TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG
ASPEK : SILVIKULTUR
Program
: Pengelolaan Hutan Tanaman
Judul RPI
: Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan : Dr. Tati Rostiwati : Teknik Budidaya Jenis Rotan Penghasil Jernang : Agung Wahyu Nugroho
Koordinator RPI Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan Abstrak
Jernang merupakan salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang mempunyai manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan yang tinggi. Kondisi saat ini, potensi produksi jernang di alam semakin menurun dan menjadi langka disebabkan oleh pola produksi yang tidak lestari. Informasi mengenai sebaran dan karakteristik habitat masih sedikit yang diketahui, sedang teknik budidayanya belum banyak dikembangkan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dan karakter habitat rotan jernang di Jambi serta pemanfaatan limbah serbuk gergaji sebagai media. Data primer didapat melalui pengamatan dan pengukuran langsung melalui survey lapangan (sensus) dan percobaan di persemaian. Data sekunder diperoleh melalui wawancara secara mendalam dengan dinas-dinas terkait, Lembaga Swada Masyarakat (LSM), masyarakat penjernang, dan pembudidaya jernang. Hasil penelitian menunjukkan populasi rotan jernang di Jambi semakin menurun dan tersebar di Kabupaten Bungo, Merangin, Sarolangun, kawasan Taman Nasional Bukit 12, dan kawasan hutan Kapas. Karakter habitat untuk pertumbuhan rotan jernang meliputi: intensitas cahaya 182 – 2.180 lux, suhu tanah 23,4 – 31,9 0C, pH tanah 5,5 – 6,2, kelembaban tanah 55 – 62%, suhu udara 23 – 29,40C, kelembaban udara 60 – 92%, dan ketinggian tempat 66 – 403 m dpl. Kata kunci: rotan jernang, sebaran, budidaya Ringkasan : A. Latar Belakang Salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang mempunyai manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan cukup tinggi adalah jernang (dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama dragon blood). Produksi jernang sebagian besar dihasilkan melalui ekstraksi dari hutan alam. Pada pola ekstraktifisme, kini telah semakin menyusut, baik karena adanya produksi bahanbahan pengganti maupun karena sumber-sumbernya di alam telah mulai menurun. Sedang budidaya rotan jernang masih sangat sedikit dilakukan oleh masyarakat walaupun telah ada beberapa desa yang telah membudidayakannya, misalnya di Desa Lamban Sigatal dan Sepintun, Jambi. Upaya untuk menjaga agar jernang tetap lestari dan meningkat produktivitasnya, maka diperlukan suatu teknik budidaya yang tepat, efektif, dan efisien untuk pengembangan jenis ini.
Teknik Budidaya Rotan Penghasil Jernang-2010
99
B. Tujuan dan Sasaran Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk memperoleh produktifitas jernang yang tinggi. Sedangkan sasaran pada tahun 2010 adalah: 1. Tersedianya data sebaran dan informasi potensi rotan penghasil jernang di Sumatera Bagian Selatan. 2. Tersedianya teknik pembibitan rotan jernang untuk meningkatkan kualitas bibit. C. Metode Penelitian 1. Survei sebaran dan karakter tempat tumbuh a.Data Primer: posisi geografi, jumlah batang/rumpun, karakter habitat (intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara, suhu dan kelembaban tanah, pH), kuantifikasi buah. b.Data sekunder: Wawancara terhadap masyarakat (penjernang, pembudidaya, LSM) dan instansi yang terkait mengenai data potensi jernang, sebaran rotan jernang, tataniaga jernang, teknik budidaya rotan jernang, dan pengolahan jernang. 2. Pembibitan jernang Pembibitan dilakukan secara generatif (benih) hasil dari eksplorasi sebaran, sedang faktor yang diteliti adalah media tanam dengan memanfaatkan limbah industri. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan komposisi media (M0, M1, M2, M3, M4), ulangan 3 sehingga ada 15 unit percobaan, tiap unit percobaan ada 8 unit pengamatan. Komposisi media sebagai berikut: Perbandingan (% volume) Media Jumlah tanah serbuk pupuk kandang M0 4 0 1 24 M1 3 1 1 24 M2 2 2 1 24 M3 1 3 1 24 M4 0 4 1 24 Jumlah 120 Hasil yang Telah Dicapai 1. Sebaran dan persyaratan tempat tumbuh Hasil survey terhadap sebaran (alami maupun budidaya) menunjukkan rotan jernang tersebar di Kabupaten Bungo, Merangin, Sarolangun, dan kawasan Taman Nasional Bukit 12 (Tabel 1).
Teknik Budidaya Rotan Penghasil Jernang-2010
100
Tabel 1. Sebaran Rotan Penghasil Jernang Di Provinsi Jambi Lokasi Sungai Bernai Pematang Kabau Lamban Sigatal Lubuk Napal Pulau Aro Sei Telang Sungai Batu Asah
Kecamatan/ Kabupaten TN Bukit 12 TN Bukit 12 Kec. Pauh Kab. Sarolangun Kec. Pauh Kab. Sarolangun Kec. Tabir Ulu Kab. Merangin Kec. Bathin III Ulu Kab. Bungo Kec. Bathin III Ulu Kab. Bungo
Keterangan alam, 3 rumpun alam, 4 rumpun budidaya, 3.000 rumpun alam, 4 rumpun budidaya, 50 rumpun budidaya, 3 rumpun alam, 10 rumpun
Para penjernang mengemukakan, saat ini populasi rotan jernang cenderung menurun sehingga berimbas pada turunnya produksi jernang yang dihasilkan. Dari wawancara, populasi rotan jernang yang masih agak banyak berada di daerah hutan Kapas (Nawai dan Parkat) yaitu daerah perbatasan antara Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Selain jarak tempuh yang jauh masuk ke dalam hutan, lokasi yang terjal dan sulit dijangkau menjadi kendala dalam survey ini. Pada sebaran alami rotan jernang di Sungai Telang Jambi, rotan jernang berbuah sepanjang tahun, akan tetapi musim rayanya berlangsung antara bulan September-Oktober. Berdasarkan interview, harga jernang di daerah ini sebesar Rp.400.000,- per kg. Rata-rata 1 kg jernang dihasilkan dari 27 tandan buah rotan jernang. Jernang dengan kualitas baik dihasilkan dari buah-buah yang setengah tua, berbentuk bulat telur agak lonjong. Sehingga tidak mengherankan apabila untuk mendapatkan benih yang baik agak sulit. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari buah yang sudah masak (tua) dengan ditandai warna buah coklat kemerahan dan warna biji coklat kehitaman dan keras, sedang buah yang masih muda berwarna kehijauan. Salah satu desa yang telah membudidayakan jernang adalah Desa Lamban Sigatal. Asal benih rotan didapat dari para pencari jernang (penjernang) yang mencari jernang di daerah hutan Kapas (Nawai dan Parkat). Penjernang mendapatkan resinnya, sedang pembudidaya memanfaatkan benihnya untuk ditanam. Pengamatan dan pengukuran terhadap karakteristik habitat rotan jernang menunjukkan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan rotan jernang adalah: intensitas cahaya berkisar 182 – 2.180 lux, suhu tanah berkisar 23,4 – 31,9 0 C, pH tanah berkisar 5,5 – 6,2, kelembaban tanah berkisar 55 – 62%, suhu udara berkisar 23 – 29,4 0C, kelembaban udara berkisar 60 – 92%, dan ketinggian tempat antara 66 – 403 m dpl. 2. Potensi jernang Potensi produksi jernang di Provinsi Jambi mempunyai volume perdagangan mencapai 1,2 ton/bulan. Potensi perolehan penerimaan petani pengolah jernang dengan melakukan budi daya/ kultur teknis yang baik akan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp.56.250.000/ha/th (Elwamendri, dkk., Teknik Budidaya Rotan Penghasil Jernang-2010
101
2008). Potensi jernang untuk 1 ha lahan akan memperoleh hasil sebesar 225 kg/ha/th, dimana dari panen raya diperoleh jernang sebanyak 150 kg/ha/th dan panen selang sebesar 75 kg/ha/th. Penaksiran terhadap tandan buah rotan jernang umur 6 tahun hasil budidaya masyarakat memberikan gambaran bahwa jumlah buah dalam satu tandan sebanyak 368 buah dan jumlah buah per kg sebanyak 1.866 buah. Ratarata kadar air buah rotan (asal buah dari Pulau Aro Merangin) sebesar 84,65% ± 20,64% (pengukuran dilakukan 5 hari setelah pemanenan), sedang rata-rata kadar air biji rotan (asal biji dari Lamban Sigatal Sarolangun) sebesar 64,85% ± 1,06% (pengukuran dilakukan 2 bulan setelah pemanenan). 3. Variasi rotan jernang Berdasarkan wawancara langsung dengan masyarakat, rotan jernang hasil budidaya di Desa Lamban Sigatal mempunyai beberapa varietas, yaitu: jernang rambai, jernang umbut, jernang biasa, jernang kelumuai, jernang kepala puyuh. Sedangkan rotan jernang hasil budidaya di Desa Pulau Aro mempunyai dua varietas yaitu jernang rambai dan jernang pulut. Bentuk daun rotan jernang di Merangin, relatif lebih besar dibandingkan dengan daun rotan jernang di Bungo. Ukuran lebar pada bagian tengah dan panjang anak daun di Merangin dan Bungo masing-masing sebagai berikut: 3,4 – 4,2 cm dan 24 – 29 cm serta 0,3 – 1,4 cm dan 6,5 – 24,5 cm. 4. Pertumbuhan rotan jernang Pengukuran terhadap pertumbuhan rotan jernang umur 6 tahun di Desa Pulau Aro menunjukkan rata-rata diameter batang rotan (1,5 m dari pangkal) sebesar 2,65 cm, rata-rata panjang batang rotan (s.d. bebas pelepah) sebesar 6,15 m, jumlah batang rotan dalam satu rumpun antara 1 – 7, jumlah tandan dalam satu rumpun antara 0 – 13 tandan. Rotan jernang di daerah ini mempunyai ciri morfologis: pucuk berwarna kekuningan, daun agak lebar dan tidak keras. Pengukuran terhadap pertumbuhan rotan jernang alam memberikan hasil sebagai berikut: diameter rotan berkisar 1,9 – 3,18 cm, panjang batang berkisar 5 – 30 m, dan jumlah batang dalam satu rumpun antara 6 – 14 batang. Tumbuhan yang berasosiasi dengan rotan jernang adalah: gmelina, medang, meranti, mahang dan tumbuhan bawah: leri, pakis, sirih hutan. Ciri-ciri morfologis rotan jernang di daerah ini adalah pucuk rotan berwarna kekuningan; daun agak kecil, rapat dan tidak keras; duri agak lunak. 5. Pembibitan rotan jernang a. Perkecambahan Perlakuan biji sebelum dikecambahkan adalah dengan dicongkel mata bijinya dan direndam dalam cairan atonik selama 2 hari. Metode pengecambahan dengan metode sekap pada toples plastik yang berisi serbuk gergaji yang terdekomposisi. Benih mulai berkecambah pada hari ke-12 dengan daya kecambah 48,5%. Teknik Budidaya Rotan Penghasil Jernang-2010
102
b. Penyapihan Penyapihan dilakukan ± 2,5 bulan setelah benih berkecambah, ditandai dengan tumbuhnya tunas (panjang ± 5 cm) dan akar (minimal 3 helai akar) c. Pembibitan Daun rotan mulai mengembang setelah 40 hari di sapih dengan warna awal daun coklat kekuningan, kemudian berubah menjadi hijau setelah 1-2 minggu. Daya berkecambah bibit rotan sampai umur 40 hari untuk semua perlakuan media sebesar 100%. Pertumbuhan tinggi bibitnya masing-masing sebesar: 6,1 cm; 6,86 cm; 5,40 cm; 5,96 cm; dan 6,07 cm untuk perlakuan media M0, M1, M2, M3, dan M4. D. Kesimpulan 1. Populasi rotan jernang semakin menurun dan tersebar di Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, kawasan Taman Nasional Bukit 12, dan kawasan hutan Kapas. 2. Kondisi habitat untuk pertumbuhan rotan jernang meliputi: intensitas cahaya 182 – 2.180 lux, suhu tanah 23,4 – 31,90C, pH tanah 5,5 – 6,2, kelembaban tanah 55 – 62%, suhu udara 23 – 29,40C, kelembaban udara 60 – 92%, dan ketinggian tempat 66 – 403 m dpl. 3. Terdapat dugaan adanya variasi rotan jernang dalam bentuk anak daun dan buah pada lokasi sebaran seperti: jernang rambai, jernang umbut, jernang biasa, jernang kelumuai, jernang kepala puyuh, dan jernang pulut. Lampiran :
Gambar1. Kegiatan Survey Sebaran
Gambar 2. Pohon dan Buah Jernang
Teknik Budidaya Rotan Penghasil Jernang-2010
103