EDITORIAL Penanggung Jawab Hendrik Mulyana (Pembina Yayasan Al-Miqdad Zidane Abdullah)
Pemimpin Redaksi M. Jiva Agung, S.Pd
Redaksi Hilman Fitri, S.Pd Nurti Budiyanti, S.Pd Panji Futuh Rahman, S.Pd M. Ginanjar Eka Arli M. Irfan Ilmy Irfan Nur Hakim Anik Lailatul Muniroh Anisha Nur Fitriani Maudy Widitya Vincent Lofaso
Layout Acep Suwarna, S.Pd
Kontak 081513577065
[email protected]
Alamat Redaksi Desa Mekarwangi, Kp Cibeber, Sindangkerta. Kabupaten Bandung
A
lhamduillah, tiada kata selain syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., Tuhan pemelihara alam semesta yang dengannya seluruh makhluk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kadarnya masing-masing. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpah kepada manusia suci, sang kekasih Allah, Muhammad Rasulullah saw beserta keluarga, keturunannya, para sahabatnya, serta seluruh umat Muslim yang senantiasa memerhatikan segala tuntunannya. Meski banyak halangan dan rintangan yang menyergap kami dari depan dan belakang, tetapi alhamdulillah edisi perdana majalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Semua ini tidak mungkin dapat terkonkretkan tanpa usaha keras seluruh tim GoodnewsMagz yang telah mencurahkan waktunya dan tenaganya yang kami yakin tidak tidaklah sedikit. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang berlipat. Amin Selama ini masyarakat Indonesia sudah terlalu banyak disuguhkan beraneka macam berita-berita berkonten negatif, baik itu mengenai terorisme, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, tawuran, pertikaian politik, hingga benturan antar umat beragama. Jika berita-berita ini terus-menurus membanjiri otak kita, tentu -baik secara langsung maupun tidak- akan menghancurkan masa depan bangsa. Tidak ada pencerahan untuk generasi anak cucu kita. Bagaimana tidak pesimis, jika dendam, prasangka, dan hawa nafsu dikedepankan? Untuk itulah, sebagai counter, atau setidaknya penyeimbang berita-berita negatif di atas, majalah ini hadir. Betapapun banyak konten yang bermuatan keislaman, tapi insyaallah majalah ini memiliki manfaat yang universal.
01
Edisi pertama, untuk memperkuat akarnya, maka kami menghidangkan tulisan-tulisan yang bernafaskan optimisme, karena tidak akan ada kebaikan tanpa rasa optimis. Sengaja pula kami taburkan beragam kolom, mulai dari kolom hubungan antar umat beragama, opini, kreativitas, tafsir, sastra, anak, muslimah, dan lain sebagainya, supaya pembaca mendapatkan informasi yang lebih kaya dan variatif. Akhir kata, kami mengakui bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah, maka dengan senang hati pembaca bisa memberikan kritik dan sarannya. Kedua hal ini sangat berharga bagi kami supaya majalah ini dapat berjalan lebih baik. Selamat membaca, dan mari genggam masa depan yang lebih cerah ! ***
Islamisasi-Kristenisasi di Era Modern
Kesalahpahaman merupakan salah satu faktor utama penyebab rapuhnya harmonisasi lintas agama yang telah nyata dibiarkan terjadi berlarut-larut selama ratusan bahkan ribuan tahun. Ironinya, kesalahpahaman ini masih terus berlangsung di era yang sudah serba modern ini. Tak terkecuali mengenai konsep Islamisasi (dakwah) dan Kristenisasi. Bukan hanya disalahpahami oleh yang berbeda keyakinan, melainkan tak jarang pula kesalahpahaman itu datang dari penganutnya sendiri. Umat Muslim salah paham mengenai konsep Kristenisasi, begitu pun sebaliknya, atau umat Kristiani yang bisa jadi tak paham mengenai konsep Kristenisasi, begitu pun sebaliknya.
02
Adalah anak-anak muda dari komunitas Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Regional Yogyakarta bersama muda-mudi dari jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Yogyakarta yang berusaha untuk mengurai permasalahan tersebut dengan harapan menemukan penafsiran yang lebih rekonsiliatif. Kegiatan yang berlangsung pada hari Sabtu 3 Desember 2016 ini berlokasi di Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Yogyakarta dengan menghadirkan dua orang pembicara yang masing-masing mewakili komunitas/golongannya. Betapapun, nuansa dialektika lebih kental dibanding pematerian satu arah layaknya seminar. Peserta yang hadir mencapai lebih dari 30 orang yang semuanya adalah mahasiswa. Adalah Rahmatullah, mahasiswa aktif jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berafiliasi dengan komunitas YIPC memberikan
pemaparannya kepada seluruh peserta mengenai makna Islamisasi (dakwah). Menurutnya, tujuan hakiki dari sebuah dakwah, sesuai dengan akar katanya ialah mengajak, yang berarti mengajak manusia untuk melakukan amr ma’ruf nahi munkar dengan harapan terbentuknya manusiamanusia yang berpotensi menyebarkan perdamaian di muka bumi. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa sesungguhnya dakwah memiliki misi agung, yaitu mengajak mausia menuju jalan kebenaran, jalan yang Tuhan ridhai. Selain itu, terdapat beberapa kode etik dalam berdakwah yang seringkali tidak diindahkan oleh sebagian umat Muslim dewasa ini. Alih-alih melakukan tindakan penghasutan, penyudutan, atau pemaksaan, dakwah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah harus mengedepankan bahasa yang baik, halus, dan santun sehingga sasaran dakwah dapat menerima pesan yang ingin disampaikan dengan lapang dada. Gontok-gontokkan, cacian, dan debat kusir harus dijauhi oleh para pendakwah. Sesi selanjutnya adalah giliran pihak GKMI yang menyampaikan pematerian mengenai Kristenisasi. Adalah Adi, seorang mahasiswa aktif jurusan Teologi di Universitas Duta Wacana (UKDW) menjadi pembicaranya. Ia mengungkapkan bahwa secara naluriah manusia tentu ingin menyebarkan kebenaran yang diyakininya. Ia tidak mau hanya dirinya yang memeroleh kebenaran/kebahagiaan hidup, melainkan orang-orang terkasihnya, juga manusia pada umumnya. Begitu pun dengan umat Kristen. Karena Injil itu sendiri berarti kabar gembira, maka umat Kristen sudah sepantasnya memberitahu kabar gembira tersebut kepada sesama manusia. Injil Matius memperkuat gambaran mengenai itu semua. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Ayat ini pula yang menjadi ruh para
Misionaris Belanda saat melakukan misi di tanah air. “Banyak kendala para misionaris tersebut dalam menyebarkan ajaran Kristus karena terdapat perbedaan latar belakang tetapi mereka akhirnya tercerahkan setelah menjadikan budaya-budaya lokal -sebagai pendekatan yang bisa dimasuki- untuk menyampaikan ajaran Kristus.” tuturnya di tengah pematerian. Setelah penyampaian materi berakhir, kegiatan berlanjut dengan sesi sharing terkait pengalaman melakukan upaya Islamisasi-Kristenisasi di daerahnya masing-masing. Para peserta juga terlibat di dalam diskusi bagaimana menyikapi persoalan jika kedapatan salah seorang anggota keluarganya yang berpindah dari agamanya. Di sela-sela break, mereka makan bersama dengan dihibur oleh group musik gereja. Nuansa persahabatan terasa sekali melingkupi seluruh ruangan. Saat waktu shalat tiba, seperti biasa umat Muslim melakukan shalat berjamaah di tempat yang telah disediakan oleh pihak gereja. Tak lupa sesi foto bersama menjadi salah satu rangkaian acara yang ditunggutunggu oleh para peserta. Mereka menyadari bahwa Islamisasi dan Kristenisasi adalah sesuatu yang tak terelakkan, karena ajaran kedua agama ini memang menganjurkan yang demikian. Walaupun ada yang mengaku belum pernah melakukan upaya-upaya tersebut, itu hanya dikarenakan mereka tidak menyadarinya saja. Pada hakikatnya Islamisasi dan Kristenisasi adalah sah, yang salah adalah jika dalam pendekatan/ metodenya menggunakan cara-cara yang tidak etis seperti pemaksaan, penyudutan, rayuan, bujukan, atau yang semacamnya.
03
Satu hal lagi, tidak semua umat Islam dan Kristen menginginkan sasaran dakwahnya mengubah identitas agamanya secara kelembagaan. Mereka tidak menginginkan perubahan seseorang hanya layaknya manusia yang berganti baju, tanpa mengubah way of livenya, karena yang mereka tekankan adalah esensi ketundukan kepada Sang Ilahinya, bukan pada perpindahan casing semata. Di atas itu semua, kegiatan semacam ini patut diapresiasi oleh berbagai pihak. Setidaknya mereka telah berani memulai untuk meninggalkan zona amannya demi masa depan yang lebih baik, di mana perbedaan agama bukan lagi menjadi penghalang melainkan dapat dijadikan sebagai ladang perlombaan dalam melakukan kebaikan. Insya Allah. [Jiva] ***
05
BUAH 411 DAN 212 Demo 411 dan 212 merupakan fenomena langka yang terjadi di Indonesia yang mana jutaan manusia berkumpul di satu titik ibu kota. Bisa dibayangkan bagaimana perencanaan untuk demo ini, siapa yang memimpinnya, bagaimana cara berkomunikasi antara pemimpin demo dengan peserta demo, persoalan manajemen transportasi, logistik, hingga pengaturan fasilitas pendukung seperti mobil ambulance, toilet, dan masih banyak hal lainnya. Sungguh merupakan sebuah peristiwa yang sangat menakjubkan, karena bisa kita ketahui bahwa sampai saat ini belum ada suatu organisasi, bahkan yang berlevel internasional sekalipun yang mampu menggerakkan orang sebanyak itu dalam
Pasalnya umat Muslim merasa Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) telah melakukan tindakan penistaan agama. Terlepas bermaksud atau tidak untuk melakukan penistaan, bagaimanapun ia adalah seseorang yang berstatus sebagai gubernur, pemimpin berskala besar. Wajar saja jika segala tindak-tanduknya menjadi sorotan publik. Terlebih beliau berbicara soal agama, dimana hal tersebut masih begitu sensitif di kalangan grassroots. Terlebih menyakut kitab suci yang menjadi pedoman hidup penganutnya. Betapapun, kasus ini memang masih menimbukan pro dan kontra dikalangan masyarakat kita. Pihak kontra misalnya, sangat menyayangkan sikap pemerintah yang seakan menganak-emaskan seorang Ahok, gubernur non aktif yang berstatus tersangka namun masih dapat bebas menghirup udara segar di luar sel penjara, pun diizinkan untuk berkampanye. Adapun pihak yang pro, mereka selalu mengaitkan persoalan ini dengan perpolitikan praktis yang konon hanya karena menjelang pilkada. Tentu mereka menentang kedua aksi besar-besaran itu -411 & 212- makanya mereka membuat sebuah aksi tandingan; parade Bhineka Tunggal Ika. Sebenarnya hal tersebut sah-sah saja, namun perlu disadari dan dipahami bahwa semua ini sebenarnya bukanlah persoalan fanatisme agama, etnis/ras, atau kelompok tertentu melainkan soal keadilan. Umat Muslim hanya menuntut satu hal: penegakkan hukum yang seadil-adilnya terhadap Ahok
Alhasil setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Bagi umat Muslim misalnya, mereka dapat mengetahui betapa kuatnya mereka saat bersatu, meninggalkan perbedaan-perbedaan furuiyyah yang ada. Dari sana seharusnya umat Muslim untuk kedepannya dapat lebih menekankan persamaan-persamaan, bukan malah memperuncing perbedaan. Dari kasus ini pula kita dapat memetik pelajaran berharga bahwa sudah sepatutnya kita berhati-hati dalam bersikap dan berkata-kata. Bukankah mulutmu adalah harimaumu? [Anisha]
06
OPINI
Saya pribadi merasa takjub ketika melihat satu alasan mampu membuat jutaan manusia berkumpul dan bertumpah-ruah dijalanan demi menyuarakan satu hal; yakni sebuah keadilan; umat Muslim dari berbagai kelompok bersatu di aksi damai 411 dan aksi super damai 212.
yang dirasa telah menyakiti banyak hati umat Muslim. Jadi jangan sampai timbul kesalahpahaman di antara umat beragama atau suatu kelompok/etnis tertentu atas kejadian ini. Ketika Ahok dianggap bersalah maka yang perlu disalahkan adalah perbuatannya, bukan agama ataupun rasnya, apalagi sampai merembet menyalah-nyalahkan orang lain yang sebackground dengannya. Itu salah besar. Oleh karena itu hendaknya masyarakat lebih terbuka pikirannya supaya mampu memahami kasus ini dengan hati dan pikiran yang jernih, bukan karena didorong oleh hawa nafsu atau sekadar ikut-ikutan semata. Adalah kewajiban kita semua senantiasa menjaga dan merawat kerukunan bangsa Indonesia.
KOLOM
waktu yang relatif singkat. Sungguh semua ini pasti terjadi karena ada kekuatan diluar manusia yang menggerakannya.
Mengaca Perjumpaan Islam-Kristen Periode Mekkah
U
mat Kristen berduka. Mereka menyayangkan aksi “heroik” oknum Muslim yang terlalu sibuk ikut campur urusan agama mereka beberapa hari yang lalu di Sabuga, Bandung. Untung saja, meskipun dinilai kurang tegas, Ridwan Kamil selaku wali kota telah melakukan beberapa follow up, salah satunya ialah dengan memberikan tempat kepada jamaah Kristen tersebut untuk beribadah di waktu yang lain –dengan aman. Telah mafhum diketahui bahwa bulan ini akan menjadi bulan yang begitu padat bagi umat Kristen yang puncaknya ialah pada peringatan Natal 25 Desember mendatang. Serangkaian acara, mulai dari yang bersifat kultural, semi-ibadah, hingga ibadah yang sifatnya sangat sakral (Misa) akan dilaksanakan pada bulan ini. Tentu mereka berharap semua akan berjalan dengan lancar, tanpa hambatan. Sayangnya penulis meragukan hal tersebut. Penulis khawatir kalau peristiwa di Sabuga ini akan menjadi batu acuan yang nantinya akan muncul pelakonpelakon baru yang siap menghalang-
07
halangi umat Kristiani beribadah. Mereka selalu menggunakan alasan klasik, kalau tidak karena surat perizinan yang katanya belum lengkap, atau, dan ini yang paling menyedihkan, karena dikhawatirkan ada aksi-aksi kristenisasi/pemurtadan. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika seandainya oknum-oknum ini lebih dapat membaca sejarah yang anti mainstream. Maksudnya, mau membuka diri untuk mengetahui khazanah kesejarahan Islam yang terlupakan. Misalnya saja tentang kelompok Kristen Najran yang diperbolehkan beribadah di masjid saat mereka mengunjungi Nabi Muhammad untuk berdialog tentang masalah teologis, sebagaimana disampaikan oleh sejarawan Ibnu Hisyam yang bukunya menjadi rujukan utama mengenai sejarah Islam. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyegarkan kembali pemahaman kita mengenai hubungan Islam-Kristen periode Mekkah –secara singkat- dimana terjadi komunikasi dinamis di antara kedua agama terbesar ini.
Singkat cerita Abrahah bersama pasukannya berjalan ke Mekkah. Abdul Mutthalib, tokoh terpandang saat itu beserta penduduk setempat tidak bisa berbuat apa-apa, karena memang mereka tidak pandai berperang. Malah, kakek Rasulullah itu datang menemui Abrahah lalu berkata, “Kamu mengambil unta-unta saya. Saya minta kamu kembalikan unta saya.” Abrahah menjawab, “Saya tadinya menghormati kamu. Aku kira kamu akan membicarakan tentang pembelaan Ka’bah.” lalu Kakek Nabi berkata, “unta itu milik saya, saya berhak mengambilnya dari kamu sedangkan Ka’bah itu milik Allah. Kalau dia mau bela, dia akan bela. Saya tidak mampu.” Kemudian terjadilah peristiwa besar sebagaimana terekam dalam surat Al-Fil, 1 Raja Najasyi mengirim pasukan untuk menaklukkan Yaman di bawah pimpinan Aryat yang salah satu pasukannya bernama Abrahah. Setelah Aryat dapat mengalahkan Zun Nuwas maka Yaman di bawah kekuasaan Aryat. Selang beberapa lama terjadi percekcokkan antara Aryat dengan Abrahah. Lalu mereka berduel hingga dimenangi oleh Abrahah. 2. Daerah yang memanjang dari Teluk Aqabah sampai ke Yaman. Nama Hijaz berartyi suatu dataran rendah yang memanjang di sekitar Laut Merah.
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya3 mereka (untuk menghancurkan Kakbah) itu siasia?, Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat) (QS. Al-Fil (105): 1-5) Betapapun jelas campur tangan Allah dalam menjaga rumah-Nya di bumi Mekkah dari serangan Kristen Yaman, kita harus dapat memahami bahwa perjumpaan negatif itu tidaklah bermotifkan agama karena agama di sana hanya dijadikan sebagai alat untuk mencapai kepentingan politik-ekonomi belaka.
KOLOM
Umumnya kita hanya mengetahui bahwa kedatangan Abrahah, sebagaimana terekam dalam surat Al-Fil, ke Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah tanpa tendeng aling-aling, atau umumnya karena masalah agama. Padahal jika dibaca lebih detail, kehadiran pasukan bergajah dari Yaman1 ke Ka’bah ini memiliki muatan ekonomi (keuntungan perdagangan) karena jika Abrahah dapat menguasai Mekkah secara otomatis dia dapat menguasai jalur Hijaz2. Dia menginginkan orang-orang dapat beribadah ke Shan’a (Yaman), bukan Mekkah.
SEJARAH
1. Peristiwa Penyerangan Pasukan Abrahah (Kristen Yaman)
3 Melakukan sesuatu yang tersembunyi yang dinampakkan sebagai sebagai sesuatu yang bukan seperti itu tujuannya. Abrahah secara nyata menyatakan hendak menghancurkan Ka’bah tapi sebenarnya memiliki tujuan tersembunyi. ( Waktu itu ada dua kekuasaan besar, yakni Persia dan Romawi. Mereka memiliki wilayahnya masingmasing. Yaman di kuasai oleh Romawi, sedangkan Mekkah belum dikuasai oleh siapapun. Dia membuat Rumah ibadah di Yaman dan mencoba untuk menghancurkan Ka’bah supaya dia dapat menguasai daerah Mekkah). 4. Seorang mantan Yahudi yang menjadi rahib Kristen Nestorian. Ia tinggal di Bushra, Selatan Syam (sekarang Syria).
08
SEJARAH KOLOM
2. Perjumpaan dengan Pendeta Bahira
3. Perjumpaan dengan Waraqah bin Naufal
Pada usianya yang masih muda, Rasulullah suatu ketika –bersama paman dan rombongan Quraisy- pergi berdagang menuju Syam. Menurut riwayat, rombongan dagang ini diliputi oleh awan (tanda adanya orang suci) sepanjang perjalanannya. Adalah pendeta Bahira menyadari kejadian yang penuh berkat ini. Oleh karena itu ia4 mengajak mereka (saat bertemu di Syam) untuk makan di rumahnya, tetapi saat itu Rasulullah tidak ikut masuk karena selain masih kecil, dia juga harus menjaga barang-barang dagangan mereka.
Rasulullah masih dalam keadaan terkejut saat dirinya mendapatkan wahyu pertama dari Allah, terlebih ia juga kedatangan malaikat dalam rupanya yang asli. Dari sana ia diajak oleh Khadijah (istrinya) untuk berkunjung ke rumah pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal untuk berkonsultasi. Waraqah adalah seorang pendeta Nasrani yang taat. Saat itu umurnya sudah begitu lanjut dan ia pun sudah dalam keadaan buta.
Bahira berkata, “Hai orang-orang Quraisy, saya ingatkan jangan sampai ada seorangpun yang tidak makan makananku ini.”. Mereka berkata kepada Bahira: “Wahai Bahira, masih ada seorang anak kecil di antara kami yang tertinggal di tempat perbekalan rombongan.” Bahira berkata: “Janganlah kalian bertindak seperti itu, panggilah dia agar makan bersama kalian.” Maka dipanggillah Rasulullah ke hadapan pendeta itu. Ia memerhatikannya dengan teliti. Dari hasil penglihatannya, ia mendapati sifat-sifat kenabian pada diri Muhammad muda. Kemudian pendeta tersebut bertanya beberapa hal kepada Rasulullah hingga sampai pada akhirnya melihat sesuatu di punggung Rasulullah. Ia melihat tanda kenabian yang ada di antara kedua pundak persis seperti ciri-ciri Nabi yang telah diketahuinya dari bacaan kitab -yang akan lahir di Jazirah Arab. Sebelum mereka berpamitan, Pendeta Bahira tidak lupa berpesan kepada Abu Thalib untuk tidak melanjutkan perjalanannya karena jika ada orang Yahudi yang melihat Muhammad, maka ia akan membunuhnya karena mereka menginginkan bahwa status kenabian hanya berasal dari Bani Israel.
09
Rasulullah menceritakan apa yang dialami dan dilihatnya kepada Waraqah. Lalu Waraqah berkata, “Ia adalah Namuz (Jibril) yang pernah turun kepada Nabi Musa as. Alangkah baiknya jika saat ini aku masih muda untuk membelamu. Semoga aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu dari tempat tinggalmu.” Lalu Rasulullah merespon, “apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tiada seorang laki-laki yang membawa sesuatu seperti apa yang kamu bawa kecuali mereka pasti akan dimusuhi. Sekiranya aku masih ada di hari itu, aku akan menolong kamu semampuku.” Sayangnya, tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia.
4. Hijrah para sahabat ke Habasyah (Ethiopia) Rasulullah tidak tahan melihat penderitaan umatnya yang berkali-kali mendapatkan cobaan di Mekkah. Untuk itu ia menganjurkan kepada beberapa sahabatnya untuk berhijrah, mendapatkan perlindungan dari Raja Najasyi di Habasyah (Ethiopia). Hijrah pertama dilakukan oleh beberapa sahabat Nabi yang jumlahnya masih sedikit. Ada yang berkata jumlahnya 14 orang (10 lakilaki dan 4 perempuan) ada yang berkata 16 orang. Sesampainya disana, mereka
Ternyata hijrahnya para sahabat Nabi telah diketahui oleh orang-orang musyrik di sana, terutama para pembesar mereka. Lalu mereka memutuskan untuk mengutus Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabiah guna merayu Raja Najasyi memulangkan para sahabat Nabi tersebut. Berbagai cara mereka lakukan, seperti membuat berita palsu yang menyudutkan umat Islam, juga memberikan aneka macam hadiah. Sampai akhirnya raja Negus meminta klarifikasi dari umat Muslim. Muncullah Ja’far bin Abi Thalib sebagai juru bicara. Sang raja hadir. Semua bersujud sedang umat Muslim tidak. Melihat hal tersebut, seorang aparat raja berkata, “kalian tidak memiliki sopan santun karena tidak bersujud kepada raja.”. “Nabi kami telah melarang kami agar tidak bersujud kepada selain Allah.” jawab umat Muslim. Setelah dipersilakan berbicara, Ja’far berkata kepada raja, “Wahai tuan raja! dahulu kami ini manusia jahil. Kami tidak mengenal Allah dan Rasul-Nya. Kami hanya menyembah batu dan memakan bangkai serta mengerjakan berbagai jenis kejahatan/kekejian. Kami pun memutuskan hubungan silahturahmi. Yang kuat diantara kami menindas yang lemah. Dalam keadaan yang seperti itu akhirnya datang seorang Nabi yang membawa pembaharuan dalam kehidupan kami. Keturunannya yang mulia, kejujurannya, dan kehidupannya suci bersih sudah kami kenal dan telah tersebar luas. Beliau
Raja Najasyi berkata, “perdengarkanlah sedikit Al-Quran yang telah engkau pelajari dari Nabi itu.” Kemudian Ja’far membacakan permulaan surat Maryam (16-36) Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak lakilaki yang suci”. Maryam berkata:
SEJARAH
Sayang, kebencian penduduk Mekkah semakin menjadi-jadi yang membuat Nabi Muhammad semakin sedih. Ia akhirnya memerintahkan kepada para sahabatnya yang lain yang masih tinggal di Mekkah untuk hijrah ke Habasyah, mengikuti rombongan yang pertama. Menurut suatu riwayat jumlah rombongan hijrah yang kedua ini adalah sekitar 100 orang.
mengajak kami supaya menyembah Allah dan meninggalkan perbuatanperbuatan syirik. Beliau mengajarkan kepada kami agar melakukan yang ma’ruf dan meninggalkan yang munkar. Beliau mengajarkan kepada kami supaya berkata benar, menunaikan amanah, menghormati kaum kerabat dan berbuat baik kepada tetangga. Dari beliau kami belajar shalat, puasa, zakat, dan berkelakukan baik. Beliau melarang perbuatan zina, berdusta, memakan harta anak yatim secara zalim, dan memfitnah. Kami diajar supaya menjauhi perbuatan jahat, pertumpahan darah, dan sebagainya. Beliau juga mengajarkan kami Al-Quran, kitabullah yang mengagumkan. Oleh karena itu kami percaya kepada beliau, kami mengikuti jejak langkahnya, dan menerima ajaran yang dibawanya. Karena hal itulah kami disiksa dengan harapan kami kembali kepada agama semula. Karena kekejaman mereka telah melampaui batas, maka maka dengan izin beliau datang ke negeri ini untuk memohon perlindungan tuan.”
KOLOM
benar-benar mendapat perlindungan dari raja tersebut. Mereka juga dapat menjalankan ibadahnya dengan tenang.
10
SEJARAH KOLOM
“Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata: “Demikianlah. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang Manusia pun pada hari ini”. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu
11
sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”, maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. Mendengar bacaan tersebut raja Negus menangis dan membenarkan apa yang dikatakan oleh Ja’far. Lalu ia memerintahkan kepada dua orang utusan dari Mekkah tersebut untuk segera meninggalkan Habasyah. Menurut salah satu riwayat di akhir hayatnya raja Negus memeluk Islam, makanya saat Rasulullah mendengar kabar meninggalnya, ia melakukan shalat gaib.
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang dzalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an), maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka
Dari 5 buah cerita di atas, dapat terlihat bahwa terdapat kecondongan interaksi positif-dinamis antara Islam dan Kristen. Inilah yang perlu kita bangun kembali di masa sekarang dan mendatang. Adalah wajar terdapat perbedaan, sebagaimana tertuang dalam kisah terakhir. Betapapun, hal itu tidak sedikitpun membuat kita lantas saling bermusuhan. Bagaimana umat agama lain tertarik dengan Islam jika yang bermunculan malah aksi-aksi yang tak beretika? Allahu alam. [Jiva] Referensi M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Vol.15 Ibnu Ishaq. Sirah Nabawiyah M. Husein Haekal. Sejarah Muhammad Film Risalah ***
SEJARAH
Memang, yang menjadi titik fokus dakwah Nabi di periode Mekkah adalah para penduduk yang mayoritas adalah penyembah patung/batu-batu. Mereka juga menyembah banyak dewa meskipun juga mengakui Tuhan tertinggi (Allah). Betapapun, terdapat sedikit interaksi antara Nabi Muhammad dengan ahli kitab (Yahudi-Kristen) di periode ini. Buktinya, terdapat surat Makkiyah yang merekam hubungan Nabi dengan mereka (AlAnkabut [29]: 46-47).
Al Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al Qur’an); dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tidak adalah yang mengingkari ayatayat Kami selain orang-orang kafir.
KOLOM
5. Dialog dengan Ahli Kitab
12
Quraish Shihab: Bapak Tafsir Indonesia
P
rof. Dr. H. Muhammad Quraish Shihab, MA. adalah seorang cendekiawan muslim dalam ilmu-ilmu Al-Quran. Pria yang pernah menduduki kursi Menteri Agama ini sangat produktif berkarya. Sejak 2011 yang lalu beliau telah kembali menerbitkan karya terbarunya seperti Sirah Nabi Muhammad saw., Tafsir Al-Lubab (ringkasan dari tafsir Al-Misbah), Kaidah Tafsir Al-Quran, dan Yang Hilang dari Kita: Akhlak. Sejak kecil Quraish Shihab telah menjalani pergumulan dan kecintaan yang mendalam terhadap Al-Quran. Di masa kecilnya, ketika berumur sekitar 7 tahun, oleh ayahnya ia senatiasa diharuskan untuk mengikuti pengajian Al-Quran yang diadakan oleh ayahnya sendiri yang juga merupakan seorang ulama besar. Tak lupa sang ayah membacakan kisah-kisah teladan yang terdapat dalam kitab suci. Sang ayah senantiasa memberikan wejangan kepada Quraish muda bahwa kebenaran dalam rincian agama bisa
13
beragam, dan satu-satunnya cara untuk hidup harmonis adalah dengan mengedepankan sikap tasamuh tanpa melunturkan keyakinan dan tradisi yang dianut. Itulah yang pada kemudian hari membentuknya menjadi ulama yang memiliki prinsip mempertemukan alihalih membentur-benturkan sesuatu yang terlihat paradoks. Pria kelahiran 72 tahun silam ini menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang lalu melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, menjadi seorang santri di Pondok Pesantren Darul-Hadits Al-Faqihiyyah. Pada tahun 1958, ia meninggalkan Indonesia untuk menuntut ilmu di Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyyah Al-Azhar. Pada 1967, beliau meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al-Azhar. Kemudian melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama, dan meraih gelar MA pada tahun 1969 untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-Quran dengan tesis berjudul AlI’jaz Al-Tasyri’iy li Al-Quran Al-Karim. Di era itu mendapat gelar Master sungguh merupakan sesuatu hal yang begitu langka, tidak seperti zaman sekarang.
KOLOM BIOGRAFI TOKOH Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercayakan untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan di IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Selain itu, beliau juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia Bagian Timur) maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang ini, ia juga sempat melakukan berbagai penelitian; antara lain penelitian dengan tema “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan “Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978). Pada 1980, Quraish Shihab terbang ke Kairo untuk melanjutkan pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada 1982, dengan disertasi berjudul Nazhm Al-Durar li Al-Biqa’iy, Tahqiq wa Dirasah, ia berhasil meraih gelar doktor dalam ilmu-ilmu Al-Quran dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (Mumtat Ma’a Martabat Al-Syaraf Al-’Ula). Quraish Shihab menjadi orang ketiga Indonesia yang meraih gelar Doktor di Mesir setelah sebelumnya ada Nahrawi Abdussalam (dari Universitas Al-Azhar Kairo) disusul Zakiah Darajat (dari Universitas ‘Ain Syam Kairo) Di tahun 1984 Quraish Shihab mendedikasikan dirinya di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di luar kampus, ia juga dipercaya untuk menduduki berbagai macam jabatan, seperti Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashih Al-Quran Departemen Agama (sejak 1989); Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989), dan Ketua Lembaga Pengembangan.
Tidak selesai sampai di sana, ia juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi profesional, seperti Pengurus Perhimpunan Ilmu-Ilmu Syari’ah; Pengurus Konsorsium Ilmu-Ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Di sela-sela segala kesibukannya itu, Quraish Shihab tetap konsisten dalam kegiatan tulis-menulis yang telah digelutinya semenjak muda. Bisa dibilang ia merupakan salah seorang cendekiawan Muslim yang memiliki karya terbanyak di Indonesia. Karyanya yang paling monumental Tafsir Al-Misbah yang memiliki 15 jilid sampai saat ini terus menyedot perhatian para pencari ilmu, dari kalangan cendekiawan dalam dan luar negeri. Jika dihitung, karyanya mencapai lebih dari 50 buah. Sayang, masih ada kalangan yang merendahkan dirinya hanya karena memiliki pemikiran yang sedikit anti mainstream, seperti mengenai jilbab dan Syiah. Quraish sangat mencintai agama dan bangsanya. Ia menginginkan perjuangannya di bidang tafsir tidak boleh berhenti dan harus terus dilanjutkan. Untuk itu, pada tanggal 18 September 2004 silam ia mendirikan sebuah Studi AlQur’an yang diberi nama Pusat Studi AlQur’an (PSQ) di bawah naungan Yayasan Lentera Hati. Lokasinya berada di Jalan Kertamukti No.63 Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Tanggerang Selatan, Provinsi Banten. Disinilah akan bermunculan pakar-pakar tafsir Indonesia yang akan membumikan Al-Quran ke seluruh penjuru nusantara. Semoga. [Anisha] ***
14
PENGALAMAN SPIRITUAL DI SINGAPURA “Kita tidak usah malu meyakini kebenaran dan mengambilnya dari sumber mana pun ia datang, bahkan walau seandainya ia dihadirkan kepada kita oleh generasi terdahulu dan orang asing” (Al-Kindi)
Entah sejak kapan saya mulai terjun di dunia hubungan antar umat beragama tapi setidaknya ada dua buah faktor yang membuat saya tertarik akan hal ini. Pertama, saya harus banyak berterima kasih kepada Universitas Pendidikan Indonesia yang telah menyediakan mata kuliah Studi Masyarakat Indonesia. Berkatnya, saya diberi pengetahuan yang luas mengenai agama-agama –termasuk aliran keagamaan- yang ada di Indonesia. Bahkan karena mata kuliah ini akhirnya saya berkesempatan berbincang-bincang dengan salah seorang tokoh Syiah dan Pendeta Kristen HKBP di Bandung. Bisa dibilang, inilah batu loncatan pertama saya. Faktor kedua, setelah mendapat stimulus dari mata kuliah tersebut, saya mulai mencari informasi-informasi mengenai hubungan antar umat beragama. Sedikit terkejut sekaligus bahagia setelah mengetahui bahwa ternyata komunitas-komunitas yang bernuansa lintas agama telah banyak diminati oleh kalangan pemuda di dunia termasuk Indonesia. Mungkin mereka memiliki orientasi yang sama dengan saya, ingin menyebarkan perdamaian ke seluruh makhluk Tuhan. Agama sudah seharusnya berdiri dan berbicara di ruang publik, membela dirinya yang telah disalahpahami oleh sebagian penganutnya untuk menyatakan bahwa agama bukanlah alasan untuk saling mencaci, agama bukan
15
alasan untuk saling membenci, melainkan sebagai sumber nilai kasih. Singkat cerita -dari informasi yang didapat- saya menemukan sebuah komunitas lintas iman yang berada di Kota Bandung dimana mereka akan mengadakan sebuah kegiatan Peace Camp selama tiga hari dua malam. Dengan senang hati saya mendaftarkan diri. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, fix saya berasrat untuk menjadi salah satu pengurusnya. Beberapa step telah dilewati hingga akhirnya pada Oktober 2015 lalu saya resmi menjadi salah satu pengurusnya. Komunitas ini setiap tahunnya turut menyemarakkan kegiatan interfaith berskala internasional yang bernama World Interfaith Harmony Week (WIHW) dan pada bulan Februari lalu saya bersama 12 pengurus Young Interfaith Peacemaker Community Indonesia (YIPCI) meluncur ke Singapura untuk mengikuti kegiatan tersebut. Awalnya saya sedikit ragu, kenapa harus Singapura yang notabennya merupakan negara sekuler? Tapi setelah beberapa hari berada disana, keraguan saya mulai terhapuskan. Negeri Singa ini ternyata memiliki jumlah agama yang lebih banyak dibanding Indonesia dimana mereka dapat hidup secara harmonis dan penuh empati. Tercatat oleh Inter-Religious Organization Singapore (IRO) bahwa terdapat 10 agama yang berkembang di Singapura diantaranya, Islam, Krsiten (Katolik dan Protestan), Baha’i, Sikh, Tao, Yahudi, Zoroaster, Jain, Hindu, dan Buddha sebagai agama mayoritas.
KOLOM LUAR NEGERI
Adanya keterbatasan ruang, disini saya hanya akan menceritakan pengalaman saat berkunjung ke Baha’i Centre. Mengapa Baha’i? karena masyarakat kita, khususnya sebagian umat Muslim di Indonesia telah salah paham mengenai Baha’i. Sempat ramai di berbagai media yang memberitakan bahwa terdapat sekte sesat Islam yang ingin masuk ke Indonesia yang bernama Baha’i. Padahal telah nyata bahwa Baha’i merupakan sebuah agama tersendiri yang
memang terpisah dari Islam. Sayang, dewasa ini sebagian masyarakat kita seakan telah menjadi “tangan kanan” Tuhan yang mudah memberi justifikasi kebenaran.
16
3 Februari 2016, setelah sarapan di Hostel Footprints, Perak Road, saya bersama teman-teman YIPC ditambah 3 orang peserta asal Indonesia non YIPC, 2 orang asal Malaysia, dan disusul oleh 1 orang asal Singapura berkunjung ke Baha’i Centre. Pusat berkumpulnya para penganut Baha’i di Singapura. Dari luar bangunannya terlihat begitu sederhana layaknya sebuah ruko kecil, tapi setelah kami diizinkan masuk dan berkeliling ruangan ternyata bangunan Baha’i Centre ini cukup besar yang memiliki tiga buah lantai. Ibu Susi, narasumber Baha’i bersikap sangat sopan dan menerima kami dengan tangan hangat. Ia memberi penjelasan mengenai agama Baha’i dengan singkat tetapi padat. Ia juga menjelaskan apa saja aktivitas yang mereka lakukan di Baha’i Centre ini. Menurutnya, Baha’i merupakan sebuah agama yang berasal dari Iran yang tumbuh pada abad ke19 yang dibawa oleh Bahaullah. Dalam ajarannya, mereka mempercayai adanya satu Tuhan (monoteistik) dan hari akhir, anjuran melakukan perbuatan baik (amal shaleh) dan manusia harus berperan serta untuk menjadikan bumi yang lebih baik. Yang terakhir ini mungkin hampir sama dengan konsep manusia sebagai khalifah di dalam Islam. Ajarannya menekankan pada transformasi aspek rohani manusia berdasarkan prinsip keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan umat manusia. Kata Baha’i itu sendiri memiliki arti “pengikut Bahaullah” yang diyakini sebagai orang suci pembawa pesan Ilahi layaknya Nabi di dalam Islam. Mereka memiliki kitab suci yang bernama Kitab Al-Aqdas meskipun –menurutnya- mereka juga mempelajari kitab-kitab lain seperti Taurat, Injil, Al-
17
Quran dan kitab-kitab lainnya sebab para pembawa pesan Tuhan memiliki kebersambungan pesan Ilahi. Ada hal yang menarik yang saya dapatkan dari penjelasan Ibu Susi maupun seorang bule yang saya lupa namanya. Menurut mereka, kitab Al-Aqdas tidak memerlukan seorang pemimpin/tokoh agama untuk menjelaskan makna-maknanya, sebab dengan terjadinya kepesatan perkembangan ilmu pengetahuan maka setiap manusia akan dapat memahaminya. Oleh karena itu, sikap bijak dalam menghormati perbedaan penafsiran begitu ditekankan dalam agama Baha’i ini. Saat ditanya adakah jenis ritual ibadah yang menggunakan gerakan-gerakan layaknya shalat, mereka sedikit tersenyum dan menyatakan bahwa di dalam kepercayaan Baha’i suatu ibadah cukup dengan berdoa. Ibadah ini dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Kami juga diberi makanan berat dengan berbagai macam menu saat perbincangan mulai agak santai. Sungguh merupakan sebuah jamuan yang begitu ramah. Menurut penuturan Ibu Susi, di Singapura mereka juga bersahabat dengan agama-agama lain seperti Islam dan Kristen. Di satu waktu umat Muslim yang mendatangi mereka, dan di waktu lain mereka yang mengunjungi umat Muslim. Kadang, mereka juga membuat eventevent yang mengundang agama-agama lain. Alhasil, banyak pencerahan yang saya dapat saat memperdalam agama-agama bahkan terjun langsung didalamnya, tapi sayang masih ada pihak-pihak yang meragukan kebermanfaatannya. Bukan hanya itu, mereka (yang menyangsikan) menganjurkan untuk menghindarinya karena takut malah membawa mudarat, pengikisan iman katanya. Kalau saya ditanya mengapa capecape ingin mengetahui atau memperdalam agama lain, sepertinya saya cukup
memaparkan apa yang pernah dikatakan oleh seorang mantan Mufti Besar dari Bosnia dan Herzegovina (The Grand Mufti Emeritusof Bosnia and Herzegovina). Ia berkata, “More you know about your own religion, the more tolerant you are to others...once you truly know the essence of your own religion, it will make you want to know more about other religious faiths. This spirit must be adopted throughout the world in our pursuit for peace” Semakin saya mengetahui agamaagama lain, semakin saya melihat bahwa agama-agama tersebut tidak melulu berhadap-hadapan dengan agama yang saya yakini (Islam). Misalnya saja mengenai keyakinan kepada Tuhan Yang Esa. Hampir semua agama meyakini bahwa Tuhan itu Esa, apapun namanya Dia tetaplah Dia. Perbedaannya lebih pada pemahaman mengenai konsep keesaannya tersebut dan bagaimana cara menyembahnya. Berlaku baik kepada semua makhluk ciptaan Tuhan –tanpa pandang bulu- juga dapat dipastikan merupakan salah satu ajaran esensi setiap agama yang ada di dunia ini. Bukankah cukup dengan berdasarkan persamaan kedua hal ini kita dapat optimis hidup secara damai? Berdamai yang bukan hanya untuk sekarang melainkan juga masa depan. Kalau bukan kita yang menyebarkan perdamaian antar agama, siapa lagi? [Jiva] ***
KOLOM CINTA
Masa Depan Dulu aku pernah pesimis mengenai masa depan yang ditawarkan padaku; hidup tanpamu, tanpa senyummu tanpa tangismu Tapi aku sadar, bahwa Tuhan adalah bagaimana hambanya berfikir dan masa depan adalah bagaimana mimpi diukir Aku tahu, hidup tak cukup dengan mimpi lebih dari itu, harus bangun berusaha untuk menggapai Mimpiku harus aku gapai aku harus yakin, bahwa Allah selalu menjadi Mahakuasa Jadi, sekarang, apa yang ditawarkan masa depan untukku? Barangkali, hidup bersamamu, dengan senyummu, tangismu, peluk dan ciummu, suka dan dukamu Ya, aku dan kamu Kita [Irfan] ***
18
S
IMAN: ASAS DAN BUAHNYA SIKAP OPTIMIS
ikap optimis yang dimaksud dalam pembahasan kali ini adalah berprasangka baik kepada Allah Jalla Jalâluh, mengharapkan yang baik di masa depan, dengan tidak menjadikan kemalangan sampai menjerumuskannya ke lembah keputusasaan. Hal ini dikarenakan ia berfikir bahwa segala ketentuan yang berada di sisi Allah lebih dekat dengannya daripada yang ia perkirakan. Optimis bagaikan cahaya yang menyinari perjalanan hidup kita, membantu kita mewujudkan kehidupan yang penuh kedamaian dan cinta, sekaligus mampu membuat kita merealisasikan harapan dan impian kita, karena kita berfikir bahwa segalanya berada dalam kuasa dan iradahnya Allah Jalla Jalâluh. Berbicara mengenai sifat optimis mari kita renungkan kisah Musa a.s. dalam Al-Quran. Hal ini dikarenakan Kisah Nabi Musa alaihissalam adalah kisah yang paling banyak mendapatkan porsi di dalam Al-Quran, yakni terdapat di 10 surat dan disebutkan sebanyak 136 kali. Kisah yang sarat dengan pelajaran dan banyak mengandung ibroh ini amat penting kita pahami untuk melihat bagaimana kebenaran itu pada akhirnya menggilas kejahatan. Allah memerintahkan Musa a.s. dan Harun a.s. untuk berdakwah kepada Fir’aun dan para pengikutnya. Namun Musa a.s. dan Harun a.s. berkata “Wahai Tuhan Kami, sungguh kami khawatir dia
19
akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas.” Maka Allah Ta’ala menjawab “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” Ibn Katsir menafsirkan ayat ini dengan berkata “Janganlah kamu berdua takut kepada Fir’aun, sesungguhnya Aku selalu bersamamu, Aku mendengar pembicaraanmu dan pembicaraannya, dan Aku melihat tempatmu dan tempatnya, tiada sesuatu pun dari perkara kalian yang samar bagi-Ku. Dan ketahuilah olehmu berdua bahwa ubun-ubun (roh) Fir’aun berada di dalam genggaman kekuasaan-Ku. Maka tidaklah ia berbicara, dan tidak bernafas, tidak pula memukul kecuali dengan seizin-Ku dan sesudah ada perintah dari-Ku. Aku selalu bersamamu melalui pemeliharaan-Ku, pertolongan dan dukungan-Ku.” Sehingga dengan jawaban Allah ini, disertai dengan keyakinan akan kebenaran yang disampaikan Allah, mereka berdua optimis bahwa Allah akan melindungi mereka ketika mereka berdakwah di hadapan Fir’aun. Ungkapan yang sangat menakjubkan (Janganlah kamu khawatir, sesungguhnya Allah bersama kamu, Allah mendengar dan melihat kamu), kata-kata yang paling indah untuk mengobati kecemasan dan pesimisme. Dengan demikian setiap mukmin harus ingat kalimat ini ketika dihadapkan pada posisi yang sulit bahwa Allah akan senantiasa memerhatikan gerak gerik langkah kita demi memperjuangkan dan memperoleh tujuan yang kita inginkan.
Oleh karena itu melihat dunia hari ini, kita membutuhkan orang-orang yang optimis, yang berani menyuarakan keadilan di hadapan pemimpin yang zalim, berani memperjuangkan mereka yang tertindas demi mewujudkan kehidupan yang penuh cinta dan kedamaian. Itu semuanya kembali kepada diri kita sendiri, apakah mau bersabar untuk mengubahnya ke arah yang lebih baik atau tidak, sebagaimana ditegaskan oleh Allah Jalla Jalâluh
“Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri.” (QS. Yasin 36: 19). Begitu juga dengan keberhasilanmu itu tergantung kamu sendiri. Oleh sebab itu, berhasil tidaknya perjuangan untuk menyuarakan keadilan dan menolong mereka yang tertindas itu tergantung dari adanya sikap optimis dan pesimis pada diri kita sendiri, karena munculnya sifat optimis dan hilangnya sifat pesimis tidak jauh dari diri sendiri. Sifat optimis akan muncul tatkala kita percaya sepenuhnya bahwa di tangan Allah-lah segalanya bermula sebagaimana Musa a.s. dan saudaranya. Dengan begitu dia yakin bahwa Allah akan
membuatnya kuat ketika dia lemah, dan ketika dia tidak tahu Allah memberinya ilmu atau solusinya. Sehingga parameter untuk membedakan orang yang optimis dan pesimis ialah tingkat keimanan dan ketaatannya kepada Allah Jalla Jalâluh. Terakhir marilah bersama-sama merenungkan seruan Ilahi ini dengan penuh optimisme dan harapan, renungkanlah bagaimana Al-Quran mengajarkan kepada kita harapan dan keyakinan terhadap rahmat Allah, dan kita selalu melantunkannya pada saat kita butuh dan menghadapi masalah, sehingga kelak Allah akan merespon permohonan kita, asalkan berdoa dengan tulus ikhlas hanya tertuju pada Allah semata. Allah berfirman: “Dan apabila hambahamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah: 186). [Hilman] ***
20
Aksi Damai JILID III
Aksi bela Islam yang dihelat berjilidjilid nyatanya cukup menguras energi bangsa ini, baik yang turun kejalan langsung maupun bagi mereka yang sekadar menjadi pembahasnya saja. Tidak sampai di sana, kabar mengenai tumpah ruahnya masyarakat Muslim Indonesia ini santer terdengar hingga belahan bumi lain. Hebatnya lagi, kabar terkait aksi ini beritanya tersebar harum. Apalagi kalau bukan karena ketertiban, kebersihan dan kompaknya umat Muslim bahu membahu membela apa yang menurut mereka benar. Namun, disela-sela ketakjuban dunia akan kondusifnya mobilisasi masa dalam jumlah besar ini, dini hari hingga pagi menjelang Aksi Super Damai, kepolisian republik Indonesia meringkus 10 orang dengan dugaan makar dan pelanggaran UU ITE. Kabar ini sejatinya tidak bisa ditanggapi sambil lalu begitu saja karena makar adalah dosa terbesar dalam bernegara dan berdemokrasi. Kedua kabar ini akan menjadi menarik jika kemudian disodorkan dan dimintai tanggapannya kepada mahasiswa Muslim Indonesia yang sedang merantau dan menuntut ilmu di negeri Ratu Elizabeth yang mana Muslim adalah minoritas. Hal inilah yang mendorong kami mewawancarai seorang alumnus Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Gelar Riksa Abdillah S.Pd, seorang Awardee Beasiswa LPDP Kementrian Keuangan Republik Indonesia yang kini menuntut ilmu pada jenjang Magister di Birmingham University. Berikut wawancara kami kepada yang bersangkutan melalui surel:
21
Apakah akang tahu tentang aksi bela Islam jilid III pada 2 Desember 2016 kemarin? “Ya, saya tahu, dan saya mengikuti perkembangannya.” Bagaimana akang melihat hal ini? “Di satu sisi, tentu saja saya melihat ini sebagai sebuah proses yang sangat wajar di dalam mekanisme berdemokrasi di negara ini, dan ini menunjukkan people power sangat dominan. Tapi di sisi lain, menurut saya agak naif jika aksi ini sepenuhnya ditujukan untuk membela agama. Karena baik diakui atau tidak, ada kepentingan politik praktis yang dilibatkan, meski tidak semua orang yang ikut aksi menyadari hal tersebut.”. Bisa dibilang Umat Islam sangat reaktif, apakah ini positif atau negatif? “Ketika kejadian ini muncul ke permukaan, kita seolah terbagi dua, menjadi orang yang memaafkan atau menjadi orang yang harus marah dan menuntut. Keduanya memiliki dasar argumentasi, saya harap yang mana pun tidak didasari hawa nafsu, melainkan pertimbangan akal yang jernih. Seperti yang saya bilang, ada yang berkepentingan terhadap terlaksananya aksi ini, dan memanfaatkan reaktifnya umat Islam untuk kepentingan golongan ini adalah hal yang tidak etis. Tapi mereka yang datang ke sana dengan niat yang mungkin tulus tanpa tahu hal tersebut tentu saja tidak bisa ikut disalahkan. Satu hal yang perlu saya tegaskan, kita bisa berbeda pendapat, tapi tidak dengan benci. Bagi mereka yang
ikut aksi, tidak perlu mengatakan yang menolak aksi itu adalah munafik atau semacamnya, begitu juga orang yang tidak setuju dengan aksi, tidak perlu mencacinya selama mereka melakukannya sesuai aturan dan menjaga ketertiban.” Apakah akang mendengar komentar dari warga Inggris misalnya berkenaan aksi damai ini? bagaimana tanggapan mereka?
“Ya, saya membacanya di beberapa media yang non-mainstream dan mengenali beberapa nama dari mereka. Meskipun saya tidak memastikan secara langsung kebenarannya.” Berkaca dari kejadian ini, apakah akang melihat adanya potensi konflik yang cukup meresahkan bagi bangsa indonesia? “Potensi itu ada, dan jika tidak diperbaiki akan menjadi sangat meresahkan. Bisa kita bayangkan ketika kita saling bertengkar terus menerus, kemudian pihak-pihak asing datang untuk ikut memancing di air yang sudah keruh. Tentunya kita tidak ingin negeri kita menjadi negara yang tidak damai, dan bertengkar karena persoalan pribadi seperti agama. Hal ini seperti saling bertengkar untuk ukuran celana dalam masing-masing, sangat tidak perlu.” Apa sekiranya yang harus bangsa ini lakukan untuk mengatasi potensi konflik tersebut?
Pertanyaan terakhir, optimistiskah akang bahwa bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang damai? Hal apa yang membuat akang optimistis? “Tentu saja, kalau tidak optimistis buat apa lagi berjuang? Saya melihat pandangan-pandangan para pemuda yang pro terhadap persatuan dan toleran. Saya bisa melihatnya, seperti ketika saya berada di sini sekarang, misalnya, minggu lalu, kami masyarakat Muslim Indonesia dan masyarakat Kristiani Indonesia berbagi ruangan untuk pengajian dan pesta natal, kami berbagi makanan dan umat Kristiani juga memasak masakan halal di pesta tersebut untuk bisa kami nikmati bersama. Saya yakin semakin banyak orang yang berpandangan luas, kedamaian akan terwujud. Satu hal yang perlu dipegang oleh semua orang yang beragama, bahwa hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan kita masing-masing, suci dan tidak perlu intervensi siapapun. Sementara hubungan kita dengan sesama manusia adalah saling bertanggung jawab untuk memastikan kemanusiaan yang lebih baik, untuk membuat tempat yang lebih nyaman untuk generasi yang berikutnya.” [Panji] ***
22
PELAJAR
Apakah akang tahu berkenaan tentang pemberitaan penangkapan tersangka makar yang hendak beraksi pada saat yang bersamaan dengan aksi damai jilid III itu?
KOLOM
“Sejauh ini saya tidak mendapatkan pertanyaan langsung dari orang Inggris mengenai hal itu, tapi kawan saya di fakultas hukum mendapati pertanyaan dari profesornya. intinya profesor itu hanya bertanya, sebenarnya apa sih sumber keributan di Indonesia akhir-akhir ini?”
“Menurut saya, yang pertama dan utama adalah menyadari, bahwa beragama adalah wilayah privasi masingmasing orang. Adapun apabila terjadi persinggungan dengan agama lain, maka budaya tabayyun atau mengonfirmasi harus didahulukan. Bagaimanapun marah dan merasa tersinggung itu lebih mudah daripada datang dan meminta kejelasan. Yang menjadi masalah adalah kita sering lupa bahwa orang yang tidak seiman dengan kita juga sama manusia, samasama diciptakan oleh Sang Maha Kuasa, yang juga mendapatkan sebahagian dari cinta-Nya. Menjadi sangat penting untuk ikut menebarkan cinta tersebut.”
Peace Generation:
Komunitas Penyemai Pesan Damai Hidup dalam kedamaian merupakan impian seluruh umat manusia. Tidak ada konflik berlebih yang memicu berbagai kerusakan, saling membenci bahkan menjadi awal terjadinya berbagai tragedi kemanusiaan. Tapi, hidup damai yang terkadang terkesan utopis itu memang harus dibayar dengan harga yang tidak murah. Ada pengorbanan dan berbagai usaha yang harus dilakukan untuk mewujudkannya. Adalah Eric Lincoln dan Irfan Amalee yang memilih berbuat sesuatu untuk mewujudkan kedamaian itu. Bukan malah mengutuki keadaan sembari diam saja menunggu anugrah kedamaian diberikan Tuhan dengan cuma-cuma. Keduanya awalnya terkoneksi dari hubugan gurumurid dalam sebuah pendidikan bahasa Inggris di kantor penerbit buku Mizan. Kebetulan Eric adalah guru bahasa Inggris di sana dan Irfan yang juga editor buku anak di DAR! Mizan waktu itu, adalah salah satu muridnya.
patuh dan Irfan lahir dan besar di keluarga Islam yang taat membuat mereka kian akrab saja. Keduanya yakin bahwa agama tidak pernah mengajarkan permusuhan, alih-alih justru agama menghendaki perdamaian yang abadi. Lalu passion yang sama antara Eric dan Irfan di bidang pendidikan perdamaian pada anak dan remaja ini menjadi wasilah lahirnya sebuah komunitas yang memiliki misi mulia, menebar kedamaian di muka bumi. Mereka mempunyai ghirah untuk menciptakan ruang-ruang yang dipenuhi hawa-hawa kedamaian dan ketentraman di semua lini. Hal inilah yang melatarbelakangi dua lelaki dengan background pendidikan berbeda ini mendirikan sebuah komunitas yang berfokus pada penyebaran nilai-nilai kedamaian. Komunitas ini kemudian diberi nama Peace Generation.
Tentang Peace Generation
Menarik menggali sejarah terbentuknya komunitas ini. Awalnya Irfan selalu menyudutkan Amerika dengan berbagai tindakannya yang terkesan selalu ingin turut campur dalam permasalahan negara lain. Amerika dianggapnya sebagai sumber dari segala masalah perpolitikan dunia. Karena Eric memang orang asli Amerika, ia merasa terusik dengan salah satu sikap muridnya itu. Ia menganggap ada seorang Thaliban di kelasnya. Namun, dugaan itu perlahan memudar seiring komunikasi di antara keduanya yang terbangun dengan baik. Irfan ternyata tidak seekstrem yang dipersangkakan.
Komunitas yang berbase camp di Jl.Suling No.17, Turangga, Bandung ini mengawali pergerakannya dengan berfokus pada perumusan berbagai nilainilai kedamaian (peace values) yang akan menjadi rujukan bagi program pembelajaran perdamaian. Nilai-nilai itu lalu disusun dalam berbagai modul berseri yang membantu para instruktur untuk kembali menyebarkan nilai-nilai tersebut ke banyak orang. Nilai-nilai ini ditujukan sebagai bentuk langkah preventif untuk menghambat terjadinya berbagai konflik akibat adanya prasangka dari masingmasing pihak.
Kesamaan latar belakang keduanya, yakni Eric adalah seorang Kristen yang
Adapun ke-12 nilai perdamaian itu adalah (1) Menerima diri (proud to
21 23
be me), (2) Prasangka (no suspicion no prejudice), (3) Perbedaan etnis (different culture but still friends), (4) Perbedaan agama (different faiths but not enemies), (5) Perbedaan jenis kelamin(male and female both are human), (6) Perbedaan status ekonomi (rich but not pround, poor but not embarrassed), (7) Perbedaan kelompok atau geng (gentlemen don’t need to be gangsters), (8) Keanekaragaman (the beauty of diversity), (9) Konflik (conflict can help you grow), (10) Menolak kekerasan (use your brain not your brawn), (11) Mengakui kesalahan (not too proud to admit mistakes), (12) Memberi maaf (don’t be stingy when forgiving others). Berbagai program inovatif dilaksanakan dalam rangka menerapkan serta menyebarluaskan nilai-nilai perdamaian yang dirumuskan tim Peace Generation. Beberapa kegiatan itu seperti Peacesantren (menanamkan nilai-nilai perdamaian dalam kegiatan pesantren ramadhan), Peace-camp pelajar, peacecamp mahasiswa, menanamkan nilai dasar perdamaian ketika Masa Orientasi Siswa, NGOPEACE: Ngobrol Damai Sambil Ngopi, dan program menarik lainnya Hingga saat ini, Peace Generation telah mengader ribuan agen perdamaian yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan ada di berbagai negara. Seperti cara kerja virus yang menyebar begitu cepat, agen-agen perdamaian ini diharapkan mampu menjadi katalisator di komunitas atau lingkungannya untuk sama-sama menjembatani jurang perbedaan; bahwa peradaban yang baik hanya bisa dicapai dengan adanya interaksi yang diliputi dengan cinta kasih dan perdamaian antar sesama manusia. Untuk memenuhi kebutuhan komunitas, Peace Generation sebisa mungkin tidak tergantung kepada sokongan dana dari pihak manapun.
Tim berusaha mencukupi operasional komunitas secara mandiri. Adapun ikhtiar tersebut adalah dengan memproduksi berbagai suvenir yang kontennya juga tentang ajakan menciptakan perdamaian. Sebut saja berbagai produk seperti peacebooks, peacemerchandise, peaceshirt, peaceshoes, peacejeans dan masih banyak yang lainnya. Irfan selaku co founder menerapkan prinsip social enterprises di komunitas ini. Ketika berkuliah S2 di Brandeis University Amerika Serikat di bidang Peace and Conflict Studies, Irfan memang belajar mengenai social management yaitu cara mengurus bisnis sosial. Jadi, Peace Generation membiayai sendiri keperluan komunitasnya. Selain memberi dampak pada lingkungan sosial, kegiatannya mampu mendatangkan profit secara ekonomi yang ditujukan untuk memastikan aktivitasnya terus berjalan. Spirit kemandirian inilah yang juga harus dimiliki komunitas-komunitas positif lain supaya niat baik membuat perubahan tidak terkendala lantaran masalah materi.
Tantangan Yang Dihadapi Di awal perjalannya, Peace Generation tidak berjalan dengan luruslurus saja. Komunitas yang baru-baru ini mendapat legalitas sebagai yayasan ini mendapat banyak tantangan dari berbagai pihak. Penolakan bukan satu-dua kali saja. Namun, apabila penolakan tersebut disikapi dengan kelemahan dan pesimis maka usailah sudah cita-cita mewujudkan perdamaian di dunia. Irfan bersama tim terus berupaya konsisten merajut misi-misi perdamaian melalui program-program positif yang dilakukan. Lama kelamaan, suarasuara sumbang yang mencaci apa yang dilakukan itu perlahan mulai menurun tensinya.
22 24
Langkah Erick dan Irfan dalam mewujudkan kedamaian di dunia melalui komunitas yang dibentuknya ini patut diapresiasi. Mewujudkan perdamaian dengan mengesampingkan berbagai perbedaan adalah pekerjaan sepanjang hayat, karena akan ada saja pihakpihak yang tidak suka hal ini terwujud. Entah karena keterbatasan pemahaman, minimnya pengalaman atau nurani yang gelap tertutup prasangka membabi buta. [Ilmy] ***
Kreativitas vis a vis Moralitas
D
ewasa ini kita makin banyak bergantung dengan media sosial berbasis internet. Baik sebatas untuk berkomunikasi, mengabadikan momen spesial, bahkan hingga menjadikannya mata pencaharian. Untuk yang terakhir disebut ini banyak sekali ragam dan caranya. Mulai dari yang berjualan sebagaimana umumnya kita ketahui, sebut saja berjualan baju misalnya. Si empunya produk memasang gambar bajunya yang hendak dijual, ia tuliskan spesifikasi juga cara pembeliannya. Ini yang bisa dibilang paling sederhana. Ada juga yang meraup untung dengan menjadi pengiklan. Ia biasanya tidak punya barang yang dijual, ia mempromosikan barang orang lain, dan dari jasa mempromosikannya itulah ia dapat uang. Dua bisnis ini masih terlihat biasa saja, bisa dikatakan bisnis ini bisnis gaya lama kemudian bertransformasi menjadi berbasis internet. Namun zaman baru pastilah juga membawa kebiasaan-kebiasaan baru. Di zaman yang serba internet ini, banyak bermunculan bisnis-bisnis yang sepertinya sama sekali tidak terpikirkan di zaman sebelumnya, sebagai contoh sebut saja jasa jual beli follower dan like (orang
25
memperjualbelikan follower dan like di instagram untuk menunjukkan eksistensi). Bisnis ini, meski terdengar konyol, nyatanya makin menjamur saja dari hari keharinya, hal ini menunjukkan: ada orang yang membeli follower dan like di instagram untuk menunjukkan eksistensi. Untuk media sosial instagram kita juga mengenal bisnis ala official account. Sedikit penjelasan untuk bisnis ini adalah adanya orang yang membuat akun, bisa berisi info-info seperti info sepakbola terkini, info kesehatan, info lalu lintas, bisa juga berisi humor-humor baik gambar maupun video. Bisa juga berisi kontenkonten kepemudaan, penyiaran agama bahkan ada juga yang berisi konten khusus dewasa dan kekerasan sekalipun. Semakin akunnya populer, semakin banyak follower dan like di setiap post-nya maka “harga” akun itu semakin mahal. Di kemudian hari akun itu bisa di jual, bisa jadi pembelinya merupakan penjual suatu produk, ia ganti semua fotonya dengan barangnya, ia tak perlu susah-susah mencari follower karena akun itu sudah memiliki banyak follower, bisa juga di kemudian hari akun itu menawarkan profilnya kepada pedagang supaya tertarik untuk “ikut
promosi” barang dagangannya lewat akun itu. Dengan follower yang banyak, dapat dipastikan informasi mengenai barang jualannnya sampai ke calon pembeli, Selain instagram, penulis melihat media sosial yang hingga kini sangat digandrungi adalah youtube. Portal berbagi video ini nyatanya juga tidak sekadar digunakan untuk kepentingan pribadi seperti menyimpan video untuk kenang-kenangan saja, youtube kini laris dipakai untuk mencari uang juga. Beberapa orang memanfaatkan youtube untuk membuat semacam video blog atau yang kini dikenal sebagai Vlog. Isi dari Vlog itu sendiri beragam, mulai dari tutorial berkerudung, tutorial bermain game, tutorial bela diri praktis, atau ada juga yang sekadar menampilkan kehidupan sehari-hari, dan masih banyak ragam lainnya. Orang-orang itu mendapatkan uang dari banyaknya orang yang melihat videonya. Dari sana ia memiliki viewer,
semakin banyak viewer semakin mahal harga videonya untuk disisipi iklan. Bisa juga mereka mendapat uang melalui sponsor-sponsor, misalnya ada yang melakukan tutorial berkerudung, ia bukan pemilik merk dagang kerudung tersebut, tapi ada produsen kerudung yang mensponsori videonya dengan memberi sejumlah uang dan atau kerudungnya untuk menjadi bahan yang digunakan saat video tutorial berkerudung itu berlangsung. Namun sayangnya, zaman baru tidak hanya membawa kebiasaaan baru, ia juga berisikan senjata baru. Para pencari untung ternyata melakukan banyak cara agar akunnya tetap laris, termasuk menggunakan cara-cara yang tidak bersih, baik yang berbisinis ala official account dalam instagram maupun yang berbisnis ala vlog di youtube. Beberapa dari mereka melakukan trik-trik agar tetap laris. Dalam kasus official account misalnya, tak jarang yang menyisipkan konten-konten porno agar akunnya semakin ramai, meskipun
26
terlarang, nyatanya dengan menyisipkan konten-konten porno akun tersebut jadi semakin populer. Senada dengan hal tersebut, para penggiat youtube melakukan hal yang hampir serupa, kita sempat dibuat geger oleh akun-akun yang memamerkan kemesraaan dan bahkan tindakan menjurus asusila oleh para penggiat youtube ini. Ada juga yang sangat gemar menggunakan kata-kata kasar dan tak seharusnya diucapkan. Meskipun ini wilayah hak pribadi, namun saat mereka mengudarakan vlog mereka dan membiarkan orang-orang untuk mengaksesnya secara bebas tanpa tending aling-aling, saat itu juga mereka mestinya bisa mempertanggungjawabkan videonya dihadapan tata nilai etika yang berlaku. Penggunaan konten porno dan bahasa kasar nyatanya mampu menyedot pengunjung, baik untuk instagram maupun youtube, konten porno seolah mewakili kedewasaan meskipun nyatanya yang mengakses tidak lain adalah anak dibawah umur atau anak usia sekolah dan konten bahasa kasar seolah mewakili keberanian dan kebebasan berekspresi. Tidak bisa dinafikan bahwa sejatinya secara demografi sebagian besar pengguna internet adalah anak muda usia sekolah itu sendiri. Ironisnya dari media sosial anakanak menjadi tahu terhadap aktivitas seks yang belum semestinya meraka ketahui atau bahkan tidak layak mereka ketahui sama sekali seperti pelacuran. Leluconlelucon murahan yang dibalut seks bebas biasanya menjadi viral dan dianggap hal yang umum untuk diketahui. Padahal hal tersebut sangat jauh dari norma dan tata nilai yang berlaku. Lebih parah lagi jika konten porno itu dibagikan lewat situs youtube, bahkan ada youtuber yang hingga kini terkenal namanya karena keberaniannya mengunggah kemesraan dengan pasangannya. Padahal kemudian hari
27
diketahui yang bersangkutan masih duduk di bangku sekolah atas (SMA) saat itu. Tidak sampai di sana, yang bersangkutan acap kali berucap kata-kata kasar seolah hal itu adalah hal lumrah dan dijadikan guide bagi siapa saja yang hendak menjadi anak gaul masa kini. Tak sedikit, yang karena geramnya melihat fenomena ini, kemudian ada yang mencoba menegur pihak-pihak yang menyeleweng tersebut. Ada yang menegur dengan dalil agama, ada yang menyindir dengan etika bergaul, ada yang membawa tata nilai luhur bangsa sampai ada yang membawa dalil hukum yang berlaku namun semuanya bergeming. Ada satu hal yang paling sering dijadikan justifikasi atas perilaku menyimpang mereka ini: Kreativitas. Disini sebetulnya letak miskonsepsi yang entah dari mana awal mulanya, tapi yang pasti, sejauh ini kreativitas sering dipahami sebagai melawan arus dan menabrak batas. Padahal sejatinya kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dengan tetap memperhatikan batasan-batasan yang ada tanpa perlu selalu melawan arus umum. Batasan itu bisa berupa batasan agama, batasan norma atau batasan hukum. Orang yang merasa diri kreatif dan out of the box namun dalam proses kreatifnya ternyata menabrak batasanbatasan itu tidak lain adalah manusia anarkis—baik secara tindakan maupun pikiran—yang malas berfikir lebih jauh untuk menciptakan hal baru yang tidak melanggar batasan itu. Sejatinya, mereka yang sungguh-sungguh kreatif adalah yang bisa menciptakan hal baru dengan tetap memperhatikan norma dan aturan yang belaku di masyarakat. Dengan demikian, sangat keliru jika ada orang-orang yang berdalih mengusung kreativitas namun secara sadar melanggar batasan yang ada. Meskipun batasan itu sendiri sangat subjektif. Tapi
batasan-batasan itu tidak muncul secara tiba-tiba atau serampangan, batasan itu muncul untuk menjaga hal-hal yang dianggap berharga oleh masyarakat umum, misalnya: moral anak muda. Kita bisa berdebat dari pagi hingga subuh lagi untuk memperdebatkan sejauh mana batasan gambar/video dapat disebut berisi unsur pornogafi atau tidak, namun patut dipahami bahwa di era internet ini, semua bisa dengan mudah mengakses segalanya. Mungkin orang dewasa bisa memilih dan memilah konten yang layak ia tiru dan tidak, tapi anak muda bisa saja melihat hal tersebut sebagai contoh yang mesti ditiru. Bayangkan jika kemudian hari anak muda beranggapan bahwa hubugan badan pranikah adalah hal lumrah! Padahal baik secara norma maupun aturan itu jelas-jelas perilaku buruk dan salah.
IHSAN KAMIL: Semangatnya Melampaui Kekuranganya
Disamping itu kita tidak boleh menafikan peran pengawasan dan bimbingan orang tua terhadap apa yang diakses anaknya di internet. Jika kemudian hari anjuran untuk memilah dan memilih konten yang baik untuk dibagikan diinternet diabaikan oleh para penggiat internet itu, dan bahkan jika kemudian hari ada regulasi yang ketat tentang hal ini sekalipun, tetap saja benteng terakhir pertahanan untuk menjaga moral anak bangsa adalah peran pengawasan dan bimbingan orang tua itu sendiri. [Panji]
Ialah Ihsan Kamil, anak pasangan Bapak Asep Asipa dan Ibu Neneng. Terlahir 15 tahun lalu dengan keadaan sehat, namun tak berapa lama kemudian ia dinyatakan memiliki kelainan down syndrome. Orang tua mana yang akan mengira anaknya memiliki kelainan tersebut?
***
Oleh Sella Rachmawati, S.Pd Semua anak adalah spesial. Bagaimanapun kondisi seorang anak, bagi orang tua anak selalu memiliki tempat istimewa di hati mereka. Setiap orang tua mengharapkan anak terlahir normal, tumbuh dengan baik, memiliki kecerdasan, dan kemampuan di beberapa bidang. Sayangnya, tidak semua anak terlahir beruntung. Pernah mendengar anak penderita down syndrome? Kelainan ini tidak bisa dideteksi dini, biasanya anak down syndrome baru dapat diketahui saat ia sudah dilahirkan.
Kedua orang tuanya berusaha untuk menjadikan Ihsan menjalani hidupnya senormal mungkin. Ia kemudian disekolahkan di sekolah khusus. Selain belajar, sekolah juga bertujuan untuk melatih segala saraf ditubuhnya yang terganggu fungsinya oleh kelainan yang ia derita, selain itu sekolah juga bertujuan untuk memperkenalkan lingkungan disekitarnya. Beruntung, Ihsan besar di keluarga dan lingkungan yang memiliki kultur agama yang baik. Ayahnya seorang guru agama dan kepala sekolah di salah satu sekolah swasta di Cimahi. Selain itu, ayah Ihsan juga dikenal sebagai ustadz di lingkungannya, ia mengelola madrasah yang telah turun temurun dikelola oleh keluarganya sejak dahulu. Tak ayal, Ihsan
28
Selain adzan, Ihsan juga sering menghadiri pengajian anak-anak setiap malam, dia mengaji, memerhatikan materi, bahkan terkadang ia menegur temantemannya jika tidak memerhatikan materi yang disampaikan oleh gurunya. Selain itu, Ihsan juga bisa terlihat sangat marah jika melihat kedua adik perempuannya diganggu oleh temannya. Setelah mengumandangkan adzan, apalagi adzan maghrib, biasanya Ihsan membaca shalawat. Ada yang membuatnya menarik, sering terlihat dalam beberapa kesempatan Ihsan menetesakan air mata saat melantunan shalawat itu, seakan Ihsan mengerti akan makna dari sebuah pengharapan syafaat kepada baginda Rasullullah. Warga sekitar yang tidak tahu seluk beluk tentang anak berkelainan down syndrome beberapa kali terlihat menjauhkan anaknya agar tidak bermain dengan Ihsan, entah apa sebabnya, padahal down syndrome bukanlah penyakit menular. Sejatinya, anak down syndrome juga perlu bermain dengan anak normal yang seumuran dengannya untuk memperkenalkan lingkungan dan kehidupan disekitarnya. terbiasa untuk mengunjungi madrasah dan masjid tempat ayahnya selalu memberikan ilmu agama. Bahkan saat Ihsan memasuki usia 15 tahun ia selalu meramaikan masjid dengan adzannya, walaupun suaranya tak begitu jelas karena faktor kelainan yang ia derita, namun Ihsan tetap mengumandangkannya dengan lantang. Bahkan bisa jadi, adzan adalah hobinya. Mungkin bagi sebagian orang yang tidak tahu kondisinya akan mencela suara adzan tersebut, namun tidak bagi kami yang mengenalnya. Semangatnya ini adalah anugerah luar biasa yang diberikan Allah kepada anak yang memiliki keterbatasan seperti Ihsan.
29
Kini banyak orang mulai mengerti, bahwa setiap anak yang terlahir adalah istimewa, baik yang terlahir normal, sekalipun yang memiliki kelainan seperti Ihsan. Bahwa setiap anak yang lahir membawa berkah, baik untuk keluarga maupun lingkungannya. Ihsan membawa keberkahan berupa rasa syukur bagi siapa saja yang melihat kondisinya. Dengan segala keterbatasan itu, Ihsan tetap berupaya untuk menjadi anak yang dapat membanggakan orang tuanya, ia semangat pergi mengaji, ia selalu ingin mengumandangkan adzan, dan ia adalah kakak yang baik terhadap adik-adiknya. Ihsan sekarang berada di tempat terbaik di sisi Allah. Ia meninggal karena sakit. Ihsan juga meninggalkan
kesedihan yang mendalam, tak hanya bagi keluarganya tapi juga bagi mereka yang senantiasa mendengarkan adzannya di speaker masjid. Ia meninggal akibat kelainan yang dimilikinya, Ihsan sangat rentan terkena penyakit serius, terlebih anak down syndrome juga sulit untuk berkomunikasi sehingga untuk mengetahui penyakit yang ia rasakan menjadi cukup sulit, bahkan sering kali anak tersebut tidak bisa membicarakannya. Menurut Yacub, pendiri Ikatan Sindroma Down Indonesia dan Center of Hope, anak penyandang down syndrome memiliki risiko lebih tinggi akan masalah kesehatan dibandingkan dengan anak-anak normal. Beberapa masalah kesehatan yang erat kaitannya dengan anak-anak down syndrome adalah kelainan jantung, kepekaan terhadap infeksi pada mata maupun kelainan pada bentuk otak, cacat tambahan seperti usus pendek, tidak beranus/dubur, busung dada, lemah otot maupun kerusakan syaraf, dan alzhimer juga sangat rentan bagi mereka. Refrensi: Yacub, A. R. (t.thn.). Down Syndrome. Dipetik 12 06, 2016, dari Dokter Kita: http:// dokita.co/blog/down-syndrome/ ***
OPTIMIS DI HATI, DAMAI DINANTI “Langkahkan jejak kakimu dengan penuh keyakinan. Yakinilah dengan hati yang penuh ketawadhuan. Lalu tariklah nafas secara perlahan rasakanlah keberadaan Allah yang selalu menyertaimu. Niscaya keberkahan akan menghampirimu. Merasakan keberadaan-Nya hingga penghujung langkahmu. Dengan begitulah keberadaanmu akan menduduki tempat paling dekat disisi-Nya.” Sebuah keniscayaan bahwa makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt. berkewajiban untuk mengabdikan dirinya kepada Sang Pencipta. Tujuan hidup kita sebagai muslimah yang taat tiada lain ialah beribadah kepada-Nya. Menggerakan seluruh hati agar terbangun dari keraguan yang melekat walaupun sekilat. Keraguan kadang hadir membendungi tekad. Tugas utama sebagai muslimah yang taat ialah menumbuhkan rasa optimisme yang kuat. Jalan yang terjal mampu ia lewati, kerikil batu mampu ia singkirkan, hingga badai sekalipun mampu ia lalui. Rasa optimis merupakan kunci yang paling utama dalam menguatkan kembali azam kita, sebagaimana Allah berfirman dalam kalam-Nya yang mulia.
“...kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. AliImron [2]: 159).
30
Tekad memberi stimulus energi positif yang kuat. Tekad inilah yang harus dipupuk, dijaga, dan dipelihara. Agar rasa optimis hadir meminimalisir keraguan yang ada. Sebagaimana Allah menjelaskan melalui firman-Nya sebagai berikut :
“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.” (QS. At-Taubah [9]: 45). Ayat tersebut mengindikasikan bahwa Allah telah menggambarkan manusia yang memiliki hati berselimut keraguan. Hati yang bimbang ialah karena keraguan yang diperoleh dari tipisnya keimanan, sehinga tipu daya muslihat hadir membelengguinya. Betapa kuatnya energi iman untuk melumpuhkan keraguan dalam hati. Kekuatan iman hadir dalam menanamkan rasa kebersamaan hatinya bersama Allah sehingga rasa optimis pun selalu membentengi azamnya, karena keyakinan hati akan mengubah pandangan hidup tentang bagaimana kita harus bersikap. Muslimah yang taat mampu menghadirkan pandangan yang tepat dalam bersikap. Sejarah telah mencatat betul dibalik kecemerlangan kejayaan Islam, hadir beberapa sosok muslimah taat yang memegang teguh tekadnya dengan optimisme yang kuat, diantaranya Khadijah, Fathimah Az-Zahra, Aisyah dan muslimah lainnya. Mereka adalah
31
muslimah yang telah teruji sebagai individu yang bertakwa kepada Allah, menjunjung tinggi risalah yang dibawa Rasulullah. Mereka adalah muslimah yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama manusia dan sesama makhluk Allah. Mereka adalah sosok istri yang benar-benar bisa mendukung dan membahagiakan suami di jalan Allah. Mereka adalah ummahat yang berhasil dalam tarbiyatul awlad, yang dapat mencetak keturunan generasi kebanggaan Islam. Mereka juga merupakan sosok da’iyah yang tak pernah berhenti dari da’wah Islamiyyah, hatinya tak pernah surut dalam melakukan kebaikan. Belum lagi kisah Nabi Ibrahim yang berhasil meneggakkan kalimat Tauhid berkat dukungan kedua istrinya, Siti Hajar dan Siti Sarah. Disini sungguh terlihat bahwa fungsi seorang perempuan itu sungguh besar dalam memenangkan perjuangan, khususnya perjuangan Islam. Dalam catatan sejarah tersebut, terlihat suatu rentangan yang amat jauh sekali dengan sosok wanita Islam masa kini. Memang banyak muslimah di dalam masyarakat yang telah menyadari fungsi, hak, kewajiban, dan peranan mereka dalam Islam. Tetapi ternyata lebih banyak lagi yang belum menyadari atau bahkan melarikan diri dari hal tersebut. Ini suatu realita yang tak dapat kita pungkiri. Globalisasi nilai-nilai jahiliyah menghantam muslimah masa kini. Sesungguhnya Maha Benar Allah yang dengan tegas bersabda dalam Al-Quran bahwa musuh-musuh Islam akan selalu berupaya dengan berbagai cara agar kita mengikuti millah (sistem hidup) mereka, hingga mereka ridha (QS. Al-Baqarah: 120), dan mereka akan selalu memerangi Islam dan segala yang berbau Islam, atau bahkan dapat memurtadkan kita dari Islam (QS 2: 217 dan 85: 8). Sesungguhnya fenomena muslimah hari ini, kebanyakan telah menyimpang jauh dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya
sehingga mereka kehilangan jati dirinya sebagai muslimah. Ajaran Islam kabur dalam benaknya. Hatinya diselimuti dengan penuh keraguan, sehingga kedamaian tidak akan pernah terasakan. Hal inilah yang kelak akan kembali menghambat kejayaan Islam. Merosotnya akhlak kini sudah tidak terbendung lagi karena ghirah jihad Islamiyah seolah-olah menguap dari dalam kalbunya. Jika kita telaah kembali boleh jadi nilai-nilai jahiliyah yang tertanam kembali di negeri ini akibat dari keringnya hati, jauhnya harapan akan niat yang bersih. Katakanlah mereka tidak memiliki teori yaqin, tunduk, dan taat kepada Tuhan. Rasulullah pernah berpesan bahwa “Bila ada seseorang yang mengikuti gaya (hidup) suatu kaum yang lain, maka ia termasuk golongan kaum tersebut” (Al-Hadist). Hal inilah yang patut kita waspadai, kembali kepada fitrah AlIslam secara utuh yang merupakan satusatunya cara menuju profil muslimah sejati, memerhatikan dan melaksakanakan berbagai hak, kewajiban serta fungsinya baik sebagai seorang istri, sebagai ibu, sebagai warga masyarakat, dan sebagai da’iyah yang menyebarkan risalah. Seorang muslimah yang taat, ia mampu menatap masa depan dengan penuh semangat dan berbaik sangka kepada Allah. Menjalankan hidup dengan sikap optimis pada jalur yang direstuiNya, menjauhi sikap pesimis yang dapat mengakibatkan kita terperosok ke dalam jurang keraguan dan kejumudan berfikir, sebab pesimis adalah sifat orang kafir (menutup kebenaran) yang mana Allah melarang umat Islam untuk berputus asa. “Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (QS. Az-Zumar : 53).
pada ketaatan dan ketundukan kepada tuntunan-Nya. Keyakinan itulah yang akan mengubah takdir seseorang, sebagaimana Rasulullah berpesan bahwa “Aku (Allah) bersama dengan prasangka hambaku” (Al-Hadits). Adapun iman yang benar akan melahirkan rasa aman sehingga seseorang akan selalu optimis. Setiap individu yang beriman selalu merasa aman karena sadar bahwa dirinya sepenuhnya berada dibawah naungan Allah. Rasa aman yang tidak hanya diresapi secara pribadi namun juga mengalir dalam keluarga dan masyarakat. Keimanan ini selanjutnya menghadirkan hidayah sehingga tercipta pribadi-pribadi yang selalu benar dalam bertindak terhadap keluarga dan bangsanya. Dan rasa optimis bisa lahir jika didasari dengan ketakwaan, yakni adanya keyakinan seyakin-yakinnya bahwa Allah Maha Pemberi Rahmat. Negara kita akan diberikan banyak keberkahan jika semua penduduknya beriman dan bertakwa. Kebaikan yang permanen, datang dari segala arah, dari langit dan bumi. Maka dalam menatap masa depan harusnya disambut dengan iman dan takwa, bukan malah memperbanyak titik kemaksiatan. Bangunlah, bergeraklah, lihatlah dunia membutuhkan tangan halusmu, wahai muslimah yang dirahmati Allah. Kelak kita menjadi muslimah yang taat yang selalu mengukir lautan ikhlas tanpa batas, gumuruh tekad tanpa sekat, badai sabar tiada henti. Hanya sabar dan ikhlas yang akan menjadi nafas panjang dalam setiap proses perjuangan yang digeluti. Optimis mengakar, damai memekar. [Nurti] ***
Ternyata di dalam Al-Quran, Allah Swt. memberikan resep yang luar biasa agar kita senantiasa optimis dalam menjalani kehidupan yakni dengan yakin, iman dan takwa yang berwujud
32
Dialog Antara Selembar KTP dan Status Beragama Gesekan mesin roda dua dan roda empat di ruas jalan memulai polusi. Kendaraan berlalu-lalang padat merayap. Jalanan lumpuh. Tak lagi dapat dibedakan, mana ruang transportasi dan mana ruang pejalan kaki. Trotoar beralih fungsi menjadi pangkalan pedagang kaki lima. Kepulan-kepulan asap knalpot berdansa di udara, bergabung dan membuat pesta bersama asap-asap pabrik. Matahari hanya mengamati semua dari jauh, dari jarak pandang yang diatur dengan kecepatan cahaya. Di kota yang penuh sesak oleh manusia dan mesin-mesin, sebuah bus tua berhenti, menurunkan seseorang bertampang preman dan mengangkut beberapa anak berseragam. Setelah usai semua perkara, bus tua itu melaju lagi. Si tampang preman berjalan gontai. Ia mengambil dompet di saku celananya. Mengamati helai-helai rupiah dan selembar KTP (kartu identitas penduduk) yang kemudian ia cabut secara paksa. Sejenak ia amati lekat-lekat KTP tersebut, kemudian tersenyum simpul. Dilemparnya dompet ke tong sampah dan membuang KTP begitu saja. Langkah gontainya diteruskan hingga ia tenggelam di persimpangan. Selembar KTP keluaran lama itu pun terombang-ambing oleh angin, sedang nasib si dompet, biarlah nanti petugas berseragam kuning yang
33
mengurusnya. Angin membawa terbang KTP hingga terkapar dibawah lampu jalanan. Setelah lama, samar-samar sebuah percakapan kecil mulai terdengar. Ya, sebuah dialog yang sepertinya bersumber dari KTP dan isinya.. “Hai komponenku, apa kabar? Masih lelah? Yah sudahlah, lanjutkan lelapmu.” Ujar KTP “Aku tak bisa terlelap. Bisakah kau dongengkan aku?” Jawab Status Beragama “Tentang apa? Tragedi pencurian dompet milik si empunya KTP ini?” “Ya. Tapi kurasa itu bukan sebuah dongeng. Jadi, mengapa si tampang preman tersenyum kala membacamu?” “Entahlah, mungkin ia mengejekku karena aku bukan elektrik KTP, melainkan hanya selembar laminating.” “Aku tadi mendengar ia bergumam. Begini “agamanya sama denganku.” Apa aku salah?” “Bukan, dia yang salah.” “Apa yang salah? Karena ia mencuri dompet pemilik KTP ini?” ”Benar sekali.”
“Mungkin helai-helai rupiah terlalu menggodanya.” “Seharusnya, jika statusnya beragama, pasti ia tahu bahwa mencuri itu berdosa. Bukankah semua agama mengajarkan kebaikan? Bisa saja ia juga akan di tangkap jika ketahuan.” “Status hanya sebagai formalitas. Dosa tak lagi menjadi hantu yang menakutkan. Karena ketakutan yang sebenarnya adalah kehidupan. Peduli apa soal dosa? Urusan yang abstrak terlalu rumit untuk diperbincangkan. Ketahuan? tak kau tengok rampok berdasi yang duduk di teras TV? apa mereka di tangkap? sudahlah, agama tak lagi dipusingkan di abad ini.” “Mengapa begitu?” “Kau tahu? Dari dua ratus sekian juta penduduk Indonesia, semuanya mencantumkanku pada KTP-nya. Tapi apa? Ini hanya pencitraan dan teks. Bukan lagi soal agama. Mungkin agama telah menjelma rupiah dan menina bobokan kesadaran moral pada kegelapan materi yang bersahaja.“ “Jadi intinya?” “Beberapa oknum menganggapku hanya bias tanpa kontribusi pasti pada Tuhannya. Hanya pemenuh ayat pertama pada pancasila yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa tapi tak mengerti siapa yang dituhankan. Entah Tuhan entah uang. Aku kecewa, tapi aku bisa apa?”
“Kita hanya bisa mengamati dan berharap. Siapa tahu angin sore ini sudi menerbangkanku pada tempat yang ramai dengan orang yang sedang memperbincangkan agama. Kemudian kita segera tahu, apa Tuhan masih penting atau hanya menjadi pelengkap kehidupan saja.” “Di barat sana kabarnya orangorang tak lagi dibuat pusing oleh agama. Agama adalah urusan intim antara Tuhan dan hamba, bukan hal yang harus diperdebatkan publik, disiarkan di seantero stasiun televisi. Ah lebih baik mereka mengurusi perekonomian negara yang semakin hari semakin ngos-ngosan. Bukankah begitu lebih baik?” “Lebih baik untuk siapa dulu? Kebaikan sepertinya sudah sama seperti kebenaran. Hanya ada dalam kesepakatan bersama antar oknum, selebihnya dapat sisa-sisa dan keberuntungan. Harapanku saat ini sederhana, semoga aku tak segera dipungut oleh petugas kebersihan. Aku tak ingin musnah sebelum mengetahui sampai kapan orang-orang di Indonesia berhenti mempermasalahkan agama.” “Lucu memang jika mengetahui masyarakat Indonesia masih memperdebatkan tentang agama siapa yang paling benar. Bukankah dasar negara adalah pancasila yang diambil dari Kitab Sutasoma? Bukan dari Al-Quran, Injil, Weda dan kitab suci lainnya?” “Sudahlah, mari kita istirahatkan raga kita di trotoar ini saja. Rasanya
34
komponenku yang lain sudah bungkam dan menurut pada takdir yang berjalan.” Angin malam berembus, membawa KTP terbang bersama dedaunan kering dan sampah plastik, kemudian menurunkannya di depan pasar tradisional. Bercampur amis darah ikan serta bau selokan yang menyengatkan aroma busuk, selembar KTP laminating tergeletak, masih dalam lelapnya yang tentram. Sampai di sebuah subuh yang beku dengan suara para pedagang yang baru datang, membangunkannya. Sepagi itu pasar sudah riuh meributkan entah. Perlahan KTP yang baru terjaga menguping. Kemudian membangunkan Status Beragama. “Hei bangun! Kau akan dihapus dari tubuhku!” Ujar KTP “Apa? Kau bercanda? Apa hanya muslihat untuk membangunkanku?” Status Beragama terbangun kesal. “Tidak. Dengarkan saja percakapan mereka. Sstttt…” “Ah orang pasar ternyata membaca koran juga, meskipun akhirnya berakhir menjadi bungkus sayur atau ikan.” “Kau tak dengar ucapanku? KAU AKAN DIHAPUS!!! Kenapa malah membahas orang pasar yang tidak penting itu?” “Iya aku tahu, aku dengar. Biar saja dihapus, toh bukan urusanku. Agama kan urusan hamba dan Tuhan, yang dihapus hanya status diKTP. Bukan keyakinan. Biar tidak penting, ini pengetahuan baru buatku. Terlalu lama terkurung di dalam dompet apek itu menjengkelkan juga. Aku jadi buta informasi, bahkan tentang orangorang pasar yang membaca koran, aku juga baru tahu.” “Benar juga sih. Pasti masyarakat juga baik-baik saja, toh keyakinan mereka masih tetap ada. Hahaha, kelihatannya
35
bahagia sekali kau keluar dari dompet. Mau berterimakasih pada pencuri waktu itu?” “Iya, tapi aku tidak tahu dimana keberadaan pencuri itu. Kau tidak senang berada diluar?” “Biasa saja. Toh sebenarnya tempat KTP memang di dalam dompet. Tidak keluyuran sampai ke pasar seperti saat ini.” “Ya nanti kalau kau disapu dan dibuang ketempat sampah umum, mungkin kita akan menemukan banyak KTP yang juga keluyuran. Berdoa lagi sana! Biar angin mau meniupkan kau ke tempat yang lebih nyaman. Aku masih mau jalan-jalan. Malas ada di pasar, bau.” “Eh kemarin aku berdoa ya? Pada siapa?” “Seingatku pada angin. Tuhanmu angin?” “Tuhanku manusia, tapi yang melahirkanku adalah mesin cetak. Jadi gimana?” “Ah bikin runyam saja. Kebanyakan Tuhan kau itu. Satu saja cukup. Di dalam pancasila kan ada. Tuhan itu esa, bukan jamak.” “Iya nanti biar aku pikirkan lagi siapa yang paling berjasa, mungkin itu Tuhanku. Sementara, biar aku berdoa pada angin lagi ya. Aku juga bosan di pasar, terlalu ramai. Wahai angin yang baik, tolong tiupkan lagi aku ke tempat yang sedikit lebih nyaman. Amin.” Sementara mereka larut dalam pejam doa, angin tak kunjung datang berembus barang sedikit saja. Sampai lama, yang datang justru hujan. Air segera saja penuhi selokan yang sudah mampat dengan sampah plastik dan tangkai sayur. Banjir di pasar. Selembar KTP itu pun larut dalam keruh genangan panjang sampai
jalan raya. Aliran dan arus air yang kuat membuatnya tertambat di dekat lampu merah, terjebak dalam tanah basah. Di sudut kota yang lain, dengung soal penghapusan status beragama masih riuh diperdebatkan. Sampai pada suatu hari yang benderang. Koran-koran memasang “Kolom Status Beragama di KTP Resmi di Hapuskan” sebagai headline. KTP yang lalu, sudah tidak lagi terkubur di tanah basah dekat lampu merah. Ia kini berada di depan tempat pembuangan akhir. Raganya sudah kotor dan lapuk, kolomkolom dan komponennya mengabur. Di sebelahnya, surat kabar keluaran hari ini mewartakan keadaan masyarakat pasca penghapusan kolom status beragama, lima tahun sudah kejadian itu berlalu. Ternyata keadaan masyarakat berbeda dengan dugaan sebelumnya. Kini pemuka-pemuka agama kehilangan ruang sebagai misionaris. Pamor sebagai ustadz, pastor, dan pendeta menurun. Kitabkitab suci dibakar dengan dalih sudah ada dalam bentuk digital. Rumah-rumah ibadah sepi tak berpenghuni. Adzan dan lonceng-lonceng tak lagi terdengar bersuara. Bukankah pengatur waktu ibadah sudah ada di smartphone masingmasing? Sedangkan pemerintah sedang memperdebatkan penghapusan sila pertama pada pancasila. Tuhan menjelma rupa-rupa, ada bos, ada dosen, ada majikan dan banyak lagi. Lalu masyarakat bertanya-tanya, jadi Tuhan itu siapa? KTP pun bergumam pada dirinya “aku belum menjawab pertanyaanmu kala itu wahai status beragama. Yah, mungkin Tuhan itu tidak ada. Yang ada hanya keyakinan dan khayalan manusia mengenaiNya.” [Nir] ***
Sri: Sri Pelaut Ulung Oleh: Sella Rachmawati S.Pd
Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: Tetang Kamu : Tere Liye : Republika : Oktober 2016 : 524 Halaman
Tere Liye adalah penulis novel yang sangat piawai dalam menulis kisah kehidupan. “Tentang Kamu” adalah novelnya yang ke-25. Dalam novel ini ia bercerita tentang Sri Ningsih. Ia adalah seorang yang tangguh dan Berkat ketangguhannya ia memiliki kekayaan yang tak terkira: 1 Milyar Poundsterling! Namun saat usianya menginjak 70 tahun, ia meninggal dan menyisakan harta warisan yang tidak diketahui siapa ahli warisnya. Adalah Zaman Zulkarnaen, seorang pengacara muda nan handal dari Thomas & Co. London, yang mencoba menelusuri kehidupan Sri sedari kecil, agar terkuak siapa ahli warisnya yang sah. Zaman, dengan berpedoman pada buku diary Sri yang berada di Panti Jompo, mencoba memulai menelusuri kehidupan Sri. Sri berasal dari keluarga pelaut tangguh, masyarakat tahu itu. Nugroho adalah ayahnya Sri, ia menikah dengan Rahayu, namun Rahayu meninggal saat melahirkan Sri. Tak lama kemudian Nugroho menikah dengan Nusi Marata dan melahirkan Tilamuta, adik tiri Sri. Saat hendak mencari kado ulangtahun Sri yang ke-9 ke Surabaya, Nugroho tak pernah pulang, ia meninggal diterjang badai laut.
36
Semenjak itu, kehidupan Sri kecil berubah. Ibu tirinya menjadi pemarah tak terima bahwa Nugroho meninggal karena ingin membelikan Sri sepatu baru. Nusi Marata menyebut Sri sebagai “Si Anak yang dikutuk”. Tak lama kemudian, kebakaran besar melanda rumah Sri. Ia mencoba menyelamatkan Nusi Marata dan si kecil Tilamuta. Sayang hanya Tilamuta yang terselamatkan, Nusi ikut hangus terbakar. Kini Sri tak memiliki siapapun kecuali adiknya. Sri pergi ke Surakarta untuk mencari ilmu berdasar usul dari Tuan Bujang, gurunya saat di Pulau Bungin. Sri dan Tilamuta tiba disebuah pondok pesantren milik Kyai Ma’sum dan bertemu dengan Nur’aini yang kelak menjadi sahabat karibnya. Kemudian ia juga bertemu dengan Sulastri yang usianya lebih tua 3 atau 4 tahun darinya. Mereka bersahabat baik namun terjadi pengkhianatan setelah Nur’aini menikah. Suaminya dikemudian hari menggantikan posisi Kyai Ma’sum, padahal Musoh –suami Lastri- yang berharap akan posisi tersebut. Pesantren dibakar, para santri dibantai, keluarga Kyai disekap kemudian dibakar, beruntung Nur’aini dan suaminya terselamatkan oleh Sri yang sebelumnya diamankan oleh Lastri. Musoh dan pengikutnya pun pada akhirnya terbakar. Lastri selamat dan dipenjarakan. Sri tak memiliki siapa-siapa lagi di Surakarta, ia memutuskan untuk mengadu nasib ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta ia mencari pekerjaan kesana kemari, jadi apapun ia lakoni. Setelah dua bulan mencari pekerjaan akhirnya Sri memilih untuk menjadi kuli angkut di pasar. Lalu ia menjadi guru di Sekolah Rakyat sambil terus berpikir untuk mendapatkan usaha lain.
37
Sri mendapatkan ide untuk berjualan nasi goreng dengan menggunakan roda. Ini kali pertama di Jakarta penjual nasi goreng menggunakan roda. Usahanya berkembang pesat, namun lama kelamaan ia harus mencari usaha lain agar tidak dikejar petugas keamanan. Sri kemudian meyewakan mobil, ia dapat membeli beberapa mobil dari hasil tabungannya, bisnisnya berkembang pesat lagi. Namun, di Jakarta pada saat itu terjadi pemberontakan mahasiswa. Seluruh produk Jepang di Indonesia dibakar habis termasuk mobil-mobil yang Sri sewakan. Sri terpuruk lagi. Perlahan Sri mulai bangkit, memikirkan apa yang akan ia lanjutkan untuk bertahan hidup dan, berkat kerja kerasnya, ia ditawari bekerja oleh pelanggan sewa mobilnya di perusahaan yang memproduksi sabun cuci. Setelah beberapa lama, Sri memutuskan untuk membuat pabrik sabun sendiri. Karena tak ingin menyaingi perusahaannya dulu, Sri memilih menjual sabun mandi. Namun, tiba-tiba Sri meninggalkan semua bisnis yang tengah dijalankannya tanpa pamit. Sri memutuskan untuk terbang ke London. Di London Sri kesana kemari mencari pekerjaan dan penginapan murah. Ia bertemu keluarga India dan mendapatkan penginapan murah disana. Sri kemudian bekerja sebagai supir bus. Dari pekerjaan itu ia bertemu Hakan, seorang pemuda asal Turki yang rajin menaiki bus yang dikendarainya. Mereka saling cinta dan lalu menikah. Setelah beberapa bulan menikah Sri mengandung anak pertamanya. Pada saat mendekati persalinan, Sri terjatuh, dan anaknya tak terselamatkan. Tak jauh berbeda dengan takdir anak keduanya, sampai saat melahirkan, Sri dan bayi keduanya bak-baik saja.
Namun, selang dua jam dilahirkan, bayi kedua Sri meninggal karena kelainan darah. Sri dan Hakan tertampar akan kejadian ini. Setelah sekian lama, Sri mencoba berdamai dengan segala hal yang menimpa dirinya. Ia kembali kuat dan ceria, kembali bekerja lagi sebagai supir bus. Begitupun dengan Hakan. Hakan memutuskan tidak melanjutkan pekerjaannya, ia memilih untuk menemani Sri hingga ia kembali seperti sediakala. Sri dan Hakan juga memulai bisnis baru di bidang IT. Perusahaan Hakan maju pesat. Beberapa tahun berselang, Hakan jatuh sakit dan meninggal dunia. Sri kembali terpuruk. Diam-diam akhirnya Sri memutuskan untuk meninggalkan London dengan hanya manaruh sepucuk surat di kamar sewanya untuk pemilik kamar yang telah ia anggap keluarganya sendiri. Ia menuju Paris dan memutuskan menghabiskan masa tuanya di sebuah panti jompo dekat menara Eiffel. Di panti jompo inilah Sri meninggal dunia dan meninggalkan harta warisan yang sangat besar.
beberapa kali melawan bersama anak buahnya. Akhirnya terungkaplah ahli waris yang sah untuk harta Sri. Zaman berhasil memecahkan teka-teki ini. Ia menemukan siapa pewaris yang sah itu berkat menelusuri kehidupan Sri dan mempelajari diary serta surat-menyurat Sri kepada Nur’aini. Alur cerita novel ini sangat menarik karena tidak mudah ditebak. Adalah Tere Liye yang selalu menyampaikan pesan kehidupan dalam setiap karya yang dibuatnya, termasuk novel Tentang Kamu ini. Namun sayang, pada bagian tertangkapnya Lastri, kurang dirasakan adanya nuansa pertempuran yang sengit. Sedangkan pada saat bagian Zaman menyukai Aimee, gadis perawat di panti Jompo, karakter Zaman kurang tergambarkan sedang menyukai gadis tersebut. ***
Sebelum semuanya terkuak. Ada yang mengaku sebagai pewaris yang sah. Mereka adalah dua orang perempuan yang mengaku sebagai mertua dan istri Tilamuta. Zaman tidak mudah percaya, ia mencoba mencari tahu keberadaan wanita itu. Ternyata Ia adalah Sulastri atau Lastri, si pengkhianat Kyai Ma’sum di Surakarta, dia adalah hantu dari masa lalu Sri. Ternyata Lastri berhasil meloloskan diri dari pengasingan dan mengejar Sri kemanapun ia pergi. Lasti juga menyekap Tilamuta selama bertahun-tahun. Zaman berhasil menemukan kediaman Lastri di Paris, ia menjadi pencuri mobil kelas kakap. Zaman berhasil membuka kedoknya, Lastri kemudian ditangkap oleh kepolisian setempat setelah
38
Learning English Argentina’s Muslim Minority By Vincent Lofaso
Muslim minorities in Latin America have received considerably less attention than comparable communities in Europe or in the United States. Islam is a growing religion in Latin America, and policy makers have yet to recognize this trend. According to the Association of Religion Data Archives (ARDA), approximately 2% of Argentines, for example, profess Islam as their primary faith. Between the late 19th century and the early 20th century, the Argentine government witnessed a wave of Arab migrants coming from the Middle East, notably from Syria and Lebanon, which were both part of the Ottoman Empire. The migrants that arrived in Argentina were considered Turks because they simply carried Turkish documents. While the majority of these immigrants were Christian, some hailed from the Middle East. Argentina is home to one of Latin America’s largest Muslim communities. Although specific data on exactly how many Muslim came to Argentina in this wave is scarce, there are an estimated 400.000-500.000 Muslims, around 1-2% of the Southern Cone country’s population. There are also many mosques and cultural centers throughout Argentina, including the Central Mosque, built by Muslim Argentines in 1989, and the King Fahd Islamic Culture Centre, which is the largest mosques in South America. In contrast to Europe and the United States, Islamic customs in Argentina were followed more openly, event though there are some Argentine Muslims who still keep
their religion a secret. Currently, Islam is easy accepted in Argentina as a religion, and there is no oddity to being a Muslim in Argentina society. According to The Argentina Independent, “no discrimination exists [In Argentina] on account of being Muslim” and “a Muslim in Argentina... can practice his faith in complete peace, without any inconvenience.”
Carlos Menem’s Presidency Many Argentine Muslims were overlooked by the population, but this began to shift in 1989 with the election of Carlos Menem. Menem was raised by two Syrian immigrants in the province of La Rioja (near Chile), and he became the first Argentine President of Arab origin. “Menem’s entry into power, beyond any ideological issues, revolutionized the country.” Menem abandoned his faith to move onto higher things such as becoming Argentina’s president. However, he was still a Muslim at heart. His ex-wife Zulema Yoma said that, “Menem abandoned Islam and converted to Christianity in 1966 only because he wanted to become president of the nation.” Menem was an already controversial figure in Argentina domestically ad internationally. In the early years of his presidency, Menem created institutions with the intent of playing a useful role in eradicating poverty, and improved health programs that promoted AIDS awareness,
39
child nutrition, and vaccinations. Many of Menem’s antipoverty policies have had a positive impact on Argentina Futhermore, he convinced the Union Civica Radical (UCR) to pass the country’s Quota Law, the first of its kind in Latin America, which gave more women the opportunity to be represented in Congress. However, high crime rates and the Argentine government’s lack of capability to respond to the victim of the 1992 and 1994 attacks on Jewish facilities led to his dramatical decline in 1997. Menem’s Muslim background pushed him to donate to the Argentine Muslim community. In 1995, he sold 8 acres of land in the Palermo quarter of Buenos Aires to build the King Fahd Mosque, the largest mosque in Latin America, following his state visit to Riyadh. Many Argentine Muslims see this building as the capstone of Menem’s legacy.
Being a Muslim in Argentine Society Argentina’s largest city, Buenos Aires, is a good example of how religion is preserved in society and how religion dies out. Around half a million Muslims migrated to Argentina in the late 19th century and early 20th century. But now, despite years of national population growth, the number of self-identified Muslim remains around the same. Many Argentine reporters have conducted, “Interview with Muslim leaders and people who regularly attend the mosques in Buenos Aires [because] they dont believe there are such high numbers of practicing Muslims.” At the central Mosques, for Jummah prayers, no more than twenty parishioners are usually in attendance. In Argentina there are a small community of believes, who were converts that attend
retreats and social programs in order to share their commitment to spread the teaching of Islam. Many Muslim Argentines would gather on weekly basis to learn about their faith, the Quran, and the meaning of belonging to an Ummah (Community). In the 1990’s, the controversional aspects of Muslim ideology came to the forefront in Argentina. One example of this is the 1992 Israeli Embassy bombing, when a van blew up right in front of the Israeli Embassy in Buenos Aires. This unexpected tragedy “left twenty-three people dead and another 242 injured.” Another example was the 1994 bombing of the Asociacion Mutual Israelita Argentina (Argentine Jewish Mutual Aid Society), a Jewish community center located in Buones Aires where almost a hundred people were killed. This attack was the largest act of terrorism in Argentina’s history. Both attacks fueled a growing anti-Muslim sentiment in Argentina. Many Argentine Muslims felt like outsiders and many Jews and Christians felt that the Argentine government failed to bring suspected terrorism to justice. A breakthrough came in 2011, when the Kirchner Administration passed legislation allowing women to wear hijab in public without facing persecution. This law expanded the freedom of religion and expression in Latin America, and helped “the Muslim community to better integrate into Argentine society.” In addition, “according to the new law, Argentinean Muslim women can use photographs wearing headscarves for their national ID cards.” Although Muslim represent a minority in Argentina, the government is manking an effort to ensure that Argentine Muslims are free to express their religion without facing discrimination. Currently, there is an urgency in the Argentine Muslim community to have reliable Islamic teachings in the Spanish
40
language because in addition to the Muslim community in Argentina, there are million of Latin Americans whose native language is Spanish. The problem for conserving Islam in Argentina is that some Argentine Muslims no longer connect to their faith, and most Argentines do not even consider themselves Muslim, even though their ancestor were Muslim. There is less of a fear for Islam in Argentina than in Europe. According to Waqas Syed, the Deputy Secretary General for the Islamic Center of North America, “Unlike Europe and North America, Latin America has been quite untouched with any of the anti-Islamic rhetoric and the relationship between Muslims and non-Muslim Latinos can be described as excellent and strong.” Many Europeans and Americans associate Islam with radicalization, but is not necessarily the case in Argentina.
Islam in Argentina Today
to practice their own religion because of the way the media represents Islam and Muslims at large. Even though Argentina is far removed from many of the predominately Muslim countries, Argentine Muslims still follow their Islamic values that have been passed down for many generations. Argentines Muslims still remain optimistic about practicing their faith freely throughout the country. Many Muslim officials see Argentina as an ideal location where Islam has played or even demonstrated a positive role in spreading the unblased truth of Islamic values. Islam is beginning to be explored in Latin America, and in the near future, there is some hope for Latin American citizens and their political leaders to increase tolerance towards Muslims in the region.
Vocabularies
The number of Argentine Muslims is decreasing due to several key factors. firstly, many customs are being lost including learning about the Islamic culture, religion and the Arabic language. Many Muslim Argentines only have one Muslim parent and do not know Arabic as the younger generations have learned Spanish as their first language. Secondly, there is very little reading material for native Spanish speakers or texts relevant to Islam, especially the Quran. And lastly, there is a lack of study centers and madrasas (Schools) for Islamic teachings. Many Argentine Muslims have better integrated into their country’s culture and they ate sometimes not aware of their origins. Argentina has had a long tradition of seeking immigrants, including from the Middle East (mostly from Lebanon and Syria). Today many Argentine Muslims are tracking their roots. Some Argentine Muslims say that it is difficult
41
considerably: secara signifikan profess: mengikrarkan scarce: jarang/langka oddity: keanehan inconvenience: kesulitan abandoned: meninggalkan eradicating: menghapuskan poverty: kemiskinan acres: ekar (ukuran luas tanah dalam sistem Inggris) preserved: terawat parishioner: anggota blew up: meledak breakthrough: terobosan/kemajuan besar persecution: penindasan ensure: menjamin ancestor: nenek moyang decreasing: menurun