Budidaya Jenis rotan penghasil jernang JENIS: JERNANG
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan
: : : :
Pengelolaan Hutan Tanaman Pengelolaan HHBK FEM DR. Dra. Tati Rostiwati Teknik Budidaya Jenis-jenis Rotan Penghasil Jernang : Teknik Budidaya Jenis-jenis Rotan Penghasil Jernang : Agung Wahyu Nugroho, S. Hut, M. Sc
Abstrak Permintaan jernang yang meningkat menyebabkan populasi rotan jernang di alam semakin berkurang. Untuk menjamin lestarinya jenis ini, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya dari pembibitan sampai pemanenan. Sasaran penelitian tahun 2011 adalah memperoleh teknik pembibitan dan terbentuknya plot penanaman. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksplorasi, perlakuan media sapih (tanah:serbuk gergaji dengan perbandingan (4:0, 3:1, 1:1, 1:3, 0:4) untuk tingkat pembibitan, dan pembuatan plot penanaman. Hasil penelitian menunjukkan pembudidayaan rotan jernang di Desa Lamban Sigatal dan Pulau Aro Jambi dapat dijadikan lokasi plot kuantifikasi buah rotan jernang. Serbuk gergaji yang terdekomposisi dan campuran serbuk gergaji dengan tanah (1:3, 1:1, 3:1) dapat digunakan sebagai media sapih dan memberikan respon pertumbuhan yang tidak berbeda dengan media dari tanah. Telah terbentuk plot penanaman rotan jernang dengan perlakuan pemupukan P (0, 14, 28 g per lubang). Kata kunci: eksplorasi, pembibitan, penanaman A. Latar Belakang Jernang (dragon’s blood) merupakan getah termahal yang dihasilkan dari kulit buah rotan penghasil jernang seperti Daemonorops draco dan Daemonorops didymophylla. Jenis ini memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan di Provinsi Jambi. Jernang dimanfaatkan masyarakat lokal sebagai bahan pewarna, bahan ramuan obat-obatan, dupa, pembuatan vernis, dan bahan anti racun (Purwanto dkk., 2005). Sebagai bahan ramuan obat-obatan, jernang digunakan untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan luka, dan menghentikan pendarahan. Senyawa aktif drakorhodin yang terdapat dalam jernang, mengandung kation basa flavilium. Tingginya penebangan liar di hutan alam, akan diikuti dengan punahnya jenis-jenis jernang ini. Hal ini disebabkan pohon pengait untuk tumbuhnya rotan jernang sudah semakin berkurang. Saat ini, rotan jernang di hutan alam sudah sangat sulit didapat sedang permintaan jernang semakin meningkat. Untuk mendapatkan 1-2 kg jernang membutuhkan waktu 2 pekan, padahal 10-15 tahun silam, hanya perlu waktu 1 pekan di hutan untuk memperoleh 7-10 kg jernang
Budidaya Rotan Penghasail Jernang 2011 111 2011
(Panjaitan, 2011). Disisi lain teknik budidaya (ekstraksi, perkecambahan, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan) belum banyak diketahui masyarakat secara luas. Hanya beberapa anggota masyarakat yang sudah membudidayakan rotan jernang seperti masyarakat di Desa Lamban Sigatal, Sepintun, dan Pulau Aro. Sehingga untuk menjamin ketersediaan rotan jernang di alam dan terjaminnya kontinuitas pasokan jernang, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya. B. TUJUAN Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk memperoleh produktifitas jernang yang tinggi. Sedangkan sasaran pada tahun 2011 adalah: a. Tersedianya data pembibitan. b. Terbentuknya plot uji penanaman. C. METODE PENELITIAN a. Eksplorasi benih dan survey lokasi plot kuantifikasi buah • Data primer: jumlah rumpun, jumlah batang, panjang batang, diameter batang, posisi geografi, jumlah buah per tandan, karakteristik habitat (intensitas cahaya, suhu tanah dan udara, kelembaban tanah dan udara, pH tanah). • Data sekunder: wawancara dengan dinas terkait, LSM, dan masyarakat penjernang dan pembudidaya jernang. b. Pemeliharaan dan pengukuran bibit di persemaian Pemeliharaan bibit dilakukan secara teratur yang meliputi: pembersihan gulma, penyemprotan fungisida, pemberantasan hama dan penyakit serta penyiraman. Kegiatan pengukuran dilakukan setiap 2 bulan sekali. Pengukuran dilakukan terhadap pertumbuhan bibit jernang yang ditanam tahun 2010. Variabel yang diamati: persen hidup, jumlah pelepah dan panjang pelepah. c. Pembuatan plot uji coba penanaman Bibit rotan yang siap tanam (umur 9 bulan) dipindahkan ke lapangan (KHDTK Kemampo). Sebelum ditanam, bibit diaklimatisasi selama kurang lebih 2 minggu untuk memulihkan stres selama dalam perjalanan. Pada waktu aklimatisasi, dilakukan pemeliharaan yang berupa: penyiraman, penyemprotan vitamin dan pupuk. Pembuatan plot dimulai dari survey lokasi, pengeplotan, penebasan secara jalur, pengajiran, pembuatan lubang tanam sebesar (40 x 40 x 40) cm, pemberian pupuk kandang 2 kg per lubang, penyemprotan EM-4, pengadukan media, penanaman, dan penyrumbungan. D. Hasil yang Telah Dicapai 1. Eksplorasi benih dan survey lokasi plot kuantifikasi buah Berdasarkan wawancara dengan Dinas Kehutanan Sarolangun, diperoleh informasi bahwa masyarakat yang telah membudidayakan rotan jernang adalah Budidaya Rotan Penghasail Jernang 2011 112 2011
masyarakat di Desa Sepintun dan Lamban Sigatal, Kecamatan Paun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Penanaman perdana dilakukan oleh Bupati Sarolangun Bapak HBA tahun 2006 dan diproyeksikan sebagai tanaman unggulan lokal. Sedang pemanenan perdana kemungkinan akhir 2011 atau awal 2012. Pembudidayaan jernang di kedua desa tersebut di fasilitasi oleh LSM Gita Buana. Berdasarkan wawancara dengan beberapa anggota masyarakat Desa Lamban Sigatal dan Sepintun, profesi penjernang merupakan profesi turun temurun yang sudah dimulai dari datuk-datuknya yang ketika itu harga jernang masih Rp.5 per kg. Mereka secara berkelompok (2 – 4 orang) mencari jernang sampai di daerah hutan Kapas (Nawai, Parkat, Bintialo, Sako Suban) dan Sungai Nilau (Linggau Musi Rawas), karena lokasi jernang yang dulu ada di desanya sudah habis dan berubah menjadi ladang atau kebun masyarakat. Pada umumnya sistem kerjasama yang terjadi adalah perjanjian kerjasama antara toke dan pencari jernang (anak buah). Secara umum, kualitas jernang dapat dibagi menjadi dua yaitu meson (asli/tanpa campuran) dan campuran. Setiap 1 kg jernang kualitas meson dapat dihasilkan dari 5 kg buah rotan. Sedang kualitas campuran berasal dari campuran meson dengan bahan penyampur dengan perbandingan 1:10. Bahan penyampur berasal dari buah, kulit buah, ranting-ranting, dan damar mata kucing yang ditumbuk halus kemudian dicampur dengan jernang meson. Jernang dengan kualitas meson dihargai sekitar Rp.500.000 per kg, sedang kualitas campuran Rp.150.000 per kg. Penjernang biasanya lebih memilih menjual kualitas campuran karena lebih menguntungkan dari segi penghasilan yang didapat. Untuk membedakan jernang kualitas meson dengan campuran dapat diketahui dari warnanya. Kualitas meson berwarna mengkilap dan bila jernang dipilin dengan tangan, warna merah akan langsung menempel ditangan dan dapat tahan lama. Adapun tahapan pemanenan rotan jernang yang dilakukan oleh masyarakat adalah sebagai berikut: tandan yang telah dikait dari pohon diturunkan pelan-pelan. tandan dimasukkan dalam karung dan diperam selama 2 hari. buah rotan dalam tandan akan lepas dengan sendirinya. buah dihamparkan di atas alas/terpal. jam 22.00 buah dimasukkan dalam ambung kemudian ditumbuk sampai lulunnya jatuh semua ke dalam alas. lulun dimasukkan ke dalam plastik dan dibiarkan membeku selama kurang lebih 1 malam. untuk mencairkan lulun yang telah membeku atau belum membeku, dapat digunakan spritus sebanyak 2 sendok makan. Survey Lokasi Plot Kuantifikasi Buah Survey lokasi ini ditujukan untuk mencari plot-plot representatif untuk kuantifikasi buah rotan jernang yang rencananya dilaksanakan tahun 2012. Survey Budidaya Rotan Penghasail Jernang 2011 113 2011
dilaksanakan di lokasi pembibitan jernang milik kelompok Bangko Koneng Jaya di Desa Lamban Sigatal dan Tabir Ulu. Lokasi pembibitan jernang di Lamban Sigatal dibangun sejak tahun 2006 dengan luas 8 Ha dari total 15 Ha dan jumlah tanaman sebanyak 2.200 rumpun. Ada juga blok pembibitan milik Pak Ilyas seluas 2 Ha dengan jumlah tanaman 700 rumpun dan dibangun sejak tahun 2004. Di blok Pak Ilyas, umur 6 tahun sudah mulai belajar berbunga dan sekarang sudah berbuah berumur 5 bulan. Diperkirakan awal tahun 2012 sudah mulai panen buah. Iklim mikro di lokasi ini meliputi: intensitas cahaya sebesar 26%, suhu tanah sebesar 25,30C, suhu udara sebesar 28,90C, kelembaban sebesar 83,3%. Posisi geografis berada pada 02011’45” lintang selatan dan 102058’29” bujur timur dengan ketinggian 74 m dpl. Lokasi lain untuk pembuatan plot kuantifikasi buah berada di pekarangan dan kebun milik Bapak Usman di Desa Pulau Aro Kecamatan Tabir Ulu Kabupaten Merangin dengan posisi geografi: garis lintang 01055’52”, garis bujur 102011’42” dengan ketinggian tempat 66 m dpl. Dari informasi Bapak Usman, ada sekitar 50 rumpun yang masih hidup dan mulai belajar berbuah. 2. Pemeliharaan dan Pengukuran Bibit di Persemaian Pemeliharaan bibit dilakukan secara teratur yang meliputi: pembersihan gulma, penyemprotan fungisida, pemberantasan hama dan penyakit serta penyiraman. Berdasarkan pengamatan, penyakit yang menyerang bibit rotan jernang adalah bercak daun. Penyakit ini ditandai dengan adanya warna bintik hitam kecil pada daun, kemudian semakin luas menyebar dan akhirnya daun menjadi kering. Bila tidak segera ditanggulangi, bisa menyebabkan bibit mati. Upaya pengendalian yang dilakukan meliputi: penyemprotan fungisida Dithane 45 dengan dosis 2 g/10 ml air, memotong daun yang terkena serangan dan mengisolasinya, pengaturan kelembaban karena lingkungan yang terlalu lembab akan berpeluang terkena serangan jamur. Pengukuran pertumbuhan bibit dilakukan secara periodik setiap 2 bulan sekali. Bibit yang diukur adalah bibit jernang yang ditanam tahun 2010 dengan perlakuan pengaruh media sapih. Variabel yang diamati: jumlah pelepah dan panjang pelepah. Hasil analisis varian pengaruh media terhadap pertumbuhan bibit sampai umur 8 bulan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Analisis varian pengaruh media terhadap panjang pelepah daun Sumber keragaman Media Galat Total
Derajat bebas 4 10 14
Jumlah kuadrat 14,02 80,58 94,61
Kuadrat tengah 3,50 8,06
F. hit
Sig.
0,44 ns
0,78
Budidaya Rotan Penghasail Jernang 2011 114 2011
Tabel 2. Analisis varian pengaruh media terhadap jumlah pelepah daun Sumber keragaman Media Galat Total
Derajat bebas 4 10 14
Jumlah kuadrat 2,20 17,59 19,80
Kuadrat tengah 0,55 1,75
F. hit
Sig.
0,31 ns
0,86
Dari Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa perlakuan media sapih yang diterapkan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan panjang dan jumlah pelepah daun rotan jernang. Hal ini menunjukkan serbuk gergaji dan campuran serbuk gergaji dengan tanah (1:3, 1:1, 3:1) dapat digunakan sebagai media sapih dan memberikan respon pertumbuhan yang tidak berbeda dengan media dari tanah. Rerata panjang pelepah daun rotan jernang umur 8 bulan sebesar 24,42 cm dan rerata jumlah pelepah daun sebesar 4,57 helai. 3. Pembuatan Plot Uji Penanaman Penanaman dilakukan pada awal musim hujan (November – Desember 2011). Plot uji penanaman berada di bawah tegakan karet umur 10 tahun di KHDTK Kemampo dengan jarak tanam 5 m x 3 m. Selain sebagai tanaman inang, tegakan karet dapat berfungsi sebagai naungan ketika tanaman rotan masih muda. Perlakuan yang diterapkan adalah uji coba pemupukan P. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok dengan 3 taraf pemupukan P yaitu kontrol (0 g), 14 gr, dan 28 gr per pohon. Ada 3 blok sehingga ada 9 unit percobaan, tiap unit percobaan ada 25 unit pengamatan. Foto Kegiatan :
Gambar 1. Survey lokasi plot kuantifikasi buah di Desa Lamban Sigatal (Foto: Agung, 2011)
Budidaya Rotan Penghasail Jernang 2011 115 2011
Gambar 2. Pengukuran pertumbuhan bibit di persemaian Wana Griya (Foto: Agung, 2011)
Gambar 3. Plot uji penanaman di KHDTK Kemampo (Foto: Agung, 2011)
Budidaya Rotan Penghasail Jernang 2011 116 2011