Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
TINGKAT SENSITIVITAS USAHATERNAK PUYUH (Studi Kasus pada Satu Usahaternak Puyuh di Desa Rangdu, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang) SENSITIVITY LEVEL OF QUAIL FARMING (A Case Study on a Quail Farm in Rangdu, Pusakajaya, Subang) Kasadi*, Dadi Suryadi**, Linda Herlina** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad e-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian mengenai tingkat sensitivitas usahaternak puyuh telah dilakukan di peternakan rakyat yang bergerak dalam usahaternak puyuh milik Bapak Rudi Hartono di Desa Rangdu Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2014 sampai 23 November 2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kelayakan investasi dan tingkat sensitivitas usahaternak puyuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Analisis kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis kriteria investasi yang terdiri dari: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Ratio (PR). Analisis sensitivitas dihitung berdasarkan kenaikan harga pakan atau penurunan harga telur. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai NPV sebesar Rp 269.009.250,55 per 10 tahun, Net B/C sebesar 1,50, Gross B/C sebesar 1,05, IRR sebesar 18,34% dan PR sebesar 1,42. Adapun hasil dari perhitungan sensitivitas diperoleh bahwa usahaternak puyuh ini masih layak akibat kenaikan harga pakan sampai dengan 9% atau penurunan harga telur sampai dengan 9%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usahaternak puyuh yang diteliti dikatakan layak dari hasil perhitungan kriteria investasi dan sensitivitas. Kata kunci: Usahaternak puyuh, kelayakan investasi dan analisis sensitivitas.
Abstract The research about sensitivity level of quail farming has been conducted in Rudi Hartono’s quail farm in Rangdu, Pusakajaya, Subang. The research started from October 25 up to November 23, 2014. The aim of this research is to discover level of investment feasibility and sensitivity level of the quail farm. The method that used for this research is the case study. The investment feasibility analysis used in this research is the investment analysis criteria which consists of Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR), and Profitability Ratio (PR). The sensitivity analysis was calculated based on the increasing feed cost or decreasing egg cost. Based on the calculation, it shows that NPV is as much Rp 269,009,250.55 per 10 years, Net B/C is as much 1.50, Gross B/C is as much 1.05, IRR is as much 18.34 % and PR is as much 1.42. Then, the calculation of sensitivity level, it shows that the quail farm is feasible due to the increasing feed cost up to 9% or the decreasing egg cost up to 9%. The result of this research
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
shows that the quail farm is feasible from the calculation of investment criteria and sensitivity level. Keyword: Quail Farm, investment feasibility and sensitivity analysis.
PENDAHULUAN Puyuh merupakan salah satu komoditas ternak unggas yang saat ini mendapatkan banyak perhatian dari kalangan peternak untuk dikembangkan, karena permintaan pasar terhadap telur dan daging puyuh yang sangat tinggi dan belum bisa terpenuhi. Permintaan telur puyuh konsumsi diseluruh Indonesia setiap minggunya mencapai 9,3 juta butir sedangkan baru bisa terpenuhi sebanyak 3,4 juta butir perminggu, sehingga pasokan telur puyuh masih kurang sebanyak 5,9 juta butir perminggu, dengan demikian masih sangat besar peluang untuk dikembangkannya peternakan puyuh di Indonesia (Wuryadi, 2013). Beternak puyuh memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan komoditas ternak unggas lainnya, seperti dapat diusahakan dalam lahan yang sempit, relatif lebih cepat berproduksi dan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Telur dan daging puyuh banyak dicari konsumen karena memiliki gizi yang sangat tinggi selain itu juga kotoran yang dihasilkan setiap harinya dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan tambahan karena bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik yang banyak dicari oleh para petani. Pengembangan usahaternak puyuh tidak akan lepas dari permasalahan yang sering terjadi di dalam usaha peternakan seperti kualitas bibit yang rendah, keberlanjutan tersediannya bahan pakan lokal yang belum stabil dan belum terbentuknya kelembagaan bisnis puyuh di setiap daerah. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara penggunaan bibit yang berkualitas baik, efisiensi pakan, manajemen usahaternak yang baik, melakukan kerjasama antar bidang dan segmentasi bisnis puyuh serta evaluasi dari usahaternak puyuh tersebut. Evaluasi usaha dapat dilakukan dengan cara menganalisis usaha yang telah dijalankan oleh peternak selama umur tertentu. Analisis usahaternak puyuh ini merupakan suatu gambaran umum usaha peternakan apakah memberikan manfaat, baik untuk keberlanjutan maupun pengembangan usaha. Analisis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi usahaternak puyuh adalah dengan menggunakan analisis kelayakan investasi dan sensitivitasnya. Analisis kelayakan investasi dapat dilakukan dengan beberapa kriteria investasi. Selama proses produksi usahaternak puyuh memiliki risiko yaitu fluktuasi harga input dan output produksi yang tidak bisa diperkirakan, oleh karena itu sangat penting bagi seorang pengusaha peternakan puyuh mengetahui sejauhmana tingkat sensitivitas usaha akibat dari kenaikan harga
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
input seperti pakan dan atau penurunan harga output seperti telur yang sering dialami peternak puyuh. Kabupaten subang merupakan daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan puyuh, hal tersebut dibuktikan dengan mulai banyaknya peternak rakyat yang mengusahakan puyuh. Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang khususnya di Desa Rangdu terdapat sebuah peternakan puyuh dengan kepemilikan skala usaha yang cukup besar yaitu kurang lebih 7.000 ekor dan investasi yang cukup besar pula seperti bangunan, kandang (kurung), kendaraan dan lain sebagainya. Jenis puyuh yang diternakan di peternakan tersebut yaitu Puyuh Jepang (Cortunix cortunix japonica). Puyuh ini dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir/ekor/tahun dan mulai bertelur pada umur 35 hari (Listiyowati dan Roospitasari, 2001). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kelayakan Investasi dan tingkat sensitivitas usahaternak puyuh.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah tingkat kelayakan investasi dan sensitivitas usahaternak puyuh milik Bapak Rudi di Desa Rangdu, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang Jawa Barat.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan metode penelitian yang mempertahankan keutuhan unit analisis (Paturochman, 2012). Metode penelitian studi kasus membutuhkan informan sebagai sumber informasi dan data. Informan yang digunakan pada penelitian ini adalah seorang peternak yang mengembangkan usahaternak puyuh. 1.
Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan puyuh milik Bapak Rudi yang berada di Desa
Rangdu, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Peternakan tersebut dipilih karena merupakan peternakan puyuh penghasil telur yang cukup besar kepemilikannya, yaitu 7.000 ekor dan penghasil puyuh pullet sebanyak 5.000 ekor dengan investasi yang cukup besar pula seperti bangunan kandang, kurung, kendaraan dan lain sebagainya sehingga penulis tertarik untuk meneliti kelayakan investasi dan sensitivitas peternakan puyuh tersebut.
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
2.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan peternak puyuh. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Subang, Dinas Peternakan Jawa Barat dan Bank Indonesia. 3.
Operasional Variabel Operasionalisasi variabel dilakukan dengan melihat periode waktu dari usahaternak
puyuh, yaitu dengan melihat umur proyek. Umur proyek ditentukan berdasarkan umur input determinan yaitu input yang memiliki umur paling lama contohnya adalah kandang. Informasi periode waktu tersebut diperoleh dari keterangan informan sebagai pemberi informasi dalam penelitian. 3.1.
Biaya Biaya adalah ongkos-ongkos yang dikeluarkan untuk mengorganisasikan bisnis atau
usaha dan menjamin proses produksi akan berlangsung. Biaya yang dikeluarkan dalam produksi peternakan antara lain penyediaan bibit, pakan, kandang berikut peralatan, kendaraan dan tenaga pemeliharaan. Biaya terbagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya variabel. 3.2.
Penerimaan Penerimaan adalah nilai hasil dari output atau produksi karena perusahaan telah menjual
atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli. 4.
Model Analisis
4.1.
Analisis Kelayakan Investasi Analisis kelayakan investasi ini menitikberatkan pada pendekatan yang dilihat dari
kepentingan individu atau perusahaan atau kepentingan pemegang saham perusahaan tersebut, yakni laba yang dihasilkan proyek (private return) atau laba bisnis (business profit) (Lihan dan Yogi, 2009). Analisis kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis kriteria investasi yang terdiri dari Net Present Value, Net Benefit and Cost Ratio, Gross Benefit and Cost Ratio, Internal Rate of Ratio dan Profitability Ratio. 4.2.
Analisis Sensitivitas Teknik analisis sensitivitas harus diperhatikan oleh analis yang menilai kelayakan suatu
bisnis akibat dari perubahan-perubahan yang mempengaruhi kelayakan bisnis tersebut. Cara menganalisis sensitivitas adalah dengan mengidentifikasi faktor-faktor perubahan yang terjadi pada suatu usaha dan menghitung kembali besaran nilai kriteria investasi atas perubahan nilainilai input atau output produksi. Semakin tinggi hasil yang diperkirakan dalam menganalisis faktor-faktor perubahan maka akan semakin sensitif pula usaha tersebut (Gittinger, 1986).
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
Analisis sensitivitas yang digunakan pada peternakan puyuh ini dilakukan dengan melihat sensitivitas usahanya terhadap kenaikan harga input variabel yaitu pakan atau penurunan harga outputnya yaitu telur dengan kenaikan atau penurunan harga yang diberikan secara bertahap hingga nilai Net Present Value bernilai negatif. Kenaikan harga input atau penurunan harga output yang terjadi kemudian dikonversi ke dalam bentuk persen sehingga diketahui sampai berapa persen tingkat kepekaan usaha puyuh akibat naiknya biaya input atau turunnya harga output tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Peternakan Lokasi peternakan puyuh milik Bapak Rudi terletak di kampung Derik Desa Rangdu Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang. Lokasi peternakan puyuh ini memiliki suhu ratarata harian 29oC - 30oC, meskipun demikian lokasi tersebut masih cocok untuk usahaternak puyuh karena menurut Wuryadi (2013) puyuh ideal hidup di daerah yang bersuhu 24-30 0C dengan kelembaban 85%. Kelebihan dari lokasi peternakan puyuh ini adalah akses jalan yang bagus sehingga memudahkan dalam pendistribusian output seperti telur, puyuh pullet dan puyuh afkir maupun dalam pengadaan input seperti pakan, bibit dan lain sebagainya. Jenis puyuh yang diternakan dalam peternakan ini adalah jenis jepang (Cortunix cortunix japonica). Puyuh ini dalam setahun mampu menghasilkan telur sebanyak 250 – 300 butir telur dengan berat rata – rata 10 gram/butir, yaitu dalam periode bertelur sekitar 9 – 12 bulan (Lystyowati & Roospitasari, 2001). Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik peternakan didapatkan hasil bahwa saat ini kegiatan yang dilaksanakan di peternakan meliputi pembesaran Day Old Quail (DOQ) betina sebagai penghasil pullet dan pemeliharaan puyuh layer sebagai penghasil telur serta penghasil daging setelah puyuh layer tersebut diafkir, dengan jumlah populasi yaitu 7.000 ekor puyuh layer dan 5.000 ekor puyuh pembesaran. Total lahan yang dimiliki peternakan ini yaitu seluas 750 m2. Penyediaan bangunan peternakan dilakukan pada saat memulai usaha yaitu diantaranya bangunan kandang utama, kandang pembesaran, mess karyawan dan gudang pakan. Bangunan-bangunan tersebut didirikan di atas lahan seluas 250 m2. Usahaternak ini dilakukan dengan membagi ke dalam dua bentuk manajemen pemeliharaaan yaitu manajemen pra-pemeliharaan dan manajemen pemeliharaan. Manajemen pra-pemeliharaan menyangkut persiapan kandang sebelum DOQ maupun Pullet datang. Hal ini sangat penting karena merupakan kegiatan pencegahan kerugian yang diakibatkan adanya sumber penyakit dengan cara Bio-Security. Proses ini dilakukan dengan membersihkan
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
kandang dan kurung dari sisa-sisa kotoran puyuh dengan dicuci menggunakan air dan disenfektan. Selain kurung yang dibersihkan, hal selanjutnya adalah membersihkan peralatan yang akan digunakan selama proses produksi seperti tempat pakan, tempat minum dan lain sebagainya. Manajemen pemeliharaan dilakukan secara intensif. Selama masa pemeliharaan, puyuh pembesaran maupun layer tetap berada didalam kandang sampai panen maupun afkir. Selama proses pemeliharaan, pemberian pakan dan minum dilakukan pada waktu pagi dan sore hari sedangkan untuk pengumpulan telur dilakukan satu kali pada waktu pagi hari. Untuk mengurangi feed intake serta pakan yang berceceran, di dalam tempat pakan diberikan kawat ram. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Wuryadi (2011) bahwa tujuan pemberian kawat ram untuk mencegah pakan tumpah karena dikais-kais oleh paruh puyuh. Kawat ram yang digunakan biasanya berukuran 0,5 inchi untuk memudahkan paruh puyuh masuk dan mengambil makanannya sehingga akan mengefisienkan pakan yang diberikan mengingat kontribusi biaya pakan dalam usahaternak puyuh sangat besar yaitu mencapai 85%. Jenis pakan yang diberikan merupakan salah-satu faktor penentu keberhasilan usahaternak karena akan berpengaruh terhadap produktifitas dari puyuh tersebut. Puyuh pembesaran mulai dari DOQ sampai pullet hanya diberikan pakan starter untuk ayam broiler sedangkan untuk puyuh layer sampai afkir diberikan pakan yang dibeli dari pabrik PT. Sinta Prima Feedmill. Pemeliharaan puyuh pembesaran dilakukan selama lima minggu terhitung dari DOQ masuk, hal tersebut dikarenakan pada umur lima minggu puyuh sudah siap untuk bertelur. Menurut informan, puyuh pullet atau puyuh yang berumur lima minggu memiliki pangsa pasar yang besar karena banyak peternak puyuh yang mencari untuk diternakan kembali. Apabila dibandingkan dengan membeli dan memelihara DOQ, membeli puyuh pullet sangat mengefisienkan waktu karena hanya membutuhkan waktu satu minggu pemeliharaan sampai menghasilkan telur, selain itu juga tingkat kematian yang tinggi saat memelihara DOQ menjadikan alasan dipilihnya puyuh pullet untuk diternakan kembali. Pemeliharaan puyuh layer di peternakan ini dilakukan selama 18 bulan terhitung dari pullet sampai puyuh tersebut afkir dengan produksi telur yang sangat fluktuatif. Tingkat kematian atau mortalitas puyuh layer ini sebesar 10 % hingga afkir, hal tersebut dikarenakan pada manajemen pemeliharaan tidak dilakuakan vaksinasi ataupun pengobatan terhadap puyuh yang sakit melainkan apabila terdapat puyuh yang sakit maka akan langsung dipotong untuk dijual kepada rumah makan yang menyediakan olahan daging puyuh. Penyakit yang sering menyerang puyuh di peternakan ini adalah penyakit CRD (Chronic Respiratory Disease) yaitu
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
penyakit yang menyerang organ pernapasan puyuh yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum, M. gallinarum, M. synoviae, M. meleagridis, M.iowae and/or TRT. Pemasaran output seperti telur, pullet maupun puyuh afkir dilakukan dengan mengirim langsung ke pengepul maupun konsumen. Pemasaran telur dilakukan dibeberapa wilayah seperti Indramayu, Tangerang, Subang dan Karawang sedangkan untuk pemasaran pullet dilakukan di wilayah Tangerang, Kuningan, Garut, Sumedang, Cianjur, Brebes, Indramayu, Bogor dan Majalengka. Pemasaran puyuh afkir dilakukan di wilayah Jakarta dan Indramayu.
Keadaan Informan Informan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan seorang peternak rakyat yang bergerak dalam usahaternak puyuh di Desa Rangdu Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang. Informan merupakan seorang peternak yang sudah beternak sejak tahun 2005 dengan skala kepemilikan kurang lebih 200 ekor yang dulu lokasi peternakannya masih di belakang rumah tinggal di Indramayu. Informan bernama Rudi Hartono dengan pendidikan terakhir SMP dan berumur 36 tahun. Alamat tinggal informan berada di Desa Juntikedokan Blok Candi Indramayu. Tujuan dari usaha puyuh ini adalah sebagai usaha pokok keluarga dan mulai dikembangkan usahanya pada tahun 2014. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah dengan cara wawancara. Kriteria Investasi Menurut Tandelilim (2010), investasi merupakan biaya yang dikeluarkan mulai proyek dilaksanakan sampai proyek tersebut mulai berjalan. Biaya investasi yang digunakan oleh peternakan ini terdiri dari Bangunan kandang layer, bangunan kandang pembesaran, mess karyawan, gudang pakan, kurung layer, kurung pembesaran, lahan, pengurugan lahan, kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, instalasi listrik, instalasi air, timbangan, genset, mesin penggiling pellet, lori, penampung air, radio dan fasilitas untuk karyawan seperti tv, pendingin, kipas angin, rise cooker, kompor dan gas. Total investasi pada usahaternak ini yaitu sebesar Rp 716.836.065,88. Pengeluaran tersebut dilakukan sampai usahaternak memperoleh manfaat yaitu selama satu bulan produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak berubah meskipun terjadi perubahan output. Pengeluaran biaya tetap dihitung berdasarkan jumlah barang yang dikeluarkan untuk keperluan produksi yang nilai pengeluarannya tetap setiap tahun, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
dikeluarkan selama proses produksi dan berhubungan langsung dengan output produksi, besarnya biaya variabel berubah-ubah tergantung pada perubahan output, lazimnya memiliki hubungan searah artinya makin besar output produksi semakin besar biaya variabel. Biaya variabel yang digunakan oleh peternakan ini terdiri dari pakan, DOQ, bahan bakar minyak sedangkan untuk biaya tetapnya meliputi Pullet, tempat minum, tempat telur, keranjang, baskom, serokan, selang, ember, lampu penghangat, lampu penerangan, tenaga kerja dan pajak bumi dan bangunan. Biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama umur usaha dan sudah didiscaunt factor dalam peternakan ini yaitu sebesar Rp 4.929.066.605,63. Manfaat proyek usaha peternakan adalah benefit yang lebih ditekankan pada manfaat finansial yang diperoleh dari unit kegiatan yang menjalankan usaha tersebut atau lebih umum dikenal dengan penerimaan (total revenue). Biasanya manfaat finansial yang dihasilkan dari kegiatan usaha sangat tergantung pada jumlah output yang dihasilkan dan tingkat harga yang diterima. Usahaternak puyuh yang diteliti memiliki manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung yaitu didapat dari produksi telur, pullet dan betina afkir, sedangkan manfaat tidak langsung adalah adanya penyerapan tenaga kerja disekitar lingkungan peternakan. Pendapatan atau manfaat yang diterima selama umur usaha dan sudah didiscaount factor dalam peternakan ini yaitu sebesar Rp 5.198.075.856,18. Analisis kriteria investasi merupakan analisis yang digunakan untuk melihat layak atau tidaknya usaha untuk dijalankan. Analisis kriteria investasi dilakukan selama 10 tahun yaitu berdasarkan umur kurung puyuh. Analisis kriteria investasi ini menggunakan indikator kelayakan yaitu diantaranya Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Ratio (PR). Hasil perhitungan kriteria investasi pada peternakan puyuh ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Hasil perhitungan kriteria investasi pada peternakan puyuh No. Kriteria Investasi Nilai
Keterangan
1
NPV
Rp 269.009.250,55 / 10 tahun
>0=layak
2
Net B/C
1,50
>1=layak
3
Gross B/C
1.05
>1=layak
4
IRR
18.34 %
>SOCC=layak
5
PR
1.42
>1=layak
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
Menurut Ibrahim (2003), apabila hasil perhitungan NPV lebih besar dari pada 0 (nol), maka dikatakan usaha tersebut feasible (go) untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa nilai NPV peternakan ini sebesar 269.009.250,55 per 10 tahun sehingga nilai tersebut menunjukan usahaternak layak untuk dijalankan karena lebih besar dari pada 0 (nol). Pada hasil perhitungan Net dan Gross B/C pada usahaternak ini diperoleh hasil lebih dari satu yaitu untuk Net B/C sebesar 1,50 sedangkan untuk Gross B/C sebesar 1,05 maka usahaternak layak untuk dijalankan. Menurut Ibrahim (2003), apabila nilai Net B/C dan Gross B/C lebih dari satu maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Menurut Lihan dan Yogi (2009), apabila nilai IRR lebih dari nilai SOCC maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Pada hasil perhitungan kriteria investasi IRR diperoleh nilai sebesar 18,34% sehingga dapat dikatakan bahwa IRR lebih besar dari pada SOCC, maka dengan demikian usahaternak ini layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap nilai Profitability Ratio didapatkan nilai sebesar 1,42 maka usahaternak ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Lihan dan Yogi (2009), bahwa profitability ratio adalah angka yang menunjukan perbandingan antara present value net benefit dengan present value investasi yang telah di discount factor. Apabila nilainya lebih dari 1 (satu) maka usaha/proyek tersebut dapat diterima. Sesuai dengan ketentuan yang telah dijadikan sebagai indikator kelayakan dari suatu usaha maka dapat disimpulkan bahwa usahaternak puyuh ini layak. Sebenarnya usahaternak di tempat penelitian ini bisa memperoleh nilai kriteria investasi yang lebih baik dan diharapkan dengan lebih baiknya nilai kriteria investasi tersebut, usahaternak akan semakin sensitif terhadap risiko kenaikan harga pakan atau penurunan harga telur. Nilai kelayakan investasi yang lebih baik tersebut dapat diperoleh dengan cara mengefektifkan penggunaan modal yang dimiliki seperti tidak terlalu berlebihan dalam mengeluarkan modal untuk investasi pembelian mobil. Skala usaha yang masih terbilang menengah, untuk investasi mobil masih belum begitu dibutuhkan karena untuk keperluan pembelian pakan masih bisa dilakukan dengan membeli pakan dengan membayar di tempat peternakan meskipun dengan harga yang lebih mahal karena adanya biaya transportasi namun hal tersebut lebih efisien, sedangkan untuk penjualan telur bisa dilakukan dengan cara menjual telur tersebut dengan harga dipeternakan atau farm get price dan juga bisa dilakukan dengan mengirim telur-telur tersebut menggunakan sepeda motor dan untuk penjualan pullet maupun
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
puyuh afkir bisa menyewa mobil karena penjualan pullet maupun puyuh afkir tidak terjadi setiap hari sehingga biaya investasi yang dikeluarkan akan lebih efektif.
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas pada usahaternak ini adalah analisi sensitivitas terhadap kenaikan harga pakan atau penurunan harga telur. Hal ini didasarkan pada seringnya kenaikan harga pakan ataupun penurunan harga telur yang sangat sulit diramalkan atau diestimasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gittinger (1986) bahwa Analisis sensitivitas adalah suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi pada keadaan yang berubah-ubah. Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga pakan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Sensitivitas usahaternak puyuh terhadap kenaikan harga pakan Kriteria Investasi
Kenaikan Harga Pakan 4%
6%
8%
9%
10 %
149.891.511,6
90.332.642,2
30.773.771.7
994.337,9
(28.785.096,8)
Net B/C
1,27
1,16
1,05
1,00
0,95
Gross B/C
1,03
1,02
1,01
1,00
0,99
IRR
13,65
11,30
8,90
7,55
6,47
PR
1,23
1,14
1,05
1,00
0,96
NPV
Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga pakan dapat dilihat bahwa kenaikan harga pakan sampai dengan 9 % tidak berpengaruh terhadap usahaternak, artinya usaha tersebut masih dikatakan layak untuk dijalankan namun ketika harga pakan naik menjadi 10 % usaha tersebut sudah tidak layak untuk dijalankan karena nilai kriteria investasi menunjukan hasil yang tidak layak yaitu NPV : Rp - 28.785.096,8 per 10 tahun, Net B/C : 0,95, Gross B/C : 0,99, IRR : 6,47 % , dan PR : 0,96. Hal ini sejalan dengan pendapat Gittinger (1986) bahwa apabila nilai akhir dari perhitungan sensitivitas didapatkan nilai negatif maka usaha tersebut tidak dapat menanggulangi kenaikan biaya sebesar nilai inflasi yang terjadi pada saat itu. Adapun analisis sensitivitas terhadap penurunan harga telur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
Tabel 3. Sensitivitas usahaternak puyuh terhadap penurunan harga telur Kriteria Investasi
Penurunan Harga Telur 4%
6%
8%
9%
10 %
152.223.973,0
93.831.334,3
35.438.695,5
6.242.376,2
(22.953.943,2)
Net B/C
1,28
1,17
1,06
1,01
0,96
Gross B/C
1,03
1,02
1,01
1,00
0,99
IRR
13.75
11,43
9.11
7.79
6,68
PR
1,24
1,15
1,06
1,01
0,96
NPV
Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga telur dapat dilihat bahwa penurunan harga telur sampai dengan 9 % tidak berpengaruh terhadap usahaternak, artinya usaha tersebut masih dikatakan layak untuk dijalankan namun ketika harga turun menjadi 10 % usaha tersebut sudah tidak layak untuk dijalankan karena nilai kriteria investasi menunjukan hasil yang tidak layak yaitu NPV : Rp - 22.953.943,2 per 10 tahun, Net B/C : 0,96, Gross B/C : 0,99, IRR : 6,68, PR : 0,96. Hal ini sejalan dengan pendapat Gittinger (1986) bahwa apabila nilai akhir dari perhitungan sensitivitas didapatkan nilai negatif maka usaha tersebut tidak dapat menanggulangi kenaikan biaya sebesar nilai inflasi yang terjadi pada saat itu.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Usahaternak puyuh ini layak untuk dijalankan karena semua nilai kriteria investasi terpenuhi nilai kelayakannya. Nilai kriteria masing-masing adalah Net Present Value sebesar Rp 269.009.250,55 per 10 tahun, Net Benefit and Cost Ratio sebesar 1,50, Gross Benefit and Cost Ratio sebesar 1,05, Internal Rate of Return sebesar 18,34 % dan Profitability Ratio sebesar 1,42. 2. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, (harga pakan naik sampai 9 % atau harga telur turun sampai 9 %) usahaternak puyuh masih layak.
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
Saran Setelah melakukan penelitian terhadap usahaternak puyuh ini dan telah didapatkan kesimpulan, maka penulis menyarankan kepada peternak puyuh tersebut untuk: 1. Mencari pakan pengganti yang relatif lebih murah dengan kandungan nutrisi yang hampir sama atau melakukan substitusi pakan apabila harga pakan mengalami kenaikan harga melebihi 9% karena apabila kenaikan harga pakan mencapai 10% maka usahaternak tersebut sudah tidak layak untuk dijalankan, selain itu agar dapat lebih mengefisienkan pakan yang diberikan sesuai kebutuhan puyuh apabila terjadi penurunan harga telur melebihi 9 %. 2. Peternak harus lebih memperhitungkan kembali apabila akan mengeluarkan modal untuk investasi, agar investasi yang dikeluarkan lebih efektif. Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna namun penulis telah berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik, oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian lanjut diantaranya mengukur efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis usahaternak puyuh.
UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof.Dr.Ir. Dadi Suryadi, MS. selaku pembimbing utama dan Dr.Ir. Linda Herlina, M.P. selaku pembimbing anggota yang telah banyak membantu dan memberikan masukan, solusi dan saran-saran. Terima kasih kepada Ir. Sri Rahayu, MS, Ir. Nugraha Setiawan dan Dr. Ir. Hj. Siti Wahyuni HS., MS. selaku dosen pembahas yang berkenan memberikan masukan dan saran yang membangun untuk penulis, serta seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran atas segala perhatian dan bantuan selama menempuh pendidikan disini.
DAFTAR PUSTAKA Anugrah Iwan Setiajie, Ikin Sadikin, dan Wahyuning K. Sejati. 2009. Kebijakan Kelembagaan Usaha Unggas Tradisional Sebagai Sumber Ekonomi Rumah Tangga Perdesaan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 7 No. 3, p 249-267 Bank
Indonesia. 2014. Bank Indonesia Rate 11 September 2014. http//www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data/default.aspx. (diakses pada tanggal 15 September 2014 pukul 09.25 WIB).
Boediono. 1998, Ekonomi Mikro. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.
Tingkat Sensitivitas Usahaternak Puyuh........................................................................................Kasadi
Boediono. 1982. Ekonomi Mikro. Seri Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No 1. BPFEYogyakarta. Yogyakarta. Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press, Jakarta. Gray, C. Simanjutak, P. K. Sabur, L. P. F. L. Maspaitella. R. C. G. Varley. 2005. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Kedua. PT Grmedia Pustaka Umum. Jakarta. Husnan, S. dan S, Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta. Lihan, I dan Yogi. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Poliyama. Jakarta. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Jakarta : LPFEUI. Kadarsan,W.H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis, PT. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta. Listiyowati, E dan Roospitasari, K. 2001. Puyuh Tatalaksana Budidaya Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Panekenan Jusuf O., J. C. Loing, B. Rorimpandey dan P. O.Vwaleleng. 2013. Analisis Keuntungan Usaha Beternak Puyuh Di Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), Vol.32 No. 5, p 1 – 10. Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel (untuk penelitian sosial ekonomi). UNPAD Press. Bandung. Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta. Soekartawi, A. Soehardjo, J. L, Dillon dan J.B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Pengembangan Petani Kecil. UI Press, Jakarta. Sukirno, S. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi ketiga. Rajawali Press. Jakarta. Sukirno, S. 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi ketiga. Rajawali Press. Jakarta. Tandelilim, E. 2010. Portofolio dan Investasi. Kanisius: Yogyakarta. Wuryadi, S. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Puyuh. Penerbit Agro Media. Jakarta. Wuryadi, S. 2013. Beternak Puyuh. Penerbit Agro Media. Jakarta.