TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK (Telaah Pendapat Surat Lukman Ayat 13)
SKRIPSI
OLEH MUHAMMAD FATKURROCHMAN NIM: 111 11 165
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
i
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Keluarga adalah inti dari peradaban dunia Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh kaenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk (Imam aNNawawi)
vii
PERSEMBAHAN Skripsiinikupersembahkanuntuk 1. Kedua orang tuaku,Bapak karnadi dan ibu sri fadillah yang menjadi pahlawan dan malaikatku, terimakasih untuk untaian do’a yang selalu tercurahkan, segala pengorbanan yang sungguh berbalas surga, serta nasehat-nasehat yang mengantarkan pada Jannah-Nya 2. Sungguhjasamutakkanpernahbisakubalas 3. Adik-adikku,
Siti
nasikah
dan
hafidhotul
ilma
yangtelahmemberikusemangatuntukterusmelangkah…. 4. Teman-teman IAIN Salatigaangkatan 2011, terutamakepadakelas PAI E, terimakasih telah menjadi alasan untukku selalu tersenyum, banyak pelajaran berharga yang ku dapat dari kalian, sterimakasih untuk segala keceriaan
dan
kebersamaannya
selama
ini
Bertemu
kalian
adalahsalahsatutakdir Allah yang akusyukuri 5. Teman-Teman dari Toko BC.MART, terima kasih telah memberiku pelajaran tentang bagaimana mengelola toko, dan telah memberi dukungan untuk selalu bisa tersenyum meski banyak beban berat yang menimpa 6. Teman-teman yang ada di pon-pes AL-FALAH, terimakasih kepada teman kelasku akif, muhlasin, syarif hidayat, huda, fauziah, ida, sofi, jannah, wijayanti, arianti, yang telah memberiku warna dalam hidup ini, dan tak mungkin bisa aku lupakan untuk selamanya.
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah, kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW., sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK (Telaah Pendapat Surat Lukman ayat 13)” dapat terselesaikan. Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun spiritual. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dan dengan diiringi doasemoga amal baik yang telah di berikan,mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. H. RahmatHaryadi, M.PdselakuRektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selakuKetuaProgram StudiPendidikan Agama Islam. 3. Ibu Dra. Sri Suparwi selakuDosenPembimbingAkademik. 4. Bapak Drs. Mahfudz M.Agselaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal keilmuan yang sangat berharga kepada penulis 6. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 7. Teman-temanku yang telah memberi dorongan unuk tetap semangat dalam menyelesaikan penelitian ini. Karena keterbatasan penulis, penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih banyak kekurangannyadan penulis berharap saran dan masukan dari para pembaca demi kebaikan penelitian ini.
ix
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan.
Salatiga,20 September2016 Penulis
Muhammad Fatkurrochman 11111165
x
ABSTRAK
Fatkurrochman, Muhammad. 2016. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak (Telaah pendapat Surat Lukman ayat 13). Dosen Pembimbing: Drs. Machfudz, M.Ag Kata kunci: Tanggung Jawab Orang Tua dalam Surat Lukman Ayat 13 Penelitianinibertujuanuntukmenyikapitindakan-tindakan yang kebanyakansekarangmenggunakanpendidikandengankekerasandanbagaimana orang tuadalammendidikanaknya yang sesuaidengansyariatIslam agar menjadipenerusbangsa yang baik, berimandandisertaidengankasihdansayangdanberdasarkanpendapatpendapatparaulamatentangsuratLukmanayat 13. Pertanyaanutama yang ingin di jawabdalampenelitianiniadalah 1.Apasajakahkewajiban orang tuaterhadapanak? 2. BagaimanakahtelaahpendapatsuratLukmanayat 13 tentangkewajiban orang tuaterhadappendidikananak? Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan dan untuk pengumpulan data dilakukan dengan cara Menerangkan hubungan (munasabah) antara satu ayat dengan ayat yang lain dilanjutkan dengan Menjelaskan sebabsebab turunya ayat (asbabun nuzul) kemudian Menganalisis mufrodat (kosa kata) dan lafazd dari sudut pandang bahasa arab selanjutnya Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya kemudian Menerangkan unsur-unsur yang mengandung keindahan balaghoh serta Menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang dibahas dan Menerangkan makna dan maksud syara’ yang terkandung didalam ayat yang bersangkutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua dalam mendidik anaknya sesuai dalam al-Quran surat Lukman ayat 13. Berdasarkan 3 pendapat yang telah dipaparkan yang pertama dari Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya alMisbahmenjelaskan bahwa orang tua dalam mendidik anaknya 1. Memberikan pendidikan tauhid serta menjauhi perbuatan zalim 2. mendidik menggunakan penyampaian dengan kata yang mengandung kasih sayang, 3.keteladanan orang tua yang notabenya sebagai contoh yang baik. Dan pendapat yang kedua dari Alamah Kamal Faqih Imani dalam kitab tafsirnya Nurul Quran menjelaskan bahwa orang tua dalam mendidik anaknya 1. Pendidikan tauhid 2. Perbuatan zalim/ syirik yang harus di hindari, menyekutukan Allah merupakan perbuatan dosa yang paling besar. Dan pendapat yang ketiga adalah dari Muhammad Hasby Assiddiqie dalam kitab tafsirnya an-Nur menjelaskan bahwa orang tua dalam mendidik anaknya 1. Menekankan pada menghindari perbuatan zalim yang merupakan dosa yang paling besar. Dari tiga pendapat dapat kita ambil bahwa orang tua dalam mendidik anaknya memiliki cara1. Pendidikan tauhid. 2.Pendidikan yang menggunakan kata yang mengandung kasih sayang 3. Taladan
xi
orang tua yang notabenya adalah sebagai contoh yang baik 4. Menghindari perbuatan zalim/syirik karena perbuatan syirik adalah termasuk dosa yang paling besar.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN LOGO ......................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN ............................................................... 1 A. LatarBelakang ................................................................ 1 B. RumusanMasalah ........................................................... 4 C. TujuanPenelitian ............................................................ 4 D. Metode Penelitian .......................................................... 4 E. PenegasanIstilah ............................................................. 6 F. SistematikaPenulisan ..................................................... 10
BAB II
LANDASAN TEORI........................................................... 11 A. KerangkaTeoritikTafsirTahlili ....................................... 11 B. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak .......................... 15 1. Tanggung Jawab Pendidikan Iman .......................... 18 2. Tanggung Jawab Pendidikan Moral/Akhlak ............ 21
xiii
3. Tanggung jawab pendidikan fisik.............................24 4. Tanggung jawab pendidikan intlektual..................... 27 5. Tanggung jawab pendidikan psikis........................... 29 6. Tanggung jawab pendidikan sosial........................... 30 7. Tanggung jawab pendidika seksual.......................... 31 BAB III
KOMPILASI PENDAPAT TENTANG SURAT LUKMAN AYAT 13 ............................................................................. 38 A. Nama Lukman................................................................ 38 B. Munasabah Surat Lukman Ayat 13................................ 40 C. Arti Perkata Surat Lukman Ayat 13 .............................. 45 D. Asba An-Nuzul .............................................................. 46 E. Pendapat Mufassir Tentang Surat Lukman Ayat 13 ...... 47 1. Tafsir Al-Misbah (Quraish Sihab) ........................... 47 2. Tafsir Nurul Quran (Alamah Faqih Imani) .............. 50 3. Tafsir An-Nur (Muhammad Hasbi Asy-Shiddiqie) . 52
BAB IV
ANALISA PENDAPAT SURAT LUKMAN AYAT 13 .... 54 A. Analisa pendapat quraish sihab dalam kitab al-misbah . 54 B. Analisa pendapat alamah faqih imani dalam kitab tafsir Nurul quran .................................................................... 63 C. Analisa pendapat muhammad hasbi asy-syiddiqie dalam kitab an-nur .................................................................... 69
BAB V
PENUTUP ........................................................................... 74 A. Kesimpulan .................................................................... 74
xiv
B. Saran .............................................................................. 75 C. Penutup .......................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Islam menuntun umat islam menuju jalan yang benar, Islam juga memberikan pedoman yaitu al-Quran, di dalam al-Quran kita dapat mempelajarinya untuk menjadikanya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan juga memberikan petunjuk yang lebih terarah baik dalam diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Keluarga masa kini berbeda dengan keluarga masa dulu. Dalam ikatan keluarga, orang-orang melalui pengolakan dan perubahan yang hebat, khususnya mereka yang hidup di kota. Apabila di tinjau dari keluarga-keluarga di daerah yang belum mengalami ataupun menikmati hasil kemajuan teknologi, kemajuan dalam dunia industri dan sebagainya, maka gambaran mengenai ikatan dan fungsi keluarga adalah jauh berbeda apabila di bandingkan dengan keluarga yang berada di tengah segala kemewahan materi. Sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan intlektual manusia di peroleh pertama-tama dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri. Keluarga merupakan produsen dan konsumen sekaligus, dan harus mempersiapkan dan menyediakan segala kebutuhan
1
sehari-hari seperti seperti sandang dan pangan. Setiap anggota keluarga di butuhkan dan saling membutuhkan satu dengan yang lain, supaya mereka hidup lebih tenang dan senang, hasil kerja mereka harus di nikkmati bersama. Sedangkan keluarga zaman silam, keluarga yang belum terkena pengeruh penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang merupakan keluarga yang banyak fungsinya dan kuat ikatan keluarganya. Masing-masing anggota keluaraga mempunyai peranan yang penting dalam roda kehidupan serta di butuhkan oleh anggota keluarga lainya. Sebaliknya keluarga masa kini sudah banyak kehilangan fungsi dan artinya, fungsi pedidikan sudah di serahkan kepada lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah, sehingga tugas orang tua dalam hal memperkembangkan dari segi intelek anak menjadi lebih ringan. Peralatan yang serba modern
dan mekanis, mengganti tenaga manusia dengan
tenaga mesin dan listrik , sehingga tenaga manusia tidak lagi di butuhkan. Misalnya, untuk memperoleh pakaian baru, tidak perlu menunggu ibu menenunya, melainkan cukup membeli bahanya saja, bahkan yang sudah jadi, bisa juga langsung dibeli. Fungsi tempat-tempat hiburan juga berpindah dari pusatnya dalam keluarga ke tempat-tempat di luar ruamah baik bagi anak-anak maupun orang tuanya, permainan sebagai alat rekereasi juga telah berubah sifat-sifatnya dan tidak lagi di lakukan dirumah, dan mencari pelepas lelah di tempat-tempat lain di luar rumah. Dengan demikian fungsi keluarga menjadi sangat berkurang dan arti keluarga dan ikatanya seolah-olah mengalami kegoncangan. Hubungan
2
antara pribadi menjadi menjauh dan melemah, sehingga arti pribadi megalami suatu perubahan. Beberapa dasar individulistis tadi tidak lagi di penuhi bahkan tidak lagi di perhitungkan sama sekali, karna itu bisa timbul frustasi, yaitu keadaan tidak tercapainya suatu keinginan atau kebutuhan dasar yang mendorog tingkah laku sedemikian mendalamnya, sehingga timbul peristiwa-peristiwa yang tidak terduga, sekalipun lingkungan hidup sudah mencapai taraf kehidupan yang cukup tinggi, peraturan-peraturan yang kini sudah demikian berakar dan mengatur seluk-beluk kehidupan, akhirnya di langgar begitu saja, masalah seprti ini menginspirasi saya untuk menelusuri kewajiban-kewajiban apa yang harus di lakukan sebagai orang tua terhadap anaknya yang sesuai dengan syariat Islam. Dilihat dari penjelasan di atas dapat dilihat mengenai betapa pentingnya peran sebagai orang tua. Dimasa era globalisasi saat ini yang semakin banyak pengeruh-pengeruh negatif terutama dari lingkungan, baik itu dari teman di kampung, sekolah, komunitas, organisasi dan lain sebagainya, sebagai orang tua maka harus lebih hati-hati dan teliti terhadap anak dalam urusan pendidikan yang di berikan atau yang sedang di lakuka oleh anak, serta berikan perhatian yang cukup untuk anak serta pendidikan yang baik dan sejalan dengan tuntunan Islam yang telah di terapkan di agama Islam. Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti lebih jauh bagaimana kewajiban orang tua terhadap anak kepada para pembaca melalui penyusunan skripsi yang berjudul TANGGUNG JAWAB
3
ORANG TUA TERHADAP ANAK (Telaah Pendapat Surat Lukman Ayat 13). Judul ini dipilih karena untuk memperjelas apa saja yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak menurut pendapat Quraish Sihab, Alamah Faqih Imani dan Muhammad Hasby asy-Syiddiqi terhadap surat Lukman ayat 13. B. Rumusan Masalah 1. Apa sajakah kewajiban orang tua terhadap anak? 2. Bagaimana telaah pendapat Quraish Sihab, Alamah Faqih Imani dan Hasby Asy-Siddiqie mengenai surat Lukman ayat 13 tentang kewajiban orang tua terhadap pendidikan anak? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh titik terang mengenai pendidikan Islam dalam keluarga dalam perkembangan anak. Perumusan masalah di atas bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang : 1. Kewajiban orang tua dalam pendidikan akhlak terhadap anak 2. Bagaimana telaah Quraish Sihab, Alamah Faqih Imani dan Hasby AsySiddiqie mengenai surat Lukman ayat 13 tentang kewajiban orang tua terhadap pendidikan anak. D. Metode penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian kepustakaan (kualitatif literal). Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan
4
mencari dan mengumpulkan kepustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.
Tegasnya
penelitian
kepustakaan
membatasi
kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. (Zed, 2004: 1). Dalam penelitian ini penulis harus mencari buku atau bahan bacaan untuk mencari naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli fiqih tentang kewajiban orang tua terhadap anak yang sesuai dengan Syari’at Islam, kemudian dianalisa untuk mendapatkan tujuan penelitian. 2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah sumber primer yakni al-Qur’an, kemudian sumber sekunder yaitu tafsir-tasir, seperti misalnya Tafsir Al-Mishbah. Tafsir Nurul Qur’an. Kemudian ditambah lagi buku-buku penunjang yang pembahasanya menyangkut kewajiban orang tua terhadap anak seperti buku Teha Sugiyo yang berjudul “Keluarga Sebagai Sekolah Cinta” ini sebagai rujukan pemahaman penulis terhadap ayat yang sedang dikaji. 3. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode tafsir. Metode ini adalah metode dengan pendekatan penafsiran para ahli tafsir (mufassirin) terhadap makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan kewajiban orang tua.
5
Adapun metode tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir tahlili. Metode tafsir tahlili adalah menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. (Baidan, 2000: 151). Adapun
langkah-langkah
penerapan
metode
ini
sebagaimana
dijelaskan Farmawi antara lain, pertama, memulai uraianya dengan kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Kedua, munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain Ketiga, menjelaskan sebab-sebab turunya ayat (asbabun nuzul). Keempat, memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya. Kelima, menerangkan unsur-unsur mengandung keindahan balaghoh (Farmawi, 1996:12). E. Penegasan Istilah Di dalam buku Teha Sugiyo menjelaskan “Keluarga adalah dasar kesejahteraan masyarakat, manusia tanpa keluarga adalah tanpa dasar yang sangat vital bagi kebahagiaan manusia, keluarga juga mempunyai arti yang esensial bagi kekuatan dan daya tahan suatu bangsa, andai kata keluarga
dihapuskan,
bangsa
akan
sempoyongan
dan
ambruk”.
(Sugiyo, 2001:15). Keluarga itu ibarat kata seperti lidi dan Bangsa adalah papan. Lidi banyak yang ditancapkan di tanah dan di atasnya dipasang papan, jika lidi tersebut patah satu maka kekuatan untuk menahan papan
6
yang di atas akan berkurang apalagi yang patah lebih banyak akan mengakibatkan masalah yang fatal. 1. Kewajiban Orang Tua Orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa orang tua adalah ayah/ibu kandung / orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya, orang-orang yang dihormati/ disegani). Dilihat dari pengertian di atas bahwa pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua adalah jelas, hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua seperti Sekolah, TPA, madrasah, pesantren dsb. Untuk mengajarkan ilmu dan ketrampilan. pahala yang paling besar bagi orang tua adalah membina keluarga. Seperti diriwayatkan oleh Muslim: “Satu dinar engkau nafkahkan di jalan Allah SWT, satu dinar engkau bebaskan untuk budak, dan satu dinar engkau nafkahkan untuk keluargamu. Yang paling besar pahalanya adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu” (Hidayat, 1994:12). Bisa disimpulkan secara ringkas bahwa tugas/ kewajiban orang tua secara garis besar meliputi: 1) memberi bekal pada anak yang sekarang hidup di dunia.2) kelak hidup di akhirat. 2. Anak Anak adalah seseorang yang menjadi sasaran dalam suatu pendidikan. Kewajiban sebagai seorang anak adalah menyembah Allah dan berbuat baik kepada orang tuanya, bahkan dilarang membantah atau menyakiti hatinya, dan diwajibkan mengucapkan perkataan mulia
7
kepada orang tuanya. Anak juga perlu meminta kerelaan orang tuanya, karena kerelaan Allah tergantung dari kerelaan orang tua. Bahkan Nabi SAW menyatakan bahwa “Surga ada di bawah telapak kaki ibu”. Oleh karena itu kewajiban anak terhadap orang tua perlu dijalankan. Kewajiban anak lainya adalah menuntut ilmu dan mengemalkanya dalam kehidupan sehari-hari.(Prayitno, 2004: 470) 3. Tafsir surat Lukman ayat 13
Artinya: “Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anakanya, dalam keadaan dia menasehatinya “wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah sesungguhya mempersekutukan Allah adalah kedzaliman yang besar”.(QS. Lukman:13). (Fahrudin, 2011:413). Nasehat Lukman ini mengajarkan bahwa manusia itu harus berpegang teguh pada ideologi yang paling mendasar , yaitu ideologi tauhid dan memeiliki nilai tauhid dalam segala aspek dan dimensi kehidupan. Segala gerak yang memiiki destruktif dan melawan Allah berakar dari mempersekutukan Allah, kesukaan kepada uang, memuja tahta, nafsu birahi
dan
semacamnya
termasuk
cabang-cabang
dari
mempersekutukan Allah, sebaliknya akar dari segala gerak yang benar dan kontruktif adalah tauhid. Tauhid ini hanya bersandar kepada Allah SWT,
mematuhi perintahnya berlepas diri dari selainya dan
8
menghancurkan segala berhala di dalam wilayah kekuasaanya.(Tafsir Nurul Quran). (Imani, 2008:154-156) Kata (ُ (يَعِظُهya’idhuhu terambil dari kata (ظ َ ) َو َعwa’azha yaitu nasehat menyangkut berbagai kebijakan dengan cara yang menyentuh hati, ada juga yang mengartikan sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah “dia berkata” untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anaknnya. Kata ini mengisyaratkan bahwa nasehat itu diisayaratkan bahwa nasehat itu dilakukan dari saat ke saat, bagaiman dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan masa datang pada kata (ُ (يَعِظُهya’iduhu. Sementara ulama yang memahami kata (ظ َ ) َو َعwa’azha dalam arti ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata tersebut mengisyaratkan bahwa anak Lukman itu adalah seorang musyrik, sehingga seorang ayang yang menyandang himah itu terus-menerus menasehatinya sampai akhirnya anak mengakui tauhid, dari penulis tafsir al-misbah sendiri memperingatkan bahwa pendapat yang diantara lain dikemukakan oleh thahir ibn asyur ini sekedar dugaan yang tidak memiliki dasar yang kuat, nasehat dan ancaman
9
tidak harus dikaitkan dengan kemusyrikan. Disisi lain, bersangka baik terhadap luqman jauh lebih baik dari bersangka buruk. Kata ) (بُ َنbunayya adalah lafad yang menggambarkan kemugilan. Asalnya adalah ) (ابنىibny dari kata ) (ابنibn yakni anak laki-laki. Kemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang, dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik. (Syihab, 2002:126-127). F. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui secara keseluruhan isi atau materi-materi skripsi ini secara global, maka penulis perlu merumuskan skripsi ini kedalam beberapa bab: Bab I:
pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II: Landasan teori, berisi kerangka teoritik Tafsir Tahlili dan kewajiban-kewajiban orang tua terhadap anak BAB III: Tafsir Quraish sihab, Alamah Faqih Imani dan Hasby AsySyiddiqi mengenai surat Lukman ayat:13 BAB IV: Analisa Tafsir Quraish sihab, Alamah Faqih Imani dan Hasby Asy-Syiddiqi tentang kewajiban orang tua terhadap anak dalam surat Lukman ayat:13 BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan saran-saran, dan penutup. 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Teoritik Tafsir Tahlili Tafsir tahlili (analisis) adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjalelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran dari seluruh aspeknya. Di dalam tafsirnya, penafsir mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun
di
dalam
mushaf.
Penefsir
memulai
uraianya
dengan
mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Serta mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat juga menjelaskan hubungan ayat-ayat tersebut satu sama lain begitu pula penjelasan mengenai asbabun nuzul (Latar belakang turunya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari Rosul, sahabat, atau para tabi’in, yang terkadang bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang pendidikanya dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan-pembahasan dan lainya yang dipandang dapat membantu memahami nash al-Quran tersebut. (Farmawi, 1996:12) Quraish Sihab lebih lanjut menjelaskan bahwa “cara-cara efektif itu seperti mengandalkan pada arti harfiyah Asbab an-Nuzul, hadits atau ayat-ayat lain yang mempunyai kata atau pengertian yang sama dengan ayat-ayat yang sedang dikaji, sebatas kemampuanya dalam membentuk dalam menerangkan makna sebagian yang sedang di tafsirkan sambil memperhatikan konteks naskah tersebut”. (Kuswaya, 2009:54)
11
1. Cara-cara Penilitian Dalam metode tahlili terdapat cara-cara yang biasanya ditempuh dalam metode ini: a. Menerangkan hubungan (munasabah) antara satu ayat dengan ayat yang lain. b. Menjelaskan sebab-sebab turunya ayat (asbabun nuzul). c. Menganalisis mufrodat (kosa kata) dan lafazd dari sudut pandang bahasa Arab. d. Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya. e. Menerangkan unsur-unsur yang mengandung keindahan balaghoh. f. Menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang dibahas g. Menerangkan makna dan maksud syara’ yang terkandung di dalam ayat yang bersangkutan. 2. Kelebihan Dan Kekurangan Tafsir Tahlili Sebagaimana metode-metode yang lain, metode tahlili (analisis) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. (Baidan, 2000:53-62) a. Kelebihan 1. Ruang Lingkup yang Luas Metode ini dapat digunakan oleh mufasir dalam dua bentuknya: matsur dan ra’y. Bentuk al-ra’y dapat lagi dikembangkan dalam berbagai corak penafsiran sesuai dengan keahlian masing-masing mufasir.
12
2. Memuat Berbagai Ide Telah dikemukakan di atas, tafsir dengan metode tahlili (analisis) ini relatif memberikan kesempatan yang luas kepada mufasir untuk mencurahkan ide-ide dan gagasanya dalam menafsirkan al-Quran. Itu berarti pola penafsiran metode ini dapat menampung berbagai ide yang terpendam di dalam benak mufasir. Dengan dibukanya pintu
selebar-lebarnya
bagi
mufasir
untuk
mengemukakan
pemikiran-pemikiranya dalam menafsirkan al-Quran, maka lahirlah berbagai kitab yang berjilid-jilid seperti kitab Tafsir al-Thabari (15 jilid), Tafsir Ruh al-Ma’ani (16 jilid) dan lain sebagainya. b. Kekurangan 1. Menjadikan Petunjuk Al-Quran secara Parsial Seperti halnya metode global, metode tahlili juga dapat membuat petunjuk al-Quran bersifat persial atau terpecah-pecah, sehingga terasa seakan-akan al-Quran memberikan pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten karena diberikan pada suatu ayat berbeda dari penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat lain yang sama denganya. Dalam penafsiran Ibn Katsir itu tidak ada persoalan. Tapi jika penafsiran itu dibandingkan dengan penafsiranya terdapat kata yang sama pada ayat lain maka akan dijumpai perbedaan yang amat mencolok seperti kata ( س ُك ْم َ ُ (ا َ ْنفdi dalam ayat 128 surat at-Taubah ditafsirkanya dengan “jenis (bangsa)”. Ketidak konsistenya Ibn
13
Katsir itu terasa sekali karena kata ( )نَفسdan ( )اَ ْنفُسitu keduanya secara etimologis berasal dari kata yang sama yaitu ()ن, ()ف, dan ( ;)سsehinga berbentuk ()نفس. Hanya perbedaanya terletak pada bentuk kata ( )نفسdalam bentuk mufrad (tunggal) dan ( )انفسdalam bentuk jamak. Perubahan bentuk kata tunggal kepada jamak, hanya membewa perubahan konotasi dari kata tersebut, tidak membawa perubahan makna.(Baidan, 2000:67) 2. Melahirkan Penafsiran Subjektif Dengan adanya peluang untuk mengemukakan ide-ide dan pemikiranya terkadang mufasir tidak sadar
bahwa dia telah
menafsirkan al-Quran secara subjektif, dan tidak mustahil pula ada diantara mereka yang menafsirkan al-Quran sesuai dengan kemauan hawa nafsunya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah atau norma-norma yang berlaku. Hal itu mungkin karena metode analisis membuka pintu untuk untuk yang demikian. 3. Masuk Pemikiran Israiliyat Dikarenakan metode tahlili tidak membatasi mufasir dalam mengemukakan pemikiran-pemikiran tafsirnya, maka sebagai pemikiran dapat masuk kedalamnya, begitu juga pemikiran Israiliyat. Sebenarnya kisah Israiliyat tidak ada persoalan, selama tidak
dikaitkan
dengan
pemahaman
al-Quran.
Tapi
bila
dihubungkan dengan pemahaman kitab suci, timbul problema karena akan terbentuk opini bahwa ada yang dikisahkan didalam
14
cerita ini merupakan maksud dari firman Allah. Atau lebih tegas lagi, itu adalah petunjuk Allah SWT, padahal belum tentu cocok dengan yang dimaksud Allah SWT didalam firmaNya tersebut. Disinilah letak negatifnya kisah-kisah Israiliyat tersebut. 4. Urgensi Metode Analisis Keberadaan metode ini telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam melestarikan dan mengembangkankan khazanah intlektual Islam, khususnya dalam bisang tafsir al-Quran. Berkat metode ini maka lahir karya-karya tafsir yang besar-besar. Jika menjelaskan kandungan firman Allah dari berbagai segi seperti bahasa, hukum-hukum fiqh, teologi, filsafat, sain, dan sebagainya, maka disini metode tahlili (analisis) lebih berperan dan lebih diandalkan daripada metode-metode yang lain. Jadi dapat dikatakan, metode analisis mengkaji ayat-ayat al-Quran dari berbagai aspeknya sekaligus selama masih dalam kapasitas ayat tersebut. Namun pembahasanya tidak tuntas karena pada ayat lain yang juga membicarakan hal yang sama pembahasan tersebut akan muncul lagi dengan sedikit modifikasi: bertambah atau berkurang. B. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Dalam hadits dijelaskan bahwa “orang tua diwajibkan mendidik anaknya mulai dari lahir seperti dalam hadits yang diriwayatkan Dari Abu Rafi’ dari ayahnya,ia berkata: aku pernah melihat Rasulullah SAW adzan sebagaimana adzan sholat,di telinga Hasan bin Ali pada saat
15
Fatimah melahirkannya.” (HR. Abu Dawud). Dalam hadits ini menjelaskan bagaimana seorang ayah telah mengajarkan anaknya tentang mengenal Allah SWT dengan cara mengadzani di telinga anak. Hal itu dapat dikuatkan oleh adanya hadist di bawah ini yang Artinya: ”Setiap anak yang dilahirkan, adalah fitrah.Tinggal kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.”(HR.Bukhari). Dalam hadits ini menjelaskan bahwa semua anak yang baru saja dilahirkan itu adalah fitrah. Tinggal kedua orang tuanya, bagaimana cara mendidik anaknya, sesuai dengan ajaran Islam atau ajaran lainya. Sejak lahir kita dihadapkan pada tugas menjadi individu: mampu berfungsi sebagai mandiri dan efektif sebagai pribadi yang sesungguhnya, kita harus melalui sejumblah tahap pertumbuhan. Tiap-tiap tahap terkait dengan meningkatnya keterpisahan dengan seseorang, yang dibarengi dengan menurunya ketergantungan emosional dan fisik terhadap orang tua. Ketika seorang anak melampaui sebuah tahap perkembangan (makan makanan padat, bicara, berjalan, berhubungan dengan teman-teman, pergi ke sekolah, meninggalkan rumah dan seterusnya) keterpisahan anak dengan orang tua semakin meningkat, sejalan dengan meningkatnya kemandirian anak. (Syapiro, 2003:220) Anak-anak yang dipisahkan secara prematur adalah mereka yang dipisahkan, baik secara fisik dan atau psikis, belum mendapat cukup dukungan psikologis dan perawatan, rasa diri mereka belum terbentuk
16
secara lengkap, Harga yang harus dibayar akibat pemisahan dini seperti itu adalah kemungkinan terbentuknya individu yang belum lengkap, individu yang tidak memiliki empati atau tidak tahu cara berkomunikasi secara efektif. Mereka menjadi “orang dewasa semu (pseudo-adult)” yang lebih pandai menirukan tingkah laku orang dewasa dari pada merasakan emosi orang dewasa. Anak, secara psikologis tidak bisa memisahkan diri dari orang tuanya, Anak akan menjadi anak-anak yang beruntung pada orang tua untuk memberikan dukungan penting. Orang dewasa yang kekanakkanakan seperti itu akan kesulitan menjalin hubungan sebagai orang dewasa dan kemungkinan kita tidak pernah benar-benar siap menjadi orang tua. Perpisahan yang dibutuhkan seorang anak tidak harus diartikan secara fisik. Yang penting ada batas-batas psikis antara orang tua dan anak. Tugas utama orang tua adalah menjaga agar anak-anak selau aman memupuk kemandirian anak sesuai dengan usianya. Tugas yang membutuhkan kesabaran dan ketepatan waktu. Banyak orang tua menganggap meningkatnya kemandirian anak-anak sebagai penolakan terhadap pribadi mereka, jika mereka berkreasi dengan terus bergantung dengan anak, mereka akan menghambat perkembangan anak, sebaliknya jika mereka terlalu antusias menyambut kemandirian anak, anak yang mungkin merasa ditolak. (Syapiro, 2003:221). Dalam buku Dr. Abdullah Nashih Ulwan terjemah dari buku Tarbiyatu al-Aulad fi al-Islam bahwa kewajiban orang tua terhadap anak
17
dibagi menjadi 7 bagian: 1). Tanggung jawab pendidikan iman, 2). Tanggung jawab pendidikan akhlak, 3). Tanggung jawab pendidikan fisik, 4). Tanggung jawan pendidikan intlektual, 5). Tanggung jawab pendidikan psikis, 6). Tanggung jawab pendidikan sosial, 7). Tanggung jawab pendidikan seksual. (Ulwan, 1981:141) 1. Tanggung Jawab Pendidikan Iman Pendidikan Iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syariah, sejak anak mulai mengerti dan dapat memahammi sesuatu. Dasar-dasar Iman adalah segala sesuatu yang ditetapkan dengan jalan khobar secara benar. Berupa hakekat keimanan dan masalah goib, seperti beriman kepada Allah SWT, beriman kepada malaikat, beriman kepada kitab-kitab samawi, beriman kepada semua Rosul, beriman bahwa manusia ditanya oleh dua malaikat, beriman kepada siksa kubur, hari berbangkit, hisab, surga, neraka, dan seluruh perkara goib. Rukun Islam adalah setiap ibadah yang bersifat badani dan harta yaitu sholat, shaum, zakat, dan haji bagi orang yang mampu melaksanakanya. Dasar-dasar syariat adalah segala yang berhubungan dengan jalan ilahi dan ajaran-ajaran Islam, berupa ibadah, aqidah, akhlak, perundangundangan, peraturan dan hukum.(Ulwan, 1981:151-152) Keseluruhan pemahaman pendidikan Iman ini berdasarkan kepada wasiat-wasiat Rosulullah SAW. Dan petunjuknya dalam penyampaian
18
dasar-dasar iman dan rukun-rukun Islam pada anak. Berikut sebagian petunjuk dan wasiat Rosulullah SAW: a. Membuka Kehidupan Anak Dengan Kalimat La Illaha Illal-Lah Dari ibnu abbas ra, dari Nabi SAW. Bahwa beliau bersabda:
َََ َ َعَنَ َبَنَ َعَبَاسَعَنَ َالنَبَ َلى َ هللَعىه َ َلى َاا َاَفَتَحَواَعَىَ َلَبَهَانَكَ َ َأ كَىَمَةََبَلَََِل َََِّلََ هلل Artinya: ”Bacalah kepada anak-anak kamu kalimat pertama dengan la ilaha illAllah (tidak ada tuhan selain Allah)” Maksud dari hadits diatas adalah agar kalimat tauhid dan syi’ar masuk Islam itu merupakan suatu yang pertama masuk kedalam pendengaran anak , kalimat yang diucapkan oleh lisanya dan lafazh pertama yang difahami anak. b. Memberi Nama yang Baik Sabda Rosulullah SAW:
َََالوالَدَ َأَنَ َيَسَنَ َاَسَ َ َ َيَسَن َ َالولَدَ َعَى َ َ َ َحَق:َ عن َالنب َعىه َالسلم َاا َ َمَ َوضَعَ ََ َيَسَنََأَدَب Artinya: “ Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nama yang baik, memberi tempat tinggal yang baik, dan mengajari sopan santun.” Rasulullah SAW. Diketahui telah memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah nama.kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama yang pantas.Beliau mengubah macam-macam nama lakilaki dan perempuan.Seperti dalam hadis yang disampaikan oleh aisyah ra.bahwa Rasulullah SAW. Biasa merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi) (Thalib. 1995: 95)
19
Pemberian nama yang baik bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan terhadap anak. Ada yang mengatakan “apa arti sebuah nama”. Ungkapkan ini tidak selamanya benar Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah doa. Dengan pemberian nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita memberi nama yang baik,dan telah mendidiknya dengan baik pula, terkadang akhlak yang ada pada anak tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan dengan Allah SWT. Nama yang baik dengan akhlak yang baik,itulah yang kita harapkan. c. Mendidik Anak untuk Sholat dan Menyediakan Tempat Tidur Terpisah antara Laki-laki dan Perempuan Islam mengajarkan ‘hijab’ sejak dini.Meskipun terhadap sesama muhrim, bila telah berusia tujuh tahun tempat tidur mereka harus dipisahkan. Rasulullah SAW. Bersabda:
َ َعنَعمر َبنَشعهبَعنَأبه َعنَجده َهنع هللا يضرَاا َاا َرلو َ هلل َملسو هيلع هللا ىلصَمَ َر اَأَ ّلََدك ََبَلََّلَةَ َ َهَ َ َأَبَنَاءَ َلَبَعَ َلَنَيَ َ َاضََربَوهَ َعَىَهَهَا َ َهَ َ َأَبَنَاءَ َعَشَرَ َ َفََراَوا َبَهَنَهَ َف َََالَضَاجَع Artinya: “Suruhlah anak-anakmu shalat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (putra-putri).” Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan shalat di mulai setelah anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan shalat, boleh dipukul dengan pukulan ringan yang mendidik, bukan pukulan yang membekas atau menyakitkan.
20
d. Mendidik Anak Untuk Mencintai Rosul, Ahli Baitnya Dan Membaca Al-Quran Ath-Tabrani meriwayatkan dari Ali ra. Bahwa Nabi bersabda:
َ َاا َرلو َ هلل َلى َ هللَعىه:َ َاا,َ َرضي َاَّلل َعن،َ عنَعىي َبن َأِب َطالب َ،َ َ َ حب َأهل َب هت،َ َعى َحب َنبهك:َ َأدبواَأ ّلدك َعى َخَّا َثلث:َ لى ََ َفإن ََحىة َالقرآن َف َظل َ هلل َي وم َّل َظل َِّل َظىُّ َمع َأنبهائ،َ عى َاراءة َالقرآن ََ ألفهائ Artinya: ”Didiklah anak-anak kamu pada tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Quran sebab orangorang yang memelihara al-Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain dari pada perlindunga-Nya beserta Nabi-Nya dan orang-orang yang suci." Beberapa hal yang diajarkan kepada mereka adalah cara-cara berperang Rosulullah SAW. Perjalanan hidup para sahabat, kepribadian para pemimpin yang agung dan berbagi peperangan yang mengerikan dalam sejarah. Maksud dari hadits di atas adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawana dan jihat mereka. Disamping itu agar anak-anak terikat pada sejarh, baik perasaan maupun kejayaan, termasuk dalam kerikatan mereka terhadap al-Quran. 2. Tanggung Jawab Pendidikan Moral atau Akhlak Maksud pendidikan moral adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa hingga dia menjadi seorang mukallaf, pemuda yang mengarungi lautan kehidupan.
21
Pendidikan Iman itu merupakan faktor yang meluruskan tabiat bengkok dan memperbaiki kemanusiaan tanpa pendidikan Iman ini, maka perbaikan, ketentraman dan moral tidak akan tercipta. Pada Paedagog psikolog dan sosiolaog barat dan bangsa-bangsa lainya sangat menaruh perhatian akan adanya pertalian yang erat antara Iman dan moral dan akidah dengan perbuatan. Sehingga mereka mengeluarkan berbagai petunjuk, pendapat dan arah pandangan yang mengatakan bahwa ketentraman kebaikan dan moral itu tidak akan tercipta tanpa adanya din dan iman kepada Allah SWT. (Ulwan, 1981:174) Berikut ini penyusun sajikan beberapa pendapat dan pandangan mereka: a. Peagot, seorang filosof Jerman mengatakan, “moral tanpa agama adalah kosong.” b. Pemimpin India yang terkenal, Ghandi, mengatakan “agama dan moral yang luhur adalah satu keatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Agama adalah
roh
moral, sedangkan moral
merupakan suasana dari ruh itu. Dengan kata lain, agama memberikan makan, menumbuhkan dan membangkitkan moral, seperti halnya air memberikan makan dan menumbuhkan tanaman.” c. Seorang
hakim
Inggris,
Dinang,
mengatakan
“kecamanya
terhadap sorang mentri ingris yang telah mencemarkan hubungan moral: “tanpa agama, tidak mungkin moral itu akan ada, dan tanpa moral, tidak mungkin akan tercipta undang-undang. Agama
22
adalah
satu-satunya
sumber
yang
terpeliharadan
dapat
membedakan moral baik dan buruk. Agama lah yang mengikatkan manusia untuk meneladani teladan yang paling luhur. Dan agamalah
yang
membetasi
kewenang-wenangan
insting,
egoisme
seseorang,
kebiasanya
dan
menahan
menanamkan
perasaan halus yang hidup dan menjadi dasar berdirinya moral.” d. Khan, seorang filosof kenamaan mengatakan,”moral itu tidak akan tercipta tanpa adanya tiga keyakinan: keyakinan kepada tuhan, kekalnya ruh dan adanya perhitungan setelah mati.” Tidak aneh jika Islam memperhatikan pendidikan anak-anak dari aspek moral ini dapat mengeluarkan petunjuk yang sangat berharga di dalam melahirkan anak dan kebiasaan-kebiasaan yang tinggi. Berikut ini sebagian dari wasiat dan petunjuk Rosul di dalam upaya mendidik anak dari aspek moral: At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya bahwa Rosulullah SAW bersabda:
َ َ"?ما ََنل َ ال ٌد َ لده َمن ََنل:َ عن َأبه َعن َجده َأن َرلو َاَّلل َملسو هيلع هللا ىلص َاا َأفضلَمنَأدبَحسن Artinya: “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik.” Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Rosulullah SAW bersabda: Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik. 23
Berdasarkan hadits-hadits paedagogis ini dapat disimpulkan bahwa para pendidik, terutama ayah dan ibu, mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral. 3. Tanggung Jawab Pendidikan Fisik Beberapa tanggung jawab dalam Islam yang dipilkulkan kepada para ayah, ibu dan pengajar adalah tanggung jawab pendidikan fisik.(Ulwan, 1981:219) Berikut metode praktis yang digariskan islam didalam mendidik fisik anak-anak, agar para pendidik dapat mngetahui besarnya tanggung jawab dan amanat yang diserahkan Allah SWT kepada kalian: a. Kewajiban Memberi Nafkah Kepada Keluarga dan Anak
Artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada ibu dengan cara yang patut. (al-Baqarah: 233). (Fahrudin, 2011:38) Jika seseorang ayah akan mendapat pahala yang besar karena menafkahi keluarga, maka sebaliknya ia akan berdosa bila menelantarkan dan tidak menafkahinya atau bakhil kepada keluarga dan anak-anaknya, padahal ia mampu. Perhatikanlah apa yang disabdakan Nabi SAW mengenai saksi bagi oarang-orang yang menelantarkan keluarga mereka dan bagi orang-orang yang tidak menafkahi keluarga dan anak-anaknya. Dalam riwayat Muslim:
24
َ َ«َكف َبلمرءَِْثًاَأنَيبسَعمنََيىكَاوت-ملسو هيلع هللا ىلص-َاا َاا َرلو َاَّلل
Artinya:“Cukup seorang itu berdosa seorang yang menahan (hartanya) terhadap orang yang berhak mendapatkan nafkahnya.”
Termasuk menafkahi keluarga ialah seorang ayah hendaknya menyediakan bagi keluarganya makanan yang baik, tempat tinggal yang baik, dan pakaian yang baik, sehingga fisik mereka tidak mudah terserang penyakit, terhindar dari padanya, dan kebal terhadapanya. b. Mengikuti Aturan-aturan yang Sehat dalam Makan, Minum dan Tidur. Diantara petunjuk Nabi SAW, perihal makanan adalah meghindari makanan yang beracun dan dilarang makan dan minum berlebihan. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad At-Tirmidzi dan lainya bahwa Rosulullah SAW bersabda:
ََحسبَابن،َ ََشراَمَنََبَطَن ً ََ"مَاَمَلََآدَمَ ٌَيَ َع: َسعتَرلو َ هللَملسو هيلع هللا ىلصَيقو: اا ً اء
َ،اب ٌَ َ،ام ٌَ ََفَثَى،لَّلََََالَة ًَ ََفَإَنََكَانََفَاع،َ َآدمَأَكلتَيقمنَلىب ٌ ثىثَشر ٌ َثَطَع َ َثىثَلنفس
Artinya:“ Tidak ada tepat yeng dipenuhi anak adam yang lebih buruk dari pada perutnya. Cukuplah bagi anak adam beberapa suap saja yang dapat menenggakan tulang belakangnya. Tetapi , apabila terpaksa melakukanya maka hendaklah sepertiga (dari perutnya untuk minumnya, dan sepertiganya lagi untuk pernafasanya.” c. Mencegah Diri dari Penyakit Menular Hal ini berdasarkan hadits berikut: diriwayatkan oleh Muslim, Ibnu Majah, dan selain keduanya, dari hadits Jabir bin Abdullah r.a bahwa dalam delegasi tsaqip ada seorang laki-laki yag berpenyakit kusta. Maka Nabi SAW mengurus seseorang kepadanya untuk mengatakan: “kembalilah engkau , kami telah membaiatmu.”
25
Dalam Shohih Bukhori dan Muslim, dari hadits Abu Hurairah r.a bahwa Rosulullah SAW telah bersabda:
َى َفحدثِن َرج ٌل َعن َأِب َهري رة َأن َسع َرلو َاَّلل ُّ اا َمعم ٌر َاا ُّ َالزهر َضَعى َمَّح ٌ َي قو َ«َّلَيوردنَُمر-ملسو هيلع هللا ىلص Artinya:“Janganlah sekali-kali orang sakit mendatangi orang yang sehat”
Oleh karena itu, diantara kewajiban bagi para pendidik, terutama para ibu, apabila salah seorang dari anak mereka ditimpa suatu penyakit menular, hendaklah mereka memisahkanya dari anak-anak lain sehingga penyakit tersebut tidak menular kepada yang lain. Dan seorang pendidik juga wajib mengobati anaknya jika anak mengalami penyakit. d. Membiasakan Anak untuk Zuhud dan Tidak Tenggelam dalam Kenikmatan Makasudnya, ketika anak pada usia baligh, anak dapat menjelaskan kewajiban jihad dan mendakwahkan jalan Allah dengan cara yang paling sempurna. Dan cukuplah Rosulullah SAW. Sebagai contoh dan panutan dalam lika-liku kehidupan yang sulit dan penuh dengan kesederhanaan, dalam hal makan, pakaian dan tempat tinggal agar generasi Islam berikutnya ikut prihatin dan berjalan diatas petunjuk dan sunnah beliau. Dengan demikian mereka senantiasa dalam keadaan siap, waspada dan terhindar dari segala hal yang akan menghadang dan musibah yang akan menimpa mereka. (Ulwan, 1996:11)
26
4. Tanggung Jawab Pendidikan Intlektual Pendidika intlektual adalah pembentukan dan pembinaan berfikir anak dengan segala sesuatuyang bermanfaat, ilmu pengetahuan hukum, peradaban ilmiah dan modernisme serta kesadaran berfikir dan berbudaya. Dengan demikian ilmu, rasio dan peradaban anak benar-benar dapat terbina. Jika disetiap tanggung jawab yang dilaksanakan oleh para pendidik harus dijelaskan fase-fase yang harus dilalui, maka penysun berpendapat bahwa pendidik intlektual ini berpusat kepada tiga permasalahan berikut ini: a. Kewajiban Mengajar Islam memandang bahwa tanggung jawab ini sangat penting. Sebab, Islam telah membebani para pendidik dan orangtua dengan tanggung jawab yang besar didalam mengajar anak-anaknya, menumbuhkan sikap pengembangan ilmu dan budaya, serta memusatkan seluruh fikiran untuk mencapai pemahaman secara mendalam. Pengetahuan yang mendasar, pengenalan yang matang dan benar. Dengan demikian, akal mereka akan matang, kecerdasan mereka akan tampak.
Artinya:“Adakah sama orang-orang yang mengetaui dengan orangorang yang tidak mengetahui. (Q.S AZ-Zumar: 9). (Fahrudin, 2011: 460 ) b. Penyadaran Berfikir
27
Penyadaran berfikir adalah mengikatkan anak dengan al-Islam, baik sebagai agama maupun negara (daulah). Al-Quran, baik sebagai sistem maupun perundang-undangan, Sejarah Islam, baik sebagai kejayaan maupun kemuliaan, kebudayaan Islam yang umum, baik sebagai ruh maupun pemikiran, dan gerakan dakwah Islam. Jadi,
sejak
anak
mulai
sadar
dan
mengerti,
hendaknya
memperenalkan anak kepada hakekat-hakekat berikut ini: a. Keabadian Islam dan kesesuainya untuk setiap masa dan tempat, karena universalitas, keabadian, inovasi dan kontinuitasnya yang menjadi kelebihan Islam. b. Nenek moyang kita terdahulu tidak mampu mencapai kejayaan, kecuali dengan berpegang teguh kepada Islam dan peraturanperaturan al-Quran. c. Membeberkan rencana-rencana yang digariskan oleh musuhmusuh Islam. Antara lain, rencana zionisme, kolonialisme dan lain sebagianya. Semua rencana ini secara keseluruhanya menjurus pada penghapusan akidah Islamiyyah di muka bumi. d. Membeberkan budaya Islam yang menjadi kebudayaan seluruh dunia disepanjang lintasan sejarah. Dari Sa’ad bin Abi Waqosh ra. Berkata:“kami mengajarkan peperangan Rosulullah SAW. Kepada anak-anak kami mengajarkan surat al-Quran kepada mereka.”
28
Di dalam Ikhya’nya al-Ghozali mewasiatkan: “Dengan mengajarkan al-Quran kepada anak, hadits-hadits akhbar, berbagi hikayat orangorang baik, kemudian sebagian hukum diniyyah.” c. Pemeliharaan Kesehatan Berfikir Tangung jawab ini berpusat pada upaya menjauhkan meraka dari kerusakan-kerusakan terbesar yang tersebar dimasyarakat. Karena kerusakan-kerusakan itu mempunyai dampak yang besar terhadap akal, ingatan dan fisik manusia secara umum. Para dokter dan ahli kesehatan sepakat memperingatkan bahwa kerusakan-kerusakan yang terjadi dimasyarakat diantaranya: mimum-minuman keras, kebiasaan onani, merokok, rangsangan-rangsangan seksual. 5. Tanggung Jawab Pendidikan Psikis Yang dimaksud pendidikan psikis ialah mendidik anak supaya bersikap berani, berterus terang, merasa sempurna, suka berbuat baik terhadap orang lain menahan diri ketika marah dan senang kepada seluruh bentuk keutamaan psikhis dan moral secara keseluruhan. Islam memerintahkan kepada mereka untuk membebaskan anak dari setiap faktor yang menghalangi kemuliaanya, menghancurkan eksistensi dan kepribadianya, serta menjadikan dirinya tidak memandang kehidupan ini dengan pandangan yang diliputi dengan kedengkian, kebencian dan pessimistis. Penyusun berpendapat bahwa faktor-faktor terpenting yang harus dihindarkan oleh para pendidik dari anak-anak dan murid-murid adalah
29
sifat-sifat berikut ini: sifat minder, sifat penakut, sifat rasa rendah diri, sifat hasut, sifat pemarah. Jika para pendidik melepaskan anak-anak, murid dan orang yang berhak mendapatkan pendidikan dari mereka dari sifat-sifat minder, pengcut, rendah diri, hasud, dan pemarah, berarti telah menanamkan dasardasar psikologis yang mulia di dalam jiwa mereka yang berwujud dengan ketabahan dan keberanian yang penuh dengan sopan santun, perasaan sempurna, sanggup memikul tanggung jawab, mengutamakan orang lain, kecintaan dan kelemah lembutan. Bahkan dengan upaya melepaskan ini berarti mereka telah mempersiapkan anak-anak untuk menjadi pemudapemuda harapan masa depan yang akan menghadapi kehidupan dengan senyum optimis, tekat membaja dan akhlak yang luhur. 6. Tanggung Jawab Pendidikan Sosial Yang di maksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasardasar psikis yang mulia dan bersumber pada akidah Islam yang abadi dan persaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana. Menurut hemat penyusun, ada beberapa metode praktis untuk pendidikan sosial yaitu: penanaman dasar-dasar psikis yang mulia, pemeliharaan hak-hak orang lain, pelaksanaan tata kesopanan sosial, pengawasan dan kritik sosial.
30
a. Penanaman Dasar-dasar Psikis yang Mulia Takwa, persaudaraan, kasih sayang, mengutamakan orang lain,pemberian maaf, keberanian b. Pemeliharaan Hak-hak Orang Lain Hak terhadap kedua orang tua, hak terhadap saudara-saudara, hak terhadap guru, hak terhadap teman, hak terhadap orang besar. c. Pelaksanaan Tata Kesopanan Sosial Adab makan dan minum, adab memberi salam, adab meminta izin, adab di dalam majlis, adab berbicara, adab bergurau, adab mengucapkan selamat, adab menjenguk orang sakit, adab berta’ziah, adab bersin dan menguap. d. Pengawasan dan Kritik Sosial Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain, dalam hidup bersama manusia tidak bisa hidup dengan seenaknnya 7. Tanggung Jawab Pendidikan Seksual Yang dimaksud pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran danpenerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak, sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan. Pendidikan yang harus mendapatkan perhatian secara khusus dari para pendidik, dilaksanakan berdasarkan fase-fase berikut ini:
31
Fase pertama, usia 7-10 tahun, disebut masa tamyis (masa praprubertas). Pada masa ini anak diberi pelajaran tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua, 10-14 tahun, disebut masa murohaqoh (masa peralihan atau masa pubertas) pada masa ini anak di jauhkan dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga, 14-16 tahun, disebut masa baligh (masa adolesen). Jika anak sudah siap menikah, maka masa ini anak diberi pelajaran tentang etika (adab) mengadakan hubungan seksual. Fase keempat, setelah masa edolesen, disebut masa pemuda. Pada masa ini anak diberi pelajaran tentang adab etika melakukan isti’faat (menjaga dari perbuatan zina), jika memang ia belum mampu melangsungkan pernikahan. Yang terahir agar para pendidik dapat mengetahui bahwa cara-cara mendidik dan mengerahkan anak, disamping mengetahui bahwa Islam tidak akan pernah meninggalkan satu aspek pun dari berbagai aspek pendidikan. Islam akan senantiasa menunjukanya kepada para pendidik, sehingga mereka dapat menjalankan kewajiban terhadap anak-anak didik secara sempurna. a. Adab-adab Meminta Izin Dasar-dasar pendidikan keluarga tentang anak kecil dalam memnta izin kepada keluarga, ketika mereka masi berada di bawah masa edolesen.
32
Ada tiga keadaan, sehingga seorang anak harus meminta izin kepada keluarga mereka: Pertama, sebelum sholat fajar, sebab, ketika itu biasanya orang-orang masi tidur di tempat tidur mereka. Kedua, pada waktu dhuhur, sebab, ketika itu orang-orang biasanya meninggalkan pakaian bersama keluarganya. Ketiga, setelah sholat isya’. Sebab, waktu itu adalah waktu tidur dan beristirahat. Meminta izin dalam tiga waktu ini mempunyai nilai pedagogis tentang dasar-dasar etika bersama keluarga. Sehingga apabila anak memasuki kamar keluarganya, ia tidak akan terkejutkan oleh suatu keadaan yang tidak baik untuk di lihat. Jika seorang anak sudak menginjak masa dewasa atau masa edolesen, hendaknya para pendidik mengajarkan etika meminta izin di tiga waktu ini kepada mereka. Firman Allah SWT:
ِ ِ ِ ِ ال ِمان ُك ُم ا ُ َواِ َذبَلَ َغ ااْل طا َف َ َك َذل. اْلُلُ َم فَ اليَ استَآاذنُ اوا َك َم استَ اآ َذ َن الَّذيا َن ِم ان قَ ابل ِه ام ُ َِك يُب ُِي هللا .وهللاُ َعلِاي ٌم َح ِكاي ٌم. لَ ُك ام ايتِ ِه
Artinya: ”Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum meminta izin” (QS. an-Nur:59). (Fahrudin, 2011: 953 ). Orang-orang yang memiliki persepsi ilmu pengetahuan tentang dasar pendidikan. Akan mengetahui secara yakin bahwa ayat-ayat al-Qur’an di atas
secara
tegas
telah
menunjukan
bahwa
Islam
benar-benar
memperhatikan pendidikan anak sejak ia mengerti arti malu yang terpuji, tingkah laku sosial yang baik dan adab Islami yang tinggi. Sehingga, 33
ketika anak telah menginjak masa pemuda, ia akan menjadi teladan yang hidup dalam kemnuliaan akhlak dan terpujinya perbuatan b. Adab Memandang Diantara masalah penting yang harus menjadi pusat perhatian para pendidik adalah membiasakan anak untuk menerapkan adab memandang, sejak anak masih berada pada masa tamyiz. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan dan diharamkan. Sehingga, ketika anak sudah memaasuki masa baligh (adolesen) dan telah mencapai masa taklifny, ia telah dibekali dengan akhlak yang lurus dan mantap. Adapun adab (etika) memandang yang harus diajarkan dan dibiasakan kepada anak adalah: c. Adab Memandang Muhrim Setiap wanita yang diharamkan bagi laki-laki untuk mengawininya, disebut wanita-wanita muhrim. Dan setiap laki-laki yang diharamkan bagi wanita untuk kawin denganya adalah muhrim, sedang orang yang termasuk dalam kelompok muhrim ini adalah: 1) Wanita-Wanita Muhrim Karena Pertalian Keturunan Semua itu berjumblah 7 orang seperti disebutkan Allah SWT dalam firmaNya: Artinya: ”Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara 34
bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki dan anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan. (Q.S an-Nisa:23). (Fahrudin, 2011:82 ) 2) Wanita-Wanita Muhrimah Karena Pertalian Perkawinan Mereka itu berjumblah empat orang ialah: istri ayah, istri anak, ibu istri (mertua), anak-anak perempuan dari istri. 3) Wanita-wanita Muhrimat karena Menyusui Firman Allah SWT:
Artinya: ”Ibu-ibumu yang menyusukan kamu dan saudara perempuan sepenyusuan” (Q.S. an-Nisa: 23). (Fahrudin, 2011: 82 ) Sabda Rosulullah SAW:
ََالرضَاعََمَاَيََرمََمَنََالنَسَب َ َََ"يرمَمَن:اول َملسو هيلع هللا ىلص Artinya: ”Saudara sesusu haram untuk dikawini sebagaimana diharamkanya kawin dengan saudara keturunan”. (H.R.Muslim dan Ashhabu as-Sunah) Wanita-wanita yang haram untuk dikawini lantaran pertalian keturunan, seperti ibu, anak perempuan, saudara perempuan, saudara perempuan dari ayah, saudara perempuan dari ibu, anak perempuan dari saudara laki-laki, da anak perempuan dari saudara perempuan, juga haram dikawini wanita-wanita yang ada pertalian penyusuan, seperti ibu yang menyusukan, anak perempuan dari susuan, saudara perempuan dari susuan, dan seterusnya.
35
BAB III KOMPILASI PENDAPAT TENTANG SURAT LUKMAN AYAT 13 A. Nama Lukman Lukman yang disebut dalam surat ini adalah seorang tokoh yang di perselisihkan identitasnya. Orang Arab mengenal dua tokoh yang bernama Lukman. Pertama, Lukman Ibn Ad. Tokoh ini mereka agungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan dan kepandaiannya. Ia kerap sekali dijadikan sebagai pemisalan dan perumpamaan. Tokoh kedua adalah Lukman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpaanperumpamaanya. Yang dimaksud Lukman yang ada di surat Lukman ayat 13 adalah Lukman yang nomer dua yaitu Lukman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaanya. Diriwayatkan bahwa, Suwayd Ibn ayh-Syamit suatu ketika datang ke Mekah. Suwayd adalah orang yang cukup terhormat dikalangan masyarakatnya. Lalu Rosulullah mengajaknya untuk masuk Islam. Suwayd berkata kepada RosulullahSAW “mungkin apa yang ada padamu sama dengan apa yang ada padaku” RosulullahSAW berkata, “apa yang ada padamu?” Suwayd menjawab, “kumpulan hikmah Lukman.” Kemudian RosululahSAW
berkata,
“tunjukanlah
padaku.”
Suwayd
pun
menunjukanya, lalu RosulullahSAW berkata, “sungguh perkataan yang amat baik! Tapi yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-Quranyang 36
diturunkan
AllahSWT
kepadaku
untuk
menjadi
petunjuk
dan
cahaya.”RosulullahSAW lalu membacakan al-Quran kepadanya dan mengajaknya masuk Islam. Ada Atsar yang Gharib berasal dari Qatadah diriwayatkan dari Ibn Abi Khatim mengatakan Allah mempersilahkan Luqman memilih antara kenabian dan hikmah lalu Luqman lebih memilih hikmah dari kenabian. Qatadah mengatakan kemudian Jibril datang kepada Luqman ketika sedang tidur lalu meninggalkan hikmah kepadanya atau memencarkan hikmah kepadanya dan Luqman terbagun dengan mengucapkan kata hikmah tersebut. Said mengatakan saya mendengar dari Qatadah dan mengatakan bahwa dikatakan kepada Luqman bagaimana engkau memilih hikmah dari kenabian sementara Tuhanmu telah memberi pilihan. Luqman mengatakan jika Tuhanmu mengutusku dengan kenabian sebagai beban maka pasti aku akan mengharap keberuntungan dari-Nya dan aku pasti akan berharap untuk melaksanakannya. Namun Tuhanku memberikan pilihan dan aku khawatir aku tidak mampu melaksanakan kenabian, maka hikmah lebih aku sukai. Riwayat ini dari Said bin Bashir dan di dalamnya terdapat kelemahan yang beberapa ulama telah membicarakan (AllahSWT yang tahu). Dan ta’wil yang diriwayatkan Said Abi Urwah dari Qatadah tentang firman AllahSWT)ُكمة ( َولَ َقد اَتَاي نَا لُ اق َم ُن اyang mendalam tentang keislaman َ اْل dan dia bukan Nabi serta tidak diberikan wahyu dan firman Allah di atas maksudnya adalah kefahaman ilmu, dan ta’bir (pelajaran). (((اِ َّن سكر اللهة
37
Maksdunya AllahSWT memerintahkan Luqman untuk beryukur kepada AllahSWT atas apa yang diberikanNya dan karunia yang khusus diberikan kepadaNya melebihi orang lain pada zamannya. Kemudian AllahSWT telah berfirman (ك ار لِنَ اف ِس اه ُ وم ان يَ اش ُكرفَ َّاَّنَايَ اش َ ( ( artinya sesungguhnya manfaat syukur dan pahalanya akan kembali kepada orang-orang yang bersyukur
ِ )ومن عملُو صdan AllahSWT juga ِ َاْلا فَالَن sebagaimana firman AllahSWT(فس ِه ام َ ََ ََ ا َِ )ومن افار فَاِ َّن هللا َغ ِنAllahSWT tidak membutuhkan telah berfirman (َحي اد ََ ا ّ َ hambaNya dan kekufuran hamba tidak merugikan AllahSWT. Jika penduduk bumi seluruhnya kufur kepadaNya maka AllahSWT adalah dzat yang tidak membutuhkan makluk lain, tiada Tuhan selain AllahSWT dan tiada menyembah selain kepadaNya Dipetik dari Ibnu Abbas berkata: “Lukman bukanlah seorang Nabi maupun Raja, tetapi beliau hanyalah seorang pengembalaternakan yang berkulit hitam. Lalu Allah telah memerdekakanya dan sesungguhnya Dia ridho dengan segala kata-kata dan wasiat Lukman. maka karena itu, kisah ini diceritakan didalam al-Quran agar kita semua dapat mengambil pedoman dan berpegang dengan wasiat-wasiatnya.” Sahabat Nabi SAW. Ibn umar ra. Menyatakan bahwa Nabi bersabda: “aku berkata benar, bahwa Lukman bukanlah seorang Nabi, tetapi dia adalah seorang hamba AllahSWT yang banyak menampung kebajikan, banyak merenung, dan keyakinanya lurus. Dia mencintai Allah
38
SWT, maka Allah SWT mencintainya, menganugrahkan kepadanya hikamah.” Suatu ketika dia tidur disiang hari, tiba-tiba dia mendengar suara memanggilnya seraya berkata: “Hai Lukman maukah engkau dijadikan kholifah yang memerintah dibumi”? Lukman menjawab, “kalau Tuhanku memberiku pilihan , maka aku memilih afiat (perlindungan) tidak memilih ujian. Tetapi bila itu ketetapan-NYA, maka akan kuperkenanan dan kupatuhi, karena kau tau tahu bahwa itu ketetapan AllahSWT bagiku, pastilah dia melindungiku dan membantuku. Para malaikat yang tidak dilihat oleh Lukman bertanya: “mengapa demikian?” Luqman menjawab:” kerena memerintah/penguasa adalah kedudukan yang paling sulit dan paling keruh. Kezaliman menyelubunginya dari segala penjuru. Bila seorang adil maka wajar ia selamat, dan bila ia keliru , keliru pula ia menelusuri jalan ke surga. Seorang yang hidup hina di dunia lebih aman dari pada ia hidup mulia (dalam pandangan manusia). Dan siapa memilih dunia dengan megngabaikan akhirat, maka pasti ia dirayu oleh dunia dan dijerumuskan olehnya dan ketika itu ia tidak memperoleh sesuatu di akhirat.” Para malaikat sangat kagum dengan ucapanya. Selanjutnya Lukman tertidur lagi. Dan ketika ia terbangun, jiwanya telah dipenuhi dengan hikamah dan saat itu ucapanya adalah hikamah. Demikian di temukan dalam kitab hadits Musnad al-Firdaus.(Syihab, 2003:125-126)
39
B. Munasabah Surat Lukman Ayat 13 Dalam surat Lukman ayat 12 yang menjelaskan bagaimana seorang Lukman yang telah di anugrahi oleh AllahSWTHikmah, sambil menjelaskan beberapa butir hikmah yanng pernah beliau sampaikan pada anaknya. Ayat 12 mengatakan:
Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menganugrahkan hikmah kepada Lukman, yaitu: bersyukurlah kepada Allah dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur, maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji.” (Syihab, 2002:291) Allah telah memberikan pemahaman dalam agama, ketepatan dalam berpendapat, dan kebenaran dalam ucapan kepada seseorang hamba yang saleh dan selalu bertaubat kepadanya, yaitu luqman. AllahSWT juga memerintahkannya untuk mensyukuri nikmat-nikmatnya dengan cara melakukan ketaatan padanya serta meninggalkan kemaksiatan. Barang siapa melaksanakan hal ini maka pada hakikatnya dia memberi manfaat pada dirinya sendiri, karena manfaatnya akan kembali pada dirinya juga. Sebab, AllahSWT tidak membutuhkan semesta alam. Kepatuhan seseorang tidak berguna bagiNYA begitu pula kedurhakaan seseorang tidak mengakibatkan bahaya bagiNYA.”(Al-Qorni, 2007:372) Kata “(” َوdan) pada awal surat Lukman ayat 12 berhubungan dengan surat Lukman ayat 6 yaitu: 40
Artinya: “Dan diantara manusia ada yang membeli ucapan yang melengahkan” ia berfungsi menghubungkan kisah an-nadhr Ibn harits itu dan kisah Lukman disini atas dasar persamaan keduanya dalam daya tarik kejadian dan keanehanya. Yang pertama keanehan dalam kesesatan, dan yang kedua perolehan hidayah dan hikmah. Demikian pendapat Ibn Asyur. An-Nadhr Ibn Harits adalah seorang penyair setan setelah adanya Abu Jahal. Mengapa dia dijuliki demikian oleh pengikut Nabi MuhammadSAW? Karena ketajaman lidah dan kelicikannya terhadap Muhammad SAW. an-Nadhr Ibn Harits adalah orang pertama yang menentang azab bila ia salah. Atau menentang Nabi Muhammad membuat rumah dari emas bila benar ia seorang Nabi Al-Biqa’i menghubungkanya dengan sifat AllahSWT al-Aziz, alHakim atau yang maha perkasa lagi maha bijaksana atau satu kalimat yang di hasilkan oleh kesimpulan ayat yang lalu tentang orang kafir. Seakanakan ayat ini menyatakan: Allah telah menyesatkan mereka berdasarkan hikmah
kebijaksanaanNYA
dan
sungguh
kami
(Allah)
telah
menganugrahkan hikmah kepada Lukman. Setelah ayat 12 menguraikan hikmah yang dianugrahkan kepada Lukman yang intinya adalah kesyukuran kepada AllahSWT, dan yang tercermin pada pengenalan terhadapnya dan anugrahnya. Kini dalam ayat 13 memlalui ayat 12 dilukiskan pengalaman hikmah itu oleh Lukman serta pelestarianya kepada anaknya. Inipun mencerminkan kesyukuran beliau atas anugrah itu. Kepada Nabi MuhammadSAW, atau siapa saja
41
diperintahkan untuk merenungkan anugrah Allah kepada Lukman itu dan mengingat serta mengingatkan orang lain. Ayat ini berbunyi: dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya dalam keadaan dia dari saat ke saat dia menasehatinya bahwa “wahai anaku sayang! Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan jangan juga mempersekutukanya sedikit persekutuan pun lahir maupun batin, persekutuan yang jelas maupun tersembunyi. Sesungguhnya syirik, yakni mempersekutukan Allah, adalah kezaliman yang sangat besar. Itu adalah penempatan sesuatu yang sangat agung pada tempat yang sangat buruk. Dalam ayat 14 dan ayat berikutnya dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran Lukman kepada anaknya. Lukman disisipkan alQuran untuk menunjukan betapa kehormatan dan kebaktian kepada orang tua menempati tempat kedua setalah pengagungan kepada AllahSWT. Memang sering kali menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada orang tua seperti dalam surat: al-Anam 151
Artinya: “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas hakmu oleh tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
42
dengan dia berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi dan janganlah kmu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami.” al-Isra’ 23
Artinya:“Dan tuhanmu memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuatbaik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam memeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kmau membentak mereka dan ucapkanlah perkataan kepada mereka perkataan yang mulia.” Tetapi sebenarnya ini bukanlah nasehat luqman, itu tidak berarti bahwa beliau tidak menasehati anaknya dengan nasehat serupa. Al-Biqa’i menilainya sebagai lanjutan dari nasehat Lukman. Ayat ini menurutnya, bagaikan menyatakan: Lukman menyatakan hal itu kepada anaknya sebagai nasehat kepadanya, padahal kami telah mewasiatkan anaknya dengan wasiat itu seperti apa yang dinasehatkannya menyangkut hak kami. Tetapi lanjut al-Biqa’i redaksinya diubah agar menyangkup semua manusia.
43
Thahir Ibn Asyur berpendapat bahwa jika kita menyatakan bahwa Lukman bukan seorangnabi, ayat ini adalah sisipan yang sengaaja diletakan setelah wasiat Lukman yang lalu tentang keharusan mengesakan Allah dan mensyukurinya, dengan sisipan ini, Allah menggambarkan betapa dia sejak dini telah melimpahkan anugerah kepada hamba-hambanya dengan mewasiatkan anak agar berbakti kepada kedua orang tua. Dengan demikian, anugerah ini mencakup Lukman sebagai ganjaran atas perhatianya memulai nasehatnya kepada anaknya agar memeperhatikan hak Allah, jangan sampai dipersekutukan. Di sini, Allah menunjukan bahwa Dia bersegera mendahului siapapun untuk memberi anugerah kebajikan terhadap siapa yang memberi perhatian terhadap haknya. Pendapat ini dikuatkan oleh disandingkanya perintah bersyukur kepada Allah dengan penghormatan kepada kedua ibu bapak. (Syihab, 2002:298) Apakah kandungan ayat diatas merupakan nasehat Lukman secara langsung atau tidak? Yang jelas, ayat diatas menyatakan : dan kami wasiatkan, yakni berpesan yang amat kukuh, kepada semua manusia menyangkut kedua orang, ibu dan bapaknya pesan kami disebabkan karena ibunya telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan di atas kelemahan, yakni kelemahan berganda dan dari saat kesaat bertambahtambah. Lalu, dia melahirkan dengan susah payah, kemudian memelihara dan menyusukanya setiap saat, bahkan di tengah malam hari ketika yang lain tidur nyenyak. Demikian hingga tiba masa menyapikanya dan penyapaianya dalam dua tahun terhitung sejak kelahiran sang anak. Wasiat
44
kami itu adalah bersyukurlah kepadaku! Karena aku menciptakan kamu dan menyediakan semua sarana kebahagiaan kamu, dan bersyukur pulalah kepada kedua orang tua kamu karena mereka yang aku jadikan perantara kehadiran kamu dipentas bumi ini. Kesyukuran ini mutlak kamu kamu lakukan karena hanya kepada Kulah (tidak kepada selain aku (Allah)) kembali kamu semua, wahai manusia, untuk kamu pertanggungjawabkan kesyukuran itu.(Syihab, 2002:300) C. Arti Perkata Surat Lukman Ayat 13
َو ِإ ْذ
:Dan ketika
ال
:Jangan
قَا َل
:Berkata
ت ُ ْش ِر ْك
:Kamu menyekutukan
ُ لُ ْق َم ان
:Lukman
َ ِب ِاّلل
:Allah
إل ِن ِه
:Kepada putranya
ِإ َن
:Sesungguhnya
َو ُهو
:Dan dia
الش ِْر َك:Mempersekutukan Allah
ُ يَ ِع ُ ظه
:Dia menasehatinya
ُ َل ظ ْلم
:Adalah kedzaliman
:Wahai anaku
ع ِظيم َ
:Yang besar
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasehat kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Fahrudin, 2011:413)
45
D. Asbab an-Nuzul Dalam kitab al-Misbah dijelaskan bahwa turunya surat Lukman ayat 13 ini, diriwayatkan ketika Suwayd Ibn as-Syamit suatu ketika datang ke Mekah. Ia adalah seorang yang cukup terhormat dikalangan masyarakatnya untuk memeluk agama Islam . Suwayd berkata kepada Rosulullah, “mungkin apa yang ada padamu itu sama dengan yang ada padaku.” Rosulullah berkata,”apa yang ada padamu?” ia menjawab, “kumpulan hikmah Lukman.”Kemudian Rosulullah berakta,”sungguh perkataan yang amat baik! Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah alQuran yang di turunkan AllahSWT kepadaku untuk menjadi petujuk dan cahaya.”rosulullah membacakan al-Quran kepadanya dan mengajaknya untuk memeluk Islam. (Syihab, 2002:297) Dalam hadits Bukhori, dari Qutaibah, dari Jarir, dari al-A’masy, dari Ibrahim, dari Al-Qomah, dari Abdullah r.a, beliau menyebutkan ayat dari ayat 82 dari surat al-Anam
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan rasa aman dan mereka mendapat petunjuk”.(QS. al-Anam: 82) (Fahrudin, 2011: 139) Dari turunya surat ini para sahabat merasa keberatan, Maka mereka mengahadap RosulullahSAW , seraya berkata:
46
َأيناَملَي ىبسََِيان َبظى ؟ Artinya:“)wahai rosulullah(, siapakakah diantara kami yang dapat membersihkan keimanan dari perbuatan zalim?.
َ{َيَب َنَّلَتشركَبَّلل:)َتسمعَِىلَاو َلقمان3(ََأّل،َ"ِن َلهسَبذاك:رلو َ هللَملسو هيلع هللا ىلص }ٌَ ِنَالشَركَلظى ٌَعظه Artinya:“Jawab beliau “ bukankah kamu telah mendengarkan wasiat Lukman terhadap anaknya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang sangat besar. (H.R Bukhori no. 3360). (Fahrudin, 2011:413) E. Pendapat Mufassir Tentang Surat Lukman Ayat 13 Berikut para pendapat mufassir yang menurut penulis baik buat sebagai acuan: 1. Tafsir al-misbah (Quraish Sihab)
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasehat kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”(Fahrudin, 2011:413) Kata ( )يعظهya’izhuhu terambil dari kata ( )وعظwa’zh yaitu nasehat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati, ada juga yang mengartikanya sebagai ucapan yang mengendung peringatan 47
dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata “dia berkata” untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anak, kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasehat itu dilakukanya dari saatke saat, sebagaimana dipahami dari bentuk
ُ )يَ ِعya’izhuhu. kata kerja masa kini dan datang pada kata (ُظه َ ) َو َع, dalam arti ucapan Sementara Ulama yang memahami kata (ظ yang mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata tersebut mengisyaratkan bahwa anak Lukman itu adalah seorang musyrik sehingga seorang ayah yang menyandang hikmah itu terus-menerus menasehatinya sampai anak mengakui tauhid, hemat penulis, pendapat yang antara lain dikemukakan oleh Thahir Ibn Asyur ini sekedar dugaan yang tidak memiliki dasar yang kuat, nasehat dan ancaman tidak harus di kaitkan dengan kemusyrikan. Disisi lain, bersangka baik pada anak Lukman jauh lebih baik dari pada berpresangkan buruk.
Kata
(ي َ )بُ َن
bunayya
adalah
patron
yang
menggambarkan
kemungilan asalnya adalah ( )اِ ْبنِيIbny dari kata ( )اِ ْبنIbn yakni anak lakilaki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang . dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya di dasari oleh kasih sayang terhadap peserta didik.
48
Lukman memulai nasehatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik atau persekutuan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keEsaan Allah. Bahwa redaksi pesanya berbentuk larangan jangan mempersekutukan Allah untuk menekan
perlunya
meninggalkan
sesutu
yang
buruk
sebelum
melaksanakan yang baik. “At-Takhliyah Muqoddamun Ala at-Tahliyah” (penyingkiran keburukan lebih utama dari pada menyandang perhiasan). (Syihab, 2002:298) Dalam pendapat diatas menjelaskan bahwa pendidikan yang harus di terapkan kepada anak dalam surat Lukman ayat 13 meliputi: Pertama dalam segi penyampaian/nasehat kepada anak, seperti dalam surat terdapat kata “Hai anakku”kata ini menunjukan bahwa Lukman
dalam
memberi
peringatan
kepada
anaknya
tidak
membentak/kasar. Orang tua tidak hanya memberi peringatan kepada anaknya saja tetapi juga harus dapat menjadi suri tauladan yang baik, dengan cara menumbuhkan akhlak baik kepada diri-sendiri (orang tua) agar bisa menjadi contok untuk anaknya, dan bisa lebih mudah untuk di tiru oleh anak. Kedua yaitu tentang pendidikan tauhid, dalam pendapat Quraisy Shihab mengatakan “janganlah kamu mempersekutukan AllahSWT” ini adalah peringatan yang kata pertama yang di katakan oleh Lukman tentang ketauhidan, pendidikan tauhid ini adalah dasar utama untuk bisa
49
melaksanakan ibadah-ibadah lainya, oleh sebab itu seorang anak pertamatama harus di beri pendidikan tauhid terlebih dahulu sebelum menerima pendidikan-pendidikan yang lainnya. Ketika berusia 7 tahun suruh anak untuk mengerjakan sholat tentunya menggunakan suruhan dengan disertai kasih sayang. Apabila anak membangkang boleh di beri panismen (hukuman) seperti dalam hadis dijelaskan: Rasulullah SAW bersabda:
َ َمر اَأ ّلدك َبلَّلة َ ه َأب ناء َلبع َلني َ اضربوه َعىه ها:ملسو هيلع هللا ىلص-َ اا َرلو َاَّلل .َه َأب ناءَعشرَلنيَ ف راواَب ه ن ه َِفَالمضاجع Artinya:“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita). Dan yang ketiga adalah tentang kezaliman yang harus tidak dilakukan oleh anak. Agar kezaliman tidak dilakukan oleh anak maka harus di tanamkan terlebih dahulu ketauhidan pada anak seperti yang sudah di jelaskan di paragraf di atas. Karena dengan ketauhidan yang kuat, keimanan juga akan kuat, dan tidak akan melakukan perbuatan zalim.
2. Tafsir dari Nurul Quran (Alamah Kamal Faqih Imani) Dalam tafsir Nurul Quran menjelaskan bahwa pelajaran merupakan salah satu cara untuk menyeru kepada kebenaran dan tak ada seorangpun yang tidak membutuhkanya. Salah satu nama lain al-Quran adalah pelajaran (al-Mauizzah). surah Yunus ayat 57, menegaskan “hai manusia,
50
sesungguhya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu”. Dalam kitab-kitab hadits ada bab khusus yang membahas tentang pelajaran. Sebagian ayat al-Quran menyatakan bahwa Rosulullah SAW adakalanya meminta Jibril supaya memberi pelajaran kepadanya. Ali bin Abi Tholib as adakalanya pula meminta sebagian dari sahabat-sahabat beliau supaya memberi pelajaran kepadanya karena mendengar pelajaran itu akan berdampak bagi orang yang mendengarkan apabila ia tidak tau (murtadha mutahhari, dan guftar). Dalam kandungan ayat Lukman ayat 13 ini adalah nasehat Lukman yang mengejarkan bahwa manusia itu harus berpegang teguh pada ideologi yang paling mendasar yaitu ideologi tauhid dan memiliki tauhid dalam segala aspek dan dimensi kehidupan. Segala gerak yang bersifat destruktif dan melawan AllahSWT berakar dari mempersukutukan AllahSWT . kesukaan pada uang, memuja tahta, nafsu birahi dan semacamnya termasuk cabang-cabang dari mempersekutukan AllahSWT. Sebaliknya akar dari gerak yang benar dan konstruktif adalah tauhid. Tauhid ini hanya bersandar kepada AllahSWT, mematuhi perintahnya, berlepas diri dari selainnya dan mengahancurkan segala berhala di dalam wilayah kekuasaanya. Perlu di tekankan, Lukman menyebut mempersekutukan AllahSWT adalah benar-benar kezaliman yang
besar. Sebagai alasan untuk
meninggalkan syirik dan pernyataan yang menyangkut beberapa aspek. Beberapa aspek kezaliman dari perbuatan syirik ini demikian luasnya
51
sehingga
bukan
hanya
berkaitan
dengan
AllahSWT,
yaitu
mempersekutukan Allah SWT dengan makhluk yang tidak setara dengaNya, namun juga berkaitan dengan umat manusia sebagai hambahamba AllahSWT. Dengan perbuatan jahatnya, mereka akan menciptakan kezaliman dan memalingkanmereka dari memuliakan menyembah AllahSWT sehingga jatuh ke jurang kenistaan menyembah makluk selain AllahSWT. (Imani, 2008:279-280) Dalam tafsir yang kedua juga menekankan pada ideologi ketauhidan, tidak hanya beriman kepada AllahSWT tetapi juga berurusan dalam duniawi yaitu melakukan segala perintahNya dan menjauhi segala larangaNya seperti sholat, zakat, puasa, haji dan lain sebagainya. Kemudia jika tauhid adalah dasar keimanan dan amal ibadah, maka dasar dari keburukan dan dosa adalah kezaliman/mempersekutukan AllahSWT. Perbuatan
zalim/mempersekutukan
AllahSWT
Tidak
hanya
mempersekutukan AllahSWT dengan makhluk yang tidak setara dengaNya, namun juga berkaitan dengan umat manusia sebagai hambahamba AllahSWT, seperti perbuatan-perbuatan jahatnya. 3. Tafsir an-Nur (Muhammad Hasbi Asy-Shiddiqie) Dalam tafsir an-Nur menjelaskan bahwa ada peringatan kepada anak yang berbunyi “Ingatlah wahai Rosul pelajaran yang diberikan oleh Lukman kepada anaknya, ketika dia menyuruh anaknya untuk menyembah AllahSWT menjelaskan
semata, bahwa
melarang
mempersekutukan
sesungguhya
52
syirik
AllahSWT,
adalah
suatu
serta aniaya
besar.”Lukman berkata “ wahai anaku janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan AllahSWT, karena mempersekutukan Allah itu suatu kezaiman (dosa) yang besar. Tidak ada kezaliman yang besar dari kezaliman ini. Kezaliman adalah meletakan sesuautu bukan pada tempatnya, orang yang menyamakan makluk pada dengan penciptanya atau menyamakan berhala dengan AllahSWT adalah orang yang menempatkan sesutu bukan pada tempatnya yang benar. Karena itu, pantaslah dia dinamai dzalim. Inilah kedudukan fungsi ayah yaitu memberi pelajaran kepada anakanaknya dan menunjuki mereka pada kebenaran dan menjauhkan mereka dari kebinasaan. (Hasbi, 2000:3207) Dalam tafsir yang ketiga memberikan penjelasan yang lebih singkat yaitu tentang pendidikan tauhid dan kezaliman yang di jelaskan lebih luas yaitu “Kezaliman adalah meletakan sesuautu bukan pada tempatnya” dan juga menekankan pada fungsi dari orang tua terhadap anak atau lebih tepatnya tanggung jawab orang tua terhadap anak yang harus di laksanakan sebagai orang tua yang muslim.
53
BAB IV ANALISISPENDAPAT SURAT LUKMAN AYAT 13 A. Analisa Pendapat Quraish Sihab Dalam Kitab Al-Misbah Setelah kita bahas mengenai pendapat-pendapat yang dipaparkan di bab sebelumnya, kemundian sekarang menganalisis apa si pendidikan yang sebenarnya di dalam surat Lukman ayat 13 1. Pendapat Quraish Sihab Dalam Kitab Al-MisbahTentang Tafsir Surat Lukman Ayat 13 Dalam
pendapat
QuraishSihab
dalam
kitabnya
al-Misbah
ُ )يَ ِعya’izhuhu terambil dari kata ( ) َوعَ َظwa’zh menyebutkan “Kata (ُظه yaitu nasehat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati.” Dari pendapat Quraish Sihab dalam surat Lukman ayat 13 mengacu pada pendidikan yang menjelaskan sebagaimana orang tua sebagai peran penting dalam keluarga terutama mendidik anak dengan menggunakan kata-kata yang berisi penyayang, ketentraman, tidak menggunakan katakata yang kasar dan merendahkan. Ada beberapa poin
pelajaran
pendidikan yang penulis ambil dari pendapat diatas yaitu pendidikan kasih sayang, sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki, dan terahir adalah perbuatan syirik. Dilihat dari penjelasan diatas penulis mengambil beberapa poin penting di antaranya adalah:
54
a. Pendidikan Kasih Sayang Dalam pendidikan kasih sayang banyak yang mengira kasih sayang pada anak cukup dengan memberi kebutuhan materi seperti uang, motor, dll. Padahal kewajiban orang tua bukan hanya memberi harta benda, tetapi juga pengajaran, kasih sayang, dan keharmonisan yang harus diciptakan dalam keluarga. Kasih sayang adalah cinta itu tidak dapat di terangkan, cinta hanya dapat dilaksanakan /diamalkan.(Gunarsa, 2007:37) Cinta kasih tidak bisa dirumuskan melainkan harus dijalankan, harus dirasakan, dialami dan dihayati dalam hidup. Sama halnya seperti semua kecakapan lainya maka “cinta kasih” inipun harus melewati suatu proses belajar. Sbagaimana mempelajari sesuatu, yakni dengan memeberi contoh mengenai hal itu lalu di lanjutkan dengan pengalaman sehingga pengetahuanpun bertambah. Cinta kasih tidak dapat dipelajari dari contoh-contoh kebengisan dan kekerasan hidup. Cinta kasih hanya dapat dipelajari dari contoh-contoh nyata dimana perwujudan cinta kasih diperlihatkan. Demikian pula cinta kasih hanya dapat dialami dan dihayati dari perbuatan cinta kasih yang dialaminya sebagai hasil perbuatan cinta kasih orang lain terhadap dirinya. Agar dapat memberi kasih sayang haruslam pernah memperoleh kasih sayang. Cinta kasih sayang dalam keluarga atau lebih singkatnya kasih sayang orang tua terhadap anaknya seperti memanggil anak dengan
55
panggilan yang indah dan penuh kasih sayang., mengedepankan konsep musyawarah dalam setiap suruhan atau larangan dan menggunakan argumen yang logis dan tepat. Teteapi dalam pendidikan saat ini di negara ada istilah kekerasan yang berlabel kasih sayang, melihat dari undang-undang yang tercantum pada Bab XII Pasal 77-90 UU perlindungan anak itu cenderung hanya ditujukan pada bentuk-bentuk kekerasan ekstrim yang dialami anak. Sedangkan perlakuan tidak pantas yang diterapkan pada anak, sebagai bentuk negasi pasal-pasal sebelumnya, tidak diancam dengan sangsi yang disebutkan secara eksplisit. Padahal tanpa mengesampingkan bobot keseriusan yang ada pada kasus-kasus kekerasan ekstrim seperti tersebut diatas, sangat sering diperlakukan tidak pantas atas diri anak yang terlanjur dianggap insiden miror itu berlangsung dalam jumblah yang lebih banyak. Salah satu bentuk kekerasan yang masih sering luput dari perhatian masyarakat dan pihak berwenang adalah perlakuan yang diterima oleh anak-anak korban penceraian. Juga anak-anak yang terpaksa ditinggal oleh orang tuanya yang se belumnya menjadi korban aksi oleh bekas pasanganya. Anak-anak dengan kondisi tersebut tidak jarang di “kuasai” oleh salah satu orang tua lainya. Tindakan memutus hubungan anak dengan salah satu orang tuanya, yang dilakukan oleh orang tua lainya dapat dilakukan secara fisik maupun psikis.
56
Di dalam pendapat selanjutnya mengatakan,“(Lukman memulai nasehatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik/ persekutuan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Allah. Bahwa redaksi pesanya berbentuk larangan jangan mempersekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan sesutu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik. “At-takhliyah muqoddamun ala at-tahliyah” (penyingkiran keburukan lebih utama dari pada menyandang perhiasan)”. (Syihab, 2002:298) Dalam pendapat diatas dapat kita lihat bahwa peringatan yang di sampaikan oleh Lukman menurut Quraish Shihab adalah menekankan pada perlunya menghindari syirik/ persekutuan AllahSWT. Dalam menghindari berbuatan zalim seseorang harus tertanam tanda-tanda sifat-sifat terpuji. Ada beberapa tanda-tanda sifat terpuji yang harus kita ketahui, yaitu sebagai berikut: 1. Tanda Pada Lisanya Seseorang yang takut kepada AllahSWT akan menjaga lisanya dengan baik, ia kawatir dan takut jika lisanya mengucapkan perkataan yang dapat mendatangkan murka AllahSWT. Karena itu, ia selalu menjaga lisanya dari perkataan dusta, ghibah (gosip), dan perkataan yang tidak bermanfaat. Bahkan ia berusaha agar lisanya selalu basah dengan zikir kepada AllahSWT, membeca al-Qur’an, berdiskusi tentang keilmuan, dan hal-hal yang terpuji lainya.
57
Rosulullah SAW. Bersabda:”barang siapa
yang dapat menjaga
(menjamin) mulut dan kemaluanya, aku akan menjamin surga kepadanya. (H.R. al-Bukhori) 2. Tanda Pada Perutnya Orang mukmin yang baik tidak akan memasukan makanan kedalam perutnya, kecuali sesuatu yang halal. Ia pun memakan sebatas kebutuhan saja. AllahSWT. Mengingatkan dalam ayat: al-Baqoroh ayat 188
Artinya:”Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”(Q.S.al-Baqoroh, (2) 188) (Fahrudin, 2011:30). 3. Tanda Pada Tanganya Orang mukmin yang takut kepada AllahSWT akan selalu menjaga tanganya dari hal-hal yang diharamkan AllahSWT, seperti mencuri, merampok, berbuat zalim, dan menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Sebaliknya, ia akan selalu menggunakan tanganya untuk melakukan ketaatan, seperti bersedekah, menolong orang lain, dan menyantuni anak yatim, ia takut diakhirat nanti tanganya akan berbicara dihadapan Allah tentang apa yang ia lakukan , seperti penegasan AllahSWT pada ayat berikut:
58
Artinya:“Pada hari ini kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada kami dan kaki mereka akan memeberi kesaksian terhadapa apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS.Yasin:65). (Fahrudin, 2011:445) 4. Tanda Pada Penglihatanya Perlihatan merupakan nikmat Allah yang amat besar. Karena itu, AllahSWT selalu mewanti-wanti manusia supaya menjaga nikmat ini dengan sebaik mungkin, sebagaimana tercermin dalam firmanNya berikut.
Artinya:“katakanlah kepada laki-laki yang beriman , agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluany. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. an-Nur:30). (Fahrudin, 2011:354) 5. Tanda pada Pendengaranya Seorang mukmin akan selalu menjaga pendengaranya dari hal-hal yang diharamkan AllahSWT, seperti nyanyian yang mengundang birahi, dan lirik lagu yang berisi ajakan kemaksiatan. Sebab, pendengaran akan dimintai pertanggungjawaban oleh AllahSWT diakhirat kelak. AllahSAW berfirman:
59
Artinya:“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (Q.S.al-Isra’:36). (Fahrudin, 2011:286) 6. Tanda pada Kakinya Seseorang yang takut kepada AllahSWT akan senantiasa melangkahkan kakinya ketempat yang mengandung unsur ketaatan, seperti mendatangi sholat jamaah, majlis, taklim, majlis zikir, dan sebagainya. Ia benar-benar takut melangkahkan kainya ketempattempat maksiat. Sebab, ia sadar bahwa dihari kiamat kelak, kakinya akan menjadi saksi atas perbuatanya. al-Kisah, ada seorang sahabat dari bani salamah yang tinggal dipinggir madinah. Tempat tinggalnya cukup jauh dari masjid. Ispun berencana untuk pindah kedekat masjid, karena ia merasa lelah kalau harus melangkahkan kainya kerumah AllahSWT ini setiap kali hendak sholat. Merespon hal tersebut, turunlah ayat berikut:
Artinya:“Sungguh kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan ketahuilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan).dan segala
60
sesuatu kami kumpulkan dalam kitab yang jelas (lauh mahfuz) (Q.S. Yasin:12). (Fahrudin, 2011:441) Rosulullah SAW. Kemnudian menjelaskan kepadanya bahwa setiap jejak langkahnya menuju masjid akan dicatat oleh AllahSWT sebagai amal saleh . karena itu, ia disarankan untuk tidak pindak kerumah dekat masjid. 7. Tanda pada Hatinya Seorang mukmin akan selalu mengisi hatinya dengan zikir dan istigfar kepada AllahSWT, sehingga hatinya menjadi bersih dan terhindar dari noda-noda dosa. Ia sangat takut jika dalam hatinya bersemi sifat jahat, seperti buruk sangka, iri hati, benci, dan sombong. Karenanya, ia selalu menjaga hatinya dari sifat-sifat kotor tersebut. Hati adalah penentu tindakan seseorang, jika hati itu baik maka baiklah tindakanya, jika hati itu buruk maka buruklah tindakanya. (Salamulloh, 2008:26-28) Seperti dalam sabda Rosulullah SAW,
ِ ِ اْلَواِ َّن ِِف ا ت فَ َس َد ا ت صلُ َح ا اْلَ َسد ُم ا اْلَ َس َد ُكلهُ َواذَا فَ َس َد ا صلُ َح ا ُاْلَ َس ُد ُكلُه َ ضغَةًاذَا َ ِ )ب (رواه البخاري ومسلم ُ اَْلَ َوه َى الا َق ال
Artinya:“Ketahuilah bahwa dalam jasad terdapat gumpalan daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh anggota tubuhnya, dan apbila ia jelek, maka jeleklah seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (H.R. al-Bukhori dan Muslim).(Al-Utsaimin, 2013:20) Hadits diatas menjelaskan bahwa hati adalah sebagai pusat tindakan. Baik berupa tindakan yang baik maupun yang buruk. Hadits ini selaras dengan tanda-tanda sifat terpuji yang harus 61
dimiliki seseorang yang sudah di jelaskan diatas, serta baik buat pendidikan untuk di terapkan kepada anak. Berhubungan
dengan
hadits
diatas
imam
muslim
juga
meriwayatkan dalam shohihnya, dari Huzaifah ibnu Yaman r.a ia mengatakan, saya mendengar Rosulullah SAW bersabda:“fitnah” (cobaan) akan menerpa hati, seperti halnya menenun tikar atau karpet benang demi benang, setiap hati yang menerimanya akan ternodai oleh nohtah hitam. Dan hati yang menolaknya, maka titik putih akan tergaris disana, sehingga hati menjadi dua macam; pertama:hati yang putih, bening dan jernih. Fitnah apapun tidak akan mampu menembusnya untuk selamanya. Dan kedua: hati yang hitam pekat seperti panci yang hangus, sama sekali tidak mengenal kebaikan dan tidak menolak kemungkaran, obsesinya hanya memperturutkan hawa nafsunya.” Lebih lanjut Ibnu Qoyim mengatakan, “karena itu, terpaan fitnah terhadap hati yang sedikit demi sedikit diserupakan dengan menenun karper benang demi benang, benang ini adalah kekuatanya.”(Bali, 2006:22) Dalam menghadapi terpaan fitnah ini, hati dibagi menjadi dua bagian: hati yang menerima dengan suka rela. Seperti meminum air dari bejana yang menyebabkan hatinya akan terorehi nohtah hitam. Setiap menerima fitnah yang ditimpahkan kepadanya, menjadi hatinya hitam pekat dan legam, sama sekali tidak dapat menerima
62
kebaikan. Inilah yang di maksud Rosulullah SAW “ seperti panci yang hangus”. b. Keteladanan Orang Tua Kebahagian Suami Istri dalam mengayuh biduk rumah tangga tidak lengkap tanpa kehadiran anak, karena anak adalah buah hati dan pelengkap jiwa. Dibalik keluarga yang tentram dan aman pasti ada orang tua yang hebat, dan patut sebagai teladan, terutama kepada anak, karena anak adalah sebagai generasi yang akan mendatang. Mendidik anak adalah amanat AllahSWT yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan-Nya, anak memerlukan pendidikan yang baik dan mememadai dari orang tua. Pendidikan di sini bermakna luas, baik berupa akidah, etika, maupun hukum Islam. Selain itu, pendidikan tidak hanya di lakukan di sekolah, tetapi juga dirumah. Mengenai pendidikan anak, Rosulullah SAW. Mengajarkan, bahwa kalau anak sudah mendekati masa baligh atau beranjak remaja, hendaknya dipisahkan antara tempat tidur anak laki-laki dna anak perempuan. Begitu pula tempat tidur anak dengan orang tuanya. Selain mengajarkan kemandirian, hal ini juga mengisyaratkan kehati-hatian, supaya nanti tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saat
anak
berusia
tujuh
tahun,
hendaknya
orang
tua
memerintahkanya untuk mengerjakan sholat dan puasa sebagai wahana pemberdayaan. Dengan penggemblengan sejak dini, diharapkan anak
63
sudah terlatih mengerjakanya diusia baligh. Orang tua diperkenankan menghukum anak pada umur sepuluh tahun, kalau ia lalai menunaikan kewajiban. Hukuman pada anak tidak boleh bersifat menyakiti atau menimbukan cacat. Seharusnya hukuman tersebut lebih ditekankan kepada pendidik agar anak jera dan tidak melanggar perintah AllahSWT. Ada hal yang penting yang tidak boleh dilupakan adalah ketika orang tua memerintah sesuatu kepada anak, seharusnya mereka juga melaksanakan perintah tersebut. Bahkan, mereka sudah sempurna dalam pelaksanaanya. Misal, jika orang tua memerintahkan kepada anak untuk mengerjakan sholat, maka orang tua seharusnya sudah mampu menunaikan sholat dengan sempurna. Tidak bijaksana jika orang tua hanya memerintah, sedang mereka sendiri tidak mengerjakanya. (Salamulloh, 2008:104) Mengenai keteladanan orang tua Allah telah berfirman:
Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (itu) sangatlah dibenci disisi AllahSWT jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. asSaff:2-3). (Fahrudin, 2011:552) B. Analisis Pendapat Alamah Kamal Faqih Imani dalam Kitab Tafsir Nurul Quran Pendapat Alamah Kamal Faqih Imani dalam tafsirnya yang berjudul Nurul Quran menyebutkan “Dalam kandungan ayat Lukman ayat 13 ini 64
adalah nasehat Lukman yang mengejarkan bahwa manusia itu harus berpegang teguh pada ideologi yang paling mendasar yaitu ideologi tauhid dan memiliki tauhid dalam segala aspek dan dimensi kehidupan.” Dalam pendapat ini penulis juga mengambil pin-poin penting yang orang tua harus tau terlebih dahulu sebelum mengajarkan pada anaknya, diantara poin-poinya yaitu: 1. Pendidikan Tauhid Dalam pendidikan tauhid terdapat 2 jalur komunikasi yang dihadapi manusia dalam hidupnya yaitu : a. Jalur komnunikasi yang bersifat vertikal, yaitu jalur komunikasi manusia dengan tuhan. b. Jalur komunikasi yang bersifat horiszontal, yaitu jalur komunikasi manusia dengan alam sekitar, terutama sesama manusia itu sendiri.(Tatapangarsa, 1980:18) Kedua jalur yang dihadapi ini, baik yang vertikal maupun yang horizontal, manusia harus dapat menjalin dan membinanya dengan baik. Artinya, manusia haruslah menjalin hubungan baiknya dengan tuhan dan dengan alam sekitar (alam sekitar disini tentunya terutama adalah manusia itu sendiri). Kalau komunikasi vertikal saja yag dijalin dengan baik, hal ini akan membawa sikap hidup zuhud yang menolak duniawi dan suka mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat. Sebaliknya, kalau jalur komunikasi horizontal saja yang dibina baik sedang hubungan vertikalnya
65
dengan tuhan tidak beres bahkan tidak putus samasekali, hal ini akan mendatangkan sikap hidup sekuler yang tandus dan ateis. Jadi, kalau dengan salah satu pihak dari kedua belah pihak itu yaitu Tuhan (vertikal) dan manusia (horizontal), apalagi dengan kedua-duanya . Seorang mempunyai hubungan buruk , hidup orang itu akan menjadi pincang dan tidak normal. Hanya kalau dengan tuhan dan dengan manusia ini kedua-duanya dapat dijalin hubungan baiknya, kehidupan ini dapat berjaln dengan baik dan stabil, harmonis dan sejahtera lahir batin. Seperti dalam firman AllahSWT yang telah digariskan sedemikian rupa:
Artinya:”Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali agama AllahSWT dan tali perjanjian dengan mnausia. Mereka mendapat murka dari AllahSWT dan selalu diliputi kesengsaraan, yang demikian itu karena mereka mnegingkari ayatayat AllahSWT dan membunuh para nabi, tanpa hak alasan yang benar. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas”. (QS. alImran,112). (Fahruddin, 2011:65) Iman tidak cukup hanya di terjemahkan dengan “percaya atau yakin”, karena bila berhenti pada pengertian “percaya”, iblis lebih percaya dari dulu dari pada kita. Iblis pernah berdialog sekaligus menunjukan sifat pembangkanganya. Ketika
AllahSWT menyruh iblis untuk hormat 66
kepada adam a.s dalam simbol bersujud. Iblis menentang dan membangkang perintah AllahSWT tersebut seperti dalam surat al-Isra’ ayat 289:
Artinya:”Dan ingatlah, ketika kami berfirman kepada Malaikat, “sujudlah kamu semua kepada adam,”lalu mereka sujud, kecuali Iblis . Iblis berkata,”apakah aku harus bersujud kepada orang yang engkau ciptakan dari tanah?.” (QS. Al-Isra’:61). (Fahrudin, 2011:289) Agar kita ada perbedaan dengan iblis, kata Iman harus kita terjemahkan lebih nyata dan spesifik. Iman berarti menempatkan diri secara merdeka, membebaskan diri dari segala belenggu ikatan kecuali mengikat diri dengan penuh cinta kepada Allah. Iman merupakan berpihakan kepada AllahSWT da Rosulnya sesuai dengan al-Quran dan Hadits.(Tasmara, 2002:1) Iman bukanlah hanya sekadar knowladge atau pengetahuan. Kita tidak cukup hanya sampai pada batas “saya tahu” tetapi harus diteruskan dengan “saya bergerak” Abu Sa’id al-Kharazz, seperti yang ditulis oleh Qusyairi, berkata, “siapa saja yang menduga bahwa apabila seseorang mencurahkan tenaganya untuk mencapai tujuan, berarti ia tertolong. Barang siapa yang menduga jerih payah ia akan meraih tujuanya, berarti ia hanya berangan-
67
angan!” Rosulullah SAW. Bersabda, “perbaikilah pekerjaanmu niscaya doamu akan terkabul.”(HR.Tabarani). (Tasmara, 2002:3). Dengan kata lain dapat di katakan bahwa beriman atau setidaknya tidaklah sempurna Iman seseorang yang hanya menyakini didalam hati dan mengucap didalam kata, tetapi hampa dalam perbuatan. Pandai membuat pernyataan, tetapi bodoh mewujudkanya dalam kenyataan. Dalam bukunya Wahiddudin Khan menjelaskan bahwa Iman adalah bersandar penuh dan percaya, bersandar pada sesuatu yang tidak kasab mata dan mempercayainya. lalu dia mengaitkanya dengan taqwa, wara’ dan khauf. Jadi sebagai orang tua harus mngetahui bagaimana pentingnya pendidikan Iman bukan hanya sebatas percaya saja, hal seperti ini yang harus di tanamkan kepada anak agar menciptakan suasana anam dan tentram di dalam keluarga. Dalam pendapat selanjutnya menyebutkan, “Perlu di tekankan, Lukman menyebut mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. Sebagai alasan untuk meninggalkan syirik dan pernyataan yang menyangkut beberapa aspek. Beberapa aspek kezaliman dari perbuatan syirik ini demikian luasnya sehingga bukan hanya berkaitan dengan Allah, yaitu mempersekutukan dia dengan makhluk yang tidak setara denganya, namun juga berkaitan dengan umat manusia sebagai hamba-hamba
Allah.
Dengan
68
perbuatan
jahatnya,
mereka
akan
menciptakan kezaliman dan memalingkanmereka dari memuliakan menyembah Allah sehingga jatuh ke jurang kenistaan menyembah makluk selain Allah. (Imani, 2008:279-280)” Dalam pendapat diatas sudah jelas bahwa telah mekankankan pada perbuatan zalim (menyekutukan AllahSWT) yang merupakan dosa yang paling besar. Berikut penjelasan mengenai perbuatan dosa besar (Syirik). 2. Perbuatan Syirik Dalam Tafsir ibn Katsir mendefinisikan bahwa syirik merupakan berbuatan terzalim diantara kezaliman, Bukhori meriwayatkan dari Abdullah. Dia berkata:
ِ ش َّق ذَلِك علَى أصحا ِب رسو ل.اإْيا نَهم بِظُالم ِ هللا َ َ َ َا َُ الذيا َن َامنُوا وََلا يَالب ُسو اَ ُ ا: ملَّا نََزلَت ِ ا.م. وقَا لُواأَيُّنا ََل يلبِس اِاْيا نه بِظُالم؟ فَقا ل رسو ل هللا ص.م.ص لك أْلَ تَ اس َم ُع ي ل َّه ن َ َ َ س بِ َذ ا ُ َُ َ َ ا َ ا ُ ا ُ َ ِ ِ َي ب ن ْلَ تُ اش ِرك ِب هل ا َّن الشَّرَك لَظُالم:ول لُاقما ن )عظاي ٌم (رواه البخا ري ََّ ُ َ َ ِ ََإَل ق َ ٌ ا Artinya:”Tatkala ayat, orang-orang beriman dan mereka tidak mencampuri keimanaya dengan kezaliman diturunkan maka terasa beratlah bagi para sahabat RosulullahSAW. Mereka berkata, ‘siapa diantara kami yang tidak mencampuri keimananya dengan kezaliman? “maka Rosulullah SAW bersabda, maksud ayat itu bukanlah demikian. Apakah kamu tidak menyimak ucapan Lukman yang berbunyi, hai anaku, janganlah menyekutukan AllahSWT. Sesungguhnya mnyekutukan Allah itu benar-benar merupakan kezaliman yang besar.” HR.Bukhori. (Ar-Rifai, 2000:790 ) Hadits ini pun diriwayatkan oleh Muslim dari al-A’msy Kemudian Lukman membarengkan pesan beribadah kepada Allah yang esa dengan berbuat baik dengan kedua orang tua. Seperti dalam firman AllahSWT: 69
Artinya:”Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupanya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan janganlah seorang ayah menderita karena anaknya. Ahli warispun berkewajiban seperti itu pula. Apabila keduanya ingi menyapih dengan persetujuan dan bermusyawaratan antara keduanya. Maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain. Maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah danketauhilah Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan”.(QS. al-Baqarah:233). (Fahrudin, 2011:36) Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah,”yakni makin bertambah lemah. Ayat “dan menyapihnya dalam dua tahun,”berarti setelah anak dilahirkan, maka si ibu merawatnya
dan
menyusuinya.
Hal
ini
sebagaimana
firman
AllahSWT,”hendaklah para ibumenyusui para anaknya dua tahun penuh, bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuan.
70
Dalam masa modern ini banyak anak-anak yang berimajinasi terlalu jauh, imajinasi adalah watak yang dimiliki oleh anak-anak, imajinasi, di batasi sampai kadar tertentu, memang mungkin berguna terutama bagi anak-anak yang berumur dibawah 7 tahun dimana imajinasi ialah bagian dari bermain dan bermain ialah cara belajar awal mereka. Bagi anak, khayalan menjadi kursial dalam bermain, anak yang hanya memiliki sebuah boneka, bisa menghadirkan berbagai hal lain dalam benaknya untuk melengkapi permainanya dengan boneka tersebut. Khayalan juga bisa membantu anak memperkaya daya fikirnya dengan berbagai hal yang menyangkut perasaan maupun berfikir kreatif. Tetapi
anak
yang
terlalu
banyak
menghayal
akan
bisa
membahayakan kesehatan perkembangan jiwa. Jika anak sudah tidak mau di ajak melihat empiris atau hal-hal yang nyata, atau jika anak sudah menganggap apa yang imajinasi sebagai benar-benar ada, maka ini akan berbahaya bagi si anak. Dewasa ini banyak juga film-film atau game yang berdasarkan cerita hanyalan, yang seakan nyata dan imajinasi tanpa batas. Bukan untuk anak-anak saja bahkan sampai buat remaja dan dewasa juga. Kita ambil satu contoh seperti film pokemon di situ di ceritakan adanya pocket monster atau bisa disebut juga monster kantong (jin kantong). Dalam kisahnya pokemon dapat di simpat di kantong dan jika diperlukan ia dapat di aktifkan buat membantu si pemilik. Sekarang apa bedanya dengan
71
konsep “khadam”(jin pelayan) dalam budaya timur? Jin pelayanan yang di miliki seseorang akan membantu pemiliknya tergantung perjanjianya. Ini adalah contoh kecil dari satu film masih banyak film-film yang berbau-bau seperti ini, jika film-film seperti ini di perlihatkan kepada anak yang hanyalanya tanpa batas, maka sangat amat berhaya baginya. Hayalan ini akan menyangkut ketika kita sambungkan kepada keyakinan yaitu iman kepada AllahSWT. Karena hayalan akan berhubungan pada suatu yang ghoib. Seperti keimanan yag sudah dijelaskan sebelumnya. Dunia ghaib memang bukan wilayah nan dapat diilmiyahkan. Namun sekali lagi, kita sadar bahwa global itu ada dan bahwa jin memang dapat berbuat hal-hal tertentu, bahkan ada sebagian manusia memang berkolaborasi dengan jin buat minta kekuatan dan perlindungan. Tegasnya kenyataan seperti itu ialah perbuatan syirik, dosa besar mempersekutukan AllahSWT yang tak terampuni. C. Analisis Pendapat Muhammad Hasbi Asy-Shiddiqie dalam Kitab Tafsir An-Nur Dari tafsir an-Nur MuhammadHasby asy-Shiddiqie berpendapat mengenai surat Lukman ayat 13 menyatakan “Kezaliman adalah meletakan sesuautu bukan pada tempatnya, orang yang menyamakan makluk pada dengan penciptanya atau menyamakan berhala dengan Allah
72
adalah orang yang menempatkan sesutu bukan pada tempatnya yang benar. Karena itu, pantaslah dia dinamai dzalim. Inilah kedudukan fungsi ayah yaitu memberi pelajaran kepada anakanaknya dan menunjuki mereka pada kebenaran dan menjauhkan mereka dari kebinasaan” Di dalam pendapat ini telah menegaskan untuk meninggalkan perbuatan zalim, seperti hadits nabi “Telah menceritakan kepada kami Ahmad binYunus telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz Al Majisyun telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah bin Dinar dari 'Abdullah bin 'Umar r.a dari NabiSAW: "Kezaliman adalah mendatangkan kegelapan hari kiamat". Dalam hadits diatas menjelaskan betapa bahayanya perbuatan zalim bagi diri kita dalam kehidupan dunia maupun di akhirat nanti. Menurut Imam Hasan Al-Bashri dalam Kitab kitab Syarhu Sunnah jilid 14, • Kezaliman itu ada tiga macam:Pertama: kezaliman yang tidak diampuni AllahSWT. Kedua: kezaliman yang tidak dibiarkan begitu saja oleh AllahSWT. Ketiga: kezaliman yang diampuni AllahSWT. (Hasan, 1996:112) 1. Kezaliman yang Tidak Diampuni AllahSWT Kezaliman yang tidak di ampuni AllahSWT sebelum pelakunya bertobat adalah syirik pada kepada AllahSWT. Syirik (menyekutukan AllahSWT) merupakan kezaliman terbesar, sebagaimana firman AllahSWT dalam surat Lukman ayat 13.
73
Dalam Hadits juga dijelaskan
َ ََيرلو:َ"اجتنبواَالسبعَالوبقاتَ"َاهل: عنَأِبَهريرة؛َأنَرلو َ هللَملسو هيلع هللا ىلصَاا َ،َ السحر،َ ا تلَالن فسَاليتَحرمَ هللَِّلَبحلق،َ"الشركَبهلل: َ ماَهن؟َاا، هلل ََ اذفَاحملَّناتَالؤمنات،َ الت وّلَيومَالزحف، َ أكلَما َالهته،أكلَالرب الغافلت Artinya:”Hadis riwayat Abu Hurairah radiyAllahu ‘anhu dari Nabi sallAllahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, makan harta anak yatim, melarikan diri pada hari perperangan dan menuduh zina pada wanita yang menjaga kesuciaan dan beriman.(Hadits Shohih Bukhori)(Fuad, 2011:28)
Hadits diatas menjelaskan diantaranya sebagai berikut: 1) Perbuatan Syirik Syirik menurut bahasa ialah dari kata sekutu, serikat, atau perkongsian.
Sedangkan
menurut
pengertian
syara’
memperserikatkan Allah dengan sesuatu makhluk ciptaa-NYA. (Teungku, 1998:53)
ََلئلَالنب:ََ حدثناَشعبةَعنَعبهدَ هللَبنَأِبَبكرَبنَأنسَعنَأنس َهنع هللا يضر َاا َلى َ هلل َعىه َ َلى َعن َالكبائر َاا َ{اإلشراك َبهلل َ عقوق َالوالدين َ اتل }النفسَ شهادةَالز ر Artinya:Hadits riwayat Anas r.a, ia berkata; Nabi SAW ditanya tentang dosa-dosa besar. Maka beliau menjawab dan bersabda: “menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh orang dan bersumpah palsu. (Shohih al-Bukhori Hadits no 2459) 2) Macam-macam Syirik 74
Menurut Prof. Dr. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam bukunya al-Islam pada dasarnya syirik itu dibagi menjadi 2 macam, yaitu : a) Syirik Akbar Yakni mempersekutukan sesuatu makhluk dengan AllahSWT baik mempersekutukan dalam beribadat kepada AllahSWT, syirik ini mengeluarkan orang yang bersyirik dengannya dari agama, tidak ada ampunan dari padanya selain taubat melepaskan diri dari padanya. b) Syirik Ashghor Yakni mengerjakan sesuatu bukanlah AllahSWT semata-mata seperti juga mengerjakan dengan riya’ (Hasbi, 1977:224) 3) Sebab- sebab Terjadinya Syirik a) Mengagumi dan mengagungkan sesuatu selain AllahSWT b) Cenderung mengimani yang konkrit dan lalai mengimani yang abstrak c) Dikuasai nafsu d) Sombong dalam beribadah kepada AllahSWT e) Adanya para penguasa yang memperbudak manusia untuk kepentingan mereka. 2. Kezaliman yang Tidak Dibiarkan Begitusaja oleh AllahSWT Kezaliman yang tidak dibiarkan begitu saja tanpa ada pembalasan, yaitu kezaliman yang dilakukan seorang manusia terhadap sesamanya, atau seorang muslim terhadap saudaranya. 3. Kezaliman yang Diampuni AllahSWT.
75
Kezaliman yang di ampuni Allah adalah kezalimankezaliman yang diampuni AllahSWT, yaitu kezaliman seorang hamba terhadap dirinya dengan melakukan perbuatan dosa atau kemungkaran/pelanggaran terhadap hak-hak AllahSWT atas dirinya, misalnya meninggalkan puasa, minum-minuman keras, dan perbuatan-perbuatan yang mungkar lainnya yang berkaitan dengan pelanggaran hak-hak Allah terhadap dirinya Seperti dalam firman AllahSWT:
Artinya:“Dan juga orang-orang yang juga mengerjakan perbuatan keji dan menganiayanya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahuinya.”(QS. al-Imran:135). (Fahrudin, 2011:68) Kalau
dikaitkan
dalam
keluarga
orang
tua
sangat
wajib
mengajarkan anaknya pertama kali adalah tentang keesaan AllahSWT, keimanan, amal ma’ruf nahi mungkar, hal ini harus di dahulukan dalam pengajaran terhadap anak sejak lahir, kalau dari masa kecilnya hati sudah di tanami kebaikan, keimanan kepada AllahSWT maka di esok hari kedepan ketika dia besar hatinya insyaAllah akan terjaga dari perbuatan-
76
perbuatan maksiat, serta akan diberi keringanan dalam menjalankan perintah AllahSWT yaitu amal ma’ruf nahi mungkar. Dari ketiga pendapat di atas yang telah penulis analisis memberikan kesimpulan bahwa isi dari kandungan surat Lukman ayat 13 yaitu menekankan pada pendidikan kasih sayang dari orang tua kepada anak, guru kepada anak didik, serta antar saudara. Kemudian Teteladanan orang tua, dan juga ketauhidan yang harus dimiliki oleh setiap muslim serta perbuatan syirik.yang harus di hindari.
77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang tersusun rapi sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulan bahwa: 1. Seorang Ayah atau lebih tepatnya orang tua mempunyai kewajiban/tanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada anaknya, Seperti:1). Tanggung jawab pendidikan iman, 2). Tanggung jawab pendidikan akhlak, 3). Tanggung jawab pendidikan fisik, 4). Tanggung jawan pendidikan intlektual, 5). Tanggung jawab pendidikan psikis, 6). Tanggung jawab pendidikan sosial, 7). Tanggung jawab pendidikan seksual. Selain mendidik anaknya orang tua juga harus memberikan contoh, dalam arti orang tua juga mempunyai perlakuan baik tentang apa yang diajarkan kepada anaknya. 2. Surat Lukman ayat 13 adalah ayat yang menjelaskan mengenai nasehat-nasehat Lukman yang di sampaikan kepada anaknya, yang sebelumnya di ayat 12 telah membahas mengenai hikmah-hikmah yang di anugerahkan kepada Lukman agar dapat menjadi suri tauladan untuk anaknya dan kaum muslimin, dan di ayat 14 katakata Lukman hanya sebuah sisipan, bahwasanya semua kehendak Lukman hakekatnya adalah dari Allah SWT dan agar menjadi
78
peringatan kepada semua bahwa orang tua mempunyai kedudukan nomer dua setelah Allah SWT 3. Nillai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Lukman ayat 13. Dari Quraish Sihab dalam kitabnya Al-Misbah, Alamah Kamal Faqih Imani dalam kitab tafsir Nurul Quran dan Muhammad Hasbi asy-Shiddiqie Dalam Kitab Tafsir an-Nurmenjelaskan bahwa kewajiban orang tua untuk mendidik anak yang utama adalah larangan untuk tidak menyekutukan AllahSWT (tidak zalim) dan mendidik anak untuk tatat kepada orang tua. Dalam mendidik anaknya menggunakan penyampaian yang mengandung kata yang lembut penuh kasih dan sayang. B. Saran-saran Berdasarkna kesimpulan diatas, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada Oran Tua Kepada orang tua, di zaman yang penuh dengan saingan ini jangan pernah lupa mendidik anaknya karna anak adalah penerus bangsa. Jika seorang anak tak terdidik apa jadinya nanti bangsa kita 2. Kepada Guru-guru Kepada guru berhati-hati dalam mendidik anak. Karena sitiap anak mempunyai karakter sendiri-sendiri dan juga mempunyai masa lalu yang berbeda-beda. Gunakan pendidikan dengan cara yang baik seperti yang terkandung dalam surat Lukman ayat 13, mendidik dengan penuh
79
kasih sayang. Pendidikan yang didasari hati dan perbuatan yang baik pasti akan menghasilkan hasil didikan yang baik juga, InsyaAllah. C. Penutup Demikian skripsi yang dapat penulis sampaikan. Tentunya skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan dalam penyampaian maupun penulisan skripsi ini penulis juga meminta kritik dan saran dari pembaca sehingga skripsi ini mendekati kebenaran dan kesempurnaan sebuah karya ilmiyah. Semoga dengan adanya skripsi ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir al-Quran Majid an-Nur. Semarang. PT. Pustaka Rizki Putra. Ash-Shiddeqy, Muhammad Hasbi Tim. 1977. Al- Islam. Jakarta : Bulan Bintang Al-Qorni, Aidh. 2007. At-tafsir al-muyassar. Jakarta. Qisthi Press. Ar-Rifa’i, Muhammad Nasif. 2000. Taisiru Al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3, Jakarta, Gema Insani Al-Utsaimin, Muhammad Bin Sholih. 2013. Syarah Hadits Arbain An-Nawawi. Jakarta. Ummul Qura Bali, Wahid Abdussalam. 2006. Benteng Ghoib (Bagaimana Melindungi Hati Dari Godaan Syetan. Solo. AQWAM. Baidan, Nashruddin. 2000. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR (Anggota IKAPI). Bukhari, Imam. Shahih Bukhari,hadist nomor 1296. Beirut: Dar al-Ma’arif. Dawud, Abu. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar al-Ma’arif. Fuad, Muhammad Abdul Baqi. 2011. al-Lu’luk Wal Marjan. Jakarta. Buku Islam Utama Fakhrudin, arif Irhamah. 2011. al-Hidayah (al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka). Tanggerang. Kalim. Farmawi, Abd al-Hayy. 1996. metode tafsir maudu’i. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
81
Gunarsa, Ny. Singgih D. 2007. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarata: PT BPK Gunung Mulia. Hidayat, Anisa. 1994. pegangan anak soleh. Jakarta: pustaka pelajar jogjakarta Hasbi Ash Shiddieqy, Muhammad Teungku. 1998. Al- Islam I. Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra. Imani, Alamah Kamal Faqih. 2008. Tafsir Nurul Quran. Jakarta: Al-Huda Kuswaya, Adang. 2009. Studi Kritis Terhadap Metode Tafsir Tradisional Ala Hasan Hanafi. Salatiga. Stain Salatiga Press. Ma’lûf, Louis. 1927. Qamus al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A’lam, Beirut: Mathba’ah al-Katulikiyyah. Prayitno, Irwan. 2004. Anakku, Penyejuk Hatiku. Bekasi: Pustaka Tarbiatuna Salamulloh, Muhammad Alaika 2008. Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta. Pustaka Insan Madani. Sugiyo, Teha. 2001. keluarga sebagai sekolah cinta. Bandung: LBM (lembaga literatur bastis). Syihab, Quraish. 2002. Tafsir al-misbah, pesan, kesan dan keserasian al-quran. Jakarta: Lentera Hati Shapiro, Jerrold lee. 2003. The Good Father: Kiat Lengkap Menjadi Ayah Teladan, Bandung: Mizan Media Utama (MMU). Thalib, M. 1995. 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak. Bandung: Irsyad Baitussalam. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT (Persero) Penerbitan dan Percetakan BALAI PUSTAKA.
82
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Islami Kerja. Jakarta. Gema Insani Press. Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak Yang Mulia. Malang. PT.Bina Insani Ulwan, Abdullah Nasih. 1981. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Semarang: Asy-Syifa’. Ulwan, Abdullah Nasih. 1996.
Pengembangan Kepribadian Anak. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset. Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Anggota IKAPI DKI Jaya.
83
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup 2. Daftar SKK 3. Lembar Konsultasi 4. Surat Pembimbing
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI Nama
: Muhammad Fatkurrochman
Nama Ayah
: Karnadi
Nama Ibu
: Sri Fadillah
Tempat, Tanggal Lahir
: Demak, 25 februari 1993
Alamat
: Sarirejo, Guntur, Demak, Rt: 4 Rw: 1
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN 1999-2005
SDN 1 Sarirejo, Guntur, Demak
2005-2008
MTs Darul Ulum, Bulusari, Sayung, Demak
2008-2011
MA Darul Ulum, Bulusari, Sayung, Demak
2011-2016
Program Sarjana (S1) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.