Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
IbM KELOMPOK TANI ROTAN JERNANG DI SEMERANTIHAN 1
Revis Asra dan 2Faizar Farid Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi 2 Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi 1
ABSTRAK Semerantihan merupakan salah satu dusun yang terletak di Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Suku asli dusun Semerantihan adalah suku Talang Mamak. Kondisi dusun Semerantihan ini sangat terisolir. Kehidupan suku Talang Mamak sangat bergantung pada hutan dan ladang. Semua kebutuhan hidup mereka sudah terpenuhi dari alam sekitarnya mulai dari makanan, minum sampai obat-obatan. Getah jernang merupakan salah satu sumber penghasilan bagi suku Talang Mamak. Getah jernang berasal dari buah rotan jernang (Daemonorops spp.) merupakan salah satu jenis rotan yang menghasilkan resin merah pada permukaan kulit buahnya. Resin merah jernang ini bernilai ekonomi tinggi dan dimanfaatkan untuk obat-obatan dan perwarna.Namun saat ini produksi getah jernang di dalam hutan di Semerantihan sudah menurun drastis. Sangat kurangnya budidaya rotan jernang yang dilakukan oleh suku Talang Mamak di Semerantihan, disebabkan oleh kebiasaan hidup mereka yang selalu bergantung pada hasil hutan, sehingga mereka lebih menyukai mencari getah jernang ke hutan-hutan. Pengabdian Ipteks bagi Masyarakat (IbM) di Semerantihan ini sudah mulai dilakukan. Adapaun kegiatan yang telah dilakukan yaitu sosialisasi dengan Kepala Dusun Semerantihan, Ketua Adat dan masyarkat suku Talang Mamak. Pelatihan budidaya jernang, diikuti dengan antusian oleh warga Suku Talang Mamak. Adapun tahap dalam pelatihan budidaya jernang yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1). Tahap pertama, biji jernang yang masih berkulit, terlebih dahulu dibuang kulitnya, selanjutnya biji disortir, dan dipisahkan antara biji yang baik dan biji yang tidak baik. Biji hasil sortiran, selanjutnya dibersihkan lapisan sarcotestanya (daging buah). (2) Tahap kedua, Biji selanjutnya direndam dengan air kelapa selam 24 jam dan setiap 12 jam, air kelapanya harus diganti. (3). Tahap ketiga, biji yang telah direndam dengan selama 24 jam dengan air kelapa, selanjutnya dibilas dengan air. (4). Tahap terakhir, biji yang telah direndam dengan air kelapa dan dibilas dengan air siap ditanam di media pasir, dengan jarak tanam 5 x 5 cm. (5) Bibit yang telah tumbuh di media pasir, selanjutnya siap ditanam dalam media tanah di polybag sampai panjang bibit 50 cm. Kata kunci: Semerantihan, Suku Talang Mamak, Budidaya, Rotan Jernang (Daemonorops spp) PENDAHULUAN Semerantihan merupakan salah satu dusun yang terletak di Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Semerantihan termasuk ke dalam zona penyangga (buffer zone) Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Suku asli dusun Semerantihan adalah suku Talang Mamak. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari aparat desa, di Semerantihan terdapat + 73 Kepala Keluarga yang terdiri dari terdiri dari 67 KK suku Talang Mamak (160 jiwa), 4 KK suku Melayu Jambi (warga Suo-Suo) dan 2 KK pendatang dari Jawa IbM kelompok Tani Rotan Jernang Di Semerantihan
(Pati). Selain itu ada juga sekelompok kecil Suku Anak Dalam (SAD) di wilayah ini tetapi tidak menetap. Kondisi dusun Semerantihan ini sangat terisolir. Jarak total Semerantihan dari ibukota Provinsi Jambi adalah 270 km, dimana 220 km merupakan jalan provinsi yang beraspal dan sisanya adalah jalan tanah yang sulit dilalui. Hanya ada satu akses jalan masuk ke dusun Semerantihan yaitu melalui jalan koridor PT Wira Karya Sakti. Kondisi jalan tanah berbatu dengan menyeberangi dua sungai yaitu Sekalo dan Kemumu, menyebabkan 23
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
akses ke daerah ini sangat bergantung pada musim. Kehidupan suku Talang Mamak sangat bergantung pada hutan dan ladang yang mereka buka di sekitar pondoknya. Pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka akan berburu dan mencari hasil-hasil hutan. Salah satu hasil hutan non kayu yang menjadi sumber mata pencarian suku Talang Mamak adalah mencari rotan jernang (Daemonorops spp.). Yang dimanfaatkan dari rotan jernang ini adalah resin merah yang terdapat pada permukaan buahnya. Resin merah dari jernang ini dimanfaatkan sebagai perwarna dan obat-obatan (diare, anti tumor, anti virus, anti mikroba, menghentikan pendarahan) (Gupta et al., 2007). Berdasarkan hasil penelitian penulis dari tahun 2009 sampai tahun 2012, harga 1 kg getah jernang di tingkat pengumpul local Semerantihan, berkisar Rp. 700.000,- sampai Rp. 800.000,-. Namun pada awal tahun 2014 ini, dari informasi staf Taman Nasional Bukit Tiga Puluh harga getah jernang ini melonjak tinggi, dimana mencapai Rp. 3.000.000,-/ kg. Namun saat ini produksi getah jernang di dalam hutan di Semerantihan sudah menurun drastis. Hal ini langsung berdampak secara langsung terhadap sumber penghasilan suku Talang Mamak. Menurut Balai Informasi Kehutanan Provinsi Jambi (2009), keberadaan rotan jernang sudah langka. Menurunnya produksi getah jernang di hutan-hutan Semerantihan dan sekitarnya adalah karena konversi hutan menjadi perkebunan (kelapa sawit dan karet) dalam skala besar dan pembukaan hutan menjadi HTI (hutan tanaman industri), menyebabkan habitat dari rotan jernang ini menurun drastis, biasanya saat musim berbuah jernang tiba, mereka dapat mengumpulan sekitar 10 – 15 kg jernang sekali turun (3 minggu mencari di hutan), namun sekarang untuk mendapatkan 5 kg saja sangat susah, bahkan kadang-kadang mereka hanya berhasil memperoleh seikitar 2 kg saja getah jernangnya. IbM kelompok Tani Rotan Jernang Di Semerantihan
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Faktor lain yang menyebabkan semakin langkanya tumbuhan rotan jernang adalah hampir tidak pernah/ sangat kurangnya budidaya rotan jernang yang dilakukan oleh suku Talang Mamak di Semerantihan. Hanya satu kepala keluarga (pak Taba), yang menanam rotan jernang di dekat pondoknya, itupun hanya 8 batang. Suku Talang Mamak lebih menyukai mencari getah jernang ke hutanhutan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan hidup mereka yang selalu bergantung pada hasil hutan. Untuk menjaga kelestarian rotan jernang ini, suku Talang Mamak memiliki kearifan lokal terhadap rotan jernang, dimana akan dikenakan denda bagi orang yang ketahuan menebang batang rotan jernang. Hasil wawancara penulis ketika melakukan penelitian di Semerantihan, sebenarnya mereka juga berminat untuk melakukan budidaya rotan jernang. Kurangnya pengetahuan akan budidaya rotan jernang menyebabkan minat untuk membudidayakan rotan jernang juga menjadi berkurang. METODE PELAKSANAAN Metode pengabdian yang digunakan yaitu Participatory Rural Apraisal (PRA), yaitu metode pendidikan pada masyarakat. Metode PRA ini memiliki kelebihan, dimana keterlibatan masyarakat secara aktif (sebagai subyek) dan Perguruan Tinggi sebagai fasilitator. Kegiatan ini dilaksanakan di dusun Semerantihan, Kabupaten Tebo, bersama kelompok tani Hijau Muda dan kelompok tani Kelapa. Pelaksanaan kegiatan pengabdian Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini berdasarkan metode penyuluhan, pelatihan, demonstrasi di lapangan serta aplikasi langsung melalui percontohan dengan melibatkan kelompok tani sebagai pengelola. Penyuluhan dilakukan di dusun Semerantihan, desa Suo-suo Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo. Penyuluhan dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat suku TalangMamak tentang sumber plasma nutfah rotan jernang yang mereka miliki 24
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
dan keuntungan dari kegiatan budidaya dan integrasi rotan jernang di ladang masyarakat suku Talang Mamak dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan/ perekonomian mereka. Diharapkan dengan kegiatan penyuluhan ini akan meningkatkan minat dan upaya masyarakat suku Talang Mamak untuk budidaya dan integrasi rotan jernang di ladang-ladang yang mereka miliki. Pelatihan dengan menujukkan dan mengajarkan secara langsung cara untuk mengecambahkan biji rotan jernang dengan cepat. Metode yang digunakan adalah dengan pemberian air kelapa. Air kelapa mengandung hormone sitokinin yang berperan untuk memcahkan masa dormansi biji, sehingga masa dormansi biji menjadi lebih singkat (24 hari). Kendala yang dihadapi masyarakat selama ini adalah lamanya waktu berkecambahnya biji jernang ini (8 bulan- 1 tahun). Diharapkan dengan pelatihan ini masyarakat petani karet memiliki keahlian dalam membibitkan biji rotan jernang. Aplikasi dilapangan, setelah bijibiji jernang ini berkecambah, maka dilakukan pemindahan ke dalam polybag, setelah bibit cukup besar, maka dilakukan pemindahan langsung ke ladang-ladang masyarakat suku Talang Mamak dan hutan di sekitar tempat tinggal mereka. HASIL DAN PEMBAHASAN Sosialisasi Kegiatan IbM Sebelum melakukan sosialisasi, terlebih dahulu meminta izin kepada kepala dusun suku Talang Mamak dan ketua adat Talang Mamak. Prosesi minta izin berjalan lancar, karena sebelumnya penulis sudah pernah bertemu dengan beliau. Kegiatan pengabdian masyarakat budidaya jernang di Semerantihan sangat didukung oleh Ketua Dusun Semerantihan dengan menunjuk langsung pak Patih untuk membantu kegiatan ini, karena tumbuhan jernang di sekitar tempat tinggal mereka dan di dalam kawasan TNBT menurun drastis. Akibatnya populasi jernang di kawasan tersebut menjadi berkurang, sehingga mempengaruhi sumber penghasilan terhadap suku Talang. IbM kelompok Tani Rotan Jernang Di Semerantihan
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Pembuatan Nursery Pembuatan nursery sebagai tempat pembibitan jernang, dibuat di lokasi yang telah ditentukan oleh pak Patih. Setelah meninjau lokasi nursery, tim pengadian setuju sekali, karena lokasi tersebut dekat dengan aliran sungai. Pengerjaan nursery dilakukan secara gotong royong, beberapa orang pemuda suku Talang Mamak dan dua orang mahasiswa bersama sama membuat nursery. Bahan untuk pembangunan nursery seperti bambu dan kayu, diambil di sekitar lokasi. Pelatihan Perkecambahan Jernang Pelatihan cara perkecambahan jernang diikuti oleh ketua adat pak Patih, pemuda dan bapak-bapak suku Talang Mamak dan beberapa staf dari NGO Frankfurt Zoological Society (FZS) Jambi dan NGO Restorasi Ekosistem Bukit Tigapuluh (REB 30). Pada kesempatan ini ketua Pengabdian Masyarakat menjelaskan tentang cara budidaya jernang, yang dapat dilakukan dengan 2 cara dengan anakan dan melalui biji. Pada kegiatan pelatihan ini, semua peserta sangat antusias, mengikuti penjelasan yang diberikan oleh Ketua Pelatihan. Hal ini terlihat dari 15 peserta pelatiha 10 orang bertanya terkait tumbuhan jernang. Pak Patih selaku ketua adat yang paling banyak mengajukan pertanyaan. Pada kesempatan ini beliau menanyakan, bahwa dia sudah 7 bulan menanam biji jernang tapi belum tumbuhtumbuh juga. Beliau sangat senang mendapat informasi bahwa biji jernang dapat dipercepat untuk tumbuh. Ada satu tantangan yang diajukan pak Patih, beliau meminta, bagaimana caranya supaya jernang ini dapat berbuah terus, seperti buah kelapa sawit. Hal ini merupakan tantangan dan pekerjaan rumah yang harus dicarikan solusinya kepada kami sebagai dosen. Sumber biji yang akan digunakan untuk pelatihan perkecambahan diperoleh dari 2 lokasi di Provinsi Jambi. Pelatihan ini langsung melibatkan 2 kelompok tani yaitu kelompok tani Kelapa dan kelompok 25
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
tani Hijau Muda. Adapun tahapan dari pelatihan ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap pertama, biji jernang yang masih berkulit, terlebih dahulu dibuang kulitnya, selanjutnya biji disortir, dan dipisahkan antara biji yang baik dan biji yang tidak baik. Untuk mengetahui biji yang masih baik, dilakukan perendaman dengan air. Biji yang baik untuk perkecambahan adalah biji yang tenggelam apabila direndam dengan air. Kendala utama yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah, sulitnya untuk memperoleh biji yang baik. Dari 25 kg biji yang dibeli hanya 10 % biji yang baik (tenggelam ketika direndam dalam air). Sumber biji jernang yang digunakan untuk pelatihan budidaya jernang. Biji hasil sortiran, selanjutnya dibersihkan lapisan sarcotestanya (daging buah) yang berwarna coklat kehitaman, dengan menyikat biji dengan bros atau pasir sampai sarcotestanya hilang. Sarcotesta yang tidak bersih dapat menyebabkan biji mudah diserang oleh jamur. 2. Tahap kedua, siapkan air kelapa yang telah disaring. Biji hasil sortiran yang telah bersih, selanjutnya direndam dengan air kelapa selam 24 jam dan setiap 12 jam, air kelapanya harus diganti, untuk mencegah jamuran pada biji dan air kelapa. 3. Tahap ketiga, biji yang telah direndam dengan selama 24 jam dengan air kelapa, selanjutnya dibilas dengan air. 4. Tahap terakhir, biji yang telah direndam dengan air kelapa dan dibilas dengan air siap ditanam di media pasir, dengan jarak tanam 5 x 5 cm. Selanjutnya biji disiram sebanyak 2x sehari, sampai biji berkecambah. Semua peserta pelatihan warga suku Talang Mamak, staf dari Frankfurt Zoological Society (FZS) dan staf Restoraasi Ekosistem Bukit Tigapuluh (REB 30) bergotong royong membersihkan biji jernang. Biji jernang harus bersih dari sarcotesta (daging buah), karena jika pada permukaan biji masih menempel sarcotesta dapat menyebabkan biji akan ditumbuhi jamur akibatnya biji tidak dapat tumbuh. IbM kelompok Tani Rotan Jernang Di Semerantihan
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Perkecambahan biji yang dilakukan oleh suku Talang Mamak selama ini, mereka menanam biji dengan kulitnya, akibatnya waktu perkecambahan berlangsung sangat lama. Mereka semua terlibat aktif dalam kegiatan pembersihan biji jernang. Bahkan staf FZS mendokumentasikan semua tahapan dari pembibitan jernang ini, mereka juga akan memprogramkan untuk melakukan kegiatan yang sama untuk warga suku Talang Mamak di Semerantihan ini. Beberapa dokumentasi berikut menggambarkan keaktifan warga dalam kegiatan Pengabdian budidaya jernang di Semerantihan . Warga suku Talang Mamak yang memiliki pohon jernang di belakang rumahnya mengambil buah jernang miliknya untuk dicobakan langsung dalam proses perkecambahan biji jernang tersebut. Pak Pahmi dan pak Herman yang memiliki jernang, memetik beberapa buah jernang miliknya. Mereka lalu menunjukkan buah jernang tersebut. Ketua tim Pengabdian lalu membersihkan buah jernang dari sarcotesta dan terlihat bahwa buah jernang milik pak Herman masih muda sedangkan milik pak Pahmi sudah tua. Setelah buah jernang tersebut bersih lalu direndam dengan zat pengatur tumbuh alami yaitu air kelapa. Biji jernang yang sudah direndam dalam larutan zat pengatur tumbuh, selanjutnya ditanam di dalam media pasir. Tujuan penanaman dalam media pasir adalah supaya pada saat pemindahan bibi dalam media tanah di dalam polybag, akar tanaman tidak terputus. Pada saat penanaman biji jernang ke dalam media pasir, biji jernang milik pak Herman dan pak Pahmi ditandai. Pertumbuhan Bibit Jernang Setelah penanaman biji dalam media pasir, lebih kurang selama 28 hari tunas jernang mulai tumbuh. Tunas yang panjangnya sudah lebih kurang 5 cm, selanjutnya dipindahkan ke media tanah. Perawatan bibit dilakukan dengan penyiraman bibit setiap hari pada sore hari. Bibit tetap diletakkan di dalam paranet, untuk mencegah cahaya matahari 26
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
langsung. Gulma yang tumbuh di dalam polybag jernang, harus segera dibuang, hal ini bertujuan untuk mencegah kompetisi terhadap unsure hara. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan kegiatan Pengabdian IbM rotan jernang di Semerantihan dapat diambil beberapa kesimpulan berikutnya meliputi: 1. Masyarakat suku Talang Mamak sudah mempunyai keterampilan dalam melakukan pembibitan rotan jernang. 2. Waktu perkecambahan jauh lebih cepat, umumnya biji berkecambah lebih kurang 1 tahun, setelah di perlakukan dengan air kelapa menjadi 1 bulan. 3. Kesadaran dan kemauan masyarakat suku Talang Mamak unguk melakukan budidaya rotan jernang di ladang dan hutan di sekitar tempat tinggal mereka, dari 3 orang menjadi 10 orang
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
International Flora Malesiana th Symposium, 27 – 31st August 2013, Bogor, Indonesia Asra, R. Syamsuardi, Mansyurdin, Joko Ridho Witono (2012). Jernang (Daemonorops draco (Willd.)Blume) Sex Ratio in Nature and Under Cultivation: Implication to Seed Production. The Botanical Garden Bulletin, Vol. 15 No. 1: 19. Davies, PJ. 1995. Plant Hormones. Kluwer Academic Publisher. Dordrecht. Gupta, D., Bleakley, B., and Gupta, R.K., 2007. Dragons’s blood : Botany, chemistry and therapeutic uses. Journal of Ethnopharmacology. Balai Informasi Kehutanan Provinsi Jambi, 2009. http://infokehutananjambi.or.id (diakses tanggal 2 Januari 2009) Rustiami, H., Setyowatii, F.M Kartawinata K., 2004. Taxonomy and uses of Daemonorops draco (Willd.) Blume. Journal of Tropical Ethnobiology Vol I (2): 65 – 75.
Saran Beberapa hal yang dapat disarankan dari kegitan Pengabdian IbM rotan jernang di Semerantihan adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya perlindungan pada beberapa pohon induk jernang, yang akan dijadikan sebagai sumber biji untuk bibit. 2. Perlu dibuat aturan adat yang mengatur dalam pemanenan buah jernang DAFTAR PUSTAKA Asra, R. (2013). Diversity of Dragon’s Blood Palm (Daemonorops spp.) in Secondary Forest Jambi, National Seminar Biodiversity and Tropical Ecology Indonesia, September 14 2013, Padang, Indonesia Asra, R. Syamsuardi, Mansyurdin, Joko Ridho Witono (2013). Genetic Diversity of the Dragon’s Blood Rattan Daemonorops draco (Palmae) Using ISSR Markers, IXth IbM kelompok Tani Rotan Jernang Di Semerantihan
27
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
IbM kelompok Tani Rotan Jernang Di Semerantihan
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
1