Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 2 April – Juni 2016
KERAJINAN ANYAMAN PANDAN KOTA SUNGAI PENUH Suandi, Jasminarni, dan Trias Novita Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi ABSTRAK Tujuan kegiatan program penerapan Iptek bagi Produks Ekspor (IbPE) adalah mengintegrasikan pengembangan usaha anyaman pandan dengan peran ganda wanita sebagai ibu rumahtangga, dengan rincian: (a) penerapan teknologi penganyaman pandan yang lebih maju dan ramah lingkungan, (b) pengembangan usaha anyaman pandan yang lebih komersial dan menguntungkan, dan (c) mengembangkan kemitraan dalam pemasaran hasil anyaman pandan. Kegiatan ini menggunakan tiga metode pendekatan, yakni: kegiatan pelatihan tentang kecakapan hidup, kewirausahaan, dan pelatihan keterampilan profesi. Pendekatan kewirausahaan melalui (1) peningkatan kualitas dan kuantitas hasil produk kerajinanan anyaman pandan dengan peralatan yang lebih baik dan lengkap, (2) memperbaiki proses produksi dengan melatih tenaga kerja (SDM) lebih banyak dan lebih trampil, (3) mempersiapkan bahan baku dengan cara membudidayakan tanaman pandan secara khusus, (4) meningkatkan mutu produk melalui pengembangan desain bentuk barang yang akan dihasilkan, dan (4) menata system administrasi dan manajemen keuangan sehingga dapat mendukung perluasan pasar yang berorientasi kepada produk ekspor. Kegiatan pendampingan alih teknologi anyaman pandan, melalui praktek penerapan efisiensi dan efektivitas usaha anyaman pandan. Kegiatan ketiga adalah membuat pilot projek teknik anyaman dan pola usaha dengan sistem kemitraan dan pasar ekspor. Hasil yang dicapai pelaksanaan kegiatan program penerapan Iptek bagi Produks Ekspor pada kelompok sasaran yaitu (1) terdapat peningkatan kompetensi bagi kelompok sasaran yang berupa peningkatan pengetahuan tentang kecakapan hidup, keahlian, pengelolaan keuangan, manajemen kewirausahaan, dan peningkatan pengetahuan tentang teknik penganyaman dengan berbagai macam produks, (2) peningkatan kemampuan kelompok sasaran dalam pengembangan usaha anyaman secara modern dengan penggunaan tehnologi ramah lingkungan yang berbasis kepada sumberdaya local, (3) kelompok sasaran telah mampu mengembangkan usaha melalui pendekatan kewirausahaan modern, dan (4) kelompok sasaran telah mampu melakukan pengembangan usaha melalui berbagai stakeholder dan mitra lainnya dalam pemasaran hasil. Hasil anyaman pandan kelompok telah dapat terjual lebih banyak dengan kualitas tinggi sebagai ciri khas anyaman pandan Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci. Kata Kunci : kerajinan anyaman pandan, lapeak, manajemen kewirausahaan, mutu produks, dan pasar ekspor. PENDAHULUAN Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi merupakan pemekaran wilayah dari kabupaten induk Kabupaten Kerinci, yaitu melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi, dan disahkan oleh DPR-RI tanggal 21 Juli 2008 dengan luas wilayah sekitar 391,5 Km2 dan terletak antara 020 01’40’’ – 020 14’54’’ Lintang Selatan serta 1010 14’32’’ – 1010 27’31’’ Bujur Timur, membujur di pantai timur pulau Sumatera, berbatasan: sebelah
utara dan selatan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), sedangkan sebelah timur dan barat dengan Kabupaten Induk yaitu Kabupaten Kerinci. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kota Sungai Penuh (2013), Kota Sungai Penuh memiliki daerah dataran tinggi dan pegunungan dengan ketinggiaan 500-1.800 m dpl (di atas permukaan laut) mencakup areal seluas 39.150 Ha dengan perincian lahan TNKS seluas 23.177,6 Ha (59,2 %), dan hanya 15.972,4 Ha (40,8 %) luas lahan untuk permukiman dan budidaya/pertanian
Kerajinan Anyaman Pandan Kota Sungai Penuh
25
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Hal ini mengindikasikan bahwa kawasan pertanian di Kota Sungai Penuh sangat terbatas sekali karena dua hal, yakni: terbatasnya luas wilayah, dan kedua sebagain besar wilayah terdapat kawasan lahan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Sesuai dengan kondisi alam dan sosial budaya masyarakat, komoditas handalan Kota Sungai Penuh yaitu tanaman hortikultura terutama tanaman sayuran, hias dan buah-buahan. Namun terbatasnya lahan, maka bagi kaum wanita banyak memanfaatkan waktunya sebagai pengrajin, seperti pengrajin anyaman pandan. Mengingat usaha ini adalah usaha keluarga yaitu turun temurun dari orang tua sehingga memiliki berbagai keterbatasan yakni: keterampilan menganyam, sistem manajemen administrasi dan keuangan, serta terbatasnya wirausaha baik kemitraan maupun orientasi pasar masih bersifat lokal.
Volume 31, Nomor 2 April – Juni 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Manajemen Keuangan dan Kewirausahaan a. Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan yaitu proses pengaturan aktifitas/kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, mencakup: planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan (tugas manajer keuangan). Seluruh aktivitas kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan
upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya penggunaan dan pengalokasian dana tersebut secara efesien. Fungsi manajemen keuangan dibagi dalam tiga bagian, yakni: (1) menetapkan pengalokasian dana (investment decision), (2) memutuskan alternatif pembiayaan (financial decision/FD), dan (3). kebijakan dalam pembagian dividen (dividend decision). ID adalah keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam pengalokasian dana dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang. Fungsi investment decision misalnya, adalah keputusan ini akan tergambar dari aktiva perusahaan, dan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan antara current assets dengan fixed assets. Kemudian, FD adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan yang akan mempengaruhi financial structure maupun capital structure, sedangkan dividend decision merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Kebijakan ini juga akan mempengaruhi financial structure maupun capital structure . Hasil pelatihan menunjukkan bahwa kelompok sasaran telah mampu membuat pembukuan hasil usaha yang mereka tekuni. Disamping pembukuan untuk kebutuhan rumahtangga. Seperti pengamatan dilapangan dan hasil wawancara dengan beberapa orang anggota kelompok menunjukkan bahwa
Kerajinan Anyaman Pandan Kota Sungai Penuh
26
METODE PELAKSANAAN Kegiatan ini menggunakan tiga metode pelaksanaan, yakni: kegiatan pelatihan tentang kecakapan hidup, kewirausahaan, dan pelatihan keterampilan profesi. Kegiatan pendampingan alih teknologi pengembangan usaha anyaman pandan, melalui pelatihan penganyaman, dan melakukan praktek tentang pembukuan, dan pelatihan tentang kewirausahaan. Kegiatan ketiga adalah membuat pilot projek tentang pengembangan usaha anayaman pandan yang berorientasi pasar internasional atau ekspor.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
mereka telah bisa membuat rincian pengeluaran dan pendapatan usaha secara
Volume 31, Nomor 2 April – Juni 2016
sederhana dan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan kepada kelompok.
K E G IATA N P EN YU L U H A N D A N E VA L U A S I P EM B U K U A N P EN G R A JIN PA D A K E L O M PO K U K M , PA D A TA N G G A L 08 S E PT EM B ER 2 014
Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi. Disamping itu, kewirausahaan memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan (peluang) bisnis serta kemampuan mengoptimalisasikan sumberdaya dan mengambil tindakan serta memiliki motivasi tinggi dalam mengambil resiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya. Kemudian, kewirausahaan adalah proses kemanusiaan (human process) yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang, mengelola sumberdaya, sehingga peluang itu terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan keuntungan atau nilai untuk jangka waktu tertentu. Kewirausahaan menitikberatkan kepada aspek kreativitas dan inovasi, karena dengan sifat kreativitas dan inovatif seseorang dapat menemukan peluang suatu usaha. Seorang wirausaha harus memiliki empat kompetensi, di antaranya: (1) fokus pada pasar, bukan pada teknologi, (2) buat ramalan pendanaan untuk menghindari terbiayainya perusahaan, (3) bangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan (not a”one person” show), dan (4) beri peran tertentu kepada setiap anggota tim.
Mengingat kewirausahaan berhubungan dengan sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya lainnya, seperti modal dan waktu maka kemajuan kewirausahaan ditentukan melalui teknik pengelolaan sumberdaya atau manajemen kewirausahaan. Secara teoritis manajemen kewirausahaan menyangkut lingkungan internal perusahaan (keputusan-keputusan taktis). Berkenaan dengan itu, dibutuhkan strategi dan kiat-kiat dalam mengelola suatau usaha. Strategi kewirausahaan menyangkut kesesuaian kemampuan internal dan aktivitas perusahaan dengan lingkungan eksternal, di mana perusahaan harus bersaing dengan menggunakan keputusan-keputusan strategis. Penerapan salah satu strategi usahanya, wirausaha biasanya menggunakan dalam satu strategi dari empat strategi, sebagai berikut: (1) berada pertama di pasar dengan produk dan jasa baru, (2) posisi produk dan jasa baru tersebut pada relung pasar (niche market) yang tidak terlayani, (3) fokus barang dan jasa “padsa relung” yang kecil tetapi bisa bertahan, dan (4) mengubah karakteristik produk, pasar atau industri. Mengingat kewirausahaan suatu produks berkaitan erat dengan pasar, sehingga untuk menjalankan suatu unit usaha perlu teknik dan strategi pemasaran. Manajemen Kewirausahaan memiliki tiga teknik dan strategi pemasaran, yakni: (1) Perencanaan pemasaran : (a) Penentuan kebutuhan dan keinginan pelanggan, (b)
Kerajinan Anyaman Pandan Kota Sungai Penuh
27
b. Manajemen Kewirausahaan
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Memilih pasar sasaran khusus (pasar individual, segment pasar, pasar khusus), (c) Menempatkan strategi pemasaran dalam persaingan (market driven; Orietasi konsumen, kualitas, kenyamanan dan kesenangan, inovasi, kecepatan, pelayanan dan kepuasan), dan (d) Pemilihan strategi pemasaran (marketing mix) . (2) Bauran pemasaran, yaitu berupa: Probe (penelitian dan pengembangan pasar), Product (produk), Place (tempat), Price(harga), dan Promotion (Promosi). (3) Kiat pemasaran usaha baru: Mencari peluang pasar, Tempat yang tepat/lokasi strategis, Banyaknya produk yang dibutuhkan , dan Menentukan target penjualan. Hasil pendampingan pada kelompok sasaran diperoleh hasil bahwa
Volume 31, Nomor 2 April – Juni 2016
UKM binaan baik UKM 1 maupun UKM 2 telah memiliki keberagaman hasil anyaman. Dengan arti kata, UKM binaan telah memiliki kreativitas dan inovasi dalam mengusahakan anyaman pandan. Sebelumnya, hasil anyaman pandan dari kedua UKM binaan hanya terfokus pada produks tempat duduk dan atau “lapaek”. Setelah dilakukan pendampingan selama lebih kurang tiga bulan, mereka telah mampu berkreasi dan berinovasi dalam menghasilkan beragam produks yang mampu bersaing dan berkualitas baik, seperti: tempat tisssu, penutup makanan, tempat handpone, dan produks lainnya sesuai kebutuhan pasar (Gambar).
A nek a Pro du ks H asil B i naa n I bP E L PPM U n ja Tahu n 1 -2 014
2. Pengembangan Teknik Penganyaman daun pandan Teknik penganyaman yang dilakukan oleh pengrajin di daerah sasaran masih sederhana dan menggunakan alat atau kelengkapan tepat guna dan ramah lingkungan. Namun memiliki hasil yang cukup memuaskan. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan penganyaman adalah sebagai berikut: (1) pengambilan bahan baku anyaman (daun pandan) di kebun dan atau di lahan pekarangan, (2) Bahan baku yang telah siap diolah, maka bahan (daun pandan) basah dijemur pada tempat yang telah disediakan oleh tim pendamping kegiatan, (3) proses pewarnaan. Proses pewarnaan dilakukan dengan cara manual yaitu dimasak dengan menggunakan wadah yang dibantu oleh tim pelaksana,
(4) Bahan baku yang telah diberi pewarna melalui pemasakan, selanjutnya dilakukan penjemuran kembali supaya pewarna tetap mengkilap dan tahan lama. Proses penganyaman seperti ini supaya produks anyaman memiliki pola warna tersendiri (Wiyoso Yudoseputro: Agus Cahyana dan Komang Wahyu Sukayasa, 2008). (5) proses penganyaman dapat dilakukan apabila bahan anyaman telah kering betul supaya kualitas hasil dapat terjamin. Proses penganyaman ini dilakukan sesuai produks yang diinginkan, dan (6) Proses berikutnya yaitu pengepakan produks yang telah jadi melalui proses penganyaman, dan atau disimpan terlebih dahulu pada tempat yang telah disediakan (Gambar Proses Pembuatan Anyaman Pandan).
Kerajinan Anyaman Pandan Kota Sungai Penuh
28
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 2 April – Juni 2016
Kegiatan Prog ram Ib P E Anyam an Pan d an Ko ta Su n gai Pen uh “ Tah ap an Pem b u atan Anyam an Pan dan ”
P enyiapan Bah an B ak u
P roses Pen gerin gan Bahan Baku
P ros es Pe warnaan
Pros es P enjem u ran
P ros es Pen ganyam an
P ro du k s Siap Ek s po r
Produk yang dihasilkan oleh UKM binaan di wilayah binaan secara umum memiliki kesamaan dalam hal teknik pembuatan, yaitu teknik dasar anyam. Hal ini juga pernah dilakukan oleh pengrajin anayaman Tasik Malaya. Seperti hasil temuan Agus Cahyana dan Komang Wahyu Sukayasa (2008), bahwa banyaknya keragaman produk yang ada di pasaran maka ditentukan 3 kategori umum berdasarkan fungsi pakai yaitu fungsi wadah atau kontainer, fungsi sandang dan fungsi asesoris rumah tangga. Selanjutnya, masing-masing kategori umum dibedakan berdasarkan fungsi pakai yang lebih khusus, misalnya fungsi sandang dibedakan menjadi fungsi topi, tas dan sandal. Kemudian, fungsi wadah dapat dibagi lagi menjadi 2 kategori berdasarkan jenis interior dimana produk tersebut ditempatkan, yaitu wadah untuk keperluan rumah tangga dan wadah untuk keperluan kantor atau yang biasa disebut stationary. 3. Analisis Kelayakan Usaha Kerajinan Anyaman Pandan Analisis Kelayakan Usaha Kerajinan Anyaman Pandan dapat digunakan melalui tiga macam pendekatan, yakni: (1) pendekatan nominal (nominal approach), (2) pendekatan nilai yang akan datang (future value approach), dan (3) pendekatan nilai sekarang (present value approach) (Rangkuti, Freddy, 2012, dan
Kerajinan Anyaman Pandan Kota Sungai Penuh
Kasmir, Jakpar, 2013). Analisis Kelayakan Usaha Kerajinan Anyaman Pandan di wilayah binaan yaitu menggunakan pendekatan pertama yaitu pendekatan nominal (nominal approach). Secara rinci analisis Kelayakan Usaha Kerajinan Anyaman Pandan di wilayah binaan dapat dilihat pada Gambar Kelayan Usaha. Hasil analisis diperoleh nilai R/C Ratio <1. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan Kelayakan Usaha Kerajinan Anyaman Pandan di wilayah binaan masih belum menguntungkan atau belum layak diusahakan. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat Usaha Kerajinan Anyaman Pandan pada tahun pertama masih banyak mempersiapkan modal usaha dan investasi karena tanpa modal usaha dan investasi, Usaha Kerajinan Anyaman Pandan tidak bisa dijalankan dengan baik. Seperti terlihat pada Gambar, biaya yang paling besar dikeluarkan yaitu investasi, seperti investasi gedung, dan perlengkapan usaha, ditambah lagi biaya modal yang peruntukkan kelancaran kegiatan usaha anyaman pandan. Namun, setelah dilakukan prediksi usaha dan biaya, pada tahun kedua bahwa Usaha Kerajinan Anyaman Pandan dapat menguntungkan dengan prediksi Nilai R/T Ratio>1.
29
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 2 April – Juni 2016
R/C Ra tio Anya m an Pa nd an K ota Sunga i Penuh Ta hu n 1 No
Kom ponen B iaya da n Penerim aan
Volum e
H a rga
Jum lah (R p)
1
Tenaga Kerja
15
4 0.000
15 ,0 00,00 0.00
2
M odal Usaha
1
8 0.00 0.000
80 ,0 00,00 0.00
3
Investasi
1
17 0.00 0.000
170 ,0 00,00 0.00
Tota l Biaya
265 ,0 00,00 0.00
3 0.000 R/C R atio
225 ,0 00,00 0.00 0.85
4 Penerim aan
Keberhasilan pelaksanaan program penerapan Iptek bagi Produks Ekspor (IbPE) dilakukan evaluasi dan monitoring. Pelaksanaan evaluasi dan monitoring dilakukan setelah pelaksanaan pelatihan bagi peserta latih, dengan kriteria, indikator dan tolok ukur sebagai berikut: Kecakapan Hidup: (1) Indikator kecakapan personal: pesera-latih mampu meningkatkan variasi dan kualitas produks produks, (2) Indikator kecakapan sosial: peserta-latih memiliki kemampuan bekerjasama dengan unit usaha lain, memiliki kemampuan berkomunikasi dan negosiasi dengan instansi terkait dan calon konsumen misalnya berbagai unit penjualan/swalayan dan konsumen lainnya, dan pasar ekspor, (3) Indaktor kecakapan akademik: peserta-latih memiliki kemampuan memecahkan masalah, misalnya jika terjadi ketidakmampuan teknis penganyaman, dan teknik pembukuan serta teknis kewirusahaan, dan dapat juga diukur dari kecepatan menyelesaikan produk yang dilatih.
300
perdana yang dihasilkan mempunyai mutu baik, yang ditunjukkan oleh produk hasil usaha anyaman pandan yang berkualitas dan mampu bersaing secara global, (3) Kemandirian Usaha: indikatornya adalah keberanian (memiliki tekad dan semangat tinggi) untuk membuka UKM baru yang dimulai dengan dana bantuan modal kerja yang diberikan melalui penyelenggaran program ini. Setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan ini, para peserta pelatihan atau kelompok sasaran diharapkan dapat menghasilkan output dan outcome dari program ini.
Kecakapan Kewirausahaan: (1) Prediksi Usaha: indikatornya adalah satu Kelompok Usaha Bersama (UKM) pada awal berdirinya memiliki komitmen dengan satu kelompok usaha lainnya atau instansi lain yang bersedia menjadi pelanggan, (2) Pengembangan Usaha: indikatornya adalah produk
4. Keberlanjutan Kegiatan di Kelompok sasaran Sesuai dengan kesepakan atas kerjasama kegiatan Program penerapan Iptek bagi Produks Ekspor (IbPE) dengan Mitra Kerja yaitu Pemerintah Kota Sungai Penuh sehingga keberlanjutan program ditindaklanjuti oleh Mitra kerja terpilih. Disamping itu dijalin pula mitra kerja yang bersedia membantu penjualan produk hasil penerapan IbPE melalui pengembangan usaha pemasaran secara global (pasar ekspor). Selama pelaksanaan kegiatan program penerapan ipteks ini berjalan, tampaknya animo masyarakat sekitar Desa sasaran cukup tinggi untuk mengikuti program yang sama. Oleh karena itu, perlu ada program kegiatan program penerapan ipteks lanjutan pada periode berikutnya
Kerajinan Anyaman Pandan Kota Sungai Penuh
30
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
terutama kegiatan pengembangan unit Agroindustri dan wirausaha lainnya yang berkiatan dengan bahan baku pandan . 5. Alasan Kelanjutan Kegiatan dan Penyempurnaan Program Seperti disebutkan pada bagian evaluasi, setelah dilakukan diskusi dengan mitra dan anggota masyarakat sekitar bahwa kegiatan semacam ini sangat dibutuhkan karena menurut pengakuan beberapa anggota masyarakat bahwa produks anyaman pandan sudah lama diusahakan masyarakat namun terkendala dengan pasar dan keterampilan pengrajin. Kedepan program yang sama harus diperbanyak karena sangat membantu masyarakat terutama kelompok sasaran golongan ekonomi lemah baik terbatas modal maupun kelompok masyarakat yang terbatas pendidikan dan usaha. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil yang dicapai pelaksanaan kegiatan program penerapan Iptek bagi Produks Ekspor (IbPE) di daerah sasaran yaitu: (1) Terdapat peningkatan kompetensi bagi kelompok sasaran yang berupa peningkatan pengetahuan tentang kecakapan hidup, keahlian, pengelolaan keuangan, manajemen kewirausahaan, dan peningkatan pengetahuan tentang teknik penganyaman dengan berbagai macam produks. Melalui penyuluhan dan pelatihan sehingga para pengrajin pada kelompok sasaran telah mampu menata administrasi dan pembukuan serta pola usaha yang lebih menguntungkan dan mandiri. (2) Terdapat peningkatan kemampuan kelompok sasaran dalam pengembangan usaha anyaman secara modern dengan penggunaan tehnologi ramah lingkungan yang berbasis kepada sumberdaya local, (3) Kelompok sasaran telah mampu mengembangkan usaha melalui
Kerajinan Anyaman Pandan Kota Sungai Penuh
Volume 31, Nomor 2 April – Juni 2016
pendekatan kewirausahaan modern. Hasil anyaman pandan sudah dapat membentuk produk-produk baru dengan peralatan yang lebih baik dan lengkap. (4) Kelompok sasaran telah mampu melakukan pengembangan usaha melalui berbagai stakeholder dan mitra lainnya dalam pemasaran hasil. Hasil anyaman pandan kelompok telah dapat terjual lebih banyak dengan kualitas tinggi sebagai ciri khas anyaman pandan Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci. Saran Kelompok anyaman pandan ini di harapkan dapat menyebar luaskan tentang teknik pembuatan anyaman pandan ini pada masyarakat umumnya atau kelompok anyaman pandan khususnya, sehingga program ini dapat berjalan secara berkelanjutann. DAFTAR PUSTAKA Agus Cahyana Dan Komang Wahyu Sukayasa, 2008. Studi Pengembangan Desain Kerajinan Anyaman Pandan Sentra Industri Kecil Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Laporan Penelitian (Tidak Dipublikasikan). Bandung. Program Studi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa Dan Desain Universitas Kristen Maranatha. Anonim, 2013. Kota Sungai Penuh Dalam Angka. Sungai Penuh: Badan Pusat Statistik Kota Sungai Penuh, Sungai penuh. Kasmir, dan Jakpar. 2013. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media Group. Rangkuti, Preddy. 2012. Studi Kelayakan Bisnis dan Investasi: Studi Kasus. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Tasman, Aulia. 2006. Ekonomi Produksi: Teori dan Aplikasi, Edisi I. Jakarta: Chandra Pratama.
31