Ayat 1 - 105 Penerbit : Irib Indonesia Penulis
: Ustaz Saleh Lapadi
Sumber : Irib Indonesia
Mengenal Surat Ali Imran Surat Ali-Imran merupakan surah ketiga al-Quran. Surat ini terdiri dari 200 ayat yang diturunkan di Madinah dan bernama "Ali Imran" yang artinya "Keluarga Imran" yang diambil dari ayat 33 surat ini. Ayah Nabi Musa dan ayah Sayyidah Maryam, keduanya bernama Imran dan maksud dari keluarga Imran adalah keluarga Nabi Musa dan Nabi Isa. Tetapi dalam surat ini, yang diungkap adalah kisah kelahiran Sayyidah Maryam, ibadah-ibadahnya dan puteranya Nabi Isa dan keluarga Imran sebagai keluarga pilihan Tuhan yang mendapat penghormatan dan pujian.
(2) ي ْالقايُّو ُم َُ )1( الم ُّ اّلله اَل ِإلاها ِإ اَل ُه او ْال اح
Alif laam miim. (3: 1)
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. (3: 2)
Mengenai Alif, lam, Mim, pada permulaan surat Ali Imran, telah dibahas dalam surat al-Baqarah. Disebutkan di sana bahwa huruf-huruf ini yang datang pada permulaan 29 surah al-Quran merupakan rahasia al-Quran antara Nabi dan Tuhan. Dan kemungkinan suatu petunjuk bahwa al-Quran adalah mukjizat ilahi yang tersusun dari huruf-huruf alif-ba yang diketahui semua orang, maka setiap orang ditantang untuk membuat kitab semacam al-Quran dari huruf alif ba, kalau mereka mampu. Ayat selanjutnya menyinggung soal sifat-sifat Tuhan. Dia yang memiliki semua kesempurnaan dan suci dari semua aib dan kekurangan. Dia yang bukan hanya
dalam zat, melainkan dalam sifat pun tidak ada yang menyerupainya. Sebelum ini, kita tidak ada dan setelah ini, kita akan tiada, tetapi Dia senantiasa ada dan akan terus ada. Oleh yang demikian, hanya Dia-lah yang layak dipuji dan disembah dan tak seorangpun dan sesuatu yang layak dijadikan sesembahan. Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dari pada tunduk di hadapan sesama manusia lantaran kekayaan atau jabatan atau kekuasaan, kita tunduk hanya kepada Allah. 2. Setiap orang memiliki kekurangan dan yang memiliki kesempurnaan pasti bersumber dari Dia. 3. Kesempurnaan mutlak hanya milik Allah semata.
اس اوأ ا ْنزا ال ْالفُ ْرقاانا ِ ) ِم ْن قا ْب ُل ُهدًى ِللنا3( اْل ْن ِجي ال علاي اْك ْال ِكت ا ن ااز ال ا ق ُم ا ِ ْ ص ِدقًا ِل اما بايْنا يادا ْي ِه اوأ ا ْنزا ال الت ا ْو اراة ا او ِ ااب ِب ْال اح ٌ ع ِز شدِيد ٌ او ا ت ا (4)يز ذُو ا ْنتِقاام عذاابٌ ا ِ إِ ان الاذِينا اكفا ُروا بِآاياا اَّللُ ا اَّللِ لا ُه ْم ا Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. (3: 3)
sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). (3: 4)
Setelah Allah Swt menurunkan kitab samawi Taurat dan Injil kepada para penganutnya yang disebut dalam al-Quran sebagai Ahlul Kitab, Allah menurunkan juga al-Quran sebagai kitab paling sempurna. Ketika Allah menurunkan al-Quran, para Ahlul Kitab tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad Saw, Islam dan kitab yang diturunkan kepadanya, yaitu al-Quran. Mereka heran dan tidak bersedia beriman kepada Nabi Muhammad dan Islam.
Ayat ini diturunkan untuk menjawab keheranan mereka bahwa Allah Swt di sepanjang sejarah telah memilih para nabi dan menurunkan kitab dan syariat yang baru melalui sebagian mereka. Kitab-kitab samawi tersebut, masing-masing saling membenarkan karena semuanya datang dari satu Tuhan dan semuanya berdasarkan kebenaran dan kejujuran. Oleh karenya, tidak mengherankan, kalau Allah yang menurunkan Taurat dan Injil kepada Musa dan Isa, juga menurunkan al-Quran kepada Muhammad Saw. Jika kalian memang mencari kebenaran, maka kalian harus mengimani. Namun jika kalian mengingkari atau kufur, maka kalian akan ditimpa hukuman Tuhan di dunia dan akhirat dan tidak ada jalan untuk lari.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tujuan dari kedatangan Rasul dan Nabi dan diturunkannya kitab-kitab samawi adalah memberi petunjuk masyarakat dan menyatukan mereka berdasarkan kebenaran, bukannya kitab itu sendiri menyebabkan pertikaian dan perselisihan bagi mereka.
2. Pada waktu kita jatuh ke lembah kebingungan untuk mengenali kebenaran, maka kita harus kembali kepada al-Quran yang merupakan pemisah antara kebenaran dan kebatilan dan alat untuk mendeteksi mana yang benar dan mana yang salah atau batil.
ِإ ان ا ْف ياشاا ُء اَل ِإلاها ِإ اَل ض او اَل فِي ال ا ِ س ام ِ اي ٌء فِي ْاْل ا ْر اَّللا اَل يا ْخفاى ا ) ُه او الاذِي يُ ا5( اء ص ِو ُر ُك ْم فِي ْاْل ا ْر اح ِام اكي ا ْ علا ْي ِه ش ُ ُه او ْالعا ِز (6)يز ْال اح ِكي ُم
Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. (3: 5)
Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (3: 6)
Salah satu dari akar dosa adalah lupa mengingat Allah. Manusia lupa kalau dirinya sedang dilihat dan berada di dalam pengawasan Tuhan. Dan apapun yang didengar, dikatakan atau dilakukan, semuanya tidak tersembunyi di mata Allah. Bukan hanya amal perbuatan manusia, melainkan apa yang ada di bumi dan langit dari berbagai makhluk, semuanya di sisi Allah terang dan diketahui. Tidak satupun yang terlepas dari penglihatan-Nya. Bahkan manakala keberadaan kita tersembunyi dari pandangan orang lain dan kita sedang menjalani hari-hari di dalam perut ibu kita ketika dalam bentuk janin, hanya Tuhan-lah yang melihat keberadaan kita. Bahkan Dia-lah yang membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya yang bijaksana. Bahkan pengaruh faktor-faktor keturunan ayah dan ibu terhadap anak adalah berdasarkan tadbir dan kebijaksanan-Nya dan tidak keluar dari lingkaran kekuasaan dan kehendak Tuhan.
Menarik sekali, topik pembentukan manusia oleh Tuhan terdapat di antara ayat yang berkaitan dengan diturunkannya kitab-kitab samawi. Mungkin hal ini menunjukkan poin ini bahwa Tuhan yang memberikan kehidupan kepada kalian di saat kalian berbentuk janin. Dia pulalah yang menumbuhkan batin dan ruh kalian dengan menetapkan undang-undang dan menurunkan kitab dan menghidupkan masyarakat.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Faktor banyaknya jumlah orang dan makhluk lain, tempat dan waktu, tidak satupun yang menyebabkan Allah tidak dapat mengetahui semua tadi. 2. Meskipun Allah Swt mampu melakukan segala perbuatan, namun Allah Swt tidak melakukan suatu pekerjaan bertentangan dengan hikmah dan keinginan-Nya mengikuti hikmah-Nya.
ب اوأُخ ُار ُمتاشاابِ اهاتٌ فاأ ا اما الاذِينا فِي قُلُوبِ ِه ْم زا ْي ٌغ فاياتابِعُونا ِ ااب ِم ْنهُ آايااتٌ ُمحْ اك اماتٌ ُه ان أ ُ ُّم ْال ِكت اا علاي اْك ْال ِكت ا ُه او الاذِي أ ا ْنزا ال ا اما تاشااباها ِم ْنهُ ا ْبتِغاا اء ْال ِفتْنا ِة اوا ْبتِغاا اء ت اأ ْ ِوي ِل ِه او اما يا ْعلا ُم ت اأ ْ ِويلاهُ ِإ اَل ا الرا ِس ُخونا فِي ْال ِع ْل ِم ياقُولُونا آ ا امناا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد اَّللُ او ا (7)ب ِ ار ِبناا او اما ياذا اك ُر ِإ اَل أُولُو ْاْل ا ْل ابا Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayatayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (3: 7)
Dalam ayat ini, disinggung soal ayat-ayat muhkam dan mutasyabih. Ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang makna dan maksudnya jelas seperti ayat "Qul Huwwallahu Ahad" artinya Tuhan Maha Esa. Ayat ini adalah dasar al-Quran yang menjadi rujukan dan penjelas ayat-ayat lainnya.
Adapun ayat-ayat mustasyabih adalah ayat-ayat yang artinya rumit dan banyak sekali terdapat kemungkinan dalam ayat jenis ini seperti, "Yadullohu fauqa aydihim", artinya tangan Allah berada di atas tangan mereka. Jelas sekali bahwa Tuhan tidak memiliki badan sehingga punya tangan dan kata tangan dalam ayat ini merupakan kinayah dari pada kekuasaan. Secara umumnya, Allah Swt telah menjelaskan pengetahuan-pengetahuan yang tinggi dan realita -relaita yang besar di alam ini untuk kepahaman masyarakat secara umum selagi memungkinkan dalam bingkai bahasa yang mudah dan lafad-lafad alQuran . Walaupun demikian, untuk memahami sebagian realita seperti sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Tuhan bagi kebanyakan manusia adalah perkara yang sulit dan
hanya para ulama dan cendekiawan dan orang-orang yang berhati bersih yang dapat memahami batin lafad-lafad tersebut. Namun siapa saja yang berusaha menyesatkan orang lain, mereka meninggalkan ayat-ayat yang jelas dan cenderung kepada ayat-ayat semacam ini (mutasyabih). Tujuan mereka adalah memutarbalikkan kebenaran. Karena hanya dengan cara ini mereka dapat menggapai tujuannya. Mereka ingin menisbatkan pandangan dan pendapatnya kepada ayat dengan jalan tafsir bir ra'yu (menafsirkan semaunya sendiri) dan mereka mengatakan, "Apa yang kami katakan, juga didukung oleh al-Quran, atau pendapat kami adalah pendapat al-Quran, dan dengan jalan ini, mereka menisbatkan akidah sesat mereka kepada al-Quran".
Padahal Allah Swt di bagian terakhir ayat mengingatkan, hanya orang-orang yang mendalami ilmu (rasikhuna fil ilm) yaitu para Nabi dan Auliya yang mengetahui takwil (hakikat al-Quran) dan hanya merekalah yang dapat menjelaskan takwil alQuran kepada masyarakat. Firman-firman Tuhan yang bersumber dari ilmunya yang tidak terbatas memerlukan para penafsir yang telah menimba ilmu Tuhan dan mampu memahami maksud Tuhan. Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Sebagian ayat al-Quran memiliki makna dan pengertian yang sangat tinggi. Hanya para cendekiawan sejati yang mencari kebenaran dan punya jalan untuk memahami segala maksud Tuhan. Maka apa yang kita tidak mengerti, janganlah kita ingkari dan selewengkan. 2. Sebagian orang menyebarluaskan akidah-akidah yang sesat dengan nama Islam dan al-Quran. Kita harus cermat sehingga dapat mengambil air dari sumbernya yaitu penjelasan Nabi dan keluarga sucinya. 3. Fitnah bukan hanya terbatas dengan membangkitkan pertikaian, melainkan fitnah yang terbesar adalah menyelewengkan hakikat agama dan tafsir bir ra'yu ayat-ayat al-Quran.
اس ِليا ْوم اَل ارباناا اَل ت ُ ِز ْغ قُلُوباناا با ْعدا إِ ْذ اهدا ْيتاناا اوهابْ لاناا ِم ْن لاد ُ ْن اك ارحْ امةً إِنا اك أ ا ْن ا ُ ت ْال او اه ِ ) ارباناا إِنا اك اج8( اب ِ ام ُع النا ْب فِي ِه ِإ ان ا (9 ) ف ْال ِميعاادا ُ اَّللا اَل ي ُْخ ِل اري ا
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (3: 8)
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (3: 9) Pada ayat sebelum ini, telah dibicarakan bahwa para cendikiawan di hadapan ayatayat al-Quran ada dua golongan, sekelompok yang menyeleweng dan berupaya menyelewengkan makna-makna al-Quran sehingga menisbatkan masalah-masalah yang merupakan pendapatnya kepada kitab Samawi.
Sementara sekelompok lain yang memiliki ilmu sejati dan mendapatkan kedalaman makrifat sampai kepada hakikat ayat dan menjelaskannya sekiranya diperlukan. Kelompok ini pasrah seratus persen kepada Allah dan perintahperintahnya tanpa mewujudkan penyelewengan dari ayat-ayat. Perlu diingat bahwa manusia senantiasa berada dalam bahaya penyelewengan. Oleh karenanya, dalam ayat ini orang-orang yang (rasikh) mendalam ilmunya menghendaki dari Allah agar memelihara jiwa-jiwa mereka dari segala bentuk kecenderungan kepada penyelewengan, walaupun mereka berilmu dan beriman. Mereka tidak terjerat kepada apa yang kelompok pertama terlilit olehnya. Mereka senantiasa melihat kiamat di depan matanya dan tidak menisbatkan sesuatu kepada Allah tanpa dalil atau argumentasi, Karena mereka tahu apa
yang dikatakan, harus mereka jawab di kelak. Sebuah pengadilan yang tak bisa dipungkiri. mengingkari janji, tidak lupa apa lagi menyesal.
pengadilan Tuhan Allah tidak pernah
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Janganlah kita sombong dengan ilmu dan iman. Betapa banyak cendikiawan yang berkhianat dimana semestinya mengabdi dan betapa banyak orang-orang Mukmin yang akhirnya mati dalam keadaan kafir dan tak beragama. 2. Petanda ilmu yang sejati adalah perhatian kepada Allah menyatakan kelemahan di sisi Tuhan dan meminta bantuan darinya.
ع ْن ُه ْم أ ا ْم اوالُ ُه ْم او اَل أ ا ْو اَلد ُ ُه ْم ِمنا ا اَّللِ ا ع ْونا ِ ْ) اكداأ11( ار ب آ ا ِل فِ ْر ا ي ا ِ ش ْيئًا اوأُولائِ اك ُه ْم اوقُود ُ النا ِإ ان الاذِينا اكفا ُروا لا ْن ت ُ ْغنِ ا اَّللُ ِبذُنُو ِب ِه ْم او ا اوالاذِينا ِم ْن قا ْب ِل ِه ْم اكذابُوا ِبآاياا ِتناا فاأ ا اخذا ُه ُم ا اَّللُ ا ست ُ ْغلابُونا اوتُحْ ش ُارونا ِ شدِيد ُ ْال ِعقاا ) قُ ْل ِللاذِينا اكفا ُروا ا11( ب (11) ُس ْال ِم اهاد إِلاى اج اهنا ام اوبِئْ ا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka. (3: 10) (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya. (3: 11)
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburukburuknya". (3:12)
Allah Swt dalam ayat yang ditujukan kepada Rasul dan Muslimin ini berfirman bahwa kekayaan dan kekuatan serta kabilah kuffar janganlah membuat kalian keheranan. Semua itu hanya di dunia dan pada hari kiamat tak satupun dari perkara itu yang dimiliki kaum kuffar, karena badan orang-orang kafir nanti menjadi kayu bakar jahanam dan tidak ada yang dapat menjauhkan mereka dari api neraka.
Kemudian Allah Swt memperingatkan Muslimin janganlah kalian pikir, hanya dalam zaman kalian, terdapat orang-orang kafir dengan Tuhan dan kitab-Nya dan memerangi kalian, melainkan sepanjang sejarah berbagai orang memerangi kebenaran, namun mereka tidak mampu menghapuskan kebenaran, melainkan mereka sendiri yang musnah. Bahkan Fir'aun yang merupakan simbol kekuatan tidak dapat bertahan menghadapi kemurkaan Allah walaupun sedetik.
Ayat terakhir sejenis ramalan al-Quran yang Allah beritakan kepada Nabi-Nya bahwa dengan segera orang-orang musyrik dan kuffar Mekkah dan Madinah telah ditumpas oleh kalian dan sampai kepada hukuman kekafiran mereka
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Janganlah kita menambat hati kepada anak dan harta serta keluarga, karena orangorang kafirlah yang memandang kekayaan dalam harta dan anak.
2. Pemikiran-pemikiran berbau kufur dan amalan batil menghancurkan esensi manusia sehingga pada titik, dimana manusia berada sejajar dengan tumbuhtumbuhan dan menjadi bahan bakar api. 3. Melakukan perbuatan dosa adalah buruk, namun lebih buruk dari itu, manakala dosa telah menjadi kebiasaan manusia. Akibat yang dirasakan akan sangat buruk. 4. Kufur akan mengalami kekalahan dan akhirnya keimanan yang menang.
ْ ي ْالعا ْي ِن او ا ص ِر ِه ْ اَّللُ ي اُؤيِد ُ بِنا ِ سبِي ِل ا قا ْد اكانا لا ُك ْم آاياةٌ فِي فِئاتاي ِْن ْالتاقات اا فِئ اةٌ تُقااتِ ُل ِفي ا اَّلل اوأ ُ ْخ ارى اكافِ ارة ٌ يا ار ْونا ُه ْم ِمثْلا ْي ِه ْم ارأ ا (13) ار ام ْن ياشاا ُء ِإ ان ِفي ذا ِل اك لا ِعب اْرة ً ِْلُو ِلي ْاْل ا ْب ا ِ ص Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. (3:13)
Rasul dan Muslimin selama 13 tahun di Mekah berada di bawah penyiksaan dan gangguan orang-orang musyrik sehingga pihak musuh berencana membunuh Rasul yang dengan perintah Allah. Mendapat tekanan yang demikian, Rasul dan Muslimin berhijrah dari Mekah menuju Madinah. Pada tahun kedua setelah hijrah, di wilayah Badar, terjadi perang, di mana jumlah Muslimin mencapai 313 orang dan jumlah orang-orang musyrik seribu orang. Namun yang terjadi musuh harus mengakui kekalahan dengan 70 orang tewas dan 70 lainnya tertawan.
Ayat ini menyinggung tentang bantuan dan pertolongan Tuhan dalam perang ini. Disebutkan, Allah Swt memperlihatkan kalian di mata mereka berjumlah banyak, sehingga mereka ketakutan dan kehilangan semangat melawan Muslimin. Permulaan dan akhir ayat ini menekankan pertolongan Tuhan di dalam perang Badar. Kemenangan tentara kebenaran terhadap kebatilan harus menjadi pelajaran untuk tidak merasa takut sedikitnya jumlah pasukan. Yang lebih penting, umat Islam hendaknya melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah Allah dan Allah pasti membantu.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Perang dalam Islam adalah untuk Allah dan mempertahankan agama bukan untuk unjuk kekuatan, ekspansi atau dominasi. 2. Salah satu dari pertolongan gaib Tuhan adalah mewujudkan ketakutan di hati musuh, sehingga mereka melihat kekuatan Muslimin berlipat-lipat.
3. Setiap peristiwa yang terjadi adalah pelajaran bagi manusia, namun hanya sedikit orang yang memetik pelajaran darinya.
ير ْال ُمقا ْن ا اس حُبُّ ال ا س او ام ِة اوا ْْل ا ْنعا ِام ب او ْال ِف ا ِ ش اه اوا ِ س ِ اء او ْالبانِينا او ْالقان ِ ُزيِنا ِللنا ِ ط ارةِ ِمنا الذا اه ض ِة او ْال اخ ْي ِل ْال ُم ا ت ِمنا النِ ا ِ ااط ع ْال احياا ِة الدُّ ْنياا او ا (11) (ب ُ ث ذا ِل اك امت اا ِ او ْال اح ْر ِ اَّللُ ِع ْنداهُ ُحس ُْن ْال امآ ا Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (3: 14)
Allah Swt menciptakan manusia di dunia dan memberikan apa yang diperlukan untuk melanjutkan kehidupan dan kesenangan yang dibenarkan oleh syariat. Untuk melanggengkan keturunan, kita memerlukan isteri dan anak. Untuk memenuhi kesenangan hidup, kita memerlukan uang dan kekayaan. Allah Swt menganugerahkan semua kebutuhan kita. Demikian pula untuk makanan dan pakaian, kita memerlukan berbagai jenis binatang dan tumbuhan. Namun harus diperhatikan bahwa semua urusan ini adalah sementara dan fana. Jika kita mengimani Tuhan dan Hari Kiamat, maka kita tidak boleh membesar-besarkan urusan duniawi di depan mata kita, sehingga menyebabkan kesombongan. Karena di Hari Kiamat, tidak satupun dari semua tadi yang punya nilai.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Hasrat dan kecintaan alamiah kepada material dan kebendaan ada dalam diri manusia, yang berbahaya adalah tertipu dengan daya tarik dan hiasan dunia. 2. Memanfaatkan dunia dan anugerah-anugerahnya tidaklah buruk, yang buruk adalah ketergantungan dan keterikatan dengan dunia. 3. Untuk mengkontrol kemauan-kemauan dan syahwat, maka kita harus membandingkan barang-barang dunia yang fana dengan nikmat abadi akhirat.
ار خاا ِلدِينا فِي اها اوأ ا ْز اوا ٌج ُم ا ٌ ط اه ارة ُ قُ ْل أ ا ُؤنابِئ ُ ُك ْم بِ اخيْر ِم ْن ذا ِل ُك ْم ِللاذِينا اتاقا ْوا ِع ْندا اربِ ِه ْم اجنااتٌ تاجْ ِري ِم ْن تاحْ ِت اها ْاْل ا ْن اه ٌ او ِرض اْو اَّللِ او ا ان ِمنا ا (15)ير بِ ْال ِعباا ِد ٌ ص ِ اَّللُ با
Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (3: 15)
Menyusul ayat sebelumnya, yang menjelaskan sebagian perkara dunia yang diminati oleh manusia, ayat ini menyinggung tentang sebagian nikmat surga yang abadi pada Hari Kiamat. Dengan demikian, manusia dapat membandingkan keduanya dan memilih jalan yang benar serta tidak termakan oleh keindahan dunia. Jika di dunia, taman dan pemandangan indah alam menarik perhatian manusia, maka di surga terdapat taman-taman penuh dengan pohon dan hutan. Dari bagian bawah pohon-pohonnya mengalir sungai, sementara dahannya terdapat berbagai jenis buah-buahan.
Disamping itu, dalam ayat ini Allah Swt memberikan kabar gembira akan isteri yang cantik menawan. Berita gembira tadi menunjukkan sebagian dari nikmat material akhirat yang kecil. Ganjaran penghuni Surga yang paling besar adalah keridhaan Tuhan kepada hamba-hamba mukmin-Nya dan tidak ada suatu apapun yang menandingi nikmat ini.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jalan untuk memiliki nikmat surga yang langgeng adalah takwa dan menjauhi kekotoran. Karena surga adalah tempat orang-orang yang bersih. 2. Kenikmatan surga tidak terbatas dengan kelezatan materi. Mendapat keridhaan Tuhan adalah kelezatan spiritual yang tertinggi bagi para penghuni surga. 3. Kesucian adalah nilai yang tertinggi bagi wanita. Allah Swt mensifati isteri-isteri di surga dengan kata suci. صا ِدقِينا او ْالقاا ِنتِينا او ْال ُم ْن ِفقِينا صا ِب ِرينا اوال ا ) ال ا11( ار عذ ا ا الاذِينا ياقُولُونا ارباناا ِإناناا آ ا امناا فاا ْغ ِف ْر لاناا ذُنُوباناا اوقِناا ا ِ اب النا (11)ار ِ او ْال ُم ْست ا ْغ ِف ِرينا ِب ْاْل ا ْس اح
(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka," (3: 16)
(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur. (3: 17)
Ayat sebelumya mengenalkan orang-orang bertakwa sebagai ahli surga. Dua ayat ini menjelaskan kekhususan-kekhususan pemikiran, akhlak dan prilaku orang-orang yang bertakwa, sehingga terjelas siapakah yang berhak dan layak masuk surga.
Ayat pertama menjelas taubah orang-orang bertakwa yang senantiasa meminta ampun dari Allah. Pada dasarnya, jalan untuk sampai kepada takwa adalah iman dan percaya keberadaan Allah. Selagi manusia tidak menyakini bahwa semua perbuatannya diawasi, maka mereka tidak akan mengontrol diri.
Akan tetapi arti takwa bukanlah tersucian dari dosa, melainkan dengan artian menahan diri. Orang-orang yang bertakwa mungkin saja terjatuh ke dalam perbuatan dosa, namun beda mereka dengan pendosa lain dalam 2 hal. Pertama, dosa bukan bagian dari kebiasaan mereka, akan tetapi mereka berbuat dosa karena khilaf dan lupa. Kedua, jika mereka berdosa, langsung mereka terpikir untuk taubat sehingga dirinya bisa terlepas dari dampak dosa di dunia dan akhirat.
Ayat berikutnya menjelaskan 5 sifat penting dari dampak positif takwa bagi orangorang yang bertakwa. Kesabaran dan ketabahan di jalan kebenaran dan bertahan
dalam melawan bujukan-bujukan batil dan setan merupakan sifat yang paling mendasar. Kejujuran dalam akidah, perkataan dan tindakan merupakan sifat-sifat lain orang-orang yang bertakwa dan sifat-sifat ini memelihara manusia dari segala bentuk kemunafikan, riya', kebohongan dan penipuan.
Demikian pula ketaatan mereka dari perintah Allah disertai dengan tunduk dan kerendahan diri serta menerima hukum Allah dengan sepenuh jiwa. Di samping taat kepada Allah, mereka juga memikirkan makhluk dan menginfakkan sebagian harta mereka untuk orang-orang yang memerlukan. Namun dengan melakukan perbuatan baik ini, bukan berarti mereka jadi sombong. Sebaliknya, mereka bahkan selalu merasa masih banyak kekurangan dalam mengabdi dan membantu manusia-manusia yang lemah. Selain itu, mereka senantiasa beristigfar dan meminta ampunan atas segala kesalahan dan kekurangan. Dari ayat tadi terdapat satu poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Takwa bukan berarti mengucilkan diri, melainkan disamping menghindari dosa, kita harus menghidupkan sifat-sifat baik (hasanah) pada diri kita dan berusaha memberikan pengabdian kepada umat manusia.
ُ ْط اَل ِإلاها ِإ اَل ُه او ْالعا ِز ش ِهدا ا (18) يز ْال اح ِكي ُم ا ِ اَّللُ أاناهُ اَل ِإلاها ِإ اَل ُه او او ْال ام اَلئِ اكةُ اوأُولُو ْال ِع ْل ِم قاائِ ًما بِ ْال ِقس Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (3: 18) Ayat ini ditujukan kepada Nabi dan muslimin yang menyebutkan bahwa kekufuran orang-orang kafir dan syiriknya orang-orang musyrik tidak sepatutnya membuat bingung muslimin. Karena para cendikiawan yang sejati memiliki akal dan logika menyaksikan Keesaan Tuhan. Di samping itu, tatanan alam yang berpijak di atas keadilan dan jauh dari segala bentuk berlebihan dalam penciptaan sendiri merupakan saksi yang paling kokoh atas Keesaan Tuhan.
Allah Swt menciptakan serangkaian mahkluk ini, dari langit, bumi, gunung dan lautan serta tumbuhan dan binatang yang dikelola di bawah sistem yang satu. Semuanya menyaksikan Keesaan-Nya dan para malaikat yang merupakan petugasNya dalam mengatur alam, juga menyaksikan Keesaan Tuhan. Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Argumen yang terbaik atas Keesaan sang pencipta, adalah keteraturan alam semesta dan korelasi yang selaras antara berbagai makhluk. 2. Ilmu akan bernilai ketika manyampaikan manusia kepada Tuhan. Demikian pula iman akan bernilai jika berpijak pada ilmu dan makrifah. ْ اْلس اَْل ُم او اما إِ ان الدِينا ِع ْندا ا ت ِ ااب إِ اَل ِم ْن با ْع ِد اما اجا اء ُه ُم ْال ِع ْل ُم با ْغيًا با ْينا ُه ْم او ام ْن يا ْكفُ ْر بِآاياا ف الاذِينا أُوتُوا ْال ِكت ا اختالا ا ِ ْ ِاَّلل اَّللِ فاإ ِ ان ا ا ااب او ْاْل ُ ِم ِيينا ) فاإ ِ ْن احا ُّج ا19( ب ِ سا ي ِ اَّللِ او ام ِن اتاباعا ِن اوقُ ْل ِللاذِينا أُوتُوا ْال ِكت ا س ِري ُع ْال ِح ا اَّللا ا وك فاقُ ْل أ ا ْسلا ْمتُ اوجْ ِه ا ُ علاي اْك ْال اب اَل غ او ا ير ِب ْال ِع ابا ِد ٌ ص ِ اَّللُ با ( أاأ ا ْسلا ْمت ُ ْم فاإ ِ ْن أ ا ْسلا ُموا فاقا ِد ا ْهتادا ْوا او ِإ ْن ت ااولا ْوا فاإِنا اما ا11) Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (3:19)
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (3: 20)
Di zaman Nabi Musa atau Nabi Isa as atau para nabi lainnya, kewajiban masyarakat adalah mengimani mereka dan kita-kitab yang diturunkan kepadanya. Namun dengan diturunkannya al-Quran, Ahlul Kitab dan lain-lainnya haruslah mengimani
Nabi itu dan mengikuti serta menjalankan agama yang dibawanya. Akan tetapi, kefanatikan agama atau etnis telah menyebabkan sebagian besar dari mereka tidak bersedia menerima Islam. Padahal mereka mengetahui kebenaran agama suci ini. Ayat ini menegaskan kepada Ahlul Kitab, jika kalian pasrah kepada Tuhan, maka kalian harus memeluk Islam. Karena Tuhan yang mengutus Musa dan Isa, kini telah mengutus nabi bernama Muhammad dan telah memerintahkan kalian untuk mengikutinya. Jika kalian mengingkarinya, maka tunggulah hukuman Tuhan di dunia dan akhirat, dimana Tuhan lebih cepat dari yang diperkirakan oleh hambahamba-Nya dalam menghitung amalan mereka.
Kepada Rasulullah dikatakan bahwa dalam rangka mengislamkan orang kafir dan musyrik, beliau tidak boleh memaksakan diri. Jangan pula beliau berdebat dan berparang dengan mereka. Karena tugas atau misi Nabi hanya menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat mengenali kebenaran itu. Oleh karenanya, siapa saja yang mau menerima, ia akan diberikan petunjuk (hidayah). Namun bagi orang yang mengetahui kebenaran, tapi ia tidak mau menerimanya dengan alasan apapun, maka tidak ada gunanya berdialog dan berdebat dengannya. Pasrahkan urusannya kepada Tuhan yang mengawasi secara sempurna hamba-hamba-Nya. Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Kebanyakan pertikaian dan perselisihan adalah dengki dan fanatisme, bukannya ketidaktahuan tentang kebenaran dan hakikat. 2. Satu-satunya agama yang diterima oleh Tuhan yang Maha Esa adalah agama Islam. Kini, jika para pengikut agama samawi lainnya tunduk kepada Tuhan, maka mereka harus berpindah ke agama Islam. 3. Tugas kita terhadap orang-orang non-muslim khususnya mereka yang keras kepala, tidak lebih dari menyampaikan dan berargumentasi, bukannya perdebatan dan perang. 4. Masyarakat bebas memilih agama, dan mereka tidak boleh dipaksa menerima idealogi agama tertentu. Siapa yang memilih suatu jalan, maka ia sendiri nanti yang akan menanggung resiko baik buruknya.
ت ا اس فاباش ِْر ُه ْم بِعاذااب ِ إِ ان الاذِينا يا ْكفُ ُرونا بِآاياا ِ اَّللِ اويا ْقتُلُونا النابِيِينا بِغاي ِْر احق اويا ْقتُلُونا الاذِينا ياأ ْ ُم ُرونا بِ ْال ِقس ِ ْط ِمنا النا ) أُولائِ اك الاذِينا اح ِب ا11( أ ا ِليم ْ ط (22) ااص ِرينا ِ ت أ ا ْع امالُ ُه ْم فِي الدُّ ْنياا او ْاْلا ِخ ارةِ او اما لا ُه ْم ِم ْن ن
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih. (3: 21)
Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong. (3: 22)
Melanjuti ayat-ayat sebelumnya yang menyinggung soal penyebab syirik dan kekufuran yaitu kedengkian dan keras kepala, ayat ini menjelaskan kesan buruk kufur dan syirik.
Pada dasarnya, perbuatan manusia mengikuti ideologi dan pemikirannya. Orang yang secara akidah tidak bersedia menerima kebenaran, maka bukan hanya dia sendiri tidak menyesuaikan dirinya dengan kebenaran. Karena ia akan memerangi orang-orang yang hendak menegakkan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Lebih dari itu, ia bahkan sanggup menumpahkan darah masyarakat yang tak berdosa dan senang dengan perbuatannya.
Di sini, jelas sekali bahwa permusuhan terhadap kebenaran dalam bentuk pemikiran dan tindakan akan membuat setiap orang kafir yang melakukan kebaikan tidak bernilai. Mirip seperti seorang pembantu yang mengabdi kepada tuannya di
sepanjang usia, namun pada akhirnya ia membunuh anak tuannya itu tanpa alasan apapun. Sudah pastti keburukan perbuatan yang dilakukan pelayan tadi menutupi semua kebaikan yang diberikannya kepada tuannya. Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Kekufuran dan menutupi kebenaran adakalanya menyeret manusia kepada membunuh nabi. Kita harus senantiasa waspada, jangan sampai kita terlumuri oleh keyakinan keyakinan yang menyeleweng. Karena perbuatan yang berbahaya berakar dari pemikiran yang batil. 2. Mengajak kepada kebenaran dan bangkit untuk menegakkan keadilan merupakan perkara yang begitu penting, meskipun harus dibayar dengan terbunuh atau syahid. Sebagaimana halnya Imam Husein as telah mengorbankan nyawanya dan anak-anaknya di jalan ini. 3. Sebagian dosa bagaikan petir membakar kebun penuh pohon kebaikan manusia dalam satu detik dan tidak tertinggal kecuali jeritan penyesalan.
ٌ اَّللِ ِلياحْ ُك ام با ْينا ُه ْم ث ُ ام يات ااولاى فا ِر ب ا يق ِم ْن ُه ْم او ُه ْم ُم ْع ِرضُونا ِ ع ْونا إِلاى ِكت اا ِ اصيبًا ِمنا ْال ِكت اا ب يُ ْد ا ِ أالا ْم ت اار إِلاى الاذِينا أُوتُوا ن (24) ار ِإ اَل أاياا ًما ام ْعد ُوداات اوغ اار ُه ْم فِي دِينِ ِه ْم اما اكانُوا يا ْفت ُارونا ) ذا ِل اك ِبأانا ُه ْم قاالُوا لا ْن ت ا ام ا13( ُ سناا النا
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). (3: 23) Hal itu adalah karena mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung". Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan. (3: 24) Sebelumnya, telah dibicarakan tentang Yahudi dan Nasrani (lapisan cerdik pandai mereka). Sekalipun mereka telah mengetahui kebenaran Islam, namun tetap saja tidak bersedia menerima Islam dan mengingkarinya atas dasar kedengkian, dan permusuhan.
Ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw, "Jika kaum Yahudi tidak beriman dengan agamamu, maka janganlah bersedih. Karena mereka juga tidak komit sekalipun terhadap agama mereka sendiri. Sewaktu salah seorang dari mereka melakukan zina, untuk lari dari hukuman taurat yaitu dirajam, mereka datang ke Muhammad dengan harapan hukum Islam berbeda dengan itu. Namun ketika engkau mengeluarkan hukum al-Quran yang sama dengan hukum Yahudi, maka mereka memungkiri hukuman taurat dan menyembunyikan perintah Tuhan ini. Al-Quran menyebutkan akar kesombongan agama yang melanda bani Israel. Mereka berpikir sangat dicintai oleh Tuhan dari pada kaum yang lain. Oleh karenanya mereka yakin pada hari kiamat nanti, tidak akan masuk neraka atau kalau masuk pun, hanya beberapa hari saja.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Pengakuan bukannya pertanda iman. Saat pelaksanaan hukum-hukum Tuhan, misalnya Qishas, maka iman seseorang akan menjadi jelas. 2. Setiap jenis kesombongan dan melihat baik sendiri adalah perbuatan yang terlarang, sekalipun sumbernya adalah agama. 3. Semua manusia , baik di dunia maupun akhirat, adalah setara di sisi Allah dan tak seorangpun yang lebih mulia dari lainnya.
ْ ت او ُه ْم اَل ي ْ سب ا ْ ْب فِي ِه او ُوفِيا (25) ُظلا ُمونا ْف إِذاا اج ام ْعناا ُه ْم ِليا ْوم اَل اري ا ت ُك ُّل نا ْفس اما اك ا فا اكي ا Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan). (3: 25)
Melanjuti dua ayat sebelumnya yang menjelaskan pelbagai dugaaan tidak benar kaum Yahudi, ayat ini mengingatkan bahwa kenyataan tidaklah sama dengan apa yang mereka duga. Karena di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara Yahudi dan non
Yahudi. Masing-masing tergantung amal perbuatannya, dari agama manapun. Allah Swt mengeluarkan hukum bersdasarkan keadilan antara masyarakat dan dalam hukuman dan ganjaran, tidak menerapkan diskriminasi.
Dari ayat tadi terdapat satu poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Bahwa pahala atau ganjaran adalah berdasarkan iman dan perbuatan, bukannya kepada keterikatan agama, etnis dan keturunan.
ِك ا ْل اخي ُْر ِإنا اك ُ قُ ِل اللا ُه ام اما ِل اك ْال ُم ْل ِك تُؤْ تِي ْال ُم ْل اك ام ْن تاشاا ُء اوت ا ْن ِز ع ْال ُم ْل اك ِم ام ْن تاشاا ُء اوت ُ ِع ُّز ام ْن تاشاا ُء اوت ُ ِذ ُّل ام ْن تاشاا ُء ِبياد ا ت علاى ُك ِل ا ِ ي ِمنا ْال ام ِي ت اوت ُ ْخ ِر ُج ْال ام ِي ا ٌ ش ْيء قاد ا ار اوتُو ِل ُج النا اه ا ِ ) تُو ِل ُج اللا ْي ال ِفي النا اه11( ِير ار ِفي اللا ْي ِل اوت ُ ْخ ِر ُج ْال اح ا ْ ْ ُ ُ (27)ساب ِمنا ال احي ِ اوت ْارزق امن تاشاا ُء بِغاي ِْر ِح ا
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3: 26)
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". (3: 27)
Melanjuti ayat sebelumnya yang menjelaskan kesombongan dan fanatisme sebagian Ahlul Kitab terhadap Islam, ayat ini ditujukan kepada Nabi dan muslimin berkata, "Semuanya ada di tangan Tuhan dan kemuliaaan dan kekuatan yang sejati ada padaNya. Seperti halnya Tuhan telah memenangkan muslimin dengan Fathu Makkah
tanpa pertumpahan darah, hati masyarakat seperti Iran, Romawi condong ke agama islam dan agama suci ini akan berkuasa di dunia.
Berkaitan dengan ayat ini, dalam sejarah disebutkan bahwa di saat menggali khandaq atau parit di sekeliling Madinah dalam perang Ahzab, pacul Nabi mengenai batu besar dan dari batu itu memancar sinar. Rasul bersabda, "Aku melihat cahaya kemenangan Islam terhadap orang-orang kafir dan jatuhnya istana madain dan Romawi ke tangan islam. Dengan berita gembira ini, kaum muslimin meneriakkan takbir kemenangan. Namun orang-orang munafik tidak percaya dan mengatakan, "Betapa kalian punya angan angan yang kosong. Padahal kalian takut terhadap musuh. Itulah mengapa kalian menggali parit, tapi tetap saja berangan-angan menguasai Iran dan Romawi?
Pada saat itu, ayat-ayat yang jadi topik pembahasan kita diturunkan dan Allah Swt kepada Nabi-Nya berfirman, "Sebagai jawaban untuk mereka mereka yang berpikiran pendek, katakanlah, "Pengatur dan pemilik alam semesta adalah Allah. Dia bukan hanya pencipta langit dan bumi, tapi seluruh perputarannya secara teratur di dalam porosnya yang mewujudkan malam dan siang juga berada di tangan-Nya.
Kehidupan, kematian dan makanan serta rezeki kalian dan semua yang bernyawa ada di tangan-Nya. Mengapa kalian (munafiqin) heran sekiranya Tuhan memberikan kekuasaaan kepada muslimin? Dan kenapa kalian untuk memperoleh kemuliaaan dan kekuatan, berlindung kepada selain Allah? Jika kalian ingin kekuasaan dan kekuatan, maka carilah di bawah naungan agama. Laksanakanlah perintah-perintah agama, maka Allah Swt akan memberikan kekuatan dan kemuliaan kepada kalian, sehingga tidak ada kekuatan zalim manapun yang mampu menguasai kalian.
Jika dewasa ini, orang-orang kafir memonopoli dan mendominasi dunia, sedangkan muslimin dalam posisi yang lemah, akarnya berada pada dua hal. Satu, perpecahan dan pengkotakan muslimin yang menurut sunnah Tuhan merupakan penyebab
kehinaan dan dominasi orang orang zalim. Kedua, upaya orang orang kafir di jalan pencarian ilmu pengetahuan dan penerapan disiplin dan peraturan yang menurut sunnah Tuhan merupakan penyebab kemuliaaan dan kelanggengan kekuasaan.
Oleh karena itu, Tuhan tidak akan memuliakan dan merendahkan seseorang tanpa alasan. Pondasi-pondasi bangunan kemuliaan ada di tangan kita dan kitalah yang menentukan nasib kita dan masyarakat dengan perilaku dan perbuatan kita sendiri. Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Tatanan alam semesta ada di tangan Allah, baik dalam penciptaan makhluk, maupun dalam pengaturan urusan. Maka muslimin harus berkerja sesuai dengan seirama dengan peraturan dan segala sunnah-Nya sehingga sampai kepada kebahagiaan. 2. Pemerintahan dan kekuasaan yang sejati adalah milik Tuhan. Kekuasaan lainnya adalah sementara. Hari ini ada dan esok hari sirna. 3. Perputaran alam adalah berpijak pada dua fenomena, kematian dan kehidupan. Dengan kekuasaan Tuhan, dari dalam biji yang tak bernyawa, tumbuh pohon tumbuhan dan dari bahan makanan yang tak bernyawa, maka terwujudlah sel -sel yang hidup.
ً ش ْيء ِإ اَل أ ا ْن تاتاقُوا ِم ْن ُه ْم تُقااة اَّلل فِي ا ِ ْس ِمنا ا ُون ْال ُمؤْ ِمنِينا او ام ْن يا ْفعا ْل ذا ِل اك فالاي ا ِ اَل يات ا ِخ ِذ ْال ُمؤْ ِمنُونا ْال اكافِ ِرينا أ ا ْو ِلياا اء ِم ْن د ُور ُك ْم أ ا ْو ت ُ ْبد ُوهُ يا ْعلا ْمهُ ا سهُ او ِإلاى ا اويُ احذ ُِر ُك ُم ا ت ِ س ام ااوا اَّللُ اويا ْعلا ُم اما فِي ال ا ُ ) قُ ْل إِ ْن ت ُ ْخفُوا اما ِفي18( ير ُ ص ِ اَّللِ ْال ام اَّللُ نا ْف ا ِ صد ض او ا (29)ِير علاى ُك ِل ا ٌ ش ْيء قاد ِ او اما فِي ْاْل ا ْر اَّللُ ا
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu). (3: 28)
Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3: 29)
Ayat ini menjelaskan cara komunikasi dan hubungan Muslimin antara satu dengan lainnya dan juga antara mereka dengan kaum kafir. Hubungan seorang Mukmin dengan lain-lainnya haruslah berdasarkan iman. Karena ikatan ideologi lebih penting dari ikatan keluarga dan kaum, bahkan tanah leluhur. Oleh karenanya, semua Mukminin dari manapun asalnya haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk menguatkan hubungan antara satu dengan lainnya. Mereka harus mewujudkan persatuan dan solidaritas antara mereka agar orang-orang kafir tidak punya jalan untuk menguasai Muslimin.
Tapi bila kekafiran dan syirik mendominasi dan situasinya tidak memungkinkan untuk menunjukkan esensi kemusliman, maka seorang mukmin boleh melakukan taqiyyah. Artinya, bersikap untuk sementara waktu sebagai non muslim demi memelihara keselamatan dirinya dan juga komunitasnya, dengan syarat tetap meyakini akidahnya di dalam batin. Metode ini pada dasarnya demi menjaga agama. Oleh karenanya, dalam kasus-kasus di mana tiang agama dalam keadaan bahaya, maka semuanya harus dikorbankan demi keselamatannya dan tidak boleh takut kepada siapapun.
Hal ini persis keadaannya seperti Imam Husein as yang bangkit melawan Yazid, penguasa Bani Umayyah. Meskipun Imam Husein tahu bahwa dirinya dan juga para sahabatnya akan gugur dan keluarganya tertawan, namun karena agama sudah terancam musnah, maka beliau tetap melanjutkan perjuangan. Lanjutan ayat ini menyinggung bahwa jangan sampai karena alasan taqiyyah, kalian tersedot ke barisan musuh dan menerima kepemimpinan mereka. Karena Tuhan mengetahui
rahasia-rahasia batin anda dan Ia tahu dengan motivasi apa kalian menjalin hubungan dengan orang-orang kafir. Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Menerima segala sesuatu yang menyebabkan dominasi dan kekuasaan orangorang kafir terhadap Mukminin, adalah haram hukumnya. Mukminin harus menguatkan posisinya, sehingga tidak tersisa jalan bagi musuh untuk mempengaruhi mereka. 2. Untuk selamat dari kejahatan orang-orang kafir, menyembunyikan akidah atau berkompromi dengan mereka adalah dibolehkan. Tapi dengan syarat taqiyyah itu tidak menyebabkan musnahnya dasar atau prinsip agama.
ْ ع ِملا ْ ع ِملا ُسوء ت ااودُّ لا ْو أ ا ان با ْينا اها اوبا ْيناهُ أ ا امدًا با ِعيدًا اويُ احذ ُِر ُك ُم ا اَّلل ُ ت ِم ْن ت ِم ْن اخيْر ُمحْ ا ض ًرا او اما ا يا ْو ام ت ِاجد ُ ُك ُّل نا ْفس اما ا سهُ او ا (30)وف ِب ْال ِعباا ِد ٌ اَّللُ ار ُء نا ْف ا Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (3: 30) Ayat ini merupakan ancaman kepada seluruh orang Mukmin bahwa perbuatan kalian baik buruk maupun baik, tidak akan sirna di alam ini, melainkan tercatat dan tersimpan di sisi Tuhan dan para Malaikat. Pada hari kiamat seluruh amal perbuatan itu akan tergambar di depan mata kalian. Oleh karenanya, takutlah dari kemurkaan Tuhan dan jauhilah perbuatan buruk yang suatu waktu menjelma di sisi kalian. Bila itu terjadi kalian sendiri akan muak bau busuknya dan kalian berharap seandainya ada jarak yang jauh memisahkan kalian dan perbuatan kalian.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Banyak sekali amal perbuatan yang diminati oleh manusia di dunia, di hari kiamat nanti akan dibenci oleh kita. Untuk itu, sebaiknya kita juga memikirkan masa depan.
2. Tujuan atau alasan di balik ancaman-ancaman Tuhan adalah cinta kasih dan rahmat-Nya. Karena Tuhan menyayangi kita, maka Dia memperingatkan bahaya yang mengancam diri kita.
) قُ ْل أ ا ِطيعُوا ا31( ور ار ِحي ٌم اَّللُ اويا ْغ ِف ْر لا ُك ْم ذُنُوبا ُك ْم او ا اَّللا فاات ا ِبعُونِي يُحْ ِب ْب ُك ُم ا قُ ْل ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ت ُ ِحبُّونا ا اَّللُ ا سو ال ُ الر اَّللا او ا ٌ ُغف فاإ ِ ْن ت ااولا ْوا فاإ ِ ان ا (32) اَّللا اَل ي ُِحبُّ ْال اكافِ ِرينا
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (3: 31)
Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (3: 32)
Salah satu dari penyakit agama adalah omong besar. Sebagian orang yang ahli ibadah dan bukan ahli amal, hanya mementingkan hati. Dengan berbagai alasan mereka menghindar dari perintah agama. Untuk menjustifikasi kelemahannya, mereka menyebut manusia harus mencintai Allah hati, bukan dengan perbuatan. Karena perbuatan dan amalan lahiriah hanya akan menyebabkan riya.
Orang-orang yang merasa dirinya tercerahkan dan mengaku dirinya paling beragama, tidak menyadari bahwa mereka sedang menipu dirinya sendiri. Karena mengaku cinta kepada Tuhan tanpa taat kepada-Nya dan Rasul-Nya, tidak lebih dari omong kosong dan tak seorangpun yang dapat menerima pengakuan ini. Selain itu, kasih sayang dan rahmat Allah kepada kita tergantung pada ketaatan kita kepada-Nya. Orang akan dicintai oleh Allah, bilamana ia mentaati peraturan-
peraturan-Nya. Allah akan mengampuni dosa-dosa-Nya yang terdahulu dan memasukkannya ke samudera rahmat-Nya.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Manusia dapat sampai ke suatu derajat tinggi, bilamana keridhaanNya adalah keridhaan Tuhan dan mengikutinya sama dengan mengikuti Tuhan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat ini, mentaati Rasul identik dengan mentaati Tuhan. 2. Menyatakan kecintaan hati tidak akan ada artinya bila tidak disertai ibadah dan ketaatan secara praktis. Setiap pengakuan harus dibuktikan dengan perbuatan. Sunnah rasul sama dengan firman Tuhan adalah hujjah bagi kita dan membangkang dari perintahNya sama dengan kekafiran.
ص ا ض اها ِم ْن با ْعض او ا ِإ ان ا ع ِلي ٌم ُ ) ذ ُ ِرياةً با ْع33( علاى ْال اعالا ِمينا ْ اَّللا ا س ِمي ٌع ا يم اوآ ا ال ِع ْم ارانا ا اَّللُ ا طفاى آادا ام اونُو ًحا اوآ ا ال ِإب اْرا ِه ا (34)
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (3: 33)
(sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (3: 34) Allah Swt punya banyak jalan untuk menyampaikan agamanya demi memberi petunjuk kepada umat manusia. Pemilihan dan pengutusan seorang nabi dapat dilihat dari dua aspek baik natural dan kreasi. Hal itu dilakukan agar masalah sampainya risalah kepada manusia berlangsung dengan baik. Tahap pertama Allah mengunggulkan penciptaaan sebagian manusia dari lainnya agar manusia sadar bahwa iman yang dimilikinya itu sendiri sebuah keistimewaan di banding orang lain yang tidak memilikinya.
Patut dicamkan bahwa keistimewaan ini tidak berarti pemaksaan agar manusia memilih jalan kebenaran. Karena siapa saja yang memilih jalan ini dengan keinginannya sendiri. Terlebih lagi berusaha di jalan ini untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat merupakan tugas dan beban yang lebih barat. Ayat ini menyinggung kesitimewaaan para Nabi, yaitu kelahiran dalam keluarga yang suci dan mengesakan Allah dan berkata, "Bukan hanya Nabi Ibrahim, melainkan mencakupi anak keturunannya, yaitu Nabi Musa dan Isa dan Muhamad adalah para pilihan Allah di bumi yang memikul tugas memberkan petunjuk dan tabligh. Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Manusia semuanya tidak berada dalam satu peringkat. Sesuai dengan hikmah-nya, Allah menjadikan sebagian sebagai teladan bagi manusia yang lain. 2. Warisan memainkan peran yang penting dalam memindahkan keistimewaaan dan kesempurnaan kepada anak-anak. ْ ب ِإنِي ناذا ْرتُ لا اك اما فِي با ) فالا اما35( س ِمي ُع ْال اع ِلي ُم ِ ِإ ْذ قاالا ت ال ا طنِي ُم اح ار ًرا فاتاقاب ْال ِمنِي ِإنا اك أ ا ْن ا ِ ت ْام ارأاة ُ ِع ْم ارانا ار ْ ض اع ْ ضعاتْ اها قاالا ض ْعت ُ اها أ ُ ْنثاى او ا س ام ْيت ُ اها ام ْر اي ام او ِإ ِني أ ُ ِعيذُهاا ِ ت ار اَّللُ أ ا ْعلا ُم ِب اما او ا ب ِإ ِني او ا او ا ْس الذا اك ُر اك ْاْل ُ ْنثاى او ِإ ِني ا ت اولاي ا ش ْي ا بِ اك اوذ ُ ِريات ا اها ِمنا ال ا (36)الر ِج ِيم ان ا ِ ط (Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (3: 35) Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk". (3: 36)
Melanjuti isyarat sebelumnya tentang keluarga Imran dalam ayat 33, ayat ini menjelaskan latar belakang kelahiran Sayidah Maryam dan Nabi Isa. Kisah ini membuat surat ketiga dari al-Quran diberi nama Ali Imran. Sebagaimana halnya dalam kitab sejarah dan tafsir disebutkan, Imran dan Zakariya dua orang Nabi dan tokoh terkemuka Bani Israil yang mengambil dua bersaudari sebagai isteri. Namun tak satupun yang melahirkan anak. Sampai suatu ketika, istri Imran bernazar, jika Tuhan memberikan anak kepada mereka, maka ia akan menjadikannya sebagai abdi Baitul Maqdis dan membebaskannya beribadah di jalan Tuhan. Permintaan dan hajatnya itu dikabulkan. Namun ketika putranya itu lahir dan ternyata perempuan, ia kemudian menjadi khawatir. Karena belum ada ceritanya, seorang gadis menjadi abdi Baitul Maqdis. Al-Quran di sini mengingatkan, Allah Swt memberikan anak berdasarkan hikmah dan maslahat. Allah bahkan lebih bijaksana, untuk memberikan anak laki-laki atau wanita. Oleh karena itu, meskipun anak perempuan, namun lebih baik dari anak lakilaki yang diimpikan oleh ibunya dan memiliki kesempurnaan. Salah satunya beliau ternyata menjadi ibu Nabi Isa. Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Orang yang berpikiran jauh sebelum kelahiran anaknya, telah berpikir untuk membimbing anaknya itu ke jalan kehidupan yang benar dan mewakafkannya dalam pengabdian agama dan masyarakat. 2. Pengabdian kepada masjid begitu bernilai sehingga manusia-manusia suci dalam sejarah menazarkan anak mereka untuk mengabdikan dirinya pada cita-cita suci. 3. Pilihlah nama-nama yang baik untuk anak-anak kalian. Istri Imran menamakan anaknya dengan Maryam yang berarti manusia ahli ibadah dan pengabdi. 4. Untuk pendidikan anak, janganlah kita bersandar hanya kepada usaha kita sendiri, melainkan harus disertai dengan doa agar Tuhan menjaganya dari gangguan dan perangkap Setan. اب او اجدا ِع ْنداهاا ِر ْزقًا علا ْي اها زا اك ِرياا ْال ِمحْ ار ا سنًا او اكفالا اها زا اك ِرياا ُكلا اما دا اخ ال ا سن اوأ ا ْنبات ا اها نابااتًا اح ا فاتاقابالا اها اربُّ اها ِبقابُول اح ا ْ قاا ال ايا ام ْريا ُم أاناى لا ِك اهذاا قاالا اَّللِ ِإ ان ا ت ُه او ِم ْن ِع ْن ِد ا (37)ساب اَّللا اي ْر ُز ُق ام ْن ياشاا ُء ِبغاي ِْر ِح ا
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (3: 37) Dalam tafsir ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa ibu Sayidah Maryam bernazar anaknya itu akan diabdikan kepada Baitul Maqdis. Oleh karenanya, ia berharap anaknya itu laki-laki, supaya nazarnya dapat diwujudkan. Namun Allah Swt mengilhamkan kepadanya bahwa anaknya itu sekalipun perempuan dapat diterima sebagai pengabdi Baitul Maqdis. Ayah Maryam telah meninggal dunia sebelum kelahirannya. Oleh karena itu, setelah lahir, ibunya yang membawanya ke Baitul Maqdis. Kepada orang orang Yahudi ia berkata, "Anak ini adalah hadiah dari Baitul Maqdis. Maka pengasuhannya harus dipikul oleh salah seorang dari kalian." Nabi Zakariya as akhirnya menerima pengasuhan anak itu.
Maryam dibesarkan di bawah asuhan Zakariya. Namun ketekunan ibadah Zakariya membuatnya terlupa untuk menyediakan makanan. Oleh karenanya, Tuhan mengirimkan makanan dari surga untuk Sayidah Maryam. Setiap kali Zakariya datang ke tempat ibadah Maryam, ia menyaksikan adanya makanan khusus terhidang di kamarnya.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Jika pekerjaan diniatkan untuk Allah, maka Allah Swt akan memperluas dan mengembangkannya. 2. Wanita,dapat maju mencapai kesempurnaan spiritual sehingga Nabi Tuhan tertegun menyaksikannya.
3. Kalau kita menunaikan tugas dalam penyembahan Allah dengan baik, maka Tuhan akan melaksnakan tugas-Nya dalam menyampaikan rezeki kepada hambahamba-Nya dengan baik.
ب هابْ ِلي ِم ْن لاد ُ ْن اك ذ ُ ِرياةً ا ) فانااداتْهُ ْال ام اَلئِ اكةُ او ُه او قاائِ ٌم38( اء ِ ع ِ عا زا اك ِرياا ارباهُ قاا ال ار س ِمي ُع الدُّ ا ُهناا ِل اك دا ا ط ِيباةً ِإنا اك ا ص ِدقًا ِب اك ِل امة ِمنا ا ب أ ا ان ا (39) صا ِل ِحينا ورا اونا ِبيًّا ِمنا ال ا ُ س ِيدًا او اح ً ص ِ ص ِلي ِفي ْال ِمحْ ارا اَّللِ او ا اَّللا يُباش ُِر اك ِبياحْ ياى ُم ا يُ ا Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". (3: 38)
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh". (3: 39) Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bagaimana Sayidah Maryam menjadi abdi Baitul Maqdis sebagai konsekuensi atas nazar ibunya. Ia melewati waktuwaktunya untuk beribadah dan sedemikian tenggelam dalam munajat, sehingga ia lupa makan. Namun setiap kali Nabi Zakariya as, pengasuhnya, masuk ke tempat peribadatannya, maka di sisi Maryam, terdapat makanan dari langit. Pada suatu kesempatan, ketika Zakariya melihatnya, ia begitu keheranan dan meminta kepada Allah agar menganugerahkan kepada isterinya seorang anak yang beriman dan suci. Nabi Zakariya meminta seorang anak dari Allah seperti halnya ibu Maryam yang telah diberikan seorang anak suci, padahal ibu Maryam adalah mandul. Permohonan Zakariya ini dikabulkan dan tatkala ia sibuk beribadah, malaikat turun kepadanya dan memberikan berita gembira kepadanya bahwa tak lama lagi, ia akan diberi seorang anak bernama Yahya. Seorang anak lelaki yang punya berbagai kelebihan.
Pertama, Nabi Yahya as akan mengimani nabi zamannya, padahal ia sendiri lebih tua dari Nabi Isa as. Di kalangan masyarakat Nabi Yahya as lebih dikenal dari Nabi Isa dengan kezuhudan dan kesucian. Perbuatannya mengimani Nabi Isa ini mendorong masyarakat untuk meyakini Nabi Isa as. Kedua, dari sisi akhlak dan prilaku baik, ia dipandang oleh masyarakat sebagai sesepuh. Ketiga, ia jauh dari hawa nafsu dan kecenderungan duniawi dan sama sekali tidak pernah terlumuri dengan dunia. Lebih penting dari itu beliau memiliki keistimewaan karena dipilih oleh Allah sebagai nabi dan dalam golongan orangorang saleh dan pembaharu. Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Nilai seorang anak adalah pada kesalehan dan kesuciannya, bukan kelaminnya, laki-laki atau perempuan. 2. Tuhan semesta alam dalam kaitan ini memberikan Imran anak perempuan dan kepada Zakariya anak laki laki, namun keduanya adalah orang orang suci dalam lembaran sejarah.
ُ ون ِلي ُ ب أاناى يا ُك ي ْال ِكبا ُر او ْام ارأاتِي اعاقِ ٌر قاا ال اكذا ِل اك ا ب اجْ عا ْل ِ ) قاا ال ار11( اَّللُ يا ْفعا ُل اما ياشاا ُء ِ قاا ال ار غ اَل ٌم اوقا ْد بالاغانِ ا (41)ار ً اس ث ا اَلثاةا أاياام ِإ اَل ار ْم ًزا اوا ْذ ُك ْر ارب ااك اك ِث يرا او ا ِ اْل ْب اك ِلي آ ا ايةً قاا ال آايات ُ اك أ ا اَل ت ُ اك ِل ام النا ا ِ ْ س ِبحْ ِب ْالعاشِي ِ او Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". (3: 40) Berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyakbanyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari". (3: 41) Walaupun Nabi Zakariya as meminta dari Allah agar memberikan kepadanya seorang anak, namun ia tetap terkejut saat Allah memberitakan kabar gembira bahwa tak lama lagi ia akan dikaruniai seorang anak. Karena isterinya mandul sejak usia
muda dan sekarang usianya telah lanjut. Artinya, potensi untuk mengandung sudah tidak ada lagi.
Sejatinya ini hal yang biasa. Setiap manusia tatkala dihadapkan dengan suatu persoalan yang bertentangan dengan hukum alam, ia akan tenggelam dalam pemikiran dan sulit baginya menerima kenyatan itu. Karena ia merasa harus menyaksikannya dengan mata sendiri. Itulah mengapa Nabi Zakarya meminta kepada Allah agar menunjukkan sebagian dari kekuasaan-Nya kepadanya, sekaligus memberikan tanda-tandanya.
Lantaran mukjizat ilahi, Zakariya yang bertubuh kuat dan tak punya masalah dalam berbicara, jadi kehilangan kemampuan bicaranya selama tiga hari. Selama itu pula ia hanya dapat menyampaikan maksudnya hanya melalui gerakan bibir dan bahasa isyarat. Anehnya, setiap saat, ketika ia mengingat Tuhan, lisannya terbuka dan bertasbih.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Kehendak Tuhan lebih utama dari segala sesuatu. Jika Dia berkehendak , ketuaan ayah dan kemandulan seorang ibu tidak dapat menjadi kendala bagi kelahiran seorang anak. 2. Allah Swt mampu melakukan segala perbuatan. Jika Dia berkehendak, lisan dapat berbicara dan jika Allah berkehendak lain, maka Dia tidak memberlakukan hukum ini.
ص ا اك او ا ص ا ت ْال ام اَلئِ اكةُ ياا ام ْريا ُم ِإ ان ا ) ياا ام ْريا ُم ا ْقنُتِي ِل ار ِب ِك11( اء ْالعاالا ِمينا ِ او ِإ ْذ قاالا ِ س ِ طفا ْ ط اه ار ِك اوا ِ طفا ْ اَّللا ا اك ا علاى نِ ا (43) الرا ِكعِينا ْ اوا ْس ُجدِي او ار اك ِعي ام اع ا
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (3: 42) Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'. (3: 43)
Kesuciaan, shalat dan ibadah tulus Maryam telah menyebabkan Tuhan memilihnya dan memberikan kedudukan dan derajat tinggi melebihi wanita-wanita lain. Kedudukannya sedemikian tingginya sehingga para malaikat berbicara langsung dengan beliau dan menyampaikan perintah-perintah Tuhan kepada beliau tanpa perantara sampai pada derajat, dimana seorang Nabi seperti Nabi Isa as lahir dari rahimnya dan dibesarkan di bawah asuhannya. Para malaikat berkata kepada Maryam, untuk mensyukuri inayah dan kemurahan Tuhan ini, sinambungkanlah kerendahan jiwa di depan Tuhan serta rukuk dan bersujudlah bersama dengan orang-orang yang mendirikan shalat jamaah. Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Allah Swt tidak mengutus seseorang tanpa alasan, melainkan pilihan Tuhan berdasarkan kelayakan dan kemampuan. Sayidah Maryam yang melewati sepanjang harinya dengan menghamba kepada Allah dengan tulus, ia layak mendapatkan kedudukan dan penghormatan. 2. Para malaikat juga berbicara dengan selain nabi (manusia biasa), tetapi dengan syarat orang yang bersangkutan layak untuk mendapat perlakuan istimewa ini. Kehadiran kaum wanita dalam shalat jamaah adalah terpuji, tetapi dengan syarat sebagaimana halnya Maryam. ت لادا ْي ِه ْم ِإ ْذ ت لادا ْي ِه ْم ِإ ْذ ي ُْلقُونا أ ا ْق اَل ام ُه ْم أايُّ ُه ْم يا ْكفُ ُل ام ْريا ام او اما ُك ْن ا وحي ِه ِإلاي اْك او اما ُك ْن ا ِ ذا ِل اك ِم ْن أ ا ْنبا ِ ُب ن ِ اء ْالغا ْي (44) اص ُمونا ِ يا ْخت
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika
mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (3: 44) Kaum musyrikin Mekah mengatakan bahwa al-Quran tidaklah lebih dari cerita fiktif dan Muhammad mempelajarinya dari para pembesar Yahudi ataupun membacanya di dalam kitab-kitab kaum terdahulu. Sebagai jawaban pernyataan ini, Allah Swt berfirman, "Banyak sekali dari kisah yang dibawakan oleh al-Quran adalah perkara gaib yang tidak seorangpun mengetahuinya. Rasulullah Rasul Saw mengetahui kabar gaib juga melalui wahyu. Misalnya kejadian nazar ibu Sayidah Maryam, tidak seorangpun yang tahu kecuali Alllah Swt. Atau tidak seorangpun tahu bagaimana Sayidah Maryam diasuh dan itu semua adalah berita gaib yang diwahyukan kepada Rasul Saw.” Mengenai pengasuhan Maryam, dalam ayat sebelum ini, telah dinyatakan bahwa ibu Sayidah Maryam telah bernazar bahwa anaknya itu akan dijadikan abdi Baitul Maqdis. Mereka bersaing untuk mengemban tugas mengasuh Sayidah Maryam. Karena ayah dan ibu Maryam adalah dari keluarga Bani Israil yang terhormat dan setiap orang ingin mendapatkan kebanggaan itu. Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Al-Quran adalah wahyu Tuhan, bukan cuplikan dari kitab lain ataupun menukil hafalan orang lain. 2. Persaingan haruslah dalam melaksanakan tugas spiritual dan suci bukannya dalam memperoleh kedudukan dan pangkat duniawi.
ت ْال ام اَل ِئ اكةُ ياا ام ْريا ُم ِإ ان ا سى اب ُْن ام ْريا ام او ِجي ًها فِي الدُّ ْنياا او ْاْلا ِخ ارةِ او ِمنا ِ ِإ ْذ قاالا اَّللا يُباش ُِر ِك ِب اك ِل امة ِم ْنهُ ا ْس ُمهُ ْال امسِي ُح ِعي ا (45) ْال ُمقا ار ِبينا
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang
terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (3: 45)
Sayidah Maryam adalah seorang gadis yang atas nazar ibunya, telah menjadi pelayan masjid. Ia melewatkan usianya dengan ibadah dan penghambaan kepada Allah Swt. Makanannya dibawakan oleh para Malaikat dan beliau memiliki kelayakan sehingga Allah menganugerahkannya seorang anak laki-laki yang menjadi nabi.
Berbeda dengan keyakinan umat Kristen, al-Quran menilai Isa bukanlah Tuhan dan juga bukan anak Tuhan. Ia adalah putera Maryam dan makhluk Allah. Akan tetapi makhluk yang keberadaannya menjadi tanda kekuasaan dan keagungan penciptaan Tuhan. Oleh karenanya, Allah Swt mengenalkannya sebagai kalimat, sebagaimana dalam ayat 109, surah Kaf dan semua makhluk Tuhan dinamakan dengan kalimatNya. Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Selain dengan para nabi, para malaikat juga berbicara dengan manusia saleh, baik laki-laki maupun wanita. 2. Walaupun Nabi Isa as dilahirkan tanpa ayah, namun bukanlah anak Tuhan tetapi anak Maryam karena ia melewati usia janin di rahim ibunya. (46) صا ِل ِحينا اس ِفي ْال ام ْه ِد او اك ْه ًَل او ِمنا ال ا اويُ اك ِل ُم النا ا
Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh. (3: 46)
Sayidah Maryam tatkala mendengar berita akan dianugerahi seorang bayi, ia jatuh cemas jangan sampai masyarakat sekitar menuduhnya yang bukan-bukan. Semua itu karena beliau tidak bersuami. Oleh karenanya, para malaikat berkata kepadanya, "Allah Swt akan membuat bayi itu dapat berbicara dan bayi itu akan membantah semua tuduhan yang dilemparkan kepada ibunya. Bayi itu seperti halnya orang dewasa, sedemikian jelas dan indah berbicara sehingga semua menjadi takjub. Dalam penciptaannya begitu terlihat tangan-tangan mukjizat.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Janganlah kita ragu dengan kekuasaan Tuhan, Zat yang dapat menganugerahkan seorang anak kepada Maryam tanpa suami dan dapat membuat bayi yang ada dibuaian berbicara.
2. Jika ibu adalah seorang yang salehah, maka kesalehan dan kelayakan akan tampak pada diri anaknya juga. ْ قاالا ُ ب أاناى يا ُك س ْسنِي باش ٌار قاا ال اكذا ِل ِك ا ضى أ ا ْم ًرا فاإِنا اما ياقُو ُل لاهُ ُك ْن ِ ت ار إِذاا قا اVاَّللُ يا ْخلُ ُق اما ياشاا ُء ون ِلي اولاد ٌ اولا ْم يا ْم ا ُ فايا ُك (47)ون Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun". Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (3: 47) Ketika mendapat kabar bahwa dirinya akan dianugerahkan seorang bayi, Sayidah Maryam bertanya-tanya, bagaimana mungkin ia dapat melahirkan seorang bayi, sementara ia tidak pernah disentuh seorang lelaki. Karena dunia tidak lepas dari hukum sebab akibat dan setiap makhluk memerlukan serantaian penyebab. Untuk menjawab pertanyaan ini, Allah Swt melalui para malaikat-Nya mengabarkan bahwa tatanan alam adalah ciptaan Tuhan dan tunduk pada perintah-Nya. Kekuasaan-Nya yang bijak sedemikian tingginya sehingga setiap saat Dia
berkehendak, maka Dia dapat menciptakan makhluk apapun terlepas dari sebabsebab alamiah. Penutupan ayat menyingung soal penciptaan Tuhan secara global dan berfirman: "Setiap kali Tuhan menghendaki sesuatu, maka secara spontan, sesuatu itu akan terjadi tanpa memerlukan berlalunya masa sebagaimana proses biasanya. Persis seperti orang yang hendak menciptakan sesuatu dan dengan mengatakan: "Jadilah", maka hal itu terjadi. Tangan Allah dalam penciptaan begitu terbuka. Penciptaan melalui cara-cara sarana alamiah atau non alamiah untuk Tuhan tidaklah berbeda.
ً س وَل ِإلاى با ِني ِإس اْرا ِئي ال أ ا ِني قا ْد ِجئْت ُ ُك ْم ِبآ ا اية ِم ْن ار ِب ُك ْم أ ا ِني ُ ) او ار18( اْل ْن ِجي ال اويُعا ِل ُمهُ ْال ِكت ا ِ ْ ااب او ْال ِح ْك امةا اوالت ا ْو اراة ا او ين اك اه ْيئ ا ِة ا ون ا ُ الطي ِْر فاأ ا ْنفُ ُخ فِي ِه فايا ُك طي ًْرا ِبإ ِ ْذ ِن ا ُ اَّللِ اوأُب ِْر ص اوأُحْ ِيي ْال ام ْوت اى بِإ ِ ْذ ِن ِ أ ا ْخلُ ُق لا ُك ْم ِمنا ئ ْاْل ا ْك امها او ْاْلاب اْر ا ِ الط ا (49) اَّللِ اوأُن ِابئ ُ ُك ْم ِب اما ت اأ ْ ُكلُونا او اما تاد ِاخ ُرونا فِي بُيُوتِ ُك ْم ِإ ان فِي ذا ِل اك اْلاياةً لا ُك ْم ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِمنِينا Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. (3: 48) Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. (3: 49) Pada ayat sebelum ini, telah disebutkan bahwa Nabi Isa as setelah kelahirannya berbicara dengan masyarakat saat beliau dalam keadaan bayi dan beliau membela kesucian ibunya. Pada ayat ini, disebutkan keistimewaan lain Nabi Isa as. Seorang nabi yang hendak menjadi pemimpin masyarakat harus memiliki keistimewaandan salah satunya adalah keluasan ilmu pengetahuannya. Itulah mengapa pendidikan dan pengajaran para nabi langsung ditangani Tuhan. Sehingga, pertama-tama, pengetahuan dan visi mereka harus jauh dari segala bentuk kesalahan. Kedua, selain dari ilmu-ilmu zahir yang ada di tangan masyarakat, para nabi juga mengetahui ilmu gaib dan masa akan datang. Namun bukan berarti dengan memiliki ilmu pengetahuan, itu sudah mencukupi. Setiap nabi harus menunjukkan mukjizat guna
membuktikan kenabiannya sehingga masyarakat mendengarkan ucapan-ucapannya dengan keyakinan yang mantap dan menerapkan perintah-perintahnya. Meskipun keberadaan Nabi Isa as merupakan satu mukjizat, karena Sayyidah Maryam telah mengandung Nabi Isa tanpa memiliki suami dan beliau sendiri pasca kelahirannya berbicara dengan masyarakat, namun Nabi Isa as yang telah diutus Tuhan untuk Bani Israel menunjukkan mukjizat kepada mereka agar kaumnya beriman kepada beliau. Di antara mukjizat Nabi Isa as adalah menciptakan burung dari tanah liat, menyembuhkan orang-orang sakit, menghidupkan orang yang telah mati dan memberitakan hal-hal yang bakal terjadi pada masa akan datang. Semua itu dengan izin Allah karena penciptaan makhluk ataupun ilmu gaib adalah khusus milik Allah. Adapun sebagian orang yang mempercayai Nabi Isa as, memandang Nabi Isa bukanlah manusia, bahkan di atas manusia. Lantaran Nabi Isa as menunjukkan berbagai mukjizat dan bentuk khusus kelahirannya, mereka menamai Nabi Isa sebagai anak Tuhan. Padahal beliau adalah putra Maryam, bukannya anak Tuhan dan apa yang dilakukan oleh Nabi Isa adalah kekuasaan Tuhan, bukan kekuasaan Nabi Isa sendiri. Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Auliya Allah dapat menguasai tatanan penciptaan dengan kekuasaan dan izin Tuhan serta melakukan perubahan di dalamnya. 2. Jika hamba-hamba Allah yang saleh dapat menghidupkan orang-orang yang telah mati di dunia, maka menghidupkan kembali orang-orang mati pada hari kiamat bukanlah satu pekerjaan yang sulit dan mustahil bagi Allah. 3. Mengenai Auliya Allah, janganlah kita berlebihan meninggikan mereka sehingga kita anggap bukan manusia yang mana hal ini merupakan penyelewengan akidah.
ُاّلل ََُ ُنُ َربِّ هك ُْمُفَاتَقهوا ُْ علَ ْي هك ُْمُ َو ِّجئْت ه هك ُْمُبِّآَيَةُُ ِّم َُ لُلَ هك ُْمُبَ ْع َُ يُ ِّمنَُُالت َ ْو َراةُُِّ َو ِِّل ه ِّح َُ َص ِّدقًاُ ِّل َماُبَيْنَُُيَد َ ُضُالَذِّيُ هح ِّر َُم َ َو هم (51)ُص َراطُُ هم ْست َ ِّقيم ََُ ُن َُ )ُ ِّإ05(ُون ُِّ َوأ َ ِّطيعه ِّ ُاّللُ َر ِّبيُ َو َربُّ هك ُْمُفَا ْعبهد هوُههُ َهذَا
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (3: 50) Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (3: 51) Dengan memperhatikan bahwa nabi Musa merupakan Nabi Bani Israel, dan membawa Taurat sebagai kitab Samawi untuk mereka. Dalam ayat ini, Nabi Isa menyatakan kepada masyarakat bahwa aku juga utusan Tuhannya Musa dan aku juga mempercayai kitab-Nya. Aku akan mencabut sebagian perintah Taurat yang telah ditetapkan sebagai hukuman dan sanksi atas dosa-dosa kalian, akan tetapi dengan syarat kalian bertakwa dan mengikuti agamaku yang merupakan agama Tuhan. Kemudian Nabi Isa memperkenalkan dirinya sebagai hamba Tuhan dan berkata: "Allah Swt adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka kita semua harus menyembahNya dan melangkah di jalan yang lurus dan pertengahan. Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Para utusan Allah, kesemuanya saling menerima kenabian dan kerasulan antara satu dengan lainnya. Setiap Nabi membenarkan kitab dan agama Nabi sebelumnya dan meyakininya. 2. Pengutusan para Nabi merupakan peristiwa ilahi di sepanjang sejarah, bukannya suatu ledakan di suatu tempat atau masa tertentu. 3. Para Nabi sebagaimana halnya memiliki wilayah natural dan kekuasaan untuk menguasai alam semesta, juga memiliki wilayah kreasi (syariat) dan menetapkan undang-undang. Walaupun demikian, kedua perkara itu harus dengan izin Tuhan. ُاّللُ َوا ْش َه ُْدُبَُِّأَنَا َُِّ ِّاّللُآ َ َمنَاُب َُِّ ُار ُص ه ُلُ ْال َح َو ِّاريُّونَُُنَحْ ه َُ اّللُقَا َُِّ ُاريُ ِّإلَى ُْ لُ َم َُ سىُ ِّم ْن هه هُمُ ْال هك ْف َُرُقَا َُ فَلَ َماُأ َ َح َ سُ ِّعي َ نُأ َ ْن َ نُأ َ ْن ِّ ص َ لُفَا ْكت ه ْبنَاُ َُم َُعُال (53)َُشا ِّهدِّين َُ سو َُ )ُ َربَنَاُآ َ َمنَاُ ِّب َماُأ َ ْنزَ ْل05(َُُهم ْس ِّل همون الر ه َ ُتُ َواتَبَ ْعنَا
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolongpenolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (3: 52) Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (3: 53) Dengan semua tanda-tanda yang telah disaksikan oleh Bani Israil terkait kenabian Isa as, namun sebagian besar mereka tidak beriman. Sangat sedikit yang beriman dan mendukung beliau. Para pendukung Nabi Isa as ini oleh al-Quran disebut dengan nama Hawariy yang artinya golongan yang melepaskan jalan yang sesat dan bergabung dengan jalan kebenaran. Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Mengenali golongan yang Mukmin dan setia kepada agama serta mengorganisasi dan mengumpulkan mereka merupakan salah satu dari tugas para pemimpin agama. 2. Para Nabi menghendaki rakyat untuk Tuhan bukan untuk diri mereka sendiri, sebagaimana Nabi Isa as berkata, "Siapakah para penolong agama Allah?" 3. Setelah iman, peringkat atau tahap selanjutnya adalah tahap pasrah atau taslim. Artinya orang yang beriman kepada Allah harus taat kepada perintah Allah.
َ يُ َو هم َُُكُ ِّمن َُ ط ِّه هر َُ َكُ ِّإل َُ يكُ َو َرافِّعه َُ ِّسىُ ِّإنِّيُ همت ََوف َُ ُل َُ )ُ ِّإ ُْذُقَا05(َُُْرُ ْال َما ِّك ِّرين ُاّللهُ َخي ه َُ اّللهُ َو َُ َُو َم َك هرواُ َو َم َك َُر َ اّللهُيَاُ ِّعي ُيُ َم ْر ِّجعه هك ُْمُفََأَحْ هك هُمُبَ ْينَ هك ُْمُفُِّي َماُ هك ْنت هُْمُفِّي ُِّه َُ َوكُفَ ْوقَُُالَذِّينَُُ َكفَ هرواُإِّلَىُيَ ْو ُِّمُ ْال ِّقيَا َم ُِّةُث هَُمُإِّل َُ لُالَذِّينَُُاتَبَعه ُالَذِّينَُُ َكفَ هرواُ َو َجا ِّع ه (55) ت ْاخت ا ِلفُونا
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (3: 54) (Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". (3: 55) Telah disebutkan sebelumnya tentang banyaknya mukjizat yang telah ditunjukkan oleh Nabi Isa as. Namun tetap saja sebagian orang kafir dan menolak ucapanucapan beliau. Ayat ini memberitakan konspirasi mereka untuk membunuh Nabi Isa as dan disebutkan bahwa para pemuka kaum kafir telah merekayasa untuk membunuh suara Nabi Allah ini serta menyusun strategi. Dalam usaha menangkap Nabi Isa as dan sahabatnya, mereka menyediakan hadiah yang besar dan mempersiapkan pendahuluan mengeksekusi Nabi Isa as. Namun, Allah Swt menggagalkan rencana kotor mereka dan menyelamatkan Nabi Isa dengan kuasa-Nya. Menurut keyakinan kaum Kristen, kaum Yahudi telah menyalib Nabi Isa sampai beliau meninggal, dan kemudian, mereka mengkuburkan beliau. Pada waktu itu, Allah Swt membangkitkan Nabi Isa dan mengangkatnya ke langit. Tapi dari ayat-ayat al-Quran, khususnya ayat 157, surat an-Nisa', disimpulkan bahwa seorang yang menyerupai Nabi Isa as yang disalib dan dibunuh. Sementara Nabi Isa as dikeluarkan dari lingkungan kufur dan diangkat ke langit. Sebagaimana halnya Nabi Muhammad untuk waktu yang pendek melakukan perjalanan mikraj dan diberitahu tentang hal-hal yang terjadi di langit. Selanjutnya ayat ini memberitakan kabar gembira bahwa pengikut Isa al-Masih senantiasa akan lebih unggul dari para pemungkir Nabi Isa. Hal ini telah jauh sebelumnya diramalkan oleh al-Quran pada 1400 tahun silam dan terjadi dewasa ini. Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kehendak Tuhan di atas segala bentuk upaya dan kebijaksanaan manusia. Janganlah kita coba-coba membuat makar dan tipuan terhadap kehendak Tuhan. 2. Mengikuti jejak keunggulan. Sebaliknya, kemusnahan.
Nabi menyebabkan kemenangan dan kekafiran merupakan faktor kebinasaan dan
ُع ِّملهوا ُْ شدِّيدًاُفِّيُالدُّ ْنيَاُ َو ْاْلَ ِّخ َرُِّةُ َو َماُلَ هه ُْمُ ِّم َ ُعذَابًا َ )ُ َوأ َ َماُالَذِّينَُُآ َ َمنهواُ َو05(ََُُاص ِّرين ِّ نُن َ ُع ِّذبه هه ُْم َ فََأ َ َماُالَذِّينَُُ َكفَ هرواُفََأ ه َ ُُُّلُي ِّهحب (58)يم ُِّ الذ ْك ُِّرُ ْال َح ِّك ُِّ Vْكُ ِّمنَُُ ْاْلَيَا َُ علي َُ )ُذَ ِّل05(َُُالظا ِّل ِّمين َُ ُاّلله َُ ور هه ُْمُ َو ِّ تُ َو ِ صا ِل احا ال ا َ ُكُنَتْلهوُهه َ تُفَي َهوفِّي ِّه ُْمُأ ه هج Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong. (3: 56) Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalanamalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (3: 57) Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari buktibukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al Quran yang penuh hikmah. (3: 58) Makar Bani Israel untuk membunuh Nabi Isa as telah menyebabkan Tuhan menjatuhi sanksi berat ke atas mereka. Berdasarkan riwayat -riwayat sejarah, kirakira 40 tahun, salah seorang dari kaisar Romawi menguasai mereka dan ribuan dari mereka dibunuh ataupun ditawan dan bahkan sebagian dari tawanan itu dijadikan makanan binatang buas. Namun demikian, Tuhan tidak melakukan kezaliman kepada siapapun, dan hukuman-hukuman itu disebabkan perbuataan mereka sendiri. Kekafiran, keras kepala, dan permusuhan tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali kehancuran. Sementara amal saleh, dan iman pasti akan diikuti oleh nikmat-nikmat duniawi dan ukhrawi. Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Meskipun sunnah Allah Swt adalah menunda siksa atau pahala hingga Hari Kiamat, namun adakalanya siksa Allah diturunkan di dunia juga.
2. Di depan kemurkaan Tuhan, tidak satupun kekuatan yang dapat menghalanginya, maka sebaiknya kita memikirkan akibat perbuatan-perbuatan kita sendiri.
َُُنُ ِّمن ُْ لُت َ هك ُ َ َكُف َُ نُ َر ِّب ُْ قُ ِّم ُُّ )ُ ْال َح05(ُون ُنُفَيَ هك ه ُْ لُلَ ُههُ هك َُ نُت ُ ارابُث هَُمُقَا ُْ لُآَدَ َُمُ َخلَقَ ُههُ ِّم ُِّ َ اّللُ َك َمث َُِّ َُسىُ ِّع ْن ُد َُ َ نُ َمث َُ ِّإ َ لُ ِّعي (60)َُْال هم ْمت َِّرين Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (3: 59) (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (3: 60) Sekelompok umat Kristen kota Madinah mendatangi Rasul. Mereka terlibat dialog dengan Rasul Saw. Dalam dialognya itu, mereka berasalan bahwa kelahiran Nabi Isa tanpa ayah, sebagai bukti Isa adalah anak Tuhan (Tuhan anak). Ayat ini diturunkan untuk menjawab mereka bahwa kelahiran seorang anak tanpa ayah, tidak dapat dijadikan alasan sebagai bukti bahwa anak itu adalah Tuhan. Penciptaaan Adam AS adalah lebih dasyhat dari itu. Karena ia tidak punya ayah dan juga ibu, lalu mengapa kalian tidak menyebutnya Tuhan atau anak Tuhan?
Ketika itu, Tuhan menjelaskan kepada Rasul dan Muslimin lainnya, "Ucapan yang benar dan langgeng adalah ucapan Tuhan yang mengetahui segala hakikat alam dengan sempurna. Berbeda dengan perkataan manusia yang adakalanya berdasarkan hawa nafsu, kebodohan atau fanatisme, maka dengarkan dan patuhilah ucapan Tuhan. Jangan sampai keraguan yang dibuat oleh makhluk membuat anda ragu terhadap kalam ilahi. Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Mukjizat yang terjadi dalam penciptaan para nabi atau dilakukan oleh mereka menunjukkan kekuasaan Tuhan, bukannya mereka itu Tuhan.
2. Hakikat dan kebenaran hanya dapat dijumpai dalam peraturan Tuhan. Jika kita mencari kebenaran, maka hendaklah kita mengikuti peraturan Tuhan.
ُس هك ُْم ُلُتَعَالَ ْواُنَ ْد ه ُْ كُ ِّمنَُُ ْال ِّع ْل ُِّمُفَقه َُ نُبَ ْع ُِّدُ َماُ َجا َء ُْ كُفِّي ُِّهُ ِّم َُ نُ َحا َج ُْ فَ َم َ سنَاُ َُوأ َ ْنفه َ سا َء هك ُْمُ َوأ َ ْنفه َ ِّسا َءنَاُ َون َ ِّعُأ َ ْبنَا َءنَاُ َوأ َ ْبنَا َء هك ُْمُ َون (61) علَىُ ْال اكا ِذ ِبينا َُِّ َُلُلَ ْعنَ ُة ُْ َلُفَنَجْ ع ُْ ث هَُمُنَ ْبت َ ِّه َ ُاّلل
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anakanak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (3: 61) Dalam sejarah disebutkan pada tahun kesepuluh Hijriah, Rasul Saw mengutus satu tim ke Madinah dengan misi menyampaikan Islam ke daerah Najran. Mereka berdialog mengenai Isa as dan tak bersedia menerima kebenaran. Menemui kebuntuan, Allah memerintahkan Nabi untuk melakukan mubahalah (sumpah). Oleh karena itu, Rasul berkata kepada kelompok Kristen itu, "Kalian bawalah anakanak, wanita-wanita dan kerabat kalian kamipun akan membawa anak-anak serta wanita-wanita dan kerabat kami, lalu kita berkumpul di suatu tempat, bersimpuh dan bermunajat ke hadirat Tuhan. Kita memohon kepada-Nya agar siapa di antara kita yang sesat, hendaknya dijauhkan dari rahmat-Nya dan dikenakan siksa atau hukuman. Kaum Kristen Najran yang mendengar usulan ini meminta waktu untuk bermusyawarah tentang tawaran ini. Para pemuka dan tokoh Kristen berkata, "Terimalah usulan itu, namun jika kalian saksikan nanti Muhammad tidak membawa orang banyak, tapi bila yang menyertainya hanya beberapa orang saja dari orang-orang yang dicintainya, maka jangan diteruskan dan berkompromilah dengan Muhammad." Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Kelompok Kristen melihat Rasul hanya membawa empat orang; putrinya Fatimah as, menantunya Ali Bin Abi Thalib, dan
dua cucunya al-Hasan dan al-Husein as. Sebagian dari mereka berkata, aku menyaksikan wajah-wajah yang apabila mengangkat tangan berdoa, gunung akan tercabut dan jika mereka mengutuk kami, maka tak seorangpun dari kami yang akan selamat. Oleh karena itu, kami mundur dari mubahalah. Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Pertanyaan harus dijawab dengan argumentatif dan logis. Mereka yang tidak ingin menerima kebenaran hanya layak mendapat kemurkaan. Orang-orang yang selalu mencari alasan, artinya mereka sedang menunggu hukuman Tuhan. 2. Jika kita meyakini agama Tuhan, maka kita harus berdiri tegak dan hendaknya kita ketahui bahwa pihak musuh akan mundur karena kebatilannya. 3. Ahlul Bait Rasul tak ubahnya seperti beliau, doa mereka mustajab. Rasul dengan amalannya mengenalkan Hasan dan Husein sebagai anak-anaknya dan Ali Bin Abi Thalib sebagai dirinya. 4. Meminta bantuan gaib bila telah selesai memanfaatkan potensi dan kekuatan biasa. Rasul pada awalnya melakukan tabligh dan dialog. Setelah menemui jalan buntu, baru memasuki tahap doa dan mubahalah. ُُع ِّليم ََُ ُن َُ ِّ نُت ََولَ ْواُفَإ ُْ ِّ )ُفَإ55(ُيزُ ْال َح ِّكي هُم ُاّللُلَ هه َُوُ ْالعَ ِّز ه ََُ ُن َُ ِّاّللهُ َُوإ َُ ُل َُ ِّنُإِّلَهُُإ ُْ قُ َو َماُ ِّم ُُّ صُ ْال َح ُص ه َُ ِّإ َ ُاّلل َ َنُ َهذَاُلَ هه َُوُ ْالق (63)َُِّب ْال هم ْف ِّسدِّين Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (3: 62) Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. (3: 63) Setelah kejadian mubahalah, Allah Swt berfirman kepada Nabi-Nya, "Apa yang telah Kami turunkan berkenaan dengan Isa al-Masih kepadamu, merupakan kisah benar kehidupan beliau yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Apa yang dianggap oleh masyarakat bahwa beliau adalah anak Allah, tidak lebih dari sekedar kebohongan. Karena Tuhan adalah satu dan tidak ada sesembahan selain-
Nya. Siapa saja yang menolak kebenaran harus memahami bahwa Tuhan mengetahui perbuatan mereka dan berkuasa untuk menghukum mereka. Pada prinsipnya, kisah apa saja yang populer di kalangan masyarakat tidak keluar dari dua kondisi; Pertama hanya sekedar cerita fiktif dan hasil dari imajinasi pembuat cerita, atau kedua, ditulis berdasarkan kenyataan dan dibangun atas sejarah masyarakat dahulu. Tapi yang kedua ini pun tidak dapat dipisahkan dari campuran kebohongan dan khurafat. Akhirnya sulit menemukan kisah masa lalu yang benar-benar murni sebuah kenyataan. Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Sekiranya al-Quran tidak ada, niscaya sosok Isa Al Masih dan banyak lagi nabi serta kaum terdahulu tidak jelas bagi kita. 2. Menentang kebenaran merupakan contoh dari kerusakan yang menyeret seseorang dan juga masyarakat kepada kesesatan. 3. Jika kita perhatikan, semua tindak-tanduk kita diawasi oleh Tuhan , maka hendaknya kita waspada akan perilaku kita sendiri.
ُض ا ُِّ َ لُيَت َُ ش ْيئًاُ َو َُ لُنه ْش ِّر َُ اّللُ َو ََُ ُل َُ لُنَ ْعبه ُدَُ ِّإ َُ َ س َواءُُبَ ْينَنَاُ َوبَ ْينَ هك ُْمُأ ُِّ لُ ْال ِّكت َا َُ لُيَاُأ َ ْه ُْ قه َ ُكُبِّ ُِّه ً ضنَاُبَ ْع خ ُذَُبَ ْع ه َ ُُبُتَعَالَ ْواُ ِّإلَىُ َك ِّل َمة (64)َُنُت ااولا ْواُفَقهولهواُا ْش َهد هواُ ِّبَأَنَاُ هُم ْس ِّل همون ُْ ِّ اّللُفَإ َُِّ ُهون ُِّ نُد ُْ أ َ ْربَابًاُ ِّم Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (3: 64) Al-Quran dalam ayat-ayat sebelumnya mengajak kaum Kristen untuk menerima Islam berdasarkan argumentasi dan logika. Ketika mereka menolak, maka al-Quran menantang mereka dengan mubahalah, tapi ternyata mereka juga tidak bersedia. Dalam ayat ini, Allah Swt berfirman kepada Rasul-Nya, "Katakanlah
kepada mereka, jika mereka tidak bersedia menerima Islam, paling tidak datanglah dan kita bersatu atas dasar ideologi dan pemikiran yang sama antara satu dengan lain dan kita tegak berdiri di hadapan syirik dan kekufuran. Meskipun kalian meyakini Trinitas, ternyata di dalam ajaran ini pada akhirnya juga bermuara pada tauhid. Oleh karenanya, mari kita bersatu dalam titik temu ini dan menjadikannya dasar kolektif. Mari kita murnikan agama dari penafsiran yang salah agar tidak terjerumus dalam kesyirikan. Sebagian cendikiawan Kristen mengubah halal dan haram sesuai dengan keinginannya, padahal perbuatan ini hanyalah hak Allah. Oleh karenanya al-Quran menyebutkan, "Janganlah kalian mengikuti orang-orang semacam ini, dimana mereka memandang diri mereka sebagai sekutu Allah dalam menetapkan peraturan." Akhir atau penutupan ayat ditujukan kepada Muslimin, Allah Swt berfirman, "Jika kalian menyeru Ahlul Kitab untuk bersatu kemudian mereka membantah, maka janganlah kalian ngeri dan lemah untuk melanjutkan jalan itu. Nyatakan dengan tegas dan transparan bahwa kami hanya tunduk kepada Allah. Kalian berpaling dari agama Islam sama sekali tidak mempengaruhi kami. Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Al-Quran mengajak kita kepada persatuan dengan Ahlul Kitab dengan memandang sisi kesamaan. Perpecahan di kalangan Muslimin bertentangan dengan seruan al-Quran dan Islam. 2. Semua manusia adalah setara dengan lainnya dan tak seorangpun yang berhak menguasai orang lain, kecuali dengan perintah Tuhan. 3. Muslimin harus mengajak kaum Kristen agar masuk Islam. Bila mereka tidak dapat mencapai semua tujuan di jalan ini, jangan berputus asa untuk berusaha mencari kebenaran.
ُ)ُهَاُأ َ ْنت هُْم50(َُُلُت َ ْع ِّقلهون ُ َ َنُبَ ْع ِّدُِّهُأَف ُْ لُ ِّم َُ لُ ِّإ ُاْل ْن ِّجي ه ُِّ َيمُ َو َماُأ ه ْن ِّزل َُ بُ ِّل َُمُت ه َحا ُّجونَُُفِّيُ ِّإب َْرا ِّه ُِّ لُ ْال ِّكت َا َُ يَاُأ َ ْه ِّ ْ تُالت َ ْو َراُة هُ َو (66)َُلُت َ ْعلَ همون َُ ُاّللهُيَ ْعلَ هُمُ َوأ َ ْنت هُْم َُ ْسُلَ هك ُْمُبِّ ُِّهُ ِّعُْلمُُ َو َُ َهؤ َهل ُِّءُ َحا َججْ ت هُْمُفِي اماُلَ هك ُْمُبِّ ُِّهُ ِّع ْلمُُفَ ِّل َُمُت ه َحا ُّجونَُُفِّي َماُلَي
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? (3: 65)
Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (3: 66)
Di sepanjang sejarah terjadi perseteruan dan konflik antara para pemeluk agama. Hal itu terjadi karena setiap pengikut agama meyakini agamanya yang paling benar. Padahal, semua para nabi diutus oleh satu Tuhan dan kitab-kitab mereka isinya tidak saling bertentangan, tapi saling melengkapi. Sayangnya, sikap fanatisme etnik atau agama yang tidak pada tempatnya telah mendorong sebagian kaum Muslimin mengajak orang lain supaya memeluk Islam tanpa argumentasi dan logika. Mereka menyulut peperangan lantaran persoalan-persoalan yang tak penting.
Dengan kedatangan Nabi Isa, para pengikut nabi Musa diwajibkan untuk mematuhi ajaran Isa as. Namun kesombongan dan fanatisme tidak mengijinkan mereka melakukan hal itu, bahkan nabi Ibrahim as yang berada di zaman sebelum Nabi Musa diklaim sebagai pengikut agamanya. Padahal ucapan ini sama sekali tidak dapat diterima dari aspek sejarah.
Oleh karenanya, Allah Swt berfirman kepada kaum Kristen dan Yahudi, "Sumber semua perselisihan agama ini adalah fanatisme dan sikap keras kepala kalian. Mengapa kalian mempersoalkan Nabi Isa as, padahal kalian telah melihat sendiri kehadirannya. Kini kalian memperdebatkan perihal Nabi Ibrahim, sementara kalian
sama sekali tidak tahu soal agama dan ajarannya, lalu kalian menganggapnya sebagai pengikut agama kalian. Kalian yang berselisih paham sampai pada hal-hal yang jelas dan nyata. Lalu mengapa kalian memperdebatkan persoalan yang tidak kalian ketahui tentangnya?"
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Kebenaran agama haruslah dibuktikan berdasakan argumentasi dan logika, bukannya karena hubungan agama itu dengan seorang figur atau dengan alasan agama itu lebih dahulu dari agama-agama lainnya. 2. Pembahasan dan dialog akan bernilai apabila ditujukan untuk menemukan suatu kebenaran. bila tidak, ia hanya membangkitkan perselisihan dan perpecahan.
ُاس ُ ِّ َنُأ َ ْولَىُالن َُ )ُ ِّإ55(َُُنُ َكانَُُ َحنِّيفًاُ هم ْس ِّل ًماُ َو َماُ َكانَُُ ِّمنَُُ ْال هم ْش ِّر ِّكين ُْ ص َرانِّيًّاُ َولَ ِّك َُ َماُ َكانَُُ ِّإب َْرا ِّهي هُمُيَ ههو ِّديًّاُ َو ْ َلُن (68)َُيُ ْال همؤْ ِّمنِّين ُُّ اّللهُ َو ِّل َُ يُ َوالَذِّينَُُآ َ َمنهواُ َو ُُّ ِّيمُلَلَذِّينَُُاتَبَعهوُههُ َو َهذَاُالنَب َُ بُِّإ ِّب َْرا ِّه Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (3: 67) Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (3: 68)
Melanjuti ayat sebelumnya, ayat ini memperkenalkan Ibrahim as sebagai pencari kebenaran dan jauh dari segala bentuk syirik dan penyembahan berhala serta hanya pasrah kepada Tuhan. Ibrahim menasihatkan, "Wahai pengikut Musa dan Isa, dari pada kalian bersikap fanatik terhadap agama kalian. Sebaiknya kalian mencari kebenaran dan pasrah kepada Tuhan. Puncak atau Sumber perpecahan
dan perselisihan kalian adalah egoisme bukannya penyembahan Tuhan yang Esa. Ketahuilah bahwa penyembahan diri adalah perbuatan syirik yang paling parah di mata Allah Swt.” Jika kalian ingin dekat dengan Nabi Ibrahim as, tapi dengan cara menyalahgunakan popularitas beliau, maka ketahuilah bahwa kesetiaan pada agama tidak dapat dibuktikan hanya dengan lisan dan pengakuan. Orang yang terdekat dengan Nabi Ibrahim as adalah orang yang mengikuti jalan beliau yang terpuji dan menunjukkan kesetiaannya itu dalam praktik. Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Ikatan pikiran dan ideologi lebih utama dari ikatan etnis dan keluarga. Orangorang yang satu pemikiran dan satu ideologi lebih dekat ketimbang kerabat yang tidak sepemikiran. 2. Pemimpin dan pengikut tidak harus dari satu etnis. Fondasi iman adalah ideologi bukan bahasa dan etnis. Sebagaimana kecintaan Rasul Saw ditujukan kepada Salman Farisi yang bukan berasal dari Arab, "Salman adalah dari kami." َ َُت ُبُ ِّل َُم ُِّ لُ ْال ِّكت َا َُ )ُيَاُأ َ ْه55(َُُس هه ُْمُ َو َماُيَ ْشعه هرون َُ هضلُّونَُُ ِّإ ُِّ لُ ْال ِّكت َا ُِّ نُأ َ ْه ُْ طا ِّئفَةُُ ِّم ُْ َود ِّ هضلُّونَ هك ُْمُ َو َماُي ِّ بُلَ ُْوُي َ لُأ َ ْنفه َُلُ َوت َ ْكت ه همونَُُ ْال اح اقُ َوأ َ ْنت هُْمُت َ ْعلَ هُمون ُِّ اط َُ سونَُُ ْال َح ُِّ لُ ْال ِّكت َا َُ )ُيَاُأ َ ْه55(َُُاّللُ َوأ َ ْنت هُْمُت َ ْش َهد هون َُِّ ُت ُِّ ت َ ْكفه هرونَُُ ِّبآَيَا ِّ َقُُِّب ْالب بُ ِّل َُمُت َْل ِّب ه (71) Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. (3: 69) Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya). (3: 70) Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? (3: 71) Ayat-ayat ini menyingkap adanya sekelompok orang yang mengklaim diri sebagai orang yang bertauhid dan Ahlul Kitab. Mereka berharap Muslimin juga bergabung dengan agama mereka yang sesat. Meskipun mengetahui bahwa dengan
kedatangan Rasul yang tanda-tandanya tertulis dalam Taurat dan Injil, mereka harus beriman kepadanya dan menerima Islam, namun kebodohan dan fanatisme telah menyebabkan mereka terjerumus dalam kebatilan. Mereka menutupinutupi segala hakikat yang mereka ketahui atau menyampaikan persoalan sedemikian rupa sehingga orang lain terjerat dan ikut dalam kebatilan. Oleh karenanya, ayat-ayat ini merupakan genderang ancaman terhadap kaum Muslimin agar senantiasa waspada dalam melakukan interaksi sosial. Mereka harus waspada agar tidak terjatuh dalam lingkaran pengikut agama lain. Selain itu yang juga penting adalah mereka harus tahu program serta tujuan musuh untuk menyesatkan Muslimin. Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Kaum Muslimin perlu mengenali musuh dan bentuk konspirasinya supaya mereka selamat. Mereka harus waspada agar para pemuda tidak tertarik kepada agama lain. 2. Siapa saja yang bertujuan menyelewengkan orang lain, maka pada tahap pertama, dirinyalah yang semakin tenggelam dalam kesesatan. Karena tipuan dan kemunafikan serta dengki hanya akan membawa orang yang melakukannya pada kesesatan. 3. Manusia mukmin senantiasa harus memilah mana yang benar dan mana yang salah, sehingga musuh tidak dapat mengelabuinya. َ ُت َُارُ َوا ْكفه هرواُآ َ ِّخ َرُههُلَعَلَ هه ُْمُيَ ْر ِّجعهون ُِّ علَىُالاذِينا ُآ َ َمنهواُ َوجْ ُهَُالنَ َه َُ بُآ َ ِّمنهواُبِّالَذِّيُأ ه ْن ِّز ُِّ لُ ْال ِّكت َا ُِّ نُأ َ ْه ُْ طا ِّئفَةُُ ِّم ُْ ََوقَال َ ُل (72) Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran). (3: 72) Pada ayat sebelum ini telah dikatakan bahwa orang-orang kafir merancang berbagai program untuk melemahkan iman orang Muslim. Yang terpenting darinya
adalah mengaburkan kebenaran dengan kebatilan. Ayat ini menyingkap salah satu dari konspirasi musuh dan menjelaskan bahwa para pemuka kuffar menginstruksi orang-orang bawahannya untuk berpura-pura berlagak seperti pengikut al-Quran dan Rasul. Namun tak lama kemudian mereka meninggalkan Islam dan kemudian berkata kepada Muslimin, "Kami telah berbuat kesalahan dan agama kami lebih baik, maka kami kembali kepada agama asal kami." Jelas tindakan mereka ini membuat lemat semangat Muslimin dan mereka jatuh kepada keraguan tentang kebenaran agama Islam. Selain itu, orang-orang kafir tidak punya alasan lagi untuk masuk Islam.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Umat Muslimin tidak boleh berpikiran polos dan mudah percaya melainkan harus pandai dan waspada agar tidak termakan oleh tipuan orang-orang Munafik. 2. Pihak musuh bukan hanya berharap agar Muslimin jadi kafir, melainkan untuk sampai pada tujuan-tujuannya, mereka senantiasa merancang makar dan konspirasi. ُن َُ ِّلُإ ُْ لُ َماُأهوتِّيت هُْمُأ َ ُْوُيه َحا ُّجو هك ُْمُ ِّع ْن ُدَُ َربِّ هك ُْمُُقه َُ ْنُيهؤْ ت َىُأ َ َحدُُ ِّمث ُْ َ اّللُأ َُِّ ُنُ ْال ههدَىُ ههدَى َُ ِّلُإ ُْ نُتَبِّ َُعُدِّينَ هك ُْمُقه ُْ لُ ِّل َم َُ ِّلُتهؤْ ِّمنهواُإ َُ َو (74)يم ُِّ لُ ْالعَ ِّظ ُِّ ض َُ نُيَشَا هُءُ َو ُْ َصُبِّ َرحْ َمتِّ ُِّهُ َم ُُّ )ُيَ ْخت57(ُُع ِّليم َُ نُيَشَا هُءُ َو ُْ اّللُيهؤْ تِّي ُِّهُ َم َُِّ ُلُبِّيَ ُِّد َُ ض ْ َاّللهُذهوُ ْالف ْ َْالف َ ُُاّللهُ َوا ِّسع Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui"; (3: 73) Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar. (3: 74)
Dalam mengkaji ayat sebelum ini, kita dapati bahwa para pemuka Yahudi telah merancang taktik untuk melemahkan iman Muslimin. Cara yang mereka pakai pada awalnya mereka beriman kepada Rasul dan kemudian menjadi kufur. Ayat ini menjelaskan kelanjutan konspirasi mereka. Mereka saling mengingatkan bahwa taktik ini bersifat rahasia dan tidak boleh dipercayakan kecuali terhdap orang-orang yang seagama, sekalipun terhadap Musyrikin agar rahasia ini tidak terbongkar. Namun Allah Swt dalam ayat ini menyingkap niat buruk mereka dan memerintahkan Rasul-Nya berkata kepada mereka bahwa hidayah adalah dari Tuhan dan bukan untuk etnis tertentu. Di samping itu, konspirasi ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap orang-orang yang telah mendapat petunjuk ilahi, maka janganlah kalian berusaha keras dengan sia-sia. Kelanjutan ayat menukil ucapan para pemuka Yahudi yang mengatakan, "Janganlah kalian pikir bahwa ada orang yang dapat memperoleh kebanggaan dan kitab Samawi seperti yang kalian miliki. Nanti di Hari Kiamat, mereka juga tidak akan menang dalam berdebat dengan kalian. Karena kalian adalah kaum yang terbaik di dunia dan akal yang kalian miliki lebih unggul dari yang lain.” Allah Swt berfirman, "Semua anugerah dan nikmat, baik itu kedudukan Nubuwwah, maupun argumentasi, semuanya dari Allah. Dia memberikan kepada siapa yang layak. Pemberian-Nya begitu luas, karena Dia mengetahui siapa yang berhak dan layak. Sesungguhnya kalian menunjukkan fanatisme tanpa dasar dan janganlah kalian anggap tuhan itu hanya milik kalian." Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Kemurahan Tuhan tidak terbatas pada golongan tertentu. Siapa saja yang menginginkannya dan layak, ia akan memperolehnya. 2. Para pembesar (tokoh) Ahlul Kitab cemas atas kecenderungan para pengikutnya kepada Islam. Oleh karenanya, mereka senantiasa menyusun program untuk membendungnya.
َ نُتََأ ْ َم ْن ُههُبِّ ِّق ْن ُعلَ ْي ُِّه َُ لُ َماُد ْهم َُ ُِّإVْك َُ لُي َهؤ ِّدُِّهُإِّلَي َُ ُُنُتََأ ْ َمُْن ُههُبِّدِّينَار ُْ ِّنُإ ُْ ْكُ َو ِّم ْن هه ُْمُ َم َُ طارُُي َهؤ ِّدُِّهُإِّلَي ُْ ِّنُإ ُْ بُ َم ُِّ لُ ْال ِّكت َا ُِّ نُأ َ ْه ُْ َو ِّم َ ُت ُنُأ َ ْوفَى ُْ )ُبَلَىُ َم50(ُ ِّبُ َو هه ُْمُيا ْعلا ُمونا َُ اّللُ ْال َكذ َُِّ ُعلَى َُ كُ ِّبَأَنَ هه ُْمُقَالهواُلَي َُ قَا ِّئ ًماُذَ ِّل َ َُُس ِّبيلُُ َويَقهولهون َ ُْس َ َُُعلَ ْينَاُ ِّفيُ ْاِل ه ِّم ِّيين (76)َُّللُي ِّهحبُُُّ ْال همت َ ِّقين ََُ نُا َُ ِّ بِّعَ ْه ِّدُِّهُ َواتَقَىُفَإ Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (3: 75) (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (3: 76) Sebagai lanjutan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengajar Muslimin bagaimana bersikap obyektif dalam menyikapi para penentang. Ayat ini mengatakan bahwa di tengah-tengah Ahlul Kitab juga dapat ditemukan orang-orang yang bersih dan jujur. Mereka akan mengembalikan apa saja yang diamanatkan kepada mereka. Namun pandangan rasialisme dan fanatisme telah menyebabkan sebagian mengira bahwa harta milik selain Yahudi tidak perlu dihormati dan orang Yahudi berhak mengambil amanat orang lain. Herannya, pandangan menyeleweng ini diyakini merupakan ajaran agama. Mereka berkata bahwa Tuhan telah mengizinkan untuk merampas harta selain milik orang Yahudi. Dengan ini orang-orang Yahudi rasialis yang telah menduduki bumi Palestina dan mendirikan rezim Zionis Israel, sama sekali tidak memelihara dasar-dasar kemanusiaan dan aturan internasional. Setiap hari mereka berupaya menguasai wilayah baru di negara-negara Islam. Maka Muslimin haruslah bangkit mengambil dan merampas haknya sendiri dan menempati kedudukan yang selayaknya. Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Muslimin hendaknya bersikap obyektif biarpun terhadap musuh dan jangan menganggap semuanya pengkhianat.
2. Menjaga amanah adalah tindakan terpuji biar siapapun yang melakukannya, dan khianat adalah buruk sekalipun terhadap musuh. 3. Menjustifikasi dosa lebih buruk dari melakukan dosa. Orang-orang Yahudi telah merampas harta orang lain dengan cara yang tidak benar dan menjustifikasi perbuatan buruknya dengan menisbatkannya kepada Tuhan. 4. Menjaga amanah dan menghormati perjanjian secara individu dan masyarakat menunjukkan takwa yang menyebabkan manusia dicintai oleh Allah Swt. ُظ هُرُإِّلَ ْي ِّه ُْم ُلُيَ ْن ه َُ اّللهُ َو َُ ُلُيُ اك ِل ُم ُه ُم َُ لُخ ََلقَُُلَ هه ُْمُ ِّفيُ ْاْلَ ِّخ َرةُُِّ َو َُ ُك َُ ِّيلُأهولَئ ُ ً اّللُ َوأ َ ْي َمانِّ ِّه ُْمُث َ َمنًاُقَ ِّل َُِّ ُنُالَذِّينَُُيَ ْشت هَرونَُُبِّعَ ْه ُِّد َُ ِّإ (77)ُعذَابُُأ َ ِّليم َُ َوVُيَ ْو َُمُ ْال ِّقيَا َم ُِّة َ ُلُيهزَ ِّكي ِّه ُْمُ َولَ هه ُْم Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpahsumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (3: 77) Allah Swt memberi petunjuk dari dua jalan bagi kesejahteraan umat manusia. Pertama adalah jalan fitrah yang berpusat di dalam diri manusia dan menunjukkan kebaikan dan keburukan kepada manusia. Kedua adalah wahyu yang bermuara dari ilmu Allah yang tidak terbatas. Wahyu ini membimbing manusia menuju tujuanya menjadi lebih sempurna. Dalam wahyu ini adalah perintah dan larangan yang ditujukan kepada manusia untuk mengatur kehidupan mereka lebih baik. Tuntunan fitrah dan agama adalah janji-janji ilahi yang telah akui oleh akal dan mewajibkan manusia untuk melaksanakannya. Sayangnya, sekelompok manusia telah melanggar janji ini. Mereka lebih mengutamakan hawa nafsu daripada kehendak Tuhan. Perilaku yang semacam ini akan mendatangkan kemurkaan Allah dan kemurkaan itu akan sebanding dengan tingkat pengingkaran yang dilakukan manusia. Tapi yang lebih penting lagi, perilaku ini menjauhkan manusia dari kemurahan Tuhan. Padahal di Hari Kiamat semua manusia membutuhkan kemurahan Allah.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Melanggar perjanjian dan sumpah menyebabkan keluar dari agama dan masuk ke dalam api neraka. 2. Menjaga amanah adalah perjanjian Tuhan. Dalam ayat-ayat sebelumnya, pembicaraan soal amanah rakyat, ayat ini melihat penjagaan amanah sebagai satu dari perjanjian Tuhan yang harus dipelihara.
ُاّللُ َو َما َُِّ ُنُ ِّع ْن ُِّد ُْ بُ َويَقهولهونَُُ هه َُوُ ِّم ُِّ بُ َو َماُ هه َُوُ ِّمنَُُ ْال ِّكت َا ُِّ سبهوُههُ ِّمنَُُ ْال ِّكت َا ُِّ نُ ِّم ْن هه ُْمُلَفَ ِّريقًاُيَ ْل هوونَُُأ َ ْل ِّسنَت َ هه ُْمُبِّ ْال ِّكت َا َُ َو ِّإ َ ْبُ ِّلتَح (78)َُِبُ َو هه ُْمُيَ ْعلَ همون َُِّ ُعلَى َُِّ ُنُ ِّع ْن ُِّد ُْ هه َُوُ ِّم اّللُ ْال اكذ ا َ َُُاّللُ َويَقهولهون Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (3: 78) Sebagaimana dalam ayat-ayat sebelumnya, telah dijelaskan bahwa salah satu sebab penyelewengan dan tersesatnya masyarakat di sepanjang sejarah adalah para ulama yang terkadang lebih mementingkan status sosialnya. Mereka juga terkadang memiliki sifat dengki dan keras kepala tidak bersedia memberitahukan masyarakat tentang hakikat yang benar, bahkan lebih dari itu, mereka menyembunyikan. Mereka lebih mementingkan pemikirannya atas agama, tapi pada saat yang sama menyebutnya sebagai agama. Al-Quran memperingatkan bahaya orang-orang seperti ini kepada kaum Muslimin, agar mereka tidak tertipu oleh lahiriyah orang-orang itu ataupun omongan menarik mereka. Hendaklah mereka tahu betapa banyak orang mengatakan kebohongan yang paling besar di bawah nama agama serta menisbatkannya kepada Tuhan. Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Janganlah kita dengarkan segala omongan. Betapa sering perkataan indah yang dikira oleh manusia sebagai al-Quran, ternyata kontra dengan Quran. Hendaknya
kita waspada karena terdapat beberapa orang yang menghancurkan agama atas nama agama. 2. Janganlah kita lalai terhadap bahaya para cendekiawan yang tidak bertakwa. Mereka mencampakkan rakyat ke jurang kesalahan dan kesesatan, juga berbohong atas nama tuhan dan menisbatkan perkataannya kepada Tuhan. ُنُ هكونهوا ُْ اّللُ َولَ ِّك َُِّ ُهون ُِّ نُد ُْ اسُ هكونهواُ ِّعبَادًاُ ِّليُ ِّم ُ ِّ َلُ ِّللن َُ َابُ َو ْال هح ْك َُمُ َوالنُّب َهوُة َُث هَُمُيَقهو َُ اّللهُ ْال ِّكت َُ ُنُيهؤْ تِّيَ ُهه ُْ َ َماُ َكانَُُ ِّلبَشَرُُأ ُنُتَت َ ِّخذهواُ ْال َم َلئِّ َك ُةَُ َوالُنَ ِّب ِّيينَُُأ َ ْربَابًا ُْ َ لُيََأ ْ هم َر هك ُْمُأ َُ )ُ َو55(َُُسون َُ َربَانِّ ِّيينَُُ ِّب َماُ هك ْنت هُْمُتهعَ ِّل همونَُُ ْال ِّكت َابُ َو ِّب َماُ هك ْنت هُْمُتَد هْر ه (80)َُأَيََأ ْ هم هر هك ُْمُبِ ْال ُك ْف ِرُبَ ْع ُدَُإِّ ُْذُأ َ ْنت هُْمُ هم ْس ِّل همون Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (3: 79) Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?" (3: 80) Melanjuti ayat sebelumnya yang menjelaskan soal bahaya para cendikiawan agama yang menyesatkan, dua ayat ini ditujukan kepada para nabi. Artinya, sekalipun mereka nabi yang diberi kita oleh Allah Swt dan punya hak memerintah, tapi ia tidak punya hak untuk mengajak manusia menyembah dirinya. Karena semua keistimewaan yang dimilikinya berasal dari Allah. Pertanyaannya, bagaimana mereka yang hanya pengikut nabi dan kitab samawi merasa berhak mencampuri perintah Tuhan? Diharapkan dari mereka yang lebih banyak tahu soal kitab-kitab Samawi dan senantiasa mempelajarinya untuk mengajarkannya kepada orang lain harusnya lebih konsekwen kepada perintah Allah. Selain itu, menerima setiap bentuk kekuasaan bagi manusia dan campur tangan dalam menetapkan hukum atau menukarnya identik dengan kekufuran. Sekaitan dengan hal ini, tidak seorangpun baik itu Rasul maupun Nabi, bahkan malaikat yang berhak untuk melakukan hal itu. Nah, bagaimana bisa para ulama mengklaim dirinya seperti
Tuhan dan memaksakan ideologinya kepada rakyat dan mengubah perintahperintah Allah dengan pikirannya sendiri, tapi mengatasnamakan agama? Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Segala bentuk penyalahgunaan status, popularitas dan tanggung jawab adalah perbuatan terlarang. Bahkan para Nabi pun tidak berhak menyalahgunakan status dan kedudukannya yang tinggi. 2. Hanya ulama rabbani yang berhak menafsirkan al-Quran, sebagaimana halnya jalan untuk menjadi rabbani adalah akrab dengan al-Quran, belajar dan mengajarkannya. 3. Segala bentuk berlebih-lebihan, memiliki ideologi yang ekstrim mengenai para nabi dan auliya adalah terlarang. Mereka adalah hamba-hamba Tuhan yang sampai pada derajat tinggi berkat ibadah, namun mereka tidak menganggap dirinya sebagai Tuhan. 4. Kufur bukan hanya mengingkari Tuhan. Menerima peran manusia dalam peletakan undang-undang yang bertentangan dengan aturan Tuhan juga berarti ingkar terhadap rubbubiyah Tuhan dan kufur kepada-Nya. ُنُبِّ ُِّه َُ صدِّقُُ ِّل َماُ َمعَ هك ُْمُلَتهؤْ ِّمنه ُْ اّللهُ ِّميثَاقَُُالنَبِّيِّينَُُلَ َماُآَت َ ْيت ه هك ُْمُ ِّم َُ ََُوإِّ ُْذُأ َ َخ ُذ نُ ِّكت َابُُ َو ِّح ْك َمةُُث هَُمُ َجا َء هك ُْمُ َر ه َ سولُُ هم َ لُفَا ْش َهد هواُ َوأَنَاُ َمعَ هك ُْمُ ِّمنَُُال ُ)18(َُُشا ِّهدِّين َُ ص ِّريُقَالهواُأ َ ْق َر ْرنَاُقَا َُ ص هرنَ ُههُقَُا ْ علَىُذَ ِّل هك ُْمُ ِّإ َولَت َ ْن ه َ ُلُأَأ َ ْق َر ْرت هُْمُ َوأ َ َخ ْذت هُْم (82)َُكُ هه هُمُ ْالفَا ِّسقهون َُ ِّكُفََأهولَئ َُ نُت ََولَىُبَ ْع ُدَُذَ ِّل ُْ فَ َم “Dan ingatlah, ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." (3: 81) Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui." Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi pula bersama kamu. Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (3: 82)
Dalam tafsir dan riwayat disebutkan bahwa Allah Swt telah mengambil janji dari nabi-nabi sebelumnya seperti Musa dan Isa as bahwa hendaknya mereka mengabarkan berita gembira akan kedatangan Rasul terakhir Muhammad Sawm Mereka juga hendaknya menjelaskan keistimewaan dan sifat-sifatnya. Bila hal itu dilakukan berarti mereka telah mewujudkan landasan keimanan masyarakat kepadanya. Karena semua Nabi adalah dari satu merupakan utusan Tuhan dan kitab-kitab Samawi mereka membenarkan antara satu dengan lainnya. Kedatangan nabi baru, mengharuskan para pengikut nabi sebelumnya untuk beriman kepadanya dan membantunya menghadapi musuh Meskipun para nabi itu tidak ada di zaman Rasulullah Saw sehingga mengimaninya secara langsung, namun yang penting kesiapan mereka untuk menerima perkara ini. Sebagaimana halnya para mujahidin di jalan Allah yang menuju ke medan perang siap untuk menerima syahadah, meskipun ada kemungkinan mereka tidak syahid. Dengan ungkapan lain pasrah diri dihadapan perintah Tuhan adalah penting, meski pun belum tersedia kondisi untuk menerapkan perintah tadi. Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Perbedaan para Nabi dalam menjalankan risalah, sebagaimana halnya perbedaan para guru satu sekolah dalam bidang pengajaran. Tujuan mereka semuanya satu dan setiap guru memperkenalkan guru selepasnya kepada para murid untuk melanjutkan pelajaran. 2. Iman dengan sendirinya tidaklah cukup. Dukungan dan pertolongan agama dan para pemimpin agama juga diperlukan. 3. Meskipun semua nabi menerima antara satu dengan lainnya, namun tidak ada alasan para pengikut agama ilahi menunjukkan fanatisme yang tidak berdasar.
َ ُض (83)َُعاُ َو َك ْر ًهاُ َوإِّلَ ْي ُِّهُي ْهر َجعهون ُ ِّ تُ َو ْاِل َ ْر ُِّ س َم َاوا ُْ اّللُيَ ْبغهونَُُ َولَ ُههُأ َ ْسلَ َُمُ َم َُِّ ُِّين ُِّ ْرُد َُ أَفَغَي َ نُفِّيُال ً ط ْو Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah. Padahal kepada Nyalah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (3: 83)
Ayat ini berbicara mengenai eksistensi dan segala yang ada semuanya tunduk terhadap aturan Tuhan di alam raya ini, baik ia memiliki kekuatan atau tidak.
Perilaku segala yang ada di bawah kekuasaan Tuhan seperti halnya ketika mereka diwujudkan di alam ini. Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa semua makhluk di alam takwini (penciptaan) tunduk, setia dan patuh terhadap kehendak Tuhan, tetapi lalu kenapa di alam Tasyri' (syariat) menyerahkan diri kepada pemikiran manusia dan tidak mengindahkan aturan Tuhan? Secara prinsipal, adakah selain Tuhan yang memiliki hak untuk meletakkan undangundang bagi makhluk? Dan adakah layak bila makhluk meninggalkan agama khalik dan menuju lainnya? Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Semua alam semesta dengan semua keagungannya tunduk kepada Tuhan. Mengapa kita tidak menuju kepadanya atas kehendak dan pilihan kita sendiri 2. Kesudahan semua alam dan kita manusia berada di tangan Allah, mengapa tidak sebaiknya kita menuju kepadanya atas kehendak kita sendiri. 3. Hakikat agama, adalah tunduk di hadapan Tuhan seorang mukmin tidak sepatutnya bersuara di hadapan kehendak Tuhan. ُسى َُ ِّاط ُ َو َما ُأهوت ُِّ َوب ُ َو ْاِل َ ْسب َُ س َحاقَُ ُ َويَ ْعقه ُْ ِّل ُ َوإ َُ يم ُ َوإِّ ْس َما ِّعي َُ علَى ُإِّب َْرا ِّه َُ علَ ْينَا ُ َو َما ُأ ه ْن ِّز َُ اّلل ُ َو َما ُأ ه ْن ِّز َُِّ ِّل ُآ َ َمنَا ُب ُْ قه َ ُل َ ُل َ ي ُ همو َ ُنُيَ ْبت َُِّغ ُل َُ َنُيه ْقب ُْ َاْلس َْل ُِّمُدِّينًاُفَل َُ غي ُْ )ُ َو َم15(َُُنُلَ ُههُ هم ْس ِّل همون ُقُبَيْنَُُأ َ َحدُُ ِّم ْن هه ُْمُ َونَحْ ه ُلُنهفَ ِّر ه َُ ُنُ َر ِّب ِّه ُْم ُْ سىُ َوالنَ ِّبيُّونَُُ ِّم َ َو ِّعي ِّ ْ ُْر (85)َُِّم ْن ُههُ َو هه َُوُفِّيُ ْاْلَ ِّخ َرةُُِّ ِّمنَُُ ْالخَا ِّس ِّرين Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anakanaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para Nabi dari Tuhan mereka, Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada Nyalah kami menyerahkan diri. (3: 84)
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (3: 85)
Pada ayat ini, Rasul Saw dan orang-orang mukmin lainnya diutus untuk menyatakan keimanannya kepada para Nabi terdahulu dan kitab-kitab mereka dan menekankan soal ketundukan di hadapan perintah-perintah ilahi. Karena semua mereka datang dari satu Tuhan. Tuhan senantiasa mengutus para nabi semenjak awal penciptaan manusia untuk memberi petunjuk mereka kepada kebahagiaan.
Sudah jelas dengan kedatangan setiap nabi baru, tetap tinggal di atas ajaran-ajaran Nabi sebelumnya bertentangan dengan pertumbuhan dan kesempurnaan petunjuk manusia. Para nabi seperti halnya para guru sebuah sekolah yang meninggikan manusia dalam berbagai kelas. Nabi yang terakhir, adalah Nabi Muhammad Saw yang mengemukakan ajaran-ajarannya dalam wadah agama Islam. Jelas di sini bahwa dengan kedatangannya, para pengikut nabi berkewajiban menaatinya dan apabila ada seseorang yang tetap pada agama lain, maka amalannya itu tidak diterima.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Tujuan semua nabi adalah satu, meskipun metode dakwah mereka adalah berbeda tergantung kepada masa dan tempat. 2. Dengan adanya agama yang sempurna maka memilih selainnya adalah tindakan yang merugikan. 3. Menerima Islam tidaklah berarti penafian kebenaran agama-agama dan para nabi terdahulu, melainkan keyakinan pada mereka merupakan bagian dari keyakinan seorang muslim.
َ ُلُيَ ْهدِّيُ ْالقَ ْو َُم َُُالظاُِّل ِّمين َُ ُاّلله َُ لُ َحقُُ َو َجا َء هه هُمُ ْالبَيِّنَاتهُُ َو َُ سو َُ َ ش ِّهد هواُأ َُ ُْفُيَ ْهدِّي َُ َكي َ اّللهُقَ ْو ًماُ َكفَ هرواُبَ ْع ُدَُإِّي َمانِّ ِّه ُْمُ َو الر ه َ ُن ه ْ َ َ (87)َُاسُُأجْ َم ِّعين ُ ِّ َاّللُ َوال َم َلئِّ َك ُِّةُ َوالن َُِّ َُعلَ ْي ِّه ُْمُلَ ْعنَ ُة َُ كُ َجزَ ا هؤ هه ُْمُأ َُ ِّ)ُأولَئ15( َ ُن Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. (3: 86) Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya. (3: 87)
Salah satu hal yang mengancam mukminin adalah kemurtadan. Sejarah menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang beriman kepada Tuhan dan NabiNya. Namun tidak sedikit juga dari mereka meskipun mengetahui kebenaran dan menyadari kebenaran Islam, namun mereka berpaling dari jalan yang benar dan menjadi kafir. Jelas, sekali ada perbedaan antara orang yang tidak memahami kebenaran dan tidak mengimaninya, dengan orang yang telah mengetahui kebenaran, namun menentangnya atas dasar keras hati dan hawa nafsu. Golongan yang kedua tidak akan mendapat rahmat ilahi yang khas dimiliki mukminin. Bukan hanya Tuhan, bahkan para penanggungjawab alam semesta, yakni malaikat dan orang-orang yang mencintai kebenaran membenci orang-orang yang menyianyiakan jerih payah para Nabi dan sebab-sebab petunjuk ilahi. Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Iman tahap dasar tidaklah cukup, melainkan diperlukan mempertahankan iman hingga akhir usia karena bahaya murtad senantiasa mengancam manusia. 2. Kondisi agar mendapat petunjuk ilahi atau sebaliknya, keduanya kitalah yang mewujudkan. Tuhan tidak menzalimi hak seseorang, kitalah yang menzalimi diri kita sendiri dengan membelakangi kebenaran. 3. Masyarakat haruslah menunjukkan reaksi di hadapan penyelewenganpenyelewengan idiologi orang-orang murtad dan menyatakan bara'ah dari mereka.
َ لُ هه ُْمُيه ْن َ ُاّلل ُُغفهور ََُ ُن َُ ِّ صلَ هحواُفَإ َُ نُبَ ْع ُِّدُذَ ِّل ُْ لُالَذِّينَُُت َابهواُ ِّم َُ ِّ)ُإ11(َُُظ هرون َُ ابُ َو ُع ْن هه هُمُ ْالعَذَ ه ُلُيه َخفَ ه َُ ُخَا ِّلدِّينَُُفِّي َها ْ َ كُ َوأ َ ُف (89)َُر ِّحيم Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. (3: 88) Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (3: 89) Orang-orang yang melepaskan keimanan setelah mereka mengetahui kebenaran. Mereka mendapat siksa yang pedih. Baik di dunia dicaci oleh para pecinta kebenaran dan juga di akhirat, mereka ditimpa siksa yang pedih, dan juga di akhirat, mereka ditimpa siksa yang pedih. Kelompok ini tidak layak mendapat keringanan dan penundaan dalam siksa dan mereka jauh dari rahmat Tuhan. Walaupun demikian, jalan taubat dan kembali tidak pernah tertutup, sekalipun untuk orangorang sejenis ini. Sekiranya mereka benar-benar menyesali dan memperbaiki perilaku mereka, niscaya diampuni oleh Tuhan dan rahmat Tuhan kembali kepada mereka. Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Taubat bukanlah perkara lisan. Taubat yang sejati adalah memperbaiki amalan perbuatan dan fikiran yang sesat masa lalu. 2. Allah Swt bukan hanya menerima taubah ahli dosa, melainkan ia menyukai orang-orang yang bertaubat.
ْ ُنُالَذِّينَُُ َكفَ هرواُبَ ْع ُدَُإِّي َمانِّ ِّه ُْمُث هَُم ُنُالَذِّينَُُ َكفَ هرواُ َو َماتهوا َُ ِّ)ُإ55(َُُكُ هه هُمُالضَالُّون َُ ِّلُت َْوبَت ه هه ُْمُ َوأهولَئ َُ َنُت ه ْقب ُْ َازدَاد هواُ هك ْف ًراُل َُ ِّإ ه (91)ََُاص ِّرين ُْ عذَابُُأ َ ِّليمُُ َو َماُلَ هه ُْمُ ِّم َُ ضُذَ َهبًاُ َولَ ُِّوُا ْفتَدَىُ ِّب ُِّهُأولَ ِّئ ُ ِّ نُأ َ َح ِّد ِّه ُْمُ ِّم ْل هُءُ ْاِل َ ْر ُْ لُ ِّم َُ َنُيه ْقب ُْ ََو هه ُْمُ هكفَارُُفَل ِّ نُن َ ُكُلَ هه ُْم Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orangorang yang sesat. (3: 90)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (3: 91) Manusia bebas dalam memilih jalannya apakah memilih keimanan atau kekufuran. Ia dapat memilih salah satunya. Sebagian masyarakat mengimani karena taklid kepada nenek moyang atau hawa nafsu atau kondisi zaman. Tapi mengingat keimanan orang-orang ini tidak memiliki fondasi yang benar, maka dengan mudah ia melepaskannya dan menjadi kufur. Bahkan mungkin saja mereka tenggelam dalam kekafiran melebihi yang lain. Orang-orang ini begitu tenggelam dalam kekufuran dan penyelewengan, sehingga sarana untuk memperbaiki diri telah musnah di tangan mereka sendiri. Sedemikian jauh mereka tenggelam dalam egoisme dan kealpaan, sehingga tidak ada yang dapat menyadarkan mereka, selain lonceng kematian dan kemenangan muslimin. Sudah jelas bahwa taubat atas dasar takut mati tidaklah punya nilai. Karena taubat haruslah berdasarkan penyesalan internal, bukannya faktor-faktor seperti ketakutan atau kematian yang dipaksakan dari luar terhadap manusia. Bukan hanya taubat lisan yang menyelamatkan orang-orang seperti ini, tapi tidak ada harta yang dapat menyelamatkan mereka dari siksa Tuhan pada hari kiamat dan tidak ada teman yang jadi penyelamat mereka dari api neraka.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Memelihara dan mempertahankan iman lebih penting dari iman itu sendiri. Banyak sekali orang menjadi kafir setelah beriman. 2. Tuhan menerima taubat, namun sebagian kehilangan peluang untuk kembali karena tak henti-hentinya mengulangi dosa. 3. Jangan kita terlalu optimis dengan masa sekarang, di mana setiap mukmin diancam dengan mati dalam kekafiran.
(92)ُع ِّليم ََُ ُن َُ ِّ ش ْيءُُفَإ ُْ نُتَنَالهواُ ْالبِّ َُرُ َحتَىُت ه ْن ِّفقهواُ ِّم َماُت ه ِّحبُّونَُُ َو َماُت ه ْن ِّفقهواُ ِّم ُْ َل َ ُن َ ُاّللُبِّ ُِّه
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (3: 92) Kata di atas dalam bahasa arab memiliki arti yang luas dan mencakup segala jenis kebaikan dalam pikiran atau perbuatan. Sebagaimana dalam al-Quran keimanan kepada Tuhan dan perbuatan atau amalan seperti shalat, jihad dan tepat janji dihitung sebagai substansi kebaikan (birrun). Ayat ini menyebut infak di jalan Allah sebagai salah satu dari contoh kebaikan atau birrun yang diartikan bilamana manusia menafkahkan sesuatu yang disukainya kepada orang lain. Dinukilkan bahwa di malam perkawinan Sayyidah Fathimah as, seorang miskin meminta pakaian usang Sayyidah Fatimah. Namun beliau menginfakkan pakaian baru perkawinannya kepada wanita miskin tadi. Ini adalah substansi ayat yang menyatakan, infakkanlah dari apa yang engkau suka, bukannya yang diminta oleh orang miskin. Karena kemungkinan mereka itu menerima hal yang sudah usang disebabkan terpaksa. Bagaimanapun juga, infak memiliki arti yang luas yang meliputi segala bentuk bantuan kepada orang lain, baik berupa sedekah dan pemberian, baik berupa wakaf dan nazar. Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Dari segi agama, kebaikan bukan hanya terletak pada shalat dan ibadah. Membantu orang-orang lemah dan memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat adalah di antara tugas muslimin. 2. Karena Tuhan membandingkan apa yang kita infakkan, maka sebaiknya kita infak sesuatu yang terbaik dan jangan kikir akan jumlahnya. 3. Syuhada mencapai derajat tertinggi kebaikan (birrun). Karena mereka menginfakkan modal yang paling besar yaitu jiwanya di jalan Allah.
4. Dalam infak, intinya adalah pada kualitas bukannya pada kuantitas. 5. Dalam Islam, tujuan infak bukan hanya mengenyangkan perut orang-orang lapar, melainkan pertumbuhan ekonomi yang menafkahkan juga dimaksudkan. Menghilangkan keterikatan hati dari sesuatu yang dikhayalkan mampu mengembangkan jiwa kedermawanan dan pengorbanan.
َ ُل ُُِّل ُفََأْتهوا ُبُِّالت َ ْو َراة ُْ ل ُالت َ ْو َراُة هُقه َُ ن ُتهن ََز ُْ َ ل ُأ ُِّ ن ُقَ ْب ُْ علَى ُنَ ْف ِّس ُِّه ُ ِّم ُل ُ َما ُ َح َر َُم ُ ِّإس َْرائِّي ه َُ ل ُ ِّإ َُ ل ُ ِّلبَنِّي ُإِّس َْرائِّي ُ ًّ ام ُ َكانَُ ُ ِّح ُِّ َالطع ُُّ هك َ ُل ه َ ُكُ هه هُم (94)َُالظا ِّل همون َُ كُفََأولَ ِّئ َُ نُبَ ْع ُِّدُذَ ِّل ُْ ِّبُ ِّم َُ اّللُ ْال َكذ َُِّ ُعلَى ُِّ )ُفَ َم57(َُُصا ِّد ِّقين ُْ فَاتْلهوهَاُ ِّإ َ ُنُا ْفت ََرى َ ُنُ هك ْنت هُْم
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar". (3: 93) Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim. (3: 94)
Di antara keberatan yang dimiliki oleh yahudi Madinah terhadap Rasul Saw adalah syariat Islam. Mereka menilai syariat Islam bertentangan dengan syariat Musa dan Isa as. Mereka mencontohkan bahwa dalam agama nabi-nabi sebelumnya, daging dan susu unta adalah haram, namun dalam Islam adalah halal. Ayat ini menjawab keberatan mereka itu demikian, "Daging dan susu unta adalah di antara makanan yang dalam syariat Nabi Musa adalah halal. Hanya Nabi Ya'qub yang menghindari daging dan susu unta lantaran keduannya itu berbahaya bagi tubuh Nabi Ya'qub dan Bani Israel mengira ini adalah pengharaman syariat dan selamanya. Padahal hal itu merupakan suatu perbuatan pribadi, bukan hukum Tuhan.
Kelanjutan ayat menyatakan, "Fondasi syariat Nabi Musa adalah Taurat, bukannya ucapan dan apa yang didengar oleh kalian. Jika dalam Taurat, sesuatu dinilai haram, maka anda harus memandangnya haram, jika tidak kalian telah menisbatkan sesuatu kepada Tuhan tanpa alasan."
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Janganlah mengharamkan apa yang dihalalkan dan menghalalkan apa yang diharamkan oleh Tuhan. Kita harus menerima apa yang dihalalkan dan diharamkan oleh Tuhan, bukannya dari yang kita dengar dari mulut masyarakat ataupun yang kita saksikan dalam tradisi masyarakat. 2. Konsep dasar bahan makanan adalah kehalalannya. Maksudnya untuk membuktikan kehalalan sesuatu, kita tidak memerlukan argumen. Melainkan kalau kita hendak mengatakan sesuatu itu haram, kita harus membawakan dalil. 3. Jangan kita mengemukakan pandangan dan akidah pribadi atas nama agama, dimana kita telah melakukan kezaliman dalam hak agama, pimpinan dan masyarakat.
(95)َُيمُ َحنِّيفًاُ َو َماُ َكانَُُ ِّمنَُُ ْال هم ْش ِّر ِّكين َُ اّللهُفَاتَبِّعهواُ ِّملَ ُةَُإِّب َْرا ِّه َُ َُُصدَق ُْ قه َ ُل
Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (3: 95) Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan betapa orang-orang Yahudi telah mengharamkan sebagian makanan bagi diri mereka sendiri dan menisbatkannya kepada Allah. Nabi Muhammad Saw lalu berkata kepada mereka, "Bila apa yang kalian katakan itu benar, coba bawakan alasan pengharamannya dari Taurat."
Ayat al-Quran ini mengingatkan kalangan Yahudi yang mengakui dirinya sebagai pengikut agama Ibrahim, hendaknya seperti Nabi Ibrahim as senantiasa mencari kebenaran dan mengikuti hakikat. Keduanya dapat ditemukan dalam Kitab Allah, bukannya mengikuti hawa nafsu dan tradisi nenek moyang atau khurafat yang banyak disaksikan di tengah-tengah masyarakat. Karena mengikuti hal-hal seperti ini sejatinya merupakan bagian syirik kepada Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Pencarian kebenaran merupakan ciri khas manusia hebat sepanjang sejarah. Kita juga harus berusaha untuk meneladani orang-orang besar ini. 2. Menerima segala aturan atau tradisi di samping undang-undang ilahi artinya menerima kesyirikan kepada Allah dalam bidang penetapan hukum. َُُنُدَ َخلَ ُههُ َكان ُْ يمُ َو َم َُ )ُفِّي ُِّهُآَيَاتُُبَيِّنَاتُُ َمقَا هُمُإِّب َْرا ِّه55(َُُار ًكاُ َو ههدًىُ ِّل ْلعَالَ ِّمين ُ ِّ َض َُعُ ِّللن َُ نُأ َ َو َُ ِّإ ِّ لُبَيْتُُ هو َ َاسُلَلَذِّيُبِّبَ َك ُةَُ همب َ ُاّلل (97)َُنُ ْالعَالَ ِّمين ُِّ ع ََُ ُن َُ ِّ نُ َكفَ َُرُفَإ ُْ يلُ َو َم ُ ً س ِّب َُ طا َُ َ نُا ْست ُِّ تُ َم ُِّ جُ ْالبَ ْي ُُّ اسُ ِّح ُ ِّ َعلَىُالن َُِّ ِّ آ َ ِّمنًاُ َو َ ُُغنِّي َ ُّلل َ ُعُ ِّإلَ ْي ُِّه
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (3: 96) Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (3: 97) Satu dari kritikan orang-orang Yahudi kepada umat Islam terkait dengan Baitul Maqdis. Karena bangunan ini telah dibangun sekitar seribu tahun sebelum kelahiran Nabi Isa al-Masih. Baitul Maqdis dibangun oleh Nabi Sulaiman as.
Pertanyaan mereka, mengapa umat Islam menjadikan Ka'bah sebagai kiblat yang tidak punya latar belakang sejarah yang lama? Sekaitan dengan kritikan ini, al-Quran menjawab, "Ka'bah merupakan tempat pertama yang dibangun untuk peribadatan manusia dan usianya lebih dari setiap tempat ibadah dan masjid yang lain. Berdasarkan sejumlah riwayat, fondasi Ka'bah dibangun oleh Nabi Adam as dan seluruh nabi ilahi pergi berziarah ke Ka'bah serta melakukan ibadah khusus di sana. Ka'bah bukan hanya kiblat yang terkadang dipakai oleh umat Islam sebanyak lima kali, tapi ia merupakan tempat pertunjukan kekuasaan ilahi. Kekuasaan ini akan terlihat setiap tahun di mana umat Islam yang melakukan ibadah haji menuju ke sana. Setiap orang yang punya kemampuan baik dana maupun badan setidaktidaknya menjadi kewajiban baginya sekali seumur hidup ikut hadir dalam pertemuan tahunan ini. Ketika dinding Ka'bah dibuat, Nabi Ibrahim as bertumpu pada sebuah batu yang ternyata sepanjang sejarah hingga saat ini dihormati dan kini dikenal sebagai Maqam Ibrahim yang terletak di dekat Ka'bah. Pembaharuan Ka'bah juga telah dilakukan berabad-abad sebelum Nabi Musa dan Isa as. Selama ini, telah terjadi perubahan besar, termasuk terjadinya banjir besar yang mengakibatkan Ka'bah mengalami kerusakan. Oleh karenanya, adanya batu ini di dekat Mekah dengan sendirinya menjadi satu tanda-tanda kebesaran Allah yang seharusnya menjadi pelajaran bagi peziarah rumah Allah ini. Bila kini menziarahi Ka'bah dan menemukan Maqam Ibrahim berada di dekat Ka'bah, maka suatu hari akan tiba dimana bukti Allah di atas bumi. Yakni, Imam Mahdi as akan bersandar di dinding Ka'bah dan meneriakkan slogan-slogan untuk menyelamatkan manusia. Dengan kebangkitannya beliau akan menerapkan keadilan di atas dunia. Di sisi lain, Mekah dan Ka'bah merupakan kawasan aman ilahi. Kawasan ini menjamin keamanan bukan saja manusia, tapi sampai pada hewan dan tumbuhtumbuhan. Setiap orang tidak berhak untuk memetik tumbuh-tumbuhan atau memburu burung-burung. Berdasarkan riwayat-riwayat disebutkan, bila seorang
penjahat memasuki Masjidul Haram, ia tidak dapat diperlakukan sebagai seorang penjahat. Hal yang bisa dilakukan adalah menekannya saja agar ia keluar dari sana. Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Bila ada Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tempat pertemuan wakil-wakil dari setiap bangsa di dunia, maka ketauhilah bahwa sejak awal penciptaan Ka'bah, Allah telah menjadikannya sebagai rumah manusia yang menjadi tempat ibadah sekaligus tempat berkumpulnya wakil-wakil dari segala etnis di dunia. 2. Melaksanakan taklif ilahi bergantung pada kemampuan setiap orang. Allah mewajibkan semua manusia secara sama dan setiap orang punya kewajiban sesuai dengan kemampuan harta dan badannya. 3. Manfaat melakukan perintah ilahi kembali pada diri kita sendiri dan Allah tidak membutuhkan perbuatan itu. Allah bahkan tidak membutuhkan keberadaan kita. ُن ُْ ع ُِّ ل ُ ْال ِّكت َا َُ ل ُيَا ُأ َ ْه ُْ )ُقه51(ُ َُعلَى ُ َما ُت َ ْع َملهون َُ اّلل ُ َو َُِّ ُ ت ُِّ ب ُ ِّل َُم ُت َ ْكفه هرونَُ ُبِّآَيَا ُِّ ل ُ ْال ِّكت َا َُ ل ُيَا ُأ َ ْه ُْ قه َ ُ اّلله ب ُ ِّل َُم ُت َ ه َ ُ َُصدُّون َ ُ ُش ِّهيد نُآ َ َمنَُُت َ ْبغهونَ َهاُ ِّع َو ًجاُ َوأ َ ْنت هُْمُ ه (99)َُع َماُت َ ْع َملهون َُ ُش َهدَا هُءُ َو َما ُْ اّللُ َم َُِّ ُل ُِّ س ِّبي َ ُُاّللهُ ِّبغَافِّل َ Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?" (3: 98)
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan? Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (3: 99) Sekalipun di masa munculnya Islam di Jazirah Arab, orang-orang Yahudi adalah pengikut agama ilahi terbesar dan berdasarkan janji-janji Taurat dan Injil mereka tengah menanti pengutusan pembawa berita ilahi, tapi ternyata mereka mengingkarinya. Ketika Nabi Muhammad Saw tiba di kota Madinah, kebanyakan Ahlul Kitab justeru mengingkari Kitab yang dibawanya, yaitu al-Quran. Mereka juga malah memilih untuk bergabung dengan musuh-musuh umat Islam.
Bukan saja mereka tidak beriman, tapi justru mencegah orang lain yang ingin beriman. Mereka berusaha menyimpangkan agama Islam dari maknanya yang seharusnya. Karena seseorang yang tidak punya kecenderungan kepada Islam, juga tidak akan beriman kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam dua ayat di atas Allah berfirman kepada Nabi-Nya, "Katakan kepada mereka, apakah kalian tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala perbuatan kalian, bahkan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi sekalipun. Lalu mengapa mencegah orang-orang untuk beriman kepada Allah. Lebih buruk lagi, kalian berusaha mengeluarkan orangorang beriman dari jalan yang lurus?" Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Faktor terbaik yang mampu mencegah kita dari melakukan banyak perbuatan dosa adalah meyakini Allah mengetahui segala perbuatan kita. 2. Kebanyakan musuh-musuh agama mengerti akan kebenaran Islam, tapi tetap saja mereka berusaha menyimpangkan manusia. Karena mereka lebih mementingkan manfaat dunia dari yang lain.
َُُْفُت َ ْكفه هرون َُ )ُ َو َكي855(ََُُابُيَ هردُّو هك ُْمُبَ ْع ُدَُ ِّإي َمانِّ هك ُْمُ َكافِّ ِّرين َُ نُت ه ِّطيعهواُفَ ِّريقًاُ ِّمنَُُالَذِّينَُُأهوتهواُ ْال ِّكت ُْ يَاُأَيُّ َهاُالَذِّينَُُآ َ َمنهواُ ِّإ (101)ُص َراطُُ هم ْست َ ِّقيم َُ اّللُفَقَ ُْدُ ههد َُِّ َِّص ُْمُب ُْ سوله ُههُ َو َم َُِّ ُُعلَ ْي هك ُْمُآَيَاته اّللُ َوفِّي هك ُْمُ َر ه ِّ ُِّيُإِّلَى ِّ نُيَ ْعت َ َُوأ َ ْنت هُْمُتهتْلَى
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (3: 100) Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (3: 101) Setelah kedatangan Rasul Saw ke Madinah dan terbentuknya pemerintahan Islam, terciptalah kedamaian dan ketulusan antara berbagai kabilah atau suku. Dua suku
Aus dan Khazraj yang bertahun-tahun terlibat sengketa dan bentrok, di bawah kepemimpinan Rasul Saw mencapai kedamaian dan keamanan dan hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tenteram. Sebagian orang Yahudi memandang persatuan ini merugikan dan mereka merancang skenario untuk mengobarkan api perpecahan supaya muslimin kembali bermusuhan. Oleh karenanya, salah satu dari muslimin telah diperintahkan agar mengingatkan kembali luka masa silam saat perang antara kabilah. Ternyata skenario ini mengena dan hampir saja terjadi perang besar-besaran. Kemudian ayat ini turun dan muslimin diingatkan agar mewaspadai konspirasi musuh dan hendaknya mereka mengetahui bahwa konspirasi musuh adalah untuk menjauhkan mereka dari satu dengan lainnya. Karena keberadaan Rasul Saw dan kitab al-Quran di tengah-tengah masyarakat merupakan poros persatuan yang paling baik dan jalan lurus ilahi adalah dengan mengikuti perintah-perintah Rasul Saw. Makanya, kaum muslimin harus memegang tali persatuan dan tidak boleh termakan taktik adu domba musuh.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Harapan musuh adalah melemahkan keimanan muslimin kepada Tuhan dan Rasul, janganlah kita beri jalan sehingga harapan dan impian mereka tercapai. 2. Janganlah kita berbangga dengan keimanan saat ini, betapa banyak orang-orang mukmin yang kesudahannya tidak baik dan menjadi kafir. 3. Keberadaan kitab samawi dan peraturan ilahi dalam masyarakat saja tidaklah cukup untuk mencegah penyelewangan, melainkan kehadiran pimpinan samawi dan ketaatan kepadanya juga lazim. 4. Usaha dan gerak akan menyampaikan manusia yang berjalan di atas jalan yang lurus, bukannya di jalan sesat.
ُل َُ اّلل ُ َج ِّميعًا ُ َو َُِّ ُ ل ُِّ َص هموا ُبِّ َح ْب َُ ِّن ُإ َُ ل ُت َ هموت ه َُ ق ُتهقَاتِّ ُِّه ُ َو َُ اّلل ُ َح ََُ ُ يَا ُأَيُّ َها ُ ُالَذِّينَُ ُآ َ َمنهوا ُاتَقهوا ِّ )ُ َوا ْعت855(ُ َُل ُ َوأ َ ْنت هُْم ُ هم ْس ِّل همون ُُشفَا ُ هح ْف َرة َُ ُ صبَحْ ت هُْم ُ ِّب ِّن ْع َم ِّت ُِّه ُ ِّإ ْخ َوانًا ُ َو هك ْنت هُْم َُ َعلَ ْي هك ُْم ُ ِّإ ُْذ ُ هك ْنت هُْم ُأ َ ْعدَا ًُء ُفََأَل َُِّ َُتَفَ َرقهوا ُ َوا ْذ هك هروا ُ ِّن ْع َم ُة َ ُ علَى ْ َ ف ُبَيْنَُ ُقهلهو ِّب هك ُْم ُفََأ َ ُ اّلل (103)َُاّللهُلَ هك ُْمُآَيَاتِّ ُِّهُلَعَلَ هك ُْمُت َ ْهتَدهون َُ ُن ُكُيهبَيِّ ه َُ ارُفََأ َ ْنقَذَ هك ُْمُ ِّم ْن َهاُ َكذَ ِّل ُِّ َِّمنَُُالن Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (3: 102) Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (3: 103) Dalam madrasah para nabi, untuk membina muslimin yang merupakan para pelajar madrasah ini, terdapat kelas yang lebih tinggi. Untuk setiap kesempurnaan dan kebaikan, terdapat marhalah atau peringkat yang mana seorang mukmin harus berusaha untuk mencapai marhalah yang lebih tinggi. Ilmu pengetahuan merupakan anugerah Tuhan untuk umat manusia. Salah satu kesempurnaan yang diminta oleh Rasul "Rabbi Zidni ‘Ilman". Keimanan dan takwa juga memiliki tahap dan peringkat, di mana Allah Swt dalam ayat ini menganjurkan agar muslimin mencapai derajat yang lebih tinggi. Tuhan berfirman yang kurang lebih artinya, dapatkan takwa yang patut dengan keimanan Tuhan, takwa yang menjauhkan kalian dari keburukan dan juga mendorong kalian untuk berbuat kebaikan. Ayat 103 Ali Imran menyeru muslimin untuk bersatu di bahwa payung agama. Janganlah kalian lupa bahwa sebelum kalian beriman kepada Tuhan, kalian begitu terlibat persengketaan dan benci dan kalian telah berada di bibir jurang yang setiap detik kemungkinan kalian jatuh dan binasa ke dalam jurang kekotoran. Maka bersyukurlah kepada Allah yang telah mendekatkan hati-hati kalian dan sedemikian besar Dia menanamkan rasa kasih di antara kalian, sehingga kalian seperti saudara.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Husnul Khatimah dan mati membawa iman adalah tergantung takwa dan kesucian. Bagaimana nanti manusia mati tergantung bagaimana mereka hidup. 2. Kesatuan masyarakat berdasarkan bahasa, etnis dan kebangsaan tidak akan langgeng. Persatuan yang hakiki adalah di bawah naungan iman kepada Tuhan yang selalu tegak dan abadi. 3. Persatuan yang berdasarkan perjanjian internasional atau politik dan militer juga tidak akan kekal, persatuan yang sejati akan kekal di bawah kesatuan hati dan kasih sayang yang juga berada di tangan Tuhan. 4. Mengingat nikmat-nikmat Tuhan merupakan faktor kecintaan dan ketaatan kepada perintah-perintahNya, sebaliknya lalai terhadap nikmat-nikmat ilahi menyebabkan terlepasnya nikmat-nikmat itu.
(104)َُكُ هه هُمُ ْال هم ْف ِّل هحون َُ ِّنُ ْال هم ْن َك ُِّرُ َوأهولَئ ُِّ ع ُِّ ْرُ َويََأ ْ هم هرونَُُبِّ ْال َم ْع هر ُِّ عونَُُ ِّإلَىُ ْال َخي ُْ َوُْلت َ هك نُ ِّم ْن هك ُْمُأ ه َمةُُيَ ْد ه َ َُُوفُ َويَ ْن َه ْون
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (3: 104) Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari cara berkelompok dan hidup bermasyarakat. Perilaku individu-individu selain meninggalkan pengaruh personal, juga berpengaruh kepada individu-individu lain masyarakat. Masyarakat manusia bagaikan kapal besar yang apabila seorang dari penumpangnya berlaku bodoh ingin melubangi salah satu bagiannya, maka hal itu akan menenggelamkan semua awak kapal.
Oleh karena itu, sesuai dengan perintah akal, semua anggota masyarakat bertanggung jawab antara satu dengan lain agar kapal tetap terpelihara dan selamat. Agama ini telah menjelaskan pesan akal dalam bingkai perintah-perintah dengan nama amar makruf dan nahi mungkar dan setiap muslim diwajibkan untuk menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Amar makruf dan nahi mungkar dalam tahap ini merupakan fardhu ain yang setiap orang harus melaksanakan sebatas kemampuannya. Namun ayat ini menjelaskan bahwa selain muslimin secara umum, harus dibentuk suatu kelompok yang terorganisir dan kompak untuk urusan ini. Menariknya di sini, ayat yang berkaitan dengan amar makruf dan nahi anil mungkar diapit oleh dua ayat yang menyeru muslimin untuk bersatu yang rahasianya mengajak kepada perbuatan-perbuatan baik. Hal ini memungkinkan untuk masyarakat yang bersatu dan struktur sosialnya tidak hancur, kalau tidak, seruan semacam ini tidak akan efektif. Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Dalam masyarakat Islam, harus ada kelompok yang mengawasi perilaku sosial dan sejauh diperlukan haruslah memberantas kemungkaran dan mencegah meluasnya keburukan dalam masyarakat. 2. Kesejahteraan dan kebahagiaan akan terwujud dengan tindakan menyelesaikan kesulitan sosial bukannya menyendiri dan menjauh dari persoalan-persoalan sosial. 3. Seorang mukmin tidaklah boleh hanya memikirkan diri sendiri, melainkan ia juga harus andil dalam menyelamatkan dan membantu orang lain agar maju. 4. Menganjurkan kebaikan lebih diutamakan dari mencegah keburukan, karena jika jalan-jalan benar telah terbuka untuk masyarakat, keberadaan jalan-jalan yang sesat akan berkurang.
ْ لُت َ هكونهواُ َكالَذِّينَُُتَفَ َرقهواُ َو (105)ُع ِّظيم َُ ِّنُبَ ْع ُِّدُ َماُ َجا َء هه هُمُ ْالبَ ِّينَاتهُُ َوأهولَئ ُْ اختَلَفهواُ ِّم َُ َُو َ ُُعذَاب َ ُكُلَ هه ُْم
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (3: 105) Salah satu dari bahaya yang mengancam para pengikut agama-agama ilahi adalah persoalan-persoalan yang membangkitkan perselisihan etnis dan kaum ataupun persoalan-persoalan sejarah dan pemerintahan. Dalam sajian sebelum ini, kami telah menjelaskan bahwa Allah swt telah mengajak semua mukminin untuk bersatu dan sehati dan Allah swt menyebut mereka sebagai bersaudara.
Oleh karenanya, para penyembah Tuhan di manapun berada, telah mewujudkan sejenis hubungan dan ikatan pemikiran antara mereka di mana perbatasan geografi tidak lagi dapat memisahkan mereka. Rasul Saw seribu empat ratus tahun yang lalu bersabda, "Saudara-saudara ku adalah orang-orang yang akan datang pada masa mendatang, mereka yang tidak pernah melihatku, namun beriman kepadaku, mereka adalah saudara-saudaraku yang sejati.” Keyakinan kepada Tuhan merupakan fokus persatuan yang paling kokoh yang sepatutnya menyebabkan faktor kesatuan hari antara semua penganut agama khususnya muslimin. Namun sayangnya, kepentingan-kepentingan material atau tendensi-tendensi politik yang menyebabkan adakalanya antara mukminin terlibat perang dan konflik yang belum prenah terjadi antara mereka an musuh-musuh Allah. Ayat ini merupakan suatu peringatan kepada semua, yang mana akhir perselisihan ini adalah siksa dan adzab di dunia maupun akhirat. Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik: 1. Sumber sebagian besar perselisihan, bukanlah kebodohan. Sebagian meskipun mengetahui kebenaran, namun mereka memerangi kebenaran itu karena kepentingan-kepentingan pribadinya dan mewujudkan dinding pemisah antara muslimin.
2. Marilah kita mengambil pelajaran dari sejarah orang-orang terdahulu. Adakah kaum-kaum yang terlibat perselisihan, telah menggapai kebahagiaan, ataukah mereka hidup berdampingan dengan harmonis?