnya, produk-produk yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah diantaranya produk penyaluran dana (financing), produk penghimpunan dana (funding), dan produk jasa (service). Produk penyaluran dana atau pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yakni pembiayaan dengan prinsip jual-beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, dan pembiayaan dengan akad pelengkap1.
1
Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Kedua, ( Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), h. 87.
1
2
Seiring dengan hal tersebut, lembaga keuangan syariah yang ruang lingkupnya mikro yaitu Baitul mal wattamwil (BMT) juga semakin menunjukkan eksistensinya. BMT dipandang sebagai lembaga keuangan alternatif yang mampu menjangkau sektor mikro dalam pembiayaan modal kerja jangka pendek.2 Untuk Indonesia, penelitian tentang microfinance syariah, salah satunya adalah, Awalil Rizky bekerja sama dengan PT Permodalan BMT telah melakukan penelitian terhadap sejumlah BMT di Jawa Tengah yang tergabung dalam BMT Center. Menurutnya, fakta yang paling menonjol dari BMT adalah keberhasilannya dalam usaha penyaluran dana pembiayaan kepada anggota atau nasabah. BMT berhasil menjangkau pihak-pihak yang selama ini dikatakan tak mempunyai akses kepada pembiayaan oleh perbankan (unbankable). Menurutnya, BMT saat ini bukan saja hanya sebuah komunitas yang dilandasi atas ideologi keislaman dan ghirah kejamaahan, tetapi telah menjadi sebuah lembaga keuangan profesional yang mampu menjangkau kelas ekonomi masyarakat paling bawah3. BMT sebenarnya merupakan konsep aplikasi ekonomi Islam yang bersifat praktikal dalam mendorong ekonomi pada skala mikro. Dalam aturan hukum di Indonesia BMT dikelompokkan kedalam koperasi, dimana aturan hukumnya mengikuti UU koperasi no 17 tahun 2012, meskipun sebenarnya konsep BMT adalah
2
Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), h. 28. 3 Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), h. 28.
3
jauh lebih luas bagi masyarakat. Peran BMT yang beroperasi pada skala pembiayaan ekonomi mikro (pembiayaan dibawah 50 juta/yang tidak banyak mendapatkan perhatian dari perbankan pada umumnya), menjadikan karakteristik yang melekat pada institusi keuangan non-bank ini. Pemerintah Indonesia pada akhirnya menempatkan BMT sebagai bagian dari koperasi untuk memberikan peranan yang lebih maksimal pada sektor yang belum digarap oleh lembaga keuangan formal.4 Seperti halnya bank syariah, kegiatan BMT adalah melakukan penghimpunan (prinsip wadhiah dan mudharabah) dan penyaluran dana (prinsip bagi hasil, jual beli dan ijarah) kepada masyarakat. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli dilakukan dengan akad murabahah, salam, ataupun istishna. Sedangkan murabahah sendiri merupakan akad yang paling dominan digunakan dalam transaksi jual beli. Pilihan ini karena tingkat perputaran modal lebih cepat, risiko rendah, dan margin keuntungan relatif besar5. Dari beberapa hasil survey menunjukkan bahwa perbankan syariah menerapkan produk murabahah kurang lebih tujuh puluh lima persen (75%) dari total kekayaan mereka. Bahkan bank Islam yang berada di luar Indonesia, seperti Dubai Islamic Bank dan Islamic Development Bank, ternyata juga menggunakan
4 5
http://bmtamber.co.id/bmt-sebagai-pendorong-ekonomi-kerakyatan-2/ diakses 8 maret 2015 Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, h.28
4
pembiayaan dengan prinsip murabahah meliputi antara 73-82% dari total pembiayaan6. Murabahah yang dipraktikkan pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kontemporer dikenal dengan murâbahah lil amri bil Syira’, yaitu transaksi jual beli di mana seorang nasabah datang kepada pihak bank untuk membelikan sebuah komoditas dengan kriteria tertentu, dan ia berjanji akan membeli komoditas/barang tersebut secara murabahah, yakni sesuai harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat keuntungan yang disepakati kedua pihak, dan nasabah akan melakukan pembayaran secara installment (cicilan berkala) sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki.7 Praktek murabahah pada perbankan syariah sempat menerima kritikan dari kalangan ulama. Sebagaimana dikutip oleh Rahmawaty, bahwa Sjahdeini menjelaskan munculnya kritikan didasarkan pada penerapan murabahah dalam perbankan syariah yang sama sekali tidak meniadakan bunga dan membagi resiko
6
Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h. 188-189. 7 Azharuddin, Ah Lathif, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Jurnal Anggota Komite Bidang Advokasi, Penelitian, dan Pengembangan Hukum Ekonomi MES), h.5, review buku Sâmi Hasan Hamûd, Tathwîr al-A’mâl al-Mashrafiyah Bimâ Yattafiq al-Syarî’ah al-Islâmiyah (Aman: Mathba’ah al-Syarq, 1992), h.431
5
kepada
nasabah,
tetapi
tetap
mempraktekkan
pembebanan
bunga
dengan
menggunakan label “produk Islami”.8 Murabahah dalam perspektif masyarakat sering dipersepsikan dengan anggapan bahwa praktik murabahah tidak berbeda dengan kredit berbasis fixed/flat rate pada Bank konvensional. Hal ini dilihat dari sifat margin murabahah yang fixed dan juga menurut penulis, besarnya margin yang dipatok bank syariah ternyata sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Maka dari itu, dalam penetapan tingkat margin akad pembiayaan murabahah di perbankan syariah seharusnya tidak hanya menggunakan rujukan suku bunga bank konvensional.9 Dalam perhitungan margin pada bank syariah diakui ataupun tidak sebenarnya masih mengikuti suku bunga dan inflasi. Suku bunga dan inflasi inilah yang menjadi benchmark-nya pada saat ini10. Hal ini dikarenakan perbankan syariah belum mempunyai acuan tersendiri untuk dijadikan sebagai pedoman penentuan tingkat margin, dengan kata lain masih mengikuti perbankan konvensional. Penentuan harga jual dan tingkat margin yang jelas pada akad murabahah merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya ketidakadilan pada satu
8
Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h. 189. 9 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2005), h. 126. 10 Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h. 189.
6
pihak, yaitu pembeli. Padahal, ketidakadilan kegiatan ekonomi merupakan salah satu aspek yang dilarang dalam Islam. Dalam Islam, harga harus ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan keadilan bagi kedua belah pihak, yakni pihak penjual dan pihak pembeli. Harga yang dapat memberikan keadilan bagi kedua belah pihak adalah yang tidak memberikan keuntungan di atas normal atau tingkat kewajaran bagi penjual dan harga yang telah disetujui oleh pihak penjual dan pembeli.11 Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil rumusan masalah tentang bagaimanakah metode perhitungan margin akad pembiayaan murabahah yang ditetapkan oleh manajemen BMT Al-Fath IKMI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara atau metode yang diterapkan oleh manajemen BMT Al-Fath IKMI dalam perhitungan marjin keuntungan akad pembiayaan murabahah. Dengan mengangkat judul “Analisis Metode Perhitungan Margin Murabahah pada Produk Piutang Murabahah (Studi Kasus BMT Al-Fath IKMI)” B.
Pokok Masalah
1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis akan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, yaitu :
11
Nuryadin, Birusman, Harga dalam Perspektif Islam. Jurnal Ekonomi Islam: Mazahib. Vol. 4 No. 1, Juni 2007. h. 86-98.
7
a. Bagaimana contoh metode perhitungan pengakuan keuntungan secara proporsional dan secara anuitas? b. Apa perbedaan dari metode perhitungan pengakuan keuntungan secara proporsional dan anuitas? c. Apa saja yang menjadi faktor penentu besaran presentase margin murabahah di BMT? d. Bagaimana akuntansi dalam metode perhitungan margin murabahah yang diterapkan BMT? e. Apa perbedaan dari metode perhitungan margin murabahah yang dipakai oleh BMT dengan metode perhitungan margin pada lembaga keuangan kovensional? f. Apa kekurangan dari metode perhitungan margin murabahah yang dipakai oleh BMT? g. Bagaimana prosedur pembiayaan murabahah di BMT? h. Apa saja syarat-syarat untuk mengajukan pembiayaan murabahah di BMT? i. Bagaimana
kedudukan
hukum
dari
barang
jaminan
pembiayaan
murabahah? j. Apa kendala yang dihadapi saat pelaksanaan akad pembiayaan murabahah di BMT?
8
k. Apakah besaran margin murabahah dan metode perhitungan yang digunakan oleh BMT sudah sesuai dengan prinsip syariah yang mengacu kepada fatwa DSN-MUI? 2. Pembatasan Masalah Untuk membuat skripsi ini menjadi lebih terarah, pembatasan masalah perlu dilakukan. Masalah yang diangkat dalam skripsi ini terlalu luas jika diteliti secara menyeluruh. Maka dari itu agar masalah tidak melebar kemana-mana penulis hanya meneliti tentang metode perhitungan margin yang digunakan pada produk piutang murabahah kesesuaian dengan fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012. 3. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang akan dikaji secara spesifik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI? b. Bagaimana metode perhitungan margin murabahah yang digunakan oleh BMT Al-Fath IKMI? c. Bagaimana relevansi praktek produk Piutang murabahah dengan prinsip syariah (ditinjau dari Fatwa DSN-MUI no. 84)? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui cara/metode yang digunakan BMT dalam menentukan margin murabahah pada produk piutang murabahah.
9
2. Untuk mengetahui kesesuaian praktek piutang murabahah dengan prinsip syariah (Fatwa DSN-MUI). 3. Manfaat penelitian bagi akademisi a.
sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan penelitian-penelitian lain setelah ini, khususnya yang berkaitan dengan margin murabahah.
b.
Mengenalkan praktek lembaga keuangan mikro syariah di dunia nyata.
4. Manfaat penelitian bagi praktisi a.
Bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh praktisi perbankan syariah.
b.
Mampu memberikan pemahaman baru tentang cara penentuan margin murabahah pada produk piutang murabahah.
5. Manfaat bagi masyarakat a.
Menambah
wawasan
masyarakat
mengenai
KJKS/BMT,
khususnya produk murabahah. b.
Sebagai bahan referensi dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan jasa perbankan syariah.
D.
Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang menggambarkan dengan lebih jelas mengenai fenomena-fenomena sosial. Penelitian ini memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan sering
10
menunjukkan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya12. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono disebut juga dengan metode artistik karena proses penelitiannya yang lebih bersifat seni dan disebut metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan13. Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus (case study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Pendekatan ini dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok manusia, lingkungan hidup manusia, atau lembaga sosial14. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus karena penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisa untuk kemudian memahami dan menjelaskan konsep penentuan margin pada suatu transaksi akad murabahah pada BMT Al-Fath IKMI. 2. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah BMT Al-Fath IKMI yang berlokasi di Jalan Aria Putra Nomor 7 Kedaung, Pamulang Tangerang Selatan. Penulis memilih BMT Al-Fath IKMI sebagai objek penelitian karena BMT Al-Fath
12
Nasution, S, Metode Research (Penelitian Ilmiah), ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.24. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), ( Bandung: CV Alfabeta, 2008), h. 13. 14 Nasution, S, Metode Research (Penelitian Ilmiah), ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 27. 13
11
IKMI merupakan salah satu lembaga keuangan non-bank yang cukup lama serta berpengalaman menjalankan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 3. Jenis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu: a. Data primer Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis/wawancara di lokasi penelitian atau objek penelitian.15 Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI Ciputat. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan oleh penulis seperti, lembaga atau institusi tertentu.16 4. Teknik Pengumpulan Data Didalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan menggunakan beberapa teknik tertentu, yaitu:
15
M. Burhan Bungin, “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”, (Kencana : Jakarta, 2009), h.122 16 M. Burhan Bungin, “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”, (Kencana : Jakarta, 2009), h.122
12
a. Library Research, yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan presentasi, artikel, brosur, dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi. b. Field Research (lapangan dan wawancara), yaitu teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melakukan proses pemecahan masalah tertentu sesuai dengan data. Teknik yang digunakan adalah berupa interview bebas terpimpin yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian langsung dijawab oleh informan dengan bebas dan terbuka. 5. Teknik Analisis Data Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan data yang telah diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan maupun dari dokumen, gambar, dan foto-foto. Selanjutnya, peneliti mengkategorikan data yang telah diperoleh berdasarkan pendekatan yang digunakan. Data yang diperoleh diklasifikasikan kembali apakah data yang didapat berhubungan dengan judul. Kemudian bandingkan data tersebut dengan melihat pada pendekatan yang digunakan. Karena peneliti menggunakan pendekatan kualitatif maka teknik analisanya adalah analisa kualitatif atau deskriptif analisis yaitu peneliti mencoba mendeskripsikan keseuaian prinsip syariah dalam metode penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI dengan menggunakan beberapa teori.
13
6. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta” tahun 2012. E.
Sistematika Penulisan Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka peneliti akan
menyusunnya menjadi beberapa bab yang terdiri dari sub bab yang menjelaskan isi dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan penelitian yang mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini disusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang akad murabahah yang di dalamnya terdapat Pengertian Akad Murabahah, Landasan hukum tentang Murabahah, Mekanisme Akad Murabahah, Pengertian Margin, Mekanisme Penetapan Margin pada Produk Pembiayaan Murabahah.
14
BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL-FATH IKMI Pada bab ini penulis menguraikan tentang data penelitian yang berisi sejarah visi dan misi BMT Al-Fath IKMI, jaringan kerja lembaga, berbagai macam produk pembiayaan dan prosedur aplikasi akad murabahah di BMT Al-Fath IKMI. BAB IV ANALISlS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil dari wawancara/interview dari pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI, hasil observasi pengamatan terhadap prakteknya akad murabahah pada produk Piutang Murabahah, contoh perhitungan margin, dan analisa terhadap metode penetapan margin di BMT Al-Fath IKMI. BAB IV ANALISlS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil dari wawancara/interview dari pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI, dan hasil observasi pengamatan terhadap prakteknya akad murabahah pada produk piutang murabahah.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian Murabahah Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai laba17. Murabahah merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.18 Murabahah adalah suatu jasa/produk pembiayaan yang diberikan oleh suatu lembaga keuangan syariah kepada nasabahnya yang membutuhkan dan memesan suatu barang tertentu. Fasilitas pembiayaan dengan mendasarkan pada pembelian barang tertentu yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh lembaga keuangan syariah tersebut dari pemasok barang. Setelah secara yuridis kepemilikan barang tersebut beralih dari tangan pemasok ke tangan lembaga keuangan syariah tersebut, maka selanjutnya lembaga keuangan syariah tersebut menjual barang tersebut kepada nasabah. Lembaga keuangan syariah yang bersangkutan menambahkan keuntungan (Mark-up/margin) tertentu diatas harga beli barang tersebut. Keuntungan tersebut
17
Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Ketiga, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 113. 18
15
16
harus disepakati di awal antara lembaga keuangan syariah dan nasabah sebelum kedua belah pihak membuat akad/perjanjian.19 Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan murabahah adalah transaksi jual beli dimana penjual menginformasikan harga pokok dan keuntugan (margin) yang diharapkan secara transparan dan disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli), cara pembayarannya dapat secara tunai atau angsur. Karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menambahkan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. 2.
Landasan Hukum
a. Landasan Hukum Syariah Landasan Hukum syariah tentang pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:
... حزَ َم الزِبَا َ هلل الْ َبيْ َع َو ُ ّل ا َح َ وََأ... Artinya: “...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..”. (QS Al-Baqarah (2) : 275).
ْض هٌِْكُن ٍ ي تَزَا ْ َى ِتجَارَ ًة ع َ ى َتكُى ْ َطّلِ ِإلَا أ ِ ي َآهٌَُىا لَا تَأْ ُكلُىا أَهْىَاَل ُكنْ َبيٌَْ ُكنْ بِالْبَا َ يَا َأ ُيهَا الَذِي ى ِبكُ ْن َرحِيوًا َ ى اللَ َه كَا َ ِسكُ ْن إ َ ُوَلَا َتقْ ُتلُىاَأًْف 19
Sjahdeini, Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2014), h.194.
17
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisa (4) : 29) Hadist : dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban). b. Landasan Hukum Positif Ada beberapa Fatwa DSN-MUI berkenaan dengan akad murabahah yang harus dipedomani untuk menentukan keabsahan akad murabahah. Fatwa-fatwa DSNMUI yang menyangkut murabahah adalah sebagai berikut:20 a) Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah b) Fatwa DSN-MUI No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka dalam Murabahah c) Fatwa DSN-MUI No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam Murabahah d) Fatwa DSN-MUI No. 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan dalam Murabahah e) Fatwa DSN-MUI No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah (Khashm Fi al-Murabahah) 20
Sjahdeini, Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2014), h.195-200.
18
f) Fatwa DSN-MUI No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar g) Fatwa DSN-MUI No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah h) Fatwa DSN-MUI No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah 3. Rukun dan Syarat Murabahah Untuk terbentuknya akad pembiayaan murabahah dalam Islam harus lah memenuhi rukun dan syarat murabahah sebagai berikut: a. Rukun Murabahah Menurut mayoritas (jumhur) ahli-ahli hukum Islam, rukun yang membentuk akad murabahah ada 5 yaitu21 : 1) Adanya penjual (ba’i) 2) Adanya pembeli (musytari) 3) Objek atau barang (mabi’) yang diperjual belikan. 4) Harga (Tsaman) nilai jual barang berdasarkan mata uang. 5) Ijab kabul (sighat) atau formula akad, suatu pernyataan kehendak oleh masing-masing pihak yang disebut ijab dan kabul.
21
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h.70-75
19
b. Syarat Murabahah Para ulama kontemporer mensyaratkan dalam praktik jual beli murabahah di lembaga keuangan syariah sebagai berikut:22 1) Jual beli murabahah bukan pinjaman yang diberikan dengan bunga, tetapi merupakan jual beli komoditas dengan harga tangguh termasuk margin keuntungan di atas biaya perolehan yang disetujui bersama. Dalam kaitan ini, bila harga tangguh lebih tinggi dari harga tunai maka sebelum para pihak berpisah, pilihan harga tersebut harus telah disepakati. 2) Pemberi pembiayaan dalam hal ini bank atau lembaga keuangan syariah lainnya, harus telah membeli komoditas/barang dan menyimpan dalam kekuasaannya, atau membeli melalui orang ketiga sebagai agennya sebelum dijual kepada nasabahnya. Bila tidak demikian maka akan terjadi bai’alma’dûm (menjual belikan sesuatu yang belum ada/dimiliki). Namun demikian, bila pembelian langsung ke pihak supplier tidak praktis, diperbolehkan bagi pemberi pembiayaan untuk memanfaatkan nasabah sebagai agen/wakil dengan menggunakan akad wakalah untuk membeli komoditas yang diperlukan atas nama pemberi pembiayaan. Dalam kasus seperti ini, selama barang tersebut belum dibelikan oleh nasabah sebagai agen 22
Azharuddin, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah, Tulisan
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), (April 2014): h. 9-10. review buku Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance, (Pakistan: Maktaba Ma‟ariful Qur‟an, 2002)
20
maka tidak boleh dilakukan akad jual beli komoditas/barang antara nasabah dan pihak pemberi pembiayaan. Bahkan bila nasabah sudah membelikan komoditasnya pun, resiko atas rusak atau hilangnya barang masih ada pada pihak pemberi pembiayaan hingga dilakukan akad jual beli antara kedua belah pihak. 3) Pembelian komoditas tidak boleh dari nasabah sendiri (komoditas milik nasabah) dengan perjanjian buy back (pembelian kembali) karena model perjanjian seperti ini masuk kategori bai’ inah23 yang diharamkan oleh sebagian besar ulama. 4.
Jenis Murabahah24 a. Murabahah tanpa pesanan Murabahah tanpa pesanan maksudnya, ada yang pesan atau tidak,ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang tidak terpengaruh atau terkait langung dengan ada tidaknya pembeli. b. Murabahah berdasarkan pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang
23
Contoh: A menjual motor seharga Rp 10 juta secara cicilan kepada B, dengan syarat bahwa B harus kembali menjual motor tersebut kepada A secara tunai seharga Rp 8 juta. 24
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta : UII Press), 2005. h. 37
21
memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung pada atau terkait langsung atau pembelian barang tersebut. 5.
Aplikasi Murabahah di Perbankan Syariah Indonesia25 Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan
pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Namun demikian, dalam praktiknya tidak ada keseragaman model penerapan pembiayaan murabahah karena beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Ada beberapa tipe penerapan murabahah dalam praktik perbankan syariah yang kesemuanya dapat dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu: 1. Tipe Pertama Tipe pertama penerapan murabahah adalah tipe konsisten terhadap fiqih muamalah. Keterangan: a. Dalam tipe ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Kedua pihak melakukan negosiasi dan pihak bank menjelaskan persyaratan mengenai hal-hal yang terkait dengan pembiayan murabahah
25
Azharuddin, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah, Tulisan
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), (April 2014), h. 13-15.
22
sebelum terjadinya akad, contohnya tentang harga jual dan jangka waktu pembayaran. b. Bank membeli dahulu barang yang akan dibeli oleh nasabah ke supplier. c. Setelah barang dibeli atas nama bank kemudian dijual ke nasabah dengan harga perolehan ditambah margin keuntungan sesuai kesepakatan. d. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada umumnya nasabah membayar secara tangguh. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe pertama dapat dilihat pada gambar alur berikut ini: Gambar 2.1 : Murabahah Tipe Pertama 1. Negoisasi & Persyaratan
Bank
3. Akad Jual Beli
Nasabah
4. Bayar Angsuran 2. Akad Jual Beli
Supplier/Pemasok
2. Tipe Kedua Tipe kedua mirip dengan tipe yang pertama, tapi perpindahan kepemilikan langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan bank
23
langsung kepada penjual pertama/supplier. Nasabah selaku pembeli akhir menerima barang setelah sebelumnya melakukan perjanjian murabahah dengan bank. Pembelian dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada umumnya nasabah membayar secara tangguh. Transaksi ini lebih dekat dengan murabahah yang asli, tapi rawan dari masalah legal. Dalam beberapa kasus ditemukan adanya klaim nasabah bahwa mereka tidak berhutang kepada bank, tapi kepada pihak ketiga yang mengirimkan barang. Meskipun nasabah telah menandatangani perjanjian murabahah dengan bank, perjanjian ini kurang memiliki kekuatan hukum karena tidak ada tanda bukti bahwa nasabah menerima uang dari bank sebagai bukti pinjaman/hutang. Namun demikian, dari perspektif syariah model murabahah seperti ini tetap saja berpeluang melanggar ketentuan syariah jika pihak bank sebagai pembeli pertama tidak pernah menerima barang (qabdh) atas namanya tetapi langsung atas nama nasabah. Karena dalam prinsip syariah akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe kedua ini lihat alur gambar berikut ini: Gambar 2.2 : Skema Murabahah Tipe Kedua
24
3. Tipe Ketiga Tipe ini yang paling banyak dipraktekkan oleh bank syariah. Bank melakukan perjajian murabahah dengan nasabah, dan pada saat yang sama mewakilkan (akad wakalah) kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang akan dibelinya. Dana lalu dikredit ke rekening nasabah dan nasabah menandatangi tanda terima uang. Tanda terima uang ini menjadi dasar bagi bank untuk menghindari klaim bahwa nasabah tidak berhutang kepada bank karena tidak menerima uang sebagai sarana pinjaman. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe ketiga ini lihat alur gambar berikut ini: Gambar 2.3 : Skema Murabahah Tipe Ketiga 1. Negosiasi & Persyaratan
Bank
2. Akad Wakalah untuk Beli Barang
Nasabah
3. Akad Jual Beli 4. Bayar Angsuran Berbagai tipe praktek jual beli murabahah di atas dilatar belakangi motivasi yang bermacam-macam. Ada kalanya untuk lebih menyederhanakan prosedur sehingga bank tidak perlu repot-repot membeli barang yang dibutuhkan nasabah tetapi cukup dengan menunjuk atau menghubungi supplier agar menyediakan barang dan langsung mengirimkan ke nasabah sekaligus dengan atas nama nassabah (Tipe
25
II). Atau dengan cara bank langsung memberikan uang ke nasabah kemudian nasabah membeli sendiri barang yang dibutuhkan dengan melaporkan nota pembelian kepada pihak bank (tipe III). B. Margin Keuntungan 1. Pengertian Margin Pengertian margin berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa adalah sebagai berikut: “Margin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual di pasar”.26 Margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari; perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan. Margin adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat dari me-megang aset yang mengalami pening-katan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan. Keuntun-gan juga bisa diperoleh dari peminda-han saling tergantung insidental yang sah dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer yang tidak
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, Edisi Revisi 2008), h.879
26
saling ter-gantung dengan pemegang saham, atau pemegang- pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya.27 Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa margin adalah tingkat selisih atau kenaikan nilai dari aset yang mengalami peningkatan nilai dari biaya produksi dan harga jual. 2. Referensi Penetapan Margin Keuntungan Referensi margin keuntungan adalah margin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat Asset/Liability Management Committee (ALCO) Bank Syariah. Tim ALCO berasal dari internal perusahaan itu sendiri dan hanya terdapat di kantor pusat, pejabat tim Alco terdiri dari Direktur Utama, Kepala Bagian Keuangan dan Akunting, Kepala Divisi Kredit, Manajer Investasi, Kepala Bagian Deposit dan fungsi liabilitas, ekonom dan supervisi kebijakan kredit. Fokus manajemen aset & liabilitas adalah mengkoordinasikan portofolio aset/liabilitas bank dalam rangka memaksimalkan profit bagi bank dan hasil yang dibagikan
kepada
para
pemegang
saham
dalam
jangka
panjang
dengan
memperhatikan kebutuhan likuiditas dan kehati-hatian.28 Secara umum, tanggung
27
Sri Dewi Anggadini, Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Pacet-Cianjur, Majalah Ilmiah UNIKOM. Vol. 9, No. 2. h. 190 28
Muhammad syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Prkatek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.177-178, review buku Gerald O. Hatler, Bank Investment and Fund Management, (Washington DC: American Bankers Association, 1991), h.30-31
27
jawab ALCO adalah mengelola posisi dan alokasi dana-dana bank agar tersedia likuiditas yang cukup, memaksimalkan profitabilitas, dan meminimalkan risiko. Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi tim ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:29 a. Direct Competitot’s Market Rate (DCMR) Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) adalah tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat marjin keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung atau tingkat marjin keuntungan bank syariah, tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung terdekat. b. Inderect Competitor’s Market Rate (ICMR) Inderect Competitor’s Market Rate (ICMR) adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung yang terdekat. c. Expected Competitive Return for Investors (ECRI) 29
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2009), h.280-281.
28
Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga. d. Acquiring Cost Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. e. Overhead Cost Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. Ada faktor-faktor lain yang perlu ditetapkan dalam penetapan margin dan bagi hasil antara lain:30 a. Komposisi pendanaan Bagi bank syariah yang pendanaannya sebagian besar diperoleh dari dana giro dan tabungan, yang nota-bene nisbah nasabah tidak setinggi pada deposan (apalagi bonus untuk giro cukup rendah karena disarankan sepenuhnya pada kebijakan bank syariah yang bersangkutan), maka penentuan keuntungan (margin atau bagi hasil bank) akan lebih kompetitif jika dibandingkan suatu bank yang pendanaannya porsi tebesar berasal dari deposito. b. Tingkat persaingan 30
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), h. 205-206
29
Jika tingkat kompetisi ketat, porsi keuntungan bank tipis, sedangkan pada tingkat persaingan masing-masing bank longgar dapat mengambil keuntungan lebih tinggi. c. Risiko pembiayaan Untuk pembiayaan yang berisiko lebih tinggi, bank dapat mengambil keuntungan lebih tinggi dibanding yang berisiko sedang apalagi kecil. d. Jenis nasabah Yang dimaksud adalah nasabah prima dan nasabah biasa. Bagi nasabah prima misal usahanya besar dan kuat bank cukup mengambil keuntungan tipis, sedangkan untuk pembiayaan kepada para nasabah biasa diambil keuntungan yang lebih tinggi. e. Kondisi perekonomian Siklus ekonomi meliputi kondisi: revival, boom/peak-puncak, resesi, dan depresi. Jika perekonomian secara umum berada pada dua kondisi pertama, dimana usaha berjalan lancar, maka bank dapat mengambil kebijakan pengambilan keuntungan yang lebih longgar. Namun pada kondisi (resesi dan depresi) bank tidak merugi pun sudah bagus, keuntungan sangat tipis. f. Tingkat keuntungan yang diharapkan bank
30
Secara kondisional, hal ini (spread bank) terkait dengan masalah keadaan perekonomian pada umumnya dan juga risiko atas suatu sektor pembiayaan, atau pembiayaan terhadap debitur yang dimaksud. Namun demikian, apapun kondisinya serta siapa pun debiturnya, bank dalam operasionalnya, setiap tahun tentu telah menetapkan berapa besar keuntungan yang dianggarkan. Anggaran keuntungan inilah yang akan berpengaruh pada kebijakan penentuan besarnya margin ataupun nisbah bagi hasil untuk bank. 3.
Metode Perhitungan Margin Pada Akad Murabahah
a. Metode Perhitungan Pengakuan Angsuran Harga Jual Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli/harga pokok dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan nagsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat metode, yaitu:31 i. Metode Margin Keuntungan Menurun (Sliding) Margin keuntungan menurun adalah perhitungan margin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan atau angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun. 31
Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan , h. 281-282
31
Contoh a.
Nasabah dengan plafond , PLFN = Rp. 100,000,000.00
b.
Jangka waktu pembiyaan 1 tahun
c.
tingkat marjin keuntungan setahun. MRJ = 16%
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut : *Angsuran harga pokok perbulan, APPB = (PLFN/12) = Rp. 8,333,333.33 *Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00 no. Tanggal
Pokok
Marjin Keuntugan
1.
05/04/2000 APPB
((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
2.
05/05/2000 APPB
((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
3.
05/06/2000 APPB
((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
12.
05/04/2001 APPB
((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
Sumber : Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka: APPB = Pokok = 8,333,333,.33 ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12) = Marjin keuntungan = ((100,000,000-((2-1)*8,333,333.33))*0.16)/12 = Rp. 1,222,222.22 Angsuran (2) Angsuran Harga Pokok =
RP. 8,333,333.33
Angsuran Marjin Keuntungan =
Rp. 1,222,222.22 RP. 9,555,555.55
32
Angsuran (5) APPB = Pokok = 8,333,333.33 ((100,000,000-((5-1)*8,333,333.33))*0.16)/12 = Rp. 888.888,88 Angsuran harga pokok =
Rp. 8,333,333.33
Angsuran Marjin Keuntungan =
Rp.
888,888,88
Rp. 9,222,222.22 ii. Metode Margin Keuntungan Rata-Rata Margin Keuntungan Rata-Rata adalah margin keuntungan menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan. Contoh *Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00 *Jangka Waktu pembiyaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun. *Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%. Maka jadwal angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut : *Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00 *APPB = PLFN/12 (1Tahun - 12 Bulan) *Marjin keuntungan = ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
33
no. Tanggal
Pokok
Marjin Keuntugan
1.
05/04/2000
APPB
((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
2.
05/05/2000
APPB
((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
3.
05/06/2000
APPB
((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
12. 05/04/2001
APPB
((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
Sumber : Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Maka rumusnya adalah: Angsuran (i) = Harga pokok (i) + Marjin Keuntungan (i), untuk i = 1 s/d JWK Angsuran harga pokok (i) = APPB = 100,000,000.00/12 = Rp. 8,333,333.33 Angsuran
margin ((JWK + 1)/(2*JWK))
keuntungan (i) =
*
PLFN
*
(MRJ/12)
((12+1)/(2*12)) 100,000,000 * (0.16/12) Total
* = Rp.
720,000.00
= Rp. 9,053,333.33
iii. Metode Margin Keuntungan Flat Margin Keuntungan Flat adalah perhitungan margin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya, walaupun debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok.
34
Contoh *Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00 *Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun *Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16% *k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya Maka jadwal Angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut : *Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00 *APPB(k) = Harga Pokok (k) = PLFN/JWK *APMB(k) = marjin keuntungan (k) = (PLFN/JWK)*(MRJ/12) Maka Angsuran ke 5 : Angsuran harga pokok (5)
= (100,000,000/12)
= Rp. 8,333,333.33
Angsuran marjin keuntungan (5) = (100,000,000/12)*(0.16/12) =Rp. 444,444.44 Total
=Rp. 8,777,777.77
iv. Metode Margin Keuntungan Annuitas Margin Keuntungan Annuitas adalah margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola
35
angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan yang semakin menurun. Contoh *Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00 *Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun *Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16% *k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya no. Tanggal
Pokok
1.
05/04/2000
APPB(No) AMPB(No)
2.
05/05/2000
APPB(2)
AMPB(No)
3.
05/06/2000
APPB(3)
AMPB(3)
APPB(12)
AMPB(12)
12. 05/04/2001
Marjin Keuntugan
Di mana angsuran (k) = APPB (k) = Harga Pokok (k) = (1+(MRJ/12))(k - 1) (1+(MRJ/12))(JWK – 1) AMPB (k) = Margin Keuntungan (k) = (1+(MRJ/12))(JWK) -1
X Harga Pokok (k)
(1+(MRJ/12))(k – 1) Misalnya kita ingin mengetahui angsuran ke-3 :
X PLFN X (MRJ/12)
36
Angsuran Harga Pokok (3) = (1+0.0133)(3 - 1)
X 100,000,000.00 X 0.0133 = Rp. 7,948,478.09
(1+(0.133)(12 – 1) Harga Pokok + Margin Keuntungan Angsuran Margin Keuntungan (3) = (1+0.0133)(12) - 1
X 7,948,478.09
= RP. 1,122,447.72
Total Angsuran ke-3
= RP. 9,070,925.81
(1+0.0133)(3 - 1)
b. Metode Perhitungan Margin Lain32 Dalam menentukan harga penjualan yaitu menjelaskan secara transparan berapa harga belinya, berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap komoditas serta berapa keuntungan wajar yang diinginkan, sehingga dalam menentukan harga jual barang pada akad murabahah hanya dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu harga dasar pembelian dari penyalur utama, biaya yang harus ditutupi, serta keuntungan wajar yang disepakati pihak bank dan nasabah. Untuk menentukan harga jual (p) barang pada akad murabahah yang dilakukan oleh perbankan syari‟ah seharusnya hanya dipengaruhi oleh tiga faktor
32
Turmudi, Muhamad, Penentuan Margin Ba’i Al-murabahah Pada Program Pembiayaan Perbankan Syari’ah di Indonesia, Jurnal Studi Ilmu Hukum Islam dan Pranata Sosial : Al-„Adl , Vol. 7 No. 1 Januari 2014, h.25-27
37
utama yaitu, harga dasar pembelian dari penyalur utama (x), biaya yang harus tertutupi (y), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh pihak bank dan nasabah (z). Biaya yang harus tertutupi (y), atau nilai yang dikeluarkan untuk menghadirkan barang tersebut sampai kepada nasabah, didapatkan dari perhitungan rasio antara harga dasar pembelian (x) dan total target pembiayaan tahun berjalan yang dianggarkan oleh bank syari‟ah (v) yang kemudian dikalikan dengan biaya operasional rata-rata tahun berjalan yang telah dianggarkan (c). Besarnya nilai total target pembiayaan tahun berjalan (v) dan rata-rata biaya operasional tahun berjalan (c) bisa didapatkan dari hasil Rapat Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) bank syari‟ah pada tahun terkait. Sehingga : P=x+
x v
*c +z
Berdasarkan rumusan tersebut di atas, margin (m) yang dapat diterima oleh bank adalah : m=
x v
*c +z
Sehingga komponen yang mempengaruhi besar kecilnya margin yang akan diterima oleh bank (m) adalah harga dasar pembelian (x), total target pembiayaan tahun berjalan yang dianggarkan oleh bank syari‟ah (v), biaya operasional rata-rata tahun berjalan yang telah dianggarkan (c), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh pihak bank dan nasabah (z). Nilai v dan c adalah tetap selama tahun berjalan, dimana besarnya nilai v dan c didapatkan dari hasil Rapat Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) bank syari‟ah pada tahun terkait.
38
Contoh : Harga dasar pembelian (x) = Rp. 10.000.000,Biaya operasional rata-rata tahun berjalan (c) = Rp. 20.000.000,Total target pembiayaan tahun berjalan (v) = Rp. 200.000.000,Keuntungan yang disepakati (z) = 10 % 1) Perhitungan harga jual (P) 10.000.000 + ((10.000.000 / 200.000.000) * 20.000.000) + 1.000.000 10.000.000 + 1.000.000 + 1.000.000 P = 12.000.000 2) Perhitungan Margin (m) ((10.000.000 / 200.000.000) * 20.000.000) + 1.000.000 m = 2.000.000 4.
Fatwa Dewan Syariah Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode Pengakuan
Keuntungan
Tamwil
bi
al-Murabahah
(Pembiayaan
Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah Pertama : Ketentuan Umum Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan: a) Metode
Proporsional
(Thariqah
Mubasyirah)
adalah
pengakuan
keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang (harga jual, tsaman) yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (al-atsman almuhashshalah);
39
b) Metode Anuitas (Thariqah
al-Hisab
al-Tanazuliyyah/Thariqah al-
Tanaqushiyyah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah); c) Murabahah adalah akad jual-beli dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan; d) At-Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) adalah murabahah di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan cara LKS membelikan barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya kepada nasabah --setelah barang menjadi milik LKS-- dengan pembayaran secara angsuran e) Harga Jual (tsaman) adalah harga pokok ditambah keuntungan; f) Al-Mashlahah (ashlah)adalah suatu keadaan yang dianggap paling banyak mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah yang sehat. Kedua : Ketentuan Hukum a) Metode pengakuan keuntungan Murabahah dan Pembiayaan Murabahah boleh dilakukan secara proporsional dan secara anuitas dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam fatwa ini.
40
Ketiga : Ketentuan Khusus a) Pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang (al-tujjar), yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan para pedagang; b) Pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dilakukan secara Proporsional dan secara Anuitas selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan LKS; c) Pemilihan metode pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al- Murabahah pada LKS harus memperhatikan mashlahah LKS bagi pertumbuhan LKS yang sehat; d) Metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah yang ashlah dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode Anuitas; e) Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah secara anuitas, porsi keuntungan harus ada selama jangka waktu angsuran; keuntungan at-tamwil bi al-murabahah (pembiayaan murabahah) tidak boleh diakui seluruhnya sebelum pengembalian piutang pembiayaan murabahah berakhir/lunas dibayar.
41
C. Kerangka Konseptual Alur Kerangka Penelitian Analisis Metode Perhitungan Margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI
Teori-teori mengenai metode perhitungan margin murabahah sesuai prinsip syariah (DSN-MUI No. 84/DSN-MUI/XII/2012)
Tidak mengandung
Tidak mengandung
Tidak keluar dari
Bunga
ketidakjelasan
prinsip syariah
Relevansi teori dengan metode perhitungan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI
D. Review Studi Terdahulu Uraian berikut ini akan memaparkan sebuah penelitian yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana posisi penelitian ini, relevan serta penting dilakukan. 1. Skripsi Tuti Hartanti, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2010. Dengan judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah untuk Produk Pembiayaan Rumah (Studi Kasus BTN Syariah)”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda.
42
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penetapan margin murabahah. Dalam skripsi ini membahas empat faktor yang mempengaruhi penetapan margin yaitu biaya overhead, dana pihak ketiga, tingkat bunga dan profit target. Penentuan margin dalam hal ini ditujukan hanya pada produk pembiayaan kepemilikan rumah. Hasil penelitian ini bahwa biaya overhead, dana pihak ketiga, tingkat bunga dan profit target secara bersama-sama mempengaruhi margin tetapi secara parsial hanya variabel tingkat bunga yang tidak berpengaruh. 2. Skripsi Ruri Siti Nurziah, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013. Dengan judul skripsi “Kesesuaian Akad Murabahah ditinjau dari Fatwa DSN-MUI dan Peraturan Terkait”. Jenis penelitian dari skripsi ini merupakan jenis kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian penerapan fatwa DSN-MUI dan peraturan terkait pada akad pembiayaan murabahah di Bank BCA Syariah. Kesimpulan dari skripsi ini adalah masih terdapat ketidaksesuaian pada struktur kontrak yang dibuat oleh Bank BCA Syariah. Begitu pula pada prakteknya, pembiayaan murabahah di Bank BCA Syariah masih ada ketidaksesuaian dengan peraturan (Fatwa DSN-MUI dan PBI), hal ini terkait tentang denda dalam murabahah. 3. Skripsi Afni Nursepti Nauri, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013. Dengan judul skripsi “Metode Penetapan Margin Murabahah
43
dalam Produk Implan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cikarang”. Pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif normatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pembiayaan murabahah dan mengetahui bagaimana tinjauan teori murabahah terhadap penetapan margin pada produk pembiayaan implan di Bank Syariah Mandiri KC Cikarang. Kesimpulan dari skripsi ini, dalam prosedur pembiayaan Implan terlihat bahwa penggunaan dana pembiayaan yang diberikan oleh pihak Bank kepada nasabah tidak digunakan untuk pembelian suatu barang tetapi untuk pembiayaan multiguna seperti modal kerja/investasi, hal ini tidak sesuai dengan konsep murabahah yang sebenarnya karena model pembiayaan seperti ini sudah ada dalam konsep teori mudharabah dan qard/qardul hasan. Dalam penetapan margin, pihak Bank Syariah Mandiri telah menentukan sendiri besaran tingkat margin tanpa kesepakatan antara kedua belah pihak. Sedangkan menurut teori murabahah penetapan margin keuntungan dari produk murabahah adalah harus adanya kesepakatan margin antara pihak Bank dengan nasabah. Artinya, penetapan margin murabahah pada produk Implan di Bank Syariah Mandiri tidak sesuai dengan teori murabahah. 4. Skripsi Ria Meilani, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2014. Dengan judul skripsi “Analisis Kesesuain Aplikasi Pembiayaan Akad Murabahah dengan Prinsip Syariah pada PT. BPRS Mulia Berkah Abadi”. Pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui penerapan
44
pembiayaan akad murabahah pada PT BPRS Berkah Mulia Abadi dan mengetahui kesesuaian akad pembiayaan murabahah dengan prinsip syariah berdasarkan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan akad murabahah di BPRS Mulia Berkah Abadi sebagian besar telah sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan fatwa DSN No.04. namun terdapat beberapa penerapan yang belum sesuai pada pembiayaan murabahah tersebut, yaitu : mengenai syarat murabahah dalam kepemilikan barang, bahwa akad murabahah dilaksanakan sebelum barang secara prinsip menjadi milik penjual (bank). Akad murabahah dilaksanakan bersamaan dengan akad wakalah. Seharusnya akad murabahah dapat dilaksanakan setelah akad wakalah selesai dan objek murabahah tersebut secara prinsip telah menjadi milik bank. Dengan kata lain, pembiayaan murabahah yang dilaksanakan oleh BPRS Mulia Berkah Abadi lebih tepat dikatakan sebagai akad pinjaman atau utang kepada nasabah untuk membantu nasabah menutup kekurangan atas modal awal. Persamaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya
adalah
menganalisis relevansi akad murabahah dengan prinsip-prinsip syariah serta mengetahui
bagaimana
penerapan
akad
murabahah
dalam
kegiatan
operasional Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Perbedaan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada perbedaan isu hukum. Pada penelitian sebelumnya menganalisis tentang
45
penerapan akad murabahah dalam kegiatan operasional LKS dan faktor-faktor yg berpengaruh terhadap penentuan margin murabahah, sedangkan dalam penelitian ini menganalisis relevansi metode perhitungan margin murabahah yang digunakan dalam kegiatan operasional LKS dengan prinsip-prinsip syariah berdasarkan fatwa DSN-MUI.
BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL-FATH IKMI A.
Sejarah Singkat BMT Al-Fath IKMI Awal mula berdirinya koperasi BMT Al-Fath IKMI ini didasari oleh idealisme
yang kuat untuk turut andil dalam membantu saudara-saudara yang bergerak di bidang usaha, tetapi sulit untuk berkembang dikarenakan banyaknya praktek rentenir, sistem ekonomi liberal yang melahirkan kaum kapitalis sehingga distribusi pendapatan tidak merata. Disamping itu keinginan mengembangkan pola dakwah yang selama ini lebih banyak di bidang dakwah sehingga diharapkan besar di masa mendatang sistem ekonomi yang Islami dapat diterapkan di Indonesia. Atas dasar itulah sehingga pada tanggal 13 Oktober 1996 didirikanlah koperasi BMT Al-Fath IKMI yang pada waktu itu terdiri oleh 25 orang pendiri dengan modal awal Rp. 400.000,- per pendiri. Pada tahun 1998, BMT Al-Fath IKMI resmi mendaftarkan diri pada departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT Al-Fath IKMI mendapatkan legal hukum dengan nomor: 650/BH/kwk.10/IV/1998 dengan nama “Koperasi Simpan Pinjam Pamulang”. Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT AlFath IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte perubahan
46
47
dengan nomor: 518/BH/PAD/Koperasi/2005 dengan nama “Koperasi BMT Al-Fath IKMI” Pada tahun-tahun berikutnya jumlah pendiri ditambah sesuai dengan kesepakatan sampai dengan tahun 2010 sebanyak 35 orang dan 2 lembaga mitra dari BMT Al-Fath IKMI yaitu TK/TPA Al-Fath dan IKMI (Ikatan Masjid Indonesia)33 Visi Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala. Misi Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan. Fungsi Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui pemungutan dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan menunjang pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi lemah, pemberian bea siswa dan santunan bagi kaum dhu'afa.
33
Suryadi, Kepala Bagian Operasional BMT Al-Fath IKMI, Wawancara, Pamulang, 29 Juni 2015, pukul 16:15
48
Tujuan Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar (daya saing) anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui kegiatan pendukung lainnya. Produk dan Layanan BMT34
B.
1. Penghimpun dana (Funding) a)
Prinsip Titipan (Wadiah) i)
TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath) merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah /titipan, dimana anggota menitipkan dananya. Dana anggota akan dijaga keamanannya. Dalam tabungan ini BMT AL FATH tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT AL FATH boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan BMT AL FATH.
b)
Prinsip Bagi Hasil i)
TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath) Merupakan
tabungan/
investasi
dengan
menggunakan
prinsip
mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT),
34
Brosur dan website BMT Al-Fath IKMI
49
6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT). ii)
SIDIK (Simpanan Pendidikan) Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
iii)
Simpanan Idul Fitri Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri seperti mudik. Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
iv)
Simpanan Qurban Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga
50
akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT). v)
Simpanan Nikah Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan pernikahan atau bagi anggota yang akan menikahkan putra/putrinya. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).
vi)
Simpanan Haji Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini menggunakan
prinsip
mudharabah
mutlaqah
sehingga
akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT). Untuk mendapatkan layanan produk-produk simpanan di BMT Al-Fath IKMI maka syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut: a)
Mengisi formulir keanggotaan
b)
Menyerahkan foto copy identitas diri yang masih berlaku
c)
Setoran awal minimal Rp 20.000,-
51
d)
Administrasi buka tabungan Rp 5.000,-
e)
Setoran selanjutnya minimal Rp 10.000,- kecuali Haji/Umroh minimal Rp 100.000,-
f)
Untuk setoran Tabah minimal Rp 500.000,-
g)
Biaya tutup rekening Rp 10.000,-
h)
Saldo minimal mengendap Rp 10.000,-
i)
Saldo tabungan yang diperhitungkan bagi hasil adalah yang memiliki saldo rata-rata minimal Rp 100.000,-
2. Penyaluran Dana (Lending) a)
Pembiayaan Mudharabah Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak.
b)
Pembiayaan Musyarakah Yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masing-masing.
c)
Piutang Murabahah
52
Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT AL FATH dengan menyatakan
harga
perolehan/harga
beli/
harga
pokok
ditambah
keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama jangka waktu tertentu. d)
Piutang Ijarah Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT AL FATH dan mitra. BMT AL FATH menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu. Selain produk-produk diatas, BMT Al-Fath IKMI juga sudah menggunakan
layanan online sistem. Hal ini memudahkan para Mitra/Nasabah untuk bertransaksi. Berbagai transaksi yang dapat BMT Al-Fath IKMI layani adalah sebagai berikut: 1. Pembayaran listrik dan listrik token 2. Pembayaran telepon, Speedy, Telkom Vision 3. Transfer online antar Bank 4. Pembayaran angsuran motor; FIF, BAF, Mega Finance 5. Pembayaran asuransi Alianz dan Prudential 6. Jasa Pengiriman ekspres
53
C.
Kegiatan BMT Al-Fath IKMI35 1. Program Anak Asuh Baitul Maal BMT Al-Fath IKMI BMT Al-Fath IKMI memberikan beasiswa sekolah kepada anak-anak sekolah setingkat SMP-SMA (bahkan ada beberapa yang merupakan mahasiswa/mahasiswi) yang ada di sekitar BMT Al-Fath. Hingga kini terdapat sekitar lima puluhan anak asuh yang mendapat beasiswa dari BMT Al Fath. Insya Allah jumlah ini akan bertambah lagi. Bukan hanya beasiswa, dalam acara tertentu Baitul Maal BMT Al-Fath IKMI juga memberikan santunan sembako kepada anak asuh, dan melakukan pembinaan kepada anak asuh seperti pengajian tiap Sabtu malam. 2. Program Pengobatan Massal Dengan bantuan BAZNAS dan team medis dari Rumah Sehat Masjid
Sunda Kelapa, Baitul Maal telah dapat melaksanakan pengobatan massal untuk kaum dhuafa yang berdomisili di sekitar wilayah, Ciputat,Kedaung dan Pamulang. Secara berkesinambungan setiap hari Selasa pekan Ke III, pelaksanaan pengobatan massal berlangsung sejak bulan Oktober 2011,yang awalnya diperuntukan untuk pasien penyakit umum dengan terget 100 (seratus) orang. Untuk mengetahui effektivitas dan manfaat dari penyelenggaraan pengobatan massal tersebut, maka sejak bulan Juni 2011 pelaksanaan 35
Website BMT Al-Fath IKMI
54
pengobatan massal dikhususkan bagi para manula yang mengidap penyakit diabetes dan hypertensi. Setiap pasien diberikan obat untuk 1(satu) bulan dan untuk mmengetahui kemajuan kesehatannya maka tiap pasien dibuatkan buku kontrol, dan buku tersebut harus dibawa setiap bulan pada ssat pasien menghadiri pengbobatan massal. Pada tahun 2015, kegiatan ini masih berjalan dan tetap diadakan hari Selasa ke-3 setiap bulannya di Kantor Pusat BMT Al-Fath IKMI. 3. Bantuan Pembiayaan Usaha Kecil Mikro Sejak tahun 2006, Baitul Maal BMT Al-Fath memberikan pembiayaan kepada beberapa orang mitra untuk tambahan modal usaha UKM. 4. Program Bantuan Langsung kepada Dhuafa Selain memberikan pembiayaan, Baitul Maal BMT Al-Fath juga mempunyai program bantuan langsung kepada Dhuafa, yaitu dengan memberikan bantuan berupa uang atau barang sesuai dengan yang Dhuafa butuhkan. Pada tahun 2015 ini Baitul Maal memberikan bantuan uang kepada satu keluarga di Pamulang, nafkah dan biaya hidup mereka dari hasil menjaring ikan di empang, uang diberikan untuk membeli perahu supaya keluarga tersebut tidak perlu menyewa perahu lagi. Sebelum ini Baitul Maal BMT Al-Fath juga menyalurkan bantuan kaki palsu kepada penderita diabetes kronis supaya dapat kembali beraktivitas.
55
5. Khitanan Massal 2015 Berkat kerjasama dengan Yayasan Baitul Maal BRI Pusat, BRI Medika, serta bantuan dana dari para donatur, BMT AL-FATH IKMI telah dapat melaksanakan khitanan massal gratis bagi anak-anak kaum dhuafa disekitar wilayah Ciputat, Kedaung, Pamulang, Jombang, dan Serpong, pada hari Ahad tanggal 26 Juli 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 33 anak. Alhamdulillah acara khitanan massal berjalan dengan lancar. setiap anak yang dikhitan diberikan seperangkat santunan berupa : Tas Sekolah, Satu Stel baju koko, Celana Panjang, Peci, Sarung, Sajadah, dan terjemah Mushaf Al-Qur'an, berikut uang transport dan uang santunan sebesar Rp.200.000,- (Dua Ratus Ribu Rupiah) ditambah dengan obat antibiotik dan obat pengurang rasa sakit. D.
Struktur Organisasi 2012-2015 Nama
: KJKS BMT Al Fath IKMI
Pendirian
:13 Oktober 1996
Badan Hukum
: 650/BH/KWK.10/VI/1998
Akte Perubahan
: 518/BH/PAD/Koperasi/2005
NPWP
: 02.021.735-2.411.000
SIUP
: 1086/10-04/PK/XII/2000
Dewan Pengawas Ketua
: Drs. Mustakim Kurdi, MA
Anggota
: H. Faried Hidayat
56
H. Kapsulani, SE, MM Dewan Pengurus Ketua
: Drs. Budiyono, M.Pd.
Wakil Ketua : Bidang Pendanaan dan Umum
: H. Z. Arifin Listanto
Bidang Pembiayaan dan Pembinaan Mitra
: H. Abdul Rahim
Sekretaris
: Drs.Prastowo Sidhi,SH,MH
Bendahara
: H. Djaelani, SE
Pengelola Kantor Pusat Manager Tamwil
: Saimin, SE
Manajer Maal
: H.Imam Turmudzi Ms.
Kabag Operasional
: Suryadi, ST
Kabag Marketing
: Opan Sopyan Sauri, S.Ag
Account Officer
: Naufal Safiq, SE Parjan Toni Hidayat Sidik, SE.Sy Muhammad Erwin Setyo Budi Utomo, S.Ag
Surveyor
: Hedy Rusmantoro
Kolektor
: Budi Santoso
57
Funding Officer
: Aldiyansyah Imron Rosadi Abdurrahman Hakim
IT
: Muhammad Yusuf S.Kom
Pembukuan
: Neneng Syarifah, Amd
Head Teller
: Harum Sulistio Rini, SE
Teller
: Arum Setianingsih Nuraini
Customer Service
: Silfia Herlena
Staff Adm Legal
: Muhammad Saman
Staff Baitul Maal
: Khosirun, SE
Staff Administrasi
: Aditya Saputra
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.
Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI38 Prosedur pembiayaan murabahah yang ditetapkan di BMT Al-Fath IKMI
terbagi ke dalam beberapa tahap yang merupakan satu kesatuan prosedur. Ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah untuk mengajukan permohonan pembiayaan, yaitu mengisi formulir permohonan pembiayaan dengan melampirkan: 1. Persyaratan a. Foto copy KTP/SIM Suami dan istri & Fotocopy Kartu Keluarga b. Foto copy surat nikah/cerai c. Pas foto 3x4 suami dan istri d. Foto copy laporan keuangan usaha e. Foto copy jaminan BPKB & STNK masih berlaku; SHM/SHGB/AJB & SPPT PBB tahun terakhir + bukti lunas PBB Persyaratan Tambahan Bagi Karyawan a. Slip gaji terakhir stempel perusahaan b. Foto copy rekening bank 3 bulan terakhir c. Foto copy SK pegawai/karyawan 38
Suryadi, Kepala Bagian Operasional BMT Al-Fath IKMI, Wawancara, Pamulang, 29 Juni 2015, pukul 16:15
58
59
2. Prosedur Tahapan atau prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI melalui beberapa proses yaitu: 1) Calon nasabah/mitra pembiayaan harus menjadi mitra/nasabah di BMT Al-Fath IKMI dengan membuka rekening tabungan awal dengan pembukuan rekening tabungan dengan membayar Rp. 25.000-. Dengan rincian masing-masing Rp. 10.000- untuk simpanan pokok dan simpanan wajib, serta Rp. 5000 untuk biaya administrasi pembukaan rekening awal. 2) Setelah menjadi nasabah/mitra BMT Al-Fath IKMI langkah selanjutnya adalah: a. Nasabah menyampaikan tujuan meminta bantuan untuk membeli suatu barang yang dibutuhkan. Menjelaskan tujuan penggunaan barang tersebut serta sumber dana dan cara untuk melunasi pembelian barang tersebut. Disini nasabah bisa melakukan negosiasi dengan pihak BMT untuk mendapat kesepakatan harga barang yang dibutuhkan. Jadi, ada transaksi tawar menawar sebelum terjadinya akad murabahah. b. Mengisi formulir permohonan pengajuan pembiayaan dengan identitas lengkap nasabah. Serta melampirkan persyaratan-persyaratan yang telah disebutkan di atas.
60
c. Mengisi tabel RAB (Rencana Anggaran Belanja). Disini nasabah menuliskan rincian rencana penggunaan dana pembiayaan. Sekaligus melampirkan informasi barang yang dibutuhkan yaitu tipe, jumlah, warna, ukuran serta penjual atau supplier barang tersebut. 3) Selanjutnya Customer Service dan Account Officer BMT Al-Fath IKMI melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas. a. Jika berkas belum lengkap maka BMT Al-Fath IKMI mempersilakan mitra untuk melengkapinya terlebih dahulu. b. Jika berkas yang disertakan lengkap dan sesuai persyaratan maka tim BMT Al-Fath IKMI melakukan survey kepada mitra. 4) Account Officer (AO) melakukan survey kepada mitra dengan melakukan tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk memperoleh informasi lebih lengkap dan melihat langsung aset yang akan dijadikan jaminan oleh mitra pembiayaan. Pada tahap survey ini juga dilakukan analisis kelayakan usaha mitra menggunakan Formulir Permohonan Pembiayaan, Rancangan Anggaran Belanja Mitra, dan berkas-berkas kelengkapan. Analisis tersebut dilakukan
berdasarkan
faktor-faktor
penilaian
pembiayaan
yang
berpedoman pada prinsip 5-C. 5) Setelah analisa dilakukan, kemudian menyerahkan hasil analisa untuk dibahas dalam rapat komite pembiayaan;
61
a. Jika hasil analisis tidak layak maka permohonan pembiayaan ditolak dan semua berkas/dokumen nasabah dikembalikan lagi kepada yang bersangkutan. b. Jika hasil analisis layak maka langsung diserahkan ke bagian operasional untuk disiapkan akad pembiayaannya. 6) Kemudian bagian operasional menyiapkan akad pembiayaan dan jadwal pencairan dana. 7) Setelah jadwal pencairan dana dibuat maka pihak BMT Al-Fath IKMI menginformasikannya kepada nasabah 8) Nasabah datang sesuai jadwal yang ditentukan sambil menyerahkan jaminan. Disini jaminan di cek keasliannya apakah sudah sesuai dengan berkas yang dilampirkan pada saat pengajuan surat permohonan pembiayaan. 9) Setelah itu kedua belah pihak yaitu BMT Al-Fath IKMI dan nasabah melakukan akad pembiayaan/pengikatan antara kedua belah pihak 10) Setelah ada pengikatan antara kedua belah pihak, kemudian BMT dan nasabah
melakukan
transaksi
jual
beli
barang.
Dalam
pemesanan/pembelian barang ini dibagi menjadi 2 cara yaitu;
tahap
62
a. Jika pemesanan barang dalam transaksi pembelian barang dapat diwakilkan kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang diperlukan, maka BMT membayarkan dana kepada nasabah untuk pembelian barang tersebut kepada supplier (penjual barang). Disini nasabah harus menandatangani akad wakalah terlebih dahulu. b. Jika pemesanan barang langsung kepada supplier oleh BMT maka tidak perlu ada penandatangan akad wakalah. BMT dapat melakukan pembayaran harga beli barang langsung kepada supplier. c. Setelah menerima pembayaran, supplier akan menyerahkan tanda terima uang oleh supplier. d. Supplier mengirimkan barang pada nasabah dengan melampirkan surat pengiriman barang pada nasabah. 11) Saat penerimaan barang; a. Jika menggunakan akad wakalah terlebih dahulu, setelah menerima barang maka nasabah harus menyerahkan bukti pembelian barang dan penerimaan barang dari supplier kepada BMT. b. Jika langsung dengan menggunakan akad murabahah, maka setelah barang diterima oleh nasabah harus menyerahkan pada BMT surat tanda terima barang.
63
12) Setelah menerima barang sesuai dengan spesifikasi yang diminta, selanjutnya sesuai ketentuan dalam persetujuan murabahah pelunasan harga jual barang kepada BMT dilaksanakan oleh nasabah sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. 13) Nasabah melakukan pelunasan, baik sekaligus ataupun diangsur. Hasil analisis penulis terkait prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI dapat dikatakan sudah baik karena tahapan-tahapan akad murabahah dilaksanakan sesuai ketentuan muamalah. Hal ini berfungsi untuk menghindari penyimpangan dalam transaksi pembiayaan murabahah. B.
Praktek Metode Perhitungan Keuntungan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI Produk pembiayaan murabahah menjadi produk perbankan syariah yang
dominan dipilih masyarakat daripada produk-produk pembiayaan lainnya. Hal ini karena prosedurnya yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat. Dalam transaksi murabahah, bank memikul risiko yang mungkin timbul atas pembelian suatu barang selama barang itu dalam kekuasannya sebelum akhirnya dijual kepada pihak lain dengan menambahkan suatu keuntungan (mark-up). Keuntungan ini dianggap merupakan imbalan atas kemungkinan risiko yang menjadi tanggungjawab bank, baik berupa kehilangan atau kerusakan, sebelum barang itu akhirnya dijual kepada nasabah. Jadi, sudah sepatutnya apabila bank memperoleh
64
keuntungan atas transaksi penjualan yang dilakukannya kepada nasabah 39. Bank yang terlibat dalam pembelian dan penjualan memikul risiko tertentu, biaya untuk memikul risiko inilah yang dapat dimasukan dalam perhitungan penentuan mark-up. Idealnya, selain dituntut untuk mematuhi aturan-aturan syariah, lembaga keuangan syariah juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada dana pihak ketiga minimal sama dengan, atau bahkan lebih besar daripada suku bunga yang berlaku di bank konvensional serta menerapkan margin keuntungan pembiayaan yang lebih rendah daripada suku bunga kredit bank konvensional. Mekanisme pembiayaan BMT Al-Fath IKMI yaitu pihak BMT sebagai penjual barang yang telah tersedia di BMT yang dibutuhkan nasabah, dan nasabah sebagai pembeli dengan cara pembayaran diangsur atau dicicil. Dalam transaksi pembelian barang-barang tertentu misalnya laptop, BMT dapat mewakilkan kepada nasabah untuk membeli sendiri laptop yang diperlukan dan membayarkan dana untuk pembelian laptopnya kepada supplier (penjual barang). Dalam contoh kasus ini, mekanisme yang diterapkan BMT Al-Fath IKMI adalah nasabah menandatangani akad wakalah terlebih dahulu, karena BMT mewakilkan kepada nasabah untuk membeli laptopnya sendiri. Setelah selesai akad wakalah maka akad murabahah bisa dilaksanakan untuk pembayaran laptop tersebut, baik secara tunai ataupun dicicil.
39
Sjahdeini Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
(Jakarta: Kencana, 2014), h. 192.
65
Berikut adalah praktek penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI : Jadwal Angsuran Akad Murabahah40 Nama Nasabah
:-
Fasilitas Pembiayaan
: Pembiayaan Pemilikan Laptop
Tujuan Pembiayaan
:Pembelian Laptop
Plafond Pembiayaan
:Rp. 10.000.000
Jangka Waktu
:24 bulan
Margin
:Rp. 184.000 (2,3%)
Tanggal cair
:16 Juni 2013
Tanggal jatuh tempo
:16 Juni 2015
Angsuran/bulan
:-
Margin : (Harga beli – DP) x 2,3% Harga Pokok: Harga beli – DP Jangka Waktu Angsuran cicilan per bulan = Margin + Harga Pokok
40
Lihat Lampiran
66
Harga beli laptop
: Rp. 10.000.000
DP
: Rp. 2.000.000 –
Jumlah yang BMT biayai
:Rp. 8.000.000 (Harga Pokok)
Margin
:Rp. 8.000.000 x 2,3% = Rp. 184.000/bulan
Jumlah margin dalam 24 bulan (jangka waktu) = Rp. 4.416.000 Jumlah angsuran per bulan dari BMT Al-Fath IKMI: Jumlah yang BMT biayai + jumlah margin dalam 24 bulan Rp. 8.000.000 + Rp. 4.416.000 = Rp. 12.416.000 : 24 bulan = Rp. 517.333/ bulan Penentuan margin murabahah akan berpengaruh terhadap harga jual murabahah, oleh karena itu penetapan margin murabahah merupakan faktor yang sangat penting agar terciptanya harga jual yang adil bagi kedua belah pihak (BMT dan nasabah). Harga jual yang mendorong kemaslahatan BMT tetapi tidak mengeksploitasi nasabah. Dari hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI, memakai cara perhitungan margin dengan mengikuti persaingan yang berkembang pada lembaga-lembaga keuangan umumnya. Dilihat dari kasus di atas, maka penulis akan menganalisis relevansi antara metode perhitungan keuntungan yang digunakan BMT Al-Fath IKMI dengan metode
67
yang sudah dibahas pada bab II yaitu, empat metode perhitungan margin keuntungan murabahah :41 1. Margin Keuntungan Menurun Contoh a.
Nasabah dengan plafond , PLFN = Rp. 8,000,000.00
b.
Jangka waktu pembiyaan 24 bulan atau 2 tahun
c.
Tingkat marjin keuntungan 2 tahun. MRJ = 55,2%
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut : *Angsuran harga pokok perbulan, APPB = (PLFN/24) = Rp. 333,333.33 *Pencairan 16-06-2013 sejumlah Rp. 8,000,000.00 Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka: APPB = Pokok = 333,333,.33 ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/24) = Marjin keuntungan = ((8,000,000-((2-1)*333,333.33))*0.552)/24 = Rp. 176,333.34 Angsuran (2) Angsuran Harga Pokok =
RP. 333,333.33
Angsuran Marjin Keuntungan =
Rp. 176,333.34 RP. 509,666.67
2. Margin Keuntungan Rata-rata Contoh *Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 8,000,000.00 41
Tabel hasil perhitungan dari masing-masing metode lihat di lampiran
68
*Jangka Waktu pembiyaan dalam bulan JWK = 24, atau 2 tahun. *Tingkat marjin keuntungan 2 tahun, MRJ = 55,2%. Maka jadwal angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut : *Pencairan 16-06-2013 sejumlah Rp. 8,000,000.00 *APPB = PLFN/24 *Marjin keuntungan = ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/24) Maka perhitungannya adalah: Angsuran (i) = Harga pokok (i) + Marjin Keuntungan (i), untuk i = 1 s/d JWK Angsuran harga pokok (i) = APPB = 8,000,000.00/24 = Rp. 333,333.33 Angsuran keuntungan (i) =
margin ((JWK + 1)/(2*JWK)) *PLFN
*(MRJ/12)
((2+1)/(2*2)) * 8,000,000 * (0.552/24) Total
= Rp.
= Rp. 471,333
3. Margin Keuntungan Flat Contoh *Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 8,000,000.00 *Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 24, atau 2 tahun *Tingkat marjin keuntungan 2 tahun, MRJ = 55,2% *k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya Maka jadwal Angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut : *Pencairan 16-06-2013 sejumlah Rp. 8,000,000.00
138,000
69
*APPB(k) = Harga Pokok (k) = PLFN/JWK *APMB(k) = marjin keuntungan (k) = (PLFN/JWK)*(MRJ/24) Maka Angsuran ke 5 : Angsuran harga pokok (5)
= (8,000,000/24)
= Rp. 333,333.33
Angsuran marjin keuntungan (5) = (8,000,000/24)*(0.552/24) =Rp. 7,666 Total
=Rp. 340,999
4. Margin Keuntungan Anuitas Di mana angsuran (k) = APPB (k) = Harga Pokok (k) =
(1+(MRJ/24))(k - 1)
X PLFN X (MRJ/24)
(1+(MRJ/24))(JWK) – 1 AMPB (k) = Margin Keuntungan (k) = (1+(MRJ/24))(JWK) -1
X Harga Pokok (k)
(1+(MRJ/24))(k – 1) Misalnya kita ingin mengetahui angsuran ke-3 : Angsuran Harga Pokok (3) = (1+0.023)(3 - 1)
X 8,000,000.00 X 0.023 = Rp. 265,273
(1+0.023)(24) -1 Harga Pokok + Margin Keuntungan
70
Angsuran Margin Keuntungan (3) = (1+0.023)(24) - 1
X 265,273
= RP. 183,999
(1+0.023)(3 - 1) Total Angsuran ke-3
= RP. 449,272
Dari berbagai metode perhitungan margin keuntungan murabahah di atas, metode yang digunakan oleh BMT Al-Fath IKMI cenderung sama dengan metode margin keuntungan flat. Dimana perhitungan margin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya. Meskipun model perhitungannya hampir sama tetapi selisih jumlah besaran angsuran yang dihasilkan ternyata berbeda jauh. Jumlah angsuran yang dihasilkan dari metode perhitungan BMT adalah Rp. 517,333 per bulan, sedangkan jumlah angsuran yang dihasilkan dari metode keuntungan rata-rata adalah Rp 340,999 per bulan. Selisih jumlah besaran angsuran adalah sebesar Rp. 176,334. Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara Rasulullah ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara transparan menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan yang wajar yang diinginkan. Cara yang dilakukan oleh Rasulullah ini dapat dipakai sebagai salah satu metode Bank/BMT dalam menentukan harga jual produk murabahah. Dengan demikian, secara
71
matematis harga jual barang oleh bank kepada calon nasabah pembiayaan murabahah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Harga jual = harga beli + cost recovery + keuntungan Cost recovery = Proyeksi biaya operasional tahunan X Harga beli Target Volume Pembiayaan Margin dalam presentase = Cost recovery + keuntungan X 100% Harga beli Bank Cost Recovery = 8.000.000 X 80.000.000 / 500.000.000 = Rp. 1.280.000 Keuntungan = 27,6% X 8.000.000 = Rp 2.208.000 Harga Jual = Rp. 8,000,000.00 + 1.280.000 + Rp. 2.208.000 = RP. 11.488.000 Biaya yang dikeluarkan harus dikembalikan (cost recovery) bisa didekati dengan membagi proyeksi biaya opersional. Angka-angka tersebut dapat diperoleh dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Angka yang diperoleh kemudian ditambahkan dengan harga beli dari pemasok dan keuntungan yang diinginkan, sehingga didapatkan harga jual. Margin dalam konteks ini adalah cost recovery ditambah dengan keuntungan BMT. Apabila margin yang ingin dihitung persentasenya tinggal dibagi dengan harga beli barang dikali 100%. Setelah angka-angka tersebut didapat, barulah persentase margin ini dibandingkan dengan suku bunga. Jadi suku bunga hanya dijadikan benchmark. Agar
72
pembiayaan murabahah kompetitif, margin murabahah tadi harus lebih kecil dari bunga pinjaman. Jika masih relatif besar, maka yang harus dimainkan adalah dengan memperkecil cost recovery dan keuntungan yang diharapkan.42 C.
Relevansi Metode Perhitungan Margin Murabahah di BMT Al-Fath IKMI dengan Prinsip Syariah Berdasarkan Fatwa Nomor 84/DSNMUI/XII/2012 Sebagai lembaga keuangan syariah, maka segala kegiatan yang dilakukan oleh
BMT Al-Fath IKMI hendaknya berpegang teguh terhadap prinsip dan ketentuan syariah yang berlaku. Dalam hal ini Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Dari praktek metode penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI yang telah diuraikan di atas, penulis hendak melakukan analisis terhadap metode penerapan margin murabahah yang digunakan. Apakah sudah sesuai dengan aturanaturan yang telah ditentukan dalam Fatwa DSN-MUI mengenai metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah ini. Dalam Fatwa ini terdapat 3 ketentuan, yaitu ketentuan umum, ketentuan hukum dan ketentuan khusus. 1. Ketetentuan Umum a. Metode
Proporsional
(Thariqah
Mubasyirah)
adalah
pengakuan
keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang 42
Muhammad, manajemen dana bank syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005) h.140-141
73
(harga jual, tsaman) yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (al-atsman almuhashshalah); Jika kita lihat dari metode perhitungan margin yang digunakan BMT, maka menurut pandangan penulis, metode perhitungan margin yang dipakai oleh BMT Al-Fath IKMI mirip dengan perhitungan keuntungan flat dimana besaran angsuran pokok dan margin nya tetap sehingga menghasilkan jumlah angsuran tetap per bulan. Artinya, metode perhitungan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI menggunakan metode proporsional. b. Metode Anuitas (Thariqah al-Hisab al-Tanazuliyyah/Thariqah alTanaqushiyyah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah); BMT Al-Fath IKMI tidak menggunakan metode anuitas dalam perhitungan keuntungan tetapi menggunakan metode proporsional. Dalam hal ini, BMT harus tetap berhati-hati dalam memilih dan menggunakan metode perhitungan keuntungan murabahah.
74
c. Murabahah adalah akad jual-beli dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan; Dalam premis akad pasal 2 poin (1) dan (2) dengan jelas menyebutkan jumlah harga pokok/harga beli, jumlah margin keuntungan dan jumlah harga jual yang diberikan kepada nasabah.43 Sesuai dengan definisi dari akad murabahah itu sendiri, murabahah adalah penjualan barang oleh seseorang kepada pihak lain dengan pengaturan bahwa penjual berkewajiban untuk mengungkapkan kepada pembeli harga pokok dari barang dan marjin keuntungan yang dimasukkan ke dalam harga jual barang tersebut.44 Tetapi penjelasan mengenai definisi murabahah tidak disebutkan dalam premis akad45. Menurut penulis, dalam melakukan akad antara dua pihak atau lebih, penting bagi seluruh pihak mendapatkan informasi mengenai akad yang akan dilakukan. Karena kurang lengkapnya informasi rentan terjadi kesalahpahaman yang bisa saja berakibat mencederai akad. Kelengkapan informasi bagi seluruh pihak yang melakukan akad juga diperlukan agar menjaga hak dan kewajiban masing-masing pihak dapat tercapai. d. At-Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) adalah murabahah di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan cara LKS membelikan 43
Lihat lampiran Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : RajaGrafindo Persada) ,2007:h.164 45 Lihat lampiran 44
75
barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya kepada nasabah – setelah barang menjadi milik LKS-- dengan pembayaran secara angsuran; Ketentuan ini menjelaskan bahwa LKS dalam hal ini BMT, melakukan akad murabahah berdasarkan pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, BMT melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Dalam jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian menjualnya kepada si pemesan. Transaksi murabahah dengan pesanan ini adalah sah dalam fiqh islam46. Dalam akad jual-beli murabahah di BMT Al-Fath IKMI, tidak menyebutkan secara khusus premis akad mengenai murabahah berdasarkan pemesanan.47 Tetapi untuk membeli barang yang diinginkan oleh nasabah dalam praktiknya di BMT, hal ini ditinjau lagi dari jenis objek/barang pesanan nasabah tersebut. Jika jenis objek/barang mudah pengadaannya, maka BMT yang akan membelikan barang pesanan. Tetapi jika jenis barang tersebut agak sulit pengadaannya, maka nasabah ditugaskan oleh BMT untuk membeli sendiri barang yang dimaksud demi efektifitas dan efisiensi serta kemudahan
46 47
Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan h.115 Lihat lampiran
76
semua pihak. Misal, jika nasabah memesan pakaian (untuk dijual kembali) sebagai objek murabahah maka akan lebih mudah jika nasabah sendiri yang membeli pakaian tersebut.48 BMT dan nasabah menggunakan akad wakalah terlebih dulu sebelum melakukan akad murabahah. Akad wakalah berasal dari kata tawkil yang berarti menunjuk seseorang untuk menjaga sesuatu dan juga untuk melimpahkan tugas kepada orang lain49. Dalam hal ini BMT melimpahkan tugas kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang dimaksud nasabah. Isi perjanjian akad wakalah yang dibuat oleh BMT menyebutkan secara khusus tugas yang diberikan kepada nasabah, hal ini untuk menghindari sengketa di belakang hari. Penulisan judul akad wakalah dalam perjajian ini seharusnya tidak digabungkan dengan kata murabahah karena kedua akad ini memang sangat berbeda, baik secara harfiah, secara praktik maupun secara hukumnya. Jika penulisan judul dari perjanjian wakalah digabungkan menjadi “Akad Wakalah Murabahah”50 maka khawatir terjadi kesalahpahaman dan
48
Suryadi, Kepala Bagian Operasional BMT Al-Fath IKMI, Wawancara, Pamulang, 29 Juni 2015, pukul 16:15 49 Sjahdeini Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2014),, h. 393 50 Lihat lampiran
77
tercipta kondisi dimana suatu transaksi di wadahi oleh dua akad sekaligus51 sehingga menimbulkan gharar / terjadi ketidakpastian. Setelah nasabah selesai melakukan tugas yang diberikan BMT untuk membeli barang pesanan, maka saat itu juga akad wakalah berakhir. Barang tersebut secara kepemilikan adalah milik BMT. Artinya, barang tersebut sepenuhnya dalam kuasa BMT. BMT boleh memakai, memberikan, termasuk menjual kembali barang tersebut. Dengan berakhirnya akad wakalah maka kedua belah pihak boleh melakukan akad lain, dalam hal ini akad murabahah. Dalam ketentuan umum ini juga disebutkan aturan tentang membayar pembiayaan secara angsuran. Hal ini tertulis secara jelas di pasal 3 akad ini 52. Pasal tersebut mengatur tentang jumlah angsuran yang harus dibayar oleh nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Angsuran tersebut ditetapkan dengan jelas di dalam akad beserta jangka waktunya yang menjadi kesepakatan kedua belah pihak. Jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah jumlahnya tetap hingga akhir akad dan sampai dinyatakan lunas. Ini juga berarti bahwa jumlah angsuran tidak dapat diubah, tanpa sepengetahuan dan persetujuan kedua belah pihak.
51
Contoh : transaksi lease and purchase (sewa-beli). Dalam transaksi ini, terjadi gharar dalam akad, karena ada ketidakjelasan akad mana yang berlaku : akad beli atau akad sewa. Dalam terminologi fiqh, kejadian ini disebut dengan shafqatain fi al-shafqah. 52 Lihat lampiran
78
e. Harga Jual (tsaman) adalah harga pokok ditambah keuntungan; Dalam pasal 2 akad murabahah ini menyebutkan dengan jelas mengenai objek/barang, harga pokok/harga beli, margin keuntungan dan harga jual kepada nasabah53. Maka, ketentuan dalam fatwa ini sudah dipenuhi dalam akad murabahah ini. Kepastian dan kesepakatan diawal mengenai harga barang yang akan dibeli oleh nasabah merupakan syarat bagi sahnya transaksi murabahah. Apabila harga tidak dapat dipastikan sebelumnya, maka jual beli tersebut batal54. Penetapan harga jual ini dilakukan setelah memperoleh referensi margin keuntungan. Transparansi dalam akad murabahah ini menghindari sengketa di kemudian hari dan terciptanya muamalah yang ‘antaraadhi minkum, yaitu atas dasar saling ridho, saling suka sama suka di antara kedua belah pihak, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. f. Al-Mashlahah (ashlah) adalah suatu keadaan yang dianggap paling banyak mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah yang sehat. Arti Mashlahah berasal dari kata shalaha yang berarti baik. Pengertian mashlahah dalam bahasa arab adalah perbuatan-perbuatan yang mendorong
53 54
h.209
Lihat lampiran Sjahdeini Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
79
kepada kebaikan manusia. Dalam artinya yang umum adalah setiap segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, imam ghazali juga menjelaskan yaitu mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara’.55 Artinya bahwa penetapan suatu hukum itu tiada lain kecuali untuk menerapkan kemaslahatan umat manusia, yakni menarik suatu manfaat, menolak bahaya atau menghilangkan kesulitan umat manusia.56 2. Ketentuan Hukum Metode pengakuan keuntungan Murabahah dan Pembiayaan Murabahah boleh dilakukan secara proporsional dan secara anuitas dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam fatwa ini. Ketentuan hukum ini dengan jelas membolehkan metode pengakuan keuntungan murabahah dilakukan secara proporsional dan secara anuitas, sekaligus menegaskan bahwa seluruh kegiatan operasional Lembaga Keuangan Syariah (LKS) harus berdasarkan ketentuan dalam fatwa ini. Hal ini untuk menjaga konsistensi LKS dalam menerapkan prinsip syariah, sehingga terhindar dari pelanggaran hukum syariah.
55 56
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), h. 114. https://uswatunanis.wordpress.com/agama/ diakses 28 Juni 2015
80
3. Ketentuan Khusus a. Pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang (al-tujjar), yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan para pedagang; Secara istilah, al-'urf bermakna apa yang menjadi kebiasaan manusia dan mereka melawati kehidupan dan muamalat mereka dengan hal itu, baik berupa perkataan, perbuatan atau hal yang ditinggalkan. Para ulama sepakat bahwa 'urf shahih dapat dijadikan dasar dalam menetapkan hukum yang berkaitan dengan mu’amalah dan selama tidak bertentangan dengan syara'.57 Perhitungan keuntungan secara proporsional ini lah yang dipakai oleh BMT Al-Fath IKMI untuk menghitung margin murabahah. b. Pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dilakukan secara Proporsional dan secara Anuitas selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan LKS; Metode pengakuan keuntungan yang digunakan oleh BMT Al-Fath IKMI adalah metode proporsional, berarti BMT telah menerapkan ketentuan dalam fatwa DSN ini.
57
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1391071809&=tentang-urf-dan-tradisi.htm di akses 28 Juni 2015
81
c. Pemilihan metode pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al- Murabahah pada LKS harus memperhatikan mashlahah LKS bagi pertumbuhan LKS yang sehat; Dalam memilih metode pengakuan keuntungan murabahah, LKS harus berhati-hati serta memperhatikan kemashlahatan bagi semua pihak. Hal ini demi keberlangsungan dan menciptakan pertumbuhan LKS yang sehat. BMT Al-Fath IKMI sebagai LKS menggunakan metode perhitungan keuntungan secara proporsional, metode proporsional merupakan salah satu metode yang boleh digunakan menurut fatwa DSN ini. d. Metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah yang ashlah dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode Anuitas; Dalam
praktik
perbankan,
biasanya
margin
dihitung
dengan
menggunakan metode anuitas, makin lama jangka waktu pembiayaan, makin besar margin yang dikenakan pada nasabah. Dalam ekonomi syariah, pembolehan konsep tersebut dikarenakan konsep anuitas hanya digunakan sebagai dasar perhitungan margin. Setelah margin ditentukan, nilai angsuran tersebut bersifat tetap dan tidak berubah.58 Pada metode pengakuan keuntungan secara anuitas, pengembalian pembiayaan murabahah dilakukan dengan pembayaran angsuran tetap yang 58
Rizal yaya, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer, (Jakarta : Salemba Empat), h. 187
82
merupakan hasil dari pejumlahan harga pokok dan margin keuntungan. Pada angsuran itu, porsi margin yang diterima oleh LKS besar di awal kemudian semakin mengecil pada angsuran berikutnya hingga berakhirnya akad. Sedangkan porsi pengembalian harga pokok berbanding terbalik, yaitu kecil di awal lalu semakin membesar pada angsuran berikutnya hingga berakhirnya akad. Metode pengakuan keuntungan secara anuitas ini tidak digunakan oleh BMT Al-Fath IKMI dalam menentukan jumlah angsuran per bulan. Metode yang digunakan oleh BMT dalam menentukan angsuran per bulan adalah metode proporsional. e. Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah secara anuitas, porsi keuntungan harus ada selama jangka waktu
angsuran;
keuntungan
at-tamwil
bi al-murabahah
(pembiayaan murabahah) tidak boleh diakui seluruhnya sebelum pengembalian piutang pembiayaan murabahah berakhir/lunas dibayar. BMT Al-Fath IKMI tidak menggunakan metode pengakuan keuntungan secara anuitas. Sedangkan isi dari ketentuan khusus ini diperuntukan khusus bagi LKS yang menggunakan metode pengakuan keuntungan secara anuitas, jadi ketentuan khusus pada hal ini tidak dijelaskan oleh penulis.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai analisis metode perhitungan margin murabahah yang digunakan pada BMT AlFath IKMI, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI sudah cukup baik, semua langkah dan tahapan dalam pengajuan permohonan pembiayaan sudah diatur dengan baik. Karena BMT ini merupakan LKS-non bank, maka nasabah yang menjadi mitra di BMT ini kebanyakan adalah masyarakat sekitar yang berwirausaha dalam lingkup UKM. Barang/objek yang biasa dipakai dalam pembiayaan murabahah di sini seringnya adalah barang yang digunakan untuk modal kerja atau menghasilkan nilai ekonomi bagi nasabah itu sendiri. Seperti untuk pembelian bahan-bahan untuk warung sembako, pembelian pakaian (untuk dijual kembali), pembelian mesin foto copy dan lain sebagainya. Besarnya pembiayaan yang diberikan sesuai dengan besaran jaminan yang akan dijaminkan. Antara pihak BMT dengan nasabah dapat melakukan negosiasi mengenai harga pada saat pengajuan pembiayaan. Transparansi dalam penyebutan
83
84
harga beli, margin keuntungan, harga jual dan besaran angsuran yang harus dibayar oleh nasabah. 2.
Metode perhitungan margin murabahah yang digunakan oleh BMT adalah metode proporsional yang disebutkan dalam fatwa DSN no.84. Hanya perhitungan sederhana, yaitu harga pokok dikalikan dengan presentase margin kemudian dibagi dengan jumlah bulan/lamanya jangka waktu angsuran. Margin yang ditetapkan di BMT, merupakan hasil rapat Komite Pembiayaan di BMT. Pertimbangan yang berpengaruh dalam menentukan besaran margin keuntungan adalah hal-hal yang juga termasuk dalam ketetapan ALCO Syariah, yaitu : DCMR, ICMR, ECRI, Acquiring Cost dan Overhead Cost.
3.
Mengenai relevansi metode perhitungan margin murabahah di BMT Aldengan fatwa DSN-MUI No.84//DSN-MUI/XII/2012 masih ada beberapa ketentuan-ketentuan dalam fatwa yang belum dipenuhi. Seperti akad wakalah yang dalam isi klausul akad masih digabungkan dengan akad murabahah serta mengenai ketidakjelasan keberadaan dan kepemilikan objek dalam murabahah.
85
B.
Saran Dari kesimpulan di atas, maka penulis memiliki pandangan atau saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perkembangan yang lebih baik bagi BMT Al-Fath IKMI, beberapa saran sebagai berikut : 1. Sebaiknya akad wakalah dan murabahah dibuat terpisah dalam penulisan masing-masing akad, karena jika digabungkan khawatir menimbulkan ketidakjelasan pada saat pelaksanaan akad. 2. Metode perhitungan margin keuntungan sebaiknya mengacu kepada referensi margin keuntungan yang ditetapkan oleh ALCO Syariah. Hal ini dalam penerapannya untuk menghindari terjadinya penyimpangan dan keluar dari prinsip syariah. 3. Dewan Pengawas Syariah (DPS) hendaknya selalu mengontrol baik terhadap standar operasional prosedur (SOP) maupun pelaksanaan kegiatan operasional LKS.
DAFTAR PUSTAKA Adiwarman Azwar Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi Kedua, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004. Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009. Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : RajaGrafindo Persada ,2007. Azharuddin, Ah Lathif. Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Jurnal Anggota Komite Bidang Advokasi, Penelitian, dan Pengembangan Hukum Ekonomi MES _____________. Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah. Tulisan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), 2014. Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 Fatwa DSN-MUI No.84/DSN-MUI/XII/2012 Hendi suhendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. M. Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Kencana : Jakarta, 2009. Madjid, Nazori. Nuansa Konvensional dalam Perbankan Syariah, Jurnal Kajian Ekonomi Islam dan Kemasyarakatan : Nalar Fiqh. Vol. 3 No. 1, Juni 2011.
86
87
Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Prkatek. Jakarta: Gema Insani, 2001. Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2005. _________. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2005. Nasrun Haroen. Ushul Fiqh. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996. Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Nuryadin, Birusman.
Harga dalam Perspektif Islam. Jurnal Ekonomi Islam:
Mazahib. Vol. 4 No. 1, Juni 2007. Rahmawaty, Anita. Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. Rizal yaya, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer. Jakarta : Salemba Empat. Saidi, Zaim. Tidak Syariahnya Bank Syariah, Cet ke-5. Yogyakarta: Delokomotif, 2015. Sjahdeini Sutan Remi. Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta: Kencana, 2014.
88
Sri Dewi Anggadini. Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah pada BMT AsSalam Pacet-Cianjur. Majalah Ilmiah UNIKOM. Vol. 9, No. 2 Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta, 2008. Turmudi, Muhamad. Penentuan Margin Ba’i Al-murabahah Pada Program Pembiayaan Perbankan Syari’ah di Indonesia. Jurnal Studi Ilmu Hukum Islam dan Pranata Sosial : Al-‘Adl , Vol. 7 No. 1 Januari 2014. Wiroso, Jual Beli Murabahah. Yogyakarta : UII Press, 2005. Website BMT Al-Fath IKMI, www.bmtalfath.com http://bmtamber.co.id/bmt-sebagai-pendorong-ekonomi-kerakyatan-2/ diakses 8 maret 2015 http://fossei.org/2013/01/menilik-perkembangan-koperasi-syariah-dan-potensinya-dalam-perbaikankesejahteraan-masyarakat/
Tabel Jadwal Angsuran Murabahah di BMT Al-Fath IKMI Jumlah Sisa no. Tanggal Pokok Margin Angsuran Sisa Pokok Margin 1. 6/16/2013 333333 184000 517333 7999992 4416000 2. 7/16/2013 333333 184000 517333 7666659 4232000 3 8/16/2013 333333 184000 517333 7333326 4048000 4 9/16/2013 333333 184000 517333 6999993 3864000 5 10/16/2013 333333 184000 517333 6666660 3680000 6 11/16/2013 333333 184000 517333 6333327 3496000 7 12/16/2013 333333 184000 517333 5999994 3312000 8 1/16/2014 333333 184000 517333 5666661 3128000 9 2/16/2014 333333 184000 517333 5333328 2944000 10 3/16/2014 333333 184000 517333 4999995 2760000 11 4/16/2014 333333 184000 517333 4666662 2576000 12 5/16/2014 333333 184000 517333 4333329 2392000 13 6/16/2014 333333 184000 517333 3999996 2208000 14 7/16/2014 333333 184000 517333 3666663 2024000 15 8/16/2014 333333 184000 517333 3333330 1840000 16 9/16/2014 333333 184000 517333 2999997 1656000 17 10/16/2014 333333 184000 517333 2666664 1472000 18 11/16/2014 333333 184000 517333 2333331 1288000 19 12/16/2014 333333 184000 517333 1999998 1104000 20 1/16/2015 333333 184000 517333 1666665 920000 21 2/16/2015 333333 184000 517333 1333332 736000 22 3/16/2015 333333 184000 517333 999999 552000 23 4/16/2015 333333 184000 517333 666666 368000 24 5/16/2015 333333 184000 517333 333333 184000 Total 7999992 4416000 12415992 0 0
Tabel Margin Keuntungan Menurun no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan Angsuran per Bulan 1. 6/16/2013 333333 184000 517333 2. 7/16/2013 333333 176333 509666 3. 8/16/2013 333333 168666 501999 4. 9/16/2013 333333 161000 494333 5. 10/16/2013 333333 153333 486666 6. 11/16/2013 333333 145666 478999 7. 12/16/2013 333333 138000 471333 8. 1/16/2014 333333 130333 463666 9. 2/16/2014 333333 122666 455999 10. 3/16/2014 333333 115000 448333 11. 4/16/2014 333333 107333 440666 12. 5/16/2014 333333 99666 432999 13. 6/16/2014 333333 92000 425333 14. 7/16/2014 333333 84333 417666 15. 8/16/2014 333333 76666 409999 16. 9/16/2014 333333 69000 402333 17. 10/16/2014 333333 61333 394666 18. 11/16/2014 333333 53666 386999 19. 12/16/2014 333333 46000 379333 20. 1/16/2015 333333 38333 371666 21. 2/16/2015 333333 30666 363999 22. 3/16/2015 333333 23000 356333 23. 4/16/2015 333333 15333 348666 24. 5/16/2015 333333 7666 340999 Total 7999992 2299992 10299984
no. 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Total
Tanggal 6/16/2013 7/16/2013 8/16/2013 9/16/2013 10/16/2013 11/16/2013 12/16/2013 1/16/2014 2/16/2014 3/16/2014 4/16/2014 5/16/2014 6/16/2014 7/16/2014 8/16/2014 9/16/2014 10/16/2014 11/16/2014 12/16/2014 1/16/2015 2/16/2015 3/16/2015 4/16/2015 5/16/2015
Tabel Margin Keuntungan Rata-Rata Pokok Margin Jumlah Angsuran 333333 517333 184000 333333 471333 138000 333333 455999 122666 333333 448333 115000 333333 443733 110400 333333 440666 107333 333333 438475 105142 333333 436833 103500 333333 435555 102222 333333 434533 101200 333333 433696 100363 333333 432999 99666 333333 432409 99076 333333 431904 98571 333333 431466 98133 333333 431083 97750 333333 430744 97411 333333 430444 97111 333333 430175 96842 333333 429933 96600 333333 429713 96380 333333 429514 96181 333333 429333 96000 333333 429166 95833 7999992 2555380 10555372
Tabel Margin Keuntungan Flat no. Tanggal 1. 6/16/2013 2. 7/16/2013 3 8/16/2013 4 9/16/2013 5 10/16/2013 6 11/16/2013 7 12/16/2013 8 1/16/2014 9 2/16/2014 10 3/16/2014 11 4/16/2014 12 5/16/2014 13 6/16/2014 14 7/16/2014 15 8/16/2014 16 9/16/2014 17 10/16/2014 18 11/16/2014 19 12/16/2014 20 1/16/2015 21 2/16/2015 22 3/16/2015 23 4/16/2015 24 5/16/2015 Total
Pokok
Margin 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 333333 7999992
7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 7666 183984
Jumlah Angsuran 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 340999 8183976
no.
Tanggal
1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Total
6/16/2013 7/16/2013 8/16/2013 9/16/2013 10/16/2013 11/16/2013 12/16/2013 1/16/2014 2/16/2014 3/16/2014 4/16/2014 5/16/2014 6/16/2014 7/16/2014 8/16/2014 9/16/2014 10/16/2014 11/16/2014 12/16/2014 1/16/2015 2/16/2015 3/16/2015 4/16/2015 5/16/2015
Tabel Margin Keuntungan Annuitas Pokok Margin Jumlah Angsuran Sisa Pokok Sisa Margin 7999991 2782558.53 253479 195793.8971 449272.8971 7746512 2586764.633 259309 189963.8971 449272.8971 7487203 2396800.736 265273 183999.8971 449272.8971 7221930 2212800.839 271374 177898.8971 449272.8971 6950556 2034901.942 277616 171656.8971 449272.8971 6672940 1863245.045 284001 165271.8971 449272.8971 6388939 1697973.148 290533 158739.8971 449272.8971 6098406 1539233.251 297215 152057.8971 449272.8971 5801191 1387175.353 304051 145221.8971 449272.8971 5497140 1241953.456 311044 138228.8971 449272.8971 5186096 1103724.559 318198 131074.8971 449272.8971 4867898 972649.6622 325517 123755.8971 449272.8971 4542381 848893.7651 333004 116268.8971 449272.8971 4209377 732624.868 340663 108609.8971 449272.8971 3868714 624014.9709 348498 100774.8971 449272.8971 3520216 523240.0738 356513 92759.89709 449272.8971 3163703 430480.1767 364713 84559.89709 449272.8971 2798990 345920.2796 373102 76170.89709 449272.8971 2425888 269749.3825 381683 67589.89709 449272.8971 2044205 202159.4854 390462 58810.89709 449272.8971 1653743 143348.5884 399442 49830.89709 449272.8971 1254301 93517.69127 408630 40642.89709 449272.8971 845671 52874.79418 418028 31244.89709 449272.8971 427643 21629.89709 427643 21629.89709 449272.8971 0 0 7999991 2782558.53 10782549.53
AKAD WAKALAH MURABAHAH NO : 1982/WKL/BMT-AF/CBU/VIII/2015 Dengan memohon petunjuk dan ridho Allah Subhanahu Wata’ala, pada hari Kamis, tanggal 13/08/2015 (Tiga belas Agustus Tahun Dua Ribu Lima Belas) bertempat di Kedaung Pamulang Tangerang Selatan, bahwa kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Saimin Jabatan : Manager Tamwil, Bertindak untuk dan atas nama KBMT AL-FATH IKMI, Suatu badan hukum Koperasi yang berkedudukan di Jl.Aria Putra No. 7 Kedaung Pamulang Tangerang Selatan, selanjutnya disebut PIHAK I. 2. Nama : DIDING Tempat,Tgl Lahir : Alamat : Pekerjaan : Wiraswasta NIK :
Bertindak untuk dan atas nama pribadi, Selanjutnya disebut Pihak II. Kedua belah Pihak telah sepakat melakukan akad Wakalah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Pihak I memberikan uang kepada Pihak II sebesar Rp 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah) dan sekaligus memberikan kuasa penuh untuk Membeli Pisang sebanyak 10 Ton / 1300 tandan seharga Rp 20.000.000,(Dua puluh juta rupiah) dari Penjual 2. Pihak II telah menerima dari Pihak I uang sebesar Rp 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah) untuk menjalankan kuasa sebagai mana tersebut pada point 1(satu). Demikian akad wakalah ini dibuat dan ditanda tangani Kedua belah pihak, untuk dapat dijalankan dengan semestinya. Yang Mengadakan akad Pihak I
Pihak II
SAIMIN
DIDING
AKAD JUAL BELI MURABAHAH No: 1983/MBH/BMT-AF/CBU/VIII/2015
Bismillahirahmanirrahim Allah berfirman: “ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad perjanjian “ (Qs Al Maidah:1)
Rasulullah bersabda: ““Siapa yang berhutang dan dia bertekad untuk membayarnya niscaya Allah akan memudahkannya untuk melunasi hutangnya. Dan siapa yang berhutang tidak bertekad untuk membayar hutangnya niscaya Allah akan membinasakannya” (HR. Bukhari). Dengan memohon petunjuk dan ridho Allah Subhanahu Wata’ala, pada hari Kamis, tanggal 13/08/2015 (Tiga belas Agustus Tahun Dua Ribu Lima Belas) bertempat di Kedaung Pamulang Tangerang Selatan, bahwa kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Saimin Jabatan : Manager Tamwil, Bertindak untuk dan atas nama KBMT AL-FATH IKMI, Suatu badan hukum Koperasi yang berkedudukan di Jl.Aria Putra No. 7 Kedaung Pamulang Tangerang Selatan, selanjutnya disebut PIHAK I. 2. Nama : DIDING Tempat,Tgl Lahir : Alamat : Pekerjaan : Wiraswasta NIK :
Bertindak untuk dan atas nama pribadi, Selanjutnya disebut Pihak II. PIHAK I dan PIHAK II telah sepakat mengadakan akad perjanjian jual beli (Murabahah) yang terikat dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut: Pasal 1 DASAR AKAD Akad ini dilaksanakan dengan didasari oleh ketaqwaan kepada Allah, Kepercayaan, Amanah, dan bertanggung jawab. Pasal 2 OBJEK BARANG DAN HARGA JUAL BELI (1) PIHAK I Menjual kepada PIHAK II Pisang sebanyak 10 Ton / 1300 tandan (sesuai RAB) seharga pokok Rp 20.000.000,- dan Margin Rp 4.800.000,- total harga jual Rp 24.800.000,-(Dua puluh empat juta delapan ratus ribu rupiah). (2) PIHAK II telah membeli dari PIHAK I Pisang sebanyak 10 Ton / 1300 tandan (sesuai RAB) seharga Pokok Rp. 20.000.000,- dan Margin Rp 4.800.000,- total harga beli Rp 24.800.000,-(Dua puluh empat juta delapan ratus ribu rupiah).
Pasal 3
SISTEM DAN JANGKA WAKTU PEMBAYARAN KEMBALI (1) Sistem pembayaran adalah dengan cara angsuran selama 12 (Dua belas) kali angsuran. (2) Jangka waktu akad adalah 12 (Dua belas) bulan sejak ditandatanganinya akad ini sampai dengan jatuh tempo tanggal 13 Agustus 2016. (3) Pembayaran angsuran sebagai mana dimaksud pada pasal 3 ayat (1) dilakukan mulai tanggal 13 September 2015 dan selanjutnya setiap tanggal 13 (Tiga belas) dengan cara diantar ke Kantor KJKS BMT AL FATH IKMI. (4) Besar pembayaran angsuran perbulan sebesar Rp 2.066.667,- (Dua juta enam puluh enam ribu enam ratus enam puluh tujuh rupiah) sampai dengan dinyatakan lunas. Pasal 4 KUASA DEBET TABUNGAN Jika kewajiban angsuran sebagaimana tertuang dalam pasal 3 (Tiga) ayat 3 (Tiga) dan tenggang waktu yang di berikan sesuai pasal 6 (Enam) ayat 1 (Satu) telah habis, Pihak II belum melakukan pembayaran angsuran, maka Pihak II memberikan kuasa penuh kepada Pihak I untuk mendebet saldo tabungan Pihak II dengan No. Rekening 10013000.22289 Atas nama DIDING sebagai pembayaran angsuran kepada Pihak I. Pasal 5 PERNYATAAN JAMINAN Untuk menjamin keamanan dan terpenuhinya kewajiban Pihak II, maka dengan ini Pihak II menjaminkan barang dalam bentuk 1 (satu) Unit Mobil dengan spesifikasi : No. BPKB D 0728206 G, Nopol B 1234 AB, Merk SUZUKI PIC UP, Tahun 2007, Warna BIRU, No. NIK / Rangka MHYESL4154J152748, No. Mesin G15A-IA152269, Atas Nama DIDING. Harga Taksasi Rp. 26.250.000,Pasal 6 PERISTIWA CEDERA JANJI (1) Pihak II dianggap cedera janji apabila tidak dapat memenuhi kewajiban angsuran lebih dari 3(tiga) kali sesuai dengan jadwal waktu yang ditetapkan, dan oleh karenanya Pihak I berhak untuk membatalkan akad pembiayaan ini, dan Pihak II berkewajiban mengembalikan seluruh sisa kewajibannya kepada Pihak I tanpa menunggu masa perjanjian berakhir. (2) Apabila Pihak II cedera janji sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan / atau apabila setelah satu pekan dari jatuh tempo Pihak II belum melunasi seluruh kewajibannya kepada Pihak I, maka terhadap hal ini Pihak I berhak mengambil tindakan sebagai berikut: Mendebet simpanan Pihak II yang ada pada Pihak I untuk melunasi sisa angsuran. Bila dari simpanan tidak mencukupi, maka Pihak I akan Mengambil alih, menguasai dan menjual barang yang dijaminkan kepada Pihak I. Bila dari hasil penjualan barang jaminan tersebut nilainya di bawah sisa Pembiayaan Pihak II, maka Pihak II masih berkewajiban melunasi sisa Pembiayaan tersebut. Bila nilai penjualan barang jaminan tersebut diatas nilai Pembiayaan Pihak II, maka Pihak I akan mengembalikan sisa tersebut pada Pihak II. Pasal 7 ASURANSI Pembiayaan ini diikutsertakan dalam program Asuransi Jiwa Syariah dengan ketentuan: (1) Asuransi jiwa memberikan manfaat jika dalam masa pembiayaan ini takdir Allah mendahului Pihak II meninggal dunia maka segala kewajiban Pihak II diluar tunggakan angsuran Akan ditagihkan ke Pihak Asuransi Syariah. (2) Persetujuan atau penolakan atas klaim sepenuhnya menjadi wewenang Perusahaan Asuransi Syariah. (3) Masa Asuransi Jiwa Syariah ini berlaku sejak kepesertaan disetujui oleh pihak Perusahaan Asuransi Syariah sampai berakhirnya masa pembiayaan ini. (4) Jika karena satu dan lain hal permohonan klaim Asuransi tersebut ditolak oleh Pihak Asuransi Syariah karena tidak memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam polis asuransi, maka kewajiban pelunasan manjadi tanggungjawab Pihak II dan ahli waris. (5) Jika terdapat tunggakan angsuran, maka tunggakan tersebut menjadi tanggung jawab ahli waris untuk pelunasannya.
(6) Biaya Premi asuransi menjadi tanggungjawab Pihak II. Pasal 8 AHLI WARIS Ahli Waris yang ditunjuk oleh Pihak II adalah: Nama : NURHAYATI Hubungan : Istri Alamat KTP : Pasal 9 BIAYA-BIAYA Terhadap akad ini Pihak II dikenakan biaya administrasi dan Premi Asuransi sebesar Rp. 170.900,Pasal 10 ADDENDUM Pihak I dan Pihak II telah sepakat bahwa segala sesuatu yang belum diatur dalam akad ini, akan diatur dalam addendum-addendum dan /atau surat-surat dan/atau lampiran-lampiran yang akan dibuat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini. Pasal 11 DOMISILI HUKUM Tentang akad ini dan segala akibatnya, Pihak I dan Pihak II sepakat memilih domisili hukum yang tetap dan umum dikantor kepaniteraan Pengadilan Agama Tangerang. Pasal 12 PASAL TAMBAHAN Perjanjian ini ditandatangani diatas materai yang cukup, dan dibuat dalam rangkap 2(dua) dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sama, ditanda tangani oleh Para Pihak dengan sukarela tanpa paksaan dari Pihak manapun dan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani.
PIHAK I
SAIMIN
PARA PIHAK YANG MENGADAKAN AKAD PIHAK II
DIDING
PERSETUJUAN ISTRI
NURHAYATI
Lampiran Pedoman Wawancara Daftar Wawancara Pada BMT Al-Fath IKMI Jl. Aria Putra No. 7 Kedaung Tangerang Selatan Nama Narasumber
: Suryadi
Jabatan
: Kepala Bagian Operasional
Hari/Tanggal
: Senin, 29 Juni 2015
Waktu Wawancara
: 16.15 – 16.50
Tempat Wawancara
: BMT Al-Fath IKMI (Kantor Pusat)
1. Bagaimana sejarah berdirinya BMT Al-Fath IKMI? Jawab : Awal mula berdirinya koperasi BMT Al-Fath IKMI ini dari IKMI (Ikatan Masjid Indonesia) kalau sekarang diganti jadi Idaroh Kemakmuran Masjid Indonesia, Idaroh itu artinya manajemen. Didasari oleh idealisme yang kuat untuk turut andil dalam membantu saudara-saudara yang bergerak di bidang usaha, tetapi sulit untuk berkembang dikarenakan banyaknya praktek rentenir, sistem ekonomi liberal yang melahirkan kaum kapitalis sehingga distribusi pendapatan tidak merata. Disamping itu keinginan mengembangkan pola dakwah yang selama ini lebih banyak di bidang dakwah sehingga diharapkan besar di masa mendatang sistem ekonomi yang Islami dapat diterapkan di Indonesia. Atas dasar itulah sehingga pada tanggal 13 Oktober 1996 didirikanlah koperasi BMT Al-Fath IKMI yang pada waktu itu terdiri oleh 25 orang pendiri dengan modal awal Rp. 400.000,- per pendiri. Letak kantor pertama yaitu di gang swadaya berupa kontrakan kecil. Sekarang BMT AlFath IKMI memiliki sebuah kantor pusat yang berada di kedaung, dan 4
kantor cabang lainnya yang berada di daerah Arya Putra, Legoso, Jombang dan Pondok Aren. Pada tahun 1998, BMT Al-Fath IKMI resmi mendaftarkan diri pada departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT AlFath
IKMI
mendapatkan
650/BH/kwk.10/IV/1998
dengan
legal nama
hukum “Koperasi
dengan Simpan
nomor: Pinjam
Pamulang”. Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT Al-Fath IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte perubahan dengan nomor: 518/BH/PAD/Koperasi/2005 dengan nama “Koperasi BMT Al-Fath IKMI” 2. Apa visi dan misi BMT Al-Fath IKMI? Jawab : Visinya, Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sedangkan misinya adalah Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan. 3. Apa saja jenis pelayanan (pembiayaan dan penghimpunan dana) yg disediakan BMT? Jawab : Pembiayaan terdiri dari; pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, piutang murabahah dan piutang ijarah. Untuk penghimpunan dana, ada yang memakai prinsip wadiah yaitu Tawakal (Tabungan wadiah BMT Al-Fath). Ada juga yang menggunakan prinsip bagi hasil seperti; Tabah (Tabungan berjangka Al-Fath), Sidik (Simpanan Pendidikan), Simpanan Idul Fitri, Simpanan Qurban, Simpanan Nikah dan Simpanan Haji. 4. Bagaimana dengan mitra BMT saat ini? Siapa saja mitra BMT saat ini? Menjalin kerjasama dengan lembaga apa saja?
Jawab : Sudah banyak menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga, terutama dengan lembaga keuangan syariah seperti BTN Syariah, Bank Muamalat, dll. 5. Berapa kisaran pembiayaan yang diberikan BMT? Berapa batas plafond pembiayaan murabahah? Jawab : Kisaran Rp. 500.000 – Rp. 50.000.000 , tapi terkadang kami juga bisa menerima sampai Rp. 100.000.000. Tergantung dari hasil analisa 5C nasabah yang bersangkutan. 6. Bagaimana syarat pengajuan pembiayaan murabahah di BMT? Jawab : Untuk mengajukan pembiayaan murabahah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu : a. Menjadi anggota/nasabah BMT dengan membuka rekening awal sebesar Rp. 25.000. Rinciannya itu, untuk simpanan pokok sebesar Rp. 10.000 , saldo awal Rp. 10.000 dan administrasi pembukuan Rp. 5.000 b. Setelah
jadi
anggota/nasabah
mengisi
formulir
permohonan
pembiayaan dengan data diri yang lengkap : a) Foto copy KTP/SIM Suami dan istri & Fotocopy Kartu Keluarga b) Foto copy surat nikah/cerai c) Pas foto 3x4 suami dan istri d) Foto copy laporan keuangan usaha e) Foto
copy
jaminan
BPKB
&
STNK
masih
berlaku;
SHM/SHGB/AJB & SPPT PBB tahun terakhir + bukti lunas PBB Persyaratan Tambahan Bagi Karyawan a) Slip gaji terakhir stempel perusahaan b) Foto copy rekening bank 3 bulan terakhir c) Foto copy SK pegawai/karyawan 7. Bagaimana tahap-tahap prosedur pembiayaan murabahah di BMT? Jawab : Tahapan atau prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI melalui beberapa proses yaitu:
1) Calon nasabah/mitra pembiayaan harus menjadi mitra/nasabah di BMT Al-Fath IKMI dengan membuka rekening tabungan awal. 2) Setelah menjadi nasabah/mitra BMT Al-Fath IKMI langkah selanjutnya adalah: a. Nasabah menyampaikan tujuan meminta bantuan untuk membeli suatu barang yang dibutuhkan. Menjelaskan tujuan penggunaan barang tersebut serta sumber dana dan cara untuk melunasi pembelian barang tersebut. Disini nasabah bisa melakukan negosiasi dengan pihak BMT untuk mendapat kesepakatan harga barang yang dibutuhkan. Jadi, ada transaksi tawar menawar sebelum terjadinya akad murabahah. b. Mengisi formulir permohonan pengajuan pembiayaan dengan identitas lengkap nasabah. Serta melampirkan persyaratanpersyaratan yang telah disebutkan di atas. c. Mengisi tabel RAB (Rencana Anggaran Belanja). Disini nasabah menuliskan rincian rencana penggunaan dana pembiayaan. Sekaligus melampirkan informasi barang yang dibutuhkan yaitu tipe, jumlah, warna, ukuran serta penjual atau supplier barang tersebut. 3) Selanjutnya Customer Service dan Account Officer BMT Al-Fath IKMI melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas. a. Jika berkas belum lengkap maka BMT Al-Fath IKMI mempersilakan mitra untuk melengkapinya terlebih dahulu. b. Jika berkas yang disertakan lengkap dan sesuai persyaratan maka tim BMT Al-Fath IKMI melakukan survey kepada mitra. 4) Account Officer (AO) melakukan survey kepada mitra dengan melakukan tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk memperoleh informasi lebih lengkap dan melihat langsung aset yang akan dijadikan jaminan oleh mitra pembiayaan. Pada tahap survey ini juga dilakukan analisis kelayakan usaha mitra menggunakan Formulir Permohonan Pembiayaan, Rancangan Anggaran Belanja Mitra, dan
berkas-berkas kelengkapan. Analisis tersebut dilakukan berdasarkan faktor-faktor penilaian pembiayaan yang berpedoman pada prinsip 5C. 5) Setelah analisa dilakukan, kemudian menyerahkan hasil analisa untuk dibahas dalam rapat komite pembiayaan; a. Jika hasil analisis tidak layak maka permohonan pembiayaan ditolak dan semua berkas/dokumen nasabah dikembalikan lagi kepada yang bersangkutan. b. Jika hasil analisis layak maka langsung diserahkan ke bagian operasional untuk disiapkan akad pembiayaannya. 6) Kemudian bagian operasional menyiapkan akad pembiayaan dan jadwal pencairan dana. 7) Setelah jadwal pencairan dana dibuat maka pihak BMT Al-Fath IKMI menginformasikannya kepada nasabah 8) Nasabah datang sesuai jadwal yang ditentukan sambil menyerahkan jaminan. Disini jaminan di cek keasliannya apakah sudah sesuai dengan berkas yang dilampirkan pada saat pengajuan surat permohonan pembiayaan. 9) Setelah itu kedua belah pihak yaitu BMT Al-Fath IKMI dan nasabah melakukan akad pembiayaan/pengikatan antara kedua belah pihak 10) Setelah ada pengikatan antara kedua belah pihak, kemudian BMT dan nasabah melakukan transaksi jual beli barang. Dalam tahap pemesanan/pembelian barang ini dibagi menjadi 2 cara yaitu; a. Jika pemesanan barang dalam transaksi pembelian barang dapat diwakilkan kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang diperlukan, maka BMT membayarkan dana kepada nasabah untuk pembelian barang tersebut kepada supplier (penjual barang). Disini nasabah harus menandatangani akad wakalah terlebih dahulu. b. Jika pemesanan barang langsung kepada supplier oleh BMT maka tidak perlu ada penandatangan akad wakalah. BMT dapat
melakukan pembayaran harga beli barang langsung kepada supplier. c. Setelah menerima pembayaran, supplier akan menyerahkan tanda terima uang oleh supplier. d. Supplier mengirimkan barang pada nasabah dengan melampirkan surat pengiriman barang pada nasabah. 11) Saat penerimaan barang; a. Jika menggunakan akad wakalah terlebih dahulu, setelah menerima barang maka nasabah harus menyerahkan bukti pembelian barang dan penerimaan barang dari supplier kepada BMT. b. Jika langsung dengan menggunakan akad murabahah, maka setelah barang diterima oleh nasabah harus menyerahkan pada BMT surat tanda terima barang. 12) Setelah menerima barang sesuai dengan spesifikasi yang diminta, selanjutnya sesuai ketentuan dalam persetujuan murabahah pelunasan harga jual barang kepada BMT dilaksanakan oleh nasabah sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. 13) Nasabah melakukan pelunasan, baik sekaligus ataupun diangsur. 8. Langkah-langkah apa yang dilakukan BMT sebelum permohonan pembiayaan tersebut disetujui? Jawab : Hal ini masih masuk ke dalam tahapan prosedur permohonan pembiayaan, dengan cara : a. Account Officer (AO) melakukan survey kepada mitra dengan melakukan tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk memperoleh informasi lebih lengkap dan melihat langsung aset yang akan dijadikan jaminan oleh mitra pembiayaan. Pada tahap survey ini juga dilakukan analisis kelayakan usaha mitra menggunakan Formulir Permohonan Pembiayaan, Rancangan Anggaran Belanja Mitra, dan berkas-berkas kelengkapan. Analisis
tersebut dilakukan berdasarkan faktor-faktor penilaian pembiayaan yang berpedoman pada prinsip 5-C. b. Setelah analisa dilakukan, kemudian menyerahkan hasil analisa untuk dibahas dalam rapat komite pembiayaan; a) Jika hasil analisis tidak layak maka permohonan pembiayaan ditolak dan semua berkas/dokumen nasabah dikembalikan lagi kepada yang bersangkutan. b) Jika hasil analisis layak maka langsung diserahkan ke bagian operasional untuk disiapkan akad pembiayaannya.
9. Berapa persen margin yang diberikan BMT dalam pembiayaan murabahah? Adakah ketentuan tertentu sesuai besaran pinjaman atau barang pesanan (misal, kendaraan bermotor)? Jawab : Margin kami per bulan nya 2%. Ketentuan tertentu tidak ada, tapi biasanya misalkan jangka waktu < 1 tahun, maka margin nya 2,3%. Kalau jangka waktu 2 tahun maka margin nya 2,2%. Semakin lama jangka waktu, maka persen margin nya kami kurangi, tapi memang meskipun > 3 tahun batas margin hanya 2%. 10. Bagaimana cara atau metode perhitungan margin yang diterapkan pada pembiayaan murabahah di BMT?bagaimana contoh perhitungannya? Jawab : Kami menggunakan perhitungan dengan metode angsuran tetap. Misalkan, nasabah memohon pembiayaan untuk membeli laptop seharga Rp. 10.000.000 dalam waktu 24 bulan. Maka : Margin = (harga beli – DP) x 2,3%. Harga pokok = (Harga beli – DP) / Jangka waktu. Angsuran cicilan per bulan = Margin + Harga Pokok Harga beli laptop
: Rp. 10.000.000
DP
: Rp. 2.000.000 –
Jumlah yang BMT biayai
:Rp. 8.000.000 (Harga Pokok)
Margin
:Rp. 8.000.000 x 2,3% = Rp. 184.000/bulan
Jumlah margin dalam 24 bulan (jangka waktu) = Rp. 4.416.000 Jumlah angsuran per bulan dari BMT Al-Fath IKMI: Jumlah yang BMT biayai + jumlah margin dalam 24 bulan Rp. 8.000.000 + Rp. 4.416.000 = Rp. 12.416.000 : 24 bulan = Rp. 517.333/ bulan 11. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi atau menjadi bahan pertimbangan dalam penetapan margin? Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi dan dipertimbangkan saat penerapan margin? Jawab : Jangka waktu, BI rate, dan persaingan pasar. 12. Apakah perhitungan penerapan margin murabahah mengacu pada rapat ALCO syariah? Jawab : Iya, saat mengadakan rapat dengan Komite pembiayaan, tentang penerapan margin di sini (BMT) mengacu kepada referensi margin keuntungan yang ditetapkan ALCO syariah. 13. Apakah ada sistem negosiasi antara pihak BMT dan nasabah sebelum mendapatkan kesepakatan pembiayaan murabahah? Jawab : Iya, ada negosiasi, tapi meskipun ada negosiasi, margin yang kami berikan 2% saja. dan penyebutan harga pokok dan harga jual (harga yang sudah ditambah dengan margin), jadi nasabah mengetahui besaran margin yang kami berikan. 14. Apakah ada penandatangan wakalah pada pembiayaan murabahah? Jawab : “Iya, ada. Untuk beberapa kasus pembiayaan murabahah memerlukan akad wakalah dulu, seperti pembiayaan murabahah untuk modal membeli pakaian yang akan dijual nasabah, kalau kami yang membelikan pakaian „kan repot.” Kalau untuk permohonan pembiayaan barang yang diinginkan nasabah sudah tersedia pada kami, maka tidak perlu menggunakan akad wakalah terlebih dahulu. 15. Dari prosedur dan margin yang sudah diperhitungkan, apa kendala yang didapat BMT dalam pembiayaan murabahah?