124 Th.XIII
#
MARI BERSYUKUR DAN HIDUP BERBAKTI
23 Panggilan Hidup Bakti
26
Tiada Syukur Tanpa Peduli
Life of 31 Beautiful Yayan Hariani
Kerling 3 : KERLING SEPUTAR PAROKI
20
PROFIL
6 : Kunjungan Lansia di Klnik Mata Nusantara; Hidup Sehat! Bentuk Kecintaan Terhadap Karunia Tuhan 13: Perayaan Ekaristi PDKK malam; Tanda Kehadiran Tuhan 14: Natal bersama WKRI St. Stefanus; Keluargaku Melayani 16: Perayaan Natal, tahun Baru 2015 dan Pesta Nama Pelindung Wilayah III St. Ambrosius; Tiada Akrab Tanpa Berbagi 18: Misa Misioner; Cinta Sepenuh Hati, Out Of Box! 23 : ORBITAN UTAMA Panggilan Hidup Bakti “Menghayati Hidup Syukur dan Berbagi”
26 : PESONA SABDA Tiada Syukur Tanpa Peduli 29: Santo Santa
9
SEPUTAR PAROKI
38: OPINI 34: ORBITAN LEPAS Menghabiskan Waktu berdua dengan Allah 36: PSIKOLOGI Rumus Resolusi Algoritma Kehidupan
Aku Ini Hamba Tuhan
31
ORBITAN LEPAS
38: OPINI 41: Dana Paroki 42: Potret Gereja & Ongkos Cetak 43: Pojok Komsos Yayan Hariani
3
HIDUP SYUKUR DITENGAH BUDAYA KETIDAKPEDULIAN
B
udaya apa yang saat ini menyelimuti kita? Selain budaya instan, kematian dan kekerasan yang sering kita dengar. Budaya ketidakpedulian tampaknya perlu kita angkat! Semakin hari, hidup semakin dipermudah dengan aneka temuan teknologi yang mengagumkan. Secara khusus, kita dipermudah untuk bisa berkomunikasi dan bersosialisasi dengan banyak orang di sudut planet ini. Namun , kita mendapatkan teknologi tersebut ternyata tidak membantu peradaban manusia untuk bisa PEDULI. Justru menjadikan kita, manusia individualis. Dalam Surat Gembala, pada Minggu ke-4 di bulan Desember 2014, Bapa Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ign. Suharyo menyampaikan; bahwa tahun 2015 merupakan Tahun Syukur. Maksud pencanangan tersebut, agar kita belajar untuk menjadi pribadi yang tahu berterima kasih atas kebaikan Tuhan yang senantiasa melimpah dalam diri kita. Seringkali, kesibukan membuat kita lupa bahwa Tuhan senantiasa membantu, mendampingi dan memberikan anugerahNya. Gereja mengajak kita untuk mewujudkan rasa syukur dalam bentuk kepedulian kepada sesama yang lebih membutuhkan. Maka KAJ mengangkat tema sederhana penuh makna, “Tiada Syukur Tanpa Peduli.” Gereja Universal mengundang kita untuk memberi perhatian, dukungan dan doa kepada kaum rohaniwan, karena Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2015 ini sebagai tahun Hidup Bakti. Dukungan itu bisa berbentuk keinginan kita untuk mengenal lebih jauh tentang nilai-nilai panggilan atau bisa juga dengan belajar bersama mereka. Karena hakikat Hidup Bakti adalah hidup sepenuhnya bagi Tuhan dan sesama! Melalui edisi terbaru ini, kami mengangkat refleksi tentang “Hidup Syukur dan Hidup Bakti”. Semoga kita semakin mampu bertumbuh dalam iman, dan rasa syukur dapat diwujudkan dalam sikap peduli. Kemudian mengenal lebih jauh tentang pokok dari Injil yang dimiliki oleh orangorang yang membaktikan hidupnya dalam Panggilan.***
Ketua Dewan Paroki: Antonius Sumardi, SCJ Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti Bendahara: Dian Wiardi
Database: Sekretariat Paroki Email:
[email protected] Facebook:
[email protected] Web Paroki St. Stefanus: www.st-stefanus.or.id
Koordinator Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo Koordinator Unit Media: Dian Wiardi Koordinator Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto
Redaktur: A. Setyo Listiantyo (0813 2813 0513), Layout & Design: Agung E. W. & Benny Arvian Wartawan & Fotografer: Paulus Sihombing, Adiya Wirawasta, Constantine J. Neno, Y Triasputro, Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Agung Pradata, Veronica Putri Larosa, Christoversan.
Web Page: Patricia Utaminingtyas Warta Paroki: Dian Wiardi Majalah MediaPASS: A. Setyo Listiantyo, Radio/Video/TV: Y. Triasputro B Mading/Facebook/Twiter: Constantine Jhon Neno, Kornelius Jemada. Programmer: Patricia Utaminingtyas Maentenance & Jaringan: Sukiahwati Hartanto
Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
“Syukur bisa bermakna lebih aktif untuk membagikan karunia yang telah kita terima. Setangkup tangan yang membentuk merpati dengan daun atau biji gandum atau padi dan ketiganya saling berhubungan sehingga tercipta lingkaran yang tak terputuskan”
“Apakah kita memiliki keberanian untuk menyambut dengan kelembutan kesulitan dan masalah mereka yang dekat dengan kita? Atau apakah kita lebih suka solusi impersonal, mungkin efektif tetapi tidak memiliki kehangatan Injil! Berapa banyak kebutuhan dunia? kelembutan hari ini,” Paus Fransiskus dalam Misa Malam Natal 24 Desember 2014
6 SEPUTAR PAROKI
(kunjungan Lansia di Klinik Mata Nusantara) -put-
kesehatan mata yang memberikan solusi yang efisien pada perawatan mata. Sebagai Klinik terpadu, KMN memiliki fasilitas yang berteknologi tercanggih dan memenuhi persyaratan dalam kedokteran spesialis mata.
ari Selasa, 16 Desember 2014, Klinik Mata Nusantara mengundang Kelompok Lansia St. Stefanus mengikuti acara pemeriksaan mata dini, pemberian edukasi akan penyakit Katarak, serta informasi atas bahaya diabetes. Kegiatan ini gratis dilaksanakan sebagai tujuan memperkenalkan Klinik Mata Nusantara(KMN) sebagai bagian dari tempat pelayanan
Setelah melakukan pengisian data riwayat kesehatan, setiap peserta akan melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu untuk meninjau tingkat diabetes peserta yang hadir. Sekitar 18 orang, mengikuti kegiatan secara antusias. Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Rielya J.A.A. Pantouw yang menangani khusus penanggulangan Diabetes bahwa Katarak dapat dioperasi jika fungsi
HIDUP SEHAT! Bentuk Kecintaan Terhadap Karunia Tuhan
H
7
gula menjadi normal. Betapa besar masalah epidemik dan pola hidup sehat harus dapat terjaga sehingga kemunculan Diabetes dapat dihindari. Kegiatan yang berlangsung dari Pk. 12:00 diawali dengan makan siang dan pemaparan secara sederhana tentang Katarak dibawakan oleh Dr. Yuni Astuti, MARS. Katarak merupakan keadaan dimana lensa mata menjadi keruh. Biasanya Katarak adalah bagian dari proses pertambahan umur seseorang. Secara peringkat Katarak menjadi salah satu penyebab utama kebutaan khususnya di Indonesia. Dijelaskan dengan sangat baik, bagaimana cara mata bekerja, gejala awal muncul sebuah katarak sampai dengan bentukbentuk katarak. Sebagai Klinik
yang secara konsisten bergerak dalam bidang kesehatan mata, KMN memberikan solusi terbaik dengan program-program atau paket penyembuhan secara menarik. Dalam akhir materi yang diberikan, setiap peserta mendapatkan pengecekan gratis untuk melihat kecenderungan Katarak, selanjutnya diagnosis ditegakkan kembali oleh Dr. Yulinda Indarnila Soemiatno, SpM menggunakan alat screening yaitu Slid Lamp. Alat tersebut terdiri dari sumber cahaya intensitas tinggi yang dapat difokuskan untuk bersinar lembaran tipis cahaya ke mata. Hal ini digunakan dalam hubungannya dengan biomicroscope. Lampu memfasilitasi pemeriksaan segmen dan posterior segmen anterior mata manusia, yang meliputi kelopak mata, sklera, konjungtiva, iris, lensa kristal alami, dan kornea Apa yang dilakukan KMN atas kepeduliaannya kepada kaum lanjut usia, sangatlah bermanfaat baik dari aspek penghargaan mereka terhadap memperlakukan para peserta dan pelayanan di dalam Klinik tersebut. Hal yang paling mendasar adalah pengetahuan yang disampaikan menjadikan suatu motivasi terbaik dalam hidup sehat untuk menjaga karunia Tuhan untuk kita.***
9 SEPUTAR PAROKI
AKU INI HAMBA TUHAN Pelantikan PPA baru serta Pengurus PPA periode 2015-2016
-Dian W-
S
etelah menjalani masa persiapan selama 2 bulan, sebanyak 45 calon Putra-Putri Altar (PPA) baru, dilantik oleh Rm. Paulus Setiadi, SCJ dalam perayaan Ekaristi Sabtu sore tanggal 20 Desember 2014. Dalam kesempatan itu, mereka mengucapkan janji sebagai pelayan liturgis dan secara spesifik melayani perayaan Sakramen di gereja. Dalam pengukuhan tersebut, Rm. Paulus Setiadi SCJ mengingatkan bahwa dalam melaksanakan tugas, di-
harapkan PPA belajar dan meneladani Bunda Maria, dengan semangat! Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bunda Maria, “Aku ini ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu.” Kesetiaan untuk melaksanakan tugas dengan tidak ber-malas-malasan, tidak hanya melaksanakan tugas pada saat senang saja, tetapi juga pada saat yang barangkali berat, misalnya harus bangun pagi-pagi. Seringkali yang terjadi, karena kurang setia dalam pelayanan, misa pagi sering tidak ada misdinarnya. Bahkan dalam perayaan-perayaan besar pun, misdinarnya kurang lengkap. Pelayanan kepada Tuhan harus dilaksanakan dengan kerelaan hati, sungguh-sungguh, dan untung rugi-nya. tidak menghitung Setelah pengucapan janji, dan diperciki air suci sebagai tanda komitmen dalam melaksanakan pelayanannya dengan tulus dan pantas sehingga pelayan-pelayan Altar ini semakin mengalami Kasih Allah. Selanjutnya Pengurus PPA lama menyerahkan kepemimpinan dari Klara Dwi Kristianingtyas kepada ketua PPA yang baru, yaitu Teresa Indira Andani dan nantinya bersama 19 orang lainnya membimbing adikadiknya untuk memberikan panutan. Selamat bertugas dengan sukacita!***
Malam Natal 2014
13. SEPUTAR PAROKI
Tanda Kehadiran Tuhan Perayaan Ekaristi PDKK Malam -Dian W-
“Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Tetapi jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita dan kasihNya sempurna di dalam kita,” demikian Rm. Paulus Setiadi, SCJ mengawali kotbahnya dalam perayaan Ekaristi yang diadakan oleh PDKK malam, pada tanggal 7 Januari 2015.
P
erayaan Ekaristi ini adalah kegiatan pertama yang dilakukan di tahun 2015. Perayaan yang dimulai pada pukul 19:45 ini, dihadiri oleh sekitar 80 orang umat. Rm. Paulus Setiadi SCJ lebih lanjut menegaskan bahwa masingmasing dari kita adalah Bait Allah yang hidup. Kita digunakan oleh Allah untuk menghadirkan diri-Nya di tengah dunia. Oleh karena itu, kita
diundang untuk menyadari bahwa kehadiran Allah harus kita tunjukkan melalui sikap dan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari. Beranikah kita menjadi tanda kehadiran Tuhan? Harus kita akui bahwa kadangkala kita takut untuk menjadi saksi-Nya. Kita kurang berani menghadapi badai dalam kehidupan kita, dan dalam keadaan seperti itu kita harus yakin bahwa Yesus akan menolong kita dan dari pihak kita pun harus percaya dan memasrahkan hidup kita kepada Tuhan. Apa yang kita dapatkan selama masih di dunia ini, memang patut untuk kita syukuri, misalnya diberi pekerjaan yang baik, keluarga yang bahagia dan setia, serta anak-anak yang sehat, pintar dan lain sebagainya. Namun janganlah kemudian menjadi sombong, karena semuanya itu adalah melulu anugerah dari Tuhan. Mengakhiri kotbahnya, Rm. Paulus Setiadi SCJ berharap bahwa semoga Tuhan memberkati rencana-rencana baik yang akan kita laksanakan di sepanjang tahun 2015. Dengan berkat dan pendam-
14. SEPUTAR PAROKI
KELUARGAKU MELAYANI (Natal Bersama WKRI St. Stefanus) -Lius-
W
anita Katolik Republik Indonesia (WKRI) St. Stefanus menyelenggarakan Natal bersama di Gedung Leo Dehon pada hari Jumat, 9 Januari 2014. Acara tersebut dimulai pada pukul 16.30 dan dibuka oleh pembawa acara serta diawali dengan doa oleh Ibu Theresia Patty, kemudian sambutan dari ketua WK St.Stefanus Ibu Dionisia Diah Setiawati dan dilanjutkan renungan yang dibawakan oleh Rm. Antonius Sumardi SCJ. Acara ini dihadiri
pingan Tuhan, semoga kita dengan segala rencana dimampukan untuk menjadi berkat bagi sesama dan dapat memuliakan Tuhan. Setelah perayaan Ekaristi, diadakan acara pemotongan tumpeng ulang tahun untuk salah satu anggota tim yang berulang tahun. Semoga yang berulang tahun diberi kesehatan yang cukup dan kebahagiaan yang berlimpah. Keseluruhan acara ditutup dengan menikmati anugerah dan kemurahan Tuhan dalam wujud makan malam bersama.***
15
oleh seluruh peserta WK dari setiap wilayah serta mantan pengurusnya, hadir juga disitu perwakilan Dewan Paroki Bpk. Eddy Cahyanto. Tema yang diambil dalam acara natal kali ini adalah “Keluargaku Melayani’’. Dalam Khotbahnya Rm. Antonius Sumardi SCJ mengajak Kita untuk lebih peduli pada keluarga dan pelayanan itu berawal dari keluarga kita sendiri. Natalan tahun ini sangat meriah, kompak dan sangat berkesan, ini terlihat dari partisipasi seluruh peserta WK se-Paroki St. Stefanus yang begitu semangat dan suka cita dalam mengisi acara. Mulai dari busana yang unik, beragam aksi-aksi kocak dan lucu-pun ditampilkan dengan menghibur dan mendidik. Ada yang menampilkan tarian daerah, ada juga yang memperagakan busana dari bahan-bahan yang sederhana di iringi musik kolintang. Begitulah cara para anggota WK mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2015. Sebagai ucapan terimakasih atas dukungan paroki, WK memberikan kenang-kenangan yang diserahkan oleh Ibu Lily Kandou kepada melalui Rm. Antonius Sumardi SCJ. Pada puncak acara para panitia membagi
doorprize dan makan bersama, semoga dengan moment ini terjalin keakraban serta kerja sama yang baik antar sesama. Maju dan eksis terus Wanita Katolik St. Stefanus..!!!***
16. SEPUTAR PAROKI
Tiada Akrab Tanpa Berbagi (Perayaan Natal, Tahun Baru 2015 dan Pesta Nama Pelindung Wilayah III St. Ambrosius) -Dewi Janthie-
kul 9.30 pagi. Karena di rumah tersebut mereka sepakat untuk saling membangun keakraban.
M
engawali tahun 2015 ini, wilayah III St. Ambrosius ingin membangun keakraban dan kebersamaan. Mereka menyadari bahwa semuanya itu tidak akan tercapai tanpa adanya kerelaan untuk saling berbagi. Kerelaan untuk berbagi yang paling mendasar adalah berbagi waktu atau meluangkan waktu bagi yang lain. Maka tidaklah mengherankan ketika hampir seluruh warga wilayah III ini berbondong-bondong menuju rumahnya keluarga Bapak Sugeng dan Ibu Ester, Jl. Niaga Hijau Raya, No. 30, pada tanggal 10 Januari 2015, pu-
Keakraban pertama yang ingin dibangun adalah keakraban dengan Tuhan Yesus. Itulah mengapa mereka mengawali acara dalam rangka Pesta Nama Santo Pelindung Wilayah III, St. Ambrosius, Perayaan Natal dan Tahun Baru 2015, dengan perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Romo Martin van Ooij, SCJ. Perayaan Ekaristi yang dihadiri oleh sekitar 130an orang, yang terdiri dari anak-anak sampai Lansia ini, dibuka dengan kata pengantar dalam bentuk pembacaan riwayat St. Ambrosius. Umat yang hadir dengan khusuk mengikuti perayaan Ekaristi. Lantunan lagu-lagu Natal oleh kelompok koor wilayah III yang merdu dan penuh semangat, membuat perayaan semakin meriah dan agung. Sesudah perayaan Ekaristi, dilanjutkan sambutan dari ibu Regina Setiobudhi selaku Ketua
17
dapat bertemu dan ngobrol satu sama lain membina keakraban antar warga wilayah III yang terdiri dari 5 Lingkungan, yaitu Lingkungan Markus, Nicodemus, Octavianus, Paulinus dan Quirinus.
Wilayah III, kemudian warga dihibur oleh penampilan anak-anak Imago Dei Kids yang menyanyikan 7 lagu Natal secara medley dengan gerak dan lagu. Suasana akrab ini sedikit berkurang karena sayangnya Romo Martin harus pergi lebih awal karena ada acara di tempat lain bahkan belum sempat ikut dalam acara ramah tamah. Namun hal itu tidak menjadi alasan bagi semua warga wilayah III untuk bergembira bersama. Selain penampilan lagu-lagu Natal oleh kelompok anak-anak, tiap-tiap lingkungan juga mempersembahkan suara merdunya dalam melantunkan lagu-lagu Natal, membuat suasana Natal dan Tahun baru begitu terasa menyentuh dalam keakraban dan kebersamaan. Di puncak acara, sambil menikmati makan siang, semua
Tepat pukul 1 siang, selesailah sudah acara keakraban ini. Dengan membawa kegembiraan dan harapan baru, semua warga kembali ke rumah masing-masing untuk melanjutkan kegiatan dan kehidupan dalam terang Kristus, yang selalu menyertai umatNya. Semoga di sepanjang tahun 2015 ini, seluruh warga dimampukan untuk selalu berjalan dalam terang kasih Kristus dan semakin akrab untuk membangun wilayah III dengan semangat kepedulian. Tiada akrab tanpa berbagi dan peduli.***
18. SEPUTAR PAROKI
Cinta Sepenuh Hati, OUT
OF BOX!
Misa Misioner Minggu 18 Januari 2015 -Put-
“Bersama Yesus membangun masa depan dengan sukacita,” pernyataan Rm. Vikjen Samuel Pangestu Pr membuka homili pada Misa Misioner di Gereja St. Stefanus.
S
ebagai remaja, perbanyaklah rasa keingintahuan dan keluarlah dari sikap peng-kotakkotak-an. Sebagaimana era modernitas menghimpit gaya hidup remaja yang tidak beralih dari games yang disediakan teknologi maka keprihatinan remaja sekarang ini; cenderung tidak KREATIF. Keluar dari kotak-kotak tersebut! Orangtua dimohon belajarlah menjawab semua keingintahuan mereka dan perkaya wawasan sebagaimana Santo Yohanes memberikan ruang kepada Santo Andreas dan Santo Petrus atas pertanyaannya tentang Mesias dan siapa Dia? Sehingga kemudian jalan menuju Yesus-
pun terbuka, karena Yesus adalah anak Allah, guru atau ulama, dan MESIAS. Bagaimana mencarinya? Kontemplata melihat dengan mata batin, ini yang seringkali keluarga kehilangan arah batinnya dan seringkali tergerus oleh kondisi.
19 Menjadi Misioner, sebagai pewarta berarti harus hidup dalam pola yang berbeda sehingga Remaja Katolik mampu membagikan pengalaman rohaninya dan inilah konsekuensinya. Tunjukkan jalan kebaikan, atas dasar Cinta yang besar kemudian masa depan akan dimulai hari ini. Misa Misioner yang diikuti oleh Dekenat Barat-Pusat-SelatanTimur-Tangerang-Depok-Bekasi memenuhi gereja dengan penuh antusias sebagai konselebran utama Rm. Vikjen Samuel Pangestu Pr, dibantu oleh Rm. Antonius Sumardi SCJ. Rm. Diosesan Antonius Pramono dan Rm. Yohanes Radityo Wisnu Wicaksono. Misa yang me-
riah pada Minggu 18 januari 2015 Pk. 09:45 WIB ini akan diteruskan dengan ramah tamah serta acara keakraban yang sangat menarik di Gd. Leo Dehon Lt. 4, dimana dibuka oleh Rm. Antonius Sumardi SCJ sebagai tuan rumah. Pesan yang menarik dari tujuan “yang kecil menjadi bintang” acara Misioner tersebut adalah Cinta bukan apa adanya melainkan Cinta harus sepenuh hati, semoga karya Remaja Katolik dan Kepausan Misioner menjadi dasar kecintaan yang besar atas pembangunan gereja. ***
20. PROFIL
Menghayati Hidup Syukur dan Hidup Berbakti -Gunadi Sugiharso-
G
unadi Sugiharso adalah nama saya. Saya dilahirkan di Pekalongan, 31 Desember 1944. Saya dan istri bertemu pada waktu sama-sama bergabung dengan organisasi mahasiswa, PMKRI, di Bandung pada tahun 1964. Ada banyak pengalaman suka-duka selama menjadi mahasiswa, salah satunya, pernah mogok kuliah selama 1 tahun pada masa peralihan dari presiden Soekarno ke presiden Soeharto pada tahun 1966, tepatnya pada saat setelah G30S. Pengalaman suka atau membahagiakan bagi saya adalah kesempatan untuk terlibat dalam berbagai egiatan di organisasi mahasiswa, dimana hal itu merupakan masa-masa yang sangat berkesan. Kami menikah pada tahun 1972 di Katedral Bandung. Setelah menikah saya bekerja di Jakarta dan
menjadi “week-end husband” bolak balik Jakarta – Bandung, selama 6 tahun. Hingga menjelang kelahiran putri kami yang ketiga barulah kami tinggal bersama di Jakarta. Mungkin hal ini juga merupakan salah satu faktor yang mempererat hubungan kami sebagai suami istri, karena rasanya waktu bersama itu selalu kurang dan membuat kami selalu kangen. Saya dipermandikan sejak bayi, dari keluarga Katolik. Istri dipermandikan sebelum menikah. Kami berdua bersekolah di sekolah Katolik dari SD hingga SMA, demikian pula semua anak-anak kami. Kami termasuk jarang bolos ke gereja pada hari Minggu atau hari Raya Katolik. Pada tahun 1979 kami menetap di Jakarta Selatan dan menjadi umat paroki St Stefanus. Kami tidak pernah aktif dalam kegiatan
21
gereja. Setelah misa, biasanya kami langsung pulang, sedikit sekali umat yang kami kenal di gereja. Ayat-ayat Kitab Suci hanya kami dengar pada waktu Injil di gereja, terus terang pada waktu itu kami tidak pernah membuka Kitab Suci. Homili disimak dengan setengah mengantuk. Boleh dikatakan, kami ini Katolik KTP. Baru menjelang usia 60 tahun, karena “ditodong” oleh Bapak Bona Sutadi dan Bapak Sumartono (pada waktu itu kalau tidak salah Ketua Wilayah dan Ketua Lingkungan) sa ya terpaksa menerima tugas sebagai Ketua Lingkungan. Sebelumnya saya selalu menolak permintaan untuk menjadi ketua lingkungan karena masih aktif bekerja dan selalu pulang malam. Rasanya tidak mungkin saya bisa aktif di lingkungan. Pertama kali menjabat Ketua Lingkungan, wah bingung. Sedikit sekali umat lingkungan yang saya kenal. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi berkat dukungan teman-teman lingkungan dan bimbingan Tuhan, saya berhasil juga melampaui 2 periode kepengurusan. Sejak itu, saya merasa seperti terus digiring atau didorong oleh Tuhan ke dalam pelbagai kegiatan pelayanan di Gereja. Pada waktu menjadi Ketua Lingkungan, saya diminta oleh salah seorang warga Lingkungan saya untuk ikut Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP). Saya mula-mula menolak, karena sibuk,
Tuhan adalah gembalaku, Takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku Di padang yang berumput hijau.
Ia membimbingku ke air yang tenang Ia menyegarkan jiwaku Ia menuntunku di jalan yang benar Oleh karena nama-Nya Sekalipun aku berjalan Dalam lembah kekelaman Aku tidak takut bahaya Sebab Engkau besertaku Gadamu dan tongkat-Mu Itulah yang menghibur aku
dan tidak tertarik. Saya merasa cukup sampai Ketua Lingkungan saja dan takut menjadi evangelist. Namun karena merasa tidak enak menolak, saya putuskan ikut KEP pada malam pembukaan saja. Tetapi ternyata dorongan Tuhan begitu kuat, sehingga saya ikut terus sampai selesai. Bahkan kalau berhalangan hadir pengajaran rasanya sayang sekali. Saya baru sadar bahwa pengertian saya tentang agama saya sendiri masih dangkal dan saya mendapat banyak pencerahan waktu ikut KEP. Saya jadi suka mempromosikan KEP. Barangkali karena itu, setelah saya, 2 orang ketua panitia KEP berikutnya juga berasal dari Lingkungan Keluarga Kudus. Ketua alumni KEP saat ini, Bapak Iwan Goenadi, juga umat dari Keluarga Kudus.
22
Sekarang sebagai umat paroki St Stefanus Cilandak, saya merasa seperti memiliki keluarga besar. Kalau ke gereja begitu banyak yang saya kenal. Di Lingkungan begitu banyak teman. Kalau tidak ikut acara lingkungan jadi kangen dengan teman-teman lingkungan. Saya sungguh merasa bersyukur, tidak saja karena semua anak-anak sudah berhasil menyelesaikan studi hingga S2, mendapat suami dan pekerjaan yang baik, dan keluarga bertambah ramai dengan 5 orang cucu yang menggembirakan; juga karena saya diajar untuk melayani dan memiliki demikian banyak teman di paroki. Semua itu pasti berkat Tuhan yang Maha Pengasih. Barangkali, yang penting agar Tuhan mau membimbing kita, adalah sikap kita untuk mau membuka hati kepadaNya. Biarkan Dia membimbing kita. Saya sangat terkesan dengan Mazmur 23 yang isinya terasa seperti apa yang saya alami.
Bila kita menyadari betapa besar kasih Tuhan kepada kita dan begitu banyak berkat yang sudah kita terima dari Tuhan, sudah sepantasnya kita mencoba untuk berbakti kepada sesama. Tidak mudah untuk ‘all out’ membaktikan diri kepada Tuhan seperti para biarawan dan beberapa awam yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk orang lain. Tetapi kita bisa mulai dengan hal-hal kecil di sekitar kita, dengan keluarga, lingkungan dan gereja. Yang paling sulit adalah mengelola ego kita. Tetapi itulah tantangannya. Bila kita mau dan membuka hati kita, Kitab Suci adalah “harta karun” yang penuh berisi petuahpetuah berharga untuk pedoman hidup kita. Bila sulit untuk mencerna sendiri, dari pengalaman saya, sharing Kitab Suci adalah cara yang lebih mudah dan sangat membantu, karena dapat dikaitkan dengan pengalaman langsung hidup seharihari.***
23. ORBITAN UTAMA
PANGGILAN HIDUP BHAKTI Rm. Hadrianus Wardjito, SCJ
Saudari-saudara di dalam Kristus Yesus,
S
eorang Samuel yang setelah disapih oleh Ibunya, Hana, telah dipersembahkan kepada Tuhan-Allah dan kemudian dipanggil oleh-Nya untuk menjadi seorang hakim, adalah contoh dari begitu banyak contoh lain bagi seorang pengikut Kristus seperti kita semua. Meskipun dengan susah payah Hana mendapatkan seorang anak, tetapi karena imankepercayaan bahwa sang anak adalah berasal dari Tuhan-Allah, maka Hana pun merelakan dia untuk tinggal di Bait Allah sebagai pelayan Eli, imam pada pada waktu itu. Dalam bimbingan Eli, Samuel menjawab panggilan TuhanAllah dengan pernyataan, “Bersabdalah, ya Tuhan, sebab hambaMu mendengarkan.” (lih. 1 Sam 1-3).
Dari dirinya seorang pengikut Kristus (sequela Christi) adalah dia yang dipersembahkan kepada Allah (consecratio Deo) melalui Sakramen Baptis. Ada yang kemudian diwujudnyatakan dengan menjadi seorang imam (Sacerdos), karena dipanggil dan dikuduskan demi pelayanan hirarkis yang didirikan oleh Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja; ada yang diwujudnyatakan dengan hidup penuh di dalam tata dunia yaitu sebagai Awam (Laici); ada pula yang secara diam-diam menghayati nasehat-nasehat Injili sebagai anggota Institut Sekulir dan tetap hidup dan berkarya di tengah-tengah dunia; ada pula yang dengan kaul publik menghayati nilai-nilai Injili sebagai Biarawan atau Biarawati (Religious) dan
24
hidup baru dalam kebersamaan komunitas religius. Semua demi Kerajaan Allah, yaitu mau hidup seperti Yesus dari Nazareth, bersama Dia yang telah dibangkitkan dari mati, dan untuk Dia yang tetap hadir dan berkarya melalui GerejaNya sampai akhir zaman. Hidup untuk Yesus seperti dikatakan olehNya dalam Mateus 25:40,” Proyek Yesus tentang Kerajaan Allah, termuat di dalam ke-4 Injil, di mana Yesus dengan hidup miskin/sederhana, murni dan taat kepada kehendak Allah Bapa, telah memberikan diriNya sebagai kurban (Oblat) sampai mati di kayu salib. Oleh sebab itu
panggilan dan perutusan seorang pengikut Kristus (sequela Christi) tidak berhenti hanya dengan cara menghindari larangan-larangan dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh Tuhan-Allah, tetapi secara lebih intim-mendalam masuk di dalam misteri hidup dan karya Allah. Kita disebut “Kristen”, karena Tuhan Yesus Kristus yang sungguh hidup dan berkarya di dalam setiap pribadi orang yang telah dibaptis di dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Di dalam rangka mensyukuri panggilan dan perutusan kita
25
sebagai Umat Allah, kita bukan saja diajak untuk mematuhi apa yang dikehendaki oleh pimpinan Gereja kita melalui Keuskupan Agung Jakarta, tetapi lebih jauh mendalam lagi yaitu mensyukuri akan hidup kita yang telah dibhaktikan kepada Allah melalui Sakramen Baptis dan Sakramensakramen lain yang senantiasa menguduskan dan menguatkan kualitas kekristenan kita. Muara keberadaan kita sebagai pengikut Kristus (sequela Christi) tidak hanya diukur dari kuantitas kegiatan-kegiatan yang diwarnai oleh semangat melayani yang tulus, total, tekun dan murah hati, tetapi lebih jauh lagi yaitu dengan kesaksian hidup bahwa kita ini adalah anak-anak Allah, saudari-saudara Yesus Kristus. Itu berarti mencakup (1) dimensi teologal, yaitu hidup di dalam misteri Allah Tritunggal Yang Mahakudus; (2) dimensi ekklesial-komuniter, karena kita dipersatukan di dalam Gereja sebagai Tubuh Mistik Yesus Kristus; (3) dimensi apostolik-pelayanan, karena kita ada untuk melayani
Kerajaan Allah yang hadir di dalam sesama kita, khususnya yang paling membutuhkan; dan (4) dimensi apostolik-kesaksian, karena kita melalui hidup dan karya kita dipanggil dan diutus untuk menjadi “tanda” atau “sakramen” bagi bangsa-bangsa, dengan cara menjadi “terang” dan “garam/ ragi” bagi dunia. Semua akan tercapai dengan sempurna jika kita mau diperbaharui senantiasa (Ecclesia semper reformanda) oleh Rahmat Allah yang tercurah kepada kita. Dengan cara berdisiplin di dalam berdoa (aspek liturgis), membatinkan nilai-nilai Injili alias merenungkan Sabda Allah dan ajaranajaran Gereja (aspek kerugmatik), dan mewujudnyatakan di hidup bersama (aspek komuniter/koinonia) dan pelayanan (aspek diakonia), maka kita akan semakin bisa hidup seperti Kristus yang adalah Cintakasih Allah yang memberikan diriNya secara total demi keselamatan semua bangsa manusia (aspek marturia).*** Pamulang, 15 Januari 2015
JAM PELAYANAN SEKRETARIAT PAROKI Kantor Sekretariat Paroki St. Stefanus buka setiap hari: 1. Senin pk 08.00 - 16.00 WIB 2. Selasa s/d Minggu pk 08.00 - 18.00 WIB Tutup pada hari Libur Nasional dan hari Besar Agama Katolik
26. PESONA SABDA
Tiada Syukur Tanpa Peduli Merayakan Tahun Syukur dan Hidup Bhakti -Rm. Antonius Sumardi, SCJ-
H
idup Bakti adalah hidup yang dibaktikan atau dipersembahkan. Dengan demikian kesimpulan yang bisa didapatkan dalam KHK Buku II Bagian III, Seksi I judul I & II, yang memang secara khusus membahas mengenai Tarekat Hidup Bakti. Hidup yang dipersembahkan ini sejalan dengan pola pemuridan Yesus, dalam membentuk kelompok inti yang disebut keduabelas rasul, sebagai tenaga militan pewarta kabar gembira, selain semua kelompok pengikut Yesus yang lain. Dalam perjalanan sejarah Gereja yang begitu panjang, muncul beberapa kelompok militan lain yang salah satunya adalah mereka yang kemudian disebut kelompok Hidup Bakti. Mereka ini berkaul atau berikrar atau bersumpah, untuk mengikuti Tuhan Yesus secara total dengan mengikrarkan tiga kaul yaitu pertama, Kemurnian dengan tidak menikah demi Kerajaan Allah; kedua, dengan Ketaatan sampai mati kepada Tuhan, untuk siap melaksanakan perutusan Tuhan melalui pemimpinnya; ketiga, kaul Kemiskinan, dengan hidup miskin demi Kerajaan Allah. Semangat
yang diambil adalah terdorong oleh Roh Kudus untuk mengikuti Yesus secara lebih dekat. Semangat ini dijiwai oleh para eremit (pertapa) di padang gurun, yang mengejar kesucian dengan cara lebih tegas dan radikal menjauhkan dari segala bentuk godaan duniawi, seperti kenikmatan makanan, minuman, pakaian, kedudukan (pangkat), serta segala bentuk kenikmatan duniawi lainnya, supaya dapat berdampingan dengan Sang Maha Suci, yakni Allah sendiri. Seperti Tuhan Yesus yang adalah Anak Allah dengan segala kesempurnaanNya. Tuhan Yesus turun menjadi manusia lemah dan hidup bersama kita (manusia). Ia sama dengan manusia dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Bahkan lebih dari itu, Ia mati sebagai pesakitan seperti layaknya seorang penjahat kelas kakap dengan tergantung di kayu salib yang hina. Selain semangat Injil yang dihayati melalui tiga kaul atau tiga nasehat Injil ini, masih ada semangat lain yang ingin dihidupi dan diperjuangkan, yaitu semangat kerasulan, sebagaimana diinspirasikan oleh kehidupan para rasul, yang aktip berpastoral, pergi ditengah umat mewartakan kabar gembira. Dan ada yang menghayati panggilan hidup bakti dengan cara kontemplatif, yaitu mempersembahkan seluruh waktunya untuk berdoa dan berkarya di dalam komplek biaranya saja.
Bapa Paus mencanangkan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti. Hal ini dikaitkan dengan peringatan 50 tahun Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, “Lumen Gentium” yang berbicara tentang Kaum Religius dalam bab VI dan Keputusan dalam “Perfecte Charitatis” yang berbicara tentang pembaharuan hidup religious; yang menekankan pentingnya kaum religius dalam tugas perutusan Gereja. Dalam sejarah panjang kehidupan Gereja, orang-orang yang terpanggil dalam menghayati Hidup Bakti telah dan terus menjadi tulang punggung Gereja dan terbentuknya sendi-sendi kehidupan Gereja sampai saat ini. Roh yang dihembuskan oleh Kristus melalui Gereja-Nya, dihidupi dan disiarkan dengan kuat melalui anak-anak terpanggil dan terpilih Gereja, yaitu para pendiri Tarekat/Ordo/Kongregasi. Pada zamannya, para pendiri ini telah terbukti menjadi pendekar, pembela kemurnian ajaran Kristus melalui kesaksian hidup mereka. Kita bisa mengambil contoh dari beberapa pejuang kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, yang biasa kita sebut santo dan santa. Mulai dari St. Antonius dari Mesir, St. Agustinus, St. Benedictus, St. Fransiskus dari Asisi, sampai kepada para pendiri Tarekat Religius abad ke dua puluh. Bapa Suci Paus Fransiskus mengatakan bahwa dalam diri mereka (santo-santa dan para pendiri tarekat) kita melihat tangan Tuhan, yang dalam Roh-Nya memanggil pribadi-pribadi tertentu
itu, untuk mengikuti Kristus secara lebih dekat dan untuk menterjemahkan Injil-Nya, dalam sebuah cara hidup tertentu. Untuk membaca tanda-tanda zaman dengan kacamata iman dan menanggapi melalui Gereja-Nya secara kreatif. Lebih lanjut Paus Fransiskus menegaskan bahwa kita disadarkan melalui Gereja akan Allah yang selalu melimpahkan berbagai karunia, untuk segala perbuatan baik. Sejarah Rahmat itu menjadi sangat konkrit dan nyata melalui kehidupan para anggota lembaga hidup bakti. Maka menjadi sangat penting bagi kita untuk mengenal sejarah, menceriterakan sejarah, menilai sejarah dan memaknai kembali sejarah kehidupan kita saat ini dengan karunia Roh Kudus Allah untuk keselamatan umat Allah pada zaman ini pula. Paus Fransiskus dan juga Bapak Uskup Agung kita, Mgr. Ign. Suharyo, mengajak kita untuk mensyukuri Rahmat yang sampai pada kita dan kita hidupi sampai saat ini dalam Gereja Kristus di tempat kita masing masing. Rahmat itu dibawa, diwartakan dan dihidupi oleh para anggota berbagai kelompok Hidup Bakti ke tanah air kita dan sampai pada kita sampai saat ini. Kehadiran mereka membekas dan memberi warna Gereja di Indonesia dan khususnya di Jakarta dan paroki kita lewat tiga jalur. Jalur pertama adalah jalur pendidikan. Jalur kedua adalah jalur pelayanan kesehatan. Dan jalur ketiga adalah jalur kesaksian hidup bakti dalam
semangat kolegialitas, dan pelayanan pastoral lainnya. Semuanya itu disemangati oleh semangat Injil, yaitu kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Uskup kita mengajak seluruh umatnya untuk bersyukur dan berbuat melalui kepedulian terhadap alam semesta dan sesama. Dengan tema “Tiada syukur tanpa peduli,” kita diajak mensyukuri segala Rahmat Tuhan yang kita terima melalui pelbagai pelayanan hidup bakti, pelayanan gereja, dan pelayanan keluarga dengan meningkatkan kepedulian kita dan rasa berbela rasa kita terhadap sesama yang lemah, kecil, sakit dan tersisihkan. Kepedulian kita atas keselamatan, kebahagiaan, kedamaian, dan keutuhan Gereja universal, lokal, paroki dan Gereja mini kita yaitu keluarga menjadi menjadi fokus kita pada tahun 2015 ini. Seraya mensyukuri segala karunia dan berkat atas kehadiran Allah dalam setiap pribadi, baik dalam setiap anggota keluarga maupun masyarakat. Pendiri hidup bakti, menghadirkan Yesus secara total, kepada yang membutuhkan, sebagaimana Yesus memberi makan kepada yang lapar, menjamah dan menyembuhkan yang sakit, mencari dan sampai menemukan kembali yang tersesat. Mereka yang terlantar seperti domba tanpa gembala, Yesus menghimpun dan mengajar mereka. Kepada mereka yang terpenjara, Yesus memberi kelepasan. Kepada yang merasa terasingkan, Yesus memberi perlindungan dan tumpangan.
29. SANTO SANTA Demikian pula semangat yang ditanamkan oleh para pendiri Hidup Bakti dan yang mereka perjuangkan, yang saat ini menjadi warisan Gereja yang begitu berharga. Demikian pula seharusnya yang kita hidupi sebagai murid Kristus, meskipun tidak secara khusus memilih panggilan Hidup Bakti. Totalitas kita dalam mengikuti Tuhan Yesus sebagai Guru, Imam dan Nabi, akan menentukan bagaimana kuatnya kehadiran Kristus dalam diri kita, dalam keluarga dan Gereja-Nya. Bapak Uskup kita menyapa kaum muda juga sebagai salah satu tempat kehadiran Kristus, yang mengundang semua orang muda. Dalam komitmennya, mereka diajak bertanya dalam hatinya, “Tuhan jalan hidup manakah yang Engkau kehendaki untuk saya?” Mungkinkah Tuhan menyapa anda orang muda untuk mengikuti Yesus dengan lebih dekat dengan menjadi seorang imam, bruder, dan suster, yang ingin tidak menikah demi Kerajaan Allah? Untuk siap dijadikan bibir Tuhan, tangan Tuhan, dan tubuh Kristus yang menyelamatkan sesama dan dunia seperti Tuhan Yesus? Marilah kita syukuri anugerah Tuhan dalam diri kita dengan mengamalkannya melalui kepedulian kita bersama seluruh Gereja, khususnya di Keuskupan Agung Jakarta yang kita cintai ini.***
“Mari Kita Bersyukur dan Peduli”
“Darah Martir adalah Benih Gereja”
Santo Fabianus (Paus) 20 Januari
F
abian ( Latin : Fabianus; 200 - 20 Januari 250 ) adalah Uskup Roma dari 10 Januari 236 sampai kematiannya pada tahun 250, Iaadalah seorang kelahiran Romawi dan nama ayahnya adalah Fabius. Dia terkenal karena keajaiban dalam pemilihannya, di mana burung merpati telah turun di kepalanya untuk menandai dia sebagai pilihan tak terduga dari Roh Kudus untuk menjadi paus berikutnya. Sebagian besar kepausannya ditandai dengan hubungan persahabatan dengan pemerintah kerajaan dan Fabian bisa membawa kembali
30 ke Roma “tubuh” dari Paus Pontian dan anti-paus Hippolytus, dimana keduanya telah meninggal dalam pengasingan di tambang Sardinia untuk dimakamkan secara Kristen. Itu juga mungkin yang pada masa pemerintahannya, perpecahan antara dua jemaat Roma berakhir. Dia sangat dihormati oleh Siprianus (uskup dari Kartago dan penulis Kristen yang penting di awal pada tahun 249). Dijelaskan pada Liber pontificalis (buku tentang biografi paus), bahwa ia dan Sebastian (Santo) membagi komunitas Kristen Roma menjadi tujuh kabupaten, masing-masing diawasi oleh seorang diakon. Ia menunjuk tujuh subdiakon untuk membantu mengumpulkan Acta
para martir. Ia juga mengadakan empat kepemerintahan kecil (administratif) yaitu : Porter, lektor, pengusir setan, dan misdinar dimana kemudian dilembagakan. Dengan munculnya Kaisar Deican maka kebijakan toleran pemerintah Romawi pada Kristen berakhir, karena keloyalitasan pada gambar kultus dewa, dupa, berhala. Fabian menjadi korban awal dari “penganiayaan decisian” ia mati sebagai martir. Fabian dimakamkan di Katakombe Callixtus, Hari raya Fabian diperingati pada tanggal 20 Januari, sama seperti Santo Sebastian, oleh Paus Clement XI dibangun Kapel Albani dibangun sebagai penghormatan kepadanya.***
31. ORBITAN LEPAS
Yayan Hariani -Rm. Ting Ding, SCJ-
T
ouchdown Macau! Setelah sekian lama mendengar dan hanya melihat di internet akhirnya sampai juga kakiku di tanah peninggalan Portugis ini. Sesungguhnya untuk sekedar bermimpi ke Macau pun, aku tidak berani. Rasanya kok impossible! Tetapi hidup itu memang unik dan selalu penuh kejutan. Aku cubit-cubit kulit tanganku, auh… memang sakit! Kalau begitu, saat ini aku tidak bermimpi, memang senyatanya aku sedang berada di Macau, sebuah daerah ‘independent,’ tetapi tetap saja bersandar nasibnya kepada negara besar, China. Kedatanganku di kota judi ini, tentu saja bukan untuk sekedar berjalan-jalan, apalagi sampai berjudi, melainkan untuk memulai atau merintis karya misi. Memang sih, akhirnya untuk bermisi pun dibutuhkan acara jalanjalan alias melihat-lihat keadaan dengan segala tali-temalinya. Dan bahkan harus berani ‘berjudi’ dengan segala kemungkinan yang tidak pasti atau tidak menentu. Keputusan kongregasi untuk misi ini memang ibaratnya seperti ‘berjudi.’ Segala sesuatu bisa terjadi, antara kemungkinan bisa berhasil gilang-gemilang atau pun sebaliknya, gagal total dan pulang dengan tangan ham-
pa; syukur seandainya tanpa berdarah-darah. Banyak orang pergi ke Macau memang untuk berjudi, termasuk yang ‘berjudi’ dengan nasibnya. Perempuan-perempuan yang kujumpai ini pun termasuk orangorang yang gagah berani mengadu nasib, ‘berjudi’ dengan hidupnya. Tanpa sengaja, ketika aku memotret sana-sini di sebuah taman yang dijadikan pasar malam, kujumpai 15an perempuan yang sedang berkumpul di sebuah sudut taman kota tersebut. Wajah mereka cukup familiar untuk kacamata minusku yang bercita rasa Indonesia. Semakin jelas lagi,
beberapa di antara mereka menggunakan jilbab yang biasa dipakai oleh orang Indonesia. Saat itu, aku berjumpai dengan sekelompok pekerja dari Indonesia dan Filipina. Mereka sedang rapat, merancang penolakan kepada World Trade Organization (WTO). Rumusan penolakan itu nantinya akan dikirimkan ke teman-temannya di Indonesia yang akan berdemo di Bali, menolak WTO, yang barangkali sedang ada meeting di pulau Bali. Terlepas dari itu, aku tersentuh mendengar sharing-sharing mereka, yang secara umum, mereka lebih sering dimanfaatkan dan eksploitasi oleh agen-agen pekerja. Untuk Filipina masih lebih menguntungkan dan tidak dipermainkan agen-agen, karena pemerintahnya care dan solid membantu mereka/pekerja. Teman-teman dari Indonesia merasa harus berjuang hidup dan mati sendiri. Pemerintah kita cenderung tidak peduli dan malah kebijakannya cenderung membela para agen. Tentu, secara obyektif aku tidak tahu banyak dengan situasi yang sebenarnya. Hanya saja,
melihat situasi yang mereka sharingkan, aku tergugah untuk menyemangatinya agar tidak menyerah dengan keadaan dan dengan ‘perjudian’ hidup yang telah mereka perjuangkan. Di sisi lain, aku senang karena suster-suster Gembala Baik berjuang bersama mereka. Meskipun teman-teman kita kebanyakan muslim, tetapi sangat dekat dengan para para suster Gembala Baik. Semoga para suster Gembala Baik bisa menjadi oase bagi para perantau yang kerap mengalami ketidakadilan ini. Sebelum berpisah dengan mereka, aku membeli sebuah VCD yang mereka jual untuk pencarian dana. VCD itu merupakan sebuah film pendek berjudul “Beautiful Life” yang menceritakan seorang pekerja dari Indonesia bernama Yayan Hariyani. Kisah hidupnya menjadi salah satu gambaran dari kebanyakan para pekerja Indonesia yang berjuang keras mengadu nasib di negeri orang. Kisah si Yayan ini seakan-akan melengkapi sharing mereka; sharing orang-orang yang suaranya tidak didengar dan kadang kala enggan didengarkan oleh banyak orang.
33
Yayan pergi ke HongKong untuk mengadu nasib, bermimpi memperbaiki kualitas hidupnya dan keluarganya di Indonesia suatu saat nanti. Namun, dia dipekerjakan sebagai pekerja rumah tangga oleh keluarga kelas rendah, yang tidak stabil keuangannya. Meski Yayan diupah dibawah standar oleh majikannya, namun hubungan yang kuat tumbuh diantara dirinya dan keluarga majikan. Hal ini membuat Yayan dilema antara memilih tinggal atau berhenti dari pekerjaannya untuk meraih gaji yang lebih baik. Dengan situasi itu, pertanyaan penting yang pantas direnungkan bagi kita semua, apakah Hidup Indah (Beautiful Life) masih tetap menjadi mimpinya?
Film itu tidak memberikan jawaban, apakah yang menjadi pilihan Yayan, entah pindah kerja untuk memenuhi mimpinya atau tetap ditempat yang lama, yang telah menumbuhkan mimpi baru, yakni hidup dalam kedekatan dan kebahagiaan. Dalam akhir cerita, Yayan bersama teman-temannya berteriak dengan lantang menuntuk hak-hak mereka dalam sebuah demonstrasi, dengan ketegasan sikap bahwa mereka adalah pekerja, bukan budak. Yayan menyanyikan lagu Bengawan Solo sebagai pengiring akhir cerita.
Pesan terakhirnya masih misterius. Pilihan lagu Bengawan Solo pun menyisakan pertanyaan dalam benakku. Namun biarlah kita dalam kacamata iman ma-sing-masing diundang untuk menarik kesimpulan sendirisendiri. Bagiku, kebahagiaan atau keindahan hidup itu bukan terletak kepada uang. Uang bukan segala-galanya. Cinta dan penghargaan terhadap pekerja sebagai manusia tetap yang menjadi kata kuncinya. Namun uang yang standar (gaji yang pantas), bisa menjadi salah satu tanda, bahwa para pekerja dihargai sepenuh-penuhnya. Maka kalau aku menjadi sutradara ‘film’ bagi kehidupan Yayan yang sesungguhnya, aku menyarankan Yayan untuk berpindah kerja, mencari gaji yang lebih layak, namun jangan sampai mengorbankan harkat dan martabat. Kalau yang terakhir itu tidak didapatkan, “Pulang saja tanpa harus merasa kalah dalam ‘perjudian hidup.’ Pulang dan bernyanyilah lagu Bengawan Solo dengan mantap, karena meskipun negerimu ‘miskin’ (dimiskinkan oleh sekelompok elit), akan tidak rela seandainya kamu menguburkan mimpi-mimpimu.” Karena aku yakin, negeri ini (negeri kita) sangat mampu untuk memenuhi kebutuhan (need) hidup semua penduduk negeri; tetapi tentu saja, tidak akan mampu memenuhi kerakusan (greed) orang-orang tertentu di negeri ini.***
34. ORBITAN LEPAS
Menghabiskan Waktu Berdua dengan Allah Darendra Nareshwara
K
ita tidak akan pernah bisa menjadi dekat dengan Allah dan mengenal dia lebih baik apa bila kita tidak pernah berhubu-ngan secara intim berdua dengan Allah. Di dalam waktu-waktu intim tersebutlah kita dihibur dan dikuatkan. Itulah saat dimana kita menjadi bisa melihat hidup kita melalu sudut pandang Allah dan pada akhirnya mengetahui apakah yang sesungguhnya penting di dalam hidup ini menurut Allah. De-ngan demikian kita pun akan dapat memahami siapakah Allah sebenarnya dan memahami segala yang Ia telah sediakan untuk kita. Tuhan Yesus sendiri meluangkan waktu un-
tuk berhubungan secara intim dengan Allah Bapa. Bila seseorang bisa melalui hidup ini tanpa berhubungan dan berkomunikasi dengan Allah, saya yakin orang itu adalah Yesus. Bayangkanlah seberapa pentingnya berhubungan dengan Allah bagi kita apabila Yesus sendiri melakukannya. Saya sungguh mengerti bahwa meluangkan waktu untuk berdua saja dengan Allah dalam doa sangatlah sulit. Tetapi jika kita mau menjadikannya sebuah prioritas, kita akan melihat jawaban-jawaban dari doa kita melalui sudut pandang surgawi. Tetapi perlu di ingat bahwa jika kita tidak secara rutin berdoa dan
mendengarkan suara Allah melalui Roh Kudus jangan buru-buru berharap bahwa hidup kita akan berubah dalam sekejap. Bahkan mungkin pada mulanya akan terlihat seolah-olah tidak ada perubahan sama sekali dalam hidup kita. Doa dapat mengubah hidup kita 180 derajat, namun tidak selalu dapat terjadi pada saat Anda mengucapkan kata-kata pertama Anda kepada Tuhan. Saya tidak mengatakan bahwa hal tersebut tidak mungkin, karena Allah kita adalah Allah yang Maha Bisa, tetapi seringkali Allah mengin-ginkan kita untuk berusaha berdoa lebih rutin dan mengenalnya lebih dekat sebelum membiarkan Anda melihat perubahan di hidup Anda. Hal ini sangat normal untuk terjadi, maka janganlah mudah menyerah!
Sangat sering seorang manusia menyerah sesaat sebelum Allah sebenarnya ingin menunjukkan perubahan yang telah Ia lakukan dalam hidup kita, sangat sering. Tetapi coba lah melihat hal ini dari sisi yang berbeda. Tuhan tidak i-ngin hanya mengubah Anda sesaat dan membiarkan Anda kembali ke gaya hidup yang lama. Tuhan ingin mengubahkan hidup Anda secara permanen sehingga dapat dianalogikan bahwa hidup kita di dunia bersama Allah bukanlah perjalanan yang pendek menuju pelabuhan tetapi suatu pelayaran yang panjang menuju tujuan hidup Anda seperti yang telah ditentukan oleh Allah. Menyerah bukanlah sebuah pilihan.***
36. PSIKOLOGI
Rumus Resolusi Algoritma Kehidupan -put-
4
Dari tahun ke tahun, kita akan dihadapkan sesuatu yang tidak kita ketahui dan kemudian terus bertanya-tanya; Apa yang saya lakukan! Maka sebuah resolusi merupakan ruang yang terbaik memberikan perencanaan dalam menyiapkan kita pada suatu kondisi apapun. Resolusi adalah keputusan atau kebulatan pendapat dapat berupa permintaan atau tuntutan membentuk sebuah tujuan.
Buatlah Rencana. Daripada menyatakan satu tujuan yang menakjubkan tapi tanpa serangkaian kata-kata, maka taka da bedanya dengan sebuah bualan. Lakukan dengan memulai langkahlangkah kecil yang tepat, maka lompatan besar akan sampai pada sasaran. Seberapa besar kita berdisiplin pada kelola perencanaan, kalau perlu mari buat daftar dan check-list.
Buatlah sesuatu yang benarbenar di-ingin-kan. Jangan membuat resolusi yang "harus" inginkan atau apa yang orang lain katakan ingin. Hal ini harus sesuai dengan nilai-nilai yang kita miliki.
Jangan biarkan kegagalan menghentikan kita. Kecurangan dalam mengambil jalan potong yang tidak disepakati malahan akan menjerumuskan pada kegagalan. Seberapa kita bisa bersabar dan mengambil rute yang sudah dise-pakati bersama dalam diri, maka kemajuan dan kemunduran menjadi tanggung jawab kita.
1 2
Batasi daftar tujuan yang dapat di tangani. Fokuskan pada upaya yang membuat tujuan itu benar-benar di inginkan. Kenapa harus banyak resolusi toh akhirnya malah tak berhasil! Persempit dan fokus.
3
Spesifik! Keefektivitasan akan terjadi jika sebuah tujuan menjadi spesifik. Maka kurangi generalisasi pada bentuk resolusi, pertegas pada kemampuan diri dan kelemahan.
5 6
Mengukur segalanya. Sebaiknya pandai berhitung, gunakan matrik yang sesuai dengan pendapat yang kita miliki. Matrik ini sangat penting untuk menyesuaikan aplikasi yang nantinya mampu melacak ke-majuan kita. Bahkan yang lebih gampangnya membantu kinerja resolusi itu berjalan.
37
Apakah rumusan-rumusan ini benar-benar menjadikan kita bisa memulai dengan algoritma dasar atas keinginan, tujuan, spesifik terencana, terukur dan tanpa ada takut untuk menghadapi -waktu demi waktu- sampai kemudian berakhir kembali. Yah, seberapa besar kemudian tahun 2015 ini menjadi arena bermain kita yang mengasyikkan dan bermanfaat! ***
38. OPINI
APA HARAPANMU TERHADAP GEREJA DI TAHUN 2015?
Clara Risma Uli Paroki Fransiskus Tebet/ PDKK
Aldorio Utama Paroki St. Stefanus/ Lingkungan Veronica/ Wilayah VIII/PDKK “Harapan saya untuk gereja tahun 2015 adalah Gereja lebih banyak melibatkan anak muda untuk melakukan aksi nyata ditengah masyarakat, misalnya dengan aktif membantu korban bencana alam atau bakti sosial ke panti-panti.”
“Gereja adalah Umat Allah yang beriman, dimana kita sebagai umat Allah yang diutus harus bisa menyebarkan,mewartakan injil keselamatan dan kabar baik tentang Kerajaan Sorga. Dengan melakukan pelayanan terhadap gereja maupun sesama,mendalami iman kepada Yesus Kristus. Sebagai umat Allah kita tentunya mempunyai harapan yang besar supaya di Tahun 2015 ini gereja Katolik bisa te-rus berkembang semakin besar,umatnya tetap mau mencari dan terus melayani buat Kristus, bisa hidup Kudus rukun damai dan bisa menjadi teladan bagi sesama seperti Yesus. Gereja sebagai tempat sarana keselamatan,melalui komunitas-komunitas yang ada setiap umat Allah bisa berkarya dan semakin dekat dengan Allah.”
39
Lusia Indrawati Paroki St. Stefanus/ Lingkungan Maria Magdalena/ Wilayah VI/PDKK
“Harapan saya untuk gereja tahun 2015 Semoga gereja menjadi tempat nongkrong baru untuk semua umat. Baik yang yunior maupun yang senior, bisa curhat dengan Tuhan selayaknya curhat dengan teman. Jadi mampirnya bukan ke caffe tapi ke gereja , niscaya semua kegalauan dan keresahan mereda. Se-perti yang sering Rm. Martin Van Ooij katakan di homili untuk lebih sering misa harian atau sekedar mampir ke gereja untuk berdoa. Kedua semoga gereja lebih membumi, memperhatikan kaum-kaum marjinal, masyarakat yang kurang mampu, orang-orang jompo & yatim piatu, baik itu umat Katolik sendiri maupun yang non,terutama masyarakat disekitar gereja.”
Johana Sharon Paroki St. Stefanus/ Lingkungan Paulinus/ Wilayah III/OMK/REKAT
“Ditahun baru ini saya mengharapkan tentunya semangat yang baru dari semua umat paroki st. Stefanus, saya juga ingin umat dapat berkomunikasi dan berkerja sama, bukan hanya antar lingkungan atau wilayah tetapi dengan seluruh umat paroki. Saya juga mengaharapkan agar lebih banyak kaum muda yang berperan aktif dalam paroki, karena merekalah yang menjadi penerus Gereja. Dan yang terakhir, saya mengharapkan umat datang ke Gereja, bukan karena kewajiban untuk mengikuti misa atau berdoa, namun karena rasa rindu i-ngin bertemu dan berbicara dengan Tuhan.”
41. DANA PAROKI No Wil 1 2 3 4
1 1 1 1
5 6 7 8
2 2 2 2
9 10 11 12 13
3 3 3 3 3
14 15 16
4 4 4
17 18 19 20
5 5 5 5
21 22 23
6 6 6
24 25 26 27 28
7 7 7 7 7
29 30 31
8 8 8
32 33 34
9 9 9
35 36 37 38
10 10 10 10
39 40 41
11 11 11
42 43 44
12 12 12
Lingkungan
Kode
St.Hubertus St.Yoh.Pemandi St.Gregorius St.Yudas Tadeus Total Wil I Sta. Theresia Sta.M.Immaculata Sta.Maria Fatima Sta.M. Bernadette Total Wil II St.Markus St.Nicodemus St.Oktavianus St.Paulinus St.Quirinus Total Wil III St.Antonius St.Clementus Sta. Faustina Total Wil IV Sta.Angela St.Bartholomeus Emmanuel Sta.Ursula Total Wil V St.M.Magdalena St.Aloysius St.Thomas Aquino Total Wil VI Sta.Helena Romo Sanjoyo St.Simeon Sugiyopranoto St.Theodorus Total Wil VII St.Paulus St.Timotius Sta.Veronica Total Wil VIII St.Bonaventura St.Bonifacius Keluarga Kudus Total Wil IX St.Yoh Don Bosco St.Kristoforus Sta. Maria Goretti Sta.Maria B.Setia Total Wil X Sta.Felicitas Sta.Anastasia Maria Ratu Damai Total Wil XI St.Bernadus St.Dionisius St.Elias Total Wil XII TOTAL MINGGUAN
HBS YPE GRR YTA THE MIM MFA BDE MKI NDS OTS PLN QRS ATS CLS FSA AGE BTS EML URS MMA ALS TAQ HLN RSO SMN SGO THO PLS TTS VRA BVA BFS KKS DBD CRS MGI MBS FSE ANS MRD BDS DNS ELS
Perhit. 8-Des'14 Perhit. 15-Des'14 Perhit. 22-Des'14 Perhit. 29-Des'14 Amplop RP Amplop RP Amplop RP Amplop RP 6 400,000 4 220,000 0 0 0 0 9 145,000 1 20,000 3 150,000 8 450,000 3 140,000 3 80,000 6 60,000 3 140,000 1 100,000 17 1,130,000 5 250,000 7 500,000 19 785,000 25 1,450,000 14 460,000 18 1,090,000 14 375,000 4 1,070,000 0 0 8 60,000 4 300,000 7 400,000 3 110,000 5 250,000 9 168,000 4 140,000 0 0 0 0 3 50,000 8 245,000 5 140,000 2 45,000 30 893,000 23 1,855,000 8 250,000 15 355,000 7 360,000 5 270,000 2 120,000 3 115,000 1 100,000 1 50,000 0 0 1 50,000 8 460,000 1 50,000 2 25,000 2 150,000 2 300,000 0 0 1 50,000 2 120,000 3 910,000 3 700,000 16 920,000 11 790,000 7 1,055,000 10 1,065,000 1 20,000 4 325,000 2 70,000 4 360,000 3 150,000 20 1,000,000 2 70,000 1 77,000 36 1,895,000 1 40,000 5 380,000 8 552,000 58 2,965,000 3 110,000 4 130,000 1 50,000 3 50,000 2 150,000 8 955,000 7 1,000,000 3 225,000 2 150,000 8 1,070,000 5 580,000 2 350,000 8 930,000 3 250,000 3 300,000 12 1,230,000 23 2,405,000 16 1,930,000 8 625,000 11 602,000 11 620,000 5 260,000 1 5,000 5 100,000 4 65,000 3 110,000 18 750,000 6 220,000 3 30,000 5 220,000 34 1,452,000 21 905,000 11 400,000 6 225,000 1 20,000 18 137,000 6 40,000 3 35,000 2 10,000 25 220,000 4 70,000 7 40,000 13 150,000 1 5,000 3 20,000 12 96,000 8 116,000 12 70,000 56 506,000 17 246,000 18 137,000 10 280,000 2 80,000 20 895,000 5 125,000 30 534,000 18 525,000 12 245,000 1 5,000 15 86,000 12 610,000 3 130,000 9 205,000 55 900,000 32 1,215,000 35 1,270,000 15 335,000 5 90,000 7 270,000 6 330,000 1 100,000 1 50,000 6 195,000 7 175,000 4 250,000 6 270,000 5 40,000 13 315,000 17 715,000 12 600,000 6 140,000 4 57,000 1 5,000 1 5,000 7 112,000 2 30,000 5 190,000 1 10,000 5 145,000 11 685,000 2 130,000 3 200,000 2 35,000 4 350,000 3 150,000 6 530,000 21 1,122,000 11 475,000 11 745,000 14 292,000 12 930,000 9 510,000 1 35,000 5 110,000 3 220,000 8 320,000 1 100,000 2 100,000 7 210,000 15 1,150,000 17 830,000 2 135,000 5 200,000 2 80,000 2 60,000 1 20,000 8 540,000 2 110,000 2 150,000 4 240,000 8 190,000 4 235,000 6 220,000 14 860,000 12 360,000 6 385,000 230 8,497,000 256 12,878,000 218 11,111,000 121 4,894,000
42. ONGKOS CETAK
A
udit diperlukan sebagai hal yang cukup penting karena memberikan pengaruh besar dalam sebuah kelembagaan yang bersangkutan. Khususnya untuk Gereja St. Stefanus dan Dewan Paroki ini akan sangat mendukung dan meningkatkan tata pelayanan khususnya keuangan Paroki agar menjadi lebih baik.
Tim Audit Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) ke Paroki St. Stefanus Cilandak pada hari Sabtu, tanggal 17 Januari 2015 yang bermaksud untuk memulai proses audit (preliminary review) yang dihadiri oleh Ketua Umum, Ketua, Wakil Ketua, Bendahara I & II, Sekretaris I & II DP St. Stefanus, para ketua seksi dan bendahara seksi . ***
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS JANUARI 2015 1
Lingk. Sta. Anastasia (Juli s/d Desember 2014)
2
Lingk. Emmanuel (kekurangan tahun 2014)
3
Lingk. Sta. Maria Magdalena (kekurangan tahun 2014)
4
Lingk. Sta. Maria Fatima
900,000 1,020,000 500,000 50,000 Total
2,470,000
Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi. Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
43 POJOK KOMSOS YOGYAKARTA! Siapa yg tidak kenal Yogja?
D
an inilah pertualangan menuju yogyakarta melalui kegiatan touring. Awal mulanya perjalanan direncanakan melalui pembicaraan saja dan tak mengira hal itu terjadi. Pertama kali yang dilakukan adalah persiapkan kendaaan yang akan digunakan, kesehatan serta biaya yang cukup. Pentingnya persiapan ini harus benar-benar terukur baik secara sharing melalui rekan-rekan yang sudah melewati beberapa jalur atau trayek serta informasi berita beberapa pecan kedepan. Berikut perjalanan rute yang ditempuh melalui kendaraan motor; Pantura - dari jakarta sampai ke daerah Indrayanti (kurang lebih sekitar 4 jam) – istirahat yang cukup agar waktu perjalanan dapat dilanjutkan kembali selanjutnya, Cirebon-Brebes-Tegal (3 jam) – istirahat. Pada dasarnya rentan waktu harus diperhitungkan sehubungan dengan kondisi kendaraan serta fisik. Perjalanan sudah masuk kepada jalur pemalang - semarang magelang selanjutnya Yogjakarta. Sesampainya di Yogyakarta, pilihan wisatanya sangatlah cukup banyak. Kita dapat memulai perjalanan kita sendiri, bersama rekan dan sahabat dengan mudah; informasi, jalur transportasi, persiapan matang untuk kendaraan yang diggunakan serta fisik yang fit merupakan kunci dari ketahanan yang terbaik dalam melakukan petualangan rekreasi berkendara atau touring.***