Teknologi Bahan Yang Berkaitan Dengan Teknik sipil Dimulainya suatu era seringkali ditandai dengan mulai digunakannya suatu bahan baru pada suatu peradaban, misalnya zaman batu, era perunggu, dan era besi. Teknologi bahan bisa dikatakan merupakan salah satu teknologi yang paling tua dalam peradaban, dan merupakan pendahulu dari cabang teknologi lainnya. DI Asia, khususnya di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan bahan bangunan dan teknologi yang menyertainya boleh dikata sangat melejit Banyak proyek terkemuka di kawasan ini yang telah mengadopsi teknologi bahan bangunan terkini hingga mampu mencapai level bangunan kelas dunia. Sebagai bagian utama dari industri konstruksi, bahan bangunan memang dituntut untuk selalu berkembang. Bahan baru, teknologi, dan teknik yang up to date harus terus muncul untuk mengimbangi dinamika industri konstruksi yang sangat laju. Bukan hanya itu, kebutuhan masyarakat akan pengetahuan teknologi dan bahan bangunan juga semakin tinggi. Bahkan ada yang mengibaratkan, kebutuhan akan bahan bangunan seperti kebutuhan makanan; terus dibutuhkan dan permintaannya terus naik. Itulah mengapa inovasi-inovasi di bidang teknologi bahan bangunan makin menjadi tuntutan zaman. Itu juga alasan mengapa metode penciptaan bahan bangunan harus terus berkembang lebih efektif dan efisien. Perkembangan Teknologi Bahan Material
Berbahan Beton, Beragam Fungsi Baru Tertampung Saat ini, sebagian wantilan masih menggunakan bahan-bahan alami yang secara tradisi digunakan, tetapi sebagian lagi sudah menggunakan beton bertulang untuk struktur utamanya seperti pada pondasi titik, kolom, sloof, ring balok serta kuda-kuda atapnya, sedangkan gording, usuk, dan reng memakai kayu. Pemakaian bahan beton membawa perkembangan yang sangat besar pada sistem struktur wantilan. Dengan bahan beton tersebut, dimensi bentangan struktur menjadi lebar. Dengan bahan beton, diperolehlah ruang bebas kolom yang mampu menampung fungsi baru yang diterima wantilan. Struktur beton tersebut sebagian diekspos dan sebagian dibungkus kayu untuk memperoleh kesan alami. Kuda-kuda wantilan selain memakai beton juga mengalami perkembangan dengan
pemakaian bahan baja. Selain itu, di Uluwatu dapat ditemukan wantilan dengan penutup atap dari beton. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi gangguan kera dan angin kencang di tepi tebing jurang. Perkembangan bahan penutup lantai sangat beragam mulai dari batu alam, terakota, hingga keramik dan marmer. Lebih jauh, bahan penutup atap dari alang-alang berkembang menjadi asbes, seng, genteng terakota, genteng keramik, genteng beton, genteng metal dan juga sirap. Selain itu, pada wantilan yang berkembang fungsinya sebagai ruang pertemuan atau ruang sidang di kantor-kantor pemerintah, terdapat dinding yang berfungsi untuk membantu pengkondisian udara (AC). Bahan penutup dinding ini terbuat dari bahan bata, paras, kayu, atau kaca. Hal tersebut mencerminkan bahwa teknologi bahan sangat berpengaruh pada perkembangan arsitektur wantilan. Bahan yang dapat mendukung tampilan wantilan pada awalnya dan awet, merupakan bahan yang diminati masyarakat. Pemerintah daerah merekomendasi bahan-bahan yang dapat membantu cerminan arsitektur tradisional Bali.
Struktur dan Konstruksi Secara keseluruhan, sebagian besar wantilan saat ini menggunakan struktur rangka. Terjadi perkembangan konstruksi wantilan dari maanda menjadi matumpang. Hal ini tidak terlepas dari usaha untuk memperoleh ruang yang cukup luas tanpa adanya kolom di dalamnya sesuai dengan tuntutan fungsi. Matumpang dalam hal ini berarti atap utama atau atap bagian atas ditumpukan pada atap amben atau atap bagian bawah. Beban atap utama dan amben disalurkan melalui kolom jajar. Pada konstruksi awal, beban atap utama disalurkan melalui kolom utama dan beban atap amben disalurkan melalui kolom utama dan kolom jajar. Hal ini tidak terlepas dari adanya perkembangan teknologi bahan beton bertulang. Selain itu, pada lobby salah satu hotel di kawasan Nusa Dua, dapat ditemukan bentuk wantilan dengan tiga lapis tingkatan atap. Saka utama dan kedua jejer saka jajar menumpu atap terbawah, atap tengah ditumpu oleh saka utama, sedangkan atap teratas ditumpangkan pada struktur atap tengah. Jadi, bentuk ini memiliki struktur yang menyerupai perpaduan prinsip struktur wantilan dan meru yaitu perpaduan struktur maanda dan matumpang. Perkembangan konstruksi atap dari konstruksi payung yang mempergunakan petaka di puncaknya serta penyuluhan pada atap ambennya menjadi konstruksi rangka ruang. Konstruksi rangka ruang menggunakan bahan kayu atau pun
bambu banyak dirancang dengan ikatan jepit. Antara kolom utama dan kolom jajar pada awalnya disatukan dengan pementang, tetapi kini banyak disatukan dengan rangka bidang yang sekaligus berfungsi sebagai kuda-kuda atap amben. Hal ini tidak terlepas dari kreasi para arsitek untuk mengatasi beban yang meningkat akibat perubahan bahan penutup atap serta beban akibat perubahan struktur itu sendiri atau pun beban tambahan berupa lampu dan hiasan lainnya. Dengan kondisi ini, dibutuhkan bahan kayu dengan dimensi penampang yang semakin lebar dan dimensi bentang yang semakin panjang. Secara tradisional, pondasi saka wantilan berupa pondasi titik (jongkok asu) yang merupakan pondasi titik tanpa adanya sloof. Pondasi tersebut saat ini jarang digunakan. Konstruksi pondasi saka wantilan saat ini menggunakan pondasi titik yang diikat dengan sloff.
Perkembangan Ragam Hias Ragam hias ornamen dan dekorasi wantilan pada awalnya sangat sedikit. Ornamen wantilan lebih berkembang dengan pesat dibandingkan dengan dekorasinya terutama pada wantilan di pura. Perkembangan ornamen dapat dilihat pada bataran, saka, dan atap. Pada bataran kini dapat dijumpai adanya karang gajah, penyu kambang, atau pun pepalihan. Wantilan yang dikembangkan sebagai lobby serta canopy hotel juga dihiasi dengan kekupakan pada balok pemucu, pemade, dan balok cincin yang menumpu atap utama maupun saka atau kolomnya. Perkembangan ini juga terjadi pada wantilan yang masih berfungsi secara tradisional. Profil kekupakan pada awalnya dipergunakan pada saka, pementang, sineb, dan lambang di balebale pada umah (rumah tinggal), sedangkan saka wantilan hanya polos berbentuk lingkaran, segi delapan atau pun bujur sangkar. Saat ini, alas saka atau kolom wantilan berupa sendi dapat ditemukan dalam bentuk pepalihan dan ukiran berbentuk patung singa. Selain itu, ujung atas saka wantilan juga diberikan hiasan ornamen. Pada perpanjangan kolom yang menumpu balok cincin atap amben, dapat ditemukan hiasan umah tabuan (hiasan seperti sarang tawon yang bergantung) dengan bentuk gegedangan. Pada bangunan tradisional, hiasan umah tabuan dapat ditemukan pada jineng atau lumbung. Selain itu apit-apit lukunan diselesaikan dengan ornamen ukiran dan juga ditemukan ornamen yang bergantung pada petaka. Selain itu, di antara atap utama dan atap amben terdapat baong capung yang kini pada sebagian sisi bawahnya dihiasi dengan tabing (bidang tegak dari kayu). Tabing ini berukir papatran berlubang dengan harapan memberikan nilai keindahan.
Dalam fungsinya sebagai pengarah memasuki wantilan, dapat pula ditemukan suatu bentukan srinata pada listplank yang diberikan ornamen papatran seperti patra sari dan patra olanda. Pada puncak penutup atap juga dapat ditemui adanya dekorasi murda dan bentala yang dihias, juga gegodeg di bubungan atap. Selain itu, pada Kantor DPRD Bali ditemukan bentukan gong yang menghiasi puncak atap wantilan. Dekorasi berupa patung dapat ditemukan pada lobby hotel. Selain itu, dekorasi berupa patung naga dan patung penari selamat datang juga dapat dijumpai pada wantilan-wantilan segi empat panjang yang juga berfungsi sebagai ruang pertunjukan. Patung ini mempertegas entrance yang diletakkan pada sisi memendek. Sisi memendek mempunyai kesan kurang mengundang dibandingkan dengan sisi melebar. Saat ini telah banyak wantilan mengalami proses transformasi. Proses ini terlihat pada perkembangan wantilan pada fungsi, perletakan, bentuk, bahan, struktur dan konstruksi, utilitas maupun ragam hiasnya. Oleh karena arsitektur wisata di Bali banyak dikembangkan dari arsitektur wantilan, maka keberadaan pariwisata pun diharapkan akan membuat wantilan tetap lestari, dalam bentuk transformasi ke dalam arsitektur wisata.
DOME HOUSE Kini dengan teknologi barunya, Jepang menciptakan rumah kubah seperti iglo yang diberi nama Dome House yang memiliki banyak keistimewaan, diantaranya tahan gempa. Rahasia dari rumah ini adalah pada sistem pondasinya. Dengan menggunakan struktur pondasi bebas (beda dengan rumah biasa) dan pemberian gaya yang merata di semua sisinya, menyebabkan rumah ini memiliki kekuatan yang merata pada setiap bagiannya.
Bahan Dasar Bahan dasar Dome House ini terbuat dari Expanded Polystyrene Spesial yang merupakan bahan bangunan generasi ke-4 setelah kayu, besi dan beton. Bahan ini sangat kuat dan padat karena memiliki Expansion Rate hanya 20 kali, berbeda dari Styrofoam biasa yang memiliki Expansion Rate 50 – 60 kali, dimana ruang udara dalam Styrofoam lebih banyak dan kekuatannya lebih kecil.
Bangunan Dome House mempunyai banyak keuntungan antara lain: 1. Konstruksi Bangunan yang Sehat
Konstruksi bangunan Dome House ini dibungkus larutan antioksidan yang dapat mengatasi asma, rinitis dan semua gejala-gejala “sick-house syndrome” dan “chemical sensitivity syndrome”. Dengan larutan antioksidan itu pula, dapat menekan oksigen sehingga sirkulasi udara di dalam rumah sangat bagus. Selain itu Dome House bebas dari bahan-bahan kimia berbahaya seperti formaldehid, pestisida, dan lain-lain. Jadi selain meningkatkan kesehatan, Dome House juga berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. 2. Efisiensi Energi
Bahan dasar Expanded Polystyrene dapat menyekat energi thermal. Selain itu bentuk ruangnya memungkinkan sirkulasi udara yang merata dalam seluruh ruangan. Hanya dengan 1 buah Air Conditioner (AC) dalam 1 ruangan, cukup untuk seluruh ruangan Dome House, sehingga merupakan bangunan yang sangat hemat energi. 3. Daya Tahan Semipermanen Tidak hanya bentuk strukturnya yang stabil, Dome House juga tidak berkarat seperti besi, tidak dimakan rayap, dan tidak lapuk/busuk seperti kayu. 4. Tahan Angin Ribut/Angin dengan Tekanan Kencang
Bentuk Dome House yang sedemikian rupa dapat meneruskan aliran angin yang berhembus ke arahnya, atau disebut Gale Resistant. 5. Bangunan yang sangat Tahan Gempa Bentuk pondasi bangunan yang stabil, sangat susah digulingkan. Bangunan Dome House juga sangat ringan, sehingga dapat bertahan pada saat terjadi gempa, baik gempa yang lateral maupun vertikal. 6. Waktu yang sangat Singkat dan Murah Dome House dibuat dengan merancang dan merakit bagian-bagiannya. Tiap bagian Dome beratnya hanya 80 kg. Perakitan bagian-bagian Dome yang sangat sederhana, hanya membutuhkan 3 – 4 orang, dan kira-kira butuh waktu 7 hari saja sebelum Dome House siap dihuni. Jadi biaya konstruksinya sangat murah. Kelebihan lain: Dome House juga tahan api. Bahan dasar Expanded Polystyrene tidak menyebarkan api yang terpapar kepadanya. Jadi merupakan rumah yang aman dari bahaya kebakaran juga.
Dinding Dome House yang merupakan Expanded Polystyrene hanya terdiri dari karbon dan hidrogen, tidak menghasilkan limbah dan jauh dari bahaya Deforestation. Lay out dari lantai Dome House dapat kita atur sesuai dengan keinginan kita. Dome House tidak memiliki ruang bersudut, dinding dan atap yang menyatu, sehingga terdapat suatu ruang terbuka di tengahnya yang selalu diliputi cahaya. Hal ini menimbulkan kehangatan dan kenyamanan bagi penghuni Dome House.
Mengenalkan Teknologi Bahan Bangunan Dimulainya suatu era seringkali ditandai dengan mulai digunakannya suatu bahan baru pada suatu peradaban, misalnya zaman batu, era perunggu, dan era besi. Teknologi bahan bisa dikatakan merupakan salah satu teknologi yang paling tua dalam peradaban, dan merupakan pendahulu dari cabang teknologi lainnya. DI Asia, khususnya di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan bahan bangunan dan teknologi yang menyertainya boleh dikata sangat melejit Banyak proyek terkemuka di kawasan ini yang telah mengadopsi teknologi bahan bangunan terkini hingga mampu mencapai level bangunan kelas dunia. Sebagai bagian utama dari industri konstruksi, bahan bangunan memang dituntut untuk selalu berkembang. Bahan baru, teknologi, dan teknik yang up to date harus terus muncul untuk mengimbangi dinamika industri konstruksi yang sangat laju. Bukan hanya itu, kebutuhan masyarakat akan pengetahuan teknologi dan bahan bangunan juga semakin tinggi. Bahkan ada yang mengibaratkan, kebutuhan akan bahan bangunan seperti kebutuhan makanan; terus dibutuhkan dan permintaannya terus naik. Itulah mengapa inovasi-inovasi di bidang teknologi bahan bangunan makin menjadi tuntutan zaman. Itu juga alasan mengapa metode penciptaan bahan bangunan harus terus berkembang lebih efektif dan efisien. Kebutuhan dan tuntutan ini tentu saja akan membawa peluang baru sekaligus tantangan untuk industri bahan bangunan secara global. Pun jikamelihat perkembangan yang terjadi sekarang ini, produsen-produsen bahan bangunan tampaknya sangat menyadari hal tersebut. Bagi mereka, tanpa ada tantangan yang melahirkan mampu inovasi, maka bisnis mereka akan habis digilas zaman. Persoalannya, ketika inovasi dan tren teknologi di bidang bahan bangunan itu sudah dilakukan, bagaimana mempertemukannya dengan pasar?
Inilah yang selama beberapa tahun terakhir coba ditawarkan PT Debindomulti Adhiswasti dengan mengadakan IndoBuildtech. Pameran yang kali ini sudah masuk tahun penyelenggaraan yang ke delapan ini memang dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa di bidang industri dan teknologi bahan bangunan, baik bagi kontraktor, profesional, arsitek, desainer interioreksterior, distributor, maupun agen. Ajang pertemuan IndoBuildtech 2010 berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) pada 30 Juni-4 Juli 2010. Pameran diikuti 189 manufaktur dan distributor bahan bangunan terkemuka di Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Korea Selatan, China, India, dan Uni Emirat Arab. Karena ini merupakan ajang untuk mempertemukan produsen, supplier dan konsumen, selama lima hari pameran ini pun IndoBuildtech 2010 menggelar sesipresentasi produk dan teknologi bahan bangunan dari peserta pameran. Sesi ini sifatnya terbuka untuk umum dan gratis. "Dalam kesempatan ini para pengunjung dapat memperoleh informasi terkini tentang tren penggunaan dan pemilihan produk serta teknologi pendukungnya," kata Direktur Debindo, Budiarto Linggowiyono seusai acara pembukaan IndoBuildtech oleh Wakil Presiden Boediono, kemarin. Pengunjung pameran, kata dia, juga dapat berkonsultasi bidang arsitektur maupun interior, yakni di Klinik Konsultasi Arsitektur bersama Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan di Klinik Konsultasi Interior bersama Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDDI). Pameran IndoBuildtech 2010 yang luas areanya mencapai 11 ribu meter persegi ini akan menampilkan berbagai kategori produk terbaru meliputi building materials-and equipmenls, building automatic system, safety equipment, points and coating, lighting, door and window, concrete and mortar products, truss, plumbing systems, ceramic flooring and roofing, locks equipment, dan lain-lain. Di lihat dari tujuan dan fungsinya, pemerintah semestinya merasa terbantu dengan IndoBuildtech karena pameran ini bisa menjelaskan dan memberikan gambaran kepada publik tentang perkembangan teknologi bahan material. Yang cukup spesial, tahun ini Indobuildtech dirangkai pula dengan kegiatan World Ceramic Forum 2010yang juga dihadiri Ketua Forum Organisasi Keramik Dunia Alfonzo Panzani. Panzani mengaku terkesan dengan pameran IndoBuildtech ini. Khusus mengenai industri keramik, ia bahkan mengungkapkan keyakinannya bahwa
Indonesia akan menjadi negara industrikeramik yang baik dan prospektif di masa datang. "Saya terkesan dengan acara ini dan saya melihat ada sejumlah perusahaan keramik yang telah memiliki penggunaan teknologi digital," kata Panzani. (S-3)
[email protected] Berbahan Beton, Beragam Fungsi Baru Tertampung Saat ini, sebagian wantilan masih menggunakan bahan-bahan alami yang secara tradisi digunakan, tetapi sebagian lagi sudah menggunakan beton bertulang untuk struktur utamanya seperti pada pondasi titik, kolom, sloof, ring balok serta kuda-kuda atapnya, sedangkan gording, usuk, dan reng memakai kayu. Pemakaian bahan beton membawa perkembangan yang sangat besar pada sistem struktur wantilan. Dengan bahan beton tersebut, dimensi bentangan struktur menjadi lebar. DENGAN bahan beton, diperolehlah ruang bebas kolom yang mampu menampung fungsi baru yang diterima wantilan. Struktur beton tersebut sebagian diekspos dan sebagian dibungkus kayu untuk memperoleh kesan alami. Kuda-kuda wantilan selain memakai beton juga mengalami perkembangan dengan pemakaian bahan baja. Selain itu, di Uluwatu dapat ditemukan wantilan dengan penutup atap dari beton. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi gangguan kera dan angin kencang di tepi tebing jurang. Perkembangan bahan penutup lantai sangat beragam mulai dari batu alam, terakota, hingga keramik dan marmer. Lebih jauh, bahan penutup atap dari alang-alang berkembang menjadi asbes, seng, genteng terakota, genteng keramik, genteng beton, genteng metal dan juga sirap. Selain itu, pada wantilan yang berkembang fungsinya sebagai ruang pertemuan atau ruang sidang di kantor-kantor pemerintah, terdapat dinding yang berfungsi untuk membantu pengkondisian udara (AC). Bahan penutup dinding ini terbuat dari bahan bata, paras, kayu, atau kaca. Hal tersebut mencerminkan bahwa teknologi bahan sangat berpengaruh pada perkembangan arsitektur wantilan. Bahan yang dapat mendukung tampilan wantilan pada awalnya dan awet, merupakan bahan yang diminati masyarakat. Pemerintah daerah merekomendasi bahan-bahan yang dapat membantu cerminan arsitektur tradisional Bali.
Struktur dan Konstruksi Secara keseluruhan, sebagian besar wantilan saat ini menggunakan struktur rangka. Terjadi perkembangan konstruksi wantilan dari maanda menjadi
matumpang. Hal ini tidak terlepas dari usaha untuk memperoleh ruang yang cukup luas tanpa adanya kolom di dalamnya sesuai dengan tuntutan fungsi. Matumpang dalam hal ini berarti atap utama atau atap bagian atas ditumpukan pada atap amben atau atap bagian bawah. Beban atap utama dan amben disalurkan melalui kolom jajar. Pada konstruksi awal, beban atap utama disalurkan melalui kolom utama dan beban atap amben disalurkan melalui kolom utama dan kolom jajar. Hal ini tidak terlepas dari adanya perkembangan teknologi bahan beton bertulang. Selain itu, pada lobby salah satu hotel di kawasan Nusa Dua, dapat ditemukan bentuk wantilan dengan tiga lapis tingkatan atap. Saka utama dan kedua jejer saka jajar menumpu atap terbawah, atap tengah ditumpu oleh saka utama, sedangkan atap teratas ditumpangkan pada struktur atap tengah. Jadi, bentuk ini memiliki struktur yang menyerupai perpaduan prinsip struktur wantilan dan meru yaitu perpaduan struktur maanda dan matumpang. Perkembangan konstruksi atap dari konstruksi payung yang mempergunakan petaka di puncaknya serta penyuluhan pada atap ambennya menjadi konstruksi rangka ruang. Konstruksi rangka ruang menggunakan bahan kayu atau pun bambu banyak dirancang dengan ikatan jepit. Antara kolom utama dan kolom jajar pada awalnya disatukan dengan pementang, tetapi kini banyak disatukan dengan rangka bidang yang sekaligus berfungsi sebagai kuda-kuda atap amben. Hal ini tidak terlepas dari kreasi para arsitek untuk mengatasi beban yang meningkat akibat perubahan bahan penutup atap serta beban akibat perubahan struktur itu sendiri atau pun beban tambahan berupa lampu dan hiasan lainnya. Dengan kondisi ini, dibutuhkan bahan kayu dengan dimensi penampang yang semakin lebar dan dimensi bentang yang semakin panjang. Secara tradisional, pondasi saka wantilan berupa pondasi titik (jongkok asu) yang merupakan pondasi titik tanpa adanya sloof. Pondasi tersebut saat ini jarang digunakan. Konstruksi pondasi saka wantilan saat ini menggunakan pondasi titik yang diikat dengan sloff.
Perkembangan Ragam Hias Ragam hias ornamen dan dekorasi wantilan pada awalnya sangat sedikit. Ornamen wantilan lebih berkembang dengan pesat dibandingkan dengan dekorasinya terutama pada wantilan di pura. Perkembangan ornamen dapat dilihat pada bataran, saka, dan atap. Pada bataran kini dapat dijumpai adanya karang gajah, penyu kambang, atau pun pepalihan.
Wantilan yang dikembangkan sebagai lobby serta canopy hotel juga dihiasi dengan kekupakan pada balok pemucu, pemade, dan balok cincin yang menumpu atap utama maupun saka atau kolomnya. Perkembangan ini juga terjadi pada wantilan yang masih berfungsi secara tradisional. Profil kekupakan pada awalnya dipergunakan pada saka, pementang, sineb, dan lambang di balebale pada umah (rumah tinggal), sedangkan saka wantilan hanya polos berbentuk lingkaran, segi delapan atau pun bujur sangkar. Saat ini, alas saka atau kolom wantilan berupa sendi dapat ditemukan dalam bentuk pepalihan dan ukiran berbentuk patung singa. Selain itu, ujung atas saka wantilan juga diberikan hiasan ornamen. Pada perpanjangan kolom yang menumpu balok cincin atap amben, dapat ditemukan hiasan umah tabuan (hiasan seperti sarang tawon yang bergantung) dengan bentuk gegedangan. Pada bangunan tradisional, hiasan umah tabuan dapat ditemukan pada jineng atau lumbung. Selain itu apit-apit lukunan diselesaikan dengan ornamen ukiran dan juga ditemukan ornamen yang bergantung pada petaka. Selain itu, di antara atap utama dan atap amben terdapat baong capung yang kini pada sebagian sisi bawahnya dihiasi dengan tabing (bidang tegak dari kayu). Tabing ini berukir papatran berlubang dengan harapan memberikan nilai keindahan. Dalam fungsinya sebagai pengarah memasuki wantilan, dapat pula ditemukan suatu bentukan srinata pada listplank yang diberikan ornamen papatran seperti patra sari dan patra olanda. Pada puncak penutup atap juga dapat ditemui adanya dekorasi murda dan bentala yang dihias, juga gegodeg di bubungan atap. Selain itu, pada Kantor DPRD Bali ditemukan bentukan gong yang menghiasi puncak atap wantilan. Dekorasi berupa patung dapat ditemukan pada lobby hotel. Selain itu, dekorasi berupa patung naga dan patung penari selamat datang juga dapat dijumpai pada wantilan-wantilan segi empat panjang yang juga berfungsi sebagai ruang pertunjukan. Patung ini mempertegas entrance yang diletakkan pada sisi memendek. Sisi memendek mempunyai kesan kurang mengundang dibandingkan dengan sisi melebar. Saat ini telah banyak wantilan mengalami proses transformasi. Proses ini terlihat pada perkembangan wantilan pada fungsi, perletakan, bentuk, bahan, struktur dan konstruksi, utilitas maupun ragam hiasnya. Oleh karena arsitektur wisata di Bali banyak dikembangkan dari arsitektur wantilan, maka keberadaan pariwisata pun diharapkan akan membuat wantilan tetap lestari, dalam bentuk transformasi ke dalam arsitektur wisata.
Beton dalam pengertian umum adalah campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Tetapi, tanpa menggunakan semen Prof Ir H Djuanda Suraatmadja melakukan penelitiannya sampai akhirnya terciptalah bahan bangunan baru yang disebut beton polimer. Hasilnya? “Ternyata cukup bagus dan sampai sekarang tidak pernah ada keluhan,” kata Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Rektor Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung itu mengungkapkan berbagai uji coba lapangan sekaligus implementasi hasil temuannya. Ide dasar penelitian beton polimer pada awalnya berdasarkan pemikiran ingin mencari beton yang dalam hal-hal tertentu memiliki sifat lebih baik dari beton semen. Ternyata dari literatur diketahui, polimer memiliki sifat seperti semen. Polimer adalah suatu zat kimia yang terdiri dari molekul-molekul yang besar dengan karbon dan hidrogen sebagai molekul utamanya. “Bahan polimer berasal dari limbah plastik yang didaur ulang, kemudian dicampur dengan bahan kimia lainnya,” kata penerima Piagam Penghargaan Menteri Pengawasan Lingkungan Hidup (1983) itu. Penggunaan bahan tersebut sekaligus bertujuan memanfaatkan limbah plastik, di samping mencari alternatif pengganti semen. “Ketika itu harga semen masih melonjak-lonjak,” katanya dengan tutur kata halus. Berkat ketekunan dan kegigihannya, penelitiannya yang dilakukan sejak tahun 1975 dengan berbagai uji coba di Laboratorium Struktur dan Bahan serta laboratorium lainnya di ITB dan LIPI akhirnya membuahkan hasil. Hasil penemuan tersebut sekaligus menarik perhatian ilmuwan dan para industriawan mengingat beberapa keistimewaan dan sekaligus kelebihan beton polimer dibanding beton semen. Tahun 2000, Prof Ir H Djuanda Suraatmadja menerima penghargaan Anugerah Kalyanakretya pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional V yang dicanangkan Presiden Abdurrahman Wahid di Bandung. BETON polimer memiliki sifat kedap air, tidak terpengaruh sinar ultra violet, tahan terhadap larutan agresif seperti bahan kimia serta kelebihan lainnya. Yang lebih istimewa lagi, beton polimer bisa mengeras di dalam air sehingga bisa digunakan untuk memperbaiki bangunanbangunan di dalam air. Satu-satunya kelemahan yang hingga kini belum teratasi adalah harga beton polimer masih belum bisa lebih rendah dibanding beton semen, kecuali untuk daerah Irian Jaya, di mana harga semen sangat mahal. Karena itu, beton polimer selama ini lebih banyak digunakan untuk rehabilitasi bangunan yang rusak. Perbaikan kubah clinker storage PT Semen Padang yang retak antara 0,01 sampai 5 mm akibat tertimpa crane dilakukan dengan menginjeksi bahan polimer JDB-01 Grout. Bahan serupa diberikan untuk perbaikan rotary kiln PT Tonasa IV yang retak pada pondasinya. Sementara perbaikan prilling tower PT Multi Nitrotama Kimia di lingkungan pabrik natrium nitrat di Dawuan, Cikampek, yang rusak akibat agresi bahan kimia tersebut, dilakukan dengan bahan polimer JDB-05 Coat. “Sampai sekarang masih tetap baik dan tidak ada keluhan,” kata penerima Piagam Penghargaan Teladan Menteri PU (1992) dan Tanda Kehormatan “Satyalencana Karya Satya XXX tahun” itu. JDB-01 Grout dan JDB-05 Coat merupakan dua dari enam jenis bahan polimer hasil penelitiannya yang sudah dipatenkan dengan judul Beton Polimer untuk Perbaikan Struktur
Beton dengan nomor paten P-981069. Empat jenis bahan polimer lainnya yang sudah dipatenkan adalah JDB-02 Seal, JDB-03 Bond, JDB-04 Prepack dan JDB-06 Shot. JDB merupakan singkatan dari penemunya, Djuanda dibantu dua mahasiswa yang menjadi rekannya dalam penelitian, Dicky dan Budi. Masing-masing jenis polimer tersebut memiliki sifat dan kegunaan berbeda. JDB-01 Grout, misalnya, merupakan bahan untuk pekerjaan grouting (pelapisan untuk menutupi celah). Sedangkan JDB-02 Seal merupakan bahan pelapis/penutup retakan pada pekerjaan grouting. Untuk merekatkan dua permukaan digunakan polimer JDB-3 Bond yang memiliki daya adesi tinggi. Sedangkan untuk beton prepack digunakan JDB-04 Prepack. Sedangkan JDB-05 Coat digunakan untuk pelapis dinding, lantai dan permukaan struktur bangunan lainnya dari gesekan atau agresi. Polimer JDB-06 Shot merupakan bahan untuk pekerjaan shotcrete. Keenam jenis polimer tersebut, selama ini masih diproduksi secara terbatas dan hanya berdasarkan pesanan. Walaupun ia mengakui tidak memiliki modal, tetapi ia belum bersedia menjual hak patennya. Dalam kesibukannya sebagai Rektor Itenas dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Siliwangi (Unsil) di Tasikmalaya, ia masih menyisihkan waktunya untuk melakukan penelitian. “Saya masih ingin mengembangkan lagi,” katanya mengemukakan alasan. Lahir dari keluarga guru di Bandung, 3 Januari 1936, setamat dari Fakultas Teknik Sipil ITB (1960) Djuanda menjadi pegawai Pekerjaan Umum Jabar. Setelah enam bulan, ia kembali ke kampusnya karena kecewa. “Gambar-gambar yang saya buat tidak pernah direalisir,” ujarnya. Anak kedua dari 12 bersaudara itu akhirnya memutuskan mengikuti jejak orangtuanya. Ayahnya, Otong Suraatmadja, adalah mantan Direktur SMA I Bandung, dan ibunya, Ny Kamidah Atmadidjaja, pernah menjadi guru Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) di Sumedang. Kariernya di ITB diawali sejak tahun 1960 sebagai asisten ahli. Ia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (1977-1981) dan Kepala Program S2 STJRITB (1982-1992). Ayah tiga anak dari perkawinannya dengan Ny Hj Anny Sumarni M Ranusadjati itu banyak melakukan penelitian, di samping tidak kurang dari 24 karya tulis dengan delapan di antaranya disampaikan di luar negeri serta 16 karya teknologi yang sebagian besar merupakan konstruksi beton. Tahun 1971 dan tahun 1982 ia mengikuti pendidikan di The University of New South Wales, Australia, dan University California, Amerika Serikat, setelah sebelumnya di Purdue University selama dua tahun. Selama itu ia juga banyak melakukan penelitian. Karya-karya penelitiannya yang umumnya telah diseminasikan dalam bentuk Standar Nasional yang dapat berguna bagi masyarakat luas. Yaitu dalam bentuk Peraturan Dinas Nomor 10 tentang Jalan Rel Indonesia, SNI Uji Tarik Langsung Material Beton pada tahun 1997, dan SNI Tata Cara Pemakaian Beton Polimer untuk Perbaikan dan Penguatan Struktur Beton pada tahun 1998. Karya lainnya yang sekaligus merupakan penemuannya yang terbaru adalah pemanfaatan cooper tailling yang merupakan limbah PT Freeport di Irian Jaya yang selama ini terbuang percuma, bahkan menjadi masalah lingkungan. Cooper tailling berbentuk seperti pasir namun kurang baik jika digunakan sebagai bahan konstruksi beton semen. Sebaliknya bahan tersebut cukup baik untuk campuran beton polimer sehingga bisa menciptakan peluang wirausaha baru dalam produksi dan aplikasi
beton polimer. Namun, ahli beton itu menyayangkan kerja sama ITB dengan PT Freeport terhambat karena situasi keamanan di wilayah tersebut. (Her Suganda) Sumber: Harian Kompas, 1 September 2000.