annual report 2005
VISI Terbentuknya masyarakat yang mendukung proses pembaruan di bidang tata pemerintahan guna membangun Indonesia yang adil, berdemokrasi, dan makmur.
MISI Mendorong pembaruan tata pemerintahan di semua bidang dan mendukung penciptaan model tata pemerintahan yang baik yang menekankan pada prinsip kemitraan setara di mana proses pengambilan keputusan mempertimbangkan masukan dari semua pihak pemangku kepentingan.
© partnership for governance reform in indonesia
2
annual report 2005
VISION Partnership aspires to build a society promoting governance reform towards a fair, democratic, and prosperous Indonesia.
MISSION To promote governance reform, and to serve as a model of good governance with equal partnership where processes of decision making and resource allocation are based on the inclusion of all stakeholders, a focus on gender equality and the involvement of disadvantaged groups.
© partnership for governance reform in indonesia
3
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
4
annual report 2005
table of content VISION & MISSION
3
TABLE OF CONTENT
5
INTRODUCTION
7
PROLOGUE
9
PARTNERSHIP IN BRIEF
12
PRIORITIZED SECTOR
14
FACILITATING REFORM AGENDA
21
HIGHLIGHTED REFORM IN THE REGIONS
28
OPERATIONAL
46
FINANCIAL STATEMENT
51
STATEMENT OF FINANCIAL POSITION
54
STATEMENT OF ACTIVITIES
55
STATEMENT OF CASHFLOWS
56
NOTES TO FINANCIAL STATEMENT
57
ABBREVIATIONS
62 5
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
6
annual report 2005
introduction
Ketika memasuki tahun 2006, Kemitraan telah berjalan selama lima
As we stepped into the year 2006 the Partnership had already
tahun. Berbagai program telah dilaksanakan sesuai dengan
been in operation for five years. Many varied programs have
mandatnya, bersama dengan para mitra kerja yang tersebar luas di
been carried out in line with its mandate, in cooperation with
tingkat nasional maupun daerah di seluruh negeri, dan kami
a wide range of partner institutions, at both the national and
bersyukur bahwa saat ini masyarakat Indonesia telah mengenal
regional level all over the country, and we are heartened to
istilah ’tata pemerintahan’ ata governance. Kemitraan tidak lagi
see that Indonesian people are now familiar with the term
‘berjuang sendiri’ dalam mempromosikan pembaruan tata
‘governance’. The Partnership is no longer a “lone-ranger” in
pemerintahan. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa
promoting governance reform. Nevertheless, the reality
kita masih jauh dari penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan
clearly shows that we are still far from fully embracing
yang baik atau good governance. Indonesia masih termasuk salah
governance principles. Indonesia is still among the most
satu negara paling korup di dunia, penegakan hukum dan keadilan
corrupt nations, our law enforcement is still very much
masih banyak dipertanyakan, dan birokrasi kita masih tetap tidak
questioned, and our bureaucracy remains inefficient and
efisien dan tidak profesional. Proses desentralisasi yang
unprofessional. The decentralization process, expected to
diharapkan menghasilkan pelayanan yang lebih baik kepada
result in better public services for the people, has failed to
masyarakat, ternyata gagal mendorong Pemerintah Daerah
encourage most local governments to improve the way they
(Daerah) untuk meningkatkan cara mereka melakukan tugas-tugas
conduct business with their constituents, and very few local
bersama konstituen mereka. Hanya sedikit Daerah yang benar-
governments have really capitalized on the authority
benar memanfaatkan wewenang yang diberikan Pemerintah Pusat
delegated to them from the central government. Those that
(Pusat). Mereka yang mampu memanfaatkan kesempatan lewat
have taken advantage of the opportunities opened up by
proses desentralisasi ini telah berhasil menerapkan manajemen
decentralization have successfully put in place better
yang lebih baik pada sumber daya publik yang diamanatkan, yang
management of entrusted public resources, and this in turn
pada akhirnya meningkatkan standar kehidupan masyarakatnya
has brought a better standard of living to their people in the
dalam bentuk sekolah gratis dan rumah sakit gratis.
form of free schooling and free hospitalization for example.
7
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Despite there still being a long way to go to realize true governance reform, various activities supported by the Partnership throughout the country – 293 projects in the last five years – have generated meaningful impacts. Empowering those at the grass Walaupun perjalanan untuk mewujudkan pembaruan tata pemerintahan yang
root level in various regions, for example, has changed
sesungguhnya masih panjang, berbagai aktivitas yang didukung Kemitraan
the attitude of the people towards the government.
di seluruh negeri – yaitu 293 proyek dalam lima tahun terakhir – telah
They now have the courage to stand up and voice their
menghasilkan dampak yang berarti. Pemberdayaan kelompok-kelompok di
concerns and demands to their local governments. On
tingkat akar rumput di berbagai daerah, misalnya, telah mengubah perilaku
the other hand, activities with local governments and
dan pandangan masyarakat terhadap pemerintah. Mereka kini telah memiliki
local parliaments have made them more responsive
keberanian untuk berdiri dan menyuarakan keprihatinan dan tuntutan mereka
to the needs of the people, resulting in more effective
kepada Daerah. Di lain pihak, aktivitas dukungan Kemitraan terhadap Daerah
use of the available resources. However, much still
dan DPRD di berbagai daerah telah membuat mereka menjadi lebih responsif
needs to be done in the future. In this regard, the
terhadap kebutuhan masyarakatnya, yang akhirnya mampu menggunakan
Partnership is in the process of reformulating its
sumber daya menjadi lebih efektif. Tetapi masih banyak yang harus dilakukan
strategic plan in order to be able to devise better
di masa mendatang. Dalam hal ini, Kemitraan sedang dalam proses
responses to the constantly emerging challenges
merumuskan ulang rencana strategisnya agar dapat mewujudkan respon yang
within an ever changing environment.
lebih baik terhadap tantangan-tantangan yang senantiasa muncul di dalam lingkungan yang selalu berubah-ubah.
We would like to use this opportunity to convey our gratitude and sincere appreciation in particular to
Kami ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaan
our donors that have not only provided us with
dan apresiasi yang tulus khususnya kepada para donor yang tidak saja
financial support, but also always demonstrated
mendukung kami secara finansial tapi juga selalu menunjukkan kerjasama yang
excellent cooperation. The same appreciation goes to
baik. Apresiasi yang sama juga kami sampaikan kepada lembaga-lembaga mitra
our partner institutions that have conducted most of
kerja kami yang telah melakukan sebagian besar pekerjaan pembaruan tat
the field work. Looking to the future, together we will
apemerintahan di lapangan. Melihat ke depan, bersama kita akan sanggup
be able to make a difference in making governance
membuat perbedaan dalam menjadikan tata pemerintahan yang baik menjadi
reform a reality in this country.
kenyataan di negara ini.
Jakarta, July 2006 Co-Chairpersons, the Executive Board Shanti L. Poesposoetjipto
8
|
Marzuki Darusman
annual report 2005
prologue Kami sangat senang dapat berbagi dengan anda apa yang telah
We are delighted and honored to share with you the
dilakukan oleh Kemitraan selama tahun 2005 dalam usaha
Partnership’s 2005 milestone achievements while
melaksanakan mandatnya untuk mempercepat proses pembaruan tata
carrying out its mandate to accelerate governance
pemerintahan di negeri ini. Tahun 2005 menjadi tahun yang menarik
reform in this country. The year 2005 has been a very
bagi warga Indonesia; merupakan tahun pertama presiden yang
interesting year for Indonesians; it was the first year in
terpilih secara demokratis mulai menempati kantornya, dan masyarakat
office for the newly democratically elected president, and
sangat berharap dan menunggu presiden menepati janji-janjinya
as such the people were upbeat in expecting the president
selama masa kampanye, juga merupakan tahun pertama dimana
to deliver on his promises; and it was the year that the
diadakan pemilihan langsung (pilkada) bagi lebih dari seratus
first direct election (Pilkada) of more than one hundred
pemimpin daerah (gubernur dan bupati/walikota) di berbagai daerah.
local leaders (governors and bupatis) in various regions
Sebelum pilkada mulai dilaksanakan, banyak pihak memprediksi bahwa
took place. Prior to Pilkada polls some experts had
proses pemilihan di daerah ini akan banyak diwarnai oleh konflik-
predicted the event would be full of horizontal conflicts,
konflik horisontal, namun ternyata di berbagai daerah, pemilihan
however, on the contrary, the election took place smoothly
berlangsung dengan lancar tanpa masalah berarti.
and efficiently, without any noticeable problems.
Kemitraan telah melangsungkan sejumlah aktivitas untuk mendorong
The Partnership carried out a number of activities to
pilkada yang damai dan bermanfaat di daerah. Di Jawa Tengah, Sumatra
promote a peaceful and meaningful Pilkada in the
Barat, dan Kalimantan Barat, Kemitraan memfasilitasi pertemuan-
regions. In Central Jawa, West Sumatera and West
pertemuan yang dihadiri oleh para calon dan pihak-pihak yang
Kalimantan, the Partnership facilitated meetings,
berkepentingan di daerah tersebut guna menandatangani
attended by election candidates and regional
kesepakatan untuk mewujudkan pilkada yang damai. Kesepakatan-
stakeholders, where agreements were signed to promote
kesepakatan ini telah berperan besar dalam keberhasilan pilkada di
a peaceful Pilkada. These agreements played a role in the
wilayah-wilayah yang bersangkutan. Di daerah lain seperti Sulawesi
success of Pilkada in these regions. In other regions, such
Selatan,
lokal
as South Sulawesi, the Partnership worked together with
menyelenggarakakan kampanye pendidikan bagi pemilih untuk
a local partner to conduct voter education campaigns,
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan hak-hak
enhancing the people’s awareness of their political rights.
Kemitraan
bekerjasama
dengan
mitra
politik mereka.
9
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Following the peace agreement between the Free Aceh Movement (Gerakan Aceh Merdeka, GAM) and the Government of Indonesia, signed in Helsinki on 15 August 2005, a Law on the Government of Aceh needed to be formulated and enacted as soon as possible. The law required careful design and formulation in order to ensure that the interests of the various stakeholders in Aceh were sufficiently Meneruskan kesepakatan damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan
and appropriately addressed. To promote adherence
Pemerintah Republik Indonesia yang ditandatangani di Helsinki pada
to good governance principles the Partnership took
tanggal 15 Agustus 2005, sebuah undang-undang pemerintahan Aceh (UU
a direct role in the formulation process of the law,
PA) harus dirumuskan dan ditetapkan secepat mungkin. Undang-undang ini
facilitating the signing of Cooperation agreements
harus didesain dan dirumuskan dengan hati-hati untuk memastikan agar
with the provincial government and the provincial
kepentingan semua pihak di Aceh terakomodir dengan baik. Untuk
parliament of Aceh. The Partnership established a
mendorong ketaatan pada prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik,
team of experts to formulate the first draft which
Kemitraan memutuskan untuk secara langsung terlibat dalam proses
was later discussed and improved upon via a series
perumusan
memfasilitasi
of public consultations with various stakeholders,
penandatanganan perjanjian kerjasama antara pemerintah propinsi dan
including GAM representatives in a number of
DPRD tingkat I Aceh. Sebuah tim ahli kemudian dibentuk oleh Kemitraan
regions. By the end of November 2005 the sixth draft
untuk merumuskan rancangan awal yang kemudian dibahas dan diperbaiki
was finalized and then submitted by the local
lewat serangkaian konsultasi publik dengan berbagai pihak pemangku
parliament of Nanggroe Aceh Darussalam (DPRD
kepentingan, termasuk GAM di beberapa daerah. Pada akhir November 2005
NAD) to the Central Government for further
rancangan keenam telah dirampungkan yang kemudian diajukan oleh DPRD
deliberation by the National Parliament (DPR-RI).
Nangroe Aceh Darussalam kepada Pusat untuk dibahas lebih lanjut di tingkat
During this deliberation process, the Partnership
DPR-RI. Selama proses pembahasan oleh DPR-RI dan pemerintah, Kemitraan
continued to facilitate various meetings and
terus memfasilitasi berbagai pertemuan dan konsultasi termasuk talk show
consultations, including talk shows, to ensure active
untuk memastikan partisipasi aktif dari berbagai pihak pemangku
participation
kepentingan yang peduli dapat doakomodasi.
stakeholders.
undang-undang
tersebut,
dengan
10
by
the
various
concerned
annual report 2005
During 2005 the Partnership approved and launched 23 projects financed by the European Union (EU) through its Governance Trust Fund as part of four years of EU committed support to the Partnership. These projects were carried out by partner institutions – NGOs, district and provincial governments, universities and the central government – on a nationwide scale. The Selama tahun 2005, Kemitraan meluncurkan 23 proyek yang didanai oleh Uni
activities focused on a wide variety of reform and
Eropa (UE) melalui Trust Fund tata pemerintahan sebagai bagian dari empat
development issues, including; empowering
tahun dukungan UE kepada Kemitraan. Proyek ini dilaksanakan oleh para
people at the grass roots level to understand
lembaga mitra; LSM-LSM, pemerintah tingkat kabupaten dan propinsi,
various aspects of local government budgeting in
universitas-universitas dan Pusat; di seluruh negeri. Kegiatannya
Lampung, South Sumatera; mainstreaming anti-
memfokuskan diri pada berbagai jenis pembaruan tata pemerintahan dan
corruption education into university curricula at
masalah pembangunan, termasuk memberdayakan masyarakat di tingkat
the State Islamic University (UIN), Jakarta;
paling rendah agar mampu memahami berbagai aspek penganggaran Daerah
promoting effective use of the Corporate Social
di Lampung Sumatera Selatan; pengarusutamaan pendidikan anti korupsi ke
Responsibility (CSR) Fund in Kutai Timur;
dalam kurikulum di Unversitas Islam Negeri (UIN) Jakarta; mendorong
facilitating
penggunaan yang efektif dari dana tanggung-jawab sosial perusahaan
establishment of a Special Provincial Regulation
(corporate social responsibility fund) di Kutai Timur; memfasilitasi perumusan
(Perdasi) for the selection of the Papua People’s
dan penetapan peraturan daerah khusus (perdasi) untuk pemilihan anggota
Assembly (MRP) members in Papua; facilitating the
Majelis Rakyat Papua (MRP) di Papua, memfasilitasi pembentukan
establishment of a Local Ombudsman in
Ombudsman di daerah Jogjakarta, memperkuat kapasitas Komisi
Yogyakarta; strengthening the capacity of the
Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, mendukung sistem perekrutan
National Corruption Eradication Commission
pegawai di Kementerian Kehutanan, dan menyediakan masukan untuk revisi
(KPK) in Jakarta; supporting an improved
sistem pensiun pemerintah di Badan Kepegawaian Negara (BKN). Kami
recruitment system in the Ministry of Forestry; and
berharap kegiatan ini pada akhirnya dapat menimbulkan hasil-hasil yang
providing input for the revision of the government
diharapkan, yang dipercaya dapat memberi kontribusi yang berarti untuk
pension systems in the National Civil Service
pembaruan tata pemerintahan di negeri ini.
Agency (BKN). We expect these activities will
the
formulation
and
the
eventually generate the intended results which Akhir kata, kami ingin turut mengungkapkan apresiasi yang tulus kepada semua pihak atas dukungan dan bantuan mereka yang memungkinkan
will
render
meaningful
contributions
to
governance reform in this country.
Kemitraan melaksanakan kegiatan-kegiatannya selama tahun 2005. Last but not least we would like to express our Jakarta, Februari 2006
sincere appreciation to all parties for the support and assistance which has enabled the Partnership
HS. DILLON
to carry out its activities throughout 2005. Direktur Eksekutif
11
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
partnership in brief ABOUT THE PARTNERSHIP The Partnership for Governance Reform in Indonesia is a multi-stakeholder organization dedicated to support Indonesian initiatives in promoting governance reform in Indonesia. The Partnership’s Executive Office with the direction of its Governing Board and Executive Board members TENTANG KEMITRAAN
works with government agencies/ institutions and
Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia atau
community based or non-government institutions
Kemitraan adalah organisasi yang dibentuk oleh berbagai pihak dengan
(NGO) partners to advance the national reform
bertujuan untuk mendukung inisiatif-inisiatif bersama dalam pembaruan
agenda. The Partnership brings together the
tata pemerintahan di Indonesia. Kantor Eksekutif Kemitraan bekerjasama
Indonesian government (executive), legislature,
dengan lembaga-lembaga pemerintah, organisasi masyarakat, dan lembaga
judiciary, and civil society, with the support of the
swadaya masyarakat lainnya sebagai mitra kerja di dalam memajukan agenda reformasi nasional. Kemitraan setara ini mempersatukan Pemerintah Indonesia (eksekutif ), legislatif, yudikatif, dan masyarakat sipil melalui dukungan masyarakat internasional, guna menerapkan praktik tata pemerintahan yang baik dan berkelanjutan di Indonesia. Masyarakat
international community, to establish sustainable good governance practices in Indonesia. The international community provides expertise, experience, technical and financial supports,
internasional ’hanya’ menyediakan keahlian, pengalaman, dukungan teknis
however
dan keuangan, pada akhirnya kepemimpinan dan tanggungjawab
responsibility for success must rest upon
keberhasilannya tergantung pada masyakarat Indonesia.
Indonesians.
12
ultimately
leadership
and
the
annual report 2005
THE ORGANIZATION The Partnership is an Indonesian legal entity established as a not-for-profit civil-law partnership. Its management structure reflects its legal status, and is technically operated as a United Nations Develpoment Programme ORGANISASI
(UNDP) project known as National Execution. The Executing Agency of this ‘project’ is the Directorate of
Kemitraan adalah sebuah badan hukum yang dibentuk sebagai sebuah kemitraan sipil-hukum yang bersifat nirlaba. Struktur
Functionaries (Direktorat Aparat Negara) within the
manajemennya mencerminkankan status hukumnya dan secara teknis
National Development Planning Agency, Bappenas. The
dioperasikan sebagai suatu proyek United Nations Development
Executing Agency works with the Partnership on a
Programme (UNDP) yang disebut National Execution. Lembaga
number of levels, both in ensuring compliance with
pelaksana ‘proyek’ ini adalah Direktorat Aparat Negara yang berada
project management requirements and actively
di dalam lingkup Badan Perencana Pembangunan Nasional,
engaging with the Policy Advisory Committee as
Bappenas. Lembaga pelaksana ini bekerja bersama Kemitraan pada
representation of Partnership’s management, the Board
berbagai tingkatan, baik untuk memastikan kesesuaian dengan
and donors visions. The Executing Agency is also involved
persyaratan manajemen proyek maupun agar aktif berinteraksi
in monitoring and evaluating the activities and projects
dengan Policy Advisory Committee atau komite penasihat kebijakan
of the Partnership.
organisasi sebagai wakil dari manajemen Kemitraan, anggota Dewan, dan lembaga donor. Lembaga pelaksana juga terlibat dalam memantau
The Partnership is led by an Indonesian majority
dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek Kemitraan.
Governing Board members consisting of representatives
Kemitraan ini dipimpin oleh Governing Board atau Dewan Pembina
from the Indonesian government, civil society and
yang mayoritas anggotanya berbangsa Indonesia; yang terdiri dari
private. In addition, this group includes representatives
perwakilan pemerintah Indonesia, masyarakat sipil dan sektor swasta.
from the three multilateral agencies – UNDP, the World
Selain itu, di dalamnya juga terdapat wakil-wakil dari tiga lembaga
Bank and Asian Development Bank, as well as bilateral
multilateral; UNDP, Bank Dunia, dan Bank Pembangunan Asia (ADB);
donors. The Governing Board also comprises all
serta para donor bilateral. Dewan Pembina juga terdiri dari semua
members of a Partners group of Indonesians, who
anggota Teman Serikat (Partners) yang terdiri dari orang Indonesia, yang bertugas memberi pengarahan terhadap pelaksanaan program
provide directions in the implementation of the work
kerja dan mobilisasi sumber daya.
program and resource mobilization.
13
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
prioritized sectors Kemitraan memfokuskan prioritas program pembaruannya pada enam sektor, yang pada
The Partnership focuses its priority reform
dasarnya berkaitan satu sama lain. Keenam sektor ini adalah: Pembaruan Hukum dan
program in six sectors, which are
Peradilan (legal and judicial reform), Pembaruan Perwakilan (representation reform),
fundamentally interlinked. These six sectors
Pembaruan Keamanan dan Kepolisian (security and police reform), Pembaruan Pelayanan
are the Legal and Judicial Reform,
Publik (civil service reform), dan dua program lain yang masing-masing terintegrasi ke
Representation Reform (was Electoral
dalam ke empat sektor sebelumnya; yaitu Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Reform), Security and Police Reform, Civil
(decentralization and regional autonomy), serta Anti-Korupsi (anti-corruption). Untuk
Service Reform, and two crosscutting
melengkapi upaya organisasi dalam mendorong proses pembaruan tata pemerintahan
programs of the Decentralization and
melalui enam sektor prioritas ini, Kemitraan di dalam melaksanakan kegiatannya
Regional Autonomy, and the Anti-
menggunakan perspektif multi-pihak (multi-stakeholders perspective); memperkuat
Corruption. To complement organization’s
keterlibatan masyarakat sipil dalam proses pembaruan dan mendukung sektor korporasi
efforts in promoting governance reform
dalam mempraktikkan tata pemerintahan yang lebih baik. Termasuk di dalam
through these six priority sectors, the
mengarusutamakan persoalan persamaan jender, serta mendorong keterwakilan yang
Partnership conducts activities to further
pantas bagi perempuan dan kelompok yang termarjinalkan.
uphold a multi-stakeholder perspective; strengthening civil society engagement in reform processes, and initiate support to corporate sector in practicing good governance. These also include in the mainstreaming perspectives
of and
gender
equality
encouraging
a
appropriate representation of women and marginalized people.
14
annual report 2005
President
Yudhoyono
accompanied by the Chief of Justice Bagir Manan, Head of KPK Taufiqurrahman Ruki and the Partnership’s Executive Director HS Dillon after a meeting at the Mahkamah Agung.
PEMBARUAN HUKUM DAN PERADILAN Sistem peradilan dalam demokrasi berperan penting dalam menjaga tegaknya hukum dan melindungi hak-hak demokrasi masyarakat. Di Indonesia, hampir tidak ada transparansi di bidang peradilan, sehingga hal itu menjadi penghalang besar terhadap upaya meningkatkan akuntabilitas dan efektifitas dari sistem pengadilan. Selama ini diketahui bahwa sistem peradilan dipenuhi dengan praktik-praktik korupsi, di mana personilnya memiliki kualitas yang rendah, dan terbatasnya akses masyarakat pada keadilan. Hingga akhirnya, sistem peradilan di Indonesia kehilangan legitimasinya di hadapan masyarakat Indonesia. Era ’reformasi’ hanya membawa sedikit perubahan yang nyata bagi sistem hukum dan peradilan secara menyeluruh. Pendekatan parsial terhadap reformasi pernah dilakukan, namun karena tidak memiliki paradigma yang jelas, maka gagal mendobrak kerangka hukum yang sentralistik dan top-down. Tantangan terbesar
bagi
reformasi
LEGAL AND JUDICIAL REFORM The judicial system in democracy plays the role of safeguarding the rule of law and protecting the peoples’ democratic rights. In Indonesia, there has been an acute lack of transparency in the judiciary which has been a principle barrier to improving the accountability and effectiveness of the courts. Historically the judicial system has also been rife with corrupt practices, had a poor quality of judicial personnel, and limited access to justice. Ultimately the judicial system in Indonesia lacks legitimacy for the Indonesian people.
yang
bagaimana
The ‘reformasi’ era brought very few real changes to the overall legal and judicial system.
mengembangkan transparansi dan
There was a partial approach to reform which lacked a clear paradigm, and therefore
partisipatif dalam proses legislatif, serta
failed to address the centralistic and top-down approach of the legal framework. The
membentuk lembaga hukum dan lembaga
biggest challenges facing continued reform are to develop transparent and participative
penegak hukum yang independen dan
legislation making processes, and to establish independent and professional legal and
profesional.
law enforcement institutions.
berkelanjutan
adalah
15
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
REPRESENTATION REFORM Indonesia’s political and bureaucratic landscape has been radically changed under a transition to democracy, requiring comprehensive reform of electoral and people’s representation processes such as free and fair elections are central in laying the foundations for a democratically legitimate government. The process of electing new representatives at local and The Head of House of Representative (DPR-RI) Agung Laksono on a serious discussion with the Partnership
national levels and the eventual successful
Executive Director HS Dillon and the members of Legislative Caucus for Governance Reform team, at the House
transfer of power with the election of a new
of Representative (DPR RI), Jakarta.
president is a significant break from the 32-year dictatorship of Soeharto which ended in 1998. However, democratic reform is essentially an incremental
PEMBARUAN KETERWAKILAN
process, rather than revolutionary.
Peta birokrasi dan politik di Indonesia telah berubah secara radikal selama proses transisi
Continuing reform is necessary to ensure
menuju demokrasi, dan membutuhkan pembaruan yang komprehensif dalam hal pemilihan
the implementation of good governance
dan keterwakilan rakyat; seperti misalnya pemilihan yang bebas dan adil adalah hal
principles in electoral legislature and
penting dalam meletakkan dasar suatu pemerintah yang memiliki legitimasi demokrasi.
encourage politicians more accountable
Proses pemilihan wakil rakyat baru di tingkat daerah dan nasional, serta proses transfer
to the needs of their electorate. Voters’
kekuasaan dengan cara memilih presiden baru merupakan momentum penting
education, raising the public’s awareness
melepaskan diri dari 32 tahun masa pemerintahan Suharto yang berakhir pada tahun
on their political rights, and on electoral
1998. Walau begitu, pembaruan demokrasi pada intinya adalah proses perubahan sedikit
candidates’ track-records, are also as
demi sedikit dan bukan sebuah proses revolusioner. Melanjutkan pembaruan penting
important parts of representation reform
untuk memastikan implementasi prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik dalam
as empowering minority groups to have a
menyusun perundang-undangan pemilihan serta mendorong para politisi agar dapat
public voice, for example, by increasing
lebih diandalkan sebagai penyampai aspirasi rakyat yang diwakilinya. Pendidikan bagi
woman’s
para pemilih, meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak politik mereka, dan
parliaments.
mengetahui profil para calon yang akan dipilih, adalah hal-hal yang sama pentingnya dalam pembaruan keterwakilan, seperti memberdayakan kaum minoritas untuk menyuarakan pendapatnya, misalnya, dengan meningkatkan perwakilan kaum perempuan di parlemen daerah.
representation
in
local
The consolidation of democracy depends on how institutions such as the Electoral Commission (KPU) and Oversight Bodies (Panwaslu) are competent to carry out
Konsolidasi demokrasi tergantung bagaimana institusi seperti Komisi Pemilihan Umum
their respective roles in ensuring that the
(KPU) dan badan pengawasnya (Panwaslu) secara kompeten dapat menjalankan peran
political process operates according to
mereka memastikan bahwa proses politik berjalan sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-
democratic principles and values for the
prinsip demokrasi demi kepentingan masyarakat.
best interest of the people.
16
annual report 2005
SECURITY AND POLICE REFORM
Security and Police Reform ambitiously attempts to re-align the national police ethically and professionally in line with democratic norms and the principles of good governance. In Indonesia this has meant a separation of the Police from the Armed Services (TNI) and the exclusion of the military PEMBARUAN KEAMANAN DAN KEPOLISIAN
from politics. The Police force in Indonesia has long suffered an accountability deficit, being answerable only to the state and the military
Pembaruan keamanan dan kepolisian memiliki
with no external accountability to the public and lacked transparency, a
semangat untuk meluruskan kembali fungsi
situation which has led to widespread corruption.
Kepolisian secara etis dan profesional sejalan dengan norma-norma demokrasi dan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. Di Indonesia, hal ini berarti pemisahan Kepolisian dari angkatan bersenjata (TNI), serta mengeluarkan militer dari kancah politik. Kepolisian Republik Indonesia (polri) telah lama mengalami kemunduran akuntabilitas, karena meraka hanya bertanggungjawab kepada negara dan militer, tanpa ada pertanggungjawaban kepada publik. Selain itu, Kepolisian juga dianggap kurang transparan; sebuah situasi yang dianggap menjadi penyebab meluasnya praktik-praktik korupsi. Bagi masyarakat demokrasi, di dalam menjunjung tinggi supremasi hukum, diperlukan institusi kepolisian yang kuat, profesional dan independen yang bekerja dengan dan atas nama publik, dan juga memiliki kapasitas sipil yang memadai untuk Wakapolri Adang Daradjatun as the Head of the Police Working Group
mengelola dan memantau lembaga-lembaga
(pokja) accompanied by the Partnership Executive Director HS Dillon and
penegakan hukum lainnya. Dengan demikian,
Advisor Adrianus Meliala, led a regular working group’s coordination
masyarakat umum perlu dilibatkan dalam proses
meeting at the Partnership office, Jakarta.
pembaruan ini. Kemitraan memfasilitasi programprogram seperti community policing pemolisian masyarakat – yakni, di mana fungsi kepolisian yang
In a democratic society, in upholding the supremacy of the law, it is
dijalankan oleh masyarakat; membina partisipasi
necessary to have a strong, professional and independent police institution
publik, dan memfokuskan pada pengawasan
that works with and on behalf of the public, as well as adequate civilian
demokrasi, akuntabilitas, transparansi, serta
capacity to manage and monitor law enforcement agencies. Thus, the
pengelolaan belanja publik. Tujuan dari pembaruan
public at large needs to be involved in the reform process. The Partnership
keamanan dan kepolisian adalah terciptanya suatu
facilitates programs such as ‘community policing’, fosters public
masyarakat demokratis yang stabil di mana
participation, and focuses on democratic control, accountability,
kepolisian memiliki kapasitas untuk menjaga
transparency and public expenditure management. The goal of Security
masyarakat dan hak-hak mereka, menengahi konflik
and Police Reform is a stable democratic society in which the Police have
sosial, memberi perlindungan kepada masyarakat
the capacity to protect the people and their rights, mediate social conflicts,
dan menciptakan lingkungan yang aman dan
provide statutory protection for the community and create a safe
kondusif bagi pembangunan yang berkelanjutan.
environment conducive for sustainable development.
17
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Strengthening of Inter Regional Cooperation Forum to Enhance Public Service and Sustainable Economic Growth, a project in
PEMBARUAN PELAYANAN PUBLIK
region of BARLINGMASCAKEB (regencies of Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, and Kebumen).
Pemerintah hanya dapat menggunakan sumber daya negara dan menyediakan pelayanan publik yang berkualitas apabila mempunyai sistem kepegawainegerian yang dikelola secara efisien.
Budaya
kerja
dan
profesionalisme
dari
kepegawainegerian adalah faktor yang penting bagi
CIVIL SERVICE REFORM
pemerintah untuk mencapai tujuan ini dengan sukses. Di Indonesia, pelayanan oleh instansi pemerintah dianggap
The government can only best utilize a nation’s resources and provide
lamban, kurang inisiatif, tidak transparan dan tidak dapat
quality public services through an efficiently managed civil service.
diandalkan, serta diduga penuh dengan praktik korupsi yang
The working culture and professionalism of the civil service is
belum dapat diatasi. Pembaruan yang komprehensif terhadap
therefore an important factor for government to successfully achieve
birokrasi ini adalah vital dalam rangka mengembangkan tata
these goals. In Indonesia the civil service is considered slow, lacking
pemerintahan yang baik dan memenuhi tuntutan masyarakat
initiative, neither transparent nor accountable, and serious
akan pelayanan publik yang hemat biaya dan berkualitas
allegations
tinggi.
Comprehensive reform of the bureaucracy is vital in order to develop
of
corrupt
practices
remain
unchallenged.
good governance and respond to citizens’ demands for cost effective Perampingan dalam kepegawainegerian dianggap sangat
and high quality public services.
perlu untuk meningkatkan efektivitas, produktivitas, dan kualitas dari personil, dan proses rekrutmen serta promosi
Rightsizing the civil service is considered instrumental for improving
yang harus bersifat transparan. Sistem penggajian dan
the effectiveness, productivity and quality of personnel, and
pensiun perlu ditinjau-ulang dan prosedur evaluasi kinerja
recruitment and promotion processes must be transparent. The salary
harus ditingkatkan. Memperkenalkan manajemen keuangan
and pension schemes need to be overhauled, and performance
berbasis kinerja, mendorong partisipasi publik dalam hal-hal
evaluation procedures must be improved. Introducing performance-
seperti pembuatan anggaran daerah dan menyediakan akses
based financial management, promoting public participation in
gratis ke statistik pemerintah dan informasi lain; akan banyak
issues like local budgeting, and providing free access to government
membantu dalam meningkatkan budaya organisasi dalam
statistics and information, will all go a long way to improving the
sistem kepegawainegerian.
organizational culture of the civil service.
18
annual report 2005
A public discussion led by Partnership’s Advisor Pheni Khalid. The topic of the meeting that was held at the Partnership’ office is about regional elections (pilkada) in Indonesia. Such forum is becoming one powerful promotion means to communicate the Partnership supports.
DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Dalam teori, desentralisasi akan membawa pemerintah lebih dekat kepada masyarakat dengan tujuan meningkatkan demokrasi melalui transparansi yang lebih besar, pertanggungjawaban, dan partisipasi publik. Desentralisasi mencakup peralihan otoritas dan kontrol atas sumber daya ekonomi dari pusat ke daerah. Di Indonesia, hal ini merupakan suatu perubahan yang radikal dari pemerintahan yang sangat sentralistik di masa lalu. Sebagai bagian dari proses desentralisasi, Pusat harus meningkatkan budaya kerja dan kepekaan tiap instansinya, serta lebih jauh mengembangkan institusi-institusi lokal dengan lembaga-lembaga sipil untuk berperan sebagai alat kontrol sosial. Salah satu masalah utama adalah seberapa besar tanggungjawab pemerintah yang harus didelegasikan ke daerah. Pusat sejauh ini telah mengalihkan wewenang untuk mengelola semua aspek
DECENTRALIZATION AND REGIONAL AUTONOMY In theory, decentralization will bring the government closer to the people in order to improve democracy via greater transparency, accountability and public participation. Decentralization involves devolution of authority and control of economic resources from the center to regional jurisdictions. In Indonesia this represents a radical change from the highly centralized administrations of the past.
pemerintahan daerah, dengan pengecualian di bidang
As part of the process, the central government must improve the working
pertahanan dan keamanan, moneter, keagamaan, keadilan,
culture and responsiveness of its agencies, and further develop local
hubungan internasional, dan hubungan antar daerah.
institutions with civic networks to serve as instruments of social scrutiny.
Sayangnya, kecepatan dalam pelaksanaan dan pola
One of the main issues is the extent to which governance responsibilities
perilaku yang sudah mengakar sangat dalam telah
should be devolved to the regions. The central government has thus far
menimbulkan hasil-hasil yang tak terduga. Banyak terjadi
transferred authority to manage all aspects of regional government
inkonsistensi dalam peraturan dan perundang-undangan,
with the exception of defense and security, monetary, religion, justice,
mereka kurang jelas dan memiliki keterbatasan-
international relations, and inter-district affairs. Unfortunately, the
keterbatasan yang dapat berpengaruh kepada
initial speed of implementation, and deeply ingrained behavior
akuntabilitas Daerah.
patterns has led to unexpected outcomes. There are many
Juga ada kekhawatiran bahwa desentralisasi dapat menyuburkan korupsi, lebih menekan sumber daya alam, dan dikhawatirkan bahwa desentralisasi justru akan
inconsistencies in the rules and regulations. They have lack of clarity and limitations that may impede the accountability of regional governments.
meningkatkan ketidaksetaraan antar daerah. Karena itu
There is also fear that decentralization has intensified corruption and
upaya yang terus menerus untuk melakukan pembaruan
increased pressure on natural resources, and growing concern that
merupakan hal penting dalam menciptakan pemerintah-
decentralization may bring greater regional inequity in its wake.
Daerah yang transparan, akuntabel, dan bertanggung
Continuous efforts for reform are therefore critical to establish
jawab serta yang lebih peka terhadap kebutuhan
transparent, accountable and responsible local governments that are
masyarakatnya.
more responsive to local needs.
19
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
ANTI KORUPSI
ANTI CORRUPTION
Korupsi adalah kejahatan sosial yang komplek yang pada umumnya didefinisikan
Corruption is a complex societal crime that
secara mendasar sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi.
commonly reduced to the very basic definition
Korupsi, bersama dengan tata pemerintahan yang buruk, merupakan hambatan
of official power being abused for private
utama terhadap perkembangan ekonomi, yang secara negatif berimbas pada
benefit.
kesejahteraan rakyat dan keseluruhan masyarakat. Di tingkat nasional, korupsi
governance, is a major constraint to economic
menghambat investasi asing, memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
development, negatively affecting public
menyebabkan tingginya pengangguran. Hal ini menghambat efisiensi atas
welfare and the entire society. At the national
pelayanan publik yang sangat diandalkan oleh kaum miskin, dan justru sangat
level corruptions discourage foreign direct
menghambat pengentasan kemiskinan. Korupsi juga berdampak negatif pada
investment, slow economic growth and causes
keyakinan publik terhadap aparat negara, sistem keadilan dan pada akhirnya
higher unemployment rate. It hampers the
legitimasi dari otoritas publik.
efficient delivery of public services, which the
Walau beberapa orang menganggap korupsi adalah bagian dari perilaku individual yang bersifat pembawaan, sejarah Indonesia menunjukkan bahwa korupsi yang sistematis timbul dalam situasi di mana semua sistem kontrol dan pengawasan intern terhadap pemerintahan dan administrasi secara sistematis dihancurkan dalam proses mengembangkan suatu jaringan kolusi dan nepotisme di dalam
Corruption,
along
with
poor
poor in particular heavily rely upon, and severely affects poverty reduction. It impacts negatively on public confidence in the state apparatus, the justice system and ultimately the legitimacy of public authority.
berbagai departemen dan fungsi pemerintah dan administrasi – semuanya dalam
While some argue that corruption is part of
lingkup usaha oligarki untuk memperkuat dan memusatkan kekuasaan. Praktik
inherent individual behavior, Indonesia’s recent
korupsi yang sangat mengakar membutuhkan pendekatan komprehensif dalam
history shows that systematic corruption
mengembangkan strategi pemberantasannya. Dengan demikian, melawan korupsi
occurred under the circumstances where all
merupakan masalah lintas sektor di dalam pembaruan di Indonesia, langkah
governmental and administrative control
pertama adalah untuk mendidik dan membangun kesadaran sebanyak mungkin
systems and internal checks and balances were
orang tentang dampak negatif korupsi.
systematically destroyed in the process of weaving an all-inclusive web of collusion and nepotism among various governmental and
The Partnership’ Anti Corruption supported the Indonesian students’ commitment to take a stand in the fight against corruption and in promoting good governance
administrative departments and functions – all in the service of the oligarchy’s effort to
practices.
strengthen and centralize power. Such deeply entrenched corrupt practices call for a comprehensive approach in developing strategies for its eradication. Combating corruption is therefore a cross-cutting issue for reform in Indonesia, the first step is to educate and create awareness on its negative impacts to as many people as possible.
20
annual report 2005
facilitating reform agenda Co-chairperson of the Partners, Ms. Felia Salim, led the Partnership’s management team on an informal discussion with the President Yudhoyono about the Partnership’s supports in driving governance
KEMITRAAN BERSAMA PEMERINTAH
reform towards to the Government institutions.
Kemitraan memulai dukungan pada pembaruan tata pemerintahan di Indonesia melalui dua sektor utamanya yaitu Desentralisasi dan Otonomi Daerah serta Pembaruan
PARTNERSHIP WITH THE GOVERNMENT
Pemilihan Umum di tahun 2000. Proyek-proyek ini kemudian
The Partnership began its support for governance reform in Indonesia by
diikuti oleh hampir 300 proyek dukungan Kemitraan dalam
two prioritized sectors of the Decentralization and Regional Autonomy,
mendorong pelaksanaan tata pemerintahan yang baik di
and the Electoral Reform, back in 2000. These projects then followed by
semua aspek di Indonesia. Dalam rangka menerapkan proses
almost 300 Partnership’s supported projects to promote the
reformasi yang tepat dan berkelanjutan, dibutuhkan
implementation of good governance in all aspects in Indonesia. In order
keterlibatan penuh dan partisipasi dari semua pihak terkait,
to put into practice a proper and sustainable reform processes, full
mulai dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, masyarakat
involvement and participation from all related stakeholders is required;
sipil, sektor swasta, dan juga para donor. Untuk mengelola
from the Government, both central and regional, civil society, private
jumlah proyek yang demikian banyak itu, Kemitraan
sector and donors. To manage such large numbers of projects, the
memaksimalkan dukungannya dengan memperkuat
Partnership optimizes its support by strengthening collaborative
kolaborasi dengan masyarakat sipil, dan menempa kemitraan
networks with civil society, and forging absolute partnership with reform
yang mutlak dengan para aktivis di tingkat pusat dan daerah.
activists in central and regional levels.
21
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Melanjutkan Pembaruan Tata Pemerintahan bersama Pemerintah Sebagai kelanjutan dari program-program sebelumnya dalam memperkenalkan 20 rumusan pembaruan tata pemerintahan di tahun 2004, Kemitraan mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Presiden di Istana Negara pada bulan Februari 2005 untuk mendiskusikan pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi Kemitraan sebagai bagian dari agenda pembaruan tata pemerintahan dalam rencana kerja lima tahun Pemerintah. Dalam menyetujui konsep pembaruan yang direkomendasikan oleh Kemitraan, Presiden secara khusus telah menyatakan permintaannya kepada Kemitraan agar menjalankan peran utama dalam beberapa proyek di dalam Kabinet-nya, terutama dalam pemberantasan korupsi dan pelaksanaan pembaruan birokrasi terpadu, baik di Pusat maupun di daerah. Berikut ini adalah beberapa proyek yang didukung Kemitraan sejalan dengan arahan dari Presiden, yang didokumentasikan sebagai kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh Sekretaris Negara, Sudi Silalahi, dan Direktur Eksekutif Kemitraan, HS Dillon; Anti Korupsi Strategi yang digunakan adalah dengan pendekatan terpadu di tingkat nasional, peningkatan kapasitas para penegak hukum, dan partisipasi publik dalam mempercepat penanganan kasus-kasus korupsi di daerah. Di tingkat nasional, Kemitraan mendukung pemrakarsaan, pengembangan konsep, pelaksanaan, dan pemantauan Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi (RAN-PK). Selain memfasilitasi pengembangan kapasitas anggota Timtas Tipikor dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kemitraan juga mendukung pembentukan Forum Penegakan Hukum (Forgakum) untuk kasus-kasus korupsi, serta pada pembentukan Komisi Yudisial. Untuk mempercepat penanganan kasus-kasus korupsi, Kemitraan mendorong partisipasi dari masyarakat untuk mengungkap dalang penebangan liar, memfasilitasi transparansi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan mendukung pembentukan ombudsman lokal dan swasta di Jogjakarta. Reformasi Birokrasi Dalam sistem birokrasi ada banyak peran yang tumpang tindih, begitu pula fungsi-fungsi dan kebijakankebijakan. Karena itu, Kemitraan telah mengajukan konsep Tim Lintas Kementerian yang dipimpin oleh Presiden untuk melaksanakan reformasi birokrasi terpadu di lembaga-lembaga negara. Rekomendasi ini masih terus diperjuangkan untuk mendapat respons positif dari pemerintah. Di tingkat pusat, Kemitraan telah mendorong kemajuan Rencana Induk Reformasi Birokrasi oleh Menpan yang kemudian menghasilkan RUU Kementrian Negara, yang dari pelaksanaan proyek ini menghasilkan beberapa produk seperti buku panduan reorganisasi, prinsip-prinsip klasifikasi jabatan dan buku petunjuk kompetensi standar. Kemitraan juga memfasilitasi Lembaga Adminstrasi Negara (LAN) dalam melakukan kajian hukum dan peradilan guna mendukung dirumuskannya Pembaruan Sistem Pensiun di BKN, peningkatan kualitas sistem rekrutmen di Kementerian Kehutanan, dan pemilihan ulang 1,700 pejabat eselon II-III di Badan Pertanahan Nasional (BPN). Di empat propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta dan Kalimantan Timur, Kemitraan mempromosikan pentingnya peningkatan kualitas pelayanan publik dengan memfasilitasi pemantauan langsung kualitas pelayanannya.
22
annual report 2005
Sustaining Governance Reform with the Government As a continuation of its previous programs in promoting 20 governance reform formulas in 2004, the Partnership had the opportunity to meet with the President in the Presidential Palace in February 2005 to discuss the implementation of Partnership’s recommendations as a part of the Government’s governance reform agenda within his five-year work plan. In agreeing the partnership’s reform concept, the President specifically requested Partnership to take a leading role on several projects within his cabinet, particularly in the fight against corruption, and in implementing integrated bureaucracy reform in both the central and regional governments. The followings are the Partnership’s supported projects in line with the President’s directions, and documented in an agreement signed by State’s Secretary, Sudi Silalahi, and the Partnership Executive Director, HS. Dillon;
Anti Corruption The strategy was using an integrated approach to activities at the national level, law enforcers’ capacity building, and public participation in accelerating the handling of corruption cases in the regions. At the national level, the Partnership has supported the initiation, concept development, the implementation, and monitoring of the National Action Plan – Corruption Eradication (Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi, RAN-PK). Besides facilitating the implementation of capacity building for members of the Corruption Eradication Team ( Timtas Tipikor), and the Corruption Eradication Commission (KPK), the Partnership also supported the establishment of a Law Enforcers Forum (Forgakum) for corruption cases, and the Judicial Commission. To accelerate the handling of corruption cases, the Partnership encouraged public participation in uncovering master-minds in illegal logging, facilitated transparency in the State Owned Business Institutions (BUMN), and supported the establishment of a local and a private ombudsman in Jogjakarta.
Bureaucratic Reform Within the bureaucracy system there are many overlapping roles, functional responsibilities and policies. The Partnership therefore, promoted a concept of a ‘cross-ministerial team’, to be led by the President, to implement integrated bureaucratic reform in State Institutions. This recommendation is still being advocated, and the Partnership is awaiting a positive response from the Government. At the central government level, the Partnership urged the progression of the Master Plan of Bureaucratic Reform (Rencana Induk Reformasi Birokrasi)’ by Menpan which brought about the draft of law on State Ministerial (RUU Kementerian Negara); which consists of the reorganization’s instruction manuals, job-position classification guiding principles and standard competency handbooks. The Partnership also facilitated the States’ Administration Institution (LAN) to conduct a law and judicial review advocating the formulation of Pension System Reform in the National Civil Service Agency (BKN), quality improvement in the Forrest Department’s recruitment system, and reselection of 1,700 echelon II-III officials in the National Land Agency (BPN). In the four provinces of East and Central Java, Jogjakarta and East Kalimantan, the Partnership promoted the need to improve the quality of the public services by facilitating the monitoring of its service quality.
23
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
HS Dillon accompanied by the Partnership’s Program Management team in a meeting with BRR led by its leader Kuntoro Mangkusubroto to discuss strategic issues to be solved in continuing reconstruction program in Aceh. The discussion was also involving the representation of local government of Nanggroe Aceh Darussalam.
MENDAMPINGI UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH
GUARDING THE ACEH’S GOVERNANCE LAW
Peran Kemitraan dalam mendukung pembaruan tata pemerintahan di
The Partnership’s continuing role in supporting governance
Aceh ditingkatkan setelah penandatanganan kesepakatan damai antara
reform in Aceh was escalated following the peace agreement
Gerakan Aceh Mredeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia di Helsinki
between the Free Aceh Movement (Gerakan Aceh Merdeka,
pada tanggal 15 Agustus 2005. Kesepakatan ini menuntut
GAM) and the Government of Indonesia, signed in Helsinki on
restrukturisasi dalam segala aspek kehidupan di masyarakat Aceh,
15 August 2005. The MOU is demanding significant
terutama pelaksanaan tata pemerintahan yang baik di dalam birokrasi
restructuring and improvement of all aspects of Aceh society,
serta proses pemulihan setelah bencana tsunami di tahun 2004.
particularly in implementing good governance in the
Kemitraan, bersama berbagai pihak yang peduli di Aceh – legislatif, masyarakat sipil, kaum akademisi, dan pemerintah lokal, maupun wakil
bureaucracy, and in the recovery process in the wake of the 2004 tsunami.
Pusat, membuat serangkaian dialog di semua tingkat untuk mendorong
The Partnership, with many concerned parties from Aceh
rancangan produk hukum bagi Pemerintahan Aceh sejak September
regions –legislatures, civil society, academicians, and local
2005. Dialog ini dilakukan tidak hanya di Aceh, tapi juga di Jakarta untuk
government; as well as official representatives of Central
mendapatkan perhatian yang lebih luas dan dukungan dari pihak yang
Government, initiated series of dialogues at all levels to
lebih banyak, seperti para anggota parlemen dan pemerintah. Sebagian
establish legal draft on the Aceh Governance since September
24
annual report 2005
2005. The dialogues were conducted in Aceh and Jakarta to get wider attention and support from larger audiences, such as the Parliaments and the Government. Most sessions were publicly covered by media
–both
national
and
international. People were anxious to understand its process, as this becomes a pilot project for other areas in Indonesia on the regulation and implementation of regional autonomy. The first legal draft of the Aceh Governance was conceptualized on October 16. After being reviewed and discussed in a long series of meetings besar sesi diskusi diliput oleh media - baik nasional maupun internasional. Masyarakat pun sangat tertarik untuk memahami lebih rinci proses ini karena akan menjadi proyek percontohan untuk daerah-daerah lain di Indonesia mengenai pengaturan dan pelaksanaan otonomi daerah.
with all stakeholders, the sixth draft was finalized on 29 November 2005. The Partnership facilitated the submission of its legal draft for further conception by the Central Government on 2-4
Rancangan pertama UU Pemerintahan Aceh dirumuskan pada tanggal 16 Oktober 2005.
December 2005. The Partnership expects
Setelah dikaji ulang dan didiskusikan dalam serangkaian pertemuan dengan semua
that the further process in promoting
pemangku kepentingan, rancangan keenam disempurnakan pada tanggal 29 November
the legal draft of the Aceh Governance
2005. Kemitraan memfasilitasi pengajuan rancangan ini untuk dibahas lebih lanjut di
would be appropriate and acceptable by
Pusat pada tanggal 2-4 Desember 2005. Kemitraan berharap bahwa proses lebih lanjut
the people of Aceh and the Central
dalam pengajuan RUU Pemerintahan Aceh dapat lebih tepat dan diterima baik oleh
Government in order to speed up the
masyarakat Aceh dan Pusat dalam rangka mempercepat pembangunan kembali Aceh
reconstruction of new Aceh for more
yang baru, bagi kemakmuran bersama.
prosperity.
25
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
PROMOTE PEACE CAMPAIGN ON LOCAL ELECTION (PILKADA) The first direct elections for almost 300 district heads across the Indonesian archipelago took place in 2005. Direct elections for the remaining district heads will continue until 2008. So far the results of these elections have been very variable. In some places, money politics and corruption practices by local leaders were found being in order to defense their positions. These findings were identified and explored in a multi-stakeholders’ workshop facilitates by the Partnership at several occasions. Other issues were about the role of direct elections and democratization in the growing religious tensions throughout The signing of memorandum of understanding between the running
Indonesia. How the ethnic diversity in various districts led to
candidates, KPUD, Panwasda, the Police, and any other related parties
the potential for social conflict? How the emergence of local
in the implementation of Peace Pilkada.
business leaders and the realignments of ‘money and power’ within the regions? And, how those issues have been affected to the district elections? The rise of ‘premanism’, and the hiring of
MENDUKUNG KAMPANYE DAMAI PILKADA
‘thugs’ to intimidate during the pre-campaigning,
Pemilihan langsung yang pertama untuk hampir 300 kepala
campaigning, and on the election periods, were also considered.
daerah di seluruh Indonesia berlangsung pada tahun 2005.
The question of women quota in local district elections; the
Pemilihan langsung untuk kepala daerah lainnya akan
use of media, and other traditional resources for the
berlanjut terus hingga 2008. Sejauh ini hasil yang didapat
campaigning, and mustering of support for various local
dari pelaksanaan pilkada sangat beragam. Di beberapa
candidates; the connections with outside actors, both national
tempat, kepala daerah diketahui menggunakan money
and international, who may have attempted to sway the
politics dan korupsi untuk mempertahankan posisinya.
election results for various agendas; the relationship between
Temuan ini diidentifikasikan dan digali dalam suatu
direct district elections, and the parliamentary elections and
lokakarya untuk para pihak berkepentingan yang
the representativeness of these political processes for local
difasilitasi oleh Kemitraan di berbagai kesempatan.
residents and political parties. The Partnership through one of its prioritized sectors of the Decentralizations and Regional Autonomy has supported the series of public campaign on peace elections in three major areas, such as Central Java, West Sumatra and West Kalimantan. This program aimed to get local stakeholders – KPUD, Panwasda, Pemda, political parties, the Police and the people’s commitments in maintaining and actively keeping the campaign and the election days’ peace.
26
annual report 2005
Isu lain adalah peran pemilihan langsung dan demokratisasi di dalam situasi ketegangan
The campaigns were included series of
antar agama yang meningkat di seluruh Indonesia. Bagaimana keragaman etnis di berbagai
seminars and public consultation on the
daerah berpotensi menimbulkan konflik sosial? Bagaimana bisa muncul para pemimpin
importance of all parties’ participation
bisnis lokal dan penyusunan kembali ’uang dan kekuasaan’ di daerah? Dan bagaimana
on maintaining peace elections and to
masalah-masalah tersebut mempengaruhi pemilihan langsung? Timbulnya premanisme dan
respect to the election mechanism as
penyewaan ’tukang pukul’ untuk melakukan intimidasi dalam masa pra-kampanye, selama
well as its results. The events were not
kampanye dan masa pemilihan, juga dipertimbangkan. Pertanyaan tentang kuota wanita
limited to those who were invited –but,
dalam pilkada langsung; penggunaan media dan sumber daya tradisional lainnya untuk
they were opened for wider public to
kampanye dan pengumpulan dukungan para kandidat daerah; hubungan dengan aktor luar
involved; these included to journalists,
baik nasional maupun internasional, yang mungkin mencoba mempengaruhi hasil pemilihan
academicians, and other interested
langsung untuk berbagai tujuan; hubungan antara pemilihan langsung di distrik dengan
parties. The seminars presented key
pemilihan parlemen dan keterwakilan dari proses politik ini untuk para warga lokal dan
responsible
partai-partai politik.
implementation of local leaders’ election
Kemitraan melalui salah satu sektor utama dalam Desentralisasi dan Otonomi Daerah telah mendukung serangkaian kampanye publik tentang Pilkada damai di tiga daerah; Jawa Tengah, Sumatra Barat, dan Kalimantan Barat. Proyek ini bertujuan agar para pihak berkepentingan di daerah-daerah tersebut seperti KPUD, Panwasda, Pemda, partai-partai politik, Kepolisian dan masyarakat dapat saling berkomitmen untuk menjaga situasi damai selama kampanye dan pemungutan suara.
persons
on
the
–i.e. the Head of KPUD, Chief of local Police, and members of Panwaslu; as speakers. The seminars were also requested each regional/ provincial leaders, like the Governors, to stand up for formal statement to support the process of Peace Pilkada. At the end of the
Kampanye tersebut mencakup pelaksanaan serangkaian seminar dan konsultasi publik
seminars, all related parties were signing
mengenai pentingnya partisipasi dari semua partai peserta kampanye untuk menjaga
a memorandum of understanding in
pemilihan yang damai dan menghormati mekanisme pemilihan dan hasilnya. Kegiatan ini
peace-keeping of Pilkada.
tidak dibatasi hanya kepada mereka yang diundang – tetapi, juga terbuka bagi masyarakat luas untuk terlibat, termasuk jurnalis, akademisi, dan pihak lain yang tertarik. Seminarseminar ini melibatkan perwakilan-perwakilan pihak yang langsung bertanggungjawab dalam pelaksanaan pemilihan pemimpin daerah- misalnya Kepala KPUD, Kepala Kepolisian Daerah, dan para anggota Panwaslu, sebagai pembicaranya. Seminar-seminar ini juga meminta setiap pemimpin daerah/ propinsi, seperti gubernur, untuk berbicara kepada publik secara resmi untuk mendukung proses Pilkada Damai. Di akhir seminar, semua pihak yang terkait tersebut menandatangani Nota Kesepahaman (MOU) untuk menjaga kedamaian dalam melaksanakan Pilkada.
27
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
highlighted reform in the regions SUMATRA Program kerja di Sumatra difokuskan pada upaya anti korupsi dan memprioritaskan peningkatan koordinasi antara para penegak
SUMATRA
hukum dan instansi-instansi pemerintah. Sifat lintas-sektoral dari upaya pemberantasan
The program in Sumatera had a strong focus on anti-corruption and prioritized
korupsi di berbagai bidang dilakukan bersama
improving coordination among law enforcers and government agencies. The
dengan mendorong tata pemerintahan yang
cross-cutting nature of anti-corruption efforts took a chance to promote good
baik dan transparansi melalui partisipasi
governance public transparency though public participation in local budgeting
publik dalam penganggaran daerah sebagai
as part of the decentralization agenda, and develop the capacity of legislative
bagian dari agenda desentralisasi, dan
members to effectively combat corrupt practices.
membangun kapasitas anggota legislatif agar
Strengthening Coordination and Legitimacy
dapat efektif melawan praktik korupsi. The Decentralization Law 22/1999 aimed to improve the welfare of local people Memperkuat Koordinasi dan Legitimasi
by raising the Government’s accountability. Unfortunately, along with the
Undang-undang Desentralisasi No. 22/1999
transfer of authority, corrupt practices were also transferred from the Central
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Government to the regions, and are now considered to be wide spread within
penduduk lokal dengan meningkatkan
local government, particularly in the planning and implementation of local
akuntabilitas pemerintah. Sayangnya, dengan
budgets. After the major exposures of corruption case involving the local
pelimpahan wewenang, praktik korupsi juga
legislatures (DPRD) in West Sumatra that was brought into court, Pusat Kajian
berpindah dari Pusat ke Daerah dan saat ini
Hukum Wilayah Barat Universitas Andalas managed a project to eliminate any
dianggap telah meluas di dalam Daerah,
corruption opportunities in utilizing local budgets by strengthening judicial
terutama dalam perencanaan dan pelaksanaan
institutions, monitoring and enforcing regulations and increasing public
anggaran daerah. Setelah sorotan besar-
participation.
28
annual report 2005
besaran terhadap kasus korupsi yang melibatkan DPRD di Sumatra Barat yang dibawa ke pengadilan, Pusat Kajian Hukum Wilayah Barat Universitas Andalas mengelola sebuah proyek guna mengeliminir kesempatan korupsi di dalam penggunaan anggaran daerah dengan memperkuat institusi yudisial, memantau dan menegakkan peraturan-peraturan serta meningkatkan partisipasi publik.
In early 2005, a forum to strengthen coordination between law
Pada awal 2005, sebuah forum untuk memperkuat koordinasi di
enforcers, i.e. the Police, District Attorney, auditors, academics,
antara para penegak hukum, misalnya polisi, kejaksaan wilayah,
NGOs and lawyers, was established through this project. The
auditor, akademisi, LSM dan pengacara, dibentuk melalui proyek
forum has formulated an integrated strategy to eradicate
ini. Forum ini merumuskan strategi terpadu untuk memberantas
corruption,
korupsi, melakukan pelatihan tentang manajemen anti korupsi
management and provided assistance to auditors in handling
dan memberikan bantuan kepada auditor dalam menangani kasus
corruption cases. Other activities of the project included:
korupsi. Aktivitas lain dari proyek ini termasuk: ·
·
·
training
on
anti-corruption
·The assessment of the prevailing regulations on preventing corruption in the Legislative.
Pengkajian terhadap peraturan-peraturan tentang pencegahan korupsi di legislatif.
·
conducted
·A technical assistance was also provided in the process of
Bantuan teknis dalam proses merumuskan kode etik
formulating the Legislature’s code of conduct that was already
legislatif serta publikasinya.
publicized as well.
Pelaksanaan 22 talk-show yang membahas berbagai topik
·The implementation of 22 public talk-shows to discuss various
mengenai pemberdayaan masyarakat sipil dalam peran
topics on the empowerment of the civil society on their roles to
mereka memantau proses penganggaran di daerah. Acara
monitor local budgetary processes. These public events were
publik ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran
also aimed to improve community awareness on local
masyarakat terhadap permasalahan penganggaran di daerah.
government’s budgetary issues.
Sebuah pertemuan para ahli dilakukan dalam rangka mencari
·An experts’ meeting was once held in order to find solutions
solusi dan mengumpulkan rekomendasi terhadap strategi
and gather recommendations on the most effective strategies
paling efektif guna meningkatkan partisipasi publik dalam
to improve public participation in the monitoring process of
proses pemantauan terhadap pelaksanaan dan efisiensi
the implementation and efficiency in the Government’s
dalam pengeluaran pemerintah.
expenditure.
29
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Memperkuat Partisipasi Publik dalam Penganggaran Daerah Propinsi Lampung menandai suatu pencapaian penting dalam upaya melakukan penganggaran yang bersifat partisipatif yang mencerminkan kebutuhan masyarakat setempat dan kelompok marjinal. Sebuah lokakarya diadakan oleh KOAK Lampung pada tanggal akhir Juli 2005 yang mendiskusikan pentingnya advokasi dan pemantauan anggaran-anggaran pemerintah. 55 peserta dengan bidang dan latar belakang berbeda yang menghadiri acara ini, kemudian menjadi penyelenggara independen untuk diskusi dan analisis anggaran di tingkat akar rumput. Diskusi di tingkat masyarakat ini dilakukan secara berkala di 75 desa dari 25 kecamatan di 5 kabupaten, yang rata-rata dihadiri oleh 25 hingga 30 orang sebagai wakil masyarakat. Berbagai isu seputar penggunaan anggaran daerah didiskusikan, termasuk penggunaan subsidi sekolah dan bagaimana anggaran tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat. Diskusi-diskusi ini telah meluas ke kelompok masyarakat yang lebih luas. Pada bulan Oktober 2005 program ini telah menghasilkan 75 komite anggaran tingkat desa yang dikenal sebagai Komite Persiapan: Komite Anggaran Masyarakat (KP-KAM) di 75 desa. Fungsi utama komite-komite ini adalah untuk memantau dengan ketat pelaksanaan program-program pemerintah, dan khususnya dalam penggunaan anggaran pemerintah yang efisien. Kehadiran komite-komite ini pada dasarnya memaksa pemerintah agar lebih transparan, akuntabel dan efisien dalam memanfaatkan anggaran. Pelaksanaan Otonomi Daerah Proses yang berlanjut dalam penyempurnaan UU Desentralisasi No. 32/ 2004 di DPR masih belum lengkap, tidak jelas dan sangat kontroversial. RUU tersebut misalnya tidak berisi ketentuan mengenai kandidat peserta pemilu yang independen. Semua kandidat harus bergabung dengan sebuah partai politik. Banyak tanggungjawab keuangan bersifat rancu, terutama berkenaan dengan hak Daerah untuk memberlakukan pajak dan pungutan; dan dalam manajemen sumber daya alam di daerah. Melihat hal tersebut, Kemitraan bersama dengan Yayasan Harkat Bangsa memberi dukungan untuk memfasilitasi analisis mendalam dan untuk mengindentifikasi isu-isu dan masalah-masalah dari Undang-Undang tersebut. Sumatra adalah salah satu propinsi yang dimasukkan dalam studi yang dimulai pada bulan Juli 2005. Suatu latihan penelitian dan pengarahan dalam teknik jejaring telah dilakukan di Pekanbaru, pada bulan September 2005, yang berfokus pada diskusi berkaitan dengan kebijakan fiskal dan masalah pengelolaan sumber daya alam. Hasil studi akan digunakan untuk memberikan informasi yang berharga untuk merevisi UU No. 32/2004.
30
annual report 2005
Strengthening Public Participation on Local Budgeting Lampung Province marked an important achievement in the effort to establish participatory local budgeting that reflects the needs of local and marginalized people. A workshop was conducted by KOAK Lampung on July 2005 was discussing about the importance of local advocacy and monitoring of Government’s budgets. 55 participants with various backgrounds and fields, who were attending the workshop, have become independent community organizers in conducting budget discussions and analysis at the grass root levels. These community-based discussions were conducted regularly in at least 75 villages of 25 sub-districts in five districts within the Province. On the average, 25 to 30 people as representations of local communities attended each session. Various issues regarding the utilization of local budgets were discussed, including the use of school subsidies, and on how people could take the benefits from these plans. The discussions led to greater community scopes. In October 2005, this project has supported the establishment of 75 village-level local budgeting committees known as Komite Persiapan: Komite Anggaran Masyarakat (KPKAM) in 75 villages. The main role of these committees is to closely monitor the implementation of local government programs and, in particular, the efficiency of the utilization of local government’s expenditure. The presence of these committees essentially forces the Government to be more transparent, accountable and efficient in utilizing their local budget.
Implementation of Regional Autonomy The ongoing process in the establishment of the Decentralization Law 32/ 2004 in the Legislative remains incomplete, unclear and highly controversial. The draft of law, for example, gives no provision for independent election candidates. It requires all candidates to be affiliated with recognized political parties. Many fiscal responsibilities are ambiguous; especially in regards to the rights of local government to impose taxes and levies; and on the management of local natural resources. In regards to this context, the Partnership with Yayasan Harkat Bangsa initiated a support to facilitate indepth analysis and to identify issues and problems from the mentioned Law, Sumatra was one of the provinces that have been included in the study that was commenced in July 2005. A brief research exercise along with instruction in the networking techniques were carried out in Pekanbaru, on September 2005. It focused on the discussion related to fiscal policies and local natural resource management issues. The results of this study would be used to provide valuable information to be considered in the reshaping of the Law 32/2004.
31
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Kaukus Anti-Korupsi di Parlemen Dalam rangka ‘membangun kapasitas dari dalam’ Kemitraan dan Forum Peduli Sumatra Barat (FPSB) menyusun program inovatif untuk membentuk gerakan anti korupsi diantara para anggota legislatif. Walaupun misi baru ini diharapkan dapat dimulai pada tahun 2006, serangkaian diskusi kelompok terfokus (FGD) telah diadakan untuk memperkenalkan pentingnya gerakan anti korupsi yang dipimpin oleh anggota komite anti korupsi di lingkungan parlemen. Proyek ini, selain bertujuan mendapatkan komitmen para wakil rakyat untuk membangun tata pemerintahan yang bersih, juga didesain untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam mengadvokasi dan mendorong reformasi di dalam parlemen itu sendiri. Hal ini membantu mengembangkan prosedur-prosedur transparan dalam pemberdayaan anggota kaukus untuk melawan korupsi internal. Dukungan pada Pembaruan Sosial di Aceh Program Kemitraan di Aceh dimulai pada masa daerah operasi militer (DOM) tahun 2003 dengan tujuan menggalakkan transparansi dan tata pemerintahan yang bersih di daerah. Saat ini, setelah bencana tsunami 2004, Kemitraan melanjutkan bantuannya untuk rekonstruksi sosial dalam masyarakat dengan bidang yang lebih terfokus dan mendalam; terutama dalam membangun kembali sistem pemerintahan daerah dengan melibatkan sebanyak mungkin pemangku kepentingan. Mandatnya adalah untuk memfasilitasi mitra-mitra lokal, para anggota organisasi masyarakat sipil, pemerintah dan akademisi; dalam mengidentifikasi hambatan-hambatan utama serta keputusan dalam mempraktikkan tata pemerintahan yang baik; juga untuk menjaga dan memperkuat keberadaan forum kordinasi pihak-pihak masyarakat yang berkepentingan yang telah dibentuk oleh Kemitraan sejak pertama kali memulai kegiatannya di sini. Lokakarya umum mengenai rekonstruksi sosial di Aceh dilakukan di Medan, dua bulan setelah tsunami, bulan Februari 2005. Lokakarya ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat. Perumusan tentang pelaksanaan tata pemerintahan yang baik di Aceh telah dikonsepkan, terdiri dari pemahaman umum tentang pentingnya; (1) pendekatan sosial yang partisipatif, keadilan bagi semua pihak, faktor kesetaraan, transparansi, supremasi hukum, dan akuntabilitas; (2) suara dari perempuan sebesar 30% dan penyaluran aspiurasi kelompok pro-marjinal; (3) keterlibatan semua pihak yang berkepentingan; (4) berorientasi pada solusi; dan (5) akvokasi tingkat nasional, untuk mempromosikan pemerintahan daerah. Dari tahap itu, pada bulan Agustus 2005 dicetuskan proyek pertama di Aceh, yang dikelola oleh organisasi lokal, Gerak, yang berfokus pada penguatan dan pengembangan partisipasi publik dalam hal transparansi manajemen keuangan di daerah setelah bencana tsunami dan gempa bumi. Pemantauan Dana Publik untuk Melawan Korupsi di Aceh Proyek lain yang dijalankan oleh Gerak bertujuan untuk memantau dan menyelidiki penggunaan dana di sektor publik maupun pemanfaatan dana donor untuk rehabilitasi sosial. Pemantauan mencakup lima wilayah di Aceh Utara, Aceh Pidie, Aceh Besar, Aceh Jaya, dan Banda Aceh. Banyak rintangan yang dihadapi dalam mengakses informasi dan melakukan penyelidikan di lapangan. Tidak tersedianya sarana transportasi menurunkan mobilitas para penyelidik dan evaluator. Kurangnya kerjasama dari personil di institusi pemerintahan yang dipantau juga memperlambat perkembangan. Temuan-temuan dalam proyek ini yang terdiri dari pencatatan dan dokumentasi sebagai cara verifikasi dan bukti dari berbagai penyimpangan administrasi dan korupsi; kemudian digunakan untuk melawan sistem sebagai bagian dari pemberantasan korupsi di wilayah ini.
32
annual report 2005
Anti-corruption Caucus in the Parliament In building ‘capacity from within’, the Partnership and Forum Peduli Sumatera Barat (FPSB) have initiated an innovative program to establish an anti-corruption movement among Sumatran legislative members. Although this new mission expected to be enacted in 2006, a series of focus group discussions (FGD) have already been held to introduce and explore the importance of anti corruption movement within the parliament. This project, besides aimed at getting the people’s representatives’ commitment towards clean governance, also designed to improve their capacity to advocate and encourage reform within the parliament itself. It managed to lead the development of transparent procedures in the empowerment of the caucus’ members to combat internal corruption.
Support to Social Reconstruction in Aceh The Partnership’s program in Aceh was established during the era of the military operations zone (daerah operasi militer, DOM) in 2003. It aimed to promote transparency and clean governance in local administration. Today, after the tsunami catastrophe in 2004, the Partnership continues its support on the social reconstruction with more focused and profound areas; especially on the rebuilding local government’s system by involving as many local stakeholders as possible. The mandate was to facilitate local partners; members of civil society organizations, government and academicians; in identifying major obstacles and resolutions in practicing good governance at the local government; also in the maintenance of the existence of local multi-stakeholders forum that has been attempted by the Partnership since its first move here. A public workshop on social reconstruction in Aceh was conducted in Medan, two months after tsunami, February 2005. It was attended by various elements of society members. A formulation of the implementation of good governance in Aceh has been conceptualized. It consists common understanding of the importance of; (1) participative social approach, justice for all, equality factor, transparency, law supremacy, and accountability; (2) women’s vote (30%) and pro-marginalized group; (3) multi-stakeholders’ involvements; (4) problem-solving orientations; and (5) national level advocacy to promote local governance. From that stage, the first supported project in Aceh was initiated in August 2005 to a local organization, GERAK; on the strengthening and improving public participation on transparent financial management in the region subsequent to the earthquake and tsunami catastrophe.
Public Funds Monitoring to Fight Corruptions in Aceh Another project implemented by GERAK was aimed to monitor and investigate the utilization of funds in public sector budgeting as well as donors’ funds for social rehabilitation. The monitor coverage was included five areas of North Aceh, Aceh Pidie, Aceh Besar, Aceh Jaya and Banda Aceh. Many obstacles in accessing the information and in the investigation were faced in the field. The unavailability of public transportation has decelerated the mobility of investigators and evaluators. The lack of cooperation from the related monitored institutions personnel has also slowed down the progress. The findings of this project that consist of records and local government documentations as means of verifications and evidences to numbers of administration misconducts and corruptions; were then used against the system as a part of fighting against corruption in this area.
33
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
JAWA BARAT Intervensi untuk mendukung pembaruan tata pemerintahan di Jawa Barat mencakup berbagai aspek, mulai dari penyediaan informasi yang komprehensif tentang kegiatan anti korupsi dalam
WEST JAVA
instansi-instansi pemerintahan dan masyarakat
Interventions to support governance reform in West Java covered diverse
sipil, pembentukan forum interaksi untuk
aspects of good governance; ranging from the provision of comprehensive
mendukung pendekatan multi-pihak, dan juga
information on the anti-corruption activities in the government institutions
peningkatan kapasitas auditor negara. Intervensi
and civil societies, establishment of interaction forum to support the multi-
penting
rekrutmen
stakeholder approaches, as well as capacity building of the state auditors.
dengan
Another important intervention in the civil service recruitment system was
meningkatkan partisipasi publik di dalam
made by increasing public participation in monitoring the 2005 recruitment
memantau proses rekrutmen 2005.
process.
Peningkatan Kapasitas Auditor Negara
Capacity Building of the State Auditors
Salah satu aspek penting dalam proses audit yang
One of the important aspects of audit process that needs to be continuously
harus terus dikembangkan adalah kemampuan para
improved is the capability of the auditors to translate their audit findings
auditor untuk mengubah temuan-temuan mereka
into legal evidence. Until now, almost none of the findings were followed by
menjadi bukti hukum. Sampai sekarang, hampir
legal process. A capacity building program for members of the Financial
tidak ada hasil temuan audit yang dianjutkan
and Development Supervisory Board (BPKP) were held in Bogor to address
dengan proses hukum. Program peningkatan
the issue. The goal of the training was to improve numbers of major
kapasitas anggota BPKP diadakan di Bogor untuk
corruption cases’ findings that can finally end up in the court. In the long run,
menjawab isu ini. Tujuan dari pelatihan adalah
this will trigger deterrent effect to corruptions.
lain
pada
kepegawainegerian
sistem dilakukan
untuk meningkatkan jumlah kasus korupsi yang pada akhirnya bisa dilanjutkan dengan proses hukum. Dalam jangka panjang hal ini akan memicu efek jera bagi koruptor.
Around 300 state auditors participated in the trainings. The curricula covered the principles of criminal law and law of criminal procedures, corruption criminal act and other criminal act, research and investigation technique, intelligence orientation, cover and interview, drafting of deposition and court
Sekitar 300 auditor negara telah berpartisipasi
record, techniques and system to proof corruption case, the role of justice
dalam pelatihan ini. Kurikulumnya mencakup
intelligence in disclosing corruption case, and case studies.
prinsip-prinsip hukum pidana dan hukum acara pidana, tindak pidana korupsi dan tindak pidana lainnya, teknik penelitian dan penyelidikan, orientasi intelijen, wawancara dan liputan, rancangan deposisi dan catatan pengadilan, teknik dan sistem untuk membuktikan kasus korupsi, peran dari intelijen keadilan dalam mengungkap kasus korupsi, dan studi kasus.
34
annual report 2005
CENTRAL JAVA Cooperation among regions is vital for achieving maximum benefit from common resources, whether they are
JAWA TENGAH
environmental or human resources. In 2005 the Kerjasama antar daerah adalah sangat penting untuk meraih
Partnership’s focus in Central Java aimed to facilitate
keuntungan maksimum dari sumberdaya yang ada, apakah itu
coordination among all stakeholders, across a variety of
sumber daya lingkungan ataupun sumber daya manusia. Pada tahun
programs, to establish long-term development.
2005 fokus Kemitraan di Jawa Tengah bertujuan untuk memfasilitasi
Facilitating the Establishment of an Inter-Regional
koordinasi di antara banyak pihak yang berkepentingan, melalui
Cooperation Forum
berbagai macam program, untuk mencapai pembangunan jangka panjang.
‘Barlingmascakeb’ that consist of the regencies of Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, and
Memfasilitasi Pembentukan Forum Kerjasama Antar Daerah
Kebumen is an inter-regional cooperation forum amongst Wilayah ’Barlingmascakeb; Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas,
those parties. The forum was established to improve the
Cilacap, dan Kebumen, merupakan forum kerjasama antar daerah-
management of common resources and to encourage solid
daerah tersebut. Forum ini dibentuk untuk mengembangkan
partnership among all stakeholders of local government,
pengelolaan sumberdaya bersama, dan mendorong kemitraan di
civil society and the corporate sector, in sustaining
antara semua pihak antara lain pemerintah, masyarakat sipil dan
economic growth and social security. The project’s main
sektor koorporasi, guna mempercepat pertumbuhan ekonomi yang
outcome was an academic guideline for regional policies
berkelanjutan serta tersedianya jaminan sosial. Hasil utama proyek
concerning business licenses and investments regulations.
ini adalah sebuah panduan akademis mengenai kebijakan-
This guideline has already been circulated to related
kebijakan daerah yang melibatkan perijinan usaha dan peraturan-
authorities such as legislatures and the local governments
peraturan tentang investasi. Panduan ini telah disebarluaskan
for further in-depth studies; and it is now ready to be
kepada pihak-pihak yang berwenang seperti DPRD dan pemerintah
considered as valuable inputs to the process of the
untuk pembahasan lebih mendalam, dan sekarang siap
establishment local set of laws in each area.
dipergunakan sebagi masukan berharga dalam perumusan Perda
Support on Local Regulations Reorganization
di setiap daerah terkait.
In order to strengthen regional autonomy, the Partnership
Dukungan terhadap Reorganisasi Peraturan Daerah
encouraged review and evaluation on the relevance of local Dalam rangka memperkuat otonomi daerah, Kemitraan mendorong
regulations for good governance in Kebumen regency. The
pengkajian dan evaluasi terhadap relevansi peraturan-peraturan
reviews were including regulations on the allocation of
daerah (Perda) untuk tata pemerintahan yang baik di Kabupaten
village funds; the draft of local regulation on people’s
Kebumen. Termasuk perda mengenai alokasi dana desa dan
participation in public policy; and the participative
rancangan perda mengenai partisipasi masyarakat dalam kebijakan
development plan. A total of 204 local regulations
publik dan rencana pembangunan partisipasif. Sejumlah 204 perda
underwent the evaluation. The project also produced a
ikut dievaluasi. Proyek ini juga telah menghasilkan suatu model
model by which to measure a regional government’s
untuk mengukur kinerja Daerah serta mengembangkan perangkat
performance and developed software to evaluate the
lunak untuk mengevaluasi hasil keluarannya. Model ini telah diuji
outcomes. This model has already been tested and found to
dan ternyata berfungsi dengan baik. Di Purworejo dan Kebumen
perform well. In Purworejo and Kebumen, an up-scaling
juga telah dijalankan model untuk meningkatkan skala. Metode ini
model was also carried out. This method identifies work
dapat mengidentifikasi unit kerja yang memiliki kinerja buruk, dan
units which are performing poorly and, in doing so,
sekaligus mendiagnosa masalah dan hambatan kerja, yang nantinya
diagnoses problems and hindrances to performance that
akan berguna sebagai referensi ketika membuat rencana kerja dan
are later useful as a reference when drafting subsequent
anggaran berikutnya.
work plans and budgets.
35
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
JOGJAKARTA Inisiatif reformasi di Jogjakarta mencakup banyak ragam isu. Inisiatif anti korupsi bekerja untuk meningkatkan pengawasan terhadap sistem peradilan, dan mendorong agenda anti korupsi di parlemen maupun di institusi
JOGJAKARTA
pendidikan. Pemberdayaan publik, partisipasi dan kesadaran adalah hal-hal yang disoroti sebagai isu melalui pembaruan
Reform initiatives in Jogjakarta covered a wide spectrum of
keamanan dan kepolisian dan pembentukan kantor
issues. Anti-corruption initiatives worked to improve monitoring
ombudsman. Dalam pembaruan sistem kepegawainegerian,
the judiciary system, and encouraging the anti-corruption
tujuan jangka panjang untuk propinsi Jogjakarta adalah
agenda in both parliament and in educational institutions.
peningkatan efisiensi dan transparansi dalam pelayanan
Public empowerment, participation and awareness were
publik.
highlighted as issues through the security and police reform and the establishment of ombudsmen’s offices. In the civil service
Sistem Pemantauan Peradilan
reform, long primary objective for the provincial government of
Pembaruan hukum dan peradilan oleh Kemitraan difokuskan
Jogjakarta, has addressed improving efficiency and transparency
pada pemantauan sistem peradilan dalam rangka membangun
in the public services.
kerangka
hukum
yang
transparan,
dapat
Judicial Monitoring System
dipertanggungjawabkan dan diandalkan. Dengan kerjasama dari Jogjakarta Transparency (JT), didirikan sebuah pusat
The Partnership’s legal and judicial reform focused on
informasi tentang masalah-masalah peradilan guna
monitoring the judicial system in order to establish a
meningkatkan kesadaran masyarakat. Selain itu telah juga
transparent, accountable and reliable legal framework. With
disusun dan disebarluaskan buku panduan pemantauan
collaboration of the Jogjakarta Transparency (JT ), an
peradilan. Alhasil dibentuk lah suatu Kelompok Relawan
information center on judicial issues was established to improve
Pemantau Peradilan yang didukung oleh 13 LSM lokal di
community awareness, and a judicial monitoring manual was
Jogjakarta, yang mana membuktikan besarnya dukungan dan
prepared and distributed. Consequently, a Judicial Monitoring
antusiasme masyarakat terhadap kegiatan pemantauan
Volunteers Group, supported by 13 local NGOs in Jogjakarta, was
peradilan. Pemantauan ini telah berhasil mengidentifikasi
created, demonstrating significant community support and
kelemahan-kelemahan dalam menyelenggarakan keadilan,
enthusiasm for judicial monitoring activities. These monitoring
juga lemahnya integritas moral dari para profesional hukum,
activities have been successful in identifying weaknesses in the
sehingga hal ini meningkatkan potensi terjadinya korupsi,
administration and the moral integrity of legal professionals
yang akan menghasilkan kesalahan-kesalahan formal dan
which increase the potential for corruption and result in formal
material dalam membuat putusan pengadilan.
and material mistakes in handing down verdicts.
36
annual report 2005
Clean Parliament Caucus As in Sumatera, the ‘capacity from within’ approach in combating corruption in the parliament focused on the importance of the anti-corruption movement being led within the Parliament by establishing a parliamentary caucus to advocate and encourage
Kaukus Parlemen Bersih
reform and develop the capacity and commitment of
Seperti halnya di Sumatra, penguatan ’kapasitas dari dalam’ untuk
legislative members for the reform movement. This
memerangi korupsi di parlemen difokuskan pada pentingnya gerakan
local Parliament caucus, that was established with the
anti korupsi yang dipimpin dari dalam parlemen dengan membentuk
coordination of local partners; S2 PLOD of the
kaukus parlemen untuk mengadvokasi dan mendorong reformasi serta
Gajahmada University, consists of Parliament
mengembangkan kapasitas dan komitmen dari para anggota legislatif
members at the provincial and regency levels with its
untuk gerakan reformasi. Kaukus parlemen lokal ini, yang dibentuk
main objective being a clean parliament in the
dengan koordinasi mitra-mitra lokal yaitu S2 PLOD dari Unversitas
Jogjakarta province.
Gajahmada, terdiri dari para anggota parlemen tingkat propinsi dan kabupaten dengan tujuan utama untuk menjadi parlemen yang bersih di Propinsi Jogjakarta.
On December 2005, the Clean Parliament Caucus in Jogjakarta was launched. It has 123 members from the DPRD at the provincial and regency/municipality
Pada awal Desember 2005, Kaukus Parlemen Bersih di Jogjakarta
levels, comprising 24 members from provincial DPRD,
diperkenalkan pada publik. Kaukus ini mempunyai 123 anggota dari
22 from Jogjakarta, 12 from Sleman, 19 from Kulon
parlemen daerah (DPRD) tingkat propinsi dan kabupaten/kota, terdiri
Progo, 18 from Gunung Kidul, and 24 from Bantul.
dari 24 anggota dari DPRD tingkat propinsi, 22 dari Jogjakarta, 12 dari Sleman, 19 dari Kulon Progo, 18 dari Gunung Kidul, dan 24 dari Bantul.
Establishment of Local Ombudsmen The public’s right to express views and assessments on
Pembentukan Ombudsman Daerah
the performance of public and private institutions is
Adalah hak publik untuk mengemukakan pandangan dan penilaian
an important aspect of democracy. The Partnership
mereka tentang kinerja lembaga-lembaga publik dan swasta, dan ini
therefore worked with the local government in
merupakan aspek penting dari demokrasi. Oleh sebab itu Kemitraan
Jogjakarta to establish a Local Ombudsman for
bekerja bersama pemerintah di Jogjakarta telah membentuk
government activities and Private Ombudsman for
Ombudsman Daerah untuk kegiatan pemerintah dan Ombudsman
private activities as independent agencies to
Swasta untuk kegiatan swasta, sebagai lembaga independen untuk
investigate any public complaints regarding poor
menampung keluhan masyarakat tentang tata pemerintahan yang buruk
governance or unfair business practices. These
atau praktik bisnis yang tidak adil. Ombudsman ini juga mempelajari dan
Ombudsmen also address complaints relating to poor
menyelidiki keluhan-keluhan yang berhubungan dengan pelayanan
public service or public administration. In response, the
masyarakat atau administrasi publik. Sebagai respons, pemerintah telah
government has improved services and the
memperbaiki pelayanan dan sistem administrasinya. Demikian pula,
administrative system. Likewise, consumer complaints
keluhan pelanggan terhadap praktik bisnis yang tidak adil atau
of unfair business practices or unjust relationships
hubungan yang tidak harmonis antara pegawai dan majikan, atau
between employees and employers, or relationships
hubungan antara para pengusaha, dapat diselesaikan dengan baik
among entrepreneurs, can be successfully resolved
melalui kantor Ombudsman Swasta.
through the Private Ombudsman office.
37
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
JAWA TIMUR Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mendukung pembaruan tata pemerintahan adalah fokus utama di Jawa Timur. Peran partisipasi masyarakat tidak hanya terbatas pada fungsinya untuk mengawasi pemerintah, tapi juga dalam proses merumuskan kebijakan dan meningkatkan kualitas pemilihan daerah. Mengingat luasnya aspek-aspek yang tercakup, maka pembangunan kapasitas masyarakat sipil dipilih sebagai pintu masuk untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
EAST JAVA Improving public participation to support governance reform was the
Meningkatkan Kualitas Pemilihan Daerah
main focus in 2005 for East Java region. Public participation roles are not
LSM Fitra di Tuban, Jawa Timur, menerapkan program
only limited to its function to monitor the local government, but also in
untuk meningkatkan integritas pemilihan Daerah
the policymaking process as well as quality improvement of the local
melalui kampanye kesadaran politik dan pendidikan
government election. Considering the broad aspects to be covered,
pemilih. Kampanye ini menyajikan informasi tentang
strengthening capacity of civil societies was selected as the main entrance
proses
to improve public participation.
pemilihan,
hak-hak
pemilih
dan
tanggungjawab para kandidat. Fitra Tuban telah mengadakan serangkaian lokakarya, melatih
Improving the quality of local government election
fasilitator, dan memberi dukungan kepada masyarakat
The NGO Fitra Tuban implemented a program to improve the integrity of
sipil untuk memantau proses pemilihan, termasuk
local government elections via a voter education and awareness campaign.
kampanye, anggaran dan perumusan kontrak politik
This campaign provided information on election processes, voters’ rights
dengan kandidat. Dengan menyediakan sarana dan
and election candidates’ responsibilities. Fitra Tuban held a series of
informasi yang dapat meningkatkan kesadaran publik,
workshops, trained facilitators and provided support to civil society on
serta melibatkan mereka dalam proses pemilihan,
monitoring local election processes, including the campaign itself,
para pemilih akan memiliki pengetahuan yang lebih
budgeting and formulating political contracts with candidates. By
baik untuk memilih anggota parlemen yang benar-
providing tools and information that increase public awareness of—and
benar dapat mewakili mereka. Hasil dari program ini
engagement in—the electoral process, voters are better equipped to select
adalah perubahan yang signifikan pada sikap para
truly representative local government members. As a result of the program
pemilih, dari yang semula tidak peduli menjadi tertarik
there was an observable shift in voter attitudes, from being very apathetic
secara aktif kepada persoalan politik, selain itu
to having an active political interest, to the extent that some voters were
beberapa pemilih berhasil menyampaikan kritik yang
able to articulate constructive criticism to candidates during the
membangun kepada para kandidat selama kampanye.
campaign.
38
annual report 2005
Autonomy Award A program to encourage healthy competition on the implementation of regional autonomy by inviting active participation of community members in monitoring roles was conducted by the Jawa Post Institute for Pro-Autonomy. Four regions were included in the autonomy award program i.e. East Java, Central Java, East Kalimantan and Yogyakarta. Evaluation of the performance of the district/city
governments
under
the
decentralization era was based on a number of selected (designed) parameters. There were four
Penghargaan Otonomi
major categories that would be evaluated, namely,
Sebuah program untuk mendorong kompetisi yang sehat dalam menjalankan
(1) improvement in public service; (2) economic
otonomi daerah dengan mengundang partisipasi aktif masyarakat sebagai
development; (3) management of local risks
pemantau dilakukan oleh Jawa Post Institute for Pro-Autonomy (JPIP). Empat
(security); and (4) anti corruption. These
daerah terlibat dalam program penghargaan otonomi yaitu Jawa Timur, Jawa
parameters were made known to the public in a
Tengah, Kalimantan Timur dan Jogjakarta. Evaluasi terhadap kinerja Daerah
workshop attended by various stakeholders. For the
di bawah era desentralisasi didasarkan pada beberapa parameter terpilih.
Central Java and the Special Region of Yogyakarta
Ada empat kategori utama yang akan dievaluasi, yaitu; (1) peningkatan
the launched was conducted on July 2005 while
kualitas pelayanan publik; (2) pembangunan ekonomi; (3) manajemen risiko
for the East Kalimantan Region on May 2005. The
setempat (keamanan publik); dan (4) anti korupsi. Parameter-parameter ini
parameters were further disseminated to the public
diumumkan kepada masyarakat dalam sebuah lokakarya yang dihadiri oleh
through various local media.
berbagai pihak yang berkepentingan. Untuk Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogjakarta peluncurannya dilakukan pada bulan Juli 2005; sedangkan untuk Kalimantan Timur dilaksanakan pada bulan Mei 2005. Parameter-parameter ini kemudian disebarluaskan lebih lanjut melalui berbagai media lokal.
Monthly coordination meetings were conducted regularly. It attended by a small group of experts to discuss the progress of the evaluation process. The results of the discussions were then used to further improve the monitoring process taking
Rapat koordinasi diselenggarakan setiap bulan, dihadiri oleh sekelompok
place in the field. Periodic surveys to monitor public
kecil ahli untuk membahas perkembangan dari proses evaluasi. Hasil
opinion on regional autonomy progress in the
pembahasan ini digunakan untuk lebih meningkatkan proses pemantauan
regions were conducted. The surveys involved
yang dilakukan lapangan. Survei berkala untuk memantau pendapat publik
stakeholders from local society to conduct
tentang perkembangan otonomi di berbagai daerah juga dilaksanakan.
monitoring in each regencies/cities. A national
Kegiatannya melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari komunitas
seminar on the monitoring results was also held
lokal yang akan melakukan pemantauan di setiap daerah/kota. Sebuah seminar
on December 2005. Public critics and suggestion
nasional tentang hasil pemantauan diadakan dalam bulan Desember 2005.
were received and compiled during the seminar.
Kritik dan saran dari publik diterima dan dikumpulkan selama seminar itu.
The final results of the evaluation would be
Hasil akhir dari evaluasi akan diumumkan kepada publik dalam tahun 2006.
announced publicly in 2006.
39
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
KALIMANTAN In Kalimantan, the Partnership has facilitated various governance reforms through its representation reform
KALIMANTAN
sector, anti-corruption, security and police reform; and the
Di Kalimantan, Kemitraan memfasilitasi pembaruan tata
decentralization and regional autonomy. These activities
pemerintahan melalui sektor pembaruan perwakilan, anti korupsi,
were spread all over East Kalimantan (three units), West
pembaruan keamanan dan kepolisian, dan desentralisasi dan
Kalimantan (three units) and Central Kalimantan (a unit).
otonomi daerah. Kegiatan-kegiatan ini tersebar di seluruh
Supports to Community Policing Program
Kalimantan Timur (tiga unit), Kalimantan Barat tiga unit) dan Kalimantan Tengah (satu unit).
The Community Policing activities were implemented by the Regional Police (Polda) of East Kalimantan. This project was
Dukungan bagi Program Pemolisian Masyarakat
practicing a training of trainers (TOT) methodology for the
Kegiatan kepolisian masyarakat dilaksanakan oleh Polisi Daerah
police members and related community members. A public
(Polda) Kalimantan Timur. Proyek ini merupakan metode “pelatihan
consultation forum was successfully conducted –which have
untuk pelatih” (training of trainers/TOT) untuk para polisi dan
influenced community’s prominent figures, Police
anggota masyarakat. Juga ada Forum Konsultasi Publik yang telah
Commanders in East Kalimantan, and regional legislatives
berhasil dilaksanakan sehingga mempengaruhi tokoh-tokoh
to participate. The TOT program has shaped 177 participants
penting dalam masyarakat, pimpinan Kepolisian di Kalimantan Timur,
up to the standard. They consist of high and lower rank police
dan legislatif agar ikut berpartisipasi. Program TOT telah
officers, personnel of city resort police (polres) and Metro
membentuk 177 peserta hingga memenuhi standar. Mereka terdiri
Police of the East Kalimantan Regional Police. An
dari polisi berpangkat tinggi hingga rendah, anggota Kepolisan
independent police watch has also been established in
Resort dan Kepolisan Metro dari Kepolisian Daerah Kalimantan
Tarakan. Instructors who have passed the TOT program have
Timur. Suatu Pengawas Kepolisian Independen juga telah dibentuk
later formed an observation network in Kutai Kartanegara.
di Tarakan. Instruktur yang telah lulus program TOT kemudian
This form aimed to monitor the Police performance.
membentuk suatu jaringan pengamatan di Kutai Kartanegara.
Voters Education: Political Rights
Lembaga ini ditujukan untuk mengawasi kinerja Kepolisian.
In the framework of assuring a success of direct regional
Pendidikan Pemilih: Hak-hak Politik
leaders’ elections (pilkada), several activities have been
Dalam rangka memastikan keberhasilan pemilihan langsung kepala
implemented in West Kalimantan –aimed to increase
daerah (Pilkada), beberapa kegiatan telah dilaksanakan di
community awareness on the importance of voting for a the
Kalimantan Barat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
right leaders –people-oriented and respect to the
masyarakat tentang pentingnya pemilihan kandidat yang tepat;
implementation of good governance. The public educations
yang berorientasi kepada masyarakat dan menghormati penerapan
project that has managed by a local NGO, FAKTA, was carried
tata pemerintahan yang baik. Proyek pendidikan masyarakat ini
out step-by-step from village, sub-district and regency levels.
dikelola oleh sebuah LSM lokal yaitu Fakta, dan dilaksanakan
Furthermore, community networks were formed in regency’s
selangkah demi selangkah dimulai dari desa, kecamatan dan
levels like Bengkayang, Sekadau, Ketapang and Samarinda
kabupaten. Lebih jauh, dibentuk jaringan masyarakat di tingkat
–which in particular have conducted monitoring on the
kabupaten seperti Bengkayang, Sekadau, Ketapang, dan Samarinda
public health service quality and the issuance of identity
yang secara khusus telah melaksanakan pemantauan terhadap
cards (kartu tanda penduduk, KTP). In connection with this
kualitas pelayanan kesehatan dan penerbitan kartu tanda
matter it was also a successful effort that through this
penduduk (KTP). Dalam hubungannya dengan hal ini, maka telah
project, a public service contract between public authorities
berhasil dibuat dan ditandatanganinya kontrak kerja antara pihak
and local parliament (DPRD) has been signed. This
otoritas publik dan parlemen daerah (DPRD). Komitmen ini dibuat
commitment was initiated to push the government in
untuk mendorong pemerintah memberikan pelayanan kesehatan
delivering a better quality and transparent public health
yang lebih baik dan transparan, juga dalam hal penerbitan KTP.
service, and on the issuance of KTP.
40
annual report 2005
SULAWESI Dukungan kepada Kaukus Parlemen Di Sulawesi Tengah, sebuah kaukus parlemen didirikan oleh beberapa institusi lokal di Palu, Donggala, dan Parigi Moutong. Proyek ini
SULAWESI Support to the Parliamentary Caucus
melibatkan organisasi advokasi hukum
In Central Sulawesi, a parliamentary caucus was established by a formation of
setempat yaitu Persatuan Bantuan Hukum
several local institutions in Palu, Donggala, and Parigi Moutong. This project has
Rakyat (PBHR) Sulteng. Kaukus ini bertujuan
involved a local legal advocating organization on Persatuan Bantuan Hukum
agar tata pemerintahan yang baik, transparan
Rakyat (PBHR) Sulteng. This caucus movement aimed at a transparent and
dan akuntabel diterapkan di parlemen daerah.
accountable implementation of good governance in the local parliament. Several
Beberapa diskusi telah dilakukan untuk
discussion sessions were conducted to gather public inputs on the importance of
mengumpulkan masukan dari publik tentang
the implementation of governance reform on the parliament. Members of local
pentingnya melakukan pembaruan tata
government and parliament; were willing to participate in community
pemerintahan di parlemen. Para anggota
discussions as resource persons. Their presences to these public dialogues were
pemerintah dan parlemen setempat bersedia
very important; as representations to local leaderships’ genuine supports in
berpartisipasi dalam diskusi masyarakat
promoting good governance in the region.
sebagai narasumber. Kehadiran mereka pada dialog publik ini sangat penting, sebagai perwakilan dari pemimpin setempat yang mendukung terciptanya tata pemerintahan yang baik di daerah.
41
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
PAPUA Customs Justice System (CJS) PAPUA
An agreement on customs justice system has been signed by the Provincial Attorney General’s Office, the Police Chief,
Sistem Peradilan Adat
members of Parliament, and the Governor of Papua as well
Perjanjian tentang sistem peradilan adat yang telah ditandatangani
as the Rector of Cendrawasih University, in December 2005,
oleh Kantor Kejaksaan Propinsi, Kepala Polisi, anggota parlemen,
has resulted an academic draft for ‘Special Regional
dan Gubernur Papua, juga Rektor Universitas Cendrawasih, pada
Regulation on Customary Justice in Papua’ and the basic
bulan Desember 2005, telah menghasilkan sebuah rancangan
framework for the ‘Draft Special Regional Regulation on
akademik tentang ’Peraturan Daerah Khusus tentang Peradilan
Customary Justice in Papua’.
Adat di Papua’ dan kerangka dasar untuk ’Rancangan Peraturan
The agreement was aimed to re-regulate the existence of
Daerah Khusus tentang Peradilan Adat di Papua’.
courts of justice in compliance with Law 21/2001 on
Perjanjian ini bertujuan untuk mengatur ulang keberadaan
Special Autonomy for the Province of Papua. This
pengadilan agar sesuai dengan UU No. 21/2001 tentang Otonomi
autonomy provides for two recognized and legitimate
Khusus untuk Propinsi Papua. Dalam Otonomi ini terdapat dua jenis
courts, namely the district court and customary court
pengadilan yang diakui, yaitu pengadilan negeri dan pengadilan adat.
(adat). In practice, the implementation of these justice
Dalam penerapannya, sistem pengadilan ini menghadapi tiga
system faces three (3) obstacles, which are: (l) double
kendala, yaitu: (1) sanksi ganda, (2) pengambilalihan, dan (3) walaupun
sanction, (2) taken-over, and (3) although in some cases in
beberapa kasus dapat diselesaikan di pengadilan daerah;
the district court were brought to an end; the settlement
penyelesaiannya tidak harus dilakukan oleh pengadilan adat.
has not necessary concluded by the customary court.
Sanksi ganda adalah di mana pada kasus yang sama mendapatkan
The ‘double sanction’ is where the same case penalized
dua sanksi dalam waktu yang sama; yaitu satu sanksi hukum oleh
with two sanctions at the same time; one legal sanction by
pengadilan negeri dan sanksi adat yang diberikan oleh pengadilan
the district court and a customary sanction imposed by
adat. Pengambilalihan adalah pada saat terjadi insiden; seperti kasus
the customary court. The ‘take-over’ is when an incident;
perlakuan kasar yang pertama-tama diproses oleh pengadilan negeri
such as mistreatment which was processed by the district
tetapi kemudian diambil alih oleh pengadilan adat untuk
court but later it taken over by the customary court for its
penyelesaiannya. Perjanjian di atas mengatur wewenang antara
settlement. The mentioned agreement arranges the
pengadilan adat dan pengadilan negeri sebagai pengadilan Negara.
authority between the customary court and the district
Perjanjian tersebut juga mengatur klasifikasi isu-isu atau kasus-
court as the State’s court. It also regulates the
kasus spesifik yang membutuhkan penyelesaian oleh pengadilan
categorization on specific issues or cases that need to be
negeri atau pengadilan adat.
settled by the district or customary court.
42
annual report 2005
Memantau Kinerja Personil Keamanan Untuk menyediakan dukungan bagi keterlibatan masyarakat dalam memantau kinerja personil keamanan, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Papua telah merangkum sebuah Buku Panduan Pemantauan
Monitoring the Security Personnel Performance
Kinerja Kepolisian yang disebarkan ke organisasi-
To provide support for the community’s involvement in monitoring the
organisasi masyarakat sipil sebagai referensi untuk
performance of security personnel, legal assistance institute (lembaga
disosialisasikan kepada masyarakat. Metodologi
bantuan hukum, LBH) Papua has compiled a ‘Guidance Book to Supervise
hubungan kerja antara Kepolisian Daerah Papua,
Police Performance’ which was distributed to civil society organizations
Kodam XVII Trikora, Pemerintah Propinsi Papua dan
as reference to socialization to the community. The methodology of
para pemangku kepentingan lainnya diatur dalam
working relations between the Papua Regional Police (Polda), Kodam
buku panduan tersebut.
XVII (Military Area Command) of Trikora, the Papua Provincial
Para peserta proyek ini di Kota Jayapura dan kabupaten-kabupaten lain kemudian membentuk
Government and other multi-stakeholders were arranged in the above mentioned guidance book.
sebuah forum gabungan bernama ’Forum Pengawas
The participants of this project in Jayapura city and regencies were
Kinerja Kepolisian’. Perhatian besar diberikan kepada
further forming a joint forum, namely ‘Police Performance Supervisory
forum ini oleh masyarakat sehingga stasiun televisi
Forum’. Large attentions were given to this forum by the community so
nasional (TVRI) menyiarkan hal ini dalam suatu siaran
that the local state’s television station of T VRI has broadcasted this
langsung dan juga Radio Republik Indonesia (RRI)
matter with a live coverage reported by RRI -Radio Republic of Indonesia
meliput secara langsung dari Papua.
in Papua.
43
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Facilitated the Establishment of AntiCorruption Forum Governance reform in Papua Province was focused on increasing the capacity of Memfasilitasi Pembentukan Forum Anti Korupsi
community members and the civil society
Pembaruan tata pemerintahan di Propinsi Papua difokuskan pada peningkatan
organizations in put into action public
kapasitas masyarakat dan organisasi-organisasi masyarakat sipil dalam hal advokasi
advocacy to encourage anti corruption
publik untuk mendorong gerakan anti korupsi di lembaga legislatif dan eksekutif.
movement at executive and legislative
Kegiatan ini diawali dengan mengidentifikasi kemungkinan dan perilaku korupsi
institutions. Activities were initiated by
di lingkungan otoritas, perangkat birokrasi dan para politikus di parlemen.
identifying opportunities and corruption behaviors among the authority circle,
Lebih lanjut, dibentuk ’Forum Penguatan Gerakan Anti Korupsi Papua’ yang juga ternyata adalah bagian dari persiapan pembentukan Ombudsman Daerah;
bureaucracy apparatus and politicians at local parliament.
merupakan dialog rutin antara masyarakat yang terdiri dari organisasi non Daerah, Furthermore, a ‘Papua Anti Corruption
praktisi hukum dan para birokrat ’yang dianggap masih bersih’.
Movement Strengthening Forum’ was formed Advokasi publik yang menggunakan media masa telah membawa berbagai kasus korupsi di dalam Daerah – yang sebelumnya ditangani secara internal oleh Bawasda (badan pengawas daerah), diangkat ke masyarakat – setelah itu diambil alih oleh Kantor Kejaksaan Agung Papua; dan bahkan sebagian ditangani oleh Pengadilan Negeri Jayapura. Advokasi publik juga telah mendorong Kepolisian Daerah Papua dan Kejaksaan Agung Papua mengambil sikap proaktif ketika menangani indikasi korupsi dimana beberapa anggota parlemen daerah (DPRD) terlibat.
44
in which was also found as a part of the Regional
Ombudsman’
preparation;
formed
establishment
through
routine
dialogues among the people consisting of local non-government organizations, legal practitioners and ‘still-clean considered’ bureaucrats.
annual report 2005
The public advocacy that using mass media have brought corruption cases within the local government –which was previously handled internally by Bawasda –a regional supervisory board; into public issues –afterwards taken care by the Papua Attorney General Office (AGO); and even partly administered by the Jayapura Court of Justice. The public advocacy has also urged the Papua Regional Police (Polda) and the AGO in taking a pro-active attitude in handling corruption indications in which some members of parliament (DPRD) were involved. Mendukung Majelis Rakyat Papua
Support to the Papua People’s Assembly
Dalam kerja sama dengan Universitas Cendrawasih, Kemitraan
In cooperation with Cendrawasih University, the Partnership
mendukung dibentuknya Majelis Rakyat Papua (MRP) dengan
was supporting the establishment of Papua People’s Assembly
memfasilitasi perumusan Rencana Peraturan Daerah Propinsi
(majelis rakyat Papua, MRP) by facilitating the formulation of
(Perdasi) mengenai Pengaturan Pemilihan MRP, yang kemudian
Provincial Region Regulation Plan (Perdasi) regarding the
diresmikan dalam Perdasi 4/2005 oleh Gubernur Papua dan
Election Arrangement of MRP; which afterwards was legalized
Parlemen. Peraturan Daerah ini lebih lanjut akan
into Perdasi 4/2005 by the Governor of Papua and the
disosialisasikan kepada masyarakat luas.
Parliament. The said Regional Regulation is further socialized to the community at large.
Pembentukan sebuah forum para multi-pihak adalah kegiatan lain yang dilaksanakan di mana semua pihak terkait berdiskusi
The creation of a multi-stakeholders forum was another activity
dan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
executed in which all related parties discussing and studying
desentralisasi fiskal, akuntabilitas, transparansi dan
matters
pemberdayaan institusi lokal untuk mempersiapkan dan
accountability, transparency and empowerment of local
melaksanakan Otonomi Khusus Papua. Berbagai rekomendasi
institutions to prepare and carry out the Papua Special
telah dikemukakan dalam forum ini sehubungan dengan
Autonomy. Various recommendations were issued by this Forum
pembangunan Papua dalam beberapa aspek seperti sumber
pertaining to the development of Papua in several aspects like
daya alam, pentingnya pelayanan publik yang transparan,
natural resources, the importance of transparent public service,
partisipasi, akuntabilitas, dan lain sebagainya.
participation, accountability, etc.
45
were
connected
to
fiscal
decentralization,
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
operational
Introducing the 2005’s ADB-Partnership’s Country Governance Assessment Report of Indonesia, by conducting a public discussion that involved experts’ as resource persons and hundreds of participants from various fields including government officials, members of parliament, civil society
KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN
and international communities. This event was widely covered and broadcasted by national mass media.
Unit Komunikasi dan Manajemen Pengetahuan (CKM) dipimpin oleh seorang Senior Manager (SCKM) yang direkrut pada bulan Maret 2005. Unit ini diposisikan sebagai sistem pendukung utama untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan kegiatan organisasi. CKM bertanggung jawab untuk mengembangkan strategi komunikasi, menjaga citra dan reputasi organisasi, hubungan dengan media dan pelaksanaan manajemen pengetahuan. Dalam rangka memperkuat komunikasi publik organisasi dan untuk meningkatkan keberhasilan program reformasi, SCKM di dukung oleh tim yang terdiri dari personil komunikasi dan hubungan masyarakat, dan staf teknis yang ahli dalam pekerjaan informasi dan teknologi.
COMMUNICATION AND KNOWLEDGE MANAGEMENT The communications and knowledge management (CKM) unit is led by a Senior Manager for Communication and Knowledge Management (SCKM) that was recruited in March 2005. This unit was positioned as main support system to document and publicize the organization’s activities. The CKM is responsible for communication strategy development, maintaining the image and reputation of the organization, media relations and the implementation of knowledge management. In order to
Selain memimpin kegiatan komunikasi organisasi, unit ini juga
strengthen the organization’s public communications and to
bertanggung jawab sebagai koordinator dalam membuat dan
enhance delivery of reform programs, the SCKM is backed by a
menerbitkan laporan-laporan organisasi. Laporan organisasi secara
team consists of communications and public relations personnel,
rutin
and technical staff members specialized in information and
disebarluaskan
kepada
jaringan
Kemitraan
dan
didokumentasikan dalam situs resmi www.governancereform.org.
46
technology (IT) work.
annual report 2005
Monitoring and evaluation workshop that was conducted in Makassar, 27-30 July 2005, involved all stakeholders including Partnership’s NGO partners as executors of the implementation of governance
reform
Par tnership’s
supported projects in the area. The workshop aimed at NGO partners’ key persons’
capacity
building
in
conducting self-evaluation in order to maintain the sound effective of the implementation of field activities.
Besides taking lead to the organization’s communications activities, Manajemen event adalah peran lain dari unit CKM yang juga penting. Semua event programatik yang menjadi alternatif kampanye untuk mempromosikan praktik-praktik dan pelajaran terbaik dilaksanakan secara profesional dengan dukungan penuh dari para anggota tim manajemen
this unit also responsible as coordinator in the production and publishing organization’s reports. Programmatic organizational reports were regularly disseminated to the Partnership’s network and documented
on
the
organization’s
official
website,
www.governancereform.org.
program. Beberapa event melibatkan pihak luar lainnya –
Event management is another important role of the CKM unit. All
seperti donor dan mitra LSM. Salah satu event gabungan
programmatic related events as public campaigning means to
yang besar pada tahun 2005 adalah peluncuran Laporan
promote organization’s best practices and lessons learned were
Penilaian Tata Pemerintahan Negara Indonesia bersama
implemented professionally with full supports from program
ADB. Dalam proyek ini, CKM mengambil peran pendukung
management team members. Some events were involving other parties
utama di dalam produksi laporan tersebut, termasuk di
– such as donors and its NGO partners. One of the major joint events
dalam hal penyelenggaraan acara peluncuran dan
of 2005 was the launch of the 2005’s ADB-Partnership Country
penyebarluasan laporan tersebut.
Governance Assessment Report of Indonesia. In this project, the CKM
PEMANTAUAN PROYEK TRUST FUND Selama tahun 2005, 87 kegiatan pemantauan lapangan telah dilakukan terhadap 72 proyek dukungan Kemitraan di seluruh Indonesia. Pemantauan yang dilakukan oleh tim
was taking a supporting role in the production of the report, the organization of the launching event and the dissemination of the report.
MONITORING AND EVALUATION
manajemen program ini terdiri dari observasi langsung
During 2005, there were 87 field monitoring activities in a total of 72
terhadap pelaksanaan tahap-tahap penting masing-
supported projects spread throughout the country. Monitoring
masing proyek. Hasil temuannya didokumentasikan
activities that were executed by program management team members
sebagai back-to-office report (BTOR) yang dibuat, diajukan
consist of a direct observation on the implementation of important
dan dibahas secara internal untuk evaluasi lebih lanjut.
stages of Partnership’s supported projects. The findings were
Laporan ini menjadi salah satu sumber utama bagi
documented as Back to the Office Reports (BTOR) that were produced,
Manajemen Kemitraan untuk mengawasi dengan ketat
submitted and discussed internally for further evaluations staged.
pelaksanaan proyek, berisi informasi mengenai keakuratan
These reports have become the main source for the Management to
dan kesesuaian terhadap rencana awal, sehingga dapat
closely supervise project implementation, providing information on
memberi peringatan kepada organisasi mengenai
accuracy and adherence to original plans, and alerting the
perlunya melakukan intervensi jika terjadi penyimpangan
organization on any necessity to intervene in the case of misconduct
atau perilaku yang tidak benar.
or inappropriate behaviors.
47
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
SUMBER DAYA MANUSIA Kemitraan memiliki 54 staf secara keseluruhan, 80% diantaranya direkrut langsung oleh tim SDM Kemitraan yang saat ini menggunakan model rekrutmen yang
HUMAN RESOURCES’ STATUS
dikembangkan khusus untuk organisasi ini dan diterapkan The Partnership has a total of 54 staff, 80% of whom are directly
mulai bulan Juni 2005. 20% staf Kemitraan lainnya tetap
recruited by the Partnership’s human resources team, now using a
berada dibawah sistem kontrak UNDP. Kemitraan memiliki
recruitment model developed specifically for the organization and
keseimbangan jender dalam jumlah staf tingkat profesional
implemented in June 2005. The other 20% of Partnership staff remain
dan staf pendukung, namun keseimbangan itu belum
contracted under the UNDP system. The Partnership has a balance of
sepenuhnya tercapai pada setiap kategori profesional.
gender representation in both professional and support level staff; Sejalan dengan program Kemitraan dan rencana ekspansi
however that balance is not yet fully reflected in each individual
operasi, lima staf profesional akan direkrut untuk
professional category.
mengkonsolidasi tim manajemen menengah yang telah ada: In line with the Partnership’s programming and operational
Senior Governance Advisor, Manajer Program (Aceh),
expansion plan, five further professional staff will be recruited to
Monitoring and Evaluation Manager, Staf Pemantauan/
consolidate the existing middle management team: a Senior
Evaluasi, dan seorang Manajer Operasional dan Sumber
Governance Advisor, a Program Manager (Aceh), a Monitoring and
Daya Manusia. Seorang asisten perpustakaan akan
Evaluation Manager, a Monitoring/Evaluation Officer and a Human
bergabung di awal 2006 untuk melayani jumlah
Resources and Operations Manager. A Librarian Assistant will join
pengunjung yang menggunakan fasilitas perpustakaan dan
the support staff in early 2006 to better serve the growing volume of
pusat sumber daya ini.
clients using the Partnership’s library and resource center. ADMINISTRASI UMUM DAN PROKURMEN
GENERAL ADMINISTRATIVE AND PROCUREMENT Pada tahun 2005 Kemitraan melakukan kajian terhadap In 2005 the Partnership undertook a review of working space
alokasi ruang kerja untuk memperbaiki suasana kerja tim.
allocation to improve teamwork atmosphere. Following minor
Setelah mengeluarkan biaya untuk renovasi ringan, para
refurbishment costs, program and operations staff members were
staf program dan staf operasional saling didekatkan,
brought closer together and office space was reduced and optimized.
sehingga luas ruang kantor yang dikurangi dapat
In another initiative internal capacity for meetings was increased,
dioptimalkan. Inisiatif lain yang diambil adalah penambahan
minimizing the need to hold such events in more expensive
kapasitas rapat di dalam kantor, sehingga mengurangi
convention centers. Consequently, monthly rental costs went down
pelaksanaan rapat di gedung pertemuan luar yang lebih
by 13%, while conference costs per head were reduced by 20%.
mahal. Alhasil, biaya sewa bulanan turun 13% dan biaya
Additionally, during 2005 the Partnership enhanced office efficiency
konferensi per kepala berkurang sebanyak 20%. Selain itu,
by purchasing IT hardware and necessary equipment to replace
pada tahun 2005 Kemitraan menggalakkan efisiensi di
outdated models originally procured at the Partnership’s founding.
kantor dengan meremajakan perangkat keras teknologi informasi serta perlengkapan pendukungnya guna menggantikan peralatan lama yang telah ada sejak Kemitraan pertama kali didirikan.
48
annual report 2005
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
DEVELOPMENT OF POLICIES AND PROCEDURES
Sebagaimana dinyatakan dalam rencana kerja, Kemitraan
As stipulated in its work plans, the Partnership is strongly
mempunyai komitmen tinggi untuk mengkonsolidasi dan
committed to consolidating and enhancing its business
memajukan proses kerjanya sejalan dengan praktik-praktik terbaik
processes in line with internationally recognized best
yang diakui secara internasional dan taat pada prinsip-prinsip
practices observing the key principles of accountability,
utama yaitu akuntabilitas, transparansi dan persaingan yang sehat.
transparency and fair competition.
Pada tahun 2004, UNDP menugaskan seorang Penasehat (Asing)
In 2004 the UNDP engaged an International Operations and
Bidang Operasi dan Keuangan untuk membantu Kemitraan dalam
Finance Advisor to assist the Partnership to strengthen its
memperkuat manajemen operasinya dan menyusun Pedoman
operations management and facilitate the development of
Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure/SOP).
a Standard Operating Procedures (SOP) manual. Due to
Karena satu dan lain hal, penasehat tersebut tidak dapat
unforeseen circumstances, the incumbent was unable to
menyelesaikan tugasnya di Kemitraan. Konsekuensinya, direkrut
complete her tenure with the Partnership. Consequently, a
Penasehat (Nasional) Bidang Operasi dan Keuangan dengan tugas
national Operations and Finance Advisor was recruited with
khusus untuk melanjutkan pengembangan SOP, yang berisi rincian
the specific task to further the SOP, which details all business
semua proses bisnis dari manajemen operasi sehari-hari di
processes of the Partnership’s day to day operations
Kemitraan.
management.
SOP ini akhirnya dapat dirampungkan pada minggu ketiga bulan
The SOP was finalized in the third week of December 2005
Desember 2005 melalui pengkajian oleh sebuah tim dengan
after a thorough review by a team which included full
pertisipasi penuh dari manajemen senior dan semua staf. Setelah
participation by Senior Management and all staff. Following
mendapat persetujuan dari Direktur Eksekutif, SOP ini diajukan ke
the Executive Director’s approval, the SOP was shared to the
UNDP
kemudian
UNDP for comments and then presented to the Partnership’s
dipresentasikan kepada Dewan Eksekutif Kemitraan untuk
Executive Board for endorsement. At the Executive Board’s
pengesahan. Atas permintaan Dewan Eksekutif, proses-proses
request, business processes and workflow procedures are now
bisnis dan prosedur-prosedur alur kerja kini didokumentasikan
being documented in accordance with the SOP to clarify staff
sesuai dengan SOP untuk memperjelas rantai tanggungjawab
chains of responsibility and accountability standards. It is
pegawai dan standar akuntabilitas. Sangatlah penting untuk
important to recognize that the SOP is considered a ‘living
mengetahui bahwa SOP dianggap sebagai ’dokumen hidup’ yang
document’ which will be continually reviewed to ensure
akan senantiasa direvisi untuk menjamin efektivitas dan efisiensi
organizational effectiveness and efficiency, and reflect the
organisasi, dan mencerminkan komitmen Kemitraan untuk
Partnership’s commitment to optimum operational quality.
untuk
mendapatkan
komentar
dan
mengoptimalkan kualitas operasional.
49
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
OPERASI UNIT KEUANGAN
THE OPERATION OF FINANCE UNIT
Walaupun Kemitraan memiliki status hukum yang independen,
Although the Partnership has independent legal status, it is
struktur finansialnya dirancang dan dikelola sebagai proyek dari
set up and financially managed as a project of the UNDP
UNDP, karena sebagian besar dana yang diterima oleh Kemitraan
because the majority of funds the Partnership currently
dari para donor multilateral masih disalurkan melalui UNDP.
receives from multi lateral donors are still channeled
Karena kondisi ini, maka hak Kemitraan untuk mengakses Atlas -
through the UNDP system. Given this status, the Partnership’s
sistem informasi manajemen UNDP, terbatas hanya untuk
right to access UNDP ATLAS (management information
memasukkan data dan melihat laporan; Kemitraan tidak memiliki
system) is limited to data entry and report viewing; the
hak persetujuan karena semua persetujuan harus datang dari
Partnership has no approval right as all approval must come
UNDP. Kemitraan tidak mempunyai pilihan lain kecuali mengelola
from the UNDP. The Partnership has no alternative but to
transaksi-transaksi keuangan primer dan sekunder dalam
manually manage its day-to-day primary and secondary
program excel sebelum meng-upload-nya ke dalam Atlas.
financial transactions on excel spreadsheets before uploading data into the UNDP ATLAS.
Kebiasaan menggunakan speadsheet untuk mencatat dan mengelola semua transaksi pendanaan semakin lama menjadi
The practice of using spreadsheets to record and manage all
semakin rumit. Dalam hal keakuratan, keamanan, pelaporan tepat
funding transactions is becoming increasingly problematic.
waktu, dan kualitas data, sistem ini sangat tidak bisa diandalkan.
In terms of accuracy, security, timely reporting and data
Karena itu, pada awal tahun 2006, Kemitraan merencanakan untuk
quality, the system is extremely unreliable. Accordingly, early
membangun sistem manajemen akuntansi sendiri guna
in 2006, the Partnership will procure its own accounting
menyesuaikan dengan standar international. Selain itu, selama
management system to align itself to international
periode pelaporan, Kemitraan memfasilitasi banyak sub-proyek
standards. Also during the reporting period, the Partnership
yang secara umum disebut proyek-proyek Grantee (mitra kerja di
facilitated an increased volume of sub-projects, commonly
lapangan). Kemitraan menggunakan jasa akuntan publik untuk
known as Grantee’s Projects. The Partnership engaged the
memeriksa laporan keuangan Grantee pada setiap tahap sesuai
services of certified public accountants to validate the
kontrak guna memastikan keselarasan dengan peraturan dan
soundness of grantee’s financial reporting during each stage
prosedur Kemitraan. Cara ini tidak saja menjamin bahwa Grantee
of these contracts to ensure compliance with the
akan mentaati standar akuntabilitas keuangan yang tinggi, tapi
Partnership’s financial rules and procedures. This measure
juga membuktikan kepada komunitas donor tentang komitmen
not only ensures that grantees adhere to high standard
Kemitraan untuk menyalurkan dana secara transparan.
financial accountability, but also reconfirms the Partnership’s
commitment
to
transparent
disbursement vis a vis the donor community.
50
fund
annual report 2005
financial statement
PERIODE HINGGA 31 DESEMBER 2005
FOR THE YEARS ENDED DECEMBER 31, 2005
Source : MOORES ROWLAND
51
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Laporan Auditor Independen tentang Posisi Keuangan No. 060/2006 Kami telah mengaudit Laporan Posisi Keuangan dari Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia (Kemitraan) yang ditutup tanggal 31 Desember 2005, 2004 dan 2003 dan laporan-laporan terkait yang berhubungan dengan aktivitas dan arus kas untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2005, 2004, dan untuk periode 1 Juli 2003 hingga 31 Desember 2003. Laporan keuangan ini adalah tanggungjawab manajemen Kemitraan. Tanggungjawab kami adalah memberikan opini atas laporan keuangan ini berdasarkan audit kami. Kami melakukan audit kami sesuai dengan standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Indonesia. Standar itu mensyaratkan bahwa kami merencanakan dan melaksanakan audit untuk mendapatkan keyakinan yang cukup bahwa laporan keuangan ini bebas dari kesalahan pelaporan. Suatu audit mencakup pemeriksaan, berdasarkan pengujian, atas bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah serta pengungkapan dalam laporan keuangan ini. Audit ini juga menilai prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dilakukan oleh manajemen, dan mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami menjadi dasar yang wajar untuk menyusun pendapat kami. Kami telah menerbitkan laporan tertanggal 19 Mei, 2006, dimana kami menyangkal pendapat kami karena Kemitraan belum membuat laporan keuangan sampai dengan 30 Juni 2003 dan akibatnya saldo awal dari aset bersih per tanggal 1 Juli 2003 sebesar US$ 3,448,819 (seperti dilaporkan sebelumnya) tidak dapat dengan diukur dengan tepat. Seperti dijelaskan dalam Catatan 11 yang dilampirkan pada laporan keuangan, Kemitraan kemudian menyiapkan laporan keuangan sampai dengan 30 Juni 2003 yang memungkinkan kami mengkaji dan mengambil kesimpulan sampai dengan saldo aset bersih tersebut. Berdasarkan itu, kami menerbitkan kembali laporan kami dan opini kami saat ini tentang laporan keuangan tahun 2005, 2004, dan 2003 berbeda dari yang kami sampaikan di laporan sebelumnya. Menurut opini kami, laporan keuangan seperti yang dimaksud di atas terlihat wajar, dalam semua aspek material, dan posisi keuangan Kemitraan hingga tanggal 31 Desember 2005, 2004 dan periode 1 Juli 2003 hingga 31 Desember 2003, adalah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi umum yang diterima di Indonesia. JIMMY BUDHI & REKAN Registered Public Accountant Jimmy S. Budhi License No. 03.1.0835
Source : MOORES ROWLAND
52
annual report 2005
Report of Independent Auditors on Financial Position Report No. 060/2006 We have audited the Statements of the Financial Position of Partnership for Governance Reform in Indonesia (“the Partnership”) as of December 31, 2005, 2004 and 2003 and the related statements of activities and cash flows for the years ended December 3l, 2005, 2004 and for the period from July 1, 2003 to December 31, 2003. These financial statements are the responsibility of the Partnership’s managements. Our responsibility is to report on these financial statements based n our audits. We conducted our audits in accordance with auditing standards established by the Indonesian Institute of Accountants. Those standards require that we plan and perform the audits to obtain reasonable assurance about whether the financial statements are free of material misstatement. An audit includes examining, on a test basis, evidence supporting the amounts and disclosures in the financial statements. An audit also includes assessing the accounting principles used and significant estimates made by management, as well as evaluating the overall financial statements present tion. We believe that our audits provide a reasonable basis for our opinions. We have issued our report dated May 19, 2006, in which we disclaim our opinion since the Partnership did not prepare financial statements up to June 30, 2003 and as a result, the beginning balance of the net assets as of July 1, 2003 amounting to US$ 3,448,819 (as previously reported) could not be accurately measured. As explained in Note 11 to financial statements, the Partnership had prepared the financial statements up to June 30, 2003, which enable us to review and satisfy our selves to the beginning balance of such net assets. Accordingly, we reissue our report and our present opinion on the 2005, 2004 and 2003 financial statements differ from that expressed in our previous report. In our opinion, the financial statements referred to the above present fairly, in all material respects, the financial position of the Partnership as of December 31, 2005, 2004 and 2003 and the related statements of activities and cash flows for the years ended December 31, 2005, 2004 and the period from July 1, 2003 to December 31, 2003, in conformity with accounting principies generally accepted in Indonesia.
JIMMY BUDHI & REKAN Registered Public Accountant Jimmy S. Budhi License No. 03.1.0835
Source : MOORES ROWLAND
53
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
statement of financial position AS OF DECEMBER 31, 2005 (Figures in table are expressed in US Dollar, unless otherwise stated)
2005
2004
2003
Cash on hand and in bank
1,152,812
295,019
153,169
Advances
34,004
87,568
-
Facility fund
2,644,678
2,532,100
1,285,615
Trust fund
6,581,293
8,359,849
10,201,893
TOTAL ASSETS
10,412,787
11,274,536
11,640,677
Accrued expenses
4,753,803
5,358,399
10,336,592
NET ASSETS - Restricted
5,658,984
5,916,137
1,304,085
TOTAL LIABILITIES AND NET ASSETS
10,412,787
11,274,536
11,640,677
ASSETS CURRENT ASSETS
Fund In United Nations Development Programme
LIABILITIES AND NET ASSETS CURRENT LIABILITIES
Source : MOORES ROWLAND
54
annual report 2005
statement of activities AS OF DECEMBER 31, 2005 (Figures in table are expressed in US Dollar, unless otherwise stated)
2005
2004
2003
2,179,408
3,458,268
2,932,466
Trust fund
5,240,482
3,984,178
2,415,846
Direct fund
654,328
419,076
152,780
Total
8,074,218
7,861,522
5,501,092
Interest income
2,285
1,432,531
390
TOTAL REVENUE
8,076,503
9,294,053
5,501,482
Trust expenses
6,113,454
2,454,239
-
Facilites expenses
1,856,607
1,831,060
213,875
Direct expenses
244,530
315,189
-
Other - net
119,065
81,513
340,664
TOTAL EXPENSES - NET
8,333,656
4,682,001
554,539
INCREASE (DECREASE)IN NET ASSETS
(257,153)
4,612,052
4,946,943
NET ASSETS AT BEGINNINGOF PERIOD
5,916,137
1,304,085
(3,642,858)
NET ASSETS AT END OF PERIOD
5,658,984
5,916,137
1,304,085
REVENUE Contribution Facility fund
EXPENSES
Source : MOORES ROWLAND
55
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
statement of cashflows AS OF DECEMBER 31, 2005 (Figures in table are expressed in US Dollar, unless otherwise stated)
2005
2004
2003
Revenue fromm donation - restricted
8,074,218
7,861,522
5,501,092
Other revenue
2,284
1,432,531
390
Expenses
(8,214,591)
(4,600,488)
(407,914)
Other expense
(119,065)
(81,513)
(340,664)
Decrease (increase) in advances
53,564
(87,568)
-
Decrease (increase) in fund in UNDP
1,665,979
595,559
(5,042,738)
Increase (decrease) in accrued expenses
(604,596)
(4,978,193)
398,266
857,793
141,850
108,432
AT BEGINNING OF YEAR
295,019
153,169
44,737
CASH 0N HAND AND IN BANKAT END OF YEAR
1,152,812
295,019
153,169
CASH FLOWS FROM OPERATINGACTIVITIES
NET INCREASE (DECREASE) IN CASH ON HAND AND IN BANK
CASH ON HAND AND IN BANK
Source : MOORES ROWLAND
56
annual report 2005
notes to financial statement AS OF DECEMBER 31, 2005
UMUM
GENERAL
Pembentukan dan Informasi Umum
Establishment and General Information
Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia didirikan oleh sekelompok orang terkemuka di Indonesia
The Partnership for Governance Reform in Indonesia was
yang mewakili berbagai bidang yang berbeda-beda,
established by a group of eminent Indonesians representing
bersama
Development
different walks of life, together with United Nations Development
Programme (“UNDP”), Bank Dunia dan Bank Pembangunan
Programme (“UNDP”), the World Bank and the Asian
Asia, menjelang akhir 1999, setelah Pemilihan Umum yang
Development Bank, towards the end of 1999, in the aftermath of
diadakan bulan Juni tahun itu. Pada awalnya Kemitraan
the general elections held in June of that year. Initially
dibentuk sebagai proyek UNDP dengan Bappenas sebagai
Partnership was established as a UNDP Project with the National
lembaga penanggungjawab.
Development Planning Agency (BAPPENAS) as the Executing
dengan
United
Nations
Agency.
Pada tahun 2001, berdasarkan “Nota Kesepahaman” antara Pemerintah Republik Indonesia dan UNDP tentang
In 2001, on the basis of the “Memorandum of Understanding
Penggunaan Bantuan Pembangunan Resmi untuk
between the Government of the Republic of Indonesia and the
Mendukung Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia”,
UNDP on Utilization of Official Development Assistance to
ditetapkan dua mekanisme yang saling melengkapi (1)
Support Governance Reform in Indonesia”, two complementary
fasilitas proyek pembangunan UNDP yang dinamakan
mechanisms were put into effect: (1) UNDP development project
“Fasilitas”; (2) “Membangun Kemitraan bagi Pembaruan Tata
facility entitled the “Facility; (2) Enabling the Partnership for
Pemerintahan di Indonesia” dan dana yang dinamakan “Dana
Governance Reform in Indonesia” and a fund entitled the
Tata Pemerintahan Indonesia”, yang dikelola oleh UNDP.
“Indonesia Governance Fund”, that is managed by the UNDP.
Source : MOORES ROWLAND
57
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Pada tahun 2003, Kemitraan dibentuk ulang sebagai suatu
In 2003, Partnership was re-established as a civil partnership
kemitraan sipil (badan hukum) dan memakai nama “Kemitraan
(legal entity) and bearing the name Partnership for
bagi Pembaruan Tata Pemerintahan”. Pembentukan ulang ini
Governance Reform. The establishment was based on
ini berdasarkan akte notaris No. 5 yang dibuat oleh Putut
notarial deed No. 5 of Putut Mahendra, S.H dated November
Mahendra SH. tertanggal 12 November 2003. Kemitraan
12, 2003. Partnership is domiciled in Jakarta.
berdomisili di Jakarta.
En accordance with Articles of Association No. 5, the
Sesuai dengan Pasal 5 Anggaran Dasar, maksud dan tujuan
objectives and purposes of Partnership shall be engage in
Kemitraan adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
activities in support of governance reform in Indonesia by
mendukung pembaruan tata pemerintahan di Indonesia
consulting and cooperating in:
dengan berkonsultasi dan bekerja sama dalam: a.
a.
reform agenda in Indonesia.
Mengidentifikasi unsur-unsur penting dalam agenda pembaruan tata pemerintahan di Indonesia.
b.
Menyediakan sarana untuk melaksanakan agenda tersebut.
c.
b.
Providing the means for implementing such agenda.
c.
Providing advice in the development and direction of reform priorities.
Memberikan saran dalam arah pembangunan dan prioritas
d.
reformasi. d.
Identifying the essential elements of the governance
Providing
coordination
and
support
for
the
implementation and management of specific projects financed from resources mobilized through Partnership.
Melakukan koordinasi dan memberi dukungan untuk melaksanakan dan mengelola proyek-proyek tertentu
In order to fulfill its purposes and achieve its objectives,
yang dibiayai oleh dana yang digalang melalui Kemitraan.
Partnership’s may engage in, take part in, and support efforts
Dalam rangka memenuhi maksud dan mencapai tujuannya,
to collect and manage funds and other resources obtained
Kemitraan dapat berperan, mengambil bagian dalam, dan
torn both domestic and foreign sources, as well as to arrange
mendukung upaya untuk mengumpulkan dan mengelola dana
for the channeling of such unds and other resources to
dan sumber daya lainnya yang didapat dari sumber domestik
underwrite and assist programs, projects and activities.
maupun luar negeri, dan juga untuk mengatur penyaluran
For guiding and supervising the implementation of facility
dana dan sumber daya untuk menjamin dan membantu
and management of fund purposes, an association referred
program, proyek dan aktivitas.
to as the “Governing Board” was constituted, Comprising
Untuk membimbing dan mengawasi penggunaan fasilitas dan
members of Indonesian society and the international donor
manajemen dana, sebuah asosiasi yang dinamakan “Dewan
community, including both bilateral and multilateral
Pembina” dibentuk, terdiri dari anggota-anggota masyarakat
donors. That as a vehicle to administer and coordinate the
Indonesia dan komunitas donor, termasuk donor bilateral dan
international support for facilities and funding, an
multilateral. Dan sebagai kendaraan untuk mengatur dan
administrative office Known as the Executive Office was also
mengkoordinasikan dukungan internasional terhadap
set up under the authorit y of an “Executive Board”
fasilitas dan pendanaan, dibentuk sebuah kantor administrasi
comprising all members of the Governing Board, with the
yang disebut Kantor Eksekutif di bawah wewenang sebuah
advice of an advisor y committee known as the “Policy
“Dewan Eksekutif ” yang terdiri dari semua anggota Dewan
Advisory Committee”, comprising official representatives of
Pembina, dengan mempertimbangkan petunjuk dari suatu
BAPPENAS, UNDP, the Asian Development Bank (ADB), and the
komite penasihat yang disebut “Komite Penasihat Kebijakan”,
International Bank for Reconstruction and Development
terdiri dari wakil-wakil resmi dari Bappenas, UNDP dan ADB
(World Bank).
dan Bank Dunia.
Source : MOORES ROWLAND
58
annual report 2005
Anggota-anggota Dewan Pembina dan Dewan Eksekutif, hingga 31 Desember 2005, adalah sebagai berikut: The members of its Governing Boards and Executives Boards as of December 31, 2005 were as the follows:
GOVERNING BOARDS 1.
Mrs. Ir. Erna Witoelar
22. H. E. Mr. John Holmes
2.
Mr. Susilo Bambang Yudhoyono
23. H. E. Mr. Niels Erik Andersen
3.
Mr. DR. Boediono
24. H. E. Mr. Jean Bretèschè
4.
Mr. Nurcholis Madjid
25. H. E. Mr. Renaud Vignal
5.
Mr. Dr. Daniel Dhakidae
26. H. E. Shin Ebihara
6.
Mr. Prof. DR. Azyumardi Azra
27. H. E. Mr. Phillip Gibson
7.
Mr. Drs. Triyono Budi Sasongko
28. H. E. Mr. N. Van Dam
8.
Mrs. Nursyahbani Katjasungkana, S.H.
29. H. E. Mr. Lennart Linner
9.
Mr. Hj. Benjamin Mangkoedilaga
30. H. E. Mr. Charles Humfrey
10. Mr. Prof. DR. Johanes Berchmans Kristiadi
31. Mr. Andrew Steer
11. Mr. Prof. DR. Jacob Elfinus Sahetapy, S.H.
32. Mr. Edgar A. Cua
12. Mr. Drs. Erry Riyana Hardjapamekas
33. Mr. Bo Asplund
13. Mr. Dr. Djunaedi Hadisumarto 14. Mr. DR. Makarim Wibisono 15. Mr. Marzuki Darusman, S.H. 16. Mr. Rev. Dr. Karel Philemon Erari 17. Mr. Bishop Petrus Turang 18. Mrs. Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto 19. Mrs Felia Salim 20. Mrs. Naimah Hasan 21. H. E. Mr. Bill Farmer
EXECUTIVE BOARDS 1.
Mrs. Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto
2.
Mr. Dr. Daniel Dhakidae
3.
Mr. Prof. DR. Azyumardi Azra
4.
Mr. Drs. Triyono Budi Sasongko
5.
Mrs. Nursyahbani Katjasungkana, S.H.
6.
Mr. Prof. DR. Johanes Berchmans Kristiadi
7.
Mr. Marzuki Darusman, S.H.
8.
Mr. Rev. Dr. Karel Philemon Erari
9.
Mrs Naimah Hasan
Source : MOORES ROWLAND
59
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
Kemitraan memiliki misi untuk mendorong pembaruan tata
The Partnership has a mission to promote
pemerintahan di semua bidang dan mendukung penciptaan model tata
governance reform, and to serve as a model of good
pemerintahan yang baik yang menekankan pada prinsip kemitraan setara
governance with equal partnership where processes
di mana proses pengambilan keputusan mempertimbangkan masukan
of decision making and resource allocation are based
dari semua pihak pemangku kepentingan.
on the inclusion of all stakeholders, a focus on
Di dalam upayanya mencapai misi tersebut, Kemitraan melaksanakan program-program dan kegiatan-kegiatannya dengan sasaran
gender
equality
and
the
involvement
of
disadvantaged groups.
peningkatan kualitas kebijakan, penguatan dan pembaruan kelembagaan,
In working to achieve its mission, the Partnership
perubahan
mengembangkan
undertakes programs and activities aimed at
institusionalisasi pengetahuan dan pemerataan arus informasi tentang
improving policies, strengthening and reforming
tata pemerintahan, khususnya terkait dengan sistem peradilan dan
institutions, transforming attitudes and process,
pelayanan publik, manajemen pemilihan, pengaturan lingkungan kerja
and enhancing knowledge gathering and the flow
sector korporasi, dan memperluas wadah di mana masyarakat madani
of information on governance, particularly with
dapat lebih berperanserta.
regards the judiciary and civil service, election
perilaku
dan
proses,
serta
management, the corporate sector regulatory
Program
environment and widening spaces in which civil
Kemitraan memfokuskan prioritas program pembaruannya pada enam sektor, yang pada dasarnya berkaitan satu sama lain. Keenam sektor ini adalah: Pembaruan Hukum dan Peradilan (legal and judicial reform),
society can operate.
Programs
Pembaruan Perwakilan (representation reform), Pembaruan Keamanan
The Partnership focuses its work on six (6) priority
dan Kepolisian (security and police reform), Pembaruan Pelayanan Publik
sectors, which are fundamentally interlinked. These
(civil service reform), dan dua program lain yang masing-masing
six (6) priority sectors consist of four (4) programs;
terintegrasi ke dalam ke empat sektor sebelumnya; yaitu Desentralisasi
legal and judicial reform, electoral reform, security
dan Otonomi Daerah (decentralization and regional autonomy), serta
and police reform, and civil service reform; and two
Anti-Korupsi (anti-corruption).
(2) crosscutting programs of decentralization and
Untuk melengkapi upaya organisasi dalam mendorong proses
regional autonomy, and anti-corruption.
pembaruan tata pemerintahan melalui enam sektor prioritas ini,
To complement the six (6) priority sectors, the
Kemitraan di dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan perspektif
Partnership conducts activities to further enhance
multi-pihak (multi-stakeholders perspective); memperkuat keterlibatan
its multi-stakeholder perspective to strengthen the
masyarakat sipil dalam proses pembaruan dan mendukung sektor
engagement of civil society and the corporate
korporasi dalam mempraktikkan tata pemerintahan yang lebih baik.
sector with governance reform (multi-stakeholder
Termasuk di dalam mengarusutamakan persoalan persamaan jender,
practices). These will include mainstreaming a
serta mendorong keterwakilan yang pantas bagi perempuan dan
gender equity perspective in all its work, and the
kelompok yang termarjinalkan.
inclusion of marginalized people.
SOURCES OF REVENUES Principal sources of revenue are contributions from the governments of other countries and from international funding agencies (donors) that will be received and distributed by UNDP to the Partnership.
Source : MOORES ROWLAND
60
annual report 2005
SUMBER-SUMBER PENDANAAN
Commitments of donors are not recognized as revenue until the funds are received by UNDP. The
Sumber-sumber utama pedanaan organisasi berasal dari kontribusi
Partnership activities are divided into three (3)
pemerintah negara-negara lain serta lembaga-lembaga donor
separated funds as follows:
internasional (semua disebut sebagai ‘donor’) yang disalurkan melalui UNDP kepada Kemitraan.
Trust Fund
Komitmen para donor tersebut tidak dapat diketahui hingga dana
A UNDP trust fund is a mechanism established to
diterima dan dicatat oleh UNDP. Berdasarkan pada sifat-sifat
receive contributions from one or more government
pendanaan ini, kegiatan-kegiatan Kemitraan dibagi menjadi tiga
or non-governmental donors, including private
bagian, yaitu sebagai berikut:
corporations and individuals, in support of a specific theme, project, country or region.
Dana Hibah
The fund will be utilized for the purpose of financing
Dana hibah UNDP merupakan satu mekanisme yang dibangun guna
the project proposals being supported by the
menampung kontribusi dari satu atau lebih donor, termasuk korporasi
Governance Reform Program and for meeting the
swasta dan perorangan, di dalam mendukung suatu tema, proyek,
operational costs of the Governance Reform
negara atau wilayah tertentu.
Program. The fund will be charged, in accordance
Dana yang terkumpul tersebut dimungkinkan digunakan untuk
with decisions and directives of the UNDP Executive
membiayai proposal proyek yang didukung oleh program pembaruan
Boards, three percent (3%) for administration of the
tata pemerintahan dan guna memenuhi pembiayaan operasional dari
fund and for any other support services required. Any
program pembaruan tersebut. Dari dana tersebut akan ditagihkan,
interest income from contributions to the fund shall
sesuai dengan keputusan dan arahan Dewan Eksekutif UNDP, tiga
be credited to the fund in accordance with the
persen untuk biaya administrasi dari pengelolaan dana dan untuk
applicable UNDP regulations, rules and directives.
biaya layanan lain yang dibutuhkan. Berbagai bunga yang timbul dari
Facility Fund
dana tersebut akan ditambahkan ke dalam jumlah dana yang ada sesuai dengan aturan, kebijakan dan arahan yang berlaku di
The fund provides a capacity for the Partnership to
lingkungan UNDP.
develop new approaches and ideas to advance the reform agenda by engaging directly with many
Dana Fasilitas
partners, from government, civil society and the
Dana ini diperuntukkan bagi Kemitraan untuk memfasilitasi
private sector together with international partners.
kegiatan-kegiatan terkait dengan upaya pembangunan metode
This facility is used for supporting and funding
pendekatan, dan pengembangan ide-ide kreatif dalam melaksanakan
workshops, dialogues, survey/research studies, media
agenda pembaruan, melalui pelibatan langsung dari mitra kerja, dari
communication and analyses, and other actions as
pemerintah, masyarakat, dan sector korporasi bersama dengan mitra
appropriate, at the regional and national levels.
internasional. Fasilitasi ini dipergunakan sebagai dukungan dan
Direct Fund
pendanaan atas biaya-biaya lokakarya, dialog, survey/ riset, komunikasi dan analisis media, dan kegiatan lain yang relevan, baik
This fund consists of contributions from the
di ringkat daerah maupun nasional.
Executing Agency (EA) or United Nations Agency as Implementing Agency to directly pay to other parties
Dana Langsung
for goods and services provided to the programme or project.
Dana ini berasal dari kontribusi lembaga donor yang termasuk di dalam executing agency (EA) atau lembaga Perserikatan BangsaBangsa (UN agencies) sebagai implementing agency, dalam pembayaran secara langsung ke pada pihak-pihak lain untuk barang maupoun jasa terkait dengan kegiatan program atau proyek.
Source : MOORES ROWLAND
61
© partnership for governance reform in indonesia
annual report 2005
abbreviations AGO
Attorney General Office
ADB
Asian Development Bank
APBD
Angaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
BAPPENAS
Badan Perencanaan Dan Pembangunan Nasional
BKN
Badan Kepegawaian Negara
BPKP
Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi
BPN
Badan Pertanahan Nasional
BTOR
Back To Office Report
BUMN
Badan Usaha Milik Negara
CJS
Customs Justice System
CKM
Communications & Knowledge Management
CSR
Civil Service Reform
DAU
Dana Alokasi Umum
DIY
Daerah Istimewa Yogyakarta
DOM
Daerah Operasi Militer
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
EU
European Union
FORGAKUM
Forum Antar Penegak Hukum
FPMP
Forum Pemerhati Masalah Perempuan
FPSB
Forum Peduli Sumatra Barat
FGD
Focus Group Discussion
GAM
Gerakan Aceh Merdeka
GOCEFA
Governance Education For Action
GOLKAR
Golongan Karya
IT
Information Technology
KOAK
Komite Anti Korupsi
KODAM
Komando Daerah Militer
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
KP-KAM
Komite Persiapan Komite Anggaran Masyarakat
62
annual report 2005
KPU
Komisi Pemilihan Umum
KPUD
Komisi Pemilihan Umum Daerah
KTP
Kartu Tanda Penduduk
LAN
Lembaga Administrasi Negara
LBH
Lembaga Bantuan Hukum
MOU
Memorandum Of Understanding
MRP
Majelis Rakyat Papua
NAD
Nangroe Aceh Darussalam
NGO
Non Goverment Organization
PAN
Partai Amanat Nasional
PANWASDA
Panitia Pengawas Daerah
PANWASLU
Panitia Pengawas Pemilu
PDIP
Partai Demokrasi Indonesia Pembaharuan
PDS
Partai Damai Sejahtera
PEMDA
Pemerintah Daerah
PERDASI
Peraturan Daerah Provinsi
PILKADA
Pemilihan Kepala Daerah
PKB
Partai Kebangkitan Bangsa
PKS
Partai Keadilan Sejahtera
POLDA
Polisi Daerah
POKJA
Kelompok Kerja
PPDK
Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan
PPP
Partai Persatuan Pembangunan
RAN-PK
Rencana Aksi Daerah Pemberatasan Korupsi
RRI
Radio Republik Indonesia
RUU
Rancangan Undang-Undang
SCKM
Senior Communication And Knowledge Manager
SOP
Standard Operational Procedure
TIMTAS TIPIKOR
Tim Penuntas Tindak Pidana Korupsi
TNI
Tentara Nasional Indonesia
TOT
Training of Trainers
TRIKORA
Tri Komando Rakyat
TVRI
Televisi Republik Indonesia
UIN
Universitas Islam Negeri
UNDP
United Nations Development Program
63
© partnership for governance reform in indonesia