digilib.uns.ac.id 0
perpustakaan.uns.ac.id
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DALAM KURIKULUM 2013 ( Studi Kasus di SMP Negeri 2 Purworejo)
TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah
Disusun oleh: Selviarius Indria Agustina S 8610302015
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user
2015
digilib.uns.ac.id 1
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad 21 ditandai oleh perubahan mendasar dalam segala aspek kehidupan khususnya perubahan politik, hukum, dan kondisi ekonomi menimbulkan perubahan secara signifikan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2003 disahkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berisi tentang pendidikan adalah sadar usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan peran lingkungan sosial. Melalui pergaulan dan hubungan sosial, peserta didik akan belajar lebih efektif dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan dari hubungan sosial. Sedangkan Pasal 37 UU Sisdiknas mengemukakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Salah satu implikasi dari ketentuan undang-undang tersebut adalah lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga pendidik, sarana-prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum
Negara Kesatuan commit toRepublik user
Indonesia.Standar Nasional
digilib.uns.ac.id 2
perpustakaan.uns.ac.id
Pendidikan bertujuan menjamin mutu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak Juli 2013 telah terjadi perubahan kurikulum yaitu Kurikulum 2013 meskipun implementasinya baru sebagian sekolah di masingmasing kabupaten. Adanya perubahan kurikulum 2013 ini disebabkan oleh beberapa kelemahan yang ditemukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) menurut Mulyasa (20013: 61) antara lain: 1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat dan banyaknya mata pelajaran maupun banyaknya materi dengan tingkat kesukaran melampaui tingkat perkembangan usia anak. 2. Kompetensi lulusan saat ini belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter, belum menghasilkan keterampilan sesuai dengan kebutuhan, padahal secara konseptual menghasilkan lulusan berkarakter mulia dan menghasilkan keterampilan yang relevan. 3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru yang berorientasi pada buku teks dan buku teks hanya memuat materi bahasan sehingga kurang sesuai dengan konsep ideal KTSP: 4. Penilaian yang dilakukan di sekolah masih menekankan pada aspek kognitif melalui tes sebagai cara penilaian yang dominan, sedangkan konsep secara ideal yaitu menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional melalui penilaian tes pada portofolio saling melengkapi. commit to user
digilib.uns.ac.id 3
perpustakaan.uns.ac.id
5. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan belum sepenuhnya menggambarkan siswa (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). 6. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti: pendidikan kharakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skill and hard skill, serta jiwa kewirausahaan belum terakomodasi di dalam kurikulum. Dalam kerangka inilah perlunya pengembangan kurikulum 2013 untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan masa depan yang semakin lama semakin rumit dan kompleks. Berbagai tantangan masa depan antara lain berkaitan dengan globalisasi dan pasar bebas, masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi,ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan sebagainya (Mulyasa, 20013:63). Menurut
Kemendikbud
(2013:2) dalam
menghadapi
tantangan
tersebut
dibutuhkan kekuatan diri dari masing-masing warga negara dan kekuatan kohesi sosial dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Kekuatan diri yang diharapkan menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Sedangkan kohesi sosial yang dibutuhkan adalah kekuatan kebersamaan, komitmen, dan kearifan untuk bahumembahu dalam membangun bangsa.Untuk mengha dapi tantangan tersebut, bangsa commit to user
Indonesia memupuk nasionalisme budaya (Culture nasionalism) yang berarti
digilib.uns.ac.id 4
perpustakaan.uns.ac.id
pengakuan terhadap budaya etnis yang beragam, yang lahir dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia yang bhinekka.Setelah itu, perlu mengelola Sumber Daya Alam (SDA) untuk menjamin kesejahteraan bangsanya berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan prinsip keadilan sosial dan meningkatkan daya saing produk barang dan jasa melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai subyek dalam persaingan tersebut. Tantangan tersebut menimbulkan tuntutan bagi pendidikan sekarang ini yaitu meningkatkan mutu pendidikan. Faktor utama penentu baik buruknya mutu pendidikan, yaitu: kualitas tenaga pendidik dan fasilitas belajar, seperti: buku teks yang relevan dengan pemikiran para pakar, dan sumber belajar lainnya. Sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan, pemerintah telah memberikan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), sertifikasi guru, penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana-prasarana pendidikan sampai dengan peningkatan mutu manajemen. Namun, indikator kearah mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan signifikan. Hal ini terlihat dalam hasil studi PISA (Program for Internaisonal Student Assesment), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan peringkat Indonesia menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil studi TIMSS (Trends in Internasional mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks, (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah commit to user
(3) pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalahan, dan (4) melakukan
digilib.uns.ac.id 5
perpustakaan.uns.ac.id
investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang (Kemendikbud, 2013:8). Oleh karena itu, dalam rencana strategi pendidikan nasional, sedikitnya terdapat lima permasalahan yang pemecahannya harus diprioritaskan. Permasalahan tersebut berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, pemerataan layanan pendidikan, dan pendidikan karakter.Pertama, upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan, yaitu melalui konsensus nasional antara pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat.Kedua, peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan mengarah pada penataan kurikulum berbasis kompetensi dan karakter, dengan memberi kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk megoptimalkan sumber daya yang tersedia bagi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.Ketiga, peningkatan relevansi pendidikan mengarah pada pendidikan berbasis masyarakat, dengan pendekatan partisipatif. Peningkatan peran serta partisipasi orang tua dan masyarakat pada level kebijakan (pengambilan keputusan) dan level operasional melalui komite (dewan) sekolah. Keempat, pemerataan layanan pendidikan mengarah pada pendidikan yang berkeadilan.Hal ini berkenaan dengan penerapan formula pembiayaan pendidikan adil dan kompetensi minimal serta pemerataan pelayanan pendidikan bagi peserta didik pada semua commit to user
lapisan masyarakat.Kelima, pendidikan berkarakter untuk menumbuhkembangkan
digilib.uns.ac.id 6
perpustakaan.uns.ac.id
seluruh karakter bangsa dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan secara utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2013:5).Perlu diketahui bahwa Kurikulum 2013 merupakan tindaklanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Competency Based Curriculum yangdijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) berorientasi pada: 1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri siswa melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan 2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap tingkat kelas dan sekolah sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten (Trianto, 2013:17). Hal tersebut didukung oleh Puskur dalam Masnur Muslich (2012:16) tentang pembelajaran kompetensi memberikan rumusan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar untuk melakukan sesuatu.Oleh karena itu, kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, khususnya IPS yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientifik). Dasar pendekatan pembelajaran scientifik menyentuh pada tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan commit to user
keterampilan. Lebih lanjut, Kemendikbud (2013:17) implementasi Kurikulum 2013
digilib.uns.ac.id 7
perpustakaan.uns.ac.id
berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan strategi kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dan dengan pendekatan scientific. Adapun asas pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah konstruktivistik.Nurhadi dan kawankawan (dalam kutipan Baharuddin, 2007:115) mengemukakan bahwa siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.Oleh karena itu, pembelajaran IPS berasaskan konstruktivistik perlu menggunakan beberapa model yaitu: model Problem Basic Learning, Project Basic Learning, Discovery Learning, dan Cooperative Learning. (Baharuddin, 2007:129). Guru sebagai pelaksana utama pembelajaran harus memiliki kemampuan memahami, memilihdan menggunakan strategi, pendekatan, model dan metode pembelajaran, melakukan perubahan dan melakukan pengembangan keterampilan mengajar. Guru harus memperhatikan model pembelajaran karena model pembelajaran merupakan kunci terlaksananya proses pembelajaran di kelas. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu seperti: Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi. IPS membahas hubungan antar manusia dengan lingkungannya.Lingkungan masyarakat dimana peserta didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dihadapkan pada berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungannya sekitar.Oleh karena itu, tujuan pembelajaran IPS ialah membina para peserta didik menjadi warga negara yang commit to user
mampu mengambil keputusan secara demokratis dan rasional yang dapat diterima
digilib.uns.ac.id 8
perpustakaan.uns.ac.id
oleh semua golongan yang ada di masyarakat (Kemendikbud 2013:2).Agar peserta menjadi warga negara yang baik, tugas guru tidak hanya mengajar tetapi membentuk kepribadian peserta didik.Pembentukan kepribadian peserta didik dilakukan melalui perilaku guru setiap hari maupun dengan menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang memiliki unsur karakter, yaitu: diskusi, sosiodrama, problem solving, belajar kelompok, penugasan dan sebagainya. Hal ini terkait dengan adanya masalah dalam kehidupan masyarakat, seperti: tawuran antar pelajar, menyontek, tidak jujur, kurang bertanggung jawab, kurang mandiri, kurang peduli, dan lain-lain. Penilaian yang ditekankan dalam kurikulum 2013 yaitu penilaian authentic.Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter disekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam setiap aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk: kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan komitmen. Untuk menanggapi rencana strategi pendidikan nasional khususnya point kelima pendidikan berkarakter untuk menumbuhkembangkan seluruh karakter bangsa dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan secara utuh dan menyeluruh, diperlukan keterlibatan semua komponen (stakeholders) termasuk komponen yang ada dalam commit to user
sistem pendidikan itu sendiri.Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum,
digilib.uns.ac.id 9
perpustakaan.uns.ac.id
rencana pembelajaran, proses pembelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah (Mulyasa, 2013: 9).
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat diidentifikasi masalah, sebagai berikut: 1. Adanya perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 disebabkan oleh salah satu upaya mencapai tujuan pendidikan dalam Standar Nasional Pendidikan dan disebabkan pula beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP. 2. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia mengingat hasil studi PSIA dan TIMSS yang menunjukkan peringkat Indonesia menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara memerlukan upaya peningkatan mutu pendidikan. 3. Lima permasalahan yang pemecahannya harus diprioritaskan, yaitu: peningkatan
mutu
pendidikan,
peningkatan
efisiensi
pengelolaan
pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, pemerataan layanan pendi dikan, pendidikan berkarakter. 4. Terjadinya perilaku yang kurang terpuji dalam diri peserta didik memerlukan pembentukan karakter khususnya pada pembelajaran IPS. commit to user
digilib.uns.ac.id10
perpustakaan.uns.ac.id
5. Pentingnya guru harus menguasai dan mengimplementasikan pendekatan, model dan metode pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 sebagai upaya mencapai pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disajikan di atas, maka masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo? 3. Bagaimana evaluasi pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo? 4. Bagaimana kendala pembelajaran IPS
dalam kurikulum 2013 di SMP
Negeri 2 Purworejo? 5. Bagaimana cara guru mengatasi kendala pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo? D. Tujuan Penelitian Penelitian mengenai pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Purworejo bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo. commit to user
digilib.uns.ac.id11
perpustakaan.uns.ac.id
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo. 3. Mendeskripsikan evaluasi pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo. 4. Mendeskripsikan kendala pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo. 5. Mendeskripsikan cara guru mengatasi kendala pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian yang diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi bagi institusi, masyarakat dan peneliti. 1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pendidikan dan mengembangkan teori pendidikan dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran IPS berdasarkan Kurikulum 2013 pada semester berikutnya menjadi lebih efektif. 3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembelajaran IPS yang sesuai dengan kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Purworejo. 4. Bagi siswa, dapat memperoleh suasana belajar yang bervariatif, menarik, dan commit to user
memotivasi belajar dengan adanya penerapan Kurikulum 2013 dalam kegiatan
digilib.uns.ac.id12
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, memecahkan masalah dan berkompetisi dalam meraih prestasi serta kreatif.
commit to user