TAKHRIJ HADITS DUNIA LEBIH RENDAH NILAINYA DARIPADA SAYAP NYAMUK
Nabi bersabda :
*) % ( ' $%& !"# “Sekiranya dunia seimbang dengan nilai sayap nyamuk, niscaya Dia tidak akan memberikan kepada orang kafir minuman daripadanya seteguk air” Takhrij Hadits : Hadits ini datang dari beberapa sahabat yaitu : 1. Abu Huroiroh secara marfu’ Ditulis oleh Imam Ibnu Abi ‘Ashim dalam “Az Zuhud” (no. 128) dari jalan : akhbaronaa ‘Uqbah bin Mukarim, akhbaronaa Yunus bin Bukair, akhbaronaa Abu Ma’syar dari Sa’id Al Maqbariy dari Abu Huroiroh bahwa Rasulullah bersabda : sama seperti hadits diatas. Kedudukan sanad : A. Uqbah bin Mukarim dinilai Shoduq oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib” B. Yunus bin Bukair dinilai shoduq yukhthiu (melakukan kekeliruan) dalam “At Taqriib” oleh Al Hafidz C. Abu Ma’syar Nujaih bin Abdurakhman dikatakan oleh Imam Al Albani ia perowi dhoif dengan kesepakatan ulama diantara yang mendhoifkannya dengan sangat adalah Imam Yahya bin Ma’in dan Imam Bukhori dengan mengatakannya sebagai Mungkarul hadits (Silsilah Adh-Dhoifah no. 55) D. Sa’id bin Abi Sa’id Al Maqbary dikatakan oleh Al Hafidz Tsiqoh berubah hapalannya 4 tahun sebelum meninggalnya, sebagaimana tercantum dalam “At Taqriib”. Sa’id Al Maqbary mendapatkan Mutaba’ah dari Sholih-Maula At Tawaamah- sebagaimana ditakhrij oleh Imam Ibnu Abi ‘Ashim dalam “Az Zuhud” (no. 129) dan dalam “Musnad Asy-Syihaab” (no. 1321) karya Imam Al Qodhoo’i.
Kedudukan sanad : A. Sholih bin Nabhaan At Tawaamah dinilai oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib” Shoduq ikhtilath (bercampur hapalannya). 2. Abdullah bin Umar secara Marfu’ Ditulis haditsnya oleh Imam Al Qodhi Al Qodhoo’I dalam “Musnad AsySyihaab” (no. 1320) dari jalan : akhbaronaa Abul Fath Muhammad ibnul Husain Al Baghdadiy Al ‘Athoor tinggal di Bashroh, haddatsanaa Abu Nashr Ahmad ibnul Hasan bin Muhammad Asy-Syaahiy, haddatsanaa Abul Hasan Ali bin Isa ibnul Mutsanaa, haddatsanaa Abu Ja’far Muhammad bin Abi ‘Aun, haddatsanaa Abu Mus’ab dari Malik dari Naafi’ dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda : sama seperti hadits diatas. Kedudukan sanad : A. Abul Fath kami belum menemukan biografinya. B. Abu Nashr disebutkan biografinya oleh sebagian ulama, namun kami belum menemukan komentar Jarh maupun Ta’dil kepadanya. C. Ali bin Isa dinilai tsiqoh oleh Al Khotib Al Baghdadi sebagaimana dinukil oleh Imam Al Albani dalam “Silsilah Ash-Shohihah” (no. 943) D. Abu Ja’far dinilai tsiqoh oleh Al Khotib Al Baghdadi sebagaimana dinukil oleh Imam Al Albani dalam “Silsilah Ash-Shohihah” (no. 943) E. Abu Mus’ab Ahmad bin Abi Bakr dikatakan oleh Al Hafidz shoduq, ahli fiqih lagi ahli ibadah sebagaimana dalam “At Taqriib” F. Malik bin Anas dan Naafi’ maula Ibnu Umar adalah perowi yang masyhur dalam hadits. 3. Sahl bin Sa’ad secara marfu bahwa Nabi bersabda : sama seperti diatas. Riwayatnya ditakhrij oleh Imam Tirmidzi dalam sunannya (no. 2490) dan Imam Baihaqi dalam “Syu’abul Iman” (no. 10076) semuanya dari jalan : haddatsanaa Abdul Humaid bin Sulaiman dari Abi Haazim dari Sahl bin Sa’ad secara marfu. Kedudukan sanad : A. Abdul Humaid dalam ‘At Taqriib” dinilai Dhoif oleh Al Hafidz. B. Abu Haazim Sulaiman bin Dinar adalah seorang yang tsiqoh lagi ahli ibadah sebagaimana ditulis oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib”. Imam Ibnu Majah dalam “Sunannya” (no. 4249), Imam Al Hakim dalam “Mustadrok” (no. 7847), Imam Ibnu Abi ‘Ashim dalam “Az Zuhud” (no. 127) dan Imam Baghowi dalam “Syarhus Sunnah” (7/196) meriwayatkan
Mutaba’ah untuk Abdul Humaid yaitu … haddatsanaa Zakariya bin Mamthuur dari Abu Haazim dari Sahl bin Sa’ad secara marfu’. Kedudukan sanad : A. Zakariya bin Mamthuur dinilai oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib” dan Imam Adz-Dzahabi dalam “At Talkhis” sebagai rawi Dhoif. 4. Abu Ad-Dardaa’ secara mauquf Riwayatnya ditulis oleh Imam Ahmad dalam “Az Zuhud” (no. 733) dan Imam Ath-Thobari dalam “Tahdzibut Atsar “ (no. 2556) semuanya dari jalan : Adh-Dhohaak bin Abdur Rokhman bin Abi Hausyab, aku mendengar Bilaal bin Sa’ad menghaditskan dari Abu Ad-Dardaa’ bahwa beliau berkata : sama seperti hadits diatas, namun kata kafir diganti dengan Fir’aun. Kedudukan sanad : A. Adh-Dhohaak dinilai tsiqoh oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib”. B. Bilaal dinilai Al Hafidz tsiqoh, Ahli ibadah dan Faadhil (manusia utama) dalam “At Taqriib”, namun Bilaal tidak pernah mendengar hadits dari Abu Ad-Dardaa’ sebagaimana ditegaskan oleh Imam Al Mizzi dalam “Tahdzibul Kamal”, sehingga sanad ini Munqathi (terputus). 5. Seorang laki-laki dari Bani Fahm Riwayatnya ditulis oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam “Matholibul ‘Aliyaah” (no. 3261) : Ibnu Abi Syaibah berkata, haddatsanaa Abdullah bin Idris, haddatsanaa Muhammad bin ‘Umaaroh dari Abdullah bin Abdur Rakhman bin Ma’mar dari seorang laki-laki bani Fahm bahwa Nabi bersabda : idem. Kedudukan sanad : A. Abdullah bin Idris adalah seorang rawi tsiqoh, ahli ibadah lagi faqiih sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib”. B. Muhammad bin ‘Umaaroh dinilai Al Hafidz Shoduq Yukhthiu (keliru) dalam “At Taqriib” C. Abdullah adalah seorang Tabi’I kecil yang dinilai tsiqoh oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib”. Seandainya laki-laki yang Mubham (yang majhul) ini adalah seorang sahabat, maka sanad ini adalah Hasan, namun jika ia adalah Tabi’I lain maka sanadnya mursal namun dapat dijadikan penguat.
6. ‘Amr bin Murroh rohimahulloh dalam sebuah kisah dan terdapat sabda Nabi sebagaimana diatas. Amr bin Murroh adalah seorang Tabi’I kecil yang tsiqoh lagi ahli ibadah sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib” sehingga ini adalah hadits Mursal. Ditulis riwayatnya oleh Imam Hanaad dalam “Az Zuhud” (no. 794) dari jalan : haddatsanaa Ishaq Ar-Rooziy dari Abi Sinaan dari Amr bin Murroh . Kedudukan sanad : A. Ishaq bin Sulaiman Ar-Rooziy dinilai tsiqoh lagi fadhil oleh Al Hafidz dalam “At Taqriib”. B. Abu Sinaan Sa’id bin Sinaan dikatakan oleh Al Hafidz shoduq lahu Auham (memilki kesalahan) dalam “At Taqriib”. Kesimpulan : 1. Hadits ini datang secara marfu dari 3 orang sahabat yaitu Abu Huroiroh , Abdullah bin Umar dan Sahl bin Sa’id . Sekalipun masing-masing jalannya tidak terlepas dari kritik. 2. Datang juga riwayat mauquf dari sahabat Abu Ad-Dardaa’ namun dalam sanadnya terdapat keterputusan. 3. Diriwayatkan juga secara shahih Mursal dari ‘Amr bin Murroh. 4. Dan 1 riwayat lagi belum jelas apakah marfu kepada Nabi ataukah mursal, karena tidak jelasnya status laki-laki dari Bani Fahm, apakah ia seorang sahabat, sehingga tidak membahayakan kalau dimajhulkan hadistnya atau ia seorang Tabi’I lainnya? 5. Riwayat ini apabila digabungkan maka satu sama lainnya saling menguatkan, sehingga sebagian ulama menshahihkan hadits ini, diantara ulama tersebut adalah : Imam Tirmdizi dalam “Sunannya”, Imam Al Hakim dalam “Mustadroknya”, Imam Qurthubiy dalam “Tafsirnya”, Imam Ats-Tsa’labiy dalam “Tafsirnya”, Imam Abu Bakar Al Jazaa’iriy dalam “Aisar Tafsir”, Imam Muhammad Sarbiny dalam “Tafsir Sirojul Munir”, Imam Sakhowi dalam “Maqosidul Hasanah”, Imam Ibnu Katsir mengisyaratkan keshohihan hadits ini dalam “tafsirnya” (surat Az Zukhruf ayat 33), Imam Nawawi dalam “Riyadhus Sholihin”, Imam Al Albani dalam beberapa kitabnya, Lajnah Daimah yang diketuai oleh Imam Bin Baz dengan anggotanya Syaikh Abdur Rozak ‘Afiifiy dan Syaikh Abdullah bin Ghudayan dalam “Fatwa” (no. 9395), Syaikh Prof. Sholih Al Fauzan dalam “Syaroh Masaailul Jahiliyyah”, Syaikh Ibnu Jibrin dalam “Fataawanya”, Syaikh DR. Maahir Yaasiin dalam “Ta’liq Riyadhus Sholihin”
dan Syaikh DR. Abdullah Al Faqiih dalam “Fatawa Syabkah Islamiyah” serta para ulama lainnya.