perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPS MELALUI KLARIFIKASI NILAI/VCT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII D SMPN 1 SURALAGA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh: ZIDNI S861108020
PEROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPS MELALUI KLARIFIKASI NILAI/VCT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII D SMPN 1 SURALAGA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUNAJARAN 2012/2013 TESIS
Oleh ZIDNI NIM
S61108020
Telah Di Stujui Oleh Tim Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing 1
Prof. Dr. Hariyono, M.Pd NIP 196312271988021001
Pembimbing II
Tanggal
------------------- -- --
Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd NIP 195603031986031001
------------------
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd NIP 195603031986031001 commit to user
ii
--- --
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPS MELALUI KLARIFIKASI NILAI/VCT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII D SMPN 1 SURALAGA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013 TESIS
Oleh NIM
ZIDNI S861108020
Telah Di Setujui Oleh Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Dr. Sariyatun, M.Pd.
.....................
...............
Sekertaris
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
.....................
................
Anggota
Prof. Dr. Hariyono, M.Pd
.....................
................
Anggota
Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd
......................
...............
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS. NIP 196107171986011001
Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd NIP195603031986031001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama
:
Nim
:
S861108020
Program Studi
:
Pendidikan Sejarah
Menyatakan
dengan
ZIDNI
sesungguhnya
bahwa
tesis
yang
berjudul
implementasi pembelajaran IPS melalui klarifikasi nilai VCT untuk meningkatkan proses dan hasil belajar pada siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur Tahun pelajaran 2012/2013 betul-betul karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali secara tertulis di acu dalam naskah ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terbukti
pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini Surakarta Yang membuat pernyataan Zidni commit to user
iv
Nim S86110802
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesunguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatau kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri. (QS ar-Ra’d [13]:11)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
elah Di Setujui eOl h Tim eP nguji zE zE zE
im S86110802
!
ÕÕ! 1102 08 0
!
{r. Hermanu Joebagio, M.Pd rof. rD . aH riyono, M.d P ! ! ! ! ! !
commit to user
! LSw
!
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji melimpahkan
dan puja hanya milik bagi Allah SWT, yang telah
karunia
dan
hidayahnya vi
kepada
penulis
sehingga
dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul implementasi pembelajaran IPS melalui klarifikasi nilai vct untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa SMPN1 Suralaga dapat terselesaikan dengan tepat waktu untuk memenuhi persayaratan mencapai magister pada program studi pendidikan Sejarah Program PascaSarjana universitas Sebelas Maret. Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik, tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu kiranya dalam pengantar ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian tesis ini, terutama: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penelitian 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan
kesempatan
mengikuti
pendidikan
pada
Program
Pascasarjana 3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah sekaligus pembimbing II yang telah banyak mendukung dan memberikan arahan sehingga tesis ini bisa terselesaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Profesor Dr, Hariyono, M,Pd selaku pembimbing 1 yang telah banyak memberikan arahan dan saran yang membangun sehingga penulis dapat meneyelesaikan tesis ini dengan baik. 5. Dr.Hermanu Joebagio, M,Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan saran sehingga tesis ini dapat terselesaikan vii 6. Segenap keluarga besar Program Pascasarjana Pendiddikan Sejarah Universitas
Sebelas Maret yang telah banyak mendukung dari segi fasilitas kampus 7. Kepala sekolah SMPN 1 Suralaga yang telah memberikan izin mengadakan penelitian 8. Keluarga tercinta yang telah banyak mendukung dan memberikan perhatian, dan doanya. 9. Rekan-rekan Program Pascasarjana Pendidikan Sejarah yang telah banyak membantu dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu sehingga tesis ini dapat teselesaikan dengan baik. Penulis berharap semoga bantuan, dukungan, yang diberikan dicatat dan menjadi amal ibadah disisi Allah SWT amin. Tesis ini tentunya banyak kekurangan, karena itu penulis berharap saran dan keritik dari berbagai pihak demi sempurnanya tesis ini dan menjadi masukan bagi penulis. Semoga tesis ini bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi penelitian sejenis. Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis ABSTRAK Zidni, S861108020, Implementasi Pembelajaran IPS Melalui Klarifikasi Nilai/VCT Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Ruang D Sekolah Menengah Pertamaviii Negeri 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur Tahun Ajaran 2012/2013. Tesis : Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. (1) Prof. Dr. Hariyono, M.Pd (pembimbing 1), (2), Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd (pembimbing II) Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar dengan menggunakan model pembelajaran klarifikasi nilai/VCT pada Pembelajaran IPS Siswa kelas VIII ruang D Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur Tahun Ajaran 2012/2013. Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin melalui empat tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII Ruang D Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan siswa perempuan 14 orang. Penelitian ini berlangsung selama 3 siklus dengan jumlah tatap muka setiap siklusnya sebanyak 2 kali. Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik wawancara; untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum melakukan tindakan, observasi, untuk mengamati proses belajar mengajar berlangsung, tes untuk mengetahui data hasil belajar siswa kelas VIII ruang D dan Angket untuk mengetahui tanggapan siswa setelah menggunakan model pembelajaran klarifikasi nilai /VCT dengan masing-masing tanggapan yaitu setuju, sangat setuju, sangat setuju dan sangat tidak setuju. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa melalui model pembelajaran klarifikasi nilai/VCT dengan metode percontohan dapat meningkatkan proses belajar dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII ruang D SMPN 1 Suralaga, kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur tahun ajaran 2012/2013. Hal tersebut terbukti dari hasil belajar siswa sebelum di berikan tindakan nilai rata-rata siswa mencapai 58,48 dengan persentase ketuntasan klasikal 48,27%. Tetapi setelah diberikan tindakan pada siklus 1 nilai rata-rata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa mencapai 74,4 dengan persentase ketuntasan klasikal 89,65%. siklus ke II nilai rata-rata siswa mencapai 89 dengan persentase ketuntasan klasikal (96,55%) dan siklus ke III meningkat dengan nilai rata-rata siswa 90 dengan ketuntasan klasikal mencapai (100%) tuntas. Kata kunci: Proses, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Klarifikasi Nilai/VCT ABSTRACT Zidni, S861108020,The Implementation Social Sociences Learning Through Value Clarification / VCT to ImprovexiProcess and Learning Outcomes Class VIII.D Grade Students of Junior High School 1 Suralaga East Lombok Academic Year of 2012/2013. Thesis: History of Education Program Graduate Program University of Surakarta of March, 2012. (1) Professor. Dr. Hariyono, M.Pd (first consultant), (2), Dr. Hermanu Joebagio, M. Pd (second consultant) This study aimed to Improve Processes and Learning Outcomes using learning model values clarification / VCT at IPS Learning space D Grade VIII Junior High School 1 Suralaga East Lombok Academic Year of 2012/2013. The research method used in this research was classroom action research. The procedure through four stages: research, planning, execution, observation, and reflection, the subjects were students of class VIII.D Junior Secondary School 1 Suralaga East Lombok by the number of students 29 people consisting of male students as female students 15 and 14 people. The study lasted for 2 cycles by the number of face-to-face at the first cycle two times and the second cycle 2 times face to face. Data collection techniques using interview techniques, to determine the initial conditions of students before taking action, observation, to observe the learning process takes place, the test to determine students’ learning outcomes data class VIII.D and Questionnaire to see what the students after learning models use the values clarification / VCT with each of the positive and negative responses. The conclusion of this study is that through learning model values clarification / VCT pilot method to improve learning social studies class VIII.D SMPN 1 Suralaga, Suralaga district, East Lombok academic year of 2012/2013. This was evident from the 29 students in the first cycle has an average value of 7.92 (62.1%) by the number of students who scored above 60 as many as 18 people and 11 students who scored less than 60. Second cycle increased the average number of students reached 8.21 (85.65%). Learning model values clarification / commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VCT IPS can improve learning outcomes in class VIII.D SMPN 1 Suralaga, Suralaga district, East Lombok academic year of 2012/2013. This is evidenced by the increase in the value of the average student in the pre-action reaches 58.48 with classical completeness percentage 48.27%. In the first cycle Increase to 74.4 with classical completeness percentage 93.10%, up to the second cycle to increase an average of 89 with classical completeness percentage (100%) complete. Key words: Process, Learning Outcomes, Learning Model Clarification Value / VCT DAFTAR ISI Halaman
x
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
iii
PERNYATAAN.................................................................................................. iv MOTTO ..............................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi KATA PENGANTAR........................................................................................ vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI .......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUA1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Identfikasi ....................................................................................
7
C. Rumusan Masalah .......................................................................
7
D. Tujuan Penelitian .........................................................................
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
digilib.uns.ac.id
E. Manfaat Penelitian .......................................................................
8
a. Manfaat Praktis .......................................................................
8
b. Manfaat Teoritis......................................................................
8
KAJIAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 1. Kajian Teori ............................................................................. 10 2. Ilmu Pengetahuan ................................................................... 10 2.1 Penegertian Ilmu Pengetahuan Sosial .............................. 10 2.2 Fungsi IPS Sebagai Pendidikan ........................................ 13 2.3 Tujuan Mata Pelajaran IPS ............................................ xi Clarification Technique (VCT 3. Model Pembelajaran Value
13
3.1 Pengertian Klarifikasi Nilai .............................................. 20 3.2 Model Belajar Mengajar VCT Dengan Metode Percontohan................................................................................ 30 4. Proses Pembelajaran............................................................... 33 1. Definisi Proses Belajar.................................................... 33 2. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar................................. 34 4 Hasil Belajar........................................................................
37
A. Penelitian Yang Relevan............................................................ 42 B. Kerangka Berpikir....................................................................... 43 C. Hipotesis Tindakan..................................................................... 45 BAB III
METODE PENELITIAN .............................................................. 46 A. Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................... 46 1. Lokasi Penelitian................................................................. 46 2. Waktu Penelitian.................................................................. 46 B. Subyek Penelitian....................................................................... 46 C. Rencana Tindakan...................................................................... 47 1. Persiapan Penelitian............................................................
48
2. Rencana Pelaksanaan Siklus 1 dan Daur Ulang Siklus II...
49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Tindakan Kelas Dalam Penelitian .....................................
50
4. Observasi.............................................................................
51
5. Refleksi ...............................................................................
52
D. Alur Penelitian........................................................................... 53 E. Tolak Ukur Keberhasilan...........................................................
55
F. Sumber Data..............................................................................
56
G. Tehnik Pengumpulan Data........................................................
57
1. Observasi.............................................................................. 57
BAB 1V
2. Wawancara .........................................................................
58
3. Dokumen............................................................................. xii
69
4. Tes ......................................................................................
59
5. Kuesioner ............................................................................
60
H. Validitas Data............................................................................
61
I. Tehnik Analisis Data................................................................
62
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................
65
A. Deskeripsi Hasil Penelitian.....................................................
65
1. Profil SMPN 1 Suralaga .....................................................
65
2. Keadaan Personil Siswa Dan Guru SMPN 1 Suralaga......
66
B. Deskripsi Tindakan................................................... .............
BAB V
68
1. Deskripsi Sebelum Tindakan..............................................
68
2. Deskeripsi Tindakan SiklusI...............................................
70
3. Deskripsi Tindakan Siklus II.............................................
80
4. Deskeripsi Tindakan Siklus III..........................................
90
C. Pembahasan ..............................................................................
97
KESIMPULAN IMPLIKASI SARAN......................................... 109 A. Kesimpulan............................................................................... 109 B. Impilkasi ................................................................................... 110 C. Saran ......................................................................................... 111 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Bagi Sekolah....................................................................... 111 2. Bagi Guru............................................................................ 111 3. Bagi Siswa........................................................................... 112 4. Bagi Penelitian Lain............................................................ 112 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 113 LAMPIRAN.......................................................................................................
DAFTAR TABEL
xiii Halaman Tabel 1. Data siswa dan guru SMPN 1 Suralag........................................... Tabel 2. Nilai Hasil Belajar IPS SMPN 1 Suralaga sebelum Tindakan....... Tabel 3. Rekapitulasi nilai post tes siklus 1 dan II..............................
67 70 75
Tabel 4. Hasil rekapitulasi siklus 1 post tes pertemuan 1 dan 2..............
75
Tabel 5. Hasil pengamatan proses pembelajaran pada siklus 1..............
77
Tabel 6. Hasil pengamatan proses pembelajaran secara keseluruhan.......
79
Tabel 7. Hasil Belajar pada siklus II............................................................
85
Tabel 8. Hasil pengamatan secara kelompok pada siklus II......................
87
Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus Ke III........................................
92
Tabel11. Hasil Pengamtan Secara Kelompok................................................
93
Tabel 12. Hasil Pengamatan Secara Iindividu...............................................
95
Tabel13.Peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII D sebelum tindakan, sesudah tindakan siklus I dan siklus II...................................................... Tabel 11. Hasil pengamatan proses pembelajaran siklus I II, III.................
commit to user
103 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
xiv
Halaman
Gambar 1. Desain model pembelajaran VCT...........................................
28
Gambar 2. Sekenario pembelajaran VCT metode percontohan................
31
Gambar 3. Kerangka berpikir...................................................................
44
Gambar 4. Model penelitian tindakan Kurt Lewin...................................
48
Gambar 5. Siklus I dan daur ulang Siklus II..................................... Gambar 6. Analisis data.................................................................... Gambar 7. Nilai rata-rata keaktifan siswa........................................... Gambar 8. Persentase ketuntasan klasikal..........................................
commit to user
52 64 104 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN xv A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah menengah yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran Ilmu pengetahuan sosial bertujuan agar anak didik memiliki kemampun, pertama; mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, kedua; memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan
kemanusiaan,
ketiga;
memiliki
kemampuan
berkomonikasi,
berkerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, tinggat lokal, Nasional, dan Global. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak pada rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memperhatinkan. Prestasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu sendiri. Dalam arti yang substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikir. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep atau fakta belaka, tetapi lebih merupakan
kegiatan internalisasi antar konsep guna menghasilkan
pemahaman yang utuh agar tercapai pembelajaran bermakna. Guru harus berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah di miliki siswa dan memadukannya dengan pengetahuan baru. Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Proses pembelajaran di pengaruhi oleh faktor intren dan faktor ektern. Faktor intern berasal dari diri siswa mencakup minat, keinginan, dan kecakapan belajar. Faktor ektern di antaranya guru dengan segala starateginya. Dalam mengemban tugas, guru menjadi kunci utama dalam proses pembelajaran karenanya ia selalu di tuntut melakukan inovasi baru agar siswa menjadi lebih semangat dalam belajar. Inovasi tersebut mencakup pemanfaatan media, model pembelajaran, pengelolaan kelas, merencanakan dan mengatur strategi dan metode yang tepat. Keberhasilan proses pembelajaran akan tercermin dari hasil belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Implementasi pembelajaran IPS di sekolah menengah SMPN 1 Suralaga dalam pelaksanaannya, siswa dalam proses belajar mengajar kurang antusias dalam mengikuti pelajaran IPS. Hal mendasar yang di keluhkan oleh guru IPS kelas VIII adalah pertama; kurang aktifnya siswa di saat proses kegiatan belajar mengajar kedua; menurunnya prestasi siswa pada pelajaran IPS. Dari sekian banyaknya siswa kelas VIII berjumlah 4 kelas. Diketahui bahwa dari siswa kelas VIII D sebanyak 29 siswa, hanya dua siswa yang aktif bertanya. Guru sudah berusaha memancing untuk aktifnya siswa namun tidak menjadikan siswa lebih antusias. Kurang aktifnya peserta didik tersebut bedampak pula pada prestasi belajar siswa. Dari 29 siswa kelas VIII D yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) adalah 30%. Kriteria Ketuntasan Minimum yang di harapkan sekolah 70 belum sepenuhnya tuntas. Berdasarkan observasi di ketahui bahwa faktor yang menyebabkan kurang aktifnya siswa dan rendahnya prestasi siswa adalah karena faktor intern dan faktor ekstren. Faktor intern, siswa kurang menyenangi pelajaran IPS, kesannya IPS hanya pelajaran hafalan dan membosankan. Faktor ekstern guru kurang memaksimalkan media dan strategi, lebih dominan menggunakan metode konvensional. Metode cermah bisa saja salah satu alternatif untuk membangkitkan semangat dan gairah siswa dalam proses belajar tetapi lebih mendominasi kepada guru sehingga kesannya siswa ngantuk dan jenuh. Apa yang di harapkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tidak mencapai target yang di harapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari uraian tersebut dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan (Slameto, 2010:97). Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Diantaranya tugas guru adalah menerapkan metode yang tepat sehingga tercipta suasana yang menyenangkan selama proses pembelajaran atau dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Model pembelajaran klarifikasi nilai adalah salah satu pendekatan dalam upaya meningkatkan gairah dan semangat siswa dalam proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa agar tercapai target yang di harapkan sekolah dan siswa sendiri. Pendidikan tidak hanya berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis), yang lebih besifat mengembangkan intellegence quotient (IQ) saja tetapi harus berorentasi juga pada emotional intellegence (EQ) dan spiritual intellegence(SQ). Pembelajaran di berbagai sekolah, bahkan perguruan tinggi, lebih menekankan pada perolehan nilai ulangan maupun ujian. Banyak guru yang berpandangan bahwa peserta didik dikatakan baik kompetensinya apabila nilai hasil ulangan atau ujiannya tinggi. Pembelajaran juga harus bebasis pada perkembangan soft skill (interaksi sosial) karena sangat penting dalam pembentukan karakter anak bangsa yang mampu bersaing dan beretika dengan baik (Jamal Makmur Asmani, 2012 : 22) Mengingat ilmu pengetahuan sosial adalah sarat akan nilai-nilai yang menyumbangkan keberhasilan sesorang baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Ilmu pengetahuan sosial merupakan pelajaran yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pengetahuan nilai, sikap, dan keterampilan sosial. Dengan pengembangan pelajaran IPS yang tepat maka dapat mengarahkan siswa menjadi warga negara yang baik. Dari gambaran di atas, tujuan dan dasar menggunakan pendekatan klarifikasi nilai adalah secara khusus, pertama untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar-mengajar yaitu siswa menjadi lebih gairah dan semangat dalam mengikuti pelajaran IPS, dan kedua; untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII D sekolah menengah pertama Negeri 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Mengingat mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik. Dengan tujuan, membelajarkan IPS kepada peserta didik, adalah
agar setiap peserta didik
menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik berkemampuan berfikir matang untuk menghadapi dan memecahkan masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya (Direktorat, 2004: 15). Untuk mencapai tujuan tersebut di perlukan suatu pendekatan untuk merangsang dan menanamkan nilai kepada peserta didik agar tidak terjerumus kepada hal yang negatif. Dari uraian tersebut peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yakni model pembelajaran klarifikasi nilai VCT. Menurut Kosasih Djahiri (1992), dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena; pertama, mampu membina commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan mempribadikan nilai dan moral; kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan
isi
pesan
materi
yang
disampaikan;
ketiga
mampu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya; kelima, mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan; keenam, mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai moral yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang; ketujuh, menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi. Penelitian
mengenai
VCT pernah
di
lakukan
sebelumnya
oleh
Wahyuningtias 2006 yaitu tentang pengunaan model pembelajaran VCT dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajara PKn ( Studi deskeriptif penggunaan model VCT model Geme role playeng pada siswa kelas 1 di SMA Negeri Banjar) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran VCT model game role playing dapat membangkitkan siswa untuk belajar aktif. Karena dalam VCT model game menuntut kerja sama dan kesolidaritas antar potensi siswa dalam menggambarkan peristiwa yang tercipta dalam kemampuan dalam mengahyati dan menjiwai peran yang di lakoni oleh tiap anggota yang dalam kelompoknya. Mengingat VCT adalah sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Perbedan penelitian ini adalah peneliti menggunakan model VCT model percontohan. Di lihat dari prosesnya VCT berfungsi untuk: (a) mengukur atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; (b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; (c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan pendekatan klarifikasi nilai yaitu sebagai pendekatan untuk meninggkatkan proses dan hasil belajar siswa. Dengan topik penelitian: meningkatkan proses dan hasil belajar pada siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur dengan menggunakan model/ pendektan klarifikasi nilai (VCT).
A. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di rumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS 2. Budaya belajar lebih di tandai oleh budaya hafalan daripada budaya berpikir, akibatnya siswa mengganggap bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran hafalan 3. Dalam
proses
belajar
mengajar
guru
masih
menggunakan
metode
konvensional, ceramah sehingga peserta didik menjadi jenuh dan bosan. 4. Siswa masih di anggap sebagai objek belajar yang tidak memiliki potensi atau pengetahuan 5. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di rumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pembelajaran IPS melalui klarifikasi nilai dapat meningkatkan proses belajar pada siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga Lombok Timur? 2. Bagaimanakah klarifikasi nilai pada pembelajaran IPS dapat berpengaruh meningkatkkan hasil belajar pada siswa SMPN 1 Suralaga? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan Rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskeripsikan
pembelajaran
IPS
melalui
klarifikasi
Nilai
untuk
meningkatkan proses belajar pada siswa kelas VII SMPN 1 Suralaga 2. Mendeskeripsikan pengaruh penerapan klarifikasi nilai pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VII SMPN 1 Suralaga
E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini di harapkan bisa bermanfaat baik secara Teoritis maupun Peraktis. Secara Teoritis : 1. Memberikan manfaat untuk menjelaskan konseptual tentang klarifikas nilai terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di sekolah menengah pertama Negeri 1 Suralaga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Di harapkan dapat di jadikan masukan bagi penelitian sejenis atau penelitian lanjutan demi pengembangan ilmu pengetahuan Manfaat Praktias: Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan kepada; 1. Bagi siswa, melalui penelitian ini siswa dapat memahami bahwa pembelajaran IPS sangat penting dan harus di pelajari. Guna menambah wawasan serta meningkatkan proses belajar, dengan demikian hasil belajar siswa baik dan memuaskan 2. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai rujukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan klarifikasi nilai dan khususnya mata pelajaran IPS. 3. Menjadi masukan untuk meninggkatkan pemahaman guru terhadap pentingnya meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses belajar-mengajar sehingga
prestasi siswa pada pembelajaran IPS dapat meningkat. 4. Memberikan masukan yang berguna bagi sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga di Kabupaten Lombok Timur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 11 LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) 1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Istilah IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia mulai di kenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komononitas akademik dan secara formal mulai di gunakan dalam sistem pendidikan Nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dukumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang di berikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang sudah terintegrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Nama IPS ini sejajar dengan nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang di singkat IPA sebagai integrasi dari nama mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika. Menurut Somantri, penggunaan istilah IPS dan IPA di maksudkan untuk membedakannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan nama-nama disiplin ilmu di Universitas. Ciri khas IPS dan IPA sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisian materi/bahan pelajaran di sesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau panduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosilogi, antropologi dan psikologi sosial. Nu’man Soemantri mengatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmuilmu sosial yang di sederhanakan untuk pendidikan tingkat, SLTP, dan SLTA. Penyerderhanaan mengandung arti: (a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya di pelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berpikir siswa lanjutan, (b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehinggga menjadi pelajaran yang mudah di cerna. Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya, IPS berkenan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya, memanfaatkan sumberdaya yang ada di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahnya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada tingkat menengah ruang lingkup pengajaran IPS sudah terpadu. Untuk jenjang sekolah menengah SMP/MTS pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan korelasi (correlated), artinya materi pelajaran di kembangkan dan susun mengacu pada disiplin ilmu secara terbatas kemudian di kaitkan dengan aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karaktristik usia, tingkat perkembangan bepikir dan kebiasaan bersikap dan berperilaku. Dalam dokumen permendiknas (2006) bahwa IPS untuk SMP/MTS mengkaji seperangkat pristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTS mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, antropologi dan ekonomi. Dari ketentuan ini maka secara konseptual, materi pelajaran IPS di SMP sudah mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu. Namun ada ketentuan bahwa melalui mata pelajaran IPS, peserta didik di arahkan untuk dapat menjadi warga negara Indosesia yang demokrasi, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pendekatan terpadu di landasi oleh landasan normatif dan peraktis. Landasan normatif menghendaki bahwa pembelajaran terpadu hendaknya di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
laksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan-tujuan pembelajaran. Sedangkan landasan praktis menghendaki bahwa pembelajaran terpadu dilaksanakan memperhatikan setuasi dan kondisi peraktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaannya mencapai hasil yang optimal (Trianto, 2007; 21-22). Pengertian IPS terpadu menurut Nursid Sumaatmaja (2003:124) meliputi perpaduan mikro dan perpaduan makro. Mikro karena banyaknya aspek dalam kehidupan masyarakat yang saling mengkait dan dapat di telaah dari berbagai cabang ilmu sosial, contohnya konsep dasar ilmu interaksi sosial dapat dipadukan dari pengertian sosiologi, antropologi, sejarah, geografi, ekonomi maupun ilmu politik. Perpaduan makro merupakan perpaduan materi atau konsep dasar dari berbagai ilmu sosial untuk memecahkan masalah dalam masyarakat yang semakin kompleks. 1.2 Fungsi IPS sebagai pendidikan Fungsi IPS sebagai pendidikan yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna untuk masa depannya, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan pendidikan Nasional. IPS merupakan salah satu pelajaran yang di berikan di SMP yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, antropologi dan ekonomi. Melalaui mata pelajaran IPS, anak di arahkan untuk dapat menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. 1.3 Tujuan mata pelajaran IPS Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki kemampuan berkomonikasi, berkerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tinggkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup IPS dapat terlihat nyata dari tujuannya. Sampai saat ini memiliki lima tujuan yaitu: a. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang ilmu-ilmu sosial jika nantinya masuk perguruan tinggi b. IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik c. IPS yang hakekatnya merupakan suatu kompromi antara satu dan dua tersebut di atas d. IPS mempelajari masalah-masalah sosial yang pantang untuk membicarakan di muka umum e. Menurut pedoman khusus bidang studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi yang di pilih, di saring dan di singkronkan kembali pada sasaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran IPS mengarah kepada dua hal yaitu pertama; pembinaan warga negara indonesia atas dasar pancasila/UUD 1954 kedua: sikap sosial yang yang rasional dalam kehidupan . Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998): a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiriagar
survive
yang
kemudian
bertanggung
jawab
membangun
masyarakat. Pembelajaran menurut Resnik yang di kutip oleh (Martorella 1991), di jelaskan bahwa pembelajaran tidak dapat di artikan secara sederhana sebagai alih informasi pengetahuan dan keterampilan kedalam benak siswa, tetapi yang sayogyanya membantu siswa menempatkan diri dalam setuasi di mana mereka mampu melakukan konsruksi-konstruksi pemikirannya dalam setuasi wajar, alami dan, mampu mengereksi dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan dan mampu melaksanakannya. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran selain harus memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif juga harus di sesuaikan dengan tinggkat perkembangan siswa itu sendiri. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan IPS sekolah menengah guru hendaknya menerapkan belajar aktf, yakni pembelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental, fikiran dan sikap sosial yang tinggi. Proses pembelajaran IPS di Sekolah tampak semakin kuat pengaruh untuk mempersiapkan siswa supaya berhasil dalam ujian nasional dengan mendapatkan skor yang tertinggi, kondisi itu tidak hanya tampak perilaku pada siswa akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tetapi kepada guru dan kebijakan kepala sekolah akibatnya proses pembelajaran di tekankan kepada penguasaan bahan sebanyak-banyaknya, sehingga penggunaan metode ceramah lebih banyak di lakukan dan di pandang lebih efektif untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga perlu di tuntut menggunakan media untuk memancing aktivitas siswa dan lebih aktif dalam proses belajar. Agar siswa lebih aktif dan kreatif serta merasa di beri tanggung jawab, moril maka media pendekatan
klarifikasi nilai merupakan salah satu media membangkitkan
semangat, dan mengembangkan kemampuan siswa. Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang di rancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami sisiwa (Winkel, 1991). Sementara Gagne (1985), mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna, dalam pengertian lainnya, Winkel (1991) mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-kondisi ekstrim sedemikian rupa, sehingga menunjang proses belajar siswa dan tidak menghambatnya. Salah satu pengertian pembelajaran seperti yang di kemukakan oleh Gagne (1977) akan lebih memperjelas makna yang terkandung dalam pembelajaran: intructionalhas a set of external events design to support the several procesess of learning, whic are internal. Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang di rancang untuk mendukung untuk beberapa proses belajar yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sifatnya internal. Lebih lanjut Gagne (1985) mengemukakan sutau definisi pembelajaran yang lebih lengkap: instruction is intended to promote learning, external processing that constitutes each learning event. Pembelajaran di maksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus di rancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar. Miarso dalam (Eveline & Nara Hartini 2010: 13) menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha pendidikan yang di laksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah di tetapkan terlebih dahulu sebelum proses di laksanakan, serta pelaksanaannya terkendali. Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah di kemukakan, maka dapat di simpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut: a. Merupakan upaya sadar dan di sengaja. b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar c. Tujuan harus di tetapkan terlebih dahulu sebelum proses di laksanakan d. Pelaksanaanya di terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa perinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran di bangun atas dasar prinsip-prinsip yang di tarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila di terapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil-hasil yang lebih optimal. Gagne
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam (Eviline Sringer, 2010:16). Mengemukakan sembilan perinsip yang dapat di lakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut : a. Menarik perhatian (gaining attention ): hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks. b. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): memberitahukan kemampuan yang harus di kuasi siswa setelah selesai mengikuti pelajaran c. Mengingatkan konsep/perinsip yang telah di pelajari (stimulating recall or prior learning): merangsang ingatan tentang pengetahuian yang telah di pelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang di baru. d. Menyampaikan materi
pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan
materi- materi pembelajaran yang telah di rencanakan e. Memberikan bimbingan belajar yaitu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/ alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik. f. Memperoleh kinerja /penampilan siswa (eliciting performance): siswa di minta untuk menunjukkan apa yang telah di pelajari atau penguasaannnya terhadap materi g. Memberikan balikkan yaitu memberikan seberapa jauh ketepatan perpormance siswa. h. Menilai hasil belajar (assesing perpormance): memberikan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing reention and transfer): merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau memperaktikkan apa yang telah di pelajar Dari uraian di atas dapat di simpulkan pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang di rancang untuk mendukung peroes belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ektrem yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa ( Winkeal,1991: 17) 2. Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT ) 2.1 Pengertian Klarifikasi Nilai Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang din gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lainnya ( Joyce, 1992: 4). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Suekamto (dalam Trianto, 2007: 5) mengemukakan maksud dan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Sedangkan metode adalah cara yang di gunakan untuk menyampaikan materi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelajaran dalam upaya mencapi tujuan kurikulum. Suatu mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu. Dewasa ini, keaktifan siswa belajar mendapatkan tekanan utama di bandingkan keaktifan siswa yang bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing siswa. Karena itu, istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya di ganti dengan istilah starategi pembalajaran yang menekankan pada kegiatan siswa. Fungsi metode pendidikan adalah mengarahkan untuk keberhasilan belajar siswa dan memberikan kemudahan pada peserta didik. Tugas utama guru adalah membuat perubahan tingkah laku, sikap, minat anak didik kepada perubahan nyata. Model pembelajaran IPS yang di implementasikan saat ini masih bersifat konvensional secara umum di pakai, sehingga siswa sulit pelayanan secara optimal. Dengan pembelajaran seperti ini akan terlihat jelas siswa kaku dan kesannya mengantuk. Pembelajaran tersebut bisa juga akan menimbulkan perbedaan individual siswa di kelas tidak dapat terakomodikasi dengan baik sehingga tidak tercapai tujuan- tujuan spesifik pembelajaran terutama pada siswa yang memiliki kemampuan rendah. Pembelajaran IPS saat ini juga menekankan pada aspek kebutuhan formal di bandingkan kebutuhan riil siswa, guru perannya sebagai pembimbing dan pendorong seakan sebagai alih imformasi materi kepada peserta didik. Akibatnya siswa merasa bosan dan mengantuk setiap pelajaran IPS berlangsung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berangkat dari permasalahan tersebut peneliti mnecoba menerapkan dan menggunakan model pembelajaran dengan tujuan siswa merasa di beritanggung jawab dan aktif dalam proses belajar-mengajar. Menurut Kosasih Djahiri (1992), dianggap unggul untuk pembelajaran afektif. VCT merupakan metode menanamkann nilai (values) dengan cara sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh kejelasan/kemantapan nilai. Teknik yang digunakan dalam VCT bisa berupa angket dan tanya jawab (Abdul Gafur, 2006: 6). Lahirnya metode ini merupakan upaya untuk membina nilai-nilai yang diyakini, sehubungan dengan timbulnya kekaburan nilai atau konflik nilai di tengah-tengah kehidupan masyarakat (Soenarjati Cholisin, 1986: 124). Melalui pembelajaran dengan VCT siswa diajarkan untuk: (1) memberikan nilai atas sesuatu, (2) membuat penilaian yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, (3) memiliki kemampuan serta kecenderungan untuk mengambil keputusan yang menyangkut masalah nilai dengan jelas, rasional dan objektif, dan (4) memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Klarifikasi nilai (VCT) adalah nama dari suatu strategi pembelajaran atau pendekatan yang di gunakan untuk pendekatan nilai dan afektif. VCT dikenal sebagai tehnik pembinaaan nilai pada kurikulum tahun 1975. Teori klarifikasi nilai merupakan teori yang menempatkan pada suatu persamaan individu dalam mengambil suatu keputusan tentang nilai. VCT juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang dimana bertujuan untuk membantu mendapatkan kesadaran tentang nilai-nilai. Proses Klarifikasi Nilai atau VCT di ajarkan dalam bentuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
simulasi dan seperangkat aktivitas. Strategi ini dapat memberikan anak didik suatu alternaif dan mendorong mereka bertindak secara sadar dan menemukan nilai-nilai mereka. Melalui pendekatan ini di harapkan siswa aktif serta kreatif dalam menemukan masalah-masalah sosial. VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan bahwa Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: (a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; (b) membina kesadaran siswa tentang nilainilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; (c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116) menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil
keputusan
terhadap
suatu
nilai
umum
untuk
kemudian
dilaksanakannya sebagai warga masyarakat. Pendekatan bermakna: usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau metode untuk mencapai pegertian tentang masalah penelitian, ancangan. Klarifikasi bermakna pejernihan, penjelasan
dan
pengembalian
kepada
yang
sebenarnya. Pendekatan
pendidikan nilai dianggap sebagai cara menyikapi atau sudut pandang yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi dasar atau source d al am merekayasa pembelajaran nilai berlangsung dalam layak, benar dan sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional. Gambaran dasar dari klarifikasi nilai adalah pandangan bahwa generasi muda dewasa ini hidup dalam satu dunia yang baru complicated yang di buat rancu oleh berbagai perspektif nilai yang terlefleksi dalam kehidupan religi, politik, kode moral, ataupun ideologi yang berkembang di masarakat yang di dukung materi yang heterogen dan individu yang di hubungkan dengan nilai itu sendiri. Harmin dan Simon dengan bukunya Values and Teaching mereka menyatakan ada tiga proses di mana nilai-nilai dapat di temukan melalui choocing (memilih), prizing (menilai) dan acting (aplikasi) tahun 1966 kemudian di perbaharui lagi pada tahun 1975 menjadi thinching (berpikir), feeling ( perasaan, nilai dan tingkah laku mereka sendiri). Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) menurut Nurul Zuriah
yaitu
pendekatan
ini
bertujuan
menumbuhkan
kesadaran
dan
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain, selain itu juga pendekatan ini membuat perserta didik dalam menggunakan kemampuan berpikir rasional dan emosional dalam menilai perasaan, nilai dan tingkah laku mereka sendiri. Klarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Menurut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kosasih Djahiri (1985) model pembelajaran VCT meliputi; metode percontohan; analisis nilai; daftar/matriks; kartu keyakinan; wawancara, yurisprudensi dan teknik inkuiri nilai. Selain itu dikenal juga dengan metode bermain peran, diskusi, curah pendapat. Metode dan model di atas dianggap sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran. Pendekatan klarifikasi nilai (falues clarification approach) memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang-tentang nilai-nilai mereka sendiri. Dalam peroses pengajarannya, pendekatan ini menggunakan metode: dialong, menulis, diskusi dalam kelompok besar atau kecil, dan lain-lain (Raths,et.al.,1978). Pendekatan ini memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya di miliki oleh seseorang. Nilai bersifat subjektif, di tentukan oleh sesorang berdasarkan kepada berbagai latarbelakang pengalamannya sendiri, tidak di tentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Langkah Pembelajaran Model VCT Berkenaan dengan teknik pembelajaran nilai Jarolimek merekomendasikan beberapa cara, antara lain: a. Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group evaluation) Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi atau tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarahkan kepada keinginan untuk perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik.
2.
Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik
3.
Peserta didik merespon pernyataan guru
b. Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada tujuan yang diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam materi tersebut. TeknikLecturing Teknik lecturing, dilalukan guru dengan bercerita dan mengangkat apa yang menjadi topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain: 1) Memilih satu masalah /kasus/kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat guru. 2) Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan kode 3) Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi kelompok untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian tersebut c. Teknik menarik dan memberikan percontohan Dalam teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary behavior), guru memberikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik ataupun kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik tuntut untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus, dilarang, dan sebagainya. e. Teknik Tanya Jawab Teknik Tanyajawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
sedangkan
peserta
didik
aktif
menjawab
atau
mengemukakan pendapat pikirannya. f. Teknik menilai suatu bahan tulisan: Teknik menilai suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode (misal: baik,buruk, benar tidak benar, adil tidak-adil dll). Cara ini dapat dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap penilaian. e. Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games). Dalam pilihan ini guru dapat menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan. Dalam pembelajaran IPS tujuan penggunaan model klarifikasi nilai VCT adalah, dapat membantu siswa dalam mencari dan menentukan nilai mereka sendiri. dimana yang dianggapnya baik dalam mempelajari suatu peristiwa dalam pelajaran IPS melalui analisis dan mengklarifikasikan nilai yang ada dalam diri dan tertanam pada diri siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut A. Kosasih Djahri (1996) dalam Martiyono (2010: 136) langkahlangkah pelaksanaan model VCT (Value Clarification Tecnihnique) mengikuti desain sebagai berikut:
Desain/skenario pembelajaran model vct
Target nilai&moral
Pelaksanaan pembelajaran model VCT
Proses klarifikasi diri dan nilai
Penyimpulan dan pengarahan kembali
Tindak lanjutan/
Performing
petunjuk studi
/acting/ Behaving
lanjutan&penerapan /pembakuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pembelajaran model vct antara lain; 1. Hindari penyampaian pesan melalui proses pemberian nasehat, yaitu memeberikan pesan-pesan moral yang menurut guru di anggap baik 2. Jangan memaksa siswa untuk memberikan respons tetentu apabila memang siswa tidak menghendaki 3. Usahakan dialong di lakukan secara bebas dan terbuka sehingga siswa akan mengungkapkan perasaannya secara jujur dan apa adanya 4. Dialong dilakukan kepada individu, bukan kelompok 5. Hindari respon yang dapat menyebabkan siswa terpojok sehingga ia menjadi defenitif 6. Tidak memmaksa siswa pada pendirin tertentu. 7. Jangan mengorek alasan siswa secara mendalam (wina sanjaya,2008: 285) Model pembelajaran vct memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam mennetukan sikap terhadap suatu persoalan nilai yang dihadapi dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari secara berualang-ulang sehingga memungkinkan terbentuknya suatu kebiasaan. Hal itu sangat penting bagi terbentuknya kepribadian . Kelemahan model vct menurut Darmiyati Zuchdi (2008: 10) adalah tidak mampu menolong murid-murid mengatasi pertentangan nilai karena klarifikasi nilai dapat berimplikasi pada realtivisme nilai dan menganggap semua nilai sama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu modifikasi perilaku yang kompleks karena menyangkut ide dan penerapannya sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan persiapan yang matang dan dukungan yang benar-benar profesional. Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa klarifikasi nilai bermakna menjelaskan, memberikan kesadaran kepada siswa, mengembalikan nilai-nilai yang sebenarnya sesuai dengan pendidikan nasional.
2.2 Model Belajar Mengajar VCT dengan metode percontohan Metode percontohan yang berpola pada suatu contoh perbuatan yang kemudian dijadikan sebagai bahan stimulus untuk melakukan nilai kajian moral secara mendalam. Contoh yang diangkat sudah memperhatikan realistiknya dalam kehidupan sehari-hari dan dipilih berdasarkan pertimbangan, begitu pula sudah memenuhi target ideal nilai dan materi pelajaran IPS antara lain suatu peristiwa tertentu. Atau cerita rekaan yang sudah yang sangat memungkinkan sangat terjadi Prosedur pembelajarannya meliputi: a.
Penyampaian contoh, bisa dilakukan dengan memperagakan, membacakan sebaiknya dilakukan oleh siswa.
b.
Penggalian nilai yaitu, pandangan subyek didik tentang contoh tersebut yang akan menunjukkan nilai yang di jadikan dasarnya, antara lain dengan siswa memperhatikan, mengamati, mendengarkan, menghayati, berajinasi, bereaksi dengan memberikan komentar dan pendapatnya secara langsug, dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan secara secara individu, maupun dalam kelompok melalui diskusi kelompok. c.
Kegiatan pendalaman Model VCT melalui model percontohan, dimana stimulus di berikan kepada
siswa berupa keadaan/ perbuatan yang memuat nilai-nilai kontras sesuai dengan target atau tema dalam pelajaran IPS. Langkah-langkah dalam proses pembelajaran model VCT melalui metode percontohan , Kosasih Djahari ( 1985: 61) memafarkan sebagai berikut : 1. Lontarkan stimulus melalui pembacaan oleh guru di ambil dari buku atau guru sendiri. 2. Berikan beberapa saat anak berdialong sendiri atau dengan sesama. 3. Langkah dialong terpimpin melalui pertanyaan guru baik secara individual dan kelompok 4. Fase kegiatan belajar mengajar (KBM) menetukan argumen klarifikasi nilai 5. Fase pembuktian dan argumen 6. Fase penyimpulan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat dalam bentuk bagan di bawah ini: Desain/ sekenario model pembelajaran klarifikasi nilai/vct –metode percontohan Lontarkan stimulus dengan memutarkan vidio
commit to user
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Respon siswa
Fase KBM penentuan argumen dan kalrifikasi pendirian Fase pembuktian/pe mbahasan
kesimpulan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran VCT dengan metode percontohan dengan langkah- langkah pemebalajaran sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan dalam pelajaran IPS salah satunya materi sejarah b. Membuat instrumen untuk mengetahui keberhasilan dalam proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran VCT melalui metode percontohan c. Mempersiapkan lembar observasi dengan tujuan mengukur keaktifan siswa di kelas d. Menyiapkan media stimulus untuk ber - VCT seperti vidio, lembar kerja siswa, buku paket IPS kelas VIII SMPN 1 Suralaga. 2. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam proses belajar mengajar peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengapsensi kehadiran siswa . b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan di capai c. Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber VCT d. Melontarkan setimulus yang sudah di persiapkan dengan metode percontohan berupa pemutaran Vidio kaitannya dengan materi pelajaran IPS e. Melontarkan setimulus yang sudah di persiapkan dengan metode percontohan berupa pemutaran Vedio kaitannya dengan materi pelajaran IPS f. Melontarkan stimulus selanjutnya dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru dengan tujuan memancing keaktifan siswa di kelas g. Membagi siswa menjadi 5 kelompok h. Menentukan klarifikasi nilai dari masing-masing kelompok untuk dapat memadukan nilai yang sudah dimiliki siswa dan nilai yang baru di terima dengan cara menganalisis i.
Guru memimpin dialong atau diskusi baik secara kelompok dan individu
j. Guru bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan 3. Proses Pembelajaran IPS 1. Definisi peroses belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa Latin “ procesus yang berarti berjalan kedepan. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan untuk mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses adalah Any change in ani object or organism, particularly a behavioral a psycologokal change (proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Proses berarti cara-cara atau langkah-lanagkah yang dengan beberapa perubahan di timbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988). Istilah perubahan dapat di pakai sebagai padanan kata proses. Jadi proses belajar dapat di artikan sebagai tahapan perubahan perilakau kongnitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. 2. Tahap-tahap dalam Proses Belajar Belajar merupakan
aktivitas yang berproses, sudah tentu didalamnya
terjadi perubahan-perubahan yang bertahap-tahap yang antara satu dengan yang lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Witting (1981) dalam bukunya psicologi of Learning , setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: a. Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi) b. Strorage (tahap penyimpanan informasi) c. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada tingkatan aquition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi anatara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquision dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan prilaku baru yang ia proleh ketika menjalani proses acquisition. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori. Dalam tingkatan retrieval seorang siswa akan mengakibatkan kembali sistem-sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respon atas stimulus yang sedang dihadapi. Menurut Bandura (1977) setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi: a. Tahap perhatian (attentional phase) b. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase) c. Tahap reproduksi (reproduction phase) d. Tahap motivasi (motivation phase) Tahap perhatian; pada tahap ini para siswa/para peserta didik pada utamanya memusatkan perhatian pada objek materi atau perilaku mdel yang lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menarik terutama karena keunikannya di banding dengan materi atau perilaku yang lain sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian para pesrta didik, guru dapat mengespresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh prilaku tertentu. Tahap penyimpanan dalam ingatan. Pada tahap perilakunya, informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu di tangkap, di proses dan di simpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang di contohkan apabila di sertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat. Tahap reproduksi. Pada tahap ini segala bayangan/citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori dalam peserta didik itu di peroduksi kembali. Untuk mengidentifiikasi tingkat penguasaan peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap misalnya dengan menggunakan sarana post test. Tahap motivasi. Tahap terahir dalam proses terjadinya peristiwa atau prilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcemen, penguatan bersamanya segala informasi dalam memori dalam peserta didik. Pada tahap ini guru di anjurkan untuk memberi pujian, hadiah atau nilai tertentu kepada peserta didik yang berkinerja memuaskan. Kepada mereka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang belumnya menunjukkan kinerja yang memuaskan perilaku diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan model (guru) bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya di tunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi atau perilaku tersebut. Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses
dan
merupakan
unsur
yang
sangat
fundamental
dalam
penyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau kelurganya sendiri. 4. Hasil Belajar Siswa Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek lain yang ada pada individu belajar Sudjana (2000: 5). Whittaker dalam Djamarah (2002: 12) merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang di hasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pemebelajaran yang bertujuan/ direncanakan (Gagne 1977 dalam Evila Siregar& Hartini Nara, 2011: 4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari uaraian diaatas dapat di simpulkan bahwa belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku pada diri seseorang dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Dengan memahami kesismpulan di atas, setidaknya belajar memiliki ciriciri sebagai berikut: e. Adanya kemammpuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat penegetahuan (kongnitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif). f. Perubahan tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat di simpan. g. Perubahan terjadi tidak begitu saja, melainkan dengan usaha h. Perubahan tidak semata-mata di sebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan dan lainnya. Di dalam belajar terdapat prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan, Dalyono (2005: 51-54) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: 1. Kematangan jasmani dan rohani Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu setelah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. 2. Memiliki kesiapan Setiap orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup, baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. 3. Memahami tujuan Setiap orang yang belajar harus memahami tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang pelajar agar proses yang dilakukannya dapat selesai dan berhasil 4. Memiliki kesungguhan Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. 5. Ulangan dan latihan Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. 1. Karaktristik Perubahan Hasil Belajar Setiap perilaku belajar selalu di tandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Di antara ciri-ciri prubahan khas yang menjadi karaktristik perilaku belajar yang terpenting adalah: a. Perubahan Intusional
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau peraktik yang di lakukan dengan sengaja dan di sadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa menyadari akan adanya perubahan yang dialami dan sekurang-kurangnnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya seperti penambahan pengetahuan tertentu, keterampilan. Perilku belajar menghendaki perubahan pada yang di sadari, ia juga di arahkan pada tercapainya perubahan tersebut. Kesengajaan belajar Menurut Anderson (1990) tidak penting, yang penting adalah cara mengelola informasi yang di terima pada waktu peristiwa belajar terjadi. b. Perubahan positif- Aktif Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni di perolehnya sesuatu yang baru seperti pemhaaman keterampilan baru yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelunya. Adanya perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan. c. Perubahan efektif punsional Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif yakni berhasil berguna, artinya perubahan tersebut membawa pengaruh makna dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila di butuhkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perubahan efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil ahkir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya (Djamarah, 2000: 25). Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sukmadinata (2007: 102) mengatakan hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan hasil belajar menurut Arikunto (2001:63) sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, dan tes ahir . Dari uaraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan dengan angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu yang didapat. Hasil belajar yang tinggi atau rendah menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam proses pembelajaran. B. penelitian yang Relevan Pendekatan klarifikasi nilai mempunyai kontribusi untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dengan merujuk pada penelitian yang berjudul: 1. Wahyuningtias 2006 yaitu tentang pengunaan
model pembelajaran VCT
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajara PKn ( Studi deskeriptif penggunaan model VCT model Geme role playeng pada siswa kelas 1 di SMA Negeri Banjar) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran VCT model game role playing dapat membangkitkan siswa untuk belajar aktif. Karena dalam VCT model game menuntut kerja sama dan kesolidaritas antar potensi siswa dalam menggambarkan peristiwa yang tercipta dalam kemampuan dalam mengahyati dan menjiwai peran yang di lakoni oleh tiap anggota yang dalam kelompoknya. 2. Penelitian Tesis (Martiono 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Value Clarification Technique commit to user
dan konsiderasi dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi secara signifikan terhadap keperibadian peserta didik SMP Negeri VII di Kabupaten Kebumen. Kecerdasan Spritual dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap kepribadian peserta didik SMP Negeri kelas VII Kabupaten Kebumen. Interaksi anatara model pembelajaran, kecerdasan Emosional dan kecerdasan sepritual dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap kepribadian peserta dididk SMP Negeri kelas VII Kabupaten Kebumen. 3. Suwiyadi 2005, penggunaan metode VCT dengan Kartu Keyakinan (evidence card) terhadap prestasi belajar siswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran PPKN dengan menggunakan metode VCT dengan Kartu Keyakinan dapat, meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 3 SMP Negeri 4 Balik Papan tahun ajaran 2005-2006. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah bahwa peneliti menggunakan model klarifikasi nilai/VCT model percontohan pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII ruang D Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timu tahun ajaran 2012-2013. 4. Sosialisasi jender melalui model pembelajaran PPKN dengan menggunakan strategi klarifikasi nilai pada siswa sekolah dasar. Soedarsih dan Rr.Nanik Setyowati Dosen jurusan PMP-Kn FIS Universitas Negeri Surabaya. C. Kerangka Berfikir Prosedur penelitian tindakan ini merupakan siklus dan
di laksanakan
sesuai dengan perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Di perlukan evaluasi awal untuk mengetahui penyebab rendahnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keaktifan dan sikap siswa. Dan observasi awal sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat di gunakan melengkapi kajian teori yang ada. Tindakan kelas yang di laksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas melalui strategi. Pendekatan, metode dan tehnik pengajaran yang tepat dengan penerapan kondisional yang mengacu pada perencanaan tindakan yang telah tersusun sebelumnya. Dalam setiap tindakan penelitian akan mengamati reaksi siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang di lakukan di depan kelas. Dalam sekali tindakan biasanya permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian sehingga siklus tersebut harus terus berulang sampe permasalahan tersebut teratasi.
Bagan Kerangka Berpikir Kondisi awal
Tindakan
Tindakan akhir
1. Siswa tidak aktif
Belum menggunakan pendekatan
Pendekatan klarifikasi nilai dengan metode percontohan Di duga pembelajaran IPS Melalui klarifikasi nilai dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa commit to user
2. Hasil belajar siswa rendah
SIKLUS 1 Implemetasi pembelajaran IPS menggunakan model VCT dengan motode percontohan
Daur ulang siklus rancangan ulang pada komponen sintak yang direfleksikan peneliti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian telah di myatakan dalam bentuk pernyataan (Sugiono,2009:96). Secara umum hipotesis dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model klarifikasi nilai untuk meninggkatkan proses dan hasil belajar siswa Secara khusus hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Penggunaan klarifikasi dengan model percontohan dalam pembelajaran IPS dapat meninggkatkan proses belajar siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga. 2. Penggunaan klarifikasi nilai berpengaruh terhadap keberhasilan atau prestasi belajar siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga Kecamatan Suralaga Kabupeten Lombok Timur Dengan demikian bahwa melalui klarifikasi nilai pada pembelajaran IPS dapat meninggkatkan proses dan hasil belajar pada siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga Kecamatan Suralaga, Kabupaten, Lombok Timur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian Penelitian ini di berlokasi di SMPN 1 Suralaga di kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Secara umum guru mata pelajaran belum menggunakan model atau pendekatan-pendekatan dalam proses belajar mengajar. Masih banyak menggunakan metode konvensional atau ceramah sehingga peneliti tergugah dan di pandang perlu untuk menerapkan pendekatan klarifikasi nilai untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. 2. Waktu Penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelaksanaan penelitian ini di rencanakan pada semester satu antara bulan Agustus sampe bulan Desember tahun 2012/2013. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII D SMPN 1 Suralaga Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat B. Subjek Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil subjek penelitian Siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur. Alasan peneliti mengambil siswa kelas VIII D adalah siswa kelas IX akan mempersiapkan ujian akhir sedangkan siswa kelas satu
masih dalam tahap
bimbingan belum peka pada hal baru, masih pembawaan di bangku sekolah dasar Sehingga peneliti mengambil subjek pada kelas VIII D pemikiran dan mudah memberikan pemahaman tentang tujuan yang akan di sampaikan. Adapun secara khusus alasan peneliti mengambil kelas VIII D adalah setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru IPS yakni Ibu Nurhayati selakau guru IPS kelas VIII, bahwa di antara kelas VIII sebanyak 4 kelas yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, kelas VIII D. Hanya kelas VIII D kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Dari segi fisik dan fasilitas ruang kelas VIII D belum memadai dari kelas VIII lainnya. Misalnya pada ruang kelas belum tersedia almari, gambargamabar, foto para pahlawan, dan lainnya yang menunjang keberhasilan prestasi siswa pada pembelajaran IPS. Di ketahui setiap pelajaran IPS berlangsung hanya 2-3 siswa yang bertanya, dan Keteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa kelas VIII D belum memenuhi kreteria ketuntasan yakni 70. Melihat permasalahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini pada kelas VIII ruang D dengan tujuan untuk meningkatkan proses belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII ruang D sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga Kabupaten, Lombok Timur. C. Rencana Tindakan Dalam Penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model penelitian yang di kembangkan oleh model Kurt Lewin. Terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi ( reflecting). (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2012 : 21). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat di gambarkan sebagai berikut:
Acting
Planning
observing
reflecting Kurt Lewin (Wijaya Kusumah& Dedi Dwiatagama : 2012 : 20) Rencana tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa melalui klarifikasi nilai pada pembelajaran IPS kelas VIII ruang D sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langkah-langkah yaitu penetapan fokus masalah, persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan pengamatan, evaluasi dan refleksi. 1. Persiapan Penelitian Dalam persiapan penelitian hal-hal yang di persiapkan sebelum melaksanakan tindakan adalah: a. Observasi langsung kelapangan yakni meminta izin kepada kepala sekolah SMPN 1 Suralaga yakni bapak Muzahir, S, Pd agar di berikan izin untuk melakukan penelitian. b. Diskusi dengan guru Pembina pelajaran IPS di sekolah SMPN 1 Suralaga di kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Dalam hal ini guru IPS kelas VIII ruang D ibu Nurhayati S, Pd. c. Bersama dengan guru IPS memutuskan permasalahan pembelajaran yang selama ini dihadapi, baik dalam proses maupun hasil belajar serta kemungkinan tindakan yang akan dilakukan. d. Peneliti meminta perangkat, yakni silabus, RPP, absensi siswa, jadwal pelajaran, buku paket kelas VIII D. e. Menjelaskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan di laksanakan dalam penelitian f. Membuat Instrumen-instrumen yang di perlukan seperti Silabus Rencana Persiapan Pemebelajaran ( RRP), Lembar observasi, Lembar Evaluasi, Lembar kerja siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Melaporkan Instrumen yang sudah di buat pada dosen pembimbing untuk mengetahui ketepatan dan kebenaran instrumen yang akan di uji pada peserta didik kelas VIII D SMPN 1 Suralaga. 2.
Rencana pelaksanaan Siklus I dan daur ulang untuk Siklus II Prosedur Penelitian Tindakan Kelas meliputi beberapa Siklus sesuai
dengan tingkat permasalah dan kondisi yang akan di tingkatkan. Siklus-siklus tersebut dapat di jelaskan adalah sebagai berikut: a.
Rencana pelaksanaan tindakan di antaranya adalah; 1. Melakukan koordinasi dengan guru kelas VIII D pelajaran IPS di SMPN 1 Suralaga, Desa, Bagek Payung, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur 2. Menetapkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan di gunakan dalam penelitian. 3. Peneliti melakukan analisis Standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang di ajarkan pada siswa. 4. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP) dengan memperhatikan Indikator-indikator hasil belajar siswa. 5. Mempersiapkan alat peraga, alat bantu, atau media pembelajaran yang menunjang yakni buku paket IPS kelas VIII ruang D SMPN1 Suralaga 6. Menganalisis berbagai alternatif untuk meningkatkan proses dan hasil belajar pada siswa kelas VIII ruang D SMPN 1 Suralaga. 7. Mempersiapkan Lember Kerja Siswa (LKS) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Mempersiapkan instrumen yang di gunakan dalam tidakan kelas 9. Menyusun alat evaluasi
pembelajaran sesuai dengan indikator hasil
belajar 3.
Tindakan Kelas dalam penelitian ini sebagai berikut: a.
Melaksanakan pembelajaran IPS berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP)
b. Menerapkan Tehnik Klarifikasi Nilai dengan metode percontohan 1. Membagi siswa menjadi 5 kelompok 2. Memilih salah satu masalah atau kasus/ kejadian yang di ambil dari buku dan dari guru sendiri 3. Memberikan Stimulus atau
ransangan kepada siswa dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan memutarkan Vedio yang berkaitan dengan materi pelajaran IPS. 4. Memeberikan perhargaan kepada peserta didik sebagai bentuk apresiasi guru sudah menentukan pilihan masing-masing. 5. Memberikan
lembar kerja siswa yang berisi peryataan untuk
mengetahui keberhasilan dalam penerapan klarifikasi nilai masing setuju tidak setuju dan sangat tidak setuju. 6. Memberikan bentuk ujian secara lisan dan tulisan untuk mengetahui keberhasilan penerapan klarifikasi nilai 7. Memberikan tugas rumah untuk di kerjakan di rumah dengan tujuan untuk menguatkan siswa pada materi yang sudah pelajari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Observasi Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS.
Dengan memakai lembar observasi yang sudah buat, dan pemotretan sebagai bukti secara fisik bahwa telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas VIII ruang D sekolah menengah pertama Negeri 1 Suralaga dilampirkan sebagai dokumen baik untuk sekolah maupun peneliti sendiri.
5.
Refleksi Menganalisis hasil pelaksanaan pembelajaran IPS bersama-sama dengan
guru merenungi kembali proses yang sudah lewat apakah perlu melakukan siklus ke II dan selanjutnya. Untuk lebih jelas di dapat di lukis seperti bagan di bawah ini: Bagan Siklus I dan daur ulang Siklus II
1.Rencana tindakan kelas
Siklus I Daur ulang 1. Rencana
4. Refleksi
2. Tindakan
4. Refleksi
commit to user
2. Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Observasi
3. Observasi
D. Alur Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah penggunaan klarifikasi nilai VCT-model percontohan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga. Dengan alur penelitian sebagai berikut: 1. Implementasi pembelajaran IPS dengan Perencanaan pembelajaran meliputi: a. Langkah-langkah pembelajaran dengan klarifikasi nilai VCT model percontohan. b. Tugas-tugas terstruktur: 1) Melakukan pengamatan di lapangan 2) Melakukan diskusi dan wawancara dengan guru kelas IPS kelas VIII D SMPN 1 Suralaga. 3) Mengumpulkan data siswa dan perangkat berupa silabus, RPP, jadwal, ulangan harian dan nilai smester satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Penilaian aktivitas individual dan kelompok dalam menggikuti proses pembelajaran 2. Implementasi sintak dalam pembelajaran yang akan diteliti a. Persiapan guru meliputi: 1) Membuat perencanaan pengajaran 2) Mempersiapkan bahan yang akan diajarkan 3) Media pembelajaran yang digunakan b. Proses dalam pembelajaran meliputi: 1) Implementasi model klarifikasi nilai VCT – model percontohan 2) guru menyampaikan materi 3) Cara guru Melontarkan stimulus pada siswa berupa model percontohan baik dari buku paket IPS atau dari guru sendiri. c. Aktivitas siswa yang akan diteliti 1) Antusias siswa terhadap mata pelajaran IPS 2) Keberanian
siswa
dalam
mengungkapkan
pendapat
dan
mempertahankan argumen 3) Keaktifan siswa mengikuti mata pelajaran IPS baik secara individul dan kelompok 4) Kemampuan siswa dalam mengklarifikasi nilai dan menganalisis permasalahan yang di lontarkan guru 5) Kemampuan siswa dalam mempertahankan argumen dalam kegiatan diskusi kelompok dan individu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Prestasi belajar siswa yang akan diteliti a. Peningkatan pemahaman dan penguasaan siswa pada materi pelajaran IPS b. Keseriusan siswa dalam mengerjakan soal post test c. Kejujuran siswa dalam mengerjakan soal post test d. Peningkatan hasil atau nilai akhir siswa.
E. Tolak Ukur Keberhasilan 1. Keberhasilan penelitian tindakan ini akan tercermin dengan adanya peningkatan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPS 85%
meningkat. 2. Meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui klarifikasi nilai VCT- model percontohan. Ketuntasan belajar klasikal 85% artinya jika 85% dari 30 siswa kelas VIII D mencapai ketuntasan belajar. Untuk mengetahui Tanggapan siswa positif, negatif dan persentase dari ketuntasan siswa. Peneliti Menggunakan sekala sikap, lembar observasi, pre tes dan post tes sebagai tolak ukur keberhasilan siswa. Dengan langkah-langkah meliputi: a) . Tes Sikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tes sikap digunakan untuk menggali tanggapan siswa terhadap pendekatan klarifikasi nilai VCT model percontohan pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa . Hasil tes sikap dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu tanggapan positif yang ditunjukkan dengan jawaban sangat setuju (SS) dan setuju (S). Sedangkan tanggapan negatif ditunjukkan dengan jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Keberhasilan tindakan dapat dilihat dari peningkatan tanggapan positif siswa dan menurun bila tanggapan siswa negatif. b) Lembar Observasi siswa 1. Keberhasilan dalam proses belajar dengan meningkatnya antusias siswa 85% 2. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan baik secara individual maupun kelompok 85% meningkat artinya siswa semangat dan gairah dalam mengikuti pelajaran IPS 3. Keberhasilan tindakan ditunjukkan dengan peningkatan persentase kreteria ketuntasan minimal ( KKM) siswa 70 % berhasil. c) Pre Tes dan Post Tes Pelaksanaan pre tes dan pos tes dimaksudkan untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah di berikan tindakan. Dengan tujuan untuk mengetahui
peningkatan
hasil
dari
segi
kognitif.
Meningkatnya
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, akan berdampak pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peningkatan hasil belajar/ prsestasi siswa. Dengan demikian, keberhasilan dari tindakan ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase ketuntasan siswa dari pre tes ke post tes. F. Sumber Data Data atau sumber data dalam penelitian ini adalah informasi yang penting untuk di kumpulkan dan di kaji. Dalam penlitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Data kuantitatif di manfaatkan sebagai pendukung simpulan penelitian menurut Sutopo (2006: 57) bahwa jenis sumber data secara menyeluruh di gunakan dalam penelitian kualitatif berupa manusia dengan tingkah lakukannya, peristiwa, dokumen dan bendalain. Informasi tersebut akan di gali dari yang beragam sumber data yang akan di manfaatkan dari penelitian ini adalah: 1. Informan atau narasumber yaitu kepala sekolah, guru, dan peserta didik kelas VIII D SMPN 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur. 2. Tempat dan aktivitas yaitu kegiatan pembelajaran IPS dan siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga di Kecamatan Suralaga Kabupaten lombok timur 3. Dokumen berupa data siswa, silabus, RPP, nilai ulangan, Buku-buku pelajaran IPS perogram tahunan, semester dan media pembelajaran IPS kelas VIII ruang D sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga, Kecamatan Surlaga, Kabupaten, Lombok Timur. G. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tampa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang memenuhi standar data yang di tetapkan (Sugiyono, 2010: 224). Dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumen, tes, dan kuesioner 1. Observasi (pengamatan langsung) Tehnik observasi di gunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar Sutopo (2006: 75). Observasi ini di lakukan secara impormal supaya lebih leluasa untuk menanyakan dan mengamati berbagai kegiatan yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti, Observasi langsung di mulai dari kegiatan pengumpulan data. Observasi penelitian ini dilakukan untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama dalam melakukan tindakan di SMPN 1 Suralaga. Kegiatan observasi perlu melakukan persiapan-persiapan untuk lebih mantap dalam menggali dan mengamati segala sesuatu yang terjadi. Kegiatan meliputi perencanaan yakni membuat lembar observasi, mempersiapkan media berupa kamera untuk mendukung dokumen dalam penelitian ini. Hal-hal pengamatan yang diamati pada penelitian ini adalah a. Keaktifan
siswa
pada
saat
mengikuti
pelajaran
IPS
dengan
menggunakan model klarifikasi nilai vct. b. Kegiatan guru dalam melaksanakan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran klarifikasi nilai vct. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Wawancara Sumber data yang paling penting dalam penelitian adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur dan tak terstruktur a. Terstruktur yakni pewancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang akan di ajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan. b. Wawancara berstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap pengumpulan datanya. Wawancara adalah percakapan yang terjadi antara dua orang atau lebih, dengan tujuan untuk menggali informasi yang di perlukan. Pewawancara sebagai pihak memberikan pertanyaan dan pihak yang diwawancara sebagai pihak yang memberikan jawaban. Wawancara di gunakan oleh peneliti untuk menggali informasi tentang proses dan hasil belajar belajar siswa. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan wakil kepala sekolah, kepala sekolah dan guru kelas IPS VIII ruang D Sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga. 3. Dokumen Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang di teliti. Dalam penelitian ini peneliti memerlukan dokumen sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga. Tehnik Dokumen di lakukan untuk memperoleh data sekolah yakni berupa profil sekolah secara keseluruhan dan khusus data siswa kelas VIII ruang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D pelajaran IPS yakni berupa absensi siswa, buku paket, arsip. Dokumen tersebut akan menunjang keberhasilan penelitian ini untuk di jadikan bukti bahwa peneliti pernah melakukan penelitian di sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga di Desa Bagek Payung, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. 4. Tes Pengumpulan data melalui tes meliputi pre tes yang dilakukan oleh guru sebelum memulai aktivitas belajar mengajar dan postes yang diberikan setelah selesai mengajar. Dengan pretes dan pos tes diharapkan dapat diketahui perkembangan pengetahuan siswa. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII ruang D. Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk pilihan ganda dan bentuk uraiyan yang di berikan kepada siswa kelas VIII ruang D. Tes diberikan pada setiap kegiatan akhir tindakan pembelajaran IPS dengan materi pelajaran yang berbeda. Menggunakan tes, tentunya bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah melakukan tindakan baik siklus I siklus II dan III 5. Kuesioner (questionnaire) Kuesioner merupakan daftar pertanyaan bagi pengumpulan data dalam penelitian. Tehnik pengumpulan datanya atau cara mengajukan pertanyaan tersebut kepada informan, bisa di lakukan baik secara lisan atau secara tertulis (Sutopo, 2002: 81). Dalam penelitian tindakan ini, peneliti memberikan angket setelah melakukan tindakan. Angket diberikan secara tertulis dengan ketentuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(S) setuju, tidak setuju (TS), sangat setuju (SS), sangat tidak setuju (STS). Angket di berikan dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan setelah digunakannya pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran klarifikasi nilai vct dengan metode percontohan siklus 1 siklus II dan III
H. Validitas Data Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurannya (Saifuddin Azwar, 2011: 173). Untuk menguji
validitas data
dalam penelitian ini adalah peneliti
menggunakan validitas isi. Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika tetapi menggunakan analisis rasional (Saifuddin Azwar, 2011: 175). Membuat kisi-kisi sehingga instrumen yang diberikan kepada siswa sesuai dengan indikator yang di tetapkan. Penulis berusaha agar butir post test yang di buat akan dijadikan sebagai data untuk melihat perkembangan prestasi belajar pada setiap kali pertemuan baik dalam siklus
satu siklus dua dan tiga. Dapat
mengukur
keseluruhan isi bahan pelajaran yang akan diukur, oleh karena itu peneliti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu sebelum membuat butir soal tes, dengan membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu peneliti dapat melihat penyebaran materi yang akan di ujikan. Pengujian validitas isi ini sangat penting dalam proses penyusunan tes prestasi belajar dan harus dilakukan dengan seksama pada waktu pelaksanaan reviu aitem oleh suatu fanel ahli (Saifuddin Azwar, 2011: 175). Untuk mengetahui dan menetapkan kesahehan instrumen yang akan di ujicobakan pada siswa, instrumen terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahli, dalam hal ini di jasdgement oleh pembimbing. I. Tehnik Analisa Data Penelitian ini menggunakan tehnik analisis model interaktif. Dalam peroses analisis interaktif meliputi tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi (Miles & Huberman, 1984). 1. Reduksi data adalah peroses penyederhanaan data yang dipeoleh melalui pengamatan dengan cara memilih data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dari pemilihan data tersebut, kemudian dipaparkan lebih sederhana menjadi paparan yang berurutan berupa paparan data kemudian di tarik ksimpulan dalam bentuk pernyataan kalimat, yang singkat dan padat. Data yang di reduksi pada penelitian ini adalah data hasil wawancara, data yang di peroleh dari hasil observasi dan catatan lapangan. Data yang berupa tes hasil belajar, kemudian akan di olah melalui tahap demi tahap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sajian Data Langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah, dengan membuat perencanaan kolom, berupa bentuk matriks gambar. Data hasil belajar siswa, skor keaktifan siswa dengan menggunakan lembar observasi, kemudian data di sajikan dalam bentuk tabel, membuat dalam bentuk grafik setelah itu di sajikan dalam bentuk gambar dengan menentukan nilai rata-rata dan persentase setiap siklus yang sudah dilakasanakan. a. Peroses pembelajaran dapat di analisis secara kualitatif yaitu data berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang keaktifan siswa di kelas yakni terlibat aktif
bertanya, mengajukan pendapat,
klarifikasi nilai, dan ketepatan waktu. Menggunakan lembar observasi dengan melihat rentang skor dan predikat. Untuk lebih jelasnya dapat di masukkan dalam kolom di bawah ini:
Rentang skor
Predikat
8,5-10
Sangat Baik (A)
7,0-8,4
Baik (B)
5,5-6,9
Cukup (C)
4,0-5,4
Kurang (D)
<4,0
Sangat Kurang (E)
b. Untuk menentukan perestasi belajar siswa di gunakan ketuntasan belajar minimal KKM mata pelajaran IPS apabila siswa telah mencapai nilai 70 dengan prosedur persentase rentang sekor 0-100% dengan keteria tuntas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara individu. Kurang dari 70 berarti belum tuntas. Apabila persentase mencapai 85% berarti memenuhi ketuntasan secara klasikal. c. Untuk menentukan keberhasilan penerapan model klarifikasi nilai/vct di gunakan analisis satistik deskeriptif. Hasil observasi terhadap aktifitas guru di analisis dengan menjumlahkan skor rerata katuntasan guru tiap indikator, kemudian skor tersebut dikualifikasikan dengan menggunakan keteria sebagai berikut;
No
Sekor rerata
Kualifikasi
1
4,00-5,00
Sanagat baik
2
3,00-3,99
Baik
3
2,00-299
Kurang baik
4
1,00-1,99
Sangaat kurang baik
3. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir dilakukan setelah proses analisis data yang sudah dilaksanakan, sehingga akan didapat suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Setelah data terkumpul kemudian di masukkan dalam tabel, garafik, dan gambar. Maka di buat kesimpulan dari hasil analisis data tersebut. Untuk lebih jelasnya berbentuk bagan seperti di bawah ini:
commit to user Pengumpulan data
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1 )
(2)
Reduksi data
Sajian data (3)
Penarikan Simpulan/verifikasi
Gb. Model Analisis Interaktif (Miles & Huberman dalam Sutopo, 2002: 1) BAB 1V HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil SMP Negeri 1 Suralaga
Secara geografis letak SMPN 1 Suralaga terletak di Dusun Gerung Desa Bagek Payung Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur. SMPN 1 Suralaga sudah di kenal luas oleh masyarakat karena satu-satunya SMP Negeri yang ada di Kecamatan Suralaga. Letaknya strategis
mudah di jangkau dari pusat
Kecamatan dan Kabupaten Kota. Samping kiri berdekatan dengan UPTD Kecamatan Suralaga. Kanan berdekatan dengan Kantor Desa Gerung Permae. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Suralaga bediri pada tahun 1985 merupakan kepemilikan tanah /bangunan milik pemerintah dengan luas tanah 20.000 m, luas bangunan 1.788,17 m kategori sekolah SSN dengan terakreditasi B commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(baik). Peneliti juga salah satu alumni sekolah SMPN 1 Suralaga
sehingga
peneliti sedikit tahu tentang keadaan dari sekolah ini. Sejak berdirinya SMPN 1 Suralaga hingga sekarang mengalami beberapa kali pergantian kepala sekolah hingga sekarang menjabat menjadi kepala sekolah adalah Bapak Muzhir, S.Pd. Secara umum keadaan fisik atau bangunan sekolah sudah memadai. Ruang kelas yang digunakan sebanyak 12 ruang. Masing-masing kelas VII sebanyak 4 ruang, kelas VIII sebanyak 4 ruang, kelas IX sebanyak 4 ruang. Sekolah SMP Negeri 1 Suralaga di lengkapi juga beberapa ruang lainnya di antaranya; ruang perpustakaan dengan ukuran 10x 8,6. Ruang Lab IPA ukuran 12,8x10. Ruang keterampilan 144x10 dan ruang kesenian. Selain itu dilengkapi dengan kantin untuk siswa, Musholla, lapangan olahraga, serta lapangan upacara bendera. Kondisi
kelas VIII D SMP Negeri 1 Suralaga
secara umum kurang
memadai seperti kelas lainnya. Kelas ini belum ada almari tempat penyimpan buku, pada dinding kelas belum ada gambar para Pahlawan, peta dan gambar untuk mata pelajaran lainnya, hanya terdapat gambar peresiden dan wakilnya. Fasilitas lainnya juga belum ada sehingga peneliti sedikit kewalahan dalam proses belajar mengajar. Kelas VIII ruang D dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang, siswa laki-laki sebanyak 10 orang dan siswa perempuan sebanyak 19 orang. 2. Keadaan personil siswa dan guru SMP Negeri 1 Suralaga Keadaan siswa sekolah SMP Negeri 1 Suralaga dalam empat tahun terakhir, pada tahun 2008/2009 masing-masing berjumlah 4 kelas. Siswa kelas VIII sebanyak 139 orang dengan 4 ruang belajar. Kelas VIII jumlah siswa 140 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang dengan 4 ruang belajar. Kelas IX jumlah siswa sebanyak 93 orang, dan 3 ruang belajar. Tahun 2009/2010 jumlah siswa kelas VII 129 orang dengan 4 ruang belajar. Kelas VII jumlah siswa 122 orang dengan 4 ruang belajar. Kelas IX 119 orang dengan 4 ruang belajar. Tahun 2010/2011 jumlah siswa kelas VII 118 orang dengan 4 raung belajar. Kelas VIII 129 orang dengan 4 raung belajar. Kelas IX 122 orang dengan 4 raung belajar. Tahun 2011/2012 jumlah siswa kelas VII 120 orang dengan 4 ruang kelas. Kelas VIII 103 orang dengan 4 ruang belajar. Kelas IX 111 orang dengan 4 rusng belajar. Tahun 2012/2013 jumlah siswa kelas VII 144 orang 144 dengan 4 ruang belajar. Kelas VIII 120 orang dengan 4 ruang belajar. Kelas IX 100 orang dan 4 ruang belajar. Dari seluruhnya berjumlah 1807 orang siswa laki-laki dan perempuan. Tenaga pengajar guru dan staf SMP Negeri 1 Suralaga pada saat ini di pimpin oleh kepala sekolah yaitu Bapak Muzhir, S.Pd di bantu guru tetap (PNS) berjumlah 24 orang laki dan perempuan. Guru tidak tetap/guru bantu sebanyak 5 orang. Sedangkan TU 2 orang. Untuk lebih jelasnya di sajikan dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 1. Data siswa dan guru SMPN 1 Suralaga Jml
Kelas
Kelas VIII
Kelas IX
Pendaftr
VII
Tahun
(calon
Jml
Jml
Jml
Jumlah
Jml
Jml
Ajaran
siswa
siswa
Rombe
Siswa
Rombel
siswa
Rombe
140 org
4 Rbl
93 org
baru) Tahun
139 org
l 139 org
Jumlah (kls. VII+VII+IX
4 Rbl
Siswa
rombel
372 0rg
11 Rbl
l
2008/2009
commit to user
3 Rbl
perpustakaan.uns.ac.id
Tahun
digilib.uns.ac.id
129 org
129 org
4 Rbl
122 org
4 Rbl
119 org
3 rbl
370 org
12 Rbl
118 org
118 org
4 Rbl
129 org
4 Rbl
122 org
4 rbl
369
12 Rbl
2009/2010 Tahun 2010/2011 Tahun
org 120 org
120 org
4 Rbl
103 org
4 R bl
111 org
4 rbl
2011/2012 Tahun
332
12 Rbl
org 151 org
144 org
4 Rbl
120 org
4 Rbl
100 org
4 rbl
364 org
2012/2013
B. Deskeripsi Tindakan 1. Deskripsi Sebelum Tindakan Pada kondisi awal sebelum peneliti melakukan tindakan dengan model pembalajaran klarifikasi nilai VCT dengan metode percontohan. Peneliti menggunakan metode konvensional dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa. Pada metode konvensional ini peneliti hanya menyuruh siswa membaca kemudian guru menjelaskan tentang materi yang dibaca tersebut. Dalam proses belajar- mengajar peneliti merasa kesulitan karena mata pelajaran IPS jam terakhir, sehingga siswa merasa ngantuk, diskusi sendiri dan ribut dengan teman duduknya. Kemudian siswa di suruh bertanya tentang materi yang sudah di sampaikan, namun hanya beberapa orang yang mau bertanya. Kegiatan akhir peneliti menyuruh mengerjakan soal yang ada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di buku paket. Pada pertemuan kedua peneliti menggunakan metode yang sama pada kegiatan akhir peneliti juga memberikan soal dalam bentuk pilihan ganda dan uraiyan. Siswa dalam kegiatan proses belajar-mengajar kurang antusias dan kurang memahami materi pelajaran. Hal ini peneliti coba tanyakan salah satu siswa yang berprestasi, jawabannya setiap pertemuan guru hanya ceramah dan bertanya selanjutya disuruh mengerjakan soal di buku paket dan pekerjaan rumah. Hal ini berpengaruh pada pemahaman siswa dan penguasaan siswa terhadap materi yang di berikan. Guru belum memberikan suatu inovasi baru untuk meningkatkan keaktifan siswa
dan antusias siswa terhadap pelajaran IPS. Guru cendrung
mengalihkan informasi tentang pengertian penyimpangan sosial, tetapi bagaimana aplikasi dan peraktik terhadap keseharian siswa di rumah, di sekolah dan di masyarakat. Belum di berikan contoh yang kongkrit sehingga siswa bisa melihat bahwa perilaku menyimpang adalah hal yang tidak patut di tiru apalagi di peraktikkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Selanjutnya guru memberikan soal yang ada di buku paket, jawaban kadang di ambil dari buku sehingga kesannya hanya memindahkan. Hal tersebut terlihat dari hasil ulangan, sebanyak 16 orang siswa atau 53,33% siswa yang belum memenuhi keteria ketuntasan (KKM ) yaitu 70. Sehingga dapat di simpulkan bahwa nilai pelajaran IPS kelas VIII D belum mencapai ketuntasan baik secara klasikal maupun individu. Terlihat pada hasil ulangan harian siswa setiap pertemuan, Padahal waktu yang sudah di gunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada setiap pertemuan 2x45 menit. Nilai ulangan siswa rata-rata hanya mencapai 58.86 padahal di dalam kurikulum KTSP untuk pelajaran IPS terpadu KKM 70. Untuk lebih jelasnya kondisi pra tindakan dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Nilai hasil belajar IPS SMP Negeri 1 Suralaga sebelum tindakan No
Nilai
No
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 jumlah Rata-rata
50 48 57 58 70 70 70 62 45 44 78 71 66 67 71
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
50 54 45 48 70 71 68 60 61 52 46 47 50 47
1696 58,48
2.
Deskeripsi Tindakan Siklus 1
Untuk lebih terorganisir dengan baik
peneliti melakukan persiapan-
persiapan penelitian dari Perangkat, Silabus, dan lainnya yang menunjang kelancaran proses belajar-mengajar. Pada siklus 1 dilakukan 2 kali pertemuan, peneliti bersama-sama dengan observer Ibu Nurhayati, S.Pd mulai pada tanggal 8 dan tanggal 12 bulan oktober 2012, setelah pelaksaan mit semester. Waktu dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
satu kali pertemuan 2x45 menit. Mata pelajaran IPS dilaksanakan 3 kali tatap muka dalam satu minggu yaitu hari senin 2 jam pelajaran, hari rabu 1 jam pelajaran dan hari jumat 2 jam pelajaran. Totalnya 5 jam pelajaran dalam satu minggu. Pada siklus 1 pertemuan 1 diikuti oleh siswa sebanyak 29 orang, masingmasing siswa perempuan dan laki-laki. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus 1 dan pertemuan pertama adalah: a. Perencanaan Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS bahwa diantara kelas VIII berjumlah 4 kelas yaitu kelas VIII A, kelas VIII B, kelas VIII C dan kelas VIII D. Setelah melakukan perbandingan dengan keempat kelas tersebut, Ibu Nurhayati, S,Pd selaku guru mata pelajaran IPS mengatakan bahwa kelas VIII D yang paling kurang, baik dari keaktifan dan prestasi belajarnya. Sehingga peneliti menaggapi bahwa penelitian dan tindakan dilakukan pada kelas VIII ruang D. Sesuai dengan informasi yang di peroleh sebagai data awal bahwa kelas VIII ruang D sebagai subyek penelitian. Di ketahui hasil belajar siswa belum mencapai Keteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesuai dalam KTSP 70. Perestasi belajar siswa menurun di karenakan semangat dan antusias siswa pada mata pelajaran IPS masih kurang. Sehingga keaktifan siswa baik dalam bertanya maupun menjawab sangat berberpengaruh. Persiapan peneliti lakukan dalam siklus 1 adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Mengkaji dan mengidentifikasi materi pelajaran IPS VIII D dengan indikator; mengidentifikasi perilaku penyimpangan sosial dikeluarga dan dimasyarakat 2. Memepersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran IPS mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, tujuan, metode, media sumber belajar, dan tes lembar kerja siswa. 3. Merancang dan mempersiapkan sarana dan perasarana yang akan di lakukan
berupa, kamera untuk mengambil dokumen siswa selama
dalam proses pembelajaran IPS, vedio atau contoh
filem tentang
perilaku penyimpangan sosial yang di lakukan oleh pelajar dan membentuk kelompok menjadi 5 kelompok siswa laki-laki dan perempuan 4. Mempersiapkan lembar observasi dan penilaian untuk mengetahui keaktifan siswa dan hasil belajar siswa selama dalam proses belajarmengajar dikelas. b. Pelaksanaan Pada tahapan ini peneliti menerapkan model pembelajaran klarifikasi nilai VCT dengan metode percontohan. Pembelajaran pada Pertemuan 1 dan 2 masing-masing 2x45 menit sesuai dengan jadwal pelajaran yang sudah di tetapkan. 1) Pertemuan 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada siklus 1 pertemuan 1 peneliti bersama-sama observer sudah mulai berkolaborasi. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 8 oktober 2012. Peneliti mulai menerapkan model pembelajaran klarifikasi nilai VCTmetode percontohan dengan alur sebagai berikut; a. Sebagai kegiatan awal guru mengkondisikan kelas dan melakukan apersepsi
dengan
menyampaikan
Standar
Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Indikator dan tujuan pembelajaran. b. Kemudian guru memperkenalkan model pembelajaran klarifikasi nilai VCT. Guru menjelaskan bahwa VCT merupakan salah satu model pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai kepada siswa c. Memanfaatkan model pembelajaran klarifikasi nilai VCT dengan metode percontohan yaitu guru memutarkan vedio contoh kasus perilaku penyimpangan sosial yang dilakukan oleh pelajar SMP. Kemudian guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mengamati, menganalisis, memahami, isi vedio tersebut. d. Kelompok satu dan dua di suruh mempersentasikan hasil analisis, dan rangkuman di depan kelas. Selanjutnya kelompok lainnya menanggapi untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok di depan. Disini terlihat bahwa siswa menunjukkan keaktifan dan antusias setelah masing-masing kelompok lainnya bertanya dan kelompok di depan menanggapi serta mempertahankan argumen mereka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Untuk lebih menguatkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang sudah dibahas. Guru memimpin diskusi dengan memberikan pertanyaan baik secara individu maupun kelompok. 2) Pertemuan II Pada pertemuan ke II, peneliti melanjutkan pada tanggal 12 oktober 2012.
Materi
indikator
yang
yang sama tentang penyimpangan sosial namun berbeda
yaitu
mengidentifikasi
bentuk-bentuk
penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyrakat. Sebagai kegiatan awal, guru memberikan apersepsi mengulas kembali materi pada pertemuan pertama, dengan tujuan untuk mengingatkan kembali ingatan mereka. Kemudian pada kegiatan inti guru melanjutkan pada pertemuan I yaitu kelompok yang belum maju di persilahkan untuk mempersentasikan kembali tentang vedio kasus perilaku penyimpangan sosial yang sudah di rangkum, dan dianalisis, kelompok lainya akan menanggapi dan bertanya. Setelah diskusi selesai, guru memimpin diskusi dengan memberikan pertanyaan baik secara individu dan kelompok dengan tujuan lebih mengingatkan dan menguatkan sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang sudah sampaikan pada pembelajaran IPS. Kegitan akhir guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran IPS materi penyimpangan sosial yang sudah di diskusikan. Sebagai akhir pembelajaran siswa di berikan soal/ tes commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa tentang materi penyimpangan sosial. Adapun data hasil belajar siswa setelah di berikan post tes sebagai berikut: Tabel 3. Rekapitulasi nilai post tes siklus 1 dan II No
Uraian
Post tes Siklus 1
Post tes Siklus 2
1.
Nilai terendah
65
83
2.
Nilai tertinggi
87
95
3.
Nilai rata-rata
75,4
89
4.
Rentang nilai
22
12
Sumber : observasi, oktober 2012 Adapun hasil belajar siswa pada siklus 1 pertemuan
ke-1 dan
pertemuan ke- II berikut pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Hasil rekapitulasi siklus 1 post tes pertemuan 1 dan 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kode Responden 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
Bentuk soal Uraian 70 65 75 70 80 75 70 75 80 75
PG 60 70 80 70 80 70 80 80 80 70
commit to user
Jumlah skor 130 135 155 140 160 145 150 155 160 155
Nilai
%
65 67 77 70 80 72 75 77 80 77
65% 67% 77% 70% 80% 72% 75% 77% 80% 77%
perpustakaan.uns.ac.id
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Jumlah
digilib.uns.ac.id
70 85 70 68 77 70 75 80 75 75 85 70 75 85 70 75 70 70 70 2160
70 80 90 80 80 70 80 80 70 80 70 70 70 90 80 80 70 80 80 2210
140 165 160 148 157 140 155 160 145 155 165 140 145 175 150 155 140 150 150 4390
70 82 80 74 78 70 77 80 72 77 82 70 72 87 75 77 70 70 75 2188
70% 82% 80% 74% 78% 70% 77% 80% 72% 77% 82% 70% 72% 87% 75% 77% 70% 70% 75% 2188
Nilai rata-rata = jumlah nilai seluruh siswa Jumlah siswa = 2188 29 = 75.4 c. Observasi Pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan oleh guru dan kolaborator. Lembar yang gunakan berupa lembar observasi yang telah di sediakan. Aspek partisipasi siswa yang di amati selama proses pembelajaran berlangsung yaitu terlibat aktif, bertanya, mengajukan pendapat, klarifikasi dan ketepatan waktu. Data hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus 1 sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 5. Hasil pengamatan proses pembelajaran pada siklus 1
No
Kode kelompok
Banyak siswa dan aspek yang di amati Terlibat Mengajukan Aktif Bertanya Pendapat Klarifik asi
Tepat Waktu
1
01
4
3
2
3
Ya
2
02
4
2
3
2
Ya
3
03
4
2
2
3
-
4
04
4
3
3
2
-
5
05
5
3
3
2
Ya
Jumlah
21
13
12
11
3
Persentase
72%
44%
41%
37%
60%
Sumber, observasi oktober 2012 Data tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat partisipasi siswa pada siklus 1 rata-rata dengan konsentarasi yang terlibat aktif 72 %, yang bertanya 44 %, yang mengajukan pendapat 41 %, klarifikasi 37 % dan kinerja kelompok yang tepat waktu mencapai 60 %. Aspek partisipasi siswa yang diamati selama dalam proses pembelajaran berlangsung meliputi A.Terlibat aktif B. Bertanya C. Mengajukan pendapat. D. Klarifikasi E ketepatan waktu Tabel 6. Hasil pengamatan proses pembelajaran secara keseluruhan
No
Nama Siswa
A
B
Aspek C D
Jmlh
RataRata
E 1
Adre Alfian w
8,0
8,5
8,0
8,5
7,0
40
8
2
Andrianto
7,0
8,0
8,5
8,0
8,5
40
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Baiq Liza Astuti
8,5
7,5
7,5
8,0
8,0
39,5
7.9
4
Baiq Mafika Sari
7,0
8,5
7,0
8,5
7,5
38.5
7.7
5
Baiq Mala Sari
7,5
7,5
8,0
8,0
8,0
39.5
7.9
6
Baiq Salehani
9,0
8,0
8,0
8,5
7,0
40.5
8.1
7
Dodiq Agustia H.
8,5
8,5
7,5
8,0
8,5
41
8.2
8
Fitriana Aziza
8,0
8,5
8,0
7,5
7,5
39,5
7.9
9
Haidir Ali
7,5
7,0
7,5
7,0
8,5
37.5
7.5
10
Kamaruzzaman
7,5
7,5
8,5
7,5
8,5
39.5
7.9
11
Khairul warok
8,5
8,5
7,0
8,5
8,0
40.5
7.9
12
Lalu Falkhan
8,0
8,5
8,5
7,0
8,0
40
8
13
Lalu Khairil
7,0
9,0
7,5
8,5
7,5
39.5
7.9
Anwar 14
Lalu sirrul asril
8,0
8,0
7,5
7,5
8,5
39.5
7.9
15
Lastari sutrisna
8,5
7,5
8,0
8,5
8,0
40.5
8.1
16
Masturi rahayu
8,0
8,0
7,5
8,0
8,5
40
8
17
Matroatul jannah
8,5
8,0
9,0
7,5
7,5
40.5
8.1
18
Muh. Ainul jihat
7,0
7,5
7,0
8,5
8,0
38
7.6
19
Muh. Nurul wathon
8,5
8,5
8,0
7,5
7,5
40
8
20
Nikmatul utami
7,5
8,5
6,5
8,0
7,5
38
7.6
21
Ogik kurniawan
8,0
7,0
8,5
8,0
8,0
39.5
7.9
22
Rika ardianti p
7,0
6,5
8,0
8,5
7,5
37.5
7.5
23
Siti humaerok
8,5
8,5
8,5
7,5
7,5
41.5
8.3
24
Siti juma’yah
8,5
8,0
8,5
8,0
8,0
41
8.2
25
Siti nurbaiti
7,5
7,5
8,5
7,5
7,0
38
7.6
26
Titin indiarti
8,5
7,5
7,5
8,5
8,0
40
8
27
Yulastuti
8,5
8,0
8,5
8,5
8,5
42
8.4
28
Zainul arifin
7,0
9,0
7,5
7,0
7,5
38
7.6
29
Zuairi
8,0
8,0
8,5
8,0
8,5
41
8.2
Jumlah
229
231
229
230.
228
1150
229.
.5
.5
5
.5
.5
9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rata-rata = jumlah skor seluruh siswa Jumlah siswa = 229.9
29 = 7.92 Keterangan :
C.
Rentang sekor
Predikat
8.5 – 10
Sangat Baik (A)
7.0 - 8,4
Baik
5,5 - 6,9
Cukup (C)
4,0 – 5,4
Kurang (D)
<4,0
Sangat Kurang (E)
(B)
Refleksi Hasil siklus 1 pertemuan 1 dan 2 yang di dapat dari lembar observasi,
penilaian proses dan hasil belajar dari hasil post tes, dan buku catatan peneliti selama dalam pelaksanaan tindakan, kemudian di analisis dan refleksi sebagai langkah awal untuk menuju pada tindakan siklus selanjutnya. Hasilnya adalah kurang membangun aktifitas siswa. di tambah guru dalam menjelaskan suara kurang di dengar oleh siswa dibelakang. Sehingga sebagian siswa menegur agar suara guru dalam menjelaskan lebih lantang dan jelas. Hal tersebut di lihat dari beberapa siswa masih bicara sendiri, dan diskusi dengan teman duduk mereka. Untuk siklus kedua hendaknya guru lebih membangun dan lebih keras dalam menyampaikan sehingga siswa tidak ribut dan ngantuk. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam pembentukan kelompok guru tidak memberikan pengertian dan belum mampu mengendalikan siswa. Terlihat sebagian siswa lebih kepada keinginan mereka untuk mencari teman yang sama-sama perempuan dan lakilaki. Untuk siklus 2 guru hendaknya mampu memberikan pengertian serta lebih mampu dalam mengelola kelas, sehingga proses belajar lebih tenang dan membangun siswa. Penggunaan waktu belum sepenuhnya efisien sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Untuk siklus dua guru hendaknya lebih memperhatikan waktu dan lebih terarah pada alokasi waktu yang sudah di tetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam kegiatan akhir siswa dalam mengerjakan soal sering bertanya pada teman duduknya sehiingga sebagian temannya tidak konsentrasi dalam mengerjakan soal tes. Untuk siklus selanjutnya hendaknya guru lebih tegas dan memperhatikan siswa yang masih bertanya. Guru hendaknya memberikan pengarahan bahwa hasil usaha siswa sendiri akan lebih baik.
3. Deskripsi Tindakan Siklus II Pelaksanaan Pada siklus 2 ini, berangkat dari hasil yang menunjukkan bahwa model pembelajaran klarifikasi nilai VCT secara optimal belum meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar-mengajar. Dan hasil belajar siswa di ketahui dari post tes juga menunjukkan belum mencapai kereteria ketuntasan minimal (KKM) 70 sesuai dalam KTSP. Sehingga ketuntasan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di harapkan, baik individu maupun kelasikal belum 85% tuntas. Oleh karena itu penelitian di lanjutkan pada siklus II. Tindakan siklus II dilaksanakan pada dua kali tatap muka dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 2x45 menit. Pada siklus II ini di ikuti oleh siswa kelas VIII D sebanyak 29 orang. Dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Perencanaan Berdasarkan evaluasi dan refleksi pada tindakan siklus 1. Peneliti membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
indikator
mengidentifikasi upaya-upaya pencegahan sosial dalam keluarga dan masyarakat. Dalam memanfaatkan model pembelajaran klarifikasi nilai VCT, peneliti mempersiapkan sarana dan prasana dengan Merancang dan membuat stimulus contoh tentang perilaku penyimpangan sosial. Menyiapkan lembar obsevasi, mengatur posisi duduk siswa dari sebelumnya, dengan tujuan agar siswa tidak bosan dan jenuh. Menyiapkan tes/ soal untuk hasil belajar
siswa kelas VIII D
sekolah menengah
pertama negeri 1 Suralaga. b. Pelaksanaan Pertemuan 1 Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini di laksanakan pada tanggal 15 dan 17, sebagai kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan menjelaskan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran. Guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan apersepsi mempaparkan secara garis besar materi tentang upaya-upaya pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat. Setelah guru memberikan apersepsi, guru menjelaskan model pembelajaran klarifikasi nilai VCT kembali dengan memberikan stimulus atau ransangan. Pada siklus 1 peneliti memberikan stimulus atau rangsangan
dengan
memutarkan
vedio
tentang
contoh
perilaku
penyimpangan sosial. Pada siklus II ini guru membacakan stimulus yang di ambil dari buku paket IPS. Kemudian masing-masing kelompok yang sudah di bentuk mengambil posisi
duduk yang berbeda dari siklus
sebelumnya. Pada siklus II ini peneliti lebih tegas dan lebih mengarahkan dalam menetapkan dan mengkondisikan kelas seperti, siswa berbicara, ribut, tidak mau gabung dan kerja sama kelompok. Dengan demikian siswa lebih rapi dan tertip dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pada pertemuan pertama ini, setelah di bacakan stimulus contoh perilaku menyimpang, siswa lebih bersemangat, antusias, sehingga masing-masing kelompok ingin cepat mempersentasikan pada kelompok lainnya. Setelah masing-masing kelompok mempersentasikan hasil analisis mereka tentang stimulus contoh perilaku menyimpang, guru memimpin diskusi dengan memberikan pertanyaan baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan stimulus yang sudah di berikan. Sebagai akhir pertemuan siswa diberi tes/soal untuk mengukur dan mengetahui sejauhmana meningkatnya hasil belajar siswa pada materi IPS dengan model klarifikasi nilai VCT. Pertemuan II Pertemuan ke II ini, dilaksanakan pada hari jumat tanggal 19 dan 22. Materi yang di sampaikan tetap sama melanjutkan dari pertemuan pertama, yakni mengenai materi tentang upaya-upaya pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat. Sebagai kegiatan awal, guru memberikan apersepsi dengan mengulas kembali, dengan tujuan untuk menguatkan dan mengingatkan siswa tentang stimulus yang sudah di berikan. Kemudian guru melanjutkan kembali kelompok yang belum maju mempersentasikan analisis siswa tentang stimulus contoh perilaku penyimpangan sosial. Pada pertemuan kedua ini, guru lebih mengkodisikan kelas dan posisi kelompok dengan memberikan arahan, dan memotivasi siswa agar lebih baik dari sebelumnya. siswa lebih antusias dan semangat setelah di berikan arahan. Pertemuan kedua ini, peneliti merasa sudah mengatasi kelemahan-kelamahan dan kekurangan baik dari siswa maupun dari guru sendiri. Terlihat siswa tidak mengulang apa yang terjadi pada siklus I. Begitu juga dengan guru, sudah mengendalikan dan menguasai kelas. Sehingga peneliti merasa sudah lebih terarah dan optimal pada siklus II pertemuan II ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah semua kelompok mempersentasikan. Peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan baik secara individu dan kelompok. Kemudian bersama-sama dengan siswa, guru menyimpulkan stimulus contoh tentang perilaku penyimpangan soisial. Sebagai kegiatan akhir siswa di berikan sola tes untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII D sekolah menengah pertama negeri I Suralaga. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa penerapan model klarifikasi nilai VCT dengan metode percontohan dapat meningkatkan keaktifan siswa dan presrtasi belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII D sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga tahun ajaran 2012/2013. Tabel 7. Hasil Belajar pada siklus II Bentuk soal
Jumlah
Nilai
%
No
Nama siswa
Uraian
PG
Skor
1
Adre Alfian w
90
100
190
95
95 %
2
Andrianto
80
90
170
85
85%
3
Baiq Liza
92
80
172
85
85%
85
90
175
87
87%
Astuti 4
Baiq Mafika Sari
5
Baiq Mala Sari
82
90
172
86
86%
6
Baiq Salehani
90
90
180
90
90%
7
85
100
185
92
92%
8
Dodiq Agustia H. Fitriana Aziza
86
80
166
83
83%
9
Haidir Ali
94
90
184
92
92%
10
Kamaruzzaman
95
90
185
92
92%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Khairul warok
87
90
177
88
88%
12
Lalu Falkhan
93
90
183
91
91%
13
Lalu Khairil
91
80
171
85
85%
Anwar 14
Lalu sirrul asril
83
85
168
84
84%
15
Lastari sutrisna
91
90
181
90
90%
16
Masturi rahayu
93
90
183
91
91%
17
Matroatul
92
80
172
86
86%
89
90
179
89
89%
92
90
182
91
91%
jannah 18
Muh. Ainul jihat
19
Muh. Nurul wathon
20
Nikmatul utami
92
90
182
91
91%
21
Ogik kurniawan
97
80
177
88
88%
22
Rika ardianti p
89
80
169
84
84%
23
Siti humaerok
90
90
180
90
90%
24
Siti juma’yah
94
80
174
87
87%
25
Siti nurbaiti
93
100
193
96
96%
26
Titin indiarti
91
100
191
95
95%
27
Yulastuti
86
90
176
88
88%
28
Zainul arifin
90
80
170
85
85%
29
Zuairi
92
80
172
86
86%
Total
2604
2555
5109
2572
2572
Rata-rata = jumlah skor rata-rata seluruh siswa Jumlah siswa = 2572 29 = 89
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel 6. Dapat di jelaskan bahwa semua siswa sebanyak 29 anak di anggap sudah menguasai kompetensi dasar karena telah memperoleh nilai 7,0. Angka 7,0 merupakan Keteria Ketuntansan Minimal ( KKM). Secara persentase terjadi ketuntasan 100% dengan rata-rata nilai yang cukup signifikan yaitu 89. Dengan hasil yang di peroleh maka ketuntasan belajar dalam kurikulum KTSP KKM sebanyak 70 sudah tuntas Kemudian nilai rata-rata sudah mencapai nilai yang signifikan. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran klarifikasi nilai VCT dengan metode percontohan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII D sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur. C. Observasi Pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS kelas VIII D. Sekolah menengah pertama negeri I Suralaga yang berlangsung pada siklus II peretemuan ke II. Di lakukan oleh guru dan kolaborator yakni Ibu Nurhayati, S.Pd. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi yang telah disediakan seperti pada siklus 1. Aspek yang di amati yaitu partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: Tabel 8. Hasil pengamatan secara kelompok pada siklus II No
Kode
Banyak siswa dan aspek yang di amati
Kelomp
Terlibat
ok
Aktif
Bertanya
Mengajukan Klarifikasi
Tepat
Pendapat
Waktu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
01
5
4
3
4
Ya
2
02
5
5
4
3
Ya
3
03
6
5
4
3
-
4
04
5
5
3
3
Ya
5
05
5
5
4
4
Ya
Jumlah
26
24
18
17
4
Persentase
89 %
83%
62 %
59 %
80%
Data hasil pengamatan dalam hitungan individu proses pembelajaran model klarifikasi nilai VCT dengan partisipasi siswa. (A) terlibat aktif (B) bertanya (C) mengajukan pendapat (D) klarifikasi (E) ktepatan waktu. Hasil pengamatan proses pembelajaran secara individu. Bila di masukkan hasilnya berikut di bawah ini: Tabel 9. Hasil Pengamtan Secara Individu. No
Nama Siswa
Aspek A
B
C
Jmlh
RataRata
D E
1
Adre Alfian w
8,0
8,5
8,0
8,5
8,0
41
8,2
2
Andrianto
8,0
8,0
8,5
8,0
8,5
41
8,2
3
Baiq Liza Astuti
8,5
8,5
8,5
9,0
8,0
41,5
8,3
4
Baiq Mafika Sari
8,0
8,5
8,5
8,5
8,5
42
8.4
5
Baiq Mala Sari
7,5
8,5
8,0
8,0
7,0
39
7,8
6
Baiq Salehani
9,0
8,0
8,0
8,5
8,0
41,5
8,3
7
Dodiq Agustia H.
8,5
8,5
8,5
8,0
8,0
40,5
8,2
8
Fitriana Aziza
8,0
8,5
8,0
7,5
8,5
40,5
8,2
9
Haidir Ali
8,5
8,0
8,5
8,0
8,5
41,5
8,3
10
Kamaruzzaman
8,5
8,5
8,5
8,5
8,5
41,5
8,3
11
Khairul warok
8,5
8,5
8,0
8,5
8,0
41,5
8,3
12
Lalu Falkhan
8,0
8,5
8,5
8,0
8,0
41
8,2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13
digilib.uns.ac.id
Lalu Khairil
8,0
9,0
8,5
8,5
8,5
41
8,2
Anwar 14
Lalu sirrul asril
8,0
8,0
8,5
8,5
8,5
41,5
8,3
15
Lastari sutrisna
8,5
8,5
8,5
8,5
8,0
41
8,2
16
Masturi rahayu
8,0
8,0
8,5
8,0
8,5
41
8,2
17
Matroatul jannah
8,5
8,0
9,0
8,5
7,5
40,5
8,1
18
Muh. Ainul jihat
8,0
7,5
8,5
8,5
9,0
41
8,2
19
Muh. Nurul wathon
8,5
8,5
8,5
7,5
8,5
41.5
8,3
20
Nikmatul utami
8,5
8,5
8,5
9,0
7,5
42
8,4
21
Ogik kurniawan
8,0
8,0
8,5
8,0
9,0
41,5
8,3
22
Rika ardianti p
8,0
8,0
7,0
8,5
8,0
39,5
7.9
23
Siti humaerok
8,5
8,5
8,5
8,5
8,0
41,5
8,3
24
Siti juma’yah
8,5
8,0
8,5
8,0
8,0
41
8,2
25
Siti nurbaiti
8,5
8,5
8,5
8,5
8,0
41,
8,2
26
Titin indiarti
8,5
8,5
8,5
8,5
8,0
42
8,4
27
Yulastuti
8,5
8,0
8,5
8,5
8,5
42
8,4
28
Zainul arifin
8,0
7,0
8,0
8,0
8,0
39
7,8
29
Zuairi
8,0
8,0
8,5
8,0
8,5
41
8,2
Jumlah
239
240
242
238.
208
120.
238.
1
3
.5
5
Sumber , observasi oktober 2012 Rata-rata =jumlah skor rata-rata seluruh siswa Rata-rata = =
❐ŖȖ̜aᔸ 날o
238.3
穀ata 穀 穀ata 날o̜Ŗ穀Ŗᔸ 날 날 a
❐ŖȖ̜aᔸ 날 날 a
29 = 8. 21 Keterangan : Rentang skor
Predikat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8.5-10
Sangat Baik (A)
7.0-8.4
Baik (B)
5.5-6.9
Cukup (C)
4.0-5.4
Kurang (D)
<4.0
Sangat kurang (E)
Dari tabel 7. Di atas di ketahui rata-rata sekor proses pembelajaran di peroleh 8.1 maka tingkat partisipasi siswa selama proses pembelajaran tergolong baik. Dengan demikian penerapan model klarifikasi nilai VCT dengan metode percontohan dapat meningkatkan proses dan keaktifan siswa kelas VIII D sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur.
d. Refleksi Pembelajaran IPS saat ini juga menekankan pada aspek kebutuhan formal di bandingkan kebutuhan riil siswa, guru perannya sebagai
pembimbing dan
pendorong seakan sebagai alih imformasi materi kepada peserta didik. Akibatnya siswa merasa bosan dan mengantuk setiap pelajaran IPS berlangsung. Metode percontohan yang berpola pada pada suatu contoh perbuatan yang kemudian dijadikan sebagai bahan stimulus untuk melakukan nilai kajian moral secara mendalam. Contoh yang diangkat sudah memperhatikan realistiknya dalam kehidupan seharian dan dipilih berdasarkan pertimbangan, begitu pula sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memenuhi target ideal nilai dan materi pelajaran IPS antara lain suatu peristiwa tertentu. Atau cerita rekaan yang sudah yang sangat memungkinkan sangat terjadi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil ahkir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya (Djamarah, 2000: 25). Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan Dari gambaran diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa model pembelajaran klarifikasi nilai VCT dengan
metode percontohan
dapat
membangkitkan semangat dan antusias siswa dalam proses belajar mengajar. Hasil evaluasi menunjukkan, bahwa dari kondisi awal sampai siklus I dan siklus II terbukti adanya peningkatan keaktifan siswa baik secara individu maupun secara klasikal sudah meningkat. Dengan meningkatnya keaktifan siswa, rasa senang dan antusias selama proses pembelajaran, maka otomatis prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan pula. Terbukti dari sebelum tindakan sampai di laksanakannya tindakan siklus I dan siklus II, rata-rata keaktifan siswa menigkat. demikian juga dengan hasil belajar siswa secara klasikal tuntas sesuai dengan kereteria ketuntasan maksimal siswa (KKM) yaitu 70 5.
Deskripsi Tindakan Siklus III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelaksanaan model pembelajaran klarifikasi nilai/vct dengan metode percontohan Pada tindakan siklus II sudah mengalami peningkatan. Untuk lebih memaksimalkan hasil akan dilanjutkan pada tindakan siklus ke III dengan menggunakan model klarifikasi nilai/vct dengan metode percontohan, kompetensi yang sama indikator yang berbeda. Pada tindakan siklus III dilaksanakan dua kali tatap muka, waktu 2x45 menit dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tindakan dilakukan pada tahap siklus III adalah ditetapkan berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua yaitu: 1. Proses pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran klarifikasi nilai/vct dengan metode percontohan. Melanjutkan siklus kedua dengan pormat yang sama yakni siswa lebih meningkatkan aktivitas siswa dikelas dengan
berani
bertanya,
menjawab,
berargumen,
dan
mampu
mengklarifikasi denga tepat waktu. 2. Dilakukan model klarifikasi nilai/vct untuk pemantapan penguasaan materi dengan cara mengulas kembali materi yang sudah disampaikan dengan tujuan lebih meningkatkan hasil belajar siswa 3. Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan di capai. 4. Merancang dan mempersiapkan sarana dan prasana yang akan gunakan untuk pelaksanaan tindakan dengan mempersiapkan buku paket, lembar observasi, soal tes, dan lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tahap pelaksanaan Dalam tahapan ini peneliti melanjutkan menggunakan model pembelajaran klarifikasi nilai/vct dengan metode percontohan di bantu oleh teman kolaborator yakni Ibu Nurhayati, Spd sebagai pengamat dalam berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar pada tindakan siklus ketiga. Sebagai kegiatan awal peneliti membuka pelajaran dengan mengabsensi siswa, mengkondisikan kelas, mengulas kembali materi secara garis besarnya, memberikan apersepsi pada siswa dengan mengingatkan bahwa penyimpangan sosial yang dilakukan oleh seseoarang adalah perbuatan yang kurang baik yang akan membawa dampak negatif baik diri sendiri maupun orang lain. Peneliti memberikan contoh tentang kenakalan remaja yang dilakukan oleh pelajar SMP yang ada di buku paket, dan realita yang ada di surat kabar, telivisi, media catak dan lainnya. Dengan contoh tersebut siswa lebih berhati-hati dan menjauhkan diri dari hal yang tidak baik. Dengan tidak secara langsung peneliti sudah memberikan stimulus atau ransangan agar lebih bisa mengendalikan dan menjauhkan diri, memilih teman dalam bergaul. Pada tindakan siklus ke III ini peneliti melanjutkan kegiatan pada
siklus
II
yakni
melanjutkan
diskusi
kelompok
yang
belum
mempersentasikan hasil analisis dari stimlus yang sudah lontarkan oleh peneliti. Kemudian kelompok yang belum maju untuk perentasi dipersilahkan maju kedepan. Kelompok lain
menanggapi dan merespon dari sajian
kelompok di depan. Sebagai kegiatan akhir peneliti bersama siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyimpulkan hasil diskusi yang sudah berjalan, selanjutnya siswa di berikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang sudah di bahas. Untuk lebih jelasnya hasil post test pada siklus ketiga. Tabel 10 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus ke III Bentuk soal
Jumlah
Nilai
%
No
Nama siswa
Uraian
PG
Skor
1
Adre Alfian w
90
90
180
90
90 %
2
Andrianto
88
90
178
89
89%
3
Baiq Liza
92
90
182
91
91%
90
100
190
95
87%
Astuti 4
Baiq Mafika Sari
5
Baiq Mala Sari
88
90
178
89
89%
6
Baiq Salehani
90
90
180
90
90%
7
84
100
184
91
91%
8
Dodiq Agustia H. Fitriana Aziza
86
90
176
88
88%
9
Haidir Ali
90
90
180
90
90%
10
Kamaruzzaman
88
90
178
89
89%
11
Khairul warok
92
90
182
91
91%
12
Lalu Falkhan
86
90
176
88
88%
13
Lalu Khairil
92
90
182
91
91%
Anwar 14
Lalu sirrul asril
88
90
177
89
89%
15
Lastari sutrisna
90
90
181
90
90%
16
Masturi rahayu
90
90
180
90
90%
17
Matroatul
92
90
182
91
91%
89
90
179
89
89%
jannah 18
Muh. Ainul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jihat 19
Muh. Nurul
88
90
178
89
89%
wathon 20
Nikmatul utami
88
90
178
89
89%
21
Ogik kurniawan
90
90
180
90
90%
22
Rika ardianti p
80
90
180
90
90%
23
Siti humaerok
90
90
180
90
90%
24
Siti juma’yah
94
90
184
92
92%
25
Siti nurbaiti
90
90
180
90
90%
26
Titin indiarti
90
90
180
90
90%
27
Yulastuti
88
90
178
89
89%
28
Zainul arifin
90
90
180
90
90%
29
Zuairi
92
90
180
90
90%
Total
2585
2630
5232
2610
2610
Sumber , observasi oktober 2012 Rata-rata =jumlah skor rata-rata seluruh siswa Rata-rata =
❐ŖȖ̜aᔸ 날o
穀ata 穀 穀ata 날o̜Ŗ穀Ŗᔸ 날 날 a
❐ŖȖ̜aᔸ 날 날 a
= 2610 29 = 90 c. Tahap pengamatan Tahap pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus ketiga dilakukan oleh guru dan kolaborator yakni ibu Nurhayati, S.pd. instrumen yang digubakan adalah berupa lembar observasi yang telah disediakan seperti pada siklus pertama, kedua. Pormat yang gunakan tetap sama yakni aspek partisispasi siswa yang diamati selama dalam proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran berlangsung sama dengan siklus pertama dan kedua yaitu kinerja kelompok
(terlibat
aktif,
bertanya,
mengajukan
pendapat,
menjawab
pertanyaan, klarifikasi nilai dengan ketepatan waktu). Sehingga dapat di ketahui data hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model klarifikasi nilai dengan metode percontohan dalam bentuk kelompok dan secara individu. Tabel 11 Hasil Pengamatan Kelompok Pada Siklus III No
Kode Kelompok
Banyak siswa dan aspek yang di amati Terlibat
Bertanya
Aktif
Mengajukan Klarifikasi
Tepat
Pendapat
Waktu
1
01
5
5
5
5
Ya
2
02
5
4
4
5
Ya
3
03
6
5
5
5
Ya
4
04
5
4
4
5
Ya
5
05
6
4
5
5
Ya
Jumlah
27
22
23
25
5
Persentase
93%
75%
79 %
86 %
100%
Observasi oktober 2012
Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisispasi siswa secara berkelompok pada siklus ketiga rata-rata lebih tinggi dari siklus dua. Ini terlihat adanya peningkatan keterlibatan siswa aktif 93% bila di bandingkan dengan siklus dua 89%. Yang mengajukan pendapat 75%, yang menjawab pertanyaan 79% dan kemampuan klarifikasi nilai 86%, ketepatan waktu 100% Tabel 12 Hasil Pengamatan Secara Individu Pada Tindakan Siklus III commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
No
digilib.uns.ac.id
Nama
Aspek
Siswa
Jmlh
A
B
C
D
E
RataRata
1
Adre Alfian w
9,0
8,5
9,0
9,0
8,0
43,5
8,7
2
Andrianto
9,0
9,0
8,5
8,0
8,5
43
8,6
3
Baiq Liza Astuti
8,5
8,5
8,5
9,0
8,0
42,5
8,6
4
Baiq Mafika Sari
9,0
8,5
8,5
8,5
8,5
43
8.6
5
Baiq Mala Sari
8,5
8,5
8,0
9,0
9,0
43
8,6
6
Baiq Salehani
9,0
9,0
8,0
8,5
8,0
42,5
8,5
7
Dodiq Agustia H.
8,5
8,5
8,5
9,0
8,0
42,5
8,6
8
Fitriana Aziza
8,0
8,5
9,0
9,0
8,5
43
8,6
9
Haidir Ali
8,5
8,0
8,5
9,0
8,0
42,5
8,6
10
Kamaruzzaman
8,5
8,5
8,5
8,5
8,5
42,5
8,5
11
Khairul warok
8,5
8,5
9,0
8,5
8,0
42,5
8,5
12
Lalu Falkhan
8,0
8,5
9,0
9,0
8,0
42,5
8,5
13
Lalu Khairil
8,0
9,0
8,5
8,5
8,5
42.5
8,5
Anwar 14
Lalu sirrul asril
9,0
8,0
8,5
8,5
8,5
42,5
8,5
15
Lastari sutrisna
8,5
8,5
8,5
8,5
8,0
42,5
8,5
16
Masturi rahayu
9,0
8,0
8,5
9,0
8,0
43,5
8,6
17
Matroatul jannah
8,5
8,0
9,0
8,5
9,0
43,5
8,7
18
Muh. Ainul jihat
8,0
8,5
9,0
9,0
8,0
42,5
8,6
19
Muh. Nurul wathon
9,0
8,5
8,5
8,5
8,5
43.5
8,7
20
Nikmatul utami
8,5
8,5
8,5
9,0
8,5
43
8,6
21
Ogik kurniawan
9,0
9,0
8,5
9,0
8,0
435
8,7
22
Rika ardianti p
9,0
8,0
9,0
8,5
8,0
42,5
8,6
23
Siti humaerok
8,5
8,5
8,5
9,0
8,0
42,5
8,6
24
Siti juma’yah
9,0
9,0
8,5
9,0
8,0
43,5
8,7
25
Siti nurbaiti
8,5
8,5
9,0
8,5
8,0
42,5
8,6
26
Titin indiarti
9,0
8,5
8,5
8,5
8,0
42,5
8,6
27
Yulastuti
8,5
9,0
8,5
8,5
8,5
43
8,6
28
Zainul arifin
9,0
8,0
9,0
9,0
8,0
43,5
8,7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
Zuairi Jumlah
9,0
9,0
8,5
8,0
8,5
43
8,6
259
254
242
238.
208
1254
249,
,5
,5
5
3,
Sumber , observasi oktober 2012 Rata-rata =jumlah skor rata-rata seluruh siswa Rata-rata =
❐ŖȖ̜aᔸ 날o
穀ata 穀 穀ata 날o̜Ŗ穀Ŗᔸ 날 날 a
❐ŖȖ̜aᔸ 날 날 a
= 249,3 29 = 8,59
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pembelajaran IPS melalui model klarifikasi nilai dapat meningkatkan proses belajar siswa Berdasarkan hasil wawancara baik dengan siswa maupun guru wali kelas dan guru pelajaran IPS kelas VIII ruang D. Didapatkan informasi bahwa kelas tersebut termasuk kelas pasif diantara kelas VIII lainnya sebanyak empat kelas yakni kelas VIII A, kelas VIII B, kelas VIII C, dan kelas VIII D. Pada bab sebelumnya telah di uraikan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah pertama; siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar dalam pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IPS. Kedua; hasil belajar siswa sangat menurun
dalam pembelajaran IPS.
Sebagai indikatornya adalah setelah diadakan tes penguasaan kompetensi dasar, ternyata standar ketuntasan belajar yang di tentukan sekolah 70 tidak tercapai. Hasil ulangan yang diperoleh sebelum pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa dari 29 siswa kelas VIII ruang D siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 14 siswa. Dengan nilai rata-rata siswa 58,48. Oleh karena itu perlu diterapkan model pembelajaran yang tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut. Model yang tepat dimaksud adalah model pembelajaran klarifikasi nilai/ vct. Menurut Kosasih Djahiri (1992), dianggap unggul untuk pembelajaran afektif. VCT merupakan metode menanamkann nilai (values) dengan cara sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh kejelasan/kemantapan nilai. Teknik yang digunakan dalam VCT bisa berupa angket dan tanya jawab (Abdul Gafur, 2006: 6). Lahirnya metode ini merupakan upaya untuk membina nilai-nilai yang diyakini, sehubungan dengan timbulnya kekaburan nilai atau konflik nilai di tengah-tengah kehidupan masyarakat (Soenarjati Cholisin, 1986: 124). Melalui pembelajaran dengan VCT siswa diajarkan untuk: (1) memberikan nilai atas sesuatu, (2) membuat penilaian yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, (3) memiliki kemampuan serta kecenderungan untuk mengambil keputusan yang menyangkut masalah nilai dengan jelas, rasional dan objektif, dan (4) memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Klarifikasi nilai (VCT) adalah nama dari suatu strategi pembelajaran atau pendekatan yang di gunakan untuk pendekatan nilai dan afektif. VCT dikenal sebagai tehnik pembinaaan nilai pada kurikulum tahun 1975. Teori klarifikasi nilai merupakan teori yang menempatkan pada suatu persamaan individu dalam mengambil suatu keputusan tentang nilai. VCT juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang dimana bertujuan untuk membantu mendapatkan kesadaran tentang nilai-nilai. Proses Klarifikasi Nilai atau VCT di ajarkan dalam bentuk simulasi dan seperangkat aktivitas. Strategi ini dapat memberikan anak didik suatu alternaif dan mendorong mereka bertindak secara sadar dan menemukan nilai-nilai mereka. Melalui pendekatan ini di harapkan siswa aktif serta kreatif dalam menemukan masalah-masalah sosial. Menurut Kosasih Djahiri (1985) model pembelajaran VCT meliputi; metode percontohan; analisis nilai; daftar/matriks; kartu keyakinan; wawancara, yurisprudensi dan teknik inkuiri nilai. Selain itu dikenal juga dengan metode bermain peran, diskusi, curah pendapat. Metode dan model di atas dianggap sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran. Dalam penelitian sebelumnya mengenai VCT telah dilakukan oleh Suwiyadi dengan judul penelitian penggunaan metode VCT dengan menggunakan kartu keyakinan (evidence card) terhadap prestasi belajar siswa. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan rata-rata nilai ulangan siswa dikelas dengan menggunakan metode VCT Kartu Keyakinanan (Evidence card) mencapai 68,7. Sedangkan nilai rata-rata kelas yang menggunakan ceramah dan tanya jawab adalah 65,6 atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki selisih sebesar 3,2. Dengan demikian prestasi siswa pada kelas perlakuan lebih tinggi daripada kelas pembanding yang tidak menggunakan metode VCT dengan Kartu Keyakinan. Sedangkan peneltian ini menggunakan model VCT-metode percontohan Proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, peneliti menggunakan metode konvensional. Siswa diberikan ceramah kemudian disuruh mengerjakan soal di buku paket. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa tidak ada perubahan pada keaktifan siswa, siswa lebih banyak mengantuk, diskusi dengan teman duduk mereka. Setelah peneliti menerapkan model klarifikasi nilai/vct-metode percontohan. Melalui pemutaran video berupa contoh penyimpangan sosial dilakukan oleh pelajar SMP, siswa lebih antusias dan semangat karena pertama; siswa diajak mendalami dan menganalisis bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi, kedua; siswa dapat mengambil hikmah dari kasus tersebut, ketiga; siswa lebih berhati-hati dalam bergaul, kelima; siswa akan lebih mematuhi aturan yang berlaku di sekolah. Proses pembelajaran menunjukkan perubahan menjadi lebih baik dengan keinginan peneliti dan harapan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Perubahan tersebut terlihat dari perubahan siswa pada saat diskusi kelompok, keaktifan siswa dalam bertanya, mengajukan pendapat, menjawab guru dan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran IPS pada siklus 1 nilai rata-rata siswa 7,92 dengan ketuntasan siswa secara individu 18 orang sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang belum tuntas sebanyak 11 orang. Ketuntasan secara klasikal mencapai 62,1%. Siklus kedua nilai rata-rata siswa 8,21, ketuntasan secara individu sebanyak 26 orang sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 orang. Kategori ketuntasan klasikal mencapai 89,65%. Pada siklus ketiga nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 8,59, siswa yang tuntas sebanyak 29 orang. Ketuntasan secara klasikal sudah mencapai 100% tuntas. Hasil pengamatan pada Proses pembelajaran dalam partisipasi kelompok dengan keaktifan siswa pada siklus 1 dengan rincian; keterlibatan siswa mencapai 72 %, bertanya 44%, berpendapat 41%, klarifikasi 37%, tepat waktu 60% . Pada siklus ke II menjadi 92% aktif, 82% bertanya, 62% berpendapat, 59% klarifikasi dan 80% tepat waktu. Sedangkan siklus ke III partisipasi siswa meningkat menjadi 93% aktif, dengan jumlah siswa 27 orang laki-laki dan prempuan. Bertanya 75% dengan jumlah siswa 22 orang, mengajukan pendapat 79% dengan jumlah siswa 23 orang. Kemampuan klarifikasi nilai 86% dengan jumlah siswa 25 orang, dan ketepatan waktu 100% dengan jumlah siswa yang tepat 29 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan metode percontohan dapat meningkatkan proses belajar siswa kelas VIII ruang D. Namun selama dalam proses terdapat beberapa kendala dan kekurangan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dirangkum beberapa temuan dan catatan peneliti dalam pelaksanan tindakan dalam proses pembelajaran. Adapun temuan-temuan selama tindakan adalah sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran klarifikasi
nilai/VCT
dengan
metode
percontohan
mengalami
peningkatan yang signifikan. Terbukti pada intraksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dalam kerja kelompok saling membangun. Begitu juga Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, mengajukan pendapat, dan klarifikasi. b. Proses pembelajaran yang dilakukan peneliti sudah lebih baik. Terlihat siswa lebih gairah dan lebih disiplin dalam setiap pertemuan. c. Hal yang menjadi kendala peneliti adalah belum tersedianya pasilitas dan prasarana yang dapat menunjang untuk mendukung kelancaran peneliti dalam melaksanakan tindakan seperti OHP, LCD buku paket, bola dunia, dan lainnya. Sehingga peneliti menggunakan Laptop untuk memutarkan Video kasus contoh penyimpangan sosial. d. Pada siklus satu siswa belum mengalami peningkatan baik dalam proses maupun hasil, guru belum mampu mengkondisikan kelas, mengkondisikan siswa yang masih berdiskusi, ribut dengan teman duduk mereka. Siswa menginginkan agar kelompok diskusi mereka sama-sama jenis mereka, perempuan dengan perempuan, begitu juga dengan laki-laki. Dengan melihat kendala tersebut peneliti berusaha untuk terus memperbaikai agar tindakan selanjutnya lebih terarah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pembelajaran IPS melalui model klarifikasi nilai/ VCT dengan metode percontohan dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian setelah diterapkan pembelajaran IPS melalui klarifikasi nilai/ VCT dengan metode percontohan dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada pokok bahasan penyimpanagan sosial dimasyarakat dan keluarga. Pada kondisi awal sebelum di berikan tindakan. Nilai hasil belajar siswa menunjukkan nilai rata-rata 58,48 kategori lemah. Siswa yang tuntas sebanyak 14 orang sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 15 orang. Ketuntasan secara klasikal pada pra tindakan mencapai 48,27. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 74,4. Siswa yang mencapai ketuntasan secara individu sebanyak 21 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 orang. Dengan demikian Pada siklus 1 ketuntasan klasikal mencapai 93,10% Siklus kedua nilai rata-rata siswa 8,21, siswa yang tuntas sebanyak 27 orang sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 orang. Ketuntasan secara klasikal pada siklus II mencapai 93,10 %. Sedangkan pada siklus ketiga nilai ratarata siswa 8,59, siswa yang tuntas sebanyak 29. Ketuntasan secara klasikal mencapai 100% dengan kategori cukup memuaskan. Dengan demikian prolehan hasil belajar pada pra tindakan sampai tindakan siklus ketiga mengalamai peningkatan yang signifikan, terbukti dari 29 siswa baik secara individu dan persentase klasikal sudah mencapai ketuntasan sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran klarifikasi nilai/VCT dengan metode percontohan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas VIII D SMPN 1 Suralaga Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukannya tindakan sampai pada tindakan akhir nilai rata-rata siswa sudah mengalami peningkatan yang signifikan baik secara individu maupun klasikal . Untuk lebih jelasnya dapat di sajikan dalam bentuk tabel peningkatan hasil belajar siklus 1, II dan siklus III berikut bawah ini adalah: Tabel 13. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII D sebelum tindakan, sesudah tindakan siklus I siklus II dan III Nilai rata-rata
Ketuntasan Individu
Sebelum Tindakan
58,48
14
Siklus I
74,4
21
72,41%
Siklus II
89
27
93,10 %
Siklus III
90
29
100%
No
Pelaksanaan
1
Persentase Ketuntasan Klasikal 48,27%
2
3
4
Dari tabel diatas kemudian dapat dibuat grafik untuk melihat perbandingan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Perbandingan nilai rata-rata kelas dapat di lihat pada grafik di bawah ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grafik 1 perbandingan nilai rata-rata kelas pra tindakan, siklus 1, II dan III
Nilai Rata-rata
100 90
89
80
74.4
70 60
90
58.48
50 40 30 20 10 0 Pra tindakan
siklus 1
Siklus II
Siklus III
Persentase Pra Tindakan, siklus 1, II dan Siklus III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120.00% 100.00%
93.10%
80.00%
100%
72.41%
60.00%
48.27%
40.00% 20.00% 0.00% pra siklus 1 siklus II siklus III Tindakan
Grafik 2. Perbandingan Hasil Pengamatan tindakan siklus 1 siklus II dan siklus III Tabel 14. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus I, II, dan III
No
Pelaksanaan
1
Siklus I
2
Siklus II
3
Siklus III
Nilai rata-rata
7,92
Ketuntasan Individu
Persentase Ketuntasan Klasikal
18
62,1%
8.21
26
89,65%
8,59
29
100%
Grafik 2. Perbandingan hasil pengamatan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan dan sesudah siklus 1 siklus II dan III commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3. Nilai rata-rata keaktifan siswa Siklus 1, II, dan III Nilai Rata- Rata
siklus III 8,59
siklus 1 7,92
siklus II 8,21
Sumber , observasi oktober 2012 Gambar 4. Persentase ketuntasan klasikal keaktifan siswa siklus I, II dan III
Persentase Ketuntasan Klasikal
siklus III 100%
SIKLUS 1 62,10%
SIKLUS II 89,65%
Sumber , observasi, oktober 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian tindakan diatas maka model pembelajaran klarifikasi nilai/vct dapat menigkatkan proses dan hasil belajar siswa SMPN 1 Suralaga Kabupaten Lombok Timur. 2. Adanya peningkatan proses belajar siswa pada mata pelajaran IPS khusus kompetensi dasar penyimpanagan sosial keterlibatan siswa aktif, bertanya, menjawab, berargumentasi dan klarifikasi menunjukkan nilai rata-rata 3. Adanya peningktan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khusus kompetensi
dasar
penyimpanagan sosial. Nilai rata ketuntasan sebelum
tindakan mencapai 58,48, hingga pada pelaksanaan tindakan 90 akhir siklus yakni siklus III Dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran klarifikasi nilai/vct dengan metode percontohan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Dengan kompetensi dasar penyimpangan sosial di masyarakat dapat terbukti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V Kesimpulan, Implikasi dan Saran A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus II. Penerapan model pembelajaran klarifikasi nilai/VCT dengan metode percontohan pada pembelajaran IPS kelas VIII ruang D SMPN 1 Suralaga Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur tahun ajaran 2012/2013 dapat di simpulkan: 1. Dengan model pembelajaran klarifikasi nilai/VCT dapat meningkatkan proses belajar IPS siswa kelas VIII ruang D SMPN 1 Suralaga, kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur tahun ajaran 2012/2013. Hal tersebut terbukti dari 29 siswa pada siklus 1 mencapai nilai rata-rata 7,92 (62,1% ) dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 60 sebanyak 18 orang dan 11 siswa yang mendapat nilai kurang dari 60. Sisklus II dengan jumlah nilai rata-rata siswa mencapai 8,21 (85,65%). Dan Siklus III meningkat rata-rata nilai siswa 8,59 (100%) 2. Dengan model pembelajaran klarifikasi nilai/VCT dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII ruang D SMPN 1 Suralaga, kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur tahun ajaran 2012/2013. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan nilai ratarata siswa pada pra tindakan mencapai 58,48 dengan persentase commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketuntasan klasikal 48,27%. Pada siklus 1 nilai rata-rata siswa mencapai 74,4 dengan persentase ketuntasan klasikal 89,65% . siklus ke II nilai rata-rata siswa mencapai 89 dengan persentase ketuntasan klasikal (96,55%) dan siklus ke III meningkat dengan nilai rata-rata siswa 90 (100%) secara klasikal tuntas. B. Implikasi Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas, terdapat implikasi penting terhadap upaya peningkatan proses dan hasil belajar pada pembelajaran IPS, siswa kelas VIII ruang D sekolah menengah pertama negeri 1 Suralaga, Kabupaten Lombok Timur tahun ajaran 2012/2013. Sehubungan dengan penelitian tindakan ini maka dapat di kemukakan implikasi dari hasil penelitian sebagai berikut : 1. Model pembelajaran klarifikasi nilai/ vct dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, hendaknya di kembangkan dan dilaksanakan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, kerja kelompok,
diskusi,
saling
mengoreksi,
mengaitkan
kehidupan
pelajaran dengan kehidupan nyata stimulasi atau ransangan kepada siswa berupa contoh dalam kehidupan sehari-hari. Konsekuensi logisnya guru harus menguasai materi dengan penggunaan model pembelajaran tersebut. Penggunaan model pembelajaran klarifikasi nilai/vct
dengan metode percontohan harus di kembangkan dan
dilaksanakan dengan memberikan contoh kongkrit kepada siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berupa kasus yang bisa merangsang siswa agar pembelajaran dikelas lebih efektif. 2. Hasil belajar dapat di tingkatkan dengan belajar kelompok,
maka
konsekwensinya pada kegiatan pembelajaran siswa harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk berdiskusi dengan teman dan guru
sehingga
setiap
individu
akan
berupaya
menggunakan
kesempatan untuk memahami materi secara optimal. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, maka ada beberapa saran yang dapat di ajukan dianataranya sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Sekolah hendaknya melakukan pelatihan untuk guru dalam dalam rangka mendukung kegiatan pembelajaran demi kelancaran proses pembelajaran dan terciptanya suasana belajar yang bermakna dengan tujuan dapat meningkatkan hasil yang optimal 2. Bagi Guru Penerapan model klarifikasi nilai/vct hendaknya bisa dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan perestasi belajar mata pelajaran IPS, sehingga siswa lebih gairah dan menyenangkan dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Bagi Siswa Siswa hendaknya lebih kreatif dan inovatif, serta lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. yakni berani mengajukan gagasan, berargumen dan mempertahankan argumen, sehingga akan lebih bermakna dan berwarna dalam suasana pembelajaran IPS, dengan demikian prestasi belajar siswa meningkat.
4. Bagi Peneliti Lain Untuk menunjang mutu pendidikan yang lebih berkualitas, bagi penelitian dengan metode yang sama hendaknya lebih meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dengan tujuan untuk mencapai keaktifan siswa, kereatifitas, dan lebih meningkatkan prestasi belajar IPS.
commit to user