BAB IV KONSEP PERANCANGAN
4.1 4.1.1
Konsep Tata Ruang Zonasi Secara umum bangunan dibagi menjadi tiga zona besar, yaitu zona publik,
semipublik, dan zona privat. Berdasarkan input sensoriknya, zonasi dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona stimulasi tinggi, zona transisi, dan zona stimulasi rendah. Pada masing-masing zona dibagi menjadi tiga zona berdasarkan input sensorik pada ruang. Zona publik terdiri dari zona stimulasi tinggi dan zona transisi. Sedangkan, zona semipublik dan zona privat terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona stimulasi tinggi, zona transisi, dan zona stimulasi rendah.
Gambar 4.1-1 Konsep zonasi Sumber : analisis penulis
4.1.2
Organisasi Ruang Organisasi ruang menggunakan bentuk kluster dengan penataan ruang
yang linier. Kluster dibedakan berdasarkan penggunanya, yaitu : 1. Kluster sekolah, kluster ini merupakan kluster yang penggunanya adalah siswa dan guru/terapis. Pada kluster ini, terdapat ruang kelas, ruang terapi, dan ruang bermain.
98
2. Kluster pendukung sekolah, kluster ini merupakan kluster dimana penggunanya adalah guru/terapis, pengunjung, dan staff. Pada kluster ini, terdapat ruang kantor administrasi, ruang konsultasi, dan ruang guru/terapis.
Gambar 4.1-2 Organisasi ruang Sumber : analisis penulis
4.1.3
Sirkulasi Ruang Dalam Sirkulasi pada bangunan menggunakan sirkulasi dua arah pada area
pendukung, seperti ruang administrasi, ruang guru, dan perpustakaan. Sedangkan pada area khusus siswa menggunakan sirkulasi satu arah. Sirkulasi ruang dalam pada bangunan menggunakan dua bentuk sirkulasi. Bentuk sirkulasi tertutup dan bentuk sirkulasi terbuka pada salah satu sisinya. Bentuk sirkulasi tertutup digunakan pada ruang-ruang dengan kebutuhan fokus tinggi, sedangkan bentuk sirkulasi terbuka pada salah satu sisinya digunakan pada ruang-ruang stimulasi tinggi dan ruang transisi yang memungkinkan anak langsung melihat ke arah innercourt.
99
Gambar 4.1-3 Konsep sirkulasi ruang dalam area sekolah Sumber : analisis penulis
Gambar 4.1-4 Sirkulasi tertutup dengan perhentian di sepanjang koridor Sumber: analisis penulis
Gambar 4.1-5 Sirkulasi terbuka pada salah satu sisinya Sumber : analisis penulis
Konfigurasi jalur menggunakan konfigurasi komposit (gabungan) dari jalur linier dan jalur radial. Konfigurasi linier digunakan pada keseluruhan bangunan, sedangkan konfigurasi radial digunakan pada innercourt.
100
Gambar 4.1-6 Pola sirkulasi satu arah pada area sekolah Sumber : analisis penulis
4.1.4
Bentuk interaksi antarruang
1. Ruang dalam ruang Bentuk
interaksi
tersebut
dapat
digunakan untuk beberapa ruang yang membutuhkan privasi dan pengawasan lebih ketat.
Gambar 4.1-7 Bentuk ruang dalam ruang Sumber : analisis penulis
2. Ruang yang saling berkaitan Penerapan
bentuk
interaksi
ini
digunakan pada ruang yang terhubung dengan ruang bersama dan memiliki fungsi yang saling berkaitan, seperti ruang persiapan yang berhubungan Gambar 4.1-8 Bentuk ruang yang saling
dengan satu atau lebih ruang terapi.
berkaitan Sumber : analisis penulis
101
3. Ruang yang bersebelahan Ruang dengan interaksi ini dapat memiliki fungsi yang tidak berkaitan namun memiliki sifat yang tidak saling merugikan, seperti ruang terapi musik dan ruang minat-bakat sifatnya samaGambar 4.1-9 Bentuk ruang bersebelahan Sumber : analisis penulis
sama membutuhkan ketenangan ruang dan fokus tinggi.
4. Ruang yang dihubungkan ruang bersama Pada
penerapannya
menggunakan ruang
innercourt
bersama,
menghubungkan
dapat
netral,
sebagai yang
ruang-ruang
disekitarnya.
Gambar 4.1-10 Innercourt sebagai ruang bersama Sumber : analisis penulis
4.1.5
Bentuk ruang transisi
1. Ruang Terbuka a. Ruang Terbuka Hijau
102
Gambar 4.1-11 Innercourt
Gambar 4.1-12 Innercourt
Sumber : openbuildings.com
Sumber : analisis penulis
b. Outdoor Playspace
Gambar 4.1-13 Sandbox Sumber : hoppingmass.blogspot.com
Gambar 4.1-14 Sandbox di innercourt Sumber : analisis penulis
Gambar 4.1-15 Taman bermain Sumber : forestvilleusd.org
Gambar 4.1-16 Taman bermain di innercourt Sumber : analisis penulis
2. Ruang Tertutup a. Indoor Playspace
103
Gambar 4.1-17 Kamar bermain
Gambar 4.1-18 Kamar bermain
Sumber : longisland.mommypoppins.com
Sumber : analisis penulis
Gambar 4.1-19 Kolam bola
Gambar 4.1-20 Kolam bola
Sumber : groupon.com
Sumber : analisis penulis
3. Koridor 1. Koridor Tertutup Koridor tertutup digunakan pada area yang memiliki fokus tinggi sehingga tidak terdistraksi oleh pemandangan di luar bangunan.
Gambar 4.1-21 Koridor tertutup
Gambar 4.1-22 Koridor dengan perhentian
Sumber : archdaily.com
Sumber : analisis penulis
104
Pola pada dinding koridor mengarahkan anak untuk bergerak sesuai dengan alur pola. Koridor memiliki ruang perhentian, dimana anak dapat berhenti sejenak untuk melepas input sensorik.
Gambar 4.1-23 Koridor berpola
Gambar 4.1-24 Koridor dengan perhentian
Sumber : designshare.com
Sumber : m.interiordesign.net
2. Koridor Terbuka Koridor terbuka pada salah satu sisinya digunakan untuk memasukkan cahaya dan udara ke dalam bangunan. Koridor terbuka dapat digunakan pada zona stimulus tinggi.
4.2
Gambar 4.1-25 Koridor terbuka pada satu
Gambar 4.1-26 Koridor terbuka di
sisi
ruang bermain
Sumber : archdaily.com
Sumber : analisis penulis
Konsep Tapak
4.2.1 Orientasi dan Peletakan Bangunan Bangunan diletakkan pada tengah site. Bangunan diorientasikan menghadap barat dan timur. Orientasi ke barat merupakan bagian depan bangunan. Peletakan bangunan di tengah site memungkinkan sirkulasi luar bangunan dibuat satu arah, mengelilingi bangunan.
105
Gambar 4.2-1 Orientasi dan peletakan bangunan Sumber : analisis penulis
4.2.2 Pencapaian terhadap Bangunan Pencapaian ke site merupakan kombinasi dua cara pencapaian, pencapaian langsung dan pencapaian berputar. Pencapaian langsung ditujukan untuk tamu dan pengguna non siswa (pengelola, guru/terapis, dan konsultan ahli) yang akan diarahkan ke area pendukung sekolah, seperti ruang guru, ruang konsultasi, dan ruang administrasi. Sedangkan pencapaian berputar ditujukan untuk murid autis yang diarahkan langsung ke area sekolah. Pencapaian berputar memberi pengalaman ruang dengan urutan pencapaian yang menyeluruh pada bangunan. Urutan pencapaian merupakan transisi bagi anak autis.
Gambar 4.2-2 Pencapaian kombinasi Sumber : analisis penulis
4.2.3 Sirkulasi ruang luar Sirkulasi ruang luar menggunakan sirkulasi satu arah dengan jalur masuk dan jalur keluar yang berbeda. Sirkulasi satu arah memberi kejelasan jalur bagi
106
anak autis. Pada site, dibuat dua jalur sirkulasi, yaitu : jalur sirkulasi tamu dan jalur sirkulasi siswa. Pemisahan jalur ini dilakukan agar bagian timur lebih privat. Selain itu, sirkulasi siswa dibuat mengelilingi bangunan untuk menciptakan urutan transisis yang memberi pengalaman ruang.
Gambar 4.2-3 Sirkulasi ruang luar Sumber : analisis penulis
4.2.4 Tata Hijau Vegetasi pada zona transisi adalah vegetasi peneduh, tanaman hias, dan vegetasi peredam kebisingan. Selain vegetasi tersebut, pada zona transisi dapat ditanami tanaman sayuran untuk kelas praktek berkebun. Vegetasi pada innercourt adalah vegetasi peneduh, pengarah, dan peredam kebisingan. Area sirkulasi ruang luar ditanami vegetasi pengarah, vegetasi penyerap polusi, dan vegetasi peredam kebisingan. Vegetasi pengarah berfungsi mengarahkan alur pergerakan. Pada area parkir menggunakan vegetasi peneduh dan tanaman rambat.
Gambar 4.2-4 Vegetasi pengarah pada luar bangunan Sumber : analisis penulis
107
Jenis vegetasi yang dapat digunakan, antara lain : 1. Vegetasi peneduh, meliputi : pohon tanjung, pohon kiara payung, pohon angsana, dan pohon mangga. Selain itu, dapat menggunakan jenis tanaman rambat, seperti : bougenvile, alamanda, dan stefanot. 2. Vegetasi penyerap polusi, meliputi : pohon angsana, pohon akasia, bougenvile, oleander, dan teh-tehan pangkas. 3. Vegetasi peredam kebisingan, meliputi : bambu, pohon tanjung, pohon kiara payung, sansivera, bougenvile, hibiscus, oleander, dan teh-tehan pangkas. 4. Vegetasi pengarah, meliputi : bambu, pohon cemara, pohon mahoni, pohon hujan mas, pohon kembang merak, pohon glodokan tiang, akalipa, hibiscus, bougenvile, nusa indah putih, dan pangkas kuning. Perkerasan pada sirkulasi luar bangunan menggunakan grass block, sehingga air tetap dapat masuk ke tanah. Perkerasan pada innercourt menggunakan grass block, paving block dan krikil.
Gambar 4.2-5 Konsep tata hijau Sumber : analisis penulis
108
Gambar 4.2-6 Jenis vegetasi pada site Sumber : diolah dari berbagai sumber
4.3
Konsep Perancangan Bangunan
4.3.1 Bentuk Bangunan Massa bangunan yang digunakan merupakan gabungan dari massa persegi dengan lingkaran. Bentuk massa persegi dan lingkaran digunakan karena keduanya merupakan bentuk geometris yang teratur , jelas, dan mudah diprediksi. Bentuk bangunan menggunakan massa jamak sesuai dengan organisasi ruang yang dipakai yaitu bentuk kluster. Masing-masing massa/kluster dipisahkan menggunakan innercourt karena tiap kluster memiliki karakter ruang yang berbeda. Penggunaan innercourt dimaksudkan agar kebisingan dapat diredam, massa tidak saling menempel.
Gambar 4.3-1 Konsep bentuk bangunan Sumber : analisis penulis
109
Gambar 4.3-2 Konsep bentuk bangunan (perspektif) Sumber : analisis penulis
4.3.2 Penampilan Bangunan 4.3.2.1 Fasad Fasad sisi barat merupakan fasad bagian depan bangunan dimana pengunjung akan melihat bangunan pertama kali sehingga fasad harus terlihat menarik dan terbuka. Namun, fasad terletak pada sisi sebelah barat sehingga memerlukan penanganan terhadap matahari sore.
Gambar 4.3-3 Konsep fasad sisi barat Sumber : analisis penulis
Fasad bagian depan bersifat terbuka sehingga pengunjung mendapat kesan ‘welcome’ dari bangunan. Penggunaan fasad kaca dapat memberikan kesan terbuka. Namun, karena berada pada sisi barat, maka dapat diaplikasikan siripsirip perintang matahari. Selain untuk menangani masalah matahari sore, perintang matahari juga digunakan sebagai aksen agar fasad terlihat menarik.
Gambar 4.3-4 Modular School Complex Sumber : Archdaily
110
Fasad sisi timur merupakan fasad bagian depan area sekolah yang menuntut
tingkat
privasi
yang
tinggi.
Fasad
bagian
timur
harus
mempertimbangkan aspek visual dari anak autis. Selain itu, memerlukan penanganan terhadap matahari.
Gambar 4.3-5 Konsep fasad sisi timur Sumber : analisis penulis
Fasad depan area sekolah bersifat tertutup sehingga siswa mendapatkan privasi secara maksimal. Penggunaan fasad berupa dinding beton yang masif dapat memberikan kesan tertutup. Selain menyelesaikan persoalan privasi, fasad tertutup juga digunakan untuk mengatasi persoalan matahari.
Gambar 4.3-6 Advance Egypt for Autisme Children Sumber : Mostafa, 2014
4.3.2.2 Material Bangunan Material utama pada bangunan adalah beton bertulang. Material pada area sirkulasi luar dan innercourt menggunakan material bertekstur, seperti paving block dan krikil, untuk mempertegas jalur. Pada koridor menggunakan pelapis lantai kayu/parket. Sedangkan pada area servis, seperti kamar mandi dan dapur, menggunakan keramik bertekstur.
111
Material kaca pada bukaan dapat menggunakan teknologi kaca elektrokromik yang dapat berubah secara elektrik untuk menghasilkan dan kontrol lampu dan pandangan ke arah luar saat mendapat cahaya alami yang tidak tepat. Material yang sesuai untuk akustik diterapkan pada koridor yang berada pada zona stimulus rendah dan ruang terapi seperti ruang terapi musik dan ruang terapi AIT. Bahan penyerap suara digunakan pada koridor yang berada pada zona stimulus rendah. Bahan penyerap suara permukaannya terbuat dari material seperti glasswool, mineral wool, foam, fabric covered absorber, panel absorber, grid absorber, resonator absorber, perforated panel absorber, dan acoustic tile. Bahan penyebar suara digunakan pada ruang terapi musik dan ruang terapi AIT. Bahan penyebar suara pada permukaannya dibuat tidak merata, seperti : QRD diffuser, BAD panel, diffsorber. 4.3.2.3 Konsep Penghawaan 1. Penghawaan Alami Penghawaan alami digunakan pada ruang kelas dan area-area sirkulasi. Taman sensorik berfungsi sebagai penyaring udara pada ventilasi bangunan.
Gambar 4.3-7 Konsep penghawaan alami Sumber : analisis penulis
2. Penghawaan Buatan Penghawaan buatan digunakan pada area-area tertentu, seperti area terapi dan zona low stimulus, yang memiliki derajat ketertutupan yang tinggi. Penghawaan buatan menggunakan AC split.
112
4.3.2.4 Konsep Pencahayaan Pencahayaan pada kelas dan area sirkulasi menggunakan pencahayaan alami secara tidak langsung yang ditempatkan di atas level mata sehingga menghalangi distraksi visual dan menghindari cahaya secara langsung serta glare dan siluet. Pencahayaan pada ruang terapi sebisa mungkin merupakan pencahayaan alami secara tidak langsung yang ditempatkan di atas level mata sehingga menghalangi distraksi visual. Selain itu, pada ruang terapi minat-bakat menggunakan skylight.
Gambar 4.3-8 Koridor menggunakan
Gambar 4.3-9 Ruang kelas menggunakan
bukaan diatas level mata
clerestorey
Sumber : analisis penulis
Sumber : analisis penulis
Bukaan jendela menggunakan clerestorey atau overstorey, jendela tinggi di atas level mata, seperti yang sering digunakan pada gereja gothic.
Gambar 4.3-10 Clerestorey pada gereja
Gambar 4.3-11 Bentuk clerestorey
Sumber : wikipedia
Sumber : realtormarina.wordpress.com
Pada bangunan khususnya pada sisi barat diberi perintang matahari (sirip vertikal/horisontal, tritisan, dan brise-soleil) dan double fasade untuk menghalau sinar matahari dan panas masuk secara langsung. Brise-soleil dapat berupa layar perintang vertikal, horisontal, atau kombinasi.
113
Gambar 4.3-12 Brise-soleil berbentuk ornamen Sumber : wikipedia
Pencahayaan buatan yang digunakan adalah lampu LED dan lampu TL. Lampu LED digunakan pada ruang-ruang terapi yang memiliki derajat ketertutupan tinggi dan ruang-ruang pada zona publik, seperti : ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang diagnostik, dan ruang observasi. Penggunaan lampu TL dibatasi pada ruang-ruang tertentu, ruang yang hanya digunakan oleh guru/terapis, seperti ruang guru/terapis, ruang penyimpanan, ruang kepala sekolah, dan ruang tata usaha. Pada ruang-ruang yang mungkin digunakan oleh anak autis, penggunaan lampu LED sangat disarankan, dan tidak disarankan menggunakan lampu TL.
114