127 Th.XIII
#
Maret 2015
TIADA SYUKUR TANPA PEDULI 26
Antara Syukur, Peduli dan Masa Pra-Paskah
31
Pentingnya Intensi yang Murni Dalam Pelayanan
36
Budaya Kehidupanan VS Kematian
DAFTAR ISI Edisi 127 Th. XIII Edisi Maret 2015
19
PROFIL 4 : KERLING SEPUTAR PAROKI 5 : Requem Ibu Johanna; Peziarahan yang Tiada Berkesudahan 13: Misa Imlek ORBITAN LEPAS 28: Feminisme Kepemerintahan dan Iman Katolik 38:Air... Air... Air... hari Air Sedunia 34: SANTO SANTA Santo Dismas 41 : KESEHATAN Waspada TBC 44: OPINI Apa Manfaat Paskah ini menurutmu? 45: POJOK KOMSOS Putra - Putri Altar St. Stefanus 46: ONGKOS CETAK 47: DANA PAROKI “Syukur dan Peduli dalam Dunia Sketsa”
10
SEPUTAR PAROKI
Rabu Abu
16
SEPUTAR PAROKI
Pemeriksaan Kesehatan Gratis
37
ORBITAN LEPAS
7 Detik untuk 7 Kehidupan
50: POTRET GEREJA Rapat Dewan Paroki
23
ORBITAN UTAMA
Kita pun selalu berjuang dan berusaha untuk menghidupi iman secara aktif dalam syukur dan kepedulian. Berusaha dan berjuang untuk lebih militan dan lebih pro-aktif dalam aktivitasaktivitas sosial kemanusiaan. Tiada Syukur tanpa Peduli
4. KERLING
Dua Wajah Iman Kita:
Syukur dan Peduli
D
alam rangka masa Pra-Paskah dan Tahun Syukur, kita diundang oleh Gereja untuk berlayar mengarungi gelombang kehidupan ini dengan bekal semangat “Tiada Syukur tanpa Peduli.” Gereja tentu mempunyai alasan dan keprihatinan mengapa mengangkat tema tersebut untuk menyemangati hidup kita. Barangkali karena kita kurang menjadi pribadi yang penuh syukur? Barangkali kita sudah menghayati hidup syukur, tetapi kurang melengkapinya dengan sikap peduli terhadap sesama? Barangkali kita begitu peduli terhadap sesama, tetapi kurang dipuncaki dengan kerendahan hati untuk bersyukur? Dengan mengangkat tema itu, Gereja sejatinya ingin mengingatkan kepada kita, betapa pentingnya bagi kita untuk menghidupi iman secara holistik atau utuh, yang meliputi pengungkapan dan sekaligus perwujudan. “Syukur” adalah salah satu bentuk pengungkapan iman, sementara “Peduli” adalah salah satu bentuk perwujudan iman. Ibarat sebuah mata uang logam yang selalu mempunyai dua sisi atau wajah yang berbeda, iman kita pun selalu berwajah dua; yang satu bernama “Syukur,” yang lain bernama “Peduli.” Dan semuanya itu bisa kita temukan dalam perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan beriman kita. Dengan menghayati hidup syukur dan peduli, sebetulnya kita sedang berusaha untuk hidup secara ekaristis. Secara konkrit, bagaimana kita membahasakan hidup ekaristis dalam kehidupan sehari-hari? Apakah hidup ekaristis itu sebatas menghadiri misa atau perayaan Ekaristi di dalam gereja? MediaPass edisi Bulan Maret ini, menyapa dan mengunjungi Anda sekalian dengan menghadirkan beberapa tulisan dan gambar permenungan yang menawarkan kepada kita untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dan sekaligus menanggapi keprihatinan-keprihatinan Gereja yang tercermin dalam sesanti, “Tiada Syukur, Tanpa Peduli.” Selamat membaca dan Tuhan memberkati kita. Salam dalam Kasih Tuhan, Editorial Staf MediaPass
Pimpinan: A. Setyo Listiantyo (0813 2813 0513) Creative Design: Agung E. W, Y. Triasputro & Benny Arvian, Redaksi: Paulus Sihombing, Adiya Wirawasta, Constantine J. Neno, Y. Triasputro, Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Agung Pradata, Veronica Putri Larosa, Christoverson, Maha Wisesa Email:
[email protected] /
[email protected] Facebook:
[email protected] Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi Sosial Ketua Dewan Paroki: Antonius Sumardi, SCJ Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti Bendahara: Dian Wiardi Koord. Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo Koord. Unit Media: Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Web Page: www.st-stefanus.or.id Redaktur : Sukiahwati Hartanto Programmer: Yorren Handoko Administrator : Patricia Utaminingtyas, Dian Wiardi, Sukiahwati Hartanto, Irene, Susan J Email:
[email protected] twitter: @ParokiStefanus Warta Paroki: Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV: Y. Triasputro B, Benny Arvian, Maha Wisesa Mading : Kornelius Jemada Facebook : Constantine Jhon Neno Twiter: Susan J
5. SEPUTAR PAROKI 1
Peziarahan yang Tiada Berkesudahan -Dian W-
jawab yang besar dan menjadi orang yang penting dan berjasa bagi negeri ini, di mana suaminya pernah menjadi Menteri Keuangan dan Ekonom Senior. Selama masa hidupnya, almarhumah mendampingi alm. Frans Seda dalam berbagai tugas kenegaraan yang tidak mudah. Selain tugas kenegaraan, keluarga ini juga sangat berjasa bagi sejarah berdirinya Gereja Paroki St. Stefanus. Sebagai ibu, ia berziarah bersama Tuhan dalam bentuk pendampingan terhadap kedua puterinya, yaitu Francisia Saveria Sika Seda (Eri) dan Yoanesa Maria Yosefa Seda (Nesa).
“Keyakinan iman yang macam apa yang membentuk pribadi Ibu Johanna Maria Pattinaja Seda (Ibu Jo)” demikian Bapak Uskup Ignatius Suharyo menutup beberapa sharing dalam rangkaian Misa Requiem, menghantar Ibu Jo yang sudah berpulang ke rumah Bapa pada tanggal 23 Maret 2015 di Rumah Sakit Pondok Indah, tepat pada usia 77 tahun.
B
apak Uskup melihat keyakinan iman yang membentuk pribadi Ibu Jo, salah satunya adalah penghayatan bahwa hidup itu adalah suatu peziarahan.
Kata ‘peziarahan’ inilah yang mewarnai kehidupan Ibu Jo, bahkan ia pun menyakini bahwa kematian adalah pintu gerbang menuju peziarahan yang baru. Dengan demikian, peziarahannya tiada berkesudahan. Sungguh suatu keyakinan iman yang indah. Semakin indah keyakinan itu, karena kesetiaannya dalam peziarahan telah menghantarkannya sebagai istri dan ibu bagi kedua anaknya dengan sangat baik. Sebagai istri, ia berziarah dalam bentuk mendampingi suaminya (almarhum Bapak Frans Seda) dalam suka dan duka. Bukan usaha yang mudah baginya, mengingat suaminya pernah mempunyai tanggung
Misa Requiem untuk menghantar peziarahannya yang baru menuju ke rumah Bapa, diadakan pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 19.00 secara konselebrasi dengan selebran utama Mgr. Ignatius Suharyo, Pr. Para kon-selebran adalah Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD, Pastor Paulus Setiadi, SCJ dan tiga Pastor lainnya. Dalam salah satu rangkaian Misa Requiem tersebut, Eri dan Nesa diberi kesempatan untuk sharing atau berbagi pengalaman selaku anak-anak yang mengalami kasih dan perhatian dari ibundanya tercinta, alm. Ibu Jo.
6
Eri menuturkan bahwa dia dan Nesa sering berpikir kalau ditinggal pergi oleh orang tuanya yang sudah sepuh, seharusnya sudah siap. Namun kenyataannya berbicara lain. Mereka sungguh tidak siap pada saat ayahanda (lima tahun yang lalu) dan ibunda (saat ini) dipanggil Tuhan. Dalam kesempatan sharing ini, mereka menuturkan saat-saat terakhir sebelum ibundanya dipanggil Tuhan. Pada tanggal 14 Maret lalu, mereka membawa ibundanya ke UGD RSPI sekitar pukul 18.00, karena ibudanya kelihatan lemas, sudah tidak bisa berdiri lagi, dan tidak mau makan dan minum. Dokter mengatakan adanya gejala dehidrasi dan ada infeksi di saluran kemih. Pada pukul 01.30 pagi, ibu Jo dibawa ke ICU untuk menjalani berbagai macam test. Pada Hari Jumat sore, ibu Jo minta dibelikan bakpau langganannya di depan gereja St. Stefanus. Ketika Nesa sedang membeli bakpau dan Eri kebutulan berada di rumah, dokter rumah sakit menelpon Eri dan memberitahu bahwa napas ibu sudah tersengal-sengal. Informasi lebih lanjut mengatakan bahwa ternyata paru-paru ada cairan sehingga dipasang ventilator. Eri sempat shock dengan berita ini. Hari Minggu siang, dokter menginformasikan bahwa ginjal tidak berfungsi sehingga harus ada tindakan cuci darah. Dokter mengatakan bahwa infeksinya sebenarnya sedikit tetapi karena sudah sepuh, infeksinya sulit untuk disem-
7
buhkan. Ibu Jo semakin kritis, oksigen dalam darah makin menurun dan kesadaran juga semakin menurun. Sekitar jam 14.30, mereka dipanggil dokter bahwa kemungkinan besar, beberapa jam lagi, ibu tidak dapat bertahan hidup. Mendengar pernyataan itu, Eri tidak bisa menerima kenyataan bahwa sebentar lagi dia dan Nesa akan menjadi yatim piatu. Lebih lanjut Eri meminta kepada dokter untuk melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan ibunya sehingga tidak ada perasaan bersalah sebagai anak bahwa ibu pergi begitu saja. Dok-
ter mengatakan bahwa semua sudah maksimal dan tidak ada lagi yang bisa dilakukan secara medis. Semua obat dihabiskan dan tidak ada obat tambahan lagi. Pada Jam 17.50 diiringi lagu yang sering dinyanyikan setiap hari, “Yesus, Kau Andalanku,” Ibu Jo berpulang ke rumah Bapa. Nesa mensharingkan pengalamannya dalam perspektif yang berbeda. Sejak kecil Nesa “ngintil” dengan ibu karena kesehatannya rentan sehingga selalu didampingi ibu ke mana pun. Dan sampai usia 47 tahun ini pun, kalau pulang dari mengajar, Nesa masih sering meng-
obrol dengan ibu. Dan hal-hal yang diobrolkan itu bukan hanya hal-hal yang dihadapi saat itu, tetapi sering juga tentang kematian dan kehidupan setelah mati. Nesa menyimpulkan bahwa ibu tidak takut menghadapi kematian dan percaya penuh bahwa setelah meninggal itu ada kehidupan. Itulah yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Lama sebelum ibu Jo sakit, pernah mengatakan hal berikut ini, “Pada saat ibu pergi, kamu tidak boleh mengeluarkan air mata sedikit pun.” .....
8
Lalu Nesa bertanya, “Mengapa kita tidak boleh menangis?” Jawab ibunya, “Eri dan Nesa sudah diberi kesempatan oleh Tuhan puluhan tahun hidup bersama ibu dan melihat di sekitar kamu banyak sekali anak di dunia ini yang tidak punya kesempatan yang sama untuk mengecap sekian puluh tahun hidup bersama ibunya.” Lebih lanjut ibunya mengatakan, “Nanti kalau pada saat saya meninggal, tolong dimasukkan di dalam peti mati saya, semua barang yang biasa dipakai sehari-hari kalau saya
mau melakukan yang jauh.”
perjalanan
“Mengapa ma?” tanya Nesa. Ibunya menjawab bahwa ia harus melakukan perjalanan yang sangat jauh dimana ia tidak tahu arahnya kemana, sampainya dimana dan berapa lama, kalau di tengah jalan kecapaian siapa yang akan tolong saya? Ibu Jo juga berpesan kepada anak-anaknya, “Kalau saya sudah dikubur jangan lupa membeli kitiran dan dipasang di makam saya. Kitiran itu kalau
ada angin akan berputar, maka saya akan tahu bahwa Eri dan Nesa datang melihat saya.” Yang terakhir, ibu Jo mengingatkan Nesa bahwa pada saatnya kalau Nesa meninggalkan dunia ini, Nesa tidak usah kuatir, karena akan dijemput oleh kedua orangtuanya dan opa-omanya. Selain sharing dari Eri dan Nesa, keponakan Ibu Jo yang menjadi seorang imam juga memberikan sharing tentang bagaimana Ibu Jo berjuang menjadi istri yang baik bagi seorang pembesar negara, dengan
9
memberikan perhatian sampai menjahitkan pakaian dalamnya. Bapak Uskup Ignatius Suharyo mencoba menarik benang merah dari semua sharing dengan bertanya diri, sebagaimana sudah dikutipkan diawal tulisan ini. Peziarahan adalah kata kunci yang oleh Mgr. Suharyo digaris bawahi. Ada apa dengan kata tersebut? Di mata Mgr. Suharyo, hidupnya Ibu Jo tidak pernah terlepas dari usaha untuk berziarah. Ibu Jo merasa yakin bahwa hidup ada suatu peziarahan dan peziarahan itu sekarang berakhir den-
gan mengatakan bahwa ibu Jo akan berjalan jauh. Hanya di dalam Kerajaan Surga, jauh dan dekat itu tidak ada bedanya. Kalau Ibu Jo mengatakan kepada Nesa bahwa akan berjalan jauh, dan untuk itu ia membutuhkan bekal, sesungguhnya bekal Ibu Jo sudah lebih dari cukup, yaitu kesadaran imannya, syukurnya atas kehidupan dan kepercayaannya akan kerahiman Allah yang tanpa batas. Oleh karena itu, meskipun kita merasa kehilangan, marilah kita tetap bersyukur kepada Tuhan, syukur atas kehidupan yang dianugerahkan Tuhan kepada almarhumah Ibu Jo. Se-
bagaimana teladan Ibu Jo, kita diundang untuk hidup penuh syukur, dikembangkan dengan tekun dan setia, dan dijadikan pujian kemuliaan bagi Tuhan. Misa Requiem ini berlangsung hikmat dan dihadiri oleh umat dari wilayah V dan umat paroki Stefanus serta kenalan dan saudara dari almarhumah. Jenazah dimakamkan pada hari Rabu, tanggal 26 Maret 2015 di Pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, dan diberangkatkan dari rumah duka Jakarta setelah misa pelepasan jenazah pada pukul 09.00 oleh Pastor Hendra Suteja, SJ.***
12
Rabu Abu
P
enggunaan abu dalam liturgi berasal dari jaman Perjanjian Lama. Abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian, dan sesal / tobat. Sebagai contoh, dalam Buku Ester, Mordekhai mengenakan kain kabung dan abu ketika ia mendengar perintah Raja Ahasyweros (485-464 SM) dari Persia untuk membunuh semua orang Yahudi dalam kerajaan Persia (Est 4:1). Ayub (yang kisahnya ditulis antara abad ketujuh dan abad kelima SM) menyatakan sesalnya dengan duduk dalam debu dan abu (Ayb 42:6). Dalam nubuatnya tentang penawanan Yerusalem ke Babel, Daniel (sekitar 550 SM) menulis, “Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.” (Dan 9:3). Dalam abad kelima SM, sesudah Yunus menyerukan agar orang berbalik kepada Tuhan dan bertobat, kota Niniwe memaklumkan puasa dan mengenakan kain kabung, dan raja menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu (Yun 3:5-6). Contoh-contoh dari Perjanjian Lama di atas merupakan bukti atas praktek penggunaan abu dan pengertian umum akan makna yang dilambangkannya.
Yesus sendiri menyinggung soal penggunaan abu: kepada kota-kota yang menolak untuk bertobat dari dosa-dosa mereka meskipun mereka telah menyaksikan mukjizatmukjizat dan mendengar kabar gembira, Kristus berkata, “Seandainya mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan Sidon, maka sudah lama orang-orang di situ bertobat dengan memakai pakaian kabung dan abu.” (Mat 11:21)* Gereja Perdana mewariskan penggunaan abu untuk alasan simbolik yang sama. Dalam bukunya “De Poenitentia”, Tertulianus (sekitar 160-220) menulis bahwa pendosa yang bertobat haruslah “hidup tanpa bersenang-senang dengan mengenakan kain kabung dan abu.” Eusebius (260-340), sejarahwan Gereja perdana yang terkenal, menceritakan dalam bukunya “Sejarah Gereja” bagaimana seorang murtad bernama Natalis datang kepada Paus Zephyrinus dengan mengenakan kain kabung dan abu untuk memohon pengampunan. Juga, dalam masa yang sama, bagi mereka yang diwajibkan untuk menyatakan tobat di hadapan umum, imam akan mengenakan abu ke kepala mereka setelah pengakuan.***
13. SEPUTAR PAROKI
Misa Imlek Minggu, 21 Februari 2015
14
“Jauhkan pikiran Anda sehijau bambu tunas Tahun Baru ini untuk prospek yang baik untuk mekar dalam ribuan”
15. SEPUTAR PAROKI
16. SEPUTAR PAROKI 2
Jangan Putus Asa, Selalu Ada Harapan!
S
-Dian W-
emua orang tidak mau mengalami sakit. Kenyataannya, sakit seringkali menjadi bagian hidup yang tak terelakkan. Oleh karenanya, ketika sakit ‘mengunjungi’ kita, kita sangat merindukan untuk segera memperoleh kesembuhan. Dalam proses ini, orang sakit, selain membutuhkan daya keyakinan dan harapan dari dalam dirinya sendiri untuk sembuh, keterlibat-an orang lain dan tentu saja rahmat Allah menjadi bagian yang penting. Dalam hal inilah, Gereja terpanggil untuk menjadi bagian dari proses kesembuhan banyak orang yang sakit dan menderita; Gereja dari dalam dirinya sendiri memang harus menjadi teman bagi banyak orang sakit untuk menjadi sembuh. Gereja melalui dimensi rohaninya, ingin membantu orang sakit untuk tidak berputus asa, alias selalu berpengharapan.
dan menyembuhkan. Kasih Allah ini mewujud dan berpuncak dalam kehadiran Yesus Kristus, yang selalu mencari yang hilang dan sakit, untuk disembuhkan. Bersama dengan Kristus, Gereja harus selalu mencari, menjemput, merangkul dan berdoa untuk orang sakit; mengasihi orang sakit, memberi penumpangan tangan dan pengolesan minyak.
Dasar panggilan Gereja itu adalah Kasih Allah sendiri. Kasih Allah tidak dapat dibandingkan dengan kasih apapun yang ada di dunia ini. Kasih-Nya, kasih ilahi yang berkuasa untuk menciptakan dan mengampuni dosa, sekaligus menjadi daya kasih yang menghibur, memberi harapan
Gereja Paroki St. Stefanus tentu saja tidak mau ketinggalan dengan gerakan Gereja Universal tersebut. Sebagai bagian dari kegiatan Bakti Sosial PSE, pada tanggal 11 Februari yang lalu telah diadakan perayaan Ekaristi khusus dan sakramen perminyakan untuk orang sakit, yang dipimpin oleh
Oleh panggilan itulah, saat ini Gereja Katolik mencanangkan apa yang disebut, Hari Raya Orang Sakit Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 11 Februari. Tentu saja, bukan hanya pada saat tertentu atau khusus saja, kita diundang untuk memberi perhatian khusus kepada orang sakit. Tetapi dengan hari khusus ini, diharapkan langkah perhatian dan kasih kita menjadi lebih konkrit dan berkelanjutan.
Pastor Martin van Ooij, SCJ. Dalam rangkaian itu, Seksi PSE bekerja sama dengan Seksi Kesehatan dan Paguyuban Lansia mengadakan Bakti Sosial dengan melayani pemeriksaan kesehatan tekanan darah, gula darah sewaktu, kolesterol, asam urat, dan konsultasi dokter secara gratis bagi bapak, ibu dan lansia St. Stefanus, Cilandak dengan total peserta sekitar 300 orang pada tanggal 22 Februari. Selama menunggu giliran pemeriksaan, panitia yang bekerja sama dengan Kalcare, memberikan pelatihan kepada semua peserta untuk mendidik otak (brain gym). Umat yang mengikuti pelatihan ini mengikuti dengan antusias, ditandai dengan adanya banyak pertanyaan. Sebagai tindak lanjut program untuk terus mendampingi orang sakit dan memberikan selalu harapan dan kasih, PSE akan membeli kebutuhan susu untuk kebutuhan poliklinik perbaikan gizi untuk anakanak dan lansia. Semoga usaha Gereja St. Stefanus ini mampu menjadi tanda kasih Allah yang jelas kepada orang sakit, bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita; Allah kita adalah Allah yang menyembuhkan.***
17
PSE
PEMERIKSAAN KESEHATAN GRATIS Minggu, 22 Februari 2015
18
19. PROFIL
SYUKUR DAN PEDULI DALAM “DUNIA” SKETSA -Donald Saluling & Dian W-
D
onald Saluling lahir di Makassar, empat puluh satu tahun yang lalu. Ia adalah putra ke dua dari 5 bersaudara pasangan Jimmy FX. Saluling (alm.) dan Song AM. Rotinsulu. Setelah menyelesaikan studi dijenjang pendidikan awal dan tengah, Donald meneruskan pendidikan jenjang universitas di Amerika Serikat, tepatnya di kota Port-land, Oregon. Tahun 2000 Do-nald memutuskan pulang ke Indonesia dengan bermodalkan diploma S1 dibidang Seni Rupa dan Desain Grafis. Saat ini Donald sudah berkeluarga bersama Emiyulia, seorang gadis yang diperkenalkan oleh kolega kerja Donald saat sedang mengurus persoalan legalitas perusahaan teman tersebut. Mereka menikah di St. Stefanus Cilandak pada tanggal 24 Oktober 2014 dengan pernikahan yang di berkati Rm. Stefanus Sumardi SCJ.
Saat ini, Tuhan sudah mengaruniakan kepada Donald dan Emiyulia, tiga anak yang pintar dan sehat. Anak pertama, perempuan, bernama Daphne, berumur tujuh tahun, saat ini bersekolah di SDK Tirta Marta Penabur, Pondok Indah. Dylan, berumur empat tahun, adalah anak perempuan kedua dan saat ini bersekolah di TKK Tirta Marta Penabur, Pondok Indah. Anak yang ketiga adalah seorang laki-laki, bernama Dimitri, berumur dua tahun. Anugerah Allah ini membuat kebahagiaan dan kesemarakkan keluarga semakin bertambah, apalagi dalam menghadapi kenakalan, kelucuan dan karakter anak-anaknya yang berbeda-beda.
Keluarga bahagia ini tinggal di rumah sendiri, di Lebak Lestari, Lebak Bulus. Kesibukan Donald sebagai kepala rumah tangga, selain memberikan waktu yang cukup bagi keluarga, juga mencari nafkah,
dimana saat ini ia bekerja sebagai desainer, illustrator dan seniman dari rumah. Sebelumnya ia sempat bekerja di divisi majalah KKG (Kelompok Kompas Gramedia), PT. Inspirasi Lima Kreasi, PT. Lock &
20
Lock Indonesia, PT. Hale Indonesia dan PT. Cita Nirvana Indonesia sebagai Designer, Marketing Support, dan Creative Director. Selama menjalani pekerjaan-pekerjaan tersebut, ia menjalankan pekerjaan freelance dan melukis di studio pribadi di rumah.
untuk menyelaraskan ego masingmasing. Salah satu cara untuk berproses adalah dengan memberikan waktu dan menjalani waktu bersama-sama, seperti makan bersama di restoran atau di rumah, bermain di mall dan nonton film lewat dvd bersama di akhir pekan.
Kebahagiaan dalam membangun hidup berumah tangga, tidaklah terjadi begitu saja. Me-reka berjuang dan berusaha untuk menjaga keharmonisan keluarga dalam pengalaman suka dan duka. Usaha untuk menjaga keharmonisan ini merupakan hal yang gampanggampang susah, karena bagi mereka, setiap manusia mempunyai ego dan keinginan masing-masing. Begitu pula bagi Donald dan Emiyulia, mereka mempunyai ego yang tidak selalu sama, sehingga dibutuhkan proses untuk berkomunikasi dan belajar rendah hati untuk saling menerima dan berusaha
Berkaitan dengan kegiatan hidup menggereja, Donald dengan jujur mengakui bawa ia sebenarnya tidak terlalu aktif di kepengurusan lingkungan dan jarang mengikuti acara-acara rutin Gereja. Tetapi ia dan keluarganya tetap berusaha berhubungan baik dengan kawankawan dari sesama lingkungan Keluarga Kudus, sejak pertama kali pindah ke wilayah ini di tahun 2003. Ketika ia terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan menggereja, keluarganya mendukungnya, karena mereka tahu bahwa memang penting untuk ikut peduli pada kegiatan lingkungan
Gereja, terlebih-lebih yang berada di lingkungan terdekat dengan keluarga mereka. Dalam kehidupan bermasyarakat, ia berusaha terlibat berdasarkan bidang yang memang digelutinya. Ia aktif membina grup Indonesia’s Sketchers sebagai humas dan project coordinator. Grup berbasis media sosial ini ingin mengembangkan story telling art dan mempopulerkan seni sketsa on the spot di Indonesia. Grup ini sudah dirintis sejak tahun 2009-2010 dan perkembangannya sangat baik. Visi dan misi grup ini sangat baik untuk semua kalangan yang mempunyai keinginan untuk belajar menggambar tanpa melihat latar belakang pendidikan, bakat/ talenta dan profesi. Saat ini grup yang mempunyai sekitar 12 cabang di berbagai kota di Indonesia ini sudah menjadi suatu yayasan resmi bernama Yayasan Sketser Indo-
21
nesia dan sedang mempersiapkan pameran nasional pertama yang disponsori Kedutaan Besar Belanda di Indonesia.
kepedulian terhadap sesama saat ini memang sangat rendah terutama di tingkat pendidikan moral anak-anak kita.
Berkaitan dengan masa praPaskah yang mengangkat tema: “Tiada Syukur Tanpa Peduli,” Donald mempunyai pandangan sebagai berikut. “Jika kita merasa senang karena kita dilimpahi berkat, tetapi kita tidak membagi berkat atau berkah itu dengan sesama dalam bentuk konkrit, umpamanya dengan pelayanan dan semacamnya, maka ujud syukur itu seakan-akan kosong di dalam.” Selanjutnya Donald melihat bahwa tema tersebut sangat tepat bagi umat Katolik, khususnya bagi generasi muda, sebagaimana ia mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut. “Ya saya rasa perlu karena memang
Mereka yang lahir sebagai digital native (anak-anak yang sudah lahir di dunia digital) umpamanya, cenderung menganggap apa yang mereka lihat dari gadget atau dari media sosial di internet adalah lebih nyata dari yang ada di sekeliling mereka. Mereka cenderung tidak mengerti apa-apa ketika mereka dijauhkan dari peranti elektronik yang menjadi kebutuhan mereka sehari-hari.” Yang menarik, Donald mengamati lebih lanjut bahwa ternyata ketidakpedulian mereka (orang muda) itu justru dicontek dari kita-kita yang lebih dewasa. Dengan keprihatinan itu, Donald mengajukan program sketsa
peduli Paskah kepada panitia Paskah 2015 sebagai salah satu kegiatan Paskah tahun ini, sebagai upaya untuk meningkatkan rasa peduli itu. Dengan cara itu para peserta menjadi lebih memahami makna kata “syukur” yang di ikuti oleh kata “peduli.” Peduli karena belajar melihat dengan sederhana, spontan dan apa adanya di lingkungan gereja St. Stefanus ini dan bersyukur karena gereja ini ada untuk umatnya. Semoga usaha Donald dan kawan-kawannya ini akan menjadi warna yang berarti di masa Pra-Paskah, sehingga bisa membantu umat Katolik untuk semakin menghidupi iman mereka dengan lebih lengkap, dengan bersyukur dan sekaligus peduli.***
23. ORBITAN UTAMA
TIADA SYUKUR TANPA PEDULI Michael Utama Purnama
S
ungguh tepat sekali tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) dan Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta (Ardas KAJ) di tahun 2015 ini, “Tiada Syukur Tanpa Peduli.” Bila kita melakukan introspeksi dengan jujur, sejauh ini sungguh luar biasa banyaknya berkat dan kemurahan Tuhan yang sudah dilimpahkan kepada kita masing-masing. Namun kita sering kurang peka dan kurang menyadari betapa besar kasih kurnia Tuhan terhadap kita sepanjang sejarah lika-liku kehidupan kita. Untuk itulah, tema “Tiada Syukur Tanpa Peduli” ini menjadi penting bagi kita, karena kita diingatkan akan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai bentuk perwujudan iman kita kepada Tuhan yang telah memberikan anugerahNya yang berlimpah-limpah.
24
Dalam rangka menghidupi tema tersebut, mari kita berefleksi bersama dengan pertanyaan sederhana berikut ini. Sadarkah kita bahwa setiap detik kita bisa menghirup O2 secara gratis? Setiap pagi kita boleh bangun dalam keadaan sehat. Sampai saat ini, kita masih boleh hidup bersama orang tua, pasangan kita, anak-anak dan cucu-cucu yang mengasihi kita dan juga kita kasihi. Kita masih memiliki pekerjaan, rumah, paroki, dan Gereja St. Stefanus, dimana kita bisa beribadah secara bebas dan leluasa serta dilayani dengan penuh dedikasi oleh Trio Pastores Bonus Romo Sumardi, Romo Setiadi dan Romo Martin. Bukankah banyak alasan bagi kita untuk bersyukur, bersyukur dan bersyukur selalu atas kasih kemurahan Tuhan dan sesama kepada kita! Namun di sisi lain, ucapan syukur kita tidak memadai bila tidak disertai kepedulian kita kepada sesama, terutama mereka yang malang, miskin, lapar dan terpinggirkan. Semakin dalam iman kita, semestinya semakin dalam pula dalam membangun semangat persaudaraan dan semangat berbela rasa. Bukankah iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati! (Yakobus 2:26). Ibarat istilah yang sering kita dengar, "No
Action Talk Only" (NATO), iman kita membutuhkan wajah kon-kritnya. Kutipan Kitab Suci berikut ini semakin memperjelas perlunya kita untuk mewujudkan iman, “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: "Tuhan, Tuhan!" akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. Sebab pada waktu Aku lapar, kalian memberi Aku makan, dan pada waktu Aku haus, kalian memberi Aku minum. Aku seorang asing, kalian menerima Aku di rumahmu. Aku tidak berpakaian, kalian memberikan Aku pakaian. Aku sakit, kalian merawat Aku. Aku dipenjarakan, kalian menolong Aku.’"(Matius 25:35-36). Sebagai pengikut Kristus, kita seyogyanya konsekuen dan konsisten dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama kita yang menderita dan termarjinalkan, sebagaimana Gereja selalu mendengung-dengungkan semangat untuk “preferential option for the poor.” Seyogianya kita sebagai orang-orang kristiani menjadi pelopor dalam aktivitas sosial dan humanitarian di segenap penjuru dunia. Di mana ada bencana alam, kelaparan, malapetaka, penderitaan dan lain-lain, di sana harus ada uluran tangan dan kasih orangorang kristiani.
Dalam hal ini, kita patut bercermin dan belajar dari komunitas lain. Kita bisa belajar dari para relawan dari Yayasan Budha Tzu Chi. Komunitas relawan ini di dirikan oleh Master Cheng Yen yang pusatnya di Taiwan. Mereka sangat militan dan tanggap serta aktif sekali dalam semua kegiatan sosial kemanusiaan dimana saja mereka berada. Deo gratias! Syukur kepada Allah, bahwa kita pun selalu berjuang dan berusaha untuk menghidupi iman secara aktif dalam syukur dan kepedulian. Umat Paroki St. Stefanus terhitung sangat tanggap dan proaktif dalam kegiatan-kegiatan sosial-kemanusiaan di wilayah KAJ. Akhirnya, dalam menyongsong masa pra-Paskah di Tahun Syukur 2015, Mari kita, segenap umat Kristiani pada umumnya dan umat Kristiani paroki St. Stefanus khususnya, berusaha dan berjuang untuk lebih militan dan lebih pro-aktif dalam aktivitas-aktivitas sosial kemanusiaan dimana saja kita berada. Tiada syukur tanpa peduli! Percuma rasa syukur kita, bila tidak dibarengi dengan usaha untuk peduli.*** Penulis adalah Ketua Umum Profesional Usahawan Katolik (PUKAT) Nasional/Pengurus Komisi HAK KWI/Umat Paroki St. Stefanus.
Tzu Chi
masuk ke Indonesia pada tahun 1993, ketika Liang Cheung, seorang relawan Tzu Chi yang berasal Taiwan, datang ke Indonesia mendampingi suaminya. Di sini ia berkenalan dengan sesama istri dari pengusaha Taiwan. Liang Cheung kemudian mengajak mereka berpartisipasi menjadi donatur Tzu Chi. Lama-kelamaan, setelah mengamati penderitaan masyarakat di sekitarnya, para ibu rumah tangga ini melakukan kegiatan sosial di sini, di Indonesia. Pada tahun 1994, para ibu ini berkunjung ke Hualien, Taiwan untuk menemui Master Cheng Yen. Di sana mereka memohon restu untuk mendirikan Tzu Chi di Indonesia. Saat itu Master Cheng Yen berpesan, "Bagi yang mencari nafkah di negeri orang, harus memanfaatkan potensi setempat, dan berkontribusi bagi penduduk setempat." Demikianlah para istri ekspatriat Taiwan ini membuka lahan cinta kasih di Indonesia. Tanggal 28 November 1994 kemudian ditetapkan sebagai hari lahir Tzu Chi Indonesia.
26. PESONA SABDA
Antara Syukur, Peduli dan Masa Pra-Paskah Pastor Aloysius Suyoto, SCJ
“Tiada syukur tanpa peduli,” menjadi tema masa Pra-Paskah kali ini. Ada tiga elemen penting yang perlu kita perhatikan, yakni syukur, peduli dan masa PraPaskah. Marilah kita mencoba untuk mengerti dan merenungkan ketiga elemen tersebut dengan tali temalinya, supaya kita mampu memaknai masa Pra-Paskah ini secara lebih pantas. SYUKUR Syukur adalah ungkapan atau pernyataan kebahagiaan dan kasih atas suatu keberhasilan atau ke-suksesan. Syukur mempunyai kesamaan essensi dengan kata “terima kasih.” Ungkapan ini selalu ditujukan kepada pihak lain, terutama kepada mereka yang dirasa telah berjasa mendukung yang bersangkutan dalam mencapai keberhasilan. Siapakah mereka? Allah tentu saja yang menjadi tujuan utama orang bersyukur, disamping juga sesama (teman, keluarga, dan handai taulan). Syukur juga merupakan ungkapan kerendahanhatiaan dan kesadaran penuh, bahwa keberhasilan yang telah dicapai tidak mungkin terjadi tanpa campur tangan Allah. Daya Allah dan Allah sendiri berada di dalam proses itu. Oleh karenanya, syukur merupakan buah iman atau tanda iman yang hidup.
PEDULI Peduli adalah perwujudan kebahagiaan dan kasih seseorang kepada yang lainnya. Lebih dari sekedar ingin bersyukur, orang yang berbahagia, mengasihi dan berhasil ingin membagikan ke-
bahagiaannya atau/dan apa yang mereka miliki kepada orang lain yang membutuhkan. Peduli adalah keterbukaan hati untuk berbagi. Di dalam kepedulian, ada empati, cinta, kemurah hatiaan, dan kebaikan hati.
27
Semua orang, bahkan mereka yang tidak beriman pun bisa terbuka hatinya untuk peduli. Namun bagi kita, orang beriman, peduli harus melibatkan Allah. Daya Allah dan Allah sendiri juga harus berada dalam proses itu. Oleh karenanya, seperti kata syukur, peduli juga merupakan buah iman atau tanda iman yang hidup. RELASI SYUKUR DAN PEDULI Syukur dan peduli adalah buah iman yang saling terkait. Yang satu mengungkapkan, yang lain mewujudkan. Seperti halnya dengan doa dan karya. Doa adalah ungkapan iman; karya adalah perwujudan iman. Syukur tanpa peduli, akan membuat iman kehilangan wajahnya. Peduli tanpa syukur, akan membuat iman berdiri tanpa landasan. Contoh paling pa-
dat untuk melihat keterkaitan yang tidak terpisahkan antara syukur dan peduli adalah Ekaristi. Perayaan Ekaristi adalah ungkapan syukur dan tindakan kepedulian. Di sana, Yesus Kristus mengungkapkan syukur atas karya penyelamatan Allah dan sekaligus tindakan peduli Allah kepada manusia, dengan memberikan putera-Nya yang tunggal sebagai tebusan dosa bagi manusia. MASA PRA-PASKAH Masa Pra-Paskah adalah masa dimana Tuhan Yesus mempersiapkan diri untuk menghadapi sengsara dan tragedi di bawah kayu Salib. Jalan menuju ke bukit Golgota sudah di depan mata. Itulah jalan yang sekarang hendak dijalani-Nya. Sebagai pengikut Kristus, kita diundang untuk berjalan bersa-
ma-Nya; menemani-Nya seperti yang ditunjukkan oleh Veronica, Simon dari Kirene dan tentu saja, Bunda Maria. Jalan menuju bukit Golgota adalah jalan keprihatinan, solidaritas dan pertobatan. Bentuk konkrit untuk ambil bagian dalam perjalanan bersama Yesus itu adalah dengan bersyukur dan sekaligus peduli. Bersyukur boleh berjalan bersama Yesus, tetapi juga peduli sebagaimana Tuhan Yesus peduli kepada orang-orang disekitarNya, khususnya mereka yang mengalami kekurangan, kemalangan, penderitaan dan ketidakadilan. Semoga masa yang penuh rahmat ini menyadarkan dan membuat kita semakin dekat dengan Allah dan belajar untuk peduli seperti Allah peduli kepada kita manusia.***
28. ORBITAN LEPAS 1
FEMINISME KEPEMERINTAHAN DAN IMAN KATOLIK -put-
P
erempuan dan Internasionalisme peran serta kemajuan akan berkembang melalui kemampuan Negara memposisikan wanita melalui kesetaraan. Melihat delapan Menteri Wanita di kabinet RI 2014-2019, bukannya tidak mungkin Indonesia nantinya akan menjadi Negara yang mengangkat peran wanita sebagai salah satu bagian yang terpenting bagi kemajuan Negara. Bagaimana kemudian kita memposisikan itu dalam gereja?
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kejadian 1:27). “Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?” (Matius 19:4). “Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,” (Markus 10:6). Menjadi hidup serta kesetiaan Sebagai perupaan yang diciptakan segambar dengan Allah, maka Gereja telah memeberikan kesamaan derajat. Menengok kedalam salah satu Menteri di
dalam pemerintahan Joko Widodo yaitu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc Ia sudah malang melintang di jajaran pemerintahan, di daerah maupun di pusat selama lebih dari 30 tahun. Pengalaman yang menuntunnya masuk ke dalam jajaran menteri sebagai sebuah kesempatan dan juga tantangan. Sebuah posisi yang hampir dengan 50 tahun terakhir belum pernah didududuki oleh wanita dan kini, bermodalkan sebagai salah satu 99 perempuan paling berpengaruh di Indonesia versi majalah Globe Asia pada tahun 2007, alumni IPB dan pernah mengenyam pendidikan di International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC), Enschede, belanda akhirnya diberikan kepercayaan untuk mengangkat kepedulian lingkungan Indonesia serta alamnya menjadi kekayaan yang harus terjaga. Dan itulah harga dari sebuah kesetiaan serta pengabdian. Lain halnya dengan Menteri Yohana Susana Yembise – Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang memang diposisikan untuk mengangkat peran Perempuan Indonesia. Mengutip “Maka dengarlah firman TUHAN, hai perempuan-perempuan, biarlah telingamu menerima firman dari mulut-Nya; ajarkanlah ratapan kepada anak-anakmu perempuan, dan oleh setiap perempuan nyanyian ratapan kepada temannya” (Yeremia 9:20) maka keberadaan perempuan harus tetap menjadi prioritas utama. Jumlah perdagangan manusia (person report 2012) yaitu hampir 27 juta orang di dunia telah menjadi obyek perdagangan dan Indonesia merupakan 17 negara tersebut sebagai asal, transit dan tujuan dari kejahatan itu. Inilah tugas berat yang diberikan wanita berdarah papua tersebut, dimana semenjak tahun 1983 kementerian ini belum pernah diberikan kepada putra-putri daerah timur Indonesia.
29
Berani Berevolusi dalam Reformasi
Siapa yang paling fenomenal dalam kementerian Indonesia saat ini? Dia adalah Susi Pudjiastuti, menteri ini merupakan santapan hangat media serta jurnalisme. Dan tidak perlu dijelaskan kembali bahwa peran tersbut merupakan intisari yang mengingatkan betapa besar Sta. Jeanne d’Arc, seorang pahlawan wanita yang mendapatkan keyakinan atas pandangannya untuk melawan demoralisasi tentara Perancis pada saat itu atas kekalahan yang beruntun terus menerus. Kalau saja sebuah keyakinan seorang wanita itu terus-terusan diremehkan bagaimana dengan keyakinan Menteri Susi Pudjiastuti dalam mengangkat Perikanan dan Kelautan sebagai kedigdayaan Indonesia. Kemajuan Indonesia dan polar Revolusi Mental yang didengungkan oleh kepemerintahan Indonesia, bukannya tidak mungkin memerlukan kepercayaan yang tinggi. Ada 5 menteri lainnya yang kita rasa tidak kalah hebatnya dapat disejajrkan dalam pemerintahan dan beberapa fenomena lainnya seperti kisah Lurah Susan dan lain sebagainya, walaupun ada juga yang nyatanya manusia-tetaplah manusia, dan wanita
tidak luput terjerat dari masalah korupsi dan kejahatan lainnya.
Teladan Sebuah Harga dari Perjuangan
Kita akan mengambil contoh; Bagaimana kemudian memposisikan Bulan Maret yang disingungkan dengan sejarah pergolakan wanita pada 1911 atas kebakaran pabrik Triangle Shirtwase di new York dan mengakibatkan 140 orang perempuan kehilangan nyawanya. Sebuah akibat dari industrialisasi yang menghantam era-20 pada saat itu dan kemudian mereka yang masih berjuang pada saat ini, adalah feminism kepemerintahan, kepemimpiman yang tegas dan sejajar dengan laki-laki. Tidak menutup kemungkinan akhirnya manusia-tetaplah manusia dan terlahir sebagai laki-laki dan wanita, kita sepakat bahwa mereka sejajar. Bahkan di setiap Negara memiliki wanita-wanita hebat yang akhirnya menjadi teladan dari sebuah harga perjuangan. Dimana kemudian berangkat dari semangat tersebut kita berharap menunggu salah satu perempuan tersebut adalah mereka yang siap menentukan sikap dalam perjuangannya dan pilihannya.***
Gereja
membungkus dirinya sendiri dan berkabung saat Tuhannya sedang mempersiapkan Diri untuk mengalami kesengsaraan dan kematian untuk menebus dunia
31. ORBITAN LEPAS 2
Pentingnya Intensi yang Murni Dalam Pelayanan -Iwan Odananto-
P
ada tanggal 4-8 November 2014 yang lalu diselenggarakan Intercontinental Conference of Evangelization di Roma, Italia. Penulis sangat bersyukur karena dikirim untuk menghadiri konferensi ini sebagai salah satu wakil dari Indonesia. Sebagai wujud syukur kepada Allah, penulis ingin membagikan sebagian pengajaran dari salah satu pembicara, Fr. Raniero Cantalamessa, OFMCap. Beliau adalah seorang imam biarawan dari ordo Fransiskan Kapusin, lahir 80 tahun yang lalu dan telah ditahbiskan sebagai imam selama 56 tahun. Sejak tahun 1980 beliau ditunjuk oleh Paus Yohanes Paulus II untuk menjadi Pengkhotbah Kepausan yang salah satu tugasnya adalah berkhotbah di hadapan Paus, para Kardinal dan Uskup serta anggota Kuria Roma setiap minggu pada masa Adven dan Prapaskah. Sampai dengan hari ini beliau masih menjalankan karya pelayanan yang sangat penting itu.
32
Fr. Cantalamessa mengawali salah satu sesi pengajarannya dengan menyitir perkataan Paus Yohanes Paulus II (baru saja digelari Santo) dalam salah satu ensikliknya bahwa gereja ada untuk mengeva-ngelisasi (mewartakan Kabar Baik). Tugas mulia ini adalah salah satu wujud pelayanan kasih kita kepada Allah dan sesama serta merupakan Amanat Agung Yesus Kristus sebelum Ia naik ke surga (Mat 28:16-20). Lebih lanjut Paus mengatakan bahwa tidak satupun anggota Gereja terbebas dari tugas perutusan tersebut. Agar dapat mengevangelisasi dengan baik dan benar, kita mutlak memerlukan peran serta Roh Kudus. Ada dua cara untuk menerima kuasa Roh Kudus khususnya dalam hal pelayanan evangelisasi, yaitu melalui doa dan pemurnian intensi (maksud/tujuan) kita. Dua cara tersebut hendaknya berjalan bersama karena sifatnya yang saling melengkapi. Kita tidak dapat hanya memilih salah satu saja bila kita benarbenar merindukan peran aktif Roh Kudus dalam karya pelayanan kita. Bagi Allah, motivasi atau alasan kita melakukan pelayanan adalah sangat penting karena Dia melihat dan menilai hati kita, berbeda dengan manusia yang hanya melihat sisi lahiriah saja. Di samping perbuatan nyata, yang tidak kalah
pentingnya menurut Allah adalah intensi kita melakukannya. Dengan kata lain, tindakan pelayanan dan tujuan untuk apa kita melakukannya adalah sama bobotnya. Oleh karena itu sangat perlu bagi kita untuk terus menerus meneliti kembali apa yang menjadi intensi di balik tindakan pelayanan kita, sekaligus memurnikannya. Setiap bentuk pelayanan memerlukan peran serta Roh Kudus melalui karunia-karuniaNya. Namun Roh Kudus tidak pernah memberi kita karunia supaya kita meninggikan diri. Semua karunia Roh Kudus dianugerahkan kepada kita pertama-tama untuk membangun iman umat demi demi KerajaanNya. Tidak jarang terjadi, kita melayani dengan menggunakan karunia-karunia Roh Kudus tetapi pada saat yang sama kita membiarkan diri kita dikuasai oleh intensi yang tidak murni, mi-salnya dengan tujuan supaya kita mendapat pujian. Sikap seperti ini tentu sangat tidak berkenan di hati Allah. Bila kita sungguh-sungguh ingin agar Roh Kudus bekerja secara aktif melalui diri kita, maka kita harus secara sadar dan mau untuk terus menerus menyangkal diri dan memurnikan intensi, yaitu semua yang kita lakukan adalah untuk kemuliaanNya saja, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Men-
genai kemurnian intensi, ada dua cara untuk mencapainya yang perlu ditempuh, yaitu kerendahan hati dan kasih. Dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi, St.Paulus mengatakan bahwa orang bisa saja mewartakan Yesus namun tidak dengan intensi yang benar, antara lain ada yang diwarnai oleh nafsu persaingan, rasa iri hati, saling membenci, dst. Tidak tertutup kemungkinan bahwa sikap dan perangai seperti itu di kalangan pelayan masa kini masih tetap ada walaupun sangat tersamar. Oleh karena itu, dalam hal mewartakan Kristus, ada dua kemungkinan intensi orang melakukannya: untuk kepentingan diri sendiri atau untuk kepentingan Kristus. Demikian juga dengan hidup kita: kita hidup untuk Allah atau untuk diri sendiri? Fr. Cantalamessa mengakhiri salah satu sesi pengajarannya dengan himbauan bahwa setiap kali hendak melayani, penting bagi kita untuk selalu bertanya pada diri sendiri: “Apa yang sesungguhnya saya bawa? Apa yang akan saya berikan? Mengapa saya mau melakukannya?” Bila jawabannya bukan demi kemuliaan-Nya, maka pelayanan itu menjadi kurang bermakna. Patut disayangkan bahwa tidak jarang terjadi bahwa para pelayanan/pewarta justru “merusak” pesan yang mereka sampaikan ka-rena intensi yang tidak murni.***
“Apa yang kamu ikat di dunia ini, akan terikat di surga. Dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini, akan terlepas di surga”. Dengan demikian tak ada dosa yang bisa dimintakan pengampunan langsung dari Tuhan, kecuali dalam situasi gawatdarurat. Semua dosa hanya bisa diampuni melalui umat Allah. Itu iman kita.
M
Santo Dismas
Pengaku Iman (23 Maret)
“Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah”
enurut tradisi Santo Dismas adalah seorang santo yang baru mengikut Yesus pada menit-menit akhir dari kehidupannya Dismas adalah salah seorang dari dua penjahat yang disalibkan di sebelah kiri dan sebelah kanan Yesus. Di dalam kitab Injil Lukas 23:39-43, dikisahkan bahwa penjahat yang satu tidak menyesali perbuatannya, namun penjahat yang satunya lagi menyesali perbuatan jahatnya. Penjahat yang menyesali perbuatannya adalah Dismas. Ketika mendekati ajalnya, Dismas memohon ampun atas dosa-dosanya kepada Yesus. Yesus mengiyakan dan berkata: “Hari ini juga kamu akan bersamaku di Firdaus”.Dismas dipandang sebagai teladan bagi orang yang mau bertobat. Selain itu, ia juga menjadi santo pelindung bagi orang yang dihukum mati. Tentang Dismas ada sebuah legenda berkisah sebagai berikut: Ketika Maria dan Yosef bersama Kanak- kanak Yesus dalam per-
jalanan pengungsian ke Mesir untuk menghindari rencana pembunuhan Herodes, tiba- tiba mereka di dekati dan disapa oleh dua orang penyamun: Titus dan Dumachus. Titus biasanya dipanggil Dismas, dan Dumachus dipanggil Gestas. Dismas mengajak temannya Gestas untuk membantu Maria dan Yusuf dalam perjalanan itu. Menyaksikan kebaikan hati Dismas, Maria berkata: Tuhan akan mengangkat engkau dengan tangan kanan Nya dan memberikan pengampunan atas dosadosamu. Sedangkan kepada ibu Nya, Kanak- Kanak Yesus berkata meramal: Ibu, setelah Aku berusia 30 tahun, orang- orang Yahudi akan menyalibkan Aku di Yerusalem, dan dua penyamun itu akan ditinggikan juga bersama Aku: Titus disebelah kanan Ku dan Dumachus di sebelah kiri Ku. Dan setelah itu Titus akan masuk bersama Ku ke dalam Firdaus. Dismas dihormati sebagai pelindung orang- orang yang perlu bertobat secara sempurna dan santo pelindung orang yang dihukum mati.***
36. ORBITAN LEPAS 3 serba maha, dan kita ini serba terbatas, upaya kita untuk memahamiNya tersebut ibarat permainan anak-anak kecil di pantai, yang mencoba memasukkan air laut ke dalam sumur-sumuran yang mereka ciptakan. Permainan atau pekerjaan anak-anak kecil di pantai itu, rasanya sebuah kemustahilan; bagaimana mungkin mereka bisa memasukan seluruh air laut hanya dalam suatu sumur-sumuran yang kecil. Begitu juga kehidupan. Penuh misteri dan selubung yang serba maha.
Budaya KeHIDUPan VS KeMATIan -Rm. Ting Ding, SCJ-
"Dimanakah Tuhan itu?" tanya polos seorang anak kecil (Indian) kepada seorang pramugari tatkala kami terbang dari Kathmandu menuju New Delhi.
B
arangkali selama ini anak itu memperoleh penjelasan dari orang tuanya bahwa Tuhan itu selalu ada di atas atau di langit. Dan waktu itu, kami semua ada di 'atas', maka wajarlah bila ia dengan segala kepolosannya mencari-cari dimanakah Tuhan itu. Sang Pramugari yang ditanyai hanya senyum-senyum saja. Entah apa yang ada dalam isi hatinya. Mungkin ia bingung untuk memberi penjelasan kepada seorang anak kecil. Tiba-tiba pertanyaan anak kecil itu 'nangkring' dalam benakku hari ini. Dan secara spontan, muncul kata kehidupan sebagai kata kuncinya. Tuhan selalu berada dalam kehidupan. Dimana ada kehidupan, di situlah ada Tuhan. Hanya kemudian muncul soal, kehidupan yang
semacam apakah yang menandakan kehadiran Tuhan? Apakah Tuhan hadir dalam kehidupan para koruptor, yang hampir bisa kita jumpai dalam setiap institusi atau komunitas, juga bahkan dalam institusi agama? Denger-denger, Departemen Agama di negeri kita itu menjadi sarangnya para koruptor. Apakah Tuhan bertahta dalam rumah sakit-sumah sakit yang sering mengaku diri sebagai kiper-nya kemanusiaan dan kehidupan, sementara mereka dengan mudah menolak pasien bermodal 'dengkul'? Apakah Tuhan hadir dalam kehidupan perkawinan, yang katanya suci dan sakral itu, sementara perselingkuhan dianggap sebagai selingan hidup yang sudah dianggap wajar? Lho…kok aku akhirnya terbengongbengong seperti pramugari yang ditanya anak kecil di atas, "Dimanakah Tuhan itu?" Bicara tentang kehidupan memang sama saja bicara tentang Tuhan. Oleh karena Tuhan untuk
Seorang guru rohani ditanya, "Apa itu hidup?" Ia malah menjawab begini, "Dimana ada Tuhan, disitulah ada kehidupan." Tampaknya, nggak bisa dipisahkan antara 'Tuhan’ dan 'hidup'. Tuhanlah yang menciptakan kehidupan. Hanya dalam budaya kehidupan, kita menemukan Tuhan. Sayangnya, budaya kematian telah dan sedang mengancam kita. Peperangan, kekerasaan, pemerkosaan, pembunuhan entah dengan jalan aborsi, meracun, maupun menembak dan yang sejenisnya, ada disekitar kita.***
Aku mau hidup panjang atau pendek? Aku kok tampaknya nggak ada ambisi untuk itu, yang penting, bagaimana supaya aku menghidupi budaya kehidupan danmemerangibudayakematian. Bahwa akhirnya aku harus siap mati, itu memang semestinya. Tetapi “siap mati” tidaklah sama dengan “mau mati”. Siap mati demi sesuatu yang mempunyai nilai lebih tinggi adalah kematian jihad, kemartiran yang terberkati. Dan “mau mati” (berkehendak secara sengaja untuk mati) dan bahkan mematikan sesamanya adalah suatu kematian yang konyol dan terkutuk.
37. ORBITAN LEPAS 4
7 Detik untuk 7 Kehidupan (Ulasan film Seven Pounds) -Ng & Put-
D
ecember 2008Tim Thomas (Will Smith). ialah pria lulusan MIT (Massachusetts Institute of Technology) ia bekerja sebagai ahli mesin pesawat luar angkasa. Tim tinggal di sebuah rumah mewah di pantai utara Amerika, memiliki istri serta kehidupan yang mapan. Dalam perjalanan bersama istrinya Tim mengalami tabrakan dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan, saat itu Tim sedang membalas pesan dari telepon genggamnya. Tabrakan itu mengakibatkan istrinya dan tujuh orang lainnya tewas, sedang Tim selamat. Kejadian tersebut, membuat Tim dirundung trauma, dan rasa bersalah. Enam bulan bergulat dengan beban yang menimpanya, Tim kemudian mengambil keputusan. Tim memilih; bersyukur karena masih dapat selamat dan berniat membaktikan sisa hidupnya menolong orang. dengan menyumbangkan sebelah paru – parunya untuk adiknya, Ben Thomas (Michael Ealy) yang terkena kanker paru – paru, lalu bagian dari hatinya untuk pekerja sosial layanan perlindungan anak bernama Holly (Judyann Penatua). Dia kemudian menemukan
George (Bill Smitrovich), seorang pelatih hoki junior dan menyumbangkan ginjal kepadanya. Selanjutnya menyumbangkan sumsum tulang untuk seorang anak muda bernama Nicholas (Quintin Kelley), Ezra Turner (Woody Harrelson) , seorang telemarketer buta untuk sebuah perusahaan daging yang memainkan piano. Ia memberikan jan-tungnya untuk Emily Posa (Rosaria Dowson) yang mengidap kelainan jantung akut. Terakhir, Tim memberikan rumahnya untuk Connie Tapos (Elpidia Carrillo) bersama dengan dua anaknya. Secara jelas Injil mengatakan lewat pengorbanan Yesus di kayu salib, Ia memberikan nyawa-Nya untuk keselamatan manusia. Yesus mengajarkan bahwa kasih yang terbesar adalah kasih seorang yang mengorbankan nyawanya bagi sahabatnya. Bahkan Santo Paulus menerangkan kembali bahwa Dia memberikan kepada mereka yang tidak layak sekalipun (Lukas 5:32; 1 Timotius 1:15). Film yang mengharukan ini, bercerita cerdas, berlapis, alur yang sengaja dibuat lamban (tetapi tidak membosankan), melibatkan sisi dramatis sangat; tragis, sedih dan itu semua berhasil ditampilkan oleh Will Smith sebagai tokoh utama cerita. Sehingga kemudian keputusasaan yang seharusnya mendekatkan kita pada sebuah totalitas pengorbanan bukan semena-mena ditinggalkan akibat kefrustrasian. Melainkan keselamatan itu sendiri.***
CAVANA KENANGA LIMITED UNIT LOCATION CLOSED TO TB SIMATUPANG MODERN TROPICAL MINIMALIST DESIGN STARTS FROM 122 SQM - 190 SQM
Call our representative Benigna Maria (Noni) +62 8111 777 177
PT. CAVA PROPERTY Gandaria 8 Office Tower 15th Floor Unit J Jl. Sultan Iskandar Muda No.8 Jakarta 12240 Tel: +62 21 2930 5599 www.cavaproperty.com
38. ORBITAN LEPAS 5
AIR...AIR... AIR... HARI AIR SEDUNIA (A. Betsy Sihombing)
A
ir merupakan salah satu kebutuhan pokok semua makhluk hidup termasuk manusia, karena merupakan bagian penyusun tubuh dan berperan penting dalam menunjang kegiatan kehidupan.
Air untuk apa ?
Mari kita bayangkan jika ti-dak ada air. Tanpa air kita akan kehausan dan kelaparan, tidak dapat membersihkan rumah, pakaian dan kotoran lainnya, pertanian akan gagal dalam menghasilkan pangan, semua hewan tidak dapat hidup dan industri tidak dapat beroperasi. Dampaknya, tubuh akan kekurangan air, kotoran akan menumpuk dan akan menimbulkan berbagai jenis penyakit,
dan kita akan kekurangan pangan. Jika kondisi seperti ini tidak segera ditangani maka kematianlah yang segera akan terjadi. Tidak akan ada kehidupan tanpa adanya air. Demikian pentingnya air bagi kehidupan sehingga masyarakat dunia merasakan perlunya ada satu saat khusus untuk memikirkan sumberdaya air ini. Hari Air se-Dunia pada tanggal 22 Maret ditetapkan oleh PBB dan mulai diperingati pertama kali pada tahun 1993. Hari Air Sedunia atau World Water Day adalah sebuah kampanye global akan pentingnya air bagi kehidupan serta pentingnya perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air yang dilakukan secara berkelanjutan. Semua kita harus turut terlibat dalam upaya peme-
liharaan kelestarian air, agar kehidupan dapat berlangsung.
Ada apa dengan air ?
Permukaan bumi sebagian besar diliputi air, namun tidaklah berarti bahwa keseluruhan air tersebut dapat dikonsumsi manusia. Dari seluruh air yang terdapat di muka bumi, lebih dari 97 persen di antaranya merupakan air asin yang terdapat di laut hanya sekitar 3 persen saja yang berupa air tawar. Air tawar tersebut, tersimpan paling banyak dalam bentuk padat di gunung es (gletser), dalam bentuk air tanah (groundwater) dan air permukaan (surface water) yaitu mata air, sungai dan danau. Air permukaan inilah umumnya yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan. Dari keseluru-
39
han air tawar di bumi, ternyata hanya sekitar 0,4 persen saja yang terdapat di permukaan tanah dan air inilah yang sering diperebutkan dan dikonsumsi oleh milyaran penduduk bumi. Sangat terbatas sekali.
Berapa banyak air di bumi ?
gan memakai air yang berlebihan, menyiram tanaman pada saat panas terik dan berlebihan. Manusia membuat bangunan tanpa memperhitungkan keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) dengan pohon-pohonnya ditambah lagi dengan memadatkan permukaan tanah dengan semen atau aspal.
mengandung berbagai bahan kimia berbahaya termasuk logam berat. Selain dari hal itu, kita mengganggu berlangsungnya siklus air karena kita menghambat air hujan yang seharusnya meresap ke tanah dan menjadi air tanah, namun akibat pemadatan permukaan tanah, air mengalir di permukaan tanah (run off), dan seterusnya menyebabkan banjir dalam perjalanannya ke laut. Kita tidak ramah terhadap curahan air hujan, sehingga kita rugi karena kehilangan kesempatan memperoleh persediaan air bersih. Kekeliruan tersebut ternyata harus dibayar mahal. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan air bersih semakin langka, sementara jumlah konsumen (penduduk) terus meningkat. Akankah kita biarkan kondisi ini terus berlangsung? Kita mempunyai tanggung jawab untuk memelihara bumi dan isinya
Apa kekeliruan yang kita lakukan ? Jumlah air di bumi tetap, yang ada adalah terjadinya perubahan wujud dari cair, uap dan padat (es), sebagai akibat adanya siklus air dan letak geografis. Air yang tersedia relatip tetap jumlahnya, yang menjadi masalah adalah jumlah air tawar bersih semakin langka sebagai akibat perilaku dan gaya hidup manusia. Manusia dalam melakukan kegiatannya telah melakukan berbagai kekeliruan: mencemari air dengan dengan cara pemakaian detergen dan pestisida berlebihan, limbah cair rumah tangga, pupuk dan pestisida berlebihan dari kawasan pertanian dan limbah cair industri. Gaya hidup yang boros dalam penggunaan air bersih banyak terjadi: mengisi gelas minum berlebihan sehingga meninggalkan sisa, mencuci peralatan dapur dengan kran yang terus mengalir, mencuci kendaraan secara berlebihan, cara mandi den-
Sebagai dampak kekeliruan tersebut, maka air bersih yang tersedia menjadi tercemar sehingga tidak layak dikonsumsi bahkan dapat menyebabkan beragam penyakit. Air menjadi berbau, berwarna, mengandung bakteri penyebab berbagai jenis penyakit (bakteri patogen),
yang diciptakan Tuhan bagi manusia. Sebagai umat di Keuskupan Agung Jakarta, kita harus aktif terlibat dalam memelihara lingkungan hidup dan memperbaiki lingkungan hidup kita termasuk sumberdaya air. Bagaimana caranya ?.....
40
Upaya penyelamatan lingkungan demi mengatasi kelangkaan air bersih dapat dilakukan melalui: •Menggalakkan gerakan hemat air.
•Menyiram tanaman dengan air secukupnya dan jangan pada saat matahari terik. •Mengurangi pembuangan limbah cair dari rumah tangga dengan memanfaatkan air cucian beras, sayuran dan ikan untuk menyiram tanaman. Sangat bermanfaat bagi tana man. •Mengurangi eksploitasi air ta nah yang berlebihan. •Menggalakkan gerakan mena nam pohon di pekarangan atau lingkungan. •Membangun dan mempertahankan keberadaan tempat penampungan air hujan seperti situ dan waduk sehingga airnya bisa dimanfaatkan saat musim kemarau. •Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai (DAS) akan membantu kelancaran siklus air dan peresapan air hujan ke tanah.
•Mencegah air hujan terbuang ke laut dengan membuat sumur resapan di pekarangan. •Membuat lubang-lubang bio pori di taman atau di sekitar rumah. Lubang ini membantu mempercepat proses penyera pan air ke dalam tanah •Mengurangi pencemaran air, baik oleh limbah rumah tang ga, industri, pertanian maupun pertambangan. •Mengembangkan teknologi de salinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar. Akhirnya kita harus segera mengoreksi diri dan memperbaiki kekeliruan yang kita perbuat dan segera melakukan penyelamatan sumberdaya air. Mari kita mulai dari diri kita, rumah kita, RT dan Lingkungan kita. Mari kita wariskan mata air dan bukan air mata bagi generasi penerus kita.***
41. KESEHATAN
Waspada TBC
TBC
adalah singkatan dari Tuberculosis. Penyakit yang disebabkan karena bakteri mycobakterium Tuberculosis biasa menyerang paru-paru pada manusia tetapi juga dapat menyerang sistem saraf pusat, sistem limfatik, tulang/persendian bahkan kulit. Penyakit TBC di Indonesia menjadi masalah yang sangat serius karena untuk penularannya sangat mudah. Banyaknya temuan kasus baru dan metode pengobatan yang digunakan menjadi tolak ukur yang penting dalam penanganannya. Banyak
upaya yang dilakukan untuk pencegahan dan pengobatan untuk menanggulangi TBC baik dalam skala global maupun lokal. Organisasi kesehatan dunia WHO menggolongkan TBC sebagai salah satu penyakit endemik. Riset WHO tahun lalu menunjukan bahwa sepertiga penduduk dunia mengidap TBC. Setiap tahun 1,7 juta penduduk dunia meninggal karena mengidap TBC. Hal ini terjadi karena laju pertumbuhan penyakit TBC yang semakin cepat penularannya. Di Indonesia TBC merupakan salah
satu masalah yang cukup serius. Karena Indonesia sendiri merupakan negara kelima terbesar penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC saat ini 321 per 100 juta penduduk. Di Indonesia penanganan penyakit TBC masih terbilang sulit. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat. Serta masalah biaya yang tidak sedikit, sedangkan penyakit TBC itu sendiri bisa disembuhkan. Maka dari itu dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk penanganan penyakit tersebut. Di Indonesia saat ini baru 50% kasus TBC yang
42
bisa disembuhkan. Dan untuk selebihnya pemerintah berharap untuk ke depannya semakin mudah menemukan kasus-kasus TBC yang belum terdeketsi secara aktif. Angka temuan kasus (CDR/ Case Detection Rate) di Indonesia 74% dan penyembuhan sukses (Succes Rate/SR) sebesar 89%. Adapun untuk target Global CDR 70% dan SR 85%. Bukan hanya penularan, tingkat kematian pada pasien TBC di Indonesia terbilang tinggi. Dalam kertas kerja WHO tercatat bahwa setiap 14 menit ada 1 penderita TBC yang meninggal dunia. Untuk itu pentingnya kita mengetahui tanda dan gejala penyakit TBC sedini mungkin. Biasanya penyakit TBC disertai dengan batuk berdahak lebih dari 3 minggu, batuk berdarah pada beberapa pasien, keluar keringat saat malam hari, badan lemas, demam yang hilang timbul, muncul nyeri dada serta sesak nafas, menurunnya nafsu makan disertai dengan penurunan berat badan. Untuk menegakkan diagnosis TBC pun perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang lain. Seperti pemeriksaan dahak, foto rontgen dada, pemeriksaan fisik pasien serta uji tuberkulin. Penularan penyakit TBC dapat ditularkan melalui droplet (air) penderita TBC yang mencemari udara dan mengandung bakteri Tuberkulosa yang dapat menginfesi orang-orang di sekitar yang daya tahan tubuhnya rendah. Pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Karena penderita harus melakukan pengobatan rutin selama minimal 6 bulan. Dan terus melakukan check up rutin sampai hasil pemeriksaan menyatakan negatif. Maka dari
itu banyak penderita TBC yang merasa bosan karena pengobatan yang cenderung lama sehingga terputusnya pengobatan dan harus mengulang lagi sejak awal. Disinilah pentingnya peranan keluarga dan masyarakat sekitar kepada penderita TBC. Karena tidak sedikit para penderita TBC yang cenderung menjadi rendah diri setalah terdiagnosis posifit TBC. Sehingga memperlambat proses penyembuhan karena mereka cenderung dijauhi dari keluarga dan masyarakat sekitar.*** Sumber : http://penyakittbc.org/ http://rizkakrisna.wordpress.com/
Sebelum meninggal Theresia mengatakan, "Dari surga aku akan berbuat kebaikan bagi dunia." Semua orang dari seluruh dunia yang memohon bantuan St. Theresia untuk mendoakan mereka kepada Tuhan dan telah memperoleh jawaban atas doa-doa mereka. Sta. Theresia meninggal di usia 24 tahun, karena penyakit TBC dan hanya 9 tahun ia menjadi Biarawati. St. Theresia Lisieux (1873 - 1897)
44. OPINI
APA MANFAAT PASKAH INI BAGIMU?
Ermawati Susana Barus Paroki St. Stefanus/Lingkungan Sta. Chatarina Siena/Panitia KEP
Elisabeth Lentera Ayu Deo Paroki St. Yusuf Pringsewu lampung/ OMK “Paskah mengingatkan kembali tentang pengorbanan yang sesungguhnya , bagaimana Tuhan mengorbankan diriNYA untuk semua umat yang Ia cintai, mengingatkan kepada kita bahwa itulah wujud nyata cinta kasih. Paskah juga selalu membuat saya menjadi manusia baru yang siap membuka lembaran-lembaran baru dalam kehidupan yang lebih baik lagi.”
Norita Elisabeth Paroki St. Yohanes Bengkulu / OMK “Paskah adalah karya penyelamat. Didalam kehidupan pribadi kita, paskah bukan suatu tradisi yang tahun demi tahun kita rayakan, melainkan perubahan dan pembaharuan diri sendiri melalui Yesus yang mati dikayu salib untuk menbus dosa-dosa kita, karena Dia mati,bangkit untuk kita semua.”
“Paskah merupakan bukti kasih Tuhan bagi saya sebagai umat ciptaaNYA, kita sebagai umat Allah dipersiapkan oleh Kristus yang bangkit dengan jalan kasih. Yesus menyiapkan masa depan saya menuju kekekalan, ia Membuktikan bahwa kasih lebih kuat dari pada kematian. Paskah Berarti “Yesus Bangkit” begitu pula dengan saya, ikut ambil bagian dalam kebangkitan kristus. Kertika saya jatuh terpuruk dan jatuh dalam dosa, saat itu saya ingat kristus telah bangkit, Kristus sebagai pembuka jalan, saya pun yakin bahwa iman akan kristus takan pernah sia-sia bagi masa depan kehidupan saya, iman akan kristus yang bangkit adalah “harapan” dan marilah kita rayakan paskah Tuhan dengan sukacita dan syukur sebab Tuhan telah bangkit. Selamat hari raya paskah”
Stephanus Bima Athidira Paroki St. Stefanus / Lingkungan Theresia / Wilayah II St. Yustinus “Paskah saat yang tepat untuk kita melakukan pertobatan ,waktu untuk menyadari semua perilaku buruk yang pernah kita buat, Paskah juga menjadikan kita lepas dari belenggu dan keterikatan dosa. Yesus Putra Allah yang berkorban bagi diri kita, menginginkan kita sebagai anak-anak Allah untuk hidup penuh kasih bagi kita sendiri, sesama, serta dengan Allah sendiri, Juga menjadi garam dan terang dunia untuk hidup dan semangat baru yang lebih baik. Paskah adalah kebangkitan Yesus Kristus demi menebus dosa umat manusia. Selamat Paskah Tuhan memberkati.”
Korintus Elvis Ajo Paroki St. Matias Cinere/ Karyawan
“Paskah bagi saya adalah berusaha untuk menjadi manusia baru, karena dosa sudah diampuni dengan kebangkitan Tuhan Yesus, singkatnya saya diselamatkan dengan kebangkitan yesus.”
Frieda Alberti Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet/ Lingkungan Sta. Veronica/KEP “Paskah mengingatkan kembali bahwa Yesus maha pengampun, hukum kasih Yesus itu extreme. Dia mengingatkan kita untuk mendoakan musuh-musuh kita,mengampuni orang-orang yang berbuat jahat kepada kita, lewat wafatnya disalib, Ia Mengajarkan kasih yang luar biasa.”
PPA
St. Stefanus memiliki anggota lebih dari 50 orang anggota yang secara rutin melakukan pelayanan dalam membantu Imam dalam Merayakan Misa di Gereja. Sejak dini setelah penerimaan Komuni Pertama mereka menen46. POJOK tukan KOMSOS pilihan dalam beraktifitas gereja dan komunitas Putra-Putri Altar St. Stefanus memberikan manfaat dalam membentuk karakter muda yang mengabdi, melayani, berbakti serta disiplin . Ini semua dikarenakan makna bertanggung jawab di perkenalkan baik secara tradisi maupun persaudaraan.
Putra-I Altar sendiri bisa disebut misdienaar (dalam Bahasa belanda) yang berarti asisten misa. Dalam memperkuat iman pribadi komunitas ini membangun organisasi yang secara konsisten melakukan pengembangan kepribadian dengan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan), Retret, Outbond, dan tidak Lupa Wisata Rohani. Putra - Putri Altar St. Stefanus akan mengadakan Wisata Rohani 22-26 Juni 2015, bantuan anda sangat dibutuhkan sebagai bagian dari bentuk karya pelayanan. informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Tesya (0812 1215 7004), Audrey (0857 8009 8857), Putri (0858 1701 2770) No rek. BCA cab. Cipete 218 146 4463 an. Susana Wening Hendarjati
PENGGANTI
ONGKOS CETAK
MAJALAH MEDIAPASS MARET 2015
Ling. Emmanuel
Ling. ??? Ling. St. Bernardus (Semester I tahun 2015) Ling. St. Oktavianus (Jan. s/d Juni 2015) Ling. Sta. Maria Fatima Ling. St. Paulus (Jan s/d
1.260.000 900.000 1.500.000 2.100.000 50.000
Mar 2015)
6.00.000
TOTAL
6.410.000
Terima kasih atas donasi yang telah diberikan. Kami menunggu kontribusi anda di edisi-edisi berikutnya. Informasi tentang donasi dapat menghubungi: Dian Wiardi (0818183419) Donasi dapat ditransfer ke rekening KOMSOS : BCA no. rek: 7310278879 a.n. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer, untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi.
Dana Paroki St. Stefanus FEBRUARI - 2015 No Wil
Lingkungan
1
1 St.Hubertus
2 3
Kode
Perhit. 2-Feb15
Amplop
Perhit. 9-Feb15
RP
Amplop
Perhit. 16-Feb15
RP
Amplop
HBS
-
-
1
1 St.Yoh.Pemandi
YPE
1
20,000
1 St.Gregorius
GRR
-
-
4
1 St.Yudas Tadeus
YTA
7
135,000
8
155,000
8
5
2 Sta. Theresia
THE
1
30,000
15
6
2 Sta.M.Immaculata
MIM
-
-
-
7
2 Sta.Maria Fatima
MFA
10
183,000
3
160,000
8
2 Sta.M. Bernadette
BDE
7
350,000
17
410,000
18
563,000
35
693,000
Total Wil I
Total Wil II
Perhit. 23-Feb15
RP
Amplop
Perhit.2-Mar15 (28feb+1mar)
RP
Amplop
RP
20,000
4
300,000
3
180,000
4
100,000
1
20,000
1
100,000
1
100,000
7
445,000
4
190,000
-
-
1
25,000
5
260,000
2
100,000
3
120,000
5
200,000
12
855,000
330,000
8
520,000
10
505,000
28
1,660,000
123,000
4
80,000
8
224,000
8
170,000
2
100,000
4
160,000
8
370,000
-
-
10
86,000
3
19,000
1
200,000
5
105,000
4
190,000
7
380,000
27
575,000
23
749,000
-
9
3 St.Markus
MKI
1
100,000
-
-
1
20,000
6
230,000
11
425,000
10
3 St.Nicodemus
NDS
16
770,000
3
300,000
-
-
4
350,000
4
170,000
11
3 St.Oktavianus
OTS
1
100,000
1
20,000
6
770,000
2
120,000
5
180,000
12
3 St.Paulinus
PLN
1
200,000
1
300,000
1
50,000
4
300,000
8
330,000
13
3 St.Quirinus
QRS
Total Wil III
19
-
7
700,000
4
200,000
3
200,000
6
450,000
1,170,000
12
1,320,000
12
1,040,000
19
1,200,000
34
1,555,000
14
4 St.Antonius
ATS
1
20,000
1
100,000
-
-
-
-
4
80,000
15
4 St.Clementus
CLS
7
490,000
3
270,000
3
90,000
1
10,000
10
970,000
16
4 Sta. Faustina
FSA
-
-
32
1,895,000
1
20,000
-
-
8
510,000
36
2,265,000
4
110,000
1
10,000
14
17
5 Sta.Angela
AGE
6
950,000
1
200,000
8
360,000
4
300,000
-
-
18
5 St.Bartholomeus
BTS
1
150,000
1
500,000
-
-
11
2,235,000
2
250,000
19
5 Emmanuel
EML
3
300,000
1
350,000
5
2,950,000
8
800,000
3
250,000
20
5 Sta.Ursula
URS
3
500,000
2
600,000
6
800,000
5
450,000
2
850,000
13
1,900,000
5
1,650,000
19
4,110,000
28
3,785,000
7
1,350,000
Total Wil IV-A
Total Wil V
-
1,050,000
21
6 St.M.Magdalena
MMA
4
130,000
5
150,000
2
40,000
3
205,000
8
600,000
22
6 St.Aloysius
ALS
1
200,000
-
-
-
-
4
131,000
2
175,000
23
6 St.Thomas Aquino
TAQ
3
90,000
6
200,000
3
110,000
1
150,000
3
105,000
8
420,000
11
350,000
5
150,000
8
486,000
13
880,000
24
7 Sta.Helena
HLN
-
-
-
-
2
10,000
6
80,000
6
39,000
25
7 Romo Sanjoyo
RSO
3
15,000
7
70,000
4
30,000
2
15,000
4
35,000
26
7 St.Simeon
SMN
-
-
1
15,000
-
-
3
15,000
2
13,000
27
7 Sugiyopranoto
SGO
-
-
1
10,000
5
45,000
2
10,000
6
35,000
28
7 St.Theodorus
THO
1
10,000
10
46,000
4
40,000
5
80,000
2
20,000
4
25,000
19
141,000
15
125,000
18
200,000
20
142,000
PLS
27
730,000
38
1,298,000
3
90,000
3
275,000
17
455,000 380,000
Total Wil VI
Total Wil VII 29
8 St.Paulus
30
8 St.Timotius
TTS
7
225,000
2
60,000
5
105,000
12
870,000
11
31
8 Sta.Veronica
VRA
-
-
1
20,000
-
-
1
60,000
10
310,000
34
955,000
41
1,378,000
8
195,000
16
1,205,000
38
1,145,000 180,000
Total Wil VIII 32
9 St.Bonaventura
BVA
1
10,000
-
-
13
480,000
2
100,000
6
33
9 St.Bonifacius
BFS
-
-
1
10,000
5
318,000
6
225,000
3
300,000
34
9 Keluarga Kudus
KKS
2
70,000
1
20,000
7
577,000
3
100,000
5
250,000
3
80,000
2
30,000
25
1,375,000
11
425,000
14
730,000
Total Wil IXA 35 10 St.Yoh Don Bosco
DBD
2
22,000
-
-
1
2,000
5
125,000
1
5,000
36 10 St.Kristoforus
CRS
4
90,000
1
20,000
-
-
9
155,000
4
80,000
37 10 Sta. Maria Goretti
MGI
2
200,000
-
-
5
255,000
2
60,000
3
66,000
38 10 Sta.Maria B.Setia
MBS
1
100,000
2
200,000
3
140,000
4
340,000
4
140,000
9
412,000
3
220,000
9
397,000
20
680,000
12
291,000
39 11 Sta.Felicitas
FSE
3
150,000
-
-
-
-
-
-
2
200,000
40 11 Sta.Anastasia
ANS
-
-
1
200,000
-
-
4
200,000
5
450,000
41 11 Maria Ratu Damai
MRD
-
-
2
250,000
7
427,000
6
340,000
7
520,000
3
150,000
3
450,000
7
427,000
10
540,000
14
1,170,000
42 12 St.Bernadus
BDS
1
30,000
-
-
2
60,000
5
155,000
1
100,000
43 12 St.Dionisius
DNS
3
70,000
1
100,000
-
-
2
70,000
2
130,000
44 12 St.Elias
ELS
3
170,000
-
-
1
100,000
7
1,050,000
-
-
7
270,000
1
100,000
3
160,000
14
1,275,000
3
230,000
8,989,000
182
10,886,000
220
Total Wil X
Total Wil IXB
Total Wil IV-B TOTAL MINGGUAN
134
6,610,000
176
Catatan : 13 Feb 2015 Dewi & Teguh Santoso Lk BTS Rp 13.640.000,-
8,927,000
122
10,952,000
50. POTRET GEREJA
R
apat Dewan Pleno yang terdiri dari Dewan paroki Harian, Koordinator Wilayah I – XII, Ketua Lingkungan, Ketua Seksi, Kepala Bagian, Ketua Komunitas dan Kategorial dilakukan untuk melakukan sebuah evaluasi arah dasar pastoral Keuskupan Agung Jakarta tahun 2011 – 2015. Pertemuan ini diadakan pada SAbtu, 21 Februari 2015 Pk. 09:30 – 13:00 WIB di Gd. Leo Dehon. Sebelum memulai rapat, pleno melakukan refleksi dan sharing yang diambil dari Injil Lukas 5: 37-32 dibawakan oleh Rm. Paulus Setiadi SCJ. Dalam mengupas materi rapat, pleno membagi kelompok diskusi menjadi 6 kemudian melakukan pemaparan sehingga kesimpulan dapat diambil. Kegiatan rapat tersebut ditutup dengan perayaan ulang tahun Ketua Dewan Rm. Antonius Sumardi SCJ sebagai perayaan syukur, diadakan tiup lilin kue ulang tahun yang telah disediakan. ***
JAM PELAYANAN SEKRETARIAT PAROKI Kantor Sekretariat Paroki St. Stefanus buka setiap hari: 1. Senin pk 08.00 - 16.00 WIB 2. Selasa s/d Minggu pk 08.00 - 18.00 WIB Tutup pada hari Libur Nasional dan hari Besar Agama Katolik