TINGKAT PENERIMAAN MEDIA SITUS WEB BURUNG PUYUH PADA MAHASISWA ( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )
SKRIPSI BUDIARDJO WALUYO
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN BUDIARDJO WALUYO. D34101051. 2006. Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh pada Mahasiswa ( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab. Bogor ). Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS Pembimbing Anggota : Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi Peternakan unggas khususnya burung puyuh merupakan salah satu usaha peternakan yang potensial untuk dikembangkan. Meskipun demikian, dalam perkembanganya di Indonesia, puyuh seolah-olah kurang diperhatikan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian sebagai instansi yang membentuk penyuluh andal berperan dalam menyampaikan informasi tentang beternak burung puyuh. Salah satu media yang dapat diakses dengan cepat adalah situs web di internet. Hingga saat penelitian ini dibuat belum terdapat situs web yang membahas khusus tentang ternak burung puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah situs web tentang ternak burung puyuh, mengetahui karakteristik individu mahasiswa STPP, mengetahui tingkat penerimaan terhadap situs web burung puyuh, mengetahui ketepatan media situs web burung puyuh, dan hubungan karakteristik individu, sifat inovasi terhadap tingkat penerimaan. Prototipe situs web burung puyuh dibuat dengan menggunakan program PHP (Hypertext Preprocessor). Pengambilan data menggunakan kuisioner dilaksanakan pada bulan Juli 2005. Sampel diambil sebanyak 40 orang mahasiswa STPP dari populasi 213 orang. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Peternakan di Cinagara Kab. Bogor. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden mempunyai selang umur 18-25 tahun. Mayoritas responden membelanjakan uang sakunya untuk keperluan mencari informasi sebesar ≤ Rp. 50.000 tiap bulan, dan besaran uang saku antara Rp 150.000-Rp. 350.000 per bulan. Frekuensi browsing internet kurang dari empat kali tiap bulan, dan 65% jarang berperan aktif dalam organisasi dan kemasyarakatan. Tingkat penerimaan mahasiswa terhadap media situs web burung puyuh berada pada taraf sadar. Mayoritas responden sebanyak 87,5% menyatakan bahwa media situs web burung puyuh sudah sesuai bagi mahasiswa STPP. Semakin tinggi keaktifan dalam berorganisasi maka semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap percobaan. Semakin tinggi sifat keuntungan relatif dari inovasi, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap penilaian dan percobaan. Semakin rendah sifat kerumitan dari inovasi, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap percobaan dan penerimaan. Semakin mudah untuk dicoba, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap minat, tahap percobaan, dan tahap penerimaan. Semakin mudah diamati, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap minat dan tahap percobaan.
Kata-kata kunci : tingkat penerimaan, burung puyuh, situs web
ABSTRACT Japanese Quail Website Adoption at Student (Case study at STPP Cinagara Bogor Regency) Waluyo, B., R. Pambudy, W.B. Priatna Japanese quail (Coturnix coturnix japonica) farm has a lot of potencies, but many farmers choose broiler as their farm than quail farm. The STPP student has a role to inform about quail farm to the farmers. One of the medias that can provide the information on line is by using website, but in this time there is no website about japanese quail farm. This research aims were to made a quail website and to study the individual characteristics, the adoption, the media fidelity of quail website, and the correlation between the adoption stages of the STPP student. The result shows that a leadership characteristic and trial stage have a correlation with Spearman coefficient 0.316. The innovation attributes such as relative advantage, complexity, trialability, and observability have a correlation with adoption. Each of those innovation attributes has their own correlation coefficient and numerous stage number as follow: the relative advantage with trial stage has a coefficient 0.342, and with evaluation stage 0.353, The complexity with trial stage has a coefficient 0.351, and with adoption stage 0.417, The trialability with trial stage has a coefficient 0.371, with adoption stage 0.493, and with interest stage 0.543, The observability with trial stage has a coefficient 0.314, and with interest stage 0.471. The quail website appropriate for the students. The student adoption of quail website at awareness stage. Key word : adoption stage, japanese quail, website
Definisi Istilah 1. Karakteristik individu adalah sifat yang melekat dalam diri individu yang mencakup
umur,
jenis
kelamin,
uang
saku,
pendidikan,
gaya
hidup
(kekosmopolitan) dan kepribadian (sikap kepemimpinan). 2. Umur adalah usia responden yang dihitung dari sejak tahun kelahiran sampai dengan waktu terdekat pada saat penelitian dilaksanakan 3. Uang saku adalah jumlah uang yang diterima responden per bulan baik dari orang tua maupun sumber lain, dihitung dalam rupiah 4. Pendidikan dibedakan antara mahasiswa yang mengambil mata kuliah 2 sks, 3 sks, dan tidak mengambil mata kuliah aplikasi komputer. 5. Kekosmopolitan adalah frekuensi berhubungan dengan sumber informasi media internet tiap bulan. 6. Sikap kepemimpinan adalah keaktifan responden dalam peranannya terhadap oraganisasi dan kemasyarakatan. 7. Adopsi adalah penerapan atau penggunaan ide-ide baru, setelah diperkenalkan suatu inovasi. 8. Tingkat Penerimaan, proses adopsi antara lain: •
Tahap kesadaran, yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide baru namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut.
•
Tahap minat, yaitu mengembangkan minat terhadap inovasi dan berusaha mencari informasi lebih lanjut tentang inovasi tersebut.
•
Tahap penilaian, yaitu individu menilai inovasi itu secara mental.
•
Tahap percobaan, yaitu individu mencoba inovasi dalam skala kecil.
•
Tahap adopsi, yaitu individu menggunakan inovasi terus-menerus dan dalam skala besar 9. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang 10. Sifat Inovasi, antara lain •
tingkat keuntungan relatif, keuntungan yang didapat dibanding dengan cara sebelumnya
•
tingkat kesesuaian, kesesuaian dengan ideologi, kepercayaan dan sikap hidup
•
tingkat kerumitan, tingkat kerumitan dalam menerapkan inovasi
•
tingkat kemudahan untuk dicoba
•
tingkat kemudahan untuk diamati.
11. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya 12. Internet adalah suatu jaringan komunikasi global yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan komunikasi di manapun di seluruh penjuru dunia secara cepat dalam berbagai bentuk pesan multimedia yang terdiri dari teks, grafik, audio dan video. 13. Website adalah hal yang mengacu pada sebuah komputer yang dikaitkan ke internet yang berisi hypermedia yang dapat diakses dari komputer lain melalui suatu hypertext link
TINGKAT PENERIMAAN MEDIA SITUS WEB BURUNG PUYUH PADA MAHASISWA ( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )
BUDIARDJO WALUYO
D34101051
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
TINGKAT PENERIMAAN MEDIA SITUS WEB BURUNG PUYUH PADA MAHASISWA ( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )
Oleh BUDIARDJO WALUYO D34101051
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 21 Desember 2005
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS
Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah
SWT, karena atas ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh pada Mahasiswa ( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan Di Cinagara Kab. Bogor )”. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Gelar kesarjanaan bukanlah segala-galanya, yang lebih penting adalah prestasi di Universitas kehidupan, karena disini prestasi sebagai seorang manusia dinilai dan diukur. Penulis menyadari akan segala kekurangan dan kekhilafan yang mungkin terjadi karena terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang penulis miliki. Namun penulis berusaha semaksimal mungkin agar maksud, tujuan, dan hasil penelitian ini dapat dipahami. Besar harapan agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Kepada semua pihak yang berkenan memberikan kritik, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan ini, penulis sampaikan terima kasih.
Bogor, Januari 2006
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1983 di Cirebon. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alex Waluyo, B.A.E. dan Ibu Karlina. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDI Al-Azhar Cirebon. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTPN 1 Cirebon dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 2 Cirebon. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN pada tahun 2001. Selama mengikuti Pendidikan, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan, UKM Musik Agriculture Expression, dan Radio komunitas Agri FM. Selain itu penulis menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Pembangunan Masyarakat Desa dan Kewirausahaan dan Bisnis Kecil. Pada tahun 2005 penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul “Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh pada Mahasiswa (Kasus pada mahasiswa STPP Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab. Bogor)” sebagai syarat mendapat gelar Sarjana Peternakan.
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ..………………………………………………………………...
i
ABSTRACT ………….…………………………………………………...........
ii
RIWAYAT HIDUP…. …………………………………………………………
iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
x
PENDAHULUAN .............................................................................................
1
Latar Belakang………………………………………………………… Perumusan Masalah…………………………………………………… Tujuan Penelitian………………………………………………………
1 2 3
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................
6
Ternak Burung Puyuh………………………………………………… Karakteristik Individu………………………………………………… Inovasi ……………………………………………………………….. Media Komunikasi .............................................................................. Adopsi Inovasi ……………………………………………………….. Sistem Informasi………………………………………………………
6 13 13 14 15 16
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel…………………………………………………. Lokasi dan Waktu. …………………………………………………… Jenis dan Sumber Data………………………………………………... Metode Pengumpulan Data……………………………………………. Reliabilitas ….………………………………………………………… Metode Analisis Data………………………………………………… Definisi Istilah………………………………………………………… KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................…………………..
19 19 19 20 20 21 22 24
vii
HASIL DAN PEMBAHASAN ...…………………………………………….
29
Deskripsi Karakteristik Responden ....................................................... Karakteristik Media Situs Web Burung Puyuh ………………………. Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh ……………….. Sifat-sifat Inovasi Media Situs Web Burung Puyuh yang Berhubungan dengan Tingkat Penerimaan …………………………………………… Ketepatan Media Situs Web Burung Puyuh …………………………... Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Penerimaan Situs Web Burung Puyuh ................................................................................. Hubungan Antara Sifat-sifat Inovasi dengan Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh ............................................................
29 31 34
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................
44
Kesimpulan ............................................................................................. Saran .......................................................................................................
44 45
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
47
LAMPIRAN.......................................................................................................
49
37 39 40 42
viii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran………………………………………
5
2. Rantai Pemasaran Komoditi Ternak Burung Puyuh……………..
12
2. Model Sistem Informasi………………………………………….
17
3. Tampilan home Situs Burung Puyuh ……………………………
32
4. Sitemap Situs Web Burung Puyuh ................................................
36
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Populasi dan Sampel ……………………………………………..
19
2. Distribusi Karakteristik Mahasiswa STPP Cinagara …………….
29
3. Karakteristik Media Situs Web Burung Puyuh ………………….
33
4. Rataan Skor Tingkat Penerimaan Media .......................................
34
5. Rataan Skor Terhadap Sifat Inovasi ……………………………..
37
6. Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Tingkat Penerimaan...
40
7. Hubungan Sifat Inovasi Dengan Tingkat Penerimaan ...................
42
x
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Lokasi Penelitian...................……………………………………..
49
2. Layout Situs Web Burung Puyuh....................................................
50
3. Script Login Php ………………………………………………….
51
4. Script Logout Php …………………………………………………
52
5. Script Halaman Depan Bagian Isi Php ……………………………
53
6. Tabel Sifat Inovasi Keuntungan Relatif …………………………..
54
7. Tabel Sifat Inovasi Kompleksitas ...................................................
55
8. Tabel Sifat Inovasi Kompatabilitas ……………………………….
56
9. Tabel Sifat Inovasi Trialabilitas …………………………………..
57
10. Tabel Sifat Inovasi Observabilitas ..................................................
58
xi
PENDAHULUAN Latar Belakang Burung puyuh adalah salah satu komoditi ternak yang cukup berpotensi dan belum banyak diminati untuk dibudidaya. Pola konsumsi masyarakat terhadap telur semakin beragam, untuk masakan tertentu masyarakat lebih memilih telur puyuh dibanding telur ayam. Hal ini dikarenakan antara lain bentuk dan volumenya yang lebih kecil akan membuat masakan lebih sedap dipandang. Peluang tersebut kurang dapat dimanfaatkan para pelaku usaha peternakan. Keunggulan beternak burung puyuh dibandingkan ayam antara lain, seekor ayam, baik ras maupun buras, membutuhkan waktu tidak kurang dari enam bulan untuk mulai betelur, sedangkan puyuh berumur 41 hari sudah mulai betelur. Produksi puyuh mencapai 300 butir telur per tahun, jauh lebih tinggi dibanding dengan ayam buras yang hanya 150 butir per tahunnya. Seekor ayam, baik ayam ras maupun buras, dengan berat lebih kurang 2 kg menghasilkan telur seberat 60-80 gram (hanya 4% dari berat badannya), sedangkan puyuh mampu menghasilkan telur seberat 10 gram (hampir 7% dari berat badannya). Harga telur ayam ras per kilogram lebih rendah dibandingkan dengan telur puyuh, sedangkan harga telur ayam buras hampir setara (Abidin, 2002). Beternak burung puyuh menjadi sangat relevan bagi peternak bermodal kecil. Modal usaha yang kecil dan tingginya hasil produksi mengindikasikan keuntungan yang menggiurkan. Meskipun demikian, dalam perkembangannya di Indonesia puyuh seolah-olah kurang diperhatikan. Para peternak cenderung memelihara ayam dibanding puyuh. Media informasi khusus yang membahas tentang peternakan burung puyuh sangat diperlukan dalam kasus yang seperti ini. Arus informasi yang cepat dan akurat menjadi salah satu hal utama dalam mengembangkan usaha peternakan. Situasi usaha peternakan di Indonesia saat ini banyak mengarah ke agribisnis, karena kemajuan usaha peternakan akan berjalan baik jika seiring dengan manajemen dan bisnis yang baik. Cepatnya laju informasi tentang berbagai peluang dan kondisi bisnis, maka diperlukan media yang dapat menyajikan informasi yang lengkap dan dapat diakses dengan cepat dari manapun. Perkembangan media internet di Indonesia menjadi satu poin penting dalam penyebaran arus informasi. Hal ini sangat menguntungkan baik bagi pengguna
internet yang mencari informasi ataupun organisasi dan industri yang ingin mengembangkan bisnisnya. Pembangunan peternakan secara mendasar melibatkan perbaikan atau peningkatan aspek utama, yaitu teknologi, sumber daya, dan kelembagaan. Para pelaku usaha peternakan melihat internet sebagai suatu peluang untuk menjembatani kebutuhan informasi mengenai segala aspek yang berhubungan dengan usaha peternakan. Tersedianya suatu situs yang mengulas tentang masalah ternak burung puyuh, maka pengusaha yang hendak terjun ke dalam bidang ini dapat dengan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan. . Berdasar uraian di atas, penelitian ini membuat situs web yang memuat informasi tentang burung puyuh, dan mengkaji seberapa jauh tingkat penerimaan para mahasiswa
khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
(STPP) terhadap informasi ternak burung puyuh bermedia situs web. Perumusan Masalah Pengambilan suatu keputusan diperlukan informasi yang bersifat akurat, aktual serta dapat dipercaya kebenarannya. Sistem informasi berbasis web sebagai salah satu sarana penunjang pengambilan keputusan dan sebagai referensi dalam memberikan data dan informasi. Perancangan sistem informasi yang didalamnya terdapat banyak data dan informasi memerlukan proses pemasukan data terlebih dahulu. Data dan informasi dapat dikemas menggunakan software berupa web yang dapat diakses melalui jaringan internet dari seluruh penjuru dunia dengan biaya yang semakin murah. Data yang telah ditransformasi menjadi informasi dapat ditampilkan dengan tampilan website yang menarik. Mahasiswa STPP sebagai generasi penerus harus dapat mengikuti perkembangan arus informasi yang cepat. Tingkat penerimaan mahasiswa pada sebuah hal yang relatif baru berbeda-beda. Terdapat berbagai hal yang mempengaruhi perbedaan tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi. Salah satunya adalah karakteristik internal dari individu para mahasiswa dan sifat-sifat dari inovasi itu sendiri.
2
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan berikut: 1. Bagaimana
karakteristik
individu
mahasiswa
STPP
khususnya
jurusan
peternakan? 2. Bagaimana tingkat penerimaan mahasiswa STPP terhadap prototipe media informasi situs web burung puyuh? 3. Dapatkah prototipe situs web burung puyuh diterapkan sebagai media informasi untuk mahasiswa STPP? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu, sifat inovasi situs web burung puyuh, dan tingkat penerimaannya? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakteristik individu dari mahasiswa STPP khususnya jurusan Peternakan. 2. Mengetahui tingkat penerimaan mahasiswa STPP terhadap prototipe media informasi situs web burung puyuh. 3. Mengetahui ketepatan penyampaian informasi melalui media situs web di internet untuk mahasiswa STPP. 4. Mengetahui hubungan antara karakteristik individu, sifat inovasi situs web, dan tingkat penerimaan pada mahasiswa STPP.
3
KERANGKA PEMIKIRAN Informasi merupakan sumber daya penting di dalam pertanian modern. Perkembangan komputer dan perbaikan telekomunikasi memberikan peternak kesempatan memperoleh informasi teknis dan ekonomis dengan cepat, serta menggunakannya secara efektif untuk pengambilan keputusan. Petani moderen adalah manajer bisnis yang menanam tanaman dan memelihara ternak dengan cara yang paling menguntungkan. Bertani bukan lagi sekedar untuk hidup, tetapi sebagai usaha untuk memperoleh pendapatan yang baik dengan menggunakan semua kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungan. Jumlah informasi yang dapat dan harus digunakan oleh peternak untuk mengambil keputusan semakin cepat bertambah. Informasi ini digunakan untuk memilih teknologi produksi yang paling menguntungkan, menciptakan kondisi pertumbuhan yang optimal untuk ternak maupun tanamannya, menentukan anggaran pengeluaran dan melihat usaha yang paling menguntungkan, serta memutuskan kapan dan dimana menjual hasilnya. Teknologi informasi modern memungkinkan peternak dengan cepat memperoleh dan menyeleksi informasi yang paling tepat dengan menggunakan model tertentu untuk mengambil keputusan. Komputer telah menjadi sahabat bagi pemakainya. Tidak perlu mengetahui cara membuat programnya, tetapi cukup dengan menjawab pertanyaan yang keluar di layar monitor dengan menekan tombol (Ban dan Hawkins, 1999). Proses adopsi inovasi adalah proses mental dalam diri seseorang melalui pertama kali mendengar tentang suatu inovasi sampai akhirnya mengadopsi (Soekartawi, 1988). Mahasiswa harus dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengadopsi teknologi ”baru”,. Kemampuan mahasiswa akan dapat dikembangkan apabila keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan modal dapat diatasi serta sikap mahasiswa yang statis dapat diubah menjadi dinamis. Kemampuan untuk menentukan sikap menerima (mengadopsi teknologi situs web burung puyuh sebagai media informasi) atau menolaknya, berhubungan dengan karakteristik individu mahasiswa dan sifat inovasi itu sendiri. Karakteristik mahasiswa yang dikaji mencakup (1) umur, (2) pendidikan, (3) uang saku, (4) jenis kelamin, (5) gaya hidup (kekosmopolitan, frekuensi browsing
internet tiap bulan), dan (6) kepribadian (sikap kepemimpinan, berorganisasi) (Kotler, 1980). Sifat-sifat inovasinya, meliputi (1) keuntungan relatif, (2) kesesuaian, (3) kerumitan, (4) kemudahan untuk dicoba, dan (5) kemudahan untuk diamati. Tingkatan penerimaan meliputi, (1) taraf kesadaran, (2) taraf minat, (3) taraf penilaian, (4) taraf percobaan, dan (5) taraf penerimaan (Rogers dan Shoemaker, 1971). Penyuluh seharusnya dapat menguasai teknologi informasi untuk menambah nilai wawasannya. Para mahasiswa STPP yang lulusannya diharapkan dapat menjadi penyuluh yang andal, sudah seharusnya dapat menerapkan teknologi informasi agar dapat memecahkan masalah yang ada di lapangan. Berbagai kendala dalam proses pembelajaran dapat menjadi sebuah hambatan untuk mencari informasi dalam rangka memperluas wawasan. Internet merupakan salah satu media yang dapat digunakan mahasiswa dalam memperluas wawasan. Selama ini belum terdapat situs yang khusus membahas mengenai ternak burung puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prototipe situs burung puyuh ini media yang tepat untuk mahasiswa, khususnya mahasiswa STPP, dan apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan sifat inovasi dan tingkat penerimaan suatu inovasi.
Karkateristik Internal Umur Pendidikan Uang saku Jenis kelamin Kepemimpinan Kekosmopolitan
Sifat Inovasi Situs Web Burung Puyuh Keuntungan relatif Kompatabilitas Kompleksitas Trialabilitas Observabilitas
Tingkat Penerimaan Situs Burung Puyuh Taraf Kesadaran Taraf Minat Taraf Penilaian Taraf Percobaan Taraf Penerimaan
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
5
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Burung Puyuh Deskripsi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Nama lain Coturnix coturnix japonica dikenal dengan sebutan yang bervariasi seperti Common quail, Stubble quail, Pharoah’s quail, Eastern quail, Asiatic quail, Japanese Grey quail, Red Throat quail, Japanese Mirgratory quail, King quail, Japanese King quail atau lebih dikenal dengan sebutan Japanese quail atau puyuh Jepang (Woodard et al., 1973). Puyuh Jepang mempunyai tiga jari kaki menghadap
ke
muka
dan
satu
jari
keempat
menghadap
ke
belakang
(Anggorodi,2002). Listiyowati dan Roospitasari (1995) mengemukakan Coturnix coturnix japonica termasuk famili Phasianidae dan ordo Galiformes. Dibanding dengan puyuh jenis lainnya, jenis ini dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir per ekor selama setahun. Betinanya mulai bertelur pada umur 35 hari. Kelebihan lainnya adalah suaranya yang cukup keras dan agak berirama, karena itu dahulu unggas ini dipelihara sebagai song birds (burung kelangenan). Ciri-ciri unggas ini menurut Listiyowati dan Roospitasari (1995) adalah pada jantan dewasa diidentifikasi dengan bulu-bulu berwarna cinnamon (coklat muda) pada bagian atas kerongkongan dan dada yang merata. Suaranya seperti kastanet yang keras, berbunyi “pick per awick” atau “koturio neex”. Puyuh muda mulai berkicau pada umur 5-6 minggu. Selama puncak kawin normal, maka jantan coturnix akan berkicau setiap malam. Betina dewasa warnanya mirip dengan jantan, kecuali bulu pada kerongkongan dan pada dada bagian atas warna cinnamonnya lebih terang, dihiasi ‘totol-totol’ cokelat tua. Bentuk badannya kebanyakan lebih besar dibanding jantan. Manfaat Pemeliharaan Puyuh Ayam dan itik telah banyak diternakkan, bahkan pemerintah sendiri telah menunjang dan memberikan perhatian yang khusus untuk peternakan ayam. Diperlukan perhatian yang khusus pula agar usaha ternak burung puyuh jadi bisnis yang baik.
Telur puyuh menjadi penghasil utama dari peternakan puyuh. Selain orang mempergunakan untuk obat-obatan tradisionil, juga banyak masakan modern yang mulai mempergunakan telur puyuh. Selain telurnya, daging puyuh masih dapat dikonsumsi sebagai santapan yang lezat (Evitadewi et al., 1992). Abidin (2002) mengemukakan sebuah restoran di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat, menjual daging puyuh goreng seharga Rp 6.000 per ekor dan penjualnya mengatakan bahwa daging puyuh tersebut adalah daging burung punai. Kotoran puyuh tidak keras baunya. Hingga dengan demikian maka setiap harinya bisa diambil dan disimpan untuk dikumpulkan. Kumpulan kotoran itu nantinya bisa dibuat pupuk yang baik untuk tanaman sayuran atau bunga-bungaan. Selain telur, daging dan kotorannya, puyuh dapat digolongkan sebagai tabungan dari pemeliharaannya. Setelah menetaskan dan mempunyai beberapa ribu ekor puyuh yang remaja dan siap bertelur, biasanya bibit-bibit yang siap bertelur ini sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang ingin mulai beternak puyuh. Sewaktu waktu memerlukan uang, maka peternakan ini pun dapat dijadikan jaminan kepada bank untuk mendapatkan pinjaman. Sifat Produksi Burung Puyuh Burung puyuh betina bertelur pertama kali pada umur 35 hari dan produksi akan meningkat pada umur 60 hari dan berfluktuasi pada umur 61 hari sampai 100 hari, meningkat lagi sampai umur 150 hari dan mulai turun pada umur 200 hari (Garrett et al., 1972). Menurut laporan Woodard et al. (1973) umur pertama bertelur dicapai pada umur rata-rata 42 hari dan berproduksi penuh pada umur 50 hari, Tiwari dan Panda (1978) melaporkan bahwa umur pertama kali bertelur pada umur 51 hari dan produksi turun mulai umur 15 minggu sampai 19 minggu. Menurut Woodard et al. (1973) burung puyuh dapat berproduksi selama 2,5 tahun, dengan rataan telur 250 butir dalam satu tahun. Pada awal masuknya puyuh di Indonesia, puyuh dapat mempertahankan tingkat produksi yang tinggi sampai umur 18 bulan. Saat ini pemeliharaan puyuh setelah berumur 12 bulan sudah tidak terlalu menguntungkan lagi karena tingkat produksinya menurun. Diduga hal tersebut karena erosi genetik yang terjadi dalam persilangan (Abidin, 2002)
7
Tata Laksana Pemeliharaan Keberhasilan usaha budidaya burung puyuh bergantung pada perencanan tata laksana peternakan yang baik. Perencanaan tata laksana yang baik menurut Direktorat Budidaya Peternakan (2003) diantaranya adalah: 1. Perkandangan Burung puyuh termasuk jenis burung yang tidak tahan dengan perubahan lingkungan yang sangat berbeda dari waktu ke waktu dan kebisingan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang. a.
Lokasi kandang, dalam menentukan lokasi kandang harus memperhatikan syarat-syarat yang dikehendaki burung puyuh, yakni :
b.
•
Jauh dari kebisingan
•
Tidak lembab
•
Sirkulasi udara cukup baik
•
Terkena sinar matahari
Sistem kandang seperti halnya kandang ayam, kandang untuk burung puyuh juga ada beberapa macam. Sistem perkandangan yang banyak diterapkan adalah sistem litter dan baterai. •
Sistem litter, sistem ini belum banyak dipergunakan oleh para peternak di Indonesia, karena sistem ini lebih cocok untuk dipergunakan sebagai usaha pembibitan dan tujuan pemeliharaan sebagai puyuh pedaging.
•
Sistem baterai, sistem ini lazim dipergunakan di Indonesia karena tujuan pemeliharaan burung puyuh adalah memanfaatkan telurnya. dengan sistem ini akan memudahkan pengambilan telurnya.
•
Kandang dan peralatan kandang burung puyuh, sama seperti jenis unggas lainnya, pada pemeliharaan burung puyuh secara intensif diperlukan kandang dan peralatan kandang yang khusus. Ukuran Iebih sempit atau Iebih kecil, sesuai dengan besarnya burung.
2.
Pemeliharaan Burung Puyuh Periode Starter – Grower. Membesarkan anak burung puyuh dapat dipakai kotak-kotak tertutup dengan bagian mukanya terbuka untuk ventilasi udara dengan ukuran 1 m2 dapat diisi 100 ekor anak
8
burung puyuh yang baru menetas. Persiapan kandang untuk anak burung puyuh hampir sama dengan persiapan kandang untuk anak ayam yaitu: a.
Hamparkan beberapa lembar koran bekas di atas lantai kandang dan setiap hari buang lembaran bagian atas.
b.
Siapkan tempat minuman dan selalu diperhatikan agar air minum tetap tersedia.
c.
Ransum dapat disebarkan di atas koran atau pada piring ceper dan tempat minuman di letakkan jauh dari lampu pemanas.
d.
Tambahkan makanan dan minuman sebanyak yang dibutuhkan.
e.
Berikan alat pemanas dalam kandang dan selalu diamati anak-anak burung puyuh tersebut. Apabila bergerombol di bawah Iampu berarti panasnya kurang dan apabila menjauh keadaannya terlalu panas. Perbaiki situasi tersebut dengan mengganti bola lampu yang dipakai sesuai dengan kebutuhan pemanasan.
3.
Pemeliharaan burung puyuh Layer sama seperti pemeliharaan pada periode Starter/Grower hanya berbeda sedikit dalam bentuk kandang dan dengan kepadatan burung puyuh.
Pemberian Pakan Selama ini persoalan pakan dalam dunia peternakan, termasuk peternakan puyuh menjadi persoalan serius. Hal ini disebabkan biaya pembelian atau pengadaan pakan merupakan biaya terbesar dari usaha peternakan. Menurut Sugiharto (2005) puyuh pada periode pembesaran sebaiknya diberi pakan jadi buatan pabrik. Saran atau anjuran ini berdasarkan kecenderungan bahwa pakan buatan diproduksi dengan baik dan benar, serta bahan dan kandungan gizinya sudah teranalisis dan sesuai dengan kebutuhan gizi anak puyuh. Abidin (2002) mengemukakan puyuh yang berada pada periode DOQ umumnya membutuhkan pakan dengan kualitas tinggi, mencapai 25%. Hal ini disebabkan DOQ belum mampu mengonsumsi pakan dalam jumlah banyak, sedangkan untuk proses pertumbuhannya puyuh membutuhkan zatzat makanan dalam jumlah yang cukup. Puyuh Grower, kadar protein pakan dibutuhkan adalah 20-22% dan puyuh layer membutuhkan pakan dengan kadar protein 18-20%.
9
Penyakit Pada Puyuh Beberapa kesalahan pengelolaan dapat menjadi faktor yang mempermudah berjangkitnya penyakit. Kekurangan makanan dan atau minuman, ketidakteraturan pemberiannya, ketidak tepatan suhu pemanas dan keadaan yang terlalu penuh sesak, dapat merangsang burung-burung puyuh menjadi lebih peka terhadap penyakit. Beberapa penyakit yang cukup sering menyerang burung puyuh menurut Direktorat Budidaya Peternakan (2003) antara lain: a. Ulcerative enteritis, disebabkan oleh bakteria terdapat di saluran pencernaan. •
Biasanya terjadi pada burung puyuh yang dipelihara dengan sistem litter atau kandang beralaskan tanah.
•
Puncak kematian oleh penyakit Ulcerative enteritis biasanya terjadi dalam 5 s.d. 14 hari apabila tidak cepat-cepat diobati.
•
Penularan biasanya terjadi karena burung puyuh mematuk-matuk kotoran (feces) burung puyuh yang sakit.
•
Burung-burung puyuh biasanya menjadi kotor terutama di sekitar duburnya karena burung puyuh tersebut mencret (diarhea).
•
Usus burung puyuh yang mati karena penyakit ini, dapat dijumpai atau dilihat borok-borok pada permukaan usus bagian dalam.
•
Mengobati penyakit ini, dapat dipakai antibiotika dengan dosis rendah, tergantung dari anjuran pemakaian oleh pabrik pembuatnya.
b. Coccidiosis, disebabkan parasit bersel tunggal yang disebut coccidia. Gejalagejala klinis yang depat diamati ketika terjangkitnya penyakit ini antara lain sebagai berikut •
Tidak ada nafsu makan sekali
•
Kaki burung puyuh yang menderita menjadi lemah
•
Keadaanya pucat dan dapat dilihat pada muka burung puyuh yang menderita. Penyakit ini lebih sering menulari burung puyuh yang berumur 2 - 6 minggu,
dan penularan penyakit ini dianggap sebagai kesalahan pengelolaan. Dicegah atau diobati dengan berbagai macam merk coccidiostat. c. Capillary worms, (capillaria spp), sering pula disebut cacing tembolok (crop worms), atau cacing benang (thread worms). Cacing ini menyebabkan penebalan dinding tembolok. Burung puyuh yang menderita kelihatannya seperti kelaparan
10
dan pada akhirnya akan menderita kesulitan bernafas. Hingga saat ini belum diketahui obat cacing yang efektif untuk menanggulanginya. Oleh sebab itu, pemeliharaan burung puyuh pada kandang dengan alas kawat, sangat berguna untuk menghindari infeksi cacing tersebut. d. Brooder pneumonia, atau radang paru-paru. Faktor-faktor penyebabnya yang paling umum ialah suhu pemanas yang tidak tepat dan keadaan yang terlalu penuh sesak. Oleh sebab itu, suhu pemanas perlu diamati dengan seksama terutama selama minggu pertama. Menurut Sugiharto (2005), penyakit yang sering menyerang puyuh, antara lain : a. Snot atau infection coryza, penyakit pada pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh bakteri. Cara penularan penyakit ini adalah dengan kontak langsung antara ternak yang sakit. Penyakit snot terutama terjadi karena stres akibat pergantian musim, lingkungan kandang yang kurang sehat, dan karena pergantian pakan. b. Fowl cholera atau kolera unggas, penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang mudah menular. Penyakit kolera bisa menular melalui air atau cairan yang keluar dari hidung atau mulut dan kotoran puyuh yang sakit. Media penularan yang sering terjadi melalui air minum, kontak dengan puyuh yang sakit, dan peralatan peternakan. c. Pullorum atau disebut juga dengan berak kapur, atau salmonelosis, disebabkan oleh kuman. Pullorum menyerang terutama pada masa produksi. Cara penularan dapat melalui telur tetas yang kuning telurnya terinfeksi kuman ini melalui induknya. d. Cacingan, sebaiknya puyuh diberikan obat cacing secara rutin setiap 2-3 bulan sekali. Pada dasarnya hanya ada tiga langkah yang perlu dilakukan secara disiplin untuk mencegah serangan aneka penyakit yang berpotensi menyerang puyuh di suatu peternakan, yaitu menjaga sanitasi kandang, melakukan vaksinasi, dan mengadakan isolasi. Ketiganya harus dilakukan secara bersama-sama karena setiap langkah akan berdampak optimal jika ditunjang oleh dua langkah lainnya. Kombinasi ketiga
11
langkah tersebut akan memberikan kenyamanan yang optimal bagi kebutuhan hidup puyuh, sehingga puyuh dapat berproduksi secara optimal pula (Abidin, 2002). Memasarkan Produk Usaha peternakan puyuh umumnya menghasilkan telur tetas, telur konsumsi, bibit puyuh, dan puyuh afkir. Telur puyuh termasuk komoditas yang dibutuhkan masyarakat, sehingga pemasarannya tidak terlalu sulit. Memperpanjang daya simpan telur serta menjaga kesegaran dan mutu isi telur konsumsi diperlukan penanganan yang tepat. Salah satu tekniknya adalah pengawetan. Pada prinsipnya proses pengawetan adalah menutup pori-pori kulit telur agar tidak dimasuki mikroba, serta mencegah air dan gas keluar dari dalam telur. Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2002) terdapat beberapa cara pengawetan diantaranya dengan penggunaan panas, suhu rendah, dan dengan bahan pengawet seperti melapisi kulit telur dengan pembungkus kering (dry packing), perendaman, dan cara lainnya. Pemasaran yang baik salah satunya berupa mempertahankan pelanggan tetap membeli telur puyuh yang dihasilkan. Upaya mempertahankan pelanggan harus terus dilakukan mengingat puyuh bertelur setiap hari. Cara memasarkan telur puyuh bisa dilakukan melalui beberapa rantai pemasaran. Pengusaha atau peternak dapat memilih rantai pemasaran ini dengan tetap memegang prinsip telur harus habis terjual atau telur tidak tersimpan terlalu lama. Berikut merupakan contoh rantai pemasaran yang dapat dipilih oleh peternak menurut Sugiharto (2005). 1 Peternak 2 Peternak
3 Peternak
Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengecer
Pedagang Pengecer Hotel Restoran Katering Warung Makan
4 Peternak
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Gambar 2. Rantai Pemasaran Komoditi Ternak Burung Puyuh
12
Karakteristik Individu Karakteristik individu dapat diklasifikasikan ke dalam karakteristik demografi dan karakteristik psikografi. Karakteristik demografi mencakup umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan tingkat sosial, sedangkan karakteristik psikografi meliputi gaya hidup dan kepribadian (Kotler, 1980). Karakteristik mahasiswa sebagai individu perlu diperhatikan untuk melihat apakah faktor-faktor ini berhubungan dengan tingkat penerimaan inovasi yang akan diperkenalkan. Inovasi Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Kebaruan suatu inovasi diukur secara subjektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Setiap ide atau gagasan pernah menjadi inovasi. Setiap inovasi pasti berubah seiring dengan berlakunya waktu. Tidak semua inovasi harus disebarluaskan dan diadopsi. Inovasi yang tidak cocok bagi seseorang atau masyarakat bisa mendatangkan bahaya dan tidak ekonomis. Pengertian ”baru” disini mengandung makna bukan sekedar baru diketahui oleh pikiran (cognitif), tetapi ”baru” karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat. Pengertian dalam arti sikap (attitude), baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan atau diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat. Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku atau gerakan-gerakan menuju proses pembaharuan didalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Mardikanto (1996), menjelaskan lebih luas pengertian inovasi sebagai suatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui atau diterima/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat dalam lokalitas tertentu. Dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikanperbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Teknologi Sebagai Suatu Inovasi Thompson (1967) mendefinisikan teknologi sebagai suatu pola tindakan instrumental yang ditujukan untuk mengurangi aspek ketidakpastian dalam hubungan
13
sebab akibat yang dirancang untuk mencapai suatu hasil tertentu. Ketidakpastian ini berkaitan dengan adanya beberapa akternatif yang mungkin timbul dalam hal hasil yang dapat diperoleh. Feibleman 1983 (dalam Andin, 1996) menyatakan bahwa teknologi memiliki suatu ideal tersendiri. Ideal itu berkaitan dengan kesesuaiannya dengan tujuan dan nilai ekonomi adanya teknologi tersebut, efisiensi menjadi kriteria utama penciptaan teknologi. Selanjutnya Feibleman menyatakan bahwa mengingat perancang atau pemikir teknologi dibatasi dengan sumberdaya yang tersedia, maka ia terkendala dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar dalam hal ini adalah lingkungan yang masih berada dalam jangkauan masyarakat, dengan pengetahuan dan kemampuan masyarakat yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan pendapat Rogers (1983) menyatakan bahwa secara umum suatu teknologi mempunyai dua komponen utama yaitu (1) komponen perangkat keras hardware, yang merupakan perangkat yang menunjuk teknologi dalam wujudnya sebagai materi atau alat tertentu, dan (2) komponen perangkat lunak sofware, yang merupakan informasi atau penjelasan terhadap teknologi yang bersangkutan. Media Komunikasi Media komunikasi menurut Canggara (2002) digolongkan atas empat macam yaitu: (a) media antar pribadi, yaitu media komunikasi secara langsung antar pribadi (petani) yang satu dengan yang pribadi lainnya secara tidak resmi atau sering disebut atau percakapan langsung, pembicaraan dari mulut kemulut (getok tular), (b) media kelompok, yaitu komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok yang biasanya melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, misalnya rapat, pertemuan, belajar bersama dan lain-lain, (c) media publik, yaitu aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak lebih dari 200 orang, (d) media massa, yaitu jika khalayak tersebar tanpa diketahui dimana mereka berada. Media massa adalah alat yang dipergunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti, surat kabar, radio, televisi, dan internet. Dalam penyebaran informasi pertanian media massa merupakan metode penyuluhan yang mempunyai jangkauan yang sangat luas, serta sasarannya pun
14
sangat heterogen. Media komunikasi (hidup dan media mati) memegang peranan penting dalam proses itu karena melalui media itu ide-ide baru muncul dari sumber kepada anggota masyarakat. Adopsi Inovasi Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan
karena
pengambilan
proses
keputusan,
adopsi
dimana
inovasi dalam
sebenarnya
proses
ini
menyangkut banyak
faktor
proses yang
mempengaruhinya (Soekartawi, 1988). Definisi tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan proses adopsi inovasi menurut Rogers dan Shomaker (1971) adalah proses mental sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil
keputusan
untuk
menerima
atau
menolaknya
kemudian
mengukuhkannya. Terdapat beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan dalam proses adopsi inovasi, yaitu : (a) adanya sikap mental untuk melakukan adopsi inovasi, dan (b) adanya konfirmasi dari keputusan yang telah diambil. Mardikanto (1996) mengartikan adopsi sebagai proses perubahan perilaku, baik berupa pengetahuan (cognitive), sikap (attitude), maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang yang telah menerima inovasi yang disampaikan oleh penyuluh. Proses Adopsi Inovasi Definisi adopsi menurut Mardikanto (1982) adalah penerapan atau penggunaan suatu ide, alat-alat atau teknologi ”baru” yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Orang yang menerima atau melakukan proses adopsi disebut adopter. Proses adopsi inovasi adalah proses mental dalam diri seseorang melalui pertama kali mendengar suatu inovasi sampai akhirnya mengadopsi (Soekartawi, 1971). Rejeki dan Herawati (1999) mengatakan apabila individu telah mengadopsi berarti ia mulai menggunakan dan menerapkan inovasi. Individu harus memilih suatu alternatif baru untuk menggantikan sesuatu yang telah ada dan dilakukannya sebagai kebiasaan. Kebaruan alternatif merupakan aspek khusus dalam pengambilan keputusan inovasi.
15
Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), tahapan proses adopsi adalah sebagai berikut : (1) Tahap kesadaran, yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide baru namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut. (2) Tahap minat, yaitu mengembangkan minat terhadap inovasi dan berusaha mencari informasi lebih lanjut tentang inovasi tersebut. (3) Tahap penilaian, yaitu individu menilai inovasi itu secara mental. (4) Tahap percobaan, yaitu individu mencoba inovasi dalam skala kecil. (5) Tahap penerimaan, yaitu individu menggunakan inovasi terus-menerus dan dalam skala besar. Sistem Informasi Internet Internet merupakan jaringan terbuka yang dapat menerima siapapun yang akan membuat koneksi dengan internet, baik pemerintahan, perorangan, maupun dunia usaha, karena internet tidak mengenal batas wilayah dan negara. Internet asal katanya ialah “Internetworking”, merupakan gambaran dari jaringan komputer yang terhubung satu sama lain dan berbicara dengan bahasa yang sama yaitu TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) (Tanenbaum, 1996). TCP/IP sendiri merupakan suatu protokol jaringan yang mampu menangani interkoneksi jaringan yang heterogen, sehingga memungkinkan komputer dari arsitektur yang berbeda bekerjasama dan berkomunikasi satu sama lain. Rekayasa Web Menurut Pressman (2001) sistem berbasis web dan aplikasi web mengirimkan sebuah array yang kompleks yang berupa paket isi (content) dan fungsionalitasnya dengan luas kepada end-user. Karakteristik yang perlu diperhatikan dari aplikasi web adalah: 1. Kesiapan (immediacy). Aplikasi berbasis web memiliki kesiapan yang tidak ditemukan pada tipe perangkat lunak lain. Dalam arti bahwa waktu yang diperlukan untuk memasarkan situs web dengan lengkap dapat dilakukan dalam satuan hari atau bahkan minggu. Pengembang harus menggunakan metodemetode untuk perencanaan, analisis, desain, implementasi, dan uji coba yang
16
telah diadaptasikan untuk disesuaikan dengan jadwal kerja yang diperlukan untuk pengembangan aplikasi web. 2. Keamanan (security). Karena aplikasi web tersedia pada suatu jaringan yang mudah diakses, maka akan sulit untuk membatasi populasi end-user yang mungkin mengakses aplikasi tersebut. Untuk menjaga informasi yang sensitif dan untuk menyediakan cara yang aman untuk mentransmisikan data, maka perlu diterapkan suatu sistem keamanan yang kuat secara menyeluruh pada infrastruktur yang akan mendukung suatu aplikasi web dan dalam aplikasi itu sendiri. 3. Estetika (aesthetic). Bagian yang tak terbantahkan dari daya tarik suatu aplikasi web adalah pada rasa dan tampilannya. Ketika suatu aplikasi telah didesain untuk memasarkan suatu produk atau ide-ide, estetika dari aplikasi web menjadi tingkat kesuksesan yang sama dengan desain tekniknya. Konsep Sistem Informasi Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi mencapai suatu tujuan tertentu (Jogiyanto,1995). Sistem informasi merupakan interaksi terpadu antar komponen sumber daya manusia, perangkat lunak, perangkat keras, dan data yang didesain untuk mendukung aktivitas mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, penyimpanan data, penyebaran informasi, serta kontrol terhadap keseluruhan aktivitas tersebut (O’Brien, 1996).
Kontrol kinerja sistem
Data
Proses
Informasi
Repositori Data
Gambar 3. Model Sistem Informasi Sumber : O’Brien, 1996
17
Jika suatu sistem informasi menggunakan mesin pengolah (processing hardware) yang berbasis komputer, maka sistem informasi tersebut disebut Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Meluasnya penggunaan komputer dan berkembangnya teknologi informasi, sistem informasi dari suatu badan usaha tidak akan terlepas dari masalah komputerisasi yang dilakukan oleh badan usaha tersebut. Kompleksitas dan keandalan perangkat (hardware dan software), dan sumberdaya manusia yang mengelola komputer, sangat berpengaruh terhadap kualitas informasi yang dihasilkan.
18
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penentuan sampel dilakukan secara sampel acak berlapis yaitu sampel yang elemen-elemennya dipilih secara acak dengan populasi yang distratifikasi. Sampel diambil kriteria mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian jurusan Peternakan tingkat satu hingga tingkat tiga sebanyak 40 orang dari populasi 213 orang. Pemilihan kriteria tersebut dengan pertimbangan sudah mendapat mata kuliah dasar tentang peternakan dan media penyuluhan, dan masih aktif mengikuti perkuliahan. Mahasiswa tingkat I dari populasi 76 orang diambil 14 orang sampel, mahasiswa tingkat II dari populasi 71 orang diambil 13 orang sampel, dan mahasiswa tingkat III dari populasi 66 orang diambil 13 orang. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi dan Sampel Kategori
Populasi
Sampel
Persentase
Mahasiswa tingkat I
76
14
35
Mahasiswa tingkat II
71
13
32,5
Mahasiswa tingkat III
66
13
32,5
Jumlah
213
40
100
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Cinagara, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa STPP Jurusan
Penyuluhan Peternakan terletak di Cinagara Kabupaten Bogor.
Penelitian ini membutuhkan waktu selama kurang lebih 24 hari, dimulai 4 Juli sampai dengan 28 Juli 2005. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara kepada
mahasiswa dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun dan dipersiapkan. Data primer dalam penelitian ini adalah tentang karakteristik responden, sifat inovasi dan tingkat penerimaan terhadap inovasi media informasi situs web burung puyuh. Data sekunder merupakan data penunjang dan pelengkap yang menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi STPP. Metode Pengumpulan Data Instrumen
untuk
keperluan
pengumpulan
data
berupa
kuesioner.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara wawancara langsung. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik individu, situs web burung puyuh, dan penerimaan media situs web yang harus dijawab oleh responden dalam penelitian ini. Teknik Pemberian Skor Menurut Suryabrata (2000), untuk variabel-variabel yang bersifat kualitatif agar dapat diolah dengan statistik parametrik, maka datanya harus dalam bentuk skala interval, dimana salah satu cirinya adalah ada informasi jarak antara obyek yang satu ke obyek yang lainnya pada item yang dipersoalkan. Adapun teknik pemberian skor dengan menggunakan skala model Likert yang ditetapkan melalui pendekatan deviasi normal dengan memberi skor dari masing-masing jawaban pertanyaan. Penentuan skor dengan melihat pernyataan respon yang diberikan oleh responden yang mengadung alternatif jawaban pernyataan yang positif (diharapkan) sampai dengan taraf jawaban pernyataan negatif (tidak diharapkan). Jawaban penyataan yang positif (diharapkan) diberi skor lebih tinggi dari pada jawaban pernyataan negatif (yang tidak diharapkan). Reliabilitas Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1989). Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini diuji dengan melakukan uji coba kuisioner terhadap orang-orang yang bukan responden penelitian, tetapi memiliki
20
karakteristik yang sama. Analisis reliabilitas instrumen menunjukkan Alpha = 0.8119, hal tersebut berarti instrumen yang digunakan sudah reliabel. Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan teknik belah dua dengan rumus sebagai berikut : r.tot =
2(r.tt ) 1 + r.tt
Keterangan :
r.tot : angka reliabilitas seluruh jawaban r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua Metode Analisis Data Data dan informasi yang telah diperoleh kemudian dikategorikan dan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Analisis hubungan (kolerasi) untuk mengetahui hubungan antara karakteristik mahasiswa dengan penilaian mahasiswa terhadap sifat-sifat inovasi dengan tingkat penerimaan mahasiswa terhadap inovasi media informasi ternak burung puyuh berbasis web. Untuk mengukur korelasi, data tersebut di uji dengan menggunakan uji Rank Sperman dan untuk mengukur korelasi variabel pendidikan dan jenis kelamin, data tersebut di uji dengan menggunakan uji Chi Square (Siegel, 1997) sebagai berikut :
n
6∑ di 2 Rumus Rank Sperman
rs = 1 -
i =1
N3 − N
Keterangan : rs = Rank Spearman N = Banyaknya individu X = Variabel independent Y = Variabel dependent di = Perbedaan antara kedua ranking (X-Y)
21
Rumus Chi square χ2 =
Keterangan
(Oi − Ei ) 2 ∑ Ei i =1 k
:
χ2 = Chi square Oi = Banyak kasus yang diamati dalam kategori ke-i Ei = Banyak kasus yang diharapkan dalam kategori ke-i
Definisi Istilah
1. Karakteristik individu adalah sifat yang melekat dalam diri individu yang mencakup
umur,
jenis
kelamin,
uang
saku,
pendidikan,
gaya
hidup
(kekosmopolitan) dan kepribadian (sikap kepemimpinan). 2. Umur adalah usia responden yang dihitung dari sejak tahun kelahiran sampai dengan waktu terdekat pada saat penelitian dilaksanakan. 3. Uang saku adalah jumlah uang yang diterima responden per bulan baik dari orang tua maupun sumber lain, dihitung dalam rupiah. 4. Pendidikan dibedakan antara mahasiswa yang mengambil mata kuliah 2 sks, 3 sks, dan tidak mengambil mata kuliah aplikasi komputer. 5. Kekosmopolitan adalah frekuensi berhubungan dengan sumber informasi media internet tiap bulan. 6. Sikap kepemimpinan adalah keaktifan responden dalam peranannya terhadap oraganisasi dan kemasyarakatan. 7. Adopsi adalah penerapan atau penggunaan ide-ide baru, setelah diperkenalkan suatu inovasi. 8. Tingkat Penerimaan, proses adopsi antara lain: •
Tahap kesadaran, yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide baru namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut.
•
Tahap minat, yaitu mengembangkan minat terhadap inovasi dan berusaha mencari informasi lebih lanjut tentang inovasi tersebut.
•
Tahap penilaian, yaitu individu menilai inovasi itu secara mental.
•
Tahap percobaan, yaitu individu mencoba inovasi dalam skala kecil.
22
•
Tahap adopsi, yaitu individu menggunakan inovasi terus-menerus dan dalam skala besar 9. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. 10. Sifat Inovasi, antara lain : •
tingkat keuntungan relatif, keuntungan yang didapat dibanding dengan cara sebelumnya.
•
tingkat kesesuaian, kesesuaian dengan ideologi, kepercayaan dan sikap hidup.
•
tingkat kerumitan, tingkat kerumitan dalam menerapkan inovasi.
•
tingkat kemudahan untuk dicoba.
•
tingkat kemudahan untuk diamati.
11. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya. 12. Internet adalah suatu jaringan komunikasi global yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan komunikasi di manapun di seluruh penjuru dunia secara cepat dalam berbagai bentuk pesan multimedia yang terdiri dari teks, grafik, audio dan video. 13. Website adalah hal yang mengacu pada sebuah komputer yang dikaitkan ke internet yang berisi hypermedia yang dapat diakses dari komputer lain melalui suatu hypertext link. 14. Hypertext link adalah hal yang mengacu pada suatu penunjuk yang terdiri dari teks atau grafik yang digunakan untuk mengakses hypertext yang disimpan dalam situs web. Teks tersebut biasanya digarisbawahi dan ditampilkan dalam warna biru. Jika kursor ditempatkan diatasnya, bentuk kursor itu berubah menjadi bentuk tangan dengan jari yang menunjuk. 15. Home page adalah hal yang mengacu pada suatu halaman pertama dari suatu website. Halaman-halaman lain dalam situs tersebut dapat dicapai dari home page.
23
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah STPP Riwayat sekolah ini dimulai dari dibukanya Land en Tuinbouw Cursus pada 6 Juli 1903 di Kebun Raya Bogor oleh Dr. Melchior Treub, direktur kebun raya itu. Muridnya saat itu cuma 13 orang. Guru-gurunya hampir semua berkebangsaan Belanda, misalnya Dr. Th. Valenton dan Dr. W.G. Boorsma. Setelah berjalan 10 tahun, siswa yang berhasil menyelesaikan pendidikan berjumlah 88 orang, di antaranya 16 orang berkebangsaan Belanda. Pada 1913 jenjang lembaga pendidikan ini ditingkatkan menjadi Middelbare Landbouw School (MLS) dengan lama pendidikan tiga tahun. Dari sekolah ini dihasilkan penyuluh pertanian lapangan atau LVD (landouw voorlichting dienst), tenaga lapangan di onderneming (perkebunan besar), atau asisten peneliti di Lembaga Penelitian Pertanian. MLS juga mencetak pengusaha pertanian yang terdidik. Beberapa tahun sebelum pecah perang Asia Timur Raya (invasi Jepang ke Asia Tenggara), pendidikan di MLS dibedakan atas jurusan pertanian rakyat dan jurusan perkebunan besar. Ini tak lepas dari kepentingan Belanda yang pada masa itu mengalami
kesukaran
mendapatkan
teknisi
perkebunan
lulusan
Belanda
(Wageningen) akibat Perang Dunia II yang melanda Eropa. Dalam dasawarsa pertama, MLS berhasil meluluskan pelajarnya yang kemudian menjadi orang-orang ternama, seperti Wisaksono Wijodihardjo dan Ign. J. Kasimo. Pada dasawarsa berikutnya, MLS juga meluluskan Dr. Hadrian Siregar dan Prof. Ir. Anwas Adiwilaga. Kemudian, menjelang Perang Dunia II, Prof. Dr. Ir. Tojib Hadiwidjaja, Prof. Ir. Soedarsono Hadisapoetro. Prof. Dr. Ir. Soetardi Mangoendojo, dan Laksamana Soebijakto berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah ini. Total tercatat ada 620 orang alumni MLS, lebih 70 orang di antaranya berbangsaan Belanda. Ketika penjajahan Belanda berakhir dan berganti dengan pendudukan Jepang, nama sekolah ini berubah menjadi Nogyo Senmon Gakko atau Sekolah Pertanian Menengah Tinggi (SPMT). Pada masa itu, kepala sekolahnya R. Sodo Adisewojo, lulusan MLS tahun 1919. R. Sodo Adisewojo adalah orang Indonesia pertama yang memimpin sekolah ini.
Pada masa pendudukan Jepang lulusan SPMT sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi pangan guna melanjutkan dan memperluas perang. Selama tahun-tahun itu pula siswa SPMT diharuskan mengikuti latihan kemiliteran. Ini menguntungkan, karena ternyata latihan kemiliteran itu berguna bagi siswa yang kelak ikut mengangkat senjata melawan Belanda di masa revolusi fisik. Nama besar yang berhasil menimba ilmu di SPMT di antaranya Prof. Ir. Gembong Tjitrosoepomo, Prof. Dr. Ir. Tb. Bachtiar Rifai, Letjen. Haerudin Tasning, dan Mang Udel. Ketika tentara Sekutu menyerbu Pulau Jawa pada akhir 1945, siswa kelas III dan guru SPMT Bogor terpaksa hijrah ke Tegalgondo (Solo, Jawa Tengah). Lalu mereka menetap di Yogyakarta dan mendirikan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Negeri di Ibukota RI waktu itu. Siswa kelas I dan II SPMT Bogor sebagian hijrah sampai ke Jawa Timur, bergabung dengan SPMT yang sudah berdiri di Malang sejak 1944. Bulan September 1946 SPMT di Bogor dibuka kembali oleh pemerintah Federal. Selama menyandang nama SPMT ini, sebanyak 134 orang berhasil menyelesaikan pendidikannya. Latar Belakang, Visi, dan Misi STPP Latar belakang berdirinya STPP adalah untuk menjawab permasalahan kualitas Sumberdaya Manusia yang mampu mengakselerasi pembangunan pertanian. Pencanangan
agribisnis
dalam
kemasan
Penyuluhan
Sebagai
Lokomotif
Pembangunan Nasional membutuhkan Sumberdaya Manusia yang kompeten dan mampu memecahkan berbagai masalah yang kompleks. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor menawarkan kegiatan program DIV Penyuluhan Pertanian. Program ini dilaksanakan untuk mengakomodasi kebutuhan penyuluh dalam mengaktualisasi diri sebagai penyuluh ahli. Visi dari STPP Bogor yaitu STPP sebagai Lembaga Pendidikan Kedinasan Penyuluhan Pertanian profesional dalam pengmbangan ilmu dan teknologi terapan penyuluhan pertanian yang berkualitas, mampu mengadakan revitalisasi penyuluhan pertanian sehingga dapat mewujudkan sistem agribisnis dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berorientasi kerakyatan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
25
Misi dari STPP Bogor adalah sebagai berikut: 1. Penyelenggara pendidikan tinggi yang berbasis ilmu pengetahuan untuk menghasilkan tenaga penyuluh yang mandiri dan berkualitas, berkemampuan menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Menjadi barometer bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penyuluhan pertanian. 3. Menjadi almamater penyuluhan pertanian. 4. Mengembangkan kelembagaan menejemen agribisnis moderen yang berorientasi pada mutu, profesionalisme dan keterbukaan serta mampu bersaing. 5. Penggerak
pembangunan
penyuluhan
pertanian
yang
berasaskan
pada
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Tujuan pendidikan dari STPP adalah untuk meningkatkan kualifikasi penyuluh pertanian pada jenjang penyuluh ahli yang mampu mengemas pemikirannya dalam pendekatan manajerial. Bidang keahlian diarahkan untuk penguasaan materi pemasaran dan kemampuan menghadirkan kegiatan bisnis di tingkat kelompok pada suatu wilayah atau desa. Materi tersebut terdiri dari teknik budidaya, pengelolaan hasil pertanian, manajemen agribisnis, penyuluhan, dan komunikasi dengan pendekatan partisipatif. Perkembangan Kelembagaan Mulai tahun 1987/1988, 10 SPP Negeri ditingkatkan fungsinya menjadi Diklat Ahli Penyuluhan Pertanian (Diklat APP) di 10 lokasi. Dengan adanya PP 30/90 Kelembagaan Diklat APP disesuaikan menjadi Akademi Penyuluhan Pertanian pada tahun 1993 dengan menyelenggarakan 3 program studi, yaitu pertanian, peternakan, dan perikanan. Dalam rangka peningkatan APP menjadi STPP pada tahun 2001, 2 APP ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) yaitu STPP Bogor dan STPP Malang. Kemudian pada tahun 2002; APP Medan, APP Magelang, APP Gowa dan SPP Manokwari telah mendapat persetujuan dari Mendiknas untuk ditingkatkan kelembagaanya menjadi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP). Surat persetujuan ini diterbitkan pada tanggal 17 Januari 2002 dengan nomor 20/MPN/2002.
26
Sistem Pembelajaran Kegiatan perkuliahan STPP Jurusan Penyuluhan Peternakan didukung oleh staf pengajar yang terdiri atas dosen tetap yang berjumlah 15 orang dengan kualifikasi berpendidikan S2 sebanyak 5 orang, S1 sebanyak 10 orang. Teknisi Sumber Belajar sebanyak 8 orang, dengan kualifikasi berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, DIV sebanyak 5 orang, dan DIII sebanyak 1 orang. Selain itu didukung pula oleh dosen luar biasa yang berasal dari IPB, Balitnak, Badan SDM Pertanian, GKI Cicurug, Taurus Farm, dan Ternak Domba Sehat Farm. Kurikulum yang digunakan di STPP/APP adalah Kurikulum yang disusun tahun 2000 dengan jumlah beban studi yang harus diselesaikan 150-160 SKS untuk STPP atau 110-120 SKS untuk APP. Proses pembelajaran yang diterapkan di STPP/APP menggunakan metode andragogi (pendidikan orang dewasa). Selain klasikal, proses pembelajaran juga dilaksanakan di lapangan melalui kegiatan praktikum, studi banding dan magang. Dalam rangka menumbuhkan jiwa kepemimpinan, kemampuan berorganisasi, membina kesatuan, dan berbagi pengalaman, dilaksanakan kegiatan : Latihan Kedisiplinan, Latihan Pramuka Tingkat Mahir Dasar I, dan Temu Kepemimpinan Mahasiswa Nasional. Lokasi STPP Jurusan Penyuluhan Peternakan Lokasi STPP Jurusan Penyuluhan Peternakan berada pada Desa Pasir Buncir kecamatan Caringin. Desa Pasir Buncir sendiri merupakan pemekaran dari Desa Cinagara. Desa Pasir Buncir berada pada ketinggian 600m di atas permukaan laut. Desa Pasir Buncir berbatasan dengan : •
Utara
:
Desa Cinagara
•
Timur
:
Gunung Pangrango
•
Selatan
:
Desa Wates
•
Barat
:
Desa Serogoh
Jumlah penduduk desa ini adalah pria : 3723 jiwa, dan wanita : 2347 jiwa. Daerah ini sangat mendukung STPP, jumlah ternak pada tahun 2004 untuk komoditi sapi perah berjumlah 55 ekor, kerbau 35 ekor, kambing 300 ekor, domba 400 ekor, dan ayam 7.020 ekor. Luas lahan milik masyarakat 4,6 Ha, sedangkan milik perusahaan 22 Ha, milik perorangan 2,3 Ha, dan untuk sewa 1,4 Ha. Pemerintah
27
daerah juga memfasilitasi kegiatan peternakan dengan adanya dinas peningkatan mutu genetik dan perawatan kesehatan hewan. Dinas tersebut menyediakan pelayanan inseminasi buatan, kastrasi, dan perawatan kesehatan hewan yang moderen maupun tradisional.
28
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu aspek penting yang turut berpengaruh dalam tingkat penerimaan media situs web burung puyuh. Data karakteristik mahasiswa STPP jurusan Penyuluhan Peternakan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, uang saku, kekosmopolitan, dan sikap kepemimpinan. Karakteristik mahasiswa disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Karakteristik Mahasiswa STPP Cinagara No. 1.
2.
3.
4.
5. 6.
7. 8.
Karakteristik Individu Umur (Tahun) < 19 19-21 >21 Pendidikan Tidak mengambil mata kuliah komputer Mengambil mata kuliah komputer 2 sks Mengambil mata kuliah komputer 3 sks Uang Saku Bulanan (Rupiah) < 150.000 150.000-350.000 >350.000 Dibelanjakan tiap Bulan untuk Informasi a. ≤ Rp. 50.000 b. Rp. 51.000 – Rp. 99.000 c. ≥ Rp. 100.000 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Frekuensi Browsing internet tiap bulan < 4 kali 4-14 kali > 14 kali Terdapat Jalur Telepon di Tempat Tinggal Ya Tidak Berperan dalam Organisasi dan Kemasyarakatan Tidak Pernah Jarang Sering
Jumlah (orang)
Persentase (%)
3 29 8
7,5 72,5 20
0 31 9
0 77,5 22,5
11 17 12
27,5 42,5 30
19 17 4
47,5 42,5 10
23 17
57,5 42,5
21 17 2
52,5 42,5 5
39 1
97,5 2,5
5 26 9
12,5 65 22,5
Umur Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa umur reponden didominasi pada selang umur 19-21 tahun yaitu sebesar 72,5%. Secara keseluruhan umur responden berkisar antara 18-25 tahun dengan rataan 21 tahun. Rataan umur 21 tahun menyebar pada mahasiswa tingkat 2 dan tingkat 3. Hal ini dikarenakan sejak tahun 2001 STPP sudah mulai menerima mahasiswa baru dari SPMA. Mahasiswa STPP sebelumnya lebih beragam dari penyuluh Pegawai Negeri Sipil, penyuluh honorer, Kontak Tani Nelayan Andalan, dan siswa non penyuluh. Hal ini merupakan pertanda baik bagi kelangsungan penyuluhan peternakan karena generasi muda mulai tertarik untuk mengembangkan peternakan melalui penyuluhan. Pendidikan Pendidikan dibedakan berdasar mata kuliah tentang ilmu komputer yang diambil mahasiswa. Semua responden telah mengambil mata kuliah tentang aplikasi komputer. Hal tersebut akan lebih mempermudah untuk menerapkan media situs web sebagai media informasi. Responden pada umumnya menguasai Office pada sistem operasi Microsoft di komputer. Responden yang mengambil mata kuliah aplikasi komputer sebanyak 3 sks hanya sembilan orang. Sebanyak 31 responden mengambil hanya 2 sks, itu berarti tanpa penerapan praktikum. Pendidikan menjadi salah satu faktor penentu dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga akan mempengaruhi responden untuk mengadopsi suatu inovasi yang diberikan. Uang Saku Uang saku per bulan responden besarnya menyebar antara Rp. 45.000 hingga Rp. 1.350.000 per bulan. Sebagian besar responden masih mendapat uang saku dari orang tua mereka. Terdapat juga beberapa yang sudah mendapatkan penghasilan. STPP menyediakan asrama dan semua fasilitas yang ada dapat digunakan mahasiswa, termasuk makan tiga kali sehari. Hal tersebut dapat mengurangi biaya uang bulanan untuk tempat tinggal dan makan sehari-hari. Mayoritas mahasiswa yaitu sebesar 42,5% mempunyai uang saku antara Rp. 150.000 hingga Rp. 350.000 per bulan. Uang saku mayoritas mahasiswa yang dibelanjakan per bulan untuk kepentingan memperoleh informasi ≤ Rp. 50.000. Hal ini disebabkan karena
30
mahasiswa memperoleh informasi dari siaran televisi dan buku yang ada di perpustakaan. Beberapa mahasiswa membelanjakan uangnya untuk membeli majalah atau koran. Kekosmopolitan Mahasiswa dengan individu yang kosmopolit akan lebih cepat melaksanakan adopsi dibandingkan dengan yang lokalit. Frekuensi responden browsing internet tiap bulan dan ada atau tidaknya jalur telepon dikategorikan kepada kekosmopolitan. Responden browsing internet antara 1 s.d. 17 kali dalam satu bulan, dengan frekuensi mayoritas responden browsing internet tiap bulan berada pada kurang dari empat kali. Frekuensi browsing dipengaruhi oleh jarak tempat browsing dan harga tarif browsing internet terdekat. Jarak asrama mahasiswa ke tempat browsing internet terdekat kurang lebih 14 km, dan tarif per jam browsing internet terdekat Rp. 5000. Jarak rumah mayoritas responden ke tempat browsing internet terdekat berada pada selang 4-16 km. Hampir semua responden telah memiliki telepon di tempat tinggalnya. Hanya satu orang yang tidak mempunyai telepon di tempat tinggalnya. Asal responden tersebar dari berbagai daerah. Responden yang belum memiliki jalur telepon di tempat tinggalnya berasal dari Nusa Tenggara Timur. Sikap Kepemimpinan Berperan dalam suatu organisasi dan kemasyarakatan termasuk kedalam variabel sikap kepemimpinan. Sikap kepemimpinan seseorang memberikan pengaruh terhadap tingkat penerimaan suatu inovasi. Seseorang yang telah dipercaya masyarakat akan lebih mudah mempengaruhi orang lain untuk sesuatu hal yang relatif baru. Mayoritas responden sebesar 65% jarang terlibat banyak dalam suatu organisasi dan kemasyarakatan. Lima responden atau 12,5% tidak pernah mengikuti kegiatan keorganisasian, dan sebesar 22,5% responden berperan aktif dalam organisasi dan kemasyarakatan. Karakteristik Media Situs Web Burung Puyuh Situs web dalam internet dengan berbagai aplikasinya pada dasarnya merupakan media yang digunakan untuk mengefisienkan proses komunikasi.
31
Teknologi internet pada awalnya digunakan hanya untuk keperluan pertahanan yang dirintis oleh lembaga riset Departemen Pertahanan Amerika. Setelah berkembang dan sekitar pertengahan 1970 salah satu universitas yang bekerja sama dengan Lembaga
Riset
Departemen
Pertahanan
Amerika,
mulai
mengembangkan
standarisasi jaringan komputer menjadi sebuah protokol (pengatur hubungan antar komputer). Protokol ini disebut TCP/IP yang sekarang menjadi protokol di internet (Suryatmoko,2003).
Gambar 4. Tampilan home Situs Burung Puyuh Media situs web yang semakin berkembang ini diharapkan dapat mempermudah penyuluhan dengan mempublikasikan informasi kepada pelaku peternakan. Responden dalam penelitian ini menilai media situs web burung puyuh berdasarkan kegunaan (usability), fungsi (functionality), dan efisiensi (efficiency). Data mengenai penilaian responden dapat dilihat pada Tabel 3. Kegunaan Responden yang cukup mengerti sebesar 77,5%. Hanya lima orang atau sebesar 12,5% yang tidak mengerti. Sebanyak empat orang atau 10% dari responden mengatakan bahwa situs ini mudah dipahami.
32
Tampilan dari situs ini cukup sederhana, hanya terdapat satu gambar burung puyuh di sebelah kanan atas, dan satu gambar telur puyuh di tengah. Semua gambar dalam situs ini statis, tulisan selamat datang dan selamat berselancar bergerak dari kanan ke kiri. Tulisan utama pada halaman web berwarna biru dengan efek shadow hitam dan tidak bergerak atau statis. Tidak terdapat banner iklan pada situs ini. Isi atau content dalam situs ini berupa sajian informasi dengan beberapa gambar atau foto. Secara keseluruhan tampilan dari situs ini cukup sederhana. Hanya tujuh orang dari seluruh responden atau 17,5% yang tidak menyukai situs ini. Sebanyak 16 orang responden atau 40% menyatakan bahwa situs ini sama saja dengan situs lain yang ada. Sebanyak 17 orang responden atau 42,5% menyukai tampilan dari situs ini. Tampilan yang sederhana dari situs ini masih perlu perbaikan, 75% dari seluruh responden menyatakan bahwa tampilan situs ini cukup baik dan masih diperlukan perbaikan. Lima orang responden atau 12,5% menyatakan bahwa situs ini belum baik, dan jumlah yang sama juga menyatakan bahwa situs web ini sudah baik. Tabel 3. Karakteristik Media Situs Web Burung Puyuh No.
Kategori
1.
Kegunaan
Jumlah (n) Isi dari situs dapat dimengerti? Anda menyukai tampilan situs ini? Tampilan situs ini sudah baik?
2.
3.
Fungsi
Efisiensi
Persentase (%)
Tidak dimengerti Cukup dimengerti Mudah dipahami
5 31 4
12,5 77,5 10
Tidak Sama saja Suka
7 16 17
17,5 40 42,5
Belum Perlu perbaikan Sudah baik
5 30 5
12,5 75 12,5
Tidak Cukup Terpenuhi
17 21 2
42,5 52,5 5
Lama Cukup singkat Sangat singkat
4 25 11
10 62,5 27,5
Fasilitas situs memenuhi kebutuhan yang diinginkan?
Waktu yang dibutuhkan untuk membuka suatu halaman situs.
33
Fungsi Fungsi dari situs ini adalah menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa calon penyuluh tentang ternak burung puyuh. Fasilitas dari situs ini adalah isi atau content yang berisi informasi tentang ternak burung puyuh, dari deskripsi sejarah hingga budidaya. Fasilitas yang lain adalah search engine untuk mempermudah pengguna mencari bahan informasi yang diperlukan. Fasilitas arsip berita berfungsi agar berita yang diberikan oleh anggota yang sudah mendaftar dapat dilihat oleh pengguna lain dengan akses tidak hanya sebatas anggota yang telah mendaftar. Sebanyak 17 responden atau 42,5% menyatakan bahwa fasilitas dari situs ini tidak memenuhi kebutuhan pengguna. Sebanyak 21 responden atau 52,5% menyatakan bahwa fasilitas situs web cukup memenuhi kebutuhan pengguna. Sebanyak dua responden atau 5% dari responden menyatakan bahwa semua kebutuhan yang diperlukan sudah terpenuhi. Efisiensi Tingkat efisiensi yang diukur dari situs web ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuka suatu halaman pada situs. Sebanyak empat orang atau 10% dari responden menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan lama untuk berpindah dari satu halaman ke halaman yang lain. Sebanyak 25 orang atau 62,5% dari responden menyatakan waktu yang dibutuhkan cukup singkat, dan sebanyak 11 orang atau 27,5% dari responden menyatakan waktu yang dibutuhkan sangat singkat untuk membuka suatu halaman. Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh Tingkat penerimaan media dilihat dari persentase penilaian responden terhadap media situs web burung puyuh. Tabel 4. Tingkat Penerimaan Situs Web Nomor Tingkat Penerimaan Jumlah (n) 1. Menolak 3 2. Taraf Sadar 29 3. Taraf Minat 4 4. Taraf Percobaan 4 Jumlah 40
Persentase (%) 7,5 72,5 10 10 100
34
Hasil penelitian menunjukkan responden berada pada tingkat penerimaan taraf kesadaran, hal ini ditunjukkan sebanyak 72,5% responden hanya menerima keberadaan situs web burung puyuh. Mayoritas responden yang hanya menerima keberadaan situs web burung puyuh bukan karena rendahnya tingkat adopsi, namun jika dikaji dari karakteristik individu akan memberikan gambaran. Mayoritas mahasiswa (47,5%) membelanjakan uang sakunya tiap bulan untuk keperluan mencari informasi kurang dari sama dengan Rp. 50.000. Frekuensi browsing internet tiap bulan kurang dari empat kali dengan jarak tempat tinggal ke tempat browsing terdekat sebanyak 62,5% berada pada selang 4-16 km. Keterbatasan waktu pengenalan media juga membuat responden baru berada pada taraf sadar. Membuat keputusan tentang menerima suatu inovasi bukan hal yang dapat dilakukan dengan instan. Proses tersebut membutuhkan jangka waktu dan beberapa perlakuan yang intensif dilakukan. Responden yang menolak akan adanya situs web burung puyuh sebanyak 7,5%. Mahasiswa tersebut menilai bahwa situs web ini tidak akan digunakan, karena lebih sulit mendapatkan informasi dari internet. Menggunakan internet memerlukan keterampilan khusus yang dapat menyita waktu, uang dan tenaga. Mahasiswa tersebut lebih memilih mendapatkan informasi dari buku dibanding dari internet. Tampilan dari situs web burung puyuh masih perlu perbaikan, responden yang menyatakan hal ini sebanyak 75%. Fasilitas yang ada di situs ini belum memenuhi kebutuhan informasi yang diinginkan beberapa mahasiswa. Halaman utama situs ini hanya terdiri atas lima buah menu yaitu Home, Content, Search, File Berita, dan Member Anggota. Hanya menu content yang memiliki link di dalamnya. Link tersebut membagi isi dalam delapan kategori, kemudian pada tiap kategori berisi link-link isi dan keterangan (Gambar 5). Responden yang mulai menaruh minat dan ingin tahu lebih jauh tentang situs burung puyuh sebanyak 10%. Sebanyak 75% responden menyatakan situs web burung puyuh mudah dimengerti. Tampilan yang sederhana menarik beberapa perhatian mahasiswa. Sebanyak 42,5% mahasiswa menyukai tampilan situs web burung puyuh. Jumlah yang sama yaitu sebanyak 10% berada pada taraf percobaan. Mahasiswa tersebut mulai mencoba menggunakan situs web sekedar untuk informasi
35
tambahan. Responden menyatakan situs ini belum dapat digunakan untuk penyuluhan maupun pengajaran, dikarenakan berbagai kendala yang ada dan sarana yang belum memadai. Masih banyak peternak yang tidak mengerti cara menggunakan komputer, dan sarana akses internet yang masih terbatas di berbagai desa.
Home Content
Pakan Puyuh
Bahan Menyusun bahan pakan Kebutuhan Pakan Berdasarkan Fase Pemeliharaan
Situs web burung puyuh
Pemeliharaan Puyuh
File Berita
Perkandanga n dan peralatannya
Member anggota
Search
Keuntungan dan Pemasaran
Periode Pembesaran Periode Kandang Kandang Hal yang harus Meningkatka n k t Memasarkan Produk Analisis usaha
Telur Puyuh
Syarat-syarat telur tetas Menetaskan telur Puyuh
Penyakit pada Puyuh Deskripsi Burung Puyuh
Sifat produksi burung puyuh
Incubation Deskripsi burung puyuh History and description of japanese quail
Gambar 5. Sitemap Situs Web Burung Puyuh
36
Sifat-sifat Inovasi Media Situs Web Burung Puyuh yang Berhubungan dengan Tingkat Penerimaan Tingkat penerimaan mahasiswa STPP terhadap inovasi media situs web burung puyuh sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat dari inovasi itu sendiri. Terdapat lima sifat inovasi yang dapat mempengaruhi tingkat penerimaan yaitu keuntungan relatif, kompatabilitas, kompleksitas, trialabilitas, dan observabilitas (Rogers dan Shoemaker, 1971). Rataan skor penilaian mahasiswa terhadap sifat inovasi media situs web burung puyuh dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Skor Terhadap Sifat Inovasi No. Sifat Inovasi Rataan skor 1. Keuntungan relatif 2,20 2. Kompleksitas 1,87 3. Kompatabilitas 1,89 4. Trialabilitas 2,26 5. Observabilitas 2,36 Rataan skor seluruh aspek 2,12 Ket: Rataan skor berdasarkan skala Linkert 0-1,9 = Tidak baik, 2-2,4 = Cukup, 2,5-3 = Baik Keuntungan Relatif Keuntungan relatif dalam hal ini merupakan perbandingan keuntungan relatif antara media situs web burung puyuh dengan media buku sebagai sumber informasi lain yang sudah ada. Apabila secara ekonomis inovasi tersebut menguntungkan, maka suatu inovasi dapat lebih mudah diterima. Tabel 5 menunjukkan skor untuk keuntungan relatif adalah 2,2 hal ini menunjukkan bahwa media situs web burung puyuh cukup menguntungkan. Para mahasiswa beranggapan menggunakan situs web dapat langsung memperoleh informasi yang dibutuhkan, tanpa harus membayar semua informasi yang ada di buku. Fasilitas warung internet terdekat di sekitar kampus STPP Cinagara masih menerapkan harga yang cukup mahal yaitu Rp. 5000 per jam. Beberapa mahasiswa yang sering browsing internet beranggapan situs web burung puyuh lebih menguntungkan karena mereka dapat mengakses informasi lain yang mereka butuhkan pada saat yang bersamaan. Secara umum responden menyatakan bahwa media situs web burung puyuh cukup menguntungkan.
37
Kompleksitas Mayoritas mahasiswa yaitu sebanyak 55% beranggapan bahwa akses ke internet lebih sulit. Mereka beranggapan membutuhkan keterampilan baru untuk dapat mengakses internet. Responden berpendapat bahwa media situs web burung puyuh akan lebih sulit untuk diterapkan pada peternak. Tabel 5 menunjukkan skor kompleksitas adalah 1,87 paling rendah diantara skor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa media situs web burung puyuh memiliki kompleksitas yang lebih rumit dibanding dengan buku. Kompatabilitas Suatu inovasi akan lebih mudah diterima apabila sesuai dengan gaya hidup yang berlaku, keterampilan dan pengalaman yang ada sebelumnya, dan sesuai dengan kebutuhan. Tingkat kesesuaian media situs web burung puyuh dengan mahasiswa STPP berada pada skor 1,89. Sebanyak 12,5% mahasiswa menyatakan bahwa media situs web burung puyuh tidak sesuai dengan gaya hidup mahasiswa. Sebanyak 87,5% mahasiswa menyatakan situs web burung puyuh sudah sesuai. Trialabilitas Suatu inovasi akan lebih cepat dan mudah diterima jika inovasi tersebut mudah untuk dicoba pada situasi dan kondisi yang ada. Para mahasiswa sebelumnya telah mengenal teknologi internet. Hal ini mempermudah dicobanya media situs web burung puyuh. Responden lebih banyak mencari informasi lewat literatur buku di perpustakaan. Kemudahan media situs web burung puyuh untuk dicobakan mendapat skor 2,26 yang berarti media ini cukup mudah untuk dicobakan pada mahasiswa. Kendala fasilitas mempengaruhi keinginan responden untuk lebih banyak browsing internet. Observabilitas Observabilitas menunjukkan kemampuan suatu inovasi untuk dilihat hasilnya oleh orang lain. Hasil dari adanya media situs web burung puyuh dapat langsung diamati. Media ini memberi nilai tambah informasi tentang burung puyuh pada mahasiswa. Media ini mudah dikomunikasikan kepada mahasiswa lain. Hal ini membuat sifat observabilitas bernilai skor paling tinggi yaitu 2,36. Tulisan dalam
38
media menarik dan mudah untuk diamati. Keunggulan media ini dapat dengan cepat diupdate bahan informasinya. Administrator sebuah situs dapat mengoreksi dan menambah berita baru secara on line dan real time. Ketepatan Media Situs Web Burung Puyuh Media dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak (Cangara, 2002). Ketepatan media dapat dilihat dari segi kesesuaian terhadap penerima dan terhadap pesan, ketersediaan di lokasi, dan biaya. Media internet sudah bukan hal yang asing di kalangan pelajar dan mahasiswa. Perkembangan internet cukup pesat, tahun 1998 sudah terdapat 100 juta pengguna yang terkoneksi ke internet. Perkembangan internet di Indonesia telah merambah kepada pelajar dan mahasiswa. Mayoritas responden sebanyak 87,5% menyatakan bahwa media situs web burung puyuh sudah sesuai bagi mahasiswa STPP. Sebanyak 12,5% menyatakan bahwa situs web ini tidak sesuai. Informasi yang ada dalam situs web burung puyuh sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas responden sebanyak 92,5% menyatakan informasi situs web burung puyuh sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Sebanyak 7,5% menyatakan bahwa informasi yang ada tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Sebanyak 73% dari responden yang menyatakan sesuai, menyatakan terdapat beberapa informasi yang perlu ditambahkan. Sebanyak 23% dari responden yang menyatakan sesuai, menyatakan bahwa semua informasi yang ada dalam situs web burung puyuh telah mencakup semua informasi tentang ternak burung puyuh. Mahasiswa belum dapat memanfaatkan situs web secara maksimal, hal ini dikarenakan keterbatasan sarana yang ada. Mahasiswa harus menempuh jarak sekitar 14 km dari STPP untuk mengakses internet terdekat. Sarana yang ada pada institusi sudah cukup memadai untuk mengakses internet. Terdapat jaringan telepon dan beberapa perangkat komputer, namun sarana tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mengakses internet. Sebanyak 45% responden menyatakan bahwa dari segi biaya media internet lebih mahal dibanding dengan buku. Hal tersebut dapat terjadi karena sarana untuk mengakses internet terdekat dari STPP berada cukup jauh. Diperlukan biaya lebih
39
dibandingkan dengan buku yang tersedia pada perpustakaan. Terlebih lagi sarana tersebut masih menetapkan tarif yang cukup mahal untuk mengakses internet. Mayoritas responden sebanyak 65% menyatakan bahwa walaupun lebih mahal dibanding buku yang disediakan dari perpustakaan, media internet masih terjangkau untuk kalangan mahasiswa. Para mahasiswa berpendapat bahwa media situs web burung puyuh masih bernilai ekonomis. Sebanyak 40% responden menyatakan hal tersebut disebabkan dalam mengakses situs web dapat langsung memperoleh informasi yang dibutuhkan. Berbeda dengan buku, tidak semua informasi yang terdapat pada buku mereka perlukan. Tidak ekonomis jika harus membeli buku yang hanya sebagian informasinya yang dibutuhkan. Jumlah yang sama yaitu sebanyak 40% responden menyatakan bahwa media situs web burung puyuh mempunyai nilai ekonomis yang sama dengan mencari informasi melalui buku. Sebanyak 20% responden menyatakan bahwa media situs web burung puyuh tidak mempunyai nilai ekonomis. Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh Karakteristik individu berhubungan dengan tingkat penerimaan mahasiswa terhadap media situs web burung puyuh. Uji korelasi menggunakan software SPSS 10 dilakukan untuk mengetahui signifikansi hubungan tersebut. Hasil uji korelasi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Tingkat Penerimaan Karakteristik Individu Pendidikan Jenis Kelamin Pendapatan (uang saku) Kekosmopolitan Kepemimpinan Umur
Ket:
Korelasi
rs
Kesadaran 2.453 1.653 -0.005
Minat 1.654 2.956 0.101
rs rs rs
0.159 0.052 0.123
-0.091 0.062 0.288
χ2 χ2
Tingkat Penerimaan Penilaian Percobaan 0.780 5.639 4.690 2.445 0.155 -0.075 0.058 -0.013 0.214
0.099 0.316* 0.208
Penerimaan 1.669 0.251 0.126 -0.002 0.130 -0.048
* = Korelasi berhubungan nyata dengan taraf signifikan α =0,05 = uji Khi Kuadrat, rs = uji Rank spearman
χ2
Pendidikan dalam penelitian ini adalah mata kuliah tentang ilmu komputer yang diambil. Responden yang diteliti adalah mahasiswa tingkat I hingga tingkat III.
40
Semua responden telah mengambil mata kuliah tentang aplikasi komputer. Beberapa dari responden mendalami dengan mengikuti praktikum. Pendidikan mahasiswa tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat penerimaan situs web burung puyuh. Hal ini disebabkan karena para mahasiswa semuanya telah mengerti dengan aplikasi komputer. Dan situs web bukanlah media yang bertentangan dengan nilai-nilai gaya hidup mahasiswa STPP. Variabel jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat penerimaan. Hal ini dikarenakan media situs web bukanlah media khusus yang segmentasinya membedakan gender. Laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama dalam hal menggunakan situs web. Pada umumnya laki-laki lebih menyukai hal-hal yang berbau teknologi, akan tetapi hal tersebut tidak menjamin bahwa perempuan tidak menyukai hal yang berbau teknologi. Para mahasiswa mendapat tunjangan sebesar Rp 45.000 setiap bulan dari instansi STPP yang dapat menambah uang saku bulanan. Uang saku juga tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kesadaran, minat, penilaian, percobaan, dan penerimaan dari media situs web burung puyuh ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan meningkatnya uang saku, maka akan ada peningkatan penerimaan terhadap media situs web burung puyuh. Uang saku berhubungan negatif terhadap varibel kesadaran dan percobaan, akan tetapi bernilai kurang dari 0,2 yang berarti hubungan yang dapat diabaikan (Sulaiman, 2003). Tabel 6
menunjukkan bahwa hasil korelasi kekosmopolitan
tidak
berhubungan nyata dengan variabel-variabel tingkat penerimaan media situs web burung puyuh. Tidak terdapat kecenderungan mahasiswa yang kosmopolit lebih ada peningkatan dalam tingkat penerimaan media situs web burung puyuh. Variabel kekosmopolitan berhubungan negatif pada taraf minat dan penerimaan. Terhadap variabel penerimaan menunjukkan korelasi yang rendah. Terdapat kecenderungan semakin sering mengakses internet, maka semakin menurun taraf penerimaan situs burung puyuh, akan tetapi hal tersebut dapat diabaikan karena menunjukkan nilai korelasi yang kecil. Karakteristik sikap kepemimpinan berhubungan nyata dengan tingkat penerimaan pada taraf percobaan. Sikap kepemimpinan berhubungan nyata dengan taraf percobaan dengan nilai koefisien korelasi rs = 0,316 pada taraf signifikan α =
41
0.05, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sikap kepemimpinan maka cenderung meningkat tingkat penerimaan pada taraf percobaan. Tahap percobaan dalam hal ini mahasiswa STPP akan menerapkan media situs web burung puyuh sekedar untuk informasi tambahan.
Sikap kepemimpinan berhubungan negatif
terhadap taraf penilaian, namun korelasi tersebut dapat diabaikan. Indikator sikap kepemimpinan dalam penelitian ini antara lain (1) berinisiatif mencari solusi jika terdapat permasalahan, (2) berusaha mempengaruhi orang lain jika menerapkan teknologi baru, (3) tempat bertanya peternak jika terdapat permasalahan. Faktor umur tidak berhubungan nyata terhadap variabel-variabel tingkat penerimaan. Umur yang relatif seragam pada mahasiswa dapat menyebabkan faktor ini tidak berhubungan nyata. Terdapat nilai negatif terhadap taraf penerimaan, namun hal tersebut dapat diabaikan karena bernilai kurang dari 0,2. Hubungan Antara Sifat-sifat Inovasi dengan Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh Tingkat penerimaan mahasiswa STPP terhadap media situs web burung puyuh berhubungan dengan sifat-sifat dari inovasi itu sendiri. Untuk mengetahui signifikansinya dilakukan uji korelasi sifat-sifat inovasi terhadap tingkat penerimaan. Uji ini dilakukan dengan menggunakan uji Rank Spearman melalui program SPSS 10 for Windows. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hubungan Sifat Inovasi Dengan Tingkat Penerimaan Sifat Inovasi Keuntungan Relatif Kompleksitas Kompatabilitas Trialabilitas Observabilitas Ket:
Kesadaran 0.255 0.136 -0.010 -0.077 -0.008
Minat -0.045 0.056 -0.077 0.543** 0.471**
Tingkat Penerimaan Penilaian Percobaan 0.353* 0.342* 0.301 0.351* 0.009 0.190 0.272 0.371* 0.252 0.314*
Penerimaan 0.273 0.417** -0.007 0.493** 0.148
* = Korelasi berhubungan nyata dengan taraf signifikan α =0,05 ** = Korelasi berhubungan sangat nyata dengan taraf signifikan α =0,01
Sifat inovasi keuntungan relatif berhubungan nyata dengan variabel taraf penilaian dan percobaan. Koefisien korelasi Rank Spearman (rs) hubungan keuntungan relatif dengan variabel penilaian sebesar rs = 0,353 pada taraf signifikan
42
α = 0,05. Hubungan korelasi keuntungan relatif dengan variabel percobaan nilai koefisien korelasi rs = 0,342 dengan taraf signifikan α = 0,05. Menunjukkan bahwa semakin mahasiswa merasakan keuntungan ekonomis yang dicapai, maka tingkat penerimaan pada taraf penilaian dan percobaan akan semakin tinggi. Kompleksitas atau kerumitan dari situs web burung puyuh berhubungan nyata terhadap variabel percobaan, dan berhubungan sangat nyata terhadap variabel penerimaan. Koefisien rs dari hubungan kompleksitas dengan variabel percobaan bernilai rs = 0,351 dengan taraf signifikan α = 0,05. Koefisien korelasi rs hubungan kompleksitas dengan variabel penerimaan adalah rs = 0,417 dengan taraf signifikan α = 0,01. Hal tersebut menunjukkan semakin mudah mengoperasikan situs web, maka semakin tinggi tingkat penerimaan pada taraf percobaan dan penerimaan. Sifat inovasi kompatabilitas berarti kesesuaian situs web dengan nilai-nilai yang berlaku pada mahasiswa, dan juga kesesuaian dengan kebiasaan dan teknologi yang dimiliki sebelumnya. Sifat inovasi kompatabilitas tidak menunjukkan hubungan yang nyata terhadap variabel tahap kesadaran, minat, penilaian, percobaan, maupun penerimaan. Terdapat nilai negatif pada taraf kesadaran, minat, dan penerimaan, namun hal tersebut dapat diabaikan. Trialabilitas dalam sifat inovasi situs web burung puyuh berarti mudah atau tidaknya inovasi ini untuk dicobakan. Tabel 7 menunjukkan bahwa sifat inovasi trialabilitas berhubungan sangat nyata terhadap variabel minat dan penerimaan, dengan koefisien rs = 0,543 dan rs = 0,493 pada taraf signifikan α = 0,01. Terhadap variabel percobaan, sifat inovasi trialabilitas berhubungan nyata, dengan koefisien rs = 0,314 pada taraf signifikan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin mudah untuk dicobakan, maka semakin tinggi tingkat penerapan pada taraf minat, percobaan, dan penerimaan. Observabilitas dari sifat inovasi ini berarti mudah atau tidaknya situs web ini diamati dan dikomunikasikan kepada orang lain. Sifat observabilitas berhubungan sangat nyata terhadap variabel minat, dengan nilai koefisien rs = 0,471 pada taraf signifikan α = 0,01. Sifat inovasi obervabilitas juga berhubungan nyata terhadap variabel percobaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin mudah untuk diamati, maka semakin tinggi taraf minat dan percobaan pada penerimaan media situs web burung puyuh.
43
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Umur mayoritas responden berada pada selang 19-21 tahun. Mayoritas responden membelanjakan uang sakunya untuk keperluan mencari informasi sebesar ≤ Rp. 50.000 tiap bulan, dengan besaran uang saku antara Rp 150.000-Rp. 350.000 per bulan. Frekuensi browsing internet kurang dari empat kali tiap bulan. Sudah mengambiil mata kuliah komputer dengan mayoritas 2 sks dan 65% jarang berperan aktif dalam organisasi dan kemasyarakatan. 2. Tingkat penerimaan mahasiswa terhadap media situs web burung puyuh berada pada taraf sadar. 3. Mayoritas responden sebanyak 87,5% menyatakan bahwa media situs web burung puyuh sudah sesuai bagi mahasiswa STPP. Responden sebanyak 92,5% menyatakan informasi situs web burung puyuh sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan. 4. Semakin tinggi keaktifan dalam berorganisasi maka semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap percobaan. Semakin tinggi sifat keuntungan relatif dari inovasi, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap penilaian dan percobaan. Semakin rendah sifat kerumitan dari inovasi, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap percobaan dan penerimaan. Semakin mudah untuk dicoba, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap minat, tahap percobaan, dan tahap penerimaan. Semakin mudah diamati, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap minat dan tahap percobaan.
Saran 1. Instansi STPP hendaknya memberikan fasilitas internet yang dapat terjangkau dari segi jarak maupun biaya untuk kegiatan praktikum mata kuliah aplikasi komputer dan agar frekuensi browsing internet lebih tinggi. 2. Mahasiswa STPP diharapkan dapat mengadopsi situs web burung puyuh agar dapat membuat media peternakan dalam bentuk situs web. 3. Situs web burung puyuh dapat diupload untuk diterapkan sebagai media informasi untuk mahasiswa. 4. Unit kegiatan mahasiswa yang ada hendaknya dapat melatih sikap kepemimpinan individu dan keterampilan menggunakan komputer.
45
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Puyuh. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Andin, H.T., 1996. Telaah Teoritis dan Empirik Difusi Inovasi Pertanian. Staf Peneliti pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. FAE. (Vol. 1). Juli 1996. Anggorodi, I. dan Anto. 2002. Puyuh Menggeliat Breeding Belum Siap. Poultry Indonesia. No. 267 hal. 10-17. Jakarta. Anonim. 2003. Pedoman Teknis Budidaya Burung Puyuh. Direktorat Budidaya Peternakan, Jakarta. Ban, VD., A.W., dan Hawkins HS., 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Cangara, H. 2002. Pengentar Ilmu Komunikasi.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Evitadewi, W. D. 1992. Beternak Burung Puyuh dan Pemeliharaan Secara Moderen. Aneka Ilmu, Semarang. Garret, R.L., L.Z. McFarland and C.E. Franti. 1972. Selected characteristics of eggs produced by Japanese quail (Coturnix coturnix japonica). Poultry Science 51: 1370-1376 Jogiyanto, H.M. 1995. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Berstruktur. Andi Offset, Jakarta Kotler, P. 1980. Marketing Management Analysis, Planning and Control. Edisi Pangan. Kanisius, Yogyakarta. Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 1995. Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta. Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Sebelas Maret University Press, Surakarta. Mardikanto, T. dan S. Sutarmi. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian : dalam Teori dan Praktek. Hapsara, Surakarta. .O’Brien, J. 1996. Management Information System : Managerial End User Prespective. Irwin, Co. Boston, USA Pressman, R. S. 2001. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi Buku I. Andi Offset, Jakarta. Rejeki, N. S. dan A. F Herawati. 1999. Dasar-dasar Komunikasi Untuk Penyuluhan. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta Rogers, E. M. and F. F. Shomakers. 1971. Communication Of Innovation; A Cross-Cultural Approach. Collier Macmilan Publishers, London. Rogers, E. M., 1983. Diffusion of Innovation. Third Edition. The Free Press. New York. Siegel, S. 1997. Statistik non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Singarimbun, M dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta. Sugiharto, E. R. 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sulaiman, W. 2003. Statistik Non Parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Andi, Yogyakarta. Suryatmoko, S. 2003. Membuat Web Portal dengan PHP Nuke. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia (UIPress), Jakata. Thompson, J. D. 1967. Organisasi in Action. McGraw. Hill. New York. Tiwari, K.S. and B. Panda. 1978. Production and quality characteristic of quail eggs. Indian Journal of Poultry Science 13 (1): 27-32 Tanenbaum, A.S. 1996. Computer Networks. Prentice Hall, New Jersey Wodard, A.E., H. Abplanalp, W.O., Wilson, and P. Vohra. 1973. Japanese Quail Husbandry in the Laboratory. Department of Avian Science University of California, Davis.
48
Lampiran 1. Lokasi Penelitian
49
Lampiran 2. Layout Situs Web Burung Puyuh
Bagian Header
Bagian
Bagian Isi
Bagian Samping
Samping
Footer
50
Lampiran 3. Script Login Php function login() { include ("header.php"); mt_srand ((double)microtime()*1000000); $maxran = 1000000; $random_num = mt_rand(0, $maxran); OpenTable(); echo "
"._ADMINLOGIN.""; CloseTable(); echo "
"; OpenTable(); echo "
"; CloseTable(); include ("footer.php"); }
51
Lampiran 4. Script Logout Php case "logout": setcookie("admin"); $admin = ""; include("header.php"); OpenTable(); echo "
"._YOUARELOGGEDOUT.""; CloseTable(); include("footer.php"); break; case "login"; unset($op); default: $casedir = dir("admin/case"); while($func=$casedir->read()) { if(substr($func, 0, 5) == "case.") { include($casedir->path."/$func"); } }
52
Lampiran 5. Script Halaman Depan Bagian Isi Php
INSERT INTO nuke_message VALUES ( '2', '<marquee>
Selamat Datang di Situs Burung Puyuh
', '
Situs mengenai Budidaya Ternak burung puyuh. Terdapat berbagai macam informasi yang terdapat dalam content. Isi content terdiri atas delapan kategori yaitu:
<marquee>
selamat berselancar... ', '1115394843', '0', '1', '1', '');
53
Lampiran 6. Tabel Sifat Inovasi Keuntungan Relatif
Keuntungan Relatif Biaya
Informasi
Waktu yang dihabiskan
Keuntungan ekonomis
Kategori Lebih mahal Sama saja Lebih murah
17 10 13
Persentase (%) 42,5 25 32,5
Tidak lengkap Sama saja Lebih lengkap
9 22 9
22,5 55 22,5
2,0
Lebih lama Sama saja Lebih cepat
4 5 31
10 12,5 77,5
2,7
7 17 16
17,5 42,5 40
2,2
Lebih rendah Sama saja Lebih tinggi Rataan skor seluruh aspek
Jumlah
Rataan Skor 1,9
2,2
54
Lampiran 7. Tabel Sifat Inovasi Kompleksitas Kompleksitas
Kategori
Kemudahan mendapatkan informasi
Lebih sulit
Jumlah Persentase (%) 7 17,5
Rataan skor 2,3
Sama saja Lebih mudah
11 22
27,5 55
Kemudahan menggunakan
Lebih sulit Sama saja Lebih mudah
22 9 9
55 22,5 22,5
1,7
Penerapan
Lebih sulit Sama saja Lebih mudah
23 11 6
57,5 27,5 15
1,6
Rataan skor seluruh aspek
1,9
55
Lampiran 8. Tabel Sifat Inovasi Kompatabilitas Kompatabilitas Sesuai dengan gaya hidup yang berlaku
Memerlukan keterampilan baru
Informasi sesuai
Kategori
Jumlah Persentase (%)
Rataan Skor
Tidak sesuai Biasa saja Sesuai
5 21 14
12,5 52,5 35
2,2
Sangat perlu Tidak begitu perlu Tidak perlu
29 11 -
72,5 27,5 -
1,3
3 10 27
7,5 25 67,5
2,2
Tidak sesuai Beberapa sesuai Sangat sesuai Rataan skor seluruh aspek
1,9
56
Lampiran 9. Tabel Sifat Inovasi Trialabilitas Trialabilitas
Kategori
Jumlah
Sulit Sama saja Mudah
12 11 17
30 27,5 42,5
2,1
Sulit Biasa saja mudah Rataan skor seluruh aspek
7 10 23
17,5 25 57,5
2,4
Diterapkan sebagai media informasi
Diterapkan sebagai bahan pengajaran
Persentase Rataan skor (%)
2,3
57
Lampiran 10. Tabel Sifat Inovasi Observabilitas Observabilitas
Kategori
Mudah dikomunikasikan
Sulit Sama saja Mudah
Mudah dibaca
Sulit Sama saja Mudah
4 12 24
10 30 60
2,5
Sulit Sama saja Mudah
4 18 18
10 45 45
2,4
Bahan informasi yang mudah diupdate
Rataan skor seluruh aspek
Jumlah Persentase (%) 12 30 8 20 20 50
Rataan skor 2,2
2,4
58