Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 1-102 Penerbit : Irib Indonesia Penulis
: Ustaz Saleh Lapadi
Sumber : Irib Indonesia
Mengenal Surat AlBaqarah
Surat al-Baqarah diturunkan secara bertahap dan sebagian besar ayat diturunkan di Madinah, pasca hijrah Rasulullah Saw. Sebagian besar ayat dalam surat al-Baqarah menekankan masalah bahwa ibadah yang sesungguhnya kepada Allah Swt bergantung pada iman hamba-Nya terhadap seluruh kitab yang diturunkan kepada para nabi untuk membimbing umat manusia. Terkait hal ini, dalam ayat-ayat berikutnya orang-orang Kafir, Munafikin, dan Ahlul Kitab, disalahkan mengapa mereka membedabedakan agama langit dan utusan ilahi.
Ayat-ayat dalam surat al-Baqarah membahas sejumlah hukum dalam Islam termasuk perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah, hukum-hukum haji, qisas, puasa dan hukum-hukum lainnya.
Ayat-ayat pertama surat al-Baqarah menyebut al-Quran sebagai petunjuk orang-orang mukmin dan bertakwa, serta orang-orang yang mencari kebenaran. Namun pada ayat-ayat berikutnya, hidayah alQuran ini mencakup seluruh umat manusia. Adapun mengapa kitab al-Quran disebut sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa? Hal itu dikarenakan mereka telah menyerahkan diri pada kebenaran dan mengikutinya. Sebab itu, tingkat hidayah dan petunjuk kepada mereka lebih besar.
19 ayat pertama surat al-Baqarah membagi masyarakat berdasarkan sikap mereka terhadap Islam menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah para Muttaqin, yaitu orang-orang yang sepenuhnya menerima dan menyakini Islam. Kelompok kedua adalah Kuffar, yaitu orang-orang yang bersikap sebaliknya dan tidak menyia-nyiakan segala cara untuk menumpas Islam. Kelompok ketiga adalah Munafiqin, yaitu orang-orang yang memiliki dua wajah. Mereka beriman secara lahiriyah namun secara batiniyah mereka adalah orang-orang Kafir. Kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kelompok Munafiqin ini lebih besar daripada kerusakan yang diakibatkan oleh orang-orang Kafir. Sebab itu, al-Quran lebih banyak menyebutkan kecaman kepada kelompok kedua ini.
Setelah memperkenalkan tiga kelompok tersebut, Allah Swt dalam ayat-ayat berikutnya menyebutkan sifat orang-orang mukmin dan bertaqwa. Allah Swt menilai mereka sebagai orang-orang yang beriman kepada alam gaib, menunaikan shalat, berinfak, beriman kepada para nabi dan Rasulullah saw dan menyakini Hari Kiamat. Setelah menjelaskan sifat-sifat orang-orang mukmin, Allah menyebut, mereka adalah orang-orang yang berada dalam hidayah. Allah Swt menyeru masyarakat untuk bergabung dengan para Muttaqin dan tidak menjadi orang-orang Kafir atau Munafik.
Dari ayat 40 surat al-Baqarah, Allah Swt melaknat bangsa Yahudi dan hal ini berlangsung hingga ayat ke100 dan beberapa ayat selanjutnya. Allah menyebutkan berbagai nikmat-Nya yang dicurahkan kepada bangsa Yahudi dan kemuliaan yang dinisbatkan kepada mereka, serta seluruh kebaikan yang ternyata dibalas oleh kaum Yahudi dengan kekufuran dan pengingkaran mereka. Dalam ayat-ayat tersebut, Allah Swt menyebutkan beberapa fase dalam sejarah bangsa Yahudi seperti selamatnya bangsa Yahudi dari kejaran pasukan Firaun, terbelahnya lautan dan tenggelamnya Firaun yang zalim, penyembahan sapi oleh
kaum Yahudi saat Nabi Musa as tidak bersama mereka, permintaan mereka kepada Nabi Musa as agar Allah Swt dapat menampakkan wujud-Nya, adab terhadap mereka akibat permintaan ini, serta peringatan terhadap kaum Yahudi atas perjanjian yang mereka ikat dengan Allah dan mereka sendiri yang melanggarnya. Ayat-ayat ini juga menjelaskan bagaimana hati mereka membatu dan jiwa-jiwa mereka menjadi sengsara.
Ayat 255 dan 256 dalam surat al-Baqarah merupakan ayat yang memiliki keutamaan paling banyak. Ayat yang lebih dikenal dengan Ayat-ayat Kursi ini merupakan penghulu seluruh ayat al-Quran. Dalam buku Daar al-Mantsour dinukil dari Rasulullah bahwa, "Abu Dzar berkata kepada Rasulullah, "Ayat mana yang paling utama yang diturunkan kepada Rasulullah? Nabi menjawab, "Ayat Kursi."
Penamaan umat Islam terhadap ayat Kursi ini juga dikarenakan maknanya yang sangat tinggi mencakup tauhid dan kekuasaan mutlak Allah Swt terhadap segala sesuatu, dan bahwa Allah merupakan awal segala sesuatu dan akhir dari segalanya.
Kata Qayyum pada ayat 256 berarti wujud Allah Swt berdiri dengan Zat-Nya dan kekal. Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa Ayat Kursi merupakan ayat yang paling utama. Pada Ayat Kursi juga ditekankan bahwa tidak ada unsur pemaksaan dalam agama.
Surat kedua di dalam al-Quran sebuah surat yang terpanjang, yaitu surat al-Baqarah. Surat ini dinamakan demikian karena dalam Surat ini terdapat cerita tentang baqarah yang berarti sapi betina.Surat ini dimulai dengan huruf-huruf yang memiliki susunan khusus, sehingga menarik perhatian setiap orang.
Ayat ke 1
Artinya:
Alif laam miim
Biasanya tiap satu kata terdiri dari beberapa huruf, dan memberikan arti tertentu. Akan tetapi Allah Swt telah memulai 29 surat dari 114 surat di dalam Kitab-Nya dengan huruf-huruf (ada pula dengan sebuah huruf) di mana setiap huruf di baca sendiri-sendiri, seperti ayat pertama dari surat al-Baqarah ini.
Sebagai contoh, kita tidak mengucapkan "alam" Akan tetapi kita membacanya "alif laam miim". Hurufhuruf semacam ini , yang tak pernah ada sebelumnya di dalam bahasa Arab, di dalam istilah ulama
Muslimin disebut "huruf Muqotto'ah", artinya huruf yang terpotong-potong, karena ia dibaca sendirisendiri, tak menyambung.
Pada sebagian besar kasus, setelah huruf-huruf ini, datang ayat-ayat yang berbicara tentang mukjizat dan keagungan serta keautentikan al-Quran. Sebagaimana di dalam surat as-Syura, setelah "Haa Miim 'Ain Siin Qoof", ayat selanjutnya mengatakan, "Demikianlah Allah mewahyukan kepadamu dan kepada nabinabi sebelummu. Allah yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana".
Di dalam kitab-kitab tafsir dikatakan bahwa dengan huruf-huruf ini Allah Swt ingin mengatakan bahwa Aku (Allah) telah menyusun Kitab yang merupakan mukjizat ini dengan huruf-huruf yang juga ada pada kalian, bukannya dengan huruf-huruf dan kalimat-kalimat serta susunan yang tidak kalian kenal dan tak kalian pahami. Kini, siapa saja yang mengatakan bahwa al-Quran bukan mukjizat, jika ia berkata benar, hendaklah ia menyusun sebuah kitab yang juga terdiri dari alif ba sebagaimana al-Quran, yang memiliki kefasihan dan keindahan tak tertandingi, demikian pula dari segi isi dan kandungannya tak ada yang menyamai.
Iya, ini adalah karya seni Allah, yang telah menyusun sebuah kitab dari huruf-huruf alif ba, namun manusia tak mampu bahkan membuat sebuah surat saja yang menyamainya. Sebagaimana pada alam ciptaan ini. Allah menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dari dalam tanah yang mati tak berkehidupan, sementara manusia hanya mampu membangun (benda-benda mati pula) dari tanah, batu dan lumpur.
Sebagaimana dalam surat as-Syura, surat ini pun, setelah huruf-huruf "muqotto'ah", maka ayat-ayat berikutnya berbicara tentang sifat-sifat al-Quran yang menunjukkan kemukjizatannya.
Ayat ke 2
Artinya:
Itulah Kitab yang tak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.
Al-Quran adalah sebuah Kitab yang amat mulia. Al-Quran merupakan warisan dari kaum terdahulu untuk manusia zaman ini. Sebuah Kitab yang mampu menyampaikan ajaran-ajaran yang paling tinggi ke telinga seluruh penduduk dunia.
Meskipun al-Quran tidak turun dari langit dalam bentuk kitab, namun untuk menjaga ayat-ayat ilahi dari segala bentuk perubahan dan penyimpangan , maka Rasulullah Saw memerintahkan kepada umatnya yang mengerti baca tulis agar mencatat apa saja yang telah beliau terima sebagai wahyu dan beliau sampaikan kepada umatnya. Sekalipun banyak juga masyarakat yang menghafal dan menyimpannya di dada mereka.
Jika manusia mempelajari kitab ilahi ini dengan teliti dan memahami topik-topik yang terkandung di dalamnya, maka ia pasti akan yakin bahwa kitab ini datang dari sisi Allah. Adapun penjelasan-penjelasan ajaran yang sedemikian hebat, oleh seorang manusia, itu pun pada 14 abad yang lalu, dan hidup di antara kaum yang sama sekali jahil dan bodoh, adalah suatu perkara mustahil.
Sebagaimana telah disebutkan, al-Quran adalah kitab pemberi petunjuk dan pembimbing manusia menuju ke kebahagiaan dan kesenangan. Siapapun yang menginginkan kebahagiaan, maka ia tak memiliki jalan lain kecuali kembali kepada kitab petunjuk yang datang dari Sang Pencipta. Dengan pemanfaatan yang benar dari keberadaannya, maka ia dapat menjauhkan diri dari bahaya-bahaya yang mengancam jiwa raganya.
Dalam ayat 185 Surat al-Baqarah Allah Swt berfirman, "Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh manusia."
Tentunya jelas sekali bahwa mereka yang benar-benar ingin mengetahui kebenaran dan menerimanya, merupakan orang-orang yang akan dapat mengambil manfaat dari Kitab Langit ini. Sedangkan orangorang yang keras kepala, fanatik dan hanya memperturutkan hawa nafsunya, yang bukan hanya tidak mencari kebenaran, bahkan ketika mereka menemukannya, mereka berusaha memadamkan cahaya kebenaran tersebut, maka orang-orang seperti ini tak akan pernah memperoleh manfaat dari al-Quran.
Dengan demikian, sejak langkah pertama, diperlukan adanya ketakwaan fitri yang merupakan syarat untuk seseorang untuk dapat menerima hidayah al-Quran. Oleh karena itu al-Quran mengatakan di dalam ayat ini, "Hudallil muttaqin." Al-Quran adalah petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para pengikut Rasulullah Saw sangat mementingkan masalah penghafalan dan penulisan al-Quran. Oleh karena itu, ayat-ayat yang turun mereka tulis sehingga terbentuk sebuah kitab yang kemudian sampai ke tangan kita. Kita pun harus menjaga kesucian dan kehormatan Kitab ilahi ini.
2. Kandungan Kitab Suci ini sangat kuat dan kokoh, karena ia datang dari Allah yang Maha Bijaksana.
3. Al-Quran adalah kitab pemberi petunjuk kepada seluruh umat manusia. Ia bukan kitab yang berbicara mengenai bidang tertentu. Oleh karena itu, kita tidak akan mencari petunjuk dari Kitab Suci ini yang berkenaan dengan masalah-masalah fisika, kimia, atau matematika.
4. Agar sinar al-Quran dapat menembus hingga ke lubuk hati dan jiwa kita, maka kita harus mempersiapkan hati dan jiwa kita dengan sebaik-baiknya. Sama halnya cahaya hanya akan menembus kaca yang bersih, bukan yang kotor.
Ayat ke 3
Artinya:
Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib dan mendirikan solat, serta mendirikan solat, serta menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka.
Al-Quran membagi alam wujud menjadi dua bagian, yaitu alam gaib yang tak terjangkau oleh indera kita, dan alam nyata yang dapat kita raba dan kita ketahui keberadaannya melalui indera. Sebagian orang hanya mau menerima dan meyakini keberadaan hal-hal yang dapat mereka lihat dan mereka dengar serta mereka tangkap dengan salah satu dari panca indera mereka. Mereka ingin memahami segala sesuatu hanya melalui indera mereka. Padahal indera manusia sangat terbatas dan tidak mampu menjangkau segala sesuatu yang ada.
Sebagai contoh, daya tarik bumi merupakan salah satu ciri khas benda-benda materi dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Akan tetapi kita mengetahui keberadaannya melalui peristiwa jatuhnya bendabenda ke bawah yaitu ke bumi. Jadi pengetahuan kita akan keberadaan kekuatan atau daya tarik ini, datang melalui akibat-akibat yang ditimbulkannya, bukan dengan menangkap esensi daya tarik itu sendiri.
Sebagian orang berkeinginan melihat Allah Swt dengan mata mereka. Mereka yang hanya percaya dengan hal-hal materi seperti Bani Israel pernah berkata kepada Nabi Musa as, "Kami tidak akan beriman kepadamu kecuali jika kami dapat melihat Allah dengan jelas."
Ini tentu satu hal yang mustahil. Karena Allah Swt bukan materi, sehingga dapat dilihat. Akan tetapi kita dapat memastikan, dan meyakini alam gaib, yaitu wujud Allah, para malaikat, dan alam akhirat, yang semuanya itu tak terjangkau oleh indera lahiriah manusia.
Tentu saja, iman adalah tingkat yang lebih tinggi dari pada ilmu dan pengetahuan. Suatu tahap dimana hati dan jiwa manusia juga menyaksikan adanya wujud sesuatu, menjalin hubungan dengannya dan mencintainya. Jelas sekali bahwa iman dan keyakinan seperti ini juga akan melahirkan perbuatanperbuatan baik pada diri manusia. Pada prinsipnya, menurut pandangan Islam, iman tanpa amal, dan keyakinan semata-mata, tidak akan membawa manusia ke arah kesempurnaan.
Ayat ini mengatakan, orang-orang yang bertakwa selain beriman kepada yang gaib, mereka juga mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dengan shalat yang merupakan zikrullah, mereka memenuhi tuntutan-tuntutan ruhani dan jiwa mereka. Dengan itu mereka akan dapat memenuhi tuntutan masyarakat, sehingga rakyat pun dapat merasakan hidup sejahtera.
Sesungguhnya shalat saja dengan sendirinya tidaklah cukup. Seseorang hendaklah menegakkan shalat, juga mengajak orang lain untuk menegakkan shalat. Hendaknya shalat dilakukan di awal waktu dan akan lebih baik dilakukan di masjid dengan berjamaah.
Dengan demikian, shalat akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan inilah posisi yang sebenarnya dari shalat. Berkenaan dengan masalah sedekah pun, Islam tidak menganjurkan pemberian bantuanbantuan material saja lalu selesai. Akan tetapi yang ditegaskan di dalam al-Quran untuk diberikan kepada orang lain ialah "Mim Ma Razaqna". Yaitu, apa saja yang telah Allah berikan, meliputi kekayaan harta, kekuatan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan segala fasilitas, kelebihan yang merupakan pemberian Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Alam wujud, tak terbatas pada alam materi. Terdapat hal-hal yang memiliki wujud, tetapi tak terjangkau oleh indera kita. Namun akal dan hati kita dapat membuktikan wujud mereka itu. Dengan demikian kita harus menyakini keberadaan hal-hal tersebut. 2. Iman tak terpisahkan dari amal perbuatan, dan orang yang beriman adalah orang yang selalu beramal soleh, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah swt. 3. Shalat adalah amalan terpenting bagi manusia beriman. 4. Segala apa yang kita miliki adalah dari Allah, dengan demikian sebagian darinya mestilah kita berikan kepada orang lain yang memerlukan. Allah pun akan memberikan gantinya baik di dunia maupun di akhirat.
5. Islam adalah agama yang lengkap dan diturunkan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Islam mengatur hubungan dengan manusia dan manusia dengan masyarakatnya.
Ayat ke 4
Artinya:
Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan yang telah diturunkan sebelummu, dan mereka meyakini akan hari kiamat.
Wahyu adalah salah satu jalan untuk mencapai pengetahuan, dimana orang yang bertakwa beriman kepadanya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, jalan pengetahuan manusia tidak terbatas pada indera. Terdapat suatu alam di balik alam materi ini yang telah dibuktikan keberadaannya oleh akal. Namun akal tak mampu mengetahui alam tersebut secara terperinci.
Untuk itulah, dengan menurunkan wahyu, Allah Swt telah menyempurnakan pengetahuan kita. Akal mengatakan bahwa Tuhan yang kita sebut Allah itu ada dan nyata. Akan tetapi wahyu, menjelaskan sifatsifat dan kekhususan-kekhususan Allah kepada kita. Akal mengatakan bahwa pengadilan harus ditegakkan untuk memberikan hukuman dan pahala kepada setiap manusia. Dan wahyu mengatakan bahwa hanya alam akhirat yang memiliki ciri-ciri semacam itu.
Dengan demikian akal dan wahyu saling menyempurnakan dan orang-orang beriman menggunakan keduanya sebagai perantara mencapai pengetahuan yang benar dan sempurna. Wahyu bukan sesuatu yang khusus bagi Nabi kita saja. Nabi-nabi dan rasul-rasul lain sebelum beliau pun menerima wahyu dan diajak berbicara oleh Allah Swt.
Dengan demikian, orang-orang yang bertakwa, tak akan berkeras kepala menolak keberadaan para rasul sebelumnya dan hanya menerima kerasulan Nabi Muhammad Saw. Mereka menyakini seluruh nabi dan rasul ilahi serta segala sesuatu yang telah diwahyukan kepada mereka. Alam akhirat adalah alam gaib yang hanya dapat dikenali dengan baik dan benar melalui wahyu. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman meyakini keberadaan Hari Kiamat dan kehidupan akhirat berdasarkan al-Quran. Mereka tidak menganggap bahwa kematian adalah akhir kehidupannya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Semua Nabi memiliki tujuan yang sama, oleh karena itu kita semua harus mengimani seluruh kitab samawi.
2. Umat Islam adalah pewaris kitab-kitab samawi sebelum Al-Quran. Oleh sebab itu mereka pun mesti berusaha menjaganya. 3. Keyakinan akan hari kiamat, mendatangkan manfaat yang amat banyak. Ia membuat dunia ini menjadi kecil di mata manusia, menjaga manusia dari perbuatan dosa dan memberi arah serta tujuan yang benar pada perbuatan-perbuatan manusia.
Ayat ke 5
Artinya:
Mereka itulah orang-orang yang berada di atas petunjuk Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat ini menerangkan akibat yang sangat mulia dan menyenangkan bagi orang-orang bertakwa yang telah mencapai kebahagiaan. Karena mereka menerima petunjuk Allah dan selalu berjalan di atas petunjuk tersebut. Kemenangan berarti kebebasan dari hawa nafsu sekaligus peningkatan dan pengembangan keutamaan-keutamaan akhlak.
Di dalam bahasa Arab, petani disebut fallah yang pada asalnya berarti orang yang menang. Kata fallah, memiliki akar kata yang sama dengan kata muflihuun di dalam ayat ke lima surat al-Baqarah ini. Karena dengan pekerjaannnya petani menyediakan lahan untuk tumbuhnya benih dari dalam tanah sehingga dapat berkembang biak. Kemenangan adalah tingkat tertinggi tahap kesempurnaan manusia, karena sesuai dengan ayat al-Quran, bumi ini di ciptakan untuk manusia dan manusia untuk beribadat. Sedangkan ibadah untuk mencapai ketakwaan. Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang yang bertakwa akan mencapai kemenangan.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Jalan mencapai kebahagiaan dan kemuliaan adalah dengan menerima hidayah ilahi. 2. Kemenangan tak akan diperoleh tanpa usaha. Untuk mencapainya diperlukan ilmu dan iman, serta amal baik.
Ayat ke-6 Artinya: Orang-orang yang kafir, sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau tidak, mereka tak akan beriman.
Setelah memperkenalkan orang-orang yang bertakwa dan bersih hati, ayat ini berbicara tentang orang-orang kafir yang memiliki sifat fanatik dan keras kepala. Mereka orang yang tak akan terpengaruh sedikit pun oleh kebenaran dan sama sekali tak beriman kepadanya. Kafara di dalam bahasa Arab berarti menutup dan mengingkari. Kufur nikmat, berarti mengingkari nikmat dan tidak mensyukurinya. Kafir berarti orang yang menyembunyikan kebenaran dan tidak mempedulikannya. Jika Allah Swt mau memaksa semua orang agar beriman, maka Allah mampu berbuat demikian. Namun iman yang tumbuh karena paksaan, tak memiliki nilai. Oleh karena itu, Allah ingin agar manusia menumbuhkan keimanan berdasarkan kehendak sendiri. Dengan demikian maka kita tak boleh berharap semua orang beriman dan bertakwa. Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Kufur dan fanatisme, membuat hati manusia beku dan mati, bagaikan batu atau kayu yang tak akan bergeming menghadapi segala bentuk nasehat dan petunjuk. 2. Jika seseorang tidak menerima kebenaran, maka seruan nabi pun tak akan berpengaruh padanya. Seruan para nabi, bagaikan hujan yang jika turun menyirami tanah yang memiliki kesiapan, maka tanah tersebut akan menumbuhkan bunga. Sedangkan jika hujan tersebut turun di atas tanah yang kering tandus dan tidak subur, maka paling-paling ia akan menumbuhkan onak berduri dan rumput liar. 3. Meskipun kita tahu bahwa orang kafir tak akan beriman, namun kita harus melaksanakan kewajiban kita memberikan peringatan kepadanya. Ayat ke-7 Artinya: Allah menutup hati mereka dan pendengaran mereka, sedangkan di mata mereka terdapat tabir yang menutupi, dan bagi mereka azab yang besar. Orang-orang kafir memiliki akal, mata dan telinga, tapi perkataan-perkataan jelek dan fanatisme serta sifat keras kepala, telah menutupi semua itu sehingga tidak lagi mampu memahami dan melihat kebenaran. Itu merupakan hukuman dari Allah di dunia sedangkan di akhirat, azab yang pedih telah menanti mereka. Di sini muncul pertanyaan. Jika Allah Swt telah menutup hati, mata dan telinga orang-orang kafir, maka berarti mereka tidak lagi bertanggung jawab atas kekafiran mereka. Karena mereka telah dipaksa oleh Allah Swt untuk tetap dalam keadaan kafir. Untuk menjawab pertanyaan ini al-Quran memberikan keterangan yang sangat jelas di dalam ayat 35 surat al-Mukmin. Allah Swt berfirman, "Demikianlah Allah akan menutup hati orang yang sombong dan zalim." Juga di dalam ayat 155 surat an-Nisa' Allah berfirman, "Tetapi Allah menutup hati mereka karena kekafiran mereka." Sesungguhnya ayat ini menerangkan sunnatullah yang berlaku pada manusia, yaitu jika seseorang memiliki sifat takabbur, keras hati dan keras kepala dalam menghadapi kebenaran, maka alat-alat pencari pengetahuannya pun akan macet dan tak mampu bekerja lagi. Kebenaran pun akan tersembunyi baginya dan akibat buruk di dunia dan akhirat bakal menimpanya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Orang yang memahami kebenaran, namun menolaknya, maka Allah akan menutup mata hatinya sehingga akan selalu menolak kebenaran. Hal itu merupakan ganjaran baginya. 2. Kelebihan manusia dibanding dengan hewan ialah akal dan kemampuan berpikir dengan benar yang dimiliki oleh manusia. Tetapi kelebihan ini dapat hilang. Mereka yang kehilangan akalnya lalu memusuhi kebenaran dengan kekafiran. Ayat ke 8
Artinya: Diantara orang-orang itu, ada yang mengatakan: "kami beriman kepada Allah dan hari akhir.' padahal mereka bukan orang-orang yang beriman."
Al-Quran yang merupakan kitab hidayah, menjelaskan kepada kita sifat-sifat orang-orang Mukmin, Kafir dan Munafik. Tujuan dari penjelasan ini agar kita dapat mengenali diri kita sendiri, agar kita dapat mengenali diri kita termasuk golongan yang mana. Selain untuk diri sendiri, penjelasan ini akan membantu kita untuk mengenali orang lain agar dapat menentukan sikap yang sesuai terhadapnya dan bahkan dalam menghadapi masyarakat.
Sejak awal surah al-Baqarah hingga ayat 8, 4 ayat berbicara tentang orang-orang Mukmin, dua ayat tentang orang-orang Kafir, sedangkan ayat ke 8 ini dan seterusnya, berjumlah 13 ayat, memaparkan tentang manusia-manusia yang masuk ke dalam kelompok ke 3. Yaitu orang-orang yang tidak memiliki sinar cahaya seperti yang dimiliki oleh kelompok pertama, namun tidak pula memiliki keberanian dan keterusterangan yang dimiliki oleh kelompok ke dua. Mereka tidak mempunyai iman di dalam hati. Tapi pada saat yang sama, lidah mereka tidak pula menyatakan kufur. Mereka itu adalah Munafikin. Orang yang sesungguhnya berhati Kafir tetapi mengaku beriman secara lahir.
Setelah Rasul Allah Saw berhijrah dari Mekah ke Madinah, dan kaum musyrik mengalami kekalahan berat dalam perang menghadapi Muslimin, sebagian rakyat Mekah dan Madinah mengakui secara lahir sebagai Muslim. Hal itu dilakukan , meskipun hati mereka tak pernah menerima Islam, namun terpaksa diucapkan demi menyelamatkan jiwa dan harta mereka, atau demi mencapai posisi dan kedudukan di antara Muslimin. Kemudian mereka berusaha bersikap seperti layaknya umat Islam yang lain.
Jelas sekali bahwa orang-orang seperti ini adalah pengecut yang tidak memiliki harga diri dan keterusterangan. Tidak seperti orang-orang Kafir lain yang menyatakan kekufuran mereka secara terangterangan. Dengan demikian, barisan mereka terpisah dari orang-orang yang benar-benar beriman.
Bagaimanapun, hipokritas, hati bercabang, dan bermuka dua, adalah fenomena yang selalu dihadapi oleh setiap revolusi dan perubahan-perubahan sosial. Dan jangan sekali-kali mengira bahwa semua orang yang
menunjukkan keimanan dan kesetiaan serta kebersamaan, lalu hatinya pun memiliki konsistensi yang sama. Betapa banyak orang-orang yang pada lahirnya sangat Islami, namun di dalam hati, sangat memusuhi Islam.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Iman adalah perkara hati, bukan lidah. Oleh sebab itu untuk mengenali orang-orang tertentu, kita tidak boleh mencukupkan dengan pernyataan-pernyataan lahiriah mereka. 2. Dasar keimanan adalah iman kepada Pencipta dan Hari Kebangkitan. 3. Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati manusia.
Ayat ke 9
Artinya: Mereka berusaha menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Tetapi mereka tidak menipu siapa pun kecuali diri mereka sendiri. Sedangkan mereka tidak merasa.
Munafikin mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang cerdik dan pandai. Dengan menunjukkan keimanannya, mereka merasa dapat menipu Allah, Tuhan orang-orang mukmin, sekaligus memperoleh perlakuan dan hak-hak yang sama sebagai muslim yang lain. Mereka berusaha menipu Nabi dan orangorang beriman, sampai jika datang saat yang tepat mereka pun akan melancarkan serangan mereka terhadap Islam. Akan tetapi Allah Swt mengetahui kekufuran batin mereka dan mengenali hipokritas atau sikap mendua mereka. Lalu Allah Swt mengungkapkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka dan membuka kedok mereka yang buruk untuk orang-orang yang beriman.
Sikap orang-orang munafik bak seorang pasien yang datang untuk berobat kepada dokter. Saat diberi perintah dan resep obat yang mesti dimakan olehnya, ternyata ia tidak mentaati dan berbohong kepada dokter dan mengatakan bahwa obat-obat yang diberikan sudah ia makan. Dalam kondisi yang demikian, tentu saja si pasien menyangka dirinya telah menipu si dokter. Padahal ia hanya menipu dan menimpakan kerugian pada dirinya sendiri. Karena sesungguhnya akibat buruk kebohongannya itu hanya akan menimpa dirinya sendiri.
Jadi, orang yang terkena penyakit kemunafikan ini, menyangka telah menipu Allah dan orang-orang beriman. Sedangkan sesungguhnya ia tidak menipu siapa pun kecuali dirinya sendiri.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seorang munafik sejatinya adalah penipu. Kita harus berhati-hati jangan sampai termakan oleh sikapsikap lahir para penipu ini. 2. Kita sendiri jangan sekali-sekali menipu orang lain. Dan mesti kita sadari bahwa seorang yang menggali lubang, maka ia sendiri yang akan terperosok ke dalam lubang itu. 3. Sikap Islam terhadap munafik, sama sebagaimana sikap munafik itu sendiri terhadap Islam. Seorang munafik secara lahir ia menyatakan dirinya sebagai muslim, maka Islam pun secara lahir memperlakukannya sebagai seorang muslim. Munafik tidak memiliki iman di dalam hatinya. Allah pun, di Hari Kiamat, akan menimpakan azab kepadanya sama sebagaimana kepada orang-orang Kafir. 4. Munafik menganggap dirinya sebagai orang yang cerdik dan pandai. Padahal ia tidak tahu bahwa pihak yang ingin dibohonginya Allah Swt, Zat Yang Maha Mengetahui segala rahasia dan perasaan hati semua manusia.
Ayat ke 10
Artinya: Di dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah mereka dengan penyakit, dan mereka akan menerima azab yang pedih, karena sebelum ini mereka selalu berbohong.
Menurut al-Quran, jiwa manusia, sama sebagaimana tubuhnya, kadang-kadang terkena penyakit, yang jika tidak diobati akan semakin parah dan terus berkembang sampai suatu saat, kemanusiaan orang itu pun akan musnah pula. Kemunafikan atau nifak adalah penyakit jiwa yang paling berbahaya yang mengancam jiwa dan hati kita semua.
Manusia yang sehat tidak memiliki lebih dari satu wajah, sementara antara lahir dan batinnya terdapat keserasian yang baik dan sempurna. Lidahnya mengatakan hal-hal yang ada di dalam hatinya, dan tingkah lakunya sesuai dengan pikiran-pikirannya. Tetapi jika tidak demikian, maka jiwa telah menjadi sakit dan terkena penyimpangan.
Penyakit nifak mempersiapkan lahan yang subur bagi penyakit-penyakit jiwa lain, seperti kikir, dengki dan tamak. Dan bagaikan akar-akar penyakit kanker ia akan semakin menghujam di hati dan jiwa si munafik. Al-Quran menyebut sumber utama yang menumbuhkan penyakit nifak ini ialah watak suka berbohong dan akan berkembang terus bersamanya. Tentu saja bohong tidak terbatas hanya pada lidah.
Suatu perbuatan pun, yang dilakukan tidak sesuai dengan akidah seseorang (dengan tujuan dan niat jahat kepada pihak lain) juga merupakan kebohongan perbuatan. Bangkai binatang yang terjatuh ke dalam air, lalu menebarkan bau tak sedap, setiap kali hujan menyiraminya, bukannya hujan tersebut menghapus polusi yang ditimbulkan oleh bangkai tersebut, tapi hujan itu justru semakin menyebarkannya.
Nifak bagaikan bangkai, yang jika bersemayam di dalam hati manusia, setiap petunjuk yang datang dari Allah Swt, meskipun berupa rahmat, seorang Munafik hanya menunjukkan sikap riya dan bukannya menerima petunjuk tersebut dengan serius. Akhirnya penyakit nifaknya semakin bertambah parah.
Nifak memiliki makna yang luas mencakup segala sikap mendua di antara perkataan dan perbuatan, lahir dan batin. Makna seperti ini kadang kala juga muncul dari seorang mukmin; seperti riya dan sikap pamer dalam melaksanakan ibadah. Artinya, ia melakukan ibadah dan perbuatan-perbuatan baik lainnya adalah karena selain Allah. Maka yang demikian ini pun termasuk sejenis nifak.
Rasulullah Saw bersabda, "Tiga sifat jika salah satunya terdapat pada seseorang maka ia adalah seorang munafik, meskipun ia berpuasa, melakukan shalat dan menganggap dirinya sebagai seorang muslim. Tiga sifat tersebut ialah khianat dalam memegang amanat, dusta ketika berbicara dan ingkar janji."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Nifak adalah penyakit jiwa dan munafik bagai seorang yang sakit, tidak sehat dan tidak pula mati. Ia bukan mukmin bukan pula kafir. 2. Nifak berkembang bagaikan penyakit kanker, yang jika tidak segera diobati akan menguasai seluruh wujud manusia dan sifat-sifat kemanusiaannya. Ayat ke 11-12
Artinya:
Dan jika dikatakan kepada mereka, janganlah kalian membuat kerusakan di ?bumi, mereka berkata kami adalah orang-orang pembuat kebaikan.?
Ketahuilah bahwa mereka itu adalah para pembuat kerusakan, namun mereka ?tidak merasa.
Nifak adalah penyakit menular yang jika tidak dicegah, akan cepat menjalar ?menjangkiti orang banyak di dalam masyarakat. Sehingga beragam penyakit ?seperti sikap suka menjilat, berbohong, riya, kepurapuraan, ?sikap mendua dan lain sebagainya, akan menyeret masyarakat ke arah ?kehancuran. Oleh karena munafik itu sendiri bukan orang yang taat ?melaksanakan perintah-perintah agama, ia pun selalu menginginkan agar ?orang lain berbuat hal yang sama. ?
Oleh sebab itu ia selalu melecehkan, merendahkan dan mempermainkan ?perintah-perintah Allah serta menertawakan orang-orang yang taat ?menjalankan kewajiban agamanya. Al-Quran menjelaskan ?berbagai contoh perbuatan orang-orang munafikin ini di dalam surat al-?Taubah dan al-Munafikin. Disebutkan bahwa mereka lari dari medan jihad ?menghadapi musuh-musuh Islam, sehingga mengakibatkan kelemahan ?mental para pejuang. Atau ketika mereka mengeluarkan sedekah dan ?bantuan-bantuan keuangan, mereka melakukannya disertai dengan sikap ?menghina kepada orang-orang mukmin.
Memang, nifak merupakan sumber segala kerusakan di dalam masyarakat. ?Bahkan munafik yang sudah buta sehingga tidak dapat lagi melihat berbagai ?hakikat, menganggap kerusakan dirinya sebagai kebaikan. Karena menurut ?pandangannya, hal-hal seperti berdamai dengan musuh dan menghindari ?pertumpahan darah, merupakan kebaikan bagi masyarakat. Oleh karena itu ?peperangan harus dihindari dan akibat-akibatnya harus dicegah, meskipun ?pada kenyataannya hal itu justru akan mengakibatkan lemahnya agama dan ?orang-orang yang beriman.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:? ?1. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penyakit nifak tidak bersifat pribadi. Karena ia akan mencakup seluruh anggota masyarakat. ? ?2. Diantara tanda-tanda nifak, ialah sifat suka menganggap diri sendiri baik dan lebih terhormat dari pada orang lain. Menurut mereia, hanya kami yang baik dan suka berbuat kebaikan, sementara orang lain tidak.? ?3. Jika nifak sudah tertanam kuat di dalam hati seseorang, maka ia sudah tak akan lagi mampu berpikir dan berperasaan dengan baik dan benar, lalu ia tak lagi bersedia mendengarkan dan melihat kebenaran dan hakikat. ? ?4. Orang-orang mukmin harus mengenali dan mengetahui slogan-slogan indah namun kosong yang biasa diucapkan oleh munafikin, agar terhindar dari tipu daya mereka. ?5. Kecerdikan dan kepandaian yang tidak membawa kemaslahatan bagi masyarakat adalah ketidakpedulian dan kebodohan.
Ayat ke 13
Artinya:
Jika dikatakan kepada mereka: berimanlah sebagaimana orang-orang itu ?beriman, mereka mengatakan: "Apakah kami akan beriman sebagaimana ?orang-orang bodoh itu beriman?"Ketahuilah bahwa sesungguhnya merekalah ?yang bodoh, namun mereka tak menyadari.
Diantara tanda-tanda dan bukti-bukti nifak, ialah takabbur dan merasa diri ?sendiri sebagai orang yang paling baik dan menganggap orang lain hina. ?Mereka merasa diri sendiri sebagai orang yang berakal, pandai dan cerdas, ?sementara orang-orang yang beriman mereka anggap sebagai orang-orang ?yang bodoh, dungu dan berpikiran sederhana.
Oleh karena itu, ketika dikatakan kepada mereka, apa sebab kalian ?memisahkan diri dari barisan dan kelompok masyarakat serta tidak beriman? Ketika menjawab, mereka mencap rakyat yang selalu ?turut berjuang dan membela agama serta para pemimpin mereka baik di ?masa suka maupun duka, sebagai orang-orang yang bodoh.Sementara sikap ?munafik mereka anggap sebagai kecerdasan dan ?kepandaian.
Dalam menjawab pernyataan mereka itu, al-Quran mengatakan, kalian yang ?menganggap mukminin sebagai orang-orang yang bodoh, justru merupakan ?orang-orang bodoh yang sesungguhnya. Akan tetapi repotnya ketika ?kalian tidak menyadari kebodohan kalian sendiri. Sedangkan hal yang lebih ?buruk dari kebodohan ialah ketidaksadaran akan kebodohan kalian sendiri. Sebuah sifat?yang membuat seseorang merasa memahami segala sesuatu, sedangkan ?orang lain disangkanya bodoh semua, padahal ia sendiri yang bodoh.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:? ?1. Penghinaan terhadap orang-orang beriman, merupakan bagian dari watak orang-orang munafikin yang menganggap diri mereka lebih tinggi dan lebih baik dari pada orang lain.? ?2. Terhadap seorang yang sombong, kita harus bersikap sebagaimana sikap si sombong itu sendiri. Seseorang yang memandang hina kepada orang-orang yang beriman juga harus dipandang hina di dalam masyarakat, agar ia menyadari kesombongan dan keangkuhannya, lalu meninggalkan sifat tersebut.? ?3. Sikap menghina dan mengejek adalah perbuatan orang bodoh. Karena orang yang pandai berbicara berdasarkan logika. Sedangkan orang bodoh, berbicara dan bersikap dengan menghina dan meremehkan orang lain.? ?4. Allah Swt akan menghinakan munafikin di dunia ini dan membuka kedok mereka yang buruk di hadapan masyarakat umum.
Ayat ke 14
Artinya:
Dan jika mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: ?kami beriman. Dan jika mereka berkumpul dengan setan-setan mereka, ?mereka berkata: kami bersama kalian, karena kami hanya bermaksud ?mengejek (orang-orang yang beriman).
Di antara tanda-tanda lain kemunafikan ialah bahwa seorang munafik tidak ?memiliki satu kepribadian dan identitas yangkokoh dan mandiri. Di ?lingkungan manapun ia akan menyesuaikan diri dengan warna lingkungan ?tersebut. Ketika ia berada di kalangan orang-orang Mukmin maka ia ?menunjukkan keimanan dan kebersamaan. Dan ketika ia berada di kalangan ?musuh-musuh agama dan umat serta pemimpin Islam, maka ia pun akan ?bersatu suara dengan mereka dan berbicara tentang hal-hal yang anti orang-?orang beriman. Untuk menarik perhatian mereka ia pun menertawakan serta ?melecehkan kaum mukmin.
Ayat-ayat ini juga memperingatkan kita agar jangan sampai tertipu oleh sikap ?lahir seseorang. Siapapun yang mengaku sebagai orang yang beriman, ?janganlah? ?kita menerimanya begitu saja dan memperlakukannya sebagai ?seorang mukmim. Tetapi hendaknya kita lihat terlebih dahulu dengan siapa ia ?bergaul dan siapa teman-teman dekatnya. Adalah hal yang tak dapat diterima, ?bahwa seseorang beriman tetapi ia juga bersahabat baik dengan musuh-?musuh agama. Iman tak dapat bercampur dengan sikap ?bersahabat dan berdamai dengan musuh-musuh agama.
Dari ayat tadi terdapat tigapoin pelajaran yang dapat dipetik:? ?1. Setan, tidak terbatas pada setan yang merupakan makhluk halus. Manusia pun dapat menjadi penyebab tersesatnya orang lain dapat disebut ?sebagai setan. Untuk itu kita harus menjauhkan diri dari manusia yang ?seperti itu. ? ?2. Rencana rahasia, pertemuan secara ?sembunyi-sembunyi anti pemerintahan Islam, menunjukkan tidak adanya ?keberanian menyatakan akidah dan keyakinan. Munafikin yang selalu ?menghina dan melecehkan ahli iman. Mereka manusia pengecut dan tak ?memiliki mental yang lurus. ? ?3. Munafikin adalah kaki tangan musuhyang ada di dalam masyarakat. Di depan musuh, mereka ?mengatakan: Inna ma'akum, sesungguhnya kami bersama kalian, bukan ?bersama orang-orang mukmin.?
Ayat ke 15
Artinya: Allah pun akan menghina mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
Imam Ali Ridha as, cucu Rasul Allah Saw berkata, "Allah Swt bukan pembuat makar, tipu daya dan penistaan. Maksud dari ungkapan makar, tipu daya dan penistaan Allah itu pembalasan dari Allah atas perbuatan makar dan pelecehan para musuh."
Balasan apakah gerangan yang lebih keras daripada kebingungan, keragu-raguan, kebutaan hati dan kesesatan, yang menimpa Munafikin? Sesuai dengan sunnah-Nya, Allah Swt memberikan kesempatan kepada para pembuat dosa dan orang-orang zalim. Kesempatan ini merupakan rahmat, jika manusia dapat
menggunakannya untuk bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Jika tidak demikian, maka justru akan semakin menenggelamkan seseorang ke dalam jurang dosa dan akhirnya akan membinasakannya.
Di antara balasan-balasan Allah bagi para munafik ialah menyerahkan nasib mereka kepada mereka sendiri yang akan mengakibatkan kebingungan dan kesesatan mereka. Mereka tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, tidak pula memiliki ketenangan dan ketenteraman hidup.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Balasan Allah sesuai dengan dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia. Balasan perbuatan olok-olok dan penghinaan, juga olok-olok dan penghinaan. 2. Jangan sekali-kali kita sampai terlena oleh berbagai kesempatan yang diberikan oleh Allah. Karena jika kita tak dapat memanfaatkannya dengan baik, maka hal itu justru akan merupakan azab, bukannya rahmat. 3. Allah adalah pelindung orang-orang mukmin. Jika orang-orang munafik mengolok-olok mereka, maka Allah pun akan membalas memperolok-olok mereka dan memberikan balasan yang setimpal.
Ayat ke 16
Artinya: Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka tak mendatangkan untung, dan mereka bukan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dunia yang kita hidup di dalamnya ini, bagaikan sebuah pasar. Dan kita semua adalah para pedagang yang mau tak mau harus menjual modal-modal yang kita miliki. Modal manusia berupa usia, akal dan fitrah, ilmu pengetahuan dan kemampuan serta seluruh potensi yang Allah berikan kepada kita. Di dalam pasar ini, sekelompok orang memperoleh untung dan kebahagiaan, dan sekelompok lain mengalami kerugian. Kelompok kedua ini bukan hanya tidak mendapat keuntungan, bahkan modal pokok mereka juga musnah; bagaikan penjual es batu yang jika barang dagangannya itu tidak laku, bukan hanya tidak memperoleh untung, tetapi modal pokoknya pun mencair dan hilang.
Al-Quran di banyak tempat, mengumpamakan perbuatan-perbuatan baik dan buruk manusia dengan perdagangan. Sebagaimana di dalam ayat 9 surat as-Shaff, iman dan jihad disebut sebagai perdagangan yang penuh keuntungan. Al-Quran mengatakan yang artinya, "Wahai orang-orang beriman. Maukah Aku tunjukkan kepada kalian kepada sebuah perdagangan yang akan menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? Yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian."
Di dalam ayat 16 surat al-Baqarah ini, munafikin disebut sebagai para pedagang yang menjual petunjuk dan membeli kesesatan. Mungkin yang dimaksud dengan ayat ini ialah bahwa mereka itu bahkan telah melepaskan bekal-bekal fitrah dan potensi-potensi pemberian Allah yang merupakan faktor hidayah mereka dengan membiasakan diri berbuat dosa dan kemunafikan. Karena orang-orang Munafik bukanlah orang-orang yang memiliki hidayah lalu dijual untuk membeli kesesatan.
Bagaimanapun juga, dalam perdagangan ini mereka tidak hanya memperoleh kerugian bahkan mereka tak pernah sampai ke tujuan-tujuan jahat mereka. Karena pada kenyataannya Islam terus semakin berkembang dan meluas, sementara mereka semakin terhina.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Hendaklah kita jangan berpikir hanya memperoleh keuntungan dalam perdagangan harta kita saja. Tapi hendaknya kita perhatikan pula, dengan apa jiwa dan hati kita, kita jual, dan apa yang kita peroleh darinya? Apakah hasil perdagangan kita ini berupa hidayah dan kebahagian? ataukah kesesatan dan kesusahan? 2. Petunjuk dan kesesatan adalah hasil perbuatan kita sendiri, bukan paksaan atau kehendak Allah, bukan pula takdir dan kemauan ilahi, tanpa peran kehendak kita sedikit pun di dalamnya. 3. Nifak, tidak memiliki akhir kecuali kesesatan dan kerugian. Bertentangan dengan iman yang membawa manusia kepada kebahagiaan dan kebaikan.
Ayat ke 17
Artinya: Perumpamaan mereka, yaitu munafikin, seperti orang yang menyalakan api. Ketika api itu menerangi sekitarnya, Allah menghapus cahaya mereka itu, dan meninggalkan mereka dalam kegelapan tanpa dapat melihat.
Ayat-ayat yang telah dipelajari pada pertemuan-pertemuan yang lalu, menceritakan tentang tingkah laku dan ucapan-ucapan Munafikin. Ayat ini, memberikan perumpamaan orang-orang munafik dengan orang yang berada di tengah padang pasir gelap lalu menyalakan api untuk menerangi sekitarnya. Cahaya iman munafik seperti cahaya api, lemah, tidak tahan lama, disertai dengan asap, abu dan pembakaran.
Ia menampakkan cahaya iman, tetapi di dalamnya tersembunyi api kekafiran. Cahaya iman yang lemah inipun sesungguhnya merupakan sinar fitrah yang bersih yang Allah tanamkan di dalam diri mereka. Namun karena pengaruh negatif sifat fanatik (ta'assub) dan keras kepala, maka secara perlahan fitrah tersebut semakin melemah. Sampai ketika tirai-tirai kezaliman dan kebodohan telah menyelimuti seseorang, ia pun menutupi fitrah dan cahaya iman tadi.
Oleh karena fitrah dan cahaya iman itu lemah maka kegelapan kufur menyelubungi seluruh wujud mereka. Dengan memilih jalan kemunafikan, orang-orang munafik berpikir demikian bahwa mereka akan mampu mengambil hati orang-orang kafir yang ahli neraka dan juga mengambil hati orang-orang mukmin yang merupakan ahli cahaya. Mereka berusaha mengambil manfaat dari dunia orang-orang kafir, sekaligus akhiratnya orang-orang mukmin.
Itulah mengapa al-Quran menyerupakan mereka dengan seseorang yang menyalakan api untuk menerangi sekitarnya. Ia telah mengumpulkan api, yaitu neraka dan cahaya, yaitu nur yang muncul dari api itu, sekaligus untuk dapat memanfaatkan keduanya. Akan tetapi medan kehidupan bagaikan padang pasir luas yang gelap. Dapat menyeberangi dan melewati bahaya yang menghadang dengan selamat membutuhkan cahaya yang kuat dan kekal. Karena angin topan berbagai peristiwa di dunia ini, akan memadamkan api yang lemah, dan menjebak manusia ke dalam kegelapan.
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Cahaya yang dimiliki oleh munafik seperti cahaya api yang lemah dan tak tahan lama. 2. Keberadaan munafik di tengah masyarakat, merupakan sumber nyala api dan fitnah. 3. Untuk sampai kepada cahaya, munafik menggunakan api yang nyalanya disertai dengan debu, asap dan pembakaran. 4. Pada akhirnya Allah Swt menimpakan kehinaan pada orang munafik, dan cahaya yang hanya lahiriyah itu pun akan Allah padamkan. 5. Masa depan munafik gelap dan tak memiliki harapan untuk selamat. 6. Kemunafikan dan sikap mendua, itu pun di hadapan Allah Swt sama sekali tidak menunjukkan kecerdikan dan kepandaian. Tetapi ia adalah sumber kegelapan dan kehancuran. Ayat ke 18
Artinya: Mereka tuli (dari ajaran-ajaran yang haq) dan bisu (untuk menyatakan kebenaran) serta buta (untuk melihat hakekat). Maka mereka tidak pernah melepas kekufuran dan tidak akan kembali ke arah kebenaran.
Sekalipun orang munafikjuga memiliki mata, telinga dan lidahsebagaimana orang lain, tetapi matanya tidak bersedia melihat dan memahami hakikat. Telinganya juga tak ia persiapkan untuk mendengarkan ajaran-ajaran yang hak, dan lidahnya tak pernah mau mengikrarkan kebenaran risalah Nabi Saw. Oleh karena itu, al-Quran dalam ayat yang lain menyerupakan mereka dengan binatang yang memiliki panca indera, tapi tidak pernah mampu berpikir untuk mengenal hakikat.
Selain pada ayat ini, al-Quran juga menggunakan pengungkapan seperti, Laa Yasy'uruun, Laa Ya'lamuun, Laa Yubshiruun danLaa Ya'mahuun untuk orang-orang munafik. Kekafiran batin seorang munafik sedemikian kuat menutupi mata, telinga dan lidahnya membuat ia memalingkan dirinya dari kebenaran. Kenyataan ini membuat ia tidak berbeda dengan orang kafir. Ia sudah tidak mampu lagi membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa dengan hilangnya cahaya iman, kegelapan kufur telah sedemikian rupa menyelubungi orang munafi sehingga ia tidak lagi mampu melihat sesuatu. Sedangkan ayat ini mengatakan, bukan hanya tidak mampu melihat kebenaran, bahkan kemampuan mendengar dan mengucapkan kebenaran juga sudah hilang dari mereka. Akibat gerak mereka di dalam kedelapan, maka mereka tidak memperoleh apa-apa selain kejatuhan dan kebinasaan. Sebuah jalan yang tidak lagi memiliki arah untuk kembali.
Ayat ke 19
Artinya:
Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit di sertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari tangan mereka ketika mendengar petir karena takut mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.
Pada ayat ke-17 surat al-Baqarah ini, Allah menyerupakan munafik dengan orang yang berada di sebut tempat gelap dan kehilangan cahaya penerang, lalu mengalami kebingungan dan tak mempunyai jalan untuk kembali. Sedangkan ayat ini berkata, orang munafik bagaikan orang yang berada di lumpur akibat hujan lebat, di tengah gelap gulita malam yang disertai dengan kilat yang menyambar dan guntur yang menggelegar. Hal itu membuatnya ketakutan setengah mati. Namun ia tidak memiliki tempat berlindung untuk menyelamatkan diri dari hujan, tidak pula memiliki cahaya untuk menerobos kegelapan dan tidak juga ia memiliki jiwa dan mental yang kuat untuk menghadapi petir yang mengguntur memekakkan gendang telinga.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Munafikin tenggelam dalam berbagai kesulitan dan senantiasa merasakan kecemasan. Di dunia ini pun mereka sudah merasakan ketakutan dan keragu-raguan yang selalu mengikuti mereka. 2. Ketakutan akan mati, selalu menghantui orang-orang munafik. Hal itu menyebabkan mereka tidak memiliki ketenangan jiwa. 3. Allah Swt menguasai orang-orang munafik dan membongkar rahasia serta konspirasi mereka.
4. Kemunafikan akan berakhir pada kekafiran. 5. Hujan lebat, gelegar petir dan cahaya kilat, adalah hal yang sangat menakutkan orang-orang munafik. Al-Quran adalah sumber rahmat ilahi yang turun untuk umat manusia. Tetapi bagi munafikin ia adalah lonceng bahaya dan sumber kehinaan.
Ayat ke 20
Artinya:
Hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali sinaran itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Kilat dan petir di langit adalah tanda turunnya hujan, kebahagiaan, hijaunya bumi dan kesejahteraan penghuninya. Tetapi ini bukan untuk semua orang, melainkan hanya untuk mereka yang punya kesiapan memanfaatkan bekal dan rahmat ilahi ini.Lalu bagaimanakah dengan seorang musafir yang tertinggal sendirian dalam perjalanan di dunia ini
Cahaya redup api yang dinyalakan oleh orang-orang munafik serta sinar halilintar di langit yang menakjubkan, kedua-duanya tidak akan menerangi dan membimbing mereka dalam menempuh perjalanan hidup. Sebab yang pertama tidak akan lestari dan abadi. Sedangkan yang kedua hanya merupakan pembawa berita gembira yang bagi mereka hanya akan mendatangkan bencana. Halilintar di langit yang menakjubkan itu ialah wahyu ilahi. Wahyu tidak sanggup disaksikan oleh orang-orang munafik dan mereka sengaja tidak mau berusaha memperoleh berkahnya dari Nabi.
Sekalipun mereka menyatakan ingin memanfaatkan cahaya ini, tetapi kilat ini melenyapkan penglihatan mereka dan menghapus jalan bagi mereka. Al-Quran mempermalukan mereka sedemikian rupa sehingga mereka terpaksa tak sanggup melanjutkan perjalanan bersama orang-orang mukmin. Mereka tidak punya jalan untuk maju, tidak pula jalan untuk kembali. Semua ini, tentunya merupakan akibat dari kemunafikan mereka kepada Allah dan orang-orang mukmin. Seandainya Allah menghendaki hukuman yang sebenarnya terhadap mereka, niscaya Dia tidak hanya menghentikan perjalanan mereka, tetapi juga akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Orang munafik tidak punya kesanggupan untuk melihat cahaya ilahi. Ibarat kilau petir di angkasa, sinarnya menyilaukan mata mereka.
2. Orang munafik tidak memiliki cahaya di dalam dirinya, karena itu untuk bergerak ia harus memanfaatkan bias cahaya orang-orang mukmin. 3. Sekalipun orang munafik adakalanya menjejakkan kakinya ke depan, ia tetap tidak akan bisa maju dan terhenti dari gerakan. 4. Orang munafik sewaktu-waktu bisa mendapat murka Allah karena perbuatan-perbuatan yang ia lakukan. 5. Orang munafik tidak akan bisa menipu Allah, dan Allah akan memberikannya balasan dan hukuman. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ayat ke21?
Artinya:
Hai Manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan ?orang-orang yang sebelum kalian, supaya kalian bertakwa.? ?? Dalam dua puluh ayat sebelumnya, Allah menjelaskan keadaan dan ?karakteristik tiga kelompok manusia yaitu orang-orang bertakwa, kafir dan ?munafik. Setelah membandingkan pikiran, kepercayaan, perbuatan dan kata-?kata tiga kelompok ini, ayat ke 21 ini lalu menjelaskan jalan menuju ?kebahagian dan keselamatan. Untuk bergabung dengan kelompok pertama ?dan mencapai derajat takwa, hanya ada satu jalan yaitu membebaskan diri ?dari yang lain dan hanya menambatkan batin kepada Allah yang telah ?menciptakan kalian. Yakni mengabdilah hanya kepada Allah supaya kalian ?terbebas dari perbudakan orang lain.
Sebagian besar umat manusia mengakui Allah sebagai pencipta dirinya dan ?alam semesta. Tetapi, dalam program dan aturan hidupnya, mereka ?mengambil cara orang-orang lain. Jadi, seakan-akan mereka ini diciptakan ?begitu saja, lalu dilepaskan dan bebas berbuat apa saja yang mereka ?kehendaki.
Ayat ini mengatakan bahwa Pencipta kalian juga merupakan zat yang ?merawat dan mengayomi kalian, dan demi pertumbuhan dan perkembangan ?kalian, Allah telah menentukan program dan kewajibankewajiban kalian. ?Allah telah menetapkan undang-undang. Ingatlah bahwamembuat undang-?undang dan peraturan hanyalah hak Allah yang telah menciptakan kalian. ?Dengan demikian taatlah kepada-Nya. Hanya perintah-Nya-lah yang patut ?kalian junjung tinggi dan keuntungannya akan kembali kepada kalian sendiri. ?Jauhilah noda dan kejelekan serta dekatilah kebaikan dan kesucian.
Dari ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik:?
?1. Semua para nabi bersifat umum dan tidak terbatas pada sekelompok orang ?tertentu. Karena itu, sekitar 20 kali pernyataan al-Quran ditujukan kepada ?semua orang yaitu dengan kata-kata "Ya ayyuhanNaas" yang artinya "Hai ?manusia". ? ?2. Salah satu sebab dan falsafah ibadah kepada Allah ialah untuk ?menyatakan rasa bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga ?kepada kita dan kepada orang tua kita. Karena itu Allah berfirman,??"Sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian."? ?3. Nikmat penciptaan adalah nikmat yang paling utama dan terbesar yang ?telah diberikan Allah kepada kita. Nikmat ini menuntut ketaatan kita kepada ?seluruh perintah ilahi.? ?4. Ibadah adalah faktor ketakwaan dan kesucian. Jika ibadah tidak ?menambah spirit ketakwaan dalam diri kita, maka itu bukan ibadah. ? ?5. Kita harus ingat dan waspada supaya jangan sampai membuat dan ?membiarkan adat dan tradisi orang-orang tua kita bertentangan dengan ?perintah ilahi.Sebab mereka juga merupakan makhlukmakhluk Allah. Jangan ?sampai ketaatan kepada mereka itu menghalangi ketaatan kita kepada ?perintahperintah Allah.? ?6. Allah tidak memerlukan ibadah dan penyembahan kita. Shalat dan munajat ?kita tidak akan menambah kekuasaan dan keagungan Allah. Sesuatu yang ada ?pada Allah juga tidak akan berkurang jika kita meninggalkan ibadah. Kitalah ?yang memerlukan Allah demi perkembangan dan kesempurnaan kita. Kita ?harus pasrah mutlak kepada aturan dan ketentuan Allah. ? ?7. Kita jangan sombong dengan ibadah kita sebab ujub yaitu rasa takjub ?kepada diri sendiri serta sifat riya akan mencegah kita untuk sampai kepada ?takwa. Betapa banyaknya ibadah kita yang tidak menyampaikan kita kepada ?derajat takwa.?
Ayat ke21
Artinya:
Dan Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit ?sebagai atap dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan ?dengan air itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian, karena itu ?janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu ?mengetahui.?
Dalam ayat ini, Allah menyinggung berbagai nikmat Allah yang masing-?masing adalah sumber nikmatnikmat yang lain. Allah menjadikan bumi ini ? sebagai hamparan bagi kehidupan manusia di bumi ini. Gunung dan ?saharanya, air dan tanahnya, mineral yang tersimpan di dalam tanah dan di ?bawah gununggunung, semuanya merupakan lingkungan yang cocok untuk ?kelestarian dan kehidupan manusia.?
Kerjasama antara? ?langit dan bumi telah mendatangkan hujan dan ?menambahkan tanaman serta memenuhi rezeki dan makanan manusia. ?Semua ini berlangsung dan terjadi sesuai dengan peraturan
Allah dan kekuasaan-Nya yang tak terhingga. Dengan demikian, bagaimana mungkin orang-?orang atau makhluk-makhluk lain yang memerlukan Allah, dapat dijadikan ?sebagai sekutu?-?Nya dan bukannya perintah Allah, tetapi perintah merekalah ?yang diikuti?!
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:? ?1. Memperhatikan nikmat-nikmat Allah merupakan cara terbaik untuk ?mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya. Oleh sebab itu ayat ini ?menjelaskan nikmat-nikmat ilahi kepada manusia setelah ayat sebelumnya ?memerintahkan supaya kita menyembah Allah.? ?2. Adanya ekosistem dan kerjasama antara langit dan bumi merupakan bukti ?terbaik mengenai adanya Zat Pencipta alam semesta yang Maha Perkasa.? ?3. Dari dua kalimat "Ja'alla lakum" dan "Rizqan lakum" bisa kita pahami? Bahwa Allah menciptakan alam ini untuk manusia, dan tujuan terakhir dari? Diciptakannya makhluk-makhluk lain ialah supaya dimanfaatkan oleh manusia? ?4. Keteraturan dan kerjasama antara anggota alam semesta ini merupakan? Bukti yang paling jelas mengenai adanya perhatian Allah serta ke-Esaan-Nya.? Maka kita harus menyembah Tuhan Yang Esa dan jangan menjadikan? Sekutu-sekutu bagi Allah dalam soal penciptaan.? ?5. Mengenal dan menyembah Allah adalah masalah yang sesuai dengan?tuntutan fitrah. Naluri semua manusia mengalami hal ini. Karena itu Allah? berfirman, "Sedangkan kalian mengetahui".? ?6. Air dan tanah adalah perantara, tetapi tumbuhnya tanaman ada di tangan ?Allah. Karena itu Allah berfirman: "Maka Dia menghasilkan dengan air itu ?buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian." ?
Ayat ke23
Artinya:? Dan jika kalian merasa ragu pada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami ?maka buatlah sebuah surah yang menyerupainya, dan ajaklah saksi-saksi kalian ?selain Allah, jika kalian benar.?
Untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, maka setiap Nabi harus menunjukkan ?mukjizat yang tidak dapat dilakukan oleh oran lain. Mukjizat Rasul Allah Saw ?adalah al-Quran. Karena manusia tidak mampu menciptakan sebuah kitab yang ?menyerupainya dari segi keindahan gaya bahasanya maupun kehebatan isinya. ?Berkali-kali Allah Swt mengajak para penentang Islam dan menantang mereka ?dengan mengatakan bahwa jika kalian tidak mau menerima bahwa Kitab ini datang ?dari sisi Allah Swt dan menganggapnya sebagai ciptaan manusia, maka buatlah ?sebuah kitab yang menyerupainya.Bilakalian berhasil mendatangkan kitab ?yang seperti itu,maka agama Islam akan musnah dengan sendirinya. ?
Yang menarik dari masalah ini, al-Quran berkali-kali memberikan keringanan ?kepada pihak musuh. Sekali al-Quran mengatakan, buatlah kitab yang ?menyerupainya. Di tempat lain ia mengatakan, buatlah sepuluh surat yang ?menyerupainya. Sedangkan di dalam ayat ini al-Quran mengatakan, minimal buatlah ?sebuah surat yang menyerupainya salah satu diantara surat-surat al-Quran. Dari sisi ?lain, al-Quran juga mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan ini dan ?mengatakan, ajaklah pembantu-pembantu kalian dari segala penjuru dunia, dan ?saling tolonglah kalian untuk melakukan itu, tetapi ketahuilah bahwa kalian tak akan ?pernah mampu melakukannya. Meskipun semua Nabi memiliki mukjizat, namun ?mukjizat Rasul Allah Saw yaitu al-Quran memiliki berbagai keistimewaan.
Dalam kesempatan ini kami akan menguraikan secara singkat empat hal dari ?keistimewaan al-Quran ini.
Pertama, Kekuatan al-Quran. Mukjizat para nabi lain tidak memiliki lidah untuk ?menyatakan dirinya. Sehingga para nabi tersebut harus menyertai mukjizat mereka ?dan menyatakan bahwa yang mereka perbuat itu adalah mukjizat. Sedangkan al-?Quran tidak memerlukan seseorang untuk memperkenalkannya sebagai mukjizat. ?Karena ia sendiri menyeru para penentangnya untuk bertanding sekaligus ?mengalahkan mereka. Al-Quran selain merupakan undang-undang juga dokumen ?undangundang.
Kedua, Kekekalan al-Quran. Mukjizat-mukjizat selain al-Quran terjadi dan berlaku ?pada zaman tertentu dan hanya masyarakat zaman itu saja yang melihat dan atau ?mendengarnya. Sedangkan al-Quran tidak terbatas hanya untuk masa Rasul Allah Ssaw. Ia berlaku sepanjang sejarah sebagai mukjizat. Berlalunya zaman bukan hanya ?tidak menggoyahkan al-Quran bahkan berbagai pengetahuan dan permasalahan ?yang? ?terkandung di dalamnya semakin terbuka dan terbukti kebenarannya.
Ketiga, Universalitas al-Quran. Sebagaimana al-Quran tidak terbatas pada zaman ?tertentu, ia juga tidak terbatas pada tempat tertentu pula. Sasaran al-Quran tidak ?terbatas pada zaman tertentu, ia juga tidak terbatas pada tempat tertentu pula. ?Sasaran al-Quran bukan hanya orang-orang Arab di tanah Hijaz, tetapi seluruh ?bangsa dari setiap kaum dan etnis di dunia ini diseru oleh al-Quran. Oleh karena itu, aAlQuran sama sekali tak pernah menyeru orang-orang Arab saja: Yaa ayyuhal ?Arab, umpamanya. Yang ada di dalam al-Quran justru seruan-seruan umum kepada ?seluruh manusia, seperti Yaa ayyuhan naas, dan sebagainya.
Keempat, Non Materi. Biasanya nabi-nabi lain memiliki mukjizat yang bersifat materi ?dan jasmani yang membuat kagum mata dan telinga setiap orang. Sedangkan al-?Quran adalah ucapan dan kalimat-kalimat yang terdiri dari huruf-huruf alfabetbiasa. ?Tetapi ia mampu merasuk ke lubuk hati dan jiwa manusia membuat akal semua ?orang terpaksa mengagungkannya dan menguasai hati manusia.
Dari ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik:?
?1. Keistimewaan terpenting yang membuat para Nabi memperoleh kelayakan ?untuk menerima wahyu ialah mereka menghambakan diri hanya kepada Allah ?dan berserah diri sepenuhnya hanya kepada-Nya. Oleh sebab itu, di dalam ?banyak ayat al-Quran menyebut para Nabi sebagai "ibaadinaa" yang artinya: ?hamba-hamba Kami. Di dalam ayat ini al-Quran mengatakan "Nazzalnaa alaa ?abdinaa" artinya: Kami telah menurunkan (al-Quran) kepada hamba Kami.? ?2. Al-Quran adalah kitab pemberi argumentasi dan tidak membiarkan keraguan dan ?was-was. Oleh karena itu,al-Quran mengatakan: Jika kalian merasa ragu, maka ?datangkanlah sebuah surat yang menyerupainya.? ?3. Al-Quran adalah mukjizat ilahi yang bersifat kekal abadi yang terus menantang ?setiap manusia di setiap zaman dan masa. ? ?4. Islam adalah agama yang kekal dan universal. Oleh karena itu, mukjizatnya, yaitu ?al-Quran, juga bersifat kekal dan tidak terbatas pada masa dan generasi tertentu.? ?5. Kita tak boleh membiarkan segala bentuk keraguan dan kebimbangan ada di ?dalam hati kita sehubungan dengan dasar-dasar agama. Jika muncul keraguan di ?dalam hati kita, maka kita harus segera berusaha menghapusnya, sehingga tidak ?akan mengguncang sendi-sendi agama kita.? ?6. Sebaik-baik hakim adalah hati dan akal kita sendiri. Ayat ini mengatakan,jika para ?pembantu kalian memberikan kesaksian bahwa sesuatu yang kalian lakukan ??(ciptakan) itu sama dengan al-Quran, maka kami akan menerima. Artinya,kami akan ?menempatkan kalian sebagai juri penilai.? ?7. Kebenaran al-Quran sedemikian meyakinkan sehingga para penentang tidak mampu mendatangkan sebuah surat yang menyamai al-Quran.?
Ayat ke24?
Artinya:
Jika kalian tidak melakukannya dan kalian tidak akan mampu melakukannya, maka ?berhati-hatilah kalian akan neraka yang berbahan bakar manusia dan batu, yang ?disediakan bagi orang-orang yang kafir.?
Setelah ayat sebelumnya menantang orang-orang kafir agar mendatangkan sebuah ?surat yang menyamainya, ayat ini menegaskan bahwa kalian, orang-orang kafir, tak ?akan mampu melakukannya. Kalian yang hidup pada zaman Rasul Allah Saw dan ?mengenali dengan baik bahasa dan kalimat-kalimat al-Quran tak akan mampu, tidak ?juga siapa pun manusia-manusia di masa mendatang, akan mampu melakukannya. ?Karena Kalamullah, sama dengan Allah itu sendiri tak mungkin dibandingkan ?dengan manusia dan ucapan manusia. ?
Kemudian al-Quran mengancam musuh-musuh dengan api jahanam dan ?menyebutkan, bahan bakar jahanam adalah tubuh para pembuat dosa dan ?pengingkar. Yang dimaksud dengan batu-batu di dalam
ayat ini ialah semacam batu ?bara yang menyalakan api neraka, atau batu-batu yang dipakai untuk membuat ?patung-patung batu yang disembah oleh musuh-musuh nabi Muhammad Saw.Sebagai ?bukti kesesatan mereka, Allah akan menghadirkan patung-patung tersebut sebagai ?bukti bagi kesesatan mereka, sehingga para penyembah berhala itu tak mampu ?mengingkari kesesatan diri mereka. Sebagaimana di dalam ayat 98 Surah al-Anbiya aAl-Quran berkata,"Innakum wa maa ta'buduuna min duunillaahi hashobu ?jahannam", artinya, "Kalian dan sembahan kalian akan menjadi bahan bakar ?neraka".
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:? ?1. Berbicaralah dengan tegas kepada musuh-musuh agama kita berkenaan ?dengan kebenaran agama Islam. Akan tetapi kita sendiri hendaklah memiliki ?iman yang benar dan kokoh. Ayat ini berbicara kepada para penentang ?dengan mengatakan,"lam taf'aluu wa lan taf'aluu; artinya, kalian tak mampu ?melakukan dan tak akan pernah mampu melakukannya. ? ?2. Oleh karena kufur maka manusia sampai ke suatu tempat yang setingkat dengan ?batu-batu dengan benda-benda mati lain.? ?3. Hati yang sudah keras membatu dan tak mungkin ditembus oleh ajaran-ajaran ?kebenaran, di akhirat kelak akan dikumpulkan dengan bebatuan pula.? ?4. Kemukjizatan al-Quran tidak terbatas hanya pada masa nabi Muhammad Sawsaja. Ia adalah ?mukjizat di segala zaman. Oleh sebab itu al-Quran mengatakan, "Lan taf'alu", yang ?artinya: "kalian tak akan pernah mampu menciptakan sesuatu yang sama dengan al-?Quran".? ?5. Api neraka sedemikian keras dan hebat membakar sehingga bebatuan bagaikan ?kayu kering menyala mengobarkan api. ?
Ayat ke25?
Artinya:
Dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, ?bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai di dalamnya. ?Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan: Inilah ?yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang ?serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di ?dalamnya.?
Jika ayat sebelumnya menceritakan orang-orang kafir yang diancam siksaan api ?neraka, maka dalam ayat ini menjelaskan nasib orang-orang yang beriman sehingga ?dengan memperbandingkan nasib dua kelompok tersebut hakikatnya akan lebih ?jelas. Pada dasarnya iman tanpa dibarengi dengan amal saleh tidak akan berguna. ?Iman maupun amal apabila berdiri sendiri tidak akan menjamin kebahagiaan
?manusia. Iman ibarat akar pohon, dan amal saleh adalah buahnya. Buah yang ?manis adalah bukti dan kesuburan pohon, dan pohon yang kuat menyebabkan ?terawatnya buah yang baik.
Orang-orang yang tidak beriman kadang-kadang melakukan amal baik, akan tetapi ?karena iman tidak tertanam dan tidak berakar pada jiwanya maka amal baik tersebut ?tidak akan pernah abadi. Tempat orang-orang beriman di hari kiamat adalah surga ?yang kebun-kebunnya selalu hijau penuh dengan buah dan air yang mengalir di ?bawah pohon-pohonnya. Meskipun buah-buahan surga bentuknya mirip dengan ?buah-buahan dunia sehingga penduduk surga merasa tidak menyukainya, namun ?dari rasa dan baunya sungguh jauh berbeda.
Meskipun dalam al-Quran banyak ayat yang menceritakan tentang nikmat-nikmat ?surga dalam bentuk materi, seperti kebun, istana dan istri, namun di balik itu banyak ?ayat lain juga mengisaratkan tentang nikmat-nikmat surga dalam bentuk maknawi. ?Seperti dalam surah at-Taubah ayat 72, setelah menyebutkan nikmat-nikmat surga ?secara materi, juga mengatakan,"... Dan kerelaan Allah jauh lebih besar".Artinya, ?kerelaan Allah jauh lebih besar dari lainnya.
Dalam surah al-Bayyinah ayat 8 juga dikatakan,"... Allah rela kepada mereka dan ?mereka juga rela kepada-Nya." Nampaknya hal-hal yang berkaitan dengan nikmat ?surga yang dijelaskan dalam al-Quran, seperti tempat tinggal penduduk surga, pada ?dasarnya hal itu bukan sebagai balasan sempurna bagi mereka. Akan tetapi ?keberadaan mereka di tengah-tengah para nabi dan wali-wali Allah, orang-orang ?suci dan orang-orang saleh adalah bagian dari keuntungan maknawi dan kelezatan ?bagi penduduk surga.
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:? ?1. Untuk menciptakan pendidikan yang benar, di samping ancaman juga ?harus diiringi dorongan. Selain berisi ancaman neraka bagi orang-orang kafir, ?ayat ini juga berisi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. ? ?2. Bukti adanya iman berada pada amal saleh. Oleh karena itu al-Quran selalu ?menggandengkan dua hal tersebut dan berkata, "Orang-orang yang beriman dan ?melakukan amal saleh".? ?3. Dalam bahasa al-Quran, amal saleh adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas ?hanya untuk Allah. Oleh karena itu, amal saleh dijelaskan setelah iman kepada ?Allah. ? ?4. Penderitaan yang dirasakan orang-orang beriman di dunia dalam menjaga halal ?haram, di akhirat kelakmendapat balasansurga.? ?5. Semua nikmat dunia bisa hilang dan berakhir, oleh karena itu mereka gelisah dan ?sedih akan kehilangan hal tersebut. Adapun nikmat akhirat bersifat abadi dan ?selamanya oleh karena itu mereka tidak akan pernah sedih. Dalam sebuah ayat? Dikatakan, "Mereka tinggal di surga selama-lamanya". Penduduk surga selalu dalam? Keabadian. ?
?6. Istri yang ideal adalah istri yang bersih dari berbagai segi, baik dari segi ruh dan ?hati, juga dari segi tubuh dan badan. Oleh karena itu, berkaitan dengan istri bagi ?penduduk surga, ayat ini berkata, "istri-istri yang suci".?
Ayat ke 26
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan nyamuk ?atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka ?mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi yang ?kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk ?perumpamaan??? ?Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan ?Allah dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberinya ?petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang ?fasik.
Orang-orang yang menentang Islam tidak mampu membuatkitab tandingan al-Quran. Mereka tidak memiliki kekuatan logika seperti logika al-Quran. ??Seluruh perumpamaan al-Quran bagi mereka dipandang sangat rendah dan ?berkata, Ya Allah perumpamaan yang kau bikin seperti perbuatan manusia ?bukan perbuatan Tuhan. Sebagai Tuhan sungguh sangat jelek membikin ?perumpamaan seperti laba-laba atau lalat. Perumpamaan seperti ini sungguh ?tidak sesuai dengan kedudukan sebagai Tuhan. Para penentang Islam yang ?pada dasarnya tidak mengakui keberadaan Tuhan, ucapan tersebut tidak ?memiliki tujuan selain berupaya meragukan dan menggoncang umat Islam ?akan kebenaran al-Quran dan Nabi serta Iman mereka.
Pada dasarnya tidak semua perumpamaan al-Quran demikian, sebab pada ?ayat sebelumnya Allah telah mengibaratkan orang-orang munafik dengan ?seorang musafir dalam sebuah jalan yang penuh dengan berbagai bahaya, ?baik bumi maupun langit. Sementara untuk melanjutkan perjalanannya ia tidak ?memiliki penerang sama sekali.
Ayat ke27
Artinya:
Yaitu orang-orang yang melanggar janji Allah setelah ia ditetapkan, dan ?memutus apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menyambungnya, dan ?membuat kerusakan di muka bumi, mereka itulah orang-orang yang merugi.?
Setelah ayat sebelumnya berbicara tentang kesesatan orang-orang fasik, ?maka ayat ini menjelaskan tiga ciri-ciri mereka itu.?
Pertama, mereka adalah orang-orang yang suka menginjak-injak perjanjian ?dengan Allah dan hanya mengikuti keinginan-keinginan hawa nafsu mereka. ?Yang dimaksud dengan perjanjian Allah di dalam ayat ini ialah suatu bentuk ?perjanjian takwini (penciptaan) bukan tasyri'i (pensyariatan). Yaitu, Allah Swt ?telah menciptakan fitrah di dalam diri setiap manusia, dimana melalui hidayah ?fitrah tersebut, manusia dapat mengenali kebaikan dan keburukan, kebenaran ?dan kebatilan. Dengan fitrah itu pula setiap orang memiliki kesiapan untuk ?menerima seruan para Rasul yang diutus oleh Allah kepada mereka.
Kedua, Ketika Allah Swt memerintahkan agar mereka menjalin hubungan ?yang baik, termasuk hubungan keagamaan dengan para pemimpin ilahi, juga ?hubungan sosial dengan orang-orang mukmin, serta hubungan kekeluargaan ?dengan kaum kerabat dan sanak keluarga; orang-orang fasik justru memutus ?dan merusak hubungan-hubungan tersebut.
Ketiga, mereka menyebarkan kerusakan dan kekejian di muka bumi ini ?dengan kefasikan dan perbuatanperbuatan dosa mereka. Mungkin mereka ?mengira bahwa perbuatan dosa adalah perkara pribadi dan dampak-?dampaknya berkaitan dengan dirinya sendiri. Padahal segala bentuk ?pengaruh sosial dari perbuatan dosa tidak lebih kecil dari pada pengaruh-?pengaruh pribadi karena perbuatan-perbuatan dosa tersebut secara perlahan ?dan bertahap akan menyeret masyarakat kepada kerusakan.
Jelas sekali bahwa seseorang yang tidak mempedulikan perjanjian-perjanjian ?ilahi dan hubunganhubungan sosial akan berbuat sekehendak hatinya. Oorang ini pasti akan menimpakan kerugian bagi dirinya sendiri. Dengan ?melepaskan seluruh modal materi dan maknawinya, maka tak ada hal lain ?yang ia dapatkan kecuali kesengsaraan, kerugian dan kebinasaan.
Dari dua ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:? ?1. Pelanggaran perjanjian tidak sejalan dengan ketaatan beragama. Seorang ?mukmin tidak akan pernah melanggar perjanjiannya walaupun dengan orang-?orang kafir. Lalu bagaimana ia menginjak-injak perjanjian dengan Allah.? ?2. Menentang seruan fitrah, membuka jalan bagi perbuatan dosa dan pada ?akhirnya menciptakan kerusakan di muka bumi. ? ?3. Kerugian yang sesungguhnya ialah musnahnya modal usia dan pikiran, ?akibat pelanggaranpelanggaran terhadap panggilan fitrah dan syariat. ? ?4. Sesuai dengan ayat 124 Surah al-Baqarah disebutkan, ".... maka ?kepemimpinan ilahi merupakan janji Allah dan menurut ayat ini pula, ?pelanggaran terhadap janji Allah tersebut merupakan ciri-ciri munafik."
?5. Islam menganjurkan manusia menjalin hubungan dengan sesama, bukan ?pemutusan hubungan. Oleh sebab itu, silaturrahmi dan saling kunjung antar ?keluarga dan kerabat, terutama kedua orang tua, selalu mendapat perhatian ?dan penekanan di dalam Islam. ? ?6. Islam menentang sikap atau perbuatan mengucilkan diri dan menjauh dari ?masyarakat. Islam selalu menganjurkan kepada para pengikutnya untuk aktif ?hadir di tengah-tengah masyarakat, melaksanakan shalat berjamaah ?termasuk shalat Jumat, menjenguk orang sakit, menyantuni orang fakir dan ?miskin, serta memperhatikan keadaan para tetangga. Di dalam berbagai ?riwayat Islam, banyak terdapat anjurananjuran untuk silaturrahmi. Berikut ini ?disebutkan sebagiannya secara singkat.
?"Kunjungilah sanak keluarga kalian, karena hal itu akan menjauhkan kefakiran dari kalian, memperluas rezeki dan memberkahi usia kalian."
?"Peliharalah silaturrahmi meskipun dengan orang-orang yang tidak peduli terhadap kalian atau dengan orang-orang yang meskipun orang tersebut ?bukan orang yang baik."
?"Peliharalah silaturrahmi meskipun kalian terpaksa berjalan selama setahun ?atau kalian hanya mempunyai peluang sekedar memberi salam atau waktu yang sedikit sekedar meneguk air."
?"Silaturrahmi meringankan kematian dan perhitungan di hari kiamat dan menyebabkan seseorang memperoleh kedudukan istimewa di surga." ?? ?
Ayat ke28
Artinya:
Bagaimana mungkin kalian mengingkari wujud Allah sedangkan sebelum ini ?kalian mati lalu Dia menghidupkan kalian kemudian kembali Dia akan ?mematikan kalian, lalu kalian akan dikembalikan kepada-Nya.?
Sebaik-baik cara mengenal Allah ialah berpikir dan memperhatikan ?penciptaan manusia dan alam semesta. Merenungi dua fenomena, kehidupan ?dan kematian membuat manusia menyadari akan hakikat ini yaitu, jika ?kehidupan ini datang dari diriku sendiri, tentu aku akan hidup selamanya. ?Padahal sebelum ini aku tiada, lalu ada, kemudian kehidupan ini akan ?terenggut dariku. Sebelum ini sama seperti batu, kayu dan benda-benda mati ?lain, kita adalah makhluk-makhluk tak bernyawa. Angin kehidupan
yang Allah ?tiupkan, memberi jiwa dan ruh kepada kita dan kita pun diberi kemampuan ?memahami dan berpikir tentang segala sesuatu. Oleh karena itu nikmat ilahi ?yang terbesar ialah kehidupan yang Dia berikan kepada kita ini. ?
Dengan itulah maka manusia dapat mencapai berbagai kemajuan ilmu ?pengetahuan, akan tetapi tetap saja manusia tak mampu menangkap rahasia-?rahasia alam ciptaan Allah yang amat luas dan hebat ini. Bukan ?hanya kelahiran dan kehidupan berada di tangan Allah, tapi kematian kita pun ?berada di tanganNya. Kita tidak datang ke dunia ini dengan kehendak kita ?sendiri sehingga kita dapat meninggalkan dunia ini dengan kehendak kita ?sendiri pula. Dia-lah yang menghidupkan dan Dia-lah yang mematikan. ?Diantara yang demikian itu, hanya amal perbuatan kitalah yang berada di ?bawah kehendak kita.
Dengan demikian,bagaimana mungkin kita mengingkari wujud Allah yang ?awal dan akhir hidup kita berada di tangan-Nya? Bagaimana mungkin pula ?kita mengingkari kehidupan kembali setelah mati, dan mengatakan bahwa ?yang demikian itu tak mungkin terjadi karena manusia sudah musnah di telan ?bumi? Karena sesungguhnya pemberian kehidupan yang kedua kalinya, kalau ?kita pikir tentulah mudah bagi Allah dibanding pemberian kehidupan yang ?pertama, atau minimal sama saja. Bagaimana mungkin, Allah yang telah ?memberi kehidupan kepada kita yang berada di dalam ketiadaan sebelumnya ?tidak mampu memberikan kehidupan untuk yang kedua kalinya?
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:? ?1. Di antara cara-cara pemberian bimbingan dan petunjuk al-Quran ialah? pengajuan pertanyaan kepada akal dan fitrah manusia sehingga dengan ?berpikir dan merenung, manusia akan memahami hakikat dan ?menerimanya bukan hanya karena taklid buta.? ?2. Fenomena kehidupan merupakan bukti keberadaan Allah dan fenomena? kematian merupakan bukti adanya hari kebangkitan.? ?3. Pengenalan diri merupakan pengantar bagi pengenalan Allah. Jika? seseorang mengenali hakikat dirinya, maka ia pun akan mengetahui ?keberadaan Allah. Karena dengan demikian ia akan memahami bahwa dirinya ?tidak memiliki apa-apa, dan segala sesuatu ini datangnya dari Dia yang Maha ?Kuasa.? ?4. Akhir perjalanan kesempurnaan manusia ialah pertemuan dengan Allah ?dan kembali kepada sumber kehidupan serta pusat segala nikmat.? ?5. Kematian bukanlah akhir kehidupan, bahkan ia adalah awal kehidupan? yang sesungguhnya, dan gerak menuju ke arah Allah.? ?6. Orang-orang kafir yang tidak memiliki bukti untuk menolak adanya hari? kebangkitan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan ?kehidupan setelah kematian dengan tujuan menciptakan keragu-raguan. Akan? Tetapi , dengan mengajukan pertanyaan yaitu,dari manakah awal kehidupan ?kalian? Al-Quran mematahkan segala argumentasi mereka itu.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 29-30
Ayat ke-29:
َلَش أيءََع ِليم َِ ُنَسبأعََسَماو ٍۚاتوهُوََبِ ُك ََّ ضَج ِميعًاَث ُ ََّمَاسأتوىََإِلىَالسَّماءََِفس َّواه َ ِ هُوََالَّذِيَخلقََل ُكمَ َّماَفِيَ أاْل أر
Dia-lah yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian iaberkehendak pula menciptakan langit, maka Dia menjadikannya tujuh lapis.Dan DiaMaha Mengetahui segala sesuatu.
Allah yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan bebagai fasilitaskesejahteraan dan kemakmuran. Untuk itu Allah menciptakan bumi dan langitbeserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusia. Karena manusia adalahmakhluk termulia diantara seluruh makhluk lain yang Allah ciptakan. Dansegala sesuatu, baik benda-benda mati, tumbuhan, hewan, tanah dan langit,semua diciptakan demi kepentingan manusia. Oleh karena itu di dalam ayatini dikatakan: Allah menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian"
Dan di dalam ayat 13 Surahal-Jaatsiyah, dikatakan, "Dia menciptakan bagikalian segala yang ada di langit dan di bumi."
Jadi bukan hanya bumi, tetapi langit dan segala isinya, Allah ciptakan untukkepentingan manusia. Satu lagi diantara tanda-tanda tauhid atau keesaanAllah ialah sistem yang amat rumit namun sangat teliti, yang mengatur langitdan segala isinya, dimana para ilmuwan di zaman teknologi moderen danserba canggih ini mengakui kelemahan mereka menghadapi kehebatan alamraya ini. Bola bumi yang merupakan sumber kehidupan dan macam-macamnikmat bagi kita, tak lebih hanyalah sebuah benda langit yang sangat kecildibanding benda-benda langit yang lain.
Al-Quran pun menyebutnya dengan satu kata bentuk tunggal, yaitual-Ardh.Sedangkan tentanglangit, di dalam banyak ayat, al-Quran menyebutnya"Sab'a Samawat" berarti bahwa Allah membentangkan langit yang berlapistujuh, berdasarkan pengelolaan dan pengaturan yang sangat cermat, yangDia ciptakan untuk kepentingan manusia. Tujuh langit, yang berdasarkanayat-ayat lain, langit yang dapat disaksikan oleh mata manusia ini disebutsebagai Sama' udunya, artinya langit yang terendah. Sedangkan langit yangenam lapis lainnya berada di luar jangkauan penglihatan dan pengetahuanmanusia.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Manusia lebih mulia dibanding seluruh yang ada di bumi dan langit, bahkania merupakan tujuan penciptaan semua itu. 2. Allah menciptakan alam ini untuk kita. Oleh sebab itu hendaklah kitamenempatkan diri kita hanya untuk Allah semata. 3. Tak ada satu pun ciptaan Allah di alam ini yang sia-sia, karena ia diciptakanuntuk suatu kepentingan bagi manusia, meskipun manusia itu sendiri masihbelum mengetahui letak kepentingan tersebut. 4. Dunia diciptakan untuk manusia, bukan sebaliknya, manusia diciptakanuntuk dunia. Dunia adalah sarana, bukan tujuan. 5. Segala macam pemanfaatan nikmat-nikmat alam adalah halal bagimanusia, kecuali jika terdapat bukti khusus dari akal maupun syariat yangmengharamkannya.
Ayat ke-30:
َسَل ًۖكقالََإِنِيَأعأل َُم َُ حَبِح أمدِكََونُق ِد َُ ِلَفِيهاَمنَيُ أف ِس َدَُفِيهاَوي أس ِفكََُال ِدماءََونحأ نََُنُسب َُ ضَخ ِليف ًۖةًقالُواَأتجأ ع َ ِ وإِ أَذَقالََربُّكََ ِل ألمَلئِك َِةَإِنِيَجا ِعلََفِيَ أاْل أر َماَلََت أعل ُمون
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para Malaikat: "Aku akanmenciptakan seorang khalifah di bumi". Para Malaikat berkata: "ApakahEngkau akan menciptakan orang yang akan membuat kerusakan di dalamnyadan mengalirkan darah, sementara kami selalu bertasbih dengan memuji-Muserta mengagungkan-Mu. Allah berkata: "Aku mengetahui apa yang tidakkalian ketahui.
Di dalam ayat-ayat sebelumnya Allah berbicara tentang nikmat-nikmat materi-Nya yang tak terhitung jumlahnya bagi para penghuni bumi. Sedangkan ayatini menjelaskan posisi dan kedudukan maknawi manusia, yang membuatnyapantas menerima segala nikmat itu. Setelah menciptakan manusia, AllahSwtmenyodorkan permasalahan ini kepada para Malaikat, yaitu bahwa Adammemiliki kelayakan dan kepantasan sedemikian besar, sehingga Allah telahmenetapkannya sebagai wakil-Nya di bumi, dan mencapai pangkatkhalifatullah.
Akan tetapi para Malaikat menyatakan kekhawatiran mereka dan mengatakanbahwa bagaimana mungkin seseorang yang keturunannya bakal membuatkerusakan dan pertumpahan darah diangkat sebagai khalifatullah di bumi?
Para Malaikat berpikir bahwa jika Allah ingin mengangkat wakil di bumi , makawakil tersebut haruslah jauh dari segala macam dosa dan kejahatan, sertasepenuhnya mentaati Allah. Dan dengan pengetahuan yang mereka milikitentang alam dan watak-watak manusia, maka mereka merasa heran, apasebabnya Allah swt bukannya memberikan kedudukan mulia seperti itukepada para Malaikat-Nya yang selalu berada dalam ibadah dan ketaatankepada-Nya, tetapi memberikannya kepada manusia.
Dalam menjawab pertanyaan para Malaikat, Allah Swt menyebutkan, kalianhanya melihat titik kelemahan manusia. Sedangkan kalian tidak mengetahuisegi-segi positifnya yang sangat berharga. Akan tetapi Aku mengetahuisesuatu yang kalian tidak mengetahuinya. Jika kalian menganggap bahwatasbih dan tahmid yang selalu kalian lakukan itu sebagai alasan kelebihankalian terhadap manusia dalam mencapai kedudukan sebagai khalifatullah,maka ketahuilah bahwa diantara umat manusia terdapat banyak orang yanglebih unggul dari pada kalian dan memiliki kelayakan untuk mendudukipangkat mulia ini.
Tentu saja perlu ditegaskan bahwa bukan semua manusia merupakankhalifatullah di muka bumi, dan yang dimaksudkan dengan khalifah Allah dibumi ialah bahwa Allah yang telah menciptakan manusia "fi ahsanit taqwim"dengan sebaik-baik penciptaan, dan telah meniupkan ruh-Nya ke dalam tubuhmanusia , maka hendaklah manusia memelihara sebaik-baiknya semuapotensi yang telah Allah berikan itu, sehingga mampu berperan sebagaikhalifah Allah di bumi.
Contoh dari orang-orang yang demikian itu, yang telah terpilih sebagaikhalifatullah di bumi, ialah para Nabi, para Imam, mukminin dan solihin sertapara syuhada.Ketika manusia tidak mampu memelihara potensi-potensi Ilahiitu dan merusaknya, jadilah mereka sama seperti hewan bahkan keadaanmereka lebih buruk lagi, sebagaimana ditegaskan di dalam al-Quran: "Ulaaika kal an'am bal hum adhal" "Mereka itu
bagaikan binatang ternak, bahkanlebih sesat lagi". Jelas sekali bahwa ditunjuknya manusia sebagai wakil untukmengelola bumi, sama sekali tidak menunjukkan kelemahan Allah dalammengatur bumi. Tetapi menunjukkan kemuliaan dan keutamaan kedudukanmanusia yang memperoleh kelayakan untuk menduduki jabatan khalifatullah;selain bahwa sistem penciptaan dan pengaturan alam ini berjalan di atasdasar kausalitas.
Artinya, meskipun Allah Swt mampu secara langsung mengatur danmengelola alam jagat raya ini, namun untuk menjalankan segala urusan Allahmenciptakan perantara-perantara dan sebab-sebab; sebagaimana berkenaandengan para Malaikat Allah berfirman yang artinya, "Dan demi para Malaikatyang mengatur urusan alam." Artinya, AllahSwt juga menyerahkan sebagianurusan alam ini kepada para Malaikat. Meskipun pengatur yang sebenarnyasegala urusan alam ini ialah Allah sendiri sebagaimana yang Dia firmankan:"Yudab birul Amr", Dia-lah yang mengatur segenap urusan.
Dari ayat tadi terdapat delapan poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Posisi dan kedudukan manusia di alam ini sangat tinggi, sebagaimana yangAllah paparkan masalah tersebut di hadapan para Malaikat-Nya. 2. Pengangkatan wakil dan pemimpin Ilahi, ada di tangan Allah. 3. Penjelasan topik-topik penting yang menimbulkan pertanyaan, danpemberian jawaban bagi soal-soal serta hal-hal yang belum jelas, adalahperbuatan yang sangat berharga, sebagaimana yang Allah perbuat berkenaandengan penciptaan manusia, sehingga hilanglah ketidakjelasan dan keraguanpara Malaikat. 4. Pemimpin dan khalifah Allah haruslah seorang yang adil bijaksana, bukanorang yang fasik dan pembuat kerusakan. Oleh karena itu para Malaikatbertanya, bagaimana mungkin manusia yang suka menumpahkan darahberperan sebagai wakil Allah di bumi? 5. Dalam membandingkan diri kita dengan orang lain, hendaknya kita tidakmelihat hanya segi-segi negatif dan titik-titik kelemahan orang lain, danmelihat diri kita sendiri hanya dari segi-segi positif, lalu kita tergesa-gesamengambil kesimpulan. 6. Ukuran kemuliaan dan keutamaan bukan hanya ibadah. Akan tetapidiperlukan hal-hal lain. Meskipun para Malaikat memiliki kelebihan dibandingdengan manusia dalam hal ibadah kepada Allah, namun mereka tidak dipiliholeh Allah untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. 7. Penyimpangan dan kesesatan sejumlah manusia, tidak menghalangiperkembangan dan kesempurnaan manusia-manusia yang lain. MeskipunAllah mengetahui bahwa sekelompok manusia akan memilih jalan kesesatan,namun Allah tidak mencegah penciptaan dan pengangkatan manusia sebagaikhalifah-Nya. 8. Mengajukan pertanyaan dengan tujuan menambah pengetahuan danmenyingkirkan ketidakjelasan, sama sekali tidak terlarang, bahkan merupakankebaikan. Pertanyaan para Malaikat bukan untuk memprotes perbuatan danrencana Allah, tetapi untuk menghapus ketidakjelasan yang ada padamereka.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 31-33
Ayat ke-31:
وعلَّمََآدمََ أاْلسأماءََ ُكلَّهاَث ُ ََّمَعرض ُه أَمَعلىَ أالمَلئِك َِةَفقالََأن ِبئُونِيَ ِبأسأماءََِهـ ُؤلءََِ ِإنَ ُكنت ُ أَمَصا ِدقِي
Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,kemudian mengemukakannya kepda para Malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlahkepada-Ku nama benda-beda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.
Untuk membuktikan kelayakan manusia kepada para malaikat, Allah swt mengujikedua pihak. Mulamula Allah mengajarkan kepada mereka ilmu-ilmu pengetahuan,lalu Allah mengajukan pertanyaan kepada mereka. Al-Quranul Karim sama sekalitidak menjelaskan ilmu pengetahuan apa yang diajarkan kepada mereka itu.
Namun mayoritas mufassirin meyakini bahwa Allah mengenalkan kepada manusiaalam yang ada pada awal penciptaan dan mengajarkan nama-nama semua itu.Itulah potensi-potensi dan kemampuan berpikir untuk mengenali segala sesuatuyang Allah ciptakan di dalam diri kita umat manusia. Oleh karena para malaikatmengira bahwa berkat ibadah yang mereka lakukan dan itu artinya mereka lebihunggul dari pada manusia, maka mula-mula Allah menguji mereka, dan berkata,"Jika dugaan kalian itu benar, maka sebutkanlah nama hakikat-hakikat itu, yangtelah Aku ajarkan kepada kalian".
Akan tetapi para malaikat menyadari kekeliruan mereka, dan mereka barumengetahui bahwa ibadah dan tasbih saja, bukan ukuran pilihan Allah, dan khalifahilahi harus memiliki posisi dan kedudukan ilmu
pengetahuan yang tinggi. Dalammenjawab pertanyaan Allah, para Malaikat berkata, "Ya Allah, Engkau Maha Sucidari segala perbuatan yang tanpa alasan dan tanpa kebijaksanaan. Kami yakinbahwa dalam penciptaan dan khilafah keturunan manusia di bumi, terkandunghikmah dan maslahat yang amat besar yang lebih tinggi dari pada kejahatan yangada pada sebagian manusia. Dan berdasarkan maslahat itulah maka Engkaumenciptakan Adam. Ya Allah, selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami,maka kami tidak mengetahui apa-apa; dan pertanyaan kami timbul dariketidaktahuan kami akan persoalan ini, yaitu bahwa ternyata manusia memilikikelebihan dan memiliki potensi serta kekuatan sedemikian besar. Ya AllahEngkaulah yang mengetahui segala sesuatu dan selalu berbuat sesuatuberdasarkan hikmah kebijaksanaan.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Guru pertama yang mengajar manusia ialah Allah yang memberi kekuatanberpikir dan memahami hakikat-hakikat kepada manusia. Kekuatan yang semuapengetahuan manusia berkat potensi ilahi tersebut. 2. Manusia memiliki potensi dan kelayakan untuk menerima seluruh ilmupengetahuan dan membuka hakikat-hakikat alam kehidupan, meskipun kinimanusia masih berada di awal perjalanan sementara halhal yang tidak diketahuimasih banyak. 3. Kelebihan manusia di atas segala makhluk, termasuk malaikat terletak di dalamilmu pengetahuan dan kemampuannya berpikir, yang hal itu sendiri merupakanibadah terbesar. 4. Khalifah ilahi dan pemimpin Islam, lebih dari ibadat dan tasbih, memerlukan ilmudan pengetahuan. Oleh sebab itu, untuk membuktikan kelebihtinggian manusia,Allah mengajukan ilmu pengetahuan manusia. 5. Pengajar sesungguhnya ialah Allah swt. Sedangkan guru dan kitab adalah alatbelajar mengajar.
Ayat ke-32-33:
ََلَماَعلَّ أمتن ًۖاإِنَّكََأنتََ أالع ِلي َُمَ أالح ِكي َُم()الََياَآد َُمَأنبِئأ ُهمَبِأسأمائِ ِه ًۖ أمفل َّماَأنبأهُمَبِأسأمائِ ِه أَمَقالََأل أَمَأقُلَلَّ ُك أَمَإِنِيَأعأل َُمَغيأب َ َّ ِسبأحانكََلََ ِع ألمََلناَإ ُ َقالُوا َضَوأعأل َُمَماَت ُ أبدُونََوماَ ُكنت ُ أَمَت أكت ُ ُمون َ ِ تَو أاْل أر َِ السَّماوا
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dariapa yang telah Engkau ajarkankepada kami. Sesungguhnya Engkaulah YangMaha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.Allah
berfirman: Hai Adam. Beritahukanlah kepada mereka dengan nama-namabenda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,Allah berfirman, "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu bahwa sesungguhnyaAku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui rahasia langit dan bumidan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?
Di dalam ujian tersebut Adam as mencapai keberhasilan, dan berdasarkan ajaranilahi, nama-nama dan rahasia-rahasia kehidupan ia terangkan kepada paramalaikat. Hal itu membuat mereka menyadari hakikat bahwa Allah swt telahmemberi potensi dan kemampuan belajar kepada manusia, dimana hal itulah yangtidak mereka miliki.
Setelah ujian ini, Allah berbicara kepada para malaikat dan mengatakan: "Kalianmengira bahwa kalian lebih pantas dari siapa pun untuk memangku jabatansebagai khalifatullah. Akan tetapi kalian menyembunyikan hal tersebut dan tidakmenjelaskannya dengan tegas.
Akan tetapi ketahuilah bahwa sebagaimana Allah mengetahui hal-hal yang kalianlahirkan, Dia juga mengetahui hal-hal yang kalian sembunyikan di dalam hatikalian. Demikian pula Allah mengetahui batin dan rahasia seluruh alam, dan takada suatu apa pun yang terlepas dari pengetahuan-Nya.
Penekanan ayat ini akan pengetahuan Allah berkenaan dengan lahir dan batinmanusia juga segala sesuatu, adalah karena sesungguhnya ayat ini inginmengatakan bahwa kalian, para malaikat (dan siapa saja selain Allah) yang tidakmengetahui rahasia-rahasia alam, dan hanya melihat lahir segala sesuatu, jangansekalikali mencampuri perbuatan Allah yang mengetahui segala sesuatu danmenciptakan semua ini berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan. Jika di dalamciptaan Allah ini kalian melihat seakan terdapat kekurangan dan ketimpangan,maka hal itu tak lain adalah karena ketidaktahuan kalian. Bukannya terdapatkekurangan di dalam perbuatan Allah.
Dari dua ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Permintaan maaf yang dilakukan dengan segera, karena mengatakan sesuatutidak pada tempatnya, merupakan sopan santun malakuti. Para malaikat, begitumenyadari bahwa mereka telah mengatakan sesuatu yang keliru, meminta maafkepada Allah dengan mengucapkan: Subhaanak: Maha Suci Engkau ya Allah". 2. Janganlah kita merasa malu mengatakan tidak tahu, kalau memang kita tidaktahu. Para malaikat Ilahi dengan tegas mengakui ketidaktahuan mereka danmengatakan: Laa ilma lanaa. 3. Permintaan maaf dan taubat, sumber keselamatan. Para malaikat yang mengirabahwa ibadah dan tasbih yang ia lakukan terus menerus itu, sebagai alasankelebihan mereka terhadap manusia, ketika kenyataan sebenarnya sudah jelasbagi mereka, mereka langsung meminta maaf, yang diterima oleh Allah. Akantetapi, setan yang diciptakan dari api, dan menganggap hal itu sebagaikelebihannya terhadap manusia yang diciptakan dari tanah, lalu ia bersikerasdengan anggapan kelirunya itu, maka Allah mengusirnya dari surga danmenjauhkannya dari rahmat-Nya yang Maha Luas. 4. Dari segi ilmu pengetahuan dan potensi mengembangkan pengetahuan,manusia memiliki keunggulan di atas malaikat. Oleh karena itu hal-hal yang tidakdiketahui oleh para malaikat, Adam as mengetahuinya. 5. Untuk membuktikan kelayakan dan kelebihan, perlu diadakan tes dan ujian.Meskipun Allah mengetahui kelebihan Adam terhadap para malaikat, namun untukmembuktikan kepada selain-Nya, Allah mengadakan tes dan ujian. 6. Para malaikat tidak memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang gaib dari dirinyasendiri. Akan tetapi mereka mengetahui hal-hal yang gaib sekedar yang diizinkandan diberitahukan oleh Allah Swt. Di dalambeberapa ayat sebelumnya Allah Swtberfirman, "Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. Dan ayat inimengatakan, "Aku mengetahui kegaiban di langit dan di bumi." 7. Kesempatan-kesempatan harus disediakan bagi perkembangan dan pengaktifanpotensi-potensi. Dengan mengadakan sebuah ujian, Allah swt telah memunculkanpotensi-potensi yang dimiliki oleh Adam, sehingga manusia menyadari akankelayakan dirinya, demikian pula selain manusia agar mengetahui adanyakelebihan tersebut. Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 37-39
Ayat ke-37:
َالر ِحي ُم َُ فتلقَّىََآد َُمَ ِمنَ َّر ِب َِهَك ِلماتََفتابََعل أي ٍۚ ِهإِنَّ َهَُهُوََالت َّ َّو َّ َاب
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Setelah keluar dari lingkungan yang tenang dan penuh kenikmatan, dan turun ke bumi yang penuh jerih payah, Adam memahami kesalahannya akibat tipuan Setan, lantaran itu ia menyesali perbuatannya dan bertekad untuk bertaubat. Namun bagaimana ia harus bertaubat sehingga diterima oleh Allah? Di sini Allah juga tidak melepaskan Adam. Allah mengajarkan beberapa kata dan kalimat untuk melahirkan penyesalan hatinya.
Kalimat-kalimat ini termaktub dalam surat al-A'raf ayat 23 yang artinya, "Keduanya berkata, "Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami, dan apabila Engkau tidak mengampuni kami dan tidak mengasihani kami, maka kami benar-benar termasuk orang-orang yang merugi."
Ungkapan-ungkapan seperti ini tidak khusus diajukan kepada Adam. Ungkapan serupa juga datang berkenaan dengan Nabi Yunus dan Musa, sebagaimana al-Quran menyebutkan berkenaan dengan Nabi Musa as, "(Nabi Musa) berkata: "Tuhanku, Sungguh aku menzalimi diriku, maka ampunilah aku." Alhasil, agar taubatnya diterima, Adam menyebutkan para pemberi syafaat yang nama mereka diajarkan Allah Swt. Sebagaimana Suyuti menukil banyak riwayat dalam tafsirnya ad-Durul Mantsur bahwa Adam besumpah kepada Allah dengan nama Muhammad dan keluarganya hingga Allah menerima taubatnya.
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas disebutkan, (Sa'ala bihaqqi Muhammadin wa ‘Aliyin wa Fatimah wal Hasani wal Husain) yakni, Adam bersumpah kepada Allah demi hak Muhammad beserta keluarga beliau yang terdekat hingga taubatnya diterima.
"Taubat" menurut bahasa berarti kembali. Sewaktu kata ini dinisbatkan kepada manusia dimaksudkan kembali dari dosa, dan sewaktu dinisbatkan kepada Allah berarti kembalinya rahmat Ilahi. Yakni, suatu rahmat yang dicabut oleh Allah lantaran dosa yang diperbuat oleh seseorang, dikembalikan kepadanya sebagai lanjutan kembalinya orang itu dari dosa.
Allah juga "Tawwab" (Maha Penerima Taubat), sebagaimana disebutkan di dalam ayat ini: (Innallaha tawwabur rahim) artinya:"Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat Maha Penyayang." Allah juga mencintai "Tawwabin" (orang-orang yang bertaubat) seperti disebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 222: (Innallaha yuhibbut tawwabin) artinya: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat." Oleh sebab itu manusia tidak boleh putus asa dari rahmat Ilahi, bahkan harus senantiasa sebagai orang yang bertaubat dan memohon ampun, yang rahmat Ilahi senantiasa bersamanya.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Sebagaimana taufik untuk bertaubat berasal dari Allah, cara dan jalan pelaksanaannya pun harus kita ambil dari Allah. Seperti yang disebutkan dalam ayat mengenai taubat Adam, kalimat dan kata-kata taubat diajarkan Allah kepadanya. 2. Apabila manusia benar-benar bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya, sebab Dia Maha Penerima taubat. 3. Penerimaan ampunan Allah diikuti dengan rahmat dan kasih sayang, bukan cacian, umpatan dan pencemaran harga diri. 4. Apabila kita merusak taubat dan melakukan dosa, maka janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah, sebab Dia Maha Penerima taubat. Apabila kita bertaubat lagi, maka Allah menerima taubat kita lagi.
Ayat ke-38 dan 39:
ُ ِقُ ألناَا أهب َاب َُ صح طواَ ِم أنهاَج ِميعً ًۖافإِ َّماَيأأتِينَّ ُكمَ ِمنِيَ ُهدًىَفمنَتبِعََهُدايََفَلََخ أوفََعل أي ِه أَمَولََ ُه أَمَيحأ زنُونَ()والَّذِينََكف ُرواَوكذَّبُواَبِآياتِناَأُولـئِكََأ أ َار ُه أَمَفِيهاَخا ِلدُون ِ ًۖ َّالن
Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."Adapun orang-orang yang kafir, dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Kelanjutan taubat Adam dan diterimanya taubat tersebut oleh Allah, sekali lagi datang perintah "Ihbituu yang berarti turunlah", sehingga jangan disangka bahwa taubat akan menyebabkan Adam, kembali ke taman surgawi itu. Ampunan Allah menghilangkan hukuman dosa, adapun akibat-akibat alami dosa tersebut tidak hilang dengan ampunan Ilahi. Keluarnya Adam dari taman surgawi adalah akibat alami dari memakan buah terlarang, yang tidak dapat hilang dengan taubat.
Walhasil, Adam dan isterinya harus keluar dari surga, dan tinggal di bagian lain bumi yang tidak memiliki sarana-sarana seperti itu. Keluarnya Adam dari taman itu mengakibatkan keluarnya keturunannya selamalamanya. Karena itu perintah "turunlah" ditujukan kepada semua manusia, tetapi selanjutnya disebutkan hidayah manusia, yang mana Allah berfirman: Aku mengirimkan sarana-sarana hidayah untuk kamu, baik kitab petunjuk maupun rasul petunjuk, namun manusia dihadapannya menjadi dua kelompok, satu kelompok mengikuti, sedangkan kelompok yang lain mengingkari.
Pada permulaan penciptaan, Allah mengajarkan nama-nama segala sesuatu dan hakikat-hakikat wujud kepada Adam, dan meletakkan potensi penyerapan ilmu, yang ilmu tersebut menjadi dasar kelebihannya dari para malaikat. Namun pengetahuan dan naluri akal ini tidak menjadi dasar keselamatan dirinya dari rayuan dan godaan setan, dan pada permulaan tersebut Adam tertipu dan tersesat. Lantaran itu, setelah menerima taubatnya dan menetapkannya di Bumi, Allah menyiapkan sarana-sarana petunjuk-Nya sehingga manusia dapat membedakan yang hak dari yang batil dan kebaikan dari kejahatan.
Turunnya wahyu adalah nikmat besar ilahi yang dikaruniakan Allah kepada manusia di samping akal. Meskipun turunnya wahyu dan sarana-sarana hidayah adalah suatu kelaziman bagi Allah, namun hidayah
dapat diperoleh dengan ikhtiar manusia, bukan hidayah takwini dan ijbari (paksaan) yaitu bahwa Allah memaksa semua manusia untuk menerimanya. Jadi manusia bebas memilih jalannya dan ia dapat mengikuti petunjuk Ilahi atau berpaling darinya. Kegelisahan terbesar manusia ialah kegelisahan terhadap masa depannya, baik masa depan di dunia maupun di akhirat.
Sebagaimana perhatian terhadap masa lalu dan umur yang telah terbuang menyebabkan kesedihan dan penyesalan atas hilangnya pelbagai kesempatan dan sarana, namun setiap orang yang menerima hidayah ilahi, maka Allah menjamin masa depannya dan ia tidak perlu lagi merasa gelisah. Demikian pula ia tidak akan mempersoalkan masa lalunya, sebab ia berbuat segala sesuatu menurut tugasnya, meski perbuatannya belum mencapai hasil dan belum membuahkan keberhasilan-keberhasilan secara lahiriah.
Di samping mereka yang menerima hidayah ilahi melalui ikhtiar dan berakhir dengan kebaikan, terdapat segolongan manusia yang berpaling dari ayat-ayat ilahi dan mendustakannya atas dasar pengingkaran dan kekufuran. Sebab-sebab hidayah Allah adalah ayat-ayat-Nya yang jelas dan terang. Namun orang yang memandangnya atas dasar kekufuran dan penolakan kebenaran, tidak hanya menolaknya, bahkan mendustakan kebenarannya dan membohongkan kedatangan wahyu tersebut dari Allah Swt.
Akhirnya, pada hari Kiamat orang-orang seperti ini merupakan korban api neraka, dan karena pengingkaran dan pembangkangan merupakan sifat dan perilaku mereka selamanya, maka neraka akan menjadi tempat abadi bagi mereka. Ayat tersebut di atas mengajarkan kepada kita bahwa: Allah juga menyiapkan sebab-sebab hidayah untuk orang-orang kafir, tetapi mereka tidak mau menerima hidayah tersebut. Akibatnya api nerakalah yang menjadi bagian mereka untuk selama-lamanya.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Terkadang satu perbuatan salah, akibatnya meliputi satu keturunan dan bangsa. Adam tidak melakukan lebih dari satu kesalahan, namun ia dan keturunannya dikeluarkan dari surga. 2. Allah sama sekali tidak menjauhkan rahmat-Nya dari manusia, meski Adam melanggar, namun Allah juga menetapkan jalan taubat dan menyediakan sarana-sarana hidayah baginya.
3. Hidayah Ilahi bermula bersamaan dengan tinggalnya manusia di muka bumi, dan satu-satunya hidayah hakiki ialah yang berasal dari sisi Allah. 4. Ikhtiyar merupakan kekhususan manusia. Manusia tidak dipaksa menerima hidayah, oleh karena itu di antara mereka ada yang menjadi kelompok mukmin dan kelompok kafir. 5. Orang-orang yang mendapat hidayah dan petunjuk ilahi berakhir dalam kebahagian hakiki dan jauh dari segala bentuk kegelisahan dan kegoncangan.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 40-43
Ayat ke-40:
َُون َِ ُ ياَبنِيَ ِإسأرائِيلََا أذ ُك ُرواَنِ أعمتِيََالَّتِيَأ أنع أمتََُعل أي ُك أَمَوأ أوفُواَ ِبع أهدِيَأ وفَ ِبع أه ِد ُك أَمَو ِإيَّايََف أ ِ ارهب
Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku -lah kamu harus takut (tunduk).
Setelah bercerita tentang Khilafah Adamasdi bumi, dan keluarnya beliau dari surga akibat lalai akan peraturan Ilahi, maka di dalam ayat ini AllahSwt mengisahkan cerita sekelompok manusia keturunan Adam, yaitu Bani Israil, yang juga terjerumus ke dalam kesesatan sebagaimana Adam, tentu saja jauh lebih parah daripada nasib Adam as, meskipun keduanya memiliki inti yang sama, yaitu penyimpangan dari ketentuan Ilahi.
"Israil" adalah nama lain Nabi Ya'qub as. dan yang dimaksud dengan Bani Israil ialah anak-anak keturunan beliau ini. Suatu kaum yang memiliki sejarah yang penuh dengan pasang naik dan pasang
surut. Dan di dalam al-Quran kisah tentang mereka ini sungguh sangat banyak. Di dalam ayat ini, disebutkan tiga perintah yang merupakan dasarseluruh program-program Ilahi.
Pertama, mengingat nikmat-nikmat ilahi, yang akan menghidupkan rasa syukur terus menerus di dalam diri manusia, juga membangkitkan rasa cinta kepada Allah dan taat kepada-Nya.
Kedua, perhatian kepada poin berikut, yaitu bahwa nikmat-nikmat ini, bukan tanpa syarat apa pun. Di sampingnikmat-nikmat tersebut, Allah Swt membuat suatu perjanjian dan meletakkan manusia sebagai pihak yang harus bertanggungjawab di hadapan perjanjian tersebut. Pemanfaatan nikmat-nikmat dan karunia Ilahi, mesti diikuti dengan pengambilan langkah di atas jalan Allah.
Perintah ketiga yang terdapat di dalam ayat ini bahwa di jalan pengalaman taklif-taklif ilahi, kalian tidak boleh merasa takut kepada kekuatan apa pun. Propaganda dan ancaman-ancaman musuh tidak boleh mempengaruhi kalian.
Ayat ke-41:
َون َ ً و ِآمنُواَ ِبماَأنز ألتََُ ُمص ِدقًاَ ِلماَمع ُك أَمَولََت ُكونُواَأ َّولََكافِرََ ِب ًۖ ِهولََت أشت ُرواَ ِبآياتِيَثمنًاَق ِل ِ ُيَلَوإِيَّايََفاتَّق
Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.
Ayat ini berbicara kepada para cerdik pandai Yahudi, dan mengatakan: "Kalian yang berdasarkan beritaberita gembira di dalam Taurat, tengah menunggu kedatangan seorang Nabi Islam, maka sekarang berimanlah kalian kepada al-Quran yang dibawa oleh Nabi tersebut, yang memiliki isi sesuai dan sejalan dengan Taurat kalian. Dan janganlah kalian menyembunyikan ayat-ayat yang terdapat di dalam Kitab Suci kalian, yaitu Taurat, yang berhubungan dengan berita tentang kemunculan Nabi Islam, hanya karena kalian ingin mempertahankan kedudukan kalian. Atau minimal janganlah kalian mencoba menentangnya jika kalian tidak mau menerima ajarannya, lalu kalian menghalangi warga Yahudi untuk mengikuti ajarannya.
Seorang muslim mengimani semua kitab samawi dan Nabi-Nabi terdahulu. Akan tetapi oleh karena agama Islam datang terakhir dan setelah agama-agama lain, sedangkan kitab-kitab suci sebelumal-Quran sudah mengalami perubahan dan penyimpangan, maka saat ini hanya Nabi Muhammad sajalah yang seharusnya menjadi panutan seluruh umat manusia.
Oleh sebab itu, al-Quran menyeru para pengikut agama-agama terdahulu agar beriman kepada al-Quran, yang memiliki kandungan tidak bertentangan dengan kitab-kitab mereka, dan al-Quran adalah kitab suci yang terjaga dan terhindar dari penyimpangan dan tahrif. Untuk itu hendaklah mereka hanya memandang Allah sebagai Zat yang mereka takuti, bukan hal-hal lain selain AllahSwt.
Ayat ke-42:
َقَوأنت ُ أَمَت أعل ُمون ََّ لَوت أكت ُ ُمواَ أالح َِ اط ََّ سواَ أالح ِ قَبِ أالب ُ ِولََت ألب
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
Di antara bahaya yang mengancam para pemikir dan ulama setiap kaum dan setiap ajaran ialah sikap suka menyembunyikan kebenaran dan tidak menjelaskannya kepada khalayak ramai. Atau, dengan sekehendak hati, mereka mencampur adukkan antara kebenaran dan kebatilan. Akibatnya, rakyat mengalami kebodohan dan kelalaian, atau keraguan dan kebimbangan. Yang demikian adalah kezaliman terbesar yang mungkin saja dilakukan oleh pembesar-pembesar suatu kaum.
Amirul Mukminin Ali as. Di dalam ucapan beliau yang terdapat di dalam kitab Nahjul Balaghah nomor 49, mengenai hal ini berkata demikian: "Jika sesuatu yang batil ditampilkan sebagai kebatilan seratus persen, maka tak ada sesuatu yang perlu dicemaskan karena orang akan mengetahuinya sebagai kebatilan dan menjauhkan diri darinya. Dan jika kebenaran ditampilkan sebagai suatu kebenaran seratus persen, maka para penentang tidak akan mampu berbicara apa-apa. Orang-orang pun akan menyambut kebenaran tersebut dengan segala senang hati. Jadi bahaya itu terletak di dalam ketidakjelasan antara yang hak dan yang batil, karena telah tercampur aduk; dimana hal itu merupakan kesempatan bagi kekuasaan setan untuk menyusup.
Ayat ke-43:
َّ َصَلةََوآتُوا الرا ِك ِعي الزكاةََو أ َّ وأقِي ُمواَال َّ ََاركعُواَمع
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku.
Hanyamengenal kebenaran dan memahaminya, belumlah cukup. Seorang mukmin haruslah menjadi seorang pengamal kebenaran yang ia ketahui itu. Dan sebaik-baik amalan ialah beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada masyarakat. Di dalam sebagian besar ayat-ayat al-Quran, salat dan zakat di
sampaikan secara bergandengan agar orang memahami bahwa salat dan ibadah jangan sampai melalaikan orang dari tugas-tugas sosial dan membantu orang-orang lemah di tengah masyarakat. Bahkan dalam hal pelaksanaan salat pun faktor sosial dan kemasyarakatan juga menjadi perhatian. Karena Islam mengajarkan kepada umatnya agar melakukan salat berjamaah dan hendaklah mereka melakukan ruku' dan sujud di hadapan Allahsecara kompak dan bersama-sama.
Dari tiga ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Hendaklah kita selalu mengingat nikmat-nikmat Allah yang telah Dia curahkan kepada kita dan masyarakat kita, dan hendaklah kita menjadi hamba-hambanya yang pandai mensyukuri nikmat. 2. Hendaklah kita menjaga komitmen kita terhadap perjanjian-perjanjian Allah untuk melaksanakan segala kewajiban, baik perjanjian yang Allah letakkan di dalam diri kita yang kita kenal dengan istilahh fitrah, maupun yang Allah turunkan berupa syariat. Dan hendaklah kita ketahui bahwa pemanfaatan nikmat-nikmat ilahi yang khusus disyaratkan dengan adanya langkah-langkah di atas jalan pengalaman taklif-taklif-Nya. 3. Dalam melaksanakan taklif ilahi ini, hendaklah kita jangan takut terhadap kekuatan dari mana pun. 4. Salah satu dosa-dosa besar ialah menyembunyikan kebenaran. Kadang kala seseorang merasa harus menyembunyikan kebenaran hanya untuk melindungi kepentingan-kepentingan materinya. Dan itu adalah sesuatu yang sangat berbahaya bagi dirinya. 5. Iman dan amal adalah dua hal yang tak terpisahkan. Dan shalat adalah hal pertama yang diperintahkan oleh Allah di dalam setiap agama yang Ia turunkan. 6. Di dalam Islam sangat ditekankan shalat berjamaah. Sedangkan kehadiran di dalam lingkungan jamaah muslimin adalah sebuah tugas agama yang amat penting.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 44-47
Ayat ke-44
َأتأ أ ُم ُرونََالنَّاسََبِ أالبِ َِرَوتنس أونََأنفُس ُك أَمَوأنت ُ أَمَتتألُونََ أال ِكت ٍۚابأفَلََت أع ِقلُون
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?
Pada ayat-ayat sebelumnya, AllahSwt berfirman kepada para ulama Yahudi, kenapa kalian menyembunyikan kebenaran dari umat dan kalian tidak mengijinkan umat mengetahui kebenaran. Ayat ini pun berbicara kepada mereka, seraya mengatakan: "Kalian sebelum pengutusan Nabi telah menyebarkan berita gembira tentang kemunculan Rasulullah saw dan kalian mengajak mereka untuk beriman kepadanya, tetapi kenapa kalian tidak beriman kepadanya, padahal kalian lebih mengetahui Taurat."
Walaupun pembicaraan ayat-ayat ini ditujukan kepada Bani Israel dan para cerdik pandai mereka, tetapi pemahaman ayat tersebut lebih luas dan mencakup semua mubaligh dari semua agama dan ideologi. Imam Jakfar Shadiq as. dari keluarga suci Rasulullah saw sehubungan dengan hal ini berkata: "Ajaklah manusia dengan perbuatan baikmu dan jangan dengan lisanmu."
Imam Ali Amirul Mukminin as berkata, "Wahai manusia demi Allah, saya tidak akan mendorong kalian kepada sebuah ketaatan, sebelum saya sendiri melakukan hal tersebut dan saya tidak akan mencegah perbuatan salah, sebelum sayasendiri menjauhi hal tersebut."
Dalam surat al-Jumu'ah ayat ke-5, al-Quran telah menyamakan seorang alim yang tidak menjalankan ilmunya seperti seekor keledai yang membawa kitab, orang lain memanfaatkan kitab-kitab tersebut, tetapi ia tidak memanfaatkannya, kecuali beratnya barang bawaan tersebut.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain:
1. Orang yang memerintahkan orang lain untuk berbuat makruf, hendaknya dirinya sendiri adalah pelaku perbuatan makruf. 2. Bila kita sendiri yang membuat diri kita lupa, maka kita tidak akan dimaafkan oleh Allah. Lupa dapat dimaafkan bila kita tidak sengaja. 3. Membaca al-Quran saja belum cukup tapi harus tadabbur dan memikirkannya. 4. Lupa itu sendiri menunjukkan kurangnya akal.
Ayat ke-45:
َلَعلىَ أالخا ِش ِعين َ َّ صَل ٍۚ ِةو ِإنَّهاَلك ِبيرةََ ِإ َِ صب َّ أرَوال َّ واسأت ِعينُواَ ِبال
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.
Konsisten dan istiqomah dalam menghadapi masalah-masalah dari luar atau syahwat dari dalam adalah sebaik-baik penolong manusia dalam kehidupan yang akan memberikan kekuatan dan tenaga kepada seseorang, sehingga ia dapat beribadah dengan khusyu di hadapan Allah dan hanya menyerahkan harapan-harapan kepada-Nya. Walaupun beberapa riwayat menegaskan bahwa maksud dari sabar dalam ayat ini adalah puasa, tetapi sabar memiliki arti yang cukup luas dimana puasa adalah salah satu darinya, sebagaimana yang dinukil dari Rasulullah saw, beliau berkata bahwa sabar ada tiga macam; pertama sabar dalam menghadapi musibah dan cobaan, kedua sabar dalam menghadapi maksiat dan dosa, dan ketiga adalah sabar dalam melaksanakan ibadah-ibadahdan kewajiban-kewajiban Ilahi.
Imam Shadiq as Berkata, "Jika suatu ketika datang kepada kalian satu kesusahan dari kesusahankesusahan dunia, ambillah wudhu dan pergilah ke masjid, kerjakanlah shalat dan berdoalah, karena Allah Swt telah memerintahkan kalian agar meminta bantuan melalui shalat." Sesungguhnya shalat menurut pandangan orang-orang yang suci dan orang-orang yang khusyu memiliki kedudukan yang tinggi, tetapi
mereka yang tidak termasuk orang-orang yang khusyu, shalat adalah beban yang sangat berat baginya; dan bukannya mereka memperhatikannya, malah mereka lari darinya.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Sabar dan shalat merupakan dua alat tangguh dalam menghadapi pelbagai masalah. 2. Sebanyak mungkin kita mengakui kelemahan dan penghambaan di hadapan Allah, maka bantuan-Nya akan lebih banyak pula yang kita terima dan kita akan menang melawan pelbagai masalah. 3. Meminta bantuan dalam surat al-Fatihah "hanya kepada-Mu kami memohon" dan ayat ini "memohon lewat shalat" tidak ada kontradiksi. 4. Berat melakukan shalat dengan sendirinya tanda kesombongan di hadapan Allah.
Ayat ke-46
ُ الَّذِينََي َاجعُون ِ ظنُّونََأنَّ ُهمَ ُّمَلقُوَربِ ِه أَمَوأنَّ ُه أَمَإِل أي َِهَر
(Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
Iman kepada hari kiamat dan kembali kepada Allah Swt akan menghidupkan rasa khusyu' dan takut kepada Allah serta perasaan bertanggung jawab dalam diri manusia dan membuat medan kehidupan ini sebagai pengadilan di mana ia harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaan yang ia lakukan. Yang dimaksud dengan "bertemu Allah" bukan bertemu secara fisik dengan Allah pada Hari Kiamat, karena Allah bukan jisim atau materi yang dapat dilihat dengan mata. Tetapi yang dimaksud ialah menyaksikan tanda-tanda kebesaran-Nya di hari pembalasan dan pemberian pahala. Yang dimaksud dengan "musyahadah" atau penyaksian ialah suatu penyaksian batin dan hati yang muncul di dalam diri manusia,
sebagaimana ketika seseorang "menyaksikan" Allah dengan mati hati, sehingga tak ada keraguan akan keberadaannya.
Salah seorang sahabat Imam Ali asbertanya kepada beliau: "Apakah engkau melihat Allah?" Imam Ali dalam jawabannya berkata: "Apakah saya akan menyembah Tuhan yang tidak dapat dilihat?" Kemudian beliau menjelaskan bahwa Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi dapat disaksikan melalui hati yang memiliki cahaya iman.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Membayangkan adanya Hari Kiamat sudah cukup bagi seseorang mengontrol perilakunya. 2. Seorang yang khusyu' merasakan dirinya bertemu dengan Allah saat melakukan shalat.
Ayat ke-47
َياَبنِيَ ِإسأرائِيلََا أذ ُك ُرواَنِ أعمتِيََالَّتِيَأ أنع أمتََُعل أي ُك أَمَوأنِيَفض أَّلت ُ ُك أَمَعلىَ أالعال ِمين
Wahai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.
Di antara anugerah Allat terhadap bangsa Yahudi ialah menyelamatkan mereka dari kekuasaan Firaun, dan selanjutnya Bani Israel mencapai kekuasaan di Mesir dan mendapatkan kenikmatan materi yang melimpah. Ayat ini menerangkan keutamaan Bani Israel di atas manusia sezamannya dan meminta
mereka untuk mengingat nikmat besar yang mereka peroleh berkat kepemimpinan dan hidayah Nabi Musa as, sebagai anugerah Ilahi dan hendaklah mereka mensyukurinya.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Nikmat dan keutamaan itu berada di tangan Allah. 2. Selamat dari penguasa yang zalim merupakan nikmat ilahi yang terbesar.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 48-50
Ayat ke-48
َلَ ِم أنهاَشفاعةََولََيُؤأ خ َذَُ ِم أنهاَعدألََولََ ُه أَمَيُنص ُرون َُ لَتجأ ِزيَن أفسََعنََنَّ أفسََش أيئًاَولََيُ أقب َ َّ َواتَّقُواَي أو ًما
Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan akan ditolong.
Ayat ini menyinggung empat hal dari keyakinan-keyakinan keliru dan harapan-harapan manusia yang tidak pada tempatnya menyangkut persoalan Kiamat. Namun pada saat yang sama memberikan jawabanya bahwa orang-orang Yahudi mengira bahwa ayah-ayah mereka dapat menjauhkan mereka dari siksaan, atau pembesar-pembesar agama memberi mereka syafaat di sisi Allah, atau sahabat-sahabat akan menolong mereka, atau mengira bahwa mereka dapat menolak siksaan Hari Kiamat dengan membayar tebusan.
Dalam menjawab mereka al-Quran mengatakan, pada hari itu tidak ada siapapun atau apapun yang dapat mencegah siksaan bagi pendosa, dan setiap orang memikirkan keselamatan dirinya. Jika demikian, janganlah mengharapkan apa pun selain iman dan amal saleh. Alhasil, berdasarkan rahmat-Nya, Allah tidak menutup jalan untuk bertaubat, dan dengan dibukanya jalan taubat di dunia dan syafaat pada Hari Kiamat, maka Allah memberikan harapan ampunan bagi para pendosa.
Hal yang merupakan poin penting ialah bahwa taubat dan syafaat memiliki syarat-syarat yang bukan hanya tidak menyebabkan seseorang berani melakukan perbuatan dosa, bahkan merupakan dasar bagi seseorang untuk menjauhi pengulangan perbuatan dosa. Oleh karena itu, ayat ini menafikan syafaat tanpa ikatan dan syarat, sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Yahudi. Demikian pula, menurut pandangan al-Quran, keyakinan orang-orang kristen bahwa Nabi Isa as. telah berkorban hingga darahnya menjadi penghapus dosa-dosa pengikutnya tidak dapat diterima.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Takut di hadapan Allah tanpa adanya pembela dan pemberi syafaat dengan sendirinya menguatkan takwa kepada-Nya. 2. Hendaknya tegas menghadapi akidah yang sesat dan batil.
Ayat ke-49
َبَيُذبِ ُحونََأبأناء ُك أَمَويسأتحأ يُونََنِساء ُك ٍۚ أمو ِفيَذ ِل ُكمَبَلءََ ِمنَ َّربِ ُك أَمَع ِظيم َِ سوءََ أالعذا َِ نَآ َوإِ أَذَن َّجيأنا ُكمَ ِم أ ُ َسو ُمون ُك أَم ُ لَفِ أرع أونََي
Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka meyembelih anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.
Untuk menjaga pemerintahannya, Firaun membunuh para pemuda dan kaum lelaki Bani Israel dengan berbagai alasan, dan menjadikan perempuan-perempuan mereka sebagai budak dan hamba sahaya sehingga tak akan muncul suatukekuatan yang dapat melawannya.
Menurut pandangan al-Quran, baik kesulitan-kesulitan dan musibah-musibah itu ataupun kebebasan dan kesenangan ini, keduanya merupakan perantara ujian sehingga manusia menunjukkan jati dirinya danmencapai pertumbuhan dan kesempurnaan. Ayat berikutnya menyebutkan nikmat-nikmat Ilahi yang diberikan kepada Bani Israel
Dari ayat tadi terdapat enam pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Bebas dari penguasa yang zalim merupakan nikmat yang besar. 2. Menyebutkan kesulitan dan kepahitan yang dialami sebelumnya membuat manusia dapat merasakan kenikmatan berlipat dari kebebasan hari ini. 3. Para penguasa zalim tidak akan kuat tanpa orang-orang di sekelilingnya. 4. Kesulitan dan kebebasan kedua-duanya merupakan alat untuk mengujui manusia. 5. Perbuatan Firaun adalah melenyapkan kekuatan pertahanan dan perluasan kesejahteraan. 6. Para penguasa zalim menggunakan beragam bentuk penyiksaan untuk melanggengkan kekuasaannya.
Ayat ke-50
ُ وإِ أَذَفر أقناَبِ ُك َُمَ أالبحأ رََفأنجيأنا ُك أَمَوأ أغر أقناَآلََفِ أرع أونََوأنت ُ أَمَتن َظ ُرون
Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.
Ayat ini berbicara tentang cara-cara Bani Israel terselamatkan dari tangan Firaun, dimana hal tersebut merupakan salah satu mukjizat dan tanda-tanda kebesaran ilahi. Nabi Musa as. mendapat perintah dari Allah untuk memindahkan kaumnya dari Mesir. Namun, sewaktu mereka mendekati sungai Nil dan mengetahui bahwa Firaun dan para prajuritnya mengejar mereka dari belakang, ketakutan dan kegelisahan menyelimuti Bani Israel.
Dengan perintah Allah, Nabi Musa as. memukulkan tongkatnya ke laut. Air laut terbelah menjadi dua, dan jalan terbentang untuk penyeberangan Bani Israel dari sungai Nil. Namun, sewaktu prajurit Firaun dalam pengejaran mereka sampai di tengah-tengah sungai Nil, air laut menyatu kembali dan menenggelamkan mereka semua hingga tewas. Bani Israel selain menyaksikan keselamatan mereka melalui mukjizat Ilahi, menyaksikan pula kemusnahan musuh-musuh mereka; kenikmatan apa yang lebih besar dari pada yang demikian ini?
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Peran sebab di alam semesta bergantung pada kehendak Allah. Tongkat yang berada di tangan Nabi Musa as. terkadang mampu membelah batu dan air keluar darinya dan terkadang dipukulkan ke air dan air pun terbelah. 2. Bani Israel pada akhirnya selamat setelah mengalami pelbagai siksaan. 3. Balas dendam kepada orang-orang zalim di hadapan orang-orang yang dizalimi merupakan hal yang dinantikan mereka.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 51-54
Ayat ke-51:
َوإِ أَذَواعدأناَ ُموسىََأ أرب ِعينََليأل َةًَث ُ ََّمَاتَّخ أذت ُ َُمَ أالعِجأ لََ ِمنَب أع ِد َِهَوأنت ُ أَمَظا ِل ُمون
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.
Setelah Bani Israel selamat dari cengkeraman Firaun, Musa menerima perintah meninggalkan kaumnya selama 40 hari untuk mendapatkan tulisan-tulisan Taurat dan pergi menuju gunung Tuur. Namun dalam waktu singkat ini ujian besar menimpa Bani Israel. Seorang lelaki licik bernama Samiri membuat sebuah patung anak sapi dari emas dan permata yang terdengar suara sapi darinya sehingga membuat takjub dan perhatian orang.
Samiri mengajak orang-orang menyembah patung yang terbuat dari emas dan menakjubkan ini, dan kebanyakan orang mengikutinya. Dengan perbuatan ini, mereka telah menzalimi diri mereka sendiri yang menyembah anak sapi sebagai ganti menyembah Allah dan juga menzalimi Musa a.s., pemimpin dan Nabi mereka, yang menanggung sejumlah besar musibah untuk menyelamatkan mereka dariorang-orang Fir'aun. Alhasil, sekembali Musa dari gunung Tuur, orang-orang menyadari kehinaan perbuatan mereka, yang dengan rahmat Allah , syirik yang merupakan dosa besar mereka itu, diampuni.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Menyendiri untuk sementara waktu bagi para pemimpin ilahi merupakan perbuatan yang baik dengan tujuan beribadah kepada Allah. 2. Angka 40 punya pengaruh dalam menerima ilham atau wahyu ilahi.
Ayat ke-52:
َث ُ ََّمَعف أوناَعن ُكمَ ِمنَب أع َِدَذ ِلكََلعلَّ ُك أَمَت أش ُك ُرون
Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
Salah satu rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hambanya ialah tidak menghukum mereka lantaran semata-mata melakukan perbuatan dosa, namun memberi mereka kesempatan, hingga mungkin mereka menyesali perbuatan mereka dan bertaubat. Pada kejadian ini Allah juga mengampuni dosa syirik bani Israel dan menyediakan kesempatan agar mereka bersyukur atas nikmat kepemimpinan Musa as.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengingat hari Kiamat dan jangan menjerumuskan diri dalam dosa lantaran teman atau demi memperoleh harta dan kedudukan, sebab pada hari itu tidak seorang pun bermanfaat dan tidak satu pun pesan atau wasiat akan diterima, serta kekayaan dan kekuasaan duniawi tidak dapat mencegah siksa Hari Kiamat. 2. Para pemuda adalah sasaran pertama para tirani Firaunisme. Di dunia hari ini pun kekuatan-kekuatan arogan menarik jiwa-raga para pemuda menuju kematian dengan menyebarkan kerusakan dan kecanduan, serta menjadikan para wanita dan anak perempuan sebagai tawanan syahwat dengan berbagai propaganda mereka yang meluas di bidang mode pakaian, tas, sepatu dan aneka ragam perlengkapan kecantikan. 3. Kebebasan dari dominasi orang-orang zalim termasuk nikmat-nikmat Allah yang besar, dan orangorang mukmin dalam jalan mencapai kebebasan ini harus berusaha. Dalam hal ini bantuan-bantuan gaib Ilahi akan segera turun. 4. Para pemimpin Ilahi memiliki peran penting dalam memberi petunjuk dan kebahagiaan kepada masyarakat. Jika 40 hari ketiadaan Nabi Musa as menyiapkan kesempatan bagi para penyeleweng untuk menarik orang-orang awam menyembah anak sapi, maka apa jadinya, jika sepanjang sejarah Allah tidak mengutus seorang Nabi pun.
Ayat ke-53:
َوإِ أَذَآتيأناَ ُموسىَ أال ِكتابََو أالفُ أرقانََلعلَّ ُك أَمَت أهتدُون
Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.
Kalimat "furqan" berarti pemisahan kebenaran dari kesalahan. Dan oleh karena kita-kitab langit dan mukjizat yang dilakukan oleh para Nabi adalah sumber penjelas kebenaran dan kebatilan, maka semua itu disebut "furqan". Untuk memberi petunjuk kepada umat manusia, Allah mengirim kitab-kitab langit dan para nabi pembimbing, serta mukjizat-mukjizat yang dengan semua itu umat manusia dapat membedakan antara ajaran yang benar dan ajaran yang sesat. Dengan demikian Allah swt telah menyempurnakan hujahnya atas manusia.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Kitab-kitab langit penjelas kebenaran dan tolok ukur yang memisahkan kebenaran dari kebatilan. 2. Hujjah dari Allah sudah lengkap, tapi masyarakat terkadang tidak menerima kebenaran akibat mengikuti hawa nafsu. 3. Tujuan dari diturunkannya kitab-kitab langit adalah memberi petunjuk manusia.
Ayat ke-54:
ََارئِ ُك أَمَفتابََعل أي ُك ٍۚ أمإَِنَّ َهَُهُو ِ ارئِ ُك أَمَفا أقتُلُواَأنفُس ُك أَمَذ ِل ُك أَمَخيأرََلَّ ُك أَمَ ِعندََب ِ و ِإ أَذَقالََ ُموسىََ ِلق أو ِم َِهَياَق أو َِمَ ِإنَّ ُك أَمَظل أمت ُ أَمَأنفُس ُكمَ ِباتِخا ِذ ُك َُمَ أالعِجأ لََفتُوبُواَ ِإلىََب َّ الر ِحي َُم َُ الت َّو َّ َاب
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Ketika Nabi Musa askembali dari gunung Thur setelah 40 hari, beliau melihat kaumnya menyembah anak sapi, beliau mengingatkan dua hal kepada mereka. Pertama ialah, beliau berkata kepada mereka: "Kalian telah menganiaya diri sendiri dengan perbuatan ini, kalian telah mengganti Allah dengan anak sapi dengan demikian maka kalian telah menginjak-injak kehormatan serta kemuliaan manusia."
Kedua, beliau berkata: "Dan kalian lebih besar dari pada dosa orang-orang kafir, karena kalian mengetahui kebenaran dan telah beriman kepadanya.Tetapi kalian melepaskannya dan kalian telah menjadi kafir. Jadi kalian telah murtad sedangkan hukuman bagi orang yang murtad ialah dibunuh. Walaupun Allah adalah manifestasi rahmat dan cinta, tetapi sebagai mana seorang pendidik yang baik dan bermaksud mulia, sekali-sekali Ia memberikan peringatan dan hukuman keras, sehingga yang lain dapat mengambil pelajaran dan tidak mempermainkan agama, juga membersihkan pengaruh-pengaruh kotor dan buruk dari masyarakat.
Masalah berpaling kepada penyembahan berhala dan penyembahan anak sapi, bukanlah masalah remeh, yang dapat diampuni atau dilupakan dengan sekali taubat. Apa lagi yang demikian itu dilakukan oleh orang-orang yang sudah melihat mukjizat dan nikmat yang besar dan telah beriman dengan itu semua.
Dari ayat tadi terdapat lima pelajaran yang kita petik, antara lain:
1. Seorang muballig harus berusaha mempersiapkan masyarakat menerima hukum-hukum ilahi dengan cinta. 2. Perbuatan syirik pada dasarkan menzalimi diri sendiri. 3. Bila argumentasi dan dalil yang dibawakan semakin banyak, kewajiban menjadi lebih berat dan melanggarnya akan mendapat ganjaran yang berbahaya. 4. Hukum orang murtad adalah mati. 5. Kematian dalam rahmat ilahi lebih baik ketimbang hidup dalam laknat ilahi.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 55-59
Ayat ke-55:
ُ صا ِعق َةَُوأنت ُ أَمَتن َظ ُرون َّ و ِإ أَذَقُ ألت ُ أَمَياَ ُموسىََلنََنُّؤأ ِمنََلكََحتَّىََنرىَاللَّـهََج أهر َة ًَفأخذتأ ُك َُمَال
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.
Ayat ini menjelaskan satu lagi dari penyimpangan-penyimpangan Bani Israel. Suatu hari mereka menyembah anak sapi. Dan kali ini, mereka meminta sesuatu yang tidak pada tempatnya. Mereka berkata: "Kami ingin melihat Allah dengan mata kami, supaya kami beriman kepada perkataan-perkataanmu dan menerima ajaran-ajaranmu. Untuk menunjukkan bahwa mata mereka tidak mampu, bahkan untuk melihat sebagian makhluk Allah, maka Allah menurunkan petir, yang kilat serta gemuruhnya menyebabkan kematian mereka, dan mereka semua jatuh menghempas bumi dalam keadaan tak bernyawa.
Lanjutan peristiwa ini, terdapat dalam ayat berikutnya.
Ayat ke-56:
َث ُ ََّمَبعثأنا ُكمَ ِمنَب أع َِدَم أوتِ ُك أَمَلعلَّ ُك أَمَت أش ُك ُرون
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.
Setelah matinya 70 orang pembesar Bani Israel yang terjadi dalam peristiwa datangnya bala Nabi Musa meminta kepada Allah supaya menghidupkan mereka kembali. Allah swt mengabulkan doa Nabi Musa as dan menghidupkan mereka, sehingga mereka sendiri dan juga Bani Israelberiman kepada kekuatan Ilahi.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Orang yang berbuat dosa pada dasarnya telah menganiaya dan merugikan diri sendiri, bukannya merugikan Allah. Esensi manusia ada di dalam ruhnya, bukan jasadnya; sedangkan dosa membuat ruh manusia tercemar dan berpenyakit. Dan jika hal itu berlanjut hingga kematian ruh, maka tak tersisa apa pun pada manusia kecuali jasad hewaninya. 2. Taubat dari setiap dosa, harus sesuai dengan dosa tersebut. Taubat akibat mengganti penyembahan Allah Swtkepada penyembahan anak sapi, bukan dengan menangis dan meminta maaf. Tetapi harus dengan dihukum mati atau gantung. Tangis penyesalan tidaklah cukup, tetapi sekali waktu harus dengan penumpahan darah. 3. Beberapa orang berkata kita harus melihat Allah, sehingga kita beriman kepadaNya. Yang demikian itu berasal dari kebodohan dan ketidaktahuan atau berdasar dari sifat keras kepala. Karena AllahSwt tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Hanya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang terdapat di dalam wujud manusia dan seluruh alam wujud, yang dapat dilihat.
4. Menghidupkan kembali orang mati bukanlah hal yang mustahil. Di dunia ini Allah swt telah menghidupkan kembali manusia-manusia di beberapa kasus. Pada peristiwa ini 70 orang pembesar Bani Israel yang mati akibat azab, kembali hidup berkat doa Nabi Musa yang dikabulkan oleh AllahSwt.
Ayat ke-57:
تَماَرز أقنا ُك ًۖ أموماَظل ُموناَولـ ِكنَكانُواَأنفُس ُه أَمَي أ َظ ِل ُمون َِ نَوالس أَّلو ًۖى ُكلُواَ ِمنَط ِيبا ََّ وظلَّ ألناَعل أي ُك َُمَ أالغمَامََوأنز ألناَعل أي ُك َُمَ أالم
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Setelah menyelamatkan Bani Israel dari cengkeraman orang-orang Firaun, Allah swt berfirman kepada mereka, pergilah ke arah tanah suci Palestina. Tetapi mereka tidak pergi dengan alasan bahwa disana berkuasa pemerintahan zalim. Kemarahan Allah pun meliputi mereka, membuat mereka berputar-putar tersesat selama40 tahun di padang pasir Sina.
Selama masa tersebut sekelompok dari mereka sadar atas perbuatan mereka dan Allah swt kembali menurunkan rahmat-Nya kepada mereka dan ayat ini menjelaskan beberapa hal dari nikmat-nikmat tersebut . Selain menaungi dengan awan-awan di padang pasir yang kering dan membakar, Allah swt memberi mereka dua macam makanan. Satu, makanan mirip madu yang didapat dari getah pepohonan bernama "manna" dan satu lagi sejenis burung mirip merpati, yang disebut oleh Al-Quran dengan nama "Salwa".
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Awan, angin dan hujan tunduk pada perintah Allah. 2. Sifat Allah sebagai pemberi rezeki tidak pernah dibatasi dalam kondisi khusus. 3. Allah menentukan rezeki manusia secara halal. 4. Melanggar hukum Allah berarti berbuat zalim terhadap diri sendiri.
Ayat ke-58:
َّ س َّجدًاَوقُولُواَ ِح َطةََنَّ أغ ِف أَرَل ُك أَمَخطايا ُك ٍۚ أموسن ِزي َدَُ أال ُمحأ ِسنِين َُ وإِ أَذَقُ ألناَا أد ُخلُواَهـ ِذ َِهَ أالق أريةََف ُكلُواَ ِم أنهاَحي ُ ََأثَ ِشئأت ُ أَمَرغدًاَوا أد ُخلُواَ أالباب
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan Katakanlah:" Bebaskanlah kami dari dosa ", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".
Setelah melewatkan masa 40 tahun di padang pasir Sina, Allah Swt berfirman, bahwa untuk mengampuni dosa-dosa mereka, mereka harus masuk ke tempat peribadatan Baitul Maqdis, dan untuk beristighfar, mereka harus mengulang-ulang kalimat (hitthah). Kalimat ini mempunyai arti: "Ya Allah, hapuskanlah dosa-dosa kami dan ampunilah kami." Allah Swt berjanji, jika kalimat ini mereka baca dengan sepenuh hati, pada saat memasuki tempat suci itu, maka dosa-dosa mereka akan terampuni dan Allah akan menerima taubat mereka, serta akan menambah pahala orang-orang yang berbuat baik. Sekarang ini juga salah satu pintu diantara pintu-pintu masjidil Aqso terkenal dengan pintu atau "baabul hittah".
Ayat ini menunjukkan bahwa untuk memasuki tempat-tempat suci diperlukan penghormatan khusus dan kita harus mempelajari tata cara berdoa serta permohonan taubat kepada AllahSwt. Kita harus tahu apa
yang harus kita lakukan dan kita katakan ketika akan meminta ampun kepada Allah. Ayat selanjutnya menjelaskan perlakuan buruk baniisrael terhadap perintah Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Jaminan atas kehidupan masyarakat lebih didahulukan dari perintah melakukan ibadah. 2. Ada penghormatan khusus setiap masuk ke tempat-tempat suci. 3. Ampunan dari sisi Allah dan manusia harus meminta ampunan. 4. Kita juga harus belajar tata cara berdoa dan bertaubat dari Allah.
Ayat ke-59:
َّ س َّجدًاَوقُولُواَ ِح َطةََنَّ أغ ِف أَرَل ُك أَمَخطايا ُك ٍۚ أموسن ِزي َدَُ أال ُمحأ ِسنِين َُ و ِإ أَذَقُ ألناَا أد ُخلُواَهـ ِذ َِهَ أالق أريةََف ُكلُواَ ِم أنهاَحي ُ ََأثَ ِشئأت ُ أَمَرغدًاَوا أد ُخلُواَ أالباب
Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.
Sekelompok Bani Israel mengejek dan menghina dengan mengganti kata-kata "hitthah" yang artinya Ya Allah ampunilah kami, dengan kata-kata yang mirip dengannya, yaitu "hintah" yang artinya gandum. Mempermainkan perintah Allah seperti itu, menyebabkan mereka tertimpa balasan Allah dan wabah penyakit sampar yang menyebar di antara mereka. Sesungguhnya sebagaimana yang dikatakan oleh ayat di atas, balasan ini hanya menimpa orang-orang zalim dan tidak semua kaum tertimpa wabah ini. Ayat ini menunjukkan bahwa kapan saja, sikap suka menyimpang, mempermainkan kebenaran, keras kepala dan khianat sudah menguasai suatu masyarakat, maka pintu untuk turunnya azab ilahi ke bumi ini sudah terbuka.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Kezaliman dan perbuatan dosa menjadi sarana bagi perubahan dan penyimpangan atas hukum. 2. Selama belum dijelaskan sebuah tata cara, manusia bebas beramal sesuai dengan kehendaknya. Tetapi setelah datang petunjuk, maka harus melakukan berdasarkan itu dan tidak akan diterima permintaan maaf. 3. Azab ilahi merupakan balasan kepada mereka yang menyimpangkan undang-undang ilahi. 4. Seluruh pahala dan balasan Allah tidak terbatas di akhirat saja, tapi sebagian dari ganjaran diberikan di dunia. Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 60-62
Ayat ke-60:
َقَاللَّـ َِه َِ لَأُناسََ َّم أشرب ُه ًۖ أم ُكلُواَوا أشربُواَ ِمنَ ِر أز َُّ تَ ِم أن َهَُاثأنتاَع أشرةََع أينً ًۖاق أَدَع ِلمََ ُك َو ِإ َِذَاسأتسأقىََ ُموسىََ ِلق أو ِم َِهَفقُ ألناَاض ِأربَبِعصاكََ أالحج ًۖرفانفجر أ َضَ ُم أف ِسدِين َ ِ ولََت أعث أواَ ِفيَ أاْل أر
Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
Meskipun Nabi Musa as adalah NabiI Bani Israel dan kewajibannya menyampaikanpesan Allah Swt kepada mereka, tetapi para pemimpin ilahi juga memikirkan kesejahteraan umat dan masyarakat mereka. Oleh sebab itu Nabi Musa as menyediakan air untuk kaumnya dengan meminta air kepada Allah Swt.
Allah Swt pun mengabulkan doa Nabi Musa dan dengan sebuah mukjizat lain memberikan air kepada mereka, dan memerintahkan Nabi Musa supaya memukulkan tongkatnya, yang ketika dipukulkan ke air sungai Nil membuat sungai tersebut terbelah membuat jalan; kini dengan dipukulkan ke sebuah batu, maka keluar air minum dari batu tersebut. Hal itu seharusnya membuat Bani Israel meyakini bahwa Tuhan Nabi Musa Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bani Israel mempunyai 12 kelompok dan suku, dan dengan kehendak ilahi, dari batu tersebut mengalir 12 mata air, sehingga setiap suku mempunyai air tersendiri dan tidak terjadi kekurangan air. Allah telah menurunkan manna dan salwa, juga memberikan air yang cukup bagi mereka, sehingga mereka berada dalam kesenangan dan tidak pergi kearah kesesatan, kerusakan, dosa dan penyimpangan.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Allah memberikan rezeki dan makanan bagi manusia, tetapi kita bukan binatang yang hanya memikirkan kenyangnya perut dengan makanan yang datang dari mana pun dan dalam bentuk dan jenis apapun. Tetapi kita adalah manusia dan kita harus mendapatkan makanan yang bersih, halal dan baik. Oleh sebab itu ayat 57 surat al-Baqarah ini mengatakanan, yang artinya: "Makanlah makanan yang baik yang telah kami berikan kepadamu". 2. Allah adalah Maha Pengasih, tetapi taubat memiliki syarat-syarat yang juga meminta kerendahan hati, juga permohonan dengan lisan dan pengakuan perbuatan dosa di hadapan Ilahi; sebagaimana pada ayat 58 AllahSwt berfirman yang artinya: "Masukilah melalui pintu gerbang sambil bersujud dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa." 3. Dalam beribadah, seseorang harus memiliki rasa penghambaan dan harus mengamalkan perintahperintah ilahi sebagaimana yang telah diturunkan, jika tidak, maka yang demikian itu bukanlah ibadah dan penghambaan, tetapi mempermainkan perintah Allah. 4. Para pemimpin memikirkan pemenuhan keperluan-keperluan materi masyarakat; dan dalam hal ini tidak boleh terdapat diskriminisasi di antara anggota masyarakat.
Pembagian fasilitas-fasilitas mestilah dilakukan dengan adil. Sebagaimana pada ayat 60, AllahSwt berfirman yang artinya: "Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minum mereka (masingmasing)."
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Tunduk pada perut merupakan faktor kehancuran manusia. 2. Ingin enak bakal menjerumuskan manusia pada kehinaan. 3. Bani Israel merupakan etnis yang banyak menuntut. 4. Sejarah nabi-nabi berkelindan erat dengan jalan syahadah.
Ayat ke-61:
ََومهاَوعد ِسهاَوبص ِله ًۖاقال َُ عَلناَربَّكََي أُخ ِرجأََلَناَ ِم َّماَتُنبِتََُ أاْل أر َُ احدََفا أد ِ ُضَ ِمنَب أق ِلهاَوقِثَّائِهاَوف ِ صبِرََعلىََطعامََو وإِ أَذَقُ ألت ُ أَمَياَ ُموسىََلنَنَّ أ أ أ ٍۚ َّ َّ ُ ُ ْۗ ُ َتَعل أي ِه َُمَال ِذل َةَوالمسأكن َةَوبا ُءواَبِغضبََ ِمنََاللـ ْۗ ِهذ ِلكََبِأنَّ ُه أَم َنَل ُكمَ َّماَسألت ُ أموض ُِرب أ ََّ ِص ًراَفإ أتسأت أب ِدلُونََالَّذِيَهُوََأدأنىََبِالَّذِيَهُوََخيأرا أهبِطواَ ِم أ ْۗ َأرَ أالح ِقذ ِلكََ ِبماَعصواَ َّوكانُواَي أعتدُون َِ تَاللَّـ َِهَوي أقتُلُونََالنَّ ِب ِيينََ ِبغي َِ كانُواَي أكفُ ُرونََ ِبآيا
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Wahai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: Sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
Meski Allah telah menyediakan air dan makanan untuk Bani Israel di padang pasir yang membakar itu, namun ketiadaan rasa syukur kaum ini dari satu sisi dan gaya hidup hedonistis serta bermalas-malasan, mendorong mereka meminta makanan lain dari Musa.
Dalam jawaban kepada mereka Musa mengatakan: Pertama, kalian mengganti makanan langit yang lebih baik, dengan makanan bumi yang lebih rendah, dan kedua, jika kalian menghendaki makanan-makanan semacam itu, maka kalian harus berperang melawan musuh-musuh kalian, lalu memasuki kota sehingga
memperoleh makanan-makanan tersebut. Dari satu sisi, kalian tidak berhasrat untuk berperang, namun dari sisi lain kalian menuntut segala keistimewaan penduduk kota. Jiwa yang mementingkan perut ini menghinakan kalian dan kalian akan mendapat murka Ilahi.
Dengan tuntutan-tuntutan kalian yang tidak pada tempatnya, kalian telah menutup mata dari tanda-tanda kebesaran dan mukjizat-mukjizat Ilahi, bahkan kalian bersedia membunuh para nabi Allah demi mencapai tujuan-tujuan materi dan duniawi kalian. Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa bermalas-malasan dan mementingkan perut merupakan faktor kehancuran manusia, dan manusia harus menjauhi segala bentuk gaya hidup hedonistis yang nilainya adalah kehinaan manusia.
Ayat ke-62:
ُّ و ِإ أَذَأخ أذناَ ِميثاق ُك أَمَورف أعناَف أوق ُك َُمَا َلطورََ ُخذُواَماَآتيأنا ُكمَبِقُ َّوةََوا أذ ُك ُرواَماَفِي َِهَلعلَّ ُك أَمَتتَّقُون
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Pada semua agama Samawi tolok ukurnya kemulian manusia adalah pahala ilahi, iman dan amal saleh. Yaitu iman kepada Allah dan Hari Kiamat yang diiringi dengan pengamalan perintah-perintah Allah. Dalam undang-undangini tidak ada perbedaan antara pengikut agama Islam, juga Kristen dan Yahudi saat itu maupun pengikut-pengikut agama ilahi lain, sebelum kedatangan agama Islam. Tentu saja banyak ayat-ayat al-Quran yang mengajak orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan menerima agama Islam.
Di dalam ayat 85 surah Ali Imran Allah berfirman: "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." Oleh karena itu para pengikut agama-agama lain, masing-masing pada zamannya, mengimani nabi dan kitab samawi masa itu dan mereka adalah ahli amal, mengamalkan tugasnya dan mencapai pahala Ilahi, namun dengan munculnya Islam tidak ada agama manapun yang dapat diterima kecuali agamaIslam.
Salah satu agama yang diutarakan oleh ayat ini adalah Shabi'in yang merupakan sekelompok pengikut salah seorang Nabi Allah, Nuh atau Ibrahim atau Yahya, di mana sepanjang sejarah mengalami penyelewengan-penyelewengan dan bidah dalam akidah agama dan amal-amal perbuatan serta menganggap bintang-bintang memiliki kekuasaan mengatur kehidupan. Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa seluruh agama samawi pada prinsip tauhid dan ma'ad saling memiliki kesamaan dan menganggap keselamatan hanya di bawah naungan iman dan amal, bukannya pada harapan dan cita-cita yang tidak pada tempatnya.
Dari ayat tadi terdapat lima pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Seluruh agama samawi memiliki kesamaan; tauhid, kenabian dan kebangkitan. 2. Akidah paling penting adalah tauhid dan kebangkitan. 3. Para pengikut agama langit lainnya akan selamat bila tidak punya informasi tentang Islam, beriman dengan agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya. 4. Manusia hanya akan bisa tenang di balik iman kepada Allah, harapan akan kebangkitan dan berbuat baik. 5. Kebahagiaan berkaitan erat dengan iman dan amal saleh.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 63-66
Ayat ke-63:
َلَاللَّـ َِهَعل أي ُك أَمَورحأ مت ُ َهَُل ُكنتُمَ ِمنََ أالخا ِس ِرين َُ ض ث ُ ََّمَتولَّ أيتُمَ ِمنَب أع َِدَذ ِل ًۖكفل أولََف أ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa".
Setelah Taurat diberikan kepada Musa, Allah mengambil janji Bani Israel agar mengamalkannya dan menjauhi keengganan pegalamannya, sehingga mencapai ketakwaan. Satu lagi dari mukjizat yang ditujukan Allah kepada Bani Israel sehingga mereka tetap setia pada janji mereka, ialah diangkatnya gunung Thursina di atas kepala mereka, sehingga mereka menyaksikan kekuasaan Allahsekaligus takut menentang-Nya.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang beragama harus serius dan berpendirian dalam menjaga prinsip-prinsip agama, bukannya mengambil hukum-hukum agama dengan gurau dan main-main. Ayat ini selanjutnya menunjukkan sikap Yahudi terhadap perintah Ilahi ini.
Ayat ke-64:
َتَفقُ ألناَل ُه أَمَ ُكونُواَقِرد َة ًَخا ِسئِين َِ س أب َّ ولق أَدَع ِل أمت ُ َُمَالَّذِينََاعأتد أواَ ِمن ُك أَمَفِيَال
Kemudian kamu berpaling setelah (ada perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmatNya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.
Meski Allah telah mengambil janji yang kuat dari Bani Israel, namun kaum yang keras kepala ini tidak mengacuhkan janji ilahi tersebut dan berpaling darinya. Tetapi Allah tetap memberikan rahmat-Nya dan membiarkan mereka demikian.
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Menuntut lebih dan gaya hidup hedonistis menghilangkan kemualian manusia dan kehinaan menjadi nasibnya sehingga sampai bersedia meletakkan Allah di bawah kakinya supaya mencapai tujuan-tujuan duniawi yang rendah. 2. Dosa dan pelanggaran berturut-turut menarik manusia kepada kekufuran dan keingkaran, dan mewujudkan jiwa pembangkang terhadap kebenaran pada diri manusia sehingga sampai tidak bersedia menerima segala bentuk kebenaran. 3. Ketenteraman sejati hanya terdapat dalam naungan iman kepada Allah dan hari Akhir, yang memberikan berita gembira tentang masa depan yang terang bagi orang-orang yang beriman. 4. Allah mengambil janji dari manusia melalui jalan akal fitrah juga melalui wahyu, di mana dalam akidah dan amal perbuatan hanya menjalankan kebenaran dan kebaikan serta menjauhi keburukan dan kejahatan dalam pemikiran dan amal perbuatan.
Ayat ke 65-66:
َُنَاللَّـهََيأ أ ُم ُر ُك أَمَأنَت أذب ُحواَبقر ًۖة ًقالُواَأتت َّ ِخذُناَه ُُز ًو ًۖاقالََأعُو َذ ََّ الَ ِلماَبيأنََيديأهاَوماَخ ألفهاَوم أو ِعظ َةًَ ِل أل ُمت َّ ِقينَ()و ِإ أَذَقالََ ُموسىََ ِلق أو ِم َِهَ ِإ َ ً فجع ألناهاَنك أ َّ ُ أ َنَأكونََ ِمنََالجا ِه ِلين َ بِاللـ َِهَأ
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang bertakwa.
Ayat ini menjelaskan satu lagi peristiwa yang dialami oleh Bani Israel, dimana Allah meliburkan kerja pada hari Sabtu untuk mereka, namun sekelompok dari mereka yang hidup di tepi pantai, menjala ikan pada hari Sabtu dengan sejenis tipuan. Mereka membuat kolam-kolam kecil di tepi laut dan sewaktu ikanikan masuk ke kolam tersebut, mereka menutup jalan supaya ikan-ikan tersebut tidak dapat keluar, dan keesokannya, yaitu pada hari minggu, mereka menjala atau memancing ikan-ikan yang ada di kolam tersebut, dengan cara inilah mereka merubah hukum Allah.
Sebagai balasan bagi sikap curang dan mempermainkan perintah Allah ini, Allah swt merubah wajah mereka dari bentuk manusia menjadi kera agar merasakan sanksi ini, dan orang-orang lain dapat memetik pelajaran darinya. Namun yang perlu diingat di sini bahwa binatang tidaklah jauh dari rahmat Allah, namun jatuhnya manusia dari peringkat manusia ke peringkat binatang mengindikasikan bahwa manusia tersebut telah dijauhkan dari rahmat Allah.
Dari dua ayat tadi terdapat delapan pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Manusia harus mengambil pelajaran dari sejarah. 2. Perubahan dan penyimpangan wajah agama akan berakibat pada perubahan perilaku manusia. 3. Kerja dan istirahah harus menjadi program kehidupan manusia. 4. Barang siapa yang mengambil jalan lain dari agama Allah akan mengikuti orang lain. 5. Di alam materi, perubahan dari satu makhluk menjadi makhluk yang lain adalah mungkin. 6. Hewan merupakan rahmat Allah, namun manusia menjadi hewan merupakan tanda-tanda azab ilahi. 7. Kekalahan dan kemenangan harus menjadi pelajaran bagi manusia. 8. Untuk dapat mengambil pelajaran seseorang mesti memiliki semangat takwa.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 67-71
Ayat ke-67:
َنَأ ُكونََ ِمنََ أالجا ِه ِلين َنَاللَّـهََيأ أ ُم ُر ُك أَمَأنَت أذب ُحواَبقر ًۖة ًقالُواَأتت َّ ِخذُناَه ُُز ًو ًۖاقالََأعُو َذَُبِاللَّـ َِهَأ أ ََّ ِوإِ أَذَقالََ ُموسىََ ِلق أو ِم َِهَإ
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang yang jahil".
Surat ini dinamakan surat al-Baqarah yang artinya sapi betina, dikarenakan adanya kisah ini dalam surat tersebut. Ringkas kisah sapi betina ini dapat ditemui di antara ayat 67 hingga 73. Kisahnya demikian:
Di tengah-tengah bani Israel, dijumpai sebuah mayat yang diyakin sebagai korban pembunuhan. Sementara siapa yang membunuh, tak seorangpun di kalangan Bani Israel yang mengetahui. Maka timbullah pertengkaran antara suku yang satu dengan yang lain, masing-masing menuduh pihak lain yang membunuh orang tersebut.
Masalah yang tidak dapat diselesaikan ini akhirnya dibawa kepada Nabi Musa as untuk diadili dan diselesaikan. Dikarenakan masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan cara biasa, maka Nabi Musa akan menyelesaikan masalah tersebut dengan jalan mukjizat, danberkata kepada mereka, "Allah Swt memerintahkan supaya kalian menyembelih sapi dan sepotong dari badannya disentuhkan kepada si korban, Insyaallah ia akan kembali hidup dan membeberkan siapa sebenarnya yang membunuh dirinya."
Mendengar jawaban Musa ini, mereka berkata: "Apakah engkau mempermainkan kami dengan mengusulkan jalan penyelesaian yang tidak masuk akal ini?"
Musaas, berkata: "Mempermainkan orang adalah pekerjaan orang-orang bodoh, dan utusan Allah tiada pernah mengerjakan hal itu. Jika kalian memang serius hendak mengetahui siapakah pembunuhnya, maka tidak ada jalan lain, kecuali kalian harus melakukan cara tersebut."
Ayat ini mengajarkan kepada kita, jika hukum Allah tidak sesuai dengan akal atau selera, maka tidak seharusnya kita mengingkarinya dan memandangnya remeh. Walaupun Allah dapat memberitahukan identitas pembunuh melalui ilmu gaib, agar Musa as mengumumkannya kepada khalayak ramai, namun perintah penyembelihan sapi betina menunjukkan bahwa di tengah-tengah kaum atau Bani Israel masih terdapat semangat menyembah anak sapi dan mengkultuskannya.
Ayat ke-68:
َارضََولََبِ أكرََعوانََبيأنََذ ِل ًۖكفا أفعلُواَماَتُؤأ م ُرون َ َّ ََلَإِنَّهاَبقرة َُ عَلناَربَّكََيُبيِنَلَّناَماَه ٍِۚيقالََإِنَّ َهَُيقُو َُ قالُواَا أد ِ لَف
Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".
Manakala Bani Israel menyadari bahwa perintah penyembelihan sapi betina itu serius, maka mereka mulai mencari-cari alasan, seperti sapi yang bagaimanakah yang harus kami sembelih? Ada kemungkinan, alasan-alasan ini datang dari pembunuh yang sebenarnya, jangan sampai rahasia perbuatan jahatnya terungkap dan masyarakat mengetahuinya. Walaupun bertanya adalah kunci ilmu pengetahuan, namun tujuan Bani Israel mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut, semata-mata untuk lari dari
tanggung jawab dan perintah Allah, oleh karena itulah mereka mengutarakan pertanyaan-pertanyaan tanpa kesopanan dan berkata: "Wahai Musa mohonkanlah kepada Tuhanmu," Seakan-akan tuhan Musa as tidak sama dengan tuhan mereka.
Ayat ke-69:
َاظ ِرين َُ عَلناَربَّكََيُب ِينَلَّناَماَل أونُه ٍۚاقالََ ِإنَّ َهَُيقُو َُ قالُواَا أد ِ َّس َُّرَالن ُ لَإِنَّهاَبقرةََص أفرا َُءَفاقِعََلَّ أونُهاَت
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
Kendati perintah penyembelihan sudah dua kali turun, namun sepertinya mereka enggan melaksanakan dan menunaikan perintah itu, karena itu, mereka mengajukan pertanyaan lain lagi, yaitu apakah warna sapi betina itu? Padahal, warna sapi tidaklah berpengaruh atau berperan dalam hukum. Dan sekiranya hal itu penting, niscaya Allah sudah menyebutkan sebelumnya. Namun supaya Bani Israel tidak mempunyai peluang dan alasan untuk lari dari perintah ini, Allah swt menentukan warna kuning untuk sapi tersebut, supaya mereka tahu apa yang disembelih atas perintah Allah, haruslah binatang yang bagus dan berharga, dan berusia tidak terlalu tua, melainkan pertengahan.
Dari tiga ayat di atas terdapat dua pelajaran yagn kita petik, antara lain: 1. Siksaan Allah tidak terbatas pada hari Kiamat, akan tetapi Allah Swtmengenakan siksaan dan balasan terhadap sebagian dosa di dunia untuk dijadikan ibrah atau pelajaran bagi manusia di zaman itu juga generasi masa depan. 2. Janganlah kita mempermainkan hukum Allah dan memandangnya tidak beralasan dan tidak logis, kita harus pasrah seratus persen dengan perintah-perintah Allah dan yakin bahwa apa saja yang diperintahkan oleh Allah adalah baik dan menguntungkan masyarakat manusia. Walaupun penyembelihan sapi betina
kelihatannya tidak berfaedah untuk menyingkap si pembunuh, namun jiwa menyembah dan mengkultuskan anak sapi tersingkir olehnya. Peristiwa tersebut juga menunjukkan kekuasaan Allah, dimana dengan memukulkan daging sapi mati, seorang manusiayang mati dapat hidup kembali.
Ayat ke 70-71:
َيرَ أاْل أرضََولََت أس ِقي َُ ِلَذلُولََتُث َ َّ ََلَ ِإنَّهاَبقرة َُ نَ أالبقرََتشابهََعليأناَو ِإنَّاَ ِإنَشاءََاللَّـ َهَُل ُم أهتدُونَ()قالََ ِإنَّ َهَُيقُو ََّ عَلناَربَّكََيُب ِينَلَّناَماَهِيََ ِإ َُ قالُواَا أد ٍۚ ٍۚ أ أ َّ ُ ُ أ َّ أ أ َلَ ِشيةََفِيهاقالواَاْلنََ ِجئتََبِالح ِقفذب ُحوهاَوماَكادُواَيفعلون َ ََالح أرثََ ُمسلمة
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat pentunjuk."Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.
Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa, karena Allah memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi untuk mengungkap pembunuhan, maka sekelompok bani Israel melontarkan berbagai alasan dan dengan tujuan mengolok-olok, mereka menanyakan warna dan umur sapi tersebut. Ayat ini juga menceritakan kelanjutan alasan-alasan yang mereka cari-cari, Meski Allah telah telah menjelaskan warna dan umur sapi tersebut, namun mereka berkata, "Wahai Musa terangkan lebih banyak ciri-ciri sapi tersebut hingga kami dapat mengenalinya."
Sewaktu Musa, dengan penjelasan-penjelasan dari sisi Allah, menjelaskan ciri-ciri sapi tersebut, maka mereka pun pasrah dan menyembelih sapi itu, sedangkan mereka sudah sempat berpikir untuk lari untuk tidak melaksanakan pekerjaan ini. Ayat ini menunjukkan bahwa watak keras kepala dan sikap egois menyebabkan manusia hanya menganggap benar hal-hal yang sesuai dengan kecenderungan dan
pandangannya, dan dengan sikap tidak sopan mereka berkata kepada Nabi Musa: "kini engkau telah menerangkan dengan benar." Seolah-olah sebelum itu Musa as menerangkan dengan cara yang tidak benar.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 72-75
Ayat ke 72-73:
َضهاَ ٍَۚۖكذ ِلكََيُحأ يِيَاللَّـ َهَُ أالم أوتىََوي ُِري ُك أَمَآياتِ َِهَلعلَّ ُك أَمَت أع ِقلُون ً وإِ أَذَقت ألت ُ أَمَن أف ِ ساَفادَّارأأت ُ أَمَفِيهاَ ًَۖۖواللَّـ َهَُ ُم أخ ِرجََ َّماَ ُكنت ُ أَمَت أكت ُ ُمونَ()فقُ ألناَاض ِأربُو َهَُبِب أع
Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.
Pada ayat-ayat sebelumnya, alasan-alasan yang dicari-cari oleh bani Israel telah dijelaskan secara rinci. Dua ayat ini kembali menyebutkan secara singkat kejadian pembunuhan dan mengatakan: Kalian telah melakukan sebuah pembunuhan kejam dan menyembunyikan pembunuhnya, tetapi Allah menyingkap tabir pelanggaran kalian dengan mukjizatnya. Maka ketahuilah bahwa Allah mampu mengungkap dosadosa para pembuat dosa. Ayat ini menerangkan contoh kekuasaan Allah menghidupkan orang yang sudah mati, sehingga yang lain berpikir tentang perkara kiamat dengan melihat tanda-tanda kekuasaan Ilahi dan mengetahui bahwa jika Allah berkehendak, dengan memukulkan bangkai ke mayat yang lain, muncullah kehidupan.
Ayat ke-74:
َّ نَ ِم أنهاَلماَي َُجَ ِم أن َه َُ قَفي أخ ُر َُ َّشق ََّ ِارَ ٍَۚۖوإ َُ َّرَ ِم أن َهَُ أاْل أنه َُ نَ ِمنََ أال ِحجارةََِلماَيتفج ََّ ِتَقُلُوبُ ُكمَ ِمنَب أع َِدَذ ِلكََف ِهيََكا أل ِحجارةََِأ أَوَأش َدَُّقسأو َة ًَ ٍَۚۖوإ َث ُ ََّمَقس أ أ َّ َّ ُ َنَخ أشي َِةَاللـ َِهَ َْۗۖوماَاللـ َهَُبِغافِلََع َّماَت أعملُون َطَ ِم أ َ ِنَ ِم أنهاَلماَي أهب ََّ ِالما َُءَ ٍَۚۖوإ
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batubatu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Dari ayat 49 hingga ayat ini diterangkan berbagai hal mengenai pelbagai mukjizat dan rahmat ilahi kepada bani Israel, diantaranya: selamat dari kekuasaan orang-orang Firaun, terbelahnya laut, diterimanya taubat mereka dari dosa akibat menyembah sapi, turunnya makanan dari langit dan awan-awan yang menaungi, dan sebagainya. Hal terakhir ialah penyingkapanpembunuh dengan cara mukjizat.
Namun meskipun mereka telah menyaksikan tanda-tanda kebesaran dan mukjizat-mukjizat tersebut, tetap saja mereka tidak tunduk di hadapan hukum Allah seraya mencari-cari alasan untuk lari, yang diungkapkan olehal-Quran dengan istilah hati yang keras dan berhati batu. Terkadang manusia sedemikian terpuruk hingga bagaikan binatang, bahkan lebih hina darinya, atau bagaikan benda padat bahkan lebih keras darinya.
Ayat ini mengatakan: batu yang keras terkadang masih terbelah dan air pun mengalir darinya, atau minimal, batu tersebut bergerak lalu menggelundung ke bawah. Namun hati sebagian manusia lebih keras dari batu, yang tidak memiliki gelora cinta dan kasih sayang yang akan membuatnya berpikir untuk melakukan kebaikan kepada orang lain, dan tidak pula hatinya bergetar lantaran takut kepada Allah, yang akan membuatnya tunduk dan pasrah di hadapan hukum-hukum ilahi.
Dari tiga ayat di atas terdapat lima pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Di hadapan hukum-hukum ilahi hendaknya kita tidak mencari-cari alasan dan tidak bersikap keras kepala serta tidak melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak pada tempatnya untuk menghindarkan diri dari pelaksanaannya. Sebab pertanyaan tidak selalu menandakan pengkajian dan rasa ingin tahu, tetapi terkadang menunjukkan keinginan dan niat lari dari tugas. 2. Hewan yang kita sembelih di atas jalan melaksanakan perintah Allah, harus sehat dan tidak cacat, sebagaimana pada saat melakukan perjalanan haji, peziarah Baitullah harus menyembelih hewan yang sehat pada hari raya Qurban. 3. Allah mengetahui segala perbuatan kita, baik yang kita lakukan dengan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi , dan jika Allah berkehendak, maka Dia mampu menyingkap rahasianya serta mencemarkan kita. Lantaran itu, janganlah kita berbuat dosa di hadapan Allah atau janganlah kita melemparkan dosa kita ke pundak orang lain. 4. Dalam beberapa kasus Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati di dunia ini, agar Dia menunjukkan kekuasaan kepada kita dan agar kita memperhatikan persoalan kiamat dengan rasio kita. 5. Seluruh eksistensi Alam, hingga batu yang keras dan tidak bernyawa tunduk dan pasrah di hadapan hukum-hukum Allahyang diletakkan untuk mengatur wujud ini, maka jika manusia ingkar dan melanggar perintah Ilahi, hati dan ruhnya lebih hina dan lebih keras dari batu.
Ayat ke-75:
فت أ َطمعُونََأنَيُؤأ ِمنُواَل ُك أَمَوق أَدَكانََف ِريقََ ِم أن ُه أَمَيسأمعُونََكَلمََاللَّـ َِهَث ُ ََّمَيُح ِرفُون َهَُ ِمنَب أع َِدَماَعقلُو َهَُو ُه أَمَي أعل ُمون
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui.
Pada awal kemunculan Islam, diharapkan bahwa kaum Yahudi akan menyambut kedatangan Islam lebih bersemangat dari pada yang lain, karena berbeda dengan musyrikin, mereka adalah Ahlul Kitab dan telah membaca ciri-ciri Nabi Islam, yang termaktub di dalam kitab-kitab mereka. Tetapi, pada prakteknya mereka menentang muslimin dan berada di samping musyrikin.
Ayat ini memberikan keyakinan kepada Nabi Muhammad saw dan muslimin, bahwa jika kalian melihat orang-orang yahudi tidak memeluk islam dan tidak menerima ayat-ayat al-quran serta mukjizatnya, maka kalian jangan khawatir dan jangan ragu akan ideologi kalian, dan pada prinsipnya janganlah mengharapkan hal seperti itu dari mereka. Karena mereka adalah keturunan orang-orang yang pergi ke gunung Thur bersama Nabi Musa as dan mendengar firman Allah serta memahami perintah-perintah-Nya, tetapi mereka masih saja menyimpangkan hal tersebut dantidak setia terhadap agamanya.
Ayat ini menunjukkan, salah satu bahaya yang mengancam kalangan intelektual setiap kaum ialah pemutarbalikan kenyataan bagi masyarakat, walaupun mereka sendiri mengetahui kebenaran dan memahaminya, tetapi mereka merubahnya sedemikian rupa sehingga masyarakat tidak mengetahui kebenaran tersebut.
Dari ayat di atas terdapat lima pelajaran yang kita petik, antara lain: 1. Menanti orang lain beriman adalah perbuatan baik. Namun tidak semua orang akan beriman. Oleh karena itu jangan pernah menanti semua orang beriman. 2. Harapan memperbaiki masyarakat hanya angan-angan bila para ilmuwan bersikap keras kepala. 3. Dalam melakukan kritik seharusnya kita menjaga obyektifitas. Karena semua orang Yahudi bukan penyeleweng. 4. Selalu ada harapan memperbaiki orang awam yang fasid, tidak ada jalan memperbaiki ilmuwan keras kepala. 5. Harus dibedakan. Mengenal hak tidak sama dengan menerimanya. Karena ada orang yang mengenal kebenaran tapi tidak sudi menerimanya.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 76-80
Ayat ke-76:
َض ُه أَمَ ِإلىََب أعضََقالُواَأتُح ِدثُون ُهمَ ِبماَفتحََاللَّـ َهَُعل أي ُك أَمَ ِليُحاجُّو ُكمَ ِب َِهَ ِعندََر ِب ُك أَمَ ٍَۚۖأفَلََت أع ِقلُون ُ و ِإذاَلقُواَالَّذِينََآمنُواَقالُواَآمنَّاَو ِإذاَخَلََب أع
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kamipun telah beriman", tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?"
Kemudian, di dalam ayat selanjutnya Allah Swt menjawab ucapan mereka itu.
Ayat ke-77:
َنَاللَّـهََي أعل َُمَماَيُس ُِّرونََوماَيُ أع ِلنُون ََّ أولََي أعل ُمونََأ
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?
Pada awal kemunculan Islam, beberapa orang Yahudi, ketika melihat muslimin, mereka berkata: karena ciri-ciri Nabi kalian tertulis di dalam Taurat kami, maka kami juga beriman kepada agama kalian. Tetapi orang-orang tersebut, ketika bertemu dengan sesama mereka, mereka bertengkar satu dengan yang lain. Sebagian berkata kepada sebagian yang lain: mengapa kalian berbicara mengenai identitas Muhammad kepada muslimin ? mereka akan memanfaatkan hal itu untuk berhujjah terhadap kalian pada hari kiamat.
Akibat dari penyimpangan dan penyembunyian kebenaran yang dilakukan oleh para cendikiawan Yahudi ini yang membuat hingga sekarang masih banyak orang Yahudi dan Kristen di muka bumi.
Dari dua ayat di atas terdapat empat pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Ketika manusia mengetahui akan kebenaran, seharusnya ia mengikutinya. Manusia jangan menyepelekan kebenaran sekalipun dengan ancaman. 2. Dalam pandangan orang-orang yang menyimpang, munafik dan menyembunyikan kebenaran untuk mempertahankan posisi dan fanatisme, tanda-tanda rasionalitas adalah mengamalkan apa yang diketahui. 3. Iman akan keberadaan Allah dan ilmu-Nya dapat mencegah manusia dari kesalahan. 4. Di sisi Allah tidak ada perbedaan antara yang tampak dan tersembunyi.
Ayat ke-78:
ُ لَ ي َظنُّون َ َّ ِنَ ُه أَمَإ َيَوإِ أ ََّ ِلَأمان َ َّ ِوَ ِم أن ُه أَمَأ ُ ِميُّونََلََي أعل ُمونََ أال ِكتابََإ
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.
Ayat ini memperkenalkan kelompok lain dari Bani Israel yang berbeda dengan kelompok sebelumnya yang terdiri dari para cendikiawan yang menyimpangkan atau menyembunyikan kebenaran-kebenaran Taurat. Kelompok ini terdiri dari masyarakat awam yang tidak mengetahui isi kitab Taurat dan hidup dengan cita-cita mereka sendiri.
Mereka menyangka bahwa di dalam Taurat, kaum Yahudi dianggap sebagai etnis pilihan serta dicintai Tuhan, dan hanya merekalah yang selamat di hari kiamat dan tidak akan masuk neraka. Jika terdapat pengadilan terhadap mereka, maka hal itu tidak lebih dari beberapa hari. Mungkin, khayalan-khayalan dan harapan-harapan seperti itu juga terdapat di antara para pengikut agama-agama lain.
Tetapi kita harus mengetahui, bahwa semua itu adalah akibat kebodohan dan tidak adanya informasi yang mereka miliki tentang isi Kitab Allah swt. Karena pada kenyataannya tak satupun diantara ajaran-ajaran langit, yang terdapat di dalamnya khayalan-khayalan seperti ini.
Dari ayat di atas terdapat lima pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Masyarakat harus mengenal dirinya dan memahami pemikiran dan akidah yang menguasai masyarakat. 2. Dengan adanya buku dan guru, keberadaan orang buta huruf merupakan kekurangan dan untuk itu harus ada usaha untuk menutupinya. 3. Kebodohan menjadi sarana tumbuhnya khayalan yang tidak pada tempatnya. 4. Penantian harus berdasarkan ilmu dan bukan khayalan. 5. Dalam akidah manusia dilarang untuk mengikuti persangkaan dan khayalan.
Ayat ke-79:
َتَأ أيدِي ِه أَمَوويألََلَّ ُهمَ ِم َّماَي أك ِسبُون َيَلَ ًَۖۖفويألََلَّ ُهمَ ِم َّماَكتب أ َ ً نَ ِعن َِدَاللَّـ َِهَ ِلي أشت ُرواَبِ َِهَثمنًاَق ِل َفويألََ ِللَّذِينََي أكتُبُونََ أال ِكتابََبِأ أيدِي ِه أَمَث ُ ََّمَيقُولُونََهـذاَ ِم أ
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, karena apa yang mereka kerjakan.
Di sepanjang sejarah selalu ada cerdik pandai yang menjadikan agama sebagai perantara untuk mencari kesenangan dunia. Sebagaimana pedagang yang menjual barang-barangnya untuk mendapat sejumlah uang; ada juga para penghamba harta yang memakai pakaian agama, menjual agamanya untuk memperoleh kekayaan. Membuat bidah di dalam agama AllahSwt, dengan tujuan menarik perhatian masyarakat atau untuk memperoleh kedudukan di sisi para penguasa dan para raja, atau untuk menjaga kepentingan-kepentingan individu maupun golongan, adalah hal-hal yang termasuk diantara contohcontoh nyata yang dimaksud oleh ayat ini; dimanaal-Quran, dengan nada yang paling keras, dengan mengulang-ulang kata-kata "Wail" (yang artinya celakalah) memperingatkan adanya bahaya tersebut.
Dari ayat di atas terdapat empat pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Mengharapkan keimanan semua umat manusia adalah baik, tetapi kita ketahui bahwa sebagian besar umat manusia tidak siap menerima kebenaran. Oleh sebab itu, kekafiran mereka jangan sampai membuat ragu dan mengguncangkan keyakinankita. 2. Sebesar-besar kejahatan adalah kejahatan kebudayaan. Penyembunyian dan pemutarbalikan kebenaran adalah sebuah kejahatan yang akan membuat generasi-generasi berikut tidak mengetahui kebenaran dan menyeret kepada penyimpangandan kesesatan. 3. Keterjauhan para pengikut agama-agama dari ajaran Kitab-Kitab terutama al-Quran, membuka jalan berkembangnya penyimpangan-penyimpangan dan khayalan-khayalan tanpa dasar di antara mereka dan kebodohan adalah salah satu penyebab munculnya masalah besar ini. 4. Membuat agama (dengan menciptakan bidah) dan menjual agama adalah sebuah bahaya yang datang dari para musuh pembuat kerusakan, yang mengancam kehidupan manusia. Oleh sebab itu masyarakat harus berhati-hati dan tidak menerima setiap perkataan; walaupun pembicaranya adalah seorang yang lahirnya berpakaian agama .
Ayat ke-80:
َلَأتَّخ أذت ُ أَمَ ِعندََاللَّـ َِهَع أهدًاَفلنَي أُخ ِلفََاللَّـ َهَُع أهد َهَُ ًَۖۖأ أَمَتقُولُونََعلىَاللَّـ َِهَماَلََت أعل ُمون َلَأيَّا ًماَ َّم أعدُود َة ًَ ٍَۚۖقُ أ َ َّ ِارَإ َُ َّوقالُواَلنَتمسَّناَالن
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?"
Sebagaimana yang telah disebutkan, orang-orang Yahudi yang tidak mengetahui informasi mengenai kitab langit, menyangka hal yang salah ini, yaitu bahwa mereka lebih dekat disisi Allah dari pada orang lain, dan bahwa etnis Yahudi adalah etnis unggulan. Salah satu dari khayalan-khayalan sesat itu ialah mereka berkata jika umpamanya kami berbuat dosa, maka siksaan kami lebih sedikit dari pada orang lain dan hanya beberapa hari saja kami akan disiksa.
Ayat ini telah menarik garis salah diatas khayalan sesat ini dan berkata kepercayaan ini adalah suatu yang tidak benar yang telahkalian sandarkan kepada Allah Swt, karena Allah menciptakan manusia dalam satu derajat dan tidak membedakan mereka dalam hal pemberian siksaan dan pahala. Pada dasarnya setiap bentuk keunggulan yang didasarkan pada etnis dan keturunan, sama sekali tidak sesuai dengan rasio. Hanya taqwa dan perbuatan baiklah yang merupakan sumber keutamaan manusia dan membedakan kemuliaan manusia antara satu dengan yang lain.
Dari ayat di atas terdapat lima pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Salah satu ciri khas Yahudi adalah selalu ingin mendapat kelebihan dari yang lain. 2. Jangan biarkan pemikiran dan ucapan yang tidak baik begitu saja tanpa jawaban. 3. Merasa lebih, rasial dan keinginan tanpa perbuatan terlarang dalam agama. 4. Semua manusia sama di hadapan hukum dan Allah tidak pernah memberikan janji untuk menyelamatkan kaum tertentu. 5. Ketidaktahuan akan agama penyebab disandarkannya pelbagai khurafat kepada agama.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 81-86
Ayat ke-81-82:
ًَۖۖ َابَ أالجنَّ َِة َُ صح َِ صا ِلحا َِ َّابَالن َُ صح َبلىََمنَكسبََس ِيئ َةًَوأحاط أ تَأُولـ ِئكََأ أ تَ ِب َِهَخ ِطيئت ُ َهَُفأُولـ ِئكََأ أ َّ ارَ ًَۖۖ ُه أَمَ ِفيهاَخا ِلدُونَ()والَّذِينََآمنُواَوع ِملُواَال َُه أَمَفِيهاَخا ِلدُون
(Bukan demikian), yang benar, barang siapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
Ayat sebelumnya memaparkan harapan kosong Yahudi bahwa mereka tidak akan masuk neraka dan menganggap hal tersebut sebagai suatu kebohongan terhadap Allah. Sedangkan dua ayat ini menerangkan bentuk balasan dan pahala ilahi pada hari kiamat. Setiap perbuatan dosa yang dilakukan dengan kesengajaan dan keinginan akan menenggelamkannya ke dalam dosa tersebut, dan ia akan selamanya
berada di neraka dan tidak ada jalan keluar baginya. Balasan ini tidak membedakan antara Yahudi dan etnis-etnis lain.
Sementara itu syarat masuk ke surga ilahi adalah iman dan amal saleh yang harus selalu berdampingan. Iman saja dan perbuatan baik saja, tidak mencukupi. Bagaimana pula halnya dengan orang-orang yang ingin ke surga hanya dengan khayalan dan angan-angan.
Ayat ke-83:
ََصَلة َ ِ َّينَوقُولُواَ ِللن َِ أنَإِحأ سانًاَوذِيَ أالقُ أربىََو أاليتامىََو أالمسا ِك َِ لَاللَّـهََوبِ أالوا ِلدي َ َّ ِوإِ أَذَأخ أذناَ ِميثاقََبنِيَإِسأرائِيلََلََت أعبُد ُونََإ َّ اسَ ُح أسنًاَوأقِي ُمواَال َّ َّ َوآتُوا َيَلَ ِمن ُك أَمَوأنتُمَ ُّم أع ِرضُون َ ً لَق ِل َ َّ ِالزكاةََث ُ ََّمَتول أيت ُ أَمَإ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai adanya perjanjian dengan Bani Israel, tetapi belum disebutkan isi perjanjian tersebut. Dalam ayat-ayat ini disebutkan butir-butir perjanjian itu. Janjijanji ilahi yang telah disampaikan oleh para rasul kepada umat manusia adalah sesuai dengan akal dan fitrah manusia, dan Allah swt meletakkan nilai-nilai agama ini di hati naluri setiap manusia. Ajaran utama semua rasul adalah tauhid dan keesaan Allah, yaitu semua perbuatan akan menyebabkan kebahagaian, jika terdapat warna Ilahi dan berintikan pada tauhid.
Perintah Ilahi yang kedua setelah ibadah kepada Allah, adalah taat kepada ayah dan ibu serta berbuat baik kepada mereka. Karena mereka adalah perantara diciptakannya kita; dan rahmat ilahi sampai kepada kita melalui mereka. Membantu kaum miskin yang terdapat di dalam masyarakat, khususnya sanak saudara, datang di samping perintah berbuat baik kepada kedua orang tua, sehingga manusia tidak hanya melihat dirinya dan keluarganya, tetapi juga memperhatikan masyarakat di mana ia hidup dengan mereka. Di samping berkhidmat kepada masyarakat dijelaskan pula ibadat kepada Allah dengan cara khusus yaitu sholat, yang menunjukkan keperluan umat manusia kepada hubungan kontinyu dengan Allah Swt.
Tidak hanya perbuatan, tetapi ucapan seorang penyembah Tuhan yang Esa juga harus mulia dan baik, hal itu bukan hanya kepada orang-orang seagamanya saja, tetapi kepada semua manusia baik mu'min ataupun kafir.
Ayat ke-84:
َار ُك أَمَث ُ ََّمَأ أقر أرت ُ أَمَوأنت ُ أَمَت أشهدُون ِ و ِإ أَذَأخ أذناَ ِميثاق ُك أَمَلََت أس ِف ُكونََدِماء ُك أَمَولََت ُ أخ ِر ُجونََأنفُس ُكمَ ِمنَدِي
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): Kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya.
Ayat ini adalah lanjutan ayat sebelumnya yang menjelaskan 6 butir perintah-perintah ilahi, dan menjelaskan dua butir lain sehubungan dengan kehormatan jiwa manusia, tempat tinggal dan tanah air mereka. Salah satu keperluan utama masyarakat, adalah menjaga keamanan masyarakat, keamanan nyawa dan tanah air. Masalah ini dijelaskan di semua agama ilahi.
Sebagaimana hak untuk hidup adalah hak utama bagi setiap manusia, dari setiap kaum, etnis dan ideologi, oleh karena itu membunuh dianggap sebagai dosa besar dan balasan di dunianya adalah qishas dan di akherat adalah neraka. Kecintaan terhadap tanah air adalah masalah fitrah di mana agama juga menghormatinya, oleh sebab itu tidak seorang pun boleh mengambil hak tersebut dari seseorang.
Dari empat ayat di atas terdapat empat pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Diskriminasi adalah hal yang terlarang, semua umatmanusia sama di hadapan Allah Swt. Tidak sebuah kaum atau etnis pun mempunyai kelebihan di hadapan Allah swt kecuali dengan takwa dan amal saleh. 2. Pertimbangan balasan dan pahala ilahi adalah iman dan amal perbuatan, bukan sangkaan dan khayalan; dan hanya berharap tanpa beramal sama sekali tidak berfaedah. 3. Dosa, kadang-kadang sampai menempel pada diri manusia sehingga menyelimuti hati dan jiwanya dan tidak ada perbuatan dan perkataan yang ia lakukan kecuali kejahatan dan kotor. 4. Janji yang terpenting Allah Swt atas manusia, sehingga jika berdasarkan hal itu manusia beramal, ia akan mencapai kebahagiaan; yaitu sebagai berikut:
Tauhid dan penyembahan kepada Tuhan yang Esa.
Berbuat baik kepada kedua orang tua, membantu orang-orang baik dari kalangan kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang buta.
Berbuat baik kepada masyarakat.
Mendirikan shalat.
Memberikan zakat.
Menjauhkan diri dari pembunuhan.
Tidak melakukan penyerangan terhadap rumah dan tanah air orang lain.
Ayat ke-85:
ََانَوإِنَيأأتُو ُك أَمَأُسارىََتُفادُو ُه أَمَوهُوََ ُمح َّرم َِ اْلثأ َِمَو أالعُدأو ِ ََّمَأنت ُ أَمَهـ ُؤلءََِت أقتُلُونََأنفُس ُك أَمَوت ُ أخ ِر ُجونََف ِريقًاَ ِمن ُكمَ ِمنَدِي ِ ار ِه أَمَتظاه ُرونََعل أي ِهمَبِ أ أ أ َلَ ِخ أزيََفِيَالحياةََِالدُّ أنياَ ًَۖۖوي أومََال ِقيام َِة َ َّ ِلَذ ِلكََ ِمن ُك أَمَإ َُ بَوت أكفُ ُرونََ ِبب أعضََ ٍَۚۖفماَجزا َُءَمنَي أفع َِ ضَ أال ِكتا َ ِ عل أي ُك أَمَإِ أخرا ُج ُه أَمَ ٍَۚۖأفتُؤأ ِمنُونََبِب أع َبَ َْۗۖوماَاللَّـ َهَُ ِبغا ِفلََع َّماَت أعملُون َِ يُردُّونََ ِإلىََأش َِدَ أالعذا
Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.
Ayat ini menegur dan mencela Bani Israel, yang telah berjanji kepada Allah untuk tidak saling membunuh, namun nyatanya mereka tetap saja melakukan hal tersebut. Selain bunuh-membunuh, Bani Israil juga suka mengusir orang dari rumahnya sendiri sehingga terlunta-lunta tak bertempat tinggal. Jika ada di antara anggota keluarga mereka ditawan, mereka memandangnya sebagai sebuah penghinaan.
Oleh karena itu, seharusnya mereka juga memandang membunuh dan menelantarkan orang adalah lebih buruk dari itu. Jika membayar denda dan membebaskan tawanan adalah perintah Taurat, maka menjauhi pembunuhan dan pengusiran orang, juga merupakan sunnah Taurat. Sesungguhnya kalian berpasrah kepada hawa nafsu bukannya kepada ajaran-ajaran kitab Samawi, karena jika perintah-perintah ilahi tersebutsesuai dengan selera kalian, kalian dengan senang hati menaatinya, namun sebaliknya, jika perintah itu tidak seirama dengan selera kalian, kalian menendangnya. Bahkan kalian saling membantu dalam melakukan kemungkaran dan dosa.
Ayat ini memandang indikator iman yang sejati pada manusia adalah amal perbuatan, itupun amal perbuatan yang sesuai dengan hukum Allah, bukannya perbuatan yang sesuai dengan kepentingan dan selera pribadi. Karena yang demikian itulah yang disebut egoisme. Bukan hanya melakukan dosa, bahkan membantu orang dalam melakukan dosa adalah terlarang.
Imam Kadzim as, salah seorang keturunan dan Ahli Bait Nabi berbicara kepada salah seorang Muslim, demikian, "Menyewakan unta kepada kerabat istana Harun, Khalifah Dinasti Abbasiah, walaupun unta itu digunakan untuk pergi ke haji, dihitung sebagai dosa, karena engkau berharap mereka kembali dari perjalanan itu dengan selamat, sehingga engkau mendapatkan uang sewanya. Sedangkan menyukai tetap hidupnya seorang zalim adalah dosa."
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Manusia diciptakan bebas dan punya hak untuk memilih. 2. Semua sama di hadapan hukum ilahi. 3. Cinta dunia salah satu faktor pembunuhan.
Ayat ke-86:
َابَولََ ُه أَمَيُنص ُرون َُ فَع أن ُه َُمَ أالعذ َُ َّأُولـ ِئكََالَّذِينََا أشتر ُواَ أالحياةََالدُّ أنياَ ِب أاْل ِخر َِةَ ًَۖۖفَلََيُخف
Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.
Ayat ini menjelaskan bahwa akar atau sebab mereka menodai janji-janji ilahi, melakukan pembunuhan dan menelantarkan orang, tidak lain adalah uang dan kemewahan dunia dan mereka hanya bersedia melakukan perintah-perintah yang menjanjikan kepentingan dan keuntungan, namun mereka tidak ambil peduli dengan masalah-masalah yang bertaut dengan alam akhirat.
Dengan segala dosa dan penyembahan harta dunia yang dilakukan oleh kaum Yahudi, mereka tetap saja yakin, tidak akan dikenakan siksa. Ayat ini menegaskan, berbeda dengan harapan sesat ini, maka sebagaimana orang-orang lain yang berbuat dosa, mereka akan mendapat siksa atas perbuatan dosa mereka dan tak seorang pun yang dapat menolong mereka.
Dari ayat di atas terdapat empat pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Sunnah ilahi adalah melanjutkan keberadaan pemimpin langit di tengah-tengah masyarakat.
2. Pendidikan tidak boleh ditinggalkan. 3. Para malaikat menyampaikan bantuan Allah kepada para wali-Nya. 4. Para nabi harus dekat dengan masyarakat.
Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 87-90
Ayat ke-87:
ََسولََ ِبماَلََت أهوى َ ِ وحَ أالقُد َِ تَوأيَّدأنا َهَُبِ ُر َِ لَ ًَۖۖوآتيأناَ ِعيسىَابأنََم أريمََ أالبيِنا َِ س ُ ُسَ َْۗۖأف ُكلَّماَجاء ُك أَمَر ُ الر ُّ ِولق أَدَآتيأناَ ُموسىَ أال ِكتابََوقفَّيأناَ ِمنَب أع ِد َِهَب َس ُك َُمَاسأت أكب أرت ُ أَمَفف ِريقًاَكذَّ أبت ُ أَمَوف ِريقًاَت أقتُلُون ُ ُأنف
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan Rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?
Ayat ini menyinggung tentang rahmat Allah yang berterusan untuk membimbing umat manusia dan menyebutkan bahwa setelah Musa, Allah mengutus nabi-nabi lain untuk Bani Israil yang di antara mereka adalah Nabi Isa as. Namun kecintaan kepada dunia dan ketaatan kepada hawa nafsu telah menguasai mereka sehingga mereka enggan mengikuti dan mempercayai nabi-nabi tersebut, bahkan sebagian dari nabi-nabi itu ada yang mereka bunuh, dikarenakan para nabi itu tidak bersedia menuruti seleramereka yang melanggar syariat.
Ayat ke-88:
ُ َوقالُواَقُلُوبُنا َيَلَ َّماَيُؤأ ِمنُون َ ً غ ألفََ ٍَۚۖبلَلَّعن ُه َُمَاللَّـ َهَُبِ ُك أف ِر ِه أَمَفق ِل
Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.
Orang-orang yang berjiwa batu dan keras kepala memberikan jawaban demikian dengan tujuan mengejek dan mempermainkan, yaitu bahwa kami tidak memahami perkataan-perkataan nabi dan kami tidak dapat
menerima sesuatu yang tidak kami pahami. Al-Quran menjawab omongan mereka ini bahwa perkataan para nabi adalah mudah dipahami oleh masyarakat, akan tetapi dalam kasus Bani Israil, jiwa degil dan suka menutupi kebenaran, menyebabkan mereka tidak mampu memahami kebenaran dan sedikit diantara mereka yang beriman. Intinya, ketaatan kepada hawa nafsu telah menyebabkan pikiran dan hati manusia tertutup oleh tirai-tirai tebal egoisme, dan kelompok semacam ini hanya dapat melihat hakekat dan suatu perkara dari kaca mata materi yang tampak dan kasat mata. Akibatnya, mereka mengingkari ma'rifahma'rifah samawi.
Dari dua ayat di atas terdapat lima pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Di hadapan semua perintah Allah Swt, kita harus tunduk dan pasrah, bukannya kita terima jika sesuai dengan selera dan kecenderungan kita, dan kita tidak boleh meninggalkan apa saja yang kita tidak ingini, jika demikian, maka berarti kita mentaati hawa nafsu, bukannya perintah ilahi. 2. Marilah kita sebisa mungkin menyakini bahwa Allah senantiasa melihat atau menyaksikan apa yang kita lakukan dan kita ketahui, jika kita melupakannya, maka Dia tidak melupakan kita dan mengetahui apa saja yang kita perbuat. 3. Semua manusia di sisi perintah dan hukum Allah adalah sama, adapun sebagian orang berpikiran bahwa mereka memiliki etnis yang lebih unggul dan lebih dicintai oleh Allah semuanya adalah khayalan yang batil dan salah, dan bayangan yang salah ini tidak meringankan siksa orang-orang yang berbuat dosa. 4. Allah Swt untuk membimbing manusia, telah mengutus banyak sekali nabi, namun sayangnya manusia yang sepatutnya mensyukuri nikmat tersebut, malah berupaya membantah dan membunuh para nabi. 5. Kebahagian dan kebinasaan manusia berada ditangannya. Jika ada sekelompok manusia yang mendapat murka dan laknat Tuhan, itu semua dikarenakan kekafiran dan kekerasan kepalanya. Karena Allah telah memberikan peluang kepada semua manusia untuk memperoleh hidayah dan petunjuk melalui para nabi yang diutusnya.
Ayat ke-89:
َلَيسأت أفتِ ُحونََعلىَالَّذِينََكف ُرواَفل َّماَجاءهُمَ َّماَعرفُواَكف ُرواَبِ َِهَ ٍَۚۖفل أعن َةَُاللَّـ َِه َُ نَ ِعن َِدَاللَّـ َِهَ ُمص ِدقََ ِلماَمع ُه أَمَوكانُواَ ِمنَق أب َول َّماَجاء ُه أَمَ ِكتابََ ِم أ أ َعلىَالكافِ ِرين
Dan setelah datang kepada mereka Al Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk medapat kemenangan atas orangorang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.
Pada ayat sebelumnya, telah dijelaskan mengenai contoh-contoh kekafiran dan sifat keras kepala Bani Israel terhadap Nabi Musa as dan perintah-perintah Taurat. Sedangkan ayat ini berbicara tentang orang-
orang Yahudi yang hidup pada permulaan Islam, yang berdasarkan petunjuk-petunjuk yang tertulis di Taurat mengenai Nabi Islam, mereka menunggunya dengan berhijrah dari kota dan rumah mereka ke Hijaz. Orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah dan sekitarnya, kepada orang-orang musyrikin Madinah berkata bahwa secepatnya seorang Rasul yang bernama Muhammad akan diutus dan kami akan beriman kepadanya; dan ia akan mengalahkan semua musuh-musuhnya.
Tetapi ketika Nabi hijrah ke Madinah, musyrikin Madinah beriman kepadanya, sedangkan orang-orang Yahudi, akibat fanatik dan cinta dunia, mengingkarinya dan mendustakan apa-apa yang ada di dalam Taurat. Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu dan pengetahuan saja tidaklah cukup. Diperlukan semangat menerima kebenaran dan penyerahan diri. Walaupun orang-orang Yahudi khususnya para cendikiawan mereka, telah mengetahui kebenaran Nabi Islam, tetapi mereka tidak siap menerima kebenaran dan tunduk di hadapannya.
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Semua agama ilahi saling membenarkan dan bukan saling berhadap-hadapan. 2. Jangan bersandar pada sambutan pihak lain. Orang Yahudi selama ini menanti pengutusan Nabi Muhammad saw, tapi setelah beliau diutus, mereka justru mengingkarinya. 3. Mengenal kebenaran saja tidak cukup. Betapa banyak orang yang memahami kebenaran, tapi menjadi kafir akibat sikap keras kepala.
Ayat ke-90:
ٍَۖۚ ََنَ ِعبا ِد َِهَ ًَۖۖفبا ُءواَ ِبغضبََعلىََغضب َض ِل َِهَعلىََمنَيشا َُءَ ِم أ َ ََِبئأسماَا أشتر أواَ ِب َِهَأنفُس ُه أَمَأنَي أكفُ ُرواَ ِبماَأنزل اللَّـ َهَُب أغيًاَأنَيُن ِزلََاللَّـ َهَُ ِمنَف أ أ َو ِللكافِ ِرينََعذابََ ُّم ِهين
Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.
Orang Yahudi mengharapkan bahwa Nabi besar Islam juga dari etnis Bani Israel, sehingga mereka akan beriman kepadanya, tetapi karena mereka tidak melihat hal tersebut, maka karena fanatisme etnis dan kedengkian, mereka tidak bersedia memeluk Islam, bahkan mereka memprotes kebijaksanaan Allah ini. Ya! orang Yahudi dengan hal ini telah melakukan jual beli yang membawa kerugian. Karena untuk beriman kepada Nabi yang dijanjikan, mereka telah menempuh perjalanan yang sulit dan tinggal di Madinah.
Mereka sendiri sesungguhnya adalah penyeru kepada ajaran Islam. Hanya karena kedengkian dan sikap keras kepala, mereka mengingkarinya, dan menjual harga diri mereka dengan kedengkian, tanpa mencapai tujuan mereka.
Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Tolok ukur agama masyarakat adalah motifasi mereka. 2. Hasud menjadi sumber kekafiran. Orang Yahudi berhasrat Nabi Muhammad saw berasal dari etnis mereka, tapi setelah terbukti tidak demikian, mereka lalu menjadi kafir. 3. Kenabian adalah keutamaan ilahi. 4. Ketidakpuasan manusia tidak berdampak pada kebijakan Allah Swt. 5. Interaksi paling buruk dari manusia adalah membeli siksa Allah dengan badannya.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 91-93
Ayat ke-91
َلَف ِلمََت أقتُلُونََأنبِياءََاللَّـ َِهَ ِمن َقَ ُمص ِدقًاَ ِلماَمع ُه أَمَ َْۗۖقُ أ َُّ نزلََعليأناَوي أكفُ ُرونََبِماَوراء َهَُوهُوََ أالح ِ ُ وإِذاَقِيلََل ُه أَمَ ِآمنُواَبِماَأنزلََاللَّـ َهَُقالُواَنُؤأ ِمنََُبِماَأ َلَ ِإنَ ُكنتُمَ ُّمؤأ ِمنِين َُ ق أب
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur'an yang diturunkan Allah". Mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur'an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"
Ayat ini berbicara kepada orang-orang Yahudi, dengan mengatakan demikian, "Jika kalian tidak beriman kepada Muhammad, karena bukan dari etnis kalian, mengapa para nabi yang berasal dari etnis kalian, selalu kalian dustakan dan kalian bunuhi? Jadi, kalian adalah penentang kebenaran; dan tidak ada bedanya kebenaran yang dikatakan nabi kalian atau Nabi Muhammad, baik tertulis di kitab Taurat, ataupun di kitab al-Quran.
Pada dasarnya, yang datang dari kitab langit, semuanya dari satu sisi yaitu Allah dan bagi semua umat manusia, bukannya khusus untuk kaum atau etnis tertentu, sehingga seseorang dapat berkata, saya beriman hanya kepada apa yang diturunkan atas Nabi kami; dan selain itu saya tidak menerimanya. Karena masalah-masalah yang ada di kitab langit semuanya menuju ke satu arah dan berada di atas satu jalan.
Semuanya seiring dan seirama. Tidak ada perbedaan antara mereka, sebagaimana halnya buku-buku pelajaran universitas ada kesesuaian dengan buku-buku pelajaran tingkat menengah. Hanya saja bukubuku yang digunakan di universitas tinggi isinya dan lebih sempurna.
Dari ayat di atas terdapat lima pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk mengajak seluruh umat manusia kepada agama Islam. 2. Satu dari alasan pengingkaran orang kafir kembali pada fanatisme etnis. 3. Tolok ukur keimanan pada kebenaran agama bukan pada etnis. 4. Seluruh isi al-Quran benar adanya. 5. Setiap pembohong bakal ketahuan.
Ayat ke-92:
َتَث ُ ََّمَاتَّخ أذت ُ َُمَ أالعِجأ لََ ِمنَب أع ِد َِهَوأنت ُ أَمَظا ِل ُمون َِ ولق أَدَجاء ُكمَ ُّموسىََبِ أالبيِنا
Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya, dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim.
Dalil lain bahwa kearaban RasulullahSaw adalah satu-satunya alasan orang-orang Yahudi untuk menolak kerasulan Muhammad saw ialah, bahwa Nabi Musa yang datang dari etnis mereka dan membawa sejumlah mukjizat yang jelas bagi mereka. Tetapi ketika Nabi Musa as pergi ke gunung Tur, Bani Israel menyembah anak sapi dan menyia-nyiakan jerih payah Nabi Musaas. Dengan demikian maka pada dasarnya, selain menzalimi diri sendiri, mereka juga menzalimi pemimpin mereka.
Dari ayat di atas terdapat dua pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Menyebutkan latar belakang dapat membantu untuk mengambil keputusan yang benar. 2. Kembali pada kesyirikan dan jahiliyah merupakan kezaliman terhadap dirinya dan generasi yang akan datang.
Ayat ke-93:
ُّ َو ِإ أَذَأخ أذناَ ِميثَاق ُك أَمَورف أعناَف أوق ُك َُم َلَ ِبئأسما َالطورََ ُخذُواَماَآتيأنا ُكمَ ِبقُ َّوةََواسأمعُواَ ًَۖۖقالُواَس ِم أعناَوعصيأناَوأ ُ أش ِربُواَفِيَقُلُو ِب ِه َُمَ أالعِجأ لََ ِب ُك أف ِر ِه أَمَ ٍَۚۖقُ أ أ ُ ُ ُ ُ َيأ ُم ُركمَبِ َِهَإِيمانُك أَمَإِنَكنتمَ ُّمؤأ ِمنِين
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat)".
Kita telah katakan bahwa alasan etnis kaum Yahudi tidak mengimani Nabi Muhammad saw ialah bahwa Nabi ini bukan dari Bani Israel. Sedangkan mereka hanya beriman kepada nabi yang dari etnis mereka dan hanya mau menjalankan ajaran-ajaran kitab Nabi Musa, yaitu Taurat. Akan tetapi, pada ayat-ayat sebelumnya, al-Quran telah menerangkan beberapa contoh, untuk membuktikan bahwa mereka bukan hanya tidak beriman kepada Nabi mereka, yaitu Musa, tetapi juga menolak kitab Taurat dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kitab mereka.
Ayat ini juga mengingatkan salah satu dari contoh-contohtersebut. Di gunung Tur, Allah Swt telah mengambil janji kepada dari Bani Israel dalam sebuah masalah dan meminta mereka untuk konsisten mengerjakannya. Namun, walaupun mereka mendengarkannya tetapi mengingkarinya. Karena syirik dan cinta dunia, yang contohnya ialah kecintaan kepada anak sapi emas buatan Samiri, telah memasuki hati mereka; sehingga tidak ada tempat lagi untuk berpikir dan beriman. Yang mengherankan adalah walaupun mereka telah mengingkari semua janji mereka, tetapi mereka masih mengaku beriman.
Dalam membantah pengakuan mereka itu,al-Quran memaparkan sebuah pertanyaan kepada mereka sebagai berikut; apakah iman kalian itu menginstruksikan supaya kalian melanggar perjanjian Allah? Kalian menyembah anak sapi, dan kalian membunuhi nabi-nabi ilahi, jika demikian, berarti iman kalian memberi perintah-perintah buruk kepada kalian.
Dari ayat di atas terdapat lima pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Mengambil janji dapat menciptakan motifasi untuk berbuat. 2. Mempertahankan revolusi ilahi perlu sekalipun dengan menghadapi ancaman. 3. Melaksanakan hukum dan perintah Allah membutuhkan kekuatan, keseriusan, cinta dan tekad kuat. 4. Cinta yang bersifat ekstrim sangat berbahaya. Karena bila manusia cinta kepada sesuatu, sulit baginya untuk menerima kebenaran.
5. Perilaku manusia penjelas terbaik pemikiran dan akidah seseorang.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 94-98
Ayat ke-94-95:
َُتَأ أيدِي ِه أَمَ َْۗۖواللَّـ َه َاسَفتمنَّ ُواَ أالم أوتََإِنَ ُكنت ُ أَمَصا ِدقِينَ()ولنَيتمنَّ أو َهَُأبدًاَبِماَقدَّم أ َ ِ َُّونَالن َِ َّارَ أاْل ِخر َة َُ ِعندََاللَّـ َِهَخا ِلص َةًَ ِمنَد َُ تَل ُك َُمَالد َلَإِنَكان أ َقُ أ َّ ع ِليمََ ِب َالظا ِل ِمين
Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian (mu), jika kamu memang benar.Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri). Dan Allah Maha Mengetahuisiapa orang-orang yang aniaya.
Sepanjang sejarah, Yahudi menganggap diri mereka sebagai bangsa yang paling mulia dan berkeyakinan bahwa surga diciptakan untuk mereka dan api neraka tidak akan menyentuh mereka, serta menganggap diri mereka sebagai anak-anak dan kekasih Allah. Prasangka-prasangka batil ini, dari satu sisi menyebabkan mereka bebas melakukan berbagai bentuk kezaliman, kejahatan, perbuatan dosa dan kebejatan, dari sisi lain mereka menjadi sombong, ujub dan merasa lebih baik dari yang lain.
Ayat ini mengajak mereka untuk menilai dengan naluri dan mengatakan, jika yang kalian aku itu memang benar, dan surga dikhususkan bagi kalian, lalu mengapa kalian tidak mengharap kematian sehingga lebih cepat masuk ke surga? Mengapa kalian takut terhadap kematian dan lari darinya?
Takut terhadap kematian bagaikan ketakutan pengemudi terhadap perjalanan. Seorang pengemudi terkadang takut karena tidak mengetahui jalan, atau karena tidak memiliki bensin atau takut melanggar, atau khawatir memuat barang selundupan atau takut karena di tempat tujuan, ia tidak memiliki tempat tinggal.
Sementara itu, seorang mukmin sejati mengetahui jalan, menyiapkan bekal perjalanan dengan amal saleh, menutupi pelanggaran-pelanggarannya dengan taubat, tidak memuat barang selundupan yaitu dosa dan kezaliman; dan pada hari Kiamat ia mempunyai tempat tinggal, yaitu Surga. Kebanyakan, ketakutan terhadap kematian, dilatar-belakangi oleh satu diantara dua hal:
Pertama ialah karena ia menganggap kematian sebagai ketiadaan dan kebinasaan. Dan secara alamiah setiap yang maujud akan merasa ketakutan terhadap kebinasaannya.
Kedua: mungkin saja seseorang memiliki keyakinan terhadap Hari Kiamat. Tetapi ia takut kepada kematian, lantaran perbuatan-perbuatan buruk dan pelanggaran yang mereka lakukan. Sebab mereka menggangap kematian sebagai permulaan hisab dan balasan amal perbuatan, oleh karena itu mereka berharap agar kematian mereka ditangguhkan selama mungkin.
Adapun Nabi dan auliya Allah, yang, dari satu sisi, tidak menganggap kematian sebagai ketiadan, bahkan menganggapnya sebagai permulaan kehidupan lain, dan dari sisi lain mereka tidak menunjukkan sesuatu dari diri mereka selain kesucian dalam berpikir dan berbuat, oleh karena itu, bukan hanya tidak takut kematian, bahkan mereka merindukannya.
Sebagaimana Amirul mukminin Imam Ali as menyangkut permasalahan ini mengatakan, "Demi Allah, kerinduan putera Abu Thalib kepada kematian lebih besar dari pada kerinduan anak bayi kepada air susu ibunya."
Ayat ke-96:
َُبَأنَيُع َّمرََ َْۗۖواللَّـ َه َِ اسَعلىََحياةََو ِمنََالَّذِينََأ أشر ُكواَ ٍَۚۖيو َدَُّأحدُ ُه أَمَل أَوَيُع َّم َُرَأ ألفََسنةََوماَهُوََ ِب ُمزحأ ِز ِح َِهَ ِمنََ أالعذا َ ِ َّولت ِجدنَّ ُه أَمَأحأ رَصََالن ُ َصيرََبِماَي أعملون ِ ب
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, seloba-loba manusia kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa; Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Ayat ini mengatakan kepada Nabi, orang-orang Yahudi yang mengklaim bahwa Surga hanya diperuntukkan bagi mereka, bukan hanya tidak mengharapkan kematian hingga lebih cepat berada di Surga, bahkan mereka rakus terhadap kehidupan dunia melebihi orang-orang musyrik yang tidak meyakini kiamat dan menganggap kematian sebagai akhir kehidupan mereka. Mereka sedemikian mencintai dunia, hingga ingin hidup seribu tahun di dunia, meski memiliki bentuk kehidupan yang paling hina di puncak kesengsaraan, yang penting mereka terjauh dari siksa ilahi di akherat, dan dapat berjerih payah mengumpulkan kekayaan dan hiasan dunia.
Tetapi Allah swt berfirman, andaikan umur seribu tahun diberikan kepada mereka, maka hal itu tidak menyebabkan mereka selamat dari siksa Allah, sebab seluruh amal perbuatan mereka berada di bawah pengawasan Allah dan harapan yang bersifat kekanak-kanakan ini tidak bermanfaat bagi mereka.
Ayat ke 97-98:
َس ِل َِه َِ لَمنَكانََعد ًُّواَ ِل ِجب ِأريلََفإِنَّ َهَُن َّزل َهَُعلىََق ألبِكََبِإِ أذ َقُ أ ُ نَاللَّـ َِهَ ُمص ِدقًاَ ِلماَبيأنََيد أي َِهَو ُهدًىَوبُ أشرىََ ِل أل ُمؤأ ِمنِينَ()منَكانََعد ًُّواَ ِللَّـ َِهَومَلئِكتِ َِهَو ُر أ َّ َنَاللـهََعدُوََ ِللكافِ ِرين ََّ ِو ِجب ِأريلََو ِميكالََفإ
Katakanlah:" Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikatmalaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir."
Sewaktu NabiSaw datang ke Madinah, sekelompok Yahudi yang disertai oleh salah seorang ulama mereka mendatangi beliau dan melontarkan beberapa pertanyaan. Di antaranya, mereka bertanya, "Siapa nama malaikat pembawa wahyu untuk kamu?" Sewaktu Nabi menjawab, "Jibril", mereka berkata, "Jika malaikat itu adalah Mikail, maka kami akan beriman. Sebab Jibril adalah musuh kami dan membawa perintah-perintah berat seperti Jihad."
Sewaktu manusia tidak mau menerima kebenaran, maka ia akan mencari-cari alasan. Bahkan tanpa dasar apapun mereka menuduh salah satu Malaikat Allah dengan mengatakan bahwa malaikat itu mempersulit mereka. Mereka berpikir, bahwa yang demikian itu merupakan jalan bagi mereka untuk menolak kebenaran. Persis, seperti pelajar yang suka bermain, yang menganggap jelek guru matematika dan menganggap baik guru olah raga.
Pada prinsipnya para Malaikat Allah, baik Jibril maupun Mikail tidak membawa sesuatu dari mereka sendiri yang dapat disukai atau dibenci. Mereka tidak berbuat melainkan atas perintah Allah dan hanya sebagai penyampai wahyu Allah kepada Nabi-Nya. Oleh sebab itu, perkataan Yahudi hanyalah suatu alasan untuk menghindari Islam, bukannya suatu logika yang dapat diterima untuk tidak menerima Islam.
Dari ayat di atas terdapat lima pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Manusia harus hidup sedemikian rupa, sehingga setiap saat siap menghadapi kematian. Ia haruslah menjalankan tugas-tugasnya dengan benar dan menutupi dosa-dosanya dengan taubat. Sehinggga tidak ada dalih apapun untuk takut mati. 2. Umur panjang tidaklah penting. Yang bernilai adalah umur yang berkah, yang penuh dengan usahausaha mendekatkan diri kepada Allah . Sebagaimana Imam Sajjad as berkata dalam doanya, "Tuhanku,
jika umurku sebagai perantara dalam jalan mentaatimu, maka panjanglah, tetapi jika akan menjadi lahan subur bagi setan, maka akhirilah." 3. Agama adalah sebuah kumpulan ajaran-ajaran yang wajib diimani semuanya. Tidak dapat dikatakan bahwa aku beriman kepada Allah, namun aku bermusuhan dengan malaikat ini, atau tidak meyakini nabi itu. Seorang mukmin sejati beriman kepada Allah , seluruh nabi dan seluruh malaikat.
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 99-102
Ayat ke-99:
َلَ أالفا ِسقُون َ َّ ولق أَدَأنز ألناَ ِإليأكََآياتََب ِيناتََ ًَۖۖوماَي أكفُ َُرَ ِبهاَ ِإ
Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.
Pada ayat sebelumnya, telah disebutkan bahwa orang-orang Yahudi menolak Islam secara sengaja dengan membuat berbagai alasan. Diantaranya mereka mengatakan bahwa dikarenakan ayat-ayat al-Quran diturunkan oleh Jibril, maka kami tidak akan beriman kepadamu.
Ayat ini menjelaskan satu lagi di antara alasan-alasan yang mereka buat-buat. Mereka berkata, kami tidak memahami sedikitpun maksud kitab ini dan kandungannya tidak jelas bagi kami, oleh sebab itu, kami tidak beriman kepadamu dan kami tidak menerima al-Quran sebagai mukjizat. Padahal dengan mengkaji , mempelajari, merenungkan serta memperhatikan ayat-ayat al-Quran dengan seksama, kita akan dengan mudah mempercayai kebenaran nubuwwah dan keagungan al-Quran. Namun, hakikat ini hanya akan dimengerti oleh orang-orang yang hatinya belum gelap karena dilumuri oleh dosa dan memiliki wadah untuk menerima kebenaran.
Ayat ke-100:
َلَأ أكث ُر ُه أَمَلََيُؤأ ِمنُون َأو ُكلَّماَعاهدُواَع أهدًاَنَّبذ َهَُف ِريقََ ِم أن ُهمَ ٍَۚۖب أ
Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebahagian besar dari mereka tidak beriman.
Ayat ini diturunkan untuk menghibur kedukaan Nabi saw yang menyesali mengapa orang-orang Yahudi tidak bersedia beriman. Hendaknya Nabi tidak bersedih hati, karena mereka itu adalah kaum yang tidak setia kepada nabi mereka sekalipun, dan setiap kali mereka mengikat perjanjian dengan Nabi Musa as, mereka senantiasa melanggar dan menodai perjanjian itu, sebuah kaum yang sudah sekian lama bersifat suka mencari-cari alasan dan keras kepala.
Saat Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, orang-orang Yahudi kota itu menjalin ikatan janji dengan beliau, untuk minimal, tidak akan membantu musuh-musuh Nabi. Namun kenyataannya mereka melanggar janji ini dan mereka membantu kaum musyrikin di dalam perang Ahzab. Dewasa ini pun, orang-orang Zionis di Israel sama sekali tidak setia dengan janji-janji dan kesepakatan internasional yang ditandatanganinya. Jikapun mereka menandatangani sebuah perjanjian, tak lama setelah itu dapat dipastikan mereka melanggarnya. Karena mereka adalah sebuah kaum rasialis dan suka mengunggulkan diri.
Ayat ke-101:
ُ ََنَ ِعن َِدَاللَّـ َِهَ ُمص ِدقََ ِلماَمع ُه أَمَنبذََف ِريقََ ِمنََالَّ َِذينََأُوتُواَ أال ِكتابََ ِكتابََاللَّـ َِهَوراء َور ِه أَمَكأنَّ ُه أَمَلََي أعل ُمون َِ ظ ُه َسولََ ِم أ ُ ول َّماَجاء ُه أَمَر
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan kitab yang ada pada mereka sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakangnya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).
Sebelum Rasul diutus, para cendekiawan Yahudi seringkali memberikan kabar gembira akan kedatangan seorang nabi yang bernama Ahmad, dan mereka menyebut satu persatu tanda-tanda nabi yang akan muncul tersebut sesuai dengan apa yang mereka baca dalam Taurat. Namun tatkala mereka menyaksikan Nabi tersebut, mereka mengingkarinya, seolah-olah mereka tidak pernah tahu-menahu soal nabi tersebut.
Cinta kedudukan ibarat bumerang bagi semua manusia, terutama bagi para cerdik pandai. Sewaktu para cendekiawan Yahudi merasa, sekiranya mereka mengakui kebenaran nabi Muhammad, maka kedudukan duniawi mereka akan terancam dan punah, mereka pun mengingkari kenabian Muhammad. Al-Quran yang menjelaskan fakta sejarah dengan adil dan jujur, memelihara hak orang-orang yang bersih dan jujur di kalangan kaum Yahudi. Al-Quran menjelaskan bahwa sebagian besar dari mereka adalah kafir, artinya sebagian dari mereka menerima kebenaran, walaupun jumlah mereka sedikit.
Ayat ke-102:
َّ نَال َّ واتَّبعُواَماَتتألُوَال ََأنَ ِببا ِبل َِ نزلََعلىَ أالملكي ََّ سليأمانََُولـ ِك َِ اطينََُعلىََ ُم أل ِ شي ِ شي ُ ََسليأمانََ ًَۖۖوماَكفر ُ َك ِ ُ اطينََكف ُرواَيُع ِل ُمونََالنَّاسََال ِسحأ رََوماَأ أ َّ ُ َنَأحدََحتَّىََيقُولََإِنَّماَنحأ نََُفِتأنةََفَلََت أكفُ أَرَ ًَۖۖفيتعل ُمونََ ِم أن ُهماَماَيُف ِرقونََبِ َِهَبيأنََالم أرءََِوز أو ِج َِهَ ٍَۚۖوماَهُم َانَ ِم أ َِ اروتََ ٍَۚۖوماَيُع ِلم ُ اروتََوم ُ ه َنَخَلقََ ٍَۚۖول ِبئأسََما َنَا أشترا َهَُماَل َهَُفِيَ أاْل ِخرةََِ ِم أ َِ نَاللَّـ َِهَ ٍَۚۖويتعلَّ ُمونََماَيض ُُّر ُه أَمَولََينفعُ ُه أَمَ ٍَۚۖولق أَدَع ِل ُمواَلم َِ لَ ِبإِ أذ َ َّ نَأحدََ ِإ َارينََ ِب َِهَ ِم أ ض ِ ِب ٍۚ ُ َشر أواَبِ َِهَأنفس ُه أَمََۖل أَوَكانُواَي أعل ُمون
Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syaithan-syaithan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaithan-syaithan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
Di zaman Nabi Allah Sulaiman as, sihir dan sulap sangat diminati banyak orang. Oleh karena itu, Nabi Sulaiman mengeluarkan perintah agar kertas-kertas para penyihir dikumpulkan dan disimpan. Namun setelah zaman beliau, ada sekelompok orang yang membuka kembali lembaran-lembaran ajaran sihir tersebut dan kemudian diajarkan dan disebarkan.
Ayat ini menjelaskan bahwa, sebagian dari Bani Israel yang sepatutnya mengikuti Taurat, mereka malah condong dan mencari kitab-kitab sihir serta sulap, dan untuk membenarkan tindakan mereka ini, mereka beralasan bahwa kitab-kitab ini adalah milik Sulaiman dan Sulaiman adalah penyihir kelas tinggi.
Sebagai jawabannya, al-Quran berkata: "Sulaiman bukanlah ahli sihir dan sulap, melainkan ia adalah Nabi Allah dan kerjanya adalah mukjizat dan kalian mengikuti setan-setan yang menyemarakkan perbuatan sihir ini."
Orang-orang Yahudi suka mempelajari ilmu sihir dari jalan lain, yaitu dari persoalan-persoalan yang diajarkan oleh dua malaikat dengan nama Harut dan Marut yang muncul ke tengah-tengah manusia berwajah manusia dengan tujuan mengajarkan warga Babil bagaimana cara menggagalkan sihir.
Walaupun dua malaikat ini memperingatkan kepada rakyat, agar tidak menyalahgunakan pelajaran tersebut, namun mereka menyalahgunakannya untuk menceraikan suami dan isteri dengan tujuan menikmati tujua-tujuan material dan seksual. Al-hasil, kaum Yahudi melalui dua jalan ini, menguasai
cukup ilmu sihir dan memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan ilegal. Padahal mereka tahu pemanfaatan sihir sejajar dengan kekafiran, yang merugikan keluarga dan masyarakat.
Ayat ini menunjukkan bahwa sihir dan sulap, memang benar ada dan berpengaruh dalam kehidupan manusia, namun perlu diingat karena segala sesuatu ada di tangan Allah, maka kita dapat terselamatkan dari pengaruh buruk sihir dengan jalan bertawakal kepada Allah dan berdoa serta bersedekah. Dan telah jelas pula bahwa mempelajari ilmu tidak semuanya bermanfaat. Jika orang yang belajar tersebut bukan orang yang saleh dan sehat, maka ilmu itu yang sepatutnya dimanfaatkan untuk mengabdi kepada masyarakat, malah dimanfaatkan untuk menyesatkan masyarakat.
Dari ayat-ayat di atas terdapat empat pelajaran yang bisa kita petik, antara lain: 1. Jika kita lihat banyak sekali manusia yang tidak bersedia meyakini kebenaran dan beriman kepada agama-agama Ilahi, maka janganlah kita dibuat ragu olehnya. Malah kita harus mengetahui bahwa dosa dan perbuatan mungkar telah meninggalkan kesan buruk di jiwanya sehingga orang tersebut tidak memiliki lagi kesiapan untuk menerima kebenaran. 2. Ilmu dengan sendirinya adalah tidak cukup, melainkan diperlukan kelembutan dan kebersihan jiwa sehingga mudah menerima kebenaran. Para cendekiawan Yahudi sudah jauh sebelumnya mengetahui kebenaran Rasul Islam melalui dari apa yang mereka baca dari Taurat, namun bukan saja mereka tidak mengimani Rasul, malah mereka menjadi penghalang bagi orang-orang lain yang hendak mengimani kenabian Muhammad saw. 3. Ilmu tidak selalu bermanfaat, persis seperti pisau yang tajam jika jatuh ke tangan dokter ahli bedah, maka pisau tersebut digunakan sebagai alat untuk menyelamatkan seorang pasien. Lain halnya jika jatuh ke tangan seorang pembunuh, pisau tersebut dimanfaatkan sebagai alat untuk membunuh manusia. 4. Setan selalu berupaya untuk menceraikan antara suami dan isteri serta mewujudkan pertikaian serta perselisihan di tengah-tengah keluarga. Namun para malaikat selalu berupaya menciptakan kedamaian dan kerukunan antara suami isteri. Manusia pun terbagi menjadi dua kelompok, satu kelompok berada di barisan setan, dan satu kelompok lagi di barisan para malaikat.