BAHAN KULIAH PERANCANGAN BANGUNAN TEKNIK SIPIL TRANSPORTASI
PROGRAM PERKULIAHAN KULIAH
MERUPAKAN
KOMBINASI
ANTARA
SISTEM
PERKULIAHAN
KONVENSIONAL DENGAN TATAP MUKA, KULIAH LAPANGAN DAN PEKERJAAN STUDIO. ASISTENSI DILAKUKAN SETIAP JAM KULIAH DIBANTU OLEH ASISTEN. TUJUAN PERKULIAHAN 1. MAHASISWA
MAMPU
MENGGABUNGKAN
SEMUA
PELAJARAN
YANG
DIPELAJARI DALAM MATA KULIAH DALAM SEBUAH KASUS PERANCANGAN. 2. MAHASISWA MEMAHAMI PEKERJAAN PERANCANGAN SECARA LENGKAP DAN KOMPREHENSIF. 3. MAHASISWA BISA BEKERJA DALAM SEBUAH TIM. ISI PERKULIAHAN 1. PENDAHULUAN 2. PENYUSUNAN PROGRAM KERJA DAN PERSIAPAN SURVEI 3. SURVEI INVENTARISASI 4. SURVEI LALULINTAS 5. ANALISIS, PERAMALAN, PERSIAPAN DESAIN DASAR 6. DESAIN DASAR 7. PENGGAMBARAN LAYOUT UJIAN SISIPAN (REPONSI 1) 8. PERANCANGAN 9. PERANCANGAN 10. PENGGAMBARAN DETAIL 11. PENGGAMBARAN DETAIL 12. PERHITUNGAN VOLUME PEKERJAAN 13. PERHITUNGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN 14. EVALUASI DAN DISKUSI UJIAN AKHIR (RESPONSI 2)
PERANCANGAN BANGUNAN TEKNIK SIPIL PERANCANGAN (DESIGN) SEBUAH PROSES KREASI AGAR RENCANA BISA DILAKSANAKAN ATAU DIBANGUN BANGUNAN TEKNIK SIPIL (TRANSPORTASI) JALAN RAYA JALAN REL PELABUHAN UDARA PELABUHAN LAUT TERMINAL ANGKUTAN ORANG TERMINAL ANGKUTAN BARANG TEMPAT HENTI BUS AREA PARKIR JEMBATAN FASILITAS PEJALAN KAKI JALAN SEPEDA FASILITAS INTELLIGENT TRANSPORT SYSTEM (ITS)
LINGKUP PERANCANGAN SURVEI ANALISIS PERIIITUNGAN DESAIN PENGGAMBARAN LAYOUT TAMPAK DETAIL PERHITUNGAN VOLUME PENYUSUNAN SPESIFIKASI TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENGGAMBARAN PENYUSUNAN SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK PENYUSUNAN SYARAT-SYARAT KHUSUS
PROJECT CYCLE (SIKLUS PROYEK) SURVEI INVESTIGASI MASTER PLAN DESAIN DASAR (BASIC DESIGN) KELAYAKAN PROYEK ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DETAILED ENGINEERING DESIGN CONSTRUCTION OPERATION DAN MAINTENANCE PRINSIP PERANCANGAN FUNGSIONAL AMAN NYAMAN EKONOMIS ESTETIKA RAMAH LINGKUNGAN WORKABLE LOCAL RESOURCES BASED
TUGAS : SETIAP KELOMPOK TERDIRI DARI 7 MAHASIWA SETIAP KELOMPOK MERANCANG SEBUAH RUAS JALAN YANG TELAH DITETAPKAN SETIAP KELOMPOK MENGERJAKAN TUGAS SEBAGAI BERIKUT MENYUSUN PROGRAM KERJA MELAKUKAN SURVEI MELAKUKAN ANALISIS MELAKUKAN PERANCANGAN MENGRiTUNG VOLUME DAN BIAYA PEKERJAAN UNTUK MEMUDAHKAN PELAKSANAAN TUGAS, DISARANKAN SETIAP KELOMPOK MENETAPKAN KOORDINATOR DAN MEMBAGI TUGAS ANGGOTANYA HASIL AKHIR LAPORAN HASIL SURVEI LAPORAN HASIL ANALISIS DAN DESAIN GAMBAR DESAIN (FORMAT A3) VOLUME DAN ESTIMASI BIYA FERKERJAAN
PERANCANGAN FASILITAS PEJALAN KAKl PENETAPAN LEBAR TROTOIR DESAIN TROTOIR DESAJN FASILITAS DIFABEL PENETAPAN LOKASI PENYEBERANGAN PENENTUAN LEBAR PENYEBERANGAN PERANCANGAN RAMBU PENETAPAN JENIS RAMBU PENETAPAN LOKASI PERANCANGAN MARKA JALAN PERANCANGAN LAMPU JALAN PENETAPAN LOKASI DESAIN LAMPU PERHITUNGAN KEBUTUHAN DAYA PENETAPAN SUMBER DAYA LISTRIK PERANCANGAN LANSEKAP DAN STREET FURNITURE PERHITUNGAN VOLUME PEKERJAAN PERHITUNGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN DAN BIAYA KONLSTRUKSI
PERANCANGAN SIMPANG JUMLAH KAKI SIMPANG PELEBARAN KEBUTUHAN PULAU LALULINTAS DESAIN SINYAL LALULINTAS PERANCANGAN SALURAN DRAINASI LAYOUT SALURAN PENETAPAN JENIS SALURAN PENETAPAN LOKASI INLET DIMENSI SALURAN PERANCANGAN TEMPAT PARKIR PENETAPAN LOKASI PARKIR ON-STREET PENETAPAN SISTEM PARKIR PERANCANGAN LAPIS KERAS PERANCANGAN BUS STOP PENETAPAN LOKASI BUS STOP PENETAPAN JUMLAH BUS YANG BERHENTI DESAIN BUS BAY DESAIN SHELTER DESAIN ASESORIS TEMPAT HENTI
ANALISIS DRAINASI ANALISIS CURAH HUJAN PENENTUAN DEBIT RENCANA PENETAPAN ARAH ALIRAN AIR PERAMALAN LALULINTAS PENETAPAN TAHUN TARGET PENETAPAN ANGKA PERTUMBUHAN VOLUME JAM PERENCANAAN PADA TAHUN RENCANA PENETAPAN ANNUAL EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD PENETAPAN KRITERIA PERANCANGAN PERANCANGAN JALAN PENETAPAN LEBAR LAJUR PENETAPAN JUMLAH LAJUR PERANCANGAN TAMPANG MELINTANG JALAN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN
PERANCANGAN JALAN KOTA SURVEI SURVEI INVENTARISASI FISIK SURVEI TATA GUNA LAHAN SURVEI TOPOGRAFI SURVEI MEKANIKA TANAH SURVEI LALULINTAS SURVEI SOSIAL EKONOMI ANALISIS ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH LENDUTAN CBR TANAH DASAR ANALISIS LAPIS KERAS EKSISTING ANALISIS LALULINTAS VOLUME JAM PUNCAK KOMPOSISI LALULNTAS ANALISIS KAPASITAS JALAN ANALISIS PEJALAN KAKI VOLUME PEJALAN KAKI PADA JAM SIBUK LOKASI MENYEBERANG PEJALAN KAKI
TOPIK: 1. ANALISIS LALULINTAS 2. DESAIN TAMPANG MELINTAN.G JALAN 3. DESAIN PERKERASAN JALAN ANALISIS LALU LINTAS 1. MENENTUKAN VOLUME LALULINTAS HARIAN SAAT INI A. VOLUME DALAM JAM PUNCAK B. MENENTUKAN FAKTOR KONVERSI C. VOLUME DALAM SATU HARI 2. ANALISIS KAPASITAS JALAN SAAT INI A. KOMPOSISI KENDARAAN B. VOLUME DALAM SATU JAM C. TETAPKAN KAPASITAS DASAR D. TETAPKAN FAIKTOR-FAKTOR KOREKSI E. HITUNG KAPASITAS JALAN F. ANALISIS PELAVANAN JALAN (DS)
3. PERAMALAN LALULINTAS A. PENETAPAN TAHUN TARGET B. PENETAPAN ANGKA PERTUMBUHAN C. VOLUME HARlAN D. FAKTOR JAM PERENCANAAN E. VOLUME JAM PERENCANAAN PADA TAHUN RENCANA ANALISIS KAPASITAS JALAN PADA AKHIR TAHUN RENCANA PENETAPAN ANNUAL EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD A. KOMPOSISI KENDARAAN B. PERHITUNGAN ANNUAL EQUIVALENT SINGLE AXLE LOAD DESAIN TAMPANG MELINTANG JALAN 1. PENETAPAN KLASIFIKASI PERENCANAAN JALAN 2. ELEMEN TAMPANG MELINTANG JALAN
A. PERKERASAN JALAN B. MEDIAN C. BAHU JALAN D. SIDE WALK E. JALUR SEPEDA F. JALUR HIJAU G. FRONTAGE ROAD H. SALURAN DRAINASI I. FASILITAS LAINNYA, JIKA ADA (PARKIR, BUS BAY) 3. PROSES DESAIN A. VOLUME LALULINTAS PADA JAM PUNCAK PADA JAM PUNCAK PADA TAHUN RENCANA B. ARAH LALULINTAS C. LEBAR LAJUR D. KAPASITAS JALAN E. KEBUTUHAN JUMLAH LAJUR 4. CARA PERHITUNGAN: MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA HCM 1995 STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK UNTUK JALAN PERKOTAAN (BINA MARGA, 1992)
DESAIN SIMPANG A. TURNING MOVEMENT B. PELEBARAN LAJUR BELOK KIRI C. STORAGE SECTION UNTUK BELOK KANAN D. PULAU LALULINTAS E. PERLINTASAN PEDESTRIAN DAN SEPEDA CARA PERHITUNGAN: STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK UNTUIC JALAN PERKOTAAN (BINA MARGA, 1992) DESAIN PERKERASAN JALAN 1. ELEMEN PERKERASAN JALAN A. TANAH DASAR B. SUBBASE COURSE C. BASE COURSE D. SURFACE COURSE
2. PROES DESAIN A. TETAPKAN DAYA DUKUNG TANAH B. TETAPKAN KUALITAS MASING-MASING LAPIS C. HITUNG INDEKS PERMUKAAN (IP) BERDASARKAN PERKIRAAN BEBAN DAN KETEBALAN LAPISAN YANG ADA SAAT INI D. HITUNG KEBUTUHAN TEBAL DAN PELAPISAN TAMBAHAN 4. CARA PERHITUNGAN : STANDAR BINA MARGA (ANALISA KOMPONEN)
LAPORAN TAHAP I (UNTUK RESPONSI / UJIAN SISIPAN) 1. PEMBAGIAN TUGAS TIM 2. LAPORAN SURVEI LAPANGAN 3. LAPORAN HASIL ANALISIS (LALULINTAS DAN PERKERASAN JALAN) 4. LAPORAN PERANCANGAN 5. GAMBAR DESAIN : A. GAMBAR KONDISI SAAT INI B. DESAIN TAMPANG MELINTANG C. DESAIN SIMPANG D. DESAI PERKERASAN JALAN
Penentuan tempat henti yang baik didasarkan pada beberapa pertimbangan diantaranya: a. Berdasarkan Okupansi Kendaraan Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan jarak tempat henti berdasarkan okupansi kendaraan adalah sebagai berikut: ... (3.1)
S=V(n.X+A.V)
(Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1995) dengan S : jarak tempat henti (m) V : kecepatan jalan kendaraan angkutan unium (m/detik) n : jumlah penumpang di tiap tempat henti yang naik kendaraan umum (orang) X : waktu untuk naik kendaraan penumpang (detik) A = (a+b)/(a.b) a : perlambatan kendaraan umum (m/detik2) b : percepatan kendaraan umum (m/detik2) b. Berdasarkan Kinerja Kendraan Umum dan Kenyamanan Penumpang Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan jarak tempat henti berdasarkan kinerja kendaraan umum dan kenyamanan penumpang adalah sebagai berikut S = 1/2 Vmax 2(1/a +1/b)
... (3.2)
(Sumber Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
1995)
Dengan : V : kecepatan jalan kendaraan maksimum (km/jam) a : perlambatan kendaraan umum (m/detik2) b : percepatan kendaraan umum (m/detik2)
Pengelompokkan
tempat
perhentian
kendaraan
penumpang
angkutan
umum
berdasarkan tingkat pemakaian, ketersediaan lahan, dan kondisi lingkungan adalah sebagai berikut : 1) Halte terpadu dengan fasilitas pejalan kaki dan dilengkapi dengan “teluk bis”; 2) Tempat henti bis yang terpadu dengan fasilitas pejalan kaki dilengkapi dengan “teluk bis”; 3) Halte yang sama dengan butir (1), tetapi tidak dilengkapi dengan “teluk bis”; 4) Tempat henti bis yang sama dengan butir (2), tetapi tidak dilengkapi dengan “teluk bis”; 5) Halte yang tidak terpadu dengan trotoar dan dilengkapi dengan .. “teluk bis”; 6) Tempat henti bis yang tidak terpadu dengan trotoar dan dilengkapi dengan “teluk bis”; 7) Halte yang tidak terpadu dengan trotoar dan tidak dilengkapi dengan “teluk bis’ serta mempunyai tingkat pemakaian tinggi; 8) Tempat henti bis yang tidak terpadu dengan trotoar dan tidak dilengkapi dengan “teluk bis” tetapi mempunyai tingkat pemakaian rendah; 9) Halte pada lebar jalan yang terbatas (<5,75 rn), tetapi mempunyal tingkat permintaan tinggi; dan 10) Pada Iahan terbatas yang tidak memungkinkan membuat “teluk bis” hanya disediakan tempat henti bis dan rambu larangan menyalip.
c. Perhitungan Teluk Bis Untuk menentukan jumlah kebutuhan teluk bis yang dapat menampung bis tunggal, rangkap dua atau tiga, dipakai patokan umum bahwa sebuah teluk bis yang menampung bis tunggal dapat melayani 40 buah bis dalam waktu satu jam. Selain itu penentuannya juga didasarkan pada hitungan dengan persamaan berikut: N = P x (BxS) + C S
…(3.3)
3600
(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1995) Dengan : N : Jumlah kebutuhan Teluk Bis P : Jumlah penumpang maksimal yang menunggu di halte (org/jam) S : kapasitas angkutan umum (org/kend) B : waktu pengisian (detik) C : waktu pengosongan (detik) d. Bagan Alir Penentuan Jenis Kelompok Tempat Henti Angkutan Umum
f. Kriteria perencanaan akses terminal : 1) Jumlah dan dimensi akses ditentukan oleh jenis pelayanan angkutan umum, 2) pada terminal tipe A dan B disarankan untuk menggunakan dua akses atau lebih, sedangkan untuk terminal tipe C penggunaan satu akses (besar) dapat ditolerir, 3) perencanaan akses harus didasarkan pada aspek rekayasa lalulintas. 3. Secara ringkas standar perencanaan dan kebutuhan tempat henti angkutan umum di wilayah perkotaan disusun pada Tabel 10. Tabel 10 Ringkasan Standar Tempat Henti
Jika melihat standar di atas maka perlu juga untuk memikirkan tata letak halte dan/atau tempat henti angkutan umum yang berpengaruh terhadap ruang lalulintas serta fasilitas lindungan yang disediakan. a. Tata Letak Halte atau Tempat Henti Bis terhadap Ruang Lalulintas Tata letak halte dan/atau tempat henti angkutan umum yang berpengaruh terhadap ruang lalulintas dapat diatur sebagai berikut : 1. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki adalah 100 meter; 2. Jarak minimal halte dan persimpangan adalah 50 meter atau bergantung pada panjang antrian kendaraan; 3. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) yang membutuhkan ketenangan adalah 100 meter; 4. Peletakkan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu antara sesudah persimpangan (far.ide) dan sebelum persimpangan (nearside) seperti Ganbar 3.2 dan Gambar 3.3. 5. Peletakkan di ruas jalan terlihat seperti Gambar 3.4 dan Gambar 3.5
Gambar 3.7. Lindungan menghadap ke Belakang Lindungan ke muka ke jalan tempat henti bis adalah pada bagian depan yang menghadap langsung ke jalan tidak diberi lindungan berupa kaca mika sedangkan lindungan menghadap kebelakang pada tempat henti bis adalah pada bagian depan yang menghadap langsung ke jalan diberi lindungan berupa kaca mika. Lindungan tersebut biasanya digunakan pula sebagai tempat iklan atau billboard kecil.
c) karena alas an (2), bis cenderung berhenti di sembarang tempat, d) penumpang kurang terlindung dari angin. Gambar sketsa lindungan jenis pertama dapat dilihat pada Gambar 5. Secara lebih detil, tampak atas, tampak depan, dan tampak samping lindungan jenis 1 berturut-turut dapat dilihat pada Gambar 6,7,dan 8.