BAB IV KONSEP PERANCANGAN
4.1.
Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07o48’41.8”LS – 110o22’36.8”LB. Bentuk site adalah persegi panjang dengan ukuran 20 x 30 m, luas 600 m2.
Gambar 4.1 Lokasi dan Ukuran Site Sumber: wikimapia.org diakses pada 19 Maret 2014 pukul 22.00
4.2.
Pengolahan Site Sebelum
mendesain
bangunan,
terdapat
beberapa
peraturan
pembangunan di Yogyakarta yang harus diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan pengukuran luasan galeri desain komunikasi visual yang akan dibangun di lokasi tersebut. Salah satu yang harus diperhatikan adalah peraturan pemerintah mengenai garis sempadan, koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien lantai bangunan (KLB). KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan dokumen perencanaan kota. Sementara KLB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan
67
luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan dokumen perencanaan kota.1
Sempadan bangunan = ½ x luas jalan + 1 m Luas jalan Taman Siswa adalah sekitar 8 m, berarti lebar sempadan di dearah tersebut adalah sekitar 5 m dari as jalan.
Bersadarkan perda DI Yogyakarta, KDB 100%.
KLB daerah Jalan Taman Siswa adalah 2-3 lantai.
Dengan mengetahui peraturan tersebut, maka dapat disimpulkan luasan bersih site yang dapat didirikan bangunan yaitu 18 x 24 m = 432 m2 (dikurangi 1 m pada masing-masing sisi yang bersebelahan dengan bangunan lain). 4.3.
Konsep Zonasi Kondisi site yang berbatasan dengan Jalan Taman Siswa pada sebelah barat, secara tidak langsung menentukan lokasi akses utama. Oleh karena itu, pembagian zonasi site secara garis besar dibuat seperti ini:
Jalan Taman Siswa
publik
semipublik
privat
Gambar 4.2 Zonasi pada Site Sumber: Analisa Penulis
1
http://perizinan.jogjakota.go.id/pustaka/perda_bangunan_gedung_no_2_tahun_2012.pdf diakses 19 Maret 2014 pukul 21.15.
68
Area yang berhubungan langsung dengan Jalan Taman Siswa sebagai zona publik yang dapat diakses oleh semua orang, didesain sebagai lahan parkir. Sementara bangunan ditempatkan di area paling timur site pada zona privat karena tingkat kebisingan yang lebih rendah dan akses yang dibatasi. Ruang antara zona publik dan privat adalah zona semipublik. Zona semipublik adalah area yang dapat diakses oleh semua orang, namun dengan akses lebih terbatas dibandingkan dengan zona publik atau hanya dapat diakses oleh pengunjung dengan kepentingan tertentu saja. Pada bagian ini didesain sebuah taman sebagai transisi dari area parkir ke bangunan.
4.4.
Bentukan Massa Massa bangunan tidak berupa sebuah massa padat yang utuh, tetapi akan dibuat dengan kombinasi solid-void. Di tengah-tengah bangunan akan dibuat ruang terbuka kecil (inner court) atau semiterbuka untuk menciptakan pengalaman ruang yang berbeda.
Gambar 4.3 Unsur-Unsur yang Ditekankan untuk Menonjolkan Citra Galeri Desain Komunikasi Visual Sumber: Sketsa-Analisa Penulis
Sesuai dengan pendekatan citra bentuk bangunan, proses pengubahan massa mempertimbangkan unsur-unsur yang perlu ditekankan untuk memberikan makna yang tepat bagi pengunjung galeri. Desain massa
69
menerjemahkan tiga karakteristik desain komunikasi visual (dinamis, berbeda dan kontemporer) ke dalam sebuah bentukan bangunan. Beberapa elemen visual yang diangkat beserta sketsa alternatif massanya:
Gambar 4.4 Alternatif Massa 1 Sumber: Sketsa-Analisa Penulis
Alternatif ini menonjolkan unsur garis diagonal pada susunan massanya. Garis diagonal memberikan citra yang bermakna aktivitas, kegembiraan dan pergerakan. Massa dipisahkan oleh sebuah transisi berupa ruang semiterbuka dan membuat sebuah bentuk sudut lancip yang mencitrakan energi, kedinamisan dan pergerakan. Pada bagian sisi-sisi bangunan yang menjorok ke dalam dimanfaatkan sebagai fasilitas ruang outdoor yang masih satu kesatuan dengan bangunan.
Gambar 4.5 Alternatif Massa 2 Sumber: Sketsa-Analisa Penulis
Alternatif ini memunculkan garis dan bentuk lengkung dalam bentuk utama massa. Garis melengkung memberikan kesan kebebasan, kealamian
70
dan menciptakan mood menyejukkan. Sementara bentuk lengkung memiliki sifat penuh irama, pergerakan, kegembiraan serta kesenangan. Massa mengelilingi sebuah ruang terbuka (inner court) pada bagian tengahnya, sementara pada bagian tengah massa yang sejajar dengan ruang terbuka tersebut dibuat sebuah area transisi semiterbuka. Bukaan menerus seperti itu dapat dimanfaatkan untuk pengaliran sirkulasi udara silang dan meminimalisir penghawaan buatan.
Gambar 4.6 Alternatif Massa 3 Sumber: Sketsa-Analisa Penulis
Bentuk massa tegak lurus memungkinkan terjadinya pengolahan pada sudut di antaranya. Massa ini juga umum digunakan oleh beberapa bangunan untuk membuat kesan menyambut (welcoming). Selain itu, alternatif gubahan massa ini sekaligus menonjolkan bentuk horizontal dan pembentukan sudut yang apabila diterjemahkan mengandung makna tenang, teratur namun juga dinamis dan mengalami pergerakan.
Gambar 4.7 Alternatif Massa 4 Sumber: Sketsa-Analisa Penulis
71
Bentuk heksagonal atau segienam merupakan bentuk yang diketahui paling efisien baik dari aspek keruangan maupun penggunaan material. Alternatif bentuk keempat, meskipun tidak persis berbentuk heksagonal, namun mengadaptasi bentuk tersebut dengan sedikit pergeseran. Seperti alternatif kedua, gubahan massa ini juga memiliki inner court dan area semiterbuka sebagai transisi antarmassa. Hal ini pun memungkinkan terjadinya ventilasi silang pada bangunan. Salah satu keuntungan bentuk massa menyudut selain merepresentasikan sifat desain komunikasi visual yang hidup, energik dan terus bergerak, adalah dapat dinikmati dari berbagai sisi. Jadi bentuk visual ini tidak hanya dapat dilihat dari depan akses masuk saja, tapi juga ketika pengunjung berjalan-jalan di sekitar bangunan. Berdasarkan pertimbangan bentukan yang paling sesuai dengan citra desain komunikasi visual, maka alternatif gubahan massa keempat merupakan yang paling sesuai. Selain itu massa tersebut juga memiliki keefesienan ruang tertinggi menjadi solusi pada site yang tidak terlalu luas.
4.5.
Penempatan Bangunan pada Tapak Sesuai pembagian zonasi yang dijelaskan sebelumnya, area pada tapak dibagi menjadi publik, semipublik dan privat. Secara garis besar pembagian tersebut diterjemahkan ke dalam fungsi berupa lahan parkir, taman/ruang terbuka serta galeri. Penempatan bangunan galeri berada di zona privat yaitu pada bagian site yang paling jauh dari akses jalan. Sementara lahan parkir terletak persis pada bagian barat yang berhubungan langsung dengan Jalan Taman Siswa.
72
Gambar 4.8 Tata Bangunan pada Tapak Sumber: Analisa Penulis
4.6.
Tata Lansekap Area vegetasi meliputi seluruh lahan di luar lahan parkir dan bangunan. Tata lansekap pada bagian ini terdiri dari sebuah sirkulasi pedestrian dan pepohonan untuk menghalangi cahaya matahari langsung serta angin yang terlalu kencang. Jalur sirkulasi dibuat meliuk-liuk mengikuti pola pepohonan yang terdapat di sana. Pada bagian ini, pedestrian menjadi perhatian utama karena hanya pejalan kaki dan pengendara sepeda yang dapat masuk ke area ini.
Gambar 4.9 Desain Taman dengan Pedestrian Sumber: ivstatic.com diakses pada 23 Maret 2014 pukul 00.13
Beberapa vegetasi berwarna ditambahkan untuk mempercantik lingkungan visual taman sekaligus memperkuat penonjolan citra bangunan dengan pemilihan warna yang senada. Jenis pepohonan yang dipilih adalah pohon yang memiliki daun tidak terlalu lebat agar tidak menghalangi view ke arah bangunan, atau pohon berbentuk ramping seperti pohon cemara. 73
4.7.
Konsep Keruangan 4.7.1 Konfigurasi Ruang Dalam desain sebuah galeri desain komunikasi visual, perlu dibuat suatu kombinasi antara beberapa jenis konfigurasi jalur. Konfigurasi jalur yang dapat digunakan ialah konfigurasi linear, radial, spiral, grid dan jaringan. Fungsinya adalah selain agar dapat mewadahi bermacam aktivitas yang terjadi dengan pengaturan sirkulasi yang baik, juga membuat pergerakan pengguna terasa menyenangkan dan tidak monoton.
4.7.2 Hubungan Antar Ruang Antara setiap ruangan dengan fungsi utama dalam galeri desain komunikasi visual dihubungkan oleh sebuah jalur utama dan tidak terlalu banyak memiliki persimpangan agar tidak membingungkan pengunjung. Ruang pameran dan studio dibatasi oleh sekat agar tidak terlalu tertutup. Sementara antara ruang pameran tetap dan temporer untuk desain grafis, produk, ilustrasi, fotografi dan multimedia diletakkan dalam ruang terpisah namun tetap satu area dengan sebuah ruang perantara per tiap jenis desain.
4.7.3 Tata Ruang untuk Display Dengan tetap memperhatikan ukuran ideal sudut pandang manusia ketika menikmati karya seni pada sebuah galeri, komposisi ruang untuk display karya dapat didesain sedemikian rupa agar tidak terkesan kaku dan membosankan. Setiap ruang dengan jenis desain tertentu (desain grafis, produk, ilustrasi, fotografi dan multimedia) memiliki tema interior yang berbeda.
74
Gambar 4.10 Ruang Display Galeri dengan Tema dan Komposisi Berbeda Sumber: hktdc.com, theguardian.com diakses pada 23 Maret 2014 pukul 11.29
4.8.
Konsep Sistem Bangunan 4.8.1 Struktur dan Material
Gambar 4.11 Pemasangan Struktur Dinding Bata Sumber: 2.bp.blogspot.com diakses pada 23 Maret 2014 pukul 1.00
Bangunan galeri desain komunikasi visual ini menggunakan struktur konvensional berupa dinding batu bata dengan lapisan
75
semen dan pasir. Material alam digunakan pada beberapa bagian bangunan, untuk memberikan tekstur serta citra visual yang berbeda.
4.8.2 Penghawaan Penghawaan pada bangunan dapat dikategorikan dalam penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami terjadi di dalam bangunan oleh udara dari alam dengan bantuan bukaan-bukaan pada bangunan. Sirkulasi udara yang terjadi pada bangunan ada bermacam-macam tergantung jumlah pelubangan.
Gambar 4.12 Macam-Macam Jenis Sirkulasi Udara Sumber: sustainabilityworkshop.autodesk.com diakses pada 22 Maret 2014 pukul 23.59
Bangunan yang memiliki pelubangan lebih dari satu dalam lingkup ruang yang tidak terlalu besar memungkinkan terjadinya pergerakan keluar masuknya udara atau disebut sistem sirkulasi silang (cross ventilation). Sirkulasi ini digunakan sebagai solusi penghawaan alami pada bagian-bagian tertentu pada bangunan galeri desain komunikasi visual. Sementara pada ruang-ruang digunakan penghawaan buatan dengan pendingin ruangan (AC) karena dibutuhkan ruang yang tertutup untuk melindungi karyakarya seni yang ada di dalamnya.
76