Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
TAKHRIJ AL-HADITS TENTANG KEGUNAAN DZIKIR Ali Anwar*) Abstrak Kitab-kitab Hadits yang beredar di tengah-tengah masyarakat dan dijadikan pegangan oleh umat Islam sebagai sumber ajaran Islam adalah kitab-kitab yang disusun oleh para penyusunnya lama setelah nabi wafat. Dalam jarak waktu antara kewafatan Nabi dan penulisan kitab-kitab hadits tersebut, terjadi berbagai hal yang dapat menjadikan riwayat hadits itu menyalahi apa yang sebenarnya berasal dari Nabi. Dengan demikian, untuk mengetahui apakah riwayat berbagai hadits yang terhimpun dalam kitabkitab hadits tersebut dapat dijadikan sebagi hujjah atau tidak, terlebih dahulu perlu dilakukan penelitian. Dalam rangka menjaga otentisitas hadits, ada berbagai aturan yang harus dipatuhi untuk mengutip hadits untuk keperluan penulisan ilmiah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menetapkan kutipan hadits harus ditulis dengan huruf Arab, dilengkapi dengan sanad dan rowinya. Di samping, M. Syuhudi Ismail dan Ali Anwar menambahkan pengutipan hadits harus mencatumkan referensi primer, yaitu kitab hadits yang ditulis oleh mukharrij, seperti Sahih al-Bukhari atau minimal kitab kumpulan kutipan hadits, seperti Riyad al-Salihin. Ketika mengakhiri penjelasan tentang kekuatan prinsip dalam bukunya ESQ Model, Ary Ginanjar Agustian mengutip hadits yang artinya sebagai berikut, “Aku selaras dengan sangkaan hamba-Ku, dan aku bersama dengan hamba-Ku ketika dia mengingat Aku (berdzikir)” –Hadits QudiKetika mengutip hadits di atas, Ary tidak menggunakan referensi, baik primer maupun sekunder. Dia juga tidak menyebutkan perawi maupun mukharrijnya. Penelitian ini berkesimpulan bahwa kwalitas hadits yang diteliti adalah shahih li dzatihi. Sementara makna dari hadits di atas adalah orang seharusnya menduga diterima permohonan ampunan ketika beristighfar, diterima taubatnya ketika bertobat, dan dikabulkan ketika berdo`a.
*)
Penulis adalah Asisten Direktur I Program Pascasarjana IAIT Kediri dan Dosen di STAIN Kediri
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
1
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron Kata Kunci: Takhrij al-Hadits dan Dzikir Pendahuluan Hadist Nabi merupakan sumber ajaran Islam di samping Al-Qur‟an. Dilihat dari periwayatannya, hadist nabi berbeda dengan Al-Qur‟an. Untuk Al-Qur‟an semua periwayatan ayat-ayatnya berlangsung secara mutawatir, sedang untuk hadist nabi, sebagian periwayatannya berlangsung secara mutawatir dan sebagian besar secara ahad. Oleh karena itu, Al-Qur‟an dilihat dari segi periwayatannya mempunyai kedudukan sebagai qath‟i alwurud, yang berimplikasi pada tidak perlunya dilakukan penelitian terhadap orsinalitasnya. Sedang hadist nabi, dalam hal ini yang berkategori ahad, dibutuhkan penelitian sehingga dapat dibuktikan apakah hadist yang bersangkutan dapat dipertanggungjawabkan periwayatannya ataukan tidak. Sejak Nabi masih hidup, pemeliharaan terhadap hadits Nabi saw. dalam bentuk pencatatan pada umumnya lebih bersifat pribadi. Adapun pencatatan hadits Nabi saw. secara resmi, menurut perkiraan al-Khatib dimulai pada masa Abdul Aziz ibn Marwan ibn Hakam (w. 85H), 1 atau menurut jumhur al-ulama‟ terjadi pada akhir abad pertama hijriah, yang diprakarsai oleh Muhammad ibn Muslim ibn ubaidillah ibn Abdullah ibn Syihab al-Zuhri, yaitu salah seorang ulama yang terkenal di Hijaz dan Syria. Pencatatan tersebut sebagai wujud nyata dari perintah dan harapan Khalifah Umar ibn Abdul Aziz, yaitu Khalifah Bani Umayyah yang memerintah pada tahun 99-102 H.2 Sesudah ibn Syihab al-Zuhri, bermuncullah di berbagai daerah ulama-ulama yang mencurahkan perhatian mereka di dalam pencatatan dan pengumpulan hadits. Di antara mereka yang terkenal adalah Ibn Juraij di Mekah, Ibn Ishaq dan Malik di Madinah; Rabi‟ ibn Shabih, Sa‟id ibn Abi „Arubah, dan Hammad ibn Salamah di Bashrah; Sufyan al-Tasuri di Kufah; al-Awza‟i di Syria; Husyaim di Wasith; Ma‟mar di Yaman; Jarir ibn Abdil Hamid di Ray; Ibn Mubarak di Khurasan.3 Mereka adalah para ulama yang hidup pada abad kedua hijriah dan ciri-ciri kitab hadits karya mereka adalah bercampurnya sabda-sabda Nabi Muhammad saw. dengan ucapan para sahabat dan fatwa para tabi‟in.4 1
Muhammad „Ajjâj al-Khatîb, Hadits Nabi sebelum Dibukukan Terjemahan AH. Akrom Fahmi dari al-Sunnah qabl al-Tadwîn (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 408-409. 2 Ibid., hlm. 369. 3 Ibid., hlm. 377-379. 4 Ibid.
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
2
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron Memasuki abad ketiga hijrah keadaan menuntut perhatian khusus, yang sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya, baik terhadap mata rantai periwayatan ataupun terhadap para rawi itu sendiri. Hal ini, menurut Nu‟man Abd al-Muta‟al disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, masa itu sudah semakin jauh dengan masa hidup Rasulullah saw; kedua, semakin banyaknya orang yang berbuat bohong berhubungan dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw; ketiga, adanya keinginan untuk memisahkan hadits dari fikih dan fatwa-fatwa.5 Pada abad ketiga hijrah ini, muncul ide kodifikasi hadits yang dipisahkan dari fatwa sahabat dan tabi‟in. Metode penulisan ini disebut dengan musnad. Orang yang pertama kali menulis musnad adalah Abdul Malik ibn Abdur Rahman al-Dhimari (w.200), kemudian Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Jarud al-Thayalisi (w. 204) dan diikuti oleh tabi‟in yang lainnya.6 Pada masa tabi‟ al-tabi‟in penulisan hadits semakin sempurna, yaitu dengan dihimpunnya hadits-hadits yang sudah dapat diklasifikasikan ke dalam hadits-hadits marfu‟, mauquf, maqthu‟, mursal, dan terdapat pula hadits-hadits yang shahih, hasan, dla‟if, dan lain-lain. Pada masa ini juga muncul kitab hadits shahih yang dikarang oleh enam ulama hadits, yaitu Imam Bukhari (w. 256 H), Imam Muslim (w. 261), Imam Abu Dawud (w. 275H), Imam al-Turmudzi (w. 279 H), Imam al-Nasa‟i (303 H), dan Imam Ibn Majah (w. 273 H). 7 Berdasarkan data di atas diketahui bahwa kitab-kitab hadits yang beredar di tengah-tengah masyarakat dan dijadikan pegangan oleh umat Islam sebagai sumber ajaran Islam adalah kitab-kitab yang disusun oleh para penyusunnya lama setelah nabi wafat. Dalam jarak waktu antara kewafatan Nabi dan penulisan kitab-kitab hadits tersebut, terjadi berbagai hal yang dapat menjadikan riwayat hadits itu menyalahi apa yang sebenarnya berasal dari Nabi. Dengan demikian, untuk mengetahui apakah riwayat berbagai hadits yang terhimpun dalam kitab-kitab hadits tersebut dapat dijadikan sebagi hujjah atau tidak, terlebih dahulu perlu dilakukan penelitian. Apabila terhadap hadits dalam kitab-kitab hadits saja perlu diteliti, apalagi terhadap sesuatu yang berkembang di masyarakat dan buku-buku yang dianggap hadits. Kegiatan penelitian itu tidak hanya 5
6
7
Al-Qâdli al-Nu‟man Abd al-Muta‟al, al-Hadîts al-Syarîf Riwâyat wa Dirâyat, (tt.) hlm. 36-37 Akram Dliyâ‟ al-amri, Buhûts fi al-Târîkh al-Sunnah al-Musyarrafah (Baghdad, tt.) hlm. 234-236. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Perkembangan Hadits (Jakarta: Bulan Bintang, 1973) hlm. 74.
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
3
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron ditujukan kepada apa yang menjadi materi berita dalam hadits itu saja, yang biasa dikenal dengan matan hadits, tetapi juga kepada berbagai hal yang berubungan dengan periwayatannya, dalam hal ini sanadnya. Jadi, untuk mengetahui apakah suatu hadits dapat dipertanggunjawabkan orisinalitasnya berasal dari Nabi diperlukan penilitian matan dan sanad hadits yang bersangkutan. Makanya wajar kalau dalam diskursus ilmu hadits, persoalan pokok yang banyak menarik perhatian pada ilmuan hadits adalah menyangkut penilaian legalitas hadits sebagai benar diatributkan kepada Nabi Muhammad saw. Objek kajian ini begitu menarik karena penilaian keabsahan terhadap hadits-hadits tidak hanya berdampak pada keabsahan penjustifikasiannya terhadap argumen-argumen keilmuan dan ke-„amal-an tertentu tetapi juga mempunyai konsekwensi yang cukup penting terhadap sikap keberagamaan kaum Muslim.8 Dalam rangka menjaga otentisitas hadits, ada berbagai aturan yang harus dipatuhi untuk mengutip hadits untuk keperluan penulisan ilmiah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menetapkan kutipan hadits harus ditulis dengan huruf Arab, dilengkapi dengan sanad dan rowinya. Di samping, M. Syuhudi Ismail dan Ali Anwar menambahkan pengutipan hadits harus mencatumkan referensi primer, yaitu kitab hadits yang ditulis oleh mukharrij, seperti Sahih al-Bukhari atau minimal kitab kumpulan kutipan hadits, seperti Riyad al-Salihin.9 Dalam rangka mengakhiri penjelasan tentang kekuatan prinsip dalam bukunya ESQ Model, Ary mengutip hadits yang artinya sebagai berikut, “Aku selaras dengan sangkaan hamba-Ku, dan aku bersama dengan hamba-Ku ketika dia mengingat Aku (berdzikir)” –Hadits Qudi-10 Ketika mengutip hadits di atas, Ary tidak menggunakan referensi, baik primer maupun sekunder. Dia juga tidak menyebutkan perawi maupun mukharrijnya. 8
Contoh yang paling jelas adalah divergensi sikap keberagamaan yang cukup mencolok antara kelompok Sunni dan Syi‟i sebagai implikasi dari penjustifikasian hadits-hadits yang dijadikan landasan-landasan argumen mereka. 9 M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadits (Jakarta: Bulan Bintang, 1999, hlm. 14-15; Ali Anwar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Kediri: IAIT Press, 2004), hlm. 47. 10 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spititual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Jakarta: Penerbit Arga, 2001), hlm. 8.
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
4
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron Pelacakan Sumber Hadits Peneliti menemukan 23 sumber terhadap hadits yang artinya disebutkan di atas. JML 2 4 2 1 13
1
HADITS KE 6856 dan 6951 4832, 4849, 4851, dan 4927 2310 dan 3527 3812 7115, 7831, 8715, 8983, 9373, 9863, 10267, 10364, 10488, 12715, 13429, 15442, dan 16365 2615
REFERENSI Sahih al-Bukhari Shahih Muslim Sunan al-Tirmidzi Sunan Ibn Majah Musnad Ahmad
Sunan al-Darimi
NO 01 02 03 04 05
06
Sumber-sumber hadits itu dapat dilihat pada footnote masingmasing hadits di bawah ini.
صحيح البخاري ػ ِْ َ 6856ؼذَّشََْا ُ ػ ََ ُش ت ُِْ َؼ ْف ٍ ص َؼذَّشََْا أ َ ِتَ ٜؼذَّشََْا ْاْل َ ْػ ََ ُ صا ِىػٍ َ ش َ س َِ ْؼدُ أَتَا َ َ ػ ْثذِِ ٛتَٗ ٜأَّاَ َ َّ اَّللُ ذ َ َؼاىَ ٚأَّا ِػ ْْذَ َ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَ َٝقُ٘ ُه َّ ِ ٜ ظ ِِّ َ أ َ ِتَ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ َس ِ ض ٜهللا ػْٔ قَا َه قَا َه اىَّْ ِث َُّْ َل رَ َم ْشذُُٔ فِٜ ٍَ َؼُٔ ِإرَا رَ َم َشِّ ٜفَإ ِ ُْ رَ َم َشِّ ٜفِْ َّ ٜف ِس ِٔ رَ َم ْشذُُٔ فِْ َّ ٜفسِِ َٗ ٜإ ُْ رَ َم َشِّ ٜفٍِ َ ٍَ ٜ ػا ذَقَ َّشتْدُ ٜر َِسا ً ِ ٜت ِشث ٍْش ذَقَ َّشتْدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞر َِسا ً ػا َٗ ِإ ُْ ذَقَ َّش َ َل َخٍْ ٞش ٍِ ْْ ُٖ ٌْ َٗ ِإ ُْ ذَقَ َّش َ ٍَ َ ٍ ب ِإىَ َّ ب ِإىَ َّ 11 َ َ ػا َٗ ِإ ُْ أذ َاَِّْ َٝ ٜشِ ٜأذ َ ْٞرُُٔ ٕ َْش َٗىَح ً سٗآ اىثخاس ٛف ٜمراب اىر٘ؼٞذ ِإىَ َْ ِٔ ٞتا ً ْ ش َؼْٞةٌ َؼذَّشََْا أَتُ٘ ِ ّ اُ أ َ ْخ َث َشَّا ُ ػ ِْ أ َ ِتٜ ػ ِِ ْاْلَػ َْشضِ َ اىضَّا ِد َ َ 6951ؼذَّشََْا أَتُ٘ اى َِ ََ ٞ 12 اَّللُ أََّا ِػ ْْذَ َ س٘ َه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَََّ قَا َه قَا َه َّ ػ ْثذِِ ٛت ٜسٗآ اىثخاس ٛف ٜمراب اَّللَِ ِ ُٕ َشَْ ٝشج َ أ َ َُّ َس ُ ظ ِِّ َ اىر٘ؼٞذ صحيح مسلم َّ ُ ُ َ ُ ْ َ ُ َ ٝش س ِؼٍ ٞذ َٗ ُص َُْٕ ٞش ت ُِْ َؼ ْش ٍ ب َٗاىيفع ِىقر َ ْٞثَح قَ َاَل َؼذَّشَْا َظ ِش ٌ َ 4832ؼذَّشَْا قر َ ْٞثَح ت ُِْ َ َ َ َّ ُ س٘ ُه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَ َٝق٘ ُه َّ ػ َّض َٗ َظ َّو اَّللَِ ِ ػ ِْ أتَِ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ قَا َه قَا َه َس ُ اَّللُ َ صا ِىػٍ َ ػ ِِ ْاْل َ ْػ ََ ِش َ َ ػ ِْ أَتَِ ٜ َ ْ ْ ْ َ ُ ػ ْثذِ ٛتَِٗ ٜأَّا ٍَؼَُٔ ِؼَٝ َِٞزم ُشِّ ٜإِ ُْ رَ َم َشِّ ٜفَِّ ٜف ِس ِٔ رَ َم ْشذُُٔ فَِّ ٜفسَِٗ ٜإِ ُْ أََّا ِػ ْْذَ ظ ِِّ َ ػا ب ٍِ ِِّْ ٜشث ًْشا ذَقَ َّشتْدُ إِىَ ْ ِٔ ٞر َِسا ً َل ُٕ ٌْ َخٌْ ٞش ٍِ ْْ ُٖ ٌْ َٗإِ ُْ ذَقَ َّش َ َل رَ َم ْشذُُٔ فٍِ َ ٍَ ٜ رَ َم َشِّ ٜفٍِ َ ٍَ ٜ َ َ َ ً ْ َ َ ػا َٗإِ ُْ أذ َاَِّْ َٝ ٜشِ ٜأذ َ ْٞرُُٔ ٕ َْش َٗىح َؼذَّشَْا أتُ٘ تَن ِش ات ُِْ ػا ذَقَ َّشتْدُ ٍِ ُْْٔ تَا ً ٜر َِسا ً َٗإِ ُْ ذَقَ َّش َ ب إِىَ َّ 11
Muhammad ibn Isma`îl abû `Abdullâh al-Bukhâri al-Ju`fiy, al-Jâmi` al-Shahîh al-Mukhtashar (Beirût: Dâr ibn Katsîr al-Yamâmah, 1407/1978, Edisi ke-3, 6 Jilid, Ditahqîq oleh Mushthafa Dîb al-Bigha), Jilid 6, hlm. 2694. 12 Ibid., hlm. 2725.
5
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
اْل ْسَْا ِد َٗىَ ٌْ ْ َٝز ُم ْش َٗإِ ُْ أَتَِ ٜ ش ْٞثَحَ َٗأَتُ٘ ُم َش ٍْ ٝ ة قَ َاَل َؼذَّشََْا أَتُ٘ ٍُؼَا َِٗٝحَ َ ػ ِِ ْاْل َ ْػ ََ ِش تِ َٖزَا ْ ِ 13 ػا سٗآ ٍسيٌ ف ٜمراب اىزمش ٗ اىذػاء ٗ اىر٘تح ٗ ػا ذَقَ َّشتْدُ ٍِ ُْْٔ تَا ً ٜر َِسا ً ذَقَ َّش َ ب إِىَ َّ اْلسرغفاس ْ َ ػ ِْ َ 4849ؼذَّشََْا أتُ٘ ُم َش ٍْ ٝ ػ ِْ َظ ْؼفَ ِش ت ِِْ ت ُْشقَاَُ َ ة مَحُمََُّ ت ُِْ اىؼَ ََل ِء َؼذَّشََْا َٗ ِمٌ ٞغ َ َ َ َّ َ س٘ ُه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَ ِإ َُّ َّ ػ ْثذِٛ اَّللَِ ِ ػ ِْ أَتَِ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ قَا َه قَا َه َس ُ اَّللَ َٝقُ٘ ُه أَّا ِػ ْْذَ ظ ِِّ َ ص ِ ٌّ َ ِ َٝضٝذَ ت ِِْ ْاْل َ َ 14 ػاِّ ٜسٗآ ٍسيٌ ف ٜمراب اىزمش ٗ اىذػاء ٗ اىر٘تح ٗ اْلسرغفاس ِتَٗ ٜأََّا ٍَ َؼُٔ ِإرَا دَ َ ة َٗاىيَّ ْف ُ ة قَ َاَل َؼذَّشََْا َ 4851ؼذَّشََْا أَتُ٘ تَ ْن ِش ت ُِْ أ َ ِتَ ٜ ع ِْل َ ِتُ ٜم َش ٍْ ٝ ش ْٞثَحَ َٗأَتُ٘ ُم َش ٍْ ٝ س٘ ُه َّ صيَّ ٚهللا ػ ِْ أ َ ِتَ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ قَا َه قَا َه َس ُ صا ِىػٍ َ ػ ِِ ْاْل َ ْػ ََ ِش َ أَتُ٘ ٍُ َؼا َِٗٝحَ َ اَّللِ َ ػ ِْ أ َ ِتَ ٜ ػ َّض َٗ َظ َّو أََّا ِػ ْْذَ َ سيَّ ٌَ َٝقُ٘ ُه َّ ػ ْثذَِٗ ٛأََّا ٍَ َؼُٔ ِؼْ َٝ َِٞز ُم ُشِّ ٜفَإ ِ ُْ رَ َم َشِّٜ ظ ِِّ َ اَّللُ َ َ ػيَ َْ َٗ ِٔ ٞ ٜ َل َخٍْ ٞش ٍِ ُْْٔ َٗ ِإ ُِ ا ْقر ََش َ َل رَ َم ْشذُُٔ فٍِ َ ٍَ ٜ فِْ َّ ٜف ِس ِٔ رَ َم ْشذُُٔ فِْ َّ ٜفسِِ َٗ ٜإ ُْ رَ َم َشِّ ٜفٍِ َ ٍَ ٜ ب ِإىَ َّ َ َ ػا َٗ ِإ ُْ أذ َاَِّْ َٝ ٜشِ ٜأذ َ ْٞرُُٔ ػا ا ْقر ََشتْدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞتَا ً ٜر َِسا ً ِشث ًْشا ذَقَ َّشتْدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞر َِسا ً ػا َٗ ِإ ُِ ا ْقر ََش َ ب ِإىَ َّ ٕ َْش َٗىَحً 15سٗآ ٍسيٌ ف ٜمراب اىزمش ٗ اىذػاء ٗ اىر٘تح ٗ اْلسرغفاس ػ ِْ َ 4927ؼذَّشَُِْ ٜ س ِؼٍ ٞذ َؼذَّشََْا َؼ ْف ُ س َشج َ َؼذَّشَِْ ٜصَ ْٝذُ ت ُِْ أ َ ْسيَ ٌَ َ ص ت ُِْ ٍَ َْ ٞ س َ٘ ْٝذُ ت ُِْ َ َ َ َ ػ َّض َٗ َظ َّو أَّا ِػ ْْذَ َ س٘ ِه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصََّ أَُّّٔ قَا َه قَا َه َّ ظ ِِّ اَّللَِ ِ ػ ِْ َس ُ اَّللُ َ ػ ِْ أ َ ِتَ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ َ صا ِىػٍ َ أ َ ِتَ ٜ ػ ْثذِِ ٛتَٗ ٜأََّا ٍَ َؼُٔ َؼُ ٞ ْس َْ ٝز ُم ُشَِّّ َٗ ٜ ضاىَّرَُٔ ػ ْث ِذ ِٓ ٍِ ِْ أ َ َؼ ِذ ُم ٌْ َِ ٝعذُ َ اَّللِ َ ََّّللُ أ َ ْف َش ُغ ِتر َْ٘ َت ِح َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْدُ ػا ى إ ب ش ق ذ ِ ٍ ٗ ا ػ ا ِس ر ٔ ٞ ى إ ت ش ق ذ ا ْش ث ش ٜ ى إ ب ش ق ذ ِ ٍ ٗ ج َل ف اى ِت ْ ػا ذَقَ َّشتْدُ ِإىَ َْ ِٔ ٞتا ً ٜر َِسا ً ً ِ ِ ِ َّ َّ َّ َ ِ َّ ً َ َ َ ِ َ َ َ ِ َّ 16 ُ َْ َٝ ٜشِ ٜأ َ ْق َث ْيدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞإٔ َْش ِٗ ُه سٗآ ٍسيٌ ف ٜمراب اىر٘تح َٗ ِإرَا أ َ ْق َث َو ِإىَ َّ سنن التزمذي ص ِ ٌّ َ 2310ؼذَّشََْا أَتُ٘ ُم َش ٍْ ٝ ػ ِْ َظ ْؼ َف ِش ت ِِْ ت ُْشقَاَُ َ ة َؼذَّشََْا َٗ ِمٌ ٞغ َ ػ ِْ ِ َٝضٝذَ ت ِِْ ْاْل َ َ اَّللَ َٝقُ٘ ُه أََّا ِػ ْْذَ َ س٘ ُه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَََّ إِ َُّ َّ ػ ْثذِ ٛتَِٗ ٜأََّا ٍَؼَُٔ إِرَا اَّللَِ ِ ػ ِْ أَتَِ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ قَا َه قَا َه َس ُ ظ ِِّ َ َ 17 ٌ َ َ ص ِؽٌ ٞػ سٗآ اىرشٍز ٛف ٜمراب اىضٕذ دَ َ سَٕ ٚزا َؼذِٝس َؼ َ ػاِّ ٜقا َه أت٘ ِػَ ٞ س ٌِ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ػِ أتِٜ َ 3527ؼذَّشَْا أتُ٘ م َش ٍْ ٝ ػ ِِ اْل ْػ ََ ِش َ ة َؼذَّشَْا ات ُِْ ُّ ٍََْ ٞش َٗأتُ٘ ٍُؼَا َِٗٝح َ َ َ َّ َ ُ ْ َّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَ َٝق٘ ُه َّ س٘ ُه ََّ ػ ْثذِ ٛتِٜ اَّللَِ ِ ػ ِْ أَتَِ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ قَا َه قَا َه َس ُ ػض َٗ َظ َّو أَّا ِػْذَ ظ ِِّ َ اَّللُ َ صا ِىػٍ َ َ ْ ْ ْ ُ َ ُ َ َ َل َٗأََّا ٍَؼَُٔ ِؼَٝ َِٞزم ُشِّ ٜفَإ ِ ُْ ر َم َشِّ ٜفَِّ ٜف ِس ِٔ ر َم ْشذُٔ فَِّ ٜفسَِٗ ٜإِ ُْ ر َم َشِّ ٜفٍِ َ ٍَ ٜ 13
Muslim ibn al-Hajjâj abû al-Husain al-Qusyairi al-Naisâburi, Shahîh Muslim (Bairût: Dâr Ihyâ‟ al-Turâts al-`Arabbiy, t.t., 5 Jilid, Ditahqîq oleh Muhammad Fu‟âd `Abd al-Bâqi), jilid 4, hlm. 2061. 14 Ibid., hlm. 2067 15 Ibid. 16 Ibid., hlm. 2102 17 Muhammad ibn `Îsa abû Mûsa al-Tirmidzi al-Salmi, al-Jâmi’ al-Shahîh Sunan al-Tirmidzi (Bairût: Dâr Ihyâ‟ al-Turâts al-`Arabbiy, t.t., 5 Jilid, Ditahqîq oleh Ahmad Muhammad Syâkir dkk.), jilid 4, hlm. 596.
6
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
ٜ ِ ٜشث ًْشا ا ْقر ََشتْدُ ٍِ ُْْٔ ر َِسا ً ػا َٗإِ ُِ ا ْقر ََش َ َل َخٍْ ٞش ٍِ ْْ ُٖ ٌْ َٗإِ ُِ ا ْقر ََش َ رَ َم ْشذُُٔ فٍِ َ ٍَ ٜ ب إِىَ َّ ب إِىَ َّ َ َ ً َ َ ٌ س ٌِ ػا ا ْقر ََشتْدُ إِى ْ ِٔ ٞتَا ً ر َِسا ً سَٕ ٚزَا َؼذِٝس َؼ َ ػا َٗإِ ُْ أذ َاَِّْ َٝ ٜشِ ٜأذ َ ْٞرُُٔ ٕ َْش َٗىح قَا َه أت٘ ِػَ ٞ ْ َ ْ ْ ب ٍِ ِِّْ ٜشث ًْشا ذَقَ َّشتْدُ ٍِ ُْْٔ ِٞش َٕزَا اى َؽذِِ ٝ س ٍَ ِْ ذَقَ َّش َ ص ِؽٌ ٞػ َُْٗ ٝش ََٗ ٙ َ ػ ِِ اْل ْػ ََ ِش فِ ٜذَفس ِ ْ ْ ْ ْ َ ُ ض أ ْٕ ِو اى ِؼي ٌِ َٕزَا اى َؽذ َ ِٝس قَاى٘ا إَِّّ ََا اىشؼْ ََ ِح َٗ َٕ َنزَا فَ َّ ر َِسا ً س َش تَ ْؼ ُ ػا ْ َٝؼِْ ٜتِاى ََ ْغ ِف َشجِ َٗ َّ ُ ْ َ َ َ َ ع ِإى ْ ِٔ ٞتِ ََ ْغ ِف َشذَِ َٗ ٜسؼْ ََرِٜ ػرٍَِ َٗ ٜا أ ٍَ ْشخُ أس ِْش ُ ٜاىؼَ ْثذُ تِطا َ ٍَ ْؼَْآُ َٝقُ٘ ُه ِإرَا ذَقَ َّش َ ب ِإى َّ َ َ ْ ْ ْ ْ س ِؼِ ٞذ ت ِِْ ُظثٍَْ ٞش أَُّّٔ قَا َه فِِ َٕ ٜز ِٓ اِ َٟٝح ( فَار ُم ُشِّٗ ٜأر ُم ْش ُم ٌْ ) قَا َه ار ُم ُشِّٜٗ َ ٛ ػ ِْ َ َٗ ُس ِٗ َ ْ َ ْ ِت َ ػ َْ ُشٗ ت ُِْ سَ َٗ ٚ ػرِ ٜأر ُم ْش ُم ٌْ ِت ََ ْغ ِف َشذَِ ٜؼذَّشََْا َ طا َ س ُِ ت ُِْ ٍُ٘ َ ػ ْثذُ ت ُِْ ُؼ ََ ٍْ ٞذ قَا َه َؼذَّشََْا اى َؽ َ 18 ػ َ سٗآ س ِؼِ ٞذ ت ِِْ ُظثٍَْ ٞش ِت َٖزَا ط ِ َٕا ِش ٌٍ َّ اس َ ػ ِْ َ ػ ِِ ات ِِْ ىَ َِٖ ٞؼحَ َ َ ٜ ػ ِْ َ س ٍ اء ت ِِْ َ َٝ اىش ٍْ ِي ُّ اىرشٍز ٛف ٜمراب اىذػ٘اخ سنن إبن ماجة ػ ِِ َ 3812ؼذَّشََْا أَتُ٘ َت ْن ِش ت ُِْ أ َ ِتَ ٜ ٜت ُِْ مَحُمٍََُّ قَ َاَل َؼذَّشََْا أَتُ٘ ٍُ َؼا ِٗ َٝحَ َ ش َْ ٞثحَ َٗ َ ػ ِي ُّ َ س٘ ُه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصََّ َٝقُ٘ ُه َّ س ْث َؽأَُّ أََّا اَّللَِ ِ اَّللُ ُ ػ ِْ أ َ ِتَ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ قَا َه قَا َه َس ُ صا ِىػٍ َ ْاْل َ ْػ ََ ِش َ ػ ِْ أ َ ِتَ ٜ ِػ ْْذَ َ ػ ْثذِ ٛتَِٗ ٜأََّا ٍَؼَُٔ ِؼْ َٝ َِٞز ُم ُشِّ ٜفَإ ِ ُْ رَ َم َشِّ ٜفِْ َّ ٜف ِس ِٔ رَ َم ْشذُُٔ فِْ َّ ٜفسَِٗ ٜإِ ُْ ظ ِِّ َ ػا َٗإِ ُْ ِ ٜشث ًْشا ا ْقر ََشتْدُ إِىَ ْ ِٔ ٞر َِسا ً َل َخٍْ ٞش ٍِ ْْ ُٖ ٌْ َٗإِ ُِ ا ْقر ََش َ َل رَ َم ْشذُُٔ فٍِ َ ٍَ ٜ رَ َم َشِّ ٜفٍِ َ ٍَ ٜ ب إِىَ َّ ً19 أَذ َاَِّْ َٝ ٜشِ ٜأَذ َ ْٞرُُٔ ٕ َْش َٗىَح سٗآ إتِ ٍاظح ف ٜمراب اْلدب Ibid., jilid 5, hlm. 581. Muhammad ibn Yazîd abû `Abdullah al-Qazwini, Sunan ibn Mâjah (Beirût: Dâr al-Fikr, 2 Jilid, Ditahqîq oleh Muhammad Fu‟âd `Abd al-Bâqi), jilid 2, hlm. 1255.
7
18 19
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
مسند أحمد َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ 7115ؼذَّشَْا أتُ٘ ٍُؼَا َِٗٝح َٗات ُِْ ُّ ٍََْ ٞش قَ َاَل َؼذَّشَْا ُ ػ ِْ أتِٜ ػ ِِ اْل ْػ ََ ِش َ ش ْؼثَح َ َ س٘ ُه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَََّ َٝقُ٘ ُه َّ اَّللَِ ِ ػ ْثذِِ ٛؼَِٞ ػ ِْ أَتَِ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ قَا َه قَا َه َس ُ ػ َّض َٗ َظ َّو أَّا ٍَ َغ َ اَّللُ َ صا ِىػٍ َ َ ْ ْ َل ُٕ ٌْ َل رَ َم ْشذُُٔ فٍِ َ ٍَ ٜ ْ َٝز ُم ُشِّ ٜفَإ ِ ُْ رَ َم َشِّ ٜفَِّ ٜف ِس ِٔ رَ َم ْشذُُٔ فَِّ ٜفسَِٗ ٜإِ ُْ رَ َم َشِّ ٜفٍِ َ ٍَ ٜ ػا ا ْقر ََشتْدُ ِإىَ ِْٔ ٞ ٜر َِسا ً ِ ٜشث ًْشا ا ْقر ََشتْدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞر َِسا ً ػا َٗ ِإ ُِ ا ْقر ََش َ َخٌْ ٞش ٍِ ْْ ُٖ ٌْ َٗ ِإ ُِ ا ْقر ََش َ ب ِإىَ َّ ب ِإىَ َّ ػا فَإ ِ ُْ أَذ َاَِّْ َٝ ٜشِ ٜأَذ َ ْٞرُُٔ ٕ َْش َٗىَحً َٗقَا َه ات ُِْ ُّ ٍََْ ٞش فَِ ٜؼذِٝصِ ِٔ أََّا ِػ ْْذَ َ ػ ْثذِِ ٛتَٗ ٜأََّا تَا ً ظ ِِّ َ 20 ْ ٍَ َؼُٔ َؼُ ٞ ْس َٝز ُم ُشِّ ٜسٗآ أؼَذ ف ٜتاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ ػ ِْ َٕ ََّ ِاً ت ِِْ ٍَُْ ِثّ ٍٔ قَا َه َٕزَا ٍَا ػ ْثذُ َّ ق ت ُِْ َٕ ََّ ٍاً َؼذَّشََْا ٍَ ْؼ ََ ٌش َ َ 7831ؼذَّشََْا َ اىش َّصا ِ 21 َ َ َّ ػ َّض َٗ َظ َّو أَّا ِػ ْْذَ َ س٘ ُه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَ قَا َه َّ ػ ْثذِِ ٛتٜ اَّللَِ ِ َؼذَّشََْا ِت ِٔ أَتُ٘ ُٕ َشَْ ٝشج َ قَا َه َس ُ ظ ِِّ َ اَّللُ َ سٗآ أؼَذ ف ٜتاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ َ َ ػ ِْ أ ِتٜ س َ س ُِ ت ُِْ ٍُ٘ َ َ 8715ؼذَّشََْا َؼ َ سَ ٚؼذَّشََْا ات ُِْ ىَ َِٖ ٞؼحَ َؼذَّشََْا أتُ٘ َ ُُّ٘ٝ َ َ ػ ْثذِِ ٛتِ ٜإ ُْ َ ػ َّض َٗ َظ َّو قَا َه أَّا ِػ ْْذَ َ س٘ ِه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَََّ أ َُّ َّ ظ َِّ ِتَ ٜخًْ ٞشا اَّللَِ ِ ػ ِْ َس ُ ظ ِِّ َ اَّللَ َ ُٕ َشَْ ٝشج َ َ 22 فَئَُ َٗ ِإ ُْ َ ظ َِّ ش ًّرَشا فَئَُ سٗآ أؼَذ ف ٜتاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ ْ سيَ ُْ ََ ٞ ػفَّ ُ ش قَا َه ػ ْثذُ اى َ٘ ِ اؼ ِذ قَا َه َؼذَّشََْا ُ اُ ْاْل َ ْػ ََ ُ اُ قَا َه َؼذَّشََْا َ َ 8983ؼذَّشََْا َ َ ػ َّض َٗ َظ َّو أَّاَ َ س٘ ُه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصََّ قَا َه َّ اَّللَِ ِ س َِ ْؼدُ أ َتا ُٕ َشَْ ٝشج َ َٝقُ٘ ُه قَا َه َس ُ اَّللُ َ صا ِىػٍ قَا َه َ َؼذَّشََْا أَتُ٘ َ ِػ ْْذَ َ ػ ْثذِِ ٛتَٗ ٜأََّا ٍَ َؼُٔ ِؼْ َٝ َِٞز ُم ُشِِّ ٜإ ُْ رَ َم َشِّ ٜفِْ َّ ٜف ِس ِٔ رَ َم ْشذُُٔ فِْ َّ ٜفسِِ َٗ ٜإ ُْ ظ ِِّ َ ػا َٗ ٍَ ِْ ِ ٜشث ًْشا ذَقَ َّشتْدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞر َِسا ً َل َخٍْ ٞش ٍِ ُْْٔ َٗ ٍَ ِْ ذَقَ َّش َ َل رَ َم ْشذُُٔ فٍِ َ ٍَ ٜ رَ َم َشِّ ٜفٍِ َ ٍَ ٜ ب ِإىَ َّ 23 ػا َٗ ٍَ ِْ َظا َءَِّْ َٝ ٜشِِ ٜظ ْرُُٔ ٍُ َٖ ْش ِٗ ًَل سٗآ أؼَذ فٜ ػا ذَقَ َّشتْدُ ِإىَ َْ ِٔ ٞتا ً ٜر َِسا ً ذَقَ َّش َ ب ِإىَ َّ تاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ ػ ِْ أ َ ِتٜ ص ِ ٌّ َ َ 9373ؼذَّشََْا َٗ ِمٌ ٞغ قَا َه َؼذَّشََْا َظ ْؼفَ ُش ت ُِْ ت ُْشقَاَُ َ ػ ِْ َِ ٝضٝذَ ت ِِْ ْاْل َ َ ػ َّض َٗ َظ َّو َٝقُ٘ ُه أََّا ِػ ْْذَ َ س٘ ُه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَََّ ِإ َُّ َّ ػ ْثذِِ ٛتَٗ ٜأََّا ٍَ َؼُٔ اَّللَِ ِ ُٕ َشَْ ٝشج َ قَا َه قَا َه َس ُ ظ ِِّ َ اَّللَ َ ػا ِّ 24ٜسٗآ أؼَذ ف ٜتاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ ِإرَا دَ َ ػ ْث ِذ َ 9863ؼذَّشََْا ُ ػ ِْ َ َ ٍٜ ػ ِْ ٕ ََِل ِه ت ِِْ َ اُ قَا َه َؼذَّشََْا فُيَ ٌْ ٞػ َ س َش ُْ ٝط ت ُِْ اىُّْ ْؼ ََ ِ ػ ِي ّ َ س٘ ُه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصََّ ِإ َُّ َّ ػ َّض َٗ َظ َّو َٝقُ٘ ُه أََّا اَّللَِ ِ ػ ِْ أ َ ِتَ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ قَا َه َس ُ َّ اَّللَ َ ػ َْ َشج َ َ اىشؼْ ََ ِِ ت ِِْ أ َ ِتَ ٜ َ ّ ػ ْثذِِ ٛتَٗ ٜأََّا ٍَ َؼُٔ ِؼْ َٝ َِٞز ُم ُش ِِّ ٜإ ُْ رَ َم َش ِِّ ٜفْ َّ ٜف ِس ِٔ رَ َم ْشذُُٔ ِفْ َّ ٜفسِِ َٗ ٜإ ُْ ِ ظ ذ ْ ِػ ْ َ ِ َ ب ْاى َؼ ْثذُ ٍِ ِّْٜ َل َخٍْ ٞش ٍِ ِْ ٍَيَ ِ ِٔ اىَّزِْ َٝ َِٝز ُم ُش ِِّ ٜفِ َٗ ٌْ ِٖ ٞإ ُْ ذَقَ َّش َ َل رَ َم ْشذُُٔ ِفٍ َ ٍَ ٜ رَ َم َش ِِّ ٜفٍ َ ٍَ ٜ ػا َٗإِرَا َظا َءَِّْ َٝ ٜشِٜ ػا ذَقَ َّشتْدُ ٍِ ُْْٔ تَا ً ب ٍِ ِّْ ٜر َِسا ً ِشث ًْشا ذَقَ َّشتْدُ ٍِ ُْْٔ ر َِسا ً ػا َٗإِ ُْ ذَقَ َّش َ 25 ِظ ْرُُٔ إُٔ َْش ِٗ ُه ىَُٔ ْاى ََ ُِّ َٗ ْاىفَ ْ ُو سٗآ أؼَذ ف ٜتاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ 20
Ahmad ibn Hanbal abû `Abdullah al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal (Mesir: Muassasat al-Qurthubah, t.t., 6 Jilid), Jilid 2, hlm. 251. 21 Ibid., hlm. 315. 22 Ibid., hlm. 391. 23 Ibid., hlm. 413 24 Ibid., hlm. 445. 25 Ibid., hlm. 482.
8
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
َ 10267ؼذَّشََْا َس ْٗ ٌغ َؼذَّشََْا ُص َُْٕ ٞش ت ُِْ مَحُمٍََُّ َؼذَّشََْا صَ ْٝذُ ت ُِْ أ َ ْسيَ ٌَ َ ػ ِْ أَتَِ ٜ صا ِىػٍ ػ َّض َٗ َظ َّو أََّا ِػ ْْذَ َ ػ ْثذِ ٛتَِٗ ٜأََّا ٍَؼَُٔ َؼُ ٞ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَََّ قَا َه َّ ْس ِ ِٜ ظ ِِّ َ اَّللُ َ ػ ِْ أَتَِ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ َ َ ػ ِِ اىَّْثِ َّْ 26 ْ َٝز ُم ُشِّ ٜسٗآ أؼَذ ف ٜتاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ َ َ َ ػ ِْ أتِٜ ػ ِْ صَ ِْ ٝذ ت ِِْ أ ْسي ٌَ َ ػ َْ ٍشٗ َؼذَّشََْا ُص ٌَْٕ ٞش َ ػ ْثذُ ْاى ََ ِي ِل ت ُِْ َ َ 10364ؼذَّشََْا َ َ َ َ َّ َ َ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَ قَا َه قَا َه َّ ػ ْثذِ ٛتَِٗ ٜأَّا ٍَؼَُٔ ِ ِٜ اَّللُ ذَؼَاى ٚأَّا ِػ ْْذَ ظ ِِّ َ ػ ِْ أَتَِ ُٕ ٜشَْ ٝشج َ َ صا ِىػٍ َ َ ػ ِِ اىَّْثِ َّْ ْ َّ َ َ ْ َؼُ ٞ ْس َٝز ُم ُشَِّّ َٗ ٜ ب اَّللُ أ َ ضاىرَُٔ ِتاىفَ ََلجِ َٗ ٍَ ِْ َٝرَقَ َّش ُ ػ ْث ِذ ِٓ ٍِ ِْ أ َؼ ِذ ُم ٌْ ِ َٝعذُ َ شذُّ فَ َش ًؼا ِتر َْ٘تَ ِح َ َ ْ ػا َٗ ِإرَا أقثَ َو َْ َٝشِٜ ػا ذَقَ َّشتْدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞتَا ً ٜر َِسا ً ِ ٜشث ًْشا ذَقَ َّشتْدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞر َِسا ً ػا َٗ ٍَ ِْ ذَقَ َّش َ ب ِإىَ َّ ِإىَ َّ 27 ُ أ َ ْقثَ ْيدُ إٔ َْش ِٗ ُه سٗآ أؼَذ ف ٜتاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ ػ ِْ أ َ ِتٜ صا ِىػٍ َ َ 10488ؼذَّشََْا َس ْٗ ٌغ َؼذَّشََْا ُص ٌَْٕ ٞش َؼذَّشََْا صَ ْٝذُ ت ُِْ أ َ ْسيَ ٌَ َ ػ ِْ أ َ ِتَ ٜ ػ َّض َٗ َظ َّو أََّا ِػ ْْذَ َ س٘ ِه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصَََّ قَا َه قَا َه َّ اَّللَِ ِ ػ ْثذِِ ٛتَٗ ٜأََّا ٍَ َؼُٔ ِؼَِٞ ػ ِْ َس ُ ظ ِِّ َ اَّللُ َ ُٕ َشَْ ٝشج َ َ ُ ْ َ َّ َ َ ػ ْث ِذ َّ ْ َٝز ُم ُشَِّّ َٗ ٜ اَّللِ أ َسآُ ضاىرَُٔ ِتاىفَ ََلجِ قَا َه أتُ٘ َ ػ ْث ِذ ِٓ ٍِ ِْ أ َؼ ِذ ُم ٌْ ِ َٝعذُ َ اَّللُ أ ْف َش ُغ ِتر َْ٘تَ ِح َ ب ِإىَ ػا ػا ذَقَ َّشتْدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞتَا ً ٜر َِسا ً ِ ٜشث ًْشا ذَقَ َّشتْدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞر َِسا ً ػا َٗ ٍَ ِْ ذَقَ َّش َ ضاىَّرَُٔ َٗ ٍَ ِْ ذَقَ َّش َ َ ب ِإىَ َّ َّ َ ْ َ َ َْ َٝ ٜشِ ٜأ َ ْق َث ْيدُ ِإىَ ْ ِٔ ٞإُٔ َْش ِٗ ُه 28سٗآ أؼَذ ف ٜتاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ ى إ و ث ق أ ا ر َ فَإ ِ َ ِ َّ َ َ اُ َؼذَّشََْا ُ سيَ ُْ ََ ٞ ٜ ػ ِْ أّ َِس ت ِِْ ٍَ َ 12715ؼذَّشََْا ُ ش ْؼ َثحُ َؼذَّشََْا قَر َادَج ُ َ 29اىِلٍ أ َُّ اىَّْ ِث َّ َ َ ػ َّض َٗ َظ َّو أَّا ِػ ْْذَ َ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصََََّّ قَا َه َٝقُ٘ ُه َّ ػاِّ ٜسٗآ أؼَذ فٜ ِْ ػ ْثذِِ ٛتَٗ ٜأَّا ٍَ َؼُٔ ِإرَا دَ َ ظ ِِّ َ اَّللُ َ تاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ َ 13429ؼذَّشََْا أَتُ٘ دَ ُاٗدَ َؼذَّشََْا ُ صيَّ ٚهللا ش ْؼ َثحُ َؼذَّشََْا قَر َادَج ُ َ َ ٜ ػ ِْ أَّ ٍَس أ َ َُّ اىَّْ ِث َّ 30 ػ َّض َٗ َظ َّو أََّا ِػ ْْذَ َ سيَّ ٌَ قَا َه َٝقُ٘ ُه َّ سٗآ ػاِّٜ ػ ْثذِِ ٛتَٗ ٜأََّا ٍَ َؼُٔ ِإرَا دَ َ ظ ِِّ َ اَّللُ َ َ ػيَ َْ َٗ ِٔ ٞ أؼَذ ف ٜتاقٍ ٜسْذ اىَنصشِٝ سيَ ََْ ٞاَُ َْ ٝؼِْ ٜاتَِْ أ َ ِتٜ 15442قَا َه َؼذَّشََْا ْاى َ٘ ِىٞذُ ت ِِْ ٍُ ْس ِي ٌٍ قَا َه َؼذَّشَِْْ ٜاى َ٘ ِىٞذُ ت ُِْ ُ ة قَا َه َؼذَّش َ َِْ ٜؼُ ٞ ػيَ ٚأ َ ِتْ ٜاْلَس َْ٘ ِد اى َّ سا ِئ ِ َّاُ أَتُ٘ اىَّْ ِْش قَا َه دَخ َْيدُ ٍَ َغ َٗا ِشيَحَ ت ِِْ ْاْل َ ْسقَغِ َ س قَا َه فَأ َ َخزَ أَتُ٘ ْاْلَس َْ٘ ِد ََٗ ََِِٞ ٝا ِشيَحَ سيَّ ٌَ َ ِ ِ ٜفَ ٍَ ٜش ِ ض ِٔ اىَّزٍَِ ٛاخَ ِف ِٔ ٞفَ َ ػيَ َْ َٗ ِٔ ٞظيَ َ ْاى ُع َش ِش ّ َ س٘ َه ََّ ْ ػ ْْ َٖا اَّللَِ ِ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصََّ فَقَا َه ىَُٔ َٗا ِشيَحُ َٗ ِ ػ َْٗ َٗ ِٔ ْٞ َْٞظْ ِٖ ِٔ ِى َث َْ ٞؼ ِر ِٔ ِت َٖا َس ُ اؼذَج ٌ أَسْأَىُلَ َ ػيََ ٚ س َػ ِت َٖا َ فَ ََ َ ْ ْف َ س ٌِ قَا َه َ ٛؼ َ َاس ِت َشأ ِس ِٔ أ َ ْ ظُّْلَ ِت َش ِتّلَ قَا َه فَقَا َه أَتُ٘ ْاْلَس َْ٘ ِد َٗأَش َ ِ ٜقَا َه َمَ ٞ قَا َه َٗ ٍَا ٕ َ َ ػ َّض َٗ َظ َّو أََّا ِػ ْْذَ َ س٘ َه ََّ ْ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصََّ َٝقُ٘ ُه قَا َه َّ ػ ْثذِِ ٛتٜ اَّللَِ ِ س َِ ْؼدُ َس ُ ظ ِِّ َ اَّللُ َ َٗا ِشيَحُ أ َ ْتش ِْش ِإ َِّّ ٜ فَ ْي َُ ٞ ٝض َٗ ِٕشَا ًُ س ِؼٞذُ ت ُِْ َ ظ َِّ ِتٍَ ٜا شَا َء قَا َه َؼذَّشََْا ْاى َ٘ ِىٞذُ ت ُِْ ٍُ ْس ِي ٌٍ قَا َه َؼذَّش َ َِْ ٜ ػ ْث ِذ ْاى َؼ ِض ِ ْ س َِؼَآُ ٍِ ِْ َؼَّٞاَُ أَتِ ٜاىَّْ ِْش َ ُٝؽذ ُ ػيَِ ٚؼ ْف ِع ْاى َ٘ ِىِ ٞذ ت ِِْ اُ َ َاص أََّّ ُٖ ََا َ ت ُِْ ْاىغ ِ ِّز تِ ِٔ َٗ ََل َٝأذِِ َٞ 31 سيَ ََْ ٞاَُ سٗآ أؼَذ فٍ ٜسْذ اىَنِٞٞ ُ 26
Ibid., hlm. 516-517. Ibid., hlm. 524. 28 Ibid., hlm. 534. 29 Ibid., Jilid 3, hlm. 210. 30 Ibid., hlm. 277. 31 Ibid., hlm. 491. 27
9
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
أَتُ٘ اىَّْ ِْشََِْٜاص قَا َه َؼذَّش ِ شجِ قَا َه َؼذَّشََْا ِٕشَا ًُ ت ُِْ ْاىغٞ َ َؼذَّشََْا أَتُ٘ ْاى َُ ِغ16365 ذَ ت ِِْ ْاْلَس َْ٘ ِدَٝ ِضٝ َٚ إِىَِّّٜاب قُ ْذ ُ َا َخثٝ ص ُشُٓ فَقَا َه َ َٕ َٗاشِيَحُ ت ُِْ ْاْل َ ْسقَغِ َٗقَ ْذ رِّٜػا َ َقَا َه د َ ََة ت َ ْ َ َّ ُ ْ ََّ س٘ َه َ ِ فَزَ َم َش اى َؽذٜ َّ ِِ ػ ػ َّض َٗ َظ َّو ِ َِاَّلل ُ س َِ ْؼدُ َس َ ِاَّلل َ َق٘ ُهٝ َِهْيَلَع هللا ىَّلَص َ ِّّٜ ِ س فَقَا َه أ ْتش ِْش فَإِٝ ّ ْاى ُع َش ِش 32 ُ َٞ فَ ْيِٜ تِٛػ ْثذ َ َأََّا ِػ ْْذ ٍِٞٞ ٍسْذ اىشاٜ ٍَا شَا َء سٗآ أؼَذ فِٜظ َِّ ت َ ِِّ ظ
سنن الدارمي َّ ُػ ْثذ َاص َ اُ َؼذَّشََْا ِ اس ِك َؼذَّشََْا ِٕشَا ًُ ت ُِْ ْاىغ َ اَّللِ ت ُِْ ْاى َُ َث ِ ََ أ َ ْخ َث َشَّا أَتُ٘ اىُّْ ْؼ2615 َ َّ ِهْيَلَع هللا ىَّلَصََّ قَا َه قَا َه أََّاَٚاسكَ َٗذ َ َؼاى ِ ِٜ َ ِػ ِْ َٗا ِشيَحَ ت ِِْ ْاْل َ ْسقَغ َ اىَّْ ِْشَّٜاَُ أ َ ِتٞػ ِْ َؼ َ َ اَّللُ ذ َ َث َّْ ػ ِِ اىَّْ ِث 33 ُ َٞ فَ ْيٜ ِتِٛػ ْثذ َ ْ ّ مراب اىشقاقٜ فٍٜ ٍَا شَا َء سٗآ اىذاسٜظ َِّ ِت ِ ظ ذ ْ ػ َ ِ َ ِ
Skema Sanad Dalam skema sanad ini peneliti menampilkan seluruh sanad hadits yang dipaparkan di atas. Skema sanad ini dilengkapi dengan tahun wafat dan peringkat kwalitas masing-masing perowi. Adapun skema sanadnya adalah sebagai berikut:
32 33
Ibid., Jilid 4, hlm. 106. `Abdullah ibn Abd al-Rahman abû Muhammad al-Dârimi, Sunan al-Dârimi (Beirût: Dâr al-Kitâb al-`Arabi, 1408, Edisi 1, 2 Jilid), Jilid 2, hlm. 395.
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
10
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
Allah Muhammad (11)
Anas b. Malik (91/I)
Hammam (132/I I)
Abu Yunus (123/I I)
Abu Hurairah (57/I)
Abdurrahman (-/I I)
Watsilah (85/I)
Abu Shaleh (101/I )
al-A`raj (117/I )
Yazid b. al-Asham (103/I I)
al-A`mas (147/I )
Abu Umar (194/I I)
Jarir (188/I I)
Zaid b. Aslam (136/I I)
Abu Mu`awiyah (195/I I)
Zuhair b. Harb (234/I )
Abu Bakar (235/I )
Abdullah b. Munir (199/I I)
`Umar b. Hafsh (222/I I)
Qutaibah (240/I )
al-Bukhari) (256)
Muslim (261)
Muslim Muslim Ibn Majah Muslim al-Tirmidzi Ibn Majah (261) (261) (273) (261) (279) (273)
6856
4832
4832
4851
3812
Abu Kuraib (248/I )
4851
3527
Ali b. Muhammad Abu Kuraib (233/I I) (248/I )
Syu`bah (160/I )
Abdul Wahid Hafs b. Maisaroh (176/I I) (181/I I)
Abu Mu`awiyah (195/I I)
Ibn Numair (199/I I)
al-Tirmidzi (279)
Ahmad (241)
Ahmad (241)
Ahmad (241)
3527
7115
7115
8983
3812
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
Affan b. Salim Suwaid b. Said (219/I ) (240/V)
Zuhair (162/V)
Rauh (205/I I)
Abd. al-Malik (204/I I)
Muslim (261)
Ahmad (241)
Ahmad (241)
4927
10267 & 10488
10364
11
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
Allah
Muhammad (11)
Abu Hurairah (57/I)
Abu Shaleh (101/II)
Anas b. Malik (91/I)
Watsilah (85/I)
Hayan Abu al-Na. (-/III)
Hammam (132/III)
Abu Yunus (123/III)
Abdurrahman (-/II )
al-A`raj (117/II)
Yazid b. al-Asham (103/I I)
Qatadah (117/II)
Ma`mar (154/I )
Ibn Luhaiah (174/V)
Hilal b. Ali (-/III)
Abu Zinad (130/III)
Ja`far b. Burqan (150/V)
Syu`bah (160/II)
Abd al-Razaq (211/I )
Hasan b. Musa (209/III)
Fulaih (168/V)
Syuaib (162/III)
Waki` (196/II)
Ahmad (241)
Ahmad (241)
Suraih (218/I I)
Abu al-Yaman (222/II)
7831
8715
Ahmad (241)
Abu Kuraib (248/II)
al-Bukhari Muslim al-Tirmidzi (256) (261) (279)
9863
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
6951
4849
Walid b. Sul. (-/III)
Hisyam b. Ghaz (153/III)
Abu Daud Sul. Walid b. Muslim Abu al-Mughirah (204/II) (195/III) (212/I I)
Abdullah (181/II)
Ahmad (241)
Ahmad (241)
Ahmad (241)
Ahmad (241)
Abu al-Nu`man (224/I )
9373
12715 & 13429
15442
16365
al-Darimi (255)
2310
2615
12
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron Kritik Sanad Dari 23 sanad di atas, peneliti menyajikan informasi secara lengkap salah satunya yaitu hadits ke 3527 yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi, baik terkait biografi, guru, murid, dan kwalitas masing-masing perowi. Al-Tirmidzi Nama lengkapnya adalah Abu `Isa Muhammad ibn `Isa ibn Surah ibn Musa ibn Dlahhak al-Tirmidzi. Tirmidz adalah nama tempat yang berada di sebelah selatan Sungai Jihun selatan Iran. Sejarawan tidak menyebutkan kapan al-Tirmidzi lahir, tetapi sebagian ulama memperkirakan tahun 209 dan al-Dzahabi menyebut 210 H dan meninggal pada tanggal 13 Rajab 279 H juga di Tirmidz. Al-Tirmidzi setidak-tidaknya meriwayatkan dari 36 guru, di antaranya: Qutaibah ibn Sa`id, Abu Kuraib, dan Suwaid ibn al-Nashr alMarwazi. Paling sedikit ada 25 murid yang meriwayatkan hadits darinya, di antaranya: Abu Bakr Ahmad ibn Isma`il al-Samaraqandi, Abu Ja`fat Muhammad ibn Ahmad al-Nasafi, dan Haitsam ibn Kalib. Sedangkan komentar kritikus terhadap al-Tirmidzi sebagaimana tabel di bawah ini: NO NAMA KRITIKUS ISI KOMENTAR 01 Umar ibn `Allak al- Setelah al-Bukhari wafat, tidak ada orang Hafidz yang lebih Alim, Hafidz, Zahid, dan Wara` di Khurasan di banding al-Tirmidzi 02 Abu Ya`la al-Kholili Disepakati Tsiqoh, Alim, dan amanah 03 Al-Dzahabi Al-Hafidz al-Imam 04 Ibn Hazm Majhul Kesimpulan Tsiqah Hafidz Abu Kuraib Nama lengkapnya adalah Abu Kuraib Muhammad ibn `Ala‟ ibn Kuraib al-Hamdani. Ia hidup di Kufah dan wafat tahun 248 H. Di antara guru-gurunya adalah Abu Abdirrahman Abdullah ibn alMubarak ibn Wadlih, Abu Hisyam Abdullah ibn Numair, Abu Muhammad Abdullah ibn Wahb ibn Muslim, dan Abu Mu`awiyah Muhammad ibn Khazim. Salah satu di antara muridnya adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Isma`il ibn Ibrahim. Sedangkan komentar kritikus terhadap Abu Kuraib sebagaimana tabel di bawah ini:
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
13
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron NO 01 02 03 04 05
NAMA KRITIKUS Abu Hatim al-Razi Al-Nasa‟I Ibn Hibban Maslamah ibn Qasim Abu Amr al-Khaffaf Kesimpulan
ISI KOMENTAR Shaduq Tsiqah Tsiqah Tsiqah Tidak saya lihat orang yang lebih hafidz dibanding dia setelah Ishaq Tsiqah Hafidz
Ibn Numair dan Abu Mu`awiyah Ibn Numair Nama lengkapnya Abu Hisyam Abdullah ibn Numair, hidup di Kufah dan meninggal tahun 199 H. Di antara guru-gurunya adalah Abu Abdillah Sufyan ibn Sa`id ibn Masruq, Abu Muhammad Sulaiman ibn Mihran, dan Abu Sulaiman Saif ibn Sulaiman. Sebagian yang pernah berguru dengan adalah: Abu Kuraib Muhammad ibn Ala‟ ibn Kuraib, Abu Ja`far Muhammad ibn Umar ibn Walid, dan Abu Harun Muhammad ibn Sulaiman. Sedangkan komentar kritikus terhadap Ibn Numair sebagaimana tabel di bawah ini: NO NAMA KRITIKUS ISI KOMENTAR 01 Yahya ibn Ma`in Tsiqah 02 Abu Hatim al-Razi Mustaqim al-Amr 03 Al-Ijliy Tsiqah Shalih al-Hadits 04 Muhammad ibn Sa`d Tsiqah Shaduq 05 Ibn Hibban Tsiqah 06 Al-Dzahabi Hujjah Kesimpulan Tsiqah Abu Mu`awiyah Nama lengkapnya adalah Abu Mu`awiyah Muhammad ibn Khazim. Ia hidup di Kufah dan meninggal tahun 195 H. Di antara guru-gurunya adalah: Abu Ishaq Sulaiman ibn Abi Sulaiman Fairuz, Abu Muhammad Sulaiman ibn Mahran, dan Abu Yazid Suhail ibn Abi Shalih Dzakwan. Di antara murid-muridnya adalah: Abu Abdirrahman Muhammad ibn Abdillah ibn Numair, Abu Kuraib Muhammad ibn Ala‟ ibn Kuraib, dan Abu Ja`far Muhammad ibn `Isa ibn Najih. Sedangkan komentar kritikus terhadap Abu Mu`awiyah sebagaimana tabel di bawah ini: Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
14
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
01
NAMA KRITIKUS Yahya ibn Ma`in
02
Waki ibn Jarrah
03 04 05
Al-Ijli Al-Nasa`I Ya`qub ibn Syaibah Ibn Kharrasy
NO
06
Kesimpulan
ISI KOMENTAR Dia adalah orang yang paling Tsabat ketika meriwayatkan hadits dari al-A`masy dari Jarir Tidak saya ketemukan orang yang lebih Alim terkait hadits dari al-A`masy selain dia Tsiqah Tsiqah dalam periwayatan dari al-A`masy Tsiqah, tetapi terkadang mentadlis Shaduq ketika meriwayatkan hadits dari selain al-A`masy tetapi tsiqah ketika dati al-A`masy Tsiqah, Paling hafidz terhadap hadits dari alA`masy, dan terkadang meragukan bila dari yang lainnya.
Al-A`masy Nama lengkapnya Abu Muhammad Sulaiman ibn Mihran alA`masy. Ia hidup di Kufah dan meninggal pada tahun 147 H. Sebagian dari gurunya adalah: Abu Shalih Dzakwan, Abu Umar Dzar ibn Abdillah ibn Zararah, dan Abu Bakr Khaitsamah ibn Abdirrahman ibn Abi Sibrah. Dan sebagian dari murid-muridnya adalah: Abu Mu`awiyah Muhammad ibn Khazim, Abu Adbillah Muhammad ibn Rabi`ah, dan Abu Abdillah Muhammad ibn Thalhah ibn Mashraf. Sedangkan komentar kritikus terhadap al-A`masy sebagaimana tabel di bawah ini: NO NAMA KRITIKUS 01 Ali ibn al-Madini 02 Yahya ibn Ma`in 03 Al-Nasa‟i 04 Al-Ijli 05 Abu Hatim al-Razi 06 Ibn Hibban Kesimpulan Ibn Hajar
ISI KOMENTAR Hafidz Tsiqah Tsiqah Tsabat Tsiqah Tsabat Tsiqah, haditsnya dijadikan hujjah Tsiqah Tsiqah Hafidz tetapi terkadang tadlis
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
15
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron Abu Shalih Nama lengkapnya Abu Shalih Dzakwan, hidup dan meninggal di Madinah pada tahun 101 H. Di antara gurunya adalah: Abu Hurairah Abdurrahman ibn Shahr, Abu al-Abbas Abdullah ibn Abbas ibn Abdil Muthalib ibn Hasyim, dan Abu Abdirrahman Abdullah ibn Umar ibn Khathab ibn Nufail. Dan di antara murid-muridnya adalah: Abu Muhammad Sulaiman ibn Mihran, Abu Ayyub Sulaiman ibn Yasar, dan Abu Yazid Suhail ibn Abi Shalih Dzakwan. Sedangkan komentar kritikus terhadap Abu Shalih sebagaimana tabel di bawah ini: NO 01 02 03 04 05 06
NAMA KRITIKUS Ahmad ibn Hanbal Al-Saji Yahya ibn Ma`in Abu Zur`ah al-Razi Abu Hatim al-Razi Muhammad ibn Sa`d Kesimpulan Ibn hajar
ISI KOMENTAR Tsiqah Tsiqah Tsiqah Shaduq Tsiqah Tsiqah Mustaqim al-Hadits Tsiqah Shalih al-Hadits, haditsnya dijadikan hujjah Tsiqah Tsiqah Tsabat
Abu Hurairah Nama lengkapnya Abdurrahman ibn Shahr yang biasa disebut Abu Hurairah. Ia hidup dan wafat di Madinah pada tahun 57 H. Di antara gurunya adalah: Abu Mundzir Ubayy ibn Ka`b ibn Qais, Abu Muhammad Usamah ibn Zaid ibn Haritsah ibn Syurahbil, dan Abu Abdirrahman Hisan ibn Tsabit ibn Mundzir. Di antara yang pernah berguru dengannya adalah: Abu Shalil Dzakwan, Abu al-Ghaz Rabi`ah ibn Amr, dan Abu Bakr Rabah ibn Abdirrahman. Karena ia seorang Sahabat, maka secara otomatis oleh kritikus dimasukkan sebagai adil dan tsiqah. Status Hadits Berdasarkan data yang terkait dengan matan hadits dari seluruh sanad penulis berkesimpulan pada dasarnya tidak banyak berbeda. Ketidaksamaan lafadz yang digunakan boleh jadi disebabkan hadits diriwayatkan secara makna (riwayatan bi al-makna) tidak secara lafadz (riwayatan bi al-lafdzi). Matan ini juga tidak mengandung `ilat maupun sadz, karena tidak bertentangan dengan ayat al-Qur‟an yang berkaitan, Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
16
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron sirah nubuwwah, fakta sejarah, akal atau indra, hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi siqat dengan perawi siqat yang lainnya. Apabila diteliti melalui skema sanad maupun kritik sanad peneliti berkesimpulan bahwa sanadnya muttasil karena jarak antar rawi tidak lebih 58 tahun, apabila lebih dari itu, maka diketahui bahwa perowi yang bersangkutan berusia lebih dari usia rata-rata, yaitu 62-63 tahun. Dilihat dari kwalitas perowi diketahui banyak sanad yang peringkat terendah pada derajat 3, maka penulis berkesimpulan bahwa kwalitas hadits di atas adalah shahih li dzatihi. Pemahaman Hadits Dijelaskan dalam kitab Fath al-Bariy dan Syarh al-Nawawiy ala Shahih Muslim, bahwa makna dari hadits di atas adalah orang seharusnya menduga diterima permohonan ampunan ketika beristighfar, diterima taubatnya ketika bertobat, dan dikabulkan ketika berdo`a.34 Oleh karena itu senantiasa berprasangka baik terhadap Allah senantiasa dibutuhkan untuk kesuksesan. Di samping itu, hadits ini juga dapat difahami fahwa orang yang berbuat maksiat akan jauh dari rahmat dan rahim Allah, akan tetapi kalau ia beristighfar dan bertaubat, maka Allah mendekatkan rahmat dan rahim-Nya jauh lebih cepat dibanding upaya kembali hamba-Nya. Penutup Berdasarkan data yang dipaparkan di atas, penulis berkesimpulan bahwa kwalitas hadits yang diteliti adalah shahih li dzatihi. Sementara makna dari hadits di atas adalah orang seharusnya menduga diterima permohonan ampunan ketika beristighfar, diterima taubatnya ketika bertobat, dan dikabulkan ketika berdo`a.
34
Ahmad ibn `Ali ibn Hajar abû al-Fadll al-Asqalaniy, Fath al-Bâriy (Beirut: Dâr al-Ma`rifat, 1379), Juz 13, hlm. 386; dan Abû Zakariya Zahyâ ibn Syaraf ibn Muri al-Nawawiy, Syarh al-Nawawiy ala Shahîh Muslim (Beirut: Dâr Ihyâ‟ alTurtâts al-Arabiy, 1392, Juz 17, hlm. 2.
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
17
Ali Anwar, Riview Artikel Muniron
DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spititual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Jakarta: Penerbit Arga, 2001) Amri, Akram Dliya‟ al-, Buhuts fi al-Tarikh al-Sunnah al-Musyarrafah (Baghdad, tt.). Anwar, Ali, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Kediri: IAIT Press, 2004) Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Sejarah Perkembangan Hadits (Jakarta: Bulan Bintang, 1973). Asqalaniy, Ahmad ibn `Ali ibn Hajar abu al-Fadll al-, Fath al-Bariy (Beirut: Dar al-Ma`rifat, 1379) Darimi, Abdullah ibn Abd al-Rahman abu Muhammad al-, Sunan alDarimi (Beirut: Dar al-Kitab al-`Arabi, 1408 Imam Muslim ibn al-Hajjaj abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim (Bairut: Dar Ihya‟ al-Turats al-`Arabbiy, t.t. Imam Turmudzi Muhammad ibn `Isa abu Musa al-Tirmidzi al-Salmi, alJami’ al-Shahih Sunan al-Tirmidzi (Bairut: Dar Ihya‟ al-Turats al-`Arabbiy, t.t. Ismail, M. Syuhudi, Cara Praktis Mencari Hadits (Jakarta: Bulan Bintang, 1999. Ju`fiy, Muhammad ibn Isma`il abu `Abdullah al-Bukhari al-, al-Jami` alShahih al-Mukhtashar (Beirut: Dar ibn Katsir al-Yamamah, 1407/1978, Edisi ke-3, 6 Jilid, Ditahqiq oleh Mushthafa Dib alBigha), Jilid 6, hlm. 2694. Khatib, Muhammad „Ajjaj, Al Hadits Nabi sebelum Dibukukan Terjemahan AH. Akrom Fahmi dari al-Sunnah qabl al-Tadwin (Jakarta: Gema Insani Press, 1999) Muta‟al, Al-Qadli al-Nu‟man Abd al-, al-Hadits al-Syarif Riwayat wa Dirayat, (tt.) Nawawiy, Abu Zakariya Zahya ibn Syaraf ibn Muri al-, Syarh al-Nawawiy ala Shahih Muslim (Beirut: Dar Ihya‟ al-Turtats al-Arabiy, 1392). Qazwini, Muhammad ibn Yazid abu `Abdullah al-, Sunan ibn Majah (Beirut: Dar al-Fikr, 2 Jilid, Ditahqiq oleh Muhammad Fu‟ad `Abd al-Baqi) Syaibani, Ahmad ibn Hanbal abu `Abdullah al-, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal (Mesir: Muassasat al-Qurthubah, t.t
Tribakti, Volume 14 No.2 Juli 2005
18