TIM DOSEN MACHDALIZA,SH.MS.i DRA. DWIYANTI HANANDINI
Jurusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unuversitas Andalas-Padang 2012
RPKPS dan referensi Penjelasan kontrak perkuliahan
A.Pengertian kriminologi W.A.Bonger “meyelidiki gejala kejahatan yang seluas-luasnya” E.H. Sutherland “Berhubungan dengan kejahatan sebagai gejala masyarakat” Noaach “perbuatan jahat dan kelakuan tercela dan yang tersangkut di dalamnya” J. Constant “Faktor penyebab terjadinya kejahatan dan penjahat”
W.A.Bonger “ perbuatan yang sangat anti sosial dan bersanksi” J.E Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuro “setiap perbuatan termasuk kelalaian, dilarang hukum publik untuk melindungi masyarakat dan bersanksi”
Merumuskan gejala-gejala kejahatan Kejahatan yang terjadi/ yang akan terjadi Penjahatnya Faktor penyebabkan timbulnya
A. Faktor sosiologis Mobilitas sosial ( horizontal dan vertikal) Persaingan dan pertentangan kebudayaan Idiologi politik Ekonomi Kuantitas penduduk Agama Pendapatan dan pekerjaan
B.
Faktor intern.
a.Sifat khusus individu /psikologis (sakit jiwa, daya emosional, rendahnya mental, anomi) b. sifat umum, Hari Saherodji (umur, sex, kedudukan individu dalam masyarakat, pendidikan, rekreasi)
C. Faktor ekstern 1. faktor ekonomi “Marx” akibat sistem ekonomi yang buruk a. perubahan harga b. pengannguran “Stephan Hurwitz”( bekerja terlalu muda, tidak ada harapan untuk maju, pengannguran berskala tetap ) c. urbanisasi “ Bruce Smith” tidak dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat”
2.Faktor agama “ Florence Greenhoe Robbins” dalam bukunya,Education sociology, agama dapat menentukan tingkah laku manusia sesuai dengan nilai agamanya 3.Faktor bacaan,“Stephen Hurwitz” seperti , cerita porno, kriminal, cerita bergambar yang berbau porno dan akan sangat berbahaya bagi yang punya predisposition (pembawaan) melakukan kejahatan seks “Louis Le Maire” 4. Faktor film termasuk televisi “ Cyril Burt” dalam bukunya The Young Delinquent, bagi seseorang yang terbelakang mental/lemah ingatan,maka akan meniru adengan yang ada dari film kecuali yang sudah kecanduan nonton akan mencuri untuk mendapatkan karcis menonton
A.
Dari sudut Pelanggaran kaidah sosial dan hukum. Kejahatan merupakan bentuk pelanggaran kaidah sosial, apabila masyarakat menganggap aturan tersebut sebagai nilai yang dijunjung tinggi., bagi yang melanggar dianggap sudah merupakan gejala kriminalitas karena masyarakat sudah merasa hidupnya guncang/terganggu, ciri-cirinya (keresahan, kekhawatiran akan ketenteraman hidupnya.)
Dalam pandangan hukum, penjahat adalah seorang yang dianggap telah melanggar kaedah hukum yang menjadi ukurannya seperti; - faktor umur (sudah dewasa/belum) - niat (ada dalam dirinya/ dari orang lain - tindakan (ketidak adilan/merugikan negara)
Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi terarahnya kehidupan sosial menuju disintegrasi. (Robert.W.O’Brien. dkk). Goals and objektives ( tujuan dari kelompok sosial) Sosial system (sistem sosial) Action system ( sistem tindakan) Sanction system (sistem sanksinya
B.
Dari sudut kemasyarakatan Soerjono Soekanto, pertambahan penduduk dapat dinilai sebagai gejala timbulnya kriminalitas apabila pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan sektor-sektor lain, seperti lapangan (pekerjaan.ekonomi dan teknologi. Emil salim, pengaruh kemiskinan yaitu pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Yang paling besar peluang untuk untuk mendorong timbulnya kriminalitas adalah kemiskinan struktural (kemiskinan masyarakat yang tidak mampu menigkatkan kehidupannya kearah yang lebih baik ) karena tidak mempunyai keahlian dan tidak memiliki modal.
Faktor penarik dari kota seperti ( pekerjaan lebih banyak, mengangkat posisi sosial, menghidarkan diri dari kontrol sosial yang ketat, pusat kesenangan/ hiburan/ pengalaman baru Soedjito Sostrodihardjo, teknologi , tiga prasyarat mental bagi masyarakat untuk menerapkan teknologi modren (disiplin yang kuat, team work yang sifat organik artinya ada pembagian tugas khusus, adanya kecermatan dan ketelitian yang kuat.
C.
Dari sudut psikologis, Sigmund Freud berpendapat bahwa getaran jiwa seseorang tidak hanya melibatkan aktivitas yang dilakukan dengan sadar tetapi juga alam bawah sadar. Faktor pendorongnya untuk mengembangkan/memajukan diri adalah minat untuk (berprestasi,berkuasa, berperasaan dan berimanjinsi) Faktor situasi fsikologis yang berpengaruh timbulnya kriminalitas. pengaruh krisis moral, dapat menimbulkan kejahatan karena nilai-nilai luhur yang hakiki semakin sulit untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
Pengaruh kompensasi, biasanya dilakukan oleh orang yang sedang mengalami kegagalan. Kompensasi bisa positif /negatif Pengaruh karakter/watak dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga. Menurut Kartini Kartono, karakter/tabiat merupakan organisasi perasaan dan kemauan yang mempunyai objek tujuan tertentu yaitu “nilai-nilai”. Karekter bisa dikembangkan/diubah kearah yang positif/negatif
Frang P. Williams III dan Marilyn, mengelompokkan teori kriminologi atas 3 (tiga kelompok). Teori yang bersifat abstrak ( macro theories) seperti terori anomi,teori konflik. Teori yang bersifat kongrit (micro theories) lebih menjelaskan seseorang bagaimana seseorang menjadi kriminal seperti social kontrol dan social learning. Teori yang tidak termasuk dalam dua kelompok diatas (Bridging theories) seperti teori sub-kultur, differential opportunitty theory (perbedaan kesempatan)
A.
Teori asosiasi diferensial ( Edwin H. Sutherland), perilaku kriminal merupakan perilaku yang dipelajari didalam lingkungan sosial melalui interaksi dan komunikasi. 9 (Sembilan ) proposisi teori asosiasi difensial; Tingkah laku tidak diwariskan Adanya proses interaksi Didapat dalam pergaulan yang akrab Yang dipelajari cara melakukan, dan bimbingan khusus misalnya; motif,rasionalisasi,serangan dan sikap
Motif dan serangan dipelajari dari penafsiran UU Akses dari pengertian lebih banyak dinilai sebagai pelanggaran bukan pentaatan Lingkungan pergaulan berubah-ubah dan variatif tergantung pada (frekwensi,jangka waktu,masa lampau dan intensitas) Proses pembelajaran meliputi semua mekanisme yang dipelajari. Sebagai ekspresi dari nilai-nilai yang umum
B. Teori anomi, Emile Durkheim dan Robert K. Merton.
“Terjadinya deregulasi dalam masyarakat/tidak ditaatinya aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Merton membagi norma sosial menjadi dua bagian. - tujuan sosial/societae goals, dalam masyarakat terdapat struktur sosial yang berbentuk klas-klas yang menyebabkan perbedaan kesempatan - sarana yang tersedia/acceptable means juga tidak mendapatkan kesempatan yang sama, akhirnya carai jalan yang salah.
5 cara untuk mengatasi anomi (Merton), a. konformitas, menerima tujuan dan sarana b. inovasi, mengubah sarana untuk mencapai tujuan c. ritualisme. menolak tujuan dan memilih sarana yang tersedia d. penarikan diri, menolak tujuan dan sarana yang tersedia e. pemberontakan, menolak tujuan dan sarana dan berusaha untuk mengganti Jadi teori anomi mencari “penyakit” dalam struktur sosial karena adanya tekanan dari masyarakat yang dapat menimbulkan deviance yang dikenal juga dengan Strain theory
C. Teori Subkultur, menjelaskan kenakalan remaja dalam bentuk
gang dan tokoh yang berpengaruh Solomon Kobrin. - Albert K. Cohen terkenal dengan teorinya delinquent subculture, perilaku delinkuen lebih banyak terjadi pada laki-laki kelas bawah yaitu prolema status dikalangan remaja. -
Cloward dan Ohlin terkenal dengan teorinya differential opportunity, lebih menekankan pada aktivitas yang menghasikan keuntungan materi dan berusaha menghindari penggunaan kekerasan (tipe pertama), ada juga yang dikenal dengan a retreatist subculture (tipe gang kedua) yaitu pencarian uang dengan tujuan mabuk-mabukan, dan (tipe ketiga) conflict sub culture maksudnya perilaku yang bebas seperti kekerasan, perampasan hak milik.
Jadi remaja yang mempunyai kecakapan tinggi tetapi tidak mencapai prestasi tidak eperti yang diharapkan akan melakukan penyimpangan yang disebut dengan “non kristalisasi status” Hal ini terjadi pada remaja kelas bawah yang menyebabkan pelanggaran hukum. D. Teori Label. Teori ini dipengaruhi oelh aliran chicago yaitu berkaitan dengan “interaksionis simbolik” Tokoh penting dalam pengembangan teori lebel Howard S.Becker dan Edwin Lemert.
Becker menyatakan kejahatan terbentuk karena; aturan-aturan lingkungan Sifat individual Reaksi masyarakat terhadap kejahatan Jadi reaksi masyarakat terhadap suatu perilaku dapat menimbulkan perilaku jahat.
karena proses pemberian label merupakan penyebab seseorang untuk menjadi jahat karena ia erasa orang sekelilingnya telah mengetahui perbuatannya. Ada dua hal yang harus diperhatikan; Pemberian label akan menimbulkan perhatian masyarakat terhadap orang yang diberi label Diterima oleh individu tersebut dan berusaha untuk menjalani sebagaimana label yang dilekatkan pada dirinya. Hal ini akan menciptakan “karir kejahatan” karena seseorang yang diberi label akan merasa bahwa orang disekelilingnya telah mengetahui perbuatannya karena masyarakat selalu mengawasinya
Bentuk kedua akibat pemberian label menurut Edwin Lemert yang disebut sebagai secondary deviance , apabila seseorang tidak tahan terhadap label yang diterimanya, ada kemungkinan orang tersebut merealisasikan label yang melekat pada dirinya . Misalnya, Seorang yang sudah dicap masyarakat sebagai pencuri untuk seterusnya akan jadi pencuri. Konsep lain, retrospective interpretation, karena hal ini juga diterapkan oleh para petugas terhadap orang yang pernah ditangkap
e. Teori konflik. Pada hakikatnya cabang teori label. Teori konflik dapat dibagi dua (2) bagian. 1. Konflik konservatif yang menekankan pada dua hal yaitu kekuasaan dan penggunaannya.Konflik muncul diantara kelompok-kelompok yang mencoba untuk menggunakan kontrol atas situasi atau kejadian. Nilai-nilai kelompok yang dibentuk dalam hukum akan dapat digunakan oleh kelompok tersebut, dan mereka akan menggunakan hukum untuk mendapatkan keuntungan, situasi ini akan tetap dipertahankan demi kelestarian kekuasaan
Tokoh teori konflik “George Vold dan Autin T.Turk” Menurut Vold, bilakelompok minoritas kehilangan kekuatan untukmempengaruhi proses legislatif, maka tingkah laku mereka akan sering dikategorikan sebagai kejahatan. Menurut Austin, kejahatan hanya diperoleh didalam hukum pidana.menurutnya ada dua cara untuk mengontrol masyarakat; a. Aturan dari petugas tentang bentuk tentang perilaku jahat beserta pidana yang dikenakan b. Menetapkan aturan untuk memproses orang melalui sistem hukum
2. Radikal konflik, K.Marx melihat konflik dalam masyarakat disebabkan adanya hak manusia atas sumber yang langka dan secara historis tidak terdapat kesamaan dalam penyebaran sumber tsb antara yang berkuasa dengan yang tidak berkuasa. Misal; dalam masyarakat industri yaitu antra pemilik modal dengan buruh. f. Teori kontrol, mengapa tidak semua orang melanggar hukum/kenapa orang taat pada hukum, maka teorii ini berusaha untuk menjelaskan kenakalan diantara para remaja.
Menurut Steven Box dinamakan “deviasi primer” maksudnya; - melakukan deviasi secara periodik - dilakukan tanpa diorganisir/ cara yang lihai - sipelaku tidak memandang dirinya sebagai pelanggar - yang berwajib tidak memandang perilaku tsb sebagai deviasi. Hirschi, merupakan salah satu tokoh teori kontrol mengatakan ada empat elemen ikatan sosial yang terdapat dalam masyarakat;
Attachment, kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya terhadap orang lain. Bila attachment suda terbentuk maka orang akan peke terhadap pikiran,perasaan dan kehendak orang lain. Hubungannya dengan penyimpangan, sampai sejauh mana orang tersebut peka terhadap pikiran,perasaan dan kehendak orang lain, sehingga ia dapat dengan bebas melakukan penyimpangan. Hirschi attachment dapat dibagi dua; - attachment total, seseorang individu melepas rasa ego dalam dirinya dan diganti dengan rasa kebersamaan. - attachment partial, tidak didasarkan pada peleburan ego tetapi karena hadirnya orang lain yang mengawasi
Comitment, keterikatan seseorang pada sub-sistem konvensional. Miss; sekolah, pekerjaan, organisasi Komitmen merupakan aspek rasional yang ada dalam ikatan sosial, karena kegiatan itu akan mendatangkan manfaat bagi orang tersebut , bila tidak taat pada peraturan tsb maka semua infestasi yang mereka miliki akan lenyap. Oleh karena itu investasi dapat dijadikan rem bagi hasrat mereka untuk melakukan deviasi. Involvement, merupakan aktivitas seseorang dalam sub-sistem kovensional. Bila aktif dalam organisasi, kecil kecenderungannya untuk melakukan deviasi segala aktivitas yang dapat memberi manfaat akan mencegah seseorang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum
Beliefs, merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan sosial yaitu kepercayaan seseorang terhadap nilai-nilai yang ada akan menimbulkan kepatuhan terhadap norma tersebut tetapi bila orang tidak mematuhi norma maka lebih besar kemungkinan orang tersebut akan melakukan pelanggaran. Jadi menurut “Hirschi”keempat elemen sosial tersebut harus ada dalam masyarakat, kalau gagal dibentuk maka para remaja akan menggunakan haknya untuk melanggar.
Reaksi yaitu upaya menghindarkan diri dari kenyataan , berusahan untuk memberantasnya/ tindakan balasan terhadap berbagai penyimpangan atau kejahatan yang terjadi . a. o
Macam-macam reaksi masyarakat Reksi masyarakat yang tidak resmi/ diluar aturan yang resmi ciri-cirinya; - dengan pembicaraan biasa - berbentuk keluhan - pengaduan dan laporan.
Manurut pandangan sosiologis, kejahatan yang dilakukan seseorang/kelompok yang merugikan dirinya sendiri atau masyarakat secara umum yang dapat mengganggu ketertiban dan ketenteraman, cukup beralasan masyarakat untuk melakuykan tanggapan atas gejolak kejahatan yang sedang dihadapi/dirasakan saat itu. Menurut “B.Bosu” dalam hukum adat, dalam hal ini perlu ada penggantian kerugian ,miss; - dengan pembayaran sejumlah uang - pengorbana hewan - pengusirandari daerah tempat tinggal
o
o
Reaksi masayarakat yang resmi/ yang didasari kekuatan hukum (pidana). Menurut “R. Soesilo”, kejahatan dapat dibedakan menjadi dua pengertian yaitu kejahatan secara yuridis dan kejahatan secara sosiologis. Ditinjau dari sudut yuridis suatu perbuatan/tingkah laku yang bertentangan dengan UU. Untuk memastikan perbuatan tersebut bertentangan dengan UU ada azas yang berlaku yang dikenal dengan “ nullum delictum nulla poena siane proviea” artinya, tiada suatu perbuatan boleh dijatuhi hukuman selain berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang sudah ada sebelumnya
Reaksi yang resmi. Tanggapan masyarakat kriminalitas yang didasari kekuatan hukum.
terhadap
Menurut “Bosu” untuk menilai apakah perbuatan itu bertentang dengan UU, yang tujuannya agar penguasa tidak menlakukan tindakan yang sewenang-wenang dan dapat memberikan kepastian hukum. Azas ini dalam ilmu hukum disebut; “ nullum delictum nulla poena siane proviea” artinya, tiada suatu perbuatanpun boleh dijatuhi hukuman selain berdasarkan ketentuan UU yang telah dibuat sebelumnya. Maka harapan masyarakat, supaya ketenteraman kesejahteraannya lebih terjamin agar kejahatan dapat ditekan serendah mungkin
Umumnya masyarakat melakukan tindakan represif terhadap kejahatan cenderung diikuti oleh luapan emosi, yang disebut pembalasan dengan kekerasan . Untuk menanggapi reaksi masyarakat tersebut perlu adanya kerja sama yang baik antara aparat penegak hukum dengan masyarakat disamping melibatkan para ahli kriminoligi. Tujuan dari penghukuman adalah untuk menyadarkan dan mengupayakan perbaikan kembali terhadap pelaku kejahatan atau pelanggar hukum agar tidak mengulangi lagi perbuatan yang pernah dilakukannya dan dapat kembali kepada masyarakat dengan kehidupan yang wajar.
b. Faktor reaksi masyarakat. • Apabila perilaku menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat . • Apabila terjadi perubahan sikap, tingkah laku maupun kepentingan dan harga diri akibat pergaulan hidup dalam masyarakat • Karena adanya aksi akibat terjadinya perubahan status dalam masyarakat • Secara sosiologis, terhadap seseorang/kelompok yang telah mendapat “cap” dari masyarakat, reaksi tersebut dapat berupa kewaspadaan dari masyarakat
•
•
•
•
Apabila perbuatan yang dilakukan betul telah melanggar ketentuan/ UU yang berlaku Adanya pelopor/penggerak karena masyarakat merasa terganggu kepentingannya Pengaruh kuantitas para pelaku pelanggaran ( pelaku dengan jumlah minoritas) Adanya dukungan dari aparat penegak hukum
Dua aspek reaksi masyarakat ditinjau secara sosiologis . Aspek positif, syrat-syaratnya. 1. Reaksi tersebut dengan melakukan pendekatan kemasyarakatan sesuai dengan latar belakang terjadinya suatu tindakan kejahatan’ 2. Reaksi dengan melakukan kerja sama dengan aparat penegak hukum 3. Tujuan penghukuman, yaitu pembinaan dan penyadaran atas pelaku kejahatan 4. Mempertimbangkan sebab-sebab dilakukannya suatu tindakan kejahatan
Aspek negatif. 1. Reaksi dilakukan karena luapan emosional 2. Reaksi dilakukan karena ketentuan lokal yang berlaku dalam masyarakat 3.Tujuan penghukuman cenderung bersifat pembalasan/dendam 4. Relatif lebih sedikit pertimbangan latar belakang kenapa kejahatan itu dilakukan
c. Landasan reaksi masyarakat. Landasan perspektif hukum, menurut Arnold keseimbangan dan keadilan dalam penghukuman suatu cadangan besar dari lambang-lambang yang penting dari segi perasaan. Banyak anggapan ketidak adilan bagi masyarakat akan kekerasan dan kekejaman hukum terhadap pelaku kejahatan, sejauh tujuan hukuman itu bukanlah untuk menyiksa atau menakuti masyrakat melainkan untuk mempertahankan dan meningkatkan kebahagiaan dan ketenteraman masyarakat. “Oleh karena itu perspektif hukum merupakan landasan bagi masyarakat dalam usaha menanggulangi dan memerangi kejahatan
Landasan perspektif sosiologis, tindakan penghukuman yang diberikan masyarakat kepada pelaku kejahatan atas dasar ketentuan “mores” /adat istiadat kelompok. Jadi baik buruknya perilaku seseorang sangat ditentukan oleh pergaulannya di dalam masyarakat . Berpijak dari kenyataan, penghukuman masyarakat terhadap pelaku kejahatan haruslah dengan mempertimbangkan latar belakang dilakukannya tindakan kejahatan. Salah satu sebab mengapa orang menjadi penjahat karena pengawasan masyarakat yang terlalu ketat/otoriter dalam kepemimpinannya, bagi masyarakat yang menganut sistem demokrasi dirasakan sebagai pengekangan, akhirnya melakukan kompensasi yang kontradiktif.
Oleh karena itu penghukuman perlu mempertimbangkan nilai-nilai kemasyarakatan yang tujuannya untuk perlindungan terhadap masyarakat demi masa depannya dari pada melampiaskan dendam kepada pelaku kejahatan. Landasan ini bukan hanya ditujukan pada penegak hukum dan pengamat kejahatan tetapi juga kepada masyarakat disaat berhadapan dengan pelaku kejahatan Selanjutnya bagi masyarakatnuntuk mengadakan reaksin terhadap pelaku kejahatan adalah dengan mempertimbangkan sikap dan perilaku sosial supaya dapat menciptakan kondisi yang serasi untuk memungkinkan adanya tingkah laku sosial yang baik/positif
Pelaku kejahatan yang yang telah dapat dikuasai masyarakat untuk dapat menjalani kehidupan yang wajar, harus dilibatkan kedalam kegiatan misalnya, yang menyangkut hak dan kerja sama dalam kepemimpinan tertentu. Menurut Emile Durkheim, penghukuman penjahat bukan untuk mematikan atau membunuh masa depannya tetapi justru berusaha untuk menghidupkan kembali semangat jiwanya agar dapat kembali seperti warga masyarakat yang wajar. Jadi secara perspektif sosiologis, suatu tindakan yang dilakukan secara manusiawi akan lebih adil dalam upaya mengembalikan keseimbangan moral yang terganggu, baik bago pelaku kejahatan maupun bagi masyarakat pada umumnya
Landasan perspektif psikologis. Menurut “Kinberg” psikologi kriminal dapat dibedakan atas tiga bagian. 1.Secara objektif, menitik beratkan kepada sifat bekerjanya (fungsi penjahat,tinggi kecerdasannya dan sifat keperibadiannya) 2. Secara subjektif, tertuju kepada pengalaman sipenjahat selama persiapan psikologis suatu kejahatan. reaksi psikisnya terhadap rangsangan hingga ia berbuat, reaksi sesudah perbuatan pidana dan sikap moral terhadap kejahatan 3. Secara sosial, untuk mempelajari dampak dari faktorfaktor sosial psikologis kriminal terhadap individu selama kanak-kanak dan perkembangan selanjutnya
Menurut “Hurwitz”. Perbuatan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang karena adanya pertentang pikiran yang tidak didasari. Oleh karena itu dorongan untuk berbuat jahat bisa ditekan dan diarahkan kepada konpensasi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun buat masyarakat umum. Dengan demikian masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengatasi setiap perilaku kejahatan yang timbul dengan menggunakan landasan psikologis
a.
Struktur masyarakat Indonesia. 1.Struktur sosial tradisional, melembaga dalam kehidupan masyarakat pedesaan, yang diliputi perasaan dan ikatan batin yang berdasarkan statusnya yaitu berdasarkan genealogis yang berkembang ke arah kesatuan-kesatuan sosio-politik yang bersifat teritorial dan kekerabatan yang hidup dalam persekutuan hukum adat yang menyebar di seluruh nusantara Indonesia
Golongan ini mengalami kehidupan kelompok yang harmonis dan wajar, kelompok ini sebagai suatu organisasi kepemimpinannya, mempunyai hak milik (keduniawian, sakral). Kelompok ini dapat dibagi dua; Golongan berdasarkan keturunan darah sebagai kekerabatan Golongan yang merupakan persekutuan hukum yang berdasarkan teritorial kedaerahan. Pada masing-masing kelompok ini hidup dan betkembang norma-norma tradisionil yang berperan untuk mengekang timbulnya kejahatan pada masyarakat pedesaan
2. Struktur masyarakat modern, merupakan jaringan hubungan antara manusia dalam hal untuk pencapaian statusnya bersifat objektif dan rasional, oleh karena itu disini berkembang lembaga-lembaga sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan yang tata pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip Ilmu penegtahuan modern. Struktur masyarakat modern ini adalah pola kehidupan dalam masyarakat perkotaan dimana pertumbuhan kota di Indonesia mulai dari zaman penjajahan sampai berkembang di abab sekarang ini.
Ciri-ciri kehidupan desa. • Kehidupan lebih statis •
Berpegang kepada norma-norma pergaulan hukum adat dan tradisi.
•
Hubungan individu kolektif, kekeluargaan dengan aktivitas yang dilakukan secara gotong royong
•
Pandangan hidup religius, komunal, konkrit dan kontan
Ciri-ciri kehidupan kota. o Cenderung berfikir rasional o Cenderung membuat orang berfikir sekuler, artinya menghilangkan batas-batas antara hal-hal yang profan/tidak senonoh dengan yang sakral o Hubungan kekeluargaan berubah kearah hubungan yang “bussines like” dan yang berdasarkan kontrak o Kesatuan kerja keluarga terpecah-pecah karena fungsi keluarga dalam bidang pendidikan, rekreasi dan mata pencaharian hidup diambil alih oleh lembaga masyarakat yang lebih mempunyai keahlian o Kehidupan politik lebih intensif, sehingga dapat menimbulkan konflik sosial yang tinggi. o Kota pada dasarnya menjadi sumber fikiran baru
b. Pergeseran nilai-nilai sosial budaya. Artinya, suatu perubahan atau pergeseran struktural sosial dan sistem sosial pada suatu masyarakat tertentu. - Struktur sosial adalah bentuk dari seluruh jaringan hubungan antar individu dalam masyarakat dimana terjalin interaksi dan komunikasi soasial - Sistem sosial adalah keseluruhan jalinan hubungan antar individu dalam kelompok masyarakatnya dengan hubungan nilai-nilai dan pola-pola kebudayaan serta kaedah-kaedah masyarakat tersebut
Lima proses pergeseran nilai sosial budaya dalam pembangunan nasional yang kita alami. Pergeseran identitas.misalnya masyarakat Indonesia sejak perjuangan kemerdekaan dari orientasi “Primordial” yang ditandai sifat-sifat (kesukuan, kedaerahan) ke orientasi “nasional” secara de fakto terwujud dengan memiliki negara kesatuan dan negara hukum secara yuridis dan politik sifat-sifat masyarakat yang masih punya parasangka, persaingan yang kadang-kadang tidak sehat yang dapat menimbulkan ancaman/gangguan terhadap kehidupan masyarakat bangsa dan negara
Pergeseran sitem ekonomi, pergeseran dari sistem produksi konsumsi sendiri kearah konsumsi komoditi pasar. Dalam memanfaatkan hasil teknologi yang tinggi, dapat menjadi masalah-masalah sosial –ekonomi dan kultural yang dapat berkembang menjadi ketegangan-ketegangan sosial dan dapat mendorong untuk terjadinya tindak kriminalitas. Pergeseran pranata-pranata sosial, pergeseran dari interaksi langsung kearah pranata interaksi anonim yang semakin komplek. terutama dengan semakin berkembangnya trasportasi dan komunikasi yang dapat membawa pengaruh besar dengan memudarnya ikatan batin yang erat dalam kehidupan masyarakat desa yang mempunyai sifat kegotong royongan sehingga dapat berakibat disorganisasi sosial yang dapat diikuti dengan tindak kriminalitas
Pergeseran orientasi nilai budaya, yang bergeser dari nilainilai budaya yang tradisional kenilai-nilai modern. Disatu pihak dapat membantu dengan melalui pembinaan dan pengendalian untuk diselaraskan dengan nilai-nilai yang cocok bagi pembangunan nasional, dipihak lain pergeseran tersebut dapat menghilangkan nilai-nilai tradisi yang mampu berperan sebagai alat pengawasan sosial yang dapat menekan timbulnya kejahatan Pergeseran norma-norma, pergeseran dari norma hukum adat kenorma hukum nasional kurang berjalan lancar karena masih terdapatnya hukum peninggalan zaman kolonial yang berpengaruh atas terjadinya gejala anomi dalam masyarakat dan dapat menimbulkan reaksi yang menjurus kepada kriminalitas
c. Pola dan perkembangan kriminalitas di Indonesia. Hal ini dapat dibagi dua kelompok; 1. Kelompok bahwa, bentuk-bentuk gangguan bersifat tradisional pada masyarakat desa seperti (pencurian,penggelapan, pembunuhan dll) 2. Kelompok bahwa, bentuk-bentuk gangguan yang bersifat kota yang meliputi ; a. pencopetan diatas bis, b. perampasan ditempat traffic light, c. perkosaan masal
bentuk gangguan yang timbul bersamaan dengan modernisasi pada umumnya dan masalah perkotaan khususnya yang sering disebut dengan kriminalitas kota meliputi; a.Urbanisasi , berpengaruh untuk masalah kriminal seperti, warga tuna karya , tuna wisma seperti menjamurnya tukang becak yang menggangu ketertiban umum, pengemis dll -timbulnya “slumbs” tidur yang dapat menjadi sumber kebakaran atau tempat persembunyian. - timbulnya sumber ketegangan b. Mobilitas kota seperti; -kemacetan -pertumbuhan jumlah kenderaan yang menimbulkan diperlukan pengawasannya seprti bentuk pencurian kendaraan bermotor
c. Pengaruh globalisasi seperti, masalah narkoba, sindikat pemerasan dan terorisme d. Bentuk gangguan yang bersifat musiman; • Bahaya kebakaran pada musim panas • Bahaya banjir pada musim hujan • Bahaya kecelakaan kapal/perahu dilaut pada musim angin barat • Bahaya bencana gunung berapi
Oleh karena itu kecenderungan perkembangan kejahatan pada masa mendatang di Indonesia dipengaruhi oleh; 1. Norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat 2. Penerimaan pertumbuhan teknologi 3. Hubungan/kontak sosial yang terjadi antar budaya baik regional, nasional maupun internasional 4. Tingkat sosialisai yang terjadi dalam bentuk norma dan nilai-nilai yang relevan bagi tata sosial kehidupan sosial masyarakat
1. 2. 3. 4. 5.
Mahasiswa kelapangan melakukan wawancara dengan pelaku, aparat, tokoh masyarakat, instansi terkait terhadap kasus-kasus: Kasus Tawuran antar Pelajar Kasus Kekerasan dalam Pacaran, KDRT Kasus Narkoba Kasus Korupsi Kasus Perjudian Data yang diperoleh kemudian dianalsis dengan menggunakan teori dan penjelasan mengenai alsan menggunakan teori tersebut. Dilaporkan dalam bentuk makalah sebagai bahan diskusi