SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANJUT USIA (LANSIA) YANG MENGALAMI ARTHRITIS RHEUMATOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CENDRAWASIH MAKASSAR
TAUFIK NUGROHO 2110148
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR 2014
Skripsi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia (Lansia) Yang Mengalami Arthritis Rheumatoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar
Skripsi Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar serjana keperawatan
TAUFIK NUGROHO 2110148
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR 2014
ii
III
iv
ABSTRAK TAUFIK NUGROHO. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia (Lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar (dibimbing oleh Akbar Harisa dan Sri Ranti) Gangguan jiwa adalah suatu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi, pikiran dan kemauan serta perilaku yang verbal sehingga dapat mengakibatkan terganggunya fungsi humanistic individu. Salah satunya gangguan jiwa dimasyarakat adalah kecemasan yang dialami oleh pasien Arthritis Rheumatoid pada lanjut usia (Lansia), karena Arthritis Rheumatoid merupakan salah satu penyakit yang cukup serius dan cukup menjadi beban bagi penderita karena mengganggu aktifitas dan produktifitas. Sehingga diperlukan dukungan keluarga yang bertujuan untuk membagi beban, juga memberi dukungan informasi, materi dan emosional, dalam mengurangi atau menghilangkan kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia (lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan pendekatan Crossectional. Populasi pada penelitian ini adalah Lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar, yaitu sebanyak 36 orang. Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan teknik Purposive Sampling, berjumlah 33 responden. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai hitung p = 0,008 pada variabel dukungan keluarga. Dari variabel tersebut menyatakan nilai p lebih kecil dari nilai α =0,05. Dan dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia (Lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar. Diharapkan bagi keluarga dapat menambah pengetahuan khususnya bagi keluarga yang memiliki lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid, dan untuk membantu merawat lansia yang mengalami kecemasan. Kata kunci : Arthritis Rheumatoid, Tingkat Kecemasan Kepustakaan : 28 buah (2004-2013)
v
ABSTRACT TAUFIK NUGROHO. The relation of family support with the level of anxiety on eldery who Arthritis Rheumatoid in local goverment Puskesmas Cendrawasih Makassar.(supervised by Akbar Harisa and Sri Ranti) Mental disorder is a condition disruption of mental functions, emotion, mind and volition and verbal action is disturbed and cause the individual humanistic function disturbed. One of mental disorder in the society is anxiety experinced by Arthritis Rheumatoid patiens on elderly, one Arthritis Rheumatoid is a quite serious disease and become a burden for suffere is since to disturb activity and productivity. There fore family support is needed that aims shares the burden alsoshares information, material and emotions to reduce or eliminate the anxiety. This study aims to determine relations of family support with the level of anxiety on elderly who suffered arthritis Rheumatoid in local goverment Puskesmas Cendrawasih Makassar. Type of research is an descriptive analytic with crosssectional approach. The population in this study is elderly who suffered Arthritis Rheumatoid in Puskesmas Cendrawasih Makassar as many as 36 people. The sampling method that used in this study is purposive sampling with a sample as many as 33 respondent. Instrument of the research is the method of questionnaire. Based on chi square test the result showed that the value count p=0,008 on variable family support from that variable revealed that value p is smaller than value a=0,05 and can be concluded that Ho is rejected and Ha accepted which means there is arelations of family support with the level of anxiety on elderly who suffered Arthritis Rheumatoid in local goverment Puskesmas Cendrawasih Makassar. Family is expected can increarge knowledge especially of families who have elderly who suffered Arthritis Rheumatoid to help taking care elderly who experinced anxiety. Keywords : Rheumatoid arthritis , anxiety levels Literatur : 28 items (2004-2013)
vi
KATA PENGANTAR
Assalam Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Lanjut Usia (Lansia) yang Mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar”. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan pada program studi ilmu keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar. Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menyadari bahwa itu tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagi pihak, baik secara moril maupun materil. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Ayahanda Bambang Sutrisno dan Bapak Harsono, Ibunda Darti dan ibu Rini, yang tanpa kenal lelah menberikan motivasi dan dorongan kepada penulis, serta pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras, SE, selaku ketua yayasan Gema Insan Akademik Makassar. 2. Ibu Hj. Hasniaty, A.G., S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.
vii
3. Bapak Akbar Harisa, S.Kep., Ns., PMNC, MN., selaku pembimbing I dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih pikiran dalam mengarahkan penulis sehingga penulis selesai menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Sri Ranti S.Kep, Ns., selaku pembimbing II dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih pikiran dalam mengarahkan penulis sehingga penulis selesai menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Rasdin, S.Kep., Ns.,M.Kep dan ibu Hj. Nurhaeni Rachim, S.Kp., M.Kep., selaku penguji I dan penguji II dalam penelitian ini yang telah memberikan saran dan masukan dalam mengarahkan penulis sehingga selesainya skripsi ini. 6. Teruntuk Veny Yusyie, Deni, dan Adikku Slamet Widodo yang telah memberikan
dukungan
moril
kepada
penulis
sehingga
terselesainya skripsi ini. 7. Seluruh Kawan-kawan mahasiswa STIK GIA terutama angkatan “2010” sahabat seperjuangan (Andri Sinatra, Alpini, Awaluddin, Sunardi, Muh.Nasaruddin, Syamsinar Syam, Wina Octaviana, Teguh, Andi Setiawan dll ) yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. 8. Seluruh Pengelolah dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar. 9. Seluruh staf Perawat serta Pimpinan di Puskesmas Cendrawasih Makassar.
viii
Namun demikian penulis menyadari sebagai manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis memohon kepada sang maha pengasih (Ar Rahman) semoga apa yang kita peroleh dapat bernilai ibadah di sisi-Nya, Amin. Makassar, September 2014 Penulis
Taufik Nugroho
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................
i
HALAMAN PETUNJUK ................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................
v
ABSTRACT ...................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..........................................................
4
D. Manfaat Penelitian .......................................................
5
E. Hipotesis Penelitian.......................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................
7
A. Tinjauan Umum tentang Arthritis Rheumatoid ............
7
B. Tinjauan Umum tentang Lansia ...................................
12
C. Tinjaun Umum tentang Kecemasan ..............................
16
D. Tinjauan Umum tentang Dukungan keluarga ................
24
x
E. Tinjauan Khusus tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia (Lansia) yang Mengalami Arthritis Rheumatoid ...................................
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...........................................
40
A. Kerangka Konseptual ..................................................
40
B. Definisi Operasional .....................................................
41
C. Rancangan/Desain Penelitian ......................................
42
D. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................
42
E. Populasi dan Sampel ...................................................
42
F. Alat dan Bahan Penelitian ............................................
44
G. Pengambilan Data Penelitian .......................................
45
H. Analisa Data Penelitian .................................................
47
I. Etika Penelitian ............................................................
58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................
50
A. Hasil Penelitian ............................................................
50
B. Pembahasan ................................................................
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
56
A. Kesimpulan ...................................................................
56
B. Saran ............................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
58
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
4.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Dukungan Keluarga .............
50
4.2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Kecemasan .............
51
4.3. Hubungan dukungan keluarga dengan Tingkat Kecemasan Lanjut Usia (Lansia)...................................................................
xii
52
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Teori ........................................................................
39
2. Kerangka Konseptual ..............................................................
40
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Lembar permohonan menjadi responden ..............................
60
2. Lembar persetujuan menjadi responden ...............................
61
3. Lembar kuisioner ...................................................................
62
4. Master tabel ...........................................................................
69
5. Uji Statistik .............................................................................
70
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tapi di mulai dari permulaan kehidupan.menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah memulai tiga tahap kehidupanya, yaitu anak,dewasa,dan tua. Tiga ini berbeda, bak secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua mengalami kemunduranya, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur,rambut memutih,gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidah proposional.19 Proses menua merupakan proses yang terus menerus berkelanjutan secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama.11 Secara individual, pada usia diatas 50 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini dapat menimbulkan masalah fisik,mental,social, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dan pertanian ke industri, maka pola penyakit juga bergeser
dari
penyakit
menular
III 1
ke
penyakit
tidak
menular
2
(degeneratif). Meskipun secara ilmiah penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karena usia lanjut harus sehat. Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 600an juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.11 Secara demografis, berdasarkan sensus pada tahun 2010, jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas yang tinggal diperkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di pedesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Seiring dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk lanjut usia di dunia, jumlah lanjut usia yang mengalami masalah juga meningkat. Masalah yang paling sering dialami oleh lanjut usia adalah masalah penyakit Artritis rhematoid. Dan penyakit Artritis Rhematoid merupakan salah satu jenis dari sekian banyak jenis penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia.10 Dari data yang diperoleh pada tahun 2008 menunjukkan bahwa penderita rematik di Indonesia mencapai 2 juta jiwa, menurut data Riskesdes 2007 prevalensi nasional penyakit sendi adalah 30,3% dan berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY pada tahun 2012, prevalensi rematik mencapai 23,6% hingga 31,1%. Di poliklinik umum RSAD R.W Monginsidi Manado dari bulan juni hingga bulan agustus 2013 ditemukan ada sebanyak 198 orang lansia yang datang memeriksakan diri dipoliklinik umum, yang terdiri dari 95 laki-laki dan 103 perempuan, yang terdiagnosa menderita penyakit rematik sebanyak 98 orang lanjut usia.5
3
Puskesmas
Cendrawasih
Makassar
adalah
salah
satu
puskesmas yang berada dikota Makassar yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat. Berdasarkan data yang ada di beberapa kelurahan yang menjadi wilayah kerja puskesmas Cendrawasih, ditemukan beberapa kasus artritis reumatoid pada lansia tersebut. Untuk tahun 2012 dikelurahan sambung jawa 10 orang, tamparang keke 9 orang, pa’batang 4 orang, parang 37 orang, baji mapakasunggu - orang, bonto lebang 9 orang, karang anyar – orang. Dan untuk tahun 2013 dikelurahan sambung jawa - orang, tamparang keke 24 orang, pa’batang - orang, parang - orang, baji mapakasunggu - orang, bonto lebang
24 orang, karang anyar 12
orang. Hasil penelitian gambaran perilaku lansia terhadap kecemasan di Panti Sosial Tresna Werdha Theodora Makassar terlihat bahwa dari 11 responden yang diteliti ada 27,3% mengalami cemas dan depresi, dan hanya 9,1% cemas namun tidak depresi. Adapun 18,2% mengalami cemas disertai dengan masalah kesehatan dan 18,2% yang cemas namun tidak mengalami masalah kesehatan. Kemudian 18,2% mengalami cemas namun ada dukungan keluarga dan 18,2% cemas tapi tidak ada dukungan keluarga dan .9,1% mengalami cemas tapi tidak terganggu dengan kondisi lingkungan panti dan 27,3% cemas sehingga terganggu dengan kondisi lingkungan panti.13
4
Berdasarkan mengetahui
masalah
“Hubungan
tersebut
Dukungan
peneliti
Keluarga
tertarik dengan
untuk Tingkat
Kecemasan Lansia yang Mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan Uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan Dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya dukungan keluarga pada lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar b. Diketahuinya tingkat kecemasan pada lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar
5
c. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Perawat Sebagai
masukan
dan
informasi
untuk
menambah
pengetahuan keperawatan jiwa, terutama mengenal terjadinya kecemasan pada lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid. 2. Bagi Instansi Kesehatan Sebagai masukan dan informasi bagi perawat Puskesmas untuk menyusun langkah-langkah, perencanaan dan program sistem kesehatan khususnya pada lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid. 3. Bagi Masyarakat/Keluarga Dapat menambah pengetahuan khususnya bagi keluarga yang memiliki lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid, dan untuk membantu merawat lansia yang mengalami kecemasan. 4. Bagi peneliti Sebagai bahan masukan tersendiri bagi peneliti untuk menambah ilmu-ilmu teoritis dan ilmiah terutama mengenai tingkat kecemasan pada lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid.
6
E. Hipotesis penelitian 1. Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada lansia yang mengalami Arthritis Reumatoid. 2. Hipotesis alternatif (Ha) Ada
hubungan
dukungan
keluarga
dengan
tingkat
kecemasan pada lansia yang mengalami Arthritis Reumatoid.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Arthritis Rheumatoid 1. Definisi Artritis Reumatoid Rheumatoid
Arthritis
(RA)
adalah
penyakit
inflamasi
sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan proliferasi pada membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. Mekanisme imunologi tampak berperan penting dalam memulai dan timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, arthritis rheumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas.14 2. Insiden Arthritis rheumatoid terjadi kira-kira 2,5 kali lebih sering menyerang wanita dari pada pria (Price, 1995). Menurut Noer (1996) perbandingan antara wanita dan pria sebesar 3;1, dan pada wanita usia subur perbandingan mencapai 5;1. Jadi perbandingan antara wanita dan pria kira-kira 1;2, 5-3. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita. Kecenderungan insiden yang terjadi pada wanita dan wanita subur diperkirakan, karena adanya gangguan dalam keseimbangan hormonal (esterogen) tubuh, namun hingga kini belum dapat
7
8
dipastikan apakah faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini. Penyakit ini biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun, puncaknya adalah antara usia 40 hingga 60 tahun. Penyakit ini menyerang orang-orang diseluruh dunia, dari berbagai suku bangsa. Sekitar satu persen orang dewasa menderita arthritis rheumatoid yang jelas, dan dilaporkan bahwa di Amerika Serikat setiap tahun timbul kira-kira 750 kasus baru per satu juta penduduk.14 3. Penyebab Penyebab arthritis rheumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan
dengan
faktor
genetik.
Namun
berbagai
faktor
(termasuk kecenderungan genetik) bisa memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi (Price, 1995), keturunan (Price, 1995; Noer , 1996), dan lingkungan (Noer , 1996). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit arthritis rheumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan, dam infeksi.14 Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan pada lanjut usia, terutama yang gemuk. Hampir 8% orang yang berusia 50 tahun keatas mempunyai keluhan pada sendinya,
9
misalnya linu, pegal dan kadang-kadang terasa seperti nyeri. Bagian yang terkena biasanya ialah persendian pada jari-jari, tulang
punggung,
sendi
penahan
berat
tubuh
(lutut
dan
panggul).18 Arthritis
rheumatoid
juvenil-dikarakteristikkan
dengan
peradangan sendi yang mengakibatkan penurunan mobilitas, nyeri, dan pembengkakan-di klasifikasikan sebagai poliartikular, pausiartikular, atau sistemik.26 Arhtritis poliartikular, yang mengenai banyak persendian (terutama sendi kecil pada tangan), serta artritis pausiartikular, yang terutama mengenai hanya sebagian kecil sendi (seperti lutut, pergelangan kaki dan siku), terjadi lebih sering pada anak perempuan. Artritis sistemik, yang khas ditandai dengan demam tinggi, ruam reumatoid, dan poliartritis, dialami sama banyaknya antara anak perempuan dan laki-laki.26 Beberapa teori berpendapat bahwa mekanisme pemicu dalam tubuh (mungkin dikarenakan virus) akan menyebabkan overaktifitas dalam sistem kekebalan sehingga berakibat pada sekresi cairan synovial yang berlebihan, pembengkakan dalam sendi dan inflamasi/peradangan pada lapisam synovial. Saat terjadi
pertumbuhan
yang
berlebih
pada
lapisan
synovial
mengakibatkan kapsul sendi akan kemasukkan cairan tersebut sehingga tulang dan tulang rawan akan erosi. Persendian akan terasa sakit saat tulang saling bergesekan dengan tulang lain
10
(crepitus). Akhirnya, jaringan ikat fibrosa akan menggantikan tulangrawan dan kapsul sendi sehingga menyebabkan subluksasi (dislokasi sendi parsial), ankylosis (sendi yang menyatu) dan pengerasan sendi yang sakit.21 4. Patofisiologi Pada arthritis rheumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzimenzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.14 5. Manifestasi klinis Tanda dan gejala utama rheumatoid arthritis adalah rasa sakit dan pembengkakan dipersendian, hangat, dan menurunnya ROM. Manifestasi sistemik sebelum gejala tampak adalah mencakup rasa sakit di otot, anorexia, da rasa lelah. Kekakuan pada banyak persendian dipagi hari biasanya akan berlangsung lebih dari 30 menit dan sering mencakup persendian simetris. Nodul kaku dan tidak lemas akan tumbuh diatas tonjolan pada tulang. Deformitas khusus mencakup deformitas leher-angsa pada
11
tangan (hyperekstensi sendi interphalangeal proximal), deformitas boutonniere (fleksi pada sendi interphalangeal proximal) dan ulnar drift (tulang ulna mengapung). Sendi-sendi yang kecil dari tangan, pergelangan tangan dan kaki sering terkena penyakit ini. Gejala sistemik seperti malaise/rasa tidak enak badan, anorexia, berkurangnya berat badan dikarenakan rasa sakit yang kronis dan demam tingkat-rendah akan terus berlanjut saat penyakit semakin bertambah parah.21 Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien arthritis rheumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karenanya penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat. b. Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendisendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diarttrodial dapat terserang. c. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
12
d. Arthritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada gambaran
radiologik.
Peradangan
sendi
yang
kronik
mengakibatkan erosi ditepi tulang dan dapat dilihat pada radiogram.21
B. Tinjauan Umum tentang Lanjut Usia (Lansia) 1. Definisi Lanjut Usia (Lansia) Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini dan memasuki selanjutnya yaitu usia lanjut kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya.tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya.4 Menurut (Keliat, 1999) Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.3 2. Proses Menua Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, seperti kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit
mengendur,
rambut
memutih,
gigi
ompong,
13
pendengaran
kurang
jelas,penglihatan
semakin
memburuk,
gerakan lambat, dan gerakan tubuh yang tidak proporsional.18 Menurut Constantides (1994) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahanlahan
kemampuan
jaringan
untuk
memperbaiki
diri
atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara ilmiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.18 3. Batasan Usia Lanjut Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batasan lanjut usia meliputi : a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia sampai 59 tahun. b. Lanjut usia (elderly) usia antara 60 sampai 70 tahun. c. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 sampai 90 tahun. d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun.2
45
14
4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia a. Perubahan atau kemunduran biologi 1) Kulit menjadi tipis, kering, keriput, dan tidak elastis lagi fungsi kulit sebagai penyakit suhu tubuh lingkungan dan mencegah kuman-kuman penyakit masuk. 2) Rambut mulai rontok, berwarna putih, kering, dan tidak mengkilat. 3) Gigi mulai habis. 4) Penglihatan dan pendengaran berkurang. 5) Mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah. 6) Keterampilan tubuh menghilang disana-sini terdapat timbunan lemak terutama pada bagian pinggul dan perut. 7) Jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi sementara jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan
menyusut,
fungsinya
menurun
dan
kekuatannya berkurang. 8) Pembuluh darah penting khususnya
yang terletak
dijantung dan otak mengalami kekakuan lapisan intim menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes melitus,
kadar
kolestrol
tinggi
dan
lain-lain
yang
memudahkan timbulnya pengumpukan darah trombosis. 9) Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium) menurun akibatnya tulang menjadi keropos dan mudah patah.18
15
b. Perubahan atau kemunduran kognitif 1) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik. 2) Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang terjadi pada masa tuanya yang pertama dilupakan adalah nama-nama. 3) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau tempat juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingatan yang sudah mundur dan juga karena pandangan yang sudah menyempit. 4) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang dicapai dalam test-test intelegensi menjadi lebih rendah sehingga lansia tidak mudah untuk menerima halhal yang baru.18 c. Perubahan-perubahan psikososial 1) Pensiun
nilai
seseorang
sering
diukur
oleh
produktifitasnya selain itu identitas pensiun dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. 2) Merasakan atau sadar akan kematian. 3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergeraka yang lebih sempit. 4) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan. 5) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
16
6) Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.18
C. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan 1. Definisi kecemasan Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Kecemasan
di
alami
secara
subjektif
dan
di
komunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah respon individu terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas di perlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang bersifat tidak sejalan dengan kehidupan.3 2. Etiologi a. Faktor Predisposisi (Pendukung) Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut. 1) Peristiwa traumatic. 2) Konflik emosional. 3) Gangguan konsep diri. 4) Frustasi. 5) Gangguan fisik. 6) Pola mekanisme koping keluarga. 7) Riwayat gangguan kecemasan. 8) Medikasi.
17
b. Faktor presipitasi 1) Ancaman terhadap integritas fisik. 2) Ancaman terhadap harga diri.23 3. Tingkatan dan Karakteristik kecemasan Kecemasan dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan yaitu : a. Kecemasan ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada
dan
meningkatkan
lapangan
persepsinya.
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.24 Karekteristik kecemasan ringan adalah : agak tidak nyaman, gelisah, isomnia ringan, perubahan nafsu makan, peka, pengulangan pertanyaan, prilaku mencari perhatian, peningkatan
kewaspadaan,
peningkatan
persepsi
dan
pemecahan masalah, mudah marah, fokus pada masalah yang akan datang, gerakan tidak tenang.23 b. Kecemasan sedang Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapangan persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika di arahkan untuk melakukannya.23
18
Karekteristik kecemasan sedang : perhatian terpilih pada lingkungan, konsentrasi
hanya pada tugas-tugas individu,
ketidaknyamanan subyektif sedang, peningkatan jumlah waktu yang di gunakan pada situasi masalah, suara bergetar, perubahan dalam nada suara, takipnea, takikardi, gemetaran, peningkatan ketegangan otot, mengigit kuku, memukul-mukul jari, mengetukkan jari kaki, mengoyangkan kaki.23 c. Kecemasan berat Sangat mengurangi lapangan persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua prilaku di tujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.24 Karekteristik kecemasan berat : perasaan terancam, ketegangan otot
yang berlebihan,
diaforesis,
perubahan
pernapasan, napas panjang, hiperventilasi, dispnea, pusing, perubahan gastrointestinal, mual, muntah, rasa terbakar pada ulu hati, sendawa, anoreksia, diare atau konstipasi, perubahan kardiovaskuler, takikardi, palpitasi, rasa tak nyaman pada prekordia,
berkurangnya
ketidakmampuan
untuk
jarak belajar,
persepsi
secara
berat,
ketidakmampuan
untuk
konsentarasi, rasa terisolasi, kesulitan dan ketidaktepatan pengungkapan, aktivitas yang tidak berguna, bermusuhan.23
19
d. Panik Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang terinci terpecah dsri proporsinya. Kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun
disorganisasi
dengan
kepribadian
dan
arahan.
Panik
menimbulkan
mencakup peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang
lain,
persepsi
yang
menyimmpang
dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika berlangsung dengan waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.24 Karekteristik panik : hiperaktivasi atau mobilitas berat, rasa terisolasi yang ekstrim, Kehilangan identitas, disentegrasi keperibadian, sangat goncang dan otot-otot tegang, tidak kemampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang lengkap, distrorsi persepsi dan penilaian yang tidak realistik terhadap lingkungan dan atau ancaman, prilaku kacau dalam usahan melarikan diri, menyerang.23 4. Tanda dan Gejala Kecemasan Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami kecemasan , antara lain sebagai berikut : a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
20
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak anak. d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada ototdan tulang, pendengaran berdenging (tinisus), berdebar-debar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan perkemian dan sakit kepala.25 5. Pengukuran Tingkat Kecemasan Sebuah alat ukur telah di ciptakan oleh hamilton yang mengukur kecemasan dengan mengunakan 14 aspek yang terdiri dari : a. Perasaan cemas; berupa firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. b. Ketegangan; dapat berupa merasa tegang, lesu, tidak bisa beristirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan gelisah. c. Ketakutan; dapat dimanifestasikan dengan takut pada keadaan gelap, takut pada orang asing, takut di tinggal sendiri, takut pada binatang besar. d. Gangguan tidur; dapat berupa sukar tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, mimpi buruk, atau sering binggung. e. Gangguan
kecerdasan;
dapat
berubah
kesulitan
untuk
berkonsentasi, daya ingat yang buruk, atau sering bingung.
21
f. Perasaan depresi; dapat berupa hilangnya minat, berkurangnya kesenangan terhadap hobi. g. Gangguan somatik/fisik (otot); dapat berupa sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. h. Gejala somatik (sensorik); dapat berupa telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas, dan perasaan tertusuk-tusuk. i.
Gejala kardivaskuler (jantung dan pembuluh darah); dapat dimanifestasikan dengan jantung berdenyut cepat, berdebardebar, nyeri dada, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, denyut jantung berhenti sekejap.
j.
Gejal respiratori; dapat berupa rasa tertekan atau sempitdi dada, rasa tercekik, sering menari napas dan sesak napas
k. Gejala gastroinstinal; dapat berupa sulit menelan, mualmuntah, berat badan menurun, konstipasi, perut melilit, nyeri lambung, rasa panas di perut, atau perut kembung. l.
Gejala unogenital; dapat berupa sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, tidak datang bulan, darah hait sedikit atau waktu haid pendek, ejekulasi dini, ereksi lemah, impotensi.
m. Gejala Autonom; dapat berupa mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, bulu-bulu berdiri. n. Tingkah laku saat wawancara; dapat berupa gelisah, tidak tenang, muka tegang, napas pendek dan cepat.12
22
6. Teori Kecemasan Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan, antara lain : a. Teori Psikoanalitik Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencermikan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntunan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. b. Teori interpersonal Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan
juga
berhubungan
dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat. c. Teori perilaku Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu
23
dorongan ysng dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk mengindari kepedihan. d. Teori Keluarga Kajian
keluarga
menunjukan
bahwa
gangguank
biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan jugs tumpang tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi. e. Teori biologi Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuro regulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan.23 7. Rentang Respon Kecemasan Rentang respon kecemasan dapat di konseptualkan dalam rentang respon. Rentang respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif. 25 Konstruktif merupakan motivasi seseorang untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan terhadap
perasaan
tidak
nyaman
dan
berfokus
pada
kelangsungan hidup. Sedangkan reaksi destruktif merpakan reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik. 25
24
Rentang respon kecemasan dapat dilihat pada gambar 2.1
Rentang respon kecemasan
Respon adaptif
Antisipasi
Ringan
respon Maladaptif
Sedang
Berat
Panik
D. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, menciptakan,
kelahiran,
dan
adopsi
mempertahankan
yang
budaya,
bertujuan
dan
untuk
meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.20 Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada
25
dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.9 Dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sebagai koping keluarga baik dukungan keluarga yang eksternal maupun internal. Dukungan dari keluarga bertujuan untuk membagi beban juga memberi dukungan informasional.9 2. Ciri-ciri keluarga a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara. c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis keturunan. d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan
dan
mempunyai
keturunan
dan
membesarkan anak. e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.22
26
3. Struktur keluarga Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah : a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara seadarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. d. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami e. Keluarga kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.8
27
4. Fungsi keluarga a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat berlatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.9 f. Fungsi biologis adalah fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. g. Fungsi psikologis adalah fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga
memberikan
kasih
sayang
dan
rasa
aman,
memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
28
h. Fungsi pendidikan adalah fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam
rangka
membentuk
memberikan
perilaku
anak,
pengetahuan,
keterampilan,
mempersiapkan
anak
untuk
kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.1 Ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarga yaitu : 1) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga. 2) Asuh
adalah
perawatan
menuju
anggota
kebutuhan
keluarga
agar
pemeliharaan kesehatan
dan selalu
terpelihara. 3) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan.22 5. Jenis dukungan keluarga Jenis dukungan keluarga terdiri dari empat jenis atau dimensi dukungan antara lain : a. Dukungan emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi yang meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap lansia. b. Dukungan penghargaan (penilaian) Keluarga
bertindak
sebagai
bimbingan
umpan
balik,
membimbing dan menengahi pemecahan dan sebagai sumber
29
dan validator identitas anggota. Terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk lansi, dorongan maju, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dari perbandingan positif pada lansia. c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit yang mencakup bantuan seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stres. d. Dukungan informatif Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia yang mencakup dengan memberi
nasehat,
petunjuk-petunjuk,
sarana-sarana
atau
umpan balik. Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah
dorongan
semangat,
pemberian
nasehat
atau
mengawasi tentang pola makan sehari-hari dan pengobatan. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat.22 6. Sumber dukungan keluarga Ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artificial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya misalnya
30
anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang
kedalam
kebutuhan
primer
seseorang
misalnya
dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sehingga sumber dukungan keluarga natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial.7 7. Manfaat dukungan keluarga Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.9 8. Fungsi kesehatan keluarga Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freeman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu ; 22 a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
31
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda. d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).22 9. Tugas keluarga Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan.
mencantumkan
lima
Asuhan tugas
keperawatan
keluarga
sebagai
keluarga, paparan
etiologi/penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data maladaptif pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah : a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga. b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
bagaimana
masalah
dirasakan
oleh
keluarga,
32
keluarga
menyerah
atau
tidak
terhadap
masalah
yang
dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah
kesehatan,
bagaimana
system
pengambilan
keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
seperti
bagaimana
keluarga
mengetahui
keadaan
sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit. d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit
yang
dilakukan
keluarga,
upaya
pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga. e. Ketidak mampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan
33
terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.1 10. Dukungan keluarga berhubungan dengan motivasi Selain dari dukungan keluarga yang bisa diberikan, maka motivasi keluarga juga bisa mendukung sesuai dengan yang dikemukakan oleh Purwanto dalam bukunya bahwa ada dua jenis motivasi yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik berasal dari dalam diri manusia, biasanya timbul dari prilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas. Motivasi ekstrinsik berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Prilaku yang dilakukan dengan motivasi ekstrinsik penuh dengan kekhawatiran, kesangsian apabila tidak tercapai kebutuhan.28 a. Unsur- unsur Motivasi menurut Purwanto 1) Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan rangsangan baik dari dalam maupun dari luar 2) Motivasi sering kali ditandai dengan prilaku yang penuh emosi 3) Motivasi
merupakan
reaksi
pilihan
dari
beberapa
alternative pencapaian tujuan 4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia.28
34
b. Factor Yang Berhubungan dengan Motivasi 1) Persepsi
individu
mengenai
diri
sendiri;
seseorang
termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi dirinya. Persepsi
seseorang
tentang
dirinya
sendiri
akan
mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak. 2) Menurut sarwono dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Santoso (2001), dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong sesuatu, atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu. 3) Keyakinan
klien
tentang
kesehatan
dapat
menjadi
motivasi yang kuat. Model keyakinan kesehatan pada dasarnya disusun untuk menjelaskan alasan dimana seseorang mencoba tindakan kesehatan. Selanjutnya keyakinan itu digunakan untuk memprediksi kepatuhan terhadap terapi. Motivasi muncul untuk memainkan peranan
dalam
kesehatan. pencegahan
mengaplikasikan
Motivasi
menjadi
kesehatan.
model
tanda
Nilai,
dari
keyakinan tindakan
keyakinan
dan
keingintahuan alami dapat menjadi factor yang mengakar
35
dan menetap yang juga dapat membentuk hasrat untuk mempelajari perilaku baru. 4) Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi. Sikap mungkin terarah terhadap benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, pandanganpandangan, lembaga-lembaga, terhadap norma-norma, nilai-nilai dan lain-lain.27 E. Tinjauan Khusus tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Lanjut Usia (Lansia) yang Mengalami Arthritis Rheumatoid Menurut Duval dalam mubarak, keluarga adalah sekumpulan orang
yang
dihubungkan
tatanan
keluarga
sesuai
dengan
perkembangan sosial, menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari setiap anggota.17 Keluarga merupakan sumber dukungan yang paling utama karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai, individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat
bercerita, tempat
bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan yang dapat menimbulkan kecemasan.20
36
Dukungan keluarga adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh keluarga ataupun orang yang dicintai. Bantuan atau pertolongan ini diberikan dengan tujuan individu dalam hal ini seorang lansia yang mengalami masalah
kesehatan
agar
dia
merasa
diperhatikan,
mendapat
dukungan, dihargai dan dicintai, keluarga selalu memberi dukungan dan membantu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh lansia tersebut. Bentuk dukungan dan keluarga dapat berupa bantuan sosial emosional yaitu pernyataan tentang cinta, perhatian, penghargaan, dan simpati dan menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya disebabkan oleh karena lansia tersebut cemas.20 Dukungan sosial keluarga juga menjadi faktor ekstrinsik yang mempengaruhi tingkat kecemasan seorang pasien dalam menjalani pengobatan. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungandukungan keluarga yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses diadakan untuk keluarga.Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga yang besar kepada responden, secara psikologis dapat menambah semangat hidup bagi responden yang dapat berdampak pada tingkat kecemasan yang rendah.6 Keluarga merupakan support system utama bagi usia lanjut dalam
mempertahankan
kesehatannya.
Peran
keluarga
dalam
37
perawatan usia lanjut antara lain menjaga atau merawat usia lanjut, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan
sosial
memfasilitasi
ekonomi,
kebutuhan
serta
spiritual
memberikan bag
usia
motivasi lanjut.
dan Tugas
perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangan usia lanjut. Keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bilogis, imperatif ( saling menguatkan ), budaya dan aspirasi, serta nila-nilai keluarga. 15 Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi lansia, apabila terjadi sesuatu permasalahan maka keluarga merupakan tujuan pertama lansia untuk meminta pertolongan, setelah itu teman dan tetangga sedangkan tempat pelayanan sosial merupakan pilihan terakhir. Disamping itu juga keluarga dalam kehidupan lansia sangat penting terutama jika terjadi perubahan fisik lansia atau fungsi mental dan keluarga memegang tanggung jawab untuk menolong lansia mengidentifikasikan masalahnya dari berbagai sumber.16 Arthritis Rheumatoid bukan penyakit mematikan, tetapi perlu di waspadai, selain mengganggu aktifitas dan produktifitas, dapat cacat tubuh tertentu. Selain, dalam kondisi yang lebih parah lagi, artritis reumatoid dapat menyerang tubuh tertentu, yang lebih parah lagi dapat menyerang organ vital dan mengakibatkan komplikasi pada ginjal, jantung, dan kelumpuhan, hal ini dapat memicu kecemasan pada lansia.21
38
Namun kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu, dimana : a. Reaksi
konstruktif
mengadakan
individu
perubahan
termotivasi
terutama
untuk
perubahan
belajar terhadap
perasaaan tidak nyaman dan terfokus pada kelangsungan hidup. Contohnya individu yang melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi karena akan dipromosikan naik jabatan. b. Reaksi destruktif. Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsioanl. Contohnya : individu menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri, tidak mau makan.25 Reaksi kecemasan setiap individu berbeda, sehingga semakin berat tingkat kecemasan yang dirasakan oleh individu maka untuk melakukan aktifitas seperti activity daily living (ADL) menjadi terganggu.25
39
Kerangka Teori Dukungan Keluarga adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh keluarga ataupun orang yang dicintai oleh keluarga yang bersangkutan
Keluarga memberi dukungan pada lansia
1. Dukungan emosional 2. Dukungan penghargaan 3. Dukungan instrumental 4. Dukungan informatif
Lansia mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan dianggap bagian dari keluarga
Lansia tidak mengalami kecemasan
Keluarga kurang memberi dukungan pada lansia 1. Dukungan emosional 2. Dukungan penghargaan 3. Dukungan instrumental 4. Dukungan informatif
Lansia kurang mendapat perhatian, kurang disenangi, kurang dihargai dan kurang dianggap bagian dari keluarga
Lansia mengalami kecemasan
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka serta masalah penelitian maka dapat disusun kerangka konsep penelitian dengan menggunakan beberapa variabel sebagai berikut : Variabel Independen
Variabel Dependen
Tingkat kecemasan pada lansia yang mengalami arthritis rheumatoid
Dukungan keluarga
Motivasi keluarga
Keterangan : : Variabel Independen : Variabel yang tidak di teliti : Variabel Dependen
Gambar 3. 1 Kerangka konseptual
40
41
B. Definisi operasional Definisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati. Variabel penelitian Independen
Defenisi Operasional
Dukungan
bentuk
keluarga
yang dapat berupa
Kriteria Objektif
pertolongan Baik
Skala
jika Ordinal
responden
materi, emosi, dan memperoleh
informasi
yang
diberikan
oleh ≥ 15
keluarga.
Kurang baik
skor
jika
responden memperoleh
skor
<15
Dependen Tingkat kecemasan pada lansia yang mengalami arthritis rheumatoid
Kekhawatiran tidak
jelas
menyebar, berkaitan
yang Cemas sedang jika Interval dan responden yang memperoleh
skor
dengan 14-27
perasaan tidak pasti Cemas berat jika dan tidak berdaya.
responden memperoleh 28-56
skor
42
C. Rancangan Penelitian Desain penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Crossectional yaitu rancangan yang mengkaji hubungan variabel indevpenden dan variabel dependen pada saat bersamaan, subyek penelitian ini adalah lansia yang mengalami arthritis rheumatoid di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar. D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2014 sampai pada tanggal 9 September 2014. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di beberapa kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang mengalami
Arthritis
Rheumatoid
diwilayah
kerja
Cendrawasih Makassar yaitu sebanyak 36 orang.
puskesmas
43
2. Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Nonprobability sampling yaitu dengan teknik purposive sampling, Peneliti menentukan sendiri sampel yang sesuai dengan kriteria sampel. Kriteria sampel sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi : 1) Lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid diwilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar. 2) Lansia yang mengalami kecemasan. 3) Bersedia menjadi responden. b. Kriteria Eksklusi : 1) Lansia yang tidak mengalami kecemasan. 2) Lansia yang mengalami penyakit lain. Penentuan
besar
sampel
dalam
menggunakan rumus sebagai berikut : Rumus :
n=
ଵା(ௗ)మ
keterangan :
N = total populasi n = total sampel d = tingkat signifikan
penelitian
ini
44
n=
ଷ ଵାଷ(,ହ)మ
36
= 1+36(0,0025)
= 36
= 33,02
1,09 = 33 orang F. Alat dan Bahan Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner yang terdiri dari : 1. Kuesioner tentang biodata responden yang terdiri dari nama, umur, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, alamat dan pendidikan terakhir. 2. Lembar tentang dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan lanjut usia (lansia) yang mengalami Artritis Reumatoid, peneliti menggunakan skala Likert yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban SL (skor 3), KK (skor 2), TP (skor 1). Dikatakan baik jika responden memperoleh skor sama dengan 15 atau lebih dari 15, dikatakan kurang jika skor kurang dari 15.
45
3. Lembar tentang kecemasan yang terdiri dari 14 item dengan skor : Nilai
0
:
Tidak ada gejala atau keluhan sama sekali (tidak cemas)
Nilai
1
:
Satu gejala dari pilihan yang ada (cemas ringan)
Nilai
2
:
Separuh dari gejala yang ada (cemas sedang)
Nilai
3
:
Lebih dari separuh gejala yang ada (cemas berat)
Nilai
4
:
Semua gejala ada (cemas sangat berat/panik)
Tidak cemas jika tidak memperoleh skor, cemas ringan jika memperoleh skor 1-13, cemas sedang jika responden memperoleh skor 14-27 dan cemas berat jika responden memperoleh skor 2856.
G. Pengambilan Data Penelitian 1. Pengumpulan data a. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengisian kuisioner terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang telah tersedia dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Sebelum kuesioner diserahkan kepada responden, peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian. 2) Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka responden diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner.
46
3) Jika responden telah mengatakan bersedia untuk diteliti, maka kuesioner diberikan dan responden diminta untuk mempelajari terlebih dahulu tentang cara pengisian kuesioner atau peneliti yang mewawancarai responden berdasarkan pertanyaan pada kuesioner. 4) Setelah semua data diperoleh, selanjutnya dikumpulkan dan dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa. b. Data Sekunder Data yang diperoleh di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar, yang digunakan sebagai pelengkap dan penunjang data primer yang ada relevansinya untuk keperluan penelitian dan literatur.
2. Pengolahan Data Prosedur pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : a. Editing Editing
adalah
pengecekan
jumlah
kuesioner,
kelengkapan data, diantaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner, sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi oleh peneliti. b. Koding Koding adalah melakukan pemberian kode berupa angka untuk memudahkan pengolahan data. Untuk variabel
47
dukungan keluarga angka yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1, 2, 3. Angka 1 untuk jawaban tidak pernah, angka 2 untuk jawaban kadang-kadang dan angka 3 untuk jawaban selalu. Untuk variabel kecemasan angka 4 untuk kategori sangat berat, angka 3 untuk kategori berat, angka 2 untuk kategori sedang, angka 1 untuk satu dari gejala. c. Tabulasi Tabulasi adalah mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian ini kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan di beri kategori sesuai dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner. H. Analisa Data Penelitian 1. Analisa Univariat Analisa
ini
menghasilkan
distribusi
frekuensi
dan
presentase dari setiap variabel yang diteliti.
2. Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan (α) : 0,05. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Adapun rumus Chi-Square yang digunakan adalah :
48
2
߯ =∑
(fo –fe)2 fe
keterangan : x2 : nilai chi-square
fo : frekuensi observasi
fe : frekuensi espektasi a. Apabila x2 hitung ≥ x2 tabel atau p ˂ α 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya ada hubungan. b. Apabila x2 hitung ˂ x2 tabel atau p ≥ α 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya tidak ada hubungan. I. Etika Penelitian 1. Lembar Persetujuan (Informed consent) Penelitian ini akan dilakukan dengan cara memberikan lembar
persetujuan
kepada
responden
untuk
melakukan
persetujuan antara peneliti dengan responden, dengan tujuan agar subyek atau responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian, dimana pada lembar persetujuan tersebut terdapat identitas
responden
dan
beberapa
daftar
pertanyaan,
jika
subyek/responden bersedia maka respon menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti tetap menghargai hak-hak responden.
49
2. Tanpa nama (Anonimity) Dalam penelitian ini, nama responden akan diganti dengan menggunakan inisial saja atau kode pada setiap lembar kuesioner untuk menjaga privasi dari responden. 3. Kerahasiaan (confidentiality) Peneliti harus selalu menjamin kerahasiaan identitas dari responden,
semua
berkas
yang
mencantumkan
identitas
responden harus digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila tidak digunakan lagi maka data tersebut harus dimusnahkan.
50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pengumpulan data penelitiaan ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar. Sampel yang digunakan adalah Lanjut Usia (Lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid yaitu sebanyak 33 orang. Setelah dilakukan Penelitian ini dan mengumpul data yang selanjutnya dianalisis dengan hasil sebagai berikut : 1. Analisa Univariat a. Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Dukungan
Keluarga Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga pada Lanjut Usia (Lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid diWilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar 2014 Dukungan Keluarga
n
%
Baik
21
63,6%
Kurang baik
12
36,4%
Jumlah
33
100%
Sumber : Data Primer , 2014
Berdasarkan tabel 4.1 Menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 21 responden (63,6%) dan yang kurang baik hanya sebanyak 12 responden (36,4%).
50
51
b. Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Tingkat
Kecemasan Lanjut Usia (Lansia) Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia (Lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid diWilayah Kerja PuskesmasCendrawasih Makassar 2014 n % Tingkat Kecemasan Cemas Sedang
23
69,7%
Cemas Berat
10
30,3%
Jumlah
33
100%
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat kecemasan menunjukkan bahwa kebanyakan responden yang mengalami cemas sedang yaitu sebanyak 23 responden ( 69,7%) dan yang mengalami cemas berat sebanyak 10 responden (30,3%)
2. Analisa bivariat Pada tahap ini dilakukan tabulasi silang antara variabel independen (dukungan keluarga) dengan variabel dependen (tingkat kecemasan lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid). Hasil analisa variabel tersebut sebagai berikut : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Lanjut Usia (Lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar.
52
Tabel 4.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia (Lansia) yang Mengalami Arthritis Rheumatoid diWilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar 2014 Tingkat Kecemasan Lansia Dukungan Keluarga Baik Kurang Baik Jumlah
Sedang n 18 5 23
Sumber : Data Primer , 2014
% 54,5% 15,2% 69,7%
Berat n 3 7 10 p:0,008
Total
% 9,1% 21,2% 30,3%
n 21 12 33
% 63,6% 36,4% 100%
OR : 0,7
Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang dukungan keluarganya baik dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 18 responden (54,5%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan dukungan keluarga baik hanya berjumlah 3 responden (9,1%). Sedangkan responden yang mengalami dukungan keluarga kurang baik dengan tingkat kecemasan yang sedang sebanyak 5 responden (15,2%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan dukungan keluarga yang kurang baik hanya sebanyak 7 responden (21,2%). Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai hitung
p =
0,008 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lanjut usia (lansia) di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar. Pada analisa dengan odds ratio 0,7 artinya apabila responden memiliki dukungan keluarga yang kurang baik, maka akan mempunyai peluang 0,7 kali untuk mengalami kecemasan.
53
B. Pembahasan Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia (lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid. Berdasarkan responden
yang
analisis
bivariat,
dukungan
menunjukkan
keluarganya
baik
bahwa
dengan
pada tingkat
kecemasan sedang sebanyak 18 responden (54,5%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan dukungan keluarga baik hanya berjumlah 3 responden (9,1%). Sedangkan responden yang mengalami dukungan keluarga kurang baik dengan tingkat kecemasan yang sedang sebanyak 5 responden (15,2%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan dukungan keluarga yang kurang baik hanya sebanyak 7 responden (21,2%).
Pada Penelitian Ini di peroleh, 3 responden (9,1%) yang dukungan dari keluarganya baik tetapi mengalami kecemasan Berat. Hal ini terjadi karena dukungan yang diberikan oleh keluarganya tidak cukup atau tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan Lansia untuk mengurangi rasa cemas yang dialaminya, karena individu memiliki kecemasan yang akan tetap muncul secara otomatis bila tubuh merespon adanya suatu konflik, dimana lansia dalam hal ini mengalami cemas berat karena penyakit yang dialaminya.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sarafino dalam Rahayu (2010),
bahwa
dukungan
keluarga
merupakan
sumber
penanggulangan yang paling utama dalam menghadapi kecemasan dan stress. Dimana dukungan keluarga yang diberikan tidak sesuai
54
dengan apa yang dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup atau tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu, individu merasa tidak pernah dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.
Menurut teori Kuntjoro (2004), bahwa dukungan keluarga adalah strategi koping yang dimiliki untuk mengurangi kecemasan, stress dan konsekuensinya negatif. Pada penelitian ini di dapatkan pula 5 responden (15,2%) yang dukungan keluarga dari keluarganya kurang baik tetapi mengalami kecemasan sedang. Hal ini terjadi karena dukungan yang diberikan oleh keluarga bisa membantu dalam mengurangi rasa cemas yang dialami oleh Lansia tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Sarafino (2012) bahwa dukungan keluarga mampu mengurangi efek negatif dalam mempengaruhi kejadian dan efek dari kecemasan dan stress.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Duval dalam Mubarak (2009) bahwa keluarga sebagai konteks yang vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas seseorang individu dan perasaan harga diri. Keluarga memainkan suatu peranan yang bersifat mendukung selama penyembuhan dan pemulihan, dalam bentuk kunjungan dari partisipasi keluarga dalam perawatan seseorang anggota keluarga.
55
Hal ini sesuai dengan pendapat Suparyanto dalam Rahayu (2010), bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada anggota keluarganya adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi sudah dirasa cukup. Sama halnya dalam hal in, pada seseorang yang mengalami atau merasakan kecemasan dengan penyakit yang diderita, dukungan dari keluarga dibutuhkan untuk kebutuhan
yang
diinginkan
mengurangi fase cemas itu.
seseorang
untuk
mengatasi
atau
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ada dukungan keluarga bagi Lansia yang mengalami Athritis Rheumatoid, yang dukungan keluarganya baik sebanyak 21 responden dan kurang baik sebanyak 12 responden, dan ada pula kecemasan pada Lansia yang mengalami Athritis Rheumatoid dengan cemas sedang sebanyak 23 responden dan cemas berat sebanyak 10 responden. Maka dengan penelitian ini didapatkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada Lansia yang mengalami Athritis Rheumatoid di wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar dengan jumlah sampel sebanyak 33 responden. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti menyarankan : 1. Bagi Masyarakat/Keluarga Diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi keluarga
yang
Rheumatoid,
memiliki
dan
untuk
lansia
yang
membantu
mengalami kecemasan.
56
mengalami
merawat
Arthritis
lansia
yang
57
2. Bagi Instansi Kesehatan Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi perawat Puskesmas untuk menyusun langkah-langkah, perencanaan dan program sistem kesehatan khususnya pada lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan sebagai bahan masukan tersendiri bagi peneliti selanjutnya untuk menambah ilmu-ilmu teoritis dan ilmiah terutama
mengenai
tingkat
kecemasan
mengalami Arthritis Rheumatoid. .
pada
lansia
yang
58
DAFTAR PUSTAKA 1. Ayu H.K., (2010), Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga, Sagung Seto, Jakarta. 2. Bandiyah S., (2009), Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik, Mulia Medika, Yogyakarta. 3. Christine B., (2013), Kamus Saku Keperawatan Edisi 3, EGC, Jakarta. 4. Darmojo., (2004), Buku Ajar Geriatri, Beberapa Aspek Gerontologi Dan Pengantar Geriatri, FKUI, Jakarta. 5. Deiby., (2013), Kekambuhan Penyakit Reumatik Pada Usia lanjut, http://www.Academia.edu.(online) Diakses 31 Mei 2014. 6. Dewi U., (2010), Kecemasan Pada Pasien Yang Mengalami Masalah Kesehatan, http://www.Jurnal.ac.id, (onlione) Diakses 16 Juni 2014. 7. Efendi S., (2008), Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan Praktek Dalam Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. 8. Efendi S., (2009), Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan Praktek Dalam Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. 9. Friedman., (2003), Keperawatan Keluarga : Teori Dan Praktik, Salemba Medika, Jakarta. 10. Hamid A., (2010), Artikel Kementerian Sosial RI, Penduduk Lanjut Usia di Indonesia Dan Masalah Kesejahteraannya, Jakarta, http://www.Kemsos.go.id, (online) diakses 30 Mei 2014. 11. Idawati., (2009), Pengaruh Pemberian Bekam Bering Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Reumatik pada Lanjut usia dikelurahan Sambung jawa kec.Mamajang Kota Makassar. Sripsi (tidak diterbitkan) Sekolah tinggi ilmu kesehatan Gema Insan Akademik makassar. 12. Lipsig & Noman., (2010), Hamilton Axienty Rating Scale, WWW. Atlantap Ssychiatry, Com/ Forms/HAM-A, Pdf, diakses 30 Mei 2014. 13. Irto dkk., (2011), Gambaran Perilaku Lansia Terhadap Kecemasan Di Panti Sosial Tresna Werda Theodora Makassar. (Skripsi), Diakses 29 juni 2014. 14. Lukman & Nurna., (2009), Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal, Salemba Medika, Jakarta.
59
15. Jaya dkk., (2010), Keperawatan Gerontik Cetakan Ke 3, Pustaka As Salam, Jakarta. 16. Maryam S, dkk., (2008), Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta. 17. Mubarak I.W., (2009), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Fitramaya, Yogyakarta. 18. Nugroho W., (2008), Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik Edisi 3, EGC, Jakarta 19. Nugroho W., (2012), Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik Edisi 3, EGC, Jakarta. 20. Rahayu W., (2010), Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Respon Sosial Pada Lansia Di Desa Sukaraja Lor Kecamatan Sukaraja, http//Rahayulansia.html, Diakses 1 April 2013. 21. Reeves dkk., (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta. 22. Setiadi., (2008), Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga, Graha Ilmu, Yogyakarta. 23. Stuart & Sundeen., (2008), Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta. 24. Stuart G.W., (2012), Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5, EGC, Jakarta. 25. Suliswati., (2005), Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta. 26. Speer Dan Kathelen., (2007), Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical Pathway Edisi 3, EGC, Jakarta. 27. Sunaryo., (2013), Psikologi Untuk Keperawatan Edisi 2, EGC, Jakarta. 28. Widayatun T.R., (2009), Ilmu Perilaku Buku Pegangan Mahasiswa Akper, CV Sagung Seto, Jakarta.
60
LAMPIRAN 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Saudara/i responden Di tempat_ Dengan hormat Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini. Mahasiswa program Studi S1 Keperawatan STIK GIA Makassar : Nama : Taufik Nugroho Nim
: 2110148
Alamat : Jl. Dr Ratulangi no 27 Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Lanjut Usia (Lansia) Yang Mengalami Arthritis Rheumatoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar”. Peneliti yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi lansia selaku responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan unutk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan bagi lansia untuk menjadi responden di dalam penelitian ini. Apabila anda bersedia menjadi responden, saya persilahkan menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden yang terlampir dalam surat ini. Demikianlah atas partisipasi, perhatian, dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Taufik. N 2110148
61
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Alamat : Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, Tentang maksud dan tujuan penelitian ini, saya bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh saudara Taufik Nugroho, Mahasiswa Program S1 Keperawatan STIK GIA Makassar dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Lanjut Usia (Lansia) Yang Mengalami Arthritis Rheumatoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar” Dengan demikian surat ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak lain dan kiranya dipergunakan sebagai mana mestinya.
Makassar, Juni 2014
Responden
(........................................)
62
Lampiran 3
KUESIONER Hubungan Dukungan Keluarga DenganTingkat Kecemasan (lanjut usia) Lansia Yang Mengalami Arthritis Rheumatoid Di wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar
No. urut :
A. Indentifikasi Responden a. Nama Responden
:
b. Umur Responden
:
c. Pekerjaan
:
d. Jumlah anggota keluarga
:
e. Alamat
:
f. Pendidikan Terakhir
:
Tahun
1. Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. Perguruan Tinggi
63
B. Dukungan Keluarga Petunjuk pengisian kuesioner 1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap pernyataan di bawah ini 2. Pilihlah salah satu jawaban yang responden anggap paling sesuai dengan pendapat dan keadaan responden. 3. Berilah tanda check list (√) setiap pernyataan yang diberikan, sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : SL
:
Selalu, bernilai 3
KK
:
Kadang-kadang 2
TP
:
Tidak Pernah, bernilai 1
No 1.
Pernyataan Keluarga
mendampingi
SL saya
dalam
semangat
untuk
keadaan perawatan. 2.
Keluarga
memberi
keberhasilan penyembuhan. 3.
Keluarga ikut membantu saya ketika saya merasa kesakitan.
4.
Keluarga
tampak
mendukung
usaha
perawatan saya. 5.
Keluarga memperhatikan kebutuhan saya.
6.
Keluarga ikut merasakan keadaan yang saya rasakan saat ini.
7.
Keluarga mengingatkan untuk makan dan minum obat setiap hari.
8.
Keluarga menyiapkan atau menyediakan apa yang saya butuhkan.
KK
TP
64
9.
Keluarga
mengungkapkan
perasaannya
dan meminta saran petugas kesehatan tentang masalah kesehatan yang saya alami dan kemudian memberikan informasi tentang masalah kesehatan saya.
10.
Keluarga ada di sisi saya menemani saya dalam menjalani proses perawatan saya.
65
C. Tingkat Kecemasan Petunjuk pengunaan alat ukur Hamilton Scale For Ansxiety ( HARS) adalah : Berikan tanda silang (X) terpadat pada kolom di bawah ini, sesuai dengan manifestasi kecemasan yang di alami/ di rasakan oleh responden. Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori: 0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = Satu dari gejala yang ada 2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat semua gejala ada.
Gejala Kecemasan
No 1.
Perasaan Cemas (Ansietas) a. Cemas b. Firasat Buruk c. Takut Akan Pikiran Sendiri d. Mudah Tensinggung.
2.
Ketegangan a. Merasa Tegang b. Lesu c. Tidak Bisa Istrahat Tenang d. Mudah Terkejut e. Mudah Menangis f. Gelisah g. Gemetar.
NILAI ANGKA / SKOR 0
1
2
3
4
KODE
66
3.
Ketakutan a. Pada Gelap b. Terhadap Orang Asing c. Ditinggal Sendiri d. Pada Keramaian Lalu Lintas. e. Pada Kerumuhan Orang Banyak.
4.
Gangguan Tidur a. Sukar Memulai Tidur b. Terbangun Pada Malam Hari c. Tidur Tidak Banyak d. Bangun Dengan Lesu e. Banyak Mimpi-Mimpi f. Mimpi Buruk g. Mimpi Menakutkan.
5.
Gangguan Kecerdasan a. Sukar Konsentrasi b. Daya Ingat Menurun c. Daya Ingat Buruk.
6.
Perasaan Depresi Murung a. Hilangnya Minat b. Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi c. Sedih d. Bangun
Dini
Hari
Perasaan
Berubah Sepanjang Hari. 7.
Gangguan Somatic/ Fisik (Otot) a. Sakit Dan Nyeri Otot-Otot b. Kaku c. Kedutan Otot d. Gigi Gemerutuk e. Suara Tidak Stabil
67
8.
Gejala Somatik/Fisik (Otot) a. Tinitus (Telinga Berdenging) b. Penglihatan Kabur c. Muka Merah Atau Pucat d. Merasa Lemas e. Perasaan Ditusuk-Tusuk.
9.
Gejala Kardiovaskuler a. Takikardia
(Denyut
Jantung
Cepat) b. Berdebar-Debar c. Nyeri Dada d. Denyut Nadi Mengeras e. Rasa Lesu/ Lemas Seperti Mau Pingsan. 10. Gejala Respirasi a. Rasa Tertekan Atau Sempit Di Dada b. Rasa Tercekik c. Sering Menarik Nafas d. Nafas Pendek Dan Sesak 11. Gejala Gastrointestinal a. Sulit Menelan b. Perut Melilit c. Nyeri Sebelum Dan Sesudah Makan d. Perasaan Terbakar Di Perut e. Mual f. Muntah g. Buang Air Besar Lembek h. Sukar Buang Air Besar i.
Kehilangan Berat Badan
68
12. Gejala Urogenital a. Sering Buang Air Kecil b. Tidak Dapat Menahan Air Seni. 13. Gejala Autonom a. Mulut Kering b. Muka Merah c. Mudah Berkeringat d. Kepala Pusing e. Kepala Terasa Berat f. Kepala Terasa Sakit g. Bulu-Bulu Berdiri. 14. Tingkah
Laku
(Sikap)
Pada
Wawancara a. Gelisah b. Tidak Tenang c. Jadi Gemetar d. Kerut Kering e. Muka Tegang f. Otot Tegang/ Mengeram g. Napas Pendek Dan Cepat h. Muka Merah.
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil: Kecemasan sedang jika skor 14-27 Kecemasan berat jika skor 28-56
69
MASTER TABEL No
Nama Usia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Ny. Y Ny. G Tn. B Ny. T Ny. W Ny. S Tn. R Tn. W Ny. S Ny.E Ny. F Ny. H Tn. T Ny. D Ny. M Tn. N Ny. G Ny. F Tn. B Tn. S Ny. S Ny. B Ny. R Tn. S Ny.E Ny. S Tn. E Tn. P Tn. W Ny. L Ny. M Ny. L Ny. T
65 thn 63 thn 71 thn 75 thn 63 thn 63 thn 66 thn 61 thn 82 thn 62 thn 61 thn 67 thn 63 thn 69 thn 77 thn 72 thn 64 thn 64 thn 70 thn 69 thn 66 thn 68 thn 73 thn 76 thn 60 thn 68 thn 62 thn 88 thn 65 thn 60 thn 62 thn 71 thn 61 thn
Pendidikan SMA SMA SMP SMP SMA SMA SD SMP SMA Tidak Sekolah SMP SMP SMA SMA SMP SMP SMA SD SMA SMP SMA SMA SMP SMP SD SD SMP SMA SMP SD SMP Tidak Sekolah SMA
Dukungan Keluarga Kurang baik Baik Kurang Baik Baik Kurang baik Baik Kurang baik Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang baik Baik Baik Kurang baik Baik Baik Kurang baik Baik Kurang Baik Kurang baik Baik Baik Kurang baik Baik Baik
Tingkat Kecemasan Cemas berat Cemas sedang Cemas sedang Cemas sedang Cemas sedang Cemas sedang Cemas berat Cemas sedang Cemas berat Cemas sedang Cemas berat Cemas sedang Cemas sedang Cemas sedang Cemas berat Cemas sedang Cemas sedang Cemas berat Cemas berat Cemas sedang Cemas sedang Cemas berat Cemas sedang Cemas sedang Cemas sedang Cemas sedang Cemas berat Cemas sedang Cemas sedang Cemas sedang Cemas berat Cemas sedang Cemas sedang
Keterangan: Dukungan Keluarga :
Tingkat Kecemasan :
1. Baik
1. Cemas Sedang
2. Kurang Baik
2. Cemas Berat
JADWAL PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR BULAN NO
URAIAN KEGIATAN
MARET 1
1
Identifikasi dan justifikasi Masalah
2
pengambilan data awal
3
Penyusunan Proposal
4
Seminar Proposal
5
Perbaikan Hasil Seminar Proposal
6
Pengumpulan Data
7 8 9 10
Pengolahan Data dan Analisa Data Seminar Hasil Penelitian Perbaikan Hasil Seminar Publikasi
2
3
APRIL 4
1 2
3
MEI 4
JUNI
1 2 3 4 1 2 3 4
JULI 1
AGUSTUS
2 3 4 1
2
3
SEPTEMBER 4 1 2 3 4
OKTOBER 1
2
3
4
71
UJI STATISTIK A. Uji Univariat
DukunganKeluarga Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
21
63,6
63,6
63,6
kurang baik
12
36,4
36,4
100,0
Total
33
100,0
100,0
72
Tingkat Kecemasan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
cemas sedang
23
69,7
69,7
69,7
cemas berat
10
30,3
30,3
100,0
Total
33
100,0
100,0
73
B. UJI BIVARIAT Tingkat Kecemasan
Case Processing Summary Cases Valid N DukunganKeluarga *
Percent 33
TingkatKecemasan
Missing
100,0%
N
Total
Percent 0
N
Percent
0,0%
33
100,0%
DukunganKeluarga * TingkatKecemasan Crosstabulation TingkatKecemasan cemas sedang DukunganKeluarga Baik
Count Expected Count % within DukunganKeluarga % within TingkatKecemasan % of Total
kurang baik
Count Expected Count % within DukunganKeluarga % within TingkatKecemasan % of Total
Total
Count Expected Count % within DukunganKeluarga % within TingkatKecemasan % of Total
cemas berat
Total
18
3
21
14,6
6,4
21,0
85,7%
14,3%
100,0%
78,3%
30,0%
63,6%
54,5%
9,1%
63,6%
5
7
12
8,4
3,6
12,0
41,7%
58,3%
100,0%
21,7%
70,0%
36,4%
15,2%
21,2%
36,4%
23
10
33
23,0
10,0
33,0
69,7%
30,3%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
69,7%
30,3%
100,0%
74
Chi-Square Tests Exact
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Df a
1
,008
5,085
1
,024
6,960
1
,008
7,015 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
,016
Linear-by-Linear
6,802
Association N of Valid Cases
1
,009
33
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,64. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for DukunganKeluarga (baik /
8,400
1,571
44,917
2,057
1,030
4,109
,245
,077
,775
kurang baik) For cohort TingkatKecemasan = cemas sedang For cohort TingkatKecemasan = cemas berat N of Valid Cases
33
,013
75
76
77
78
79