perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN LAMA KERJA DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
TESIS Disusun Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh: Naim Setyobudi S541108066
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN LAMA KERJA DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
TESIS
Oleh : Naim Setyobudi S541108066
Telah disetujui oleh Tim pembimbing
Dewan Pembimbing
Nama
Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M.kes. PAK NIP.194803131976101001
----------------
--------
Pembimbing II Dr. Hari Wujoso, dr.Sp.F.MM NIP. 196210221995031001
----------------
--------
Mengetahui Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Dr. Hari Wujoso, dr.Sp.F.MM commit to user NIP. 196210221995031001
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN LAMA KERJA DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Oleh : Naim Setyobudi S541108066
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal ................................................. Dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Dewan Penguji Jabatan Ketua
Nama
Tanda Tangan Tanggal
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. NIP. 196611081990032001
.....................
.............
Sekretaris Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd NIP. 194307121973011001
.....................
.............
Prof. Dr. dr. Didik Tamtomo, MM.,M.Kes, PAK NIP. 194803131976101001 .....................
.............
Dr. Hari Wujoso, dr.Sp.F.MM NIP. 196210221995031001
.............
Anggota
Anggota
.....................
Mengetahui, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Ahmad Yunus, MS Dr. Hari Wujoso, dr.Sp.F.MM NIP. 196107171986011001 NIP. 196210221995031001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : 1. Tesis yang berjudul : ”HUBUNGAN KERJA
PENGETAHUAN
DAN
LAMA
DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN
INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, .................................. Mahasiswa
commit to user
iv
Naim Setyobudi S541108066
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
·
ﺤﺳﺑﻧﺎﷲ وﻧﻌﻢ اﻠﻮﻜﯿل Cukuplah Alloh menjadi Penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik Pelindung (AL imron 173)
· ﺧﯿراﻠﻨﺎﺲأﻧﻔﻌﮭﻢ ﻠﻧﺎﺲ Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain. · Bekerjalah untuk Duniamu seakan engkau hidup selamanya,
beramallah untuk akhirat seakan kita akan mati besok pagi.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada :
¶ Bapak Ibuku dan Bapak Ibu Mertuaku yang selalu memberikan doa dan restu untukku ¶ Istriku tersayang, yang selalu memberikan motivasi, perhatian, kasih sayang dan doa ¶ Anakku tersayang yang menjadi penyemangat untuk bisa menyelesaikan pendidikan ini ¶ Dosen dan pembimbing Tesis yang dengan sabar membimbing dan mengajarkan ilmu ¶ Segenap jajaran Direksi dan staf di Ru mah Sakit Orthopedi khususnya teman-teman perawat di Bangsal Perawatan yang telah memberikan kesempatan dan berpartisipasi dalam penyelesaianya pendidikan dan tugas ini . ¶ Teman-teman kuliah yang selalu memberikan support, semoga jalinan silaturahim kan tetap terjalin walau sudah lulus. Teriring doa Jazakumulloh Khoiron Katsiro. Semoga Alloh membalas dengan kebaikan yang banyak.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh Robb semesta alam, Raja seluruh alam, yang maha berkehendak dan Maha kuasa atas segala kejadian. Berkat petunjuknya kami dapat menyelesaikan tesis ini. Laporan tesis ini dapat tersusun berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari pembimbing serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan semua satu persatu. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberi kesempatan untuk menempuh studi S2 program studi Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, MS. Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan perijinan dan fasilitas untuk melaksanakan pendidikan dan penelitan. 3. Dr. Hari Wujoso, dr.Sp.F.MM selaku ketua prodi Magister Kedokteran Keluarga dan selaku pembimbing II yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan,
arahan
dan
fasilitas
akademik
sehingga
penulis
bisa
menyelesaikan pendidikan dan penelitian 4. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M.kes. PAK selaku Dosen pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bantuan berupa bimbingan, dan arahan khususnya dalam materi proposal dan laporan penelitian
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Prof. Dr. Dr. Respati Suryanto Dradjat, SpOT, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Orthopedi Prof Dr. R. Soeharso Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan pendidikan dan penelitian. 6. Dra. Nining Setyowati, MSi, selaku Direktur Umum, SDM dan Pendidikan Rumah Sakit Orthopedi Prof Dr. R. Soeharso Surakarta yang telah memberikan ijin dan memfasilitasi untuk melaksanakan pendidikan dan penelitian. 7. Pengelola, dosen pengajar dan staf Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama pendidikan Profesi Kesehatan yang telah banyak membantu penulis selama menjalani pendidikan dan menyelesaikan penelitian. 8. Kepala Ruang di Bangsal Perawatan dan Instalasi Bedah Sentral beserta stafnya yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini. 9. Pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhirnya semoga tesis ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya,
Surakarta, Desember 2012 commit to user
viii
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Naim Setyabudi : Hubungan pengetahuan dan lama kerja dengan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012. Latar belakang : Infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung antara pasien dengan personel yang merawat atau menjaga pasien, kontak tidak langsung ketika obyek didalam lingkungan yang terkontaminasi dan tidak didesinfeksi atau disterilkan. Kontaminasi pasien dengan perawat dipengaruhi oleh kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka. Tujuan : (1) menganalisis hubungan pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dengan kepatuhan perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial (2) menganalisisi hubungan lama kerja perawat tentang infeksi nosokomial dengan kepatuhan perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional. Total populasi 69 perawat sampel 41 perawat dengan teknik proportional random sampling. Instrumen penelitian kuesioner pengetahuan, ceklist kepatuhan, dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan teknik regresi logistik dan korelasi. Hasil : (1) ada hubungan pengetahuan perawat terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,411 p = 0,008), (2) tidak ada hubungan masa kerja perawat terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial (r = 0,024 p = 0,079), (3) nilai R2 = 0,313, artinya 31,3% variasi perubahan kepatuhan perawat dipengaruhi oleh variabel pengetahuan dan masa kerja. Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan dalam pencegahan infeksi nosokomial, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kepatuhan dalam pencegahan infeksi nosokomial. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial adalah pengetahuan perawat. Saran penelitian adalah manajemen rumah sakit hendaknya meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Kata kunci:Pengetahuan, Masa kerja, Kepatuhan, Pencegahan infeksi nosokomial
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Naim Setyabudi: Knowledge and years of service Relationship with Nurse Compliance in Preventing Nosocomial Infection in Hospital Orthopedics Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. Graduate University Eleven March. Surakarta. 2012. Background : Nosocomial infections are a serious problem that causes direct and indirect patient deaths. Mode of transmission of nosocomial infections was direct contact between the personnel caring for patients or keeping patients, indirect contact when contaminated objects in the environment and was not disinfected or sterilized. Contamination of patients by nurses was influenced by the behavior of nurses in wound care to comply with standard operating procedure. Objective : This study aims to: (1) analyze the relationship between the nurse's knowledge about nosocomial infection with compliance of nurses in the prevention of nosocomial infections and (2) analyze long working relationship with the nurses about nosocomial infection prevention nurses in compliance with nosocomial infections in hospitals Orthopedics Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. The research was conducted by the method of quantitative observational crosssectional approach. Total population was 69 nurses and study sample were 41 nurses with proportional random sampling technique. Methods : The research instrument was a questionnaire of knowledge, compliance checklists, and documentation. Based on the knowledge test the validity of the questionnaire by 16 item questionnaire was declared valid by using the product moment formula, and reliability was calculated with Spearman Brown concluded the questionnaire technique was reliable. The data analysis using logistic regression and correlation techniques. Result : the result showed (1) there was a nurse's knowledge on adherence prevention of nosocomial infection (r = 0.411 and the value of p equal to 0.008), (2) there was no relationship to adherence nurses working lives prevention of nosocomial infection (r = 0.024 and the value of p equal to 0.079), and (3) the value of R2 of 0.313, meaning that 31.3% variation in changes in adherence nurse variables influenced by knowledge and years of service. Conclusion : From the results of the study concluded that there was a significant relationship between the level of knowledge of nurses by nurses in compliance nosocomial infection prevention in Orthopedic’s Hospital Of Prof. dr. R. Soeharso and there was no significant relationship between years of service to the obedience of nurses in the prevention of infection in hospitals nosocomial. Orthopedics Prof. dr. R. Soeharso. The dominant factor associated with adherence nurses in the prevention of nosocomial infections was the nurse's knowledge. Suggestions research was hospital management should improve the knowledge and attitudes of nurses in the prevention of nosocomial infections. Keywords: knowledge, years of service, compliance, prevention of nosocomial infections commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................
i
Halaman Pengesahan Pembimbing.......................................................
ii
Halaman Pengesahan............................................................................
iii
Halaman Pernyataan Orisinalitas dan publikasi Isi Tesis.....................
iv
Motto.....................................................................................................
v
Halaman Persembahan...........................................................................
vi
Kata Pengantar.......................................................................................
vii
Abstrak...................................................................................................
ix
Abstract..................................................................................................
x
Daftar Isi................................................................................................
xi
Daftar Tabel...........................................................................................
xiii
Daftar Lampiran.....................................................................................
xiv
I. PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................
5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................
5
II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ....... A. Kajian Teori...............................................................................
7
B. Penelitian yang relevan .............................................................
20
C. Kerangka Teori ......................................................................... commit to user
22
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis ...................................................................................
24
III METODE PENELITIAN ............................................................. A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
25
B. Jenis Penelitian ..........................................................................
26
C. Populasi dan sample penelitian .................................................
26
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..........................
27
E. Tehnik dan Instrumen untuk Pengumpulan data.......................
29
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................
30
G. Tehnik Analisa Data ..................................................................
33
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden .............................................................
35
B. Analisis Univariat.........................................................................
37
C. Analisis Bivariat ..........................................................................
39
D. Analisis Multivariat…………………………………………….
42
E. Pembahasan ...................................................................................
44
F. Keterbatasan penelitian ..................................................................
53
V PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................
55
B. Implikasi........................................................................................
56
C. Saran...............................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA Lampiran
58 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Lampiran
Halaman
Tabel 3.1
Jadual penelitian
25
Tabel 3.2
Penghitungan jumlah sampel
27
Tabel 3.3
Kisi-kisi pertanyaan-pertanyaan pengetahuan
30
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan
32
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur
35
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden menurut Jenis Kelamin
36
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden menurut Masa Kerja
36
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan
37
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lama Kerja
38
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden menurut Kepatuhan perawat 39
Tabel 4.7
Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat
39
Tabel 4.8
Tabulasi Silang Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat
41
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1.
Lembar kesediaan menjadi responden
62
Lampiran 2.
Surat pernyataan sebagai responden
63
Lampiran 3.
Kuesioner
64
Lampiran 4.
SOP Pencegahan INOS : Perawatan Luka
67
Lampiran 5.
Data Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan
68
Lampiran 6.
Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan 69
Lampiran 7.
Data Pengetahuan
72
Lampiran 8.
Hasil Analisis Data
73
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakitpenyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 Rumah Sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0% (Ducel, 2002). Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam Rumah Sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Infeksi nosokomial menyebabkan 20.000 kematian setiap tahun di AS, 10% pasien rawat inap di Rumah Sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat sampai 1,4 juta infeksi setiap tahun di seluruh dunia. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru
selama
dirawat.
Faktor-faktor
penunjang
peningkatan
ini
adalah
meningkatnya pasien yang lemah yang masuk ke Rumah Sakit dan penggunaan tehnologi invasif beresiko tinggi (Utama, 2006). Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pada pasien, akan tetapi ini menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit. Infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi ini bisa ditularkan dari pasien ke petugas maupun sebaliknya, pasien ke pengunjung atau sebaliknya, serta antar orang yang berada di lingkungan Rumah Sakit. Penyebab infeksi nosokomial akan menjadi kuman yang berada di lingkungan Rumah Sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien itu sendiri, yaitu kuman endogen. Bahaya dari terjadinya infeksi nosokomial adalah meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) serta dapat memperlama perawatan pasien di Rumah Sakit dan dapat mempengaruhi mutu pelayanan Rumah Sakit. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang secara potensial dapat dicegah. Cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung antara pasien dengan personel yang merawat atau menjaga pasien, kontak tidak langsung ketika obyek didalam lingkungan yang terkontaminasi dan tidak didesinfeksi atau disterilkan (Amdani, 2009). Selama 10 - 20 tahun belakangan ini telah banyak perkembangan yang telah dibuat untuk mencari masalah utama terhadap meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial di banyak negara, dan di beberapa negara kondisinya justru sangat memprihatinkan. Keadaan ini justru memperlama waktu perawatan dan perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal, serta penggunaan jasa diluar Rumah Sakit. Karena itulah, dinegara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. (Darmadi, 2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil kultur mikrobiologi pada pasien yang menjalani operasi di Rumah Sakit Orthopedi tahun 2011 didapatkan kuman patogen terbanyak yaitu Staphylococcus aureus 30 %, diikuti pseudomonas 22 %, Enterobacter sp, proteus, klebsiella, dan E. Colli. Pola kuman ini diperoleh dari spesimen berupa nanah dari luka operasi. (KPPI, 2011). Kasus surgical site infection di Rumah Sakit Orthopedi dalam tahun 2011 terbanyak didapatkan di ruang cempaka, dimana merupakan ruang perawatan infeksi. (KPPI, 2011). Infeksi nosokomial Menurut Pandjaitan (2012) banyak terjadi pada bekas luka operasi, operasi saluran kemih, pneumonia yang tertular dari alat bantu pernapasan, dan infeksi aliran darah primer yang biasanya masuk ke tubuh melalui infus. Menjaga kebersihan tangan adalah salah satu prosedur yang paling penting dan efektif mencegah infeksi di rumah sakit.Tangan merupakan media transmisi kuman tersering di rumah sakit dengan cara memindahkan mikroorganisme atau kuman dari satu pasien ke pasien lain, juga dari permukaan lingkungan ke pasien. Berdasarkan survey dan observasi di beberapa Bangsal rawat inap di RS Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta peneliti masih melihat adanya beberapa tindakan perawat yang menyalahi protap perawatan luka, misalnya peneliti menemukan tiga perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan ke pasien, dan hanya melakukan cuci tangan setelah melakukan tindakan ke pasien. Infeksi nosokomial berhubungan dengan prosedur diagnostic atau commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terapeutik dan sering termasuk memanjangnya waktu tinggal di Rumah Sakit sehingga dapat meningkatkan biaya perawatan kesehatan, penyembuhan yang lama, kecacatan, dan kematian pasien (Potter & Perry, 2005). Perawat merupakan salah satu ujung tombak perawatan pasien yang memiliki peran penting dalam menurunkan resiko terjadinya infeksi nosokomial pada pasien dengan melakukan tindakan-tindakan
pencegahan
yaitu
dengan
mengikuti
pedoman
teknik
menurunkan resiko yang berhubungan dengan perawatan pasien (Brunner & Suddart, 2000). Selanjutnya Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yaitu faktor predisposisi berupa nilai-nilai, tradisi, sikap keyakinan dan kepercayaan, selanjutnya fakor pemungkin berupa fasilitas, sarana dan prasarana, dan faktor penguat berupa teman, tokoh masyarakat, dan supervisor. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk hubungan pengetahuan dan lama kerja dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalah penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan pengetahuan dan lama kerja perawat tentang infeksi nosokomial dengan kepatuhan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. 2.
Tujuan khusus 1. Menganalisis hubungan pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dengan kepatuhan perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. 2. Menganalisis hubungan lama kerja perawat dengan kepatuhan perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. 3. Menganalisis hubungan pengetahuan dan lama kerja perawat tentang infeksi nosokomial dengan kepatuhan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan lama kerja perawat dengan kepatuhan dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta dalam melakukan evaluasi mutu pelayanan perawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Aplikatif Diharapkan dapat Menambah wawasan, evaluasi, dan masukan kepada perawat dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan terutama pada penerapan Universal Precaution ketika melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tercapainya pencegahan infeksi nosokomial diharapkan mampu menekan waktu tinggal pasien di rumah sakit sehingga biaya pengobatan pasien, angka kesakitan dan kematian pasien dapat ditekan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Kepatuhan Perawat a. Pengertian Kepatuhan Perawat Kepatuhan adalah melakukan sesuatu sesuai dengan standar yang berlaku (Miller,2005). Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Literatur
perawatan
kesehatan
mengemukakan
bahwa
kepatuhan
berbanding lurus dengan tujuan yang dicapai pada program pengobatan yang telah ditentukan. Kepatuhan mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan program-pogram yang berkaitan dengan promosi kesehatan, yang sebagian besar ditentukan oleh penyelenggara perawatan kesehatan(Bastable, 2002). Kepatuhan perawat adalah sejauhmana perilaku perawat sesuai dengan ketentuan yang diberikan sebagai seorang tenaga professional kesehatan (Niven, 2002). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah sejauh mana perilaku seseorang (anggota profesi) untuk melakukan sesuai sesuai standar yang ditetapkan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat Menurut
Katz
(Sukanto,
2006)
berpengaruh terhadap kepatuhan adalah commit to user
7
bahwa
faktor-faktor
yang
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar dalam bidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional, yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang telah diakreditasi oleh lembaga yang berwenang. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan dan pelatihan adalah salah satu jenis pendidikan non formal yang bertujuan untuk
meningkatkan
pengetahuan,
keahlian,
dan
keterampilan
seseorang dalam bidang tertentu. 2) Pengetahuan Praktek suatu keprofesian memerlukan suatu dasar pengetahuan dari praktek dan pengetahuan ilmiah. Pengembangan ilmu ini penting dalam pengembangan profesi keperawatan, karena perawat yang melakukan tindakan atas dasar suatu pengetahuan dan informasi secara ilmiah akan menjadi seorang perawat professional dan mempunyai tanggung jawab yang besar kepada klien serta akan membantu meningkatkan pencapaian identitas profesi (Nursalam, 2000). 3) Sikap Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengenai obyek atau situasi yang relative tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu, yang dipilihnya (Walgito, 2001). 4) Keterampilan Keterampilan merupakan suatu pemahaman si subyek terhadap suatu objek, dan pemahaman itu dipraktekkan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu tindakan. Seseorang yang terampil berarti dia menguasai dalam bidang tersebut. Keterampilan terdiri dari beberapa tahap: tahap preinteraksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap evaluasi. 5) Fasilitas Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam suatu tindakan atau organisasi. Melakukan suatu tindakan atau organisasi diperlukan fasilitas yang lengkap, dan sebelumnya sudah harus dipersiapkan. 6) Prosedur Proses yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Prosedur ini merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan secara berurutan dalam melakukan tindakan.
2. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pada waktu penginderaan akan menghasilkan pengetahuan. Dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Overt behavior), karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak
didasari
pengetahuan.
Penelitian
Rogers
(2002)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yaitu (Notoatmodjo, 2003) : 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). 2) Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik terhadap stimulus. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial (mencoba), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Sunaryo (2002) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
menyatukan
dan
sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan tentang obyek yang diketahui orang yang telah faham terhadap obyek atau
materi
yang
harus
dijelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu obyek. 3) Aplikasi (application) Aplikasi artinya kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Misalkan dapat menggunakan prinsip – prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemilahan kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen – komponen , tetapi masalah didalam suatu struktur organisasi masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (syntesis) Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun,
dapat
memecahkan,
dapat
menjelaskan,
dapat
menyesuakan terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang ada. 6) Evaluasi (evalution) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justification atau penelitian terhadap suatu materi atau suatu obyek atau memberi penilaian berdasar suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria – kriteria yang ada. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1) Pengalaman Pengalaman merupakan hasil sentuhan alam dengan panca indra yang dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah dapat memperluas pengetahuan seseorang. 2) Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi wawasan
atau pengetahuan
seseorang. Dengan demikian seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3)
Keyakinan Keyakinan umumnya diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian
terlebih
dahulu.
Keyakinan
ini
dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik yang sifatnya positif maupun negatif. 4)
Fasilitas Fasilitas-fasilitas
merupakan
sumber
informasi
yang
dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya televisi, majalah, koran, buku dan sebagainya. 5)
Penghasilan Penghasilan mempengaruhi seseorang dalam penyediasaan fasilitasfasilitas sumber informasi. Seseorang dengan fasilitas sumber informasi yang beragam memungkinkan seseorang untuk memiliki pengetahuan yang lebih beragam juga.
6)
Sosial Budaya Kebudayaan dan kebiasaan yang dianut dalam keluarga akan mempengaruhi, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
3. Universal Precaution a. Pengertian Universal Precaution Universal Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien commit to user maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Universal Precaution merupakan upaya pencegahan infeksi yang mengalami perjalanan panjang, dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan dan klien. (Depkes, 2003). b. Prosedur Universal Precaution Prosedur Universal Precaution juga dapat dianggap sebagai prosedur program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bagi petugas. Prinsip utama prosedur Universal Precaution pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan (Depkes, 2003). Ketiga prinsip itu dijabarkan melalui lima kegiatan pokok yaitu: 1). Cuci tangan guna mencegah infeksi silang. Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikrooganisme yang ada ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. 2). Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain. Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lender petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, secret, eksreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir manusia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Jenis tindakan beresiko mencakup tindakan rutin, tindakan bedah tulang, otopsi atau perawatan gigi. Jenis alat pelindung antara lain a) sarung tangan b) pelindung wajah atau masker atau kaca mata c) penutup kepala d) gaun pelindung (baju kerja atau celemek) e) sepatu pelindung (sturdy foot wear). Jenis pelindung tubuh yang dipakai tergantung pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dikerjakan. 3). Pengelolaan alat kesehatan Pengelolaan alat-alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Semua alat, bahan dan obat yang akan dimasukkan ke dalam jaringan di bawah kulit harus dalam keadaan steril. Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4 tahap kegiatan yaitu dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau DDT dangan penyimpanan. Pemilihan cara pengelolaan alat kesehatan tergantung pada kegunaan alat tersebut dan berhubungan dengan tingkat resiko penyebaran infeksi. 4). Pengelolaan benda tajam Benda tajam sangat beresiko menyebabkan perlukaan sehingga meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah. Penularan infeksi HIV, hepatitis B dan C di sarana pelayanan kesehatan, sebagian besar disebabkan kecelakaan yang dapat dicegah, yaitu tertusuk jarum suntik dan perlukaan alat tajam lainnya. Sterilitas jarum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
suntik dan alat kesehatan yang lain yang menembus kulit atau mukosa harus dapat dijamin. Setiap petugas kesehatan bertanggungjawab atas jarum dan alat tajam yang digunakan sendiri, yaitu sejak pembuangan paking, penggunaan, dekontaminasi hingga kepenampungan sementara yang berupa wadah alat tusukan. 5). Pengelolaan limbah Limbah dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas: a). Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai resiko rendah yakni sampah-sampah yang dihasilkan dari kegiatan ruang tunggu pasien, administrasi. b). Limbah medis bagian dari sampah rumah sakit yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai limbah beresiko tinggi. Beberapa limbah medis dapat berupa: limbah klinis, limbah laboratorium, darah atau cairan tubuh lainnya, material yang mengandung darah seperti perban, kassa dan benda-benda dari kamar bedah, sampah organik, misalnya potongan tubuh, plasenta, benda-benda tajam bekas pakai misal jarum suntik. 4. Infeksi Nosokomial a. Pengertian infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh selama penderita mendapatkan perawatan di Rumah Sakit. Infeksi ini tidak diderita pada commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
waktu masuk Rumah Sakit dan penderita tidak berada dalam masa inkubasi suatu penyakit infeksi (Entjang, 2009). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang tidak mampu mempunyai masa inkubasi dan tampak saat pasien masuk Rumah Sakit. Infeksi nosokomial dapat disebabkan flora endogen pasien atau mikroorganisme yang ditemukan di lingkungan Rumah Sakit (Schaffer et al., 2000) Infeksi nosokomial berhubungan dengan prosedur diagnostik atau terapeutik dan sering termasuk memenjangnya waktu tinggal di Rumah Sakit
sehingga
dapat
meningkatkan
biaya
perawatan
kesehatan,
penyembuhan, yang lama, kecatatan, dan kematin pasien (Potter & Perry, 2005). b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial Faktor-faktor yang diduga kuat mempengaruhi kerentanan klien terhadap infeksi meliputi (Potter & Perry, 2005): 1) Usia Bayi memiliki pertahanan yang lemah terhadap infeksi karena sistem imun imatur bayi belum mampu menghasilkan immunoglobulin dan sel darah putih yang diperlukan. Pada lansia lansia imunitas terhadap infeksi menurun seiring dengan proses penuaan atau bertambahnya usia serta penyakit autoimun. 2) Status nutrisi Penyakit yang melemahkan mengakibatkan asupan nutrisi tidak adekuat dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Stres Stres yang terus menerus mengarah pada kelelahan dan peningkatkan kadar
kortisol yang mengakibatkan penurunan daya tahan terhadap
infeksi dan serangan organisme. 4) Hereditas Kondisi hereditas tertentu mngganggu respon individu terhadap infeksi dan tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan pertahanan terhadap infeksi (misalnya agammaglobuleminia atau tidak adanya antiboi serum). 5) Proses penyakit Klien dengan penyakit kronik dan sakit pada system imun (AIDS, leukemia, limfom, diabetes militus, kanker, emfisema, pulmonal) beresiko tinggi terkena infeksi karena melemahnya pertahanan tubuh. 6) Terapi medis Pengobatan dengan antibiotik, obat-obatan imunosupresif, steroid, antasid, terapi radiasi, terapi radiasi dapat mempengaruhi imnitas terhadap infeksi. c. Tindakan Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial Praktik keperawatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Terwujudnya suatu tindakan perlu faktor lain yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003) tindakan dipengaruhi tiga faktor yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
1) Faktor predisposisi Merupakan faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang misalnya: nilai-nilai, tradisi, sikap, keyakian, dan kepercayaan. 2) Faktor pemungkin Adalah yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan berupa fasilitas atau sarana dan prasarana. 3) Faktor penguat Yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat tetjadinya perilaku terwujud dalam sikap kelompok misalnya: teman, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan. Seseorang yang melakukan tindakan aktif akan melakukan tindakan yang giat, gigih, dinamis, atau bertenaga serta mampu bereaksi sedangkan tindakan yang pasif diartikan sebagai tindakan yang tidak aktif, tidak giatdan hanya bersikap menerima saja. Tindakan merupakan respon yang ditimbulkan karena adanya stimulus berupa pengetahuan dan sikap. Namun tindakan seseorang tidak selalu hais didasari oleh pengetahuan dan sikap, tetapi juga dapat timbul dari persepsi yaitu suatu pengalaman yang dihasilkan mealui panca indra yang membentuk motivasi yaitu dorongan bertindak untuk mencapai tujuan (Notoatmodjo, 2003). Tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial ditujukan dengan reaksi kongkrit terhadap hal-hal yang dapat mencegah timbulnya infeksi nosokomial yaitu dengan meminimalkan jumlah dan jenis commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
organisme yang ditularkan kedaerah yang berpotensi mengalami infeksi, mengontrol portal keluar serta menghindari tindakan yang dapat menularkan mikroorganisme, penggunaan dengan tepat alat-alat steril, penggunaan barier pelindung dan mencuci tngan dengan tepat (Potter & Perry, 2005). Perawat bertanggung jawab serta berperan penting dalam menurunkan resiko dengan perhatian yang penuh pada pencucian tangan dan mengikuti pedoman tehnik menurunkan resiko yang berhubungan dengan perawatan pasien (Brunner & Suddarth, 2000). B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Setiyawati, W (2005) tentang "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Luka Operasi di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr. Moewardi Surakarta". Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif non eksperimental dengan desain penelitian corelational (korelasi). Hasil penelitian menemukan ada korelasi yang signifikan antara motivasi, sikap dan kepedulian dengan perilaku kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi luka operasi, sedangkan variabel lainnya: jenis kelamin, umur, pendidikan dan masa kerja memperlihatkan hubungan yang tidak signifikan. Perbedaan penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawati (2005) adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi luka operasi, sedangkan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan lama kerja terhadap kepatuhan perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Perilaku kepatuhan perawat commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berhubungan dengan motivasi dan sikap perawat dalam pencegahan luka operasi, sedangkan penelitian ini tidak memasukkan variabel motivasi dan sikap ke dalam variabel penelitian. Perbedaan lain dalam penelitian ini adalah subyek penelitian, desain penelitian dan tempat penelitian dimana penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Surakarta. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan
pengetahuan perawat dan lama kerja perawat terhadap kepatuhan
perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Penelitian lain dilakukan oleh Faizin, A (2007) tentang "Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat Di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali". Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan cross sectional. Hasil penelitian menemukan ada hubungan tingkat pendidikan perawat dengan kinerja perawat ditunjukkan dengan nilai Chi-Square sebesar 17,47 dan taraf signifikan yang dihasilkan ρ = 0,002 (<5%). Perbedaan penelitian yang dilakukan Faizin (2007) untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja perawat di RSU Pandan Arang Boyolali, sedangkan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan lama kerja terhadap kepatuhan perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Perbedaan lain dalam penelitian ini adalah: uji statistik yang digunakan, tempat penelitian, waktu penelitian dan subyek penelitian. Sedangkan
Parsito
(2006)
meneliti
tentang
"Hubungan
Antara
Pengetahuan dengan Perilaku Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Luka Operasi di Ruang Mawar RSUD Dr. Moewardi Surakarta". Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan luka operasi adalah sebesar 0,486 dengan signifikansi ρ < α (0,000 < 0,05). Perbedaan penelitian yang dilakukan Parsito (2006) untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku kepatuhan perawat sedangkan penelitian ini tidak memasukkan variabel perilaku dalam variabel penelitian, uji statistik menggunakan Uji Kendall Tau sedangkan dalam penelitian ini menggunakan Uji Regresi Ganda Logistik. Perbedaan lain dalam penelitian ini adalah tempat penelitian, waktu dan subyek penelitian. C. Kerangka Teori Dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu 2 variabel bebas dan satu varaibel terikat. Variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan perawat, dan lama kerja, variabel terikat adalah kepatuhan perawat dalam melaksanakan pencegahan infeksi nosokomial. 1.
Hubungan pengetahuan perawat tentang infeksi
nosokomial dengan
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial Pengetahuan perawat yang tinggi tentang pencegahan infeksi nosokomial memberikan sumbangan pada tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial bisa didapat dari pengalaman yang sebelumnya atau dari pengalaman ketika menempuh pendidikan baik secara formal maupun informal. 2.
Hubungan lama bekerja perawat di pelayanan kesehatan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lama kerja perawat di pelayanan kesehatan memberikan sumbangan pada tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Lama kerja perawat di pelayanan kesehatan bisa memberikan suatu pengalaman yang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal, sehingga perawat akan terbiasa untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dikemukakan kerangka pikir penelitian seperti tersaji dalam gambar 2.1 berikut ini :
Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Pengalaman (lama kerja) 2. Pendidikan 3. Keyakinan 4. Fasilitas 5. Penghasilan 6. sosial Budaya
Kepatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat: 1. Pendidikan 2. Pengetahuan 3. Sikap 4. Ketrampilan 5. Fasilitas 6. Prosedur
Gambar 2.1. Kerangka pikir penelitian
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Berdasarkan konsep penelitian dapat dirumuskan hipotesisnya adalah: 1. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso 2. Ada hubungan lama kerja dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso. 3. Ada hubungan pengetahuan dan lama kerja dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang bertempat di Jalan Ahmad Yani Pabelan Surakarta. Ruang yang diteliti adalah bangsal rawat Inap. Penelitian ini direncanakan akan memakan waktu kurang lebih 6 bulan yaitu bulan Agustus 2012 – Januari 2013. Tabel 3.1. Jadual penelitian No
Bulan/tahun 2012-2013 Kegiatan
Agustus 1
1
2
Penyusun an Proposal Penelitian Seminar Proposal Penelitian
3
Perbaikan Proposal Penelitian
4
Pengajuan ijin ke lahan penelitian Pengumpu lan data
5 6
Pengolaha n data
7
Penyusun an laporan penelitian
2
3
September 4
1
2
3
Oktober 4
1
2
3
November 4
1
2
3
Desember 4
1
2
3
Januari 4
1
2
3
X X X X X X
X X
X X
X X X X X X X X
X X X X X
8 Ujian
X
commit to user 25
4
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Populasinya adalah tenaga pelaksana yang bertugas di bangsal rawat Inap RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta berjumlah 69 orang.
2. Sampel a. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus yang disusun oleh Notoatmodjo(2005), karena jumlah populasi kurang dari 10 000 sampel. Rumus menurut Notoatmodjo sebagai berikut :
N
=
n
=
Besar Sampel
N
=
Jumlah Populasi
d
=
Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan yaitu sebesar 10% atau 0,10.
Perhitungan sebagai berikut :
n = commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
=
= = 40,82 = 41 Orang b.
Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportionale random sampling, pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara random (acak). Berikut rincian jumlah perawat yang akan dijadikan sampel Tabel 3.2 Penghitungan Jumlah Sampel Nama bangsal A-C
Jumlah perawat 23
B-D
22
E-F
24
Penghitungan 23 ×41= 13,7 69 22 ×41= 13 69 24 ×41= 14,3 69 Jumlah
Jumlah sampel 14 13 14 41
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : a. Variabel terikat / dependent : Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Variabel bebas / independent: pengetahuan dan lama kerja 2. Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diukur itulah yang merupakan definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain (Nursalam, 2008) a. Pengetahuan 1) Definisi Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial, meliputi: a) Pengertian infeksi nosokomial b) Manfaat pencegahan infeksi nosokomial c) Bahaya infeksi nosokomial d) Upaya-upaya pencegahan infeksi nosokomial 2) Parameter a) Tinggi jika skor > median b) Rendah jika skor < median 3) Alat Ukur : Kuesioner 4) Skala Data : Nominal b. Masa Kerja kerja 1) Definisi commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adalah lama bekerja yang di tentukan dengan SK pengangkatan pegawai dalam pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial. 2) Parameter a) 0 - 6 tahun b) > 6 tahun 3) Alat Ukur
: Kuesioner
4) Skala Data
: Nominal
c. Kepatuhan Pencegahan Infeksi Nosokomial 1) Definisi Ketaatan perawat dalam melaksanakan protap pencegahan infeksi nosokomial. 2) Parameter Keterangan : a. Patuh jika skor > median b. Tidak patuh jika skor < median 3) Alat Ukur
: Observasi
4) Skala Data
: Nominal
E. Tenik dan Instrumen Untuk Mengumpulkan Data Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mem peroleh informasi dari responden. Bentuk kuesioner ini bersifat tertutup yaitu responden tinggal memberi tanda terhadap alternatif jawaban yang memperoleh data tentang pengetahuan, dan lama kerja di rumah sakit. Alasan penggunaan tertutup adalah untuk commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memudahkan responden menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Kuesioner yang dibuat oleh peneliti akan dilakukan uji coba kuesioner sebelum penelitian dilakukan.
Kuesioner
digunakan
untuk
mengumpulkan
data-data
yang
berhubungan dengan pengetahuan tentang pencegahan infeksi nosokomial dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial dengan kisi-kisi pertanyaan sebagai berikut : Tabel 3.3 Kisi-kisi pertanyaan pertanyaan penelitian No Komponen Item yang diukur 1 Pengetahuan tentang infeksi nosokomial a. Pengertian b. Manfaat pencegahan infeksi nosokomial c. Bahaya infeksi nosokomial d. Upaya-upaya pencegahan infeksi nosokomial
Jumlah 16 1, 2 3,4 5.6 7.8.9.10.11.12.13.14.15.16
Pengumpulan data tentang lama kerja dan pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial menggunakan instrumen lembar observasi.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen / uji coba kuesioner penelitian dilakukan pada perawat di bangsal rawat inap Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta sebanyak 30 orang. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk menguji tingkat kemampuan suatu instrument untuk mendapatkan data valid.
Lebih lanjut dijelaskan suatu instrumen
dikatakan valid, jika instrumen tersebut mampu mengukur apa saja yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui validitas setiap item instrumen menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dan indeks korelasinya. (Hidayat, 2009) Rumus Pearson Product Moment : n∑XY – (∑X) (∑Y) rhitung
=
Keterangan : rhitung = X = Y = n =
√[ I (n∑X2-(∑X)2 ] [ (n∑Y2- -(∑Y)2]
Koefisien korelasi antara skor item dengan total item Skor pertanyaan Skor total Jumlah responden
Keputusan validitas data dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien korelasi item dengan nilai rtabel pada tingkat signifikansi 5%. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan yang dilakukan terhadap 30 responden selanjutnya ditampilkan pada tabel berikut.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan rhitung ra,30 0,457 0,361 0,490 0,361 -0,060 0,361 0,851 0,361 -0,150 0,361 0,457 0,361 0,691 0,361 0,457 0,361 0,612 0,361 0,469 0,361 -0,020 0,361 0,457 0,361 0,691 0,361 0,457 0,361 0,691 0,361 0,162 0,361 0,394 0,361 0,726 0,361 0,664 0,361 0,457 0,361
Kesimpulan Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
Hasil uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung masing-masing item pertanyaan dengan nilai rtabel pada tingkat signifikansi 5% dan jumlah sampel (N) 30 sebesar 0,361. Jika nilai rhitung lebih tinggi dibandingkan nilai rtabel, maka disimpulkan item pertanyaan valid. Hasil uji validitas diatas menunjukkan terdapat 4 item pertanyaan pengetahuan yang memiliki nilai rhitung lebih rendah dibandingkan nilai rtabel, maka disimpulkan item pertanyaan tidak valid. Keempat item tersebut adalah pertanyaan nomor 3, 5, 11, dan 16.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Uji reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk menguji apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Untuk menguji reliabilitas kuestioner ini menggunakan rumus Spearmen Brown (Hidayat, 2009), dengan rumus sebagai berikut : 2.rb r11
=
1 + rb Keterangan : r11 rb
: Koefisien reliabilitas internal seluruh item : Korelasi product moment antara belahan Hasil uji reliabilitas menggunakan Split Half diperoleh nilai koefisien
split half sebesar 0,784. Suatu kuesioner dinyatakan reliable, jika nilai koefisien split half lebih besar dari nilai rtabel pada tingkat signifikansi 5% dan jumlah sampel (N) 41 sebesar 0,308. Karena nilai koefisien split half lebih besar dari rtabel (0,784 > 0,308) maka disimpulkan kuesioner pengetahuan adalah reliable.
G. Tehnik Analisa Data Analisa data penelitian di bagi menjadi dua yaitu analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat adalah analisis yang menggambarkan karakteristik setap variable dan akan tersaji dalam bentuk distribusi frekuensi yang akan dilakukan pada setiap variabel yaitu pengetahuan, dan lama kerja. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan lama kerja perawat
dengan
kepatuhan dalam pecegahan infeksi nsosokomial akan dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan analisis regresi ganda logistik. Analisis regresi ganda commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
logistik adalah alat statistic yang sangat kuat untuk menganalisis hubungan antara sebuah paparan dan penyakit (yang diukur biner, kategorik, dikotomi) dan dengan serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor perancu. Rumus Regresi Logistik (Sastroasmoro, 2002): In
é p ù ê1 - p ú = a + b1 x1 + b2 x 2 + b3 x3 ....... + b1 x1 ë û
Keterangan : P
: peluang terjadinya efek
x1 sampai xi
: variabel prediktor dan perancu
b1 sampai bi
: koefisien regresi
a
: konstanta Untuk memutuskan apakah ada hubungan yang bermakna (significant)
pengetahuan dan lama kerja perawat
dengan kepatuhan dalam pecegahan
infeksi nsosokomial, maka menggunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan (Alpha) yaitu sebesar 5% atau 0,05. Apabila p value < 0,05 maka ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan variabel independen, tapi apabila p value > 0,05 maka ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen (Sugiyono, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional yang bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan dan lama kerja dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial
ketika melakukan tindakan
perawatan luka di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso. Analisis penelitian dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu analisis bivariat dan analisis multivariat.
A. Karakteristik Responden 1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur Hasil pengkodingan data umur responden diketahui umur terendah adalah
20 tahun dan tertua adalah 58 tahun. Selanjutnya distribusi
frekuensi responden menurut umur disajikan pada tabel 4.1 berikut.
No 1. 2. 3. 4.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur Umur Responden Jumlah Persentase(%) 20 – 30 tahun 28 68 31 – 40 tahun 9 22 41 – 50 tahun 2 5 51 tahun ke atas 2 5 Jumlah 41 100
Berdasarkan tabel 4.1 nampak bahwa rata-rata umur responden berkisar 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 28 responden (68%), selanjutnya berusia 31 – 40 tahun sebanyak 9 responden (22%), dan 41-50 tahun dan 5 tahun ke atas masing-masing sebanyak 2 responden (5%). commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
2. Distribusi Frekuensi Responden menurut Jenis Kelamin Hasil tabulasi data responden menurut jenis kelamin disajikan pada tabel 4.2 berikut.
No 1. 2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut jenis kelamin Jenis kelamin Jumlah Persentase(%) Laki-laki 15 37 Perempuan 26 63 Jumlah 41 100 Berdasarkan tabel 4.2 tentang jenis kelamin menunjukkankan
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 26 responden (63%), dan laki-laki sebanyak 15 responden (37%). 3. Distribusi Frekuensi Responden menurut Masa Kerja Distribusi frekuensi responden menurut masa kerja disajikan pada tabel 4.3 berikut.
No 1. 2. 3. 4.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden menurut Masa Kerja Masa Kerja Responden Jumlah Persentase(%) < 5 tahun 16 39 6 - 10 tahun 19 46 10 – 15 tahun 3 7 16 tahun ke atas 3 7 Jumlah 41 100 Berdasarkan tabel 4.3 nampak bahwa rata-rata masa kerja
responden adalah
6-10 tahun yaitu sebanyak 19 responden (46%),
selanjutnya kurang sampai dengan 5 tahun sebanyak 16 responden (39%), 10-15 tahun dan 16 tahun keatas masing-masing sebanyak 3 responden (7%). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
B. Analisis Univariat 1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan Data tentang pengetahuan responden diperoleh dari jawaban responden terhadap kuesioner pengetahuan. Hasil jawaban tentang pengetahuan selanjutnya dibagi dalam dua kategori, yaitu pengetahuan tinggi dan rendah. Penentuan kategori tingkat pengetahuan berdasarkan nilai mean dan standar deviasi skor pengetahuan sebagai berikut. a. Pengetahuan rendah jika skor kurang dari median b. Pengetahuan tinggi jika skor lebih atau sama dengan median Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41 responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan dalam kategori tinggi, yaitu sebanyak
29 responden (71%), dan pengetahuan rendah sebanyak 12
responden (29%). Distribusi responden menurut pengetahuan disajikan pada tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4.
No 1. 2.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Pengetahuan Jumlah Persentase(%) Rendah Tinggi Jumlah
12 29 41
29 71 100
2. Distribusi Frekuensi Responden menurut Masa Kerja Masa kerja responden dalam analisis ini dibagi dalam dua kategori, yaitu: -
commit to user Masa kerja 0 – 6 tahun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
-
Masa kerja lebih dari 6 tahun Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 41 responden sebagian
besar yaitu 23 responden (56%) memiliki masa kerja lebih dari 6 tahun dan sisanya 18 responden (44%) memiliki masa kerja 0-6 tahun. Distribusi frekuensi responden menurut masa kerja disajikan pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Masa Kerja Masa kerja Jumlah Persentase(%)
No 1. 2.
0 – 6 tahun Lebih dari 6 tahun Jumlah
18 23 41
44 56 100
3. Distribusi Frekuensi Responden menurut Kepatuhan perawat Data tentang kepatuhan perawat diperoleh dari observasi kepatuhan perawat. Hasil observasi kepatuhan perawat selanjutnya dibagi dalam dua kategori, yaitu tidak patuh dan patuh. Penentuan kategori kepatuhan adalah sebagai berikut. a. Tidak patuh jika skor kurang dari median b. Patuh jika skor lebih atau sama median Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 41 responden sebagian besar yaitu sebanyak 29 responden (71%) adalah patuh dan sisanya 12 responden (29%) tidak patuh. Distribusi responden menurut kepatuhan disajikan pada tabel 4.6 berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden menurut Kepatuhan perawat No Kepatuhan Jumlah Persentase(%) 1. 2.
Tidak patuh Patuh Jumlah
12 29 41
29 71 100
C. Analisis Bivariat Tujuan penelitian ini adalah menguji adanya pengaruh hubungan pengetahuan dan masa kerja perawat terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial. Analisis bivariat dilakukan dengan menampilkan tabulasi silang (crosstab) masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat didukung oleh hasil uji Rank Spearman yang menguji signifikansi hubungan faktorfaktor pengetahuan dan masa kerja terhadap kepatuhan perawat. 1. Hubungan Pengetahuan terhadap Kepatuhan perawat Tabulasi
silang
pengetahuan
dengan
Kepatuhan
perawat
ditampilkan pada tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Kepatuhan Total Tidak patuh Patuh Pengetahuan Frek % Frek % Frek % Rendah 7 58 5 42 12 100 Tinggi 5 17 24 83 29 100 Jumlah 12 29 29 71 41 100 r = 0,411 p value = 0,008 t = 4,437 p value = 0,035 Hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta dapat dilihat sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
90% 80% 70% 60% 50%
Tidak patuh
40%
Patuh
30% 20% 10% 0% Rendah
Tinggi Pengetahuan
Gambar 4.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebagian besar adalah tidak patuh yaitu 7 responden (58%) dan responden yang patuh sebanyak 5 responden (42%). Sebaliknya pada responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebagian besar adalah patuh yaitu sebanyak 24 responden (83%) dan sisanya 5 responden (17%) tidak patuh. Berdasarkan uji koefisien korelasi didapatkan r sebesar 0,411 dan p sebesar 0,008 dan uji t didapatkan nilai p sebesar 0,035. Disimpulkan bahwa pengetahuan perawat berpengaruh terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial pada perawat di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
2. Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat Tabulasi silang masa kerja dengan Kepatuhan perawat ditampilkan pada tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8 Tabulasi Silang Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat Kepatuhan Total Tidak patuh Patuh Masa Kerja Frek % Frek % Frek % 0 – 6 tahun 2 11 16 89 18 100 > 6 tahun 10 43 13 57 23 100 Jumlah 12 29 29 71 41 100 r = 0,353 p value = 0,024 t = 3,086 p value = 0,079 Hubungan masa kerja terhadap kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta dapat dilihat sebagai berikut: 90% 80% 70% 60% 50%
Tidak patuh
40%
Patuh
30% 20% 10% 0% 0 - 6 tahun
> 6 tahun Masa Kerja
Gambar 4.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja 0 – 6 tahun sebagian besar adalah patuh yaitu 16 responden (89%) dan responden yang tidak commit patuh sebanyak to user 2 responden (11%). Hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
sama pada responden dengan masa kerja lebih dari 6 tahun dimana sebagian besar adalah patuh yaitu sebanyak 13 responden (57%) dan sisanya 10 responden (43%) tidak patuh. Berdasarkan uji koefisien korelasi didapatkan r sebesar 0,353 dan p sebesar 0,024 dan uji t didapatkan nilai p sebesar 0,079. Disimpulkan bahwa masa kerja perawat tidak berhubungan terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial pada perawat di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta.
D. Analisis Multivariat 1. Hubungan Pengetahuan dan Lama Kerja terhadap Terhadap Kepatuhan Perawat Ketepatan model yang disajikan (Goodness of Fit) yang ditunjukkan nilai c2 (Chi Square) diperoleh nilai sebesar 10,163 dengan tingkat signifikansi 0,006. Perbandingan nilai signifikansi dengan tingkat signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa model yang ditunjukkan adalah fit. Kesimpulan tersebut bermakna bahwa hubungan antara pengetahuan dan lama kerja perawat terhadap kepatuhan pasien perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Orthopedi Prof Dr. R. Soeharso Surakarta adalah signifikan. Artinya interaksi pengetahuan dan lama kerja perawat berhubungan dengan kepatuhan perawat, perawat dengan pengetahuan yang baik ditunjang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
dengan lama kerja yang masih rendah cenderung memiliki kepatuhan lebih tinggi dibandingkan perawat dengan lama kerja tinggi. Besarnya pengaruh variabel pengetahuan dan lama kerja terhadap kepatuhan perawat diperoleh dari nilai R2 uji regresi logistik. Hasil uji regresi logistik diperoleh nilai R2 sebesar 0,313, artinya 31,3% variasi perubahan kepatuhan perawat dipengaruhi oleh variabel pengetahuan dan masa kerja. 2. Variabel yang Paling Dominan Mempengaruhi Kepatuhan perawat Untuk
mengetahui kekuatan pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat diketahui dari prediksi probabilitas variabel bebas terhadap variabel terikat. Langkah untuk mengetahui probabilitas kepatuhan ditinjau dari pengetahuan dan masa kerja adalah sebagai berikut: a. Persamaan regresi Y = 0,738 + 1,694 (pengetahuan) - 1,587 (masa kerja). b. Probabilitas pengaruh pengetahuan dan masa kerja terhadap kepatuhan p = 1/(1 + e-y) 1) Probabilitas pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan p
= 1/ (1 + 0,738 (1,694)) = 63%
Dengan demikian probabilitas pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan perawat sebesar 63%. 2) Probabilitas pengaruh masa kerja terhadap kepatuhan p
–(1,587) commit to) user = 1/(1 + 0,738
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
= 37% Dengan demikian probabilitas pengaruh sikap terhadap kepatuhan perawat sebesar 38%. Hasil pengujian kekuatan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat diketahui dari prediksi probabilitas variabel bebas terhadap
variabel
terikat,
diperoleh
kesimpulan
bahwa
variabel
pengetahuan perawat memiliki pengaruh lebih dominan terhadap kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial dibandingkan variabel masa kerja.
E. Pembahasan Berdasarkan
data
yang
telah
dianalisis,
peneliti
membahas
permasalahan yang ada dan membandingkan dengan teori di Bab II. Pembahasan dilakukan berdasarkan hipotesis dan tujuan penelitian. 1. Karakteristik Responden a. Distribusi Umur Responden Hasil distribusi umur responden sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.1 nampak bahwa rata-rata umur responden berkisar 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 28 responden (68%), selanjutnya berusia 31 – 40 tahun sebanyak 9 responden (22%), dan 41-50 tahun dan 5 tahun ke atas masing-masing sebanyak 2 responden (5%). Distribusi responden menurut umur
menunjukkan bahwa
responden berada pada umur antara 20 hingga 58 tahun, dimana pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
usia tersebut tergolong kelompok umur produktif. Kondisi tersebut sangat menguntungkan, mengingat dalam menghadapi persaingan di era globalisasi menuntut sumber daya manusia yang handal. Nurjanah (2001) mengemukakan bahwa usia produktif merupakan usia dimana seseorang mencapai tingkat produktivitasnya baik dalam bentuk rasional maupun motorik. Energi yang dimiliki oleh orang usia muda, jika disalurkan ke arah yang benar merupakan suatu potensi yang sangat baik dalam peningkatan kinerja seseorang. Selain itu seorang yang berumur muda biasanya memiliki semangat
yang membara dan
berdampak pada motivasi dan etos kerja yang kuat pula. b. Distribusi Jenis Kelamin Responden Distribusi jenis kelamin responden sebagaimana ditamilkan pada tabel 4.2 tentang jenis kelamin menunjukkankan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 26 responden (63%), dan laki-laki sebanyak 15 responden (37%). Meskipun dalam ilmu keperawatan tidak membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam menjalani profesi sebagai seorang perawat yang profesional, namun
menurut peneliti profesi
keperawatan lebih disenangi oleh kaum perempuan dibandingkan kaum laki-laki. Hal ini kemungkinan disebabkan pekerjaan di dunia keperawatan membutuhkan kesabaran, ketekunan dan ketelatenan yang biasanya sifat tersebut lebih banyak dimiliki oleh sebagian besar kaum perempuan (Fikri, 2009) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
c. Distribusi Masa Kerja Responden Distribusi masa kerja responden sebagaimana data Berdasarkan tabel 4.3 nampak bahwa rata-rata masa kerja responden adalah 6-10 tahun yaitu sebanyak 19 responden (46%), selanjutnya kurang sampai dengan 5 tahun sebanyak 16 responden (39%), 10-15 tahun dan 16 tahun keatas masing-masing sebanyak 3 responden (7%). Distribusi responden menurut masa kerja menunjukkan sebagian besar responden memiliki masa kerja antara 6 – 10 tahun. Lama kerja menunjukkan waktu yang dilalui seseorang dalam bekerja yang dihitung mulai bekerja dalam suatu organisasi dan menduduki jabatan tertentu. Lama kerja seorang perawat akan mempengaruhi tingkat kesiapan dalam menjalankan tugas yang akan diembannya. Namun adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial seperti pengetahuan dan ketrampilan perawat menyebabkan, lama kerja seorang perawat tidak selalu menyebabkan perawat tersebut semakin baik dalam menjalankan tugas yang diembannya. 2. Pengetahuan Responden tentang Infeksi Nosokomial Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori tinggi tentang pencegahan infeksi nosokomial ketika mempersiapkan alat dan prosedur pelaksanaan tindakan Perawatan luka. Pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial ketika mempersiapkan alat dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
prosedur pelaksanaan tindakan, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya tingkat pendidikan, pengalaman, informasi, dan lain-lain. Tingkat pengetahuan yang cukup tersebut dapat terjadi karena latar belakang tingkat pendidikan responden yang berbeda dan mempunyai tingkat pendidikan minimal seorang perawat yaitu D3 keperawatan. Hoyt dan Miskel (Sugiyono, 2009), mengemukakan pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial-aksiden manusia, karena pengetahuan adalah buah dari "berpikir ". Pengetahuan manusia diperoleh melalui persepsinya terhadap stimulus dengan menggunakan alat indra, hasil persepsi berupa informasi akan disimpan dalam sistem memori untuk diolah dan diberikan makna, selanjutnya.informasi tersebut digunakan (retrieval) pada saat diperlukan. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan mengoptimalkan kemampuan perseptual dan perhatiannya serta mengatur penyimpanan informasi secara tertib. Pengetahuan perawat diperoleh melalui informasi yang didapat melalui pendidikan dan pengalaman. Kaitan tingkat pendidikan dengan pengetahuan dikemukakan oleh Perry dan Potter (2005) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Parera (2004), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan terhadap kesehatan adalah tingkat pendidikan. Pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil upaya mencari tahu yang
terjadi
setelah
individu tersebut commit to user
melakukan
penginderaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Penginderaan melalui berbagai alat indra akan tetapi sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang atau over behavior (Notoadmodjo, 2003). Pada kenyataannya perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tanpa didasari dengan pengetahuan. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan perawat sebagaimana pendapat Entjang (2009), bahwa untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan maka pelatihan yang berupa seminar, diskusi, dan work shop sangat penting dilakukan untuk jenis pekerjaan yang menuntut ketrampilan yang relatif rumit bagi yang mempunyai kesenjangan dengan ketrampilan baru, sehingga dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi dan tanggung jawab kerja. 3. Kepatuhan Responden terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Distribusi tingkat kepatuhan responden
menunjukkan sebagian
besar adalah patuh yaitu sebanyak 29 responden (71%). Kepatuhan adalah suatu prilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin. Kepatuhan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti usia, pendidikan, pengetahuan, masa kerja, dan motivasi. Kurang patuhnya perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan akan berakibat rendahnya mutu asuhan itu sendiri. Patuh adalah sikap positif individu yang ditunjukkan dengan adanya perubahan secara berarti sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Ketidakpatuhan merupakan suatu kondisi pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
individu atau kelompok yang sebenarnya mau melakukannya, tetapi dapat dicegah untuk melakukannya oleh faktor-faktor yang menghalangi ketaatan terhadap anjuran. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati.
Tingkat
kepatuhan
adalah
besar
kecilnya
penyimpangan
pelaksanaan pelayanan dibandingkan dengan standar pelayanan yang ditetapkan anjuran (Nurbaiti, 2004). 4. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pencegahan Infeksi Nosokomial Tabulasi
silang
pencegahan infeksi
hubungan
pengetahuan
dengan
kepatuhan
nosokomial menunjukkan adanya kecenderungan
semakin tinggi pengetahuan perawat, maka tingkat kepatuhannya semakin meningkat. Selanjutnya berdasarkan uji koefisien korelasi didapatkan r sebesar 0,411 dan p sebesar 0,008 dan uji t didapatkan nilai p sebesar 0,035. Disimpulkan bahwa pengetahuan perawat berpengaruh terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial pada perawat di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. Praktek suatu keprofesian memerlukan suatu dasar pengetahuan dari praktek dan pengetahuan ilmiah. Pengembangan ilmu ini penting dalam pengembangan profesi keperawatan, karena perawat yang melakukan tindakan atas dasar suatu pengetahuan dan informasi secara ilmiah akan menjadi seorang perawat profesional dan mempunyai tanggung jawab yang besar kepada klien serta akan membantu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
meningkatkan pencapaian identitas profesi (Nursalam, 2000). Sebagaimana pendapat tersebut diatas, maka ketika perawat memahami tentang pencegahan infeksi
nokomial dalam melakukan
tindakan, maka perawat akan mematuhi prosedur pencegahan infeksi nosokomial. Demikian juga saat melakukan tindakan perawatan luka, perawat yang memahami tentang proses pencegahan infeksi nosokomial akan lebih mematuhi prosedur pencegahan infeksi nosokomial, karena tidak hanya bermanfaat untuk pasien tetapi juga untuk petugas sendiri. Hasil tabulasi silang kepatuhan perawat ditinjau dari pengetahuan secara umum memang menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan perawat maka semakin patuh, namun pada tabulasi silang tersebut terdapat 2 responden yang berpengetahuan rendah namun patuh dan 6 responden yang memiliki pengetahuan cukup namun tidak patuh. Deviasi kepatuhan perawat ditinjau dari tingkat pengetahuan tersebut disebabkan adanya faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat dalam menerapkan universal precaution ketika melakukan tindakan perawatan luka. Faktor-faktor tersebut antara lain lingkungan kerja, pelatihan ketrampilan, dan faktor psikososial. (Yusran, 2008). Pelatihan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. Umumnya pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan kerja dalam waktu yang relatif singkat. Suatu pelatihan berupaya menyiapkan perawat untuk melakukan pekerjaan yang dihadapi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Hasil penelitian ini ternyata mendukung hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian Dwi (2009) tentang “hubungan tingkat pengetahuan tentang infeksi dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka di instalasi rawat darurat rumah sakit umum DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2008”. Hasil dalam penelititian ini adalah hasil uji Spearman Rho antara pengetahuan dengan kepatuhan terhadap prosedur tetap menjahit luka ditunjukkan koefisien korelasi yaitu 0,597 dan nilai signifikan 0,005, interpretasi antara kepatuhan dan pengetahuan terdapat hubungan yang yang kuat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh elshafi dkk (1995) tentang The relationship between the knowledge of nursing staff and their compliance to universal precautions for prevention of hepatitis B viral infection
dalam Journal Egypt Public Health Association. Penelitian
dilakukan terhadap perawat di Rumah Sakit Tanta Fever
dengan
interview melalui kuesionaire dan observasi checklist. Berbeda dengan hasil penelitian diatas, dimana dalam penelitian ini menyatakan bahwa meski tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dan kinerja perawat dalam universal precaution, perawat dengan pengalaman kurang dari 5 tahun menunjukkan kinerja yang lebih baik dari yang memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun. Penelitian ini menggambarkan perlunya peningkatan pengetahuan dan pelatihan in service tentang kontrol infeksi pada tenaga keperawatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
5. Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Pencegahan Infeksi Nosokomial Tabulasi
silang
hubungan
masa
kerja
dengan
kepatuhan
pencegahan infeksi nosokomial menunjukkan tidak adanya kecenderungan perawat dengan masa kerja lebih lama memiliki kepatuhan lebih baik daripada perawat dengan masa kerja lebih singkat, dan sebaliknya. Hal tersebut didukung oleh hasil uji yang menunjukkan nilai r sebesar 0,353 dan p sebesar 0,024 dan uji t didapatkan nilai p sebesar 0,079. Disimpulkan bahwa masa kerja perawat tidak berhubungan
terhadap
kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial pada perawat di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta. Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara masa kerja dan kepatuhan yang dilakukan oleh perawat pelaksana, hal ini dapat disebabkan karena responden memiliki masa kerja antara 0 – 6 tahun (44,0%), yang berarti bahwa mereka adalah merupakan karyawan yang relatip baru. Dan merasa belum terpuaskan sehingga kurang termotivasi untuk menampilkan kinerja yang baik. Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama masa kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan pekerjaanya. Seseorang akan mencapai kepuasan tertentu bila sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka . Para commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
karyawan yang relatip baru cenderung kurang terpuaskan karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi (Martini, 2007). Hasil penelitian yang menyatakan masa kerja perawat tidak berhubungan
terhadap kepatuhan pencegahan infeksi nosokomial pada
perawat di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso Surakarta ternyata mendukung hasil beberapa penelitian terdahulu. Penelitian setiyawati,w (2005)
dan
parsito (2006) tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi luka operasi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perawat yang motivasi tinggi 82,6 persen lebih patuh, perawat yang sikap baik perilaku kepatuhannya 84,0 persen lebih patuh dan perawat yang peduli 82,6 persen lebih patuh terhadap pencegahan infeksi luka operasi ada korelasi yang signifikan antara motivasi, sikap dan kepedulian dengan perilaku kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi luka operasi, sedangkan variabel lain seperti jenis kelamin, umur, pendidikan dan masa kerja memperlihatkan hubungan yang tidak signifikan.
F. Keterbatasan Penelitian 1. Peneliti hanya meneliti faktor pengetahuan dan masa kerja kaitannya dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Peneliti kurang memperhitungkan faktor-faktor confounding seperti ketrampilan, prosedur, dan fasilitas rumah sakit. Faktor-faktor counfounding tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
mungkin saja merupakan faktor yang cukup besar mempengaruhi kepatuhan perawat, sehingga kepatuhan yang diperoleh dalam penelitian ini tidak sepenuhnya dihasilkan oleh pengaruh pengetahuan, dan lama kerja. 2. Adanya keterbatasan waktu dan tenaga, maka pelaksanaan observasi kepatuhan dilakukan oleh kepala ruang atau perawat senior, kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya bias pada hasil observasi. Hasil observasi mungkin lebih obyektif jika didukung oleh observasi mandiri yang dilakukan oleh peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada BAB sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso. Uji koefisien korelasi didapatkan r = 0,411 ρ = 0,008, uji t nilai ρ = 0,035. Jadi tingkat pengetahuan yang tinggi memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. 2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RS. Orthopedi Prof. dr. R. Soeharso. Uji koefisien korelasi r sebesar 0,353 dan sebesar ρ = 0,024 dan uji t di dapatkan nilai ρ = 0,079 3. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan lama kerja perawat secara simultan terhadap kepatuhan pasien perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Orthopedi Prof Dr. R. Soeharso Surakarta adalah signifikan. Hasil uji Regresi Logistik nilai c2 (Chi Square) sebesar 10,163 dan nilai ρ = 0,006. 4. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial adalah pengetahuan perawat. commit to user 54 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
B. Implikasi I. Implikasi Teoritis Implikasi penelitian ini secara teoritis sebagai dukungan empiris bagaimana pengetahuan dan lama kerja berhubungan dengan pencegahan infeksi nosokomial. Ditemukannya hubungan positif antara pengetahuan perawat dengan kepatuhan dalam pencegahan infeksi nosokomial dapat membuahkan implikasi bahwa pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial perlu ditingkatkan dan dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Pengetahuan yang tinggi memungkinkan seseorang memiliki konsep yang mendasari terwujudnya suatu perilaku dalam hal ini adalah perilaku melaksanakan tindakan pencegahan infeksi sesuai protap atau ketentuan yang berlaku. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Parsito (2006) meneliti tentang "Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Luka Operasi di Ruang Mawar RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan penelitian yang dilakukan oleh elshafi dkk (1995) tentang The relationship between the knowledge of nursing staff and their compliance to universal precautions for prevention of hepatitis B viral infection dalam Journal Egypt Public Health Association. Sedangkan mengenai lama kerja yang tidak berhubungangan dengan kepatuhan perawat maka hal ini berkaitan dengan sikap dari perawat itu sendiri, perawat yang sudah lama tetapi persepsi terhadap upaya pencegahan infeksi masih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
mengganggap sebagai hal yang tidak penting juga akan mempengaruhi kepatuhan dalam pencegahan infeksi. II. Implikasi Praktis Implikasi positif terhadap pencegahan infeksi nosokomial adalah disadarinya bahwa dengan melakukan pencegahan infeksi nosokomial maka terjadinya infeksi pada perawat ataupun pasien bisa diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Hal ini akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi pasien tetapi juga bagi petugas kesehatan sendiri. Untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial perlu dilakukan tindakan diantaranya : 1) Melakukan pelatihan kepada petugas yang baru, 2) melakukan diskusi dengan perawat yang sudah pernah mendapatkan pelatihan tentang upaya pencegahan yang telah dilakukan di ruangan yang ditempati, tantangan dan hambatan serta upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. 3) mengadakan penilaian kepada perawat tentang upaya pencegahan yang dilakukan serta memberikan reward bagai perawat yang konsisten menerapkan upaya tersebut. 4) memasang informasi tentang pentingnya upaya pencegahan infeksi nosokomial dan upaya-upaya yang termasuk pencegahan infeksi nosokomial. C. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Manajemen rumah sakit hendaknya memperhatikan faktor pengetahuan dan hubunganya dengan kepatuhan perawat. Manajemen rumah sakit dalam rangka meningkatkan pengetahuan perawat dapat dilakukan dengan mengikutsertakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
perawat pada program peningkatan pengetahuan misalnya dalam pelatihan, seminar, workshop dan lain-lain. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat menjadikan acuan bahwa pengetahuan yang baik berpengaruh terhadap kepatuhan perawat. Untuk itu institusi pendidikan keperawatan hendaknya membekali siswanya dengan ilmu keperawatan sebaik-baiknya, sehingga mampu
menopang tugas mereka dalam kerja
mereka. 3. Bagi Perawat Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan mereka dengan
mengikuti
kegiatan-kegiatan pembelajaran seperti pelatihan, seminar, workshop dan lainlain. Selain itu perawat perlu meningkatkan pendidikan mereka dari D3 menjadi sarjana (S1) sehingga pengetahuan dan ketrampilan mereka lebih meningkat. 4. Bagi Peneliti a. Peneliti yang ingin meneliti pada subyek yang sejenis, hendaknya menambah variabel-variabel independen lainnya, misalnya fasilitas, prosedur, ketrampilan, supervisi, dan lain-lain. b. Dalam pelaksanaan observasi kepatuhan perawat, sebaiknya dilakukan oleh beberapa pengamat, sehingga diperoleh hasil amatan yang lebih valid.
commit to user