Seminar Nastonal Peternakan dam Veteriner 1997
PROFIL USAHATERNAK DOMBA DI KECAMATAN JALANCAGAK, KABUPATENSUBANG WAHYUNING K . SEJATI, AsHARI, U . ADIATI, S . MAwi clan E . JUARINJ Balai Penelitian Terrtak, P.O . Box 221, Ciawi-Bogor
RINGKASAN
Usaha peternakan ruminansia kecil di Indonesia pads umumnya dilakukan secara tradisional oleh petani, dimana selunlh kegiatan pembibitan, pembesaran dam penggemukan dilakukan dalam farm yang sama. Usalia spesialisasi, seperti penggemukan, umumnya dilakukan pada usaha-usalia peternakan berskala besar atau usalia komersial . Namun demikian pada skala tradisional, terdapat segelintir petalu telah juga melakukan usalia semacaln ini . Studi ini dimaksudkan untuk mengamati dam mengkaji usahaternak serta kelembagaan ekonomi usahaternak domba rakyat pada pola penggemukan clan pola pembibitan ke arah agribisnis . Lokasi yang diamati adalah Desa Bunihayu (untuk pola pembibitan) clan Desa Cibeusi (untuk pola penggemukan), Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Studi dilakukan melalui wawancara pada peternak dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data sekunder diambil dari Dinas Peternakan, Kantor Kecamatan, Balai Desa, KUD clan pasar liewan . Data dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola usahaternak di wilayall ini sudali mengarali ke spesifikasi yaitu pola pembibitan clan poly penggemukan. Adanya pasar hewan yang telah memiliki spesifikasi tertentu sangat membantu peternak sesuai dengan pola usalianya . Secara individu peternak di wilayah pendamatan telah benisaliaternak yang mengarall pada usalia komersial . meskipun kelompok ternak serta KUD belum banyak berperan dalam usahaternak ini . Dalam pengembangan serta pcnyebaran ternak Lembaga desa lebih banyak berperan, khususnya dalam penanganan bantuan-bantuan ternak dari pemerintah. Kata kunci :'Ternak domba, profil, usalia
PENDAHULUAN Usahaternak nuninansia kecil menlpakan salah satu somber pendapatan penting bagi penduduk pedesaan . Namun demikian peran kelembagaan sosial ekonomi pada komoditas ini masih belum banyak diperhatikaii, seperti halnya pada usahaternak unggas atau pun sapi perali . Sementara itu perannya semakin dituntut dalam kegiatan agribisnis, dengan tetap melibatkan para peternak tradisional dalam pembangunan ekonomi pedesaan. Berbagai peluang telah terbuka bagi kelompok bawah tersebut, namon belum terjangkau pemanfaatannya . Usaha peternakan ruminansia kecil di Indonesia pada umumnya dilakukan secara tradisional oleh petani, dengan poly pembibitan atau pembesaran anak. Pada usahaternak domba terdapat dua pola usalia yaitu pola pembibitan atau pembesaran anak clan pola usalia penggetnukan. Pada pola pembibitan, pendapatan dititikberatkan dengan cars memproduksi anak clan membesarkannya. Dengan demikian prodtt"vitas ternak banyak tergantung pada produktivitas induk clan laju pertumbuhan bobot badan . Salah satu ciri usahaternak dengan poly pembibitan adalah tingginya proporsi induk dari ternak vang dipelihara . Sedangkan pada pola usalia penggemukan, ternak yang dipelihara adalah ternak jantan . Pada unuunnya peternak secara periodik membeli anak jantan untuk digemukkan. 797 '
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner /997
Spesialisasi pemeliharaan domba yang telah dilakukan oleh segelintir-peternak atau pengusaha saat ini adalah pola penggemukan, dengan cara mendatangkan ternak bakalan berumur muda dari luar untuk digemukkan selama beberapa bulan, kemudian dijual sebagai ternak potong. Kemampuan teknis yang dimiliki peternak perlu ditingkatkan dan ditunjang dengan pengembangan kelembagaan sosial ekonomi yang mampu mengantarkan kegiatan agribisnis melalui peningkatan partisipasi (EDDY, 1994). Partisipasi anggota kelompok tergantung dari nilai tambah dari interaksinya dalam kelompok bersangkutan (DUDUNG, 1986). Dalam hubungan itu maka peran kelembagaan menjadi semakin mendesak . Peluang pasar agribisnis telah terbuka, peluang bantuan modal pun telah lebih dilonggarkan bagi pengembangan usaha-usaha kecil dalam sistem kemitraan . Namun peluang-peluang tersebut belum dapat dimanfaatkan . Kelembagaan petani menjadi sangat penting dalam menunjang pengembangan usaha yang semakin dinamis . Beberapa lembaga sosial ekonomi yang terkait dalam usahaternak di pedesaan diantaranya adalah kelompok tani, KUD, lembaga perkreditan atau simpan pinjam formal (BRI Unit Desa, Bank Perkreditan Rakyat), pasar hewan, penyuluhan, -disamping ketersediaan infrastruktur yang dibutuhkan seperti RPH, pasar hewan clan transportasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola usaha yang dilakukan oleh peternak serta mengkaji sistem kelembagaan sosial ekonominya. METODOLOGI Lokasi pengamatan adalah Kabupaten Subang yaitu di dua desa di Keamatan Jalancagak . Responden terdiri dari peternak domba yang mempunyai pola usaha pembibitan (Desa Bunihayu) clan peternak domba yang mempunyai pola usaha penggemukan (Desa Cibeusi), pengurus kelompok dan pemuka masyarakat. Data didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi usahaternak domba serta kelembagaan yang ada di wilayah pengamatan . Disamping data primer yang didapat dari peternak, jugs diambil data sekunder dari lembaga yang terkait (Dinas, KUD, Pasar Hewan) . Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum wilayah hengamatan Sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran potensi sumberdaya domba di wilayah pengamatan dan peluang optimalisasi keberlanjutan usahaternak, tidak dapat dipisahkan dengan kondisi wilayah dimana usahaternak tersebut dibudidayakan . Dari berbagai alternatif Lkasi untuk penelitian sislem kelembagaan sosial ekonomi usahaternak domba, adalah di desa Cibeusi dan desa Bunihayu, kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang . Penggunaan lahan di desa Cibeusi din di desa Bunihayu dapat dilihat pada Tabel 1, dimana sebagian besar lahan di desa Cibeusi merupakan lahan basah (67%) sedangkan di desa Bunihayu merupakan lahan kering (57%). Lokasi pengamatan terietak pada ketinggian sekitar 700 m dari permukaan taut dengan kondisi lahan perbukitan dan curah hujan di atas 3000 mm/tahun . 79 8
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997
Tabel 1. Penggunaan lahan di-desa Cibeusi dan desa Bunihayu Jenis penggunaan lahan
Desa Bunihavu Hektar
Desa Cibeusi Hektar %
Lahan basah
239
67
107
13
Lahan keying
10
3
462
57
Rumah dan Pekarangan
58
16
97
12
Perkebunan
34
10
100
12
-
-
30
4
13
4
12
2
354
100
808
100
Hutan Lain4ain Jumlah
Karakteristik peternak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur rata-rata peternak di Desa Bunihayu dan Desa Cibeusi berturut-turut adalah 42,8 tahun dan 45,1 taluin (label 2). Seperti keadaan umum di pedesaan, tingkat pendidikan peternak masih relatif rendah, yaitu umumnya tidak tamat Sekolah Dasar. Tidak ada diantara peternak yang pernah masuk Sekolah Menengah . Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rataan tingkat pendidikan peternak di Desa Bunihayu adalah 4,4 tahun (setara dengan SD kelas 4), dan di Desa Cibeusi 5,5 tahun (setara dengan SD kelas 5). Tabel 2. Karakteristik peternak responden di lokasi pengamatan Keterangan Umur peternak (th) Pendidikan (th) Pengalaman beternak Tujuan beternak
Desa Bunihayu
Desa Cibeusi
42,8
45,1
4,4
5,5
22,5
26,8
Pembibitan
Penggemukan
Usahaternak domba sampai saat ini masih dianggap sebagai usaha sambilan atau usaha komplementer usahatani . Oleh karena itu segala aktivitas usahaternak tidak terlepas dari sistem usahatani, khususnya dalam pengalokasian tenaga kerja maupun mats pencaharian pokok dan sambilan peternak (label 3). Perekonomian di kedua desa tersebut berbasiskan subsektor pertanian, dimana sebagian besar penduduk yang bekerja adalah petani pemilik, penggarap dan buruh tani terutama di desa Cibeusi (80%) . Buruh non pertanian menduduki urutan kedua terbesar di desa Cibeusi (11,5%) dan di desa Bunihayu (19,4%) . 799
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner /997
Tabel 3. Jenis dan komposisi mata pencaharian .penduduk Desa Cibeusi dan Desa Bunihayu Mata Pencaharian a. Pertaman 1 . Petani pemilik 2 . Petani penggarap 3 . Buruh tani b. Non-pertanian 1 . Buruh 2. Tukang,Pengrajin 3 . Pegawai, pensiunan 4. Pedagang 5. Angkutan 6. Lain-lain Jumlah
Desa Cibebeusi Jiwa %
Desa Bunihayu Jiwa
926 250 282
50,8 13,7 15,5
452 134 333
36,2 4,9 12,1
209 94 32 6 21 2 1822
11,5 5,2 1,8 0,3 1,1 0,1 100,0
532 94 56 463 71 65 2470
19,4 3,4 2,1 16,9 2,6 2,4 100,0
Dilihat dari pengalaman betenak domba, terlihat bahwa peternak di kedua desa pengamatan mempunyai pengalaman beternak yang cukup lama, yaitu di atas 20 tahun untuk kedua lokasi . PENGUASAAN TERNAK DOMBA Pemeliharaan domba di desa Cibeusi dan Bunihayu masing-masing berpola usaha penggemukan clan pembibitan, sebagaimana terlihat pada komposisi umur danjenis kelamin temaknya (Tabel 4). Pada pola penggemukan, kandang disekat secara individu dengan ulnlran (50 - 60 cm) x (80 - 100 cm). Temak bakalan dibeli pada umur 4 - 6 bulan clan lama penggemukan 6 - 9 bulan. Rata-rata penguasaan temak di desa Cibeusi 2.58 ekor/keluarga dan di desa Bunihayu 1 .75 ekor/keluarga . Tabel 4. Rata-rata penguasaan domba oleh peternak responden (ekor) Uraian Dewasa jantan Dewasa betina Muda jantan Muda betina Anakjantan Anak betina Rata-rata
Desa Bunihayu 1,12 4,37 1,00 1,00 0,62 2,37 10,48
Desa Cibeusi 1,64 0,94 2,58
Keterrn=an : Dewasa : > 1 tahun, Muda : lepas sapih - 1 tahun, Anak : < 4 bulan
PENGELOLAAN PAKAN 1Ejauan pakan diperoleh dari lahan usaha berupa rerumputan alami dan dedatutan tanaman penghijauan seperti daun sopsi atau kayu Afrika (Masopsi hamind), kaliandra. Diantara petani di Bunihayu sudah ada yang menanam rumput unggul seperti rumput Gajah, rumput Raja. Kulit nenasjuga diberikan pada domba . 800
SeminarNosional Peternakon don Veteriner 1997
Air minum umumnya diberikan hanya pada musim kemarau sekitar 3 kali per minggu .dan diantara mereka ada yang membenkan minum-saat dimandikan saja. 11,7% dari petani di kedua-desa memberikan pram untuk temaknya. Sedangkan yang membenkan dedak hanya beberapa dwntara mereka yang memelihara dengan pola penggemukan, dengan jumlah pembelian sebanyak 0,5 kg/ ekor/minggu . Pemasaran ternak
Pola pembelian-ternak pada dua lokasi pengamatan terlihat jelas berbeda, sebagai akibat dari pola usaha yang berbeda . Pada pola penggemukan, pembelian ternak dilakukan secara rutin. Dada umumnya pembelian ternak sudah diperhitungkan dengan rencana penjualan ternak, yaitu -pada saat-saat dimana harp ternak saat dijual tinggi, misainya pada saat Idul Adha . Pembehan ternak pada umumnya dilakukan pada saat peternak menjual ternaknya yang telah digemukkan. Dari hasil penjualan satu ternak yang telah digemukkan, peternak membeli 2 ekor anak domba bakalan yang berumur sekitar 4 - 6 bulan . Pada usahatemak dengan pola pembibitan, yaitu pada Desa Bunihayu, dapat dikatakan bahwa hampir semua peternak tidak pernah membeli domba . Hal ini karena usaha yang dilakukan adalah membibitkan . Jadi pada pola ini, domba induk merupakan aset bagi pemilik . Sedangkan anak domba yang dihasiikan dijual sewaktu-waktu yaitu pada saat membutuhkan uang. Sedangkan domba induk tetap dipertahankan . Pola pemasaran ternak domba dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pola pemasaran domba di lokasi pengamatan Uraian Pembelian ternak - Frek. beli - Umur ternak yang dibeli - Tempat beli - Sistem pembayaran - Waktu beli Penjualan ternak - Frek. jual - Umur ternak yang dijual - Tempat jual - Sistem pembayaran - Waktu jual
Desa Bunihayu (Sistem Pembibitan)
Desa Cibeusi (Sistem Penggemukan)
Tidak pernah ., -
Secara periodik (2x/th) 4 - 6 bulan Pedagang desa/Pasar Tunai Tertentu (terjadwal)
Tidak tentu Anak sampai devvasa Pedagang desa Tunai Sewaktu-waktu butuh uang
2 x tahun Sekitar 1 tahun Pedagang desa Tunai Tertentu (pas hari-hari besar)
Pola penjualan ternak pada kedua desa juga terlihat berbeda . Pada Desa Cibeusi (dengan pola usaha penggemukan) penjualan dilakukan secara rutin 2 x per tahun . Ternak yang dijual adalah ternak jantan yaiig" telah di emukkan. Sedangkan pada pola pembibitan, penjualan ternak belum dilakukan secara ru*. Pete ak menjual ternak hanya kalau dia membutuhkan uang. Jadi domba masih merupakan tabongan \ gi mereka . Pada pola`,, pembibitan ini, ternak yang dijual pun beragam jenis kelamin maupuw umurnya . Sebagian besar ternak yang dijual adalah anak-anak domba dan ternak bibit yang sudalilfidak produktif lagi . P*r hewan Kecamatan Jalancagak sudah
801
SeminarNastonal Peternakan don Veternner 1997
menjurus ke spesialisasi pasar domba penggemukan yang lebih dari 90% terdiri dari domba jantan siap potong dam bakalan . Dinamika kelembagaan usaha ternak Untuk mengembangkan suatu usalia di pedesaan tenitama yang berkaitan dengan produksi usahatani, perlu dikaji terlebih daluilu pranata-pranata yang terlibat di dalamnya seperti sumber daya yang dimiliki, kendala, peluang dam tantangan yang harus dihadapi baik dari segi petani/peternaknya, lembaga-lembaga yang ada clan sejauh mama peternak/lembaga-lembaga tersebut berperan. Kelembagaan yang ada di kecamatan Jalancagak yaitu : BRI Unit Desa, KUD clan prasarana berupa Pasar Hewan . Di Kecamatan Jalan Cagak terdapat 2 pasar hewan, yaitu di Desa Kasomalang yang hari pasarnya jatuh pada hari Minggu serta Jalan Cagak, yang hari pasarnya yaitu pada hari Selasa clan Sabtu . Pada pasar ini, ternak yang dipasarkan adalah khusus ternak domba clan kambing, dimana 95% dari ternak yang ada adalah domba. Rataan jumlah ternak yang dipasarkan setiap hari pasar sekitar 200 ekor. Sedangkan pada hari-hari besar seperti pada hari raya Idul Adha, jumlah ternak yang dipasarkan mencapai 400-500 ekor. Ciri khas dari pasar hewan ini adalah ternak yang dipasarkan sebagian besar adalah ternak jantan, khususnya ternak jantan bakalan yang siap digemukkan . Pemasukan clan pengeluaran ternak domba clan kambing per bulan untuk ternak bibit clan potong pada pasar hewan Jalancagak terlibat pads Tabel 6. Tabel 6. Pemasukan clan pengeluaran ternak domba clan kambing (ekor) per bulan di kecamatan Jalancagak, Subang pada tahun 1995 Keperluan Bibit : - Jantan -Betina Potong
Jumlah
Masuk
Domba
76, 1 (59,0) 88,1 (61,0) 164,2 (60) 96,9 (44)
Kambing
Keluar
Masuk
51,8 (41) 55,7 (39) 107,5 (40) 123,8 (56)
21,2 (51) 31,6 (65) 52,8 (58) 43,0 (53)
Keluar
20,4 (49) 17,2 (35) 37,6 (42) 38,0 (47)
( ) menunjukkan persen Pada hewan bibit, perbandingan antara hewan yang masuk clan keluar dari kecamatan Jalancagak yaitu 60 :40. Kebalikannya terjadi pada domba-domba untuk keperluan pemotongan, yaitu domba-domba yang keluar lebih banyak daripada domba-domba yang masuk (44 :56). Hal ini mencerminkan potensi kecamatan tersebut sebagai penghasil domba untuk pemotongan. Oleh karena hewan-hewan yang dipotong pada umumnya adalah hewan jantan, maka dapat diduga bahwa domba-domba tersebut adalah domba-domba hasil penggemukan, untuk memenuhi sebagian kebutuhan penduduk Jakarta clan Bekasi akan daging domba . Hampir seimbangnya antara jumlah domba jantan yang masuk untuk bibit dengan jumlah domba betina yang masuk untuk tujuan yang sama (46 :53), mencerminkan potensi kecamatan tersebut sebagai produsen domba-domba jantan bakalan, disamping potensinya sebagai penghasil domba-domba jantan potongan .
802
Seminar Nasional Perernakon dan Veteriner 1997
Domba-domba yang masuk berasal dari kecamatan-kecamatan lain" dari Kabupaten Subang, seperti Kecamatan Tanjungsiang, Cisalak, Sagalaherang, Pagaden, Cijambe darn Subang . Kabupaten Purwakarta juga menjadi salah satu daerah asal ternak domba/kambing bagi Kecamatan Jalancagak. Sedangkan domba-domba yang keluar dari Kecamatan Jalancagak umumnya menuju Bekasi, Purwakarta, Bandung clan Indramavu . Ternak-ternak itu juga dikirim ke kecamatan-kecamatan lain dari Kabupaten Subang seperti Kalijati . Pagaden, Pamanukan clan Subang . Jumlah domba yang masuk atau keluar, baik uniuk keperluan pembibitan ataupun untuk keperluan pemotongan, jauh lebih besar daripada jumlah kambing yang masuk atau atau keluar untuk keperluan yang sama (3 :1) . Dalam kegiatan pasar hewan ini, pelaku ekonomi yang terlibat sekitar 100 orang yang terdiri dari belantik-belantik desa yang ada di wilayah kecamatan Jalan Cagak dan sekitarnya . Sebagian besar dari mereka adalah penjual domba bakalan atau domba jantan yang telah siap potong . Jadi bentuk pasar hewan di sini sudah menjurus kepada spesialisasi produk, yang sangat menunjang bagi kegiatan agribisnis. Peternakan domba di desa pengamatan telah memelihara ternak dengan kegiatan usaha yang berorientasi pasar. Namun demikian bila dilihat dari kelembagaannya, belum mempunyai wadah dalam satu kelompok ternak . Di Bunihayu memang dulu pernah ada kelompok ternak, namun sudah tidak berfungsi lagi. Sebagian besar dari peternak mengharapkan adanya kegiatan kelompok, walaupun secara perorangan atau secara teknis sudah siap dalam kegiatan usaha yang berorientasi pasar. Jumlah peternak yang setuju dibentuk kelompok lebih dari 90%, dengan beberapa hal yang diinginkan yaitu ketua kelompok harus jujur, berwibawa dan dapat memotivasi anggotanya. Dengan terbentuknya kelompok peternak mengharapkan adanya bimbingan dari penyuluh/dinas untuk meningkatkan pengetahuan mereka serta memperoleh informasi baru secara cepat . Peran Kepala Desa beserta aparatnya di wilayah pengamatan, sangatlah dominan . Karena wilayah ini masih belum terbentuk suatu kelompok ternak, maka semua kebijakan yang datang dari atas (pemerintah) seperti halnya bantuan ternak sangat tergantung dari kebijaksanaan Kepala Desa serta aparatnya . Hal ini menyebabkan sering tedadinya kekelinian dalam hal penentuan peternak yang seharusnya mendapatkan bantuan . Misainya ternak diberikan kepada seseorang yang belum berpengalaman, aparat desa atau kepada seseorang yang mempunyai hubungan keluarga dengan kepala desa. Hal demikian masih sangat umum dilakukan oleh kepala desa . Sedangkan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai Lmbaga perencana belum berfungsi . Rencanarencana yang ditangani dalam bidang pertanian masih terbatas pada program tanaman pangan, belum menyentuh bidang peternakan. Bantuan dari pemerintah untuk wilayah pengamatan diantaranya adalah : PPWT (Proyek Pengembangan Wilayah Terpadu), PT Pupuk Kujang, BRI, IDT (Inpres Desa Tertinggal) . Desa Cibeusi tennasuk desa di Kecamatan Jalancagak yang menerima IDT . KUD yang berada di wilayah pengamatan adalah KUD Rahayu. Bidang usaha yang ditangani pads KUD Rahayu adalah pelayanan listrik, serta pertanian seperti unit nenas, pupuk, cengkeh dan sapi perah . Yang terakhir masih dalain rencana dari berbagai bidang usaha tersebut, unit usaha yang besar-benar sudah ditangani baru unit listrik, artinya KUD mendapat keuntungan dari kegiatan ini dan akan terus bertambah seiring dengan penambahan sambungan listrik ke desadesa. Untuk peternak di Desa Bunihayu clan Desa Cibeusi, keberadaan KUD ini belum banyak dirasakan . Sebagian besar mereka masih merasa enggan untuk meminjam modal dari KUD 803
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997
maupun dari lembaga perkreditan lain dan belum dapat nilai tambahnya dari meminjam modal, disamping mereka masih dianggap sebagai kelompok yang tidak mampu memanfaatkan atau sebagai kelompok yang beresiko tinggi . Oleh karena itu perlu dipersiapkan peluang-peluang yang ada untuk perluasan usahanya. KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Pola usahaternak di Kecamatan Jalancagak sudah mengarah kepada . spesifikasi usaha, yaitu pola usaha pembibitan dan pola usaha penggemukan .
2.
Sistem kelembagaan yang ada di desa maupun di tingkat keeamatan belum mempunyai hubungan fungsional dengan kegiatan usahaternak ruminansia secara aktif maupun pasif. Lembaga-lembaga yang ada di desa clan lembaga-lembaga yang mampu menjangkau kegiatan ekonomi pedesaan seperti Kelompok tani ternak, KUD, BRI T LKMD, Badan Perkreditan Kecamatan merupakan lembaga-lembaga potensial yang berperan dalam pengembangan kegiatan usaha, diantaranya untuk kegiatan usahaternak ruminansia.
3.
Diantara kegiatan usahaternak domba di Subang, secara individu peternak telah menguasai teknik yang berorientasi pasar, 'namun belum melembaga . Pembentukan kelompok dengan menekankan poly partisipasi masyarakat, usahaternak sebagai media, sangat prospektif bagi model dinamika kelembagaan pedesaan menunjang pengembangan usaha. DAFTAR PUSTAKA
DuDuNG, A. M. 1985. Pola partisipasi masyarakat pedesaan dalam pembangunan pertanian berencana. Disertasi . UNPAD. Bandung . EDDY, B . T. 1994. Pendekatan partisipasi dalam pembangunan masyarakat pedesaan . Prosiding Seminar Nasional "Peran Petemakan dalam Pembangunan desa Tertinggal" . Universitas Semarang . MARGONO, S. 1978. Beherapa Calatan tentang Pembangunan Organisasi, Penghimpun. Kumpulan Bahan Bacaan Penyululian Pembangunan Pertanian . Edisi Ketiga. Bogor. NuRsiDiK, T. 1992 . Dinamika kelompok dan partisipasi anggota kelompok tarsi pada Koperasi Unit Desa. Skripsi . Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor . Bogor .
RAHMAN, B. 1993. Deskripsi perkembangan lembaga perkreditan di pedesaan Jawa Timur. Form Penelitian Agro Ekonomi . Vol . 10 No. 2 dan Vol . I1 No. 1, Juli 1993. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian . Badan Litbang Pertanian .