BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Desain Landasan Teori
Untuk mengukur kinerja dengan Balanced Scorecard, maka dibutuhkan alur untuk melihat tahapan-tahapan guna melihat proses untuk sampai mendapatkan hasil kinerja PT Buana Finance, Tbk. Pada Gambar 2.1 menunjukkan desain dari landasan teori Balanced Scorecard yang dibuat.
Gambar 2.1 Desain Landasan Teori
Sumber : Penulis (2014)
2.1.2
Manajemen
Manajemen merupakan proses koordinasi kegiatan dan aktivitas kerja sehingga dapat diselesaikan secara efisien serta efektif dengan dan melalui orang lain. Selain harus efisien dan efektif, koordinasi pekerjaan orang lain merupakan hal yang membedakan posisi manajerial dan non-manajerial.Terdapat dua perhatian utama dalam manajemen. Pertama, terkait dengan apa yang disebut dengan efisien dan yang kedua terkait dengan apa yang disebut dengan efektif. Efisien didefinisikan sebagai “doing things right”, yakni mengerjakan sesuatu dengan cara yang benar. Definisi ini mengarahkan manajemen akan pentingnya hubungan output (luaran) dan input (masukan). Sedangkan efektif didefinisikan sebagai “doing the things right”, yakni mengerjakan sesuatu yang benar, sesuai sasaran. Efisiensi dan efektivitas merupakan dua aspek penting yang mempunyai kekhasan pendekatan tersendiri. Efisiensi menunjukkan peranan manajemen sebagai 9
10 means (alat) yang berarti menekan kerugian atau kehilangan serendah mungkin dari sumber daya yang digunakan. Maka, dapat disimpulkan bahwa efisiensi bersandar pada cara atau teknik dalam menekan penggunaan sumber daya dengan menekan biaya yang paling kecil untuk menghasilkan produk yang maksimal. Efektivitas memberikan perhatian khusus pada pencapaian hasil setinggi-tingginya sesuai dengan sasaran yang dituju. Jadi, efisiensi merupakan cara menekan kerugian, edangkan efektivitas merupakan arahan mencapai hasil. Efisiensi dan efektifitas dalam manajemen dituangkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Efisiensi dan Efektifitas dalam Manajemen
Sumber : Joko M. Munandar (2014)
Dalam manajemen terdapat 4 fungsi utama, yaitu : planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian),
actuating
(pengarahan),
dan
controlling
(pengawasan). Planning adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan perusahaan. Organizing adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur perusahaan yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan perusahaan yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Actuating adalah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitasnya yang tinggi. Pengertian dari controlling adalah
11 proses untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan agar berjalan sesuai dengan target yang diharapkan.
2.1.3
Manajemen Strategi
Manajemen strategi memiliki arti penting dalam perkembangan sebuah perusahaan. Manajemen strategi adalah suatu pendekatan holistik (tingkat korporasi, bisnis, dan operasional) dalam pengambilan keputusan manajerial yang dapat membantu pengidentifikasian isu pokok dan masalah kompleks, pemberian alternatif tindakan yang mungkin diambil, penyusunan rekomendasi aksi ke depan (misalkan koordinasi, pengembangan, fleksibilitas, dan respons) dalam menjawab keputusan strategi (apa, siapa, bagaimana, dan mengapa). Manajemen strategi telah dikembangkan sebagai suatu kajian intelijen yang diadaptasikan secara unik. Menurut David (dalam Nilasari, 2014 : 3) pengertian manajemen strategi adalah ”seni dan ilmu untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya”. Manajemen strategi merupakan sebuah proses yang dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu. Secara umum tahapan manajemen strategi terdiri dari 3 tahapan yaitu proses formulasi atau perumusan strategi, proses pelaksanaan strategi, dan proses evaluasi strategi. Dalam proses perumusan strategi terdapat tahapan, yaitu: 1. Pengembangan misi bisnis 2. Mengidentifikasi peluang dan juga ancaman lingkungan eksternal perusahaan 3. Mengidentifikasi kekuatan dan juga kelemahan lingkungan internal perusahaan 4. Menetapkan tujuan jangka panjang 5. Menentukan alternatif strategi 6. Pemilihan strategi untuk dilaksanakan Setelah dirumuskan, sebuah strategi akan dilaksanakan. Tahapan pelaksanaan strategi dalam sebuah perusahaan bisnis dapat dirinci sebagai berikut : 1. Mengembangkan strategi dengan dukungan budaya perusahaan 2. Membuat struktur perusahaan yang efektif 3. Mengarahkan bidang pemasaran
12 4. Mempersiapkan anggaran 5. Mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi 6. Menghubungkan sumber daya manusia dengan kinerja perusahaan Setelah strategi tersebut dilaksanakan maka dilakukan evaluasi strategi. Evaluasi strategi merupakan tahap yang paling akhir dalam sebuah manajemen strategi. Secara rinci evaluasi strategi terdiri dari tahapan sebagai berikut : 1. Meninjau kembali faktor internal dan eksternal perusahaan pada saat sekarang 2. Mengukur kinerja 3. Mengambil tindakan koreksi yang diperlukan 4. Strategi analisis dan perencanaan 5. Strategi formulasi dan pengambilan keputusan 6. Strategi pemilihan 7. Strategi implementasi Manajemen strategi dapat bermanfaat baik bagi sebuah perusahaan baik secara keuntungan finansial maupun manfaat di luar keuntungan finansial. Keuntungan dari manajemen strategi adalah menjadikan perusahaan lebih sistematis dalam menghadapi dinamika yang terjadi baik di luar dan di dalam perusahaan. 2.1.4 Visi dan Misi 2.1.4.1 Visi
Visi dan misi merupakan salah satu hal yang penting bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki visi dan misi seperti memiliki arah yang jelas ke mana perusahaan atau organisasi tersebut akan berjalan. Visi dalam perusahaan dapat diartikan sebagai jawaban untuk pertanyaan “What do we want become?” atau “Ingin menjadi apa kita?”. Beberapa manfaat atau keuntungan
perusahaan
yang
memiliki
visi
yaitu
guna
memetakan
dan
mengendalikan arah serta tujuan organisasi, meningkatkan motivasi dan kreativitas strategis perusahaan, memberikan dasar dari perencanaan strategi, mengintegrasikan serta mengkoordinasi fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan, pemulihan saat terjadinya krisis, dan guna melakukan perubahan. Menurut Kaplan, Norton dan Barrows (dalam Nilasari, 2014 : 30) visi terdiri dari pernyataan yang mendefinisikan tujuan jangka menengah atau jangka panjang dari sebuah organisasi. Visi juga harus berorientasi pada pasar dan juga lingkungan
13 eksternal, selain itu visi harus dapat mengekspresikan aspirasi sebuah organisasi atau perusahaan agar dapat diterima oleh dunia. Pada pencarian visi terdapat proses yang dituangkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Proses Pencarian Visi
Sumber : Musa Hubeis dan Mukhamad Najib (2014) Pernyataan misi biasanya selalu berdampingan dengan pernyataan visi. Jika visi merupakan jawaban dari pertanyaaan “Ingin menjadi apa kita?” maka misi merupakan jawaban dari pertanyaan “Apa bisnis kita?”. Misi dapat mendefinisikan tentang bisnis yang dikerjakan oleh sebuah perusahaan.
2.1.4.2 Misi
Pernyataan misi selalu berdampingan dengan pernyataan visi. Pernyataan misi merupakan hasil tanggung jawab dari sebuah strategi. Misi dapat mendefinisikan tentang bisnis yang dikerjakan oleh sebuah Perusahaan. Drucker (dalam Nilasari, 2014 : 40) menyatakan pendapatnya mengenai misi bahwa misi perusahaan adalah dasar dari prioritas, strategi, perencanaan, kerja dan penugasan. Misi merupakan titik awal untuk mendesain pekerjaan manajerial dan juga struktur manajerial. Ada juga yang berpendapat bahwa misi merupakan pelaksanaan dari sebuah visi. Misi tentu berhubungan dengan visi karena misi adalah rangkaian pekerjaan untuk mencapai visi yang diterapkan. Dalam hal ini, terdapat rumus kaitan visi dengan misi yang dituangkan pada Gambar 2.4.
Visi = Misi + Strategi + Culture Gambar 2.4 Rumus Kaitan Visi dengan Misi
Sumber : Senja Nilasari (2014)
14
2.1.5 Kinerja dan Pengukurannya
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Sum (2012 : 191) sebagian besar perusahaan yang mengagumkan dapat menghasilkan kinerja yang baik terhadap pasar meskipun banyak resiko-resiko yang harus dihadapi. Basrowi (2010 : 56) menyatakan kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan seseorang dalam bidang pekerjaanya menurut kriteria tertentu baik secara kualitas maupun kuantitas, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Helfert dalam Rivai dan Sagala (2009 : 604) kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Menurut Suwaro M.S. (2014 : 3) pengertian dari manajemen kinerja adalah “suatu proses yang berkesinambungan dari pengidentifikasian, pengukuran, dan pengembangan kinerja perorangan, kelompok, dan organisasi, serta pelurusan kinerja sesuai dengan tujuan strategi organisasi”.
Merujuk
definisi
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa dalam manajemen kinerja, terdapat dua komponen yaitu proses yang berkesinambungan dan pelurusan kinerja sesuai dengan tujuan strategi organisasi. Pengukuran kinerja memberikan suatu alat untuk menetapkan “angka sebutan” untuk pembanding sepanjang waktu. Pengukuran kinerja merupakan suatu cara mengukur arah dan kecepatan perubahan, yang dapat diibaratkan seperti meteran pengkur kecepatan dari sebuah kendaraan. Definisi pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi dan akuisisi yang dilakukan. Kinerja seringkali membutuhkan bukti statistik untuk menentukan tingkat kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di balik dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum. Manfaat-manfaat dari melakukan pengukuran kinerja adalah : 1. Untuk mengevaluasi seberapa baik suatu organisasi berkinerja 2. Untuk mengendalikan organisasi 3. Untuk menganggarkan biaya dalam meningkatkan kinerja 4. Untuk memotivasi para karyawan
15 5. Untuk mengembangkan organisasi Pengukuran kinerja merupakan bentuk dalam penilaian kinerja. Menurut Robbins dan Coulter (dalam Munandar; et al, 2014 : 179) pengukuran kinerja adalah proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan karyawan berdasarkan standar kinerja, memberikan apresiasi keberhasilan pencapaian kinerja dan menyediakan dokumentasi untuk mendukung keputusan-keputusan lainya. Menurut Mangkuprawira (dalam Munandar, et al, 2014 : 179) manfaatmanfaat melakukannya penilaian kinerja, yaitu : 1. Perbaikan kinerja 2. Penyesuaian kompensasi 3. Keputusan penempatan 4. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan 5. Perencanaan dan pengembangan karir 6. Umpan balik pada SDM
2.1.6
Balanced Scorecard
Balanced Scorecard pertama kali diciptakan dan dipopulerkan pada tahun 1990 oleh Robert S. Kaplan, seorang guru besar (professor) dari Harvard Business School dan David P. Norton dari kantor akuntan publik KPMG (Amerika Serikat), kedua orang tersebut berkolaborasi sebagai seorang dosen perguruan tinggi dan seorang praktisi ilmu keuangan. Kaplan dan Norton yakin bahwa untuk mendapatkan nilai maksimum dari investasi pada aset intangible yang harus diintegrasikan ke dalam sistem pengukuran. Kontribusi besar kedua
milik Kaplan dan Norton
diterjemahkan langsung dari strategi organisasi. Definisi Balanced Scorecard (BSC) menurut Kaplan dan Norton (dalam Novirani, et al, 2013 : 268), adalah “metode yang menerjemahkan visi, misi, dan strategi ke dalam seperangkat ukuran menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan manajemen strategis”. Menurut Hosein; et al (2013 : 70) menjelaskan bahwa “struktur dari Balanced Scorecard dihasilkan menggunakan kedua indikator strategis keuangan dan nonkeuangan yang dikumpulkan langsung dari perusahaan”.
Menurut Malina; et al
(2013 : 902) menyatakan bahwa “Balanced Scorecard telah diadopsi secara luas di
16 seluruh dunia. Balanced Scorecard dapat memandu pengembangan strategi, implementasi, dan komunikasi”. Saat ini Balanced Scorecard terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Balanced Scorecard sudah berkembang dan mengalami evolusi dari hanya sekedar cara untuk melakukan evaluasi kinerja. Kemudian disempurnakan menjadi metode yang dapat dipakai dalam sistem manajemen dalam membangun proses pembelajaran organisasi. Selanjutnya terus dikembangkan sehingga dapat dipakai sebagai alat untuk merumuskan strategi dan melakukan perubahan. Terakhir, Balanced Scorecard semakin populer karena telah diintegrasikan dengan berbagai metode strategi bisnis yang terbukti dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan. Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh serta memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategi. Etimologi dari kata perspektif (perspectus bahasa Latin) adalah untuk melihat melalui" atau "melihat dengan jelas", yang merupakan tujuan dari Balanced Scorecard. Setiap strategi, agar dapat efektif, harus berisi deskripsi dari aspirasi keuangan, market served, proses untuk ditaklukkan, dan orang-orang yang akan terus dan terampil sehingga dapat membawa organisasi pada tujuannya. Balanced Scorecard terdiri dari 4 prespektif, yaitu perspektif financial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard memberi kerangka kerja untuk penerjemahan strategi ke dalam kerangka operasional. Merujuk pada Gambar 2.5 adalah hubungan sebab akibat dalam empat perspektif balanced scorecard.
17 Gambar 2.5 Hubungan Sebab-Akibat dalam Empat Perspektif Balanced Scorecard
Sumber : Vincent Gaspersz (2005)
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran kinerja manajemen atau sistem manajemen strategis, yang diturunkan dari visi dan strategi dan merefleksikan aspek-aspek terpenting dalam suatu bisnis. Merujuk pada Gambar 2.6 merupakan sistem manajemen strategis Balanced Scorecard.
Gambar 2.6 Sistem Manajemen Strategis Balanced Scorecard
Sumber : Vincent Gaspersz (2005) 2.1.6.1 Perspektif Financial
Pembentukan Balanced Scorecard dapat mendorong unit bisnis untuk mengaitkan tujuan finansial nya dengan strategi korporasi. Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif dalam Scorecard. Perspektif finansial pada Balanced Scorecard mengacu pada Scorecard yang dibuat harus menjelaskan strategi perusahaan dimulai dengan tujuan finansial jangka panjang, dan kemudian mengaitkannya dengan berbagai urutan tindakan yang harus diambil berkenaan dengan proses finansial, tujuan ekonomis jangka panjang yang diinginkan perusahaan. Balanced Scorecard dapat membuat tujuan finansial menjadi eksplisit, dan dapat disesuaikan untuk setiap unit bisnis dalam berbagai tahap
18 pertumbuhan dan siklus hidup yang berbeda. Tahap-tahap agar dapat mencapai tujuan finansial adalah : 1. Bertumbuh (growth) 2. Bertahan (sustain) 3. Memuai (harvest) Perusahaan yang sedang berada di dalam tahap bertumbuh adalah perusahaan yang diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan berbagai produk dan jasa baru, membangun dan memperluas fasilitas produksi, membangun kemampuan operasional dengan menanamkan investasi dalam sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang dapat mendukung terciptanya hubungan global, dan memelihara serta mengembangkan hubungan yang baik dengan pelanggan. Perusahaan dalam tahap bertahan akan menetapkan tujuan finansial yang terkait dengan profitabilitas di mana
para manajer diminta agar dapat
memaksimalkan pendapatan yang dihasilkan dari investasi modal. Dalam tahap menuai, Perusahaan menekankan pada arus kas seperti tingkat pengembalian investasi, nilai tambah ekonomis, dan pendapatan operasi. Pada tahap ini, para manajer diharapkan dapat memaksimalkan pengembalian kas kepada perusahaan dari seluruh investasi yang telah ditanamkan pada periode-periode lalu.
2.1.6.2 Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan yang menerapkan Balanced Scorecard melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan finansial perusahaan. Measures (ukuran) yang dapat digunakan perusahaan untuk mengembangkan perspektif pelanggan adalah waktu, mutu, dan harga. Perspektif pelanggan memungkinkan perusahaan agar dapat menyelaraskan berbagai ukuran seperti kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi, dan profitabilitas dengan pelanggan dan segmen pasar sasaran. Perspektif pelanggan juga memungkinkan perusahaan dapat melakukan identifikasi dan pengukuran, secara eksplisit, proporsi nilai yang akan perusahaan berikan kepada pelanggan dan pasar segmen. Proporsi nilai merupakan faktor pendorong atau lead indicator. Untuk melakukan analisa pelanggan, diperlukannya identifikasi pelanggan berdasarkan beberapa pertimbangan atau karakteristik sebagai berikut : 1) Pertimbangan geografi
19 •
Lokasi pelanggan
•
Lokasi fasilitas produksi atau pelayanan
•
Prefrensi regional
•
Populasi
•
Sumber-sumber daya alam (bahan baku, dan semacamnya)
•
Aktivitas umum pembeli
•
Bisnis atau industri
•
Pemerintah atau institusi
•
pribadi
•
Posisi atau tanggung jawab pembeli
•
Pemilik bisnis
•
Manajer bisnis
•
Pejabat pemerintah
•
Karyawan atau pekerja
•
Individual atau pribadi
2) Karakteristik pribadi pembeli •
Umur
•
Karakteristik fisik
•
Gender
•
Tingkat pendapatan
•
Tingkat pendidikan
•
Hobi
•
Afiliasi politik
•
Keanggotaan organisasi, dan lain-lain
2.1.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif proses bisnis internal, para manajer melakukan identifikasi berbagai proses yang sangat penting yang harus dikuasai perusahaan dengan baik agar mampu untuk mencapai tujuan segmen pelanggan sasaran dan pemegang saham. Sistem pengukuran kinerja perusahaan memfokuskan pada peningkatan proses operasi saat ini. Pada metode Balanced Scorecard, pada perspektif ini para manajer menentukan rantai nilai internal lengkap yang diawali dengan proses
20 inovasi, mengenali kebutuhan pelanggan saat ini dan yang akan datang serta mengembangkan pemecahan kebutuhan tersebut, dilanjutkan dengan proses operasi, menyampaikan produk dan jasa saat ini kepada pelanggan, dan diakhiri dengan layanan sesudah penjualan yang dapat memberi nilai tambah kepada produk dan jasa yang diterima pelanggan.
2.1.6.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada Balanced Scorecard mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan dari perspektif ini adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainya dapat tercapai. Tujuan lainya dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor pendorong untuk dapat menghasilkan kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif scorecard yang pertama. Dalam membangun Balanced Scorecard di berbagai perusahaan jasa dan manufaktur terdapat tiga kategori utama dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan : 1. Kapabilitas pekerja 2. Kapabilitas sistem informasi 3. Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan.
2.2
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya suatu penelitian. Kerangka pemikiran yang sesuai dengan perancangan yang dilakukan seperti pada Gambar 2.7.
21
Pengukuran dengan Metode Balanced Scorecard
Rasio Profitabilitas Rasio Likuiditas
Nilai Kepuasan Pelanggan
Proses Pelayanan Proses Pembiayaan
Rasio Leverage
yang Sesuai
Rasio Aktivitas
dengan Target Waktu
Kompetensi Karyawan Daya Dukung Teknologi Kepuasan Kerja Karyawan
Kineja PT Buana Finance, Tbk. dengan Menggunakan Balanced Scorecard
Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran
Sumber : Penulis (2014) Dalam menilai kinerja PT Buana Finance, Tbk. dengan menggunakan Balanced Scorecard, diperlukan adanya pemahaman terhadap visi dan misi perusahaan yang selanjutnya dituangkan dalam menentukan sasaran strategis perusahaan yang sesuai dengan 4 perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif
22 pembelajaran dan pertumbuhan. Selanjutnya didapatkan penggunaan metode Balanced Scorecard yang di mana akan dilakukan perhitungan terhadap rasio profitabilitas; likuditas; leverage; aktivitas, nilai kepuasan pelanggan, proses pelayanan; proses pembiayaan yang sesuai dengan target dan waktu, kompetensi karyawan; daya dukung teknologi; dan yang terakhir adalah kepuasan kerja karyawan. Agregasi dari penilaian faktor-faktor di atas akan didapatkan penilaian akhir kinerja perusahaan.